isolasi bakteri penghasil enzim selulase
Post on 09-Aug-2015
873 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Tanggal : 17 September – 5 November 2012Fisiologi Molekuler Waktu : 11.00 wib s.d selesai
PJP : Dr. Anja MeryandiniAsisten : Bu Dewi
ISOLASI BAKTERI PENGHASIL ENZIM SELULASE
MUTI DIANDA SARIP051114021
PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGISEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2012
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini telah dilaksanakan pada tanggal 17 September s/d 5 November
2012 di Laboratorium Bioteknologi Hewan jurusan Bioteknologi PAU Institut Pertanian
Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi, ose,
pembakar Bunsen, rak tabung reaksi, cawan petri, tisu, mikropipet, pipet tip, botol kaca,
Erlenmeyer, oven, incubator, shaker water bath, sentrifuse, vortex mixer, laminar air
flow, spektofotometer, kelereng, seal dan autoklaf.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain sampel tanah
kering yang didapat dari depan perpustakaan IPB, aquades, CMC (Carboxymethyl
Cellulose), media agar CMC, pereaksi Bradford, garam fisiologis 0,85%, pereaksi DNC
(3,5-dinitrosalicilat acid), buffer fosfat pH 7, D-glukosa, congo red indicator 0,1%, NaCl
0,2%, alcohol 70%, dan spiritus.
Langkah Kerja
1. Isolasi Bakteri dari Tanah
Tanah ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dihaluskan dengan mortar dan
disuspensikan dengan larutan NaCl 10 ml 0,85%. Kemudian dilakukan pengenceran
dengan larutan garam fisiologis hingga 10-7.
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7
Pada pengenceran 10-4 10-5 10-6 10-7 masing-masing diambil sebanyak 1 ml dan
disebar kedalam petri yang berisi media CMC (Carboxymethyl Cellulose) padat
dengan batang penyebar/ose. Petri tersebut kemudian di seal dan di inkubasi
pada suhu ruang selama 48 jam. Setelah 48 jam bakteri yang tumbuh pada
media tersebut diidentifikasi dan diberi kode sesuai masing-masing kelompok.
2. Pembuatan Koloni Tunggal
Bakteri yang tumbuh dibuat koloni tunggal dengan cara membuat kuadran dan
diamati setelah 48 jam kemudian. Tahap yang dilakukan adalah dengan
mengambil satu ose koloni bakteri dan digoreskan berurutan berdasarkan nomor
yang telah ditentukan dari kuadran 1 hingga kuadran 4.
3. Pemurnian dan Peremajaan
Hasil dari kuadran berupa bakteri tunggal yang tumbuh diseleksi kemudian
ditanam kedalam tabung yang berisi media CMC agar miring dan diinkubasi
selama 48 jam. Peremajaan perlu dilakukan untuk membuat stok bakteri dan
agar bakteri dalam kondisi optimal ketika akan diproduksi enzim ekstra kasar.
Peremajaan bakteri dilakukan sebelum enzim ekstrak kasar akan diproduksi.
1
24
3
4. Uji Selulolitik
Masing-masing dari isolat bakteri diinokulasikan pada media CMC agar miring.
Masing-masing bakteri dititikkan pada permukaan media, kemudian diinkubasi
selama 72 jam. Koloni yang telah tumbuh kemudian diukur ukuran koloni
bakterinya lalu ditetesi indikator congo red 0.1 % dan didiamkan selama 15
menit, kemudian dibilas menggunakan NaCl 0,2 % sebanyak tiga kali. Zona
bening yang terbentuk di sekitar koloni bakteri mengindikasikan adanya aktivitas
enzim selulase. Kemudian indeks selulolitiknya diukur dengan cara
membandingkan antara diameter koloni dan diameter zona bening yang
terbentuk. Kemudian dipilih 7 bakteri dengan nilai index potensial tertinggi, 7
bakteri selulolitik ini selanjutnya yang akan digunakan untuk produksi enzim
selulase.
Indeks selulolitik = diameter zona bening – diameter koloni
5. Pembuatan Kurva Standar Glukosa
Larutan gula standart yang digunakan adalah deret glukosa dengan konsentrasi 0
mg/mL, 0,05 mg/mL, 0,1 mg/mL, 0,15 mg/mL, 0,2 mg/mL, 0,25 mg/mL, dan 0,3
mg/mL. Untuk membuat deret glukosa maka dibuat terlebih dahulu stok glukosa
sebesar 1 mg dalam aquades 1 mL dengan konsentrasi 1 mg/mL. Stok gukosa
diambil 0 mL (0 mg/mL), 0,1 mL (0,05 mg/mL), 0,2 mL (0,1 mg/mL), 0,3 mL (0,15
mg/mL), 0,4 mL (0,2 mg/mL), 0,5 mL (0,25 mg/mL ) dan 0,6 mL (0,3 mg/mL) dan
masing-masing larutan ditambahkan aquades hingga 2 ml. Setelah deret glukosa
tersebut jadi, langkah berikutnya ditambahkan 2 mL pereaksi DNS dan divortex
hingga homogen, kemudian dipanaskan pada suhu 100oC selama 15 menit.
Selanjutnya didinginkan dengan merendamnya kedalam air dingin. Pengukuran
absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm.
6. Peremajaan Isolat Terseleksi
Isolat bakteri terpilih yang memiliki indeks potensial selulose tertinggi yang telah
diremajakan sebelumnya di pindahkan ke media padat CMC yang digoreskan
secara penuh ke cawan petri kecil di dalam laminar. Inkubasi 24 jam. Setelah itu
di pindahkan ke media CMC cair 20 ml dengan mengambil 3-6 cock borer dari
media padat CMC yang telah tumbuh.
7. Produksi Enzim Selulase
Isolat yang telah ditanam ke media cair CMC 20 ml di inokulasikan ke media cair
CMC 100 ml dan kemudian di uji aktivitasnya setiap hari selama 8 hari. Isolat
bakteri dimasukkan ke dalam 100 ml media cair CMC dan diinkubasi pada water
bath shaker selama 8x24 jam pada suhu 25oC . Setiap hari, media inokulum
diambil dan disentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 280 rpm untuk
memisahkan sel dengan ekstrak kasar enzim. 1 ml Ekstrak kasar enzim
dimasukan kedalam ependrof untuk ukur kadar protein pada hari ke 8, dan sisa
supernatant dimasukan kedalan tabung reaksi siap diukur aktivitas enzim
selulase untuk setiap harinya 8 tabung reaksi.
8. Penentuan Aktivitas Enzim Selulase
Substrat 1% CMC dimasukkan ke dalam 9 tabung reaksi masing-masing sebanyak
0,5 mL. Ekstrak kasar enzim dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi 1%
CMC dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, sampel,
kontrol dan blanko didinginkan ke dalam air dingin selanjutnya diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm. Absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menentukan
kadar glukosa dengan rumus persamaan regresi linear yang diperoleh dari kurva
standar glukosa. Satu unit dari aktivitas selulase didefinisikan sebagai jumlah dari
enzim yang melepaskan satu µmol glukosa dalam satu menit pada kondisi
pengujian.
Aktivitas selulase (µmol/ menit) = kadar glukosa x Fp x 1000 BM Glukosa x t
Keterangan :
Fp = Faktor Pengenceran
BM (Berat Molekul) Glukosa = 180
T = Lamanya waktu inkubasi (60 menit)
9. Pengukuran Kadar Protein Enzim
Pengukuran kadar protein enzim dilakukan untuk mengetahui aktivitas spesifik
enzim selulase. Analisis protein enzim dilakukan dengan metode Bradford (1976)
dengan menggunakan standar Bovine Serum Albumine (BSA). Untuk pengukuran
sampel, enzim ekstrak kasar dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 0,2 ml dan
pereaksi Bradford sebanyak 2 ml kemudian di vortex dan diinkubasi selama 5
menit pada suhu 25oC. Selanjutnya diukur absorbansi dengan menggunakan
spektofotometer pada panjang gelombang 595 nm. Sedangkan untuk blanko 0,2
ml H2O steril ditambah dengan 2 ml Bradford kemudian divortex, diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 25oC dan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 595 nm.
10. Pembuatan Kurva Standar Protein
Pembuatan kurva standar protein menggunakan metode Bradford (1976).
Digunakan konsentrasi 0 mg/mL, 0,02 mg/mL, 0,04 mg/mL, 0,06 mg/mL, 0,08
mg/mL, dan 0,1 mg/ml. Masing-masing larutan diambil sebanyak 5 ml dan
ditambahkan 0,01 gr pereaksi Bradford Divortex hingga homogen, kemudian
diinkubasi pada suhu 25oC selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan pengukuran
absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 595 nm.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Selulolitik merupakan aktivitas bakteri dalam perombakan selulosa dengan
bantuan enzim selulase. Enzim selulolitik dibentuk oleh sebagian besar mikroorganisme.
Selulosa merupakan senyawa paling melimpah di dunia dan merupakan sumber daya
alam terbarukan sehingga menjadikannya sebagai bahan mentah potensial sebagai
makanan, bahan bakar, dan senyawa kimia. Beragam bakteri, actinomycetes dan fungi
filamentous dapat memproduksi selulase ekstraselular ketika ditumbuhkan pada
substrat mengandung selulosa. Komponen dari sistem selulase pertama diklasifikasikan
berdasarkan pada model aksi katalitiknya dan saat sekarang diklasifikasikan berdasarkan
sifat strukturalnya. Tiga tipe utama dari aktivitas enzimatik yang ditemukan; (1)
Endoglucanase atau 1,4-B-D-glucanase, termasuk 1,4-B-D-glucan-4-glucano-hydrolase
(EC 3.2.1.4), (2) exoglucanase, termasuk 1,4-B-D-glucan glucanohydrolase (juga dikenal
sebagai cellodextrinase) (EC 3.2.1.74) dan 1,4-B-D-glucan cellobiohydrolase)
(cellobiohydrolase) (EC 3.2.1.91), dan (3) B-glucosidase atau B-glucosida glucohydrolase
(EC. 3.2.1.21) (Sa’adah, 2010).
Enzim selulase yang dihasilkan pada praktikum ini diisolasi dari bakteri tanah.
Tanah yang digunakan berasal dari tanah yang diambil dari daerah depan perpustakaan
IPB. Tanah tersebut ditimbang sebanyak ± 1 gram dimasukkan ke dalam larutan
fisiologis 0,85% (NaCl), dihomogenkan kemudian dilakukan pengenceran hingga 10-7.
Fungsi garam fisiologis disini adalah untuk menjaga tonisitas sel dan juga berfungsi
sebagai pemurnian yang artinya hanya mikroorganisme yang mampu hidup pada
konsentrasi garam sebesar 0,85%. Tujuan pengenceran hingga 10-7 yaitu memperkecil
atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Pada tahap isolasi
digunakan CMC sebagai media seleksi pertumbuhan mikroorganisme yang mempunyai
kemampuan selulolitik. CMC merupakan eter polimer selulosa linear dan berupa
senyawa anion yang memiliki sifat higrokopis dan biodegradable, mudah larut dalam air
dan membentuk larutan koloid. Dalam praktikum ini, semua isolat ditumbuhkan pada
media CMC padat yang mengandung CMC 1% (b/v) yang berfungsi sebagai komponen
induser enzim selulase serta glukosa 0,1% (b/v) dan yeast ekstrak 0,2% (b/v) sebagai
komponen pemacu tumbuh sel di fase awal. Setelah glukosa pada medium tumbuhnya
habis maka bakteri akan memanfaatkan sumber karbon dari selulosa dengan
mensintesis enzim selulase.
Tabel 1. Indeks Selulolitik
Kelompok 1 Ф Bakteri (x) Ф Bakteri + Zona Bening (y)
NIP = y−xx
2 0,95 1,4 0,47
4 0,65 - -
6t 0,95 - -
6y 0,4 0,45 0,13
Pengujian kualitatif berdasarkan zona bening berfungsi untuk mendeteksi bisa
atau tidaknya bakteri yang diisolasi menghasilkan enzim selulase. Indikasinya adalah jika
pada koloni bakteri terbentuk zona bening artinya bakteari tersebut mampu
menguraikan selulosa menjadi glukosa dengan bantuan enzim selulase. Pada tabel
diatas hanya pada nomor 2 dan 6y yang memiliki nilai indeks potensial selulolitik yaitu
0,47 dan 0,13. Tetapi karena pada kelompok 1 bakteri yang dihasilkan masih dianggap
kurang potensial maka kelompok ini menggunakan bakteri dari kelompok 2 dengan
kode 2.3. Nilai indeks potensial bakteri diperoleh dari nisbah antara diameter zona
jernih dengan diameter koloni. Congo red yang digunakan pada uji selulolitik akan
mengikat pada ikatan 1,4-β glikosida di dalam selulosa sehingga menimbulkan warna
merah, sedangkan warna bening yang timbul disekitar koloni bakteri mengindikasikan
bahwa selulosa sudah terurai menjadi monosakaridanya. Karena ikatan 1,4-β
glikosidanya sudah dilepaskan oleh enzim selulase yang dihasilkan bekteri tersebut
maka congo red tidak dapat mengikat glukosa, darisinilah terbentuk zona bening.
Berdasarkan nilai indeks potensial yang tertinggi maka bakteri tersebut
digunakan untuk melakukan uji aktivitas enzim selulase selanjutnya. Pengukuran
aktivitas enzim dilakukan dengan assay enzim selulase setiap hari selama 8 hari untuk
mengetahui aktivitas optimum dan waktu terbaik dalam produksi enzim selulasenya. Uji
aktivitas enzim selulase dilakukan berdasarkan kadar glukosa. Kadar glukosa diukur
dengan menggunakan metode DNS. Fungsi pemberian DNS yaitu sebagai pewarnaan
untuk menentukan panjang gelombang serta untuk mengoksidasi glukosa yang
terbentuk. Pada penentuan kadar glukosa juga digunakan blanko, larutan blanko ini
digunakan sebagai kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri.
Menurut Lesmana (2011), larutan blanko dibagi menjadi 3 jenis yaitu Kalibrasi blanko
dimana larutan yang digunakan untuk membuat titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi,
larutan ini hanya berisi pengencer yang digunakan untuk membuat larutan sendiri;
kemudian, reagen blanko yaitu larutan yang berisi reagen yang digunakan untuk
melarutkan sampel, pembacaan absorbansi untuk larutan ini biasanya dikurangi dari
pembacaan sampel; Metode blanko yaitu larutan yang diperlakukan sama dengan
sample ditambah dengan reagen yang sama, mengalami kontak dengan alat yang sama
dan diperlakukan dengn prosedur yang sama.
Tabel 2. Aktivitas Harian Selulase, Kadar protein dan Aktivitas Spesifik Isolat Bakteri Selulolitik K1
Kode Isolat
Waktu Produksi (24
jam)
Aktivitas Selulase (nkat)
Protein (mg/mL)
Aktivitas Spesifik
(nkat/mg)K1 1
-0.0042853 0.253 -0.016942
0.01485581 0.267 0.055643
-0.0117132 0.274 -0.042754
0.00342826 0.236 0.0145275
-0.0108562 0.244 -0.044496 0.00599946 0.240 0.024998
7-0.0017141 0.251 -0.00683
80.00228551 0.251 0.009106
Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas enzim selulosa yang
dimiliki isolat bakteri seluloloitik K1 berbeda-beda setiap waktu inkubasi selama 8
hari. Untuk lebih jelasnya aktivitas selulase harian dapat dilihat pada grafik dibawah
ini :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-0.0008
-0.0006
-0.0004
-0.0002
0
0.0002
0.0004
0.0006
0.0008
0.001
1, -0,00428530
2, 0,01485581
3, -0,01171320
4, 0,00342826
5, -0.01085620
6, 0,00599946
7, -0,00171410
8, 0,0228551
Grafik Aktivitas Selulase Harian
Hari Ke-
Aktiv
itas S
elul
ase
(nka
t)
y = 2E-06x - 2E-05R² = 9E-05
Grafik Aktivitas Enzim Selulase Isolat Bakteri Selulolitik K1 yang Diuji pada Substrat CMC Suhu 25oC, pH 7.
Berdasarkan grafik aktivitas selulase harian diatas puncak aktivitas dan waktu
yang optimum untuk produksi enzim selulase isolate K1 adalah pada hari ke-2 dengan
aktivitas 0,01485581 nkat. Pada hari ke-3, aktivitas selulase menurun hingga -0,0
1171320 nkat dan kemudian meningkat lagi pada hari ke-4 0,00342826 nkat. Namun
setelah hari ke-5 aktivitas selulase mengalami penurunan menjadi -0,01085620 nkat,
tetapi aktivitas selulase tersebut naik pada hari ke-6 0,00599946 nkat, mengalami
penurunan kembali pada hari ke-7 menjadi -0,00171410 nkat dan naik pada hari ke-8
menjadi 0,0228551 nkat. Nilai aktivitas enzim berkaitan dengan proses pendegradasian
substrat sebagai nutrisi bagi mikrofungi. Setiap mikrofungi memiliki kemampuan yang
berbeda dalam mendekomposisi substrat. Jika mikrofungi menempel pada substrat,
maka mikrofungi tersebut akan mengeluarkan enzim spesifik (Moore-landecker, 1996).
Nilai yang negative mengindikasikan bahwa tidak adanya aktivitas enzim tersebut. Hal
tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti aktivitasnya terlalu kecil dan
sensitivitas alat kurang tinggi sehingga aktivitasnya tidak terbaca. Aktivitas enzim
selulase yang meningkat berkaitan dengan fase pertumbuhan sebelumnya. Bakteri
tersebut mengalami fase pertumbuhan dimana bakteri tersebut memanfaatkan substrat
yang tersedia sebagai media pertumbuhannya. Substrat yang digunakan sebagai media
pertumbuhan bakteri adalah CMC (Carboximethyl Cellulose). Bakteri tersebut dapat
memecah selulosa menjadi glukosa didalam substrat dengan bantuan enzim selulase.
Pada fase logaritmik terjadi aktivitas enzim optimum dimana bakteri dapat membelah
dengan cepat dan konstan. Hal ini juga dipengaruhi pH, suhu, kelembaban udara,
kandungan nutrient dan juga kondisi lingkungannya. Pembelahan tersebut dapat
berlangsung terus hingga hasil metabolisme menghasilkan racun dan menyebabkan
pertumbuhannya melambat, kemudian masuk ke fase statis. Fase statis adalah jumlah
sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Setelah fase statis maka akan
masuk ke fase eksponensial yaitu fase kematian.
Selain menentukan aktivitas enzim selulase, kadar protein yang terkandung
dalam isolate juga perlu untuk diukur dan diketahui karena enzim merupakan protein
yang perlu diketahui berapa besar protein terlarutnya. Pengukuran kadar protein
menggunakan metode Bradford dimana didasarkan pada pengikatan secara langsung
zat warna Coomassine Brilliant Blue G250 (CBBG) oleh protein yang memiliki residu
asam amino dengan rantai samping aromatik (Tyrosine, Tryptophan dan Phenylalanine)
atau yang bersifat basa (Arginine, Histidine dan Leucine). Reagen CBBG bebas berwarna
merah kecoklatan dengan panjang gelombang maksimal 465 nm. Suasana asam reagen
CBBG berada dalam bentuk anion yang mengikat protein yang membentuk warna biru
dengan panjang gelombang maksimal 595 nm. Jumlah CBBG yang terikat pada protein
proposional dengan muatan positif yang ditemukan pada protein (Azhari dkk, 2010).
Protein yang terlarut dalam media produksi perlu diukur untuk mengetahui jumlah
protein enzim yang disintesis oleh mikroba dan untuk menghitung aktivitas spesifik
enzim. Namun protein terlarut yang terukur tidak mutlak mencerminkan bahwa yang
terukur semuanya enzim yang disintesis oleh mikroorganisme, karena di dalam media
juga mengandung protein terlarut berupa sisa media (yeast ekstrak) atau hasil
metabolisme protein mikroorganisme yang disekresikan. Selain itu tidak semua protein
enzim adalah kelompok dari selulase.
Untuk lebih jelasnya kadar protein yang terkandung dalam isolate tersebut dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 90.21
0.22
0.23
0.24
0.25
0.26
0.27
0.28
0.253
0.2670.274
0.236
0.244
0.24
0.2510.251
Grafik Kadar Protein
Hari Ke-
Kada
r Pro
tein
(mg/
ml)
Grafik Protein Terlarut dalam Enzim Ekstrak Kasar Isolat Bakteri Selulolitik K1
Beradasarkan grafik diatas yang menunjukan hasil analisis protein terlarut
diperoleh bahwa mulai dari produksi enzim ekstrak kasar isolate bakteri selulolitik
terjadi peningkatan dan penurunan dari hari pertama hingga hari ke delapan. Aktivitas
optimum kadar protein yang dihasilkan terjadi pada hari ketiga dengan jumlah hingga
0,274 mg/ml. Tetapi, pada hari keempat terjadi penurunan menjadi 0,236 mg/ml yang
juga merupakan produksi protein terlarut yang terendah pada aktivitas kadar protein
y = -0.002x + 0.262R² = 0.178
ini, dan terjadi peningkatan dan penurunan hingga hari ketujuh dan stagnan hingga hari
kedelapan. Analisis kadar protein ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi protein
terlarut pada enzim ekstrak kasar sehingga aktivitas enzim spesifik dari enzim selulosa
terhadap kadar protein terlarut dapat diketahui, sehingga besarnya aktivitas enzim
dalam protein pun dapat diketahui. Protein merupakan zat makanan yang sangat
penting bagi tubuh karena zat ini selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah
untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada
(Winarno, 1997). Analisis kadar protein pada praktikum ini menggunakan metode
Bradford yang menggunakan standard Bovine Serum Albumine (BSA). Albumin sendiri
merupakan salah satu jenis protein globuler yang larut dalam air dan terkogulasi oleh
panas (Winarno, 1989). Fungsi dari larutan BSA sendiri adalah untuk mengetahui kadar
protein. Larutan blanko yang dibuat berfungsi sebagai kalibrasi angka dari hasil
pengukuran oleh spektofotometer dengan panjang gelombang tertentu (OD terpilih).
Untuk memperjelas dan mengetahui hubungan antara konsentrasi BSA dan
absorbannya maka dibuatlah kurva standard (Sudarmadji, 1996).
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.120
0.050.1
0.150.2
0.250.3
f(x) = 2.40214285714286 x + 0.0246428571428572R² = 0.955394095442525
Kurva Standar BSA
Konsentrasi (mg/ml)
Abso
rban
si
Grafik Kurva Standar hubungan antara Konsentrasi BSA dan absorbannya.
Gambar dibawah ini menunjukkan aktivitas enzim selulase dari isolate bakteri
selulolitik terhadap waktu produksi yang menunjukkan pola kuadratik dengan
persamaan y = 2E-0,5x-0,000 dengan R2 = 4E-0,5.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-0.06
-0.04
-0.02
0
0.02
0.04
0.06
0.08
-0.01694
0.05564
-0.04275
0.014527
-0.04449
0.024998
-0.00683
0.009106
Aktivitas Spesisik Enzim
Hari Ke-
Aktiv
itas S
pesifi
k (n
kat/
mg)
y = 0.000x - 0.001R² = 0.000
Grafik Aktivitas Enzim Spesifik Selulase Isolat Bakteri Selulolitik
Berdasarkan grafik diatas puncak aktivitas spesifik terjadi pada hari kedua
dengan jumlah 0,05564 nkat/mg dan aktivitas terendah terjadi pada hari ketiga sebesar
-0,04275 nkat/mg. Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa lamanya waktu fermentasi
dapat mempengaruhi aktivitas enzim spesifik yaitu memiliki kecendrungan meningkat
dan menurun pada hari-hari tertentu. Menurut Hans (2011), aktivitas spesifik
memberikan pengukuran aktivitas enzim yang merupakan jumlah waktu tertentu dalam
kondisi tertentu per milligram total protein. Aktivitas tertentu adalah sama dengan laju
reaksi dikalikan dengan volume reaksi dibagi dengan massa total protein.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, A. Mentaya, I. dan Gayang, F. 2010. Penentuan Kadar Protein dengan Metode Bradford. Laporan praktikum. IPB. Bogor.
Bradford, M.M. 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of icrogram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye binding. Anal. Biochem. 72: 248-254.
Hans, Otto. 2011. Assays Enzim. http://hansottopratamayohan.blogspot.com/2011/08/asayz-enzim.html?m=1
Lesmana, Indra. 2011. FUNGSI LARUTAN BLANKO. http://indralesman.blogspot.com/2011/03/fungsi-larutan-blanko.html?m=1
Moore-Landecker, E. 1996. Fundamentals of the Fungi. Prentice Hall. Upper Saddle River. New Jersey. 574 pp.
Sa’adah, Z. Ika,N. dan Abdullah. 2010. Produksi Enzim Selulase oleh Aspergillus niger Menggunakan Substrat Jerami dengan Sistem Fermentasi Padat. http://eprints.undip.ac.id/13064/1/BAB_I_-_V.pdf
Sudarmadji, S., Bambang Haryono dan Suhadi. 1996. Analisa Bahan Makan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Winarno. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan keempat. PT. Gramedia. Jakarta
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan kedelapan. PT. Gramdia. Jakarta
LAMPIRAN
Pembuatan larutan yang digunakan :
1. Larutan pereaksi DNS
Pembuatan larutan pereaksi DNS dilakukan dengan cara melarutkan 10 gr NaOH,
182 gr KNa-Tartat, 10 gr DNS, dan 10 gr Na2SO3 kedalam 1000 mL aquades. Simpan
dalam botol yang berwarna gelap (Miller, 1959).
2. Larutan pereaksi Bradford
Pembuatan larutan pereaksi bradford dilakukan dengan cara melarutkan 0,05 g
Commassie Briant Blue G-250, 25 mL Etanol 95% (v/v), 50 mL Asam Phospor 85%
(v/v) ke dalam 500 mL aquades. Campuran dihomogenkan lalu disaring dengan
kertas saring dan disimpan dalam botol yang berwarna gelap dengan suhu 4oC
(Miller, 1959).
3. Substrat 1 %CMC
Pembuatan substrat dilakukan dengan cara 1 gram CMC dilarutkan kedalam 100 mL
buffer phospat pH 7. Kemudian diaduk dan dipanaskan dengan menggunakan
magnetic stirrer hingga homogen.
4. Garam fisiologis
Garam fisiologis dibuat dengan cara melarutkan 0,85 gram NaCl ke dalam 100 mL
aquades.
5. 0,1 % Congo red
Pembuatan congo red dilakukan dengan cara 0,1 gram congo red dilarutkan ke
dalam 100 mL etanol 96%.
6. 2% NaCl
Garam fisiologis dibuat dengan cara melarutkan 2 gram NaCl ke dalam 100 mL
aquades.
7. Kurva Standar GlukosaPengukuran kadar glukosa dalam berbagai konsentrasi
Konsentrasi (mg/ml)
OD 1 OD 2 Rata2 OD Terkoreksi
0.000 0.116 0.117 0.117 0.000
0.050 0.163 0.161 0.162 0.046
0.100 0.293 0.295 0.294 0.178
0.150 0.437 0.439 0.438 0.322
0.200 0.578 0.578 0.578 0.462
0.250 0.746 0.745 0.746 0.629
0.300 0.895 0.892 0.894 0.777
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.3500.0000.1000.2000.3000.4000.5000.6000.7000.8000.900
f(x) = 2.70142857142857 x − 0.0606428571428571R² = 0.985826344880328
Grafik Standar Glukosa
Konsentrasi (mg/ml)
Abso
rban
si
Grafik Standar Glukosa
8. Kurva Standar BSAAbsorbansi Protein Pada Berbagai Konsentrasi
Konsentrasi
(mg/ml) OD 1 OD 2 Rata-rata
OD
Terkoreksi
0 0.311 0.306 0.3085 0
0.02 0.394 0.398 0.396 0.0875
0.04 0.491 0.479 0.485 0.1765
0.06 0.496 0.513 0.5045 0.196
0.08 0.483 0.475 0.479 0.1705
0.1 0.52 0.541 0.5305 0.222
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.120
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
f(x) = 2.40214285714286 x + 0.0246428571428571R² = 0.955394095442525
Grafik Standar BSA
Konsentrasi (mg/ml)
Abso
rban
si
Grafik Standar BSA
top related