refer at
Post on 01-Jan-2016
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pasien yang akan menjalani anastesi dan pembedahan baik elektif maupun darurat harus
dipersiapkan dengan baik karena keberhasilan anastesi dan pembedahan sangat dipengaruhi oleh
persiapan pra anastesi. Kunjungan pra anastesi pada bedah elektif umumnya dilakukan 1-2 hari
sebelumnya, sedangkan pada bedah darurat waktu yang tersedia lebih singkat.
Persiapan pasien dapat dilakukan mulai di ruang perawatan (bangsal), dari rumah pasien
ataupun dari ruang penerimaan pasien di kamar operasi. Bergantung dengan berat ringannya
tindakan pembedahan yang akan dijalankan serta kondisi pasien. Pasien dengan operasi elektif
sebaiknya telah diperiksa dan dipersiapkan oleh petugas anestesi pada 2 hari sebelum hari
pelaksanaan pembedahan. Sedangkan pasien operasi darurat, persiapannya lebih singkat lagi.
Mungkin beberapa jam sebelum dilaksanakan pembedahan.
Pasien dianamnesa tentang penyakit yang diderita, penyakit penyerta, penyakit herediter,
pengobatan yang sedang dijalani, riwayat alergi, kebiasaan hidup (olahraga, merokok, minum
alkohol, dan lain- lain). Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(laboratorium dan radiologi). Perlu pula dianamnesa riwayat pembedahan, pembiusan serta
komplikasi yang dialami pasien. Berapa lama dia menjalani perawatan. Misal, pasien yang
pernah menjalani operasi pengangkatan nevus tapi pasca operasinya dirawat di ruang rawat
intensif (ICU), maka petugas anestesi harus waspada. Pasien ini memiliki masalah yang serius.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persiapan Pre Anastesi
1. Mengumpulkan data
2. Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai data
3. Meramalkan kemungkinan penyulit yang akan terjadi
4. Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang akan terjadi
5. Menentukan status fisik pasien
6. Menentukan tindakan anestesi
2.2 Persiapan Sebelum Dilakukan Pembedahan
Secara umum, persiapan pembedahan antara lain :
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT.
2. Pengosongan kandung kemih.
3. Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).
4. Pemeriksaan fisik ulang
5. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
6. Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena
jika diberikan beberapa menit sebelum operasi.
Lama puasa pada orang dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop
ASI). Pada operasi darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk
dekompresi lambung.
2.3 Kunjungan Pra Anastesi
Persiapan operasi harus optimal dan sempurna walaupun waktu yang tersedia amat sempit.
Keberhasilan anestesi sangat ditentukan oleh kunjungan pra anestesi.
2
Kunjungan (visite) pra anestesi bertujuan :
1. Mengetahui riwayat penyakit bedah dan penyakit penyerta, riwayat penyakit sekarang
dan penyakit dahulu.
2. Mengenal dan menjalin hubungan dengan pasien.
3. Menyiapkan fisik dan mental pasien secara umum (optimalisasi keadaan umum).
4. Merencanakan obat dan teknik anestesi yang sesuai.
5. Merancang perawatan pasca anestesi.
6. Memprediksi komplikasi yang mungkin terjadi.
7. Memperhitungkan bahaya dan komplikasi.
8. Menentukan status ASA pasien.
Secara umum, tujuan kunjungan pra anestesi adalah menekan mobiditas dan mortalitas.
2.4 Anamnesis
Dalam anamnesis, dilakukan :
1. Identifikasi pasien
2. Riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat, riwayat alergi.
3. Riwayat anestesi dan pembedahan yang lalu.
Ketika pasien menyatakan alergi terhadap suatu obat/zat, maka petugas anestesi perlu
mengkonfirmasi apakah kejadian tersebut betul-betul alergi ataukah hanya rasa tidak enak
setelah penggunaan obat tersebut. Alergi perlu diwaspadai karena alergi dapat menimbulkan
bahaya besar seperti syok anafilaktik dan edema angioneurotik.
Narkotika dan psikotropika (terutama sedatif) saat ini sudah sering disalahgunakan oleh
masyarakat awam. Hal ini perlu diwaspadai oleh petugas anestesi. Oleh karena itu, dalam
anamnesis, petugas harus mampu memperoleh keterangan yang jujur dari pasien. Pada pasien
dengan operasi darurat, mungkin di Instalasi Gawat Darurat dia telah mendapatkan narkotika dan
sedatif, namun petugas di IGD terlupa menuliskan di buku rekam medis pasien. Agar tidak
terjadi pemberian yang tumpang tindih, sebaiknya petugas anestesi juga menanyakan hal tersebut
kepada petugas IGD.
3
2.5 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik pada prinsipnya dilakukan terhadap organ dan bagian tubuh seperti :
1. Keadaan umum : berat badan, tinggi badan, tanda-tanda vital.
2. Status gizi : obesitas, kaheksia
3. Status psikis
4. Sistemik :
a. Kepala leher :
- Mulut : bentuk lidah, derajat Mallampati
- Gigi geligi : gigi palsu, gigi goyah
- Mandibula : bentuk mandibula.
- Hidung : tes patensi lubang hidung, obstruksi.
- Leher : bentuk leher (kesan : pendek / kaku), penyakit di leher (sikatrik,
struma, tumor) yang akan menyulitkan intubasi.
- Asesori : lensa kontak.
b. Thoraks (Jantung dan paru) : tanda-tanda penyakit pernapasan dan sirkulasi.
- Abdomen : sirosis, kembung
- Ekstremitas : melihat bentuk vena, tanda-tanda edema.
- Tulang belakang /vertebra : jika akan dilakukan anestesi subarakhonoid
ataupun
- epidural. Apakah ada skoliosis, athrosis, infeksi kulit di punggung ?
- Sistem persarafan.
Abdomen yang kembung bisa disebabkan oleh udara atau cairan (sirosis). Kembung pada
bayi akan berakibat fatal karena bayi akan kesulitan untuk bernapas. Sehingga perlu
penatalaksanaan pra bedah terhadap bayi yang kembung.
Jantung harus diperiksa secara teliti, apakah terdapat penyakit jantung ? Jika ada, apakah
masih dalam fase kompensasi atau dekompensasi ? Jantung yang dalam fase kompensasi, masih
relatif aman untuk dianestesi.
4
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang terdiri dari periksaan laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan
laboratorium terbagi menjadi pemeriksaan rutin dan khusus. Data laboratorium yang harus
diketahui diantaranya :
- hemoglobin (minimal 8% untuk bedah elektif)
- leukosit
- hitung jenis
- golongan darah
- clotting time dan bleeding time
- Atas indikasi dilakukan skrining : HBSAg
- Jika usia > 40 tahun, perlu diperiksa elektrolit (terutama natrium dan kalium), ureum,
kreatinin.
- Urinalisis : tes reduksi, tes sedimen
Sedangkan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya yang diperlukan diantaranya
foto toraks, EKG pada pasien berusia > 40 tahun atau bila ada sangkaan penyakit jantung,
Echokardiografi (wajib pada penderita jantung), dan tes faal paru (spirometri). Jika diperlukan,
pasien dikonsulkan ke bagian lain (penyakit dalam, jantung, dll) untuk memperoleh gambaran
kondisi pasien secara lebih spesifik. Konsultasi bukan untuk meminta kesimpulan / keputusan
apakah pasien ini boleh dianestesi atau tidak. Keputusan akhir tetap berada di tangan anestetis.
Setelah kondisi pasien diketahui, anestetis kemudian dapat meramalkan prognosa pasien serta
merencakan teknik dan obat anestesi yang akan digunakan.
2.7 Persiapan Penyulit yang Akan Terjadi
Penyakit Kardiovaskular
-Resiko serius Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai pasca
operasi.
5
-Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang dilepaskan.
Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi aritmia,
takikardi ventricular sampai fibrilasi ventricular.
-Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan gas dan uap
inhalasi terhalangi.
-Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi. Bahaya
hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah penghentian obat jauh
lebih berat diandingkan dengan resiko karena meneruskan terapi.
Penyakit Pernafasan
-Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi
karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens infeksi pasca
operasi.
-Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma atau
pecandu nikotin.
-Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas karena
efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi karena
anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pasca operasi
Diabetes Mellitus
Hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes yang
tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika kondisi bedah itu
sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan
analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena metabolisme oleh
otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan
akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin yang
berakumulasi pada tubulus renalis
6
2.8 Persiapan Sebelum Pembedahan
Secara umum, persiapan pembedahan antara lain :
- Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada orang
dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi
darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi
lambung.
- Pengosongan kandung kemih.
- Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).
- Pemeriksaan fisik ulang
- Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
- Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena
jika diberikan beberapa menit sebelum operasi.
2.9 Premedikasi
Tujuan
- pasien tenang, rasa takutnya berkurang
- Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan
- Mengurangi dosis dan efek samping anestetika
- Menambah khasiat anestetika
Cara:
- intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)
- intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 – 1/2 dari dosis
intramuscular)
- oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi obat
penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien dengan hipertensi.
1. hilangkan kegelisahan Tanya jawab
2. ketenangan sedative
3. ananlgesi narko analgetik
7
4. amnesia hiosin diazepam
5. turunkan sekresi saluran nafas atropine, hiosisn
6. meningkatkan pH kurangi cairan lambung antacid
7. cegah reaksi alergi anihistamin, kortikosteroid
8. cegah refleks vagal atropine
9. mudahkan induksi petidin, morfin
10. kurangi kebutuhan dosis anestesi narkotik hypnosis
11. cegah mual muntah droperidol, metoklorpamid
2.10 Penggolongan Obat-Obat Premedikasi
1. Golongan Narkotika
a. Analgetika sangat kuat.
b. Jenisnya : petidin dan morfin.
c. Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
d. Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah
hipotensi
e. diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,
misalnya: halotan, tiopental, propofol.
f. Pethidin diinjeksikan pelan untuk:
- mengurangi kecemasan dan ketegangan
- menekan TD dan nafas
- merangsang otot polos
g. Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan
- mengurangi kecemasan dan ketegangan
- menekan TD dan nafas
- merangsang otot polos
- depresan SSP
- pulih pasca bedah lebih lama
- penyempitan bronkus
- mual muntah (+)
8
2. Golongan Sedativa & Transquilizer
- Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk.
- Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF
(Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer.
- Efek samping: depresi nafas, depresi sirkulasi.
- diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak
lebih gelisah
Barbiturat
- menimbulkan sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi
- depresan lemah nafas dan silkulasi
- mual muntah jarang
Diazepam
- induksi, premedikasi, sedasi
- menghilangkan halusinasi karena ketamin
- mengendalikan kejang
- menguntungkan untuk usia tua
- jarang terjadi depresi nafas, batuk, disritmia
- premedikasi 1m 10 mg, oral 5-10 mg
3. Golongan Obat Pengering
- Bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta
menurunkan efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko
timbulnya refleks vagal.
- Contoh: sulfas atropine dan skopolamin.
- Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-anak
sehingga terjadi febris dan dehidrasi
- diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, mis:
dietileter atau ketamin
9
2.11 Prognosa
Prognosa dibuat berdasarkan kriteria yang dikeluarkan ASA (American Society of
Anesthesiologist).
ASA 1 ; tanpa ada penyakit sistemik
ASA 2 ; kelainan sistemik ringan sampai sedang. Misalnya apendisitis akut tanpa komplikasi
ASA 3 ; kelainan sistemik berat, ketergantungan pada obat-obat, aktivitas terbatas. Misal ileus
ASA 4; kelainan sistemik berat yang mengancam nyawa, sangat tergantung dengan obat-obat,
aktivitas sangat terbatas.
ASA 5; dioperasi ataupun tidak, dalam 24 jam akan mati juga. Tanda-tandanya : nadi tidak
teraba, pasien ruptur aneurisma aorta.
Pasien usia ± 60 tahun, pasien obesitas tergolong kategori ASA 2. Teknik dan obat yang
akan digunakan, disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi ekonomi.
a. Apakah nanti pasien diberi anestesi umum ataukah anestesi regional ?
b. Jika memakai anestesi umum, teknik apa yang digunakan ?
c. Intravena, Inhalasi atau campuran ?
d. Apakah nanti pasien dipasang sungkup (facemask), Laryngeal Mask Airway, Intubasi
endotrakeal ?
e. Apakah nanti napasnya dikendalikan ataukan di-spontan-kan ?
Sebelum melakukan prosedur anestesia, penting sekali memberikan informasi tentang
risiko anestesi, kepada pasien atau penanggungjawab pasien.
Risiko tindakan harus disampaikan ke pihak yang bertanggung jawab atas diri pasien,
yakni pihak yang memberikan persetujuan dan menandatangani surat izin operasi / surat izin
anestesi.
2.12 Teori Anastesi
1. Teori Koloid
Obat anestesi penggumpalan sel koloid anestesi yang reversibel
10
Bukti : eter, halotan hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi
penggumpalan protoplasma)
2. Teori Lipid
- Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya
anestesi.
- Kelarutan anestesi makin kuat
- Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat
- Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD
3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan
Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan
proses metabolisme dan transmisi neural terganggu menyebabkan anestesi.
4. Teori biokimia
Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi oksidatif).
5. Teori Neurofisiologi
Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan menghambat
fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi mempertahankan kesadaran.
6. Teori Fisika
Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan
menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air sehingga menyebabkan
gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh karena terbentuk
mikrokristal di SSP.
Trias anastesi :
- Analgesia
- Hipnosis
- Arefleksia / relaksasi
11
2.13 Stadium Anastesi
Stadium 1 : Stadium analgesia atau disorientasi
- Induksi kesadaran hilang
- Nyeri () o.k bedah kecil
- Berakhir : refleks bulu mata hilang
Stadium 2 : stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium
- Kesadaran (-)/ refleks bulu mata (-) ----- ventilasi teratur
- Terjadi depresi pada ganglia basalis rx berlebihan bila ada rangasang
(hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba)
Stadium 3 :
Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana :
Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal
- Pupil terfiksasi, miosis
- Refleks cahaya (+)
- Lakrimasi
- Refleks faring dan muntah (-)
- Tonus otot mulai
Plana 2 :- Ventilasi teratur : abdominaltorakal
- Volume tidal
- Frekuensi nafas
- Pupil : terfiksasi ditengah, midriasis
- Refleks cahaya
- Refleks kornea (-)
Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn kelumpuhan saraf interkostal
- Lakrimasi (-)
- Pupil melebar dan sentral
- Refleks laring dan peritoneum (-)
- Tonus otot
Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak adequat ok otot diafragma
lumpuh ( tonus otot tidak sesuai volume tidal)
12
- Tonus otot
- Pupil midriasis
- Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)
Stadium 4 : Stadium paralisis
- Disebut juga stadium kelebihan obat.
- Terjadi henti nafas sampai henti jantung
Ventilasi normal:
- Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma)
- Pria dewasa : dominan torakal
Pupil
Pada pupil yang diperhatikan : - gerak
- fixasi posisi pupil
Stadium I : tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosi
Stadium II : pupil midriasis karena rangsang simpatik pada otot dilatator
Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada anestesi dengan
eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan IV
Stadium pembedahan : pupil terfiksasi ditengah dan ventilasi teratur
Anestesi dalam (kelebihan dosis) :
- Pupil dilatasi maksimal ok paralisis N.kranialis III
- Ventilasi perut dan dangkal
Sebab lain pupil midriasis :
1. Saat induksi : o.k sudah setengah sadar (sub concious fear)
2. Premedikasi atropin tanda opiat
3. Hipoksia
4. Syok dan perdarahan
Refleks bulu mata
N : sentuhan berkedip (kontraksi)
(-) : akhir stadium I, awal stadium II
Refleks kelopak mata
N : tarik kelopak mata ada tarikan (kontraksi)
13
(-) : awal stadium III
Refleks cahaya :
N : Pupil miosis
(-) : Stadium 3 plana 3
14
2.14 Urutan Pelaksanaan Anastesi Umum
Berikut merupakan langkah pelaksanaan anestesi umum yang biasa dilakukan oleh DM untuk
kasus:
1. Setelah pasien dibaringkan di atas meja operasi. Pasang tensi, saturasi, precordial.
Nyalakan monitor. Nyalakan mesin anestesi. Atur kecepatan infuse.
2. Tunggu instruksi. Setelah lapor ke konsulen, dan operator sudah siap. Berarti anestesi
sudah boleh dilakukan.
3. Minta pasien untuk berdoa
4. Suntikkan pre medikasi: SA 0,25 mg dan Pethidin 30-50 mg
5. Suntikkan Recofol 100 mg.
6. Tunggu sampai refleks bulu mata hilang.
7. Bila refleks bulu mata telah hilang pasang masker dengan posisi benar. (Jaw thrust,
chin lift, tekan masker dengan ibu jari dan telunjuk)
8. Naikkan oksigen sampai 6-10 l
9. kurangi oksigen sampai 3 l. naikkan N2O menjadi 3l. buka isofluran/halotan
10. Tetap berada dalam posisi seperti itu. Sambil kadang-kadang lakukan pemompaan bila
diperlukan. Perhatikan infus, nadi, tensi, saturasi, pompa atau monitor mesin. Sesekali
raba nadi pasien.
11. Bila diperlukan pasien rileks maka berikan Succinil cholin atau tramus tergantung dosis
yang diperlukan.
12. Selanjutnya tinggal seni anestesinya. Kalau tensi naik dan turun, kalau nadi naik atau
turun, kalau nafas kurang spontan, lambat atau cepat. Yang kita lakukan bisa perdalam
atau kurangi obat anestesi, tambah obat tertentu, atur cairan, atur posisi pasien dan lain-
lain.
13. Bila operasi sudah hampir selesai kurangi dosis perlahan sampai kemudian tinggal
oksigen saja.
14. Operasi selesai… bawa pasien ke RR. Dan tunggu sampai pasien bangun.
15
2.15 Monitoring Anastesi
1. Kedalaman anestesi
2. Kardiovaskuler :
- Tekanan darah (invasif atau non invasif)
- EKG
- CVP
3. Ventilasi respirasi :
- Stetoskop
- Pulse oksimetri saturasi
- Capnometer
- Analisa gas darah
4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris
- Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat
- Axilla, rectal, osefagus, nasofaring
5. Produksi urin : ½ - 1 cc/kg BB/j
6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; > 20%
perdarahan diberi transfusi “whole blood”.
7. Sirkuit anestesi
Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah
O2----mesin anestesi corugated-corugated masker/ ET Pasien
16
2.16 Obat- Obat Anastesi
DOSIS OBAT-OBATAN (Yang dicantumkan disini hanya yang biasa di RS Ulin)
Obat Dalam
sediaan
Jumlah di
sediaan
pengenceran Dalam
spuit
Dosis
(mg/kgBB)
1 cc
spuit =
Pethidin ampul 100mg/
2cc
2cc +
aquadest 8cc
10 cc 0,5-1 10 mg
Fentanyl 0,05
mg/cc
0,05mg
Recofol
(Propofol)
ampul 200mg/
20cc
10cc +
lidocain 1
ampul
10 cc 2-2,5 10 mg
Ketamin vial 100mg/cc 1cc +
aquadest 9cc
10 cc 1-2 10 mg
Succinilcholin vial 200mg/
10cc
Tanpa
pengenceran
5 cc 1-2 20 mg
Atrakurium
Besilat
(Tramus/
Tracrium)
ampul 10mg/cc Tanpa
pengenceran
5 cc Intubasi:
0,5-0,6,
relaksasi:
0,08,
maintenance
: 0,1-0,2
10 mg
Efedrin HCl ampul 50mg/cc 1cc +
aquadest 9cc
10 cc 0,2 5 mg
Sulfas Atropin ampul 0,25mg/cc Tanpa 3 cc 0,005 0,25 mg
17
pengenceran
Ondansentron
HCl (Narfoz)
ampul 4mg/2cc Tanpa
pengenceran
3 cc 8 mg
(dewasa)
5 mg (anak)
2 mg
Aminofilin ampul 24mg/cc Tanpa
pengenceran
10 cc 5 24 mg
Dexamethason ampul 5 mg/cc Tanpa
pengenceran
1 5 mg
Adrenalin ampul 1 mg/cc 0,25-0,3
Neostigmin
(prostigmin)
ampul 0,5mg/cc Tanpa
pengenceran
Masukkan 2
ampul
prostigmin +
1 ampul SA
0,5 mg
Midazolam
(Sedacum)
ampul 5mg/5cc Tanpa
pengenceran
0,07-0,1 1 mg
Ketorolac ampul 60 mg/2cc Tanpa
pengenceran
30 mg
Difenhidramin
HCl
ampul 5mg/cc Tanpa
pengenceran
5 mg
Onset dan Durasi yang penting
OBAT ONSET DURASI
Succinil Cholin 1-2 mnt 3-5 mnt
18
Tracrium (tramus) 2-3 mnt 15-35 mnt
Sulfas Atropin 1-2 mnt
Ketamin 30 dtk 15-20 mnt
Pethidin 10-15 mnt 90-120 mnt
Pentotal 30 dtk 4-7 mnt
Keterangan
A. Obat Induksi intravena
1. Ketamin/ketalar
- efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral
- Efek hipnotik kurang
- Efek relaksasi tidak ada
- Refleks pharynx & larynx masih ckp baik batuk saat anestesi refleks vagal
- disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh
gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil
dengan pemberian thiopental sebelumnya)
- TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat,
hiosin.
- dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk
penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum
yang masih ringan.
- Dosis berlebihan scr iv depresi napas
- Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus
- Meningkatkan kdr glukosa darah + 15%
- Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
- Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin
19
- Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd pusat
retikular otak
Indikasi:
- Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan
sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.
- Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
- Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
- Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai
untuk induksi pada pasien syok.
- Untuk tindakan operasi kecil.
- Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
- Pasien asma
Kontra Indikasi
- hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
- riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
- Dekompensasi kordis
Harus hati-hati pada :
- Riwayat kelainan jiwa
- Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik
2. Propofol (diprifan, rekofol)
- Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd minyak kedelai
& postasida telur yg dimurnikan.
- Kdg terasa nyeri pd penyuntikan dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc propolol
jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian
- Analgetik tdk kuat
- Dpt dipakai sbg obat induksi & obat maintenance
- Obat setelah diberikan didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh.
- Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt ginjal.
20
- Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea sejenak
Efek Samping
- bradikardi.
- nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
- Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
- Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
- Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver,
syok hipovolemik.
3. Thiopental
- Ultra short acting barbiturat
- Dipakai sejak lama (1934)
- Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dlm air
4. Pentotal
- Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr.
Dipakai dilarutkan dgn aquades
- Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
- Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek menurun)
- Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis, komplikasi >
kecil, hitungan pemberian lebih mudah
- Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ↑) efek sedasi&hipnosis cepat tjd, tp
sifat analgesik sangat kurang
- TIK ↓
- Mendepresi pusat pernapasan
- Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan
- depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah hipotensi. Dpt
menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal
- tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta
- Dpt melewati ASI
- menyebabkan relaksasi otot ringan
21
- reaksi. anafilaktik syok
- gula darah sedikit meningkat.
- Metabolisme di hepar
- cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
- Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
- Kontraindikasi
- syok berat
- Anemia berat
- Asma bronkiale menyebabkan konstriksi bronkus
- Obstruksi sal napas atas
- Penyakit jantung & liver
- kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
B. Obat Anestetik inhalasi
1. Halothan/fluothan
- Tidak berwarna, mudah menguap
- Tidak mudah terbakar/meledak
- Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
- Efek:
- Tidak merangsang traktus respiratorius
- Depresi nafas Þ stadium analgetik
- Menghambat salivasi
- Nadi cepat, ekskresi airmata
- Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
- Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
- Depresi otot jantung Þ aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
- Depresi otot polos pembuluh darah Þ vasodilatasi Þ hipotensi
- Vasodilatasi pembuluh darah otak
- Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
22
- Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks
- Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)
- Menghambat kontraksi otot rahim
- Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
- Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan
- cepat tidur
- Tidak merangsang saluran napas
- Salivasi tidak banyak
- Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale
- Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
- Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak
Kerugian
- overdosis
- Perlu obat tambahan selama anestesi
- Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
- aritmia jantung
- Sifat analgetik ringan
- Cukup mahal
- Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
2. Nitrogen Oksida (N2O)
- gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak
larut dalam darah.
Efek:
Analgesik sangat kuat setara morfin
- Hipnotik sangat lemah
- Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
- Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Bila murni N2O =
depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
- jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain
seperti halotan dan sebagainya.
23
3. Eter
- tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
- iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
- margin safety sangat luas
- murah
- analgesi sangat kuat
- sedatif dan relaksasi baik
- memenuhi trias anestesi
- teknik sederhana
4. Enfluran
- isomer isofluran
- tidak mudah terbakar, namun berbau.
- Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada
EEG).
- Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih
iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran
- cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
- menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan
sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
- Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
6. Sevofluran
- tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk
induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.
- tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
C. Obat Muscle Relaxant
- Bekerja pd otot bergaris terjadi kelumpuhan otot napas & otot-otot mandibula, otot
intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.
- Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas mandibula intercostalis
abdominal diafragma.
24
- Pd pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
- Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal tdk
keluar & terjadi relaksasi
- Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi
Depolarisasi Non Depolarisasi
Sediaan Suksinilkolin, dekametonium Tubokurarin/kurare, Atrakurium
Besilat, vekuronium, matokurin,
alkuronium, Pankuronium
(Pavulon), galamin, fasadinium,
rekuronium,
indikasi tindakan relaksasi singkat
pemasangan pipa
endotracheal/spasme laring
tindakan relaksasi yg lama.
pada geriatri, kelainan jantung,
hati, ginjal yang berat
durasi 5-10 mnt 30 mnt – 1 jam
fasikulasi + -
Obat antagonis - + (antikolinesterase, mis:
prostigmin)
lewat barier plasenta - (aman pada SC)
Efek muskarinik < + (bradikardi, hipersekresi,
cardiac arrest)
Hiperkalemi + -
Pelepasan histamin
(hipotensi,
hipersekresi asam
+ Tubokurarin/kurare(+)
Pankuronium (-)
25
lambung, spasme
bronkhus)
Efek samping - Menurunnya atau
meningkatnya HR dan BP
- Myalgia post op
- Meningkat tekanan
intragaster, intraokuler dan
intrakranial
- Malignant hyperthermia
- Myoklonus
- Durasi
- Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
- Short (10-15 menit) : mivakurium
- Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
- Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,
doksakurium, galamin
- Efek terhadap kardiovaskuler
- tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi pelepasan
histamin dan (penghambatan ganglion)
- pankuronium : menaikkan tekanan darah
- suksinilkolin : aritmia jantung
Antikolinesterase
antagonis pelumpuh otot non depolarisasi
1. neostigmin metilsulfat (prostigmin)
2. pitidostigmin
3. edrofonium
26
- fungsi: efek nilotinik + muskarinik bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi, bronkospasme,
miosis, kontraksi vesicaurinaria
- pemberian dibarengi SA untuk menghindari bradikardi. (2:1)
MAC (Minimal Alveolar Concentration)
konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak memberikan
respon rangsang sakit
Halotan : 0,87%
Eter : 1,92%
Enfluran : 1,68%
Isofluran : 1,15%
Sevofluran : 1,8%
Obat Darurat
Nama Berikan bila Berapa yang diberikan?
Efedrin TD menurun >20% dari TD
awal (biasanya bila TD sistol
<90 diberikan)
2 cc spuit
Sulfas atropin Bradikardi (<60) 2 cc spuit
Aminofilin bronkokonstriksi 5 mg/kgBB
Spuit 24mg/ml
Dexamethason Reaksi anafilaksis 1 mg/kgBB
Spuit 5 mg/cc
Adrenalin Cardiac arrest 0,25 – 0,3 mg/kgBB, 1 mg/cc (teori)
Prakteknya beri sampai aman
Succinil cholin Spasme laring 1 mg/kgBB (1cc spuit
27
2.17 Pasca Anastesi
Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan :
- Di ruang pulih sadar pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang
perawatan
- Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar
- Dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan peralatan elektronik
Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada kondisi fisik
pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi monitoring lebih ketat pada pasien dengan :
1. Risiko tinggi
2. Kelainan organ
3. Syok yang lama
4. Dehidrasi berat
5. Sepsis
6. Trauma multipel
7. Trauma kapitis
8. Gangguan organ penting, mis: otak
Untuk memudahkan perawatan, lakukan monitoring B6
1. Breath (nafas) sistem respirasi
Pasien belum sadar evaluasi :
- Pola nafas
- Tanda-tanda obstruksi
- Pernafasan cuping hidung
- Frekuensi nafas
- Pergerakan rongga dada simetris/tidak
- Suara nafas tambahan (-) pada obstruksi total
- Udara nafas yang keluar dari hidung
- Sianosis pada ekstremitas
- Auskultasi wheezing, ronki
- Pasien sadar tanyakan adakah keluhan pernafasan :
- (-) cukup berikan O2
28
- Tanda-tanda obstruksi (+) terapi sesuai kondisi (aminofilin, kortikosteroid, tindakan
triple manuver airway)
1. Blood (darah) sistem kardiovaskuler
- Tekanan darah
- Nadi
- Perfusi perifer
- Status hidrasi (hipotermi – syok)
- Kadar Hb
2. Brain (otak) sistem SSP
- Menilai kesadaran pasien
- Dinilai dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
- Perhatikan gejala kenaikan TIK
3. Bladder (kandung kencing) sistem urogenitalis
- Periksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urin mencerminkan kadar elektrolit
- Untuk menilai :
Apakah pasien masih dehidrasi
Apakah ada kerusakan ginjal saat operasi acute renal failure, transfusi hemolisis
4. Bowel (usus) sistem gastrointestinalis
Periksa :
- Dilatasi lambung
- Tanda-tanda cairan bebas
- Distensi abdomen
- Perdarahan lambung postoperasi
- Obstruksi hipoperistaltik, gangguan organ lain, mis: hepar, lien, pankreas
- Dilatasi usus halus
- Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering mengalami kembung mengganggu pernafasan
karena ia bernafas diafragma
-
5. Bone (tulang) sistem muskuloskeletal
- Periksa :
- Tanda-tanda sianosis
29
- Warna kuku
- Perdarahan postoperasi
- Gangguan neurologis gerakan ekstremitas
Perawatan pasca-operasi disesuaikan dengan beratnya operasi. Untuk pasien postoperasi berat
dengan risiko berat, harus dirawat di ruang ICU terlebih dahulu
BAB III
30
KESIMPULAN
Persiapan operasi harus optimal dan sempurna walaupun waktu yang tersedia amat
sempit. Keberhasilan anestesi sangat ditentukan oleh kunjungan pra anestesi. Persiapan pasien
dapat dilakukan mulai di ruang perawatan (bangsal), dari rumah pasien ataupun dari ruang
penerimaan pasien di kamar operasi. Bergantung dengan berat ringannya tindakan pembedahan
yang akan dijalankan serta kondisi pasien.
Pasien dengan operasi elektif sebaiknya telah diperiksa dan dipersiapkan oleh petugas
anestesi pada 2 hari sebelum hari pelaksanaan pembedahan. Sedangkan pasien operasi darurat,
persiapannya lebih singkat lagi. Mungkin beberapa jam sebelum dilaksanakan pembedahan.
31
60c640d70f6d421f 60c640d70f6d421f
top related