pendahuluan - pertanian
Post on 03-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
B P T P R i a u 1
P e t u n j u k T e k n i s
PENDAHULUAN
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu
komositas perkebunan yang memiliki peranan cukup penting dalam
hal penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa
negara seta berperan dalam mendorong pengembngan wilayah dan
agroindustri di Indonesia.
Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan
pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal
perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana
sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0%
perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta.
Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis
kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga
diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa
Timur dan Jawa Tengah.
Tahun 2002, Indonesia pernah menjadi negara penghasil
kakao terbesar kedua di dunia setelah Pantai Gading, makin
mengganasnya serangan Penggerek Batang Kakao (PBK)
menyebabkan posisi Indonesia tergeser menjadi negara penghasil
kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Selain
masalah hama dan penyakit, perkakaoan Indonesia dihadapkan pada
beberapa permasalahan lainnya, yaitu : mutu produk yang masih
rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilir
kakao yang merupakan tantangan sekaligus peluang bagi para
B P T P R i a u 2
P e t u n j u k T e k n i s
investor untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah
yang lebih besar dari agribisnis kakao.
Indonesia berpotensi besar untuk menjadi produsen utama
kakao dunia apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi
dapat diatasi dengan baik. Lahan potensial untuk pertanaman kakao
di Indonesia sebesar lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi Tenggara
dengan produktivitas rata-rata 50% dari potensi yang seharusnya.
Kondisi harga kakao dunia yang diprediksikan akan terus
meningkat, maka perluasan areal perkebunan kakao Indonesia
diperkirakan akan terus berlanjut sehingga perlu mendapat
dukungan teknologi yang dapat memberikan produktivitas yang
tinggi dan sasaran menjadi produsen kakao terbesar di dunia dapat
terwujud di tahun 2025.
B P T P R i a u 3
P e t u n j u k T e k n i s
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
a. Tanah
Tanaman kakao menghendaki keadaan tanah yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
Mengandung humus atau bahan organik tanah terutama
pada lapisan tanah bagian atas (0 – 25 cm)
Tebal lapisan tanah (solum=jeluk) minimum 90 cm, agar
cukup untuk pertumbuhan akar.
Struktur tanah gembur
Mempunyai kandungan hara yang tinggi
Dapat tumbuh pada pH tanah 4 – 8 dan optimum pada pH 6
– 7,5
Ketinggian tempat antara 0 – 500 di atas permukaan
laut(dpl) dan masih bisa ditanam sampai ketinggian 800 m
dpl.
b. Iklim
Terletak pada daerah 10° LS sampai 10°LU
Curah hujan sebesar 1500 – 2500 mm/tahun dengan bulan
kering ( < 60 mm/bulan) kurang dari 3 bulan.
Suhu maksimum 30-32°C dan suhu minimum 18-21° C
dengan kelembaban udara yang relatif tetap dan tinggi,
yaitu diatas 80%.
B P T P R i a u 4
P e t u n j u k T e k n i s
Intensitas cahaya matahari optimum 50 5 dan pada tanah
yang subur, tanaman dapat tumbuh baik sampai intensitas
cahaya 70-80 %.
KLON – KLON UNGGUL TANAMAN KAKAO
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kakao di
Indonesia adalah masih belum digunakannya bahan tanam unggul
yang sesuai kondisi lingkungan setempat. Untuk menyusun
komposisi klon kakao yang sesuai untuk setiap kondisi lingkungan,
disini dijelaskan tentang sifat-sifat dari beberapa klon kakao unggul,
yang dapat dibudidayakan atau dikembangkan di suatu daerah,
seperti klon-klon dibawah ini:
1. Klon ICS 13
Ciri-ciri :
Habitus tanaman besar
Daya hasil 1.852 kg/ha
Berat biji kering 1.03 g/biji
Warna flush merah tua
Bentuk daun panjang membulat
Ujung daun meruncing
Pangkal daun tumpul
Bentuk buah bulat memanjang
Pangkal buah tumpul tanpa leher botol
Kulit buah agak kasar
Alur buah tegas
B P T P R i a u 5
P e t u n j u k T e k n i s
Ujung buah meruncing
Warna buah muda merah kecoklatan
Warna buah masak merah jingga
2. Klon ICS 60
Ciri-ciri :
Habitus tanaman besar
Daya hasil 1.500 kg/ha
Berat biji kering 1.67 g/biji
Warna flush merah kekuningan
Bentuk daun panjang meruncing
Ujung daun meruncing
Pangkal daun tumpul
Bentuk buah bulat memanjang
Pangkal buah tumpul dengan leher botol
Kulit buah kasar
Alur buah tegas
Ujung buah meruncing
Warna buah muda hijau muda
Warna buah masak kuning
3. HIBRIDA
Ciri – Ciri :
Habitus tanaman besar
Daya hasil 2 ton/ha
Berat biji kering 1 g/biji
B P T P R i a u 6
P e t u n j u k T e k n i s
Warna flush merah muda
Bentuk daun panjang membulat
Ujung daun meruncing
Pangkal daun tumpul
Bentuk buah bulat memanjang
Pangkal buah tumpul dengan leher botol
Kulit buah kasar
Alur buah dalam
Ujung buah meruncing
Warna buah muda hijau muda
Warna buah masak kuning
4. RCC 70
Ciri – ciri :
Habitus tanaman sedang
Hasil persilangan THS 858 x ICS 60
Bersifat kompatibel sendiri
Daya hasil 2.287 kg/ha
Berat biji kering 1.18 g/biji
Warna flush merah
Tahan hama Helopeltis spp.
Bentuk buah agak bulat, kulit buah agak halus
Pangkal buah tumpul dengan leher botol
Ujung buah meruncing
Alur kurang tegas
B P T P R i a u 7
P e t u n j u k T e k n i s
Warna buah muda cerah, buah masak merah jingga
5. RCC 73
Ciri-ciri :
Habitus tanaman sedang
Hasil persilangan Pa x UF 11
Bersifat inkompatibel sendiri
Daya hasil 2.439 kg/ha
Berat biji kering 1.16 g/biji
Agak toleran penyakit busuk buah.Warna flush kuning
kemerahan
Bentuk buah agak panjang, kulit buah agak halus
Pangkal buah agak tumpul dengan leher botol sangat jelas
Ujung buah meruncing
Alur kurang tegas
Warna buah muda hijau, buah masak kuning tu
B P T P R i a u 8
P e t u n j u k T e k n i s
BUDIDAYA TANAMAN KAKAO
PERSEMAIAN
a. Syarat Lokasi Persemaian
Terletak dekat dengan sumber air
Topografinya datar
Drainasenya baik
Dekat pengawasan dan akses transportasinya mudah
Terlindung dari tiupan angin dan penyinaran matahari
langsung
b. Penyiapan Tanah Persemaian
Penyiapan tanah persemaian terdiri atas pembersihan areal
sebagai berikut :
Semua rumput dan semak dibabat habis sampai permukaan
tanah
Semua pohon ditebang dan dikumpulkan pada suatu tempat
untuk kemudian dibakar setelah kering.
Semua batu dan kerikil dikeluarkan dari areal
c. Petak-Petak Bedengan
Persemaian bedengan dibuat dengan arah utara – selatan
Ukuran bedengan 1,5 x 15 m atau sesuai dengan tempat
Bedengan untuk perkecambahan biji dibuat dengan ukuran
yang sama, dari papan atau bambu.
B P T P R i a u 9
P e t u n j u k T e k n i s
d. Pengecambahan Benih
Sebelum disemaikan, celupkan benih ke dalam larutan
formalin 2,5 % selama 10 menit. Kemudian biji diletakkan ke
dalam lapisan pasir persemaian dan sedikit ditekan sehingga
masuk ke dalam pasir. Jarak antar benih 2 – 3 cm.
Untuk menjaga kelembaban dan percikan air siraman
langsung, tutup permukaan bedengan dengan alang-alang
atau jerami yang telah dipotong-potong setebal 2,5 cm.
Lakukan penyiraman dua kali sehari (pagi dan sore).
e. Seleksi dan Pemindahan Semaian ke Pembibitan
Pilihlah benih yang mulai berkecambah setelah 4 – 5 hari,
jangan gunakan benih yang berkecambah lebih dari 12 hari
atau kecambah yang akarnya bengkok.
Lakukan pemindahan apabila keping benih telah terbuka dan
sepasang daun kecil telah terbentuk. Pemindahan dikatakan
terlambat apabila daun sudah besar dan keterlambatan
pemindahan ini dapat menyebabkan terputusnya akar
tunggang.
PEMBIBITAN
a. Syarat lokasi pembibitan
Dekat dengan sumber air dan areal penanaman kakao
Topografinya datar den sistem drainasenya baik
Mudah diawasi dan mudah akses transportasinya
Terlindung dari tiupan angin dan sinar matahari langsung
B P T P R i a u 10
P e t u n j u k T e k n i s
b. Persiapan Media pembibitan
Siapkan dan campur media tanam (tanah, pasir dan pupuk
kandang) dengan perbandingan 1 : 1 : 1
Siapkan polybag ukuran 20 x 30 cm, beri lubang dengan
diameter 1 cm sebanyak 18 lubang. Isi dengan campuran
media tanam
Buat bedengan dengan atap daun kelapa atau daun rumbia,
tinggi atap sebelah timur 1,5 m dan sebelah barat 1,2 m,
lalu atur intensitas cahaya matahari yang masuk sekitar 30 –
50 %.
Susun polybag pada bedengan dengan jarak antar polybag
15 cm x 15 cm atau 15 cm x 30 cm.
c. Penanaman di Pembibitan
Buatlah lubang pada media tanam sedalam ± 10 cm.
Pindahkan satu kecambah kakao ke lubang tanam dalam
polybag, usahakan agar akar dapat berdiri lurus di dalam
lubang.
d. Pemeliharaan Bibit
Lakukan penyiraman setiap hari atau disesuaikan dengan
kondisi cuaca.
Lakukan pemupukan Urea 2 gr/bibit setiap 2 minggu
Buka atap bedengan secara bertahap pada saat umur bibit 2
minggu.
B P T P R i a u 11
P e t u n j u k T e k n i s
e. Pembongkaran dan Pengangkutan Bibit
Siram media tanam dalam polibag untuk mempermudah
proses pembongkaran bibit
Potong daun tua yang lebar kira-kira sepertiga dari panjang
daun untuk mengurangi penguapan,
Lakukan pengangkutan dengan hati-hati.
Potonglah akar bibit yang sudah keluar dari polybag agar
selama pengangkutan media bibit tidak pecah.
PERSIAPAN LAHAN
a. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan (land clearing) dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu mekanik dengan menggunakan alat berat,
manual dengan menggunakan tenaga manusia untuk membersihkan
gulma, atau dengan kombinasi keduanya untuk areal eks-HPH yang
memiliki tegakan cukup banyak dan kerapatan gulma yang tinggi.
b. Pemancangan
Pemancangan dilakukan untuk mempermudah proses
penanaman dan mendapatkan jalur tanam yang lurus sehingga
mempermudah proses perawatan tanaman yang meliputi:
Pemancangan jalur tanaman penaung sementara
Pemancangan jalur tanaman penaung tetap
Pemancangan jalur tanaman kakao
B P T P R i a u 12
P e t u n j u k T e k n i s
c. Jarak Tanam
Jarak tanam yang dapat diterapkan adalah :
3m x 3m, kebutuhan bibit per 1 Ha adalah 1.111 pohon
dengan persediaan bibit sulaman (20%) sebanyak 222
pohon. Jumlah keseluruhan bibit yang harus disiapkan
adalah 1.333 pohon.
4m x 2m, kebutuhan bibit per 1 Ha adalah 1.250 pohon
dengan persediaan bibit sulaman (20%) sebanyak 250
pohon. Jumlah bibit yang harus disiapkan adalah 1.500
pohon.
d. Pembuatan Lubang Tanam
Buatlah lubang tanam 6 bulan sebelum masa tanam.
Isi lubang tanam dengan pupuk hijau yang berasal dari
tebasan gulma atau pupuk kandang bila tersedia.
Kemudian lubang ditutup 3 bulan sebelum bibit kakao
ditanam.
PENANAMAN
a. Menanam Tanaman Penaung
Tanam tanaman penaung 1 tahun sebelum dilakukan
penanaman tanaman kakao
Tanaman penaung sementara yang dapat digunakan adalah
pisang, sedangkan
Tanaman penaung tetap yang dapat digunakan adalah
kelapa, lamtoro gung atau tanaman lain yang memiliki nilai
B P T P R i a u 13
P e t u n j u k T e k n i s
ekonomi sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan
bagi petani.
B. Menanam Tanaman Kakao
- Buka kembali lubang tanam seukuran tanah putaran polybag
bibit
- Masukkan bibit berikut tanah dalam polibag ke dalam lubang
tanam dan isi tanah ke lubang hingga bibit berdiri tegak
- Padatkan tanah dengan kaki secara berangsur-angsur untuk
menghindari pecahnya tanah dalam polybag.
- Rapatkan tanah timbunan sedemikian rupa sehingga jika hujan
area lubang tanam tidak terendam air
PEMELIHARAAN
a. Penyulaman
- Lakukan penyulaman terhadap bibit yang mati atau abnormal
pertumbuhannya
- Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 1 tahun.
b. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma pada areal pertanaman bertujuan untuk
menghindari :
- Persaingan dalam mengambil air dan unsur hara.
- Gulma yang bisa menjadi sumber hama & penyakit
- Adanya gangguan pada tanaman, terutama gulma yang
merambat
B P T P R i a u 14
P e t u n j u k T e k n i s
- Kesulitan dalam pemeliharaan dan saat panen.
c. Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman kakao adalah :
Urea (46% N); ZA (21%N); TSP (46% P2O5), SP-36 (36% P2O5); KCl
(60% K2O). Kiserit (27% MgO) dan Dolomit (19% MgO). Dosis
pupuk per tanaman per tahun disesuaikan dengan umur tanaman,
untuk tanaman kakao yang penaungnya baik, hujannya cukup, sifat
fisika dan kimia tanahnya baik, dosis pupuk yang direkomendasikan
adalah :
Tabel 1. Jenis, dosis pupuk yang tepat berdasarkan umur tanaman
Umur
(Fase)
Satuan Urea TSP/SP-36 KCl Kieserit
Bibit gr/bibit 5 7 4 4
0-1 th gr/ph/th 25 33 20 40
1-2 th gr/ph/th 45 60 35 40
2-3 th gr/ph/th 90 120 70 60
3-4 th gr/ph/th 180 240 135 75
>4 th gr/ph/th 220 240 170 120
Sumber : Pusat Penelitian Kopi dan Kina
d. Pemangkasan
Tujuan Pemangkasan pada tanaman kakao adalah:
Membentuk kerangka dasar (cabang tanaman kakao yang
kuat).
B P T P R i a u 15
P e t u n j u k T e k n i s
Mengatur kelembaban udara dalam kebun.
Mengatur masuknya sinar matahari untuk proses fotosintesis
tanaman.
Memacu dan meningkatkan serta menghasilkan bunga dan
buah yang banyak.
Memotong bagian cabang yang terserang hama/penyakit,
rusak/patah.
Menekan resiko berkembangnya hama penyakit, terutama
cendawan.
Pemangkasan pada tanaman hasil perbanyakan generatif:
a. Pemangkasan Bentuk,
bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman
yang kuat dan seimbang.
Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman belum
menghasilkan (TBM) sekitar umur 8 – 12 bulan.
Caranya dengan memelihara tiga cabang primer dari
jorket yang kuat pertumbuhannya, dan mengatur
cabang-cabang sekunder yang tumbuh seimbang ke
segala arah.
b. Pemangkasan Pemeliharaan & Produksi,
bertujuan untuk mempertahankan kerangka yang
sudah terbentuk baik dan membuat Indeks Luas
Daun (ILD) dalam kondisi optimum (sekitar 3,7 –
5,7).
B P T P R i a u 16
P e t u n j u k T e k n i s
Caranya dengan membuang cabang sekunder pada
jarak 30 – 60 cm dari jorket, cabang sakit, cabang
balik, cabang terlindung atau cabang yang
melindungi, cabang yang masuk jauh ke dalam tajuk
tanaman di sebelahnya.
Pemangkasan dilakukan pada tanaman yang telah
menghasilkan (TM) dengan frekuensi 6 - 8 kali per
tahun dan tunas air dibuang 2 – 4 minggu sekali.
c. Pemangkasan Pemendekan Tajuk,
bertujuan untuk memebatasi tinggi tajuk tanaman
maksimum 3,5 – 4,0 m.
Dilakukan setahun sekali pada awal musim hujan
dan hindari pemangkasan saat tanaman berbunga
lebat atau ketika sebagian besar buah masih pentil
(panjang < 10 cm).
Pemangkasan pada pertanaman hasil perbanyakan vegetatif
adalah sebagai berikut:
Pemangkasan bentuk dilakukan setelah tanaman rimbun ( ±
umur 1 th). Pemangkasan dilakukan dengan memilih semua
cabang besar yang kuat, dengan arah pertumbuhannya
membentuk huruf V.
Pemangkasan selanjutnya dengan mengatur cabang-cabang
sekunder, usahakan arah pertumbuhannya merata,
seimbang dan tidak saling menutup.
B P T P R i a u 17
P e t u n j u k T e k n i s
Pemangkasan pemeliharaan selanjutnya sama dengan
tanaman asal perbanyakan generatif.
e. Pengelolaan Pohon Penaung
Tanaman Penaung Sementara Pisang
Batasi jumlah anakan pisang maksimum dua anak per
rumpun. Bersihkan daun-daun kering sebulan sekali dan
lakukan pemupukan dengan dosis 300 gr gr/rumpun/tahun
Urea, 300 gr/rumpun/tahun TSP dan 400 gr/rumpun/tahun
KCl. Musnahkan tanaman pisang apabila tanaman kakao
sudah mulai berbuah (setelah berumur 4 tahun).
Tanaman Penaung Tetap Lamtoro
Jarak tanam lamtoro 3 x 3m atau 4 x 4 m. Kurangi secara
bertahap secara bertahap dan sistematis. Saat kakao
berumur 4 tahun populasi penaung dikurangi sebanyak 25 %
dan pada umur 5 tahun dikurangi lagi sebanyak 25%.
Populasi akhir dipertahankan sebanyak 500 – 600 pohon/ha.
pada daerah bertipe curah hujan basah (type A-B) menurut
Schmidt & Ferguson, dari populasi akhir tersebut sebanyak
50 % populasi dipotong pucuknya pada awal musim hujan,
dan 50 % sisanya dipotong pada musim hujan tahun
berikutnya. Pemotongan dilakukan pada jarak 1 m di atas
tajuk kakao. Setiap 3 bulan buang cabang dan ranting yang
bersifat mengganggu.
B P T P R i a u 18
P e t u n j u k T e k n i s
Penaung Tetap Kelapa
Lakukan siwingan (“cincingan”) pelepah bila naungan terlalu
berat terutama pada musim hujan. Naungan yang baik
untuk kakao adalah apabila intensitas cahaya matahari yang
masuk 70 – 80 %. Pada tanaman kelapa sudah sangat tinggi
(berumur < 40 th) lalukan tambahan penaung, dengan
lamtoro atau Glirisidia . Untuk hasil produksi kelapa yang
baik, dilakukan pemupukan dengan dosis : Untuk tanaman
belum menghasilkan (TBM) berupa; Urea 100 gr, TSP atau
SP-36 200 gr;MSP 420 gr, kiserit 210 gr dan boron 10 gr
masing-masing perpohon pertahun untuk kelapa hibrida.
Sedangkan untuk kelapa dalam berikan dosis pupuk
setengahnya.
Untuk tanaman menghasilkan (TM), berikan pupuk urea 100
gr, rock fosfat 750 gr, MOP 1000 gr, kiserit 400 gr masing-
masing diberikan perpohon pertahun.
B P T P R i a u 19
P e t u n j u k T e k n i s
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu
penyebab menurun bahkan gagalnya produksi pertanaman kakao.
Untuk itu dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit kakao
utamakan dengan sistem pengendalian secara teroadu (PHT) dan
pemakaian pestisida sebagai alternatif yang terakhir pengendalian
Hama Utama Tanaman Kakao
Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella (Snell)
Gejala Serangan
Buah bergejala masak awal, yaitu belang kuning dan jika
buah digoyang tidak berbunyi seperti halnya buah masak normal.
Jika dibelah tampak biji-biji kakao saling melekat dan berwarna
kehitaman, biji tidak berkembang, ukuran biji kecil dan tidak
bernas.
Pengendalian:
a. Preventif (Daerah Bebas PBK) :
Gunakan bahan tanaman kakao dan perlengkapan lain
dari daerah yang tidak terserang PBK (karantina).
Lakukan pengamatan dan pengawasan ketat di TPH
(Tempat Pengumpulan Hasil) yang bertujuan untuk
mendeteksi dini adanya serangan baru.
B P T P R i a u 20
P e t u n j u k T e k n i s
Lakukan sanitasi, dengan mengubur kulit buah, plasenta
dan buah busuk.
Lakukan penyelubungan/kondomisasi buah berukuran 8–
10 cm dengan kantong plastik
b. Tanaman/daerah tanaman yang terserang PBK
Lakukan pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi
tajuk tanaman maksimum 4 m untuk mempermudah
pengendalian dan panen.
Lakukan pemanenan dan sanitasi seminggu sekali.
Lakukan pengambilan biji kakao setelah buah dibawa ke
TPH.
Gunakan semut hitam sebagai musuh alami PBK
(pengendalian secara biologi).
Untuk meningkatkan populasi semut hitam, buatlah
sarang dari lipatan daun kelapa atau daun kakao yang
diletakkan di atas jorket.
Kepik Penghisap Buah Kakao
Ada 3 jenis serangga yang dikenal sebagai kepik penghisap
buah kakao, yaitu : Helopeltis spp. ; Pseudodoniella typica dan
Amblypelta theobromoae
Gejala Serangan :
Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung
berwarna coklat kehitaman.
1. Helopeltis spp. Buah berbercak kecil, diameter 2-3 mm dan
letaknya cenderung di ujung buah.
B P T P R i a u 21
P e t u n j u k T e k n i s
2. Pseudodoniella spp. Buah berbercak kecil, diameter 2-3 mm
tetapi distribusinya terpusat pada bagian buah yang
terlindung, misalnya pangkal dan bagian yang menempel
pada batang.
3. Amblypelta spp. Ukuran bercak lebih besar dan lebih dalam
dengan distribusi merata di seluruh permukaan buah.
- Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering
dan mati, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah
retak dan terjadi perubahan bentuk.
- Serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan pucuk
layu dan mati (die back), ranting mengering dan
meranggas.
Pengendalian :
Teknik pengendalian yang efektif dan efisien dengan Sistem
Peringatan Dini (SPD) dilakukan apabila tingkat serangan
Helopeltis < 15 %. Keberhasilan pengendalian secara SPD
ditentukan faktor-faktor : organisasi, keterampilan dan
kedisiplinan tenaga pengamat, penyemprot, dan pengawas.
Lakukan penyemprotan secara menyeluruh (blanket
spraying) jika tingkat serangan > 15 %
Pengendalian secara biologis menggunakan semut hitam
(Dolichoderus thoracichus).
Penggerek Batang Kakao
Ada dua jenis hama penggerek batang kakao, yaitu Zeuzera
coffeae Nietn dan Glenea spp.
B P T P R i a u 22
P e t u n j u k T e k n i s
Gejala Serangan :
a. Zeuzera coffeae Nietn
Biasanya menyerang tanaman muda (TBM), gejala serangan
awal terdapat lubang gerekan pada batang atau cabang,
pada permukaan lubang sering terdapat campuran kotoran
serangga ini dengan serpihan jaringan.
Akibat gerekan larva, bagian tanaman di atas lubang
gerekan layu, kering dan mati.
b. Glenea spp. ,
Larva menggerek batang kakao pada jaringan kambium
terutama di pangkal batang
Arah gerekan menyamping (horizontal) dan dari lubang
gerekan dikeluarkan sisa-sisa gerekan yang strukturnya
berserat dan berbuih.
Arah gerekan yang horizontal menyebabkan kerusakan kulit
batang berbentuk cincin (ring barking)
Pengendalian :
Secara Mekanis :
Potong batang/cabang terserang 10 cm di bawah lubang
gerekan ke arah pangkal batang/cabang kemudian larva
dibakar.
Secara Kimia
Injeksikan insektiosida racun nafas ke dalam lubang gerekan
Secara Biologi
B P T P R i a u 23
P e t u n j u k T e k n i s
Semprotkan suspensi konidia jamur Beauveria bassiana ke
dalam lubang gerekan dengan konsentrasi 1,18 x 10 7
konidia / ml air.
Hama lain pada tanaman kakao adalah tikus dan babi hutan
terutama pada daerah-daerah yang perawatannya kurang dan
sanitasi areal pertanaman yang tidak baik.
Penyakit Utama Tanaman Kakao
Penyakit Busuk Buah Phytophthora palmivora Bult.
Gejala serangan :
Buah kakao yang terserang berbercak coklat
kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah.
Penyebaran;
Melalui sporangium atau klamidospora yang terbawa atau
terpercik air hujan.
Saat tidak ada buah, jamur dapat bertahan di dalam tanah
dengan membentuk klamidospora.
Penyakit berkembang dengan cepat pada kebun yang
mempunyai curah hujan tinggi
Pengendalian :
Sanitasi kebun, yaitu memetik semua buah busuk,
kemudian membenamkannya dalam tanah sedalam 30 cm.
Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung
B P T P R i a u 24
P e t u n j u k T e k n i s
dan pemangkasan tanaman, sehingga kelembaban di
dalam kebun turun.
Kimiawi, yaitu penyemprotan buah sehat secara
preventif dengan fungisida berbahan aktif tembaga
(Copper Sandoz, paket NORBESAN plus Fifanon, Cobox
dll) konsentrasi formulasi 0,3%, selang waktu 2 minggu.
Penyakit Kanker Batang, Phytophthora palmivora (Bult.)
Gejala Serangan
Kulit batang agak berlekuk dan berwarna lebih gelap atau
kehitam-hitaman, sering terdapat cairan kemerahan yang
kemudian tampak seperti lapisan karat.
Jika lapisan luar dibersihkan maka tampak lapisan di
bawahnya membusuk dan berwarna merah anggur.
Penyebaran :
Penyebaran sama dengan penyebaran penyakit busuk
buah.
Terjadi karena pathogen yang menginfeksi buah menjalar
melalui tangkai buah mencapai batang, yang berkembang
pada kebun dengan kelembaban dan curah hujan tinggi,
atau sering tergenang air.
Pengendalian :
Kulit batang yang membusuk dikupas sampai batas kulit
yang sehat.
B P T P R i a u 25
P e t u n j u k T e k n i s
Luka kupasan dioles dengan fungisida tembaga misal
Copper Sandoz, paket NORBESAN plus Fifanon dll.,
konsentrasi 3% formulasi
Bila serangan pada kulit batang sudah hampir melingkar,
maka tanaman dipotong atau dibongkar.
Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback), Oncobasidium
theobromae.
Gejala serangan
Daun menguning dengan bercak-bercak hijau.
Sayatan bekas duduk daun yang sakit tampak tiga noktah
berwarna coklat kehitaman.
Garis-garis coklat pada jaringan kayu, lentisel dari ranting
sakit membesar Nekrosis di antara tulang daun seperti
gejala kekurangan unsur Ca.
Penyebaran :
Menyebar melalui basidiospora yang diterbangkan oleh
angin pada malam hari.
Perkembangan penyakit sangat dibantu oleh kelembaban
atau curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah
di malam hari.
Pengendalian:
Pemangkasan sanitasi, yaitu memotong ranting sakit sampai
pada batas gejala garis coklat pada xilem, ditambah 30-
B P T P R i a u 26
P e t u n j u k T e k n i s
50 cm di bawahnya 1-3 bulan sekali secara efektif.
Eradikasi, yaitu pembongkaran tanaman yang
terserang berat.
Kelayuan Pentil (cherelle wilt):
Merupakan penyakit fisiologis seperti halnya gugur buah
pada tanaman buah-buahan.
Angkanya dapat mencapai 79-90% dari penti l yang
tumbuh.
Setelah pentil berumur lebih dari 2,5 bulan telah terbebas
dari penyakit ini.
Penyebabnya adalah persaingan nutrien antara pentil
dengan pertunasan (flushing) dan buah-buah dewasa,
serta luka mekanis karena tusukan Helopeltis spp.
Kendalikan dengan memberikan pupuk yang tepat, dan
tidak melakukan pangkasan berat serta pembukaan
penaung drastis yang dapat memacu pertunasan intensif.
B P T P R i a u 27
P e t u n j u k T e k n i s
REHABILITASI TANAMAN
Rehabilitasi bertujuan untuk memperbaiki yang rusak dan
mendapatkan produksi yang lebih tinggi. Rehabilitasi pada
pertanaman kakao dewasa dapat dilakukan dengan metode
sambung samping dan sambung pucuk
Metode sambung samping
Lakukan pada awal musim hujan, saat tumbuh aktif
ditandai kulit batang mudah dibuka.
Lakukan pada batang bawah yang sehat.
Siapkan batang atas (entres) klon-klon unggul anjuran yang
jelas identitasnya. Bahan entres berupa cabang plagiotrop
berwarna hijau atau hijau kecoklatan yang daunnya telah
menua, dengan diameter 0,75-1,50 cm.
Metode Sambung pucuk atau okulasi pada tunas air
Lakukan pada bibit umur 3 bulan
Ambil entres dari klon-klon unggul yaitu ICS 60, TSH 858,
ICS 13, dan GC 7
Entres berasal dari cabang-cabang plagiotrop yang sehat,
warna hijau kecoklatan. Diameter 1 cm, dengan 3
mata tunas, pangkal entres disayat miring hingga runcing
seperti baji.
Batang bawah potong datar, sisakan 3 lembar daun.
Amati setelah 10-15 hari. Bi la sambungan jadi tunas,
biarkan tumbuh sepanjang ± 2 cm,
B P T P R i a u 28
P e t u n j u k T e k n i s
Buka tutup entres tanpa melepas tali ikatan. Buka Tali
ikatan setelah tunas baru berumur 3 bulan.
Bibit siap ditanam setelah berumur 7 bulan
B P T P R i a u 29
P e t u n j u k T e k n i s
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
Petik buah yang sudah masak (umur 4,5 – 6 bulan)
dengan gunting, atau pisau bergalah dan hindari
rusaknya bantalan bunga, buah masak ditandai
dengan perubahan warna kulit buah. Buah yang muda
hijau, setelah masak kuning, sedangkan yang muda merah
setelah masak menjadi orange
Hindari pemetikan buah yang masih mentah atau
lewat masak karena biji seringkali sudah
berkecambah di dalam buah.
Kumpulkan buah di TPH (Tempat Pengumpulan
Hasil), dan pisahkan buah yang sakit dari yang sehat.
Pecakan buah, kemudian biji dikumpulkan dalam
wadah dan dibawa ke pengolahan, la lu benam
ku l i t buah a tau d iproses men jad i kompos/ pupuk
o rgan i k
Hindari pemecahan buah dengan alat logam.
Pasca Panen
F e r m e n t a s i
T u j u a n :
M e m u d a h k a n m e l e p a s z a t l e n d i r d a r i
p e r m u k a a n k u l i t b i j i
B P T P R i a u 30
P e t u n j u k T e k n i s
Menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik
Menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur
selama penyimpanan
Menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih.
Cara Fermentasi :
1. Fermentasi dengan kotak/peti fermentasi :
Masukkan biji kakao dalam kotak terbuat dari lembaran
papan yang berukuran panjang 60 cm dengan tinggi 40 cm
(kotak dapat menampung ± 100 kg biji kakao basah)
setelah itu kotak ditutup dengan karung goni/daun pisang.
Lakukan pembalikan pada hari ke 3 (setelah 48 jam) agar
fermentasi biji merata.
Keluarkan biji kakao pada hari ke 6 biji-biji dan jemur.
2. Fermentasi menggunakan keranjang bambu :
Bersihkan Keranjang bambu terlebih dahulu dan alasi
dengan daun pisang kemudian masukkan biji kakao
(keranjang dapat menampung ± 50 kg biji kakao basah)
Tutup keranjang dengan daun pisang.
Pada hari ke 3 lakukan pembalikan biji dan pada hari ke 6
biji siap dijemur.
Perendaman dan Pencucian.
Tujuan perendaman dan pencucian adalah menghentikan
proses fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Sebelum
B P T P R i a u 31
P e t u n j u k T e k n i s
pencucian dilakukan perendaman ± 3 jam untuk meningkatkan
jumlah biji bulat dengan kenampakan menarik dan warna coklat
cerah. Umunya biji kakao yang dicuci adalah jenis edel
sedangkan jenis bulk tergantung pada permintaan pasar.
Pengeringan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air dari 60%
menjadi 6 - 7% dan proses pengeringan sebaiknya
dilakukan secara lambat.
Dapat dilakukan dengan sinar matahari, mesin
pengering atau kombinasi keduanya.
Dalam penjemuran, hamparkan biji di atas alas yang bersih,
tebal 5 cm dan dibalik 1-2 jam sekali tergantung cuaca.
Lama penjemuran 10 hari.
Alat pengering yang biasa digunakan adalah Vis Dryer dan
Cocoa Dryer. Alat tersebut biasa dikombinasikan dengan
penjemuran. Suhu diatur 60 - 70 °C dengan prins ip
pengeringan secara lambat.
Tanda biji kering adalah rapuh/mudah patah, beratnya 1/3
berat basah.
Sortasi dan Penyimpanan
Sortasi
Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan biji kakao dari
kotoran yang terangkut dan memisahkan biji atas dasar
kenampakan fisik dan ukuran biji. Mutu biji dikelompokkan
B P T P R i a u 32
P e t u n j u k T e k n i s
berdasarkan syarat yang ditetapkan Direktorat Standarisasi
Departemen Perdagangan.
Penyimpanan
Bi j i dikemas dalam wadah yang kuat, ber s ih ,
t idak te rkontaminas i dengan bau yang ta jam,
b iasanya menggunakan karung goni. Kemudian biji dalam
wadah tersebut disimpan dalam ruang yang tidak lernbab,
cukup ventilasi, bersih, bebas pencemaran bau. Antara
lantai dengan tumpukan biji diberi alas kayu yang berjarak
10 cm dari permukaan lantai.
B P T P R i a u 33
P e t u n j u k T e k n i s
STANDAR MUTU BIJI KAKAO
Tabel 2. Syarat umum mutu biji kakao
No Karakterisasi Syarat
1 Kadar air, % maksimum 7,5
2 Biji berbau asap dan atau abnormal dan
atau berbau asing
Tidak Ada
3 Serangga hidup Tidak Ada
4 Kadar biji pecah dan atau pecahan biji dan
atau pecahan kulit, % maksimum
3
5 Kadar benda-benda asing. % maksimum 0
B P T P R i a u 34
P e t u n j u k T e k n i s
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1988. Cara Bercocok Tanam Cokelat. Proyek Informasi Pertanian Yogyakarta.
Anonim. 2010. Profil Singkat Komoditi Kakao. http: //regionalinvestment.com/newsipid/userfiles/komoditi/3/ka
kao_profilsingkat.pdf.
Anonim. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman pada Tanaman Coklat.
Balai Informasi Pertanian Kalimantan Tengah.
Firdausil, AB., Nasriyatu & Yani, A. 2008. Teknologi Budidaya Kakao. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian.
Sukamto, S., Sulistyowati, S. & Wiryadiputra, S. 1998. Pengenalan
dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopo dan Kakao.
Prabowo,. Y. A. 2010. Budidaya Kakao. http://teknis-
budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya_kakao.html. 27
mei 2010.
top related