analisis potensi ekonomi sub sektor industri pengolahan …
TRANSCRIPT
i
ANALISIS POTENSI EKONOMI
SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
KOTA TANGERANG PERIODE 2005-2010
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi
Oleh :
Dimas Aditiya Susanto
NIM. 109084000039
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
1434 H/2013 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : DIMAS ADITIYA SUSANTO
Nama Panggilan : DIMAS
NIM : 109084000039
Jurusan : ILMU EKONOMI DAN STUDI
PEMBANGUNAN
Tempat/Tanggal Lahir : TANGERANG, 25 OKTOBER 1991
Alamat : PERUM. BENUA INDAH JALAN BATARA
WISNU BLOK B5 NO. 14 RT. 004/ RW. 006,
KELURAHAN PABURAN TUMPENG,
KECAMATAN KARAWACI, KOTA
TANGERANG – BANTEN.
Nama Ayah Kandung : ENDANG SUSANTO
Nama Ibu Kandung : YUYUN MARYUNAH
Agama : ISLAM
No. Telepon : 021 55 19 246 / 021 998 53 729
RIWAYAT PENDIDIKAN :
Tahun 1996 – 1997 : TK AISYIYAH
Tahun 1997 – 2000 : SDN SUKASARI 5 TANGERANG
Tahun 2000 – 2003 : SDN PABUARAN TUMPENG I TANGERANG
Tahun 2003 – 2006 : SMP NEGERI 2 TANGERANG
Tahun 2006 – 2009 : SMK NEGERI 1 TANGERANG
vi
Tahun 2009 – 2013 : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
RIWAYAT PENGALAMAN ORGANISASI
2004 - 2005 : Ketua ROHIS SMP Negeri 2 Tangerang
2008 - 2009 : Ketua MPK SMK Negeri 1 Tangerang
2008 – 2009 : Koordinator Bidang Muamalah RISMA SMK
Negeri 1 Tangerang
2011 - 2012 : Anggota BEMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah
(Bidang Keagamaan)
2012 - 2013 : Koordinator Bidang Humas dan Media HMJ
IESP UIN
RIWAYAT PENGALAMAN KERJA
1. Staff pengajar di ISMI Learning Center
vii
ABSTRACT
Indicators of regional economy the gross Regional domestic product
(GRDP). GDP consists of nine of the sectors in which the city of Tangerang who
contributed greatly to the sector of the economy is the sector of the processing
industry. Tangerang is a city that has a thriving industries. Industrial activity is
divided into nine sub sector of the industry. In this study intended to analyze the
industrial sector where the sub base in Tangerang city and its development. The
methods used in this study uses the Location Quotient, Shift Share, and SWOT.
The results of this research show that there are four Sub sectors of the
processing industry which became the base. Sub industrial sector is industry's
first other items with an average of 1,886 LQ. The second industry namely
industrial transport equipment, machinery and equipment with an average of $
1,558 LQ. The third and fourth industry namely industrial fertilizers, chemicals,
and items of rubber; and the food industry, beverages and tobacco, with an
average of 1,160 LQ and 1,117.
Results the next research use analysis shift share namely based on
components proportional shift produced 7 industry who specializes and rapid
growth if compare to the namely food industries drink, and tobacco; the textile
industry, skins, tobacco; metal industry base, iron and steel; industry paper and
printed materials; cement maker and goods excavation non metal; industry
instrument transport, machinery and equipment; and goods industry other with
average 379,051; 21,827; 587,006; 10,196; 7.631; 151,395; 91,337. Shift
Differential components generate industries that have high competitiveness and
the rapid growth of industrial fertilizers, chemicals and rubber goods; and basic
metal industry, iron and steel with an average 3191,269 and 342,955.
Components of the National Share industry which has resulted in the rapid
growth of the provincial level compared to that of the food industry, beverages,
and tobacco; industrial paper and printed matter; basic metal industry, iron and
steel; as well as other goods industries with average 271,2; 2894,2; 351,4; 9.2.
Results of the study on SWOT to analyse a guidance from industry which is
the base in the town of Tangerang which other goods industry; industrial tools,
machinery and transport equipment; the fertilizer industry, chemical and rubber
goods; as well as the food industry, beverages and tobacco. The results of the
SWOT analysis showed that a fourth of the industry is a strong industry and a
chance to develop.
Key Word : PDRB, Sector of the processing industry, Location Quotient, Shift
Share, SWOT.
viii
ABSTRAK
Indikator perekonomian daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB terdiri dari sembilan sektor di mana Kota Tangerang sektor yang
menyumbang besar terhadap perekonomian adalah Sektor Industri Pengolahan.
Kota Tangerang merupakan Kota yang memiliki industri-industri yang
berkembang. Kegiatan industri ini terbagi dalam sembilan sub sektor industri.
Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa sub sektor industri mana
yang menjadi basis di Kota Tangerang dan pengembangannya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Location Quotient, Shift Share, dan
SWOT.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat Sub Sektor
Industri Pengolahan yang menjadi basis. Sub sektor industri yang pertama adalah
industri barang lainnya dengan rata-rata LQ sebesar 1,886. Industri yang kedua
yaitu industri alat angkutan, mesin dan peralatan dengan rata-rata LQ sebesar
1,558. Industri yang ketiga dan keempat yaitu industri pupuk, kimia, dan barang
dari karet; dan industri makanan, minuman dan tembakau dengan rata-rata LQ
sebesar 1,160 dan 1,117.
Hasil penelitian selanjutnya menggunakan analisa Shift Share yaitu
berdasarkan komponen Proportional Shift dihasilkan 7 industri yang memiliki
spesialisasi dan pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan Provinsi yaitu
industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan
tembakau; industri logam dasar, besi dan baja; industri kertas dan barang cetakan;
industri semen dan barang galian non logam; industri alat angkutan, mesin dan
peralatan; serta industri barang lainnya dengan rata-rata 379,051; 21,827;
587,006; 10,196; 7.631; 151,395; 91,337. Komponen Differential Shift
menghasilkan industri yang memiliki daya saing tinggi dan pertumbuhan yang
cepat yaitu industri pupuk, kimia dan barang dari karet; dan industri logam dasar,
besi dan baja dengan rata-rata 3191,269 dan 342,955. Komponen National Share
menghasilkan industri yang memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan dengan
tingkat Provinsi yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau; industri kertas
dan barang cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta industri barang
lainnya dengan rata-rata 271,2; 2894,2; 351,4; 9,2.
Hasil penelitian di atas menjadi petunjuk untuk menganalisa SWOT dari
industri yang merupakan basis di Kota Tangerang yaitu industri barang lainnya;
industri alat angkutan, mesin dan peralatan; industri pupuk, kimia dan barang dari
karet; serta industri makanan, minuman dan tembakau. Hasil dari analisa SWOT
menunjukkan bahwa keempat industri ini merupakan industri yang kuat dan
berpeluang untuk dikembangkan.
Kata kunci : PDRB, Sektor Industri Pengolahan, Location Quotient, Shift Share,
SWOT.
ix
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah atas ke hadirat Allah SWT yang memberikan karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
judul : “ANALISIS POTENSI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
KOTA TANGERANG PERIODE 2005-2010”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat agar mencapai
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini mendapatkan banyak bantuan dari semua pihak, baik tenaga, waktu,
semangat, informasi dan biaya yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.
Dengan ketulusan hati penulis, mengucapkan banyak terima kasih terutama
kepada :
1. Kedua Orang Tua penulis khususnya Ibu penulis yaitu Yuyun Maryunah,
Ruhiat Susanto, S.Kom, M.Kom, Yuri Pebrianti, S.Pd, dan Taufik Rachman
yang memberikan semangat kepada penulis. Sebagai orang tua dan saudara
kandung penulis, yang senantiasa mendukung penulis agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis serta Pembimbing I, yang telah memberikan pengetahuan dan ilmunya
kepada penulis serta meluangkan waktu untuk memberikan arahan dalam
penulisan skripsi penulis.
3. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan masukkan yang berarti dalam penulisan skripsi penulis serta
meluangkan waktu untuk membimbing penulis.
4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Ekonomi dan studi
Pembangunan yang memberikan pengetahuan dan pengalamannya dalam
melakukan penelitian.
x
5. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan yang meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah
penulis dalam akademik.
6. Ibu Fitri Amalia, S.Pd, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis
sejak semester 1 sampai 5, yang memberikan nasihat kepada penulis dalam
akademik di kampus.
7. Bapak dan Ibu Selaku Staf Badan Pusat Statistika Kota Tangerang dan
Provinsi Banten yang telah membantu dalam fasilitas data-data yang terkait
dengan penelitian penulis.
8. Bapak/Ibu Dinas Perindustrian Kota Tangerang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengadakan wawancara untuk penyelesaian
penelitian penulis.
9. Bapak Kepala KesBangLinMas dan Bapak Helly sebagai staffnya, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di
Dinas Perindustrian Kota Tangerang.
10. Bapak/Ibu pimpinan Industri yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan wawancara dan observasi lapangan.
11. Teman-teman IESP angkatan 2009, yang telah memberikan semangat,
dorongan, motivasi, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Kalian tak kan pernah terlupakan, kenal dengan kalian adalah suatu
kebahagiaan buat penulis.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan, mohon kritik dan saran
yang membangun untuk sempurnanya skripsi ini. Penulis juga mohon ma’af bila
dalam penulisan terdapat kesalahan kata, isi, dan penulisan yang kiranya
menyinggung hati para pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna bagi
pendidikan di kampus penulis.
Wassalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Tangerang, 24 Juni 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing ................................................................ i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi .......................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. v
Abstract ....................................................................................................... vi
Abstrak ........................................................................................................ vii
Kata Pengantar ............................................................................................ viii
Daftar Isi ..................................................................................................... x
Daftar Tabel ................................................................................................ xiv
Daftar Diagram ........................................................................................... xvi
Daftar Gambar ............................................................................................. xvii
Daftar Rumus .............................................................................................. xviii
Daftar Lampiran .......................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
xii
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10
A. Teori Yang Berkenaan Dengan Variabel ....................................... 10
1. Konsep Pembangunan Ekonomi ............................................. 10
a. Tahap Pertumbuhan Ekonomi WW Rostow ............... 10
b. Teori Malthus .............................................................. 13
c. Teori Arthur Lewis ..................................................... 14
2. Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................. 15
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 16
a. Teori Simon Kuznet …………………………………. 17
b. Teori Harrod Domar …………………………………. 18
c. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ……………………… 18
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ..................................... 20
a. Model Basis Ekspor ………………………………….. 21
b. Model Neo-Klasik …………………………………… 22
c. Teori Harrod Domar Dalam Sistem Daerah ………… 23
d. Teori Basis Ekonomi ………………………………… 23
5. Analisis Shift Share ………………………………………….. 26
6. Analisis SWOT ……………………………………………… 27
7. Produk Domestik Regional Bruto …………………………... 31
8. Pengembangan Sub Sektor Potensial ……………………….. 32
xiii
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 39
BAB II METODE PENELITIAN ............................................................ 42
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 42
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 42
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 43
D. Metode Analisis ............................................................................ 43
1. Analisis Location Quotient ………………………………….. 43
2. Analisis Shift Share …………………………………………. 44
3. Analisis SWOT ……………………………………………… 46
E. Operasional Variabel Penelitian................................................... 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 54
A. Sekilas Gambaran Umum Kota Tangerang ................................... 54
1. Keadaan Geografi …………………………………………….. 54
a. Letak Geografi ……………………………………….. 54
b. Keadaan Iklim ……………………………………….. 54
c. Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain … 55
2. Luas Kota Tangerang ………………………………………… 55
3. Demografi ……………………………………………………. 58
4. Pendidikan …………………………………………………… 58
5. Kesehatan ……………………………………………………. 59
xiv
6. Pemerintahan ………………………………………………… 60
7. Perekonomian Daerah ……………………………………….. 61
B. Analisis dan Pembahasan ............................................................. 63
1. Analisis Potensi Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas
dan pengembangan Sub Sektor Unggulan …………………… 63
a. Analisis Potensi Sub Sektor Industri ………………… 64
b. Analisis Shift Share …………………………………. 67
c. Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan …… 76
d. Potensi Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan
Dengan Pendekatan SWOT ………………………….. 76
C. Pengembangan SWOT Dengan Pendekatan Kuantitatif ............... 81
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................ 93
A. Kesimpulan ................................................................................... 93
B. Implikasi ................ ...................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 98
LAMPIRAN .............................................................................................. 100
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan PDRB Sektor Industri Pengolahan Non Migas
Atas Harga Konstan menurut Kota/Kabupaten 2008-2010 ............ 3
1.2 Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor
Kegiatan di Kota Tangerang Tahun 2010 ………………………… 6
2.1 Matriks Penelitian Terdahulu …………………………………….. 37
3.1 Faktor-faktor Strategis Internal Industri Kota Tangerang ……….. 47
3.2 Faktor-faktor Strategis Eksternal Industri Kota Tangerang ………. 47
3.3 Matriks SWOT Industri-industri Kota Tangerang ………………… 48
3.4 Tabel Operasional Variabel Penelitian ……………………………. 53
4.1 Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kab Lain ……………………. 55
4.2 Luas Kota/Kabupaten Provinsi Banten …………………………… 56
4.3 Luas Daerah menurut Kecamatan di Kota Tangerang …………… 56
4.4 Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang ……... 60
4.5 Perolehan Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas
Tahun 2005-2010 ………………………………………………….. 61
4.6 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient di Kota Tangerang
Tahun 2005-2010 ………………………………………………….. 65
4.7 Komponen Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 ……… 68
xvi
N o Keterangan Halaman
4.8 Komponen Proportional Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 …. 70
4.9 Komponen Differential Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 …. 71
4.10 Hasil Perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 … 73
4.11 Klasifikasi Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang …….. 76
4.12 Analisis SWOT Industri Barang Lainnya ………………………….. 78
4.13 Analisis SWOT Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan …….. 78
4.14 Analisis SWOT Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet …… 79
4.15 Analisis SWOT Industri Makanan, Minuman dan Tembakau …….. 80
4.16 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Daur Ulang ……… 83
4.17 Matriks SWOT Industri Daur Ulang ……………………………….. 84
4.18 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Peralatan ………… 85
4.19 Matriks SWOT Industri Peralatan Kantor …………………………. 87
4.20 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Cat Furniture …… 87
4.21 Matriks SWOT Industri Cat Furniture ……………………………… 89
4.22 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Roti ……………… 90
4.23 Matriks SWOT Industri Roti ………………………………………. 92
xvii
DAFTAR DIAGRAM
No Keterangan Halaman
1.1 Statistik Industri Besar dan Sedang Kota Tangerang ………………. 4
1.2 Perolehan Tenaga Kerja IBS di Kota Tangerang …………………… 5
4.1 Suhu Udara, Curah Hujan dan Kelembaban Udara ………………… 54
4.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan …………………………….. 58
4.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Ruang Kelas …………………………. 59
4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan menurut Kecamatan ………………….. 59
4.5 Banyaknya Kelurahan, Rukun Tetangga dan Warga ………………. 60
xviii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Matriks SWOT Kearns ………………………………………………. 28
2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………………. 39
xix
DAFTAR RUMUS
No Keterangan Halaman
2.1 Model Pertumbuhan Solow……………………………….………….. 19
2.2 Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi melalui PDB/PDRB………..….. 20
2.3 Model Formal Income menurut John. P Blair…………………….…. 21
2.4 Model Cobb Douglas………………………………………………… 22
2.5 Model Harrod Domar Sistem Daerah…………………………….….. 23
2.6 Pengganda Basis Lapangan……………………………………….….. 24
3.1 Perhitungan Location Quotitent………………………………….…… 44
3.2 Perhitungan Shift Share………………………………………………. 45
xx
DAFTAR LAMPIRAN
A. Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Provinsi Banten Tahun
2005-2010
B. Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Tahun
2005-2010
C. Perhitungan Location Quotient
D. Komponen Shift Share Kota Tangerang
E. Komponen Share Kota Tangerang
F. Komponen Differential Shift Kota Tangerang
G. Komponen Proportional Shitf Kota Tangerang
H. Rata-rata komponen Shift Share Kota Tangerang
I. Checking perhitungan Shift Share Kota Tangerang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejak Reformasi berlalu, pemerintahan Indonesia memperkenalkan
sistem pemerintahan yang terdesentralisasi atau disebut Otonomi Daerah yang
memberikan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengelola dan mengatur sumber-sumber yang ada di daerahnya.
Berdasarkan hal tersebut dikeluarkanlah UU No. 22 Tahun 1999 yang
kemudian diganti menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Dan UU No. 25 Tahun 1999 yang diganti menjadi UU No. 33 Tahun
2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Hal ini memberikan
kesempatan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya sendiri
Menurut Syarifah Lies F.A dan M. Nasir A (2001:1), pembangunan
daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dan
pembangunan daerah ini ditujukan pada urusan peningkatan kualitas
masyarakat, pertambahan ekonomi dan pemerataan ekonomi yang optimal,
perluasan tenaga kerja, peningkatan taraf hidup masyarakat. Pembangunan
yang dilakukan akan berdampak pada tumbuhnya perekonomian dan segala
bidang lainnya baik di pusat maupun di daerah dengan sektor-sektor ekonomi
yang dimiliki. Pembangunan yang dilakukan memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk memasuki kegiatan-kegiatan ekonomi yang berdampak
positif kepada keadaan keuangan mereka.
2
Pertumbuhan dan pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat
dengan adanya perubahan keadaan ekonomi di masyarakat sehingga mereka
dapat hidup dengan cukup. Menurut Tarigan (2005,55) pertumbuhan ekonomi
daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang
terjadi di daerah tersebut dengan adanya kenaikan seluruh nilai tambah (value
added) yang terjadi. Pendapatan daerah ini menggambarkan balas jasa bagi
faktor-faktor produksi yang berada di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga
kerja, dan teknologi) yang berarti secara kasar dapat menggambarkan
kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah juga ditentukan oleh
besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut juga oleh seberapa
besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar
daerah atau mendapat aliran dana dari luar daerah.
Untuk mengukur pertumbuhan dan pembangunan tersebut sebagai
indikatornya dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto yang
dihasilkan oleh setiap daerah baik Provinsi/Kota/Kabupaten. Masing-masing
daerah memiliki hasil yang berbeda-beda terlihat dalam perolehan PDRB
daerah tersebut. Sedangkan PDRB ini terdiri dari sembilan sektor ekonomi.
Sembilan sektor ekonomi tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut
berspesialisasi pada sektor tertentu yang memiliki keunggulan. Dalam kaitan
penelitian ini Provinsi Banten ditunjukkan dengan perkembangan yang pesat
dari sektor industri pengolahan. Di bawah ini disajikan tabel mengenai sektor
industri pengolahan non migas di Provinsi Banten.
3
Tabel 1.1
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Sektor
Industri Pengolahan Non Migas Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Menurut Kota/Kabupaten Tahun 2008-2010 (Jutaan Rupiah)
PDRB
Kota/Kabupaten 2008 2009 2010
Kota Tangerang 13.229.930 13.502.460 13.985.850
Kota Serang 137.918,16 137.918,16 140.690,31
Kota Cilegon 6.848.341,04 11.814.829,89 12.399.688,73
Kota Tangerang Selatan 822.793,85 836.534,51 850.893,62
Kabupaten Tangerang 10.082.057 10.297.265 10.675.857
Kabupaten Serang 6.619.873.36 6.958.942.30 4.371.008,99
Kabupaten Lebak 354.578 360.131 368.468
Kabupaten Pandeglang 438.456,66 456.270,83 473.163,81
Sumber : Badan Pusat Statistik - 2011 (diolah kembali)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas Perkembangan Produk Domestik
Regional Bruto berdasarkan sektor industri pengolahan non migas atas dasar
harga konstan menurut Kota dan Kabupaten di wilayah Provinsi Banten. Tabel
di atas dapat menjelaskan mengenai sektor industri pengolahan non migas
yang berada diperoleh Kota/Kabupaten dalam wilayah Provinsi Banten dari
tahun 2009-2010. Hasilnya menunjukkan bahwa Sektor Industri Pengolahan
Non Migas Kota Tangerang lebih besar dibandingkan dengan Sektor Industri
yang dihasilkan oleh Kota/Kabupaten yang lain di wilayah Provinsi Banten.
Pada tahun 2009-2010, kegiatan Sektor Industri Pengolahan Non
Migas Kota Tangerang lebih unggul dibandingkan dengan kegiatan sektor
Industri Pengolahan Non Migas di Kota/Kabupaten lainnya. Urutan kedua dari
kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas yang maju yaitu Kabupaten
Tangerang selanjutnya Kota Cilegon dan Kabupaten Serang. Urutan empat
terbawah dengan kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas yaitu Kota
Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kota
4
Serang. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor Industri Pengolahan Non
Migas yang berada di Provinsi Banten tidak hanya mendominasi di daerah
Kota tetapi daerah Kabupaten pun memiliki kompetitif yang baik dan tinggi.
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa terlihat di mana kegiatan sektor
Industri Pengolahan Non Migas sangat dominan di Provinsi Banten. Kegiatan
sektor ini didominasi oleh kegiatan yang berlangsung di Kota Tangerang. Kota
Tangerang yang paling maju dalam kegiatan sektor Industri Pengolahan Non
Migas dibandingkan dengan daerah lainnya. Kegiatan sektor Industri
Pengolahan ini didukung oleh kegiatan industri-industri yang berada di dalam
daerah. Industri-industri yang memadai di Kota Tangerang memberikan
sumbangan bagi kemajuan industri di Kota Tangerang. Kegiatan sektor ini
berkorelasi dengan terserapnya sumber daya manusia yang sangat banyak. Di
tambah dengan kegiatan sektor industri pengolahan non migas di Kota
Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan yang berskala menengah dan
besar. Oleh karena itu, kegiatan industri Kota Tangerang sangat maju dan
berkembang serta dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Diagram 1.1
Statistik Industri Besar dan Sedang
Kota Tangerang tahun 2008-2010 (unit usaha)
Sumber : BPS Kota Tangerang:2011 (diolah kembali)
5
Berdasarkan tabel di atas, menjelaskan bagaimana keadaan sektor
industri pengolahan non migas di Kota Tangerang. Industri-industri
pengolahan banyak berdiri di Kota Tangerang. Sejak 2008-2011, Industri
Besar berdiri di Kota Tangerang mengalami fluktuasi. Di mana pada tahun
2008-2009 mengalami peningkatan sebesar 18.5 %. Sedangkan pada tahun
2009-2010 mengalami penurunan sebesar 18.9 %. Selanjutnya Industri sedang
yang berdiri pada tahun 2008-2011 mengalami penurunan. Di mana pada
tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 22.2 % dan tahun 2009-2010
sebesar 0.3 %.
Diagram 1.2
Perolehan Tenaga Kerja IBS Kota Tangerang
Sumber : BPS Kota Tangerang 2011 (diolah kembali)
Meskipun jumlah IBS di Kota Tangerang menurun, tetapi penyerapan
tenaga kerja mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2008-2011. Pada tahun
2008-2009 penyerapan tenaga kerja melalui IBS sebanyak 173.265 orang
meningkat sebesar 5.61 % yaitu sebanyak 182.997 orang. Sedangkan pada
tahun 2010 menurun sebesar 2 % sebanyak 179.439 orang yang terserap
dalam IBS Kota Tangerang.
6
Keadaan IBS tersebut terbagi atas beberapa perusahaan menurut sub
sektor Industri Pengolahan Non Migas. Sub sektor Industri Pengolahan
tersebut terbagi menjadi 9 sub sektor yaitu di bawah ini :
Tabel 1.2
Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor
Kegiatan di Kota Tangerang Tahun 2010
No Sub Sektor Kegiatan Perusahaan Total
Perusahaan
Total Tenaga
Kerja
1 Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau
70 12693
2 Industri Tekstil, Barang Kulit dan
Tembakau
129 53997
3 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya
53 9232
4 Industri Kertas, dan Barang Cetakan 47 6121
5 Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari
Karet
138 56704
6 Industri Semen dan Barang Galian Non
Logam
17 4552
7 Industri Logam Dasar, Besi dan Baja 60 11414
8 Industri Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatan
95 24631
9 Industri Barang Lainnya 2 95
Sumber : Kota Tangerang Dalam Angka (diolah kembali)
Berdasarkan tabel di atas, memberikan kondisi dan gambaran dari sub
sektor industri pengolahan yang berada di Kota Tangerang pada tahun 2010.
Jumlah perusahaan masing-masing sub sektor dapat dilihat banyak berdiri
Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet sebanyak 138 perusahaan,
sedangkan jumlah perusahaan yang sedikit berdiri di Kota Tangerang yaitu
Industri Barang Lainnya sebanyak 2 perusahaan. Sedangkan penyerapan
tenaga kerja banyak dilakukan akibat banyak berdirinya perusahaan industri-
industri sub sektor di Kota Tangerang. Jumlah tenaga kerja yang terserap
dalam sub sektor industri paling banyak di Kota Tangerang yaitu berasal dari
7
Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet sebanyak 56704 orang, dan
paling sedikit yang terserap dalam Industri Barang Lainnya sebanyak 95
orang.
Bagaimana ingin mengembangkan industri tersebut bilamana tenaga
kerja yang terserap tidak sebanding dengan jumlah usaha yang berdiri.
Sehingga akhirnya akan menghambat perekonomian daerah tersebut. Oleh
karena itu, judul dari penelitian ini adalah “Analisis Potensi Ekonomi Sub
Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Periode 2005-2010”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas memberikan gambaran
keadaan Kota Tangerang yang lebih maju dibandingkan dengan
Kota/Kabupaten di Provinsi Banten. Kemajuan yang diperoleh oleh Kota
Tangerang dikarenakan sektor Industri Pengolahan Non Migas yang maju
pesat dan keadaan industri di Kota Tangerang pun menggambarkan keadaan
yang positif meningkat. Keadaan industri di Kota Tangerang sendiri
didominasi oleh industri besar dan sedang oleh karena itu industri Kota
Tangerang maju dengan pesat.
Keadaan geografi Kota Tangerang yang merupakan daerah perluasan
administrasi dari Kabupaten Tangerang, dan merupakan Kota yang terkecil
kedua setelah Kota Tangerang Selatan. Keadaan geografis yang lebih kecil
dibanding dengan Kota dan Kabupaten lain memberikan gambaran bahwa
dengan daerah yang kecil ini Kota Tangerang dapat tumbuh dan berkembang
dengan pesat. Keterkaitannya dengan daerah di sekitar Kota Tangerang
8
memberikan masukan yang baik kepada Kota untuk perolehan sektor-sektor
yang berkembang di Kota Tangerang.
Industri yang berdiri dan berkembang di Kota Tangerang banyak
ragam dan jenisnya. Sehingga memberikan kesempatan masyarakat untuk
memasuki dunia industri kemudian masyarakat di daerah lain pun banyak
yang memasuki dunia ini. Tenaga yang terserap memberikan produktifitas
untuk komoditas yang dihasilkan pun memiliki hasil yang berbeda pula. Ini
menyebabkan penulis ingin mengetahui sub sektor yang berpotensi di Kota
Tangerang dalam menyumbang nilai perolehan PDRB Kota Tangerang.
Berdasarkan paparan di atas dapat dirincikan rumusan masalah yang terdapat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sub Sektor Industri manakah yang merupakan basis dan non basis di Kota
Tangerang sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi;
2. Bagaimana struktur ekonomi dari Sub Sektor Industri Pengolahan Non
Migas Kota Tangerang;
3. Apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, dan peluang dari masing-masing
industri yang berada di Kota Tangerang serta hambatan yang dihadapi;
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis :
1. Untuk mengetahui jenis industri yang basis dan non basis di Kota
Tangerang.
2. Untuk menganalisis struktur dari sub sektor Industri Pengolahan Non
Migas di Kota Tangerang.
9
3. Untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan dari sub
sektor industri pengolahan unggulan yang berada di Kota Tangerang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi Pemerintah Daerah
Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi Pemerintah
Daerah sebagai bahan acuan, petunjuk, dan masukkan untuk menjalankan
perekonomian dan pengambil kebijakan sehingga dapat mengembangkan
daerahnya. Serta khususnya dalam pengembangan sub sektor industri
pengolahan non migas.
2. Manfaat bagi Akademisi
Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi akademisi
sebagai bahan rujukan, referensi, dan bacaan yang berguna bagi kegiatan
pembelajaran. Dan akhirnya penelitian ini juga dapat mengembangkan
kemampuan analisis dan berpikir kritis mengenai permasalahan ekonomi
khususnya ekonomi daerah.
3. Manfaat bagi peneliti sendiri
Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti
dapat memberikan banyak pengetahuan dan pembelajaran. Penelitian ini
juga bermanfaat bagi pengembangan skill dan kemahiran peneliti dalam
menganalisis keadaan ekonomi daerah selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel
1. Konsep Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi berarti proses yang dilakukan oleh
pemerintah sehingga maksud dari pembangunan ini baik itu perubahan
struktur ekonomi dan penambahan pendapatan secara jangka panjang
dapat tercapai. Kemudian kemajuan ekonomi bukan satu-satunya
komponen dalam proses pembangunan ekonomi (Todaro:2009,100).
Sehingga dengan demikian maksud dan tujuan dari pembangunan ekonomi
sangat luas dan dalam kurun waktu yang lama. Konsep-konsep
pembangunan ekonomi banyak dikembangkan oleh para ahli yaitu di
antaranya:
a. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut W.W Rostow
Rostow memakai pendekatan sejarah dalam menjelaskan proses
perkembangan ekonomi. Rostow membedakan adanya lima tahap
pertumbuhan ekonomi yaitu:
1) Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional diartikan sebagai suatu masyarakat
yang strukturnya berkembang di sepanjang fungsi produksi
berdasarkan ilmu dan teknologi pra-Newton dan sebagai hasil
pandangan pra-Newton terhadap dunia fisika. Ini berarti bahwa
dalam masyarakat seperti itu sama sekali tidak terjadi perubahan
10
11
ekonomi. Sebenarnya, banyak tanah dapat digarap, skala dan pola
perdagangan dapat diperluas, manufaktur dapat dibangun dan
produktifitas pertanian dapat ditingkatkan sejalan dengan
peningkatan penduduk dan pendapatan nyata.
Fakta menunjukkan bahwa keinginan untuk menggunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern secara teratur dan
sistematis tertahan pada adanya suatu batas yaitu tingkat output per
kapita yang dapat dicapai. Sedangkan bukan tidak ada daya cipta
dan pembaruan tetapi karena tidak ada sarana yang mendukung.
Pada tahap ini seluruh sistem yang berjalan masih sangat terbatas,
sehingga pencapaian produktifitasnya pun masih terbatas
(Jhingan:2010,143).
2) Pra Syarat Tinggal Landas
Tahap kedua ini merupakan masa transisi di mana
prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau
diciptakan. Pada mulanya berkembang suatu gagasan bahwa
kemajuan ekonomi bukanlah sesuatu yang mustahil dan merupakan
satu syarat penting bagi tujuan lain yang dianggap terbaik baik itu
berupa kebanggaan nasional, keuntungan pribadi, kesejahteraan
umum atau kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu.
Prasyarat yang diperlukan untuk mempertahankan
industrialisasi menurut Rostow biasanya memerlukan perubahan
radikal pada tiga sektor non industry yaitu pertama perluasan
12
modal overhead sosial. Kedua, revolusi teknologi di bidang
pertanian, sehingga produktifitas pertanian meningkat untuk
memenuhi permintaan penduduk kota. Ketiga, perluasan impor
termasuk impor modal (Jhingan:2010,144).
3) Tinggal Landas
Tahap tinggal landas merupakan titik yang menentukan di
dalam kehidupan suatu masyarakat. Rostow mendefinisikan tinggal
landas sebagai revolusi industri yang bertalian secara langsung
dengan perubahan radikal di dalam metode produksi yang dalam
jangka waktu relatif singkat menimbulkan konsekuensi yang
menentukan. Syarat tinggal landas menurut Rostow yaitu sebagai
berikut :
1) Kenaikan laju investasi produktif
2) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur
penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi
3) Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial, dan organisasi
yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern dan
memberikan daya dorong pada pertumbuhan (Jhingan:
2010,145)
4) Dorongan Menuju Kedewasaan
Rostow mendefinisikannya sebagai tahap ketika masyarakat
telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern
terhadap keseluruhan sumber daya mereka. Ini merupakan tahap
13
pertumbuhan swadaya jangka panjang yang merentang melebihi
masa empat dasawarsa. Teknik produksi menggantikan teknik yang
lama. Berbagai sektor penting baru tercipta. Tingkat investasi netto
lebih dari 10 persen dari pendapatan nasional. Dan perekonomian
dapat menahan segala goncangan yang tak terduga (Jhingan:
2010,148).
5) Era Konsumsi Massa Besar-besaran
Abad konsumsi massa besar-besaran ditandai dengan
migrasi ke pinggiran kota, pemakaian mobil secara luas, barang-
barang konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama.
Keseimbangan perhatian masyrakat beralih dari penawaran ke
permintaan, dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan
kesejahteraan dalam arti luas. Kecenderungan kepada konsumsi
besar-besaran barang yang tahan lama, ketiadaan pengangguran
dan peningkatan kesadaran akan jaminan sosial, membawa kepada
laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi (Jhingan:
2010,149).
b. Teori Malthus
Konsep pembangunan menurut Malthus dalam (Jhingan:
2010,97) tidak menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi
dengan sendirinya. Malahan proses pembangunan ekonomi
memerlukan berbagai usaha yang konsisten di pihak rakyat. Jadi
menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu proses naik
14
turunnya aktifitas ekonomi lebih dari pada sekedar lancar tidaknya
aktifitas ekonomi.
Malthus menitikberatkan perhatiannya kepada perkembangan
kesejahteraan suatu Negara yaitu pembangunan ekonomi yang dapat
dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu Negara.
Kesejahteraan ini bergantung kepada kuantitas produk yang dihasilkan
oleh tenaga kerjanya, dan sebagian lainnya dihasilakan atas nilai
produk tersebut. Menurut Malthus, faktor-faktor dalam pembangunan
ekonomi yaitu Gross National Product (GNP). GNP ini menurut
Malthus dibagi 2 yaitu GNP Potensial dan GNP aktual. GNP potensial
tergantung pada tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi. Bila
keempat faktor tersebut dipakai dalam proporsi yang benar maka akan
memaksimasi produksi di dua sektor yaitu industri dan pertanian.
c. Teori Arthur Lewis
Salah satu model teoritis tentang pembangunan yang paling
terkenal, yang memusatkan pada transformasi structural (structural
transformation) suatu perekonomian subsisten, mula-mula dirumuskan
oleh W. Arthur Lewis, salah satu ekonom besar dan penerima Hadiah
Nobel pada pertengahan decade 1950-an. Menurut model
pembangunan yang diajukan oleh Lewis, perekonomian yang
terbelakang terdiri dari dua sektor yakni sektor tradisional dan sektor
industri perkotaan (Todaro,1998:89).
Profesor W. Arthur Lewis dalam Jhingan (2010:156)
membangun teori yang sangat sistematis mengenai pembangunan
15
ekonomi dengan penawaran buruh yang tidak terbatas. Lewis percaya
bahwa di banyak Negara terbelakang tersedia buruh dalam jumlah
yang tak terbatas dan dengan upah sekedar cukup untuk hidup
(subsistem). Pembangunan ekonomi berlangsung apabila modal
terakumulasi sebagai akibat peralihan buruh surplus dan sektor
subsisten ke sektor kapitalis.
Perhatian utama dari model ini diarahkan pada terjadinya
proses pengalihan tenaga kerja, serta pertumbuhan output dan
peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor modern/sektor kapitalis.
Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan tenaga kerja
tersebut dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor
modern tersebut. Adapun laju atau kecepatan terjadinya perluasan
tersebut ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industri dan
akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern.
2. Pembangunan Ekonomi Daerah
Arsyad (1999:108) dalam Lina Suherty (2011) menjelaskan
pembangunan ekonomi daerah merupakan proses di mana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah
tersebut. Pembangunan ekonomi daerah juga berdasarkan pada (Lia:2007):
1. Prinsip-prinsip renovasi
2. Daya tarik unsur yang aktif
16
3. Perhitungan efek multiplier
4. Hubungan dan kaitan yang dapat diharapkan akan timbul
Dalam membangun daerah diperlukan kebijakan yang mengatur.
Kebijakan pembangunan ekonomi daerah adalah penggunaan secara sadar
berbagai macam pendapatan untuk merealisasikan tujuan-tujuan daerah
yang tanpa adanya usaha yang sengaja tersebut tidak dapat tercapai (Lia:
2007). Tujuan utama pembangunan regional menurut Syarijudin (1997)
dalam Siti Rukhmi Fuadati (2008) sebenarnya diarahkan kepada
pengurangan ketimpangan pendapatan yang terlalu mencolok, dan
pemberian pelayanan sosial yang lebih baik.
Kebijakan muncul akibat dari adanya perencanaan yang tepat.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai
perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya publik
yang tersedia di daerah dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta
dalam rangka menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara
bertanggung jawab. Dengan demikian diharapkan perekonomian wilayah
dapat mencapai keadaan perekonomian yang lebih baik pada masa dating
disbanding dengan keadaan sekarang ini, atau minimal sama dengan
keadaan ekonomi sekarang. (Arief Daryanto, 2010:1)
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2004, 200) dalam kegiatan perekonomian, di
mana pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang
dan jasa yang berlaku di suatu Negara seperti penambahan dan jumlah
17
produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah
sekolah, penambahan sektor jasa dan penambahan barang modal.
Dari penjelasan di atas berikut akan disajikan model-model
pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh ahli ekonom dunia, yaitu
sebagai berikut :
a. Teori Simon Kuznets
Prof. Simon Kuznets dalam Jhingan (2010:57) mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam
kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis
barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh
sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan
ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen
yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari
meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang.
Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan
ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam
penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Ketiga,
penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembagaan ideology sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan
secara tepat. Prof. Simon Kuznets menunjukkan enam ciri-ciri
pertumbuhan ekonomi modern yaitu laju pertumbuhan penduduk dan
produk per kapita, peningkatan produktifitas, laju perubahan struktural
18
yang tinggi, urbanisasi, ekspansi Negara maju, dan arus barang, modal,
dan orang antar bangsa.
b. Teori Harrod-Domar
Model pertumbuhan ekonomi Harrod Domar dalam Jhingan
(2010: 229) dibangun berdasarkan pengalaman Negara maju. Ke
semuanya terutama dialamatkan kepada perekonomian kapitalis maju
dan mencoba menelaah persyaratan pertumbuhan mantap (steady
growth) dalam perekonomian. Baik Harrod dan Domar tertarik untuk
mencari tingkat pertumbuhan pendapatan yang diperlukan bagi
kehidupan perekonomian yang berjalan mulus dan tersendat-sendat.
Kendati model mereka berbeda dalam rincian, namun keduanya nyaris
sampai pada kesimpulan yang sama.
Harrod Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di
dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak
ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan
kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara
meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai
dampak permintaan, dan yang kedua disebut dampak penawaran
investasi.
c. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Teori pertumbuhan melihat dari sudut pandang yang berbeda,
yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh
Abramovits dan Solow dikenal dengan model pertumbuhan Solow
19
(Solow Growth Model). Pertumbuhan ekonomi tergantung kepada
pengembangan faktor-faktor produksi. Pandangan ini dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut :
(2.1)
Di mana :
adalah tingkat pertumbuhan ekonomi.
adalah tingkat pertumbuhan modal.
adalah tingkat pertumbuhan penduduk/tenaga kerja.
adalah tingkat pertumbuhan teknologi.
Faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi
bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Tetapi
faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan
pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja. Hal tersebut
dikarenakan dalam proses pertumbuhan ekonomi diperlukan keahlian
dari tenaga kerja dalam menggunakan teknologi yang tersedia.
Sedangkan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi
adalah sebagai berikut :
a. Tanah dan kekayaan alam lainnya
b. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
d. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pertumbuhan yang mana
sebuah proses penambahan dari output yang dihasilkan oleh suatu daerah.
20
Sedangkan sering kita mendengar mengenai laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang. Laju pertumbuhan ini dapat diukur melalui indikator
perkembangan PDB dari tahun ke tahun untuk tingkat nasional sedangkan
indikator yang digunakan dalam perkembangan ekonomi di daerah adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perhitungan pertumbuhan
ekonomi melalui PDB/PDRB ini dapat dilakukan dalam jangka waktu
triwulan dan tahunan. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
%100)(
1
1
t
ttt
PDBR
PDBRPDBRG (2.2)
Dimana: Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau
tahunan).
PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan
harga konstan).
PDBRt-1 = Produk Domestik Bruto Riil satu periode sebelumnya.
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Menurut Tarigan (2005,80) Pertumbuhan ekonomi
wilayah/daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara
keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai
tambah (added value) yang terjadi. Penjelasan lain menurut Sjahrizal
(2008,90), teori pertumbuhan ekonomi daerah ini merupakan bagian
penting dalam analisa ekonomi regional karena pertumbuhan merupakan
unsur utama dalam pembangunan ekonomi regional dan mempunyai
implikasi kebijakan yang cukup luas. Adapun teori-teori pertumbuhan
ekonomi daerah yang dikembangkan antara lain :
21
a. Model Basis Ekspor (Ekspor Base Model)
Model ini mula-mula diperkenalkan oleh Douglas C. North
pada tahun 1956. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu
daerah ditentukan oleh keuntungan kompetitif (Competitive
Advantage) yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Bila daerah
yang bersangkutan dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang
mempunyai keuntungan kompetitif sebagai basis untuk ekspor, maka
pertumbuhan daerah yang bersangkutan akan dapat ditingkatkan
(Sjafrizal : 2008,87). Hal ini akan terjadi karena peningkatan ekspor
tersebut akan memberikan dampak berganda (multiplier effect) kepada
perekonomian daerah.
Sebagaimana dikemukakan oleh John P. Blair dalam Sjafrizal
(2007:87) model basis ekspor ini dapat diformulasikan dengan
menggunakan apa yang disebut sebagai Formal Income Model. Dalam
model ini, Pendapatan Regional (PDRB) suatu daerah dapat
diungkapkan sebagai berikut :
Y = C + MI – MO (2.3)
Di mana Y adalah pendapatan regional, C adalah konsumsi, MI
menunjukkan arus uang masuk karena adanya ekspor dan MO adalh
arus uang keluar karena adanya impor. Model basis ekspor dapat pula
diformulasikan dengan model basis ekonomi (Economic Base Model)
dengan hasil yang sangat bersamaan. Dalam hal ini, perekonomian
suatu daerah (Y) dibagi atas 2 kelompok sektor utama yaitu sektor
22
basis (B) dan sektor non basis (S). Sektor basis adalah sektor yang
menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai
keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi.
Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang
potensial tetapi berfungsi sebgai penunjang sektor basis atau dapat
dikatakan service industries (Sjafrizal: 2005,89).
b. Model Neo-Klasik
Model Neo Klasik dalam Sjafrizal (2008:95) dipelopori oleh
George H. Bort (1960) dengan mendasarkan analisanya pada Teori
Ekonomi Neo-Klasik. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu
daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk
meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi
pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang
bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan
mobilitas modal antar daerah.
Karena kunci utama pertumbuhan ekonomi daerah adalah
peningkatan kegiatan produksi, maka mengikuti Richardson (1978)
dalam Sjafrizal (2008:95) model Neo-Klasik ini dapat diformulasikan
mulai dari fungsi produksi. Dengan menganggap bahwa fungsi
produksi adalah adalam bentuk Cobb-Douglas, maka dapat ditulis :
Y = A Kα L
β, α + β = 1 (2.4)
Di mana Y melambangkan PDRB, K dan L masing-masingnya
adalah modal dan tenaga kerja. Karena analisa menyangkut
23
pertumbuhan maka semua variabel dianggap adalah fungsi waktu (t).
Selanjutnya Model Neo-Klasik yaitu pertumbuhan ekonomi suatu
daerah ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu kemajuan teknologi (a),
penambahan modal atau investasi (k), dan peningkatan jumlah dan
kualitas tenaga kerja (l).
c. Teori Harrod Domar dalam sistem daerah
Teori Harrod Domar sangat diperhatikan bagi wilayah yang
masih terbelakang dan terpencil atau hubungan keluarnya sangat sulit.
Atas dasar asumsi tersebut Harrod Domar membuat analisis dan
menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap
(seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa
tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :
g = k = n (2.5)
di mana: g : Growth (tingkat pertumbuhan output)
k : Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Agar dapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan
investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan,
padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan
oleh v (capital output ratio = rasio modal output).
d. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi (economic base theory) dalam Tarigan
(2005,28) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
24
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor
dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan
basis dan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah/daerah.
Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas
nilai tambah ataupun lapangan kerja yaitu dihitung berapa besarnya
lapangan kerja basis dan lapangan kerja non basis. Dan apabila kedua
angka itu dapat dibandingkan, dapat dihitung nilai rasio basis (ratio
base) dan kemudian dapat dipakai untuk menghitung nilai pengganda
basis. Nilai pengganda basis lapangan kerja dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Pengganda basis = total lapangan kerja (2.6)
lapangan kerja basis
Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan menggunakan
ukuran lain, misalnya pendapatan. Dalam menggunakan ukuran
pendapatan, nilai pengganda basis adalah besarnya kenaikan
pendapatan seluruh masyarakat setiap satu unit kenaikan pendapatan di
sektor basis. Dalam hal pendapatan, nilai pengganda basis yang
diperoleh dinamakan pengganda basis pendapatan (income base
multiplier).
Peningkatan pendapatan di sektor basis akan mendorong
kenaikan pendapatan di sektor non basis dalam bentuk korelasi yang
lebih ketat dibandingkan dengan menggunakan variabel lapangan
25
kerja. Berikut beberapa metode untuk memilah antara kegiatan basis
dan kegiatan non basis adalah sebagai berikut :
a. Metode Langsung
Metode langsung dapat dilakukan dengan survei langsung
kepada usaha ke mana mereka memasarkan barang yang
diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan
untuk menghasilkan produk tersebut.
b. Metode Tidak Langsung
Mengingat rumitnya melakukan survei langsung ditinjau
dari sudut waktu dan biaya, banyak juga dipakai metode tidak
langsung dalam mengukur kegiatan basis dan non basis. Salah satu
metode tidak langsung adalah dengan menggunakan asumsi atau
disebut metode asumsi. Dalam metode asumsi, berdasarkan kondisi
wilayah/daerah tersebut (berdasarkan data sekunder), ada kegiatan
tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan kegiatan lainnya
sebagai kegiatan non basis.
c. Metode Campuran
Suatu wilayah/daerah yang sudah berkembang, cukup
banyak usaha yang tercampur antara kegiatan basis dan non basis.
Penggunaan metode asumsi murni akan memberikan kesalahan
yang besar. Akan tetapi, penggunaan metode langsung yang murni
juga cukup berat. Yang sering dilakukan orang adalah gabungan
antara metode asumsi dengan metode langsung yang disebut
26
metode campuran. Dalam metode campuran diadakan survei
pendahuluan, yaitu pengumpulan data seperti BPS. Dari data
sekunder berdasarkan analisis kegiatan mana yang dianggap basis
dan non basis.
d. Metode Location Quotient
Metode lain yang tidak langsung adalah dengan
menggunakan location quotient (metode LQ). Metode LQ
membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor
tertentu di wilayah/daerah kita, dibandingkan dengan porsi
lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara
nasional.
5. Analisis Shift Share
Lina Suherty (2008) menjelaskan analisis Shift Share sangat
berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah
dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tarigan (2005,145) analisis
ini lebih tajam dibandingkan dengan analisis LQ. Metode LQ tidak
memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode
Shift Share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel.
Arief Daryanto (2010:25) Analisis Shift Share mengakui adanya
perbedaan dan kesamaan antar wilayah. Analisis ini mengasumsikan
bahwa perubahan pendapatan, produksi atau tenaga kerja suatu wilayah
dapat dibagi dalam tiga komponen yaitu komponen pertumbuhan regional
(regional growth component atau komponen national shift), komponen
27
pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix growth
component atau proportional shift) dan komponen pertumbuhan pangsa
wilayah (regional share growth component atau differential shift).
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau
produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya
dengan daerah yang lebih besar. Arsyard dalam Lina Suherty (2008)
analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga
bidang yang meliputi pertumbuhan ekonomi daerah, pergeseran
proportional dan pergeseran diferensial.
6. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal
suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang strategi dan program kerja. Analisis internal ini meliputi
penilaian terhadap faktor kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness).
Sementara analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan
tantangan (Threaths) (BPS:2011,10). Ada dua macam pendekatan dalam
analisis SWOT adalah :
a. Pendekatan kualitatif matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana
dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua
paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan tantangan)
sedangkan dua kota sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan
kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis
28
yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal
dan eksternal.
Gambar 2.1
Matriks SWOT Kearns
Eksternal
Internal
OPPORTUNITY THREATHS
STRENGTH Comparative Advantage Mobilization
WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control
Sumber : Hisyam (1998) dalam BPS
Comparative advantages merupakan dua elemen kekuatan dan
peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi
untuk bisa berkembang lebih cepat. Mobilization merupakan interaksi
antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi
sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak
ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian mengubah ancaman itu
menjadi peluang.
Divestment/Investment merupakan interaksi antara kelemahan
organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu
pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat
meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang
ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil
adalah melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain
atau memaksakan menggarap peluang itu.
Damage Control merupakan kondisi yang paling lemah dari
semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi
29
dengan ancaman dari luar dan karenanya keputusan yang salah akan
membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus
diambil adalah damage control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
b. Pendekatan kuantitatif analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara
kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan
oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi
organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu :
1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta
jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor
S-W-O-T.
2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)
dan faktor O dengan T (e); perolehan angka d = x selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka
(e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.
3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT, yaitu :
a) Kuadran I (positif, positif), posisi ini menandakan sebuah
organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk
terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan
meraih kemajuan secara maksimal.
30
b) Kuadran II (positif, negatif), posisi ini menandakan sebuah
organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan
roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar
bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu,
organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam
strategi taktisnya.
c) Kuadran III (negatif, positif), posisi ini menandakan sebuah
organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab strategi
yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang
yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
d) Kuadran IV (negatif, negatif), posisi ini menandakan sebuah
organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,
artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan
dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal
agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan
sambil terus berupaya membenahi diri.
31
7. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Bruto adalah total nilai atau harga pasar dari
seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian
dalam suatu negara dalam kurun satu tahun. Sedangkan pada daerah dapat
dihitung dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk
menghitung PDRB yang didapat dari suatu daerah, ada 3 pendekatan yang
dapat digunakan, yaitu:
a. Pendekatan Produksi adalah menghitung nilai tambah dari suatu
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam
suatu wilayah, dengan cara mengurangkan biaya dari masing-masing
total produksi produk bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau
sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
b. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud yaitu gaji dan upah,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainya.
c. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen
permintaan akhir seperti:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
tidak mencari untung.
2) Konsumsi pemerintah.
32
3) Pembentukan modal tetap domestik bruto.
4) Perubahan stock.
5) Ekspor netto. Dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Ekspor netto merupakan ekspor dikurangi impor.
8. Pengembangan Sub Sektor Industri Potensial
Chenery dalam Sukirno (2007,250) mengenai corak perubahan
struktur sektor industri dalam proses pembangunan. Dalam analisis
Chenery yaitu menganalisis perubahan peranan industri-industri yang
tergolong dalam sub sektor industri pengolahan dalam menciptakan
produk nasional.
Pola ekonomi yang bergeser menjadi sektor industri yang dulunya
sektor pertanian menyebabkan masyarakat terjun dalam sektor ini.
Ditambah sektor industri yang menjadi penyumbang dalam perekonomian
suatu Negara dan daerah. Kemudian sektor industri itu banyak jenisnya
baik yang migas dan non migas. Sektor non migas pun banyak jenisnya
sehingga menjadikan banyak pilihan bagi masyarakat. Hal demikian
menunjukkan bahwa dalam pengembangan sub sektor industri harus
disiapkan dengan perencanaan yang matang agar tujuannya dalam
memajukan masyarakat dapat tercapai.
Sedangkan dikenal pula istilah mengenai competitive advantage
(keunggulan kompetitif) di mana keunggulan ini diperoleh melalui usaha,
kerja, karya dan cipta suatu daerah dengan menciptakan karya baru yang
memberikan pengaruh kepada daerah ditambah dengan daerah tersebut
33
memiliki potensi dari kekayaan alamnya. Kegiatan perekonomian yang
berada di daerah akan berpengaruh kepada suatu kegiatan tersebut dapat
dikatakan maju atau tidak.
Perubahan struktur yang dikemukakan oleh Chenery menunjukkan
kegiatan ekonomi yang makin beragam ditambah dengan keunggulan yang
dihasilkan tiap daerah dengan mengolah sumber daya masing-masing
sehingga timbullah pengembangan dari sub sektor yang ada. Kaitan hal
tersebut untuk keberlanjutan dari kegiatan produksi suatu daerah dengan
potensi yang dimiliki sehingga akhirnya masyarakat akan maju dan
sejahtera.
B. Penelitian Terdahulu
Kartika Hendra Titi Sari (2010) dengan judul penelitian Indentifikasi
Potensi Ekonomi Daerah Boyolali, Karanganyar dan Sragen tahun 1993-2003.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Rasio
Pertumbuhan (MRP), Analisis Tipologi Klasen dan Analisis Location
Quotient (LQ). Variabel-variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah
Produk Domestik Regional Bruto. Objek penelitian ini berada pada daerah
Boyolali, Karanganyar, dan Sragen. Hasil penelitian ini adalah sektor
pertanian, perdagangan dan industri menduduki urutan pertama sektor yang
basis di Boyolali. Sektor industri dan perdagangan menduduki urutan pertama
sektor yang basis di Karanganyar. Sektor jasa menduduki urutan pertama yang
menjadi sektor basis di Sragen.
Lina Suherty (2011) dengan judul penelitian Analisis Pengembangan
Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Barito Kuala periode 2005-2009.
34
Variabel-variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan ekonomi, sektor-sektor
ekonomi, pertumbuhan sektor ekonomi, perkembangan sektor ekonomi
potensial, komponen share, komponen net shift, differential shift dan
proportional shift. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis Location Quoteient, analisis Shift Share dan Tipologi Sektoral. Hasil
dari penelitian ini terdapat 3 sektor yang basis di Kabupaten Barito Kuala
yaitu Sektor pertanian, Sektor industri pengolahan, dan Sektor bangunan.
Sedangkan sisanya termasuk sektor yang non basis.
Syarifah Lies Fuaidah Azhar dan M. Nassir Abdussamad (2006)
dengan judul penelitian Analisis sector basis dan non basis di provinsi
Nangroe Aceh Darussalam periode 1992-2001. Variabel yang dimasukkan
dalam penelitian ini adalah PNB (Produk Nasional Bruto) dan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) NAD. Metode analisis yang digunakan adalah
Analisis Location Quotient (LQ). Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh
bahwa sektor yang menjadi basis di NAD adalah sektor pertanian, industry
pengolahan dan pertambangan dan penggalian kemudian sektor lainnya
merupakan sektor non basis.
Galih Permatasari (2012) dengan judul Strategi pengembangan
wilayah melalui analisis sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Sragen. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Location
Quotient, Analisis Shift Share dan Analisis SWOT. Variabel yang digunakan
PDRB Kabupaten Sragen, Laju Pertumbuhan. Hasil penelitian ini adalah
Kabupaten Sragen memiliki empat sektor basis yaitu, sektor pertanian, listrik,
35
gas dan air, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa. Sedangkan
analisis shift share sektor pertambangan, industri, listrik, bangunan,
perdagangan, angkutan dan sektor bank adalah sektor yang berspesialisasi
pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat dan sektor pertanian,
sektor perdagangan, sektor bank, sektor jasa-jasa adalah sektor yang
pertumbuhannya lebih cepat dari pada propinsi. Strategi pengembangan sektor
potensial di Kabupaten Sragen adalah melakukan penyuluhan dan
pemeliharaan terhadap sektor pertanian, memanfaatkan teknologi dan
menaikkan kualitas produk agar kesempatan ekspor semakin luas,
memperbaiki infrastruktur daerah, masyarakat dan pemerintah saling bekerja
sama untuk mewujudkan visi misi daerah.
Muzafar Shah Habibullah dan Alias Radam (2009) dengan judul
Industry Concentration in Rich and Poor State in Malaysia: Location Quotient
and Shift Share Analyses. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah
Gross Domestic Product (GDP) tahun 1997 dan 2000. Metode analisis yang
digunakan adalah Analisis Location Quotient dan Shift Share. Hasil penelitian
ini adalah sektor pertanian menjadi basis pada wilayah Kedah dan Perlis.
Untuk wilayah Kelantan yang menjadi basis adalah sektor pertanian dan jasa.
Wilayah Penang yang menjadi basis adalah sektor industri dan jasa. Untuk
wilayah Selangor yang menjadi basis adalah sektor industri, konstruksi dan
jasa.
Larisa Bugaian, Maria Gheorghita, dan Doina Nistor (2010) dengan
judul Analysis of Industry Potential in Republic of Moldova. Variabel yang
36
digunakan adalah Gross Domestic Bruto (GDP) 2000-2008. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini
adalah sektor inudstri : anggur; Tekstil dan pakaian; teknologi informasi dan
komunikasi; alas kaki; bahan konstruksi dan perabot telah yang paling
potensial untuk berkontribusi terhadap transformasi pertumbuhan
perekonomian Republik Moldova.
Untuk lebih lengkapnya, penulis akan menyajikan penelitian-penelitian
di atas dalam bentuk sebagai berikut :
Tabel 2.1
Matrik Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
1.
Kartika Hendra Titi
Sari (2010)
Indentifikasi Potensi Ekonomi
Daerah Boyolali, Karanganyar dan
Sragen tahun 1993-2003
Produk Domestik
Regional Bruto
Model Rasio
Pertumbuhan
(MRP), analisis
Tipologi Klasen,
dan analisis
Location Quotient
sektor pertanian, perdagangan dan
industri menduduki urutan pertama
sektor yang basis di Boyolali. Sektor
industri dan perdagangan menduduki
urutan pertama sektor yang basis di
Karanganyar. Sektor jasa menduduki
urutan pertama yang menjadi sektor
basis di Sragen
2. Lina Suherty
(2011)
Analisis Pengembangan Sektor
Ekonomi Potensial Kabupaten
Barito Kuala
PDRB, laju
pertumbuhan
ekonomi, sektor-sektor
ekonomi,
pertumbuhan sektor
ekonomi,
Analisis Location
Quoteient, analisis
Shift Share dan
Tipologi Sektoral
Terdapat 3 sektor yang basis di
Kabupaten Barito Kuala yaitu Sektor
pertanian, Sektor industri pengolahan,
dan Sektor bangunan. Sedangkan
sisanya termasuk sektor yang non
basis.
3. Syarifah Lies
Fuaidah Azhar dan
M. Nassir
Abdussamad
(2006)
Analisis sector basis dan non basis
di provinsi Nangroe Aceh
Darussalam.
PNB (Produk Nasional
Bruto) dan PDRB
(Produk Domestik
Regional Bruto) NAD
Analisis Location
Quotient (LQ)
Sektor yang menjadi basis di NAD
adalah sektor pertanian, industry
pengolahan dan pertambangan dan
penggalian. Dan sisanya sektor non
basis.
4. Galih Permatasari
(2012)
Strategi pengembangan wilayah
melalui analisis sektor basis
terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Sragen
PDRB Kabupaten
Sragen, Laju
Pertumbuhan
Ekonomi
Analisis Location
Quotient, Analisis
Shift Share dan
Analisis SWOT
Kabupaten Sragen memiliki empat
sektor basis yaitu, sektor pertanian,
listrik, gas dan air, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, jasa-
jasa
37
11
5. Muzafar Shah
Habibullah dan
Alias Radam
(2009)
Industry Concentration in Rich and
Poor State in Malaysia: Location
Quotient and Shift Share Analyses
Gross Domestic
Product (GDP) tahun
1997 dan 2000
Analisis Location
Quotient dan Shift
Share
sektor pertanian menjadi basis pada
wilayah Kedah dan Perlis. Untuk
wilayah Kelantan yang menjadi basis
adalah sektor pertanian dan jasa.
Wilayah Penang yang menjadi basis
adalah sektor industri dan jasa. Untuk
wilayah Selangor yang menjadi basis
adalah sektor industri, konstruksi dan
jasa.
6. Larisa Bugaian,
Maria Gheorghita,
dan Doina Nistor
(2010)
Analysis of Industry Potential in
Republic of Moldova
Gross Domestic Bruto
(GDP) 2000-2008
Analisis kuantitatif
dan kualitatif
sektor inudstri : anggur; Tekstil dan
pakaian; teknologi informasi dan
komunikasi; alas kaki; bahan
konstruksi dan perabot telah yang
paling potensial untuk berkontribusi
terhadap transformasi pertumbuhan
perekonomian Republik Moldova.
38
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non
Migas Kota Tangerang
Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non
Migas Provinsi Banten
1. Makanan, Minuman dan Tembakau
2. Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
4. Kertas dan Barang Cetakan
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet
6. Semen dan Barang Galian non Logam
7. Logam Dasar, Besi, dan Baja
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan
9. Barang Lainnya.
1. Sub sektor basis dan non basis
2. Komponen Share : Komponen Share,
Differential Shift, dan Proportional
Shift.
3. Faktor-faktor kekuatan, kelemahan,
peluang dan hambatan dari sub sektor
industri pengolahan unggulan.
Pertumbuhan dan Pembangunan
Ekonomi Daerah
Analisis Data :
Location Quotient, Shift Share, dan
SWOT
39
40
Berdasarkan gambar di atas menjelaskan bahwa dengan menggunakan
tenaga kerja yang berada dalam sub sektor industri dapat digunakan untuk
perhitungan kegiatan sub sektor industri yang menjadi unggulan bagi Kota
Tangerang. Tenaga kerja ini diambil dari jumlah tenaga kerja yang berada
dalam masing-masing jenis industri dan dibandingkan dengan daerah di atas
Kota Tangerang yaitu Provinsi Banten. Sehingga pada akhirnya dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan industri baik di Kota Tangerang maupun daerah di
atasnya yaitu Provinsi Banten.
Selanjutnya dalam identifikasi masalah telah ditetapkan akan dikaji
sub sektor industri pengolahan yang menjadi basis di Kota Tangerang sejak
2005-2010. Berdasarkan peneliti sebelumnya yaitu Lina Suherty (2011) di
mana dalam mengetahui sektor yang basis di daerah dengan menggunakan
Location Quotient. Sedangkan perubahan struktur dalam ekonomi daerah
dilihat bagaimana share PDRB terhadap sektor-sektor ekonomi. Dan penulis
ingin mengembangkan bila mana metode tersebut ingin disajikan untuk
melihat sub sektor yang basis di daerah dan bagaimana share sub sektor
tersebut terhadap PDRB dan sub sektor lainnya.
Kemudian dalam penelitian Siti Ruchmi F (2008) di mana beliau
meneliti pengembangan untuk sub sektor yang unggul dan potensial di
Kabupaten Blitar. Pengembangan ini dilakukan dengan metode SWOT.
Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki oleh sub sektor itu
dianalisa sehingga dapat memberikan masukan ke depannya. Sehingga
pemerintah pun ikut menstimulus terhadap perkembangan industri. Kemudian
41
penulis ingin mengembangkan konsep SWOT ini dalam penelitian ini. Dalam
kaitannya penelitian ini dengan kegiatan yang menjadi unggulan di Kota
Tangerang dianalisa faktor-faktor pendukung dan penghambat dari industri
sehingga menjadi bahan pedoman bagi pemerintah dalam menerapkan
kebijakan regional untuk masing-masing industri. Yang pada akhirnya
kegiatan industri akan tumbuh dan berkembang untuk menunjang
perekonomian daerah.
42
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan data yang digunakan
adalah data time series (runtun waktu) dari tahun 2005 sampai 2010.
Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian yaitu Kota Tangerang
dengan membandingkan keadaan perekonomian di Provinsi Banten. Data
yang digunakan berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar
Harga Konstan dengan melihat Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas
yaitu terdiri dari sembilan sub sektor. Sub sektor industri pengolahan yang
diperoleh dari Kota Tangerang dan Provinsi Banten.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini tidak memerlukan sampel karena seluruh
populasi dapat dijangkau oleh penulis. Tetapi dalam penentuan objek
penelitian penulis menentukan sub sektor industri pengolahan untuk dianalisa
sebagai penelitian karena Kota Tangerang merupakan wilayah maju di
Provinsi Banten dengan sektor industri yang berkembang. Oleh karena itu
penulis menganalisa sub sektor industri pengolahan Kota tangerang yang
menjadi potensi bagi daerah dari tahun 2005-2010 dikarenakan pada tahun ini
perkembangan Kota Tangerang semakin baik dibandingkan tahun
sebelumnya.
43
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini
adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder ini merupakan data yang
diambil dari instansi-instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), dan
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. Data yang digunakan berupa PDRB
sub sektor industri pengolahan yang terdiri dari sembilan jenis industri
periode 2005-2010 dan jumlah tenaga kerja dari masing-masing jenis industri
dalam sektor industri pengolahan di Kota Tangerang.
D. Metode Analisis
Analisis data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan
Analisis Kuantitatif yang merupakan suatu metode analisis yang bersifat
hitungan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data yang
berbentuk angka. Dalam penelitian ini juga menggunakan analisis Kualitatif
dengan mengadakan wawancara dan observasi terhadap objek penelitiannya.
Data yang digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan Kota
Tangerang atas dasar harga konstan periode tahun 2005-2010 dan tenaga kerja
dalam sembilan jenis industri. Dengan judul penelitian “Analisis Potensi
Ekonomi Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Periode 2005-
2010”. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis ini merupakan perbandingan tentang besarnya peranan
suatu sektor/industri di suatu daerah/kota terhadap besarmya peranan suatu
sektor/industri tersebut secara provinsi (Tarigan:2005,80). Ada dua cara
untuk mengukur LQ dari suatu sektor dalam suatu perekonomian wilayah
44
yakni melalui pendekatan nilai tambah atau PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) dan tenaga kerja (Arief Daryanto,2010:20). Berdasarkan
penelitian ini adalah membandingkan sub sektor industri pengolahan Kota
Tangerang dengan Provinsi Banten dengan pendekatan tenaga kerja.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sub sektor yang basis dan non
basis di Kota Tangerang. Rumusnya adalah sebagai berikut (Arief
Daryanto,2010:21) :
(3.1)
Di mana : Li : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor i di Kota Tangerang
Lt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Kota Tangerang
Ni : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Banten
Nt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Banten
Hasil dari analisis ini adalah apabila LQ > 1 artinya peranan sektor
tersebut di daerah itu lebih menonjol dari pada sektor lain di daerah
tersebut (Sektor Basis Ekonomi) dan sektor ini menjadi kekuatan daerah
untuk mengekspor produksnya ke luar daerah. Sebaliknya, apabila LQ < 1
maka peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil dari pada sektor lain
(Sektor Non Basis Ekonomi) dan sektor ini hanya menjadi pengimpor dari
luar daerah.
2. Analisis Shift Share
Berdasarkan Lina Suherty (2008) analisis Shift Share digunakan
untuk menentukan kinerja/produktifitas suatu daerah, pergeseran struktur,
posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi
45
potensial suatu daerah, kemudian membandingkananya dengan daerah
yang lebih besar (regional/daerah). Rumus analisis Shift Share dalam Lina
Suherty (Glasson, 1990:95-96) adalah sebagai berikut :
Gj = Yjt - Yjo
= Nj + Pj + Dj
Nj = [Yjo (Yt/Yo)] - Yjo
(P+D)j = Yjt - [(Yt/Yo) Yjo]
= (Gj - Nj)
Pj = [(Yit/Yio) - (Yt/Yo)] Yijo
Dj = Yijt - [(Yit/Yio)Yijo]
= (P+D)j - Pj (3.2)
Keterangan :
Gj : Pertumbuhan PDRB Total Kota Tangerang
Nj : Komponen Share Kota Tangerang
(P+D)j : Komponen Net Shift Kota Tangerang
Pj : Proportional Shift Kota Tangerang
Dj : Differential Shift Kota Tangerang
Yj : PDRB Sektor Total Kota Tangerang
Y : PDRB Sektor Total Provinsi Banten
o,t : periode awal dan periode akhir perhitungan
i : sub sektor pada PDRB
Jika Dj > 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Kota Tangerang
lebih cepat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Provinsi Banten.
46
Dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Kota Tangerang relatif
lebih lambat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Provinsi Banten.
Bila Pj > 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub
sektor di tingkat Provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj < 0, maka
Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor yang ditingkat
Provinsi tumbuh lebih lambat.
3. Analisis SWOT
Berdasarkan Rangkuti, (2002) dalam penelitian Rukhmi (2008),
metode analisis yang digunakan adalah Analisis Matriks SWOT untuk
menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantang/hambatan tentang
potensi industri dan peluang pasar di wilayah Kota Tangerang dengan
memperhatikan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)
untuk menganalisis peluang dan ancaman dalam mengembangkan potensi
industri yang sudah ada. Internal Strategic Factors Analysis Summary
(IFAS) untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan sehingga dapat
menciptakan peluang pasar untuk produk yang tersedia.
Kegiatan industri yang dijalankan para pengusaha di Kota
Tangerang memberikan pendapatan bagi Kota Tangerang sendiri.
Identifikasi faktor-faktor baik secara internal yang berasal dari dalam
industri-industri di Kota Tangerang. Kekuatan dan kelemahan kegiatan
industri di Kota Tangerang bila dibandingkan dengan kegiatan industri di
luar Kota Tangerang dalam lingkup Provinsi Banten yaitu dapat dilihat
dalam tabel :
47
Tabel 3.1
Faktor-faktor Strategi Internal Industri-Industri Kota Tangerang
No Faktor-Faktor Strategi Internal
KEKUATAN
1. Ketersediaan SDM yang banyak dan berpotensi dalam skill dan
keterampilan
2. Sarana transportasi yang terjangkau bagi pihak pengusaha
3. Tingkat pembayaran upah yang tinggi dibandingkan dengan daerah
lain
4. Dekat dengan pusat Ibu Kota Negara
5. Kelancaran kegiatan keluar masuk bahan baku, dan barang jadi
6. Keunggulan produk yang dihasilkan oleh industri di Kota
Tangerang
KELEMAHAN
1. Keterbatasan lahan bagi industri-industri dalam berdirinya dan
pengembangannya
2. Biaya Produksi yang tinggi dikeluarkan oleh pengusaha
Tabel 3.2
Faktor-faktor Strategi Eksternal Industri-industri Kota Tangerang
No Faktor-Faktor Strategi Internal
PELUANG
1. Dekat dengan pusat Ibu Kota Negara Indonesia
2. Proses perizinan pendirian Industri yang mudah dan terjangkau
3. Kegiatan pemasaran hasil produk industri terjangkau
4. Akses informasi yang terjangkau dan mudah
5. Adanya dukungan dari pemerintah Kota Tangerang
HAMBATAN
1. Kebijakan mengenai industri dapat mempengaruhi industri di Kota
Tangerang
2. Persaingan produk dari industri-industri di luar Kota Tangerang
Berdasarkan faktor-faktor strategi internal dan eksternal dapat
menunjukkan di mana kegiatan industri di Kota Tangerang dapat dengan
mudah berdiri dan berkembang di daerah kemudian mereka pun dapat
bersaing dengan industri di luar daerah. Berikut akan disajikan matriks
dari faktor-faktor di atas sehingga memunculkan kombinasi dari faktor
internal dan eksternal :
42
Tabel 3.3
Matriks SWOT Industri-Industri Kota Tangerang
Eksternal
Internal OPPORTUNITY/
PELUANG
THREATHS/
ANCAMAN
STRENGTH/
KEKUATAN
Dalam kajian ini dapat dilihat dari kombinasi eksternal dan
internal dalam pengembangan Industri-industri di Kota
Tangerang. Dengan memiliki factor kekuatan dari industry
dikombinasikan dengan adanya peluang akan memberikan
keuntungan komparatif bagi Kota Tangerang. Pengembangan
industri di Kota Tangerang pun dapat dilakukan dengan :
1. Kegiatan industri Kota Tangerang sangat menarik dilihat
karena berbatasan langsung dengan pusat Kota Jakarta.
Atas dasar ini kegiatan industri di Kota Tangerang sangat
erat hubungannya dengan kegiatan di pusat Kota Jakarta.
Industri yang berdiri di Kota Tangerang dengan pusatnya
di Kota Jakarta, hal ini berkaitan dengan kegiatan industri
dapat lancar dilaksanakan.
2. Dengan berdekatannya Kota Tangerang dengan Kota
Jakarta memberikan peluang bagi akses-akses informasi
masuk mempengaruhi kegiatan industri di Kota Tangerang.
Sehingga akses informasi yang diperoleh dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan industri ke depannya agar
lebih baik. Kemudian sarana dan prasarana transportasi
umum, dan fasilitas yang mendukung arus masuk dan
keluar produk dan bahan baku lebih mudah. Ditambah
dengan adanya transportasi antar daerah yang terintegrasi.
Kajian ini melihat kombinasi antara faktor kekuatan yang
dimiliki oleh industri-industri dan ancaman/hambatan yang
dihadapi oleh industri di Kota Tangerang. Bila faktor tersebut
dilakukan akan menjadi sebuah mobilisasi bagi daerah dalam
menghadapi persaingan. Dalam pengembangannya yaitu :
1. Peningkatan kualitas dari SDM memberikan kesempatan
kepada SDM mendapatkan upah yang sesuai. Sehingga bila
kebijakan dari luar mempengaruhi keadaan internal dari
perusahaan, perusahaan pun akan mempertimbangkan untuk
melihat skill dan kemampuan dari SDM yang berkualitas
tadi.
2. Peningkatan kualitas produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan pun menjadi poin utama sehingga para
konsumen tidak pindah ke lain produk selain produk
perusahaan kita. Kemudian produk yang dihasilkan harus
terdiferensiasi dari produk yang sudah ada sebelumnya
sehingga adanya inovasi diperlukan agar perkembangan
industri dapat tercapai.
3. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
haruslah mendukung dari kegiatan industri di dalam daerah
itu sehingga tidak menghambat kegiatan arus masuk dan
keluar barang-barang modal maupun jadi ke luar/dalam.
48
46
WEAKNESS/
KELEMAHAN
Kajian ini melihat antara faktor adanya peluang dari kegiatan
industri dapat berkembang tetapi potensi kelemahan membuat
para pengusaha untuk melakukan investasi di Kota Tangerang
ataupun sebaliknya bila kelemahan tidak dapat dikendalikan
maka investasi akan diambil oleh pihak investor. Dalam
kaitan tersebut dalam pengembangannya yaitu :
1. Proses perizinan yang mudah dan berada dekat dengan
pusat pemerintahan Negara memberikan kesempatan bagi
investor melirik kegiatan industri di Kota Tangerang
sehingga dapat berkembang.
2. Keterbatasan lahan memberikan dampak bagi
perkembangan industri sehingga investasi ini dapat
dilakukan dengan pihak asing ataupun pemerintah sehingga
dapat dilakukan di luar daerah Kota Tangerang dalam
mengembangkan industri yang berpotensial.
3. Sebagai pengatur jalannya perekonomian, pemerintah
daerah tetap mengawasi, mengatur dan mengambil segala
kebijakan yang berkaitan dengan industri sehingga
investasi yang ditanamkan tidak ditarik kembali agar rasa
kepercayaan pihak asing tidak berubah kepada industri di
dalam daerah.
Kajian yang mempertemukan faktor kelemahan dari
perkembangan industri dengan faktor hambatan/ancaman dari
luar daerah. Hal ini akan memperlihatkan bagaimana kontrol
dari pemerintah sehingga tidak berdampak buruk bagi
kerusakan di dalam daerah. Dalam pengembangannya yaitu :
1. Pembenahan kepada industri-industri yang kurang
berkembang menjadi prioritas utama bagi pemerintah
daerah sehingga mereka dapat lebih berkembang lagi.
2. Pembinaan juga dilakukan kepada industri yang lebih maju
agar mereka dapat mengembangkan kegiatan di luar daerah
sehingga menjadi pendapatan bagi daerah dan perusahaan
tersebut.
3. Pelatihan-pelatihan kepada SDM dapat dilakukan untuk
menambah nilai manfaat dan kemampuan dari tenaga kerja
sehingga mereka pun dapat lebih memajukan daerahnya
dengan keahliannya.
4. Pengendali perizinan pendirian industri yang dilakukan
oleh pemerintah daerah sehingga tidak dapat merusak
kegiatan ekonomi di masyarakat. Dan justru diharapkan
sebaliknya industri yang berdiri menjadi lahan pembukaan
lapangan pekerjaan.
49
42
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi dari masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan variabel yang
terlibat adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan produksi barang
dan jasa dalam suatu Negara atau daerah. Indikator pengukuran
pertumbuhan ekonomi yaitu dengan melihat perkembangan nilai dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
2. Pertumbuhan sektor ekonomi
Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang
dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dengan angka PDRB
atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK) yang dinyatakan dalam
jutaan rupiah. PDRB (ADHK) merupakan nilai produksi barang dan jasa
akhir dalam suatu kurun waktu tertentu orang-orang dan perusahaan.
Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan. Disebut
domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena
harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000).
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (BPS), bila
dipandang dari sudut produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produksi
neto barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam
satu region atau wilayah selama jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.
50
51
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi
9 (sembilan) kelompok lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini
PDRB dihitung berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu pada
harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar yang dipilih, yakni
tahun dasar 2005. Perhitungan berdasarkan harga konstan ini dilakukan
karena sudah dibersihkan dari unsur inflasi.
4. Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2010:4),
Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-
putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan
mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan
pengertian di atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor
potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengubah/menaikkan
keadaan yang ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada sub
sektor industri pengolahan non migas potensial (unggul, mampu, dan
strategis) guna meningkatkan PDRB sektor industri pengolahan Kota
Tangerang.
5. Tenaga kerja
Menurut Badan Pusat Statistika Indonesia (BPS), tenaga kerja
adalah Penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja, yang
memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang yang
tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikategorikan
52
bekerja. Dalam kaitann penelitian ini tenaga kerja digunakan dalam
pengukuran sub sektor yang potensial untuk dikembangkan oleh daerah.
6. Komponen Share (Nj)
Komponen Share adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja
daerah seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju
pertambahan provinsi selama jangka waktu tertentu.
7. Komponen Net Shift (P+D)j
Komponen Net Shift (P+D)j adalah penyimpangan (deviation)
dari komponen Share (Nj) dalam pertumbuhan lapangan kerja daerah.
8. Komponen Proportional Shift (Pj)
Komponen Proportional Shift adalah komponen yang digunakan
untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh perubahan
PDRB di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-
daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara Provinsi
tumbuh cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam
sektor-sektor yang secara Provinsi tumbuh dengan lambat atau bahkan
sedang merosot.
9. Komponen Differential Shift (Dj)
Komponen Differential Shift adalah Komponen yang digunakan
untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh sektor
tertentu yang lebih cepat di daerah yang bersangkutan dari pada tingkat
Provinsi.
53
10. Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Potensial
Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Potensial dapat
dilakukan dengan mengukur Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Tantangan dari sektor yang potensial.
Tabel 3.4
Tabel Opersional Variabel Penelitian
Variabel Indikator pengukuran Data dan
Sumber data
Data tahun Skala
Pertumbuhan
Ekonomi
PDRB BPS 2005-2010 Nominal
Sektor Basis
dan non basis
LQ (Location Quatient)
Jumlah Tenaga
Kerja Sub
Sektor Industri
Pengolahan Non
Migas Kota
Tangerang dan
Jumlah Tenaga
Kerja Sub
Sektor Industri
Pengolahan Non
Migas Provinsi
Banten (BPS)
2005-2010 Nominal
Sektor
Potensial
LQ (Location Quatient)
Shift Share:
Komponen
Share (Nj)
Komponen net
shift (P+D)j
Differential
Shift (Dj)
Proportional
Shift (Pj)
Jumlah Tenaga
Kerja Sub
Sektor Industri
Pengolahan Non
Migas Kota
Tangerang dan
Jumlah Tenaga
Kerja Sub
Sektor Industri
Pengolahan Non
Migas di
Provinsi Banten
(BPS)
2005-2010 Nominal
Kinerja Sub
Sektor Industri
Pengolahan
Non Migas
SWOT (Strenght,
Weakness, Opportunity,
dan Threath)
Faktor-faktor
yang berada di
Internal dan
Eksternal
Industri dengan
melakukan
Survei ke
Industri terkait
- Nominal
54
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Kota Tangerang
1. Keadaan Geografi
a. Letak Geografi
Kota Tangerang merupakan salah satu Kota yang berada di
Provinsi Banten. Secara astronomis Kota Tangerang berada pada garis
06o06’00”-06
o13’00” Lintang Selatan dan 106
o36’00”-103
o42’00”
Bujur Timur. Batas-batas Kota Tangerang secara administrasi yaitu
berbatasan langsung dengan :
Sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan.
b. Keadaan Iklim
Keadaan iklim di suatu daerah dapat terlihat dari suhu udara,
kecepatan angin, curah hujan yang melanda daerah, serta kelembaban
udara di daerah tersebut.
Diagram 4.1
Suhu udara, curah hujan dan kelembaban udara Kota Tangerang
2010
Sumber : Badan Meteorologi Kimatologi Geofisika Kota Tangerang 2010
55
c. Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain
Keterkaitan Kota Tangerang dengan daerah yang berada di
sekitarnya menyebabkan Kota Tangerang tumbuh dan berkembang
menjadi daerah yang maju. Hubungan ini dilihat dari bagaimana jarak
antara Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lainnya yang
mengelilingi Kota Tangerang. Adapun jarak tersebut adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1
Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain
No Ibu kota
Kota/Kabupaten
Jarak Kota dengan
Kota/Kabupaten (km)
1 Jakarta 25
2 Pandeglang 86
3 Rangkas Bitung 106
4 Tiga Raksa 32
5 Pamulang 28
6 Ciruas 56
7 Serang 65
8 Cilegon 85
9 Bekasi 54
10 Bandung 212 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010
2. Luas Kota Tangerang
Provinsi Banten yang terdiri dari 4 Kotamadya dan 4 Kabupaten,
Kota Tangerang merupakan daerah yang terkecil kedua setelah Kota
Tangerang Selatan yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten
Tangerang. Adapun luas Kota Tangerang dan Kota/Kabupaten lain
disajikan sebagai berkut :
56
Tabel 4.2
Luas Kota/Kabupaten Provinsi Banten
No Kota/Kabupaten Luas Daerah (km2)
1 Provinsi Banten 9662.92
2 Kota Serang 266.71
3 Kota Cilegon 175.50
4 Kota Tangerang 153.93
5 Kota Tangerang Selatan 147.19
6 Kabupaten Tangerang 1011.86
7 Kabupaten Serang 1734.28
8 Kabupaten Lebak 3426.56
9 Kabupaten Pandeglang 2746.89
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010
Kota Tangerang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan yang
tersebar di daerah Kota Tangerang. Luas masing-masing kecamatan dapat
disajikan di bawah ini :
Tabel 4.3
Luas Daerah menurut Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2010
No Nama Kecamatan Luas (km2)
Distribusi terhadap Luas
Kota Tangerang (%)
1 Ciledug 8.77 4.87
2 Larangan 9.40 4.47
3 Karang Tengah 10.47 5.64
4 Cipondoh 17.91 9.72
5 Pinang 21.59 12.13
6 Tangerang 15.79 8.60
7 Karawaci 13.48 7.28
8 Jatiuwung 14.41 7.93
9 Cibodas 9.61 5.08
10 Periuk 9.54 6.34
11 Batu Ceper 11.58 4.99
12 Neglasari 16.08 8.12
13 Benda 5.92 14.84
Total 164.55 100.00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010
Tidak hanya itu, Kota Tangerang juga memiliki danau. Danau-
danau yang berada di Kota Tangerang sangat memiliki peranan penting
bagi kehidupan masyarakat di Kota Tangerang. Danau-danau tersebut juga
57
menjadi peranan dalam dunia pariwisata di Kota Tangerang. adapun
danau-danau tersebut adalah sebagai berikut :
a. Danau Bulakan
Danau Bulakan ini memiliki luas sebesar 15,00 Ha dan tinggi
2.5 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota Tangerang
sebagai pengendalian banjir dan sebagai sarana pariwisata untuk Kota
Tangerang.
b. Danau Cangkring
Danau Cangkring ini memiliki luas sebesar 6,17 Ha dan tinggi
sebesar 3 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota Tangerang
sebagai pengendalian dan sarana pariwisata sama halnya dengan
Danau Bulakan.
c. Danau Bojong
Danau Bojong memiliki luas sebesar 0,60 Ha dan memiliki
tinggi sebesar 2 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota
Tangerang sebagai daerah Reservoar.
d. Danau Cipondoh
Danau Cipondoh memiliki luas sebesar 126,17 Ha dan tinggi
sebesar 3 meter. Danau ini merupakan danau yang terluas di Kota
Tangerang. Kegunaan dari danau ini sama halnya dengan danau
sebelumnya yaitu sebagai pengendalian banjir dan saran pariwisat bagi
masyarakat Kota Tangerang.
58
e. Danau Kunciran
Danau Kunciran memiliki luas sebesar 0,30 Ha dan tinggi
sebesar 2 meter. Danau ini digunakan sebagai danau Reservoar.
3. Demografi
Keadaan demografi dilihat dari keadaan jumlah banyak dan
sedikitnya penduduk yang berada di daerah khususnya Kota Tangerang.
Adapun keadaan penduduk Kota Tangerang disajikan di bawah ini :
Diagram 4.2
Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kota Tangerang Tahun
2010
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010
4. Pendidikan
Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan sumber daya
manusia yang dimiliki daerah agar dapat bersaing dengan daerah lain.
Oleh karena itu, pendidikan sangat ditingkatkan baik di tingkat pusat
maupun daerah khususnya Kota Tangerang. Pembangunan fasilitas
sekolah dan gedung sekolah merupakan suatu usaha agar penyelenggaraan
pendidikan dapat berjalan dengan baik. Adapun pemaparan tersebut dapat
disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini :
59
Diagram 4.3
Jumlah Sekolah, Murid dan Ruang Kelas Kota Tangerang Tahun
2010
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang 2010
5. Kesehatan
Tingkat kesehatan suatu daerah dapat terlihat dari fasilitas-fasilitas
kesehatan yang berada di daerah khususnya Kota Tangerang. Fasilitas
kesehatan yang telah dibangun berupa Rumah Sakit, Puskesmas (Pusat
Kesehatan Masyarakat) serta Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Fasilitas-fasilitas ini digunakan untuk melayani dan memenuhi segala
kebutuhan masyarakat akan kesehatan. Adapun fasilitas kesehatan dapat
disajikan dalam tabel di bawah ini :
Diagram 4.4
Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Tangerang
Tahun 2010
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang 2010
60
6. Pemerintahan
Kegiatan pemerintahan di daerah secara administrasi terdiri dari
beberapa kecamatan dan kelurahan serta tingkatan yang lebih rendah yaitu
rukun warga dan tetangga. Adapun tabel di bawah akan menjelaskan
pemerintahan Kota Tangerang secara administrasi :
Diagram 4.5
Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tetangga di Kota
Tangerang Tahun 2010
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2010
Kegiatan pemerintahan juga didukung dengan adanya pegawai
yang berada di dalamnya sehingga kegiatan-kegiatan pelayanan serta
pembangunan di masyarakat dapat terlaksana dengan baik.
Tabel 4.4
Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang menurut
Jenis Kelamin per Kelompok Instansi Tahun 2010
Kelompok Instansi Jumlah
Instansi Laki-laki Perempuan Total
Sekretariat Daerah 1 141 56 197
Sekretariat DPRD 1 36 12 48
Sekretariat Korpri 1 3 4 7
Sekretariat KPU 1 14 2 16
Inspektorat 1 34 15 49
SatPol PP 1 180 8 188
Badan 5 155 125 280
Kantor 4 39 39 78
Dinas 15 2769 5403 8172
Kecamatan/Kelurahan 13/104 697 241 938
Total 147 4067 5035 9973
Sumber : Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Tangerang Tahun 2010
61
7. Perekonomian Daerah
Potensi yang berada di daerah pun sangat beragam adanya. Potensi
tersebut memberikan dampak terhadap kemajuan suatu daerah.
Perekonomian Kota Tangerang merupakan perekonomian yang maju pesat
dengan tingkat sektor industri pengolahan khususnya pada sub sektor
industri pengolahan non migas. Sub sektor ini yang terdiri dari Sembilan
sub penopang dari sektor industri di Kota Tangerang. Sub sektor yang ada
sangat berpengaruh kepada penyerapan tenaga kerja yang bekerja.
Tenaga kerja sangat menentukan dalam suatu proses produksi yang
dijalankan suatu industri. Sumbangan tenaga kerja pada masing-masing
sub sektor industri pengolahan non migas dapat ditunjukkan pada tabel di
bawah ini :
Table 4.5
Perolehan Tenaga Kerja dalam Sub Sektor Industri Pengolahan
Non Migas Tahun 2005-2010
No Jenis Sub Sektor Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Makanan, Minuman dan
Tembakau 11337 14673 12958 13310 14294 12693
2 Tekstil, Barang Kulit
dan Tembakau 70083 82747 72566 73405 78066 53997
3 Barang Kayu dan Hasil
Hutan Lainnya 10232 9590 9661 9067 8160 9232
4 Kertas dan Barang
Cetakan 8215 6701 6306 6405 5950 6121
5 Pupuk, Kimia, dan
Barang dari Karet 42233 25188 22298 22624 34681 56704
6 Semen dan Barang
Galian non Logam 6414 5773 5220 5498 5423 4552
7 Logam Dasar, Besi, dan
Baja 9657 11989 10762 11012 12478 11414
8 Alat Angkutan, Mesin
dan Peralatan 27995 34132 30855 31426 23649 24631
9 Barang Lainnya. 49 552 506 519 296 95
JUMLAH 186215 191345 171132 173266 182997 179439
Keterangan : *) Data Sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)
62
Tabel di atas menunjukkan bagaimana perolehan PDRB Kota
Tangerang dengan melihat unsur penyerapan tenaga kerja dalam sub
sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang. Tenaga kerja
yang terjun dalam dunia industri di Kota Tangerang mengalami fluktuasi
dari tahun 2005 hingga 2010. Dapat dilihat pada tahun 2005 tenaga kerja
yang masuk dalam dunia industri sebanyak 186215 tenaga kerja, dengan
masing-masing tenaga kerja banyak yang memasuki industri tekstil,
barang kulit dan tembakau sebanyak 70083 tenaga kerja dan paling kecil
dalam industri barang lainnya sebanyak 49 tenaga kerja.
Pada tahun selanjutnya 2006, mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Tenaga kerja yang memasuki industri pengolahan pada tahun
2006 sebanyak 191345 tenaga kerja. Dan pada tahun 2007 mengalami
penurunan dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Tangerang sebanyak
171132 tenaga kerja. Tahun 2008, meningkat menjadi 173266, dan
mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009 menjadi 182997.
Kemudian pada tahun 2010 mengalami penurunan dalam penyerapan
tenaga kerja di industri, penurunan terjadi menjadi 179439.
Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor industri pengolahan non
migas di Kota Tangerang, sangat kuat dalam menghadapi perekonomian
yang terjadi baik di daerahnya maupun berada di luar sana baik pusat
maupun luar negeri. Penurunan yang terjadi selama tahun 2006-2007
kemudian penyerapan tenaga kerja kembali membaik dengan meningkat
selama 2 tahun selanjutnya yaitu 2007-2008 dan 2008-2009. Di tahun
63
2009-2010 mengalami penurunan kembali yang diakibatkan krisis global
Negara maju. Dengan demikian kesejahteraan tenaga kerja pun semakin
baik di Kota Tangerang setelah melewati masa-masa yang fluktuasi.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Potensi Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas, dan
Pengembangan Sub Sektor Potensial
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan
menganalisis potensi sub sektor industri pengolahan Kota Tangerang.
Sebelumnya potensi ekonomi Kota Tangerang berada pada 3 sektor yang
merupakan basis diantaranya sektor industri pengolahan yaitu non migas.
Kemudian penulis bermaksud untuk mengidentifikasi potensi dari sub
sektor industri pengolahan non migas Kota Tangerang sehingga hasil yang
akan diperoleh yaitu sub sektor mana yang merupakan unggulan dan
potensial untuk dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah khususnya
Kota Tangerang.
Selanjutnya penulis ingin menganalisis bagaimana kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan dari sub sektor yang merupakan basis
di Kota Tangerang. Sehingga sub sektor dapat membuat strategi yang tepat
bagi industri yang bersangkutan dalam pengembangan usaha bahkan
pendapatan dari industri.
Untuk mengetahui potensi sub-sub sektor industri pengolahan non
migas yang mendukung PDRB sektor industri pengolahan Kota Tangerang
digunakan analisis Location Quotient (LQ) dengan Pendekatan Jumlah
64
Tenaga Kerja yang berada dalam Sub Sektor Industri Pengolahan. Analisis
ini digunakan untuk mengetahui sub sektor mana yang merupakan basis
dan non basis. Kemudian untuk menunjang dari analisis LQ ini, digunakan
analisis Shift Share yaitu mengetahui Komponen Shift, Differensial Shift
dan Proportional Shift di Kota Tangerang berdasarkan perkembangan
PDRB yang berasal dari jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sub sektor
industri itu.
Selanjutnya dari sub sektor yang unggulan itu dianalisis
pengembangan sub sektor tersebut sehingga memberikan strategi yang
tepat bagi para perusahaan sehingga mereka dapat lebih meningkatkan
hasil produksinya. Analisis ini menggunakan SWOT (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan).
a. Analisis Potensi Sub Sektor Industri
Analisis LQ ini digunakan untuk mengetahui sub sektor
industri pengolahan non migas mana yang merupakan kegiatan basis
dan kegiatan non basis di Kota Tangerang. Kriteria dari analisis ini bila
hasil LQ > 1 maka kegiatan sub sektor industri dikatakan sub sektor
yang basis, sedangkan bila LQ < 1 maka kegiatan sub sektor industri
dikatakan sub sektor yang non basis. Hasil perhitungan LQ dapat
dilihat di bawah ini yaitu selama 6 tahun terakhir dari tahun 2005-2010
sebagai berikut :
65
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient
di Kota Tangerang Tahun 2005-2010
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-
rata
Makanan, Minuman dan
Tembakau 1.061 1.019 1.194 1.145 1.194 1.088 1.117*
Tekstil, Barang Kulit dan
Tembakau 0.896 1.114 0.980 1.003 1.042 0.729 0.961
Barang Kayu dan Hasil
Hutan Lainnya 0.721 0.543 0.759 0.770 0.662 0.735 0.698
Kertas dan Barang Cetakan 1.047 0.573 0.854 0.876 0.658 0.699 0.784
Pupuk, Kimia, dan Barang
dari Karet 1.353 0.902 0.824 0.837 1.127 1.919 1.160*
Semen dan Barang Galian
non Logam 0.624 0.542 0.509 0.524 0.546 0.461 0.534
Logam Dasar, Besi, dan
Baja 0.675 0.764 0.898 0.805 0.883 0.831 0.809
Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatan 1.441 1.808 1.854 1.749 1.205 1.293 1.558*
Barang Lainnya. 0.911 3.866 2.613 2.421 1.063 0.445 1.886*
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)
Keterangan : *) sektor basis
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa
sub sektor mana yang merupakan sub sektor basis dan non basis. Kota
Tangerang memiliki 4 sub sektor industri pengolahan non migas yang
merupakan basis, yaitu sub sektor industri barang lainnya merupakan
sub sektor basis peringkat pertama dengan rata-rata LQ sebesar 1.886
Sub sektor industri yang basis kedua merupaka sub sektor industri alat
angkutan, mesin dan peralatan dengan rata-rata LQ sebesar 1.558. Sub
sektor yang ketiga merupakan sub sektor industri pupuk, kimia dan
barang dari karet dengan rata-rata LQ sebesar 1.160. Dan sub sektor
industri yang basis keempat merupakan sub sektor makanan, minuman
dan tembakau dengan rata-rata LQ sebesara 1.117.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sub sektor industri
pengolahan non migas yang merupakan sub yang basis. Sub sektor ini
66
memiliki kekuatan ekonomi dan dapat berpengaruh kepada
peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Kemudian sub
sektor basis ini sudah mampu memenuhi kebutuhan dari masyarakat
Kota Tangerang dan dapat diekspor lintas daerah dengan produk yang
dihasilkan. Dengan demikian sub sektor ini menjadi unggulan dan
berpotensi untuk lebih dikembangkan oleh pemerintah Kota
Tangerang.
Berdasarkan tabel di atas pula, bahwa terdapat 5 sub sektor
industri pengolahan non migas yang non basis. Di antaranya sub sektor
industri tekstil, barang kulit, dan tembakau dengan rata-rata LQ
sebesar 0.961. Sub sektor kedua yang merupakan non basis dengan
rata-rata LQ sebesar 0.809 yaitu industri logam dasar, besi dan baja.
Rata-rata LQ ketiga yaitu sub sektor industri kertas dan barang cetakan
sebesar 0.784. Sub sektor non basis keempat yaitu sub sektor industri
barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan rata-rata LQ sebesar 0.698
dan terakhir sub sektor industri semen dan barang galian non logam
dengan rata-rata LQ sebesar 0.534.
Hal ini menunjukkan bahwa 5 sub sektor ini merupakan sub
sektor yang merupakan non basis. Yang mana sub sektor ini tidak
dapat melakukan kegiatan ekspor lintas daerah karena sub sektor ini
merupakan sub sektor yang hanya memenuhi kebutuhan masyarakat
Kota Tangerang. Produk yang dihasilkan dapat dinikmati oleh
masyarakat Kota Tangerang. Oleh karena itu, sub-sub sektor industri
pengolahan non migas ini merupakan sub sektor yang potensial untuk
67
dapat dikembangkan lebih lagi oleh pemerintah daerah Kota
Tangerang sehingga dapat lebih baik dan dapat melakukan kegiatan
ekspor lintas daerah serta akhirnya dapat memberikan sumbangan
kepada PDRB Kota Tangerang ke depannya.
b. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui kinerja dan
produktifitas suatu daerah sehingga dapat melihat pertumbuhan
ekonomi daerah tersebut apakah mengalami pergeseran struktur
sektor/sub sektor ekonomi dalam kaitannya ini membandingkan
dengan daerah yang lebih tinggi. Dalam hal ini adalah Kota Tangerang
dengan Provinsi Banten. Analisis Shift Share dapat diaplikasikan
dengan membandingkan tenaga kerja dan pendapatan dari daerah di
tingkat yang lebih rendah dengan daerah yang lebih tinggi. Dalam
penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan tenaga kerja
untuk melihat pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Pertumbuhan
Tenaga Kerja Total (G) dapat diuraikan menjadi 3 bagian yaitu :
1) Komponen National Share adalah banyaknya pertambahan tenaga
kerja seandainya proporsi perubahan sama dengan laju
pertambahan tenaga kerja tingkat Provinsi selama periode studi.
2) Komponen Proportional Shift adalah mengukur besarnya shift
regional netto yang diakibatkan oleh komposisi tenaga kerja pada
sub sektor industri di Kota Tangerang yang bersangkutan berubah.
Bila Pj > 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub
68
sektor di tingkat Provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj <
0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor yang
ditingkat Provinsi tumbuh lebih lambat.
3) Komponen Differential Shift adalah mengukur besarnya shift
regional netto yang diakibatkan oleh tenaga kerja pada sub sektor-
sektor industri tertentu lebih cepat atau lebih cepat di Kota
Tangerang dari pada tingkat Provinsi Banten yang disebabkan oleh
faktor-faktor lokasional intern. Bila Dj > 0, maka pertumbuhan
tenaga kerja sub sektor industri di Kota Tangerang lebih cepat dari
pertumbuhan tenaga kerja sub sektor industri yang sama di
Provinsi Banten. Dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan tenaga kerja
sub sektor industri di Kota Tangerang relatif lebih lambat dari
pertumbuhan tenaga kerja sub sektor yang sama di Provinsi
Banten.
Tabel 4.7
Komponen Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010
Tahun Gj Nj Gj - Nj
2005 - 2006 5130 13658.34346 -8528.343464
2006 - 2007 -20213 -7271.395569 -12941.60443
2007 - 2008 2134 -666.8971273 2800.897127
2008 - 2009 9731 - 3728.917496 13459.9175
2009 - 2010 -3558 444.2565521 -4002.256552
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen
pertumbuhan total tenaga kerja pada tahun 2005-2006 Kota Tangerang
adalah 5130 padahal pertumbuhan total tenaga kerja tahun yang sama
Provinsi Banten adalah 13658.34346 sehingga terjadi penyimpangan
69
negatif sebesar -8528.343464 dan ini menunjukkan pertumbuhan
tenaga kerja di Kota Tangerang lebih lambat bila dibandingkan dengan
pertumbuhan tenaga kerja di Provinsi Banten.
Selanjutnya untuk tahun kedua menunjukkan bahwa
pertumbuhan total tenaga kerja pada tahun 2006-2007 Kota Tangerang
mengalami penurunan menjadi -20213. Sedangkan pertumbuhan total
tenaga kerja tahun yang sama di Provinsi Banten mengalami
penurunan menjadi -7271.395569 sehingga menandakan terjadi
penyimpangan negatif sebesar -12941.60443 dan ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan tenaga kerja di Kota Tangerang lebih lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja di Provinsi Banten.
Kemudian pada tahun 2007-2008 dan 2008-2009, pertumbuhan
total tenaga kerja di Kota Tangerang mengalami peningkatan menjadi
2134 dan 9731, sedangkan pertumbuhan total tenaga kerja berfluktuasi
yaitu sebesar -666.8971273 dan -3728.917496. Dengan hasil tersebut
menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan yang positif sebesar
2800.897127 dan 13459.9175 sehingga hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan tenaga kerja Kota Tangerang lebih cepat dibandingkan
dengan pertumbuhan tenaga kerja Provinsi Banten.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sub sektor mana
yang menjadi unggulan dan potensial bagi daerah sehingga dapat
memicu perkembangan dari pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang.
Untuk mengetahui sub sektor yang menjadi spesialisasi daerah untuk
70
memacu pertumbuhan ekonomi, dalam kaitan ini digunakan komponen
Proportional Shift dan komponen Differential Shift. Untuk itu analisis
selanjutnya dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan sub sektor
yang cepat atau lambat, dan sub sektor mana yang memiliki daya saing
tinggi atau rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 4.8
Komponen Proportional Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Sub Sektor
Industri
2005 -
2006
2006 -
2007
2007 -
2008
2008 -
2009
2009 -
2010 Rata-rata
Makanan,
Minuman dan
Tembakau
3783.232 -2223.019 756.532 -325.924 -95.568 379.051
Tekstil, Barang
Kulit dan
Tembakau
-5672.949 9090.806 -1730.058 -2190.661 611.994 21.826
Barang Kayu dan
Hasil Hutan
Lainnya
2317.629 -1797.051 -831.924 -79.732 327.152 -12.785
Kertas dan Barang
Cetakan 3973.583 -1894.471 -141.049 1066.864 -69.898 587.006
Pupuk, Kimia, dan
Barang dari Karet -5851.392 2020.400 -298.659 1726.648 -733.230 -627.247
Semen dan Barang
Galian non Logam 50.766 432.003 55.815 -560.703 73.098 10.196
Logam Dasar,
Besi, dan Baja 693.001 -1683.163 1368.765 -230.040 -110.411 7.631
Alat Angkutan,
Mesin dan
Peralatan
-1621.179 -484.185 2046.353 1047.506 -231.521 151.395
Barang Lainnya. 83.237 274.282 47.052 116.876 -64.763 91.337
Jumlah -2244.073 3735.601 1272.827 570.834 -293.146 608.408
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)
Berdasarkan tabel komponen Proportional Shift Kota
Tangerang selama tahun 2005-2010 terdapat nilai yang postitif dan
negatif, di mana semua sub sektor industri pengolahan non migas
masing-masing dapat berspesialisasi dengan pertumbuhan ada yang
lambat dan cepat. Hasil Proportional ini menunjukkan bahwa 2 sub
sektor industri pengolahan non migas yang memiliki pertumbuhan
71
lambat dibandingkan dengan Provinsi Banten yaitu industri pupuk,
kimia dan barang dari karet dengan nilai rata-rata Pj sebesar -627.247,
industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai rata-rata Pj
sebesar -12.785.
Sedangkan 7 sub sektor lainnya memiliki spesialisasi di daerah
dan memiliki pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan sub
sektor yang sama di tingkat Provinsi Banten. Sub sektor industri
tersebut adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau;
industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri logam dasar, besi
dan baja; industri kertas dan barang cetakan; industri alat angkutan,
mesin dan peralatan, industri semen dan barang galian non logam serta
industri barang lainnya. Di mana ketujuh sektor ini memiliki nilai rata-
rata Pj > 0 dan positif.
Tabel 4.9
Komponen Differential Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010
Sub Sektor
Industri 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008
2008 -
2009
2009
- 2010 Rata-rata
Makanan, Minuman
dan Tembakau -1278.769 1065.615 -354.035 1596.373 -1540.133 -102.190
Tekstil, Barang Kulit
dan Tembakau 13196.560 -16127.296 2851.846 8431.436 -24870.513 -3303.594
Barang Kayu dan
Hasil Hutan Lainnya -3710.118 2232.486 275.573 -632.134 725.038 -221.831
Kertas dan Barang
Cetakan -6090.130 1754.119 264.623 -1384.020 226.453 -1045.791
Pupuk, Kimia, dan
Barang dari Karet -14291.279 -3953.219 711.554 10817.251 22672.036 3191.269
Semen dan Barang
Galian non Logam -1162.215 -765.620 242.528 604.027 -957.263 -407.709
Logam Dasar, Besi,
dan Baja 930.686 911.763 -1076.826 1933.033 -983.882 342.955
Alat Angkutan,
Mesin dan Peralatan 5704.825 -1495.748 -1355.111 -8148.176 1156.109 -827.620
Barang Lainnya. 416.169 -299.305 -32.080 -328.706 -136.956 -76.176
Jumlah -6284.270 -16677.205 1528.070 12889.084 -3709.111 -2450.686
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)
72
Berdasarkan tabel komponen Differensial Shift Kota Tangerang
Tahun 2005-2010 terdapat nilai yang positif dan negatif. Di mana bila
nilainya negatif maka menunjukkan sub sektor tersebut memiliki daya
saing yang rendah sedangkan bila nilainya positif memiliki daya saing
yang tinggi. Dan memiliki pertumbuhan yang lambat dan cepat.
Hasil menunjukkan bahwa 7 sub sektor yang memiliki
pertumbuhan lambat dan daya saing yang rendah bila dibandingkan
dengan sub sektor pada tingkat Provinsi Banten. Sub sektor itu adalah
sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil,
barang kulit dan tembakau; industri barang kayu dan hasil hutan
lainnya; industri kertas dan barang cetakan; industri semen dan barang
galian non logam; industri alat angkutan, mesin dan peralatan; serta
industri barang lainnya. Tujuh sub sektor ini memiliki nilai negatif dan
nilainya tidak lebih besar dari 1.
Sedangkan terdapat 2 sub sektor yang memiliki pertumbuhan
yang cepat dan daya saing yang tinggi bila dibandingkan dengan sub
sektor yang sama pada tingkat Provinsi Banten. Sub sektor industri itu
adalah industri pupuk,kimia dan barang dari kimia; dan industri logam
dasar, besi dan baja. Nilai rata-rata dari Dj kedua sub sektor industri
pengolahan non migas ini memiliki nilai yang lebih besar dari nol dan
bertanda positif.
73
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010
Lapangan Usaha 2005 -
2006
2006 -
2007
2007 -
2008
2008 -
2009
2009 -
2010
Rata-
rata
Makanan, Minuman dan
Tembakau 3336 -1715 352 984 -1601 271.2
Tekstil, Barang Kulit dan
Tembakau 12664 -10181 839 4661 -24069 -3217.2
Barang Kayu dan Hasil
Hutan Lainnya -1514 -395 99 -455 171 -418.8
Kertas dan Barang
Cetakan -17045 -2890 326 12057 22023 2894.2
Pupuk, Kimia, dan
Barang dari Karet -641 -553 278 -75 -871 -372.4
Semen dan Barang
Galian non Logam -642 71 -594 -907 1072 -200
Logam Dasar, Besi, dan
Baja 2332 -1227 250 1466 -1064 351.4
Alat Angkutan, Mesin
dan Peralatan 6137 -3277 571 -7777 982 -672.8
Barang Lainnya. 503 -46 13 -223 -201 9.2
Jumlah 5130 -20213 2134 9731 -3558 -1355.2
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)
Berdasarkan tabel di atas menerangkan bahwa hasil
perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010, hasil
menunjukkan bahwa ada beberapa sub sektor industri pengolahan non
migas yang memiliki rata-rata negatif dan beberapa yang lain dengan
rata-rata positif. Perhitungan sub sektor industri pengolahan non migas
yang memiliki rata-rata negatif adalah industri barang kayu dan hasil
hutan lainnya; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri
pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan barang galian
non logam serta industri alat angkutan, mesin dan peralatan. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan dari sub sektor di atas rendah.
Sedangkan sub sektor yang memiliki nilai rata-rata postitif
adalah sub sektor industri makanan,minuman, dan tembakau; industri
kertas dan barang cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta
74
industri barang lainnya. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dari sub
sektor diatas adalah pertumbuhan tinggi.
c. Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan
Setelah melakukan analisis dengan menggunakan metode
analisis LQ, dan Shift Share, maka dapat diketahui potensi masing-
masing sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang.
Setelah adanya hasil di atas, sehingga dapat diberikan masukan bagi
industri-industri di Kota Tangerang yang unggulan ini dapat lebih
mengembangkan usaha dan produksinya sedangkan industri yang
potensial dapat dibantu oleh pemerintah serta industri yang masih
kurang berkembang semoga menjadi perhatian dari pemerintah Kota
Tangerang agar ke depannya nanti dapat bersaing lagi. Dan akhirnya
nanti akan dirasakan pembangunan yang merata di semua lini sub
sektor industri pengolahan di Kota Tangerang.
Dalam penelitian ini, sub sektor yang memiliki keunggulan
dibandingkan dengan sub sektor industri pengolahan non migas
terdapat 4 sub sektor yang unggul. Keempat sub sektor industri
pengolahan migas ini sangat maju dan berkembang dibanding yang
lain. Perbedaan penyerapan tenaga kerja yang dilakukan industri-
industri tersebut tidak terlalu jauh. Dalam kaitan ini pengembangan
sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang dapat
dikembangkan melalui keempat sub sektor industri pengolahan ini
dikarenakan :
75
1) Industri barang lainnya : industri ini merupakan industri yang
menduduki urutan pertama untuk industri basis di Kota Tangerang.
Tenaga kerja yang dipekerja lebih kecil dibandingkan dengan
industri yang lain yang merupakan industri pengolahan non migas
basis di Kota Tangerang.
2) Industri alat angkutan, mesin dan peralatan : industri ini merupakan
industri yang menduduki urutan ketiga dari empat industri yang
unggul dan dominan di Kota Tangerang. Sehingga menjadi industri
yang basis di Kota Tangerang dengan tenaga kerja yang
dipekerjakan paling banyak di antara lain..
3) Industri pupuk, kimia dan barang dari karet : industri ini
merupakan industri yang menduduki urutan ketiga industri basis di
Kota Tangerang. Di mana jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
banyak sehingga mampu memproduksi lebih untuk daerahnya.
4) Industri makanan, minuman, dan tembakau : industri ini
merupakan industri yang menduduki urutan terakhir untuk industri
basis di Kota Tangerang. Tenaga kerja juga banyak yang
memasuki industri meskipun di bawah industri alat angkutan dan
kertas.
Selanjutnya kegiatan perindustrian pengolahan non migas di
Kota Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan industri dengan
skala menengah dan besar. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang
mengidentifikasikan industri pengolahan non migas ke dalam 4
golongan, yaitu :
76
Tabel 4.11
Klasifikasi Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang
No Jenis Industri Pengolahan Non
Migas
Jumlah Tenaga
Kerja
1 Industri Besar >100 orang
2 Industri Sedang / Menengah 20-99 orang
3 Industri Kecil 5-19 orang
4 Industri Mikro 1-4 orang
Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Tangerang
Kegiatan industri di Kota Tangerang sangat didominasi dengan
kegiatan industri yang berskala menengah sampai besar sehingga
majunya Kota Tangerang akibat dari tumbuhnya industri-industri
tersebut dalam skala yang cukup kemudian mereka bersaing dengan
masing-masing industri yang lain. Hal ini menyebabkan kegiatan
industri kecil dan mikro pun tidak dapat bersaing dengan mereka.
Dalam kaitan penelitian ini ingin mengembangkan kegiatan
yang berskala menengah dan besar ini agar mampu bersaing dengan
industri-industri yang berada di luar daerah. Sehingga akhirnya
kegiatan industri semakin maju dan berkembang dengan tidak
melupakan bagaimana keadaan industri dengan skala kecil dan mikro
yang memerlukan suplai/masukan dari industri yang menengah dan
besar ini.
d. Potensi pengembangan sub sektor industri pengolahan dengan
pendekatan SWOT
Dalam penelitian ini, guna memberikan gambaran yang lebih
rinci, detail dan mendalam, dengan menggunakan pendekatan SWOT
peneliti ingin menganalisis Keunggulan (S), Kelemahan (W), Peluang
77
(O) dan Hambatan/Tantangan (T) dari sub sektor industri pengolahan
di Kota Tangerang. Adapun peneliti memberikan batasan dalam
penelitian ini adalah dengan menganalisis SWOT dari sub sektor
industri pengolahan non migas Kota Tangerang yang merupakan
kegiatan basis di Kota Tangerang. Industri pengolahan yang
merupakan basis terdiri dari 4 macam industri pengolahan.
Selanjutnya dalam analisis SWOT diperoleh berupa klasifikasi
berdasarkan SWOT tadi, kemudian hasil tersebut dianalisis dan
diidentifikasi dalam kombinasi strategi antar S-O dan W-T sehingga
kombinasi antara S-O dan W-T akan memperoleh kombinasi strategi
yaitu S-O, S-W, W-T dan W-O. Kemudian dilanjutkan analisis untuk
mengetahui di mana kuadran dari industri yang berada di Kota
Tangerang. Analisis kuadran ini dapat diperoleh dengan melihat IFAS
dan EFAS dari sub sektor industri yang diteliti.
Dalam strategi kuadran IFAS-EFAS, S-O ini merupakan faktor-
faktor yang berasal dari dalam industri yang menunjang kegiatan
produksi dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan W-T merupakan
faktor-faktor yang berasal dari luar yang menghambat kegiatan
produksi sehingga akan berpengaruh pada jalannya industri. Analisis
ini diperoleh dengan komponen SWOT dilakukan bobot dan skor
kemudian dijumlah lalu dikalikan maka akan diperoleh jumlah dari
komponen SWOT. Selanjutnya jumlah tadi dilakukan pengurangan
antar komponen S dengan O dan komponen W dan T. Pada akhirnya
78
akan diperoleh angka yang dapat melihat pada kuadran berapa industri
yang diteliti.
Tabel 4.12
Analisis SWOT Industri Barang Lainnya
SWOT Industri Pengolahan Non Migas
Industri daur ulang plastik dan sampah
Strenght 1. Harga yang terjangkau bagi konsumen 2. Memiliki keunggulan produk berupa kualitas yang baik, motif
produk dan tahan lama. 3. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. 4. Memiliki pangsa pasar sendiri untuk produk daur ulang. 5. Modal untuk produksi barang daur ulang terjangkau. 6. Ketersediaan bahan baku berupa sampah dan plastik.
Weakness 1. Kurang memadainya gerai-gerai untuk memasang hasil produk daur ulang di Kota Tangerang,
2. Bila dibandingkan dengan merek terkenal, produk daur ulang jauh berbeda.
Opportunity 1. Adanya dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan kegiatan produksi produk dari daur ulang sampah dan plastik.
2. Produksi daur ulang ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi ekonomi masyarakat
3. Produksi daur ulang dapat mengurangi sampah di Kota. 4. Produksi daur ulang mengajak masyarakat peduli dengan
lingkungan. 5. Adanya ketertarikan luar negeri dan daerah untuk
memproduksi barang daur ulang.
Threaths 1. Persaingan yang berasal dari produk-produk sejenis yang bermerek jika produk yang dihasilkan tidak memiliki kualitas.
2. Kompetitor yang berasal dari luar daerah yang menghasilkan produk sejenis.
Sumber : Hasil Wawancara
Tabel 4.13
Analisis SWOT Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan
SWOT Industri Pengolahan Non Migas
Industri peralatan kantor
Strenght 1. Produk yang inovatif dihasilkan dari perusahaan. 2. Harga yang terjangkau bagi konsumen 3. Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan
tahan lama. 4. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. 5. Terjalinnya hubungan baik dengan para konsumen sehingga
kegiatan pemasaran produk pun dapat dilakukan.
Weakness 1. Manajemen perusahaan yang tidak berjalan dengan sehat. 2. Pendidikan SDM yang kurang memadai.
79
3. Proses perekrutan SDM masih bersifat kekeluargaan. 4. Belum adanya dukungan dari pemerintah karena adanya
kekurangan dari internal industri. 5. Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi berdasarkan lama kerja
dan tingkat kesulitan pekerjaan dan loyalitas. Serta upah masih bersifat borongan.
Opportunity 1. Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri.
2. Pengelolaan limbah yang sudah baik. 3. Pemanfaatan limbah kembali oleh perusahaan sehingga tidak
mencemari lingkungan masyarakat.
Threaths 1. Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis. 2. Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan
harga jual produk. 3. Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih
melakukan proses yang tidak sehat.
Sumber : Hasil Wawancara
Tabel 4.14
Analisis SWOT Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet
SWOT Industri Pengolahan Non Migas
Industri peralatan kantor
Strenght 1. Produk memiliki karakteristik, inovasi dan kualitas yang
berbeda dengan produk lain.
2. Ketersediaan bahan baku dan teknologi.
3. Hubungan yang baik dengan pihak konsumen sebagai sarana
pemasaran
4. Manajemen keuangan dan arus produksi sangat
diperhitungkan
5. Dekat dengan akses keluar masuk tol.
Weakness 1. Gaji dan pendidikan karyawan masih minim.
2. Tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam
pengembangan industri.
3. Letak industri yang jauh dari pusat kota.
4. Kurang tersedianya transportasi dan lahan dalam industri
5. Modal yang tinggi dalam pengembangan industri ini.
Opportunity 1. Pengelolaan limbah yang sudah baik dan ramah lingkungan.
2. Produk yang dihasilkan beda dibandingkan dengan industri
cat yang sudah besar dan memiliki keunggulan.
3. Produk yang dibuat memiliki harga yang terjangkau dan
inovatif.
4. Konsumen yang banyak dan memiliki permintaan yang
tinggi.
5. Pengelolaan keuangan yang tertata memberikan gambaran
perusahaan terus memperoleh keuntungan.
6. Skala produksi yang terus meningkat.
80
Threaths 1. Tidak mempermasalahkan persaingan dengan industri lain.
2. Pungutan liar yang berasal dari oknum pemerintah dalam
pengurusan legalitas
3. Perputaran uang akan bermasalah bila pemasukan dari
konsumen dan supplier tidak berjalan.
4. Kehilangan kepercayaan supplier dan konsumen bila
perusahaan melakukan kesalahan.
Sumber : Hasil Wawancara
Tabel 4.15
Analisis SWOT Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
SWOT Industri Pengolahan Non Migas
Industri Roti
Strenght 1. Produknya memiliki keunggulan dari rasa, bebas dari bahan pengawet, tahan lama, bebas jamur dan harga bersaing.
2. Teknologi sudah banyak digunakan dalam proses produksi. 3. Memiliki konsumen yang setia terhadap produk ini. 4. Ketersediaan bahan baku dalam proses produksi. 5. Resep buatan produk sudah teruji.
Weakness 1. SDM tidak memiliki pendidikan tinggi hanya sampai jenjang SMP.
2. Pengelolaan industri masih bersifat keluarga. 3. Gaji/upah masih bersifat upah harian dan tergantung
penjualan yang habis. 4. Komunikasi yang sulit untuk konsumen melakukan
permintaan besar. 5. Kegiatan pemasaran hanya lewat konsumen setia dan
gerobak-gerobak yang digunakan berjualan.
Opportunity 1. Adanya dukungan dari pemerintah berupa pemberian pelatihan kepada tenaga kerja untuk membuat produk yang inovatif.
2. Konsumen yang paling besar berasal dari kalangan pemerintahan dan sekolah.
3. Memiliki beberapa varian yang disukai oleh konsumen. 4. Produk yang dihasilkan dekat dengan masyarakat dan pusat
industri pun dekat pula dengan masyarakat. 5. Permintaan yang banyak memberikan peluang menciptakan
penawaran itu sendiri.
Threaths 1. Persaingan dalam industri produk ini sangat maju dan pesat. 2. Kurangnya inovasi dan kreatifitas dalam menghasilkan
produk. 3. Pengelolaan yang bebas dari sifat keluarga sehingga
perusahaan pun akan maju dengan pesat. 4. Banyaknya tenaga kerja yang keluar akibat banyak industri
produk yang serupa.
Sumber : Hasil Wawancara
81
C. Pengembangan SWOT dengan Pendekatan Kuantitatif
Metode SWOT dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan
perhitungan dari faktor-faktor strategi internal dan eksternal dari industri yang
bersangkutan. Dengan demikian perhitungan tersebut akan memperoleh posisi
dari industri terbagi dalam beberapa kuadran sehingga dapat menjadi
masukkan bagi industri tersebut. Faktor-faktor strategi internal terdiri dari
faktor kekuatan dan kelemahan industri sedangkan faktor-faktor strategi
eksternal terdiri dari faktor peluang dan hambatan. Tahap-tahap perhitungan
SWOT dengan pendekatan ini (Siti Ruchmi:2008) dan (Fredi Rangkuti:2006)
adalah :
1. Menentukan faktor-faktor strategi internal dan eksternal 5-10 faktor.
Faktor strategi internal berupa kekuatan dan kelemahan industri terdiri dari
5-10 faktor sedangkan faktor strategi eksternal berupa peluang dan
hambatan terdiri dari 5-10 faktor.
2. Menentukan nilai bobot dari masing-masing faktor baik internal dan
eksternal yang terdiri dari 5-10 faktor. Ketentuan dari nilai bobot ini dari
0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
3. Menjumlahkan nilai bobot dari masing-masing faktor baik internal
maupun eksternal. Jumlah dari bobot masing-masing faktor internal dan
eksternal tersebut tidak melebihi nilai 1.00.
4. Menentukan nilai rating dari masing-masing faktor internal dan eksternal
yang terdiri dari 5-10 faktor. Ketentuan dari nilai bobot ini dari 1 (kecil)
82
sampai 4 (sangat besar) untuk faktor kekuatan dan peluang. Sedangkan
untuk faktor kelemahan dan hambatan dengan nilai rating 1 (sangat besar)
sampai dengan 4 (kecil).
5. Menentukan nilai dari masing-masing faktor internal dan eksternal yang
terdiri dari 5-10 faktor dengan mengalikan antara nilai bobot dengan nilai
rating.
6. Menentukan posisi kuadran dari industri-industri tersebut yaitu dengan
cara menghitung antara nilai kekuatan dengan kelemahan serta selisih
antara nilai peluang dengan hambatan. Kemudian hasil pengurangan antara
nilai kekuatan dan kelemahan dikategorikan sebagai sumbu X sedangkan
pengurangan antara nilai peluang dan hambatan dikategorikan sebagai
sumbu Y.
7. Setelah didapatkan hasil pengurangan antar masing-masing faktor.
Kemudian membandingkan antara sumbu X dan sumbu Y. Ketentuannya
sudah dibahas dalam pembahasan sebelumnya.
8. Tahap akhir diperoleh kuadran dari masing-masing industri dengan
melihat dari SWOT masing-masing industri.
83
Tabel 4.16
Matriks Strategi Internal dan Eksternal
Industri Daur Ulang
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai
KEKUATAN
1. Harga yang terjangkau bagi
konsumen
2. Memiliki keunggulan produk
berupa kualitas yang baik, motif
produk dan tahan lama.
3. Ketersediaan SDM dalam
mengerjakan produk.
4. Memiliki pangsa pasar sendiri
untuk produk daur ulang.
5. Modal untuk produksi barang daur
ulang terjangkau.
6. Ketersediaan bahan baku berupa
sampah dan plastik.
0.10
0.10
0.15
0.10
0.15
0.10
3
3
4
3
4
3
0.30
0.30
0.60
0.30
0.60
0.30
KELEMAHAN
1. Kurang memadainya gerai-gerai
untuk memasang hasil produk daur
ulang di Kota Tangerang,
2. Bila dibandingkan dengan merek
terkenal, produk daur ulang jauh
berbeda.
0.15
0.15
3
3
0.45
0.45
Jumlah 1.00 - 3.30
PELUANG
1. Adanya dukungan pemerintah
daerah untuk meningkatkan
kegiatan produksi produk dari daur
ulang sampah dan plastik.
2. Produksi daur ulang ini
memberikan kesempatan untuk
meningkatkan potensi ekonomi
masyarakat
3. Produksi daur ulang dapat
mengurangi sampah di Kota.
4. Produksi daur ulang mengajak
masyarakat peduli dengan
lingkungan.
5. Adanya ketertarikan luar negeri
dan daerah untuk memproduksi
barang daur ulang.
0.15
0.15
0.10
0.10
0.20
4
4
3
3
4
0.60
0.60
0.30
0.30
0.80
HAMBATAN
1. Persaingan yang berasal dari
produk-produk sejenis yang
0.15
3
0.45
84
bermerek jika produk yang
dihasilkan tidak memiliki kualitas.
2. Kompetitor yang berasal dari luar
daerah yang menghasilkan produk
sejenis.
0.15
1
0.15
Jumlah 1.00 - 3.20
Sumber : hasil diolah
Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor
kekuatan dan kelemahan yaitu 1.50. Sedangkan pengurangan faktor peluang
dan ancaman yaitu 2.00. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang
berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y
bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri
yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan
dan meraih kemajuan secara maksimal.
Tabel 4.17
Matriks SWOT Industri Daur Ulang
Eksternal
Internal OPPORTUNITY THREATHS
STRENGTH
1. Meningkatkan hasil
produk daur ulang
dengan
memperhatikan
konsistensi kualitas
agar tidak kalah
dengan merek lain
2. Melakukan promosi
produk daur ulang
baik di daerah
sendiri maupun di
luar daerah dan
asing
1. Meningkatkan
kreatifitas dalam
produk hasil daur
ulang dengan
memperhatikan
motif dan kualitas
2. Meningkatkan skala
produksi dari produk
daur ulang sehingga
permintaan tidak
turun
WEAKNESS
1. Pemerintah daerah
memberikan bantuan
berupa modal, sarana
1. Gerai promosi
produk daur ulang
harus dekat dengan
85
dan prasarana untuk
memasarkan produk
daur ulang
2. Melakukan kegiatan
promosi dengan
kegiatan bazaar
sehingga produk
dapat dikenal
masyarakat
masyarakat agar
produk dapat
menarik pasar
2. Jalin kerja sama
dengan pihak asing
agar diperoleh
investasi untuk
jalanya produksi
Sumber : Hasil diolah
Tabel 4.18
Matriks Strategi Internal dan Eksternal
Industri Peralatan Kantor
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai
KEKUATAN
1. Harga yang terjangkau bagi
konsumen
2. Produk yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik dan tahan lama.
3. Ketersediaan SDM dalam
mengerjakan produk.
4. Terjalinnya hubungan baik dengan
para konsumen sehingga kegiatan
pemasaran produk pun dapat
dilakukan.
5. Produk yang inovatif dihasilkan dari
perusahaan.
0.10
0.15
0.10
0.10
0.10
3
3
3
4
3
0.30
0.45
0.30
0.40
0.30
KELEMAHAN
1. Pendidikan SDM yang kurang
memadai.
2. Proses perekrutan SDM masih
bersifat kekeluargaan.
3. Belum adanya dukungan dari
pemerintah karena adanya
kekurangan dari internal industri.
4. Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi
berdasarkan lama kerja dan tingkat
kesulitan pekerjaan dan loyalitas.
Serta upah masih bersifat borongan.
5. Manajemen perusahaan yang tidak
berjalan dengan sehat.
0.15
0.05
0.05
0.15
0.10
1
2
3
2
2
0.15
0.10
0.15
0.30
0.20
Jumlah 1.00 - 2.65
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Nilai
86
PELUANG
1. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah
dari sisa-sisa produksi
2. Pengelolaan yang baik dan transparan
memberikan perubahan bagi
perkembangan industri.
3. Permintaan pasar yang banyak.
0.25
0.15
0.25
3
3
4
0.75
0.45
1.00
HAMBATAN
1. Kenaikan harga bahan produksi
sehingga akan menaikkan harga jual
produk.
2. Industri akan tidak berjalan dengan
baik bila masih melakukan proses
yang tidak sehat.
3. Persaingan yang berasal dari
perusahaan yang sejenis.
0.10
0.10
0.15
2
2
1
0.20
0.20
0.15
Jumlah 1.00 - 2.75
Sumber : Hasil diolah
Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor
kekuatan dan kelemahan yaitu 0.85. Sedangkan pengurangan faktor peluang
dan ancaman yaitu 1.65. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang
berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y
bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri
yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan
dan meraih kemajuan secara maksimal.
87
Tabel 4.19
Matriks SWOT Industri Peralatan Kantor
Eksternal
Internal OPPORTUNITY THREATHS
STRENGTH
1. Meningkatkan produk
yang dihasilkan
sehingga permintaan
dari masyarakat akan
tetap meningkat
2. Merektrut SDM yang
tepat dalam
bidangnya sehingga
mampu
mengembangkan
industri
1. Merekrut
karyawan yang
bersifat terbuka
dan bebas tidak
hanya dari
kalangan tertentu
2. Menjaga
konsistensi
kualitas produk
agar konsumen
tidak ke lain hati
WEAKNESS
1. Memberikan fasilitas
pendidikan, pelatihan
dan pengetahuan bagi
karyawan yang
kurang
2. Meningkatkan
pengolahan hasil
limbah dari produksi
agar menjadi nilai
ekonomis bagi
industri
1. Membuat sistem
pengelolaan
industry yang
bersifat terbuka dan
bertanggung jawab
2. Melakukan
evaluasi pada akhir
produksi untuk
mengendalikan
keadaan baik dari
internal maupun
eksternal industri
Sumber : Hasil diolah
Tabel 4.20
Matriks Strategi Internal dan Eksternal
Industri Cat Furniture
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai
KEKUATAN
1. Produk memiliki karakteristik,
inovasi dan kualitas yang berbeda
dengan produk lain.
2. Ketersediaan bahan baku dan
teknologi.
3. Hubungan yang baik dengan pihak
konsumen sebagai sarana
pemasaran.
4. Manajemen keuangan dan arus
produksi sangat diperhitungkan
5. Dekat dengan akses keluar masuk
tol.
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
4
4
4
2
3
0.40
0.40
0.40
0.20
0.30
88
KELEMAHAN
1. Gaji dan pendidikan karyawan masih
minim.
2. Tidak adanya dukungan dari
pemerintah daerah dalam
pengembangan industri.
3. Letak industri yang jauh dari pusat
kota.
4. Kurang tersedianya transportasi dan
lahan untuk industri
5. Modal yang tinggi dalam
pengembangan industri ini.
0.15
0.05
0.10
0.10
0.10
2
3
3
3
1
0.30
0.15
0.30
0.30
0.10
Jumlah 1.00 - 2.85
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Nilai
PELUANG
1. Produk yang dihasilkan beda
dibandingkan dengan industri cat
yang sudah besar dan memiliki
keunggulan.
2. Produk yang dibuat memiliki harga
yang terjangkau dan inovatif.
3. Konsumen yang banyak dan
memiliki permintaan yang tinggi.
4. Pengelolaan keuangan yang tertata
memberikan gambaran perusahaan
terus memperoleh keuntungan.
5. Skala produksi yang terus
meningkat.
0.10
0.10
0.15
0.10
0.10
3
4
4
2
3
0.30
0.40
0.60
0.20
0.30
HAMBATAN
1. Pungutan liar yang berasal dari
oknum pemerintah dalam pengurusan
legalitas
2. Perputaran uang akan bermasalah
bila pemasukan dari konsumen dan
supplier tidak berjalan.
3. Kehilangan kepercayaan supplier dan
konsumen bila perusahaan
melakukan kesalahan.
4. Tidak mempermasalahkan persaingan
dengan industri lain.
0.10
0.10
0.15
0.10
2
2
1
1
0.20
0.20
0.15
0.10
Jumlah 1.00 - 2.45
Sumber : Hasil diolah
89
Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor
kekuatan dan kelemahan yaitu 0.55 sedangkan pengurangan faktor peluang
dan ancaman yaitu 1.15. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang
berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y
bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri
yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan
dan meraih kemajuan secara maksimal.
Tabel 4.21
Matriks SWOT Industri Cat Furniture
Eksternal
Internal OPPORTUNITY THREATHS
STRENGTH
1. Menjaga konsistensi kualitas produk yang dihasilkan
2. Meningkatkan produksi produk yang dihasilkan dan memanfaatkan kembali terhadap limbah yang digunakan
3. Perekrutan SDM yang handal dalam pengelolaan keuangan
1. Menjalin hubungan yang baik dengan semua supplier bahan baku dan konsumen
2. Pengelolaan laporan keuangan yang baik dan benar
3. Produk yang memiliki kualitas baik tetap dipertahankan di tengah persaingan
WEAKNESS
1. Peningkatan pendidikan karyawan dengan memberikan pelatihan dan pengalaman lebih lanjut lagi
2. Mengajukan proposal usaha kepada dinas terkait untuk mendapatkan modal yang berguna bagi produksi
3. Mempromosikan hasil produk saat ada acara-acara tertentu
1. Perekrutan tenaga ahli dalam segala bidang di dalam industry sehingga kelemahan dan hambatan dapat tertanggulangi
2. Menciptakan produk unggulan yang baru sehingga menambah produksi dari industri
Sumber : Hasil diolah
90
Tabel 4.22
Matriks Strategi Internal dan Eksternal
Industri Roti
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai
KEKUATAN
1. Produknya memiliki keunggulan
dari rasa, bebas dari bahan
pengawet, tahan lama, bebas
jamur. Dan harga yang bersaing
2. Teknologi sudah banyak
digunakan dalam proses produksi.
3. Memiliki konsumen yang setia
terhadap produk ini.
4. Ketersediaan bahan baku dalam
proses produksi.
5. Resep buatan produk sudah teruji.
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
4
4
4
3
3
0.40
0.40
0.40
0.30
0.30
KELEMAHAN
1. SDM tidak memiliki pendidikan
tinggi hanya sampai jenjang SMP.
2. Pengelolaan industri masih bersifat
keluarga.
3. Gaji/upah masih bersifat upah
harian dan tergantung penjualan
yang habis.
4. Komunikasi yang sulit untuk
konsumen melakukan permintaan
besar.
5. Kegiatan pemasaran hanya lewat
konsumen setia dan gerobak-
gerobak yang digunakan berjualan.
0.10
0.10
0.10
0.10
0.10
2
4
2
4
3
0.20
0.40
0.20
0.40
0.30
Jumlah 1.00 - 3.30
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Nilai
PELUANG
1. Konsumen yang paling besar
berasal dari kalangan pemerintahan
dan sekolah.
2. Memiliki beberapa varian yang
disukai oleh konsumen.
3. Produk yang dihasilkan dekat
dengan masyarakat dan pusat
industri pun dekat pula dengan
masyarakat.
4. Permintaan yang banyak
memberikan peluang menciptakan
penawaran itu sendiri.
5. Adanya dukungan dari pemerintah
0.10
0.10
0.10
0.15
0.15
3
3
3
4
4
0.30
0.30
0.30
0.60
0.60
91
berupa pemberian pelatihan kepada
tenaga kerja untuk membuat produk
yang inovatif.
HAMBATAN
1. Kurangnya inovasi dan kreatifitas
dalam menghasilkan produk.
2. Pengelolaan yang bebas dari sifat
keluarga sehingga perusahaan pun
akan maju dengan pesat.
3. Banyaknya tenaga kerja yang
keluar akibat banyak industri
produk yang serupa.
4. Persaingan dalam industri produk
ini sangat maju dan pesat.
0.10
0.10
0.10
0.10
3
2
2
4
0.30
0.20
0.20
0.40
Jumlah 1.00 - 3.20
Sumber : Hasil diolah
Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor
kekuatan dan kelemahan yaitu 0.30. Sedangkan pengurangan faktor peluang
dan ancaman yaitu 1.00. Hal ini menunjukkan bahwa industri roti berada pada
kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y bersumbu positif
pula. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri yang kuat dan
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya
industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan
untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih
kemajuan secara maksimal.
92
Tabel 4.23
Matriks SWOT Industri Roti
Eksternal
Internal OPPORTUNITY THREATHS
STRENGTH
1. Menjaga keunggulan
produk roti yang
dihasilkan sehingga
industry dapat
menghadapi
persaingan
2. Menambah jenis-
jenis rasa dari
produk roti sehingga
memberikan
pengaruh positif
terhadap permintaan
dari konsumen
1. Menjaga kualitas
produk di tengah
persaingan
2. Menciptakan
inovasi dalam
produk yang
dihasilkan
WEAKNESS
1. Melakukan kegiatan
yang menarik minat
dari pemerintah
sehingga
memunculkan
investasi dari pihak
manapun
2. Pengadaan media
pemasaran agar
produk dapat
diketahui oleh
konsumen yang sulit
dijangkau
1. Memberikan
pendidikan,
pelatihan dan
pengetahuan kepada
seluruh karyawan
sehingga
mengurangi
dampak upah yang
kecil dan keluar
masuknya
karyawan
2. Pengelolaan
diberikan kepada
SDM yang
berpengetahuan dan
berpengalaman
3. Penyediaan sarana
dan prasarana
komunikasi dan alat
untuk memasarkan
produk
Sumber : Hasil diolah
93
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Sub sektor industri pengolahan non migas yang unggulan di Kota
Tangerang pada tahun 2005-2010 adalah sub sektor industri makanan,
minuman, dan tembakau; industri pupuk, kimia dan barang dari karet;
industri alat angkutan, mesin dan peralatan; dan industri barang lainnya.
2. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Shift Share maka diperoleh :
a. Industri yang memiliki spesialisasi dan pertumbuhannya cepat bila
dibandingkan dengan pertumbuhan pada tingkat Provinsi terdapat 7
industri yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau; industri
tekstil, barang kulit dan tembakau; industri barang kayu dan hasil hutan
lainnya; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri logam
dasar, besi dan baja; industri alat angkutan, mesin dan peralatan serta
industri barang lainnya.
b. Industri yang memiliki daya saing tinggi dan pertumbuhan yang cepat
bila dibandingkan dengan industri yang berada di provinsi terdapat 2
industri yaitu industri pupuk,kimia dan barang dari kimia; dan industri
logam dasar, besi dan baja.
c. Industri yang memiliki rata-rata positif yaitu terdapat 4 industri yaitu
industri makanan,minuman, dan tembakau; industri kertas dan barang
94
cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta industri barang
lainnya.
3. Dalam pengembangan kegiatan industri memerlukan strategi yang tepat.
Strategi ini dapat dilihat dari faktor-faktor yang berada di dalam maupun di
luar perusahaan tersebut. Strategi-strategi tersebut dibahas dalam kajian
SWOT. SWOT ini dilakukan terhadap industri yang basis dan unggul di
Kota Tangerang. Berikut ini adalah strategi yang dilakukan dalam
pengembangan industri di Kota Tangerang :
a. Faktor kekuatan dan peluang akan memberikan sebuah keuntungan
komparatif bagi perusahaan, strategi yang dapat dilakukan adalah :
1) Pemerintah daerah harus meningkatkan pelayanannya dengan
memberikan fasilitas, sarana dan prasarana serta dukungan berupa
modal bagi perusahaan yang ingin mengembangkan kegiatan
produksinya.
2) Meningkatkan hubungan kemitraan dengan industri-industri basis di
Kota Tangerang sehingga industri dapat menjalin hubungan baik
dengan pemerintah daerah. Mengadakan kegiatan bazaar dari hasil
industri Kota Tangerang.
3) Perbaiki infrastruktur jalan untuk proses mobilitas barang produksi
baik dari dalam dan luar Kota Tangerang.
b. Faktor kekuatan dengan ancaman akan memberikan sebuah mobilisasi
bagi perusahaan, strategi yang dapat dilakukan yaitu :
1) Memberikan sarana pengembangan bagi kegiatan industry
95
khususnya peningkatan kualitas dari SDM yang berada di dalam
industri sehingga produktifitas pun semakin meningkat.
2) Pemberian upah dan gaji oleh industri di Kota Tangerang harus
dengan kualitas SDM dari industri tersebut.
c. Faktor kelemahan dengan peluang akan memberikan sebuah
kesempatan investasi dapat masuk dan keluar dari dalam dan luar
daerah, strategi yang dapat dilakukan yaitu :
1) Kegiatan-kegiatan industri juga harus memperhatikan untuk
menarik investasi yang berasal dari dalam maupun luar sehingga
mampu menjalankan produksi tidak bergantung kepada kemampuan
internal perusahaan.
2) Tidak ada pungutan liar yang meresahkan para pengusaha.
Tindakan tegas bagi oknum yang melanggar harus dikenakan.
3) Peranan masyarakat pun harus digalakan agar mereka dapat
melakukan permintaan yang tinggi untuk barang-barang hasil
daerah berupa produk industri yang unggul.
d. Faktor kelemahan dengan ancaman akan memberikan sebuah tindakan
pencegahan terhadap seluruh dampak yang diakibatkan, strategi yang
dilakukan yaitu :
1) Permudah akses izin pendirian industri oleh pemerintah daerah
sehingga industri di Kota Tangerang akan tumbuh.
2) Melakukan pengolahan akibat limbah yang dihasilkan oleh industri
sehingga limbah yang dianggap sampah dapat berdaya guna bagi
masyarakat.
96
3) Penciptaan industri menjadi sarana penciptaan lapangan kerja yang
baru bagi industri. Pengangguran pun akan semakin ditekan dari
kegiatan yang memprioritaskan karyawannya dari lingkungan
sekitar.
e. Berdasarkan pendekatan SWOT kuantitatif diperoleh hasil yaitu :
1) Kegiatan industri daur ulang berada pada kuadran I yang
menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan
berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik.
2) Kegiatan industri peralatan kantor berada pada kuadran I yang
menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan
berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik.
3) Kegiatan industri cat furniture berada pada kuadran I yang
menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan
berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik.
4) Kegiatan industri roti berada pada kuadran I yang menandakan
industri ini merupakan industri yang kuat dan berpeluang untuk
berkembang dan tumbuh lebih baik.
B. Implikasi
1. Bagi Pemerintah Kota Tangerang
Berdasarkan kajian dan penelitian di atas menunjukkan bahwa
keadaan ekonomi di daerah Kota Tangerang di mana yang menjadi
penopang perekonomian berasal dari sektor industri pengolahan non
97
migas. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu bahan masukan
agar pemerintah Kota Tangerang mulai memperbaiki kekurangan dalam
infrastruktur jalan untuk mobilitas produk, memperbaiki hubungan
kemitraan dengan para pengusaha sehingga tidak ada lagi pengusaha kecil
yang harus merugi. Serta reformasi birokrasi pelayanan industri dengan
tidak adanya pungutan liar serta hukuman tegas bagi para pelaku. Dengan
demikian pemerintah Kota Tangerang dapat melaksanakan apa yang sudah
dibahas di atas dengan perhitungan yang matang.
2. Bagi Peneliti Lainnya
Berdasarkan penelitian ini memiliki cacat dan kekurangan dari segi
kajian dan pembahasan. Oleh karena itu, bagi peneliti lain ini menjadi
sebuah masukan dan acuan untuk kajian yang lebih baru dan berbeda
sehingga dapat dirasakan oleh pemerintah daerah. Dengan demikian
pemerintah pun dapat memperbaiki apa yang kurang dari daerahnya.
98
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia. “Ekonomi Pembangunan”, Yogyakarta : Graha Ilmu, Jilid 1, 2007.
Azhar, Syarifah Lies Fuaidah dan M. Nassir Abdussamad. “Analisis sector basis
dan non basis di provinsi Nangroe Aceh Darussalam”. 2006.
BPS Kota Tangerang. Kota Tangerang Dalam Angka. 2006-2011.
BPS Provinsi Banten. Provinsi Banten Dalam Angka. 2006-2011.
Bugaian, Larisa, Maria Gheorghita, dan Doina Nistor. “Analysis of Industry
Potential in Republic of Moldova”. 2010
Daryanto, Arief. “Model-model kuantitatif ekonomi regional”, Bogor : IPB Press,
2010.
Fuadati, Siti Rokhmi. “Analisis SWOT untuk Pengembangan Potensi dan Peluang
Pasar Kabupaten Blitar yang Bertumpu Pada Potensi Sumber Daya
Alam”. Ekuitas Vol. 12 No. 2 Juni 2008. Halaman 248-267.
Habibullah, Muzafar Shah dan Alias Radam. ” Industry Concentration in Rich
and Poor State in Malaysia: Location Quotient and Shift Share Analyses”.
2009.
Jhingan, M.L. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Jakarta : Rajawali
Pers, 2010.
Permatasari, Galih. “Strategi pengembangan wilayah melalui analisis sektor basis
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sragen”. 2012.
Rangkuti, Freddy. “Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis”, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama. 2006.
Saerofi, Mujib. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor
Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan
SWOT)”. 2005.
Sjafrizal. “Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi”, Padang : Praninta Offset,
2008.
Sukirno, Sadono. “Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan”, Jakarta : Kencana. Edisi kedua, 2007.
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi : Teori Pengantar”, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, Edisi III, Cet. 16, 2004.
99
Supranto, J. “Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran”, Jakarta : PT. Rineka
Cipta, Edisi Revisi ke-7, 2003.
Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi-Edisi Revis”, Jakarta
: Sinar Grafika, 2005.
Todaro, Michael P. “Pembangunan Ekonomi”, Jakarta : Erlangga, Edisi
kesembilan, 2006.
Sari, Kartika Hendra Titi. “Indentifikasi Potensi Ekonomi Daerah Boyolali,
Karanganyar dan Sragen tahun 1993-2003”. 2010.
Suherty, Lina. Analisis Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten
Barito Kuala. Volume 12 Nomor 2. Oktober 2011.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
0
A. PROVINSI BANTEN
JUMLAH TENAGA KERJA PROPINSI BANTEN MENURUT SUB SEKTOR INDUSTRI
PENGOLAHAN (DENGAN TENAGA KERJA)
No Jenis Komoditi Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Makanan, Minuman dan Tembakau 27021 38020 30815 32494 30999 30867
2 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 197658 196156 210252 204420 193920 195911
3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 35894 46657 36141 32888 31891 33247
4 Kertas dan Barang Cetakan 19835 30884 20979 20428 23391 23173
5 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 78892 73748 76861 75532 79671 78180
6 Semen dan Barang Galian non Logam 25990 28102 29137 29335 25712 26121
7 Logam Dasar, Besi, dan Baja 36166 41414 34026 38221 36600 36365
8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 49101 49859 47257 50207 50800 50426
9 Barang Lainnya. 136 377 550 599 721 565
JUMLAH 470693 505217 486018 484124 473705 474855
10
1
B. KOTA TANGERANG
JUMLAH TENAGA KERJA KOTA TANGERANG MENURUT SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
(DENGAN TENAGA KERJA)
No Jenis Sub Sektor Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Makanan, Minuman dan Tembakau 11337 14673 12958 13310 14294 12693
2 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 70083 82747 72566 73405 78066 53997
3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 10232 9590 9661 9067 8160 9232
4 Kertas dan Barang Cetakan 8215 6701 6306 6405 5950 6121
5 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 42233 25188 22298 22624 34681 56704
6 Semen dan Barang Galian non Logam 6414 5773 5220 5498 5423 4552
7 Logam Dasar, Besi, dan Baja 9657 11989 10762 11012 12478 11414
8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 27995 34132 30855 31426 23649 24631
9 Barang Lainnya. 49 552 506 519 296 95
JUMLAH 186215 191345 171132 173266 182997 179439
10
2
C. PERHITUNGAN LOCATION QUOTIENT (LQ) TAHUN 2005-2010
LQ Tahun 2005
Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ
Makanan, Minuman dan Tembakau 11337 27021 0.060881239 0.057406845 1.060522306
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 70083 197658 0.376355288 0.419929763 0.896233897
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 10232 35894 0.054947238 0.076257773 0.720546066
Kertas dan Barang Cetakan 8215 19835 0.044115673 0.042139994 1.046883708
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 42233 78892 0.226796982 0.167608186 1.353137857
Semen dan Barang Galian non Logam 6414 25990 0.034444057 0.055216457 0.623800552
Logam Dasar, Besi, dan Baja 9657 36166 0.05185941 0.076835644 0.674939479
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 27995 49101 0.150336976 0.104316402 1.441163363
Barang Lainnya. 49 136 0.000263137 0.000288936 0.910710303
JUMLAH 186215 470693 1 1
LQ Tahun 2006
Lapangan Usaha TANGERANG (Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ Makanan, Minuman dan Tembakau 14673 38020 0.076683477 0.075254792 1.018984651 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 82747 196156 0.432449241 0.388260886 1.113810988 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9590 46657 0.050118895 0.092350416 0.542703514 Kertas dan Barang Cetakan 6701 30884 0.035020513 0.061130168 0.572884288 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 25188 73748 0.131636573 0.145972919 0.901787633 Semen dan Barang Galian non Logam 5773 28102 0.030170634 0.055623623 0.54240685 Logam Dasar, Besi, dan Baja 11989 41414 0.062656458 0.081972697 0.764357653 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 34132 49859 0.178379367 0.098688286 1.807502933 Barang Lainnya. 552 377 0.002884842 0.000746214 3.86597076
JUMLAH 191345 505217 1 1
10
3
LQ Tahun 2007
Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ
Makanan, Minuman dan Tembakau 12958 30815 0.075719328 0.063403002 1.194254624
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 72566 210252 0.424035248 0.432601262 0.980198823
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9661 36141 0.056453498 0.074361443 0.759177005
Kertas dan Barang Cetakan 6306 20979 0.036848748 0.043165068 0.853670574
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22298 76861 0.130297081 0.158144349 0.823912342
Semen dan Barang Galian non Logam 5220 29137 0.03050277 0.059950455 0.508799642
Logam Dasar, Besi, dan Baja 10762 34026 0.062887128 0.070009753 0.898262394
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 30855 47257 0.180299418 0.097233024 1.854302273
Barang Lainnya. 506 550 0.002956782 0.001131645 2.612816773
JUMLAH 171132 486018 1 1
LQ Tahun 2008
Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ Makanan, Minuman dan Tembakau 13310 32494 0.076818302 0.067119168 1.144506182 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 73405 204420 0.423654958 0.422247193 1.003333984 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9067 32888 0.052329944 0.067933009 0.770316881 Kertas dan Barang Cetakan 6405 20428 0.036966283 0.042195801 0.87606544 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22624 75532 0.1305738 0.15601788 0.836915615 Semen dan Barang Galian non Logam 5498 29335 0.031731557 0.06059398 0.523675078 Logam Dasar, Besi, dan Baja 11012 38221 0.063555458 0.078948782 0.805021391 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 31426 50207 0.181374303 0.103706902 1.748912564 Barang Lainnya. 519 599 0.002995394 0.001237286 2.420938734
JUMLAH 173266 484124 1 1
10
4
LQ Tahun 2009
Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ
Makanan, Minuman dan Tembakau 14294 30999 0.07811057 0.065439461 1.193631008
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 78066 193920 0.426597157 0.4093687 1.042085429
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 8160 31891 0.044590895 0.06732249 0.662347681
Kertas dan Barang Cetakan 5950 23391 0.032514194 0.049378833 0.658464212
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 34681 79671 0.189516768 0.168186952 1.126822063
Semen dan Barang Galian non Logam 5423 25712 0.029634366 0.054278507 0.545968698
Logam Dasar, Besi, dan Baja 12478 36600 0.06818691 0.077263276 0.882526784
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 23649 50800 0.129231627 0.107239738 1.2050722
Barang Lainnya. 296 721 0.001617513 0.001522044 1.062723893
JUMLAH 182997 473705 1 1
LQ Tahun 2010
Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ
Makanan, Minuman dan Tembakau 12693 30867 0.070737131 0.065003001 1.088213309
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 53997 195911 0.300921204 0.412570153 0.729381906
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9232 33247 0.051449239 0.070015057 0.734831064
Kertas dan Barang Cetakan 6121 23173 0.034111871 0.04880016 0.699011455
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 56704 78180 0.316007111 0.164639732 1.919385479
Semen dan Barang Galian non Logam 4552 26121 0.025367952 0.055008371 0.461165308
Logam Dasar, Besi, dan Baja 11414 36365 0.06360936 0.076581272 0.830612478
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 24631 50426 0.137266703 0.106192417 1.292622466
Barang Lainnya. 95 565 0.000529428 0.001189837 0.444958321
JUMLAH 179439 474855 1 1
10
5
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ)
Kabupaten Kota Tangerang Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Makanan, Minuman dan Tembakau 1.061 1.019 1.194 1.145 1.194 1.088 1.117
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 0.896 1.114 0.980 1.003 1.042 0.729 0.961
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0.721 0.543 0.759 0.770 0.662 0.735 0.698
Kertas dan Barang Cetakan 1.047 0.573 0.854 0.876 0.658 0.699 0.784
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 1.353 0.902 0.824 0.837 1.127 1.919 1.160
Semen dan Barang Galian non Logam 0.624 0.542 0.509 0.524 0.546 0.461 0.534
Logam Dasar, Besi, dan Baja 0.675 0.764 0.898 0.805 0.883 0.831 0.809
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 1.441 1.808 1.854 1.749 1.205 1.293 1.558
Barang Lainnya. 0.911 3.866 2.613 2.421 1.063 0.445 1.886
Sumber: BPS Kota Tangerang, (data diolah)
Keterangan: *) Sektor Basis
10
6
D. KOMPONEN SHIFT SHARE KOTA TANGERANG
Pertambahan Tenaga Kerja Tahunan (Gj) Kota Tangerang
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 191345 186215 5130
2006 - 2007 171132 191345 -20213
2007 - 2008 173266 171132 2134
2008 - 2009 182997 173266 9731
2009 - 2010 179439 182997 -3558
Pertambahan Tenaga Kerja (Gj) Sektoral Kota Tangerang
2005 - 2006
Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij
Makanan, Minuman dan Tembakau 14673 11337 3336
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 82747 70083 12664
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9590 10232 -642
Kertas dan Barang Cetakan 6701 8215 -1514
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 25188 42233 -17045
Semen dan Barang Galian non Logam 5773 6414 -641
Logam Dasar, Besi, dan Baja 11989 9657 2332
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 34132 27995 6137
Barang Lainnya. 552 49 503
Jumlah 191345 186215 5130
10
7
2006 - 2007
Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij
Makanan, Minuman dan Tembakau 12958 14673 -1715
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 72566 82747 -10181
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9661 9590 71
Kertas dan Barang Cetakan 6306 6701 -395
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22298 25188 -2890
Semen dan Barang Galian non Logam 5220 5773 -553
Logam Dasar, Besi, dan Baja 10762 11989 -1227
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 30855 34132 -3277
Barang Lainnya. 506 552 -46
Jumlah 171132 191345 -20213
2007 - 2008
Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij
Makanan, Minuman dan Tembakau 13310 12958 352
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 73405 72566 839
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9067 9661 -594
Kertas dan Barang Cetakan 6405 6306 99
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22624 22298 326
Semen dan Barang Galian non Logam 5498 5220 278
Logam Dasar, Besi, dan Baja 11012 10762 250
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 31426 30855 571
Barang Lainnya. 519 506 13
Jumlah 173266 171132 2134
10
8
2008 - 2009
Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij
Makanan, Minuman dan Tembakau 14294 13310 984
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 78066 73405 4661
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 8160 9067 -907
Kertas dan Barang Cetakan 5950 6405 -455
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 34681 22624 12057
Semen dan Barang Galian non Logam 5423 5498 -75
Logam Dasar, Besi, dan Baja 12478 11012 1466
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 23649 31426 -7777
Barang Lainnya. 296 519 -223
Jumlah 182997 173266 9731
2009 - 2010
Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij
Makanan, Minuman dan Tembakau 12693 14294 -1601
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 53997 78066 -24069
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9232 8160 1072
Kertas dan Barang Cetakan 6121 5950 171
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 56704 34681 22023
Semen dan Barang Galian non Logam 4552 5423 -871
Logam Dasar, Besi, dan Baja 11414 12478 -1064
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 24631 23649 982
Barang Lainnya. 95 296 -201
Jumlah 179439 182997 -3558
10
9
E. KOMPONEN SHARE KOTA TANGERANG Komponen Nasional Share (Nj)
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 186215 505217 470693 1.073347171 199873.3435 13658.34346
2 2006 - 2007 191345 486018 505217 0.961998508 184073.6044 -7271.395569
3 2007 - 2008 171132 484124 486018 0.996103025 170465.1029 -666.8971273
4 2008 - 2009 173266 473705 484124 0.978478654 169537.0825 -3728.917496
5 2009 - 2010 182997 474855 473705 1.002427671 183441.2566 444.2565521
Nasional Share Sektor
2005 - 2006
Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share
Pertanian 11337 1.073347171 12168.53688 831.5368786
Pertambangan, Penggalian 70083 1.073347171 75223.38979 5140.389791
Industri Pengolahan 10232 1.073347171 10982.48825 750.4882546
Listrik, Gas, Air Bersih 8215 1.073347171 8817.54701 602.5470105
Bangunan 42233 1.073347171 45330.67108 3097.671076
Perdagangan, Hotel, Restoran 6414 1.073347171 6884.448755 470.4487553
Pengangkutan, komunikasi 9657 1.073347171 10365.31363 708.3136312
Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 27995 1.073347171 30048.35405 2053.354055
Jasa-jasa lain 49 1.073347171 52.59401138 3.594011383
Jumlah 186215 9.66012454 199873.3435 13658.34346
11
0
Tahun 2006 - 2007
Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share
Pertanian 14673 0.961998508 14115.4041 -557.5958984
Pertambangan, Penggalian 82747 0.961998508 79602.49051 -3144.509494
Industri Pengolahan 9590 0.961998508 9225.565688 -364.4343124
Listrik, Gas, Air Bersih 6701 0.961998508 6446.351999 -254.6480008
Bangunan 25188 0.961998508 24230.81841 -957.1815913
Perdagangan, Hotel, Restoran 5773 0.961998508 5553.617384 -219.3826158
Pengangkutan, komunikasi 11989 0.961998508 11533.40011 -455.5998927
Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 34132 0.961998508 32834.93306 -1297.06694
Jasa-jasa lain 552 0.961998508 531.0231762 -20.97682382
Jumlah 191345 8.657986568 184073.6044 -7271.395569
Tahun 2007 - 2008
Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share
Pertanian 12958 0.996103025 12907.503 -50.49700217
Pertambangan, Penggalian 72566 0.996103025 72283.21211 -282.7878885
Industri Pengolahan 9661 0.996103025 9623.351324 -37.64867556
Listrik, Gas, Air Bersih 6306 0.996103025 6281.425676 -24.57432441
Bangunan 22298 0.996103025 22211.10525 -86.89474875
Perdagangan, Hotel, Restoran 5220 0.996103025 5199.65779 -20.34220955
Pengangkutan, komunikasi 10762 0.996103025 10720.06075 -41.93924505
Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 30855 0.996103025 30734.75884 -120.2411639
Jasa-jasa lain 506 0.996103025 504.0281306 -1.971869355
Jumlah 171132 8.964927225 170465.1029 -666.8971273
11
1
Tahun 2008 - 2009
Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share
Pertanian 13310 0.978478654 13023.55089 -286.4491122
Pertambangan, Penggalian 73405 0.978478654 71825.22561 -1579.774386
Industri Pengolahan 9067 0.978478654 8871.865958 -195.1340421
Listrik, Gas, Air Bersih 6405 0.978478654 6267.15578 -137.8442197
Bangunan 22624 0.978478654 22137.10107 -486.8989267
Perdagangan, Hotel, Restoran 5498 0.978478654 5379.675641 -118.324359
Pengangkutan, komunikasi 11012 0.978478654 10775.00694 -236.9930596
Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 31426 0.978478654 30749.67019 -676.3298122
Jasa-jasa lain 519 0.978478654 507.8304215 -11.16957846
Jumlah 173266 8.806307888 169537.0825 -3728.917496
Tahun 2009 - 2010
Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share
Pertanian 14294 1.002427671 14328.70113 34.70113256
Pertambangan, Penggalian 78066 1.002427671 78255.51858 189.5185822
Industri Pengolahan 8160 1.002427671 8179.809797 19.80979724
Listrik, Gas, Air Bersih 5950 1.002427671 5964.444644 14.44464382
Bangunan 34681 1.002427671 34765.19407 84.19406593
Perdagangan, Hotel, Restoran 5423 1.002427671 5436.165261 13.16526108
Pengangkutan, komunikasi 12478 1.002427671 12508.29248 30.29248161
Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 23649 1.002427671 23706.412 57.41199692
Jasa-jasa lain 296 1.002427671 296.7185907 0.718590684
Jumlah 182997 9.021849041 183441.2566 444.2565521
11
2
(P+D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 191345 505217 470693 186215 1.073347171 199873.3435 -8528.343464
2006 - 2007 171132 486018 505217 191345 0.961998508 184073.6044 -12941.60443
2007 - 2008 173266 484124 486018 171132 0.996103025 170465.1029 2800.897127
2008 - 2009 182997 473705 484124 173266 0.978478654 169537.0825 13459.9175
2009 - 2010 179439 474855 473705 182997 1.002427671 183441.2566 -4002.256552
F. KOMPONEN DIFFERENTIAL SHIFT KOTA TANGERANG
Tahun 2005 - 2006
Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj
Makanan, Minuman dan Tembakau 14673 38020 27021 11337 1.407053773 15951.76862 -1278.768624
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 82747 196156 197658 70083 0.992401016 69550.4404 13196.5596
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9590 46657 35894 10232 1.299855129 13300.11768 -3710.11768
Kertas dan Barang Cetakan 6701 30884 19835 8215 1.557045626 12791.12982 -6090.129821
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 25188 73748 78892 42233 0.934796938 39479.27907 -14291.27907
Semen dan Barang Galian non Logam 5773 28102 25990 6414 1.081262024 6935.214621 -1162.214621
Logam Dasar, Besi, dan Baja 11989 41414 36166 9657 1.145108666 11058.31438 930.6856163
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 34132 49859 49101 27995 1.015437567 28427.1747 5704.825299
Barang Lainnya. 552 377 136 49 2.772058824 135.8308824 416.1691176
Jumlah 191345 505217 470693 186215 12.20501956 197629.2702 -6284.270176
11
3
Tahun 2006- 2007
Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj
Makanan, Minuman dan Tembakau 12958 30815 38020 14673 0.810494477 11892.38546 1065.614545
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 72566 210252 196156 82747 1.071861172 88693.29638 -16127.29638
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9661 36141 46657 9590 0.774610455 7428.514264 2232.485736
Kertas dan Barang Cetakan 6306 20979 30884 6701 0.679283772 4551.880553 1754.119447
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22298 76861 73748 25188 1.042211314 26251.21858 -3953.218582
Semen dan Barang Galian non Logam 5220 29137 28102 5773 1.036830119 5985.620276 -765.6202761
Logam Dasar, Besi, dan Baja 10762 34026 41414 11989 0.82160622 9850.236973 911.763027
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 30855 47257 49859 34132 0.947812832 32350.74759 -1495.747588
Barang Lainnya. 506 550 377 552 1.458885942 805.3050398 -299.3050398
Jumlah 171132 486018 505217 191345 8.643596302 187809.2051 -16677.20511
Tahun 2007 - 2008
Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj
Makanan, Minuman dan Tembakau 13310 32494 30815 12958 1.054486451 13664.03544 -354.0354373
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 73405 204420 210252 72566 0.972261857 70553.15393 2851.84607
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9067 32888 36141 9661 0.909991422 8791.427133 275.5728674
Kertas dan Barang Cetakan 6405 20428 20979 6306 0.97373564 6140.376948 264.6230516
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22624 75532 76861 22298 0.982709046 21912.44631 711.5536878
Semen dan Barang Galian non Logam 5498 29335 29137 5220 1.006795483 5255.472423 242.5275766
Logam Dasar, Besi, dan Baja 11012 38221 34026 10762 1.123288074 12088.82625 -1076.826251
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 31426 50207 47257 30855 1.062424614 32781.11148 -1355.111476
Barang Lainnya. 519 599 550 506 1.089090909 551.08 -32.08
Jumlah 173266 484124 486018 171132 9.174783498 171737.9299 1528.070091
11
4
Tahun 2008 - 2009
Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj
Makanan, Minuman dan Tembakau 14294 30999 32494 13310 0.953991506 12697.62695 1596.373053
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 78066 193920 204420 73405 0.948635163 69634.56413 8431.435867
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 8160 31891 32888 9067 0.969684991 8792.133818 -632.1338178
Kertas dan Barang Cetakan 5950 23391 20428 6405 1.145046015 7334.019728 -1384.019728
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 34681 79671 75532 22624 1.054797966 23863.74919 10817.25081
Semen dan Barang Galian non Logam 5423 25712 29335 5498 0.876495654 4818.973104 604.0268962
Logam Dasar, Besi, dan Baja 12478 36600 38221 11012 0.95758876 10544.96743 1933.032574
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 23649 50800 50207 31426 1.011811102 31797.17569 -8148.175693
Barang Lainnya. 296 721 599 519 1.203672788 624.706177 -328.706177
Jumlah 182997 473705 484124 173266 9.121723946 170107.9162 12889.08378
Tahun 2009 - 2010
Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj
Makanan, Minuman dan Tembakau 12693 30867 30999 14294 0.995741798 14233.13326 -1540.133262
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 53997 195911 193920 78066 1.01026712 78867.51303 -24870.51303
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9232 33247 31891 8160 1.042519833 8506.961839 725.0381612
Kertas dan Barang Cetakan 6121 23173 23391 5950 0.990680176 5894.547048 226.452952
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 56704 78180 79671 34681 0.981285537 34031.9637 22672.0363
Semen dan Barang Galian non Logam 4552 26121 25712 5423 1.01590697 5509.263496 -957.2634956
Logam Dasar, Besi, dan Baja 11414 36365 36600 12478 0.993579235 12397.88169 -983.881694
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 24631 50426 50800 23649 0.992637795 23474.89122 1156.10878
Barang Lainnya. 95 565 721 296 0.783633842 231.9556172 -136.9556172
Jumlah 179439 474855 473705 182997 8.806252306 183148.1109 -3709.110903
11
5
G. KOMPONEN PROPORTIONAL SHIFT KOTA TANGERANG
Tahun 2005 - 2006
Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj
Makanan, Minuman dan Tembakau 38020 27021 505217 470693 11337 1.407053773 1.073347171 0.333706602 3783.231746
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 196156 197658 505217 470693 70083 0.992401016 1.073347171 -0.080946155 -5672.949394
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 46657 35894 505217 470693 10232 1.299855129 1.073347171 0.226507958 2317.629425
Kertas dan Barang Cetakan 30884 19835 505217 470693 8215 1.557045626 1.073347171 0.483698455 3973.582811
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 73748 78892 505217 470693 42233 0.934796938 1.073347171 -0.138550234 -5851.392011
Semen dan Barang Galian non Logam 28102 25990 505217 470693 6414 1.081262024 1.073347171 0.007914853 50.76586566
Logam Dasar, Besi, dan Baja 41414 36166 505217 470693 9657 1.145108666 1.073347171 0.071761495 693.0007525
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 49859 49101 505217 470693 27995 1.015437567 1.073347171 -0.057909604 -1621.179353
Barang Lainnya. 377 136 505217 470693 49 2.772058824 1.073347171 1.698711652 83.23687097
Jumlah 505217 470693 4546953 4236237 186215 12.20501956 9.66012454 2.544895023 -2244.073288
Tahun 2006 - 2007
Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj
Makanan, Minuman dan Tembakau 30815 38020 486018 505217 14673 0.810494477 0.961998508 -0.151504031 -2223.018647
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 210252 196156 486018 505217 82747 1.071861172 0.961998508 0.109862664 9090.80587
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 36141 46657 486018 505217 9590 0.774610455 0.961998508 -0.187388053 -1797.051424
Kertas dan Barang Cetakan 20979 30884 486018 505217 6701 0.679283772 0.961998508 -0.282714736 -1894.471446
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 76861 73748 486018 505217 25188 1.042211314 0.961998508 0.080212807 2020.400173
Semen dan Barang Galian non Logam 29137 28102 486018 505217 5773 1.036830119 0.961998508 0.074831611 432.0028919
Logam Dasar, Besi, dan Baja 34026 41414 486018 505217 11989 0.82160622 0.961998508 -0.140392287 -1683.163134
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 47257 49859 486018 505217 34132 0.947812832 0.961998508 -0.014185675 -484.1854722
Barang Lainnya. 550 377 486018 505217 552 1.458885942 0.961998508 0.496887434 274.2818636
Jumlah 486018 505217 4374162 4546953 191345 8.643596302 8.657986568 -0.014390266 3735.600676
11
6
Tahun 2007 - 2008
Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo
(Yit/Yio) -
(Yt/Yo) Pj
Makanan, Minuman dan Tembakau 32494 30815 484124 486018 12958 1.054486451 0.996103025 0.058383426 756.5324395
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 204420 210252 484124 486018 72566 0.972261857 0.996103025 -0.023841168 -1730.058182
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 32888 36141 484124 486018 9661 0.909991422 0.996103025 -0.086111603 -831.9241918
Kertas dan Barang Cetakan 20428 20979 484124 486018 6306 0.97373564 0.996103025 -0.022367385 -141.0487272
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 75532 76861 484124 486018 22298 0.982709046 0.996103025 -0.013393979 -298.6589391
Semen dan Barang Galian non Logam 29335 29137 484124 486018 5220 1.006795483 0.996103025 0.010692458 55.81463293
Logam Dasar, Besi, dan Baja 38221 34026 484124 486018 10762 1.123288074 0.996103025 0.127185049 1368.765496
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 50207 47257 484124 486018 30855 1.062424614 0.996103025 0.066321589 2046.352639
Barang Lainnya. 599 550 484124 486018 506 1.089090909 0.996103025 0.092987884 47.05186935
Jumlah 484124 486018 4357116 4374162 171132 9.174783498 8.964927225 0.209856273 1272.827037
Tahun 2008 - 2009
Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo
(Yit/Yio) -
(Yt/Yo) Pj
Makanan, Minuman dan Tembakau 30999 32494 473705 484124 13310 0.953991506 0.978478654 -0.024487148 -325.9239413
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 193920 204420 473705 484124 73405 0.948635163 0.978478654 -0.029843491 -2190.661481
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 31891 32888 473705 484124 9067 0.969684991 0.978478654 -0.008793663 -79.73214009
Kertas dan Barang Cetakan 23391 20428 473705 484124 6405 1.145046015 0.978478654 0.166567361 1066.863947
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 79671 75532 473705 484124 22624 1.054797966 0.978478654 0.076319312 1726.648119
Semen dan Barang Galian non Logam 25712 29335 473705 484124 5498 0.876495654 0.978478654 -0.101983001 -560.7025372
Logam Dasar, Besi, dan Baja 36600 38221 473705 484124 11012 0.95758876 0.978478654 -0.020889894 -230.0395141
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 50800 50207 473705 484124 31426 1.011811102 0.978478654 0.033332448 1047.505505
Barang Lainnya. 721 599 473705 484124 519 1.203672788 0.978478654 0.225194134 116.8757554
Jumlah 473705 484124 4263345 4357116 173266 9.121723946 8.806307888 0.315416058 570.8337132
11
7
Tahun 2009 - 2010
Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj
Makanan, Minuman dan Tembakau 30867 30999 474855 473705 14294 0.995741798 1.002427671 -0.006685873 -95.5678702
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 195911 193920 474855 473705 78066 1.01026712 1.002427671 0.007839449 611.9944438
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 33247 31891 474855 473705 8160 1.042519833 1.002427671 0.040092162 327.1520415
Kertas dan Barang Cetakan 23173 23391 474855 473705 5950 0.990680176 1.002427671 -0.011747495 -69.89759581
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 78180 79671 474855 473705 34681 0.981285537 1.002427671 -0.021142134 -733.2303652
Semen dan Barang Galian non Logam 26121 25712 474855 473705 5423 1.01590697 1.002427671 0.013479298 73.09823456
Logam Dasar, Besi, dan Baja 36365 36600 474855 473705 12478 0.993579235 1.002427671 -0.008848436 -110.4107876
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 50426 50800 474855 473705 23649 0.992637795 1.002427671 -0.009789876 -231.5207764
Barang Lainnya. 565 721 474855 473705 296 0.783633842 1.002427671 -0.218793829 -64.76297349
Jumlah 474855 473705 4273695 4263345 182997 8.806252306 9.021849041 -0.215596735 -293.1456489
11
8
H. RATA-RATA KOMPONEN SHIFT SHARE
RATA-RATA Gj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata
Makanan, Minuman dan Tembakau 3336 -1715 352 984 -1601 271.2
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 12664 -10181 839 4661 -24069 -3217.2
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -642 71 -594 -907 1072 -200
Kertas dan Barang Cetakan -1514 -395 99 -455 171 -418.8
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -17045 -2890 326 12057 22023 2894.2
Semen dan Barang Galian non Logam -641 -553 278 -75 -871 -372.4
Logam Dasar, Besi, dan Baja 2332 -1227 250 1466 -1064 351.4
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 6137 -3277 571 -7777 982 -672.8
Barang Lainnya. 503 -46 13 -223 -201 9.2
Jumlah 5130 -20213 2134 9731 -3558 -1355.2
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata
Makanan, Minuman dan Tembakau 831.5368786 -557.5958984 -50.49700217 -286.4491122 34.70113256 -5.660800322
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 5140.389791 -3144.509494 -282.7878885 -1579.774386 189.5185822 64.56732094
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 750.4882546 -364.4343124 -37.64867556 -195.1340421 19.80979724 34.61620435
Kertas dan Barang Cetakan 602.5470105 -254.6480008 -24.57432441 -137.8442197 14.44464382 39.98502189
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 3097.671076 -957.1815913 -86.89474875 -486.8989267 84.19406593 330.1779751
Semen dan Barang Galian non Logam 470.4487553 -219.3826158 -20.34220955 -118.324359 13.16526108 25.11296641
Logam Dasar, Besi, dan Baja 708.3136312 -455.5998927 -41.93924505 -236.9930596 30.29248161 0.814783078
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 2053.354055 -1297.06694 -120.2411639 -676.3298122 57.41199692 3.425627163
Barang Lainnya. 3.594011383 -20.97682382 -1.971869355 -11.16957846 0.718590684 -5.961133913
Jumlah 13658.34346 -7271.395569 -666.8971273 -3728.917496 444.2565521 487.0779647
11
9
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata
Makanan, Minuman dan Tembakau -1278.769 1065.615 -354.035 1596.373 -1540.133 -102.1899451
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 13196.560 -16127.296 2851.846 8431.436 -24870.513 -3303.593572
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -3710.118 2232.486 275.573 -632.134 725.038 -221.8309465
Kertas dan Barang Cetakan -6090.130 1754.119 264.623 -1384.020 226.453 -1045.79082
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -14291.279 -3953.219 711.554 10817.251 22672.036 3191.268629
Semen dan Barang Galian non Logam -1162.215 -765.620 242.528 604.027 -957.263 -407.708784
Logam Dasar, Besi, dan Baja 930.686 911.763 -1076.826 1933.033 -983.882 342.9546545
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 5704.825 -1495.748 -1355.111 -8148.176 1156.109 -827.6201356
Barang Lainnya. 416.169 -299.305 -32.080 -328.706 -136.956 -76.17554326
Jumlah -6284.270 -16677.205 1528.070 12889.084 -3709.111 -2450.686
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata
Makanan, Minuman dan Tembakau 3783.232 -2223.019 756.532 -325.924 -95.568 379.0507454
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau -5672.949 9090.806 -1730.058 -2190.661 611.994 21.82625139
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 2317.629 -1797.051 -831.924 -79.732 327.152 -12.78525781
Kertas dan Barang Cetakan 3973.583 -1894.471 -141.049 1066.864 -69.898 587.0057978
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -5851.392 2020.400 -298.659 1726.648 -733.230 -627.2466046
Semen dan Barang Galian non Logam 50.766 432.003 55.815 -560.703 73.098 10.19581759
Logam Dasar, Besi, dan Baja 693.001 -1683.163 1368.765 -230.040 -110.411 7.630562416
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan -1621.179 -484.185 2046.353 1047.506 -231.521 151.3945084
Barang Lainnya. 83.237 274.282 47.052 116.876 -64.763 91.33667717
Jumlah -2244.073 3735.601 1272.827 570.834 -293.146 608.4084978
12
0
I. CHECKING PERHITUNGAN SHIFT SHARE
Lapangan Usaha Gj Nj Pj Dj Nj+Pj+Dj
Makanan, Minuman dan Tembakau 271.2 -5.660800322 379.0507454 -102.1899451 271.2
Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau -3217.2 64.56732094 21.82625139 -3303.593572 -3217.2
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -200 34.61620435 -12.78525781 -221.8309465 -200
Kertas dan Barang Cetakan -418.8 39.98502189 587.0057978 -1045.79082 -418.8
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 2894.2 330.1779751 -627.2466046 3191.268629 2894.2
Semen dan Barang Galian non Logam -372.4 25.11296641 10.19581759 -407.708784 -372.4
Logam Dasar, Besi, dan Baja 351.4 0.814783078 7.630562416 342.9546545 351.4
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan -672.8 3.425627163 151.3945084 -827.6201356 -672.8
Barang Lainnya. 9.2 -5.961133913 91.33667717 -76.17554326 9.2
Jumlah -1355.2 487.0779647 608.4084978 -2450.686462 -1355.2
121
BAGIAN A : INDUSTRI DAUR ULANG PLASTIK
1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness)
Faktor-faktor
Strategis Internal
Bobot
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1
Harga yang
terjangkau bagi
konsumen
Memiliki
keunggulan produk
berupa kualitas
yang baik, motif
produk dan tahan
lama.
Ketersediaan SDM
dalam mengerjakan
produk.
Memiliki pangsa
pasar sendiri untuk
produk daur ulang.
Modal untuk
produksi barang
daur ulang
terjangkau.
Ketersediaan bahan
baku berupa
sampah dan plastik.
Kurang
memadainya gerai-
122
gerai untuk
memasang hasil
produk daur ulang
di Kota Tangerang,
Bila dibandingkan
dengan merek
terkenal, produk
daur ulang jauh
berbeda.
Jumlah 1.00
Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths)
Faktor-faktor
Strategis Internal
Bobot
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1
Adanya dukungan
pemerintah daerah
untuk
meningkatkan
kegiatan produksi
produk dari daur
ulang sampah dan
plastik.
123
Produksi daur
ulang ini
memberikan
kesempatan untuk
meningkatkan
potensi ekonomi
masyarakat
Produksi daur
ulang dapat
mengurangi
sampah di Kota.
Produksi daur
ulang mengajak
masyarakat peduli
dengan
lingkungan.
Adanya
ketertarikan luar
negeri dan daerah
untuk
memproduksi
barang daur ulang.
124
Persaingan yang
berasal dari
produk-produk
sejenis yang
bermerek jika
produk yang
dihasilkan tidak
memiliki kualitas.
Kompetitor yang
berasal dari luar
daerah yang
menghasilkan
produk sejenis.
Jumlah 1.00
Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
125
3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity)
Faktor-faktor Strategis Rating
1 2 3 4
Harga yang terjangkau bagi konsumen
Memiliki keunggulan produk berupa kualitas yang baik, motif produk dan tahan
lama.
Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk.
Memiliki pangsa pasar sendiri untuk produk daur ulang.
Modal untuk produksi barang daur ulang terjangkau.
Ketersediaan bahan baku berupa sampah dan plastik.
Adanya dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan kegiatan produksi
produk dari daur ulang sampah dan plastik.
Produksi daur ulang ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi
ekonomi masyarakat
Produksi daur ulang dapat mengurangi sampah di Kota.
Produksi daur ulang mengajak masyarakat peduli dengan lingkungan.
Adanya ketertarikan luar negeri dan daerah untuk memproduksi barang daur ulang.
4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths)
Faktor-faktor Strategis Rating
1 2 3 4
Kurang memadainya gerai-gerai untuk memasang hasil produk daur ulang di Kota
Tangerang,
Bila dibandingkan dengan merek terkenal, produk daur ulang jauh berbeda.
Persaingan yang berasal dari produk-produk sejenis yang bermerek jika produk
yang dihasilkan tidak memiliki kualitas.
Kompetitor yang berasal dari luar daerah yang menghasilkan produk sejenis.
Keterangan :
1 (kecil)
2 (hampir kecil)
3 (besar)
4 (sangat besar)
Keterangan :
1 (sangat besar)
2 (besar)
3 (hamper kecil)
4 (kecil)
126
BAGIAN B : INDUSTRI KIMIA
1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness)
Faktor-faktor
Strategis
Internal
Bobot
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1
Produk memiliki
karakteristik,
inovasi dan
kualitas yang
berbeda dengan
produk lain.
Ketersediaan
bahan baku dan
teknologi.
Hubungan yang
baik dengan
pihak konsumen
sebagai sarana
pemasaran
Manajemen
keuangan dan
arus produksi
sangat
diperhitungkan
Dekat dengan
akses keluar
masuk tol.
Gaji dan
pendidikan
karyawan masih
minim.
127
Tidak adanya
dukungan dari
pemerintah
daerah dalam
pengembangan
industri.
Letak industri
yang jauh dari
pusat kota.
Kurangtersedian
ya transportasi
dan lahan dalam
industri
Modal yang
tinggi dalam
pengembangan
industri ini.
Jumlah 1.00
Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
128
2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths)
Faktor-faktor
Strategis
Eksternal
Bobot
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1
Produk yang
dihasilkan beda
dibandingkan
dengan industri
cat yang sudah
besar dan
memiliki
keunggulan.
Produk yang
dibuat memiliki
harga yang
terjangkau dan
inovatif.
Konsumen yang
banyak dan
memiliki
permintaan yang
tinggi.
Pengelolaan
keuangan yang
tertata
memberikan
gambaran
perusahaan terus
memperoleh
keuntungan.
Skala produksi
yang terus
129
meningkat.
Tidak
mempermasalah
kan persaingan
dengan industri
lain.
Pungutan liar
yang berasal dari
oknum
pemerintah
dalam
pengurusan
legalitas
Perputaran uang
akan bermasalah
bila pemasukan
dari konsumen
dan supplier
tidak berjalan.
Kehilangan
kepercayaan
supplier dan
konsumen bila
perusahaan
melakukan
kesalahan.
Jumlah 1.00
Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
130
3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity)
Faktor-faktor Strategis Rating
1 2 3 4
Produk memiliki karakteristik, inovasi dan kualitas yang berbeda dengan produk lain.
Ketersediaan bahan baku dan teknologi.
Hubungan yang baik dengan pihak konsumen sebagai sarana pemasaran
Manajemen keuangan dan arus produksi sangat diperhitungkan
Dekat dengan akses keluar masuk tol.
Produk yang dihasilkan beda dibandingkan dengan industri cat yang sudah besar dan
memiliki keunggulan.
Produk yang dibuat memiliki harga yang terjangkau dan inovatif.
Konsumen yang banyak dan memiliki permintaan yang tinggi.
Pengelolaan keuangan yang tertata memberikan gambaran perusahaan terus memperoleh
keuntungan.
Skala produksi yang terus meningkat.
4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths)
Faktor-faktor Strategis Rating
1 2 3 4
Gaji dan pendidikan karyawan masih minim.
Tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam pengembangan industri.
Letak industri yang jauh dari pusat kota.
Kurangtersedianya transportasi dan lahan dalam industri
Modal yang tinggi dalam pengembangan industri ini.
Tidak mempermasalahkan persaingan dengan industri lain.
Pungutan liar yang berasal dari oknum pemerintah dalam pengurusan legalitas
Perputaran uang akan bermasalah bila pemasukan dari konsumen dan supplier tidak
berjalan.
Kehilangan kepercayaan supplier dan konsumen bila perusahaan melakukan kesalahan.
Keterangan :
1 (kecil)
2 (hampir kecil)
3 (besar)
4 (sangat besar)
Keterangan :
1 (sangat besar)
2 (besar)
3 (hamper kecil)
4 (kecil)
131
BAGIAN C : INDUSTRI ROTI
1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness)
Faktor-faktor
Strategis
Internal
Bobot
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1
Produknya
memiliki
keunggulan dari
rasa, bebas dari
bahan pengawet,
tahan lama,
bebas jamur dan
harga bersaing.
Teknologi sudah
banyak
digunakan dalam
proses produksi.
Memiliki
konsumen yang
setia terhadap
produk ini.
Ketersediaan
bahan baku
dalam proses
produksi
Resep buatan
produk sudah
teruji.
SDM tidak
memiliki
pendidikan
tinggi hanya
132
sampai jenjang
SMP.
Pengelolaan
industri masih
bersifat keluarga.
Gaji/upah masih
bersifat upah
harian dan
tergantung
penjualan yang
habis.
Komunikasi
yang sulit untuk
konsumen
melakukan
permintaan
besar.
Kegiatan
pemasaran hanya
lewat konsumen
setia dan
gerobak-gerobak
yang digunakan
berjualan.
Jumlah 1.00
Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
133
2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths)
Faktor-faktor
Strategis
Eksternal
Bobot
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1
Adanya
dukungan dari
pemerintah
berupa
pemberian
pelatihan kepada
tenaga kerja
untuk membuat
produk yang
inovatif.
Konsumen yang
paling besar
berasal dari
kalangan
pemerintahan
dan sekolah.
Memiliki
beberapa varian
yang disukai
oleh konsumen.
Produk yang
dihasilkan dekat
dengan
masyarakat dan
pusat industri
pun dekat pula
dengan
masyarakat.
134
Permintaan yang
banyak
memberikan
peluang
menciptakan
penawaran itu
sendiri.
Persaingan
dalam industri
produk ini sangat
maju dan pesat.
Kurangnya
inovasi dan
kreatifitas dalam
menghasilkan
produk.
Pengelolaan
yang bebas dari
sifat keluarga
sehingga
perusahaan pun
akan maju
dengan pesat.
Banyaknya
tenaga kerja
yang keluar
akibat banyak
industri produk
yang serupa.
Jumlah 1.00
Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
135
3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity)
Faktor-faktor Strategis Rating
1 2 3 4
Produknya memiliki keunggulan dari rasa, bebas dari bahan pengawet, tahan lama, bebas
jamur dan harga bersaing.
Teknologi sudah banyak digunakan dalam proses produksi.
Memiliki konsumen yang setia terhadap produk ini.
Ketersediaan bahan baku dalam proses produksi.
Resep buatan produk sudah teruji.
Adanya dukungan dari pemerintah berupa pemberian pelatihan kepada tenaga kerja untuk
membuat produk yang inovatif.
Konsumen yang paling besar berasal dari kalangan pemerintahan dan sekolah.
Memiliki beberapa varian yang disukai oleh konsumen.
Produk yang dihasilkan dekat dengan masyarakat dan pusat industri pun dekat pula dengan
masyarakat.
Permintaan yang banyak memberikan peluang menciptakan penawaran itu sendiri.
4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths)
Faktor-faktor Strategis Rating
1 2 3 4
SDM tidak memiliki pendidikan tinggi hanya sampai jenjang SMP.
Pengelolaan industri masih bersifat keluarga.
Gaji/upah masih bersifat upah harian dan tergantung penjualan yang habis.
Komunikasi yang sulit untuk konsumen melakukan permintaan besar.
Kegiatan pemasaran hanya lewat konsumen setia dan gerobak-gerobak yang digunakan
berjualan.
Persaingan dalam industri produk ini sangat maju dan pesat.
Kurangnya inovasi dan kreatifitas dalam menghasilkan produk.
Pengelolaan yang bebas dari sifat keluarga sehingga perusahaan pun akan maju dengan
pesat.
Banyaknya tenaga kerja yang keluar akibat banyak industri produk yang serupa.
Keterangan :
1 (kecil)
2 (hampir kecil)
3 (besar)
4 (sangat besar)
Keterangan :
1 (sangat besar)
2 (besar)
3 (hamper kecil)
4 (kecil)
136
BAGIAN D : INDUSTRI PERALATAN
1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness)
Faktor-faktor
Strategis
Internal
Bobot
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1
Produk yang
inovatif
dihasilkan dari
perusahaan.
Harga yang
terjangkau bagi
konsumen
Produk yang
dihasilkan
memiliki kualitas
yang baik dan
tahan lama.
Ketersediaan
SDM dalam
mengerjakan
produk.
Terjalinnya
hubungan baik
dengan para
konsumen
sehingga
kegiatan
pemasaran
produk pun dapat
dilakukan.
137
Manajemen
perusahaan yang
tidak berjalan
dengan sehat.
Pendidikan SDM
yang kurang
memadai.
Proses
perekrutan SDM
masih bersifat
kekeluargaan.
Belum adanya
dukungan dari
pemerintah
karena adanya
kekurangan dari
internal industri.
Gaji tidak
berdasarkan
UMR tetapi
berdasarkan lama
kerja dan tingkat
kesulitan
pekerjaan dan
loyalitas. Serta
upah masih
bersifat
borongan.
Jumlah 1.00
Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
138
2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths)
Faktor-faktor Strategis Eksternal
Bobot
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1
Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri.
Pengelolaan dan pemanfaatan limbah dari sisa-sisa produksi
Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis.
Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk.
Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih melakukan proses yang tidak sehat.
Jumlah 1.00
Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
139
3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity)
Faktor-faktor Strategis Rating
1 2 3 4
Produk yang inovatif dihasilkan dari perusahaan.
Harga yang terjangkau bagi konsumen
Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tahan lama.
Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk.
Terjalinnya hubungan baik dengan para konsumen sehingga kegiatan pemasaran produk pun
dapat dilakukan.
Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri.
Pengelolaan limbah yang sudah baik.
Pemanfaatan limbah kembali oleh perusahaan sehingga tidak mencemari lingkungan
masyarakat.
4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths)
Faktor-faktor Strategis Rating
1 2 3 4
Manajemen perusahaan yang tidak berjalan dengan sehat.
Pendidikan SDM yang kurang memadai.
Proses perekrutan SDM masih bersifat kekeluargaan.
Belum adanya dukungan dari pemerintah karena adanya kekurangan dari internal industri.
Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi berdasarkan lama kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan dan
loyalitas. Serta upah masih bersifat borongan.
Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis.
Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk.
Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih melakukan proses yang tidak sehat.
Keterangan :
1 (kecil)
2 (hampir kecil)
3 (besar)
4 (sangat besar)
Keterangan :
1 (sangat besar)
2 (besar)
3 (hamper kecil)
4 (kecil)