analisis nilai moral pada novel ayah karya andrea …
TRANSCRIPT
ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL AYAH
KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO
PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Arif Setiawan
NIM 122110052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Arif Setiawan;
NIM : 122110052;
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unversitas Muhammadiyah Purworejo;
Judul Skripsi : Analisis Nilai Moral
pada Novel Ayah karya Andrea Hirata
dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas XI;
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan plagiat dari orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya
bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, 4 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
Arif Setiawan
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah
sebaik-baik pemberi tempat. (Q.S. Al-Mu’minuun:29)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak Suparno dan Ibu Siti Mahmudah
selaku orang tua tercinta, lembah doa restu
untuk meraih ridaNya untukku.
2. Kakakku: Murni Fidyaningsih, Endah
Hidayati, Muhridin dan Rakhmat Irfangi
yang selalu dan senantiasa mendukung dan
memberikan motivasi.
3. Keluarga besar ponpes putra dan putri
Ma’hadil ‘Ulumis Syar’iyyah Purworejo,
teman-teman FKIP PBSI angkatan 2012,
terutama PBSI kelas B 2012, terkhusus:
sahabat anak saleh: Achmad Musyafa’,
Hendri Rifa’i, Fajar Andono, dan Ardian
Wiwid Saputra.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Kesabaran dan
perjuangan yang telah penulis lalui merupakan tahap yang harus ditempuh untuk
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat tersebut merupakan
pemberian Allah dengan tujuan memajukan dunia pendidikan yang penulis tuangkan
dalam skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Moral Pada Novel Ayah Karya Andrea
Hirata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas XI” guna memenuhi salah satu
syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo dan salah satu wasilah untuk
mendapatkan beribu berkah Allah Swt. baik dunia maupun akhirat.
Penulis menyadari tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, skripsi ini
tidak akan dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan
kesempatan belajar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas
Muhammadiyah Purworejo;
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;
vii
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Drs. H. Bagiya,
M.Hum. sekaligus sebagai dosen pembimbing I dan Nurul Setyorini, M.Pd.
selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan motivasi, arahan,
bimbingan, dan bantuan dengan penuh kesabaran, ketulusan dan kesungguhan
kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan;
4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat baik bagi penulis;
5. Keluarga, teman, sahabat dan semua pihak yang telah membantu serta
memberikan semangat kepada penulis.
Mudah-mudahan segala amal baik dari berbagai pihak tersebut memperoleh
balasan yang selayaknya dari Allah Swt. Amin. Dengan segala keterbatasan dan
kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Besar harapan
penulis, skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pendidikan pada
umumnya dan pembaca yang budiman pada khususnya.
Purworejo, 4 Agustus 2016
Penulis,
Arif Setiawan
viii
ABSTRAK
Setiawan, Arif. “Analisis Nilai Moral pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan
Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas XI”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik novel
Ayah karya Andrea Hirata; (2) nilai moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata; (3)
skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai moral pada novel Ayah karya Andrea
Hirata di SMA Kelas XI.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif. Fokus penelitian ini
adalah nilai moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata dan skenario
pembelajarannya di SMA kelas XI. Sumber data penelitian ini novel Ayah karya
Andrea Hirata. Teknik validasi yang dilakukan dengan menggunakan teknik
triangulasi sumber. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan
teknik catat. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi. Teknik penyajian
data dilakukan dengan menggunakan teknik informal.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik novel Ayah
terdiri dari (a) tema: cinta kasih; (b) tokoh utama: Sabari; (c) tokoh-tokoh; Marlena,
Ukun, Tamat, Zorro, Ibu Norma, Zuraida, Markoni, Jon Pijareli, Manikam, Niel,
Larissa, Toharun dan Juru Antar; (d) latar tempat: rumah Sabari, SMA, MPB, stasiun
radio, pabrik batako, taman balai kota, pasar ikan dan pelabuhan; (e) latar waktu:
pagi, siang, sore dan malam hari; (f) latar sosial: kehidupan menengah ke bawah,
berjiwa sosial tinggi di Kampung Belantik; (g) alur: alur campuran; (h) amanat: selalu
bertawakal kepada Tuhan, selalu berperasangka baik terhadap semua keadaan hidup
yang telah digariskan Tuhan dan jangan mudah berputus asa dan harus selalu
berusaha; (2) nilai-nilai moral: (a) hubungan manusia dengan Tuhan: tawakkal; (b)
hubungan manusia dengan manusia: tolong-menolong, persahabatan, penyayang,
pemberi motivasi, berbudi pekerti baik, dan pemberi nasihat; (c) hubungan manusia
dengan dirinya sendiri: pantang menyerah; (d) hubungan manusia dengan alam
sekitar: memuji keindahan alam; (3) skenario pembelajaran novel Ayah di SMA kelas
XI; kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur intrinsik novel Indonesia; metode yang
digunakan adalah metode kuantum dengan model TANDUR; metode ini memiliki
enam langkah atau fase pokok, yakni tanamkan, alami, namai, demonstrasikan,
ulangi, dan rayakan; langkah-langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup; evaluasi pembelajaran adalah teknik tes tertulis, dengan
bentuk instrumen soal uraian dan tugas proyek.
Kata kunci: Nilai moral, novel, skenario pembelajaran, SMA.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ ii
PENGESAHAN ..................................................................................... iii
PERNYATAAN ..................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v
PRAKATA ............................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Penegasan Istilah ................................................................... 8
C. Identifikasi Masalah ............................................................. 9
D. Batasan Masalah ................................................................... 9
E. Rumusan Masalah ................................................................. 10
F. Tujuan Penelitian .................................................................. 10
G. Manfaat Penelitian ............................................................... 10
H. Sistematika Skripsi ................................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ........... 13
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 13
B. Kajian Teoretis ..................................................................... 15
1. Struktur Karya Sastra ..................................................... 15
2. Nilai Pendidikan Moral dalam Karya Sastra .................. 20
3. Aspek-aspek Nilai Moral ............................................... 20
x
4. Pembelajaran Sastra di SMA ......................................... 22
5. Skenario Pemelajaran Sastra .......................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 40
A. Sumber Data ......................................................................... 40
B. Objek Penelitian ................................................................... 40
C. Fokus Penelitian .................................................................... 41
D. Instrumen Pnelitian .............................................................. 42
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 42
F. Teknik Validasi Data ............................................................ 43
G. Teknik Analisis Data ............................................................ 43
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis .......................................... 44
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA........................ 45
A. Penyajian Data ...................................................................... 45
1. Struktur Karya Sastra Novel Ayah Karya Andrea Hirata. 45
2. Nilai Moral yang Terdapat pada Novel Ayah Karya
Andrea Hirata ................................................................. 49
3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah Karya Andrea Hirata. 50
B. Pembahasan Data .................................................................. 56
1. Unsur Intrinsik dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata. 58
2. Nilai Moral yang Terdapat pada Novel Ayah Karya
Andrea Hirata .................................................................. 86
3. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah di SMA. 95
BAB V PENUTUP ................................................................................. 115
A. Simpulan ............................................................................... 115
B. Saran ...................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Unsur intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata ............................ 43
Tabel 2. Nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata .................................. 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, penegasan istilah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan
sistematika skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Dunia sastra membentuk kesatuan yang erat hubungannya dengan
cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya
sastra, pengarang berusaha mengungkapkan suka duka kehidupan masya-
rakat yang mereka rasakan atau mereka alami. Sastra tidak hanya memasuki
ruang dan seluk beluk serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga me-
masuki ruang dan seluk-beluk serta nilai-nilai kehidupan manusia. Sastra
bisa menelusup ke urat-urat nadi kehidupan sosial, budaya, politik, sejarah,
perekonomian, perjuangan hak-hak asasi manusia, hukum, aspirasi rakyat,
moral, dan agama (Rahmanto, 1988: 6).
Menurut Wellek dan Warren yang telah disarikan oleh Budianta
(1989:109), juga dibahas sastra adalah lembaga sosial yang memakai
medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu
sendiri adalah kehidupan sosial sastra sebagai karya fiksi memiliki pema-
haman yang lebih mendalam. Sastra bukan hanya sekadar cerita khayal atau
angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang
dalam menggalih dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.
2
Karya sastra fiksi merupakan karya imajinasi yang menawarkan ber-
bagai permasalahan manusia dan kemanusiaan hidup dan kehidupan. Fiksi
dapat diartikan prosa naratif yang bersifat imajinatif, tetapi juga masuk akal
dan mengandung kebenaran yang mendramatisasi hubungan-hubungan
antarmanusia berdasarkan pengalaman kehidupan manusia yang diseleksi
dan bersifat subjektif. Oleh karena itu, sastra begitu menusuk sampai ke
ranah pembaca secara global.
Karya sastra itu bersifat imajinatif, yaitu bahwa karya sastra terjadi
akibat penanganan dan hasil penanganan tersebut adalah penemuan baru,
kemudian penanganan baru itu diusun ke dalam suatu sistem dengan kekuat-
an imajinatif hingga terciptalah suatu dunia baru yang sebelumnya belum
ada. Berkaitan tentang sifat imajinatif, sastra dihadapkan dengan tiga jenis
(genre), yaitu prosa, puisi, drama, dan novel. Novel mengandung aspek
yang menarik untuk diteliti karena kehidupan yang ditampilkan dalam novel
pada dasarnya merupakan totalitas sikap dan pandangan masyarakat ter-
hadap realitas sosial. Hal ini disebabkan karena novel merupakan gabungan
antara realitas dengan rekaan kreatif dari pengarangnya dalam memotret
dunia nyata. Pembacanya juga dalam memahami novel sering menafsirkan
berdasarkan pengalaman yang mereka hadapi dalam kenyataan realitas
sosial.
Dalam dunia global ini, hasil karya sastra berupa novel sudah semakin
memasyarakat. Kenyataan ini dapat dilihat dari semakin merebaknya novel
di kalangan lapisan masyarakat, akan tetapi realitas dalam masyarakat novel
3
lebih banyak dimanfaatkan sebagai bacaan yang memberikan hiburan,
padahal kehadirannya membawa suatu pesan penulis yang tersirat dan ter-
surat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pesan yang disampaikan
dalam novel berupa realitas kehidupan dalam masyarakat. Kajian mengenai
realitas sosial budaya terutama nilai moral memberikan perhatian yang besar
terhadap fungsi-fungsi karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu.
Timbal baliknya karya sastra harus memberikan masukan, manfaat terhadap
struktur sosial yang menghasilkannya.
Sebagai salah satu genre sastra, novel menampilkan dimensi manusia
dengan berbagai aspek kehidupannya. Novel dapat merefleksikan kenyataan
sekaligus gejalanya yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya pembaca
berusaha mencari petunjuk dan keteladanan melalui karakter tokoh-tokoh
yang memiliki nilai moral yang baik dan nilai moral yang buruk pada novel.
Novel dapat dijadikan sebagai salah satu pendidik yang memberi pelajaran
atau pengajaran kepada beberapa pembacanya.
Pendidikan moral mempunyai peranan yang sangat penting di sekolah,
yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak, serta
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manu-
sia yang beriman dan bertaqwa. Melalui kegiatan membaca karya sastra
peserta didik dapat memperoleh pembinaan moral dan kemanusiaan dalam
kehidupan sehari-harinya. Selain itu, melalui membaca karya sastra peserta
didik dapat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang dihormati oleh manusia
4
dan akan menjaga keutuhan manusia seperti keadilan, keterbukaan, dan
kejujuran.
Karya sastra menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang
kebenaran. Karya sastra pada hakikatnya merupakan penjelmaan angan serta
pengalaman pengarang dengan mengandalkan imajinasinya sebagai suatu
hal yang akan menjadi dasar kekuatan pada karya sastra tersebut. Karya
sastra menjadi sarana untuk menampilkan pesan-pesan kehidupan, misalnya
pesan moral dan religius serta pesan yang lainnya. Oleh karena itu, di dalam
sebuah karya sastra terdapat pesan yang sangat jelas. Pengajaran sastra di
bidang pendidikan bukan hanya bermanfaat dalam menunjang kemampuan
berbahasa siswa, tetapi juga bermanfaat untuk memperkaya pandangan
hidup serta kepribadian siswa. Karya sastra hendaknya merupakan suatu alat
yang dapat memberikan hiburan sekaligus memberikan pendidikan yang
baik. Dengan menikmati dan membaca karya sastra, siswa menjadi manusia
yang ideal yang dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan
masyarakat.
Pembelajaran sastra tidak terlepas dari kegiatan pendidikan, karya
sastra khususnya novel juga mempunyai peran yang sangat besar dalam
pembentukan dan pengembangan karakter anak didik. Kedudukan sastra
dalam kehidupan manusia tidak dapat diragukan lagi karena dengan mem-
berikan pembelajaran sastra dapat membantu siswa dalam memahami dan
mengekspresikan sebuah karya sastra dengan baik.
5
Siswa diarahkan untuk mengenal nilai moral melalui karya sastra yang
dibacanya sehingga tujuannya tidak lain adalah agar para siswa dapat paham
tantang pesan-pesan sastrawan yang terkandung di dalam karya sastra. Jika
dikaitkan dengan pembelajaran sastra Indonesia, novel Ayah karya Andrea
Hirata yang di terbitkan pada tahun 2015 dapat dijadikan sebagai salah satu
objek karena novel ini terdapat unsur-unsur nilai-nilai moral terutama kasih
sayang seorang Ayah kepada anaknya. Ayah masih menggunakan Belitong
sebagai latar cerita utama. Ceritanya tentang tiga sahabat bernama Sabari,
Ukun, dan Tamat. Ketiganya bersekolah di sekolah yang sama. Andrea
membangun kisah dengan menceritakan keseharian keempat sahabat itu dan
latar belakang keluarganya masing-masing.
Novel Ayah berciri khas humor yang hampir mirip dengan karya-
karya Andrea Hirata sebelumnya. Beberapa humor, bahasa dan imajinasi
yang dapat menjadi salah satu daya tarik para pembaca karya-karya Andrea
Hirata. Sabari diceritakan jatuh cinta sejak SMA pada seorang gadis ber-
nama Lena. Walau gadis itu tak pernah memedulikannya, Sabari tak pernah
menyerah. Ia kerap memajang kertas berisi puisinya untuk Lena di majalah
dinding sekolahnya. Sesekali, gadis itu membalas, juga lewat mading.
Singkat cerita, ketika sudah dewasa pun, Sabari tetap tak bisa melupa-
kan Lena. Suatu hari, ia mendengar kabar bahwa Lena hamil di luar nikah.
Saat itu Sabari bekerja di pabrik batako milik Markoni, ayah Lena. Sabari
pun mau saja ketika diminta menikahi Lena, demi menyelamatkan nama
baik Markoni yang kurang akur dengan Lena itu.
6
Anak lelaki yang kemudian lahir dari rahim Lena itu kemudian diberi
nama Zorro oleh Sabari. Pasalnya, bocah itu ketika diberi boneka Zorro tak
mau melepasnya. Sabari sangat menyayangi Zorro. Dia ingin memeluknya
sepanjang waktu, terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah itu dan
seluruh kebaikan yang terpancar darinya. Tiap malam, Sabari susah susah
tidur lantaran membayangkan bermacam rencana yang akan dia laku-
kan bersama anaknya jika besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai
17 Agustus, mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan, meng-
gandengnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan mem-
boncengnya naik sepeda saban sore ke taman kota.
Dia juga Ikhlas ketika Lena bahkan tak mau tinggal bersama mereka.
Beberapa tahun kemudian Lena malah minta cerai dan menikah lagi hingga
tiga kali, bahkan akhirnya mengambil Zorro dari Sabari. Pelan-pelan, Sabari
mulai tampak seperti orang gila dalam penampilan dan tingkah laku. Dua
sahabatnya, Ukun dan Tamat, lama-lama tak tahan melihat Sabari seperti
itu, sehingga akhirnya mereka memutuskan menjelajahi Sumatra demi
menemukan Lena dan Zorro dan membawa mereka kembali.
Pembelajaran sastra adalah suatu pendidikan yang bertujuan mengem-
bangkan kepekaan terhadap nilai-nilai indrawi, nilai moral, akal, keagama-
an, budaya, nilai sosial baik secara individu atau gabungan dari seluruhnya
sebagaimana tercermin dalam karya sastra. Bentuknya yang sederhana,
pembinaan apresiasi sastra membekali siswa dengan keterampilan men-
dengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Sastra dapat berperan sebagai
7
media pendidikan moral, agama, budaya, dan menggugah perasaan untuk
lebih peka terhadap fenomena kehidupan di sekitarnya.
Dari urain yang telah dipaparkan, ada beberapa hal yang membuat
novel Ayah karya Andrea Hirata menarik untuk diteliti. Antara lain sebagai
brikut:
a. Ketertarikan pada nilai moral yang tampak dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata;
b. Novel Ayah mempunyai nilai sastra yang tinggi karena mampu
memberikan pelajaran pada kehidupan nyata. Novel Ayah karya
Andrea Hirata yang di terbitkan pada tahun 2015 dapat dijadikan
sebagai salah satu objek karena novel ini terdapat unsur-unsur
nilai-nilai moral terutama kasih sayang seorang Ayah kepada
anaknya dan belum ditemukan penelitian nilai moral pada novel;
c. Andrea Hirata adalah seorang penulis yang lahir dan dibesarkan
didaerah asalnya yaitu Bangka Belitong. Andrea merupakan
sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia, dan mendapat bea-
siswa Uni Eropa untuk studi master of science di universite de
Paris, Sorbonne, prancis dan Sheffield Hallam University,
United kingdom;
d. Novel Ayah karya Andrea Hirata relevan diajarkan pada siswa
SMA, dan diharapkan mampu memberikan apresiasi sastra yang
positif.
8
B. Penegasan Istilah
Agar judul skripsi ini mudah dipahami, istilah-istilah yang digunakan,
akan penulis jelaskan sebagai berikut ini.
1. Nilai Moral
Nilai moral adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tingkah
laku dan adat istiadat seseorang individu dari suatu kelompok yang meli-
puti perilaku, tata krama yang menunjang budi pekerti dan nilai susila.
2. Novel
Novel ialah sebuah prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu
panjang, namun juga tidak terlalu pendek.
3. Ayah
Judul novel karya Andrea Hirata diterbitkan oleh Bentang Putaka,
cetakan pertama Mei 2015 dan memiliki 412 halaman.
4. Skenario Pembelajaran
Merupakan rancangan program pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar dan penilaian hasil belajar.
5. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.
6. Kelas XI SMA
Kelas XI SMA adalah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.
9
Berdasarkan penegasan istilah, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
pendidikan moral novel Ayah karya Andrea Hirata dan pembelajarannya di
kelas XI SMA adalah suatu penelitian yang mendeskripsikan nilai-nilai pen-
didikan moral para tokoh dalam novel. tokoh utama yang berhubungan
dengan diri sendiri; nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang
berhubungan dengan orang lain; dan nilai-nilai pendidikan moral tokoh
utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata dan pembelajarannya di kelas XI SMA.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang timbul berkaitan de-
ngan pentingnya nilai moral dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Belum ada satupun ditemukan penelitian nilai moral pada novel Ayah
sebelum penelitian ini.
2. Novel Ayah belum ada yang memilihnya untuk suatu pilihan sumber
pembelajaran di sekolah.
D. Batasan Masalah
Penulis berupaya membatasi masalah yang akan diteliti demi menjaga
agar penelitian ini lebih terarah dan fokus. Dengan pertimbangan tersebut,
penelitian ini dibatasi pada unsur intinsik, nilai moral yang terkandung
dalam novel novel Ayah karya Andrea Hirata dan skenario pembelajarannya
di kelas XI SMA.
10
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini difokuskan pada hal-hal berikut ini.
a) Bagaimana unsur intrisik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
b) Bagaimana nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata?
c) Bagaimana skenario pembelajaran nilai moral novel Ayah karya Andrea
Hirata di kelas XI SMA?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalahnya, tujuan peneitian ini adalah untuk men-
deskripsikan:
1) unsur-unsur intrinsik yang terkandung pada novel Ayah karya
Andrea Hirata;
2) nilai moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata;
3) skenario pembelajaran nilai moral pada novel Ayah karya Andrea
Hirata.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan yang optimal,
menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum.
Adapun manfaat yang diharapkan peneliti ada dua, yaitu dari segi teoretis
dan praktis.
11
1. Dilihat dari segi teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pilihan
bahan ajar. Selain sebagai pilihan bahan ajar, penelitian ini dapat menambah
wawasan pengetahuan dibidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
2. Dilihat dari segi praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
yang dapat digunakan sebagai bahan referensi sederhana bagi peneliti pe-
mula yang akan melakukan suatu penelitian. Misalnya tentang bagaimana
pendekatan penelitian dan metodologinya, kerangka teorinya, sampai
dengan penyusunan laporannya, meningkatkan pentingnya minat baca bagi
para pembaca, menambah pengetahuan tentang nilai moral pada sebuah kar-
ya sastra (novel), memasyarakatkan karya sastra terutama di lingkungan
pendidikan formal.
H. Sistematika Penelitian
Penulisan penelitian ini disusun sesuai dengan format yang telah di-
tetapkan oleh universitas. Berikut ini dipaparkan sistematika penulisan
skripsi ini. Penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yakni bagian awal, bagian
isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal, penulis menyertakan halaman judul,
lembar persetujuan pembimbing, pengesahan penguji, surat pernyataan ke-
autentikan karya, moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan
abstrak.
Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, penegasan istilah,
rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, dan sistematika hasil
12
penelitian. Bab II tinjauan pustaka dan kajian teoretis berisi teori yang di-
jadikan landasan penelitian sebelum melaksanakan penelitian. Dalam teori
ini nantinya akan dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pem-
bahasan data hasil penelitian. Bab III metode penelitian, metode ini berisi
tentang objek penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV berisi penyajian data
dan pembahasan data. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang data
penelitian yang diambil dari novel Ayah karya Andrea Hirata mengenai nilai
moral tokoh utama. Bab V merupakan bab terakhir yang memuat simpulan,
dan saran, bagian terakhir penelitian terdapat lampiran serta daftar pustaka.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka
memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Kajian teoretis memaparkan teori-teori yang dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian ini.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian
terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu
dengan kajian yang akan penulis lakukan. Beberapa kajian tentang moral yang
berbentuk penelitian antara yang dilakukan oleh Hotamah (2015) dan Sugiarti
(2015).
Dalam penelitian, Hotamah (2015), menulis penelitian yang berjudul
“Nilai Moral pada Novel Hafalan Sholat Delisa karya Tere Liye dan skenario
pembelajarannya di SMA. Skripsi Hotamah memiliki tujuan penelitian yang
mendeskripsikan nilai moral pada novel Hafalan Sholat Delisa karya Tere
Liye, mendeskripsikan cara pengarang menyampaikan wujud nilai moral
dalam karya sastra, dan mendeskripsikan novel Hafalan Sholat Delisa karya
Tere Liye sebagai bahan pembelajaran di SMA. Persamaan penelitian
Hotamah dengan yang penulis lakukan adalah sama-sama meneliti mengenai
nilai moral pada karya sastra khususnya novel. Perbedaannya adalah subjek
yang diteliti oleh penulis melakukan penelitian dengan novel Hafalan Sholat
14
Delisa karya Tere Liye, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah menggunakan novel Ayah karya Andrea Hirata. Penelitian yang dilaku-
kan penulis yaitu menganalisis : (1) nilai moral yang berhubungan antara
manusia dengan Tuhannya, (2) nilai moral yang berhubungan manusia dengan
dirinya sendiri, (3) nilai moral yang berhubungan manusia dan manusia, dan
(4) hubungan manusia dengan alam sekitar. Berdasarkan uraian di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa penelitan yang ditulis oleh Hotamah (2015),
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Selain Hotamah, juga dibahas penelitian, Sugiarti (2015), menulis skripsi
yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Tahajud Cinta di Kota New York
karya Arumi Ekowati sebagai bahan pembelajarannya di Kelas XI SMA.”
Permasalahan pokok yang dibahas dalam skripsi ini meliputi pendeskripsian
nilai-nilai moral dalam novel dan pembelajarannya di SMA. Penelitian yang
dilakukan oleh Sugiarti memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Persamaan keduanya membahas nilai moral
novel, mendeskripsikan unsur-unsur instrinsik pada novel yang meliputi tema,
tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Perbedaannya terdapat pada subjek
penelitian, penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan novel Ayah
karya Andrea Hirata, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti
mengambil subjek novel Tahajud Cinta di Kota New York karya Arumi
Ekowati. Penulis menggunakan metode pembelajaran kuantum. Metode ini
memiliki enam langkah atau fase pokok, yakni tanamkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi, dan rayakan yang sering disebut dengan model
15
TANDUR. Sedangkan Sugiarti menggunakan model pembelajaran group
investigation.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian mengenai
nilai moral yang dilakukan Hotamah dan Sugiarti memiliki perbedaan dan
persamaan dengan yang dilakukan penulis. Pada penelitian ini penulis hanya
mengkaji mengenai hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, hubungan
manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain, dan
hubungan manusia dengan alam sekitar. Selain itu, penulis menggunakan
metode pembelajaran kuantum. Metode ini memiliki enam langkah atau fase
pokok, yakni tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan
yang sering disebut dengan teknik TANDUR.
B. Kajian Teoretis
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat
konsep, difinisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis (Sugiyono,
2011: 54). Kajian teoretis merupakan kerangka teoretis yang memuat
beberapa materi untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas
masalah yang diteliti. Teori yang dibahas dalam penelitian ini mencakup
unsur intrinsik, nilai moral dalam karya sastra, pembelajaran sastra di SMA,
dan skenario pembelajaran sastra.
1. Struktur Karya Sastra
Pada struktur karya sastra dalam penelitian ini dibahas mengenai
tema, tokoh dan penokohan, alur, dan latar. Abrams menyatakan bahwa
struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan
16
gambaran semua bagian yang menjadi komponennya secara bersama
membentuk kebulatan yang indah (Nurgiyantoro, 2010: 36).
Dapat diketahui bahwa ada beberapa unsur-unsur struktur karya
sastra. Unsur-unsur karya sastra, meliputi: tema, tokoh dan penokohan,
alur, latar.
a) Tema
Tema adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi (Waluyo, 2011:
7). Tema merupakan keseluruhan yang didukung cerita, dengan
sendirinya ia ”tersembunyi” dibalik cerita yang mendukungnya
(Nurgiyantoro, 2010: 68).
Tema pada hakikatnya merupakan makna yang terkandung
dalam cerita. Makna cerita dalam sebuah karya fiksi, mungkin saja
lebih dari satu. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya kita
untuk menemukan tema pokok cerita. Makna pokok cerita tersirat
dalam sebagian besar, untuk tidak dikatakan dalam keseluruhan,
cerita.
Dari beberapa uraian di atas, tema adalah gagasan pokok atau
ide pokok suatu karya sastra yang ingin disampaikan oleh penulis.
Tema merupakan unsur terpenting yang terkandung dalam karya
sastra.
b) Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur terpenting
dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk orangnya atau
17
pelaku cerita (Ginanjar 2012:15). Istilah penokohan untuk melukiskan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Abrams mengatakan bahwa tokoh cerita adalah orang-
orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang
oleh pembaca ditafsirkn memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan
dalam tindakan, berdasarkan peranannya dibedakan menjadi dua,
yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2010: 165).
Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan di-
munculkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian
cerita, dan sebaliknya ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau
beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi pen-
ceritaan yang relatif pendek adalah tokoh tambahan (Nurgiyantoro,
2010: 176). Tokoh sebagai pelaku pada sebuah cerita sangat berkaitan
dengan jalannya cerita, tanpa adanya tokoh itu, cerita tidak akan
berkembang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh
adalah pelaku yang terdapat dalam karya sastra, sedangkan penokoh-
an adalah karakter atau sifat yang dimiliki oleh pelaku dalam karya
sastra. Tokoh dan penokohan dalam suatu karya sastra merupakan
unsur yang sangat penting.
18
c) Alur atau Plot
Menurut waluyo (2011:9), alur atau plot sering juga disebut
kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu
yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemung-
kinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang.
Stanton menyatakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang
berisi urutan kejadian, tetapi setiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebab-
kan terjadinya peristiwa lain (Nurgiyantoro, 2010: 113).
Kenny mengemukakan plot atau alur sebagai peristiwa-
peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat seder-
hana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasar-
kan kaitan sebab akibat (Nurgiyantoro, 2010: 113).
Berdasarkan kriteria urutan waktunya, ada tiga macam plot atau
alur, yaitu:
1. plot maju atau progresif;
Plot sebuah novel dikataka progesif jika peristiwa-peristiwa
yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang
pertama diikuti oleh penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa yang
kemudian atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal,
tengah, dan akhir;
19
2. plot sorot balik;
Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang
berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari
tahap awal cerita secara logika, melainkan mungkin dari tahapan
tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian awal cerita
dikisahkan.
3. plot campuran;
Peristiwa gabungan dari plot progresif dan plot sorot balik.
Dapat disimpulkan bahwa alur atau plot merupakan rangkaian
cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk
oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.
d) Latar
Latar dalam cerita adalah lingkungan tempat peristiwa (Baribin,
1985: 63). Latar berkaitan dengan dimana, kapan, dan suasana
peristiwa itu berlangsung. Menurut Abrams, latar disebut juga landas
tumpu, menyaran pada pengertian tempat hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan
(Nurgiyantoro, 2010: 216).
Latar merupakan penggambaran lokasi, tempat atau waktu ter-
jadinya suatu peristiwa pada novel. Latar dianggap penting karena
latar merupakan salah satu penanda daya tarik para pembaca.
20
e) Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penulis
kepada pembaca. Setiap penyair bermaksud ikut meningkatkan
martabat manusia dan kemanusiaan. Amanat memang tidak ditulis
langsung, tetapi tersirat dibalik makna-makna karya yang ditulisnya
(Waluyo, 2010: 155).
2. Nilai Moral dalam Karya Sastra
Nilai moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung
dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Pesan moral
sastra lebih memberat pada kodrati manusia yang hakiki, bukan pada
aturan yang dibuat, ditentukan, dan dihakimi manusia (Nurgiyantoro,
2010: 321).
Dapat disimpulkan bahwa karya sastra (novel) menjadi penga-
ruh yang cukup besar bagi seseorang. Karya sastra (novel) semua
mengandung nilai moral, karena pendidikan moral itu suatu peristiwa
antarpribadi.
3. Aspek-Aspek Nilai Moral
Jenis moral dalam karya sastra sangat bervariasi dan tidak
terbatas jumlahnya, baik persoalan hidup maupun persoalan yang me-
nyangkut harkat dan martabat manusia dan dapat diangkat sebagai
ajaran moral dalam karya sastra. Secara garis besar, wujud pesan
moral dalam karya sastra dibagi menjadi (1) hubungan manusia
21
dengan dirinya sendiri; (2) hubungan manusia dengan manusia lain;
(3) hubungan manusia dengan lingkungan alam dan (4) hubungan
manusia dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2012: 323).
Persoalan hidup manusia dengan dirinya sendiri, merupakan
kondisi jiwa manusia itu sendiri. Tingkat masalahnya pun bermacam-
macam jenis intensitasnya. Masalah-masalah yang hubungannya
dengan sesama manusia itu antara lain dapat berwujud persahabatan,
kekeluargaan dan yang lainnya. Hubungan tersebut merupakan kegiat-
an yang berada pada lingkungan sosial masyarakat. Manusia hidup di
dunia ini menempati alam. Itulah sebabynya manusia tidak dapat
dilepaskan dari alam. Setelah manusia dapat melksanakan kegiatan
hidup, maka sudah semestinya manusia bersyukur kepada Tuhan.
Seseorang yang beragama adalah orang yang mencoba memahami dan
menghayati hidup lebih dari sekedar lahiriyah saja, tetapi juga
mementingkan kebutuhan rohaniyahnya (Nurgiyantoro, 2012: 327).
Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa menemukan moral yang terdapat dalam karya
sastra bukanlah hal yang mudah, karena untuk memahami harusnya
diperlukan analisis terhadap karya sastra. Analisis diperlukan untuk
menemukan nilai-nilai moral yang terdapat pada karya sastra.
22
4. Pembelajaran Sastra di SMA
a. Pembelajaran Sastra
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran
(Hamalik, 2011: 57). Pembelajaran sastra di SMA merupakan
penyajian karya situasi belajar di kelas yang bertujuan untuk mena-
nam sikap positif terhadap hasil karya dalam wujud pemahaman
transformasi dari tekstual ke faktual.
Kehadiran novel sebagai salah satu sastra sangat dimungkin-
kan untuk diajarkan di sekolah (SMA). Salah satu novel sebagai
bahan pembelajaran sastra adalah mudahnya karya sastra tersebut
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa masing-masing dalam
memahami cerita secara perorangan. Oleh karena itu, guru diharap-
kan mampu menyajikan pembelajaran novel dengan strategi kerja
kelompok dengan baik.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra merupakan
suatu aktivitas atau kegiatan mengorganisasi. Dengan tujuan untuk
menyusun dan menguji suatu rencana atau program yang me-
mungkinkan proses belajar pada diri siswa.
b. Metode Pembelajaran Sastra
Untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra, dalam pe-
laksanaan pembelajaran sastra, guru disarankan menggunakan cara
23
atau metode yang sesuai dengan tujuan, bahan, keadaan murid, dan
suasana kelas. Metode pembelajaran hendaknya sesuai dengan
silabus yang telah ditentukan sesuai kurikulum KTSP. Standar
kompetensi yang ditentukan, yaitu memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia/terjemahan pada pembelajaran membaca.
Guru hendaknya selalu memberikan variasi dalam menyam-
paikan materi pembelajaran (Rahmanto, 1988: 43). Variasi dalam
menyampaikan materi pembelajaran dimaksudkan agar siswa tidak
jenuh dan selalu siap menanggapi berbagai rangsangan.
c. Fungsi Pembelajaran Sastra
Jika dapat ditunjukkan bahwa sastra mempunyai relevansi
dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pembelajaran sastra
harus dipandang sebagai sesuatu yang penting (Rahmanto, 1988:
15). Dan jika pembelajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat
maka pembelajaran sastra dapat memberikan sumbang-an yang
besar untuk mencegah masalah-masalah nyata yang cukup sulit
untuk dipecahkan di dalam masyarakat. Pembelajaran novel
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diawali dengan
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
d. Model Pembelajaran
Berdasarkan konsep pembelajaran kuantum, Sukirno (2010: 13)
mengungkapkan prinsip-prinsip pembelajaran kuantum sebagai
berikut.
24
“Asas utamanya adalah bersandar pada konsep bawalah dunia
mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.
Berdasarkan asas utama tersebut, ada lima prinsip yang mem-
pengaruhi pembelajaran kuantum, yaitu (a) segalanya berbicara, (b)
segalanya bertujuan, (c) pengalaman sebelum pemberian nama, (d)
akui setiap usaha, dan (e) jika layak diakui, layak pula dirayakan.”
Lebih lanjut, Sukirno (2010: 12) mengemukakan bahwa pem-
belajaran kuantum melalui bebarapa tahap yang dikenal dengan istilah
TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Berikut ini dijelaskan keenam
tahap tersebut.
Tahap pertama, “tumbuhkan”, berisi motivasi dan apersepsi.
Tahap selanjutnya, “alami”, berisi pemberian contoh nyata. Tahap
“namai” berisi kegiatan memberi istilah atau menandai suatu ciri-ciri
tertentu yang khusus dan penting. Tahap “demonstrasikan” berisi
kegiatan berkarya. Tahap “ulangi” berisi kegiatan mengulangi kembali
materi yang telah dipelajari. Tahap terakhir, yakni “rayakan”, berisi
penghargaan dan pujian terhadap pencapaian siswa.
Dalam pembelajaran sastra pada novel, menumbuhkan
pemahaman dapat menjelaskan pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur pem-
bangun, cara mengembangkan karakter, dan cara mengembangkan
unsur-unsur cerita lainnya. Menumbuhkan minat dilakukan dengan
25
cara menjelaskan nilai moral pada novel. Pada tahap ini, guru
berperan sebagai nara sumber dan motivator.
Alami sebagai langkah kedua adalah siswa mengalami secara
langsung melalui aktivitas menentukan nilai moral pada novel yang
dipelajari. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator.
Namai sebagai langkah ketiga adalah siswa menamai hasil
identifikasi unsur-unsur pembangun atau ciri-ciri, dan cara mengem-
bangkan unsur pembangun novel yang dikaji. Siswa melakukan
aktivitas diskusi kelompok untuk memantapkan hasil penjelajahan
awal saat membaca novel. Pada tahap ini, guru berperan sebagai
evaluator dan motivator.
Demonstrasi sebagai langkah keempat adalah siswa praktik
mencari nilai moral novel. Siswa mencari unsur instrinsik dan nilai
moral novel berdasarkan wawasan dan pemahaman tentang novel yang
telah dikaji oleh siswa, baik secara pribadi, maupun dalam diskusi
kelompok. Pada langkah ini, guru memberikan beberapa petunjuk
untuk membantu siswa agar tidak takut salah dalam mecari nilai moral.
Ulangi sebagai langkah kelima adalah aktivitas siswa untuk
mengulangi dan menyempurnakan hasil kerja mencari nilai moral
berdasarkan masukan dari teman kelompok dan saran serta catatan dari
guru. Pada tahap ini, guru berperan sebagai motivator.
26
Rayakan sebagai langkah keenam adalah merayakan hasil kerja
siswa secara keseluruhan dengan cara melalui kegiatan lomba atau
publikasi. Lomba dapat berupa lomba antarkelompok atau tiap
kelompok. Kegitan ini dilaksanakan oleh siswa bersama guru. Yang
menilai juga sesama siswa dan guru. Pada tahap ini guru berperan
sebagai evaluator.
Jadi, metode kuantum dalam pembelajaran sastra khususnya
novel terlaksana dengan langkah TANDUR yang merupakan enam
langkah pokok pembelajaran yang memuat aktivitas menumbuhkan
pemahaman dan minat siswa, mengalami secara langsung melalui
kegiatan menamai hasil kerja berdasarkan masukan teman kelompok
dan saran serta catatan dari guru, dan merayakan hasil kerja daIam
bentuk lomba.
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan pengajar
untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali
pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja peserta belajar
dan lain-lain. Dalam proses belajar mengajar, guru dapat menggunakan
metode berikut ini.
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penerangan atau penuturan
informasi secara lisan oleh guru kepada siswa. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan: a) tujuan pembicara harus dirumuskan dengan
27
jelas; b) bahan atau materi harus jelas; c) guru harus dapat menarik
perhatian siswa.
2) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian bahan
pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
aktif dengan teman-temanya dengan cara mengumpulkan pen-
dapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan masalah.
3) Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar
dimana guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari
sesuatu kepada murid, kemudian murid melaporkan hasilnya.
Pemberian tugas antara lain.
a) Carilah nilai moral pada novel!
b) Buatlah sinopsis novel!
c) Berdiskusilah dengan teman-teman mengenai nilai moral
novel!
e. Metode Pembelajaran
Pembelajaran sastra mengutamakan apresiasi karya sastra
sebagai kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus me-
milih metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang
disajikan. Proses belajar mengajar sastra, guru menggunakan
metode ceramah, diskusi, dan pemberian tugas.
28
f. Tujuan Pembelajaran Sastra
Kurikulum KTSP pada dasarnya memiliki dua sasaran.
Pertama, siswa dituntut untuk menulis karangan fiksi dan nonfiksi
dengan menggunakan kosakata yang bervariasi dan efektif untuk
menimbulkan efek dan hasil tertentu. Kedua, pengajaran-
pengajaran sastra bertujuan memberikan kompetensi kepada siswa
untuk mengapresiasi sastra melalui kegiatan mendengarkan, me-
nonton, membaca, dan melisankan hasil sastra berupa puisi, cer-
pen, novel, drama. Selain itu, siswa mampu memahami dan meng-
gunakan pengertian teknis kesusastraan dan sejarah sastra untuk
menjelaskan, meresensi, menialai, dan menganalisis hasil sastra,
memerankan drama, menulis karya cipta sastra berupa puisi, novel.
Tujuan pembelajaran sastra adalah untuk keterampilan
bahasa, peningkatan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa,
serta menjunjung pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
Tujuan pembelajaran sastra yang ingin dicapai sesuai dengan
silabus adalah (1) melatih siswa memahami tentang realitas sosial
budaya yang ada dalam novel, (2) mampu menyebutkan unsur-
unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel, (3) mampu menemu-
kan dan menjelaskan realitas sosial budaya dalam novel.
Tujuan pembelajaran sastra yang diungkapkan di atas adalah
tujuan pembelajaran secara umum. Tujuan pembelajaran sastra
yang bersifat operasional dalam KTSP.
29
Standar kompetensi adalah batas arah kemampuan yang
harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh subjek didik sekolah
setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu (Endraswara, 2006:
19). Standar kompetensi berguna untuk memandu guru atau
pengembang silabus dalam merancang kompetensi dasar (Sukirno,
2009: 104).
Kompetensi dasar adalah kemampuan hasil belajar yang
harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pem-
belajaran materi pokok mata pelajaran tertentu yang berguna untuk
meningkatkan target kompetensi yang harus dicapai siswa
(Sukirno, 2009: 104). Kompetensi dasar menyatakan tingkah laku
yang harus diperhatikan oleh siswa pada akhir kegiatan
pembelajaran.
Setelah kompetensi dasar diketahui, guru merumuskan
indikator pencapaian. Indikator merupakan subtujuan pembelajaran
(rincian kompetensi dasar yang penting untuk mencapai
kompetensi dasar).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menggunakan kompe-
tensi dasar (kemampuan dasar) dan indikator sebagai tujuan
pembelajaran yang umum dan khusus. Berikut ini disajikan data
mengenai Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan
Indikator sesuai dengan Silabus mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Pada kelas XI SMA.
30
1. Standar Kompetensi
Dalam silabus pembelajaran sastra di SMA tercantum standar
kompetensi memahami novel Indonesia.
2. Kompetensi dasar
Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik novel Indonesia
3. Indikator
Indikator pembelajaran sastra yang dicapai adalah:
(a) menyebutkan unsur intrinsik novel;
(b) menganalisis langkah-langkah nilai pendidikan novel;
(c) menjelaskan tentang nilai moral novel.
g. Bahan Pembelajaran Sastra
Bahan pembelajaran adalah bahan mengajar bagi guru.
Bahan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa harus sesuai
dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran
tertentu. Guru harus dapat memilih bahan yang tepat dengan ting-
kat perkembangan siswa.
Tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin
memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 2). Tiga aspek
itu meliputi:
1. bahasa
Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan
oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain
seperti cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya
31
sastra pada waktu penulisan karya sastra, dan kelompok pem-
baca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu, pengajar-
an sastra perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk me-
milih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan
tingkat penguasaan bahasa siswanya.
2. psikologi
Perkembangan psikologi dari taraf anak menuju kede-
wasaan melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk
dipelajari. Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap
psikologi hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat
besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik
dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologi juga sangat
besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan
tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman
situasi atau pemecahan problem yang dihadapi.
Seorang guru hendaknya mengetahui tahapan psikologi
seorang anak (siswa). Berikut ini urutan tahapan sebagai seorang
guru untuk lebih memahami tingkatan perkembangan psikologis
anak-anak sekolah dasar dan menengah.
a. Tahap pengkhayal (umur 8 sampai 9 tahun)
b. Tahap romantik (umur 10 sampai 12 tahun)
c. Tahap realistik (umur 13 sampai 16 tahun)
d. Generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya)
32
3. Latar belakang budaya
Latar belakang menunjuk suatu istilah budaya yang meli-
puti hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya
yakni, geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda
pekerjaan, pekerjaan, cara berpikir, nilai-nilai masyarakat, seni,
olahraga, hiburan moral etika, dan sebagainya. Siswa mudah
tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat
hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Melalui
karya sastra yang dibacanya, asalkan para guru dapat memilih-
kan bahan bacaan dengan tepat, para siswa akan dapat mengenal
budaya sendiri dan budaya asing lainnya.
5. Skenario Pembelajaran Sastra
Skenario pembelajaran novel di sekolah meliputi: (a) standar
kompetensi, (b) kompetensi dasar, (c) indikator, (d) tujuan pem-
belajaran, (e) materi pembelajaran, (f) metode pembelajaran, (g)
langkah-langkah pembelajaran, (h) alokasi waktu, dan (i) evaluasi.
Berikut adalah penjabaran dari skenario pembelajaran novel.
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra di sekolah
khususnya novel adalah memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia/novel terjemahan. Standar kompetensi hendaknya
sesuai dengan silabus KTSP.
33
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang dikembangkan dari standar
kompetensi dalam pembelajaran sastra khususnya novel adalah
menganalisis unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan pe-
nokohan, alur dan latar dan unsur ekstrinsik yaitu nilai moral
novel.
c. Indikator
Indikator yang dikembangkan dari kompetensi dasar
dalam pembelajaran sastra khususnya novel dipaparkan sebagai
berikut:
1) menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel;
2) menjelaskan unsur ekstrinsik yaitu nilai moral dalam novel.
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sastra dikembangkan dari indikator
dalam pembelajaran sastra khususnya novel dipaparkan sebagai
berikut:
1) siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel;
2) siswa dapat menjelaskan nilai moral dalam novel.
e. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran nilai moral pada novel disesuaikan
dengan indikator yang terdapat dalam RPP. Materi tersebut
disajikan sebagai berikut.
34
1) Novel Indonesia/terjemahan.
2) Unsur intrinsik novel.
a. Tema utama (menonjol) pada novel.
b. Tokoh utama.
c. Alur dalam novel.
d. Latar tempat, latar waktu dan latar sosial pada novel
disajikan secara konkret sehingga mampu menimbulkan
imajinasi pembaca mengenai latar tersebut.
3) Nilai moral dalam novel dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. hubungan manusia dengan Tuhan;
Wujud hubungan manusia dengan Tuhan bersifat
religius. Dengan kata lain, setiap perkataan, dan tindakan
seseorang selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
b. hubungan manusia dengan manusia;
wujud hubungan manusia dengan manusia meliputi
tolong menolong, persahabatan, penyayang, pemberi moti-
vasi, berbudi pekerti baik, pemberi nasihat.
c. hubungan manusia dengan diri sendiri
wujud hubungan manusia dengan diri sendiri dalam
novel adalah pantang menyerah.
d. hubungan manusia dengan alam sekitar.
wujud dari hubungan manusia dengan alam sekitar
yaitu memuji keindahan alam.
35
f. Metode Pembelajaran
Dalam pembelajaran novel, metode pembelajaran yang
dapat digunakan sebagai pilihan adalah metode kuantum. Metode
ini memiliki enam langkah atau fase pokok, yakni tanamkan,
alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan yang sering
disebut dengan teknik TANDUR (Sukirno, 2010: 12)
g. Langkah-langkah Pembelajaran
Sebelum memasuki proses pembelajaran novel ini, terlebih
dahulu guru menugaskan siswa untuk membaca novel tersebut di
rumah secara berkelompok pada pertemuan sebelumnya. Secara
umum, langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga tahap kegiatan,
yakni: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Berikut ini
diuraikan ketiga tahap pembelajaran tersebut.
Pertemuan Pertama
1) Kegiatan Awal (15 Menit)
Kegiatan awal dilakukan sebagai apersepi, penyam-
paian tujuan, dan pemberian motivasi. Di bawah ini disajikan
kegiatan awal dalam pembelajaran novel.
a) guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang
akan dibahas;
b) guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pen-
capaian yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran
berakhir;
36
c) guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi
novel yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas
rumah pertemuan sebelumnya)
2) Kegiatan Inti (60 Menit)
Kegiatan inti dilakukan dengan metode kuantum
teknik TANDUR. Secara lengkap, kegiatan inti meliputi hal-
hal di bawah ini.
Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:
a) mempresentasikan materi dengan media powerpoint
mengenai unsur intrinsik novel dan ragam nilai moral;
b) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar
siswa memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam
mengenai unsur intrinsik dan nilai moral.
Fase “Alami”, berisi kegiatan:
a) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa;
b) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-
beda untuk dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud
adalah: unsur intrinsik dan nilai moral;
c) guru menjelaskan peraturan diskusi;
d) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam
diskusi kelompok, setiap kelompok menyampaikan hasil
diskusinya yang diwakili oleh seorang juru bicara;
37
e) setelah semua kelompok mempresentasikan, setiap
kelompok diwajibkan bertanya kepada kelompok lain. Di
sini guru membantu dengan petunjuk umum yang bersifat
memancing penafsiran dari siswa jika terjadi kebuntuan
dalam tanya jawab antarkelompok tersebut.
Fase “Namai”,
Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antar-
kelompok dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik
dan nilai moral pada novel di buku tugas.
3) Kegiatan Akhir (15 Menit)
Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas.
Bagian ini berisi kegiatan:
a) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang
berkaitan dengan kesulitan dan kendala yang dialami
mengkaji nilai moral tokoh dalam novel;
b) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar
unsur intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif
di rumah.
Pertemuan Kedua
1) Kegiatan Awal (20 Menit)
Kegiatan awal meliputi:
a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi
yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;
38
b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-
kekurangan yang masih ditemukan di dalam hasil
pembelajaran sebelumnya.
2) Kegiatan Inti (60 Menit)
Fase “Demonstrasikan”
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah setiap siswa
menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis unsur
intrinsik dan nilai moral novel kepada temannya secara acak
untuk diidentifikasi.
Fase “Ulangi”
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah siswa
memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran teman.
Fase “Rayakan”
Pada fase ini, siswa yang memperoleh nilai tertinggi
diberikan kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya di
depan kelas dan hasil analisis tersebut dipajang di dinding kelas
3) Kegiatan Akhir (10 menit)
Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel meliputi:
a) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;
guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani
sikap tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam
novel.
39
h. Alokasi Waktu
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dapat diatur
dan disesuaikan dengan keleluasan dan kedalaman materi. Dalam
pembelajaran sastra, terutama pada novel waktu yang dibutuhkan
lebih banyak. Sesuai dengan silabus, satu minggu pebelajaran
sastra terdapat dua kali pertemuan dengan sekali pertemuan 2 jam
pelajaran atau 2 x 45 menit.
i. Evaluasi
Dalam skenario pembelajaran nilai moral, pada penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes subjektif dan tes objektif. Tes
juga diberikan untuk individu dan juga kelompok.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari sumber data, objek penelitian, fokus penelitian,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, teknik
analisis data dan teknik penyajian analisis. Metode penelitian tersebut dipaparkan
dalam uraian berikut ini.
A. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,
2010: 172). Selanjutnya, data penelitian sastra adalah “bahan penelitian”,
atau lebih tepatnya “bahan jadi penelitian” yang terdapat dalam karya-karya
sastra yang akan diteliti atau disebut data primer. Sebagai bahan jadi
penelitian, data tidak sama dengan Gagenstand atau objek sasaran penlitian.
Adapun data penelitian yang berkaitan dan bersumber dengan resepsi
pembaca, data dan objek penelitiannya masih abstrak atau disebut data
sekunder (Sangidu, 2004:61). Sumber data penelitian ini adalah data primer
yaitu novel Ayah karya Andrea Hirata cetakan pertama Mei 2015.
B. Objek Penelitian
Objek Penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian
(Arikunto, 2010: 38). Di lain pihak, objek penelitian sastra dibedakan
menjadi 2 (dua) macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek
(material) penelitian sastra adalah semua bentuk kegiatan penelitian sastra,
sedangkan objek formalnya ditentukan oleh sudut pandang yang dilakukan
41
oleh masing-masing peneliti dalam penelitian sastra (Sangidu, 2004: 62).
Objek dalam penelitian ini adalah objek formal. Objek formal dalam
penelitian ini adalah nilai moral tokoh utama dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata dan Skenario Pembelajaran pada Siswa Kelas XI SMA.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan titik pusat dari objek penelitian. Penelitian
ini difokuskan pada nilai pendidikan yang ada dalam novel dan skenario
pembelajarannya. Penelitian ini difokuskan padanilai-nilai pendidikan moral
tokoh utama novel Ayah karya Andrea Hirata yang mencakup tiga aspek,
yaitu: 1) aspek moral hubungan tokoh utama dengan diri sendiri; 2) aspek
moral hubungan tokoh utama dengan manusia lain; dan 3) aspek moral
hubungan tokoh utama dengan Tuhan; (4) aspek moral tokoh utama dengan
alam sekitar, dan pembelajarannya di kelas XI SMA, yang meliputi
pengertian pembelajaran sastra; fungsi pembelajaran sastra; tujuan
pembelajaran sastra; bahan pembelajaran sastra; metode pembelajaran
sastra, dan pembelajaran sastranovel Ayah di kelas XI SMA.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek alamiah. Peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara berkelanjutan, teknik pengumpulan
dengan teknik gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (sugiyono, 2009:
48).
42
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah,hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah (Arikunto, 2010: 160).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas pencatat
data beserta dengan alat tulisnya. Kertas pencatat digunakan untuk mencatat
seluruh data yang berupa kutipan–kutipan yang berkaitan dengan nilai moral
tokoh utama dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan
teknik catat. Teknik baca adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan
dengan membaca secara keseluruhan objek penelitian sedangkan teknik
catat adalah teknik pencatatan secara sistematis pada objek penelitian
(Sudaryanto, 2015: 132-133). Teknik baca dan catat merupakan pengamatan
atau pencatatan secara sistematis pada objek penelitian. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. mencari objek penelitian;
2. membaca novel Ayah karya Anrea Hirata dengan kritis dan teliti;
3. menentukan objek penelitian berupa novel Ayah;
4. mengelompokkan data-data nilai moral tokoh utama dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata;
43
F. Teknik Validasi Data
Setelah objek penelitian didapatkan, peneliti segera memvalidasi data
dengan teknik triangulasi sumber yaitu, peneliti menggunakan pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2009: 83).
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis
isi (content analysis). Menurut Barelson (Titscher, 2009: 97) analisis isi
adalah suatu teknik penelitian untuk menguraikan isi komunikasi yang jelas
secara objektif, sistematis, dan kualitatif. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis isi novel Ayah karya Andrea Hirata. Teknik
analisis isi yang terdiri dari data yang digunakan penelitian ini dari bentuk-
bentuk bahasa, yakni teks dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
Data yang terkumpul kemudian peneliti analisis dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi data penelitian;
2. menelaah data-data nilai moral tokoh utama serta nilai-nilai pendidikan
yang terdapat dalam novel Ayah;
3. menganalisis data penelitian;
4. mendeskripsikan pembelajaran nilai moral tokoh utama serta nilai-nilai
pendidikan dalam novel tersebut;
5. menyimpulkan hasil analisis dan pembelajarannya.
44
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah peneliti mencatat
dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimat-kalimat,
wacana, gambar-gambar/foto, catatan harian, memorandum, dan video-tipe.
Teknik yang digunakan untuk penyajian hasil analisis data adalah
menggunakan metode informal. Metode informal adalah perumusan dengan
kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya.
(Sudaryanto, 2015: 241).
Dalam penelitian ini digunakan teknik hasil analisis informal karena
hasil analisis nilai moral tokoh utama Novel Ayah karya Andrea Hirata dan
Skenario Pembelajaran pada Siswa Kelas XI SMA digunakan kata-kata
biasa yang lebih terperinci dan lebih mudah dipahami sehingga akan
diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak, sehingga
dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh
menggunakan kata-kata yang mudah dipahami dan sistematik.
45
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Dalam bab ini, disajikan dua hal paparan pokok, yakni (1) penyajian data
(2) pembahasan data. Penyajian data merupakan hasil penelitian yang disajikan
secara singkat mengenai hasil penelitian berupa tabel, sedangkan pembahasan
data merupakan penelitian yang terdiri dari unsur intinsik, nilai moral Ayah karya
Andrea Hirata, dan skenario pembelajaran di SMA.
A. Penyajian Data
Dalam novel Ayah karya Andrea Hirata yang akan penulis teliti, (1)
unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan
amanat (2) nilai moral yang meliputi persolan hidup dan kehidupan manusia
yang dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri,
hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (3) skenario pembelajarannya di
SMA.
Sebelum penulis membahas data penelitian tentang novel Ayah karya
Andrea Hirata melalui kajian nilai moral sastra, terlebih dahulu penulis
menyajikan data. Penyajian data tersebut nampak pada penjabaran berikut ini.
1. Struktur Karya Sastra Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Unsur intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata yang meliputi
tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat. Semua unsur intrinsik
tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut.
46
Tabel 1.
Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No. Unsur pembentuk karya sastra Penyajian data
1. Tema: cinta kasih
2. Tokoh dan penokohan
a. Tokoh Utama
1. Tokoh Utama:
Sabari merupakan tokoh utama. Sabari memiliki
sifat lugu, selalu optimis, keras kepala namun
kurang berpikir positif.
121,122, 140,
191
b. Tokoh Tambahan
a. Marlena
Marlena memiliki sifat angkuh, tak acuh dan
berpendirian teguh
67, 119, 257
b. Ukun
Ukun memiliki sifat perhatian dan peduli kepada
tokoh utama
115, 125, 128
c. Tamat
Tamat memiliki sifat peduli dan pemberi ide
125, 286, 293
d. Zorro
Zorro memiliki sifat periang dan berbakti kepada
221, 258, 395
47
orang tua
e. Ibu Norma
Ibu Norma mempunyai sifat berhati tulus,
pemberi motivasi dan pendukung sikap setia
kawan
69, 295
f. Zuraida
Zuraida mempunyai sifat perhatian dan peduli
284, 285, 290
g. Markoni
Markoni memiliki sifat keras, tegas dan jujur.
145, 156
h. Jon Pijareli
Jon Pijareli memiliki sifat berjiwa sosial tinggi,
namun mudah putus asa
195, 307
i. Manikam
Manikam memiliki sifat pendiam, berwibawa
dan kaku
241, 194
j. Niel
Niel memiliki sifat kepahlawanan
332, 334
k. Larissa
Larissa memiliki sifat rasional dan acuh tak acuh
331, 334
l. Toharun
Toharun memiliki sifat setia kawan dan pemberi
motivasi
353, 355
m. Juru Antar 204, 356, 363
48
Juru Antar memiliki sifat jujur, peramah dan
berjiwa social
3. Alur
Alur yang digunakan adalah alur campuran:
a. Tahap penurunan konflik 1, 2
a. Tahap penyituasian 12, 13
b. Tahap pemunculan konflik 48, 49
c. Tahap peningkatan konflik 74, 120, 128
d. Tahap klimaks 171, 220
e. Tahap penurunan konflik 286, 287, 298,
299
f. Tahap penyelesaian 343, 381
4. Latar
a. Latar tempat:
rumah Sabari, Markas Pertemuan Buruh (MPB),
SMA, stasiun radio, pabrik batako, taman balai kota,
pasar ikan, pelabuhan.
1, 74, 69, 77,
11, 360, 97,
98, 149, 154,
228, 229, 283,
284, 397, 380,
381
b. Latar waktu:
pagi, siang, sore dan malam hari
67, 75, 162,
32, 170,
210,64, 180,
379, 1, 140
49
c. Latar sosial:
kehidupan menengah ke bawah, berjiwa sosial
tinggi di Kampung Belantik
11, 38, 153
5. Amanat
Selalu bertawakal kepada Tuhan, selalu berperasangka
baik terhadap semua kedaan hidup yang telah digariskan
Tuhan dan Jangan mudah berputus asa dan harus selalu
berusaha
44, 77
2. Nilai Moral yang Terdapat pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Nilai moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata meliputi
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia,
manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitar
akan disajikan dalam bentuk tabel. Berikut disajikan tabel analisis nilai
moral pada novel Ayah karya Andrea Hirata.
Tabel 2.
Nilai moral novel Ayah Karya Andrea Hirata
No Nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata Penyajian data
1. Hubungan manusia dengan Tuhan
Tawakal 33, 48
2. Hubungan manusia dengan manusia
a. Tolong menolong 64, 77, 154
b. Persahabatan 55, 112, 208, 286
50
c. Penyayang 174, 183, 226
d. Pemberi motivasi 108, 115
e. Berbudi pekerti baik 11, 141, 185
f. Pemberi nasihat 121, 125, 184
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Pantang menyerah 77, 117, 120, 160, 281
4. Hubungan manusia dengan alam sekitar
Memuji keindahan alam 62, 64, 152, 385, 394
3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Skenario pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata di keas XI
SMA meliputi: (a) standar kompetensi, (b) kompetensi dasar, (c) indikator,
(d) tujuan pembelajaran, (e) materi pembelajaran, (f) metode pembelajaran,
(g) langkah-langkah pembelajaran, (h) alokasi waktu, dan (i) evaluasi.
Berikut adalah penjabaran dari skenario pembelajaran novel Ayah karya
Andrea Hirata di kelas XI SMA.
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra di kelas XI
SMA khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata adalah memahami
berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang dikembangkan dari standar kompetensi
dalam pembelajaran sastra khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata
51
adalah menganalisis unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan
penokohan, alur dan latar dan unsur ekstrinsik yaitu nilai moral novel
Ayah karya Andrea Hirata.
c. Indikator
Indikator yang dikembangkan dari kompetensi dasar dalam
pembelajaran sastra khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata
dipaparkan sebagai berikut:
1) menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata;
2) menjelaskan unsur ekstrinsik yaitu nilai moral dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata.
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sastra dikembangkan dari indikator dalam
pembelajaran sastra khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata
dipaparkan sebagai berikut:
1) siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
2) siswa dapat menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata.
e. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran nilai moral pada novel Ayah disesuaikan
dengan indikator yang terdapat dalam RPP. Materi tersebut disajikan
sebagai berikut.
52
1) Novel Ayah karya Andrea Hirata.
2) Unsur intrinsik Ayah karya Andrea Hirata.
a. Perjuangan sungguh-sungguh cinta kasih seorang lelaki yang
tak kenal putus asa.
b. Tokoh utama adalah Sabari, tokoh tambahan .
c. Alur dalam novel Ayah karya Andrea Hirata adalah alur
campuran.
d. Latar tempat, latar waktu dalam latar sosial dalam Ayah karya
Andrea Hirata disajikan secara konkret sehingga mampu
menimbulkan imajinasi pembaca mengenai latar tersebut.
3) Nilai moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata dapat
dipaparkan sebagai berikut:
a. hubungan manusia dengan Tuhan;
Wujud hubungan manusia dengan Tuhan bersifat religius.
Dengan kata lain, setiap perkataan, dan tindakan seseorang
selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
b. hubungan manusia dengan manusia;
wujud hubungan manusia dengan manusia meliputi tolong
menolong, persahabatan, penyayang, pemberi motivasi, berbudi
pekerti baik, pemberi nasihat.
c. hubungan manusia dengan diri sendiri
wujud hubungan manusia dengan diri sendiri dalam novel Ayah
adalah pantang menyerah.
53
d. hubungan manusia dengan alam sekitar.
wujud dari hubungan manusia dengan alam sekitar yaitu
memuji keindahan alam.
f. Metode Pembelajaran
Dalam pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata, metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode kuantum. Metode ini
memiliki enam langkah atau fase pokok, yakni tanamkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi, dan rayakan yang sering disebut dengan teknik
TANDUR.
g. Langkah-langkah Pembelajaran
Sebelum memasuki proses pembelajaran novel Ayah karya
Andrea Hirata ini, terlebih dahulu guru menugaskan siswa untuk
membaca novel tersebut di rumah secara berkelompok pada pertemuan
sebelumnya. Secara umum, langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga
tahap kegiatan, yakni: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Berikut ini diuraikan ketiga tahap pembelajaran tersebut.
Pertemuan Pertama
1) Kegiatan Awal (15 Menit)
Kegiatan awal dilakukan sebagai apersepi, penyampaian
tujuan, dan pemberian motivasi. Di bawah ini disajikan kegiatan
awal dalam pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata.
a) guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan
dibahas;
54
b) guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian
yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir;
c) guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi
novel yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas rumah
pertemuan sebelumnya)
2) Kegiatan Inti (60 Menit)
Kegiatan inti dilakukan dengan metode kuantum teknik
TANDUR. Secara lengkap, kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah
ini.
Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:
a) mempresentasikan materi dengan media yang dapat
disesuaikan mengenai unsur intrinsik novel dan ragam nilai
moral;
b) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar siswa
memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur
intrinsik dan nilai moral.
Fase “Alami”, berisi kegiatan:
a) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa;
b) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda
untuk dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud adalah: unsur
intrinsik dan nilai moral;
c) guru menjelaskan peraturan diskusi;
55
d) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam diskusi
kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk menyampaikan
hasil diskusinya di depan kelas yang diwakili oleh seorang
juru bicara sehingga di depan kelas terdapat beberapa orang
sesuai dengan jumlah kelompok yang mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya;
e) Guru membantu dengan petunjuk umum yang bersifat
memancing penafsiran dari siswa jika terjadi kebuntuan dalam
tanya jawab antarkelompok tersebut.
Fase “Namai”, berisi kegiatan:
Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antarkelompok
dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik dan nilai
moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata di buku tugas.
3) Kegiatan Akhir (15 Menit)
Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas.
Bagian ini berisi kegiatan:
a) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang
berkaitan dengan kesulitan dan kendala yang dialami mengkaji
nilai moral tokoh dalam novel;
b) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar unsur
intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif di rumah.
56
Pertemuan Kedua
1) Kegiatan Awal (20 Menit)
Kegiatan awal meliputi:
a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang
telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;
b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-kekurangan
yang masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.
2) Kegiatan Inti (60 Menit)
Fase “Demonstrasikan”
Fase keempat dari teknik TANDUR adalah “demonstrasi-
kan”. Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah setiap siswa
menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis unsur intrinsik
dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata kepada temannya.
Fase “Ulangi”
Fase kelima adalah “ulangi”. Pada fase ini, kegiatan yang
dilakukan adalah siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan
saran teman.
Fase “Rayakan”
Fase terkahir dalam pembelajaran dengan metode kuantum
teknik TANDUR adalah “rayakan”. Pada fase ini, siswa yang
memperoleh nilai tertinggi diberikan kesempatan untuk
membacakan hasil analisisnya di depan kelas dan hasil analisis
tersebut dipajang di dinding kelas
57
3) Kegiatan Akhir (10 menit)
Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel Ayah karya
Andrea Hirata meliputi:
a) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;
guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap
tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam novel.
h. Alokasi Waktu
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dapat diatur dan
disesuaikan dengan keleluasan dan kedalaman materi. Dalam
pembelajaran sastra, terutama pada novel waktu yang dibutuhkan lebih
banyak. Sesuai dengan silabus, satu minggu pebelajaran sastra terdapat
dua kali pertemuan dengan sekali pertemuan 2 jam pelajaran atau 2 x
45 menit.
i. Evaluasi
Dalam skenario pembelajaran nilai moral pada Ayah karya
Andrea Hirata, penilaian dilakukan dengan menggunakan tes subjektif
dan tes objektif.
58
B. Pembahasan Data
Pembahasan data dipaparkan unsur intrinsik novel dan unsur ekstrinsik
novel Ayah karya Andrea Hirata. Unsur-unsur novel dipaparkan berikut ini.
1. Unsur Intrinsik dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Dalam skripsi ini penulis manganalisis unsur intrinsik Ayah karya
Andrea Hirata yang meliputi: (a) tema, (b) tokoh dan penokohan, (c) alur,
(d) latar (e) amanat. Berikut paparan mengenai analisis tersebut.
a. Tema
Tema pada novel Ayah karya Andrea Hirata adalah cinta kasih.
Adapun masalah-masalah pembangun tema dapat dijelaskan pada
penjabaran berikut.
Masalah cinta kasih seorang laki-laki kepada seorang perempuan.
Seorang anak SMA yang baru pertama kali merasakan cinta
pertama dan terlalu ingin mendapatkan hati seorang perempuan yang
selau menghantuinya setiap waktu. Perasaan cinta itu ternyata bukan
sekadar perasaan suka anak ABG, tetapi perasaan terbawa hingga
dewasa.
Masalah cinta kasih itu dialami Sabari sejak SMA. Berbagai
cara telah Sabari lakukan demi mendapatkan hati Marlena. Berkali-
kali Sabari gagal. Sabari mencoba berbagai cara lain yang
menurutnya itu adalah beberapa cara yang dapat membuat Marlena
memperhatikannya. Sabari tidak pernah mengenal putus asa. Hal ini
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
59
Sabari patah hati, tetapi dia tak patah harapan. Perasaannya
kepada Lena sama seperti saat Lena merampas kertas
jawabannya pada hari keramat itu. Lagi pula, ayahnya
sering mengatakan bahwa Tuhan selalu menghitung, dan
suatu ketika, Tuhan akan berhenti menghitung.
(Ayah:48)
Akan tetapi, Sabari tak surut semangat sebab dia selalu
berpegang teguh pada pesan ayahnya bahwa Tuhan selalu
menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti
menghitung.
(Ayah:76-77)
Dari kutipan di atas, dapat dibuktikan bahwa Sabari bukanlah
lelaki yang mudah putus. Dia tidak pernah putus asa dan selalu
bertawakal kepada Tuhan. Dia akan selalu membuat berbagai cara
untuk mendapat perhatian dari wanita yang ia impikan.
Cinta kasih seorang ayah kepada anak. Hingga akhirnya hari
pernikahan yang ditunggu Sabari akhirnya tiba. Hari yang telah ia
impikan sejak SMA yaitu menikah dengan Marlena. Tak tau angin
dari mana yang membawa nasib itu. Tak lama Sabari dan Marlena
dikaruniai seorang anak lelaki yang dipanggilnya Zorro. Betapa
Sabari menyayangi Zorro. Ingin dia memeluknya sepanjang waktu.
Dia terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah dan seluruh
kebaikan yang terpancar darinya.
Diciuminya anak itu dari kepala sampai ke jari-jemari
kakinya yang mungil. Kalau malam Sabari susah susah tidur lantaran
membayangkan bermacam rencana yang akan dia lalui dengan
anaknya jika besar nanti.
60
Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17 Agustus,
mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan, mengganden-
gnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan mem-
boncengnya naik sepeda saban sore ke taman kota. Tetapi,
pernikahan itu tidak lama. Marlena minta cerai dan akhirnya
membawa Zorro pergi. Mulai saat itu, Sabari seperti orang gila
karena telah ditinggal pergi oleh Marlena dan Zorro. Hal itu dapat
diketahui pada kutipan di bawah ini.
Sabari bersanding dengan Marlena adalah pemandangan
paling mustahil yang pernah dilihat Ukun dan Tamat.
Semua yang hadir dalam perhelatan yang amat sederhana
itu kiranya sependapat dengan mereka.
(Ayah:171)
Betapa Sabari menyayangi Zorro. ingin dia memeluknya
sepanjang waktu. Dia terpesona melihat makhluk kecil
yang sangat indah dan seluruh kebaikan terpancar darinya.
Diciumnya anak itu dari kepala sampai ke jari jemari
kakinya yang mungil.
(Ayah:183)
Semuanya terjadi dengan sangat cepat. Tahu-tahu Lena dan
Zorro telah berada di seberang jalan, lalu masuk mobil dan
langsung meluncur. Sabari tahu apa yang paling ditakutinya
telah terjadi. Dia berdiri memegang balon gas. Zorro, zorro,
panggilnya dalam hati. (Ayah:229)
Dari kutipan di atas terbukti bahwa Sabari begitu mencintai
Zorro. Sabari tidak mempermasalahkan Marlena yang minta dicerai.
Sabari hanya ingin selalu bersama Zorro. Tetapi hidup Sabari tak
karuan setelah Zorro di bawa Lena.
61
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh sebagai pelaku dalam sebuah cerita sangat berkaitan
dengan jalannya cerita, tanpa tokoh cerita itu tidak akan berkembang.
Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan dimunculkan
terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian cerita, dan
sebaliknya ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa
kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang
relatif pendek adalah tokoh tambahan. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku cerita yang hadir untuk
menampilkan suatu karakter tertentu.
1. Tokoh Utama
Tokoh utama dalam novel Ayah karya Andrea Hirata adalah
Sabari. Sabari adalah seorang laki-laki tangguh yang pantang
menyerah. Berbagai cara akan dilakukan. Walaupun telah gagal,
Sabari akan terus mencoba berbagai cara. Hal ini dapat terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“...jiwamu sudah dikecoh cinta. Waspada, Ri, bisa-bisa kau
kena gangguan jiwa, masuk Panti Amanah... Sabari pucat.
Itulah yang paling ditakutinya. “Mau?!” “Tidak mau, Kun.”
“Maka, perbaiki dirimu! Lihatlah, Lena telah membuatmu
opsedon!”... “Baiklah, Kun.” “...kalau masih kau sebut-
sebut nama perempuan itu, ku laporkan kau sama
Doktoranda Ida Nuraini!” “Jangan Kun.”
(Ayah:121)
“...akan kuhapus, Kun.” “Tekadkan niatmu!” “Aku
bertekad, Kun.” “Janji?” “Janji, Kun.”
(Ayah:122)
62
“Malam pertama Maret, Sabari tak bisa tidur. Semua upaya
untuk mendapatkan Lena telah gagal.” “...Marlena terlanjur
lekat dalam benaknya seperti nyawa lekat pada tubuhnya.”
“Dipertimbangkannya sebuah rencana terakhir, akankah
gagal lagi?” “...setelah menimbang segala hal, akhirnya
Sabari memutuskan untuk menempuh rencana terakhir itu.”
(Ayah: 140)
“Itulah maslah kau, Ri, teladanmu hal yang konyol, kisah
novel adalah fiksi, khayal, sama dengan dongeng!”
“Namun, bukankah fakta lebih aneh daripada fiksi?” Sabari
berkilah.
(Ayah:191)
2. Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata
yaitu: Tokoh tambahan andalan antara lain: Marlena, Ukun, Tamat,
Zorro, Ibu Norma, Zuraida, Markoni, Jon Pijareli, Manikam, Niel,
Larissa, Toharun, Juru Antar.. Adapun tokoh-tokoh itu dipaparkan
berikut ini.
1. Marlena
Marlena termasuk tokoh tambahan andalan karena
dapat memperkuat alur cerita. Marlena merupakan seorang
perempuan yang sangat dicintai Sabari. Marlena mempunyai
sifat tak acuh, keras kepala dan berpendirian teguh. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
“...sekilas mereka beradu pandang, semuanya seperti
dalam gerak lambat, tetapi Lena seakan melihat angin
saja. Seakan Sabari tak ada disitu. Sikapnyasama sekali
tak mencerminkan kata-kata romansa dalam suratnya.
Sabari terpana, Senyorita juga.”
(Ayah:67)
63
“tak tahukah kau? Sabari sudah jadi orang tenar! Orang
besar! Dia juara maraton!” “Apa peduliku!? Dia mau
jadi juar maraton, mau jadi juara menulis indah, tak
ada urusan denganku!”
(Ayah:119)
“Aku tak menyangka bahwa banyak peristiwa masa
lalu yang kusesali sekarang. Karena waktu itu aku
muda, bodoh, dan marah. Namun, bukankah kita tidak
benar-benar hidup jika kita hidup tanpa penyesalan?”
(Ayah:257)
2. Ukun
Ukun termasuk tokoh tambahan andalan karena dapat
memperkuat alur cerita. Ukun merupakan salah satu sahabat
Sabari yang memiliki Samad memiliki sifat perhatian dan
peduli kepada tokoh utama. Salah satu contoh sifat
perhatiannya terlihat ketika Ukun mengetahui bahwa Sabari
sangat tergila-gila pada Marlena. Ukun berusaha mengalihkan
pikirannya agar Sabari berhenti memikirkan Marlena. Ukun
mencoba menanyakan mengapa Sabari begitu tergila-gila
kepada Marlena. Hal ini dapat terlihat pada kutipan di bawah
ini.
“Ri, sebenarnya ada cara untuk melupakan perempuan,
kata Ukun.”
(Ayah: 115)
“Diam-diam, kau sudah kukenalkan dengan tukang
jamu gendong yang suka berjualan di muka bank BRI,
berminatkah kau, Ri?”...
(Ayah: 125)
“Mengapa, Ri? Mengapa Lena? Mengapa seakan tak
ada perempuan lain di dunia ini?”...
(Ayah:128)
64
3. Tamat
Tamat termasuk tokoh tambahan andalan karena dalam
cerita ini Tamat merupakan sahabat yang tak terpisahkan
antara Ukun, Tamat dan Sabari. Sama dengan Ukun, Tamat
juga memperdulikan Sabari yang malang karena berkali-kali
ditolak oleh Marlena. Hal itu dapat terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Terlalu sentimental.” Begitu pendapat Tamat tentang
Sabari.
(Ayah: 125)
“Banyak orang suka angka delapan. Karena kalau
untung, tak berkesudahan, tapi begitu juga kalau
senewen, senewennya takkan selesa-selesai. Sudah
saatnya kita berbuat sesuatu yang spektakuler untuk
Sabari,” kata Tamat kepada Ukun.
(Ayah:286)
Rencana perjalanan semakin matang. Di warung kopi
Solidr, Tamat berkata, “Delemot menjadi saksi, kau
kutunjuk sebagai juru bicara dalam perjalanan kita
nanti. Aku sendiri adalah pemimpin ekspedisi.”
(Ayah:293)
4. Zorro
Zorro termasuk tokoh tambahan andalan karena dapat
memperkuat alur cerita. Zorro merupakan anak kandung
Marlena. Dengan senang hati, Sabari menjadikan dirinya
sebagai “Bapak sambung” bagi Zorro. Kebahagiaan segera
datang bagi Sabari sejak lahirnya Zorro. Sifat terpuji, periang,
berjiwa sosial tinggi dan taat kepada oranng tua menjadikan
65
Zorro sangat disayangi oleh Sabari. Hal ini dapat diketahui
pada kutipan di bawah ini.
“...Zorro duduk di keranjang rotan yang ditautkan di
setang. Sepanjang jalan mulut Zorro tak berhenti
berkicu. Dia melambai kepada siapa saja dan apa saja.”
“Alo, alo sapanya.”...
(Ayah:221)
“Kata Zorro dia sengaja menurunkan nilainya, sengaja
tak menjawab beberpa soal dalam ujian, sengaja
membuat dirinya kehabisan waktu dalam ujian karena
kasihan kepada Imelda yang sangat ingin menjadi juara
pertama.”
(Ayah:258)
“Zorro (Amiru) kerap mengunjungi tiga rang lain yang
pernah menjadi ayahnya, yang mencintainya dengan
cara mereka masing-masing, yaitu Manikam, Jon
Pijareli, dan Amirza. Dia pun selalu berkomunikasi
dengan kedua adik tirinya, Amirt dan Amirna.”
(Ayah:395)
5. Ibu Norma
Ibu Norma adalah salah seorang guru di SMA. Ibu
Norma begitu peduli kepada muridnya, terlebih murid yang
nakal. Namun, Ibu Norma sangat mendukung sikap setia
kawan yang dimiliki muridnya. Ibu Norma mempunyai sifat
pemberi motivasi dan pendukung sikap setia kawan. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
“Ri, kudengar kau mau keluar sekolah? Rencana
macam apa itu?! Kau aalah atlet yang tangguh
sekaligus pencipta puisi jempolan, satu kombinasi yang
langka. Jangan-jangan di dunia ini hanya kau yang
punya kombinasi itu...”
(Ayah:69)
66
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari
tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan,
sungguh mulia!”
(Ayah: 295)
6. Zuraida
Zuraida adalah teman SMA dari Sabari, Ukun dan
Tamat. Zuraida memiliki sifat perhatian dan peduli. Suatu
ketika Zuraida melihat Sabari berkelebat di pasar ikan. Tanpa
ragu-ragu dia menegur Sabari dan mengingatkan Sabari untuk
menjadi sehat kembali. Kepedulian Zuaraida terlihat pada saat
Ukun dan Tamat meminta informasi mengenai Lena dan
Zorro. Zuraida memberikan semua surat-surat Lena yang
dikirim untuknya. Dengan harapan, untuk kebaikan Lena,
Zorro dan Sabari. Hal itu dapat diketahui pada kutipan di
bawah ini.
“Boi! Apa-apaan kau ini?! Kalau mau sinting bilang-
bilang! Jangan raib begitu saja. Sabari meunduk
dalam.”
(Ayah:284)
“Pulanglah, mandi sana, cukur rambut, nonton layar
tancap, lihat pasar malam, goda-goda perempuan di
Pantai Tanjong Pendam, macam orang laki lainnya,
kembalikan hidupmu! Jangan sinting begini.”
(Ayah:285)
“Kupastikan surat-surat ini memang dari Lena.
Caranya menulis Masjid Baiturachman di beberapa
surat ini tetap, tak berubah. Artinya surat-surat ini
memang ditulis orang yang sama dan orang itu adlah
Marlena binti Markoni, tak lain tak bukan.”
(Ayah:290)
67
7. Markoni
Markoni adalah ayah dari Marlena. Markoni
mempunyai sifat tegas dan juga jujur. Hal itu dapat diketahui
pada kutipan di bawah ini.
“Nama saudara?!” “Sabari bin Insyafi.” “Kalau
menjawab, tegas! Jangan seprti orang kurang kurang
vitamin E begitu!” “Sabari bin Insyafi!” “Mencetak
batako butuh ketegasan! Sikap Pasti, tliti, cepat,
waspada, bijaksana, tidak ragu!”...
(Ayah:145)
“ketiga, juga seperti Sabari, jujur! Jangan kau kurangi
takaran semen jika mencetak batako. Batako kita harus
tahan gempa bumi minimal tujuh skala Richter. Kalau
kau curang, akibatnya bisa fatal sekolah bisa roboh,
murid-murid dan guru-guru yang mulia biasa celaka.
Biarlah orang-orang di luar sana makmur sentosa
karena mencuri, kita jangan! Meski susah, kta harus
jujur.”
(Ayah:156)
8. Jon Pijareli
Jon Pijareli adalah seorang musisi yang menjadi
pendamping hidup ketiga Marlena. Jon Pijareli mempunyai
sifat berjiwa sosial tinggi dan mudah putus asa. Hal itu dapat
diketahui pada kutipan di bawah ini.
Boros Akinmusire berkata, “Repot sekali kalau ada
Bang Jon, ngomel saja kerjanya. Tapi, kalau tak ada,
kami rindu. Tak mantap rasanya kalau tak ada dia.”
(Ayah:195)
Melalui kaca pintu, Jon melihat dua orang berseragam
pemerintah. “Bolehkah kami masuk, untuk bertanya
dan mengisi formulir ini?” “Tidak boleh!” “Tapi,
Pak....” “Tidak ada tapi-tapi! Tolong tulis saja di
formulirmu itu, Jon Pijareli, sampah masyarakat!”
(Ayah:307)
68
9. Manikam
Manikam adalah seorang pegawai pemerintah. Dia
memiliki sifat pendiam dan kaku. Hal itu dapat terlihat pda
kutipan di bawah ini.
“Jadi, bukan kau yang membuat 37 syarat itu?”
“Bukan,” jawab Lena santai. Tiba-tiba Manikam
menjadi gugup. (Ayah:241)
“Di antara kawan-kawan kerjanya, Manikam selalu
mengatakan bahwa mereka adalah pegawai yang digaji
dengan uang rakyat, penerima amanah yang tak boleh
sembarangan saja bertabiat. Oleh karena itu, banyak
yang tak betah bekerja dengannya.”
(Ayah:194)
10. Niel
Niel merupakan penduduk asli Darwin. Tiba-tiba Niel
tak sengaja menemukan seekor penyu yang tertempel pelat
aluminium bertuliskan ratapan Sabari yang sangat kehilangan
Zorro dan Marlena. Melihat hal tersebut, Niel merasa
terpanggil untuk segera mencari Zorro dan Marlena dan
menanyakan di berbagai tempat di Australia. Hal itu dapat
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Bacalah ini baik-baik, Sbari ini benar-benar sedang
mencri anaknya.”
(Ayah:332)
“Kau tak percaya,” kata ayahnya (Niel)
(Ayah:334)
11. Larissa
Larissa merupakan anak dari Niel. Larissa memang
percaya tak percaya mengenai pelat yang ditemukan ayahnya
69
yang tertali di penyu itu. Larissa cemas karena tiba-tiba
ayahnya begitu sibuk mencari Lena dan Zorro. Larissa
memiliki sifat acuh tak acuh dan cara berpikir rasional. Hal itu
dapat terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Ditepuk-tepuknya pundak ayahnya, diyakinkannya
bahwa penyu itu tak bisa dianggap serius. Bahwa di
laut adalah hal biasa para nelayan menemukan benda-
benda yang aneh.”
(Ayah: 331)
“ya, aku tak percaya, tapi masuklah.”
(Ayah:334)
12. Toharun
Tuharun merupakan teman lama SMA Sabari. Toharun
memiliki sifat baik, setiakawan dan pemberi motivasi. Suatu
ketika mereka bertemu di tempat Sabari biasa mencari
pekerjaan di pasar. Dan pada waktu itu juga Toharun merasa
senang bisa bertemu lagi dengan Sabari. Hal itu dapat
dibuktikan pada kutipan di bawah ini.
“Toharun!” Senyum Toharun makin lebar. “Lama
sekali tak berjumpa, kawan.” Toharun memeluk
Sabari.
(Ayah: 353)
“Hebat! Kau lebih cepat daripada musang yang paling
sehat sekalipun!” kata Toharun menyemangati Sabari...
(Ayah:355)
13. Juru Antar
Juru antar adalah pengantar surat dari pengadilan yang
ditugaskan untuk mengantar surat panggilan sidang untuk
70
Sabari. Juru Antar memiliki sifat jujur, peramah dan berjiwa
sosial tinggi. Hal itu dapat dibuktikan pada kutipan di bawah
ini.
“Maaf, saya tidak bisa mnerima pemberian Saudara.
Saya ini aparat pemerintah. Apakah Saudara pernah
mendengar istilah gratifikasi?”
(Ayah:204)
“Tentu Bung masih ingat denganku,” sapa Juru Antar
sambil menjulurkan tangan.
(Ayah:356)
“Kutunggu Bung di garis finis!” ... “Doaku selalu
bersama Bung!”
(Ayah:363)
c. Alur
Alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang
menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Alur atau plot sering disebut
kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu
yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan memiliki kemungkinan
agar pembaca menebak-nebak peritiwa yang akan datang. Dalam
membahas alur, ada beberapa tahap. Adapun tahapan-tahapan alur
tersebut dapat dijelaskan pada penjabaran berikut ini.
1. Tahap penurunan konflik
Tahap penurunan konflik terdapat di awal cerita pada novel.
Diketahui Sabari tengah duduk meratapi kehidupannya yang telah
di tinggal oleh Marlena dan Zorro. hal itu dapat diketahui pada
kutipan di Bawah ini.
71
Begitu terang sehingga Sabari yang duduk sendiri di
beranda, sedih, kesepian dan merana, dapat melihat gurat
nasib di telapak tangan kirinya.
(Ayah:1)
Sebatang pohon delima di pojok kanan pekarangan ikut-
ikutan kesepian. Mereka merindukan Marlena, Marleni,
dan terutama Zorro.
(Ayah:2)
Kutipan di atas terlihat pembuktian tahap penurunan konflik.
Terlihat bahwa Sabari tengah meratapi nasibnya. Dia merindukan
Marlena dan Zorro yang dicintainya.
2. Tahap penyituasian
Awal cerita pada novel ini didahului oleh pertemuan tidak
sengaja di waktu Sabari mengikuti ujian seleksi masuk SMA.
Pertemuan itu menjadi hari paling bahagia bagi Sabari karena baru
pertama kali Sabari melihat seorang anak perempuan yang membuat
hatinya tidak dapat melupakannya. Walaupun Sabari tidak
mengenalnya, tapi dia selalu penasaran siapa sesungguhy anak
perempuan itu. Terlebih lagi anak perempuan itu memberi Sabari
sebuah pensil, setelah anak itu selesai mennyontek jawaban Sabari.
Mungkin pensil itu adalah sebagai hadiah untuk kebaikannya.
Perempuan itu begitu lekat dihatinya walaupun sama sekali Sabari
tidak mengenalnya. Hal itu dapat dibuktikan pada kutipan di bawah
ini.
Anak perempuan itu membereskan tasnya. Sabari
terpana melihat bunga-bunga ilalang dalam tasnya.
Tanpa berkata-kata, anak itu terseyum kepada Sabari dan
72
menyerahkan pensilnya. Mungkin semacam hadiah
untuk kebaikan Sabari.
(Ayah:12)
Usai ujian itu, sepanjang sore dan malam, Sabari terus
menggenggam pensil pemberian anak perempuan yang
tak dikenalnya itu. Tak pernah sedetik pun
melepaskannya. Keesokannya dia terbangun, pensil itu
masih berada dalam genggamannya.
(Ayah: 13)
Kutipan di atas terlihat bahwa salah satu pembuktian tentang
tahap penyituasian yang ada dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
Tahap penyituasian ini, ditulisakan pada awal bagian novel oleh
pengarang.
3. Tahap pemunculan konflik
Pemunculan konflik ditunjukkan pada saat Sabari
menemukan puisi Lena untuknya. Puisi itu tertempel di
majalah dinding sekolah. Sejak saat itulah Sabari semakin
tergila-gila pada Lena. Perempuan yang membuatnya terpana
sejak pertama kali berjumpa saat ujian seleksi masuk SMA.
Hal itu dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.
Sabari patah hati, tetapi dia tak patah harapan.
Perasaannya kepada Lena sama seperti saat Lena
merampas kertas jawabannya pada hari keramat irtu.
Lagu pula, ayahnya sering mengatakan bahwa Tuhan
selalu menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan
berhenti mnghitung. Benar saja, hari itu, setelah dua
tahun terus menerus ditolak Lena, Tuhan berhenti
menghitung.“Kun! Ukun!” Ukun menoleh. “Marelna
membuat puisi untukku!” Wajah Sabari pucat. Ukun
tersenyum remeh.
(Ayah:48)
73
“Puisi penyumpah-nyumpah biar kau dicakar iblis atau
dilinds truk timah atau puisi baik-baik?” “Boleh
disebut puisi cinta.” “Serius?” Ternganga mulut Ukun.
... Bergegas ukun menuju majalah dinding... Namun,
disana dia tertegun. Tak percaya dia melihat puisi
diketik rapi itu.
(Ayah:49)
Kutipan di atas terlihat bahwa adanya tahap
pemunculan konflik pada novel Ayah karya Andrea Hirata.
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa adanya puisi Lena
untuk Sabari yang membuat Sabari tambah tak karuan. Hal itu
terjadi karena selama ini baru pertama kali dia bahagia karena
seorang perempuan yang dipujanya itu.
4. Tahap peningkatan konflik
Pada tahap peningkatan konflik, Sabari diberitahu oleh
Ukun bahwa ada surat Lena untuk Sabari. Hal itu dapat
diketahui pada kutipan di bawah ini.
“Boi, cepat ke sekolah! Ada lagi surat lena untukmu!”
Sabari yang tergeletak lemah tak berdaya di atas
tempat tidur sontak melompat. ... Di depan majalah
dinding, Sabari berdiri terpaku dengan wajah haru.
Matanya berkaca-kaca. Berulang-ulang dibacanya surat
itu.
(Ayah:74)
Semual Ukun mendga apa yang terjadi dengan Sabari
dulu hanyalah eufiria anak SMA, tetapi seiring waktu,
Sabari semakin terpaku kepada Lena. Inikah yang
disebut orang cinta sejati?
(Ayah:120)
“Mengapa, Ri?” Mengapa Lena?” mengapa seakan tak
ada perempuan lain di dunia ini?” “Aku pun tak tahu,
Boi. Kalau melihat Lena, aku merasa seakan sayap-
sayap tumbuh di bawah ketiaku.” (Ayah:128)
74
Kutipan di atas terlihat adanya tahap peningkatan
konflik yang terjadi dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
Peningkatan konflik dimulai saat Sabari sudah putus asa dan
memutuskan akan keluar dari sekolah. Tetapi, Sabari
menyaksikan majalah dinding terpampang surat Lena
untuknya. Sejak itu Sabari semakin menggilai Lena.
Peningkatan konflik juga terjadi saat lulus SMA dan Sabari
sudah bekerja di Tanjong Pandan. Selama itu pula Sabari tak
dapat berhenti mencintai Lena. Entah apa yang terjadi pada
diri Sabari. Padahal, sahabatnya sudah sering mengingatkan
bahwa masih banyak perempuan di dunia ini selain Lena.
Akan tetapi, Sabari tak bisa melupakan Lena.
5. Tahap klimaks
Tahap puncak pada novel ini adalah ada saat Sabari
menikah dengan Lena hingga Marlena melahirkan seorang
anak laki-laki yang diberi nama Zorro. Sabari sangat
menyayangi Zorro. Suatu hari mereka bercerai dan Marlena
mengambil Zorro darinya. Sejak itu Sabari merasa sangat
kehilangan Marlena, terutma Zorro. Hal ini dapat terlihat pada
kutipan di bawah ini.
75
Waktu penghulu membimbing Sabari untuk akad
nikah, baru satu-dua kata penghulu bersabda langsung
disambar Sabari. Cepat sekali, macam tukang dadu
cangkir menyambar duit seribu. Sabari mengucap akad
sekali saja, cerdas, fasih, lancar bahkan lebih lancar
daripada penghulu. Ukun terpana dan bertanya
bagaimana Sabari bia begitu hebat. “Aku sudah hafal
ucapan nikahku pada Lena sejak kelas tiga SMP,”
jawab Sabari dengan tenang.
(Ayah:171)
“Bilang pada sama Lena, Kun,” pesan lelaki lugu itu.
“Dia boleh kawin dengan dealer Ivespa, dengan
penggemar vespa, dengan pemilik bengkel vespa,
dengan pembalap vespa, dengan pencuri vespa, dengan
orang yang pernah ditabrak vespa, bahkan dengan
penemu vespa. Dia juga boleh mengambil tanahku,
rumahku, warungku, sepedaku, kambing-kambingku,
radioku, baju-bajuku, sarungku, sepatuku, semuanya,
asal dia tidak mengambil zorro.” (Ayah:220)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa tahap klimaks
terjadi saat Sabari menikahi Lena. Memang selama Lena
mengenal Sabari tak pernah menyukai Sabari. Pernikahan itu
harus terjadi karena suatu hal dan laki-laki yang cocok untuk
dinikahkan adalah Sabari. Karena menikah dengan Lena
adalah impian terbesar Sabari. Setelah menikah, Lena segera
melahirkan, ternyata kebahagiaan Sabari meningkat lebih dari
apa yang dibayangkannya selam ini. Pernikahan itu tidak
berlangsung lama hingga akhirnya Lena menceraikan Sabari.
Perceraian bukanlah penurun semangat Sabari, tapi hal yang
paling ditakuti Sabari adalah Zorro dibawa Lena. Semua
ketakutan Sabari terjadi tak lama setelah perceraian itu. Sabari
76
tak tahu apa yang harus dilakukan setelah perginya Lena yang
membawa Zorro.
6. Tahap penurunan konflik
Tahap penurunan konflik pada novel Ayah terjadi pada
saat Ukun dan Tamat menyadari bahwa Sabari sangat terpukul
atas perginya Lena dan Zorro. Setelah mempertimbangkan
berbgai aspek, mereka memutuskan untuk mencari Lena dan
Zorro ke Sumatera dan membawa keduanya pulang ke
Belitong. Masalahnya tak ada yang tahu di mana Lena berada.
Namun, tamat sudah punya akal. Ukun dan Tamat akan
menemui Zuraida dan menanyakan segala hal tentang
keberadaan Lena dan Zorro. Mereka mengetahui Zuraida dan
Lena sering berkomunikasi melalui surat. Karena salah satu
saudara Tamat ada yang magang di kantor Pos dan bercerita
bahwa saudaranya itu melihat surat yang ditujukan untuk
Zuraida. Dengan alasan itulah mereka meyakini bahwa
Zuraida mengetahui banyak mengenai Lena. Zuraida juga
setuju jika Ukun dan Tamat akan mencari Lena dan Zorro
kemudian diserahkanlah surat-surat Lena kepada Ukun dan
Tamat. Mereka bertiga menelaah dan mengamati surat-surat
dari Lena dan akhirnya Ukun dan Tamat memutuskan untuk
mencari Lena dan Zorro ke Sumatera. Hal itu dapat diketahui
pada kutipan di bawah ini.
77
“Banyak orang suka angka delapan. Karena kalau
untung, tak berkesudahan, tapi begitu juga kalau
senewen, senewennya takkan selesai-selesai. Sudah
saatnya kita berbuat sesuatu yang spektakuler untuk
Sabari,” kata Tamat kepada Ukun.
(Ayah:286)
“Tunggu, tunggu, janganlah menghitung dulu, macam
granat mau meletus saja.” “Kataka!” “Ojeh.” Tamat
menegakkan tubuhnya. “Dimana Lena dan Zorro?”
Terperanjat buan main Zurai.
(Ayah:287)
“Boi, kemarilah. Aku dan Tamat mau pamit.”
(Ayah:298)
Tamat mengatakn bahwa esok sore mereka akan ke
Sumatera untuk mencari Lena dan Zorro. jika
berjumpa, mereka akan membuujuknya agar pulang ke
Belitong, Sabari tak berkata-kata.” “Karena itu, Boi,”
kata Ukun, “tolong jangan gila dulu. Biaralah kami
mencari Lena dan Zorro. Kalau kami gagal, silakan
nanti kalau kau mau menjadi gila, tak ada keberatan
dariku dan Tamat sebagai kawan-kawanmu. Untuk
sementara ini, tahan dulu.”
(Ayah:299)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa tahap penurunan
konflik ditandai dengan kepergian Ukun dan Tamat ke
Sumatera untuk Mencari Lena dan Zorro. Mereka berpamitan
kepada Sabari. Ukun dan Tamat juga berpesan jangan gila
dulu sebelum mereka gagal mencari Lena dan Zorro ke
Sumatera.
7. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian pada novel Ayah ditandai dengan
pulangnya Zorro dan Lena ke Belitong. Sebelum pulang,
Sabari telah menerima surat dari Ukun dan Tamat yang berisi
78
pemberitahuan bahwa mereka telah bertemu Lena dan Zorro.
Tanggal kepulangan mereka juga dicantumkan dalam surat itu.
Hal itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Ri, kami sudah menemukan Lena dan Zorro. Kami
akan membawa Zorro pulang naik kapal kayu dari
Pelabuhan Dabo dan akan merapat di Tanjong Pandan,
sore, 7 September 1997.
(Ayah:343)
Tak lepas Sabari menatap penumpang yang keluar satu
per satu mealui pintu itu. Umumnya mereka orang-
orang dewasa, lelaki dan perempuan. Tak lama
kemudian dilihatnya seorang anak melangkah keluar.
Dia terpana karena langsung mengenali kemeja yang
dikenakan anak itu. Sabari merasa kakinya tak
menginjak bumi. Amiru (Zorro) pun langsung
mengenali laki-laki yang berdiri disamping sepeda
sambil memegang piala itu. Dia berlari
menyongsongnya, “Aya! Aya!” panggilnya... Amiru
memeluk ayahnya erat-erat. Dia mencium bau yang
selalu menjadi miteri baginya, bau yang selalu
menyayagi dan melindunginya. Kini dia tahu, bau itu
adalah bau ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat.
Air mata anak itu berlinang-linang.
(Ayah:381)
Dari kutipan di atas terlihat adanya tahap penyelesaian
pada novel Ayah karya Andrea Hirata. Tahap penyelesaian
terjadi saat Zorro keluar dari pintu kapal. Tanpa ragu Sabari
mengenali Zorro, karena saat itu Zorro mengenakan kemeja
yag dulu pernah terbaawa di dalam tas saat Zorro dibawa oleh
Marlena. Zorro memeluk erat bau yang selama ini menjadi
misteri. Bau yang menyayangi dan melindunginya ternyata
ayah Zorro.
79
d. Latar/Setting
Latar atau Setting yang disebut juga sebagai landasan yang
berhubungan dengan keadaan dimana cerita dalam novel tersebut
berada. Latar atau Setting di bagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu: 1)
latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah,
dan sebagainya; 2) latar waktu mengacu pada kapan terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun,
siang, malam, dan jam; 3) latar sosial menggambarkan hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup,
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.
Menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Untuk mendapatkan gambaran secara lengkap mengenai
latar tempat, latar waktu, latar soaial pada novel Ayah dipaparkan
sebagai berikut:
1. Latar Tempat
Latar tempat pada novel Ayah karya Andrea Hirata antara
lain: Rumah Sabari, Markas Pertemuan Buruh (MPB), Stasiun
radio, pabrik batako, Taman Balai Kota, Pasar Ikan, Pelabuhan.
80
a. Rumah Sabari
Rumah Sabari adalah tempat Sabari tingal, melamun
dan menghabiskan waktu Sabari. Ada beberapa kejadian yang
menggambarkan latar tempat rumah Sabari.
Meski tersembul di antara gumpal awan April, purnama
kedua belas terag benderang. Begitu terang sehingga
Sabari yang duduk sendiri di beranda, sedih, kesepian,
dan merana, dapat melihat gurat nasib di telapak tangan
kirinya. Tangan kanannya erat menggenggam pensil.
(Ayah:1)
Sabari yang tergeletak lemah tak berdaya di atas tempat
tidur sontak melompat.
(Ayah:74)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat pada
novel berada di rumah Sabari. Rumah adalah tempat Sabari
melamun dan beristirahat.
b. Lingkungan Sekolah SMA
Lingkungan sekolah adalah latar tempat pada novel.
Ada beberapa kejadian yang menunjukkan bahwa latar tempat
berada di lingkungan sekolah SMA. Hal itu dapat dibuktikan
pada kutipan di bawah ini.
Mereka dipanggil Bu Norma. Di bangku panjang ruang
guru mereka duduk berjajar. “Raskal 1, Raskal 2,
Raskal 3, Raskal 4, Raskal 5,” kata Bu Norma
menunjuk mereka satu per satu.
(Ayah:69)
“Kalimat majemuk!” teriak Sabari. “Cerdas!” kata Bu
Norma, tanpa menyadari bahwa jawaban berasal dari
kelas sebelah yang tengah belajar Biologi.
(Ayah:77)
81
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat
merupakan lingkungan sekolah. Diketahui juga bahwa sedang
ada siswa yang dipanggil ke ruang guru. Pelajaran Biologi juga
sedang berlangsung salah satu kelas.
c. Markas Pertemuan Buruh (MPB)
Markas Pertemuan Buruh (MPB) merupakan gedung
untuk tempat berbagai macam kegitan, seperti ujian seleksi
masuk SMA dan lomba maraton. Latar tempat MPB dapat
diketahui pada kutipan di bawah ini.
Demikian banyak lulusan SMP dari berbagai SMP di
puluhan kecmatan, tetapi bangku SMA terbatas. Maka,
diadakan ujian seleksi selama tiga hari, bertempat di
MPB.
(Ayah:11)
Akhirnya, perlombaan maraton yang ditunggu-tunggu
itu tiba. Ramai orang di halaman MPB, disanalah garis
start.
(Ayah:360)
Dari kutipan di atas terlihat latar tempat berada di
Marakas Pertemuan Buruh (MPB). Diceritakan pada novel,
sedang diadakan ujian seleksi masuk SMA dan lomba maraton.
d. Stasiun Radio
Stasiun Radio merupakan latar tempat pada novel. Pada
latar tempat Stasiun Radio, Sabari mempersembahkan sebuah
lagu dan meminta maaf untuk Lena dan Bogel. Latar tempat
Stasiun Radio dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
82
Tak mau kalah dengan peserta lain, Sabari berdandan
seronok. Dia mengantre di Stasiun Radio sejak pukul
19.30.
(Ayah:97)
“kepada siapa lagu Bung kan dikirimkan kalau boleh
tahu.” “Terkhusus untuk saudari Marlena di Kelumbi
dan saudara Bogel Leboi disertai satu permintaan
maaf.”
(Ayah:98)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sabari berada di
Stasiun Radio. Pada kesempatan itu, Sabari mempersembahkan
sebuah lagu dan permintaan maaf untuk Lena dan Bogel karena
Sabari telah membetulkan suatu rumus, tapi setelah dibetulkan
malah menjadi salah.
e. Pabrik batako
Pabrik batako merupakan latar tempat pada novel.
Pabrik batako milik Markoni. Pada latar pabrik batako,
merupakan tempat Sabari bekerja.
Adapun Sabari sendiri riang sentosa di pabrik batako
Markoni. Dia bekerja sambil bersiul-siul dan bersisir
setiap ada kesempatan.
(Ayah:149)
Acara digelar di dalam pabrik. Telah disediakan
podium di situ. (Ayah:154)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat berada
di pabrik batako milik Markoni. Di pabrik itu Sabari bekerja.
Sabari merupakan pekerja teladan dan di pabrik itu Sabari
mendapat penghargaan dari pemilik pabrik.
83
f. Taman Balai Kota
Taman Balai Kota merupakan latar tempat pada novel.
Hal itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Samapai di taman balai kota, kedua anak beranak itu
duduk di bangku taman.
(Ayah:228)
Ramai orang di taman balai kota, hiruk pikuk anak-
anak. ... Sabari tak mendengar suara-suara itu. Dia
merasa beridiri sendiridi tengah padang padang pasir.
(Ayah:229)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat berada
di Taman Balai Kota. Tempat untuk bersantai. Daiketahui juga
di Taman Balai Kota Zorro di bawa pergi oleh Lena entah
kemana.
g. Pasar Ikan
Pasar Ikan adalah latar tempat tempat pada novel.
Beberapa cerita menyebutkan bahwa latar tempat berada di
Pasar Ikan. Hal itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Rupanya Sabari sudah meminggatkan diri sendiri dari
rumah. Dia hidup menggelandang di platform pasar
Ikan bersama Abu Meong dan puluhan kucing pasar dn
anjing kurap di sana.
(Ayah:283)
Suatu ketika Zuraida melihat Sabari berkelbat di pasar
ikan, langsung jalannya dipotong Zurai. “Boi! Apa-
apaan kau ini?! Kalau mau sinting bilang-bilang!
Jangan raib begitu saja!”
(Ayah:284)
84
h. Pelabuhan
Pelabuhan adalah latar tempat pada novel. Beberapa
cerita pada menunjukkan latar tempat berada di Pelabuhan. Hal
itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Sabari sampai di pelabuhan. Masih pukul 3.00 sore dan
masih sangat panas.
(Ayah:379)
Dada Sabari berdegup melihat sebuah kapal berbelok di
semenanjung sana. Dia terpana sehingga tak menyadari
kapal itu memasuki pelabuhan dan tahu-tahu sudah
dekat sekali dengannya.
(Ayah:380-381)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat berada
di Pelabuhan. Diceritakn Sabari sedang menunggu kepulangan
Zorro yang menaiki kapal kayu.
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” peristiwa itu
terjadi. Latar waktu yang terjadi pada novel Ayah adalah pagi,
siang, sore dan malam. Berikut adalah paparan mengenai latar
waktu yang terdapat pada novel Ayah.
a. Pagi Hari
Pagi hari merupakan latar waktu pada novel. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Sabari telah berdiri tegak menunggu Lena di bawah
pohon akasia, dekat gerbang sekolah. Sejak masih
gelap. Bahkan, penjaga sekolah belum bangun. Dia
melihat matahari terbit, mendengar anjing
menggonggong dan ayam berkokok menjelang pagi.
(Ayah:67)
85
Keesokannya, pagi-pagi sekali, sebelum siswa lain
datang, tampak Sabari menyapu ruang olahraga dengan
gesit, meski hari itu bukan jadwal piketnya.
(Ayah:75)
“Ri, apakah kau tahu maksduku memanggilmu?!” kena
labrak pagi-pagi, bahkan belum sempat ngopi, Sabari
kalang kabut.
(Ayah:162)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar waktu pagi.
Latar tersebut pagi yang pada saat itu pagi-pagi Sabari sedang
menyapu ruang olahraga. Kemudian diketahui juga pagi-pagi
Sabari sudah dipanggil untuk menghadap Markoni.
b. Siang Hari
Siang hari merupakan latar waktu pada novel. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Sejak siang siang sabari sudah bercokol di pekarangan
Gedung MPB. Belum pernah dia merasa waktu berjalan
begitu lambat sekaligus cepat. Cepat sekaligus lambat.
Membingungkan.
(Ayah:32)
Siang itu Markoni memanggil Sabari dan menawarinya
untuk menikahi Lena.
(Ayah:170)
Semakin siang, suara panggilan untuk pasangan-
pasangan yang berperkara semakin gencar. Akhirnya,
terdengar ... “Sabari bin Insyafi, Marlena binti Markoni,
ruang sidang tiga.”
(Ayah:210)
Dari kutipan di atas terlihat latar waktu pada novel
menujukkan waktu siang hari. Adanya bentuk komunikasi dan
bersosial di waktu siang hari.
c. Sore Hari
Sore hari merupakan latar waktu pada novel. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
86
Sore itu, Sabari mendorong kursi roda ayahnya
melintasi padang ilalang.
(Ayah:64)
Di tengah kegembiraan itulah, sore Minggu itu Sabari
terperanjat melihat Ibu mertuanya tergopoh-gopoh
mendatanginya.
(Ayah:180)
Sabari sampai di pelabuhan. Masih pukul 3.00 sore dan
masih sangat panas. Tegak dia berdiri di samping
sepedanya.
(Ayah:379)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar waktu pada
sore hari. Latar waktu dapat ditunjukkan dengan menggunakan
jam ataupun kata sore. Tidak harus berpatokan pada jam atau
kata sore saja.
d. Malam Hari
Malam hari merupakan latar waktu pada novel. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Malam senyap, tak ada suara kecuali bunyi kafilah-
kafilah angin berembus dari selatan, menampar-nampar
atap rumbia, menyelisisk daun delima, menjatuhkan
buah kenari, menepis permukaan Danau Merantik,
menyapu padang, lalu terlontar jauh, jauh ke utara.
(Ayah:1)
Malam pertama Maret, Sabari tak bisa tidur. Semua
upaya untuk mendapatkan Lena telah gagal.
(Ayah:140)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar waktu pada
novel adalah malam hari. Waktu malam merupakan waktu
untuk beristirahat, merenungkan kejadian siang yang telah
dilalui dan merencenakan untuk keesokan hari.
3. Latar Sosial
Latar sosial dalam novel merupakan kehidupan masyarakat
menengah ke bawah. Hidup sederhana hingga dapat dikatakan
87
memperihatinkan. Di kondisi seperti itu, banyak masyarakat yang
tidak putus asa. Mereka mau memperjuangkan kehidupan
walaupun keadaan sulit. Hal itu dapat diketahui pada kutipan di
bawah ini.
Alkisah, tamatlah Sabari, Ukun, dan Tamat dari SMP.
Impian mereka berikutnya sama sama dengan impian
lulusan SMP lainnya, yaitu masuk SMA negeri. Demikian
banyak lulusan SMP dari berbagai SMP dari puluhan
kecamatan, tetapibangku SMA terbatas. Maka diadakan
ujian seleksi selama tiga hari, bertempat di MPB.
(Ayah:11)
Selama lima belas tahun mengajar, sejak tamat SPG
(sekolah pendidikan guru), belum pernah dia menemukan
murid SMA yang dipenuhi anak-anak kuli timah, menulis
puisi seperti itu. Apalagi, siswa itu berasal dari Belantik,
kampung tambang yang hidup segan mati tak mau itu.
Maaf, Kampung Belantik yang dikenalnya disesaki orang-
orang udik yang berkeringat kalau makan, tetapi kalau
bekerja tidak.
(Ayah: 38)
Sabari menambah kesibukan dengan memelihara kambing.
Kambing-kambing itu adalah bantuan pemerintah untuk
orang melarat. Jadilah dia peternak kecil.
(Ayah:153)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar sosial Sabari
memang berada di kalangan menengah ke bawah. Berada di
kampung Belantik di daerah Sumatera tidak membuat Sabari
berkecil hati. Dia terus berjuang demi memaknai kehidupan.
e. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingindisampaikan
penuliskepada pembaca. Pesan itu tentu disampaikan secara
langsung lewat tokoh yang ada di dalam novel. Pesan yang
88
disampaikan oleh penulis kepada pembaca adalah sikap tawakal,
berperasangka baik, dan sikap pantang menyerah untuk mencapai
sebuah cita-cita. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
Adakah kemudian Sabari membenturkan kepalanya ke
pohon nangka? Tidak. Adakah dia mengumpankan
lehernya ke gergaji mesin? Tidak. Adakah dia mengikat
tangan dan kakinya sendiri lalu memplestermulutnya?
Taka tahu bagaiman caranya, sebab bukankah tadi
tangannya terikat? Lalu, menceburkan diri ke Suangai
Lenggang agar ditelan buaya muara bulat-bulat? Tidak.
Ataukah dia menggunakan cara-cara yang picik, bahkan
anarkis,untuk menarik perhatian Lena? Maaf, Sabari tak
punya sifat-sifat obsesif semacam itu. Halo? (Ayah:44)
Akan tetapi, Sabari tak surut semangat sebab dia selalu
berpegang teguh pada pesan ayahnya bahwa Tuhan selalu
menhitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti
menghitung.
(Ayah:77)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa amanat yang ingin
disampaikan penulis adalah berperasangka baik dan berusaha
sekuat mungkin kemudian bertawakal merupakan hal yang bijak.
Berbuat baik untuk diri sendiri merupakan hal bijak untuk
memaknai kehidupan.
2. Nilai Moral yang Terdapat pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Nilai moral pada novel terdapat wujud nilai yaitu: hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan
alam sekitar.
89
a. Hubungan Manusia dengan Tuhan
Hubungan manusia dengan Tuhan adalah perasaan yang
menghubungkan perasaan manusia dengan Tuhan. Wujud nilai moral
yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhan pada novel Ayah
karya Andrea Hirata adalah hubungan tokoh dengan Tuhan-Nya.
Wujud nilai moral yaitu tawakkal.
1. Tawakal
Tawakal merupakan nilai moral hubungan manusia dengan
Tuhan pada novel. Tawakal adalah membebaskan hati dari segala
ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusannya
kepada Allah. Berikut kutipan mengenai sifat tawakal tokoh pada
novel Ayah karya Andrea Hirata.
Dipanjatkannya doa agar nilai rata-ratanya paling tidak 6,5.
Itu batas minimum kelulusan. (Ayah:33)
Lagi pula, ayahnya sering mengatakan bahwa Tuhan selalu
menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti
menghitung.
(Ayah:48)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa hubungan manusia
dengan Tuhan merupakan nilai moral pada novel. Tawakal
merupakan suatu bentuk pasrah kepada selain Tuhan, setelah segala
usaha dilakukan manusia.
b. Hubungan Manusia dengan Manusia
Hubungan manusia dengan manusia adalah perasaan yang
menghubungkan perasaan manusia dengan manusia di
lingkungannya. Wujud nilai moral yang menghubungkan antara
90
manusia dengan manusia pada novel Ayah karya Andrea Hirata
adalah hubungan tokoh dengan manusia di lingkungannya. Wujud
nilai moral hubungan manusia dengan manusia antara lain: tolong
menolong, persahabatan, penyayang, pemberi motivasi, berbudi
pekerti baik, dan pemberi nasihat.
1) Tolong menolong
Tolong menolong merupakan nilai moral pada novel. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Sabari senang mengajak ayahnya jalan-jalan. Dia senang
mendorong kursi roda ayahnya keliling kampung, ke pinngir
padang bahkan sampai pasar, bntaran sungai Lenggang, dan
dermaga. Ayahnya gembira, daripada sepanjang hari hanya
diam di rumah.
(Ayah:64)
Tanpa diminta, bahkan guru belum begiu selesai menctat,
dan bukan giliran piketnya, melihat papan tulis penuh, Sabari
serta-merta bangkit untuk menghapusnya. (Ayah:77)
Rela dia mendatangi kampung yang jauh demi membantu
seorang peternak. Kanyataannya, setelah didatanginya, dia
menyebutnya terapi puisi kambing, embek-embek itu pada
hamil.
(Ayah:154)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa adanya nilai moral
hubungan manusia dengan manusia. Nilai moral hubungan
manusia dengan manusia dilakukan para tokoh pada novel Ayah
karya Andrea Hirata.
2) Persahabatan
Persahabatan merupakan nilai moral pada novel. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
91
Menyesal aku gara-gara harus bertengkar dengan kalian
gara-gara Lena, gara-gara huruf S dan L. Maafkan aku, Boi.”
Keempat sahabt itu bersalaman dengan takzim. Sabari
terharu.
(Ayah:55)
“Kau akan tinggal di mana?” “Banyak kamar kontrakan.
Aku akan tinggal dengan Ukun dan Tamat. Semuanya Ayah
kenal.”
(Ayah:112)
Ukun dan Tamat mendampingi Sabari. Ketiga sahabat itu ke
pengadilan agama macam orang mau kondangan.
(Ayah:208)
Tentu saja Ukun dan Tamat tahu keadaan Sabari. Mereka
mencari-carinya, tetapi dia sudah hilang. sabari sendiri tahu
dia diacri kawan-kawannya. Dia merasa malu, dia tak mau
bertemu dengan siapa pun. (Ayah:286)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa adanya nilai moral
persahabatan. Persahabatan merupakan keakraban seorang teman
yang dapat mengerti kehidupan teman satu sama lain.
3) Penyayang
Penyayang merupakan nilai moral pada novel. Hal itu dapat
diketahui pada kutipan di bawah ini.
Biasanya Sabari menyitir puisi, sekadar menghibur kawan-
kawannya, para kuli tambang, usai seharian membanting
tulang.
(Ayah:174)
Betapa Sabari menyayangi Zorro. ingin dia memeluknya
sepanjang waktu.
(Ayah:183)
“Aku memerlukan daftar menunya.” “Untuk apa?” sabari
berkisah apa adanya. Bahwa dia memerlukan daftar menu itu
untuk meninabobokan anaknya. Ternganga lebar mulut
kakak itu. Lama diamatinya Sabari. (Ayah:226)
92
Pada beberapa kutipan di atas terlihat bahwa nilai moral
penyayang terdapat pada novel. Nilai moral penyayang
merupakan nilai moral hubungan manusia dengan manusia yang
dilakukan para tokoh kepada sesama secara tulus.
4) Pemberi motivasi
Pemberi motivasi merupakan nilai moral pada novel. Hal itu
dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
“Adakah yang ingin kau sampaikan?” Bu Norma menunjuk
mik di podium. Izmi menggeleng. Sebenarnya, dia ingin
sekali mengatakan pada setiap orang bahwa Sabari adalah
pahlawannya, inspirasi terbesarnya.
(Ayah:108)
“Ri, sebenarnya ada cara untuk melupakan perempuan,” kata
Ukun.” “Yaitu?” “Melalui gerak badan, olahraga.”
“benarkah?” “Nah, sebentar lagi ada lomba maraton Piala
Kemerdekaan, ikuti.”
(Ayah:115)
Pada kutipan di atas terlihat adanya nilai moral pemberi
motivasi pada novel. Motivasi diberikan kepada seseorang
dengan tujuan seseorang itu dapat bersemangat dalam berbagai
hal yang dia lakukan. Menyemangati agar seseorang dapat lebih
memaknai hidup.
5) Berbudi pekerti baik
Nilai moral berbudi pekerti baik merupakan nilai moral pada
novel. Hal itu dapat diketahui pada kutipan di bawah ini.
Ditunggunya dengan sabar sampai wktu mau habis. Jika
menyerahkan jawanaban secara mendadak, peserta lain bisa
terintimidasi, lalu grogi, pecah konsentrasi lalu berantakan.
Betapa tampan budi pekerti anak itu.
(Ayah:11)
93
Sabari senang bekerja di pabrik es,. Juragan dan kawan-
kawan sesama kuli sudah seperti saudara baginya. Maka,
secara bersungguh-sungguh, sebagai satu sikap hormat dan
sayang kepada mereka, dia membuat tiga lembar surat
pengunduran diri, yang bolehlah dikatakan amat puitis.
(Ayah:141)
Sebagai pemimpin pabrik, merasa terhormat dia membaca
bahwa Sabari sangat mencintai pekerjaan dan rekan-rekan
kerjanya, dan bahwa dia telah bertekad untuk menjadi
pegawai teladan paling tidak tujuh kali berturut-turut.
(Ayah:185)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa pada novel terdapat nilai
moral berbudi pekerti baik. Seseorang yang bekerja selayaknya
ada komunikasi antara pekerja dengan pemilik ataupun pengelola
pabrik. Sikap sopan santun juga perlu diutamakan oleh seorang
pekerja.
6) Pemeberi nasihat
Pemeberi nasihat merupakan nilai moral hubungan manusisa
dengn manusia pada novel. Hal itu dapat diketahui pada kutipan
di bawah ini.
Adaklanya Ukun mengancam, “jiwamu sudah dikecoh cinta.
Waspada Ri, bisa-bisa kau kena gangguan jiwa, masuk Panti
Amanah pimpinan Doktoranda Ida Nuraini!”
(Ayah:121)
“Sikapmu itu merupakan kombinasi antara gizi buruk dan
terlalu banyak membaca novel, berbahaya, bisa berlarut-
larut. Untuk menyelesaikannya harus ditempuh satu cara
yang ekstrem, yaitu berkenalan dengan perempuan lain.”
(Ayah:125)
Dia tahu perkara gizi balita, vaksin, dan obat anak-anak.
Bahkan, dia sering memberi tahu ibu-ibu lainnya soal itu.
Pesan Sabari, bayi jangan terlalu sering diminumi air tajin,
kalau terlalu sering, nanti jika besar tak bisa matematika
macam Toharun, Ukun, dan Tamat. (Ayah:184)
94
Dari beberapa ktuipan di atas terlihat bahwa pada novel
terdapat nilai moral pemberi nasihat. Nilai moral pemberi nasihat
merupakan nilai moral hubungan manusia dengan manusia.
Memberi nasihat dianggap penting karena pengalaman seseorang
mengenai satu hal akan dapat memberi pertimbangan bagi orang
lain.
c. Hubungan Manusia Dengan Dirinya Sendiri
Hubungan manusia dengan manusia adalah perasaan yang
menghubungkan perasaan manusia dengan dirinya sendiri di
lingkungannya sendiri. Wujud nilai moral hubungan manusia
dengan dirinya sendiri pada novel Ayah karya Andrea Hirata adalah
pantang menyerah.
1. Pantang Menyerah
Pantang menyerah merupakan nilai moral hubungan manusia
dengan manusia yang terdapat pada novel. Hal itu dapat
diketahui pada kutipan di bawah ini.
Akan tetapi, Sabari tak patah semangat sebab dia selalu
berpegang teguh pada pesan ayahnya bahwa Tuhan selalu
menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti
menghitung.
(Ayah:77)
Akhirnya, dia sampai di dermaga. Laut, hanya laut yang
dapat menghentikannya. Demikian saban pagi dia latihan.
Meski hujan lebat, meski ngin ribut, dia tak pernah berhenti
berlari. Karena Lena dan rencana manis dengan hadiah-
hadiah itu, Sabari merasa tenaganya tak terbatas.
(Ayah:117)
95
Tanpa dia benar-benar sempa menyelami spiritualitas lari
jarak jauh itu. Namun, tak sedikit pun surut semangatnya
untuk melupakan Lena, sekuat semngatnya untuk
mendapatkannya. Cinta memang sangat membingungkan.
(Ayah:120)
Berbagai upaya untuk menarik perhatian Lena soal medali
itu telah gagal. Namun, Sabari tak berkecil hati. Tahun depan
dia ingin menjadi karyawan teladan lagi, begitu pula tahun
depannya, dan tahun depannya lagi. Kalau dia bisa menjadi
karyawan teladan selama tujuh tahun berturut-turut, tak
mungkin Lena tak tahu.
(Ayah:160)
Dengan ujumg paku yang tajam, ditulisnya pesan bahasa
Inggris semampunya di sekeping aluminium seukuran
telapak tangan. Dilubanginya lempeng aluminium itu, lalu
diikatkannya ke kaki penyu dengan akar bahar yang tahan
air laut. Penyu itu dilepaskannya kembali ke laut. Dalam
pikirannya yang sudah tak beres, seseorang tak tahu di negeri
mana akan menemukan penyu itu, menerima pesannya, lalu
menyampaikannya kepada Lena dan Zorro.
(Ayah:281)
Dari beberapa kutipan di atas terlihat bahwa terdapat nilai
moral pantang menyerah. Dilakukannya beberapa usaha yang
dianggapnya dapat menarik perhatian. Bila gagal dia akan mencoba
hal lain lagi sampai benar-benar dia kehilangan akal sehatnya.
d. Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar
a. Memuji keindahan alam
Memuji keindahan alam merupakan sanjungan terhadap
sesuatu yang dilihat, yang ada di alam sekitar. Kekaguman yang
disampaikan melalui pujian sebagai rasa takjub dengan apa yang
dilihatnya. Berikut kutipan mengenai hubungan manusia dengan
96
alam sekitar yang dilakukan oleh tokoh dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata yaitu memuji keindahan alam.
“Tahukah kau, Boi, langit adalah sebuah keluarga. Lihat
awan yang berarak-arak itu, tak terpisahkan dari angin.
Coba, bagaimana kau dapat memisahkan awan dari
angin?” Sabari terpesona pada pertanyaan itu.
(Ayah:62)
Sore itu Sabari mendorong kursi roda ayahnya melintasi
padang ilalang. Dia berhenti dan memandangi ilalang yang
meliuk-liuk ditiup angin. Sabari tersenyum.
(Ayah:64)
Pulang kerja, dia senang karena kembali ke kebiasaan
lama, yaitu mendorong kursi roda ayahnya, keliling
kampung, saling berkisah, menyitir puisi sambil
memandangi matahari terbenam di muara Sungai
Lenggang.
(Ayah:152)
Sepeda melewati jembatan, Sabari memandangi
permukaan sungai yang tenang. Dalam diam, riakmu
tertawan, katanya pelan.
(Ayah:385)
Setiaptahun, jika kemarau datang dan ilalang berbunga,
Sabari selalu pergi ke padang di pinggir kampung. Lama
dipandanginya ilalang yang meliuk-liuk ditiup angin
selatan.
(Ayah:394)
Dari beberapa kutipan di atas terlihat bahwa adanya nilai
moral memuji keindahan alam. Banya hal yang alam berikan untuk
kita. Sedikit goresan alam saja, sudah dapat membuat kita
bersyukur kepada Tuhan atas alam yang telah diberikan untuk kita.
97
3. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah di SMA
Hasil analisis berupa unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah
karya Andrea Hirata dapat digunakan sebagai bahan/materi ajar dalam
pembelajaran apresiasi sastra untuk kelas XI. Berikut ini diuraikan
skenario pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata pada kelas XI
SMA.
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajrana merupakan suatu kegiatan
menyusun RPP. Adapun komponen daam penyusunan RPP meliputi
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, alokasi waktu, dan
evaluasi. Di bawah ini adalah sajian komponen-komponen tersebut.
1. Standar Kompetensi
Standar kompetensi disesuaikan dengan standar isi yang
telah diterapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra di kelas XI SMA
khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata adalah: Membaca
7. (Membaca) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel
terjemah.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar (KD) merupakan kemampuan hasil
belajar yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran materi pokok mata pelajaran tertentu yang
98
berguna untuk meningkatkan target kompetensi yang harus dicapai
siswa. Dari kompetensi dasar di atas, diambil salah satu
kompetensi dasar sebagai acuan pembelajaran novel Ayah karya
Andrea Hirata. Kompetensi yang ditunjukkan adalah:
7.2 Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia.
3. Indikator
Setelah SK dan KD telah diketahui, guru merumuskan
indikator pencapaian. KD menyatakan sikap dan tingkah laku yang
harus diperlihatkan oleh siswa pada akhir suatu kegiatan
pembelajaran, dan indikator merupakan subtujuan.
Berdasarkan KD di atas, indikator yang dapat
menggambarkan tingkah laku keberhasilan pembelajaran novel
Ayah karya Andrea Hirata adalah:
a. mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
b. mampu menjelaskan nilai moral di dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata.
4. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata adalah:
a. siswa mampu mengungkapkan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam novel Ayah karya Andrea Hirata;
99
b. siswa mampu menyajikan analisis dengan bahasanya sendiri
mengenai unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah karya
Andrea Hirata.
5. Bahan/Materi Ajar
Bahan/materi ajar yang digunakan, antara lain:
1) novel Ayah karya Andrea Hirata;
2) teori struktural karya sastra; dan
3) macam dan teknik penyampaian nilai moral karya sastra.
Novel Ayah karya Andrea Hirata selain merupakan novel
yang dapat dibaca oleh pembaca luas, ternyata juga dapat dijadikan
alternatif materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di
SMA. Hal ini mengingat sastra sendiri dalam pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia di SMA memiliki tempat dalam proses
pembelajaran kelas XI serta mencakup berbagai kemampuan, baik
mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis.
Dari segi isi, novel Ayah karya Andrea Hirata termasuk
novel yang ringan, dengan kata lain novel tersebut bisa menjadi
alternatif materi pembelajaran novel di sekolah. Hal tersebut
disebabkan novel Ayah karya Andrea Hirata memfokuskan cerita
pada dunia remaja dan dunia sekolah. Selain itu, novel tersebut
mengandung banyak nilai moral yang dapat dijadikan sebagai
pegangan peserta didik dalam bersikap, bertindak, dan berpikir.
Salah satu nilai moral yang menonjol adalah kerja keras. Nilai-
100
nilai tersebut dapat diaplikasikan peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari dan tentunya bermanfaat bagi peserta didik. Hal ini,
sesuai dengan tujuan pembelajaran sastra di sekolah, yaitu peserta
didik tidak hanya mengerti, memahami isi sastra saja tetapi juga
mengambil nilai-nilai positif yang digambarkan oleh tokoh.
Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh di
dalam sebuah novel, pembaca diharapkan dapat mengambil
hikmah dari pesan yang disampaikan. Nilai moral bisa diperoleh
melalui pengetahuan dan pemahaman dalam materi. Penanaman
nilai moral juga bisa diberikan selama proses apresiasi novel.
Novel Ayah karya Andrea Hirata bisa dikatakan berkualitas dan
bermuatkan moral karena novel ini mampu memotivasi dan
menginspirasi pembaca lewat tokoh dalam cerita yang begitu
semangat dalam menjalani hidup. Guru memberikan arahan akan
pentingnya nilai moral sesuai dengan cerita dan diimplentasikan
oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, seperti
penanaman rasa percaya diri dalam menganalisis unsur intrinsik
dan nilai moral, kerja sama dalam diskusi kelompok, dan lainnya.
Kelayakan atau tidaknya sebagai alternatif materi
pembelajaran juga didasarkan pada pertimbangkan dari sudut
bahasa, dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan dari sudut latar
belakang kebudayaan para siswa. Dari segi bahasa, novel Ayah
karya Andrea Hirata menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
101
Dengan demikian, peserta didik yang membaca novel tersebut
dapat menikmati, memahami, dan dengan mudah memaknai isi
novel karena penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia mereka
(sehingga mudah dipahami).
Sesuai dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
novel Ayah karya Andrea Hirata merupakan novel yang
berkualitas karena tidak hanya bersifat menghibur saja, tetapi juga
memiliki nilai moral yang lengkap dan banyak karakter positif
tokoh yang dapat diteladani.
6. Metode Pembelajaran
Metode merupakan cara yang digunakan seorang guru
dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai tujuan yang
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Seorang guru dapat
memilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar
dengan menyesuaikan materi pelajaran dan keadaan siswa. Metode
yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sastra di sekolah
yaitu ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam pembelajaran
novel Ayah karya Andrea Hirata, metode pembelajaran yang
digunakan adalah metode kuantum.
b. Alokasi Waktu
Alokasi waktu dapat disesuaikan dengan keluasan materi dan
ketersediaan waktu untuk menuntaskan materi. Sesuai silabus, satu
102
minggunya pembelajaran sastra terdapat dua kali pertemuan dengan
sekali pertemuan 2 jam (2x45 menit).
c. Langkah-Langkah Pembelajaran
Sebelum memasuki proses pembelajaran novel Ayah karya
Andrea Hirata ini, terlebih dahulu guru menugaskan siswa untuk
membaca novel tersebut di rumah secara berkelompok pada pertemuan
sebelumnya. Secara umum, langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga
tahap kegiatan, yakni: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Berikut ini diuraikan ketiga tahap pembelajaran tersebut.
Pertemuan Pertama
a) Kegiatan Awal (15 Menit)
Kegiatan awal dilakukan sebagai apersepi, penyampaian
tujuan, dan pemberian motivasi. Di bawah ini disajikan kegiatan
awal dalam pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata.
a) guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan
dibahas;
b) guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian
yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir;
c) guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi
novel yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas rumah
pertemuan sebelumnya)
103
b) Kegiatan Inti (60 Menit)
Kegiatan inti dilakukan dengan metode kuantum teknik
TANDUR. Secara lengkap, kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah
ini.
Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:
a) mempresentasikan materi dengan media powerpoint mengenai
unsur intrinsik novel dan ragam nilai moral;
b) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar siswa
memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur
intrinsik dan nilai moral.
Fase “Alami”, berisi kegiatan:
a) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa;
b) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda
untuk dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud adalah: unsur
intrinsik dan nilai moral;
c) guru menjelaskan peraturan diskusi;
d) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam diskusi
kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk menyampaikan
hasil diskusinya di depan kelas yang diwakili oleh seorang
juru bicara sehingga di depan kelas terdapat beberapa orang
sesuai dengan jumlah kelompok yang mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya;
104
e) setelah semua kelompok mempresentasikan, setiap kelompok
diwajibkan bertanya kepada kelompok lain. Di sini guru
membantu dengan petunjuk umum yang bersifat memancing
penafsiran dari siswa.
Fase “Namai”, berisi kegiatan:
Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antarkelompok
dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik dan nilai
moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata di buku tugas.
c) Kegiatan Akhir (15 Menit)
Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas.
Bagian ini berisi kegiatan:
a) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang
berkaitan dengan kesulitan dan kendala yang dialami mengkaji
nilai moral tokoh dalam novel;
b) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar unsur
intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif di rumah.
Pertemuan Kedua
1) Kegiatan Awal (20 Menit)
Kegiatan awal meliputi:
a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang
telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;
b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-kekurangan
yang masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.
105
2) Kegiatan Inti (60 Menit)
Fase “Demonstrasikan”
Fase keempat dari teknik TANDUR adalah “demonstrasi-
kan”. Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah setiap siswa
menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis unsur intrinsik
dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata kepada temannya
secara acak untuk diidentifikasi.
Fase “Ulangi”
Fase kelima adalah “ulangi”. Pada fase ini, kegiatan yang
dilakukan adalah siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan
saran teman.
Fase “Rayakan”
Pada fase ini, siswa yang memperoleh nilai tertinggi
diberikan kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya di
depan kelas dan hasil analisis tersebut dipajang di dinding kelas
3) Kegiatan Akhir (10 menit)
Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel Ayah karya
Andrea Hirata meliputi:
b) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;
c) guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap
tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam novel.
106
d. Media Pembelajaran
Media pembelajaran menggunakan novel. Diharapkan
seluruh mempunyai novel yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
belajar siswa. Media alternatif yang dapat digunakan adalah fotokopi
materi mengenai teori struktural dan nilai moral karya sastra yang
dalamnya memuat langkah-langkah analisis.
e. Evaluasi
Sistem penilaian (evaluasi) terdiri dari tiga hal: teknik
penilaian, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Teknik yang
digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran adalah teknik tes tertulis,
dengan bentuk instrumen soal uraian dan tugas proyek. Contoh
instrumennya adalah sebagai berikut.
1) Aspek Kognitif
a) Bagaimanakah tema utama novel Ayah karya Andrea Hirata?
Jawab disertai alasan yang logis dan kutipan novel!
b) Bagaimanakah kronologi dan kemenarikan alur novel Ayah
karya Andrea Hirata?
c) Bagaimanakah karakter tokoh Sabari dan teknik penokohan
yang digunakan pengarang dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata?
d) Bagaimanakah hubungan antara latar dan tokoh dalam novel
Ayah karya Andrea Hirata?
107
2) Aspek Afektif
Penilaian aspek afektif diperoleh dari perilaku siswa
dalam proses pembelajaran, seperti sikap saat mengikuti diskusi
kelompok, sikap bertanya, dan aktivitas lainnya. Penilaian ini
diperoleh melalui observasi selama pembelajaran berlangsung.
3) Aspek Psikomotorik
Penilaian aspek psikomotorik dikaitkan dengan keteram-
pilan kebahasaan, yakni menulis, yang diperoleh dengan tugas
proyek untuk membuat tulisan analisis sastra terkait dengan
materi pembelajaran yang telah dilakukan. Contoh instrumennya
adalah: “Analisislah novel Ayah karya Andrea Hirata dari segi
unsur intrinsik dan nilai moral sesuai dengan pemahamanmu!
Jangan lupa sertakan kutipan yang mendukung argumenmu.”
Skor Penilaian
a. Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Bagaimanakah tema utama novel Ayah karya
Andrea Hirata?
2. Bagaimanakah kronologi dan kemenarikan alur
novel Ayah karya Andrea Hirata?
3. Bagaimanakah karakter tokoh Sabari dan teknik
penokohan yang digunakan pengarang dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata?
108
4. Bagaimanakah hubungan antara latar dan tokoh
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap (memenuhi kriteria soal) = 50
Jawaban kurang lengkap = 40
Tidak ada jawaban = 0
b. Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik?
Kriteria Skor: Sangat baik= 5, Baik = 4, Cukup= 3, Kurang= 2,
Sangat kurang = 1.
c. Penilaian Afektif
No. Nama
Siswa
Indikator proses
Ketekunan Kerajinan Keaktifan
dalam
kelompok
kerjasama Tanggung
jawab
Kriteria Skor:
Sangat baik = 5
Baik = 4
Cukup = 3
Kurang = 2 Sangat kurang = 1
109
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/1
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan)
1. STANAR KOMPETESI
Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.
2. KOMPETENSI DASAR
7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan
kehidupan sehari-hari.
B. INDIKATOR
c. mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata;
d. mampu menjelaskan nilai moral di dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
c. siswa mampu mengungkapkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata;
110
d. siswa mampu menyajikan analisis dengan bahasanya sendiri mengenai
unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata.
D. MATERI POKOK
4) novel Ayah karya Andrea Hirata;
5) teori struktural karya sastra; dan
6) macam dan teknik penyampaian nilai moral karya sastra.
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan I
1) Pendahuluan
guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan
dibahas;
guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian
yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir;
guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi novel
yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas rumah pertemuan
sebelumnya)
2) Kegiatan Inti
(1) Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:
c) mempresentasikan materi dengan media powerpoint mengenai
unsur intrinsik novel dan ragam nilai moral;
d) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar siswa
memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur
intrinsik dan nilai moral.
111
(2) Fase “Alami”, berisi kegiatan:
f) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa;
g) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda
untuk dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud adalah: unsur
intrinsik dan nilai moral;
h) guru menjelaskan peraturan diskusi;
i) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam diskusi
kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk menyampaikan
hasil diskusinya di depan kelas yang diwakili oleh seorang juru
bicara sehingga di depan kelas terdapat beberapa orang sesuai
dengan jumlah kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya;
j) setelah semua kelompok mempresentasikan, setiap kelompok
diwajibkan bertanya kepada kelompok lain. Di sini guru
membantu dengan petunjuk umum yang bersifat memancing
penafsiran dari siswa jika terjadi kebuntuan dalam tanya jawab
antarkelompok tersebut.
(3) Fase “Namai”, berisi kegiatan:
Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antarkelompok
dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik dan nilai moral
dalam novel Ayah di buku tugas.
112
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas. Bagian
ini berisi kegiatan:
c) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang berkaitan
dengan kesulitan dan kendala yang dialami mengkaji nilai moral
tokoh dalam novel;
d) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar unsur
intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif di rumah.
Pertemuan Kedua
1. Pendahuluan
a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang
telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;
b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-kekurangan
yang masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.
1. Kegiatan Inti
a. Fase “Demonstrasikan”
Setiap siswa menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis
unsur intrinsik dan nilai moral secara acak untuk diidentifikasi.
b. Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran teman.
113
c. Fase “Rayakan”
Fase terkahir dalam pembelajaran dengan metode kuantum teknik
TANDUR adalah “rayakan”. Pada fase ini, siswa yang
memperoleh nilai tertinggi diberikan kesempatan untuk
membacakan hasil analisisnya di depan kelas dan hasil analisis
tersebut dipajang di dinding kelas.
2. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel Ayah meliputi:
d) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;
e) guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap
tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam novel.
G. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Buku LKS
Naskah dan sinopsis novel Ayah karya Andrea Hirata
LCD
H. PENILAIAN
Prosedur Penilaian
Penilaian Kognitif
Jenis : Pertanyaan lisan
114
Bentuk : Tanya jawab
Penilaian Psikomotorik
Kriteria skor penilaian :
4 : Sangat Bagus/Tepat (sesuai dengan EYD, penempatan kalimat dan
Bahasa)
3 : Bagus/Tepat (Sesuai dengan EYD dan penempatan kalimat)
2 : Sedang (kurang sesuai dengan EYD, penempatan kalimat dan Bahasa)
1 : Kurang Bagus/Tidak Tepat (tidak sesuai dengan EYD, Kalimat dan
Bahasa)
Penilaian Afektif
No Indikator Sikap
Nama Siswa
Ketekunan Kerajinan Kedisiplinan Kerja
sama
Tanggung
jawab
Keterangan :
1. Sangat Kurang (Tidak memenuhi K4T)
2. Kurang (Kurang memenuhi K4T)
3. Cukup (Hanya memenuhi beberapa dari K4T)
4. Baik (Hampir memenuhi dari K4T)
5. Amat Baik (Memenuhi keseluruhan dari K4T)
No Nama Siswa Skor
Bahasa Isi Ekspresi Keterangan
115
Skor Penilaian
d. Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
5. Bagaimanakah tema utama novel Ayah karya
Andrea Hirata?
6. Bagaimanakah kronologi dan kemenarikan alur
novel Ayah karya Andrea Hirata?
7. Bagaimanakah karakter tokoh Sabari dan teknik
penokohan yang digunakan pengarang dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata?
8. Bagaimanakah hubungan antara latar dan tokoh
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap (memenuhi kriteria soal) = 50
Jawaban kurang lengkap = 40
Tidak ada jawaban = 0
e. Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik?
Kriteria Skor:
Sangat baik = 5, Baik = 4, Cukup = 3, Kurang = 2,
Sangat kurang = 1
116
f. Penilaian Afektif
No. Nama
Siswa
Indikator proses
Ketekunan Kerajinan Keaktifan
dalam
kelompok
kerjasama Tanggung
jawab
Kriteria Skor:
Sangat baik = 5
Baik = 4
Cukup = 3
Kurang = 2
Sangat kurang = 1
Kebumen, Agustus 2016
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran, Kepala Sekolah,
115
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi ringkasan hasil penelitian
dan saran berisi anjuran peneliti kepada pihak-pihak yang dapat memanfaatkan hasil
penelitian ini.
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan data, peneliti dapat menarik beberapa simpulan
hasil penelitian sebagai berikut.
1. Unsur intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata terdiri dari; (a) tema: kisah
perjuangan keras cinta kasih seorang lelaki yang tidak pernah putus asa; (b)
tokoh utama: Sabari; tokoh tambahan: Marlena, Ukun, Tamat, Zorro, Ibu
Norma, Zuraida, Markoni, Jon Pijareli, Manikam, Niel, Larissa, Toharun dan
Juru Antar; (c) penokohan menggunakan teknik analitik dan dramatik: teknik
cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus kesadaran, teknik reaksi
tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan
fisik; (d) latar novel terdiri dari latar tempat: Rumah Sabari, Markas Pertemuan
Buruh (MPB), SMA, stasiun radio, pabrik batako, taman balai kota, pasar ikan,
pelabuhan; latar waktu: pagi, siang, sore dan malam hari. Latar social:
kehidupan menengah ke bawah, berjiwa sosial tinggi di kampung Belantik; (e)
alur: alur campuran; (f) amanat: Selalu bertawakal kepada Tuhan, selalu
118
berperasangka baik terhadap semua kedaan hidup yang telah digariskan Tuhan
dan Jangan mudah berputus asa dan harus selalu berusaha.
2. Nilai-nilai moral yang ada dalam novel Ayah karya Andrea Hirata antara lain:
(a) hubungan manusia dengan Tuhan: tawakkal; (b) hubungan manusia dengan
dirinya sendiri: pantang menyerah (c) hubungan manusia dengan manusia:
tolong menolong, persahabatan, penyayang, pemberi motivasi, berbudi pekerti
baik, pemberi nasihat; (d) hubungan manusia dengan alam sekitar: memuji
keindahan alam.
3. Nilai-nilai moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata dapat dimanfaatkan
sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra untuk kelas XI SMA, yakni dalam
pembelajaran Kompetensi Dasar menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun,
dan tanggung jawab dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami
dan menyajikan novel. Indikator pembelajaran novel ini adalah: memahami
tema, amanat, latar, tokoh dan penokohan, alur, dan amanat pada novel Ayah
karya Andrea Hirata, memahami nilai moral di dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata, dan menyajikan hasil analisis mengenai unsur intrinsik dan
nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata; nilai-nilai moral novel ini layak
untuk diteladani oleh generasi muda usia remaja, khususnya siswa SMA.
Secara psikologis, siswa SMA membutuhkan internalisasi nilai-nilai kehidupan
untuk merangsang dan memotivasi pembentukkan konsep diri yang
berkarakter. Sementara itu, metode yang efektif digunakan dalam penanaman
119
nilai moral melalui novel Ayah karya Andrea Hirata adalah metode kuatum
dengan teknik TANDUR.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti dapat memberikan
beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sederhana dalam
mengembangkan penelitian selajutnya yang masih dalam ruang lingkup yang
sama. Selain menjadi referensi, pada skripsi ini belum adanya analisis nilai
moralmyang mencakup tema mayor dan minor alangkah lebih baiknya bila
peneliti selanjutnya berkenan menambah analisis nilai moral mencakup tema
mayor dan minor.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan pengajaran
di sekolah SMA. Penelitian ini juga dapat menjadi pembanding dengan
penelitian-penelitian yang pernah dijadikan referensi oleh guru.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami
unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik dalam novel. Selain itu, dapat memberi-
kan pelajaran mengenai nilai moral untuk diterapkan pada kepribadian siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baribin, Raminah. 1985. Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Negeri
Semarang.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Buana Pustaka.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Buana
Pustaka.
Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Diktat.
Surakarta.
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasara.
Hirata, Andrea. 2015. Ayah. Yogyakarta: Bentang.
Herman, J Waluyo. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
Press.
Herman, J Waluyo. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
Press.
Hotamah, 2015. “Ananlisis Nilai Moral Pada Novel Hafalan Sholat Delisa Karya
Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA”. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.
University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Sinar Harapan.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Sangidu. 2004. Penelitian sastra, pendekatan teori, metode, dan kiat. Yogyakarta:
UGM.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Teknik Analisis Bahasa; Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara LInguistik. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Sugiarti. 2015. “Nilai Moral dalam Novel Tahajud Cinta di Kota New York karya
Arumi Ekowati sebagai bahan pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendektan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP
Press.
Sukirno. 2010. Belajar CepatMenulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Titscher, Stefan, dkk. 2009. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2015. Pedoman Penyusunan Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Wellek, Rene dan Austin Waren. 1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia.
119
Lampiran 1
SINOPSIS
NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA
Ayah – Karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka akhir
Mei 2015 ini merupakan novel Fiksi Indonesia. Namun semua cerita yang ditulis
adalah kisah yang nyata yang diceritakan seorang sahabat Andrea kepadanya.
Novel yang menceritakan sosok ayah dalam suatu keluarga. Cerita yang masih
berlatar belakang di Belitung.
Sabari, Tamat, dan Ukun adalah sahabat yang tidak terpisahkan. Tetap saja
dalam persahabatan ada perbedaan-perbedaan yang membuat mereka menjadi
semakin akrab dan seperti keluarga. Seperti halnya dalam masalah pelajaran,
Tamat dan Ukun selalu bersaing untuk menghindari rangking terbawah, sementara
Sabari melenggang mulus diperingkat atas. Ibarat langit dengan bumi. Namun
dalam hal cinta, Tamat dan Ukun (kecil) mempunyai selera yang sama. Sudah
banyak gadis disukainya, hanya sebatas suka. Sedangkan Sabari tidak pernah
sekalipun ingin merasakan apa itu cinta. Dia selalu menganggap orang yang jatuh
cinta itu sudah gila.
Alur cerita menjadi lebih menarik tatkala Sabari mulai merasakan cinta
kepada salah satu gadis tercantik Marlena. Hanya saja, semakin dia mengejar;
semakin menjauhlah cintanya tersebut. Perjuangan untuk mengejar cinta sejatinya
tidak pernah sedikitpun goyah. Walau dia tahu semakin dia mencintai, selama itu
juga dia akan tersakiti. Sebuah romantisme cinta yang tidak kalah hebat dengan
cerita Romeo dan Juliet.
120
Sudut pandang cinta membuat cerita di novel ini bergairah. Perjuangan
Sabari untuk mendapatkan Marlena akhirnya terbayar sudah. Mereka menikah dan
dikaruniai seorang anak. Zorro, itulah panggilan bayi mungil nan mempesona.
Tidak berhenti di sana, Sabari akhirnya merasakan getirnya hidup. Ditinggal
seorang istri yang menikah dengan orang lain, kemudian mengasuh anak dari
kecil hingga berumur hampir tiga tahun. Dan mendengar ucapan pertama dari si
kecil dengan sebutan “aya”. Setelah beranjak umur tiga tahun, Zorro kecil diambil
paksa sang istri (Lena) untuk hidup dengannya. Kehidupan Lena tak jauh beda,
jika Sabari menderita dan depresi karena ditinggal Lena dan Zorro. Lena sendiri
melalui hidup dengan getir karena menikah beberapa kali, dan selalu kandas
karena suaminya berselingkuh.
Pesan lain di novel ini adalah tentang sebuah persahabatan dan
kekonyolan. Tentu tali persahabatan ini tidak lepas dari Sabari, Tamat, dan Ukun.
Sewaktu masih SMA, mereka bertingkah aneh, berbuat onar bersama. Dan
menjadikan hidup mereka penuh dengan dramatic tersendiri. Persahabatan yang
paada akhrinya membuat Tamat dan Ukun reka mengelilingi Sumatera untuk
mencari Zorro dan Lena agar temannya (Sabari) tidak menjadi gila. Bermodalkan
tekad, dan surat-surat dari temannya serta sahabat pena Lena, kedua sabahat itu
menginjakkan kaki dari Aceh sampai ujung terjauh Sumatera. Harapan mereka
adalah ingin sahabatnya kebali seperti waktu masih muda. kembali cerita seperti
dulu lagi.
Ada juga sebuah semangat yang tidak terlupakan. Semangat perjuangan
Izmi yang selalu terinsiprasi dari Sabari. Dia terinspirasi dengan semangat
121
sahabatnya yang tidak kenal lelah. Walau sudah puluhan kali cintanya ditolak
Lena, namun Sabari terus mengejar dan mengungkapkan cintanya di manapun dia
berada. Izmi mencoba berjuang seperti Sabari, namun dia berjuang untuk bisa
naik kelas dan rapor-nya tidak ada nilai yang berwarna merah.
Di antara semua itu, pesan yang paling mencolok adalah tentang arti
sebuah keluarga. Di mana Sabari yang selalu mendambakan Zorro agar datang
dipelukannya. Berkumpul dengannya, dan melalui hidup seperti orang lainnya.
Menjadi ayah dan anaknya, dan mengajari anaknya untuk menjadi sosok yang
bisa dibanggakan. Segala pengorbanan sudah dia lakukan untuk cintanya kepada
istri, dan juga cintanya kepada anak. Sosok yang tidak ingin melihat anaknya
menangis dan sengsara.
Tulisan novel ini benar-benar mengagumkan. Bahasa yang mendayu-dayu
dan membuat kadang kita tersenyum, terbahak, sedih, geram, dan meneteskan air
mata. Bahasa penuh sastra disajikan oleh penulis di dalam novel ini. Hampir
setiap bab terdapat puisi-puisi yang mendayu-dayu penuh makna. Beberapa
kutipan puisi ataupun kalimat yang ada di dalam novel ini;
Cinta adalah mahkota puisi
Musim adalah giwang puisi
Hujan adalah kalung puisi
Bulan adalah gelang puisi
Cincin adalah perhiasan
(Novel Ayah – Halaman 37)
122
Datangkan seribu serdadu untuk membekukku!
Bidikkan seribu senapan, tepat ke ulu hatiku!
Langit menjadi saksi bahwa aku di sini, untuk mencintaimu!
Dan biarkan aku mati dalam keharuman cintamu….
(Novel Ayah – Halaman 110)
Kulalui sungai yang berliku
Jalan panjang sejauh pandang
Debur ombak yang menerjang
Kukejar bayangan sayap elang
Di situlah kutemukan jejak-jejak untuk pulang
Ayahku, kini aku telah datang
Ayahku, lihatlah, aku sudah pulang
(Novel Ayah – Halaman 384)
“Ingat, Boi, dalam hidup ini sumua terjadi tiga kali. Pertama aku mencintai
ibumu, kedua aku mencintai ibumu, ketiga aku mencintai ibumu – halaman 394”
Lampiran 2
Biografi pengarang
Andrea Hirata. Telah menerbitkan 9 novel edisi bahasa Indonesia (Laskar
Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karprov, Padang Bulan, Cinta di Dalam
Gelas, Sebelas Patriot,Laskar pelangi Song Book, dan Ayah) dan 2 edisi internasional
(The Rainbow Troops dan Der Traumer-Maret, 2015, penerbit Hanser Berlin). Dia
adalah pemenng New York Book festival 2013, kategori General Fiction, untuk The
Rainbow Troops (Laskar Pelangi edisi Amerika), dan pemenang Buchawards 2013,
Jerman, untuk Die Regenbogen Truppe (Laskar Pelangi edisi Jerman).
Andrea lulus dari Sheffield University, UK, post graduate, beasiswa. Dia juga
mendapat beasiswa studi sastra di University of lowa, USA. Cerpen pertamanya,
“Dry Season”, dimuat dimajalah sastra ternama, Washington Square Review, New
York University. Andrea menjadi panelis “Das Blaue Sofa”, Leipzeig Book Fair 2013
dan terpilih dalam project Windows on The World, 50 Writers, 50 views, Matteo
Pericoli, Penguin Random House bersama pemenang Nobel Sastra, Orhan Pamuk dan
Nadine Gordimer.
Pada 2015, Media Indonesia memilih Laskar Pelangi sebagai salah satu dari
45 buku paling mempengaruhi Indonesia sepanjang sejarah. Untuk mendorong minat
baca, mengembangkan sastra dan melestarikan bahasa Belitong, pada 2010 Andrea
membangun Museum Kata, museum sastra pertama di Indonesia yang telah berhasil
memulai literary tourism di Tanah air.
Lampiran 3
SILABUS
Nama Sekolah: SMA
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia
Kelas: XI
Semester: 1
Standar Kompetensi: Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasai
Waktu
Sumber/Bahan
/alat
7.2
Menganalisis
unsur-unsur
instrinsik dan
ekstrinsik
novel
Indonesia/no-
vel
terjemahan
Novel Indonesia
dan Novel
Terjemahan.
- Unsur-unsur instrinsik
(alur, tema,
penokohan,
sudut
pandang, latar,
dan amanat).
- Unsur
ekstrinsik
(nilai moral,
sosial, budaya,
dll)
- Membaca Novel Indonesia dan
- Menganalisis unsur-
unsur instrisink dan
ekstrinsik (alur,
tema, penokohan,
sudut pandang, latar,
dan amanat) novel
Indonesia dan Novel
Terjemahan.
- Membandingkan unsur instrinsik dan
eksrinsik novel
Indonesia dengan
novel Terjemahan.
- Menganalisis unsur-unsur ektrinsik (n
ilai religius) dan
instrinsik (tema,
alur, tokoh dan
penokohan, latar,
dan amanat)
- Menganalisis unsur-
unsur ekstrinsik dan
instrinsik novel
terjemahan
- Membandingkan unsur ekstrinsik dan
instrinsik novel
Indonesia dan novel
Terjemahan
Jenis Tagihan
- Tugas
individu
- Tugas
kelompok
- Ulangan
Bentuk Instrumen
- Uraian bebas
- Pilihan
ganda
- Jawaban singkat
4 Novel
Indonesia
Novel
terjemahan
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ 1
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan)
1. STANAR KOMPETESI
Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.
2. KOMPETENSI DASAR
7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan
kehidupan sehari-hari.
B. INDIKATOR
mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata;
mampu menjelaskan nilai moral di dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
siswa mampu mengungkapkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata;
siswa mampu menyajikan analisis dengan bahasanya sendiri mengenai
unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata.
D. MATERI POKOK
novel Ayah karya Andrea Hirata;
teori struktural karya sastra; dan
macam dan teknik penyampaian nilai moral karya sastra.
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan I
1) Pendahuluan
guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan
dibahas;
guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian
yang harus diku-asai siswa setelah pembelajaran berakhir;
guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum isi novel
yang telah dibaca siswa di rumah (menjadi tugas rumah pertemuan
sebelumnya)
2) Kegiatan Inti
(1) Fase “Tumbuhkan”, berisi kegiatan:
a) mempresentasikan materi dengan media powerpoint mengenai
unsur intrinsik novel dan ragam nilai moral;
b) memberikan kutipan-kutipan menarik dari novel agar siswa
memotivasi siswa untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur
intrinsik dan nilai moral.
(2) Fase “Alami”, berisi kegiatan:
a) siswa dibagi ke dalam beberapa kelom-pok. Tiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa;
b) tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda untuk
dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud adalah: unsur intrinsik
dan nilai moral;
c) guru menjelaskan peraturan diskusi;
d) setelah siswa memecahkan permasalahannya dalam diskusi
kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas yang diwakili oleh seorang juru bicara
sehingga di depan kelas terdapat beberapa orang sesuai dengan
jumlah kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya;
e) setelah semua kelompok mempresentasikan, setiap kelompok
diwajibkan bertanya kepada kelompok lain. Di sini guru membantu
dengan petunjuk umum yang bersifat memancing penafsiran dari
siswa jika terjadi kebuntuan dalam tanya jawab antarkelompok
tersebut.
(3) Fase “Namai”, berisi kegiatan:
Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antarkelompok
dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik dan nilai moral
dalam novel Ayah di buku tugas.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir adalah penutup dan pemberian tugas. Bagian
ini berisi kegiatan:
a) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang berkaitan
dengan kesulitan dan kendala yang dialami mengkaji citra tokoh
utama wanita dalam novel;
b) memberikan tugas rumah (proyek) kepada siswa agar unsur
intrinsik dan nilai moral secara lebih komprehensif di rumah.
Pertemuan Kedua
1. Pendahuluan
a) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang
telah dibahas pada pertemuan sebelumnya;
b) guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan-kekurangan
yang masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.
1. Kegiatan Inti
a. Fase “Demonstrasikan”
Setiap siswa menukar hasil pekerjaan rumahnya berupan analisis
unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah kepada temannya
secara acak untuk diidentifikasi.
b. Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran teman.
c. Fase “Rayakan”
Fase terkahir dalam pembelajaran dengan metode kuantum teknik
TANDUR adalah “rayakan”. Pada fase ini, siswa yang
memperoleh nilai tertinggi diberikan kesempatan untuk
membacakan hasil analisisnya di depan kelas dan hasil analisis
tersebut dipajang di dinding kelas.
2. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dalam pembelajaran novel Ayah meliputi:
a) guru menyampaikan simpulan pembelajaran;
b) guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap
tokoh-tokoh yang memiliki akhlak mulia di dalam novel.
G. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Buku LKS
Naskah dan sinopsis novel Ayah karya Andrea Hirata
LCD
H. PENILAIAN
Prosedur Penilaian
Penilaian Kognitif
Jenis : Pertanyaan lisan
No Nama Siswa Skor
Bahasa Isi Ekspresi Keterangan
Bentuk : Tanya jawab
Penilaian Psikomotorik
Kriteria skor penilaian :
4 : Sangat Bagus/Tepat (sesuai dengan EYD, penempatan kalimat dan
Bahasa)
3 : Bagus/Tepat (Sesuai dengan EYD dan penempatan kalimat)
2 : Sedang (kurang sesuai dengan EYD, penempatan kalimat dan Bahasa)
1 : Kurang Bagus/Tidak Tepat (tidak sesuai dengan EYD, Kalimat dan
Bahasa)
Penilaian Afektif
No Indikator Sikap
Nama Siswa
Ketekunan Kerajinan Kedisiplinan Kerja
sama
Tanggung
jawab
Keterangan :
1. Sangat Kurang (Tidak memenuhi K4T)
2. Kurang (Kurang memenuhi K4T)
3. Cukup (Hanya memenuhi beberapa dari K4T)
4. Baik (Hampir memenuhi dari K4T)
5. Amat Baik (Memenuhi keseluruhan dari K4T)
Skor Penilaian
a. Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Bagaimanakah tema utama novel Ayah karya
Andrea Hirata?
2. Bagaimanakah kronologi dan kemenarikan alur
novel Ayah karya Andrea Hirata?
3. Bagaimanakah karakter tokoh Sabari dan teknik
penokohan yang digunakan pengarang dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata?
4. Bagaimanakah hubungan antara latar dan tokoh
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap (memenuhi kriteria soal) = 50
Jawaban kurang lengkap = 40
Tidak ada jawaban = 0
b. Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik?
Kriteria Skor:
Sangat baik = 5
Baik = 4
Cukup = 3
Kurang = 2
Sangat kurang = 1
c. Penilaian Afektif
No. Nama
Siswa
Indikator proses
Ketekunan Kerajinan Keaktifan
dalam
kelompok
kerjasama Tanggung
jawab
Kriteria Skor:
Sangat baik = 5
Baik = 4
Cukup = 3
Kurang = 2
Sangat kurang = 1
Kebumen, Agustus 2016
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran, Kepala Sekolah,