analisis kelayakan finansial usaha tepung tapioka …
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TEPUNGTAPIOKA PADA CV.WANGUN MANDIRI BOGOR
Skripsi
Fery Perdian1111092000028
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2018 / 1439H
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TEPUNGTAPIOKA PADA CV.WANGUN MANDIRI BOGOR
Fery Perdian1111092000028
SkripsiDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2018 M / 1439 H
SURAT PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL
KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Mei 2018
Fery Perdian1111092000028
RINGKASAN
Fery Perdian, Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tepung Tapioka padaCV.Wangun Mandiri Bogor. Di bawah bimbingan Iwan Aminudin dan AchmadTjachja Nugraha
Tepung tapioka, tepung singkong, tepung kanji, atau aci adalah tepungyang diperoleh dari umbi akar ketela pohon atau dalam Bahasa Indonesia disebutsingkong. Tapioka memiliki sifat-sifat yang serupa dengan sagu, sehinggakegunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tapioka adalah nama yang diberikanuntuk produk olahan dari akar ubi kayu (cassava). Analisis terhadap akar ubi kayuyang khas mengidentifikasikan kadar air 70%, pati 24%, serat 2%, protein 1%serta komponen lain (mineral, lemak, gula) 3%.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1) Bagaimana proses produksitepung tapioka di CV. Wangun Mandiri ? 2) Berapa jumlah investasi, dan biayaproduksi dalam usaha tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri ? 3) Bagaimanakelayakan usaha tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri ?. Jenis data yangdigunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan sampeldilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data tersebut akandiolah menggunakan alat analisis secara kualitatif menggunakan analisisdeskriptif dan kuantitatif kemudian di analisis penerimaan, pendapatan, BEP(Break Event Point), R/C Rasio, ROI (Rate Of Investment), Payback Period (PP),dan NPV (Net Preasent Value).
Hasil analisis menunjukan bahwa modal investasi awal (periode 0) sebesarRp1.390.060.000 berupa investasi untuk pembelian lahan 1200 m2 sebesar Rp200.000.000, biaya pembuatan bangunan sebesar Rp 388.000.000 biaya untukpembelian kendaraan sebesar Rp 200.000.000, serta biaya pembelian peralatansebesar Rp 685.500.000. Total biaya produksi digunakan untuk usaha pengolahantepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri pada periode pertama sebesarRp 2.048.025.000. Ketersediaan bahan baku yaitu singkong yang diperlukanuntuk menjalankan usaha pengolahan tepung tapioka di CV.Wangun Mandiritercukupi. Dan diperoleh keuntungan rata-rata yang diterima pengusaha sebesarRp. 291.975.000,-/tahun. Usaha pengolahan tepung tapioka di didaerah penelitianmenguntungkan karena dari hasil perhitungan diperoleh nilai TR adalah Rp2.340.000.000,-/tahun dan nilai TC adalah Rp 2.048.025.000,-/tahun (TR>TC).Nilai R/C Ratio 1,142 dan nilai NPV -201.594.175 dengan nilai R/C Ratio > 1 danNPV > suku bunga pinjaman yang ditetapkan 12 %, artinya usaha pengolahantepung tapioka di daerah penelitian layak dikembangkan secara finansial lebihdari 5 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses produksi di CV.WangunMandiri meliputi lima tahapan, yaitu; a) pengupasan, b) pencucian, c) pemarutan,d) pemerasan/ekstraksi, dan e) pengeringan. Dalam proses pengolahan tepungtapioka CV.Wangun Mandiri memiliki ketetapan atau standar khusus baik dalamkualitas singkong, maupun air yang digunakan dalam proses produksi (tidakkeruh, tidak berbau, dan air masak) agar menghasilkan tepung tapioka yang putih
vii
dan berkualitas tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemiliki perusahaan,jumlah investasi pada CV.Wangun Mandiri sebesar Rp. 1.390.600.000. denganrincian berupa pembelian lahan dan pembuatan bangunan, biaya pembeliankendaraan, serta pembelian peralatan. Total biaya yang dikeluarkan perusahaansebesar Rp. 2.048.025.000. Total biaya merupakan jumlah keseluruhan modalkerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiapmemulai kegiatan produksi pada tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis kelayakanfinansial pada pengolahan tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri diperoleh NPVpositif yang berarti perusahaan akan mendapatkan keuntungan selama umurproyek 5 tahun menurut nilai mata uang sekarang. Hasill IRR lebih besar daritingkat diskonto (tingkat suku bunga yang berlaku) mengartikan bahwa usaha inimemberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan mendepositkanmodalnya di Bank dengan suku bunga berlaku. Nilai PP (Payback Period) usahaini menunjukan masa pengembalian investasi yang ditanamkan cukup singkatyaitu 4,7 tahun dalam masa proyek lima tahun sehingga arus perputaran kas lebihcepat.
Berdasarkan hasil penelitian maka perusahaan disarankan untukmeremajakan fasilitas dan alat produksi agar meningkatkan produktivitas denganproduk berkualitas. Melakukan pembukuan keuangan guna mengetahui data-datakeuangan usaha pengolahan tepung tapioka setiap bulannya. Melegalitaskanproduk tepung tapioka guna memperluas pangsa pasar dan bersaing denganolahan tepung tapioka lainnya. Melakukan kegiatan produksi sesuai denganstandar pabrik olahan tepung tapioka dan membuat peraturan yang jelas untukpegawai pabrik.
Kata Kunci : Tepung Tapioka, Analisis Kelayakan Finansial, CV. WangunMandiri
KATA PENGANTAR
ن م ح یم الر لر ـــــــــاللهح ـــــــم بس ,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya yang
tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tepung Tapioka Pada CV.Wangun Mandiri
Bogor”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
sahabat dan keluarga beliau serta semua kaum muslim semoga kita selalu
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dan
bantuan baik dari segi moral maupun material dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai
skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Prodi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ix
3. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminsudin, M.Si dan Bapak Achmad Tjachja Nugaha
selaku dosen pembimbing I dan II yang tiada henti selalu memberikan banyak
pengarahan dan bimbingan disela-sela kesibukannya.
4. Bapak Ir. Junaidi, M.Si dan Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku penguji I dan
II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Ayah saya H. Sukardi dan Ibu saya Hj. Sainah, terima kasih telah mendidik
penulis sejak kecil hingga dapat menyelesaikan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi. Semoga Alah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan
ridho-Nya. Serta terima kasih kepada Adikku Fera Meilany dan keluarga besar
Kabin Reba yang telah memberikan do’a, motivasi, nasihat dan apapun yang
diberikan baik berupa materil maupun moril. Semoga Allah S.W.T memberikan
balasan yang terbaik atas semua jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis.
6. Ibu Ir. Armaeni Dwi humaerah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan, motivasi, serta dukungan kepada penulis selama
perkuliahan.
7. Bapak/Ibu dosen Prodi Agribisnis yang telah membagi ilmunya dan
memberikan pengarahan.
8. Bapak H. M. Supardi Supriatna selaku Pemilik CV.Wangun Mandiri yang
berkenan sudah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di
perusahaannya.
9. Teman-teman Agribisnis Angkatan 2011 yang tidak bisa penulis tuliskan satu
persatu. Semoga tali silaturrahmi kita tetap terjaga.
x
10. Kawan-kawan seperjuangan khususnya Rumah Kompos UIN Syarih
Hidayatullah Jakarta banyak hal berharga yang sudah sama-sama kita lewati
selama ini dan memotivasi saya dalam penyelesain penulisan skripsi ini.
11. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis serta tidak dapat disebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk memperkaya
pengetahuan pembaca, umumnya terutama bagi penulis. Akhir kata tiada gading yang
tak retak. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila
selama pengerjaan skripsi ini, penulis melakukan hal-hal yang tidak berkenan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………..... xi
DAFTAR TABEL………………………………………………….... xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….... xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….... xvi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….……… 1
1.1 Latar Belakang………......……………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………...………………………….. 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………... 5
1.4 Ruang Lingkup Penelitian….…………………...………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. 7
2.1 Agribisnis……………………………………………..... 7
2.2 Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi... 9
2.3 Ubi Kayu………………………………………….......… 9
2.4 Produk Tepung Tapioka……………………………….... 13
2.4.1 Kandungan Unsur Gizi……………………………. 142.4.2 Standar Kualitas Tepung Tapioka………………… 152.4.3 Proses Produksi Tepung Tapioka…………………. 15
2.5 Studi Kelayakan Bisnis……………….......…………….. 17
2.5.1 Pengertian Studi Kelayakan……………………..... 172.5.2 Aspek – Aspek dalam Studi Kelayakan…………... 182.5.3 Kriteria Penilaian Kelayakan Finansial………….... 22
2.6 Penelitian Terdahulu……………………………………. 29
2.7 Kerangka Pemikiran…………………………………….. 30
BAB III METODE PENELITIAN…………………….……………. 32
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 32
3.2 Jenis dan Sumber Data………………………………….. 32
3.3 Metode Pengumpulan Data……………….......………… 33
xii
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………………..... 33
3.5 Analisis Pendapatan……………......…………………… 34
3.6 Definisi Operasional………………......………………... 37
BAB IV GAMBARAN UMUM…………...………………………… 39
4.1 Sejarah dan Perkembangan CV.Wangun Mandiri……... 39
4.2 Visi dan Misi CV.Wangun Mandiri…………………….. 40
4.3 Struktur Organisasi CV.Wangun Mandiri……………..... 41
4.4 Alat dan Bahan dalam Proses Produksi TepungTapioka........................................................................….. 41
4.5 Pemilikan Modal Industri Tepung Tapioka diCV.Wangun Mandiri…………………………………..... 43
BAB V PEMBAHASAN……………………………………………... 44
5.1 Proses Produksi Tepung Tapioka di CV.WangunMandiri….......................................................................... 44
5.2 Analisis Kelayakan Usaha Tepung Tapioka……...…….. 47
5.2.1 Aspek Pasar…..…………………………………... 475.2.2 Aspek Teknis…………......………………………. 495.2.3 Aspek Manajemen……………......………………. 505.2.4 Aspek Hukum………………………......………… 515.2.5 Aspek Ekonomi dan Sosial…………………......… 525.2.6 Aspek Lingkungan……………………......………. 535.2.7 Aspek Finansial………………………………….... 53
5.3 Biaya Investasi……………………………………......… 54
5.4 Modal Kerja………………………………...................… 55
5.5 Penerimaan dan Pendapatan Pengolahan TepungTapioka……...................................................................... 57
5.6 Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan TepungTapioka di CV.Wangun Mandiri………….....………….. 58
5.6.1 Break Even Point…………………....…………….. 585.6.2 Return on Invesment……………………….......…. 615.6.3 Analisis R/C Ratio……………………………….... 625.6.4 Analisis Payback Period…………………………... 635.6.5 Net Present Value………………………………..... 65
xiii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………. 68
6.3 Kesimpulan……………………………………………… 68
6.2 Saran……………………………………………………. 69
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………….. 71
LAMPIRAN………………………………………………………….. 75
xiv
DAFTAR TABEL
No Hal1 Total Penerimaan Industri Tepung Tapioka yang Berada di
CV.Wangun Mandiri Tahun 2012-2016……………………………. 3
2 Klasifikasi Tanaman Ubi Kayu……………………….…………….. 10
3 Komponen Gizi Ubi Kayu per 100g………………………………... 11
4 Kandungan unsur gizi pada ubi kayu dan tepung tapioka /100g
bahan……………………………………………………………….. 14
5 Persyaratan standar kualitas tepung tapioka………………………... 15
6 Nama Pekerja, dan Tingkat pendidikan di CV.Wangun Mandiri…... 50
7 Modal Usaha CV.Wangun Mandiri………………………………… 54
8 Biaya Tetap dan Variabel CV.Wangun Mandiri…………………… 55
9 Total Biaya Usaha………………………………………………….. 57
10 Penerimaan dan Pendapatan Usaha Pengolahan Tepung Tapioka….. 57
11 Analisi BEP Volume Produksi Tepung Tapioka di CV.Wangun
Mandiri……………………………………………………………… 59
12 Analisis BEP Harga Tepung Tapioka di CV.Wangun Mandiri…….. 60
13 Analisis ROI Pengolahan Tepung Tapioka di CV.Wangun Mandiri.. 61
14 Analisis R/C Ratio Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di CV.
Wangun Mandiri…………………………………………………..... 63
15 Payback Period Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di CV.Wangun
Mandiri……………………………………………………………… 64
16 Hasil Analisis NPV Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di
CV.Wangu Mandiri…………………………………………………. 66
17 Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan Modal
Sendiri………………………………………………………………. 66
xv
DAFTAR GAMBAR
No Hal1 Grafik Rata-Rata Konsumsi Per Kapita Ubi Kayu 2011-2015…… 1
2 Proses Produksi Tepung Tapioka (Badan Litbang Pertanian)……. 16
3 Kerangka Pemikiran……………………………………………….. 31
4 Struktur Organisasi………………………………………………… 41
5 Diagram Alur Produksi Tepung Tapioka (CV.Wangun Mandiri)… 46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal1 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Pengolahan Tepung
Tapioka CV.Wangun Mandiri........................................................... 75
2 Riincian Biaya Investasi Pengolahan Tepung Tapioka di
CV.Wangun Mandiri.......................................................................... 76
3 Total Biaya Usaha Pengolahan Tepung Tapioka............................... 77
4 Total Pendapatan Per Tahun Usaha Pengolahan Tepung Tapioka..... 77
5 IRR (Internal Rate of Return)........................................................... 77
6 Discount Factor Table NPV dan IRR................................................ 79
7 Hasil Analisis kelayakan Finansial Usaha Tepung Tapioka............ 80
8 Data Pertanyaan................................................................................. 81
9 Dokumentasi....................................................................................... 86
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Propinsi Jawa Barat terdapat berbagai jenis tanaman pangan antara lain
padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, sorghum dan lain-lain. Ubi kayu sebagai
salah satu komoditas sub sektor tanaman pangan pada sektor pertanian memiliki
potensi dalam perekonomian nasional. Komoditi ubi kayu mempunyai prospek
yang cukup baik sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri makanan,
dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya
jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk serta menciptakan
lapangan pekerjaan. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan
penganekaragaman pangan ubi kayu di Indonesia yang mengalami peningkatan
setiap tahunnya seiring dengan pesatnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk
(Kasryno, 1984: 75). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 grafik konsumsi pangan
ubi kayu di Indonesia.
Gambar 1. Grafik Rata-Rata Konsumsi Per Kapita Ubi Kayu 2011-2015Sumber: Statistik Konsumsi Pangan, 2015 (diolah)
2
Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) luas area tanaman ubi kayu tahun
2011 tercatat 1,2 juta Ha dengan produksi 23 juta ton ubi kayu segar setara
dengan 8 juta ton chips ubi kayu atau 6,4 juta tepung ubi kayu (tepung tapioka)
dengan konsumsi olahan ratat-rata ubi kayu 3,598 kg/per/tahun. Industri kecil,
menengah dan besar berbahan baku ubi kayu terus tumbuh sampai mereka
kesulitan bahan baku yang sudah berjalan cukup lama, terutama di Kabupetan
Bogor, Propinsi Jawa Barat. Ubi kayu sebagai bahan pokok alternatif mendukung
diversifikasi pangan nasional, telah masuk ke dalam salah satu komoditas strategi
ketahanan pangan nasional (Direktorat Pangan, 2010). Mulai tanggal 28 februari
2010 telah berdiri Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) dengan visi “Singkong
Sejahtera Bersama”, dan Misi “Mensejahterakan Petani”.
Tanggal 28 Februari 2011 pada HUT MSI I di Pondok Ratna Farm Ciawi
Bogor, Mentri pertanian RI bersama Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) telah
mencanangkan program pengembangan klaster agroindustri ubi kayu terpadu
(Pikiran Rakyat, 2011). Menetapkan ubi kayu sebagai komoditas strategis pangan
utama setingkat dengan padi, jagung dan kedelai. Hasil olahan ubi kayu yang
dibebaskan dari pengenaan PPN 10% atau PPN 10% ditanggung oleh pemerintah
yaitu tepung ubi kayu (tepung tapioka). Pengembangan agroindustri ubi kayu di
Kota Bogor didukung oleh ketersediaan lahan, prospek yang menguntungkan,
ketersediaan industri pengolahan skala besar dan kecil, peningkatan permintaan
ubi kayu untuk kebutuhan lokal dan ekspor, ketersediaan sumber daya manusia,
serta pengalaman bertani yang cukup lama (Pikiran Rakyat, 2011).
3
Salah satu wilayah yang mengalami perkembangan pesat dalam industri
tepung ubi kayu (tepung tapioka) adalah Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Sejalan dengan hal tersebut, banyak industri yang
bergerak dalam bidang agroindustri tepung tapioka. Pengembangan agroindustri
ubi kayu (tepung tapioka) yang dilakukan oleh setiap industri yang berada di
Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara sudah berjalan sejak tahun 1990,
dengan didukung potensi wilayah sebagai sentra produksi aci di Kota Bogor.
Industri tepung tapioka yang berdaa di wilayah Kelurahan Ciparigi merupakan
industri pengolahan tapioka berskala cukup besar dengan kapasitas 4-8 ton
tapioka per satu kali penggilingan (Amien, 2005: 89-90).
CV.Wangun Mandiri merupakan agroindustri tepung tapioka yang berada
di Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Agroindustri
tersenbut telah berdiri dari tahun 1998 sampai sekarang masih melakukan
produksi tepung dari olahan ubi kayu. Seiring berjalannya waktu kondisi tersebut
pabrik CV.Wangun Mandiri saat ini produksi tepung tapioka cenderung menurun
hal ini dikarenakan penerimaan pada setiap indutri sering mengalami fluktuasi
yang tidak menentu dan hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Total Penerimaan Industri Tepung Tapioka yang Berada di CV.WangunMandiri Tahun 2012-2017
Tahun Total Pendapatan Per Tahun2013 337.041.0002014 241.800.0002015 290.821.0002016 397.677.5002017 356.941.000
Sumber : CV.Wangun Mandiri, 2017 (diolah)
4
Pada tabel diatas dapat dilihat total penerimaan industri tepung tapioka yang
berada di CV. Wangun Mandiri masih terus mengalami fluktuasi, total
penerimaaan mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2014 yaitu mencapai
sebesar 1,3% atau setara Rp 95.241.000 dari tahun sebelumnya. Tingkat total
penerimaan industri tepung tapioka secara keseluruhan mengalami penurunan
yang terbilang sangat tinggi dan kenaikan total penerimaan terbilang lambat dari
tahun ketahun disebabkan penurunan penerimaan dan persaingan usaha dalam
pengolahan industri tepung tapioka semakin ketat. Sehingga usaha tepung tapioka
yang dijalankan diharapkan memberikan keuntungan sesuai target yang
diharapkan.
Berdasarkan beberapa hal diatas, industri tepung tapioka yang berada di
CV.Wangun Mandiri perlu dilakukan perhitungan finansial perusahaan untuk
dapat mengetahui usahanya layak atau tidaknya industri tepung tapioka yang
dijalankan dan memberikan solusi bagi pengembangan perusahaan. Oleh karena
itu hasil penelitian ini agar tujuan perusahaan memdapatkan keuntungan tercapai
terlebih dahulu dilakukan sebuah studi kelayakan untuk menilai investasi yang
akan ditanamkan di perusahaan tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan.
Maka berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengkaji suatu penelitian tentang
“ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TEPUNG TAPIOKA DI
CV.WANGUN MANDIRI BOGOR”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa hal telah dipaparkan sebelumnya, menjadi suatu
pertanyaan tentang bagaimana usaha tepung tapioka yang sudah melakukan
5
produksi pengalami peningkatan atau keberhasilan yang sesuai dengan keinginan
dari sebuah perusahaan. Masalah yang akan di bahas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses produksi tepung tapioka di CV. Wangun Mandiri ?
2. Berapa jumlah investasi, dan biaya produksi dalam usaha tepung tapioka
di CV.Wangun Mandiri ?
3. Bagaimana kelayakan usaha tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri ?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas,
maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis finansial usaha
tepung tapioka, antara lain:
1. Mengetahui proses produksi usaha tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri.
2. Mengidentifikasi jumlah investasi dan biaya produksi untuk membuat
tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri.
3. Menganalisis kelayakan usaha tepung tapioka yang berada di CV.Wangun
Mandiri.
1.3.2. Kegunaan Penelitian
a. Aspek Teoritis (Keilmuan)
1. Bagi penulis sebagai bahan pembanding antara teori yang dipelajari di
bangku kuliah dan fakta dalam penerapannya di lapangan.
6
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
penelitian sejenis dan juga sebagai pengembangan penelitian lebih
lanjut.
3. Bagi pembaca merupakan bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
b. Aspek Praktis (guna laksana)
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
pihak-pihak yang membutuhkan khususnya bagi industri tepung tapioka
yang berada di CV.Wangun Mandiri Bogor yang memerlukan data hasil
dalam penelitian ini sebagai bahan acuan ataupun pengembangan
perusahaannya.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dengan objek
penelitian yaitu usaha tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri,
Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara. Penelitian ini berfokus untuk
menganalisis kelayakan finansial usaha tepung tapioka yang berada di
CV.Wangun Mandiri, Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara dan dianalisa
secara kualitatif menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif kemudian di
analisis penerimaan, pendapatan, BEP (Break Event Point), R/C Rasio, ROI (Rate
Of Investment), Payback Period (PP), dan NPV (Net Preasent Value).
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agribisnis
Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang
ada hubungannya dalam pertanian dalam arti luas; yang dimaksud dengan
pertanian dalam arti yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi,
2003: 13). Adjid (1998) juga mengemukakan bahwa agribisnis adalah kegiatan
usaha dibidang pertanian yang berwatak bisnis, pelakunya secara konsisten
berupaya untuk meraih nilai tambah komersial dan finansial yang
berkesinambungan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar.
Antara (2006) menyatakan bahwa agribisnis berasal dari kata agribusinees,
dimana agri =agriculture artinya pertanian dan business artinya usaha atau
kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi secara sederhana agribisnis
(agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait
dengan pertanian yang berorientasi pada keuntungan. Jika didefiniskan secara
lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan
komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri),
pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan.
Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem
agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun di bidang
8
agribisnisharus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang
meliputi pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen,
prinsip-prinsip manajemen dan bidang-bidang manajemen (Firdaus, 2007: 28).
Mengingat adanya karakteristik agribisnis yang khas (unique) maka
manajemen agribisnis harus dibedakan dengan manajemen lainnya. Beberapa hal
yang membedakan manajemen agribisnis dari manajemen lainnya menurut
Downey dan Erickson (1992: 142-144) adalah sebagai berikut: (1)
keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari
para produsen dasar ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis
perusahaan bisnis yang pernah di kenal oleh peradaban; (2) besarnya pelaku
agribisnis; (3) hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik
langsung maupun tidak langsung; (4) keanekaragaman skala usaha di sektor
agribisnis, dari yang berskala usaha kecil sampai dengan perusahaan besar; (5)
persaingan pasar yang ketat, khususnya pada agribisnis skala kecil; dimana
penjualan berjumlah banyak, sedangkan pembeli berjumlah sedikit; (6) falsafah
cara hidup (the way of life) tradisional yang dianut para pelaku agribisnis
cenderung membuat agribisnis lebih tradisional daripada bisnis lainnya; (7)
kenyataan menunjukkan bahwa badan usaha agribisnis cenderung berorientasi dan
dijalankan oleh petani dan keluarga; kenyataan bahwa agribisnis cenderung lebih
banyak berhubungan dengan masyarakat luas; (9) kenyataan bahwa produksi
agribisnis sangat bersifat musiman; (10) kenyataan bahwa agribisnis sangat
tergantung dengan lingkungan eksternal/gejala alam; dan (11) dampak dari adanya
program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada sektor agribisnis.
9
2.2 Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi
Masing-masing komponen pelaku agribisnis membagi diri dalam fungsi
dan tugasnya namun tetap bersinergi dalam menghasilkan produk yang
berkualitas. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi berfungsi untuk
menghasilkan dan menyediakan saranan produksi pertanian terbaik agar mampu
menghasilkan produk usaha tani yang berkualitas, melakukan pelayanan yang
bermutu kepada usahatani, memberikan bimbingan teknis produksi, memberikan
bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis, memfasilitasi proses
pembelajaran atau pelatihan bagi petani, menyaring dan mensistesis informasi
agribisnis praktis untuk petani, mengembangkan kerjasama bisnis yang dapat
memberikan keuntungan bagi para pihak yang terkait (Suparta, 2005: 99).
Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi juga sering disebut
sebagai agribisnis hulu (up-stream agribusiness); diartikan sebagai kegiatan yang
menginovasi, memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi pertanian, baik
industri alat mesin pertanian, pupuk, benih serta obat pengendalian hama dan
penyakit (Saragih, 1999: 57). Selanjutnya, menurut Distan Provinsi Bali (2010)
bahwa agribisnis hulu mencakup industri yang memproduksi barang modal untuk
sektor pertanian seperti; industri benih, sayuran, ternak, ikan, industri
agrochemical dan industri mesin pertanian.
2.3 Ubi Kayu
Ubi kayu (Manihot utilisima Pohl) merupakan salah satu makanan produk
yang ada di Indonesia penghasil energi setelah padi. Singkong mempunyai banyak
10
sebutan antara lain adalah singkong dan ketela pohon. Tanaman ubi kayu berasal
dari negara Brazil. Ubi kayu banyak ditanam didaerah-daerah kering (Soetanto,
2001: 201-201). Di Indonesia, Ubi kayu menjadi makanan pokok setelah beras
dan jagung. Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan yang penting
sebagai sumber bahan pangan karbohidrat dan bahan baku industri makanan,
kimia dan ternak (Lidiasari, 2006: 192). Morfologi tanaman ubi kayu mempunyai
batang tegak dengan tinggi 1,5-4,0 m, bentuk batang bulat, berkayu dan bergabus
sedangkan daun bertipe jemari. Klasifikasi tanaman ubi kayu menurut Rukmana
(1997: 72) adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Tanaman Ubi KayuKingdom PlantaeDivisi SpermatopytaSub Divisi AngiospermaeKelas DicotyledoneaeOrdo EuphorbialesFamili EuphorbiaceaeGenus ManihotSpesies Manihot utilisium Pohl
Sumber: Rukamana, 2007
Ubi kayu mempunyai arti terpenting dibandingkan jenis umbi-umbian lain.
Ubi kayu berbentuk seperti silinder yang ujungnya mengecil dengan dimeter rata-
rata 2-5cm dan panjang sekitar 20-30cm. Ubi kayu biasanya diperdagangkan
dalam bentuk masih berulit. Umbinya memiliki kulit yang terdiri dari dua lapis
yaitu kulit luar adn kulit dalam. Daging ubi berwarna putih atau kuning. Dibagian
tengah daging umbi terdapat suatu jaringan yang tersusun atas serat. Ubi kayu
segar banyak mengandung pati. Pengeringan umbi-umbian sering sering
dilakukan sebagai usaha pengawetan. (Muchtadi, 1989: 20)
11
Kandungan Karbohidrat ubi kayu yang tinggi menyebabkan ubi kayu
dapat menjadi sumber karbohidrat bagi masyarakat. Komposisi gizi ubi kayu
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen Gizi Ubi Kayu per 100 gKomponen Kadar
EnergiAirProteinLemakKarbohidratKalsiumFosporBesiVitamin AVitamin B1Vitamin C
157 kal60 g0,8 g0,3 g37,9 g33 g40 g0,7 g385 SI0,06 mg30 mg
Sumber: Widyastuti (2012: 17)
Selain itu ubi kayu juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan pengganti
ubi kayu (manihot utillissima) memiliki sifat karakterisitik: mengandung kadar air
(k.a) sebesar 65% dan kadar pati tinggi (34,6) serta sianida (HCN). Berdasarkan
kadar HCN-nya, ubi kayu dibagi dalam dua golong besar, yaitu jenis pahit dan
tidak pahit. Jenis kayu yang tidak pahit umumnya dimanfatkan untuk konsumsi
lansung, yaitu varietas ubi kayu yang memiliki HCN tinggi, biasanya digunakan
untuk keperluan industri setelah melalui proses pengolahan. Varietas ubi kayu
jenis pahit, yang biasanya untuk industri memiliki karakter :
1. Rasa pahit tidak menjadi masalah
2. Warna umbi putih atau kuning tergantung spesifikasi yang diinginkan
3. Kandungan serat tinggi/rendah
4. Bentuk umbi panjang dan besar
5. Kadar HCN tinggi tidak masalah
12
Varietas ubi kayu untuk industri umumnya dapat dipilih pada varietas-
varietas unggul nasional. Kadar HCN, ubi kayu dibedakan menjadi 4 golongan
(Suprapti, 2005: 163) yaitu:
a. Golongan ubi kayu yang tidak beracun dengan kadar HCN < 50 mg per kg.
b. Golongan ubi kayu agak beracun dengan kadar HCN 50-80 mg per kg.
c. Golongan ubi kayu yang beracun dengan kadar HCN 80-100 mg per kg.
d. Golongan ubi kayu yang sangat beracun dengan kadar HCN > 100 mg per kg.
Kadar Asam Sianida dapat dikurangi dengan cara perebusan, pemanasan,
pengukusan, pencucian dan pengeringan. Sebagai bahan baku industri, ubi kayu
dapat diolah menjadi berbagai produk antara lain tapioka, glukosa, fruktosa,
sorbitol, high fructose syrup (HFS), dektrin, alcohol, etanol, asam sitrat dan
monosodium glutamate. Bahkan ampas dari tepung tapioka dijadikan obat
nyamuk bakar. Sebagai bahan pakan ubi kayu digunakan mulai dari daun sampai
umbi segarnya. Industri pakan yang menggunakan ubi kayu dipandang lebih
murah dibandingkan dengan jagung dan kedelai. Sedangkan dari industri pakan
dari gaplek maupun sisa dari pengolahan tepung tapioka berupa ampas tapioka
yang diperkaya dengan bahan lain (Hafsah, 2003: 59-61).
Ubi kayu sebagai komoditi tanaman pangan mempunyai peranan dan
prospek sebagai sumber bahan pangan, bahan baku industri untuk industri bahan
pangan, kimia, dan pakan, mengusahakan ubi kayu dapat menjadi sumber
pendapatan dan menyerap tenaga kerja baik di sub sistem hulu, tengah (usahatani)
dan hilir, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan devisa Negara melalui
meningkatkan ekspor dan menekan impor (Hafsah, 2003: 59-61).
13
2.4 Produk Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah salah satu olahana dari singkong. Tepung tapioka
umumnya berbentuk butiran pati yang banyak terdapat dalam sel umbi singkong.
Tepung tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental dan bahan pengikat
dalam industri makanan. Sedangkan ampas tapioka banyak dipakai sebagai
campuran makanan ternak. Pada umumnya masyarakat Indonesia mengenal dua
jenis tepung tapioka, yaitu tepung tapioka kasar dan tepung tapioka halus. Tepung
tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran singkong yang kasar,
sedangkan tepung tapuoka yang halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut
dan tidak mengandung gumpalan lagi (Suprapti, 2005:178-182).
Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan
dihaluskan. Tepung tapioka merupakan produk awetan singkong yang memiliki
peluang pasar yang sangat luas (Suprapti, 2009: 18-182). Pengolahan tepung
tapioka memiliki beberapa tingkatan teknologi, Tingkatan teknologi tersebut
adalah tradisional atau mekanik sederhana, semi modern dan full otomate. Tepung
tapioka dibuat dari hasil penggilingan ubi kayu yang dibuang ampasnya. Ubi kayu
tergolong polisakarida yang mengandung pati dengan kandungan ampilopektin
yang tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan yaitu amilopektin 83% dan amilosa
17%, sedangkan buah-buahan termasuk mengandung selulosa dan pektin
(Winarno, 2004: 51).
Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan
prospek pembangunan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri
tepung tapioka termasuk industri hilir, dimana industri ini melakukan proses
14
pengolahan dari bahan ubi kayu yang berasal dari petani menjadi tepung tapioka
atau aci. Tujuan dari industri pengolahan ubi kayu ini adalah menciptakan nilai
tambah dan menambah umur simpanan dari suatu produk.
2.4.1 Kandungan Unsur Gizi
Tepung tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku ubi
kayu. Tepung tapioka mengandung banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan
pembantu dalam berbagai industri. Komposisi zat gizi tepung tapioka lebih baik
bila dibandingkan denagn tepung lain, tapioka juga dapat digunakan sebagai
bahan bantu berwarna putih (Tri dan Agusto, 1990). Tepung tapioka, meskipun
dibuat dari bahan (singkong) dengan kandungan unsur gizi yang rendah, namun
masih memiliki unsur gizi. Perbadingan unsur gizi pada singkong dan tepung
tapioka disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan unsur gizi pada ubi kayu/singkong dan tepung tapioka/100gbahan
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI
No Kandungan gizi Singkong putih Sinkong Kuning Tepung Tapioka1 Kalori (kal) 146 157 3622 Protein (g) 1,2 0,8 0,53 Lemak (g) 0,3 0,3 0,34 Karbohidrat (g) 34,7 37,9 86,95 Kalsium (mg) 33,0 33,0 0,06 Fosfor (mg) 40,0 40,0 0,07 Zat besi (mg) 0,7 0,7 0,08 Vitamin A (SI) 0,0 385 0,09 Vitamin B1 (mg) 0,06 0,06 0,010 Vitamin C(mg) 30,0 30,0 0,011 Air (g) 62,5 60 12,012 Bagian yang
dapat dimakan(%)
75 75 0,0
15
2.4.2 Standar Kualitas Tepung Tapioka
Kualitas tepung tapioka ditentukan berdasarkan persyaratan standar yang
ditetapkan oleh SII (standar industri Indonesia), dengan tujuan agar produk tepung
tapioka yang dihasilkan dapat menembus pasar di dalam dan di luar negeri.
Persyaratan standar yang ditetapkan oleh SII disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Persyaratan Standar Kualitas Tepung TapiokaNo Spesifikasi AAA (Terbaik) AA (Baik) A (Sedang)
1 Tingkat Keputihan Minimal 95,5 Minimal 92 <92
2 Kekentalan 3-4 2,5-3 <2,5
3 Kadar Air 12-15% 12-15% 12-15%
4 Tingkat Kehalusan 100 mesh 100 mesh 100 mesh
5 Serat dan Kotoran Negatif Negatif Negatif
Sumber: Departemen Perindustrian, Jakarta
2.4.3 Proses Produksi Tepung Tapioka
Pembuatan tepung tapiokadapat dilakukan dalam skala rumahan tangga
(menggunakan alat-alat yang ada didapur) maupun skala komersial (menggunakan
alat khusus). Beberapa bahan baku berupa singkong dan memerlukan banyak air.
Keluaran proses produksi selain tapioka, dihasilkan limbah cair dan limbah padat
berupa onggok dan kulit. Proses pengupasan dan pencucian dilakukan secara
manual, sedangkan pemarutan, ekstraksi dan penghancuran secara mekanik
(Badan Litbang Pertanian, 2011)
Proses pengolahan tepung tapioka dimulai dari singkong yang diterima
digudang, lalu dicuci dan dikupas, terus digiling dalam mesin penggiling. Dalam
proses menggiling, yang keluar adalah ampas dari sari pati yang merupakan
tepung tapioka. Selanjutnya, sari pati dikeringkan (dijemur) untuk disimpan
16
digudang. Proses produksi tapioka terdiri dari pencucian, pengupasan, pemarutan,
ekstraksi, pengendapan pati dan pengeringan seperti pada gambar berikut.
v
Gambar 2. Proses Produksi Tepung TapiokaSumber: Badan Litbang Pertanian, 2011
Ubi kayu(2000kg)
Pencucian danPengupasan
Pemarutan
Bubur pati(1.609kg)
Ekstrasi
Pemerasan
Pati (488 kg)
Tepung tapioka(372kg)
3
Pengeringan
Kulit (354kg)
Air(1000kg)
Air(1000kg)
Tepung kasar(9376kg)
Onggok(992kg)
17
2.5 Studi Kelayakan Bisnis
Keputusan untuk melakukan investasi yang menyangkut sejumlah besar
dana dengan harapan mendapatkan keuntungan bertahun-tahun dalam jangka
panjang memberikan dampak yang cukup besar bagi kelangsungan usaha suatu
perusahaan. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan untuk menanamkan
investasi terlebih dahulu mengkaji studi kelayakan khususnya aspek financial dan
ekonomi (Soeharto, 1999: 41). Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
menganalisis resiko dengan menggunakan suatu asumsi tertentu, baik mengenai
biaya yang dikeluarkan untuk investasi maupun pemasukan dari pendapatan yang
akan diperoleh atau faktor-faktor lain. Suatu asumsi tidak akan selalu tepat karena
memiliki resiko berbeda atau meleset dari kenyataan, maka untuk mendapatkan
hasil yang optimal adalah dengan menggunakan cara memisahkan analisi
keputusan investasi dengan keputusan pendanaan (financing decision). Keputusan
investasi mencoba menentukan proyek atau aset apa saja yang akan dipilih dan
berapa besar biayanya, sedangkan keputudan pendanaan menetukan bagaimana
dan dari mana proyek dibiayai, sehingga setelah pemilihan usulan invetasi
dianalisis dengan berbagai kriteria (misalnya. NPV atau IRR) maka langkah
selanjutnya adalah mencoba mengaitkan dengan keputusan pendanaan dan
melihat bagaimana kemungkinan interaksi yang terjadi (Soeharto, 1999: 41).
2.5.1 Pengertian Studi Kelayakan
Menurut Kasmir dan Jakfar (2009: 149-160), pengertian kelayakan adalah
penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang
18
akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang akan dikeluarkan. Sedangkan pengertian bisnis adalah usaha yang
dijalankan dengan tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan
yang memperajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan
dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut.
Menurut Umar (2009: 67), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis yang dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan,
misalnya rencana peluncuran produk baru. Menyusun studi kelayakan bisnis
banyak hal yang berhubungan dengan perhitungan bunga dan nilai uang, seperti
beban bunga, tingkat bunga, nilai uang (time value money), nilai pinjaman beserta
cicilan (kredit), serta perhitungan penyusutan terhadap aset yang digunakan
(Ibrahim, 2003: 37-41).
2.5.2 Aspek-aspek Dalam Studi Kelayakan
Menetukan penilaian studi kelayakan, terlebih dahulu harus mengetahui
tahapan dari aspek-aspek kelayakan usaha. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Aspek Teknis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan
lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik, dan proses
produksinya termasuk pemilihan teknologi. Jadi, analisis dari aspek teknis adalah
19
untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai
ketepatan lokasi, luas produksi dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan
digunakan (Kasmir dan Jakfir, 2009: 149-160).
Menurut (Kasmir dan Jakfir, 2009: 149-160) ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis/operasi yaitu:
a. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi
pabrik, gudang, cabang maupun kantor pusat.
b. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses
produksi yang dipilih, sehingga memberikan efisiensi.
c. Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang paling tepat dalam
menjalankan produksinya.
d. Agar perusahaan dapat menentukan metode persediaan yang paling baik
untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.
e. Agar dapat menentukan kualitas tenegan kerja yang dibutuhkan sekarang
dan di masa yang akan datang.
2. Aspek Manajemen
Uraian aspek organisasi dan manajemen adalah bentuk kegiatan dan cara
pengelolaan dari gagasan usaha atau proyek yang direncanakan secara efisien.
Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat dibentukan secara teknis (jenis
pekerjaan yang diperlukan) dan berdasarkan pada kegiatan usaha, disusun bentuk
struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut.
Berdasarkan pada struktur organisasi yang ditetapkan, kemudian ditentukan
jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan (Ibrahim, 2003: 37-41).
20
3. Aspek Hukum
Aspek hukum terdiri dari dokumen yang perlu diteliti keabsahan,
kesempurnaan dan keasliannya yang meliputi badan hukum, izin-izin yang
dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha
tersebut (Kamsir dan Jakfar, 2009: 149-160). Aspek hukum mengkaji tentang
legalitas usulan proyek yang akan dibangun dan dioperasikan. Ini berarti bahwa
setiap proyek yang akan didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus
memenuhi hukum dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut (Soeratman,
2002: 178).
4. Aspek Ekonomi dan Sosial
Aspek sosial dan ekonomi terdiri dari dampak positif dan negative yang
akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri,
pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak
positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada
masyarakat khususnya yaitu memberikan pemasukan berupa pendapatan baik bagi
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (Kasmir dan Jakfar, 2009: 149-160).
5. Aspek Lingkungan
Pengutamaan dalam aspek lingkungan, secara khusus adalah meliputi
dampak lingkungan di sekitarnya, baik dalam usaha atau proyek maupun di luar
suatu proyek yang akan dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek yang
akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berda di sekitar rencana lokasi, baik
dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah
21
ada sebaiknya maupun dampak kumulatif dari rencana usaha dan kegiatan yang
sudah ada terhadap lingkungan hidup (Kasmir dan Jakfar, 2009: 149-169).
6. Aspek Pasar
Menurut Ibrahim (2003: 37-41), faktor utama yang perlu dinilai dalam
aspek pasar dan pemasaran, antara lain:
a. Jumlah permintaan produk di masa lalu dan masa kini serta kecenderungan
permintaan dimasa yang akan datang.
b. Berdasarkan pad angka proyek (perkiraan), berapa besar kemungkinan
market space (market potensi) yang tersedia di masa yang akan datang.
c. Berapa besar market share yang direncanakan berdasarkan pada rencana
produksi.
d. Faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi permintaan di masa
yang akan datang.
e. Strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam meraih market sahare yang
telah direncanakan.
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan
penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk
mengembangkan hubungan pertukaran (Boyd, Walker dan Larreche, 2000: 205).
Bauran pemasaran merupakan kiat dalam pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk mencapai pasar sasarannya. Kombinasi dari bauran pemasaran yaitu
produk, harga, distribusi, dan promosi (Kotler, 2004: 39-41).
22
7. Aspek Keuangan
Kajian aspek keuangan dalam studi kelayakan berkaitan dengan bagaimana
menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekligus pelaksanaannya serta mecari
sumber daya yang bersangkutan serta efisien, sehingga memberikan tingkat
keuntungan yang menjamin bagi investor (Soeratman, 2002: 178). Keseluruhan
penilaian dalam aspek keuangan menurut (Kasmir dan Jakfar, 2009: 147-160).
Meliputi hal-hal seperti:
a. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh.
b. Kebutuhan biaya investasi.
c. Estimasi pendapatan dan biaya invertasi selama beberapa periode termasuk
jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi.
d. Proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan.
e. Kriteria penilaian investasi.
f. Rasio keuntungan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.
2.5.3 Kriteria Penilaian Kelayakan Finansial
Pelaksanaan dari sebuah proyek dapat diketahui memberikan keuntungan
atau tidak dengan melakukan evaluasi proyek, yaitu dengan cara menghitung
manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek dengan
menggunakan kriteria penilaian kelayakan finansial yang digunakan sebagai
berikut:
1. Biaya
Biaya dalam suatu kegiatan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu biaya
investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan
23
dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin,
peralatan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pengembangan proyek.
Biaya modal kerja dalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha
setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost) (Ibrahim, 2003: 37-41). Perhitungan pengeluaran
sebagai berikut: Total Biaya = FC + VCDimana: FC = Fixed Cost (biaya tetap)
VC = Variabel Cost (biaya variabel)
Menurut Soekartawi (2002: 109-110) biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak
tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.
2. Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan usaha kecil menengah adalah perkalian antara volume
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi
antara penjual (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut suatu
tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli atau
penjual secara partai besar, misalnya: Kg, kwintal, ikat, dan sebagainya. Menurut
Soekartawi (2002: 109-110) analisis pendapatan usaha kecil menegah dapat
dipakai sebagai ukuran untuk melihat apakah suatu usaha menguntungkan atau
24
merugikan, sampai seberapa besar keuntungan atau kerugian tersebut. Perhitungan
Penerimaan sebagai berikut:
Penerimaan Usaha = P × QDimana: P = Harga jual produk
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
Pendapatan usaha kecil menengah merupakan ukuran penghasilan yang
diterima oleh penjual dari usahanya. Dalam analisis usaha kecil menengah,
pendapatan penjual (penghasil) digunakan sebagai indikator penting karena
merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari (Parwati,
2012: 22-23). Pendapatan merupakan hasil akhir dari penerimaan dikurangi
dengan total biaya yang dikeluarkan dalam suatu produksi, sedangkan total
penerimaan adalah produksi dikalikan dengan harga produksi (Soekartawi, 2002:
109-110). Perhitungan pendapatan sebagai berikut:Pendapatan = Penerimaan + Total Biaya3. BEP (Break Event Point)
BEP adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan
yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan serta pendapatan yang diterima
perusahaan dari kegiatannya (Umar, 2009: 67). Break event point menunjukan
bahwa perusahaan tidak mengalami kerugian, namun juga belum memperoleh
keuntungan karena semua penerimaan akan habis untuk menutup biaya variabel
dan biaya tetap yang ditanggung perusahaan (Halim, 2007:167).
Kuswadi (2006: 101-103) menyatakan bahwa break even tidak lain adalah
kembali pokok, pulang pokok, impas, yang maksudnya adalah tidak untung dan
25
tidak rugi. Titik pulang pokok atau Break Event Point (BEP) atau titik impas
adalah suatu titik atau kondisi saat tingkat volume penjualan (produksi) tertentu
dengan harga penjualan tertentu, perusahaan tidak mengalami laba atau rugi atau
impas. Dengan kata lain, kembali pokok artinya seluruh penghasilan sama besar
dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan. Perhitungannya sebagai berikut:= atau = /Dimana: FC= Biaya Tetap
P = Harga Jual per unitVC = Biaya Variabel per unit
4. Return of Invesment (ROI)
Return on Invesment (ROI) merupakan rasio yang menunjukan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran
tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukan hasil dari seluruh aktiva yang
dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini
diukur dengan presentase. Rasio ini menunjukan produktifitas dari seluruh dana
perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah)
rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunaan
untuk mengukur efektifitas dari seluruh operasi perusahaan (Kasmir dan Jakfar,
2009: 149-160). Perhitungannya sebagai berikut:
ROI = rata − rata profit tahunaninvestasi awal 100%5. R/C Ratio
Menurut Permatasari (2014: 38) ratio penerimaan atas biaya (R/C ratio)
menunjukkan berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah
yang dikeluarkan dalam produksi usaha, sehingga dapat digunakan untuk
26
mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha. Dari angka rasio penerimaan
atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau
tidak. Tingkat pendapatan atas usaha dapat diukur dengan menggunakan analisis
penerimaan atas biaya (R/C ratio analysis) yang didasarkan pada perhitungan
secara finansial. Analisis ini menunjukkan besar penerimaan usaha yang akan
diperoleh petani untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan
usahanya.
Jika R/C ratio meningkat menunjukkan adanya peningkatan penerimaan.
Usaha dikatakan layak apabila R/C ratio bernilai lebih besar dari satu (R/C > 1)
yang berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya yang
dikeluarkan, atau secara sederhana kegiatan usaha ini meguntungkan. Apabila R/C
ratio bernilai kurang dari 1 (R/C < 1), artinya setiap tambahan yang dikeluarkan
dalam produksi akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dari
biaya yang dikeluarkan, atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa kegiatan
usaha ini mengalami kerugian (Permatasari, 2014: 38). Perhitungannya sebagai
berikut: / = (Total Penerimaan Penjualan)/(Total Biaya)6. Payback Periode (PP)
Penentuan layak atau tidak layaknya suatu usulan proyek investasi cukup
dengan membandingkan antara waktu pengembalian jumlah dana untuk investasi
dengan umur ekonomi proyek (Soeratman, 2002: 178). Payback periode adalah
suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi
27
dengan menggunakan aliran kas (Umar, 2009: 67). Payback periode merupakan
teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu
proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih yang
diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak
ditambah dengan penyusutan (dengan catatan investasi menggunakan 100%
modal sendiri) (Kasmir dan Jakfar, 2009: 149-160).
Ada 2 macam model perhitungan yang akan digunakan dalam menghitung
masa pengembalian investasi, pertama perhitungan apabila kas bersih setiap tahun
sama, maka menggunakan rumus perbandingan investasi dengan kas bersih yang
dikalikan 12 bulan didapatlah nilai payback periode dalam jangka beberapa bulan.
Cara kedua adalah apabila kas bersih setiap tahun berbeda, maka payback
periode dihitung dengan cara pengurangan nilai investasi dengan kas bersih
pertahun sampai di temukan nilai payback period. Untuk menilai apakah usaha
layak diterima atau tidak dari segi payback periode, maka hasil perhitungan
tersebut haruslah sebagai berikut:
a. Payback periode sekarang lebih kecil dari nilai investasi.
b. Dengan membandingkan rata-rata industri usaha sejenis.
c. Sesuai dengan target perusahaan.
Perhitungan kelayakan dari segi payback period memiliki kelemahan.
Perhitungan yang dilakukan mengabaikan time value of money dan tidak
mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah pengembalian. Berdasarkan
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa payback periode dari suatu
investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar biaya yang
28
ditanamkan pada suatu investasi/usaha dapat diperoleh kembali sepenuhnya
(Kasmir dan Jakfar, 2009: 149-160). Perhitungannya sebagai berikut:= Investasi awalPenerimaan Periode * 1 tahun7. Net Present Value (NPV)
Menurut Umar (2009: 67) suatu keputusan investasi membutuhkan dana
yang cukup besar untuk ditanamkan pada suatu proyek. Dana investasi tersebut
akan kembali melalui penerimaan-penerimaan berupa keuntungan di masa yang
akan datang. Samryn (2002: 289-291) menjelaskan net present value (NPV) atau
nilai sekarang merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan kesetaraan
pendapatan, arus kas, atau penghematan biaya dari investasi yang diperkirakan
akan diperoleh pada masa yang akan datang dengan nilai investasi yang dilakukan
saat ini, berdasarkan pertimbangan perubahan daya beli uang atau nilai waktu
uang.
Menurut metode NPV seluruh aliran kas bersih di-present value-kan atas
dasar faktor diskonto (discount factor = DF), hasilnya dibandingkan dengan initial
investment. Selisih antara keduanya merupakan NPV. Faktor diskonto adalah
suatu angka yang apabila dikalikan dengan arus kas bersih atau penghematan
biaya dari investasi akan menghasilkan angka yang setara dengan nilai kas
tersebut pada saat investasi, berdasarkan tingkat bunga modal yang berlaku.
Bunga modal biasanya dianggap sebagai rate of return (presentase pengembalian)
minimal yang harus dicapai dari suatu investasi (Samryn, 2002: 289-291).
Perhitungannya sebagai berikut:
NPV = ∑ (Bt−Ct)(1+i)tnt=1
29
Dimana: Bt = Penerimaan kotor tahun ke –t
n = Umur Ekonomis
Ct = Biaya kotor tahun ke –t
I = Tingkat suku bunga
Kriteria yang digunakan (Diatin, 2007):
NPV > 0, Usaha layak untuk dijalankan.
NPV = 0, Usaha tersebut mengembalikan sama besarnya nilai uang yang
ditanamkan.
NPV < 0, Usaha tidak layak untuk dijalankan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan dapat dijadikan
dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini, adapun penelitian
yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Gazali Fadhil Cafah (2009) dengan judul Analisis Biaya
Produksi Pada Usaha Produksi Tahu Bandung Raos Cap Jempol,
Dramaga, Bogor. Analisis finansial yang dilakukan, menghasilkan nilai
yang memenuhi syarat kelayakan untuk mengembangkan proyek. Dengan
nilai NPV positif dan IRR lebih besar dari Discount Rate, dan nilai B/C
Ratio lebih besar dari 1.
2. Hening Pury Asanti (2011) dengan judul Analisis kelayakan Finansial
pengolahan buah, studi kasus CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul,
Sawangan, Depok. Hasil kelayakan finansial disimpulkan bahwa usaha
menggunakan 100% modal sendiri dinyatakan layak yang ditandai dengan
30
NPV positif pada Discount Factor 14% dan IRR lebih besar dari Dicount
Rate, dan nilai B/C Ratio lebih besar dari 1.
3. Farah Habibah Huda (2014) dengan judul Studi Kelayakan Finansial
Pendirian Industri Tepung Singkong Modifikasi (Mocaf) di Wilayah
Kabupaten Bogor. Hasli dari penelitian ini menyatakan bahwa NPV
positif, IRR lebih besar dari Discount Rate, B/C Rasio lebih besar dari 1
dan PBP selama 2,12 tahun.
2.7 Kerangka Pemikiran
Industri pengolahan tepung tapioka merupakan salah satu jenis industri
dengan memanfaatkan singkong sebagai bahan utama, dimana singkong akan
diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial. Pada usaha yang
dilakukan oleh CV. Wangun Mandiri mengalami penurunan pendapatan yang
secara fluktuatif sehingga dapat mempengaruhi perusahaan makan harus ada
prospek pengembangan dari perusahaan dengan mengunakan analisis kelayakan
finansial, sehingga adanya pengefisiensian biaya yang dikeluarkan dan perlu
adanya perbaikan dalam perusahaan. Untuk lebih jelas, maka kerangka pemikiran
dapat diuraikan pada gambar 3.
31
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
CV. Wangun Mandiri
Analisis Deskriptif
Lingkungan
Teknis
Manajemen
Hukum
Pasar
Ekonomis dan Sosial
Tidak LayakLayak
Analisis Finansial
Biaya Investasi
BEP
ROI
R/C Ratio
PP
NPV
Analisis Kelayakan Finansial Usaha TepungTapioka
Proses Pengembangan Perusahaan
Usaha Pengolahan Ubi Kayu
Evaluasi
Output Tepung Tapioka
Penerimaan
Pendapatan
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Agustus 2017 sampai januari
2018. Periode tersebut digunakan untuk memperoleh data. Peneliti sebelumnya
telah melakukan pra-penelitian yang meliputi wawancara terkait data yang
terangkum dalam pendahuluan. Penelitian ini dilakukan di CV. Wangun Mandiri
yantg beralamat di Jl. Ciburial RT.04/04 Ciparigi Bogor Utara. Penentuan lokasi
penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
unit usaha tepung tapioka yang berada di daerah Ciparigi sudah menjadi sentra
pengembangan agroindustri tepung dari olahan singkong.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari
objek penelitian yaitu melalui pengamatan langsung dilapangan dan wawancara
dengan pimpinan CV.Wangun Mandiri. Hal ini dilakukan antara lain untuk
mengetahui aspek-aspek kelayakan finansial yang terdapat pada CV.Wangun
Mandiri yaitu data-data mengenai penerimaan, biaya investasi, biaya tetap dan
biaya variabel. Data primer tersebut digunakan dalam menganalisis studi
kelayakan finansial.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan instansi
yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca, mempelajari
33
dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau majalah,
dokumen-dokumen, penelitian terdahulu, bahan-bahan kuliah serta sumber-
sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3.3. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
observasi, wawancara dan studi literatur. Observasi adalah pengumpulan data
dengan mengamati langsung objek-objek yang diteliti sehingga memperoleh
gambaran yang nyata dari keadaan perusahaan yaitu lokasi perusahaan. sistem
pengawasan proses produksi, penanganan limbah, sarana dan prasaran produksi.
Wawancara yang penulis lakukan dengan melakukan tanya jawab secara
langsung dengan pimpinan perusahaan dan karyawan di bidang keuangan dan
produksi yang memiliki informasi mengenai data-data perusahaan. Studi literatur
adalah pengumpulan data melalu sumber – sumber buku atau jurnal terkait yang
berhubungan dengan aspek-aspek kelayakan usaha dan finansial.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analis data yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode analisis
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan
gambaran mengenai aspek-aspek kelayakan usaha seperti aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek lingkungan, dan
aspek pasar yang terdapat di CV.Wangun Mandiri.
34
Analisis kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengitung
kelayakan finansial pada CV. Wangun Mandiri. Metode kuantitatif untuk
menghitung kelayakan finasial tersebut adalah BEP, ROI, R/C ratio, PP, NPV dan
IRR. Aspek kelayakan finansial tersebut akan dihitung menggunakan bantuan
microsoft excel 2010.
3.5 Analisis Pendapatan
Menurut Niswonger (1992: 34), pendapatan dari penjualan adalah seluruh
total tagihan kepada pelanggan atas barang yang dijual, baik secara tunai maupun
kredit. Pendapatan yaitu pertambahan harta diluar tambahan investasi yang
mengakibatkan modal bertambah. Pendapatan usaha yaitu pendapatan yang
diperoleh dari hasil usaha pokok perusahaan (untuk perusahaan dagang
penjualan), sedangkan pendapatan diluar usaha yaitu pendapatan yang diperoleh
dari bukan usaha pokok perusahaan (diluar pokok usaha). Analisis pendapatan
usaha dilakukan terhadap biaya kegiatan produksi dari awal pembuatan hingga
pengemasan yang dilakukan dalam satu bulan. Analisis pendapatan digunakan
untuk mengetahui nilai pendapatan yang diperoleh CV.Wangun Mandiri. Terlebih
dahulu dilakukan
1. Perhitungan penerimaan dengan rumus sebagai berikut:Penerimaan Usaha = P × QDimana : P = Harga jual produk
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
35
2. Perhitungan pengeluarannya sebagai berikut:Total Biaya = FC + VCDimana : FC = Fixed Cost (biaya tetap)
VC = Variabel Cost (biaya variabel)
3. Perhitungan pendapatan sebagai berikut:Pendapatan = Penerimaan + Total Biaya4. Pemenuhan kriteria kelayakan finansial
a. Analisis Break Even Point (BEP)
BEP adalah suatu titik jumlah produksi atau penjualan yang dilakukan agar
biaya yang dikeluarkan dapat tertutupi kembali atau nilai dimana profit yang
diterima perusahaan adalah nol.
b. atau
c.
Dimana : FC= Biaya Tetap
P = Harga Jual per unit
VC = Biaya Variabel per unit
b. Net Present Value (NPV)
Analisis Net Present Value dilakukan untuk melihat bagaimana nilai
investasi dengan mempertimbangkan perubahan nilai mata uang. NPV merupakan
perbedaan antara nilai sekarang dari keuntungan dan biaya (Sudong, 2002: 32-33).
NPV =
= FCP − VC = FC1 − VC/p
(Bt − Ct)(1 + i)tnt=1
36
Dimana : Bt = Penerimaan kotor tahun ke –t
n = Umur Ekonomis
Ct = Biaya kotor tahun ke –t
I = Tingkat suku bunga
Kriteria yang digunakan (Diatin, 2007: 72) :
NPV > 0, Usaha layak untuk dijalankan.
NPV = 0, Usaha tersebut mengembalikan sama besarnya nilai uang yang
ditanamkan.
NPV < 0, Usaha tidak layak untuk dijalankan.
c. Return on Investment (ROI)
Return on Invesment (ROI) adalah rata-rata profit tahunan dibandingkan
dengan jumlah yang diinvestasikan. Menurut Santosa (2013: 46) rumus ROI yaitu
:
d. Net Benefit Cost (Rasio B/C)
Perhitungan Rasio B/C merupakan perbandingan antara penerimaan total
dan biaya total, yang menunjukan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap
rupiah yang dikeluarkan. Proyek dinyatakan layak apabila rasio B/C ≥ 1
(Surahman dkk, 2008).
B/C Rasio =
ROI = rata − rata profit tahunaninvestasi awal 100%
Total Penerimaan PenjualanTotal Biaya
37
e. Payback Periode (PP)
Estimasi jangka waktu pengembalian investasi suatu industri dapat
ditunjukan dengan perhitungan Payback Periode (Fazwa dkk, 2001: 197) Payback
Periode adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam
bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya
(Erlina, 2006).
PBP =
Suatu usaha dikatakan layak jika nilai payback periode lebih kecil atau sama
dibandingkan umur investasi usaha.
3.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-
istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :
1. Investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh CV. Wangun Mandiri untuk
menjalankan produksi tepung tapioka dan bersifat jangka panjang.
2. Produksi adalah jumlah tepung tapioka yang dihasilkan oleh CV. Wangun
Mandiri.
3. Harga jual adalah harga jual tepung tapioka per karung pada CV. Wangun
Mandiri.
4. Penerimaan adalah pendapatan kotor yang diterima oleh CV. Wangun
Mandiri dari penjualan tepung tapioka.
Investasi awalPenerimaan Periode * 1 tahun
38
5. Total biaya produksi adalah semua biaya yang dkeluarkan dalam kegiatan
produksi seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja
dan biaya penyusutan dan biaya pengemasan yang dikeluarkan oleh CV.
Wangun Mandiri.
6. Bahan baku adalah Bahan-bahan dasar yang digunakan untuk memulai
produksi tepung tapioka di CV. Wangun Mandiri.
7. Modal kerja adalah total biaya yang dikelaurkan per perbulan.
8. Perhitungan penyusutan dengan nilai sisa sebesar 10 % dari harga
permbelian.
9. Keuntungan adalah total penerimaan bersih yang diterima CV. Wangun
Mandiri dalam satu tahun.
10. Biaya tetap aadalah biaya yang jumlahnya tetap.
11. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi.
39
BAB IVGAMBARAN UMUM
4.1. Sejarah dan Perkembangan CV.Wangun Mandiri
CV.Wangun Mandiri merupakan pelaku usaha yang bergerak dibidang
pengolahan singkong menjadi tepung tapioka. CV. Wangun mandiri berdiri pada
pada bulan Agustus 1998 yang didirikan oleh H.M Supardi Supriatna. Beliau
adalah pimpinan sekaligus pemilik dari CV.Wangun Mandiri dan hingga saat ini
pabrik tepung tapioka tersebut masih dikelola sendiri oleh H.M. Supardi Supriatna
dengan dibantu anak pertamanya dan beberapa karyawan. Pada awal berdirinya di
tahun 1998, agroindustri tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri memproduksi
tepung tapioka sebanyak 2.500kg dalam satu hari, memiliki 8 orang pekerja
produksi dan 3 orang staff kantor.
Tepung yang dipilih oleh pemilik adalah komoditas singkong. Pemilik
memilih komoditas tersebut karena dalam hal bahan bakunya tidak sulit, cepat
panen dan risiko kehilangan sedikit karena banyak yang belum mengetahui
manfaat dari singkong. Kondisi dan wilayahnya pun cocok untuk budidaya
singkong, sehingga beliau membuat pabrik pengolahan tepung tapioka untuk
membantu petani singkong yang berada di sekitar lokasi dan menjual hasil
panennya ke pabrik CV.Wangun Mandiri untuk diolah menjadi tepung tapioka.
Harga jual singkong adalah Rp.800/kg. Hal ini menjadikan bantuan kepada petani
singkong agar mudah dalam menjual hasil pertaniannya, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteran petani singkong. Modal awal yang digunakan untuk
menjalankan usaha tersebut hanya terbatas dari kepemilikan pribadi. Pada bulan
40
Desember 1999, pemilik mulai meningkatkan produksi tepung tapioka dan
menambah jumlah tenaga kerja untuk menjalankan proses pembuatan tepung
tapioka.
Seiring berjalannya waktu, telah berkembang pesat dalam melakukan proses
produksi tepung tapioka. Sehingga sering kurangnya bahan baku untuk pembuatan
tepung tapioka, terutama pada musim kemarau. hal tersebut membuat
CV.Wangun Mandiri melakukan pembelian bahan baku ke luar daerah bogor,
sehingga biaya untuk pengadaan bahan baku meningkat. Hingga kini CV.Wangun
Mandiri memiliki 20 mitra dalam memasarkan produk tepung tapioka. Proses
produksi tepung tapioka dilakukan dengan teknik semi modern. Sehingga proses
produksinya lebih cepat dan kualitas lebih baik. Setiap proses produksi
dibutuhkan 6.2500Kg bahan baku singkong dan dibutuhkan waktu sekitar 8 jam.
4.2 Visi dan Misi CV.Wangun Mandiri
1. Visi
Menjadi agroindustri pengolahan tepung tapioka yang terintegrasi, serta
mengenalkan manfaat yang terkandung dalam tepung tapioka.
2. Misi
- Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui usaha agroindustri dan
pengolahan tepung tapioka.
- Menambah berbagai macam tepung yang bisa di jadikan olahan makanan.
- Berinovasi dalam hal produksi tepung dengan komoditas potensi lokal.
41
4.3 Struktur Organisasi CV.Wangun Mandiri
Struktur yantg digunakan CV.Wangun Mandiri adalah struktur organisasi
lini atau garis, dimana pelimpahan wewenang langsung secara vertikal dan
sepenuhnya dari kepemimpinan terhadap bawahannya. Bentuk struktur ini
merupakan bentuk yang paling tua dan digunakan semakinluas pada masa
perkembangan industri pertama. Keuntungan dari struktur ini adalah atasan dan
bawahan dihubungkan dengan satu garis komando, proses decesion making
berjalan cepat. Kekurangan dari struktur ini adanya tendensi gaya kepemiminan
otoriter, pengembangan kreativitas karyawan terhambat dan karyawan bergantung
pada satu orang dalam organisasi.
Gambar 4. Struktur Organisasi
4.4 Alat dan Bahan Dalam Proses Produksi Tepung Tapioka
Dalam pembuatan tepung tapioka dibutuhkan alat dan bahan, beberapa
proses pembuatan tepung tapioka sebagai berikut :
1. Kebutuhan alat, beberapa peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan
tepung tapioka adalah sebagai berikut :
P e m im p in P e rus a ha a nH .M . S up a rd i S up ria tna
D is tr ib u s iP ro d uk s i
P e na ngun g J a w a bR ifk i
K e ua nga nR ina
42
a. Timbangan digunakan untuk mengukur bahan-bahan padat, timbangan
sering digunakan pada pembuatan tepung tapioka adalah timbangan halus
atau timbangan kue, sedangkan untuk industri tepung tapioka yang
bersekala besar dapat ditambah dengan timbangan yang berkapasitas lebih
besar.
b. Gelas ukur digunakan untuk mengukur benda-benda cair. Pada
industri kecil dapat digunakan ember plastik.
c. Bak plastik atau semen yang digunakan untuk kegiatan perendaman atau
penyucian singkong kupas, pengendapan atau penyucian tepung aci,
perendaman atau pencucian dan pemutihan.
d. Alat untuk pengering digunakan sebagai perangkat penjemuran atau oven.
e. Pisau digunakan sebagai alat pengupas singkong dan pemisahan
bagian-bagian yang tidak bermanfaat.
f. Alat pemeras, kegiatan pemerasan dapat dilakukan dengan
menggunakan saringan atau alat pemerasan manual atau dengan mesin yang
dilengkapi dengan kain putih.
g. Mesin pemarut digunakan untuk memarut singkong.
h. Mesin penggiling tepung digunakan untuk menggiling tepung.
i. Mesin penghancur digunakan untuk mengoptimalkan proses pemisahan pati
melalui ekstrasi.
j. Bak pengendapan agar pengendapan berlangsung cepat, diperlukan bak-
bak yang dangkal dan miring agar lebih mudah menuangkan isinya. Bak
yang dangkal memungkinkan waktu pengendapan menjadi lebih cepat.
43
k. Kemasan produk, pada umumnya tepung tapioka dikemas dalam kantung
plastik yang kedap air dan udara kemudian dimasukan kedalam karung.
l. Plastik sealer digunakan untuk menutup kemasan tepung tapioka atau
plastik.
2. Kebutuhan bahan, proses pembuatan tepung tapioka diperlukan bahan-
bahan sebagai berikut :
a. Bahan baku tepung tapioka adalah singkong yang memenuhi sarat dan
berkualitas unggul.
b. Air bersih yang digunakan untuk pencucian singkong yang sudah
dikupas, penyaringan atau ekstrasi, dan pencucian aci 3-4 kali.
c. Garam digunakan untuk meningkatkan keputihan tepung tapioka.
4.5 Pemilikan Modal Industri Tepung Tapioka di CV. Wangun Mandiri
Pemilikan modal merupakan sarat utama dalam mendirikan usaha atau
industri. Suatu perusahaan tidak dapat beroperasi tanpa adanya suatu modal yang
memadai. Dalam hal ini pengusaha industri tepung tapioka di CV. Wangun
Mandiri didapat dari modal pribadi.
44
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Proses Produksi Tepung Tapioka di CV. Wangun Mandiri
Untuk melihat gambaran proses produksi yang dilakukan oleh
CV.Wangun Mandiri. Untuk memperoleh kualitas tepung tapioka agar sesuai
dengan kualifikasi yang sudah ditentukan, pasokan singkong mesyaratkan
singkong segar dengan mengutamakan jenis singkong konsumsi: Adira I, Adira II,
Malang I, Malang II, Valenca, Gading, dan Darul Hidayah., yang tidak lebih tiga
hari dari saat dipanen. Dalam pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut;
1. Pengupasan
Pengupasan dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk memisahkan
daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk
memilih singkong berkualitas dari singkong lainnya. Singkong yang kualitasnya
rendah tidak diproses menjadi tapioka.
2. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-remas singkong
di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong.
3. Pemarutan
Singkong yang telah dikupas dan dicuci maka proses yang dilakukan selanjutnya
adalah pemarutan dengan menggunakan mesin parut.
4. Pemerasan/Ekstraksi
Pemerasan dilakukan dengan 3 cara yaitu:
45
a. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan
kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang
diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember.
b. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong
diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan
tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang
dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan.
c. Pengendapan
Pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam. Air di
bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan
dikeringkan.
5. Pengeringan
Sistem pengeringan menggunakan oven pengering, dengan kapasitas mesin 400-
500 kg. Dengan menggunakan oven pengering CV.Wangun Mandiri dapat
memangkas waktu proses pengeringan yang berkisar 2 hari menggunakan panas
matahari, dalam menggunakan oven pengering hanya membutuhkan waktu 6-7
jam. Sistem kerja oven pengering ini adalah mengeringkan produk pada suhu
yang dikehendaki (suhu bisa diatur secara konstan). Tepung tapioka yang
dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air 12-15%.
Proses pembuatan tepung tapioka meliputi proses pengambilan pati dan
pengeringan. Air yang digunakan selama proses pembuatan tepung tapioka di CV.
Wangun Mandiri harus memenuhi persyaratan standar air minum (tidak keruh,
46
tidak berbau, dan air masak) agar tepung tapioka yang dihasilkan putih dan
berkualitas tinggi. Berikut diagram alir proses produksi tepung tapioka.
Gambar 5. Diagram Alur Produksi Tepung TapiokaSumber: Data Primer CV.Wangun Mandiri
Pengupasan
Pencucian
Pemarutan
Pemerasan
PengendapanPati (2.700 kg)
Pengeringan
Kulit (1.125Kg)
Singkong(6.250kg)
))ramaterial)
Limbah cair(1.800 kg)Air bersih
(2000 kg)
Onggok(2.825 kg)
Limbah cair(200 kg)
Tepung Tapioka(2.500 kg) Bahan
Jadi)
Daging singkong(5.125 kg)
Bubur (5.525 kg)
47
5.2 Analisis Kelayakan Usaha Tepung Tapioka di CV.Wangun Mandri
Analisis kelayakan usaha tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri
digunakan untuk menilai keuangan secara keseluruhan yang meliputi kebutuhan
dan sumber dana yang dibutukan diantaranya biaya investasi awal untuk
pembelian lahan beserta peralatan, biaya operasional, rekapitulasi penerimaan dan
kriteria penilaian investasi. Aspek ini sangat penting untuk menggambarkan hal-
hal yang berkaitan dengan keuntungan pada usaha tepung tapioka yang
dijalankan. Pada aspek non finansial yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana usaha tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri layak untuk dilaksanakan.
Aspek non finansial yang dikaji terdiri dari dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan aspek lingkungan.
5.2.1 Aspek Pasar
Kegiatan pemasaran CV.Wangun Mandiri dilaksanakan mulai dari
menyediakan produk yaitu tepung tapioka yang berkualitas, menawarkan harga
yang terjangkau, membuka saluran distribusi dari produsen sampai kepada agen-
agen. Produk yang dihasilkan adalah tepung tapioka dengan merek dagang
Wangun yang terjaga kualitasnya. Terjaga kualitasnya karena produk tepung ini
diolah dengan menggunaan komposisi bahan baku telah memenuhi persyaratan.
Perusahaan ini menetapkan harga jual berdasarkan perhitungan Harga
Pokok Produksi (HPP) yang akhirnya ditetapkan harga jual untuk tepung tapioka
sebesar Rp. 3.000,- per kilogram. Harga ini ditetapkan untuk harga grosir yaitu
pembelian dalam jumlah besar minimal 1 karung dengan kapasitas 50 kg. Hal ini
48
dikarenakan perusahaan ini sebagai supplier. Saluran distribusi merupakan salah
satu kegiatan dalam bauran pemasaran yang tidak kalah penting dilakukan
perusahaan untuk membuat produknya terjangkau dan tersedia bagi pasar
sasarannya sehingga konsumen dapat memperolehnya. Perusahaan memiliki jalur
distribusi yang tidak terlalu panjang yaitu dengan menyalurkan produk tepung
tapioka melalui agen-agen, koperasi, dan kemudian dipasarkan kembali sampai
kepada konsumen akhir. Pendistribusian 70% dari keseluruhan produk yang
dihasilkan disalurkan ke agen-agen, 10% disalurkan ke koperasi, dan 20%
disalurkan kepada pedagang pengecer yang datang sendiri melakukan pesanan.
Agen-agen tersebut berupa perusahaan besar yang berada di Bogor dengan sistem
titip jual sehingga produk yang tidak terjual dalam waktu tertentu dikembalikan ke
perusahaan.
Konsumen juga dapat datang langsung ke perusahaan untuk membeli
produk-produk tersebut dengan sistem jual putus dan resiko ditanggung oleh
konsumen sendiri. Selain itu, pihak perusahaan mendistribusikan produknya
secara langsung ke koperasi-koperasi yang berada di kota Bogor dengan sistem
jual putus dan resiko ditanggung oleh konsumen. Pasar yang dituju pun begitu
beragam mulai dari, sampai anak-anak sekolah, bahkan tidak jarang ada
permintaan dari luar pulau seperti Riau yang juga menggunakan sistem jual UKM
pembuatan makanan, dan perusahaan besar sehingga di kemas lagi dalam bentuk
yang bagus.
49
5.2.2 Aspek Teknis
Aspek teknik yang diteliti pada CV.Wangun Mandiri meliputi lokasi
usaha, teknologi, proses produksi, dan layout. Perusahaan ini beralamatkan di Jl.
Ciburial Rt 04/Rw 04, Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,
Jawa Barat 16157. Lokasi pabrik terletak di tengah-tengah perumahan yang
berada agak jauh dari jalan raya yaitu sekitar satu kilometer. Transportasi menuju
jalan raya tidak sulit karena jalan dilewati oleh angkutan umum. Produk tepung
tapioka yang dihasilkan perusahaan ini menggunakan bahan dasar singkong.
Industri pengolahan tepung singkong menjadi tepung tapioka memperoleh
pasokan singkong dari petani.
Kebutuhan bahan baku sampai saat ini masih bisa dipenuhi oleh petani
singkong dan pabrik olahan singkong tradisional. Kebutuhan bahan baku untuk
industri pengolahan tepung singkong sebanyak 6.250 Kg dalam satu kali proses
produksi menghasilkan tepung tapioka. Sedangkan rata-rata produksi tepung
singkong menjadi tepung tapioka sebanyak 2.500 Kg per satu kali produksi. Pihak
perusahaan sengaja mengambil bahan baku singkong dari petani dan pabrik
sendiri karena telah mengetahui kualitas dan sudah menjadi mitra bisnis. Tepung
singkong yang memiliki kualitas baik untuk tepung tapioka yaitu berwarna putih,
kental dan kandungan air rendah. Harga yang ditetapkan oleh pihak petani
singkong dalam menjual singkong kepada industri pengolahan tepung singkong di
CV.Wangun Mandiri sebesar Rp 800 per kilogram. Harga ini lebih murah
dibandingkan harga jual singkong yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul
yaitu sebesar Rp 1.000 per kilogram. Perbedaan harga ini dipengaruhi oleh adanya
50
pengiriman barang langsung ke tempat pengolahan sehingga biaya pengambilan
bahan baku tidak ada.
5.2.3 Aspek Manajemen
Tenaga kerja yang diperkerjakan berasal dari masyarakat sekitar atau
tetangga yang berdomisili di daerah yang sama dengan perusahaan. CV.Wangun
Mandiri memperkerjakan 8 orang tenaga kerja dan 3 orang anggota keluarga.
Perusahaan belum dapat menambah jumlah tenaga kerja dikarenakan beberapa
faktor alasan tertentu dari pemiliknya, namun bapak H.M. Supardi Supriatna
sebagai pemilik perusahaan berkomitqmen dalam waktu dekat akan menambah
jumlah tenaga kerja sebagaimana visi perusahaan yaitu memberdayakan
lingkungan guna menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga yang berada di
sekitar perusahaan. Perekrutan tenaga kerja, perusahaan tidak memiliki standar
khusus karena perusahaan lebih mengutamakan kemampuan kerja dan
keterampilan daripada tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan tenaga kerja tidak
tetap dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Nama Pekerja, dan Tingkat Pendidikan di CV. Wangun MandiriNo Nama Pekerja Tingkat Pendidikan Lama Bekerja1 Supardi Supriatna SD 4 Tahun2 Agus SD 10 Tahun3 Sudrajat SD 7 Tahun4 Ceceng SD 12 Tahun5 Maman abdurahman SD 9 Tahun6 Ginanjar SMP 6 Tahun7 Yayan SMP 6 Tahun8 Adang SMP 10 Tahun9 Sutisna SMA 5 Tahun10 Sobarna SMA 6 Tahun11 Rifki Sarjana 1 Tahun12 Rina Sarjana 4 Tahun
Total Pekerja 12 OrangSumber: Data Primer CV. Wangun Mandiri
51
Pekerja yang berjumlah dua belas orang keseluruhannya ditempatkan pada
bagian produksi, finishing (pengemasan dan pengepakan), dan pendistribusian.
Bagian administrasi perusahaan dikerjakan oleh pemilik sekaligus pemimpin
perusahaan yaitu H.M. Supardi Supriatna dan dibantu oleh anggota keluarga
sebanyak 3 orang sebagai tenaga kerja tetap. Setiap hari tenaga kerja mulai datang
dan bekerja dari pukul 08.00-17.00 WIB dan dengan waktu istirahat selama satu
jam dari pukul 12.00-13.00 WIB dan tenaga kerja diperbolehkan pulang ke rumah
masing-masing saat jam istirahat karena seluruh tenaga kerja bertempat tinggal di
dekat lingkungan pabrik. Kemudian pada saat waktu-waktu tertentu misalnya saat
bulan Ramadhan tiba dan permintaan meningkat sangat tajam, perusahaan ini
dapat merekrut tenaga kerja harian hingga 18 orang dalam satu hari dengan sistem
shift yaitu pembagian kerja di waktu pagi dan malam hari. Sistem penggajian
untuk tenaga kerja tidak tetap dari masyarakat sekitar berjumlah 8 orang sebesar
Rp. 50.000,- perorang sedangkan untuk tenaga kerja tetap terdiri dari 3 orang
anggota keluarga sebesar Rp. 80.000,- perorang dan gaji manajer Rp. 4.480.000,-
untuk H.M. Supardi Supriatna selaku manajer tunggal.
5.2.4 Aspek Hukum
Perusahaan ini memiliki badan hukum berbentuk Perseroan Komanditer
(CV) dengan nama CV.Wangun Mandiri yang secara hukum telah terdaftar pada
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) Kota Bogor, dan telah
memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sejak tahun 1998. Usaha ini juga
telah mendapatkan Surat Izin Usaha Industri (SIUI) dan Izin domisili atau lokasi
proyek dari Pemerintah Daerah serta memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
52
Produk-produk perusahaan ini juga telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan dan
label halal dari MUI sehingga layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi oleh
masyarakat luas. Pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan ini adalah pajak
penghasilan (PPh) yang dibayarkan setiap tahun melalui Bank BRI.
5.2.5 Aspek Ekonomi dan Sosial
Keberadaan perusahaan ini tidak menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat sekitar, meskipun perusahaan ini menggunakan mesin-mesin yang
menimbulkan kebisingan dalam proses produksi hingga finishingnya tetapi proses
produksi tidak dilakukan pada malam hari, bahkan memberikan dampak positif
karena dengan keberadaan perusahaan ini membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar yang sebagian besar pengangguran. Dampak positif juga dapat
secara langsung dirasakan oleh petani yang berada di daerah Bogor dan sekitarnya
karena perusahaan ini bekerjasama dalam hal pasokan bahan baku singkong
sehingga perusahaan memiliki ikatan baik dengan para petani. Bentuk kerjasama
perusahaan dengan petani adalah ketika pasokan singkong untuk diolah telah
habis maka perusahaan ini menghubungi petani lewat telepon supaya
mempersiapkan singkong yang siap untuk diangkut, serta diperlukan dengan
system pembayaran langsung saat singkong telah diterima. Singkong yang
dipasok oleh petani adalah singkong dengan kualitas grade AA dengan ketentuan
singkong yang tidak mengalami kerusakan-kerusakan fisik dan sangat layak untuk
diolah, seperti bentuk buah tidak utuh sempurna atau bengkok, ukuran singkong
kecil, dan warna singkong tidak menarik atau pudar. Perusahaan ini telah
memberikan sebuah gambaran contoh dan model untuk para petani dalam
53
meningkatkan nilai tambah singkong sehingga akan memberikan keuntungan
yang lebih besar bagi para petani.
5.2.6 Aspek Lingkungan
Limbah yang dihasilkan pada usaha pengolahan tepung tapioka ini adalah
limbah padat dan limbah cair. Penanganan limbah dari sisa hasil pengolahan
berupa limbah padat yaitu ampas hasil ekstraksi dari singkong diolah kembali
menjadi tepung Tapioka. Ampas hasil pemarudan singkong dikumpulkan menjadi
satu kemudian dialihkan ke kelompok kerja lain yang kemudian diolah menjadi
tepung Tapioka. Penanganan limbah cair yaitu air sisa pembersihan singkong saat
di sortasi sampai pencucian alat-alat produksi dan sisa hasil pemasakan berupa
busa-busa dialirkan pada saluran pembuangan dan tidak mencemari lingkungan
karena tidak mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga kegiatan
produksi yang dilakukan merupakan kegiatan yang ramah lingkungan.
5.2.7 Aspek Finansial
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini meliputi sumber dana yang
diperoleh, biaya investasi, kebutuhan modal kerja, estimasi penerimaan, kriteria
penilaian investasi. Aspek ini sangat penting untuk menggambarkan hal-hal yang
berkaitan dengan keuntungan perusahaan.
54
5.3 Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung
untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan
lebih dari satu tahun, batas waktu satu tahun ditetapkan atas dasar kebisaan
merencanakan dan merealisasikan anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya
investasi untuk usaha pengolahan tepung singkong yang berada di CV.Wangun
Mandiri berupa investasi untuk pembelian lahan 1200 m2 sebesar Rp 200.000.000,
biaya pembuatan bangunan sebesar Rp 388.000.000 biaya untuk pembelian
kendaraan sebesar Rp 200.000.000, serta biaya pembelian peralatan sebesar Rp
685.500.000 dan total biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pengolahan
tepung singkong di CV.Wangun Mandiri adalah sebesar Rp 1.390.600.000,-
Tabel 7. Modal Usaha CV. Wangun MandiriItem Nama Barang Unit Harga (Rp) Total (Rp)Bangunan Pabrik 1 Gedung 588.000.000 588.000.000Transportasi Mobil 1 Buah 200.000.000 200.000.000
Mesin
Mesin Pengupas 1 Buah 5.000.000 5.000.000Mesin Parut 1 Buah 15.000.000 15.000.000Vibroting 2 Buah 7.500.000 15.000.000
Mesin Perasan 1 Buah 22.500.000 22.500.000
Conveyor 2 Buah 17.500.000 35.000.000Mesin Pengurai 1 Buah 5.000.000 5.000.000Pompa Air 2 pk 1 Buah 2.500.000 2.500.000Instalasi Air 1 Buah 5.000.000 5.000.000Oven Pengering 2 Buah 200.000.000 400.000.000Genset 50 kva 1 Buah 50.000.000 50.000.000
Mesin jahit Karung 2 Buah 7.500.000 15.000.000
Mesin penempung 1 Buah 7.500.000 7.500.000
Peralatan
Bak Pencuci 1 Buah 2.000.000 2.000.000Bak Pembilasan 1 Buah 7.500.000 7.500.000Alat Timbangan 2 Buah 3.000.000 6.000.000Meja 4 Buah 400.000 1.600.000Kursi 4 Buah 200.000 800.000Komputer 1 Buah 4.000.000 4.000.000Printer 1 Buah 500.000 500.000Telpon 1 Buah 200.000 200.000
Kipas Angin 2 Buah 250.000 500.000
Sofa 1 Buah 2.000.000 2.000.000Total Biaya Investasi 1.390.600.000
Sumber: Data Primer CV.Wangun Mandiri, 2017
55
5.4 Modal kerja
Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan selama perusahaan beroperasi atau selama kegiatan perusahaan
berlangsung. Modal kerja terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Menurut Soekartawi (1994), biaya tetap merupakan biaya-biaya
yang dalam batas-batas tertentu tidak berubah apablia tingkat kegiatan produksi
berubah. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan
jumlah bahan baku yang diperlukan, dengan kata lain biaya ini harus dibayar
tanpa melihat apakah produksi ini menghasilkan atau tidak. Biaya tetap (fixed
cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara tetap pada unit usaha pengolahan
tepung singkong di CV.Wangun Mandiri dalam jangka waktu tertentu atau dalam
setiap produksi. Berikut merupakan tabel biaya tetap yang dikeluarkan oleh
CV.Wangun Mandiri dalam melakukan usaha pengolahan tepung singkong adalah
sebagai berikut.
Tabel 8. Biaya Tetap dan Biaya Variabel CV. Wangun Mandiri
Item Komponen biaya Jumlah/blnHargaSatuan
(Rp)
Total/tahun(Rp)
Biaya Variabel Bahan Baku 162.500 kg 800 1.560.000.000
Biaya Tetap
Gaji manager 1 orang 4.480.000 53.760.000Tenaga kerja tetap 3 orang 2.100.000 75.600.000Upah buruh 8 orang 1.300.000 124.800.000Biaya Listrik 1 LS 1.000.000 12.000.000BBM solar 520 L 4.500 28.080.000Telphone 1 Unit 500.000 6.000.000
Karung1.300
Karung2.000 31.200.000
Benang 3,75 Rol 13.000 585.000Transport - 13.000.000 156.000.000
Sumber: CV.Wangun Mandiri, 2017
56
Berdasarkan pada tabel di atas, biaya variabel usaha pengolahan tepung
tapioka di CV.Wangun Mandiri sebesar Rp 1.560.000.000,-. Yang digunakan
untuk pembelian bahan baku (singkong) dalam satu tahun dengan jumlah 1.950
ton/ tahun dengan harga singkong Rp. 800 /kg. Menurut Soekartawi (1994), Biaya
tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya yang secara langsung berkaitan dengan
bahan baku yang diusahakan dan dengan input variabel yang dipakai. Ada juga
pengertian lain tentang biaya variabel adalah biaya yang besarnya sangat
tergantung pada jumlah produksi. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan
secara berangsur-angsur atau dapat berubah-ubah sewaktu-waktu sehingga tidak
dapat dipastikan dan sesuai dengan keadaan pada saat aktivitas usaha pengolahan
tepung singkong di CV.Wangun Mandiri dalam proses produksi.
Berdasarkan rincian biaya tetap yang digunakan untuk usaha pengolahan
tepung singkong, total biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun
sebesar Rp. 488.025.000. Biaya tetap pada CV.Wangun Mandiri terdiri gaji
manajer, gaji pegawai, upah tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Gaji
manajer, gaji pegawai, upah buruh, biaya listrik, bbm solar, telphon, karung,
benang dan transport.
Total biaya usaha merupakan jumlah keseluruhan modal kerja yang terdiri
dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap memulai kegiatan
produksi per bulan pada tahun 2017. Total biaya pengolahan tepung tapioka yang
dikeluarkan per bulan yang dapat ditunjukan pada tabel 9 berikut.
57
Tabel 9. Total Biaya UsahaNo Komponen Jumlah1 Biaya Tetap Rp 488.025.0002 Biaya Tidak Tetap Rp 1.560.000.000
Total Biaya Usaha Rp 2.048.025.000Sumber: CV. Wangun mandiri 2017, Diolah
5.5 Penerimaan dan Pendapatan Pengolahan Tepung Singkong
Penerimaan dalam usaha berasal dari penjualan produk tepung tapioka.
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual,
hasil produksi tepung singkong baik tepung tapioka sehingga penerimaan
ditentukan oleh besar kecilnya jumlah produksi tepung singkong selama proses
produksi dan harga jual yang berlaku saat itu di wilayah penelitian. Menurut
Soeharto (1999) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang
benar-benar dikeluarkan, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah selisih
antara penerimaan dikurangi dengan biaya total. Berdasarkan pada Tabel 10
peneriman dan pendapatan usaha pengolahan tepung singkong dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 10. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Pengolahan Tepung TapiokaHasil Produksi Produk Terjual Harga Jumlah/TahunTepung Tapioka 2500 kg/hari Rp 3.000 Rp 2.340.000.000*
Total Biaya Usaha Rp 2.048.025.000Pendapatan Rp 291.975.000
Sumber : CV.Wangun Mandiri, 2017 (diolah)Ket : *selama 26 kali produksi dalam satu bulan
Berdasarkan Tabel 10, tersebut menunjukkan bahwa untuk mengetahui
besarnya pendapatan usaha pengolahan tepung singkong di CV.Wangun Mandiri
yaitu jumlah penerimaan yang didapat sebesar Rp 2.340.000.000,- dikurangi
dengan total biaya pengolahan usaha pengolahan tepung singkong sebesar Rp
58
2.048.025.000,- maka diperoleh hasil perhitungan pendapatan usaha pengolahan
tepung singkog CV.Wangun Mandiri adalah sebesar Rp 291.975.000,- per tahun,
dapat disimpulkan bahawa usaha dalam menjalankan agroindustri tepung tapioka
pada CV.Wangun Mandiri sangat memiliki prospek yang cukup menguntungkan.
5.6 Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Tepung Tapioka diCV.Wangun mandiri
Hasil analisis kelayakan finansial pada CV.Wangun Mandiri meliputi
kriteria Net Present value, Net Benefit-Cost Ratio, Return On Invesment, Payback
Periode, dan Break event Point. Perhitungan kelayakan finansial usaha ini
diperoleh dari data hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan pengeluaran
biaya-biaya yang menggunakan 100% modal sendiri kemudian didiskontokan
dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 12% yang didapat dari perhitungan
rata-rata tingkat suku bunga investasi periode 2013-2017. Berikut disajikan
rincian analisis kelayakan finansial.
5.6.1 Break Even Point (BEP)
Break Event Point (BEP) merupakan suatu kondisi pada saat hasil tepung
tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri yang diperoleh sama dengan modal
yang dikeluarkan. Artinya, pada saat itu, usaha yang dijalankan tidak mendapat
keuntungan, tetapi juga tidak mengalami kerugian (impas). Kondisi ini laba yang
diperoleh adalah nol (impas). Dalam hal ini, BEP untuk usaha pengolahan tepung
tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri dilihat dari dua segi, yaitu: BEP
untuk harga produksi/kg dan BEP untuk volume produksi. Perhitungan dilakukan
pada setiap satu kali produksi.
59
BEP untuk volume produksi per tahun merupakan hasil dari pembagian
antara total biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha tepung tapioka dengan harga
jual volume produksi tepung tapioka. Analisis BEP volume produksi tepung
btapioka digunakan untuk menentukan seberapa besar tepung tapioka yang harus
diproduksi untuk mendapatkan titik impas apakah CV.Wangun Mandiri tersebut
mendapat keuntungan atau tidak dalam usaha pengolahan tepung tapioka.
Disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Analisis BEP Volume Produksi Rata-Rata Tepung Tapioka diCV.Wangun Mandiri
No Uraian Nilai1 Biaya Produksi Rp 2.048.025.0002 Harga Jual Rp 3.0003 BEP Volume Produksi 682.675/kg
Sumber: data primer 2017 (diolah)
Berdasarkan analisis perhitungan Tabel 11. dapat diketahui rata-rata biaya
produksi tepung tapioka per tahun sebesar Rp 2.048.025.000,- kemudian dibagi
harga 682.675 kg. Jadi, jika produksi melebihi 682.675 kg per tahunnnya dalam
312 kali produksi dalam satu tahun, maka dapat disimpulkan CV.Wangun Mandiri
dalam memproduksi tepung tapioka pada lokasi penelitian ini mendapat
keuntungan. Jika produksi tepung tapioka yang dihasilkan kurang dari 682.675 kg
per tahun dalam 312 kali produksi, maka CV.Wangun Mandiri dalam
memproduksi tepung tapioka dikatakan rugi. Sementara hasil produksi tepung
tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri dalam 1 kali produksi rata-rata
sebesar 2.500 kg per hari atau 780.000 kg per tahun. Berdasarkan analisis
perhitungan BEP produksi tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri maka
dikatakan layak dan dapat dilanjutkan.
60
Adapun, analisis BEP harga merupakan hasil dari perbandingan antara
total biaya yang dikeluarkan penguasaha tepung tapioka dengan volume produksi.
Perhitungan BEP harga dimaksudkan untuk mengetahui besaran harga titik impas
pada CV.Wangun Mandiri yang bergerak dibidang pengolahan tepung tapioka.
BEP harga produksi per kg ialah total biaya produksi per tahun dalam 312 kali
produksi dibagi total jumlah produksi per tahun dalam 312 kali produksi. Hasil
analisis perhitungan BEP harga produksi usaha pengolahan tepung tapioka yang
berada di CV.Wangun Mandiri dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 12. Analisis BEP Harga Tepung Tapioka di CV.Wangun MandiriNo Uraian Nilai1 Biaya Produksi Rp 2.048.025.0002 Jumlah Produksi 780.000/kg3 BEP Harga Rp 2.625
Sumber: data primer 2017 (diolah)
Berdasarkan perhitungan Tabel 12, hasil BEP harga pada tepung tapioka
yang berada di CV.Wangun Mandiri adalah sebesar Rp 2.625 /Kg. Jadi pada saat
harga tepung tapioka Rp 2.625/Kg usaha pengolahan tepung tapioka yang berada
di CV.Wangun Mandiri ini tidak menderita kerugian dan tidak mendapat
keuntungan. BEP harga dikatakan mengalami kerugian apabila BEP harga kurang
dari Rp 2.625 /Kg dan mendapatkan keuntungan apabila BEP harga lebih dari Rp
2.625 /Kg. Sementara harga tepung tapioka/Kg di CV.Wangun Mandiri sebesar
Rp 3.000 ini jauh lebih tinggi dari BEP harga yang dianalisis. Berdasarkan
analisis perhitungan BEP harga tepung tapioka yang berada di CV.Wangun
Mandiri, maka dikatakan layak dan dapat dilanjutkan. Dari hasil analisis BEP
volume produksi tepung tapioka dan BEP harga dapat dikatakan CV.Wangun
61
Mandiri ini layak untuk dijalankan dan mempunyai prospek bisnis yang cukup
baik.
5.6.2 Return on Investment (ROI)
ROI merupakan analisis untuk mengetahui keuntungan usaha berkaitan
dengan modal yang telah digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat
perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. Semakin tinggi pendapatan
maka profit rata-rata usaha pengolahan tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri
akan semakin baik. ROI dalam hal ini dihitung berdasarkan rata-rata profit per
bulan dari usaha pengolahan tepung tapioka yang ada di CV.Wangun Mandiri
dibagi dengan investasi awal. Berikut dibawah ini Tabel 13 perhitungan ROI:
Tabel 13. Analisis ROI Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di CV.WangunMandiri
No Uraian Nilai1 Pendapatan/Tahun Rp 291.975.0002 Investasi Awal Rp 1.390.600.0003 ROI 0,209 %
Sumber: data primer 2017 (diolah)
Berdasarkan Tabel 13, nilai ROI yang didapat dalam usaha pengolahan
tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri adalah sebesar 0,209. Nilai ROI sebesar
0,209 diperoleh dari rata-rata profit per tahun dari jumlah 312 kali proses produksi
di CV.Wangun Mandiri, yaitu sebesar Rp 291.975.000,- kemudian dibagi rata-rata
investasi awal dari usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun
Mandiri berupa pembelian lahan 1200 m2 sebesar Rp 200.000.000, biaya
pembuatan bangunan sebesar Rp 388.000.000 biaya untuk pembelian kendaraan
sebesar Rp 200.000.000, serta biaya pembelian peralatan sebesar Rp 685.500.000
dan total biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pengolahan tepung
62
singkong di CV.Wangun Mandiri adalah sebesar Rp 1.390.600.000,-. Berdasarkan
hasil analisis ROI diatas dapat diketahui bahwa setiap pengeluaran modal
investasi sebesar Rp. 1.000 akan diperoleh hasil Rp 209.
5.6.3 Analisis R/C Ratio
Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan perbandingan antara penerimaan
kotor dengan biaya total yang dikeluarkan dari usaha pengolahan tepung tapioka
yang berada di CV.Wangun Mandiri tersebut. Analisa ini digunakan untuk
melihat perbandingan total penerimaan dengan total pengeluaran dari usaha
pengolahan tepung tapioka dan dapat mengukur keuntungan dan kelayakan dari
usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri. Jika nilai
R/C ratio diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat, sehingga
penerimaan akan menjadi lebih dari satu rupiah.
Berdasarkan dalam penelitian ini, penerimaan yang diperoleh dari rata-rata
hasil produksi usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun
Mandiri per tahunnya yaitu sebesar Rp 2.340.000.000,- sedangkan rata-rata biaya
yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.048.025.000,- per tahun dalam 312 kali
produksi. R/C Ratio merupakan pembagian penerimaan atas biaya (R/C rasio).
Hasil R/C Ratio dalam penelitian ini yaitu sebesar 1,142. Berikut dibawah ini
Tabel 14, analisis perhitungan R/C Ratio pada usaha pengolahan tepung tapioka
yang berada di CV.Wangun Mandiri dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
63
Tabel 14. Analisis R/C Rasio Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di CV.WangunMandiri
No Uraian Nilai1 Penerimaan kotor Rp 2.340.000.0002 Biaya Produksi Rp 2.048.025.0003 R/C Rasio 1,142 %
Sumber: data primer 2017 (diolah)
Berdasarkan perhitungan Tabel 14, dapat diketahui bahwa nilai rasio
penerimaan atas biaya (R/C rasio) sebesar 1,142 mengindikasikan bahwa pada
usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri untuk
setiap Rp 1.000,- atas keseluruhan rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1.142,- kepada pengusaha
pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri. Dari analisis R/C
ratio diatas dapat dikatakan usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di
CV.Wangun Mandiri ini layak untuk dijalankan dan mempunyai prospek bisnis
yang cukup baik karena memiliki nilai rasio penerimaan atas biaya yang lebih dari
satu (R/C rasio > 1).
5.6.4 Analisis Payback Periode (PP)
Payback periode merupakan periode waktu dimana investasi dan biaya
produksi akan kembali. Cepat atau lambatnya sangat tergantung pada sifat aliran
kas masuknya, jika aliran kas masuknya besar atau lancar maka proses
pengembalian akan semakin cepat. Berdasarkan teori Lukman (2004) payback
period adalah perhitungan atau penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk
menutup nilai investasi suatu usaha dengan mengunakan aliran kas yang
dihasilkan oleh usaha tersebut. Perhitungan analisis payback period usaha
64
pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri dapat dilihat pada
Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15. Payback Period Usaha Pengolahan Tepung Tapioka di CV.WangunMandiri
No Uraian Nilai1 Biaya Investasi Rp 1.390.600.0002 Pendapatan/Tahun Rp 291.975.0003 Payback Period 4,76 Tahun
Sumber: CV.Wangun Mandiri (diolah) 2017
Berdasarkan tabel diatas, maka Payback Period pada usaha tepung tapioka
dimaksudkan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam
usaha pengolahan tepung tapioka ini akan kembali, Payback Period adalah
perbandingan antara investasi yang dikeluarkan dengan pendapatan usaha yang
diperoleh. Hasil perhitungan atas biaya investasi dibagi dengan pendapatan
penjualan tepung tapioka per bulan, nilai payback period adalah sebesar 4,76
tahun. Perhitungan ini berdasarkan satu tahun pada tahun 2016, sehingga dapat
disimpulkan bahwa usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun
Mandiri akan mengalami payback period dalam waktu 1 tahun. Untuk
menghitung sisa hari dilakukan perhitungan sebagai berikut:
- 4,76 x 365 = 1.737,4 hari
- 1.737,4 : 30 hari = 57,91 bulan
- 0,91 x 30 hari = 27 hari
Berdasarkan hasil perhitungan payback period pada usaha pengolahan
tepung tapioka di CV.Wangun Mandiri akan menghasilkan balik modal dalam
jangka waktu 57 bulan 27 hari atau 4,76 tahun.
65
5.6.5 Net Present Value (NPV)
Net present value (NPV) adalah nilai sekarang dari uang atau cash flow
dimasa mendatang dengan mempertimbangkan faktor bunga. Net present value
(NPV) atau nilai sekarang merupakan hasil perhitungan yang menunjukan
kesetaraan pendapatan, arus kas, atau penghematan biaya dari investasi yang
diperkirakan akan diperoleh pada masa yang akan datang dengan nilai investasi
yang dilakukan saat ini, berdasarkan pertimbangan perubahan daya beli uang atau
nilai waktu uang. Hasil arus kas bersih (net cash flow) kemudian
didiskonstantakan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 12% yang didapat
dari hasil perhitungan rata-rata tingkat suku bunga investasi periode 2015-2016.
Usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri
dikatakan layak jika telah memenuhi kriteria investasi NPV lebih besar dari 0.
Semakin tinggi nilai NPV menunjukkan semakin layak usaha pengolahan tepung
tapioka tersebut dilaksanakan. Selain itu, NPV juga berhubungan positif dengan
tingkat resiko suatu usaha. Nilai NPV lebih kecil dari nol menunjukkan bahwa
usaha pengolahan tepung tapioka tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena
hanya akan menimbulkan kerugian. Hasil perhitungan NPV pada usaha
pengolahan tepung tapioka yang berada di CV.Wangun Mandiri dapat dilihat pada
Tabel 16 sebagai berikut.
66
Tabel 16. Hasil Analisis Net Present Value (NPV) Usaha Pengolahan TepungTapioka di CV.Wangun Mandiri
Tahun Cash FlowDiscount Factor
12%Present Value ( CF X DF)
0 Rp 397.677.500 1 Rp 397.677.5001 Rp 438.000.000 0,893 Rp 391.134.0002 Rp 447.000.000 0,797 Rp 356.259.0003 Rp 469.000.000 0,712 Rp 333.928.0004 Rp 480.000.000 0,636 Rp 305.280.0005 Rp 493.000.000 0,567 Rp 279.531.000
Total PV Rp 1.666.132.000Biaya Investasi Rp 1.390.600.000
NPV Rp 275.532.000Sumber: data primer, diolah (2018)
Berdasarkan Tabel 16, hasil analisis kelayakan finansial dari usaha
pengolahan tepung tapioka pada CV.Wangun Mandiri dengan asumsi
menggunakan modal pribadi diketahui bahwa usaha pengolahan tepung tapioka
ini layak. Karena memiliki NPV positif sebesar Rp 275.532.000.
Tabel 17. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan Modal SendiriNo Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) pada DF 12% Rp 275.532.000 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 19,57% Layak3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 1,142 Layak4 Payback Period 4, 7 Tahun
Sumber: Data Primer, Diolah 2018
Berdasarkan Tabel 17 ditunjukan bahwa dengan tingkat diskonto 12% akan
diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar 275.532.000 yang berarti akan
memberikan keuntungan sebesar Rp. 275.532.000,- selama umur proyek 5 tahun
menurut nilai mata uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of Return (IRR)
sebesar 19,57% (Lampiran 5) dan lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku (12%) yang berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan yang
67
lebih besar dibandingkan dengan mendepositkan modalnya di Bank dengan suku
bunga yang berlaku. Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,142 yang
berarti bahwa setiap Rp. 1000,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan
keuntungan sebesar Rp. 1.142,- dan hasil analisis Payback Period (PP)
menunjukan bahwa untuk mengembalikan nilai investasi sebesar Rp.
1.390.600.000,- memerlukan waktu 57 bulan 27 hari atau 4,76 tahun (Lampiran
7). Berdasarkan kriteria kelayakan diatas maka usaha ini dinyatakan layak yang
ditunjukan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku, dan nilai Net B/C yang lebih besar dari satu. Nilai PP usaha
ini menunjukan masa pengembalian investasi yang ditanamkan cukup singkat
yaitu 4 Tahun 7 Bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus perputaran
kas lebih cepat.
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan observasi dan
wawancara untuk mengetahui proses produksi, dan analisis studi kelayakan
finansial dalam usaha pengolahan tepung tapioka yang berada di CV. Wangun
Mandiri maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses produksi di CV.Wangun Mandiri meliputi lima tahapan, yaitu; a)
pengupasan, b) pencucian, c) pemarutan, d) pemerasan/ekstraksi, dan e)
pengeringan. Dalam proses pengolahan tepung tapioka CV.Wangun Mandiri
memiliki ketetapan atau standar khusus baik dalam kualitas singkong,
maupun air yang digunakan dalam proses produksi (tidak keruh, tidak berbau,
dan air masak) agar menghasilkan tepung tapioka yang putih dan berkualitas
tinggi.
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemiliki perusahaan, jumlah investasi
pada CV.Wangun Mandiri sebesar Rp. 1.390.600.000. dengan rincian berupa
pembelian lahan dan pembuatan bangunan, biaya pembelian kendaraan, serta
pembelian peralatan. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.
2.048.025.000. Total biaya merupakan jumlah keseluruhan modal kerja yang
terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap memulai
kegiatan produksi pada tahun 2017.
3. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial pada pengolahan tepung
tapioka di CV.Wangun Mandiri diperoleh NPV positif yang berarti
69
perusahaan akan mendapatkan keuntungan selama umur proyek 5 tahun
menurut nilai mata uang sekarang. Hasill IRR lebih besar dari tingkat
diskonto (tingkat suku bunga yang berlaku) mengartikan bahwa usaha ini
memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
mendepositkan modalnya di Bank dengan suku bunga berlaku. Nilai PP
(Payback Period) usaha ini menunjukan masa pengembalian investasi yang
ditanamkan cukup singkat yaitu 4,76 tahun dalam masa proyek lima tahun
sehingga arus perputaran kas lebih cepat.
6.2. Saran
6.2.1 Kepada Pemerintah
1. Diharapkan kepada pemerintah mempermudah proses birokrasi, ijin
usaha dan atau yang bersifat administratif bertujuan memberikan
kepercayaan pada usaha atau pabrik pengolahan tepung tapioka yang
berada di wilayah bogor.
2. Diharapkan kepada pemerintah terutama Pemkot Bogor untuk untuk
meningkatkan minat petani dalam menanam singkong sehingga
memudahkan dalam pembelian bahan baku untuk tepung tapioka.
6.2.2 Kepada Pengolah
1. Meremajakan fasilitas dan alat produksi agar meningkatkan produktivitas
dengan produk berkualitas.
2. Melakukan pembukuan keuangan guna mengetahui data-data keuangan
usaha pengolahan tepung tapioka setiap bulannya.
70
3. Melegalitaskan produk tepung tapioka guna memperluas pangsa pasar
dan bersaing dengan olahan tepung tapioka lainnya.
4. Melakukan kegiatan produksi sesuai dengan standar pabrik olahan
tepung tapioka dan membuat peraturan yang jelas untuk pegawai pabrik.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adjid. 1998. Membangun Pertanian Modern. Yayasan Pengembangan Sinar Tani.Bogor.
Amien. A.M. 2005. Kemandirian Lokal. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan danUsaha Kecil. Rineka Cipta. Semarang.
Antara, Made. 2006. Pertanian, Bangkit atau Bangkrut. Arti Foundation. Jakarta.
Boyd, Walker, dan Larreche. 2000. Manajemen Pemasaran Suatu PendekatanStrategis dengan Orientasi Global Edisi 2 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Badan Ketahanan Pangan. 2010. Laporan Tengah Kajian Distribusi PanganMasyarakat Provinsi DIY. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Konsumsi Pangan.
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultur. 2010. Pangan danHortikultur. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultur. 2015. Pangan danHortikultur. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Downey, W. D. dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga.Jakarta.
Fazwa, M.A.F., Fauzi, P.A., Ab, A.G., Rasip dan Noor, M.M. 2001. Apreliminary analysis on finansial assesment of Citrushystrix (limau purut)grown on plantation basis, Forest Research Institute Malaysia (FRIM).Selangor.
Firdaus, Muhammad. 2007. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Gumbira Sa'id, E. Rahmayanti dan M.Z. Muttaqin. 2001. Manajemen TeknologiAgribisnis, Kunci Daya Saing Global Produk Agribisnis. Penebar Swadaya.Jakarta.
Hafsah, M.J. 2003. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka SinarHarapan. Jakarta.
Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Ghalia Indonesia. Bogor.
72
Ibrahim, H.M. Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. GramediaPustaka Utama. Jakarta.
Indonesian Agriculture. 2015. Diperoleh darihttp://www.nationsencyclopedia.com/2015.Asia-and-Oceania/industri.html
Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group.Jakarta.
Kasryno, F. 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. YayasanObor Indonesia. Jakarta.
Kotler, Philip. 2004. Marketing Management. Upper Saddle River. New Jersey.
Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Andi Offset. Yogyakarta.
Kusuma, P.T.W.W., Hidayat, D.D. dan Indrianti, N. 2012. Analisis KelayakanFinansial Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Nata de Coco diSumedang, Jawa Barat. Jurnal Teknotan.
Kuswadi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. ElexMedia Komputindo. Jakarta.
Lidiasari, Eka. 2006. Influence of Drying Temperature Difference On Physicaland Chemical Qualities of Partially Fermented Cassava Flour. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.
Lies Suprapti. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Manfaatnya. Kanisius.Yogyakarta.
Linda Gumelar. 2015. Indonesia Perlu Siapkan Industri Singkong. Diakses dihttp://www.pikiran-rakyat.com/Ekonomi/2015, 19 Juni 2017.
Muchtadi, Tien., R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan. IPB Press. Bogor.
Muzhar, M. 1994. Pengembangan Agroindustri dan Berbagai Permasalahannya.Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tahun ke-38 No.1.
Niswonger, Rollin. 1992. Prinsip-prinsip Akuntansi. Erlangga. Jakarta.
Parwati. 2012. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan UGM. 1998. KajianPembangunan Pertanian Abad ke-21 Sistem Pertanian BerkebudayaanIndustri dan Strategi Operasional Repelita VII : UGM. Yogyakarta.
Ridwan, Abdullah. 2013. Metodologi Penelitian. Kanisius. Yogyakarta.
73
Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Kayu dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Samryn, L.M. 2002. Akuntansi Manajemen Suatu Pengantar. Raja GrafmePersada. Jakarta.
Santosa, Budi. 2013. Manajemen Proyek Konsep dan Implementasi. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Saragih, S. A. 1999. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari BatubaraRiau sebagai Adsorben. Universitas Indonesia. Jakarta.
Siahaan. 1996. Statistik Industri Besar dan Sedang. Bayumedia Press. Malang.
Soegiyanto. 1989. Pola Pengembangan Industri. Erlangga. Jakarta.
Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai OperasionalCetakan ke-3. Erlangga. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan AnalisisFungsi Cobb-Douglas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Soemarso. 2015. Akuntansi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Soeratman. 2002. Studi Kelayakan Investasi Bisnis dan Proyek. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.
Soetanto. 2001. Pengolahan Singkong. Balai Pustaka dan Media Wiyata. Jakarta.
Sudong, Y. dan Tiong, R.L.K. 2002. NPV at risk method in infrastructure projectinvesment evaluation. Journal of Construction Engineering andManagement.
Suparta, N. 2005. Pendekatan Holistik Membangun Agribisnis. Media AdhikarsaDenpasar. Bali
Suprapti, Lies. 2009. Tepung Tapioka. Kanisius. Yogyakarta.
Suprapti, M. 2005. Kedelai Tradisional. Kanisius. Yogyakarta.
Surahman, D.N., Astro, H.M. dan Priyatna, H. 2007. Business Plan: Kajian BisnisAgroindustri Studi Kasus Usaha Kecil Menengah Nanas. LIPI Press.Jakarta.
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
74
Suratman. 2001. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik dan Prosedur. Yayasan OborIndonesia. Jakarta.
Umar, Husein. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.
Whistler, R.C., E.F. Paschail, I. N. Bemiller, and H. I. Robert. 1984. Starch,Chemistry and Technology VOl.11. Academic Press. New York.
Widiastuti. 2012. Sukses Agribisnis Minyak Atsiri. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.
Winardi. 1998. Kamus Ekonomi. Unpublished.
Winarno ,F.G. 2004. Kimis Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Fery Perdian
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang 15 April 1993
Alamat : :Jl. Mesjid Nurul Fajri RT 002/03 No.8,
Kelurahan Pondok Jaya Kecamatan Pondok
Aren, Tangerang Selatan
E-Mail : [email protected]
No. Telp : 0856-9446-0005
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN
1999-2005 : SDN Podok Aren 04
2005-2008 : SMPN 2 Pondok Aren
2008-2011 : SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
2011-2017 : Strata 1 Jurusan Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2006-2007 :Pengurus Ekstra Kurikuler Sepak Bola
SMPN 2 Podok Aren
2009-2010 :Anggota Ekstra Kurikuler Fusal SMAN 4
Kota Tangerang Selatan
2013-2014 :Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan
Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2016-2018 :Anggota Karang Taruna Kelurahan Pondok
Jaya
2017-2018 :Pengurus Persatuan Sepak Bola Jaya Remaja
Pondok Jaya
72
Lampiran 1. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Pengolahan Tepung TapiokaCV.Wangun Mandiri
No Item Komponen biaya Jumlah/blnHarga Satuan
(Rp)Total/tahun
(Rp)
1 Biaya Variabel Bahan Baku 162.500 Kg 800 780.000.000
Biaya Tetap
Gaji manager 1 Orang 4.480.000 53.760.000
Tenaga kerja tetap 3 Oang 2.100.000 75.600.000
Upah buruh 8 Oang 1.300.000 124.800.000
Biaya Listrik 1 LS 1.000.000 12.000.000
2 BBM solar 520 L 4.500 28.080.000
Telphone 1 Unit 500.000 6.000.000
Karung 1.300 Karung 2.000 31.200.000
Benang 3,75 Rol 13.000 585.000
TransportMaintenance lain-lain
- 13.000.000 156.000.000
Lampiran 2. Rincian Biaya Investasi Pengolahan Tepung Tapioka diCV.Wangun Mandiri
No Nama Barang JumlahHargaSatuan
(Rp)Total (Rp)
UmurEkonomis(Tahun)
Nilai Sisa(Rp)
Penyusutan(Rp)
1 Pabrik 1 588.000.000 588.000.000 20 58.800.000 26.460.0002 Mobil 1 200.000.000 200.000.000 10 20.000.000 18.000.0003 Mesin Pengupas 1 7.500.000 7.500.000 5 750.000 1.350.0004 Bak Pencuci 1 7.500.000 7.500.000 10 750.000 675.0005 Bak Pembilasan 1 5.000.000 5.000.000 10 500.000 450.0006 Mesin Parut 1 15.000.000 15.000.000 5 1.500.000 2.700.0007 Vibroting 2 7.500.000 15.000.000 5 1.500.000 2.700.0008 Mesin Perasan 1 22.500.000 22.500.000 5 2.250.000 4.050.0009 Conveyor 2 17.500.000 35.000.000 5 3.500.000 6.300.00010 Mesin Pengurai 1 5.000.000 5.000.000 5 500.000 900.00011 Pompa Air 2 pk 1 2.500.000 2.500.000 5 250.000 450.00012 Instalasi Air 1 5.000.000 5.000.000 10 500.000 450.00013 Oven Pengering 2 200.000.000 400.000.000 10 40.000.000 36.000.00014 Genset 50 kva 1 50.000.000 50.000.000 5 5.000.000 9.000.00015 Mesin jahit 1 2.000.000 2.000.000 5 200.000 360.00016 Mesin penampung 1 7.500.000 7.500.000 5 750.000 1.350.00017 Alat Timbangan 2 3.000.000 6.000.000 5 600.000 1.080.00018 Meja 4 400.000 1.600.000 5 160.000 288.00019 Kursi 4 200.000 800.000 5 80.000 144.00020 Komputer 1 4.000.000 4.000.000 5 400.000 720.00021 Printer 1 500.000 500.000 5 50.000 90.00022 Telpon 1 200.000 200.000 5 20.000 36.00023 Kipas Angin 2 250.000 500.000 5 50.000 90.00024 Sofa 1 2.000.000 2.000.000 5 200.000 360.000
Total Biaya 1.396.600.000 139.660.000 114.003.000
73
Lampiran 3. Total Biaya Usaha Pengolahan Tepung Tapioka CV.WangunMandiri
Biaya Tetap Rp. 488.025.000Biaya Variabel Rp. 1.560.000.000Total Biaya Usaha Rp. 2.048.000.000
Lampiran 4. Total pendapatan per tahun Usaha Pengolahan TepungTapioka CV.Wangun Mandiri
Jumlah Penerimaan Rp. 2.340.000.000Total Biaya Usaha Rp. 2.048.025.000Pendapatan / Tahun Rp. 291. 975.000
74
Lampiran 5. IRR (Internal Rate of Return)
No. Cash Flow (Rp) Discount Factor 12% Present Value (Rp)1 438.000.000 0,893 391.134.0002 447.000.000 0,797 356.259.0003 469.000.000 0,712 333.928.0004 480.000.000 0,636 305.280.0005 493.000.000 0,567 279.531.000
Total PV 1.666.132.000Biaya Investasi 1.390.600.000
NPV 275.532.000
No. Cash Flow (Rp) Discount Factor 20% Present Value (Rp)1 438.000.000 0,833 364.854.0002 447.000.000 0,694 310.218.0003 469.000.000 0,578 271.082.0004 480.000.000 0,482 231.360.0005 493.000.000 0,401 197.693.000
Total PV 1.375.207.000Biaya Investasi 1.390.600.000
NPV -15.393.000
IRR = i1 ( 2 − 1)Keterangan = NPV1 = nilai NPV Positif
NPV2 = nilai NPV Negatif
i1 = DF Positif
I2 = DF Negatif
IRR = 12 . .. . ( . . ) (20 − 12)IRR = 19,57
75
Lampiran 6. Discount Factor Table NPV dan IRR
Discount FactorPeriod 10% 11% 12% 13% 14% 15%
1 0.9091
0.9009
0.8929
0.8850
0.8772
0.86962 0.826
40.8116
0.7972
0.7831
0.7695
0.75613 0.751
30.7312
0.7118
0.6931
0.6750
0.65754 0.683
00.6587
0.6355
0.6133
0.5921
0.57185 0.620
90.5935
0.5674
0.5428
0.5194
0.4972
Period 16% 17% 18% 19% 20%1 0.862
10.8547
0.8475
0.8403
0.83332 0.743
20.7305
0.7182
0.7062
0.69443 0.640
70.6244
0.6086
0.5934
0.57874 0.552
30.5337
0.5158
0.4987
0.48235 0.476
10.4561
0.4371
0.4190
0.4019
76
Lampiran 7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tepung Tapioka
1 Investasi Awal (Rp) 1.390.600.0002 Biaya Tetap (Rp) 488.025.0003 Biaya Variabel (Rp) 1.560.000.0004 Total Biaya Usaha (Rp) 2.048.025.0005 Harga Tepung Tapioka / kg (Rp) 3.0006 Penerimaan (Rp) 2.340.000.0007 Pendapatan (Rp) 291.975.0008 BEP Produksi (Rp) 682.6759 BEP Harga (Rp) 2.62510 ROI 0,20911 R/C Ratio 1,14212 Payback Periode (Tahun) 4,7613 NPV (Rp) 275.532.00014 IRR 19,57 %
77
Lampiran 8. Data Pertanyaan
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIALUSAHA TEPUNG TAPIOKA PADA CV WANGUN MANDIRI BOGOR
Gambaran Umum Perusahaan
1. Bagaimana sejarah perusahaan dan perkembangan perusahaan?2. Dimana lokasi perusahann?3. Bagaimana kondisi dan lokasi perusahaan?4. Berapa luas perusahaan?5. Apa visi dan misi perusahaan?6. Bagaimana organisasi perusahaan?7. Berapa jumlah karyawan yang bekerja ?8. Berapa biaya inestasi yang dibutuhkan untuk membuka usaha tepung
tapioka ini?9. Bagaimana cara mengembangkan usaha ini?10. Berapa produksi yang dihasilkan dalam sehari?11. Apakah perusahaan memiliki usaha lain?
Hasil dan pembahasanA. Aspek Pasar
1. Apa saja bauran pemasaran yang ada diperusahaan?2. Apa produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan? Apakah ada
yang lain?3. Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan?4. Berapa harga jual yang ditetapkan perusahaan?5. Bagaimana strategi penjualan produk tersebut?6. Apakah perusahaan memilik suplier?7. Bagaimanakah rantai distribusi perusahaan?8. Bagaimana cara memperoleh produk tersebut?9. Apakah konsumen datang langsung atau dikirimkan?
B. Aspek Teknis1. Bagaimana lokasi dan kondisi perusahaan?2. Apa bahan baku yang dari produk yang dihasilkan?3. Berapa kebutuhan bahan baku perhari?4. Darimanakah asal bahan baku tersebut?5. Berapakah harga bahan baku tersebut?
78
C. Aspek Manajemen1. Bagaimana sistem ketenagakerjaan pada perusahaan?2. Berapa jumlah karyawan pada perusahaan?3. Berasal dari mana karyawan pada perusahaan?4. Apa tingkat pendidikan para karyawan pada perusahaan?5. Berapa waktu bekerja dalam sehari?6. Apakah perusahaan membutuhkan tambahan tenaga kerja dalam
waktu tertentu?7. Bagaimana sistem gaji karyawan?8. Berapa Gaji yang diterima karyawan?
D. Aspek Hukum1. Bagaimana cara mendapatkan izin untuk mendirikan perusahaan?
E. Aspek Ekonomi dan Sosial1. Bagaimana dampak perusahaan bagi masyarakat?2. Apakah perusahaan bekerjasama dengan masyarakat sekitar?
F. Apek Lingkungan1. Limbah apa yang dihasilkan perusahaan?2. Bagaimana cara penanganan limbah yang terdapat pada
perusahaan?
G. Aspek keuangan1. Berapakah Modal investasi yang digunakan untuk membangun
perusahaan?
Item NamaBarang
Unit Harga Total
Bangunan Pabrik
Transportasi Mobil
Mesin
MesinPengupas
Mesin Parut
Vibroting
Mesin Perasan
Conveyor
79
Mesin Pengurai
Pompa Air 2 pk
Instalasi Air
OvenPengering
Genset 50 kva
Mesin jahitKarung
Mesinpenempung
Peralatan
Bak Pencuci
BakPembilasan
AlatTimbangan
Meja
Kursi
Komputer
Printer
Telpon
Kipas Angin
Sofa
Total Biaya Investasi
80
No. Komponen BiayaVariabel
HargaSatuan (Rp)
Kebutuhan/Bulan
Jumlah Biaya/Tahun
1 Bahan Baku
2 Upah Kerja
3 Biaya Listrik
4 BBM solar/LPG
5 Telphon
6 Karung
7Transportmaintenance lain-lain
Total Biaya Variabel
2. Berapakah Biaya tetap yang dikeluarkan
No Komponen BiayaJumlah(Unit)
HargaSatuan
TotalBiaya
1 Mesin Pengupas
2 Bak Pencuci
3 Bak Pembilasan
4 Mesin Parut
5 Vibroting
6 Mesin Perasan
7 Conveyor
8 Mesin Pengurai
9 Pompa Air 2 pk
10 Instalasi Air
11 Oven Pengering
12 Genset 50 kva
13Mesin jahitKarung
14 Mesin penempung
16 Alat Timbangan
Total Biaya Tetap
81
Lampiran 9. Dokumentasi
Dokumentasi 1. Produksi Tepung Tapioka Dokumentasi 2. Penggilingan
Dokumentasi 2. Penyimpanan GudangDokumentasi 3. Produksi Tepung Tapioka
Dokumentasi 3. Raw Material setelah penggilingan
82
Dokumentasi 5.
Dokumentasi 4. Penyimpanan di Gudang
Dokumentasi 6 Wawancara dengan Pemilik Usaha