trakoma refrat
Post on 12-Aug-2015
227 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TRACHOMA
A.Definisi
Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan olehinfeksi bakteri
Chlamydia trachomatis
(Solomon, 2010).
B. Etiologi
Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotipe A, B, Ba dan C.Masing- masing
serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang berbeda beda.Chlamydia adalah gram negatif,
yang berbiak intraseluler. Spesies C trachomatis menyebabkan trakoma dan infeksi kelamin
( serotipe D-K) dan limfogranuloma venerum ( serotipe L1-L3). Serotipe D-K biasanya
menyebabkan konjungtivitis folikular kronis yang secara klinis sulit dibedakan dengan trakoma,
termasuk konjungtivitis folikular dengan pannus, dan konjungtiva scar. Namun, serotipe genital
ini tidak memiliki siklus transmisi yang stabil dalam komunitas. Karenaitu, tidak terlibat dalam
penyebab kebutaan karena trakoma
(Solomon et al, 2004).
C. Patofisiologi
Infeksi menyebabkan inflamasi, yang predominan limfositik dan infiltrat monosit dengan plasma
sel dan makrofag dalam folikel. Gambaran tipe folikel dengan pusat germinal dangan pulau-
pulau proliferasi sel B yang dikelilingi sebukan sel T. Infeksi konjungtiva yang rekuren
menyebabkan inflamasi yang lama yangmenyebabkan konjungtival scarring . Scarring
diasosiasikan dengan atropi epitel konjungtiva, hilangnya sel goblet, dan pergantian jaringan
normal, longgar dan stroma vaskular subepitel dengan jaringan ikat kolagen tipe IV dan V
(Solomon et al , 2004).
D. Perjalanan Penyakit dan Tanda Klinis
Secara klinis, trakoma dapat dibagi menjadi fase akut dan fase kronis , tetapi tanda akut dan
kronis dapat muncul dalam waktu yang bersamaan dalam satu individu. Derajat keparahan dari
infeksi mata oleh Chlamydia trachomatis dapat ringan sampai dengan berat. Banyak infeksinya
bersifat asimtomatis. Sesuai dengan masa inkubasinya yaitu 5-10 hari, infeksi konjungtiva
menyebabkan iritasi, mata merah, dan discharge mukopurulen. Keterlibatan kornea pada proses
inflamasi akut dapat menimbulkan nyeri dan fotofobia. Secara umum, gejala lebihringan dari
tampilan mata.Tanda awal infeksi yang kurang spesifik adalah vasodilatasi dari pembuluh darah
konjungtiva. Perubahan spesifik terjadi beberapa minggu setelah infeksi, yaitu dengan
munculnya folikel-folikel pada konjungtiva fornics, konjungtiva tarsal dan limbus. Folikel adalah
adalah limfoid germinal dan ditemukan dibawah lapisan epitel. Folikel terlihat sebagai massa
abu-abu atau creamy dengan diameter 0,2-3,0 mm. Tidaklah normal bila ditemukan satu atau dua
folikel pada mata yang sehat, tertama di canthi lateral atau medial. Karena lapisan superfisial dari
stroma konjungtiva memiliki sedikit jaringan limfoid sampai kurang lebih 3 bulan setelah lahir,
neonatus tidak mampu menahan respon folikular terhadap infeksi mata oleh Chlamydia. Papil
juga dapat terlihat pada fase ini :pada kasus ringan terlihat titik-titik merah kecil dengan mata
telanjang. Dengan bantuan slit lamp, papil terlihat sebagai pembengkakan kecil konjungtiva,
dengan vaskularisasi di tengahnya.Ketika inflamasi bertambah berat, reaksi papilar pada
konjungtiva tarsal diasosiasikan dengan penebalan konjungtiva, pertambahan vaskularisasi
pembuluh tarsal, dan kadang kadang edema palpebra. Bila kornea terlibat pada proses inflamasi,
keratitis punctata superficialis dapat dideteksi dengan tesflouresensi. Infiltrat superficial atau
pannus (infiltrasi subepitel dari jaringan fibrovaskular ke perifer kornea) mengindikasikan
inflamasi kornea. Folikel, papildan tanda kornea lain adalah tanda dari fase aktif, namun pannus
dapat bertahan setelah fase aktif. Resolusi dari folikel ditandai dengan terjadinya scarring pada
sub epitel konjungtiva. Deposisi dari skar biasanya di konjungtiva tarsal atas, walaupun
konjungtiva fornces, konjungtiva bulbi dan daerah atas kornea dapat terkena. Di daerah endemis
trakoma, sikatrik pada daerah tarsal karena episode infeksi berulang menjadi dapat terlihat secara
makroskopis dengan mengeversi palpebra atas, nampak seperti plester putih dengan latar
konjungtiva yang eritematous. Dilimbus, pergantian folikel menjadi scar mengahasilkan formasi
depresi translusen pada corneoscleral junction yang disebut Herbert’s pits
Bila scar pada konjungtiva tarsal cukup banyak berkumpul, menyebabkan kelopak mata atas
menekuk ke dalam dan menyebabkan bulu mata mengenai bola mata,hal ini disebut trikiasis.
Ketika semua bagian kelopak mengarah ke dalam disebutentropion. Trikiasis sangat mengiritasi.
Penderita kadang mencabut sendiri bulumata atau memplester kelopak mata agar mengahadap ke
luar.Selain nyeri, trikiasis juga mencederai kornea, sebagai efek abrasi kornea dapat terjadi
infeksi sekunder oleh jamur atau bakteri. Karena sikatrik bersifat opak maka penglihatan dapat
terganggu bila mengenai daerah sentral kornea (Solomon et al, 2004)
E. Grading Trakoma
Pembagian menurut McCallan
Stadium Nama Gejala
stadium I Trakoma Insipien Folikel imatur, hipertrofi papilar
minimal
Stadium II Trakoma Folikel matur pada dataran
tarsal atas
Stadium IIA Dengan hipertrofi
papilar yang
menonjol
Keratitis, folikel limbus
Stadium IIB Dengan
hipertrofifolikular
yang menonjol
Aktivitas kuat dengan folikel
matur tertimbun di bawah
hipertrofi papilar yang hebat
Stadium III Trakoma sikatrik Parut pada konjungtiva tarsal
atas, permulaan trikiasis dan
entropion
Stadium IV Trakoma sembuh Tak aktif, tak ada hipertrofi
papillar ataufolikular, parut
dalam bermacam derajat deviasi
(Ilyas, S, 2007)
Pembagaian menurut WHO
Simplified Trachoma Grading Scheme
1. Trakoma Folikular (TF)
Trakoma dengan adanya 5 atau lebih folikel dengan diameter 0,5 mm didaerah sentral
konjungtiva tarsal superior
Bentuk ini umumnya ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensi puncak pada 3-5
tahun
2. Trakoma Inflamasi berat (TI)
Ditandai konjungtiva tarsal superior yang menebal dan pertumbuhanvaskular tarsal.
Papil terlihat dengan pemeriksaan slit lamp
.3. Sikatrik Trakoma (TS)
Ditandai dengan adanya sikatrik yang mudah terlihat pada konjungtivatarsal.
Memiliki resiko trikiasis ke depannya, semakin banyak sikatrik semakin besar resiko
terjadinya trikiasis.
4. Trikiasis (TT)
Ditandai dengan adanya bulu mata yang mengarah ke bola mata.
Potensial untuk menyebabkan opasitas kornea
5. Opasitas Kornea (CO)
•Ditandai dengan kekeruhan kornea yang terlihat di atas pupil.
•kekeruhan kornea menandakan prevalensi gangguan visus atau kebutaanakibat trakoma
(Salomon et al, 2010)
F. Diagnosa
1. Riwayat Penyakit
Trakoma aktif biasanya ditemukan pada anak anak, dan penduduk pada daerah endemis, hanya
menimbulkan sedikit keluhan. Penderita dengan trikiasis bisasimtomatis. Beratnya keluhan
bergantung pada banyaknya bulu mata yangmenyentuh bola mata, ada atau tidaknya abrasi
kornea, dan ada tidaknya blefarospasme.
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan mata untuk tanda-tanda klinis dari trakoma meliputi pemeriksaan yang teliti
terhadap bulu mata, kornea dan limbus, kemudian eversi palpebra atas, dan inspeksi konjungtiva
tarsal. Binocular Loupes (x2,5) dan pencahayaan yang cukup dibutuhkan, bila memungkinkan
slit lamp dapat digunakan.
3. Pemeriksaan laboratorium
Mikroskopis, kultur sel, direct fluorescent antibody, enzyme immunoassay,serology,PCR, direct
hybridization probetest,Ligasse chain reaction, Stranddisplacement assay, quantitative PCR
(Salomon et al, 2004).4.
Diagnosis Banding
Trakoma Konjungtivitis folikularis Vernalkatarr
h
Gambaran
Lesi
(Dini)papula kecil atau bercak
merah bertaburan dengan bintik-
bintik kuning padakonjungtiva
tarsal(Lanjut) Granula dan parut
terutama padakonjungtiva tarsal
atas
Penonjolan merah muda
pucat tersusun teratur seperti
deretan beads
Nodul lebar
datar dalam
susunan
cobble tone
padakonjung
tiva tarsal
atas dan
bawah,diseli
muti lapisan
susu
Ukuran
Lesi dan
Penonjolan besar,lesi konjuntiva
tarsal atas dan teristimewa lipatan
Penonjolan kecil, terutama
konjungtiva tarsal bawah
Penonjolan
besar,
Lokasi
Lesi
retrotarsal kornea- pannus, bawah
infiltrasi abu-abu dan pembuluh
tarsus terlibat
dan forniks bawah tarsus
tidak terlibat
tarsus,limbus
dan forniks
dapat terlibat
Tipe
sekresi
Kotoran air berbusa atau frothy
pada stadium lanjut
Mukoid atau purulen Bergetah,
bertali,
seperti susu
Pulasan Kerokan epitel dari konjungtiva dan
kornea memperlihatkan eksfoliasi,
proliferasi dan inklusi selular
Kerokan tidak karakteristik
(Koch-Weeks, Morax
Axenfeld,mikrokokus,pneum
okokus)
Eosinofil
karakteristik
dan konstan
pada sekresi
Penyulit
atau
sekuela
Kornea;
Panus,kekeruhankornea,xerosis,Kor
nea-
Konjungtiva:Simblefaron,Palpebra;
Entropion, trikiasis
Ulkus kornea, Blefaritis
Ektropion
Infiltrasi
kornea
Pseudoptosis
(Ilyas, S, 2007)
4. Penegakkan Diagnosa
Diagnosa trakoma ditegakkan berdasarkan:
a. Gejala Klinik :Bila terdapat 2 dari 4 gejala klinik yang khas, sebagai berikut :
1)Adanya prefolikel di konjungtiva tarsalis superior
2)Folikel di konjungtiva forniks superior dan limbus kornea 1/3 bagian ata
3)Panus aktif di 1/3 atas limbus kornea
4)Sikatrik berupa garis-garis atau bintang di konjungtiva palpebra/ fornikssuperior,
Herbert’s pit di limbus korne 1/3 bagian atas
b. Kerokan konjungtiva, yang dengan pewarnaan giemsa dapat ditemukan badaninklusi Halbert
staedter Prowazeki.Diagnosa trakoma juga dapat ditegakkan bila terdapat satu gejala klinis yang
khas ditambah dengan kerokan konjungtiva yang menghasilkan badan inklusi.
c. Biakan kerokan konjungtiva dalam yolk sac, menghasilkan badan inklusi dan badan elementer
dengan pewarnaan giemsa
d. Tes serologis dengan:
1)Tes fiksasi komplemen, untuk menunjukkan adanya antibodi terhadap trakoma,dengan
menggunakan antigen yang murni. Melakukannya mudah,tak memerlukan peralatan
canggih, cukup mempergunkan antigen yang stabil, mudah didapat di pasaran. Mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi.
2)Tes mikro-imunofluoresen, menentukan antibodi antichlamydial yang spesifik, beserta
sifat-sifatnya (IgM,IgA,IgG). Lebih sukar dan memerlukan peralatan canggih
(Wijana N, 1993).
G. Penatalaksanaan
Kunci pentalaksanaan trakoma yang dikembangkan WHO adalah strategi SAFE(Surgical care,
Antibiotics, Facial cleanliness, Environmental improvement).
1. Terapi antibiotik
WHO merekomendasikan dua antibiotik untuk trakoma yaitu azitromisisn oral dan salep
mata tetrasiklin.
Azitromisin lebih baik dari tetrasiklin namun lebih mahal.
Program pengontrolan trakoma di beberapa negara terbantu dengan donasiazitromisin.
Konsentrasi azitromisin di plasma rendah, tapi konsentrasi di jaringantinggi,
menguntungkan untuk mengatasi organisme intraselular.
Azitromisin adalah drug of choice karena mudah diberikan dengan single dose
.Pemberiannya dapat langsung dipantau. Karena itu compliancenya lebih tinggi
dibanding tetrasiklin.
Azitromisin memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yangrendah. Ketika
efek samping muncul, biasanya ringan; gangguan GI danrash adalah efek samping yang
paling sering.
Infeksi Chlamydia trachomatis biasanya terdapat juga di nasofaring, maka bisa terjadi
reinfeksi bila hanya diberi antibiotik topikal.
Keuntungan lain pemberian azitromisin termasuk mengobati infeksi digenital, sistem
respirasi, dan kulit.
Resistensi C. trachomatis terhadap azitromisin dan tetrasiklin belum dikemukakan.
Azitromisin : dewasa 1gr per oral sehari; anak anak 20 mg/kgBB per oralsehari
Salep tetrasiklin 1% : mencegah sintesis bakteri protein dengan bindingdengan unit
ribosom 30S dan 50S. Gunakan bila azitromisin tidak ada.Efek samping sistemik
minimal. Gunakan di kedua mata selama 6 minggu
2. Tindakan bedah
Pembedahan kelopak mata untuk memperbaiki trikiasis sangat penting pada penderita
dengan trikiasis, yang memiliki resiko tinggi terhadap gangguan visus dan penglihatan.
Rotasi kelopak mata membatasi perlukaan kornea. Pada beberapa kasus,dapat
memperbaiki visus, karena merestorasi permukaan visual dan pengurangan sekresi okular
dan blefarospasme
3. Kebersihan wajah
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anak-anak menurunkan
resiko dan juga keparahan dari trakoma aktif.
Untuk mensukseskannya, pendidikan dan penyuluhan kesehatan harus berbasis
komunitas dan berkesinambungan
4. Peningkatan sanitasi lingkungan
Penyuluhan peningkatan sanitasi rumah dan sumber air, dan pembuanganfeses manusia
yang baik.
Lalat yang bisa mentransmisikan trakoma bertelur di feses manusia yangada di
permukaan tanah. Mengontrol populasi lalat dengan insektisida cukup sulit.
H. Kriteria Kesembuhan
Kriteria kesembuhan berdasarkan pemeriksaan dengan mata telanjang, terutama pada pengobatan
masal adalah :
1)Folikel (-)
2)Infiltrat kornea (-)
3)Panus aktif (-)
4)Hiperemia (-)
5)Konjungtiva, meskipun ada sikatrik, tampak licin.
Pada kasus individual, kriteria penyembuhan harus ditambah :
1)Pada pemeriksaan fluoresein, yang dilihat dengan slit lamp, menunjukkantidak ada
keratitis epitelial di kornea.
2)Pada pemeriksaan mikroskopis dan kerokan konjungtiva, tidak menunjukkan adanya
badan inklusi (Wijana N, 1993)
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2007.Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-4. Jakarta: Balai PenerbitFakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Salomon, Anthony dan Hugh R Taylor. 2010. Trachoma: Treatment and Medication.
eMedicine Ophtalmology. 214: 29-38
Salomon et al . 2004. Diagnosis and Assesment of Trachoma.Clinical
Microbiology Review. 17: 982-1011
Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal
top related