antropologi dan ekonomi
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, pasti Anda sering mendengar perkataan ekonomi. Coba sebutkan,
apa saja yang mengandung perkataan ekonomi! Ya! Dapat juga ditambahkan, misalnya:
pembangunan ekonomi, kesulitan ekonomi, golongan ekonomi lemah, pelayanan ekonomi, dan
banyak lagi.Istilah ekonomi mula-mula berasal dari perkataan Yunani.Oikos berarti rumah
tangga, dan nomos berarti aturan. Perubahan kata ekonomis menjadi ekonomi mengandung arti
aturan yang berlaku untuk memnuhi kebutuhan hidup dalam suatu
rumah tangga.ekonomi: Peraturan rumah tangga.
Tentunya Anda akan bertanya: “ Apakah rumah tangga keluarga?” Rumah tangga dalam hal ini
dapat meliputi rumah tangga perorangan (keluarga), badan usaha atau perusahaan rumah
tangga pemerintah dsb.
Nah! Kapan ilmu ekonomi dikenal dan mulai dipelajari?
Sebelum orang mengenal ilmu ekonomi, raja-raja dan para cerdik pandai pada jaman dahulu
menggunakan ilmu filsafat sebagai dasar untuk mengatur dan memecahkan persoalan ekonomi.
Dengan semakin pentingnya peranan ekonomi dalam kehidupan, mulailah banyak ahli yang
tertarik untuk memecahkan persoalan ekonomi, karena filsafat tidak lagi sanggup memecahkan
seluruh masalah yang berkembang di masyarakat.
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia"
atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk
biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap
dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi
dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya
antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga
metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk
yang merupakan masyarakat tunggal.Kedua ilmu ini tentunya memiliki hubungan yang sangat
erat.Dalam makalah ini kami akan menguraikan sedikit tentang hubungan ilmu antropologi
dengan ilmu ekonomi.
BAB II
ISI
Definisi/Pengertian Antropologi, Objek, Tujuan, Dan Cabang Ilmu Antropologi
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi
budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa
Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos
memiliki arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan
prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam
bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri.
Macam-Macam Jenis Cabang Disiplin Ilmu Anak Turunan Antropologi :
A. Antropologi Fisik
1. Paleoantrologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi manusia dengan
meneliti fosil-fosil.
2. Somatologi adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengna mengamati ciri-
ciri fisik.
B. Antropologi Budaya
1. Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan budaya
manusia mengenal tulisan.
2. Etnolinguistik antrologi adalah ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di dunia /
bumi.
3. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan
masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
4. Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada
bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep
psikologi.
Di samping itu ada pula cabang ilmu antropologi terapan dan antropologi spesialisasi.
Antropology spesialisasi contohnya seperti antropologi politik, antropologi kesehatan,
antropologi ekonomi, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sejarah Perkembangan Antropologi
Fase I
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia.
Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak
menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun
jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing
tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku
tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad
ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut
pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan
berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap
bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap
Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan
primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah
penyebaran kebudayaan manusia
Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti
Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul
berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang
kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya,
pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian
menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-
suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan
pemerintah kolonial.
Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli
yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa
banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di
dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial,
dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa
untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka.
Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang
telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan
kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman
Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
Metode Ilmiah Antropologi
Pengumpulan Fakta. Untuk antropolgi budaya tingkat ini adalah pengumpulan fakta
mengenai kejadian dan gejalamasyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah.
Aktifitas pengumpulan fakta terdiri dari metode observasi, mencatat, mengolah, dan melukiskan
fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup.
Penentuan Ciri-ciri Umum dan Sistem . Tujuannya untuk menentukan ciri umum dan
sistemdalam himpunan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Proses berpikir
secara ilmiah dalam ilmu antropologi ini menimbulkanmetode-metode yang hendak mencari ciri-
ciri yang umum dalam aneka warna fakta dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat
manusia.
Verifikasi atau Pengujian. Terdiri dari cara-cara yang harus menguji kaidah-kaidah yang
telah dirumuskan atauyang harus memperkuat pengertian yan telah dicapai. Disini proses
berpikir berjalan secara deduktif dari perumusan umum, kembali ke arah fakta-fakta khusus.
Pengertian ekonomi
Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi,
pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani
οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan,
hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah
tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang
menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja. Ilmu yang mempelajari ekonomi disebut
sebagai ilmu ekonomi.
Sejarah Ekonomi Indonesia
Pemerintahan Orde Lama
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Namun
demikian, tidak berarti dalam prakteknya Indonesia sudah bebas dari Belanda dan bisa member
perhatian sepenuhnya pada pembangunan ekonomi. Karena hingga menjelang akhir 1940-an,
Indonesia masih menghadapi dua peperangan besar dengan Belanda, yakni pada aksi Polisi I dan
II. Setelah akhirnya pemerintahan Belanda mengakui secara resmi kemerdekaan Indonesia,
selama decade 1950-an hingga pertengahan tahun 1965, Indonesia dilanda gejolak politik di
dalam negeri dan beberapa pemberontakan di sejumlah daerah, seperti di Sumatera dan Sulawesi.
Akibatnya, selama Pemerintahan Orde Lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk,
walaupun sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun hampir 7% selama
decade 1950-an, dan setelah itu turun drastic menjadi rata-rata per tahun hanya 1,9% atau bahkan
nyaris mengalami stagflasi selama tahun 1965-1966. Tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan
ekonomi atau produk domestic bruto (PDB) masing-masing hanya sekitar 0,5% dan 0,6%.
Selain laju pertumbuhan ekonomi yang menurun terus sejak tahun 1958, defisit saldo
neraca pembayaran (BOP) dan defisit anggaran pendapatan dan belanja pemerintahan (APBN)
terus membesar dari tahun ke tahun.
Selain tu, selama periode Orde Lam, keiatan paroduksi di sector pertanian dan sector
industry manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah karena keterbatasan kapasitas
produksi dan infrastruktur pendukung, baik fisik maupun nonfisik seperti pendanaan dari bank.
Akibat rendahnya volume produksi dari sisi suplai dan tingginya permintaan akibat terlalu
banyaknya uang beredar di masyarakat mengakibatkan tingginya tingkat inflasi yang sempat
mencapai lebih dari 300% menjelang akhir periode Orde Lama.
Dapat disimpulkan bahwa buruknya perekonomian Indonesia selama pemerintahan Orde
Lama terutama disebabkan oleh hancurnya infrastruktur ekonomi, fisik, maupun nonfisik selama
pendudukan Jepang, Perang Dunia II, dan perang revolusi, serta gejolak politik di dalam negeri
(termasuk sejumlah pemberontakan di daerah), ditambah lagi dengan manajemen ekonomi
makro yang sngat jelek selama rezim tersebut. Dapat dimengerti bahwa dalam kondisi politik
dan social dalam negeri ini sangat sulit sekali bagi pemerintah untuk mengatur roda
perekonomian dengan baik.
Kebijakan ekonomi paling penting yang dilakukan Kabinet Hatta adalah reformasi
moneter melalui devaluasi mata uang nasional yang pada saat itu masih gukden dan pemotongan
uang sebesar 50% atas semua uang kertas yang beredar pada bulan Maret 1950 yang dikeluarkan
oleh De Javasche Bank yang bernilai nominal lebih dari 2,50 gulden Indonesia. Pada masa
Kabinet Natsir (cabinet pertama dalam Negara kesatuan Republik Indonesia), untuk pertama
kalinya dirumuskan suatu perencanaan pembangunan ekonomi, yang disebut Rencana Urgensi
Perekonomian (RUP). RUP ini digunakan oleh cabinet berikutnya merumuskan rencana
pembangunan ekonomi lima tahun (yang pada masa Orde Baru dikenal dengan singkatan
Repelita). Pada masa Kabinet Sukiman, kebijakan-kebijakan penting yang diambil adalah antara
lain nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia (BI) dan penghapusan system kurs
berganda. Pada masa Kabinet Wilopo, langkah-langkah konkret yang diambil untuk memulihkan
perekonomian Indonesia saat itu diantaranya untuk pertama kalinya memperkenalkan konsep
anggaran berimbang dalam APBN, memperketat impor, malakukan “rasionalisasi” angkatan
bersenjata melalui medernisasi dan pengurang jumlah personil, dan pengiritan pengeluaran
pemerintah. Pada masa Kabinet Ami I, hanya dua langkah konkret yang dilakukan dalam bidang
ekonomi walaupun kurang berhasil, yakni pembatasan impor dan kebijakan uang ketat. Selama
Kabinet Burhanuddin, tindakan-tindakan ekonomi penting yang dilakukan termasuk diantaranya
adalah liberalisasi impor, kebijkan uang ketat untuk menekan laju uang beredar, dan
penyempurnaan Program Benteng, mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan modal
(investasi) asing masuk ke Indonesia, pemberian bantuan khusus kepada pengusaha-pengusaha
pribumi, dan pembatalan (secara sepihak) persetujuan Konferensi Meja Bundar sebagai usaha
untuk menghilangkan system ekonomi colonial atau menghapuskan dominasi perusahaan-
perusahaan Belanda dalam perekonomian Indonesia.
Berbeda dengan cabinet-kabinet sebelumya di atas, pada masa Kabinet Ali I, praktis tidak
ada langkah-langkah yang berarti, selain mencanangkan sebuah rencana pembangunan baru
dengan nama Rencana Lima Tahun 1956-1960. Kurang aktifnya cabinet ini dalam bidang
ekonomi disebabkan oleh keadaa politik di dalam negeri yang mulai goncang akibat
bermunculan tekanan-tekanan dari masyarakat daerah-daerah di luar Jawa yang selama itu tidak
merasa puas dengan hasil pembangunan di tanah air. Ketidakstabilan politik di dalam negeri
semakin membesar pada masa Kabinet Djuanda, sehingga praktis cabinet ini juga tidak bisa
berbuat banyak bagi pembangunan ekonomi. Perhatian sepenuhnya dialihkan selain untuk
menghadapi ketidakstabilan politik di dalam negeri juga pada upaya pengambilan wilayah Irian
Barat dari Belanda. Pada masa Kabinet Djuanda juga dilakukan pengambilan (nasionalisasi)
perusahaan-perusahaan Belanda.
Dilihat dari aspek politiknya selama Orde Lama, dapat dikatakan Indonesia pernah
mengalami system politik yang sangat demokratis, yakni pada periode 1950-1959, sebelum
diganti dengan periode demokrasi terpimpin. Akan tetapi sejarah Indonesia menunjukkan bahwa
system politik demokrasi tersebut ternyata menyebabkan kehancuran politik. Konflik politik
tersebut berkepanjangan sehingga tidak memberi sedikit pun kesempatan untuk membentuk
suatu cabinet pemerintah yang solid dan dapat bertahan hingga pemilihan umum berikutnya.
Pada masa politik demokrasi tu (demokrasi parlemen), tercatat dalam sejarah bahwa rata-rata
umur setiap cabinet hanya satu tahun saja. Waktu yang sangat pendek dan disertai dengan
banyaknya keributan tenang bagi pemerintah yang berkuasa untuk memikirkan bersama
masalah-masalah social dan ekonomi yang ada pada saat itu, apalagi menyusun suatu program
pembangunan dan melaksanakannya.
Selama periode 1950-an, struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan zaman
kolonialisasi. Sector formal / modern seperti pertambangan, distribusi, transportasi, bank, dan
pertanian komersil yang memiliki kontribusi lebih besar daripada sector informal / tradisional
terhadap output nasional atau PDB didominasi oleh perusahaan-perusahaan asing kebanyakan
berorientasi ekspor. Pada umumnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang masih dikuasai oleh
pengusaha asing tersebut relative lebih padat capital dibandingkan kegiatan-kegiatan ekonomi
yang didominasi oleh pengusaha pribumi dan perusahaan-perusahaan asing tersebut beralokasi di
kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya.
Struktur ekonomi seperti yang digambarkan di atas, yang boleh Boeke (1954) disebut
dual socities, adalah salah satu karakteristik utama dari LDCs yang merupakan warisan
kolonialisasi. Dualisme di dalam suatu ekonomi seperti ini terjadi karena biasanya pada masa
penjajahan pemerintah yang berkuasa menerapkan diskriminasi dalam kebijakan-kebijakannya,
baik yang bersifat langsung, seperti mengeluarkan peratura-peraturan atau undang-undang,
maupun yang tidak langsung. Diskriminasi ini sengaja diterapkan untuk membuat perbedaan
dalam kesempatan melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu antara penduduk asli dan
orang-orang nonpribumi / nonlocal.
Keadaan ekonomi Indonesia, terutama setelah dilakukan nasionalisasi terhadap semua
perusahaan asing Belanda, menjadi lebih buruk dibandingkan keadaan ekonomi semasa
penjajahan Belanda, ditambah lagi dengan peningkatan inflasi yang sangat tinggi pada decade
1950-an. Pada masa pemerintahan Belanda, Indonesia memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang
cukup baik dengan tingkat inflasi yang sangat rendah dan stabil, terutama karena tingkat upah
buruh dan komponen-komponen lainnya dari biaya produksi yang juga rendah, tingkat efisiensi
yang tinggi di sector pertanian (termasuk perkebunan), dan nilai mata uang yang stabil.
Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda yang dilakukan pada tahun 1957 dan 1958
adalah awal periode ‘Ekonomi Terpimpin’. System politik dan ekonomi pada masa Orde Lama,
khususnya setelah ‘Ekonomi Terpimpin’ dicangangkan, semakin dekat dengan haluan /
pemikiran sosialis / komunis. Walaupun ideology Indonesia adalah Pancasila, pengaruh ideology
komunis dan Negara bekas Uni Soviet dan Cina sangat kuat. Sebenarnya pemerintah khususnya
dan masyarakat Indonesia pada umumnya yang memilih haluan politik berbau komunis, hanya
merupakan suatu refleksi dari perasaan antikolonialisasi, antiimprelisasi, dan antikapitalisasi
pada saat itu. Di Indonesia pada masa itu, prinsip-prinsip individualism, persaingan bebas, dan
perusahaan swasta / pribadi sangat ditentang, karena oleh pemerintah dan masyarakat pada
umumnya, prinsip-prinsip tersebut sering dikaitkan dengan pemikiran kapitalisme. Keadaan ini
membuat Indonesia semakin sulit mendapat dari Negara-negara Barat, baik dalam bentuk
pinjaman maupun penanaman modal asing (PMA), sedangkan untuk membiayai rekonstruksi
ekonomi dan pembangunan selanjutnya, Indonesia sangat membutuhkan dana penanaman modal
asing di Indonesia berasal dari Belanda, yang sebagian besar untuk kegiatan ekspor hasil-hasil
perkebunan dan pertambangan serta untuk kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait.
Selain kondisi politik di dalam negeri yang tidak mendukung, buruknya pereknomian
Indonesia pada masa pemrintahan Orde Lama juga disebabkan oleh keterbatasan factor-faktor
produksi, seperti orang-orang dengan tingkat kewirausahaan dan kapabilitas manajemen yang
tinggi, tenaga kerja dengan pendidikan / keterampilan yang tinggi, dana (khususnya untuk
membangun infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh industry), teknologi, dan kemampuan
pemerintah sendiri untuk menyusun rencana dan strategi pembangunan yang baik. Menurut
pengamatan Higgins (1957), sejak cabinet pertama dibentuk setelah merdeka, pemerintah
Indonesia memberikan prioritas pertama terhadap stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi,
pembangunan industry, unifikasi dan rekonstruksi. Akan tetapi, akibat keterbatasan akan factor-
faktor tersebut diatas dan dipersulit lagi oleh kekacauan politik nasional pada masa itu, akhirnya
pembangunan atau bahkan rekonstruksi ekonomi Indonesia setelah perang revolusi tidak pernah
terlaksana dengan baik.
Pada akhir September 1965, ketidakstabilan politik di Indonesia mencapai puncaknya
dengan terjadinya kudeta yang gagal dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Sejak peristiwa
berdarah tersebut terjadi suatu perubahan politi yang drastic di dalam negeri, yang selanjutnya
juga mengubah system ekonomi yang dianutu Indonesia pada masa Orde Lama, yakni dari
pemikiran-pemikiran sosialis ke semikapitalis (kalau tidak, dapat dikatakan ke system kapitalis
sepenuhnya). Sebenarnya perekonomian Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
33 menganut suatu system yang dilandasi oleh prinsip-prinsip kebersamaan atau koperasi
berdasarkan ideology Pancasila. Akan tetapi, dalam praktek sehari-hari pada masa pemerintahan
Orde Baru dan hingga saat ini, pola perekonomian nasional cenderung memihak system
kapitalis, seperti di Amerika Serikat (AS) atau Negara-negara industry maju lainnya. Karena
pelaksanaannya tidak baik, maka mengakibatkan munculnya kesenjangan ekonomi di tanah air
yang terasa semakin besar hingga saat ini, terutama setelah krisis ekonomi.
Pemerintahan Orde Baru
Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru. Berbeda
dengan pemerintahan Orde Lama, dalam era Orde Baru ini perhatian pemerintah lebih ditujukan
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan social di tanah air.
Pemerintahan Orde Baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak Barat dan menjauhi
pengaruh ideology komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter
International (IMF).
Sebelum rencana pembangunan lewat Repelita dimulai, terlebih dahulu pemerintah
melakukan pemulihan stabilitas ekonomi, social, dan politik serta rehabilitasi ekonomi di dalam
negeri. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan kembali tingkat inflasi,
mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi,
termasuk ekspor yang sempat mengalami stagnasi pada masa Orde Lama. Usaha pemerintah
tersebut ditambah lagi dengan penyusunan rencana pembangunan lima tahun (Repelita) secara
bertahap dengan target-target yang jelas sangat dihargai oleh Negara-negara Barat. Menjelang
akhir tahun 1960-an, atas kerja sama dengan Bank Dunia, IMF, dan ADB (Bank Pembangunan
Asia) dibentuk suatu kelompok konsorsium yang disebut Inter-Government Group on Indonesia
(IGGI), yang terdiri atas sejumlah Negara maju, termasuk Jepang dan Belanda, dengan tujuan
membiayai pembangunan ekonomi di Indonesia. Dalam waktu yang relative pendek setelah
melakukan perubahan system politiknya secara drsatis, dari yang ‘pro’ menjadi ‘anti’ komunis,
Indonesia mendapat bisa mendapat bantuan dana dari pihak Barat. Pada saat itu memang
Indonesia merupakan satu-satunya Negara yang sangat anti komunis dan sedang berusaha secara
serius melakukan pembangunan ekonominya yang kelihatan jelas di mata kelompok Negara
Barat.
Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru
adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses industrialisasi dalam skala
besar, yang pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya cara yang paling tepat dan efektif untuk
menganggulangi masalah-masalah ekonomi, seperti kesempatan kerja dan defisit neraca
pembayaran.
Beberapa kondisi utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar suatu usaha
membangun ekonomi dapat berjalan dengan baik, yaitu sebagai berikut.
1. Kemauan politik yang kuat
Pada masa Orde Lama, mungkin karena Indonesia baru saja merdeka, emosi
nasionalisme baik dari pemerintah maupun kalangan masyarakat masih sangat tinggi, dan
yang ingin ditonjolkan pertama kepada kelompok Negara-negara Barat adalah “kebesaran
bangsa” dalam bentuk kekuatan militer dan pembangunan proyek-proyek mercusuar.
2. Stabilitasi politik dan ekonomi
pemerintahan Orde Baru berhasil dengan baik menekan tingkat inflasi dari sekitar 500%
pada tahun 1966 menjadi hanya sekitar 5% hingga 10% pada awal decade 1970-an.
Pemerintahan Orde Baru juga berhasil menyatukan bangsa dan kelompok-kelompok
masyarakat serta menyakinkan mereka bahwa pembangunan ekonomi dan social adalah
jalan satu-satunya agar kesejahteraan masyarakat di Indonesia dapat meningkat.
3. Sumber daya manusia yang lebih baik
Dengan SDM yang semakin baik, pemerintahan Orde Baru memiliki kemampuan untuk
menyusun program dan strategi pembangunan dengan kebijakna-kebijakn yang terkait
serta mampu mengatur ekonomi makro secara baik.
4. System politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat
Pemerintahan Orde Baru menerapkan system politik dan ekonomi terbuka yang
berorientasi ke Barat. Hal ini sangat membantu, khususnya dalam mendapatkan pinjaman
luar negeri, penanaman modal asing, dan transfer teknologi dan ilmu pengetahuan.
5. Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik
Selain oil boom, juga kondisi ekonomi da politik dunia pada era Orde Baru, khususnya
setelah perang Vietnam berakhir atau lebih baik daripada semasa Orde Lama.
Akan tetapi, hal-hal positif yang diterangkan di atas tidak mengatakan bahwa
pemerintahan Orde Baru tanpa cacat. Kebijakan-kebijakan ekonomi selama masa Orde Baru
memang telah menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi yang pesat dan laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta fundamental ekonomi yang rapuh.
Metode ilmiah ekonomi
Karakteristik metode ilmiah ekonomi:
*Kritis dan analisis: Mendorong suatu kepastian dan proses penyelidikan untuk
mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya
*Logis: Merujuk pada metode argumentasi ilmiah. Kesimpulan secara rasional
diturunkan dari bukti-bukti yang ada.
*Objektif: Hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang sama
dilakukan pada kondisi yang sama.
*Konseptual dan teoritis: Ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan struktur
konsep dan teoritis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
*Empiris: Bersandar pada realitas.
*Sistematis: Memiliki prosedur yang cermat dan mengikuti aturan terteuntu yang baku.
Hubungan Antropologi dengan Ekonomi
Kebudayaan mencakup masalah pertautan etika kerja, nilai-nilai kerja sama, dan nilai-nilai yang
berkait dengan kesukuan, keagamaan, dan kedaerahan. Kebudayaan memberi makna hidup,
termasuk perubahan-perubahan akibat dahsyatnya kekuatan ekonomi dan teknologi dari negara-
negara maju.
SIndonesia hingga kini masih ramai memperdebatkan hubungan timbal balik antara kebudayaan
dan pembangunan ekonomi. Perdebatan itu dibahas di kalangan pujangga Indonesia tahun 1930-
an dan 1940. Tokoh budaya “pro-Barat”, seperti Armyn Pane, berpolemik dengan tokoh yang
memberat pada tradisi, seperti Ali Boediardjo. Perdebatan menarik itu lalu diwacanakan sebagai
“kaum keroncongis” dengan “kaum gamelanis”. Pada 1960-an hingga 1970-an, berlanjut
menjadi perdebatan musik Indonesia yang merangkul musik Barat dengan mereka yang
berpegang pada musik daerah dan suku. Soedjatmoko meramu perdebatan itu melalui rumusan,
tiap bangsa dan tiap daerah harus menentukan sendiri seberapa cepat ia ingin merangkul nilai-
nilai “modernisasi” dan seberapa banyak ingin mempertahankan nilai-nilai yang penting untuk
kelestarian jati dirinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu antropologi dengan ilmu ekonomi saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kekuasaan
ekonomi bersifat universal dalam membentuk wujud yang bermacam-macam, karena perubahan
dalam hidup masyarakat lebih cepat dirasakan oleh manusia itu sendiri. Sedangkan antropologi
yang mempelajari manusia dimana manusia itu sendiri tidak dapat lepas dari pengaruh ekonomi.
Saran
Sebagai seseorang yang mengerti tentang pentingnya suatu perencanaan
ekonomi,sebaiknya kita haruslah bersifat lebih kritis dalam membeli suatu barang.
Kita haruslah lebih hemat dan menghilangkan kebiasan yang bersifat konsumtif.
Cintailah produk Indonesia,karena hal ini juga dapat menambah Kas Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Antropologi Indonesia. 1997. Koentjaraningrat Dan Antropologi Di Indonesia.
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia
Marzali, Amri 2005 Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta, Prenada Media
Koentjaraningrat 1987
Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta, Djambatan Parsudi Suparlan 2002
Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural Van Bremen, Jan. Eyal Ben-Ari and
Syed Farid Alatas 2005
Asian anthropology. London, Routledge Van der Kroef, Justus M. The Term Indonesia:
Its Origin and Usage. Journal of the American Oriental Society, Vol. 71, No. 3. (Jul. -
Sep., 1951)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang
BAB II ISI
a) ANTROPOLOGI
- Pengertian Antropologi
- Sejarah perkembangan Antropologi
- Metode Ilmiah Antropologi
b) EKONOMI
- Pengertian Ekonomi
- Sejarah Perkembangan Ekonomi
- Metode Ilmiah Ekonomi
c) Hubungan Antropologi Dengan Ekonomi
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia – Nya sehingga kami dapat menyelesai dalam membuat makalah “HUBUNGAN
ANTROPOLOGI DENGAN EKONOMI.”
Makalah ini adalah merupakan salah satu ringkasan dari pembelajaran mata pelajaran
antropologi.Dan karena bersifat ringkas jadi perlu untuk dipelajari lebih lanjut melalui
literatur di perpustakaan.
Kami berharap makalah ini memberi manfaat bagi para pembaca. Kritik dan komentar
selalu kami harapkan karena kami percaya makalah ini masih perlu penyempurnaan
untuk yang akan dating.
Makassar 25,November 2010
Kelompok 9
TUGAS KELOMPOK
HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN EKONOMI
DISUSUN OLEH:
1. M.HAMZAH HATTA (1056 400 970 10)
2. WAHYUDIN K. (1056 400 974 10)
3. AHMAD (1056 400 980 10)
KELAS 1 G
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2010