skripsi gabung
Post on 05-Mar-2016
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PENGARUH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARANEXPERIENTIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWAN
OLEH :
I DEWA GEDE PURWA DIASTRANIM 1013011023
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHASINGARAJA
2015
PENGARUH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARANEXPERIENTIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWAN
OLEH :
I DEWA GEDE PURWA DIASTRANIM 1013011023
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHASINGARAJA
2015
PENGARUH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARANEXPERIENTIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWAN
OLEH :
I DEWA GEDE PURWA DIASTRANIM 1013011023
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHASINGARAJA
2015
-
PENGARUH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARANEXPERIENTIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWAN
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh :
I DEWA GEDE PURWA DIASTRA
NIM 1013011023
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
-
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN
MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI
GELAR SARJANA PENDIDIKAN
Menyetujui
Pembimbing I
Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si.NIP. 19650711 199003 1 003
Pembimbing II
I Made Suarsana, S.Pd, M.Si.NIP.19660902 199103 2 001
-
Skripsi oleh I Putu Ade Andre Payadnya
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 10 Juli2014
Dewan Penguji
Ketua,
Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si.NIP. 19650711 199003 1 003
Anggota,
Dra. Ni Made Sri Mertasari, M.Pd.NIP. 19660902 199103 2 001
Anggota,
Drs. I Putu Wisna Ariawan, M.Si.NIP. 19680519 199303 1 001
Anggota,
I Gusti Nyoman Yudi Hartawan, M.Sc.NIP. 19840525 200812 1 008
-
Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
Pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Ketua Ujian,
Prof. Dr. I Made Ardana, M.PdNIP 19620827 198903 1 001
Sekretaris Ujian,
Dra. Gusti Ayu Mahayukti, M.SiNIP 19600823 198601 2 001
Mengesahkan
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.SiNIP 19581231 198601 1 005
-
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PengaruhModel
PembelajaranKooperatif dengan Metode Team Quizterhadap Pemahaman
Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Singaraja beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya
saya ini.
Singaraja, Juli 2014Yang membuat pernyataan,
I Putu Ade Andre PayadnyaNIM 1013011065
-
iPRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Experiential terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Sawandengan semaksimal mungkin dan tepat waktu.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Pendidikan
Matematika di Universitas Pendidikan Ganesha. Dalam penyusunan skripsi ini
penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si. selaku pembimbing I sekaligus
pembimbing akademik penulis yang telah memberikan banyak bimbingan,
masukan, motivasi, pengetahuan, serta pengalaman bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin.
2. I Made Suarsana, S.Pd, M.Si. selaku pembimbing II yang dengan sangat
detail dalam memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr. Gede Suweken, M.Sc selaku pembahas I yang telah banyak
memberikan masukan bagi perbaikan skripsi ini.
-
ii
4. Dr. I Nyoman Gita, M.Si selaku pembahas II yang telah banyak
memberikan masukan dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Bapak dan ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Matematika yang
telah banyak memberikan masukan, bantuan, serta dukungan bagi penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Gusti Ayu Mahayukti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika Undiksha yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyusun skripsi ini.
7. I Wayan Ariasa, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 2 Sawan yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di sekolah yang dipimpinnya.
8. I Wayan Suardana, S.Pd selaku guru matematika kelas VIII.G dan VIII.H
SMP Negeri 2 Sawan yang telah memberikan kesempatan, bantuan, serta
motivasi secara terus menerus kepada penulis dalam pelaksanaan
penelitian.
9. Bapak/Ibu pengajar di lingkungan SMP Negeri 2 Sawan atas sambutan
hangat dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa yang secara langsung dan tidak langsung telah
memberikan masukan, bantuan, serta dukungan yang sangat membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
11. Keluarga dan orang dekat penulis yang selalu memberikandoa, bantuan,
dukungan, serta kepercayaanyang diberikan kepada penulis yang selalu
menjadi semangat penulis dalam memperoleh keberhasilan studi.
-
iii
Jika dalam skripsi ini terdapat hal yang kurang berkenan, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dengan segala kerendahan hati, penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis sangat berharap semoga hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan
khususnya dalam bidang pendidikan matematika.
Singaraja, Juni 2015
Penulis
-
vDAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 8
1.5 Asumsi Penelitian ............................................................................ 9
1.6 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 9
1.7 Penjelasan Istilah ............................................................................. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan Awal Matematika ....................................................... 12
2.2 Strategi Pembelajaran Experiential ................................................. 13
2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Pada Strategi Pembelajaran
Experiential...................................................................................... 18
2.4 Hakikat Pemahaman Konsep........................................................... 22
2.5 Pembelajaran Konvensional ............................................................ 24
2.6 Penelitian yang Relevan .................................................................. 27
-
vi
2.7 Kerangka Berpikir ........................................................................... 28
2.8 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 31
3.2 Populasi Penelitian .......................................................................... 31
3.3 Sampel Penelitian ............................................................................ 32
3.4 Variabel Penelitian .......................................................................... 33
3.5 Rancangan Penelitian ...................................................................... 33
3.6 Prosedur Penelitian .......................................................................... 35
3.7 Instrumen Penelitian ........................................................................ 41
3.8 Uji Coba Instrumen ......................................................................... 43
3.9 Hasil Uji Coba Instrumen................................................................ 47
3.10 Teknik Analisis Data ....................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian................................................................................ 56
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ........................................................ 57
4.3 Pembahasan ..................................................................................... 60
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.......................................................................................... 66
5.2 Saran ................................................................................................ 67
-
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Experiential..................... 20
2.2 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Konvensional .................. 25
3.1 Komposisi Angggota Populasi........................................................... 31
3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 34
3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Experiential dan Pembelajaran
Konvensional ...................................................................................... 37
3.4 Rubrik Penskoran Tes Pemahaman Konsep ...................................... 42
3.5 Tabulasi Penilaian Pakar..................................................................... 44
3.6 Pengujian Hipotesis ............................................................................ 48
3.7 Ringkasan Rumus Kolmogorov Smirnov .......................................... 49
4.1 Rangkuman Analisis Data Pemahaman Konsep
Matematika Siswa.............................................................................. 56
4.2 Rangkuman Hasil Uji Kolmogorov Smirnov .................................... 58
4.3 RangkumanHasil Uji-F ...................................................................... 59
4.3 RangkumanHasil Uji-t ....................................................................... 60
-
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Bagan Prosedur Penelitian ................................................................. 36
-
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01 Pengkodean Kelas Eksperimen
Lampiran 02
Lampiran 03
Lampiran 04
Lampiran 05
Pengkodean Kelas Kontrol
Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep Matematika yang
Diujicobakan
Tes Pemahaman Konsep Matematika yang Diujicobakan
Rubrik Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematika yang
Diujicobakan
Lampiran 06 Analisis Validitas Isi Tes yang Diujicobakan
Lampiran 07 Pengkodean Peserta Uji Coba Instrumen
Lampiran 08 Skor Tes Pemahaman Konsep Matematika pada Kelas Uji Coba
Lampiran 09 Analisis Validitas Tes Pemahaman Konsep yang Diujicobakan
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Analisis Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep yang Diujicobakan
Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep Matematika
Tes Pemahaman Konsep Matematika
Rubrik Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematika
Lampiran 14
Lampiran 15a
Lampiran 15b
Lampiran 15c
Skor Post Test Pemahaman Konsep Matematika Kelas
Eksperimen dan Kontrol
Uji Normalitas Skor Post Test Pemahaman Konsep Matematika
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Uji Homogenitas Skor Post Test Pemahaman Konsep
Uji Hipotesis Penelitian
Lampiran 16 Silabus
Lampiran 17 RPP Kelas Eksperimen
-
xLampiran 18 RPP Kelas Kontrol
Lampiran 19 Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 21 Lembar Validitas Isi (Uji Pakar) Dosen 1
Lampiran 22 Lembar Validitas Isi (Uji Pakar) Dosen 2
Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen
Penelitian
Lampiran 24 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 25 Surat Keterangan Telah Diterimanya Peneliti Melaksanakan
Penelitian
-
iv
PENGARUH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARANEXPERIENTIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWAN
Oleh:I Dewa Gede Purwa Diastra, NIM. 1013011023
Jurusan Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemahaman konsepmatematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan StrategiPembelajaran Experiential lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematikasiswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Populasi pada penelitian iniadalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sawan tahun ajaran 2014/2015yang terdiri dari 13 kelas yaitu kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C, VIII-D, VIII-E, VIII-F, VIII-G, VIII-H, VIII-I, VIII-J, VIII-K, VIII-L, VIII-M. Pengambilan sampeldilakukan dengan teknik random sampling dengan tidak mengikutsertakan kelasunggulan yaitu VIII-A dari populasi sebagai sampel sehingga didapatkan kelasVIII-G dan VIII-H sebagai sampel. Sampel yang telah didapat kemudian dipilihsecara acak dan kelas VIII-G menjadi kelas eksperimen dan kelas VIII-H menjadikelas control. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control Group Design. Data dianalisis dengan menggunakan uji t. Hasilanalisis diperoleh nilai rata-rata post test kelas eksperimen adalah 46,95 dan kelascontrol adalah 35,58. Uji-t kedua kelas sampel untuk post test dengan = 0,05diperoleh thitung = 1,78 sedangkan nilai ttabel adalah 1,68. Karena thitung> ttabel makadapat dikatakan bahwa Strategi Pembelajaran Experiential memliki pengaruhpositive terhadap pemahaman konsep siswa SMP Negeri 2 Sawan.
Kata kunci: Strategi Pembelajaran Experiential, pemahaman konsep
-
1BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dari setiap zaman terus mengalami perkembangan yang
pesat. Perkembangan yang pesat tersebut menuntut setiap individu untuk
mengembangkan dirinya agar mampu mengikuti perkembangan zaman. Kesiapan
mental dan skill dibutuhkan oleh setiap individu agar mampu bersaing dan tidak
terlindas oleh perkembangan zaman. Untuk itu dibutuhkan suatu upaya dari setiap
Negara untuk memperbaiki sumber daya manusianya. Upaya yang dapat ditempuh
oleh suatu Negara agar menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas adalah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu wahana yang digunakan oleh setiap individu
untuk mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan pada dasarnya memberikan
kita pengetahuan bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari
perkembangan sains yang pada akhirnya bisa dimanfaatkan untuk khalayak
banyak. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan fungsi dari pendidikan nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
-
2jawab. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan memiliki peranan penting
dalam pembangunan sebuah bangsa karena pendidikan ditujukan untuk
mengembangkan SDM.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah berupaya untuk mewujudkan tujuan
Pendidikan nasional dengan melalui berbagai cara, antara lain dengan terus
melakukan perbaikan pada kurikulum. Perbaikan secara intensif pada kurikulum
menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma proses pendidikan yang dari
pembelajaran yang berpusat pada guru bergeser menjadi pembelajaran berpusat
pada siswa. Selain itu pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan ceramah
bergeser menjadi pembelajaran kooperatif. Guru sebagai actor utama dalam
pendidikan harus sigap dan jeli melihat perkembangan tersebut. Guru harus terus
memperbaharui dirinya agar bisa menerima perubahan system pendidikan yang
dari waktu ke waktu akan terus mengalami pembaharuan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Pendidikan matematika merupakan salah satu aspek yang penting dalam
menigkatkan mutu pendidikan. Selain itu juga matematika memiliki peran penting
dalam pembentukan SDM yang berkualitas. Matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi karena
matematika dapat membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama karena dengan belajar
matematika, peserta didik akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif.
Sehingga matematika merupakan mata pelajaran wajib diberikan dalam setiap
jenjang pendidikan.
-
3Depdiknas (2006) menjelaskan pembelajaran matematika bertujuan agar
siswa mampu memahami konsep matematika, mampu melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, mengkomunikasikan gagasan, dan
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Selain itu
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) juga menjabarkan
tujuan pembelajaran matematika, yaitu belajar untuk berkomunikasi
(mathematical communication), belajar untuk bernalar (mathematical reasoning),
belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving), belajar
untuk mengaitkan ide (mathematical connections), dan pembentukan sikap positif
terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics). Dari tujuan
pembelajaran matematika dikemukakan di atas, menyebutkan pemahaman
konsep. Pemahaman konsep sangat diperlukan karena dapat membantu siswa
dalam memahami materi pembelajaran. Pemahaman konsep yang baik juga dapat
memudahkan siswa memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika.
Faktanya, mutu pendidikan serta kualitas pendidikan matematika di
Indonesia saat ini masih rendah. Fakta yang pertama dinyatakan oleh TIMSS.
TIMSS (Trend in Mathematic and Science Study) merupakan studi internasional
tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama.
Mutu pendidikan matematika yang masih rendah ini terlihat dari peringkat
Indonesia berdasarkan hasil survei TIMSS pada tahun 2011 menempatkan
Indonesia di peringkat bawah yaitu diurutan ke-38 dari 42 negara (Zakaria
Ahmad, 2014).
Fakta kedua dinyatakan oleh PISA. Program for International Student
Assessment (PISA) adalah penilaian yang dilakukan tiap tiga tahun oleh lembaga
-
4yang dikoordinasikan dengan Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD). Negara yang berpartisipasi adalah 34 negara yang
tergabung dalam OECD dan 31 negara mitra. Riset yang dilakukan oleh PISA
tahun 2012 menunjukkan kemampuan anak Indonesia dalam matematika masih
sangat rendah dengan menempatkan Indonesia di peringkat ke-64 dari 65 negara
yang tergabung dalam OECD (Zakaria Ahmad, 2014).
Penelitian yang dilakukan TIMSS dan PISA menjadi bukti yang
mengindikasikan terjadinya kesenjangan antara harapan dan fakta. Kesenjangan
itu terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah masih rendahnya
pemahaman konsep siswa akan sebuah konten. Rendahnya pemahaman konsep
siswa disebabkan oleh penerapan strategi yang kurang bervariasi dan
pembelajaran yang masih didominasi guru sehingga siswa hanya menghapal
materi-materi yang diberikan oleh gurunya tanpa bisa memahami konsep dari
materi pembelajaran tersebut. Hal yang harus diingat setiap guru adalah bahwa
belajar matematika berarti memahami konsep. Walau di dalam matematika ada
rumus yang harus dihapal, namun inti dari pelajaran matematika adalah
pemahaman. Seberapa hebat siswa dalam menghafal berbagai rumus matematika,
tidak akan bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami, karena konsep
memegang kunci keberhasilan dalam matematika. Jika hanya menghafal, ada
kemungkinan untuk siswanya lupa dengan rumus yang dihafalnya.
Untuk mengatasi permasalahan rendahnya pemahaman konsep matematika
yang terjadi di Indonesia solusi yang dapat ditawarkan adalah memperbaiki
pengelolaan dan proses pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran yang baik
terjadi ketika guru dan peserta didik bersama-sama berperan aktif dalam proses
-
5pembelajaran. Pembelajaran saat ini seharusnya tidak lagi berpusat hanya pada
pendidik saja, melainkan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan
mediator. Proses pembelajaran saat ini hendaknya sesuai dengan paham
konstruktivisme yang memposisikan siswa agar berpartisipasi aktif dalam
membangun pengetahuannya sendiri. Paham konstruktivisme memandang siswa
sebagai individu yang telah memiliki pengetahuan sebelumnya dan pemikir yang
mampu menghasilkan teori-teori tentang dunia dan kehidupan (Aunurrahman,
2012). Fosnot (dalam Prasetyo, 2011) menyatakan constructivism is not a theory
about teaching. Its a theory about knowledge and learning. Konstruktivisme
bukan sebuah teori tentang mengajar. Konstruktivisme adalah teori tentang
pengetahuan dan pembelajaran.
Strategi pembelajaran experiential merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang bersifat humanistik dan bernaung di bawah paham
konstruktivisme. Experiential learning mengacu pada pembelajaran dan
pengembangan yang dicapai melalui pengalaman dan keterlibatan pribadi
(Thompson dalam Julius & Wachanga, 2013). Peserta didik terlibat langsung
dalam membangun pengetahuan mereka sesuai pengalaman mereka sebagai
kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran experiential diharapkan dapat
membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika sehingga
tercipta pembelajaran yang bermakna.
Para siswa akan belajar dengan baik ketika siswa dapat mengkaitkan
pembelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata mereka. Siswa tidak hanya
akan belajar melalui pengalaman dan refleksi, tetapi juga akan belajar dari satu
-
6sama lain karena dalam diskusi kelompok akan muncul konflik kognitif akan
sebuah konten.
Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang relevan. Pertama,
penelitian yang dilakukan oleh Ari Anggara (2012) dengan judul Pengaruh
Model Pembelajaran Experiential Terhadap Konsep Diri Dan Pemahaman
Konsep Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal ini menunjukkan
ada perbedaan pemahaman konsep matematika antara kelas yang menggunakan
strategi pembelajaran experiential dengan model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa strategi pembelajaran experiential
lebih unggul dari model pembelajaran konvensional.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yanti, Nym Dantes, dan Tjok Rai
(2003) dengan judul Pengaruh model pembelajaran experiential terhadap
motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Banjar Tegal, Kecamatan
Buleleng menunjukkan bahwa motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN
Banjar Tegal yang belajar menggunakan model experiential learning lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
konvensional. Kolb (dalam Yanti, Nym Dantes, dan Tjok Rai, 2013) menyatakan
bahwa model pembelajaran experiential terdiri dari empat tahapan, yaitu: concrete
experience, reflection observation, abstract conceptualization, dan active
experimentation. Tahapan-tahapan experiential learning tersebut memberikan
peluang pada siswa untuk mengembangkan motivasi dan hasil belajar IPA.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Genitri (2013) yang berjudul
Pengaruh model experiential learning berbantuan relaksasi terhadap motivasi
belajar siswa kelas V di gugus 6 Kecamatan Sawan menunjukan adanya
-
7peningkatan motivasi belajar siswa yang belajar menggunakan model experiential
learning berbantuan relaksasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
belajar menggunakan pembelajaran langsung. Belajar dari pengalaman mencakup
keterkaitan antara berbuat dan berpikir. Jika seseorang lebih aktif dalam proses
belajar maka orang itu akan belajar jauh lebih baik. Berpikir berarti siswa mampu
merefleksi materi dalam pembelajaran.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Munif (2008) yang berjudul
Penerapan Metode Experiential Learning Pada Pembelajaran Ipa Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal ini menunjukan
bahwa Penerapan metode experiential learning dalam pembelajaran sains IPA
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas lima SD Negeri Kalipucangkulon 01
tahun ajaran 2007/2008. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata
dan ketuntasan belajar siswa yang dapat dilihat pada tiap siklusnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian
eksperimen yang berjudul Pengaruh Pelaksanaan Strategi Pembelajaran
Experiential terhadap Pemahaman Konsep matematika Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 Sawan Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah pemahaman konsep
matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran experiential
lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran konvensional?
-
81.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematika siswa yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran experiential lebih tinggi daripada
pemahaman konsep matematika siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Manfaat Praktis
a) Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
b) Bagi Siswa
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
belajar yang lebih menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk
belajar dan pada akhirnya siswa akan semakin tertarik dengan
matematika.
c) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti
sebagai calon guru metematika dalam mempraktikkan teori-teori yang
telah diperoleh di bangku kuliah.
-
92. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan pada umumnya dan refrensi penelitian pendidikan
matematika pada khususnya serta memotivasi dalam mengembangkan
dan menerapkan perangkat pembelajaran matematika inovatif.
1.5 Asumsi Penelitian
Pada penelitian ini ada beberapa asumsi yang digunakan sebagai landasan
berpikir. Kebenaran penelitian ini terbatas sejauh mana asumsi berikut berlaku.
1. Variabel-variabel lain seperti guru yang mengajar dan kondisi siswa saat
mengerjakan tes, baik kondisi fisik, mental, maupun lingkungan
diasumsikan memiliki pengaruh yang sama terhadap hasil tes
pemahaman konsep matematika siswa.
2. Kelas-kelas dalam populasi merupakan kelas yang setara, kecuali kelas
VIIIA karena berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak sekolah,
saat pembentukan kelas dilakukan perangkingan pada siswa. Kemudian
kelas VIIIA dijadikan kelas unggulan. Siswa yang lain didistribusikan
secara acak ke kelas VIIIB sampai kelas VIIIM.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Karena terbatasnya biaya, waktu, dan tenaga maka penelitian ini memiliki
beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan-keterbatasannya adalah sebagai
berikut.
1. Populasi pada penelitian ini hanya terbatas pada siswa Kelas VIII di SMP
Negeri 2 Sawan semester genap tahun ajaran 2014/2015.
-
10
2. Pada penelitian ini yang diselidiki hanya terbatas pada pengaruh strategi
pembelajaran experiential terhadap pemahaman konsep matematika
siswa.
1.7 Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap judul penelitian dan
istilah-istilah yang digunakan, maka dipandang perlu menjelaskan beberapa istilah
berikut.
1. Strategi pembelajaran experiential
Strategi pembelajaran experiential merupakan strategi yang dapat
membantu siswa dalam mengkonstruksi pengalamannya sehingga
pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna. Dalam proses pembelajaran,
pertama-tama siswa diberikan pengalaman kongkret seperti pemberian
contoh yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas atau
pemberian video yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang
dibahas (concrete experience). Setelah siswa mengamati contoh atau
video yang diberikan oleh guru, siswa kemudian membuat gagasan-
gagasan yang yang berkaitan dengan contoh atau video yang mereka
amati (reflection observation). Kemudian siswa mengaitkan gagasan-
gagasan yang mereka buat dengan teori-teori atau definisi yang ada
(abstract conceptualization). Setelah itu siswa mengerjakan LKS yang
diberikan oleh guru (active experiment). Dengan demikian, penerapan
strategi pembelajaran experiential akan mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, sehingga peserta didik lebih memahami
-
11
manfaat konten yang mereka pelajari serta memiliki kemampuan untuk
belajar sepanjang hayat (long life education).
2. Pemahaman konsep matematika
Pemahaman konsep matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah kemampuan: (1) menyatakan konsep dalam kata-kata sendiri; (2)
mengidentifikasi atau memberi contoh atau bukan contoh dari konsep);
(3) mengaplikasikan/menggunakan konsep dengan benar dalam berbagai
situasi. Penilaian terhadap pemahaman konsep siswa dilakukan dengan
tes pemahaman konsep.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah pembelajaran yang biasa diterapkan di kelas yang dijadikan sampel
penelitian. Berdasarkan kegiatan observasi yang dilakukan peneliti,
pembelajaran konvensional yang dilakukan selama ini di kelas sampel
penelitian memiliki langkah-langkah: (1) Guru memberikan stimulus
berupa pemberian materi (2) antara peserta didik dan guru mendiskusikan
materi tersebut (3) guru menyuruh siswa mengerjakan beberapa soal dari
buku LKS, (4) guru meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban
siswa, (5) guru menekankan pada konsep-konsep yang penting, (6) guru
membimbing siswa jika terdapat konsep yang keliru atau belum dapat
dipahami berkaitan dengan materi yang dipelajari, (7) guru dan siswa
menyimpulkan pembelajaran, (8) guru memberikan PR kepada siswa.
-
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan Awal (Pemahaman Konsep Awal Matematika)
Pengetahuan awal adalah sekumpulan pengetahuan dan pengalaman
individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidupnya, kemudian dibawa pada
suatu pengalaman belajar baru (Sintia, 2014). Ausebel (dalam Dahar 1989)
menyatakan bahwa pengetahuan awal merupakan factor yang sangat penting
dalam pembelajaran. Proses belajar bermakna akan terjadi jika siswa mampu
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat pada
struktur kognitif siswa. (Santyasa, 2005) menyatakan bahwa pengetahuan awal
mempengaruhi proses pembelajaran siswa secara langsung dan tak langsung.
Secara langsung, pengetahuan awal dapat mempermudah proses pembelajaran dan
mengarahkan hasil-hasil belajar yang lebih baik. Secara tidak langsung,
pengetahuan awal dapat mengoptimalkan kejelasan materi-materi pelajaran dan
meningkatkan efisiensi penggunaan waktu belajar dan pembelajaran. Selain itu,
pengetahuan awal mempengaruhi perasaan siswa dalam menilai informasi yang
dipresentasikan dalam sumber-sumber belajar dan dalam kelas.
Sadia (dalam Sintia, 2014) juga mengatakan bahwa siswa masuk ke dalam
kelas tidak seperti kertas kosong yang harus diisi tulisan oleh gurunya melainkan
siswa sudah memiliki pengetahuan awal. Siswa telah memiliki berbagai gagasan
tentang peristiwa-peristiwa alam yang dibangunnya melalui proses belajar
-
13
informal dalam rangka memberi makna terhadap pengalaman mereka sehari-hari.
Gagasan-gagasan siswa ini berupa pengetahuan awal yang harus diperhatikan
dalam proses belajar mengajar. Pegetahuan awal merupakan faktor yang sangat
penting dan mempengaruhi pembelajaran, karena yang ditekankan adalah
penempatan pemahaman konsep dan hubungan antara konsep, hubungan antara
pengetahuan awal, pengkonstruksian pengetahuan baru, dan belajar bermakna
(Portoles dan Lopez, 2007). Dampaknya dalam pembelajaran, siswa yang
memiliki pengetahuan awal yang bagus akan mendapatkan pemahaman yang
lebih baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengetahuan awal yang dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai pemahaman
konsep awal matematika memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
pencapaian pemahaman konsep matematika siswa. Seorang siswa tidak boleh
dipandang sebagai individu kosong yang tidak memiliki pengetahuan dalam
dirinya walaupun sebelum mengikuti proses pembelajaran. Pengetahuan awal
biasanya siswa didapatkan melalui pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-
hari.
2.2 Strategi Pembelajaran Experiential
Strategi pembelajaran experiential merupakan strategi yang
dikembangkan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Kolb. Strategi
pembelajaran experiential menekankan pada peran penting dari pengalaman
dalam proses pembelajaran (Hasirci dalam Anggara, 2013). Kegiatan mengamati,
mendengarkan, dan melakukan sesuatu dengan menggunakan alat indria lainnya
-
14
menunjukan bahwa sesuatu yang diketahui atau dipahami siswa tidak lepas dari
pengalaman kehidupannya yang merupakan proses belajar. Sepanjang hidup siswa
tidak lepas dari proses belajar. Segala perbuatan siswa dalam merefleksikan masa
lalu, melakukan kegiatan pada saat ini, dan merencanakan sesuatu untuk masa
yang akan datang, pada dasarnya melibatkan belajar melalui pengalaman. Belajar
berkelanjutan melalui pengalaman dalam kehidupan siswa menjadi amat penting
bagi pengembangan proses pembelajaran yang tumbuh dewasa ini di dalam
kerangka pendidikan sepanjang hayat (Sudjana, 2005).
Strategi pembelajaran experiential mengarahkan siswa untuk membangun
atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka dalam proses pembelajaran
sehingga pembelajaran siswa akan menjadi bermakna (Doolittl & Camp dalam
Anggara, 2013). Alur pemahaman strategi pembelajaran experiential learning
yang dikemukakan oleh Kolb dimulai dari 1) concrete experience (CE), 2)
reflection observation (RO), 3) abstract conceptualization (AC), dan 4) active
experimentation (AE) (Mahfudin dalam Genitri, 2013). Penjelasan dari masing-
masing tahapan pembelajaran experiential adalah sebagai berikut.
Pada tahap concrete experience (CE) siswa mampu atau dapat mengalami
suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan
merasakannya, dapat menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang
dialaminya. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki siswa pada tahap paling
awal dalam proses belajar. Dalam proses pembelajaran pada tahap awal ini guru
membuat strategi dengan aplikasi berupa cerita, gambar, video dan sebagainya
tentang pelajaran yang bersangkutan. Manfaat yang didapat dari kegiatan ini
adalah siswa menemukan perasaan baru terhadap pembelajaran. Siswa terlibat
-
15
dalam pengalaman baru yang dapat membawa pikiran siswa menuju materi yang
akan dipelajari. Pada tahap reflection observation (RO), siswa makin lama akan
makin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang
dialaminya. siswa mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan
kejadian tersebut. Siswa melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya.
Pemahaman terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang .
Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam
proses belajar. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merefleksikan pengalaman belajar yang didapatkan melalui media yang
sebelumnya telah mereka saksikan. Pebelajar dapat mengungkap perspektif
mereka terhadap suatu peristiwa dengan mengandalkan pemikiran mereka.
Pada tahap abstract conceptualization (AC), siswa sudah mulai berupaya
untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan
prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya. Berpikir induktif
banyak dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau generalisasi dari
berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Guru selalu membuka peluang pada
seluruh siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga memunculkan tahapan
berpikir siswa. Pada tahap ini terjadi pembelajaran dua arah yang melibatkan guru
dan siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dan
mengantuk ketika proses pembelajaran.
Pada tahap active experimentation (AE), siswa sudah mampu
mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi
nyata. Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji
teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Siswa mampu menggunakan teori
-
16
atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada
tahap ini guru mengajak seluruh siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Misalnya, melakukan percobaan, bermain peran, berdiskusi kreatif serta hal lain
yang membuat siswa aktif dan mampu mengalami secara nyata apapun yang
dipelajari siswa. Siswa mendapatkan pengalaman dalam proses pembelajaran dan
siswa memahami dengan baik hal yang dipelajari.
Boreham (dalam Sharlanova, 2004) mengemukakan bahwa experiential
learning berarti pembelajaran dengan refleksi atas pengalaman. Tanpa refleksi
atas pengalaman, siswa berada dalam zona yang berbahaya untuk terus membuat
kesalahan yang sama secara berulang-ulang. Experiential learning memberikan
argumen teoretis tentang belajar mandiri (independent learning), belajar dengan
melakukan (learning by doing), belajar berbasis kerja (work based learning), dan
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Teori ini memiliki
berbagai macam aplikasi, termasuk membantu menyadarkan siswa tentang diri
mereka sendiri, membantu guru menjadi guru yang refleksif, mengidentifikasi
gaya belajar siswa, dan pengembangan keterampilan kunci dari seorang guru
(Sharlanova, 2004).
Adapun beberapa manfaat penerapan strategi experiential learning dalam
proses pembelajaran. Manfaat strategi experiential learning dalam kelompok
antara lain adalah: 1) mengembangkan dan meningkatkan rasa saling
ketergantungan antar sesama anggota kelompok, 2) meningkatkan keterlibatan
dalam menyelesaikan masalah serta pengambilan keputusan, 3) memanfaatkan
bakat kepemimpinan tersembunyi dari setiap anggota kelompok, 4) meningkatkan
empati dan pemahaman akan sebuah konten antar sesama anggota kelompok.
-
17
Manfaat strategi experiential learning secara individual antara lain: 1)
meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri, 2) meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, perencanaan dan pemecahan masalah, 3) menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapi situasi yang buruk, 4)
menumbuhkan dan meningkatkan komitmen serta tanggung jawab, 5)
menumbuhkan dan mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan
koordinasi (Arjanto dalam Sintia, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan strategi pembelajaran experiential dapat membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengalaman siswa sehingga pembelajaran siswa menjadi lebih
bermakna. Dalam proses pembelajaran, pendidik berfungsi sebagai seorang
fasilitator, artinya sumber informasi tidak hanya berasal dari guru atau guru
sebagai sumber informasi tunggal. Setelah peserta didik melakukan suatu
aktivitas, selanjutnya peserta didik mengabstraksikan sendiri pengalamannya.
Pendidik berperan menggali pengalaman peserta didik itu sendiri. Kemampuan
yang diperlukan untuk menjadi fasilitator adalah mampu mengobservasi perilaku
siswa, menghidupkan suasana belajar aktif, partisipatif, bersikap netral dan
percaya atas kemampuan peserta didik untuk memecahkan permasalahannya
sendiri. Dengan demikian, penerapan strategi pembelajaran experiential akan
mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga peserta didik
lebih memahami manfaat konten yang mereka pelajari serta memiliki kemampuan
untuk belajar sepanjang hayat (long life education).
-
18
2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Pada Strategi Experiential
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran
experiential dikemukakan oleh Julius dan Wachanga (2013) sebagai berikut.
a. Concrete experience (CE)
Pada tahap concrete experience (CE) siswa mampu atau dapat
mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia
dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan peristiwa tersebut
sesuai dengan apa yang dialaminya. Kemampuan inilah yang terjadi dan
dimiliki siswa pada tahap paling awal dalam proses belajar. Dalam
proses pembelajaran pada tahap awal ini guru membuat strategi dengan
aplikasi berupa cerita, gambar, video dan sebagainya tentang pelajaran
yang bersangkutan. Manfaat yang didapat dari kegiatan ini adalah siswa
menemukan perasaan baru terhadap pembelajaran. Siswa terlibat dalam
pengalaman baru yang dapat membawa pikiran siswa menuju materi
yang akan dipelajari.
b. Reflection observation (RO)
Pada tahap reflection observation (RO), siswa makin lama akan
makin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang
dialaminya. siswa mulai berupaya untuk mencari jawaban dan
memikirkan kejadian tersebut. Siswa melakukan refleksi terhadap
peristiwa yang dialaminya. Pemahaman terhadap peristiwa yang
dialaminya semakin berkembang . Kemampuan inilah yang terjadi dan
dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses belajar. Pada tahap ini
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan
-
19
pengalaman belajar yang didapatkan melalui media yang sebelumnya
telah mereka saksikan. Pebelajar dapat mengungkap perspektif mereka
terhadap suatu peristiwa dengan mengandalkan pemikiran mereka.
c. Abstract conceptualization (AC)
Pada tahap abstract conceptualization (AC), siswa sudah mulai
berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori,
konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya. Berpikir induktif banyak dilakukan untuk merumuskan
suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang
dialaminya. Guru selalu membuka peluang pada seluruh siswa untuk
mengajukan pertanyaan, sehingga memunculkan tahapan berpikir siswa.
Pada tahap ini terjadi pembelajaran dua arah yang melibatkan guru dan
siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dan
mengantuk ketika proses pembelajaran.
d. Active experimentation (AE)
Pada tahap active experimentation (AE), siswa sudah mampu
mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam
situasi nyata. Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan
dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Siswa mampu
menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Pada tahap ini guru mengajak seluruh siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, melakukan percobaan,
bermain peran, berdiskusi kreatif serta hal lain yang membuat siswa
aktif dan mampu mengalami secara nyata apapun yang dipelajari siswa.
-
20
Siswa mendapatkan pengalaman dalam proses pembelajaran dan siswa
memahami dengan baik hal yang dipelajari.
Untuk lebih jelas langkah-langkah pembelajaran konvensional bias dilihat
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran experientialTahapan
Aktivitas guru Aktivitas siswa
Pendahuluan a. Guru mengucapkan salamb. Guru mengecek kehadiran
siswa
c. Guru memeriksakelengkapan belajar siswa(disiplin)
d. Guru memberitahukan materiyang akan dibahas sertamenyampaikan tujuan yangingin dicapai
e. Dengan tanya jawab, gurumengajak siswa mengingatmateri sebelumnya
f. Guru memotivasi tentangpentingnya mempelajarimateri yang sekarangdiberikan untuk mendukungpembelajaran materiberikutnya maupun kaitannyadalam kehidupan sehari-hari.
a. Siswa menjawab salamb. Siswa dicek kehadirannya
satu persatu ataumemberitahu guru jika adasiswa lain yang tidak hadir
c. Siswa mengeluarkankelengkapan untuk belajar
d. Siswa mendengarkanpenjelasan guru denganseksama serta mencatattujuan yang ingin dicapai
e. Siswa menjawabpertanyaan guru
f. Siswa mendengarkanpenjelasan guru
Inti Guru mengelompokkan siswake dalam 5 orang
Concrete experiencea. Guru meminta siswa untuk
mengamati dan mencermaticontoh permasalahan sehari-hari yang berhubungan
Siswa mengatur diri untukberkelompok
a. Siswa mengamati danmencermati contohpermasalahan sehari-hariyang berhubungan dengan
-
21
materi yang akan dipelajari.
Reflection observationb. Guru meminta siswa
menuliskan pengalaman apayang dapat mereka simakdari contoh permasalahnyang diberikan oleh guru.
c. Guru membimbing siswasaat menuliskan gagasan-gagasan mereka sendiritentang permasalahan yangmereka simak.
Asbtract conceptualizationd. Guru memberikan siswa
untuk mengembangkangagasan-gagasan yangmereka buat sertamengaitkannya dengan teori-teori atau definisi-definisiyang ada di buku matapelajaran matematika
e. Guru memfasilitasi kegiatanpembelajaran denganmebimbing siswa ketikamengaitkan gagasankonseptual yang mereka buatdengan teori-teori ataudefinisi-definisi yang telahada.
Active experimenta. Guru membagikan LKS
kepada tiap kelompokb. Guru memberi peluang
kepada siswa untukmelakukan experiment sesuaidengan pedoman LKS
c. Guru mengobservasikegiatan yang dilakukansiswa selama experimentberlangsung
d. Guru membimbing diskusikelompok.
materi.
b. Siswa menuliskanpengalaman yang merekadapat dari permasalahanrelasi dan fungsi
c. Siswa mulai menuliskangagasan-gagasan merekaterkait tentang pemasalahanyang mereka simak
d. Siswa mengembangkangagasan-gagasan yangmereka buat
e. Siswa mengaitkan gagasankonseptual dengan teori-teori atau definisi-definisiyang ada
a. Setiap kelompokmendapatkan satu LKS
b. Siswa mengerjakan soalpada LKS dengan berdiskusibersama kelompoknya
c. Siswa berdiskusi bersamakelompoknya
d. Siswa menanyakan hal-halyang kurang jelas
-
22
e. Guru memberikankesempatan kepadaperwakilan salah satukelompok untukmempresentasikan hasildiskusi bersamakelompoknya.
f. Guru memberikan pelurusandan penekanan kepada siswajika ada sesuatu hal yangkurang tepat dalammenjawab atau menarikkesimpulan
g. Guru membantu siswamemecahkan masalahsebagai latihan dan memberiumpan balik kepada siswaterhadap materi atau soal-soal yang belum terjawab
e. Salah satu perwakilankelompokmempresentasikan hasildiskusi mereka dan siswayang lain memperhatikan.
f. Siswa memperhatikanpenjelasan guru
g. Siswa dengan bantuan gurumenyelesaikan soal yangbelum terjawab
Penutup a) Guru memberikan evaluasi(kuis) kepada siswa untukmengetahui pemahamansiswa
b) Dengan bimbingan gurusiswa diminta merangkumisi pembelajaran
c) Guru menyuruh siswauntuk mengumpulkan hasildiskusi
d) Guru memberikan arahanatau tindak lanjutpembelajaran denganmemberi tugas rumah
a) Siswa mengerjakan kuisyang diberikan
b) Bersama sama gurumerangkumanpembelajaran
c) Siswa mengumpulkan hasildikusi
d) Siswa diberi tugas PR
2.4 Hakikat Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep berasal dari dari dua kata yaitu Pemahaman dan
Konsep. Menurut Taksonomi Bloom (dalam Eva, 2011), pemahaman adalah
tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognitif yang berhubungan dengan
penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Menurut Kusumawati (2008) derajat
-
23
pemahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta
matematika dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk
jaringan dengan keterkaitan yang tinggi. Bloom (dalam Arikunto, 2005)
menyatakan bahwa terdapat tiga macam pemahaman, yaitu pengubahan,
pemberian arti, dan pembuatan ekstrapolasi. Proses pengubahan dapat dilihat dari
kemampuan siswa untuk mengubah soal atau permasalahan dalam bentuk kalimat
biasa menjadi simbol atau notasi, dan sebaliknya siswa dapat menerjemahkan
notasi/simbol menjadi bentuk kalimat biasa. Proses pemberian arti dapat dilihat
dari kemampuan siswa dalam memberi arti terhadap suatu konsep yang sedang
dipelajarinya. Ektrapolasi dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam membuat
ramalan, pemikiran atau perhitungan.
Carrol (dalam Trianto, 2010) mendifinisikan konsep sebagai suatu abtraksi
dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek
atau kejadian. Sebuah konsep dapat diperoleh melalui mendengarkan, melihat,
menangani, dan berdiskusi. Mempelajari konsep merupakan kemampuan untuk
mengelompokan benda-benda atau peristiwa yang mempunyai hubungan.
Duffin & Simpson (dalam Kusumawati, 2008) mengemukakan
pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa yang berupa penguasaan
sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk
lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu
mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Contohnya pada saat siswa belajar geometri pokok bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung maka siswa mampu menyatakan ulang definisi dari tabung, unsur-unsur
-
24
tabung, definisi kerucut dan unsur-unsur kerucut, definisi bola dan unsure-
unsurnya.
NCTM (2000) menjelaskan bahwa indikator siswa memahami konsep
matematika adalah siswa dapat: (1) Describe concepts in their own words
(menyatakan konsep dalam kata-kata sendiri); (2) Identify or give examples and
nonexamples of concepts (mengidentifikasi atau memberi contoh atau bukan
contoh dari konsep); (3) Use concepts correctly in a variety of situations
(mengaplikasikan/menggunakan konsep dengan benar dalam berbagai situasi).
Dalam penelitian ini, pemahaman konsep matematika yang diharapkan
adalah pemahaman konsep matematika sesuai indikator yang diuraikan dalam
NCTM. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa akan dinilai dengan
tes pemahaman konsep.
2.5 Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas
sampel penelitian yang ditunjukan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) guru. Pembelajaran konvensional yang biasa digunakan dalam
pembelajaran matematika di kelas adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, dan
pemberian tugas. Di awal pembelajaran guru memberikan salam dan
menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Kemudian guru memotivasi siswa
dengan memberi penjelasan kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi
yan akan dibahas pada pertemuan kali ini. Dilanjutkan pada tahap inti, dimana
pada tahap ini terdiri dari tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada tahap
-
25
eksplorasi siswa diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai
unsur-unsur kubus, balok : titik sudut, rusuk-rusuk, bidang sisi, diagonal bidang,
diagonal ruang, bidang diagonal, tinggi, kemudian antara peserta didik dan guru
mendiskusikan materi tersebut . Pada tahap elaborasi siswa mengkomunikasikan
secara lisan atau mempresentasikan mengenai unsur-unsur kubus, balok : titik
sudut, rusuk-rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal,
tinggi dan setelah itu siswa mengerjakan beberapa soal dari buku LKS. Pada tahap
konfirmasi siswa mengerjakan soal yang diberikan guru. Pada tahap penutup
siswa diberika tugas berupa pekerjaan rumah(PR). Untuk lebih jelas langkah-
langkah pembelajaran konvensional bias dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2: Langkah-langkah Pembelajaran KonvensionalKegiatan Kegiatan Siswa Kegiatan Guru
Pendahuluan - Mengucapkan salambersama-sama guru danmemberitahukankehadirannya pada guru.
- Siswa membaca danmencermati topik,tujuan dan manfaatpembelajaran.
- Siswa mendengarkanpenjelasan dari guru.
- Mengawali pembelajarandengan mengucapkansalam bersama-samasiswa, kemudian mengecekkehadiran siswa.
- Menyampaikan topik,tujuan dan manfaatpembelajaran yang akandicapai pada pertemuantersebut.
- Memotivasi peserta didikdengan memberipenjelasan tentangpentingnya mempelajarimateri ini.
Inti
Eksplorasi - Siswa mendengarkanpenjelasan yangdiberikan oleh guru.
- Guru memberikanstimulus berupa pemberianmateri
-
26
Elaborasi
Konfirmasi
- Siswa mendiskusikanmateri yang diberikanoleh guru dengan temansebangkunya.
- Siswa mengerjakansoal-soal yang diberikanoleh guru
- Siswamengkomunikasikansecara lisan ataumempresentasikanjawaban siswa.
- Siswa yangmenunjukkanpenampilan baik agardapat mempertahankanprestasinya dan bagisiswa yang kurang agarlebih giat belajar danberusaha.
- Memperhatikanpenjelasan gurumengenaiperbaikan/penyempurnaan konsep yangkeliru.
- Kemudian antara pesertadidik dan gurumendiskusikan materitersebut .
- Guru menyuruh siswamengerjakan beberapa soaldari buku LKS
- Guru meminta siswa untukmempresentasikanjawaban siswa.
- Memberikan umpan balikpositif berupapenghargaan kepada hasilkerja siswa danmemotivasi agarkemajuan yang telahdidapat dapatdipertahankan bahkandapat ditingkatkan.
- Membimbing siswa jikaterdapat konsep yangkeliru atau belum dapatdipahami berkaitandengan materi yangdipelajari.
Penutup - Dengan tanya jawabsiswa bersama gurumenyimpulkan hasildari pembelajaran.
- Mengerjakan kuis
- Peserta didik membuatrangkuman subbab yangtelah dipelajari.
- Memberikan kuis.
-
27
dengan baik
- Mencermati danmencatat PR yang akandikumpulkan padapertemuan selanjutnya.
- Peserta didik diberikanpekerjaan rumah (PR)
2.6 Penelitian yang Relevan
1. Ari Anggara (2012) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran
Experiential Terhadap Konsep Diri Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa
Kelas X Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal ini menunjukkan ada perbedaan
pemahaman konsep matematika antara kelas yang menggunakan strategi
pembelajaran experiential dengan model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa strategi pembelajaran
experiential lebih unggul dari model pembelajaran konvensional.
2. Yanti, Nym Dantes, dan Tjok Rai (2013) dengan judul Pengaruh model
pembelajaran experiential terhadap motivasi dan hasil belajar IPA siswa
kelas V SDN Banjar Tegal, Kecamatan Buleleng menunjukkan bahwa
motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Banjar Tegal yang
belajar menggunakan model experiential learning lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan model
pembelajaran konvensional. Kolb (dalam Yanti, Nym Dantes, dan Tjok
Rai, 2013) menyatakan bahwa model pembelajaran experiential terdiri
dari empat tahapan, yaitu: concrete experience, reflection observation,
abstract conceptualization, dan active experimentation. Tahapan-tahapan
experiential learning tersebut memberikan peluang pada siswa untuk
mengembangkan motivasi dan hasil belajar IPA.
-
28
3. Genitri (2013) yang berjudul Pengaruh model experiential learning
berbantuan relaksasi terhadap motivasi belajar siswa kelas V di gugus 6
Kecamatan Sawan jurnal ini menunjukan adanya peningkatan motivasi
belajar siswa yang belajar menggunakan model experiential learning
berbantuan relaksasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar
menggunakan pembelajaran langsung. Belajar dari pengalaman mencakup
keterkaitan antara berbuat dan berpikir. Jika seseorang lebih aktif dalam
proses belajar maka orang itu akan belajar jauh lebih baik. Berpikir berarti
siswa mampu merefleksi materi dalam pembelajaran.
4. Munif (2008) yang berjudul Penerapan Metode Experiential Learning
Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal ini menunjukan bahwa penerapan metode experiential
learning dalam pembelajaran sains IPA dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas lima SD Negeri Kalipucangkulon 01 tahun ajaran 2007/2008.
Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan
belajar siswa yang dapat dilihat pada tiap siklusnya.
2.7 Kerangka Berpikir
Pembelajaran Matematika sangat penting untuk dipelajari serta
dipahami oleh peserta didik karena dapat membekali peserta didik untuk
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Agar siswa mampu
menguasai matematika dengan baik siswa harus memahami konsep dengan
baik. Seorang siswa dikatakan paham terhadap suatu konsep jika siswa
mampu memenuhi tiga indicator pemahaman konsep yang dinyatakan oleh
-
29
NCTM (2000) yaitu (1) Describe concepts in their own words (menyatakan
konsep dalam kata-kata sendiri); (2) Identify or give examples and nonexamples of
concepts (mengidentifikasi atau memberi contoh atau bukan contoh dari konsep);
(3) Use concepts correctly in a variety of situations
(mengaplikasikan/menggunakan konsep dengan benar dalam berbagai situasi).
Strategi pembelajaran experiential merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik. Experiential learning
memberikan ruang pada siswa untuk aktif mengembangkan pengetahuan
mereka dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran experiential
merupakan strategi pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk membangun
atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka dalam proses pembelajaran
sehingga pembelajaran siswa akan menjadi bermakna. Experiential learning
menekankan pada pengalaman belajar yang memiliki peranan penting dalam
proses pembelajaran. Proses belajar yang paling baik terjadi apabila siswa ikut
terlibat dalam pembelajaran dimana terjadi konflik antara pengalaman
langsung dan nyata dari setiap peserta didik sehingga pembelajaran menjadi
lebih bermakna. Strategi pembelajaran experiential terdiri dari beberapa
tahapan pembelajaran, yakni concrete experience, reflective observation,
abstract conceptualization, dan active experimentation.
Pada tahap pertama siswa diberikan pengalaman nyata yang berkaitan
dengan materi yang mereka pelajari. Dari pengalaman tersebut siswa
membuat gagasan-gagasan, kemudian siswa mengaitkan gagasan-gagasan
yang mereka buat dengan teori-teori atau definisi-definisi yang sudah ada.
Setelah mereka selesai melakukan ketiga tahapan tersebut, dilanjutkan dengan
-
30
tahap keempat yaitu siswa aktif dalam mengerjakan LKS yang diberikan oleh
guru. Dari keempat tahapan tersebut menunjukan siswa aktif dalam kegaiatan
pembelajaran dan siswa dituntun untuk menemukan konsep dari materi yang
mereki pelajari sehingga penerapan strategi pembelajaran experiential dapat
meningkatkan pemahaman konsep.
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Sawan tahun pelajaran 2014/2015 yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran experiential lebih tinggi daripada siswa yang belajar
menggunakan model pembelajaran konvensional (SPK).
-
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dalam kategori
penelitian eksperimen semu (quasi experiment), karena tidak seluruh variabelnya
diatur dan dikontrol secara ketat (Sugioyono, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh pelaksanaan strategi pembelajaran experiential terhadap
pemahaman konsep matematika siswa.
3.2 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 2
Sawan semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Kelas VIII SMP Negeri 2
Sawan terdiri dari tiga belas kelas, yaitu VIII-A, VIII-B, VIII-C, VIII-D, VIII-E,
VIII-F, VIII-G, VIII-H, VIII-I, VIII-J, VIII-K, VIII-L, VIII-M. Komposisi
masing-masing kelas dan jumlah keseluruhan populasi disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Komposisi anggota populasi
NO Sumber Populasi Jumlah Siswa
1. VIII-A 26
2. VIII-B 27
3. VIII-C 28
-
32
4. VIII-D 27
5. VIII-E 28
6. VIII-F 26
7. VIII-G 25
8. VIII-H 22
9. VIII-I 24
10. VIII-J 24
11. VIII-K 24
12. VIII-L 23
13. VIII-M 24
Jumlah Populasi 329
(TU SMP Negeri 2 Sawan, 2015)
3.3 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random
sampling. Adapun pertimbangan dalam pengambilan sampel ini adalah tidak
memungkinkannya untuk mengambil sampel secara acak dari masing-masing
individu pada tiap-tiap kelas (Setyosari, 2010). Berdasarkan pertimbangan
tersebut maka sampel akan diambil dari kelas yang sudah terbentuk sebelumnya.
Hal ini juga akan berakibat pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek yang
mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi. Pemilihan
sampel penelitian ini tidak mengikutsertakan kelas unggulan yaitu VIII-A dari
populasi sebagai sampel. Informasi yang diperoleh dari Guru Matematika kelas
-
33
VIII SMP Negeri 2 Sawan, bahwa keduabelas kelas lainnya terdistribusi ke dalam
kelas-kelas yang setara secara akademik. Dikatakan setara, karena dalam
pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas tesebut memiliki kemampuan
akademik yang setara.
3.4 Variabel Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh satu variable bebas
(independent variable) terhadap satu variabel terikat (dependent variable).
Berikut ini penjelasan dari variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable) :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran
experiential. Strategi pembelajaran experiential diterapkan pada
kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan di
kelas kontrol.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep
matematika siswa.
3.5 Rancangan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pelaksanaan strategi pembelajaran experiential terhadap pemahaman konsep
matematika siswa. Penelitian ini dikategorikan eksperimen semu (quasi
experiment), penempatan subjek ke dalam kelompok yang dibandingkan tidak
-
34
dilakukan secara acak, karena subjek sudah secara alami terbentuk dalam
kelompok/ kelas sebelum diadakannya penelitian. Dengan desain seperti ini,
memungkinkan untuk tidak melakukan pengacakan individu dalam penempatan
kelompok. Keunggulan desain penelitian ini adalah penggunaan kelompok (kelas)
yang utuh sehingga subyek penelitian tidak begitu menyadari akan adanya
eksperimen yang dilakukan.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post Test Only
Control Group Design. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
Eksperimen X1 Y
Kontrol X2 Y
(Dimodifikasi dari Sugiyono, 2012)Keterangan :
X1 = Perlakuan berupa penerapan strategi pembelajaran experiential
X2 = Perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional
Y = post-test untuk masing-masing kelas
Terdapat dua kelompok yang menjadi sampel penelitian yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa
strategi pembelajaran experiential dan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan
menerapkan pembelajaran secara konvensional. Pembelajaran konvensional yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa dilakukan guru di
sekolah tempat penelitian. Setelah itu kedua kelompok diberikan tes akhir.
-
35
3.6 Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut.
a. Memilih dua kelas sampel dengan cara pengundian..
b. Dua kelas sampel yang diperoleh diundi untuk menentukan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
c. Menentukan materi yang akan dibahas selama penelitian.
d. Menyiapkan bahan pembelajaran sebagai berikut. (1) Menyiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk berupa pembelajaran
yang diterapkan di sekolah untuk kelas kontrol dan menyiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan strategi
pembelajaran experiential untuk kelas eksperimen. (2) Menyiapkan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Menyiapkan instrumen penelitian yaitu berupa tes essay untuk
mengukur pemahaman konsep siswa.
f. Mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan guru matematika dan
dosen pembimbing dan selanjutnya dilakukan uji coba instrumen.
g. Melakukan uji coba instrumen untuk menentukan validitas dan
reliabilitas.
h. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang berdasarkan strategi
pembelajaran experiential untuk kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional untuk kelompok kontrol.
i. Memberikan test akhir kepada kedua kelompok secara bersamaan,
yaitu berupa tes essay
-
36
j. Menganalisis hasil penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Prosedur penelitian ini secara lengkap digambarkan pada gambar 3.1.
Bagan Prosedur Penelitian
Keterangan : = Kegiatan yang dilakukan selanjutnya(Dimodifikasi dari Eka, 2015)
Gambar 3.1 Bagan Prosedur PenelitianAdapun perbandingan pembelajaran kelas kontrol yang diterapkan
pendekatan konvensional dan kelas ekspreimen yang diterapkan strategi
pembelajaran experiential dapat dilihat pada Tabel berikut.
Populasi
Menentukan sampel melalui teknik simple random sampling
Menentukan kelompok eksperimen dankelompok kontrol melalui pengundian
Menyusun dan merancang perangkatpembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS,intrumen penelitian, serta melakukan uji
instrument.
strategi pembelajaranexperiential dalam
pembelajaran matematikapada kelompok eksperimen.
Pembelajaran denganpembelajaran konvensional
pada kelompok kontrol.
Tes akhir
Analisis data
-
37
Tabel 3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Experiential Dan PembelajaranKonvensional
Tahapa
n
Experiment Konvensional
Aktivitas guru Aktivitas siswa Aktivitas guru Aktivitas siswa
Pendah
uluan
a. Gurumengucapkansalam
b. Guru mengecekkehadiran siswa
c. Guru memeriksakelengkapanbelajar siswa(disiplin)
d. Gurumemberitahukanmateri yang akandibahas sertamenyampaikantujuan yang ingindicapai
e. Dengan tanyajawab, gurumengajak siswamengingat materitentang himpunan
f. Guru memotivasitentangpentingnyamempelajarimateri yangsekarangdiberikan untukmendukungpembelajaranmateri berikutnya
a.Siswamenjawabsalam
b.Siswa dicekkehadirannyasatu persatu ataumemberitahuguru jika adasiswa lain yangtidak hadir
c.Siswamengeluarkankelengkapanuntuk belajar
d.Siswamendengarkanpenjelasan gurudengan seksamaserta mencatattujuan yangingin dicapai
e.Siswamenjawabpertanyaan guru
f. Siswamendengarkanpenjelasan guru
- Mengawalipembelajarandenganmengucapkansalambersama-samasiswa,kemudianmengecekkehadiransiswa.
- Menyampaikantopik, tujuandan manfaatpembelajaranyang akandicapai padapertemuantersebut.
- Memotivasipeserta didikdenganmemberipenjelasantentangpentingnyamempelajarimateri ini.
- Mengucapkansalam bersama-sama guru danmemberitahukan kehadirannyapada guru.
- Siswamembaca danmencermatitopik, tujuandan manfaatpembelajaran.
- Siswamendengarkanpenjelasan dariguru.
-
38
maupun kaitannyadalam kehidupansehari-hari.
Inti Gurumengelompokkansiswa ke dalam 5orang
Concreteexperience
a. Guru memintasiswa untukmengamati danmencermaticontohpermasalahansehari-hari yangberhubunganmateri yang akandipelajari.Reflectionobservation
b. Guru memintasiswa menuliskanpengalaman apayang dapatmereka simak daricontohpermasalahanyang diberikanoleh guru.
c. Gurumembimbingsiswa saatmenuliskangagasan-gagasanmereka sendiritentangpermasalahanyang merekasimak.Asbtractconceptualization
d. Guru memberikansiswa untukmengembangkangagasan-gagasanyang mereka buat
Siswa mengaturdiri untukberkelompok
a. Siswamengamatidanmencermaticontohpermasalahansehari-hariyangberhubungandengan materi.
b. Siswamenuliskanpengalamanyang merekadapat daripermasalahanrelasi danfungsi
c. Siswa mulaimenuliskangagasan-gagasanmereka terkaittentangpemasalahanyang merekasimak
d. Siswamengembangkan gagasan-gagasan yangmereka buat
Explorasi- Guru
memberikanstimulusberupapemberianmateri
- Kemudianantara pesertadidik dan gurumendiskusikanmateri tersebut.
ELABORASI- Guru
menyuruhsiswamengerjakanbeberapa soaldari buku LKS
- Guru memintasiswa untukmempresentasikan jawabansiswa.
- Siswamendengarkanpenjelasanyang diberikanoleh guru.
- Siswamendiskusikanmateri yangdiberikan olehguru dengantemansebangkunya.
- Siswamengerjakansoal-soal yangdiberikan olehguru
- siswamengkomunikasikan secaralisan ataumempresentasikan jawabansiswa.
-
39
sertamengaitkannyadengan teori-teoriatau definisi-definisi yang adadi buku matapelajaranmatematika
e. Gurumemfasilitasikegiatanpembelajarandenganmebimbing siswaketika mengaitkangagasankonseptual yangmereka buatdengan teori-teoriatau definisi-definisi yang telahada.Active experiment
f. Gurumembagikan LKSkepada tiapkelompok
g. Guru memberipeluang kepadasiswa untukmelakukanexperiment sesuaidengan pedomanLKS
h. Gurumengobservasikegiatan yangdilakukan siswaselamaexperimentberlangsung
i. Gurumembimbingdiskusi kelompok.
e. Siswamengaitkangagasankonseptualdengan teori-teori ataudefinisi-definisi yangada
f. Setiapkelompokmendapatkansatu LKS
g. Siswamengerjakansoal pada LKSdenganberdiskusibersamakelompoknya
h. Siswaberdiskusibersamakelompoknya
i. Siswamenanyakanhal-hal yangkurang jelas
KONFIRMASI- Memberikan
umpan balikpositif berupapenghargaankepada hasilkerja siswadanmemotivasiagarkemajuanyang telasdidapat dapatdipertahankanbahkan dapatditingkatkan.
- Membimbingsiswa jikaterdapatkonsep yangkeliru ataubelum dapatdipahamiberkaitandengan materiyangdipelajari.
- Siswa yangmenunjukkanpenampilanbaik agardapatmempertahankan prestasinyadan bagi siswayang kurangagar lebih giatbelajar danberusaha.
- Memperhatikan penjelasangurumengenaiperbaikan/penyempurnaankonsep yangkeliru.
-
40
j. Guru memberikankesempatankepadaperwakilan salahsatu kelompokuntukmempresentasikanhasil diskusibersamakelompoknya.
k. Guru memberikanpelurusan danpenekanan kepadasiswa jika adasesuatu hal yangkurang tepatdalam menjawabatau menarikkesimpulan
l. Guru membantusiswamemecahkanmasalah sebagailatihan danmemberi umpanbalik kepadasiswa terhadapmateri atau soal-soal yang belumterjawab
j. Salah satuperwakilankelompokmempresentasikan hasildiskusi merekadan siswa yanglainmemperhatika
k. Siswamemperhatikanpenjelasanguru
l. Siswa denganbantuan gurumenyelesaikansoal yangbelum terjawab
Penutu
p
a) Gurumemberikanevaluasi (kuis)kepada siswauntukmengetahuipemahamansiswa
b) Denganbimbingan gurusiswa dimintamerangkum isipembelajaran
c) Guru menyuruhsiswa untuk
a) Siswamengerjakankuis yangdiberikan
b) Bersama sama gurumerangkumanpembelajaran
c) Siswamengumpulka
- Dengan tanyajawab siswabersama gurumenyimpulkanhasil daripembelajaran.
- Peserta didikdiberikanpekerjaanrumah (PR)
- Peserta didikmembuatrangkumansubbab yangtelahdipelajari.
- Mencermatidan mencatatPR yang akandikumpulkanpada pertemuanselanjutnya.
-
41
mengumpulkanhasil didkusi
d) Gurumemberikanarahan atautindak lanjutpembelajarandengan memberitugas rumah
n hasil dikusi
d) Siswa diberitugas PR
3.7 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis data yang diperlukan yaitu data tentang
pemahaman konsep matematika siswa. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur pemahaman konsep matematika siswa berupa tes pemahaman konsep
matematika.
Tes pemahaman konsep matematika yang dipergunakan adalah tes essay
(uraian). Menurut Suherman (1993) tes essay memiliki beberapa keunggulan,
yaitu yang pertama, dalam menjawab soal yang berbentuk uraian, siswa dituntut
untuk menjawabnya secara rinci, maka proses berpikir, ketelitian, dan sistematika
penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari karena
tidak ada sistem tebak-tebakan/spekulasi sehingga hasil evaluasi dapat lebih
mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Kedua, proses pengerjaan tes
menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa sehingga tes berbentuk essay
menuntut siswa untuk berpikir secara sistematis dalam menyampaikan pendapat
dan argumentasi serta mampu mengaitkan fakta-fakta yang relevan.
Akan tetapi, tes uraian memiliki kelemahan pada pemeriksaan jawaban
yang cenderung bersifat subyektif. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dalam
melakukan penskoran jawaban siswa, terlebih dahulu dibuat rubrik penskoran.
-
42
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, indikator pemahaman konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang dikembangkan oleh NCTM
yaitu: (1) Describe concepts in their own words (menyatakan konsep dalam kata-
kata sendiri); (2) Identify or give examples and nonexamples of concepts
(mengidentifikasi atau memberi contoh atau bukan contoh dari konsep); (3) Use
concepts correctly in a variety of situations (mengaplikasikan/menggunakan
konsep dengan benar dalam berbagai situasi). Indikator ini yang dijadikan
pedoman dalam penyusunan rubrik penskoran tes pemahaman konsep matematika
siswa.
Pedoman penskoran tes pemahaman konsep matematika dalam penelitian
ini disajikan dalam Tabel 7 berikut.
Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Tes Pemahaman Konsep
No Indikator Pemahaman Konsep Bobot
1
Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri dengan benar
2
Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri tetapi tidak sepenuhnya benar
1
Salah dalam menyatakan ulang konsep yang telah dipelajaridengan kata-kata sendiri
0
2
Mengidentifikasi yang termasuk contoh atau bukan contoh darikonsep dengan benar
2
Mengidentifikasi yang termasuk contoh atau bukan contoh darikonsep tetapi tidak sepenuhnya benar
1
Salah dalam mengidentifikasikan yang termasuk contoh ataubukan contoh dari konsep
0
Mengaplikasikan konsep dalam berbagai situasi dengan benar 4
Mengaplikasikan konsep dalam berbagai situasi dengan benartetapi jawabannya tidak sepenuhnya benar
3
-
43
3 Mengaplikasikan konsep dalam berbagai situasi dengan benartetapi jawabannya salah
2
Tidak sepenuhnya benar mengaplikasikan konsep dalamberbagai situasi
1
Tidak membuat jawaban atau hanya mengulang informasi yangdiketahui dari soal
0
(Diadaptasi dari NCTM, 2000)
Skor maksimum ideal tes pemahaman konsep matematika diperoleh
dengan cara menjumlahkan skor maksimum tiap butir soal. Sedangkan nilai untuk
tiap siswa diperoleh dengan rumus berikut.
100SkorTotal
siswadiperolehyangskorJumlahsiswaNilai x
3.8 Uji Coba Instrumen
Sebelum soal digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematika
siswa pada kelas sampel, soal tes terlebih dahulu diujicobakan. Hasil uji coba
kemudian dianalisis dan siap digunakan untuk mengukur pemahaman konsep
matematika siswa dari kelompok penelitian. Suatu tes dikatakan baik sebagai alat
ukur hasil belajar jika memenuhi persyaratan tes yaitu validitas dan reliabilitas.
Sehingga sebelum tes tersebut diberikan, haruslah tes tersebut diuji terlebih
dahulu validitas dan reliabilitasnya.
3.8.1 Uji Validitas Isi (Uji Pakar)
Gregory (dalam Candiasa, 2007) mengembangkan teknik dalam pengujian
validitas isi yang sudah dikuantitatifkan. Mekanisme pengujian validitas isi
menurut Gregory adalah sebagai berikut.
-
44
1. Para pakar yang dipercaya menilai instrumen melakukan penilaian
instrumen perbutir, dengan menggunakan skala tertentu, misalnya skala
1-2-3-4.
2. Pengelompokkan skala, skor 1-2 dikelompokkan kedalam kurang
relevan dan skor 3-4 dikelompokkan menjadi sangat relevan.
3. Hasil penilaian para pakar ditabulasi silang, misalnya untuk dua penilai
sebagai berikut.
Tabel 3.5 Tabulasi Penilaian Pakar
Penilai 1
Kurang Relevan(skor 1-2)
Sangat Relevan(skor 3-4)
Pen
ilai 2
Kurang Relevan(skor 1-2) (A)
(B)
Sangat Relevan(skor 3-4) (C)
(D)
4. Perhitungan validitas isi dengan rumus:Validitas Isi = + + +keterangan:
A = Penilai 1 dan penilai 2 sama-sama menilai
kurang relevan.
B = Penilai 1 menilai sangat relevan sedangkan
penilai 2 menilai kurang relevan.
-
45
C = Penilai 1 menilai kurang relevan sedangkan
penilai 2 menilai sangat relevan.
D = Penilai 1 dan penilai 2 sama-sama menilai sangat
relevan.
3.8.2 Uji Validitas
Suatu alat evaluasi disebut valid jika alat tersebut mampu mengevaluasi
apa yang seharusnya dievaluasi. Salah satu cara untuk mencari koefisien validitas
alat evaluasi yang berbentuk essay adalah dengan menggunakan rumus koefisien
korelasi product-moment (Candiasa, 2007) sebagai berikut.
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
dimana :
rxy = koefisien validitas
n = banyaknya sampel (responden)
X = skor item yang akan dicari validitasnya
Y = skor total
Kriteria yang digunakan dalam validitas adalah dengan membandingkan
nilai dengan nilai pada taraf signifikansi 5%. Suatu butir tes dikatakan
valid jika > tabel. Nilai tabel dapat dilihat pada Tabel Nilai Koefisien KorelasiProduct Moment dengan taraf signifikansi 5%, pada derajat kebebasan ( )= 2.
-
46
3.8.3 Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang
memberikan hasil yang relatif sama meskipun dilakukan pada waktu dan tempat
yang berbeda. Pengujian terhadap reliabilitas tes dapat dilakukan dengan rumus
Alpha Cornbach (Candiasa, 2007), yaitu :
t
i
VV
n
nr 1
111
Dengan:
)1(
22
kkXXkVi
dan
)1(
22
kkYYkVt
Keterangan:
r11 = koefesien reliabilitas yang dicari
n = banyaknya butir soal
iV = varians bagian ke-i dari tes
tV = varians total
X = skor butir
Y = skor total
k = jumlah responden
Untuk menentukan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan
kriteria sebagai berikut.
00,180,0 reliabilitas sangat tinggi (sangat baik)80,060,0 reliabilitas tinggi (baik)60,040,0 reliabilitas sedang (cukup)40,020,0 reliabilitas rendah (kurang)
-
47
20,0 reliabilitas sangat rendah
3.9 Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum tes diujicobakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen
Jurusan Pendidikan Matematika yaitu bapak Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si
selaku pembimbing I dan bapak I Made Suarsana, S.Pd, M.Si. selaku pembimbing
II. Selain itu tes juga dikonsultasikan dengan guru SMP Negeri 2 Sawan, I Wayan
Suardana, S.Pd untuk mengetahui apakah tes yang disusun telah mencerminkan
materi yang disampaikan. Kemudian dilakukan Uji Pakar (Gregory) dengan
memilih dua orang dosen Jurusan Pendidikan Matematika Undiksha sebagai
dosen ahli. Dosen yang dipilih adalah Drs. Djoko Waluyo, M.Sc sebagai dosen
ahli 1 dan I Putu Pasek Suryawan, S.Pd, M.Pd. sebagai dosen ahli 2. Hasil dari uji
pakar menunjukkan nilai validitas isi instrumen adalah 1 (analisisnya pada
lampiran 06). Jadi instrumen tergolong valid dan layak digunakan.
Uji coba tes pemahaman konsep matematika dilakukan dikelas IX A SMP
Negeri 2 Sawan. Jumlah soal yang diujicobakan ada tujuh butir. Dari hasil analisis
validitas tes ketujuh butir soal valid (analisisnya ditunjukan pada Lampiran 09).
Dari tujuh soal yang valid kemudian peneliti hanya menggunakan lima soal
sebagai tes pemahaman konsep matematika siswa, karena kelima soal tersebut
sudah mencakup keseluruhan materi yang diajarkan. Sedangkan dari hasil analisis
reliabilitas tes, diperoleh besar koefisien reliabilitas 0,72 (analisisnya ditunjukan
pada Lampiran 10). Hasil tersebut menunjukan bahwa tes pemahaman konsep
-
48
matematika siswa reliabel dengan reliabilitas tinggi sehingga soal-soal tersebut
layak untuk digunakan.
3.10 Teknik Analisis Data
Untuk menguji apakah pemahaman konsep matematika siswa yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran experiential lebih tinggi daripada
pemahaman konsep matematika siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional, maka data yang diperoleh dianalisis dengan langkah langkah
sebagai berikut.
3.10.1 Uji Normalitas Sebaran Data
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
berdistribusi atau tidak. Data berdistribusi normal merupakan kurva berbentuk
lonceng (bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tak terhingga.
Distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem dalam data yang
diambil. Pada penelitian ini uji normalitas data menggunakan One-sample-
Kolmogorov-smirnov test (Candiasa, 2010)
Tabel 3.6 Pengujian hipotesi normalitas
No Hipotesis
1 H0 : data berasal dari populasi berdidtribusi normal
2 H1 : data tidak beasal dari populasi berdistribusi normal
Ringkasan perhitungan uji normalitas dengan uji Kolgomorov Smirnov
disajikan pada Tabel 3.6 seperti di bawah ini.
-
49
Tabel 3.7 Ringkasan Rumus Kolgomorov Smirnov
X F FK PK Z F(Z) D-1 D0 Mak(D-1, D0)
Freku
ensi
Kum
ulatif
= = HargaZ daritabelZ
D-1 = harga
mutlak selisih
antara F(Z)dan PKi-1
D0 = harga
mutlak selisih
antara F(Z)dan PKi
Nilai
Maksimal
antar D-1 dan
D0
(Candiasa, 2010)
Keterangan:
X = data skor tes
F = frekuensi anak yang memperoleh skor tersebut
FK = frekuensi komulatif
n = banyak data
PK = probabilitas frekuensi komulatif
Z = harga Z (skor baku) dengan rumus = , dengan = mean= standar deviasiF(Z) = harga Z dari tabel Z
D-1 = harga mutlak selisih antara F(Z) dan PKi-1.
D0 = harga mutlak selisih antara F(Z) dan PKi
Mak(D-1, D0) = nilai maksimal antar D-1 dan D0
Selanjutnya nilai maksimum Mak(D-1, D0) dibandingkan dengan harga D
tabel, yang diperoleh dari harga kritis Kolgomorov Smirnov satu sampel. Apabila
Mak(D-1, D0) maksimum harga D tabel maka diterima.
-
50
3.10.2 Uji Homogenitas Varians
Pada penelitian ini, homogenitas varians dari kedua kelas sampel diuji
dengan menggunakan Uji-F dengan hipotesis sebagai berikut:.
Hipotesis pengujian:
H0 : 12 = 22 (varians data homogen)
H1 : 12 22 (varians data tidak homogen)
Rumus dari uji homogenitas varians menggunakan uji-F adalah sebagai
berikut:
Fhit =22
21
SS
(Susetyo, 2012)
Keterangan:
21S = varians terbesar.
22S = varians terkecil.
Dengan kriteria pengujian: jika 12,1121
nn
hit FF
maka sampel tidak
homogen d
top related