anemiaa edt

75
HALAMAN JUDUL i

Upload: kajlus39

Post on 02-Dec-2015

242 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

anemia

TRANSCRIPT

Page 1: Anemiaa Edt

HALAMAN JUDUL

i

Page 2: Anemiaa Edt

HALAMAN PENGESAHAN

ii

Page 3: Anemiaa Edt

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan Pengamatan...............................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................2

1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................2

1.4 Manfaat.................................................................................................3

1.4.1 Bagi Masyarakat..........................................................................3

1.4.2 Bagi Mahasiswa...........................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Data Umum...........................................................................................4

2.1.1 Data Wilayah...............................................................................4

2.1.2 Batas Wilayah..............................................................................4

2.1.3 Luas Wilayah...............................................................................4

2.1.4 Jumlah Kelurahan........................................................................5

2.1.5 Keadaan Geografis.......................................................................5

2.1.6 Ketenagaan...................................................................................5

2.1.7 Sarana Prasarana..........................................................................6

2.2 Anemia..................................................................................................6

2.2.1 Definisi.........................................................................................6

iii

Page 4: Anemiaa Edt

2.2.2 Anemia fisiologi dalam kehamilan..............................................8

2.2.3 Patofisiologi.................................................................................8

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu

hamil........................................................................................9

2.2.5 Klasifikasi anemia pada ibu hamil.............................................13

2.2.6 Penilaian Klinis Anemia............................................................14

2.2.7 Bahaya anemia dalam kehamilan..............................................16

2.2.8 Pengaruh anemia pada kehamilan..............................................19

2.2.9 Akibat anemia terhadap kehamilan:..........................................20

2.2.10 Penanganan Anemia dalam Kehamilan................................20

2.2.11 Pencegahan anemia pada ibu hamil......................................22

2.2.12 Aplikasi Model Epidemiologi dan Konsep Model

Hendrik L. Blum pada Analisis faktor risiko kejadian

anemia pada ibu hamil..........................................................23

BAB III STATUS PRESENT................................................................................32

3.1 Data Penderita.....................................................................................32

3.1.1 Identitas Penderita......................................................................32

3.1.2 Pemeriksaan Fisik......................................................................33

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah...........................................................46

3.3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan...........................................................46

iv

Page 5: Anemiaa Edt

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,

hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Anemia pada ibu

hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi

dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di

dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang

berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5 % ibu

hamil dengan anemia (Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan

anemia (Ani dkk., 2007), dan di RSUD Wangaya Kota Denpasar 25, 6 %

ibu hamil aterm dengan anemia (CM RSUD Wangaya, 2010). Ibu hamil

dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi

(ADB) (Wiknjosastro, 2005).

Dewasa ini banyak faktor yang menyebabkan terjadinya anemia

pada ibu hamil. Dengan menggunakan pendekatan melalui faktor tersebut

kita bisa mengetahui faktor apa sajakah yang menyebabkan anemia, dan

juga bisa diketahui cara penanggulangannya. Dengan pendekatan H.L.

Blum, yang meliputi 4 aspek, yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan,

perilaku dan genetik, kejadian anemia pada ibu hamil bisa dianalisis secara

keseluruhan dengan harapan mampu menurunkan angka kejadian anemia

pada ibu hamil.

1

Page 6: Anemiaa Edt

2

Berdasarkan data rekapitulasi kasus anemia pada ibu hanil tersebut,

maka penulis tertarik untuk lebih mendalami dan mengidentifikasi kejadian

anemia pada ibu hamil pada salah satu pasien dengan pendekatan H.L Blum,

khususnya di wilayah kerja puskesmas Halmahera.

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu

hamil pada pasien X di Puskesmas Halmahera?

1.3 Tujuan Pengamatan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap anemia ibu hamil berdasarkan pendekatan HL.

Blum.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku

yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.

1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan

yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.

1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan

kesehatan yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu

hamil.

1.3.2.4 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor

kependudukan yang mempengaruhi terjadinya penyakit

anemia ibu hamil.

Page 7: Anemiaa Edt

3

1.3.2.5 Untuk memberikan solusi terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Masyarakat

1.4.1.1 Masyarakat mengetahui mengenai anemia pada ibu hamil

1.4.1.2 Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan

sehat

1.4.1.3 Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan

1.4.1.4 Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan

terhadap anemia pada ibu hamil

1.4.2 Bagi Mahasiswa

1.4.2.1 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang

ada di lapangan.

1.4.2.2 Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai

penemuan masalah sampai pembuatan plan of action.

1.4.2.3 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan

tentang ilmu kesehatan masyarakat.

1.4.2.4 Sebagai media yang dapat mengembangkan ketrampilan

sebagai dokter.

Page 8: Anemiaa Edt

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Data Umum

2.1.1 Data Wilayah

Secara geografis Puskesmas Halmahera berada pada ketinggian

tanah dari permukaan laut 1,5 – 2 meter yang makin ke arah utara

makin rendah sehingga bila hujan lebat di beberapa daerah akan

tergenang air.

Puskesmas Halmahera mempunyai luas 3.020 m2 dan

mempunyai beberapa gedung pelayanan, diantaranya pelayanan

gedung rawat jalan (1203 m2), gedung rawat inap (252 m2), ruang

dinas dokter (214 m2), ruang pertemuan (48 m2). Sedangkan luas

wilayah Puskesmas Halmahera 172. 216 ha, dengan jumlah

penduduk 33.814 jiwa.

2.1.2 Batas Wilayah

Bagian Utara : Kelurah Bugangan dan kelurahan Kebon Agung

Bagian Selatan : Kecamatan Semarang Selatan

Bagian Barat : Kecamatan Semarang Tengah

Bagian Timur : Kecamatan Gayamsari

2.1.3 Luas Wilayah

Luas wilayah Puskesmas Halmahera 172.216 ha.

Page 9: Anemiaa Edt

5

2.1.4 Jumlah Kelurahan

Puskesmas Halmahera mempunyai 4 kelurahan binaan yaitu :

a. Karang Turi

b. Karang Tempel

c. Rejosari

d. Sarirejo

2.1.5 Keadaan Geografis

Secara geografis Puskesmas Halmahera berada pada ketinggian

tanah dari permukaan laut 1,5 – 2 meter yang makin ke arah utara

makin rendah sehingga bila hujan lebat di beberapa daerah akan

tergenang air.

2.1.6 Ketenagaan

Tabel 2. Data Pegawai Puskesmas Halmahera Tahun 2014

No.

Jenis Tenaga Jumlah

1. Kepala Puskesmas Halmahera 12. Ka. Sub Bag Tata Usaha 1 Puskesmas Halmahera 13. Dokter Umum 24. Dokter Gigi 25. Bidan 66. Perawat 77. Perawat Gigi 18. Sanitarian 19. Apoteker 110. Analisis Kesehatan / Laborat 111. Nutrisionis 112. Pengolah Simpus / data 113. Bendaharaan / Pengurus Barang 114. Staff 615. Pengadministrasi umum 316. Petugas Loket 217. Penjaga Malam 118. Pengemudi -

Page 10: Anemiaa Edt

6

19. Petugas Kebersihan 42.1.7 Sarana Prasarana

Tabel 3. Sarana dan Prasarana Puskesmas Halmahera tahun 2014

No. Jenis Sarana/ Prasarana JumlahKondisiRusak Ringan

Rusak Sedang

Rusak Berat

I.

II.

Sarana Kesehatan1. Puskesmas Pembantu2. Polides3. Rumah Dinas Dokter4. Rumah Dinas Perawat5. Rumah Dinas Bidan6. Puskesmas Keliling Roda 47. Ambulance8. Sepeda Motor9. Poskesdes

Sarana Penunjang1. Komputer2. Telepon3. Laptop / Notebook

0-1001120

715

--1------

---

---------

---

---------

1--

2.2 Anemia

2.2.1 Definisi

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar <

10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya

dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodulasi,

terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005). Anemia pada

kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut

WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89

% dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr %

Page 11: Anemiaa Edt

7

disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia sedang. Hb < 7

gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).

1. Etiologi Anemia

Menurut Manuaba (2007) penyebab anemia pada kehamilan

adalah:

a. Kekurangan asupan zat besi

Kecukupan akan zat besi tidak hanya dilihat dari konsumsi

makanan sumber zat besi tetapi juga tergantung variasi

penyerapannya. Yang membentuk 90% Fe pada makanan

non daging (seperti biji-bijian, sayur, telur, buah) tidak

mudah diserap tubuh.

b. Peningkatan kebutuhan fisiologis

Kebutuhan akan Fe meningkat selama kehamilan untuk

memenuhi kebutuhan ibu, janin, dan plasenta serta untuk

menggatikan kehilangan darah saat persalinan.

c. Kebutuhan yang berlebihan

Bagi ibu yang sering mengalami kehamilan (multiparitas), 

kehamilan kembar, riwayat anemia maupun perdarahan pada

kehamilan sebelumnya membutuhkan pemenuhan zat besi

yang lebih banyak.

d. Malabsorbsi

Gangguan penyerapan zat besi pada usus dapat menyebabkan

pemenuhan zat besi pada ibu hamil terganggu.

Page 12: Anemiaa Edt

8

e. Kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, operasi,

perdarahan akibat infeksi kronis misalnya cacingan)

2.2.2 Anemia fisiologi dalam kehamilan

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil

mengalami hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume

30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34

minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan

hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010).

2.2.3 Patofisiologi

Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan

zat besi dan biasanya terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis,

2003).

Stadium 1

Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan

dalam tubuh terutama disumsum tulang.

Stadium 2

Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi

kebutuhan membentuk sel darah merah yang memproduksi

lebih sedikit.

Stadium 3

Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit

menurun

Page 13: Anemiaa Edt

9

Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat

besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan

sel darah merah baru yang sangat kecil (Mikrositik).

Stadium 5

Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka

timbul gejala - gejala karena anemia semakin memburuk

(Anonim, 2004). Ibu hamil memerlukan tambahan zat besi

untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk

sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan volume darah

selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat

besi (Zulhaida Lubis, 2003).

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil

1. Umur Ibu

Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang

berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu

74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35

tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur

kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko

yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan

dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko

mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami

anemia.

Page 14: Anemiaa Edt

10

2. Paritas

Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi

mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami

anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya

kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

3. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi.

Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK,

tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari

ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara

untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita

UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan

untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk

tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu

hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran

LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah

mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake

makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan

kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan

Page 15: Anemiaa Edt

11

bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk

menderita anemia (Darlina, 2003).

4. Infeksi dan Penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan

daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut

penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel

darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.

Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya

kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan

darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya

penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria,

TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka

terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya

meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat

menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat

mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati

dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di

derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu

baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi

terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan

tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan

kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang

Page 16: Anemiaa Edt

12

berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin

apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab

penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit,

namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup

untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang

disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin

sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan

komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30%

(Bahar, 2006).

5. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak

terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat

menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun

menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak

kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai

waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa

kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak

yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan.

Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang

untuk keperluan janin yang dikandungnya.

6. Pendidikan

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa

kebanyakan anemia yang di derita masyarakat adalah karena

Page 17: Anemiaa Edt

13

kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan

malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan

dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan

dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut

penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang mempengaruhi

status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.

2.2.5 Klasifikasi anemia pada ibu hamil

Secara umum menurut Proverawati (2009) anemia dalam

kehamilan diklasifikasikan menjadi:

1. Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah

pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita

hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk

menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan

dengan anamnese. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual

muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb

dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan

minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

2. Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat

(pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12

Page 18: Anemiaa Edt

14

(cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono (2007)

tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila

disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000

mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.

3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak %

Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang

kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut

penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan

oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin B12.

Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia

pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak

mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

2.2.6 Penilaian Klinis Anemia

Tanda-tanda Klinis

Letih, sering mengantuk, malaise.

Pusing, lemah.

Nyeri kepala.

Luka pada lidah.

Kulit pucat.

Membran mukosa pucat (misal konjungtiva).

Page 19: Anemiaa Edt

15

Bantalan kuku pucat.

Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah

(Varney, 2007).

Diagnosis

Diagnosis anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan

dilakukannya  anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan

keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan

keluhan mual muntah hebat pada hamil muda.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa

anemia menurut Aziz (2006):

Anamnesa

Riwayat nutrisi.

Latar belakang geografis.

Gejala dan keluhan pada penderita.

Pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda anemia, serta yang

mendasari penyakit-penyakit tertentu penyebab anemia.

Pemeriksan hematologik dasar untuk pemeriksaan kadar Hb.

Derajat anemia ibu hamil menurut Manuaba (2010) :

Normal > 11 gr%

Anemia ringan 9-10 gr%

Anemia sedang 7-8 gr%

Anemia berat < 7 gr%

Prognosis

Page 20: Anemiaa Edt

16

Bahaya anemia terhadap kehamilan :

Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh

kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman

dekompensasi kordis (Hb <6 g%), mola hidatidosa, hiperemesis

gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD).

Anemia pada trimester tiga meningkatkan resiko buruknya

pemulihan akibat kehilangan darah saat persalinan, begitu juga

takikardi,napas pendek dan keletihan maternal (Robson, 2011).

2.2.7 Bahaya anemia dalam kehamilan

Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal :

berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini,

anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan

lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat

terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada

neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin. ( Manuaba,

2010)

Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat

menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum,

gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum

sampai kematian, gestosisdan mudah terkena infeksi, dan

dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat

menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan

Page 21: Anemiaa Edt

17

anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat

lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif

(Mansjoer A. dkk., 2008). Anemia kehamilan dapat menyebabkan

kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat

mengedan untuk melahirkan bayi (Smith et al., 2012). Bahaya

anemia pada ibu hamil saat persalinan : gangguan his- kekuatan

mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar,

Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti

retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri,

Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia

uteri. Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan

perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,

pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak

setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae

(Saifudin, 2006)

Hasil penelitian oleh Indriyani dan Amirudin (2007)

menunjukkan bahwa faktor risiko anema ibu hamil <11 gr%

mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian partus lama.

Ibu yang mengalami kejadian anemia memiliki risiko mengalami

partus lama 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang

tidak anemia tapi tidak bermakna secara statistik. Ini diduga karena

terjadi ketidak seragaman pengambilan kadar Hb dan pada

Page 22: Anemiaa Edt

18

kontrolnya ada yang kadar Hb nya diambil pada trimester 1 dan bisa

saja pada saat itu ibu sedang anemia. Ibu hamil yang anemia bisa

mengalami gangguan his/gangguan mengejan yang mengakibatkan

partus lama. Kavle et al, (2008) pada penelitianya menyatakan

bahwa perdarahan pada ibu setelah melahirka berhubungan dengan

anemia pada kehamilan 32 minggu. Kehilangan darah lebih banyak

pada anemia berat dan kehilangan meningkat sedikit pada wanita

anemia ringan dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.

Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena

terjadinya penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil

volume darah 50% meningka dari 4 ke 6 L, volume plasma

meningkat sedikit yang menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan

nilai hematokrit. Penurunan ini akan lebih kecil pada ibu hamil yang

mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan

cadangan saat kehilangan darah waktu melahirkan. Selama

kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smith et al., 2012).

Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin,

kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu

sebesar 38,85% ,merupaka penyebab kematian bayi. Sedangkan

penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian

kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksiaintrauterus) dan kegagalan

Page 23: Anemiaa Edt

19

nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat

setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan

bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat

melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri

terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan,

persalinan dan masa nifas lainnya yaitu56,09% (Depkes, 2008).

Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1-

3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak

kurang dari 2 tahun menunjukkan proporsi kematian maternal lebih

banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu

mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar

bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak

yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena

cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk

keperluan janin yang dikandungnya. Ahmad Rofiq (2008)

2.2.8 Pengaruh anemia pada kehamilan

1. Abortus

2. Persalinan prematuritas

3. Hambatan tumbuh kembang janin

4. Mudah infeksi

5. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)

6. Heperemesis gravidarum

Page 24: Anemiaa Edt

20

7. Perdarahan antepartum

8. Ketuban pecah dini

2.2.9 Akibat anemia terhadap kehamilan:

1. Abortus

2. Kematian intra uterine

3. Persalinan prematuritas tinggi

4. Berat badan lahir rendah

5. Kelahiran dengan anemia

6. Cacat bawaan

7. Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal

8. Intelegiensia rendah (Manuaba, 2010)

2.2.10 Penanganan Anemia dalam Kehamilan

Penatalaksanaan dan asuhan medis terhadap anemia yaitu:

1. Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia dari

riwayat diet untuk mengetahui adakah kemungkinan pica,

kebiasaan mengidam berlebihan dan mengonsumsi makanan-

makanan tertentu dan riwayat medis yang adekuat dan uji yang

tepat (Robson, 2011).

2. Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat ferosa

diberikan 1 tablet pada hari pertama kemudian dievaluasi apakah

ada keluhan (misalnya mual, muntah, feses berwarna hitam),

apabila tidak ada keluhan maka pemberian sulfat ferosa dapat

dilanjutkan hingga anemia terkoreksi (Robson, 2011)

Page 25: Anemiaa Edt

21

3. Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (misalnya

pasien tidak kooperatif) maka bisa diberikan dosis parenteral (per

IM atau per IV) dihitung sesuai berat badan dan defisit zat besi

(Robson, 2011).

4. Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat

kehilangan darah atau prosedur operasi darurat. Wanita hamil

dengan anemia sedang yang secara hemodinamis stabil, dapat

beraktifitas tanpa menunjukan gejala menyimpang dan tidak

septik, transfusi darah tidak diindikasikan, tetapi diberi terapi

besi selama setidaknya 3 bulan (Cunningham, 2013)

5. Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar Hb

dapat dilakukan 3-7 hari setelah hari pertama pemberian dosis

sulfat ferosa (retikulosit meningkat mulai hari ketiga dan

mencapai puncaknya pada hari ketujuh). Sedangkan pemantauan

kadar Hb pada pasien yang mendapat terapi transfusi dilakukan

minimal 6 jam setelah transfuse (Yan, 2011).

Tabel 2.1 Tabel Transfusi Darah untuk Penatalaksanaan Anemia

SUBSTANSI URAIAN CATATAN

Darah Lengkap(Whole blood)

Packed cells(Packed red blood cells)

Produk darah mengandung komponen darah normal, 1 unit setara dengan 500ml.

Produk darah, mengandung eritrosit dan 20% plasma tanpa faktor pembeku, 1 unit setara 250-300 ml.

1 unit diberikan dala 2-4 jam. Butuh waktu 12-24 jam untuk Hb dan Ht mencapai keseimbangan. Waspadai reaksi transfusi dan kelebihan cairan.

Diberikan dalam kecepatan yang lebih lambat daripada darah lengkap. Waspadai reaksi transfusi.

Sumber: Saiffudin, 2009

Page 26: Anemiaa Edt

22

2.2.11 Pencegahan anemia pada ibu hamil

1. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh

sayuran warna hijau, kacang kacangan, protein hewani,

terutama hati.

2. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti

jeruk, tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan

penyerapan zat besi.

3. Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu,

wanita hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi

selama kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga

konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan

zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada

awal kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan

sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari

sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi

direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2008).

Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan

suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan

menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang

banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan,

daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau,

sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung,

bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain

Page 27: Anemiaa Edt

23

itu tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi

seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya

substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi

patut dihindari (Anonim, 2004).

2.2.12 Aplikasi Model Epidemiologi dan Konsep Model Hendrik L.

Blum pada Analisis faktor risiko kejadian anemia pada ibu

hamil

Menurut teori Hendrik L. Blum (1974, 1981) dalam

Notoatmodjo (2007), status kesehatan dipengaruhi secara simultan

oleh empat faktor penentu yang saling berinteraksi satu sama lain.

Keempat faktor penentu tersebut adalah lingkungan, perilaku(gaya

hidup), keturunan dan pelayanan kesehatan. Faktor tersebut

berpengaruh langsung pada kesehatan dan juga berpengaruh satu

sama lain. Status kesehatan akan tercapai optimal jika 4 faktor

tersebut kondisinya juga optimal. Bila salah satu faktor terganggu,

status kesehatan tergeser kearah di bawah optimal. Keempat faktor

risiko yang mempengaruhi kejadian anemia ibu hamil adalah :

1. Faktor genetik atau keturunan

2. Faktor pelayanan kesehatan

Faktor pelayanan kesehatan menjadi faktor penentu dalam

meningkatan status kesehatan anak. Hasil penelitian Djaja

(2001), menjelaskan bahwa ibu dengan pendidikan yang lebih

tinggi akan lebih banyak membawa anaknya untuk berobat ke

Page 28: Anemiaa Edt

24

fasilitas kesehatan, tetapi ibu dengan pendidikan rendah akan

lebih memilih anaknya ntuk berobat ke dukun atau mengobati

sendiri. Pelayanan kesehatan tingkat I adalah puskesmas.

Puskesmas memiliki 6 program pokok

a. Promosi kesehatan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi

bagi perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam berbagai

tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan

informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi,

pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat

untuk mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan dan

melindungi kesehatannya.

b. Kesehatan lingkungan.

Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu

faktor yang pengaruhnya paling besar terhadap status

kesehatan masyarakat di samping faktor pelayanan kesehatan,

faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap

kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat

fisik, kimia maupun biologi.

Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang

mengutamakan upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif

Page 29: Anemiaa Edt

25

dan protektif. Maka upaya kesehatan  lingkungan sangat

penting.

Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh

para staf Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat

berperan serta dalam pelaksanaannya harus mengikut

sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan.

c. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular

Program Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat dilaksanakan

melalui kegiatan :

1. Pemberian suplemen gizi

2. Pelayanan gizi buruk

3. Swiping vitamin A

4. Swiping kualitas garam beryodium

5. Perawatan/pengobatan balita gizi buruk

6. Pemberian makanan tambahan ( PMT)

7. Pemantauan status gizi lebih .

Program Upaya Kesehatan Lingkungan dilaksanakan melalui

kegiatan :

1. Lingkungan fisik

2. Pelayanan Hygiene sanitasi di  tempat-tempat umum

3. Pengambilan dan pemeriksaan sampel air

4. Perbaikan kualitas air

Page 30: Anemiaa Edt

26

Pemberantasan Vector dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Penyemprotan rumah/bangunan

2. Penyemprotan rumah/malaria.

Program Upaya Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut dilaksanakan

melalui kegiatan Pemantauan pelaksanaan Pos Bindu.

Program Pengawasan Makanan dan Minuman dilaksanakan

melalui kegiatan :

1. Pendataan Industri rumah tangga pangan

2. Audit dan sertifikasi IRT

3. Pengambilan dan pengiriman sampel makanan

4. Sweeping dan Pemusnahan makanan dan minuman

5. Penyuluhan keamanan pangan

6. Surveilance keracunan pangan.

Pengawasan Obat-Obatan dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Pendataan sarana pengobatan  dan  pendistribusian  obat-obatan

2. Pemeriksaan peredaran obat  keras

3. Pengawasan distribusi kosmetik dan salon kecantikan

4. Pengawasan obat-obatan interen

5. Pengawasan dan pembinaan pengobatan tradisional.

Page 31: Anemiaa Edt

27

Pemberantasan penyakit TB Paru

Dalam pencegahan penyakit TB paru dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1. Cara pencegahan penularan penyakit TB

a. Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber

penularan hingga sembuh, untuk memutuskan rantai penularan.

b. Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan

mulut bila batuk dan bersin.

c. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi

lisol 5% atau dahaknya ditimbun dengan tanah.

d. Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat.

e. Meningkatkan kondisi perumahan danlingkungan.

f. Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya,

terutama selama 2 bulan pengobatan pertama.

2. Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB

a. Meningkatkan gizi.

b. Memberikan imunisasi BCG pada bayi.

c. Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang

tidak mempunyai gejala TB tetapi mempunyai anggota keluarga

yang menderita TB Paru BTA positif.

Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan

kesembuhan penderita. Kesembuhan ini selain dapat mengurangi

jumlah penderita, juga mencegah terjadinya penularan. Oleh karena itu,

Page 32: Anemiaa Edt

28

untuk menjamin kesembuhan, obat harus diminum dan penderita

diawasi secara ketat oleh keluarga maupun teman sekelilingnya dan jika

memungkinkan dipantau oleh petugas kesehatan agar terjamin

kepatuhan penderita minum obat (Idris & Siregar, 2000). Dewasa ini

upaya penanggulangan TB dirumuskan lewat DOTS (Directly Observed

Treatment Shortcourse = pengobatan disertai pengamatan langsung).

Strategi ini terbukti keberhasilannyadiberbagai tempat. Di Indonesia,

konsep strategi DOTS mulai diterapkan tahun 1995 (Depkes RI,1999).

Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan

Pemerintah dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan

program. Pengobatan ini dilakukan secara gratis kepada golongan yang

tidak mampu. Secara garis besar srategi DOTS, terdiri dari lima

komponen, yaitu (WHO, 1998) 

DOTS mengandung lima komponen, yaitu:

1. Komitmen pemerintah untuk mendukung pengawasan tuberkulosis.

2. Penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik sputum,

utamanya dilakukan pada mereka yang datang ke pasilitas

kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan.

3. Cara pengobatan standard selama 6 – 8 bulan untuk semua kasus

dengan pemeriksaan sputum positif, dengan pengawasan

pengobatan secara langsung, untuk sekurang-kurangnya dua bulan

pertama.

Page 33: Anemiaa Edt

29

4. Penyediaan semua obat anti tuberkulosis secara teratur, menyeluruh

dan tepat waktu.

5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan

penilaian terhadap hasil pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian

terhadap program pelaksanaan pengawasan tuberkulosis secara

keseluruhan

Kesehatan Keluarga dan Reproduksi

Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan

sejahtra dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no

23 th 1992)

Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial

yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam

segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta

prosesnya.(WHO)

Perbaikan Gizi masyarakat

kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat

dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta

dukungan peran serta aktif masyarakat

Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan

Faktor Perilaku

Terjadinya anemia pada ibu hamil salah satu penyebabnya

yaitu ibu yang mengalami masalah gizi yaitu status gizi KEK yang

disebabkan asupan makan yang kurang, kurangnya pemanfaatan

Page 34: Anemiaa Edt

30

perawatan selama kehamilan atau ANC (Ante Natal Care) pada ibu

selama kehamilan berlangsung yang mempengaruhi terjadinya

anemia pada ibu hamil tidak terpantau dengan baik status gizi dan

kadar Hb (Wahyudin, 2008). Gizi seimbang adalah pola konsumsi

makanan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu

untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi

dapat dicapai, maka setiap orang harus mengkonsumsi minimal 1

jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu

karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu

(Fahriansjah, 2009).

Faktor lingkungan

Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan

yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak

pola pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang

didasarkan kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia,

misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakat yang masih

percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.

a. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah dengan tinggal di

lingkungan yang padat, nutrisi yang kurang, gaya hidup,

pekerjaan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia

pada ibu hamil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ()

menjelaskan bahwa ada hubungan antara status ekonomi

Page 35: Anemiaa Edt

31

dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

b. Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan ibu juga faktor yang menentukan

kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizi

keluarganya, namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi

kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperolehnya

melalui berbagai informasi.

c. Pengetahuan Ibu

Menurut Bloom (1956) (dalam buku Taxonomy of

education objective) yang dimaksud dengan pengetahuan

adalah kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,

metodologi, prinsip dasar, dsb.Teori Green (1991) menjelaskan

bahwa pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu perilaku

yang diharapkan dan pada umumnya berkorelasi positip dengan

perilaku.

Page 36: Anemiaa Edt

32

BAB III

STATUS PRESENT

3.1 Data Penderita

3.1.1 Identitas Penderita

3.1.1.1 Nama penderita : Ayu

3.1.1.2 Jenis kelamin : Wanita

3.1.1.3 Umur :22 tahun

3.1.1.4 Agama : Islam

3.1.1.5 Pendidikan : SMA

3.1.1.6 Alamat : Rejosari Gumuk 3A, no.15

3.1.1.7 Tanggal pemeriksaan : 4 Juli 2015

3.1.1.8 Keluhan Utama : Pusing, mual, muntah

3.1.1.9 Riwayat penyakit sekarang : Anemia, hipertensi

3.1.1.10 Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat mondok : disangkal

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

3.1.1.11 Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga menderita penyakit serupa : -

Riwayat alergi obat dann makanan : -

3.1.1.12 Riwayat sosial

Page 37: Anemiaa Edt

33

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

I. PENGKAJIAN DATA Tanggal/Pukul : 11 Juli 2011/18.00WIB

Oleh:Bidan Tyas

A. Biodata

Identitas Ibu Suami

1.Nama Ny.K Tn. A

2.Umur 26 Tahun 29 Tahun

3.Agama Islam Islam

4.Suku Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

5.Pendidikan SMA SMA

6.Pekerjaan IRT Wiraswasta

7.Alamat Wonocatur Rt4/Rw2, Ketandan, Banguntapan,

Bantul

B. Data Subyektif

1. Alasan datang/dirawat

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kandungannya saat ini

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 9 bulan

mengeluh cepat lelah, sering BAK, susah tidur, pegal-pegal pada

pinggang dan kaki, serta kadang-kadang perut terasa sesak dan

tertekan.

Page 38: Anemiaa Edt

34

3. Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 Tahun Siklus : 28 Hari

Lama : 6-7 Hari Teratur:Ya

Sifat darah : Merah, encer dan tidak menggumpal

Keluhan: Tidak ada

4. Riwayat Perkawinan

Status perkawinan : Sah Menikah ke : 1

Lama : 2 tahun

Usia menikah pertama kali: 24 tahun

5. Riwayat obstetric : G1P0A0Ah0

Hamil ke

Persalinan Nifas

Tgl UK Jenis persalinan

Penolong

Komplikasi JK BB lahir

Laktasi Komplikasi

Hamil saat ini

6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan

No Jenis kontrasepsi

Pasang LepasTgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun

7. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT : 5 Oktober 2010

b. ANC pertama umur kehamilan: 7 minggu

c. Kunjungan ANC :

Page 39: Anemiaa Edt

35

Trimester I

Frekuensi : 2 kali

Keluhan : Ibu mengatakan pusing, cepat lelah serta tidak nafsu

makan

Komplikasi : Tidak ada

Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari

Kalsium laktat 3×1 tablet/hari

Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari

Trimester II

Frekuensi : 2 kali

Keluhan : Ibu mengatakan pegal-pegal dipinggang sampai

kekaki, penglihatan berkunang kunang dan cepat lelah

Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari

Kalsium laktat 3×1 tablet/hari

Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari

Trimester III

Frekuensi : 2 kali

Keluhan : Ibu mengatakan cepat lelah, pegal-pegal dipinggang

kadang-kadang perut terasa sesak

Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari

Kalsium laktat 3×1 tablet/hari

Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari

Page 40: Anemiaa Edt

36

d. Imunisasi TT : 2 kali

TT1 pada usia kehamilan 16 minggu di BPS

Panglipuringtyas

TT2 pada usia kehamilan 20 minggu di BPS

Panglipuringtyas

e. Pergerakan janin selama 24 jam(dalam sehari)

Ibu mengatakan sudah merasakan pergerakan janin ± 7x

dalam 24 jam

8. Riwayat kesehatan

a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun,

menahun)

Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita

penyakit menular (TBC,Hepatitis, HIV/AIDS), menurun

(DM,Hipertensi,Asma), menahun (Jantung, Hati, Ginjal)

b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular,

menurun, menahun)

Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak pernah dan tidak

sedang menderita penyakit menular (TBC,Hepatitis,

HIV/AIDS), menurun (DM,Hipertensi,Asma), menahun

(Jantung, Hati, Ginjal)

c. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada riwayat

keturunan kembar

Page 41: Anemiaa Edt

37

d. Riwayat operasi

Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun

e. Riwayat alergi obat

Ibu mengatakan tidak pernah alergi dengan obat

9. Pola pemenuhan kebutuhan

Sebelum hamil Saat hamil

a.Nutrisi

Makan

Frekuensi : 3 x/hari 2 x/hari

Jenis : nasi,lauk,sayur,buah nasi,lauk,sayur

Porsi : 1piring 1piring

Pantangan : Tidak ada Tidak ada

Keluhan : Tidak ada Ibu kurang nafsu makan

Minum

Frekuensi : 7-8x/hari 6x/hari

Jenis : Air putih, the Air putih

Porsi : 1 gelas 1 gelas

Pantangan : Tidak ada Tidak ada

Keluhan : Tidak ada Tidak ada

b. Eliminasi

BAB

Frekuensi : 1x/hari 1x/hari

Warna : kuning kuning

Page 42: Anemiaa Edt

38

Konsistensi : lembek lembek

Keluhan : tidak ada tidak ada

BAK

Frekuensi : 3-4x/hari 6-7x/hari

Warna : kuning jernih kuning jernih

Konsistensi : cair cair

Keluhan : tidak ada tidak ada

c.Istirahat

Tidur siang

Lama : 2 jam/hari 2 jam/hari

Keluhan : Tidak ada Tidak ada

Tidur malam

Lama : 7-8jam/hari 5-6 jam/hari

Keluhan : tidak ada tidak ada

d. Personal Hygiene

Mandi : 2x/hari 2x/hari

Ganti pakaian : 3x/hari 3x/hari

Gosok gigi : 2x/hari 2x/hari

Keramas : 3x/minggu 3x/minggu

e.Pola seksualitas

Frekuensi : 2x/minggu 2x/minggu

Keluhan : Tidak ada Tidak ada

Page 43: Anemiaa Edt

39

f. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)

Ibu mengatakan kegiatan sehari-harinya adalah dirumah mencuci,

menyapu,memasak dan mengurus keluarga

Ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu

jarang berolah raga, bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pusing

dan cepat lelah.

10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu,

minuman beralkohol)

Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah merokok, minum jamu,

ataupun minum minuman beralkohol

11. Data psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan

ibu/suami/keluarga terhadap kelahiran, dukungan keluarga,

hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi, kegiatan

ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga

Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya

Ibu mengatakan kehamilannya diterima suami dan keluarga

Ibu mengatakan mendapat dukungan social dari lingkungan tempat

tinggalnya

Ibu mengatakan akan menjaga dan merawat bayinya dengan sepenuh

hati

Ibu mengatakan rajin solat 5 waktu

Ibu mengatakan sering dan aktif dalam kegiatan social di masyarakat

Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga tercukupi

Page 44: Anemiaa Edt

40

12. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)

Ibu mengatakan sudah mengetahui kehamilannya

Ibu mengatakan sudah mengetahui sedikit tentang persalinan dan

masa nifas dari buku yang sudah pernah dibaca dan informasi dari

keluarganya

13. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)

Ibu mengatakan lingkungan tempat tinggal bersih dan nyaman serta

tidak ada hewan peliharaan

C. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Status emosional : Stabil

Tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit

RR : 24x/menit Suhu : 37 C

BB sebelum hamil : 50 Kg

BB saat hamil : 62 Kg

Tinggi badan : 155 cm

2. Pemeriksaan fisik

Kepala : Mesocephal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

Rambut : Lurus, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan keadaan

bersih

Page 45: Anemiaa Edt

41

Muka : Bentuk simetris, pucat, keadaan bersih tidak ada oedem

Mata : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak

mata, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, berfungsi

dengan baik, keadaan bersih

Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih dan tidak ada pembesaran

polip, berfungsi dengan baik

Mulut : Tidak ada kelainan pada mulut, tidak ada stomatitis,

keadaan gigi bersih, tidak ada caries dan tidak ada

pembesaran tonsil

Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik,

daun telinga ada

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan

tidak ada pembenhkakan vena jugularis

Dada : Bentuk simetris,pergerakan nafas teratus, tidak ada benjolan

abnormal

Payudara : Membesar simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi,

tidak ada benjolan abnormal, kolostrum belum keluar ,

keadaan bersih

Abdomen : Bentuk simetris membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada

bekas operasi, keadaan bersih

Palpasi

Leopold I : TFU 34cm, pada fundus teraba lunak, kurang bundar,

kurang melenting berarti bokong

Page 46: Anemiaa Edt

42

Leopold II : Perut ibu sebelah kiri teraba lebar dan memberikan

tahanan yang besar berarti punggung. Perut ibu sebelah

kanan teraba bagian kecil-kecil yang berarti ekstremitas.

Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melenting

yang berarti kepala

Leopold IV : Kedua tangan pemeriksan tidak bertemu lagi (Divergen)

berarti kepala sudah masuk PAP

Osborn test : Tidak dilakukan Pemeriksaan Mc.Donald

TFU :34 cm TBJ : (34-11) x 155

= 23 x 155

= 3.565 g

Auskultasi

DJJ : positif 140 x/menit

Ekstremitas Atas : Bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak ada oedem,

keadaan bersih, jari-jari tangan lengkap

Ekstremitas Bawah : Bentuk simetris, keadaan

bersih, tidak ada oedem, tidak ada kecurigaan polio,

organ berfungsi dengan baik, jari-jari kaki lengkap

Genitalia : Keadaan bersih, tidak ada haemoroid, tidak ada

oedem, tidak ada varises

Pemeriksaan panggul : Distansia Spinarum : 26 cm

Distansia Kristarum : 28 cm

Konjugata Eksterna :18 cm

Page 47: Anemiaa Edt

43

Lingkar Panggul Luar : 86 cm

3. Pemeriksaan penunjang Tgl : 11 Juli 2011 Pukul : 18.00 WIB

a. Hb : 9,4 g%

b. Protein urine : (-)

c. Reduksi urine : (-)

4.Data penunjang

Tidak ada

INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa Kebidanan

Seorang ibu Ny.K umur 26 tahun G1P0A0Ah0 usia kehamilan 36 minggu 4

hari, janin tunggal, hidup, intrauterin, bagian terendah kepala, dengan anemia

ringan.

Data Dasar :

Subyektif

Ibu mengatakan pegal-pegal pada pinggang dan kaki, sering lelah, pusing,

mata berkunang

Ibu mengatakan cepat lelah

Ibu mengatakan hamil anak pertama

Ibu mengatakan umurnya 26 tahun

Ibu mengatakan HPHT pada tanggal 5 Oktober 2010

Obyektif

Pemeriksaan Hb : 9,4 g%

Page 48: Anemiaa Edt

44

Ibu tampak lemas dan ibu terlihat pucat

HPL tanggal 12 Juli 2011

Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit

RR : 24x/menit Suhu : 37 C

DJJ: positif 140 x/menit

TFU :34 cm

Leopold I : TFU 34cm TBJ : 3.565 g

Leopold II : Puki

Leopold III : Kepala

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP

B. Masalah

Anemia ringan,gangguan aktifitas, gangguan rasa nyaman, serta

gangguan pemenuhan nutrisi

Dari tabel faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian anemia

ibu hamil pada pasien antara lain:

1. Perilaku

Dari hasil pemantauan keadaan penderita, penderita kurang

memperhatikan pola makan, ditunjukkan dengan kebiasaan makan yang

hanya sehari 2x. Selain itu penderita juga tidak memperhatikan

kandungan gizi yang harus dikonsumsinya. Hal ini beresiko terjadinya

anemia pada ibu hamil.

2. Lingkungan

Page 49: Anemiaa Edt

45

Status sosial ekonomi yang rendah dengan tinggal di lingkungan

yang padat, nutrisi yang kurang, gaya hidup, pekerjaan juga dapat

meningkatkan risiko terjadinya anemia pada ibu hamil. Hubungan antara

status ekonomi dengan kejadian anemia pada ibu hamil ditambah juga

dengan kurangnya pengetahuan ibu tersebut.

3. Genetik

Dawood (2010) menjelaskan anak-anak dengan asma akan

mengalami peningkatan risiko terkena radang paru-paru sebagai

komplikasi dari influenza. Bayi dan anak-anak kurang dari lima tahun

berisiko lebih tinggi mengalami TBC sebagai komplikasi dari influenza

saat dirawat di rumah sakit. Dawood juga menjelaskan anak-anak dengan

asma lebih mungkin mengalami influenza yang merupakan faktor risiko

terjadimya TBC. Bayi usia 6 bulan – 2 tahun dengan asma mempunyai

risiko dua kali lebih tinggi menderita TBC. Penelitian lainnya,

Sunyataningkamto, dkk (2004) menjelaskan bahwa anak-anak dengan

riwayat mengi mempunyai risko TBC sebesar 4,8 kali dibandingkan

dengan anak yang tidak mempunyai riwayat mengi.

4. Pelayanan Kesehatan

Faktor pelayanan kesehatan menjadi faktor penentu dalam

meningkatan status kesehatan. Hasil penelitian Djaja (2001), menjelaskan

bahwa ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak

membawa anaknya untuk berobat ke fasilitas kesehatan, tetapi ibu

dengan pendidikan rendah akan lebih memilih anaknya ntuk berobat ke

Page 50: Anemiaa Edt

46

dukun atau mengobati sendiri. Status pelayanan di Puskesmas Halmahera

berkaitan dengan TBCtidak mengalami kendala, penyuluhan, , dan usaha

preventif .

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah

3.2.1 Memberikan edukasi penyakit TBC, mulai dari penyebab, penularan,

dan pencegahan.

3.2.2 Memotivasi keluarga untuk selalu membersihkan lingkungan

disekitar rumah baik air maupun udara serta pencahayaan.

3.2.3 Memotivasi orang tua untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS).

3.3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

3.3.1 Penyuluhan mengenai TBC

3.3.2 Penyuluhan mengenai PHBS