aplikasi metode location quotient (lq) dalam · pdf fileaplikasi metode location quotient...
TRANSCRIPT
APLIKASI METODE LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN
NASIONAL
Rachmat HendayanaPeneliti Muda, Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian,Bogor
ABSTRACT
Determine of agriculture superior commodities are mainstep to go in the direction of efficient agricultural development.There are more methods of superior commodities identification;one is Location Quotient (LQ) approach. This paper aims toexamine the implementation of LQ approach uses wide ofagriculture harvesting area/cattle population series data for fiveyears period (1997-2001) from Indonesian Statistics as mainsource. Data procesing conducted whith spreadsheet from Excelon Microsoft Windows XP. The results conclude that LQ methodstill obtained as one of relevant method for mayor agriculturalcommodities identification. It is suggestion for using for using LQwith supporting accuracy long series data present.
Key words : LQ method, Superior commodities, Excel, long seriesdata, accuracy
PENDAHULUAN
Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerahmerupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yangberpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulankomparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasiperdagangan.
Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh denganmengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulankomparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan.Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan olehsuperioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik,teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah.
Informatika Pertanian Volume 12 (Desember 2003)
2Aplikasi Metode Location Quotient
Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikanoleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupuninternasional (Syafaat dan Supena, 2000). Kondisi sosial ekonomiyang dimaksud mencakup penguasaan teknologi, kemampuansumberdaya manusia, infrastruktur misalnya pasar dan kebiasaanpetani setempat (Anonymous, 1995).
Berbagai pendekatan dan alat analisis telah banyakdigunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan,menggunakan beberapa kriteria teknis dan non teknis dalamkerangka memenuhi aspek penawaran dan permintaan. Setiappendekatan memiliki kelebihan dan kelemahannya, sehinggadalam memilih metode analisis untuk menentukan komoditasunggulan ini perlu dilakukan secara hati-hati dan bijaksana.Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menginisiasikomoditas unggulan adalah metode Location Quotient (LQ).
Tulisan ini bertujuan membahas penerapan metodeLocation quotien (LQ) dalam mengidentifikasi komoditaspertanian. Pembahasan diawali dengan mengemukakan kerangkateoritis, kelebihan dan keterbatasan penggunaan LQ kemudianmetodologi yang di dalamnya termasuk tahapan-tahapanpenerapan metode LQ serta terakhir aplikasi LQ.
KERANGKA TEORITIS
Metode LQ untuk mengidentifikasi komoditas unggulandiakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), danRon Hood (1998). Menurut Hood (1998), Loqation Quotientadalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhanadengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQmerupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalammodel ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahamisektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQmengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatanekonomi melalui pendekatan perbandingan.
Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arahdan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah.Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang danjasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asingyang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidakbergerak (Budiharsono, 2001).
3Informatika Pertanian
Teori ekonomi basis mengklarifikasikan seluruh kegiatanekonomi ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor nonbasis. Deliniasi wilayah dilakukan berdasarkan konsep-konsepperwilayahan yaitu konsep homogenitas, nodalitas dan konsepadministrasi. Dijelaskan oleh Rusastra, dkk., (2002) bahwa yangdimaksud kegiatan basis merupakan kegiatan suatu masyarakatyang hasilnya baik berupa barang maupun jasa ditujukan untukekspor ke luar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasikeluar, regional, nasional dan internasional. Konsep efisiensiteknis maupun efisiensi ekonomis sangat menentukan dalampertumbuhan basis suatu wilayah.
Sedangkan kegiatan non basis merupakan kegiatanmasyarakat yang hasilnya baik berupa barang atau jasadiperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasankehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Konsep swasembada,mandiri, kesejahteraan dan kualitas hidup sangat menentukandalam kegiatan non basis ini.
Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisiperekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatanperekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatanekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektorunggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi(industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspektenaga kerja dan pendapatan.
Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluastidak terbatas pada bahasan ekonomi saja akan tetapi jugadimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas ataumelakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. Studitentang perubahan peran kacang kedelai dalam sistem pangan diChina yang membahas aspek produksi, pengolahan, konsumsidan perdagangan, salah satu alat analisisnya menggunakanpendekatan LQ (Aubert dan Zhu, 2002). Demikian juga diIndonesia, misalnya Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan (Puslitbangtan) dalam membahas systemkomoditas kedelai juga menggunakan model LQ ini (CGPRT,1985).
Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis,teknik LQ relevan digunakan sebagai metoda dalam menentukankomoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksiatau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti
4Aplikasi Metode Location Quotient
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannyadidasarkan pada lahan pertanian (areal tanam atau areal panen),produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditaspertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasarperhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor).
Kelebihan dan Keterbatasan Metode LQ
Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasandemikian halnya dengan metode LQ. Kelebihan metode LQ dalammengidentifikasi komoditas unggulan antara lain penerapannyasederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahandata yang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spreadsheet dari Excel atau program Lotus, bahkan jika datanya tidakterlalu banyak kalkulator pun bisa digunakan.
Keterbatasannya adalah karena demikian sederhananyapendekatan LQ ini, maka yang dituntut adalah akurasi data.Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnyajika data yang digunakan tidak valid. Oleh karena itu sebelummemutuskan menggunakan analisis ini maka validitas datasangat diperlukan. Disamping itu untuk menghindari biasmusiman dan tahunan diperlukan nilai rata-rata dari data seriesyang cukup panjang, sebaiknya tidak kurang dari 5 tahun.Sementara itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang inisering mengalami hambatan.
Keterbatasan lainnya dalam deliniasi wilayah kajian. Untukmenetapkan batasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkupaktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitunganLQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang kita duga.Misalnya suatu wilayah provinsi yang diduga memiliki keunggulandi sektor non pangan, yang muncul malah pangan dansebaliknya.
Oleh karena itu data yang dijadikan sumber bahasansebelum digunakan perlu diklarifikasi terlebih dahulu denganbeberapa sumber data lainnya, sehingga mendapatkan gambarantingkat konsistensi data yang mantap dan akurat.
5Informatika Pertanian
METODOLOGI
Data dan Sumber Data
Untuk mengimplementasikan metoda LQ dalam bahasan inidigunakan data areal panen tanaman pangan, hortikultura(sayuran dan buah-buahan), perkebunan dan populasi ternak,masing-masing data series selama kurun waktu lima tahun (1997– 2001).
Sumber data utama yang digunakan adalah data sekunderdari Statistik Indonesia yang tersedia di BPS tahun 1998 – 2002.
Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagaiberikut.a) Insert data
Insert data series menurut subsektor selama lima tahunterakhir ke dalam spreadsheet dengan format kolom danbaris. Kolom diisi nama wilayah dan tahun sedangkan barisdiisi nama jenis komoditas pertanian (tanaman atau ternak)yang akan dianalisis.
b) Menghitung nilai rataan
Untuk jenis tanaman, dihitung rataan luas areal panenmenurut tiap komoditas dari seluruh subsektor. Sedangkanuntuk ternak dihitung rataan jumlah populasi menurut jenisternak dari tiap kelompok ruminansia dan bukan ruminansia.Hasil rataan yang diperoleh diberi notasi “pi”. Selanjutnyajumlahkan nilai rataan masing-masing komoditas di tiapwilayah itu (penjumlahan horizontal) menurut masing-masing subsektor. Hasilnya menunjukkan jumlah arealpanen subsektor atau populasi ternak yang selanjutnyadiberi notasi “pt”.
c) Menjumlahkan luas areal panen dan atau populasiternak.
Jumlahkan luas areal panen dari tiap komoditas ataupopulasi ternak secara vertikal menurut wilayah.Penjumlahan ini menghasilkan total luas panen atau totalpopulasi ternak dari tiap wilayah yang diberi notasi “Pi”.Selanjutnya jumlahkan luas panen semua komoditas tiap
6Aplikasi Metode Location Quotient
subsektor atau jumlah populasi ternak dari semua wilayahjang kemudian diberi notasi “Pt”.
d) Menghitung LQ
Langkah terakhir dalam tahapan ini adalah menghitung nilaiLQ. Caranya dengan memasukkan notasi-notasi yangdiperoleh ke dalam formula LQ, yaitu pi/pt sebagaipembilang dan Pi/Pt sebagai penyebut. Secara ringkasditulis:
pi/pt LQ = Pi/Pt
e) Interpretasi nilai LQ
Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebihkecil atau sama dengan satu sampai lebih besar dari angka1, atau 1 > LQ >1. Besaran nilai LQ menunjukkan besaranderajat spesialisasi atau konsentrasi dari komoditas itu diwilayah yang bersangkutan relatif terhadap wilayahreferensi. Artinya semakin besar nilai LQ di suatu wilayah,semakin besar pula derajat kosentrasinya di wilayahtersebut.
Pengolahan dan analisis data tersebut dilakukan secarasederhana menggunakan spreadsheet dari Excel dalamMicrosoft Windows XP.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aplikasi LQ
Dalam mengaplikasikan metode LQ ini untuk tanaman danternak masing-masing digunakan satuan luas areal panen (ha)dan jumlah populasi (ekor). Hasil LQ yang didasarkan pada aspekluas areal panen dapat memenuhi kriteria unggul dari sisipenawaran, karena areal panen merupakan resultantekesesuaian tumbuh tanaman dengan kondisi agroekologi yangsecara implisit mencakup unsur-unsur (peubah) iklim, fisiografidan jenis tanah.
7Informatika Pertanian
Di dalam konsep agroekologi itu, teknologi ditempatkansebagai suatu alat untuk meningkatkan kapasitas produksikomoditas pada agroekologi tertentu. Ketiga peubah pembentukutama agroekologi tersebut merupakan peubah yang sulitberubah, sehingga suatu wilayah yang dikelompokkan ke dalamwilayah AEZ (agroecological zone) sebagai basis pengembangansuatu komoditas dengan teknologi sebagai instrumentnyamerupakan sesuatu yang mempunyai dasar (Amin, 1997),
Di dalam aplikasi LQ menuju perolehan komoditas unggulanyang didasarkan pada aspek luas areal panen didefinisikanbahwa LQ adalah rasio antara pangsa relatif (share) luas arealpanen komoditas i pada tingkat wilayah terhadap total luas arealpanen subsektor wilayah dengan pangsa relatif luas areal panenkomoditas i pada tingkat nasional terhadap total luas areal panensubsektor nasional. Secara matematis formula LQ dituliskansebagai berikut:
pit LQ = PitDimana:pit = share areal panen komoditas i pada tingkat wilayah tPit = share areal panen komoditas i pada tingkat nasional
Untuk ternak, satuannya menggunakan populasi, sehinggapengertiannya menjadi:
pit = share populasi ternak i pada tingkat wilayah tPit = share populasi ternak i pada tingkat nasional
Secara operasional formulasi LQ itu dituliskan sebagai berikut:
pi/pt LQ = Pi/Pt
Dimana :
pi = luas areal panen komoditas i pada tingkat wilayah
pt = total luas areal panen subsektor komoditas i pada tingkatwilayah
8Aplikasi Metode Location Quotient
Pi = luas areal panen komoditas i pada tingkat nasionalPt = total luas areal panen subsektor komoditas i pada
tingkat nasional
Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) kriteria yaitu :
(a) LQ > 1;artinya komoditas itu menjadi basis ataumenjadi sumber pertumbuhan. Komoditasmemiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidaksaja dapat memenuhi kebutuhan di wilayahbersangkutan akan tetapi juga dapat dieksporke luar wilayah.
(b) LQ = 1;komoditas itu tergolong non basis, tidakmemiliki keunggulan komparatif. Produksinyahanya cukup untuk memenuhi kebutuhanwilayah sendiri dan tidak mampu untukdiekspor.
(c) LQ < 1;komoditas ini juga termasuk non basis. Produksikomoditas di suatu wilayah tidak dapatmemenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlupasokan atau impor dari luar.
Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakanstandar normatif untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan.Namun demikian ketika banyak komoditas di suatu wilayah yangmenghasilkan LQ >1, sementara yang dicari hanya satu, makayang harus dipilih adalah komoditas yang mendapatkan nilai LQpaling tinggi. Karena nilai LQ yang semakin tinggi di suatuwilayah menunjukkan semakin tinggi pula potensi keunggulankomoditas tersebut.
Untuk mengaplikasikan metoda LQ ini, perhitungandilakukan berdasarkan jenis tanaman atau ternak di suatuwilayah tertentu. Untuk mengidentifikasi sebaran luas areal padidi Jawa Barat misalnya, maka formulanya adalah:
luas areal panen padi Jabar luas areal panen tanaman pangan
di Jabar
LQ padi = luas areal panen padi Indonesia luas areal panen tanaman
pangan di Indonesia
9Informatika Pertanian
Dengan cara yang sama, untuk mengidentifikasi sebaranpopulasi ternak ruminansia (misalnya sapi potong di NTB),formula yang digunakan adalah:
Populasi sapi potong NTB populasi ruminansia di NTB
LQ sapi potong = Populasi sapi potong Indonesia populasi ruminansia
di Indonesia
Melalui pendekatan di atas, keunggulan masing-masingkomoditas menurut subsektor dapat dihitung.
Subsektor Tanaman Pangan Keragaan penyebaran komoditas tanaman pangan menurut
nilai LQ yang dipilah menjadi dua kriteria yaitu LQ > 1 (basis)dan LQ < 1 (non basis) disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Nilai LQ Luas Areal Panen Tanaman Pangan
Nom
er
Prov
ins
i Padi
Sa
wah
Padi
La
dang
Padi
Sa
wah
+ Ja
gung
Kede
lai
Kaca
ng
Hija
u
Kaca
ng
Tana
h
Ubi
Jala
r
Ubi
Kayu
1 Aceh 1.86 0.43 1.73 0.41 4.21 0.81 1.13 0.92 0.262 Sumatera Utara 1.41 1.36 1.40 1.15 0.53 0.77 0.80 1.38 0.613 Sumatera Barat 2.10 0.59 1.96 0.39 0.44 0.25 0.77 1.02 0.364 Riau 1.28 4.15 1.55 0.71 0.54 0.55 0.78 0.98 0.645 Jambi 1.39 3.16 1.55 0.43 0.96 0.32 0.51 1.11 0.686 Sumatera Selatan 1.25 2.69 1.39 0.39 0.40 0.28 0.52 0.94 0.907 Bengkulu 0.85 2.08 0.97 0.88 0.61 0.66 1.25 5.56 0.758 Lampung 0.35 1.00 0.41 1.07 0.32 0.23 0.16 0.26 1.699 Bangka Bel i tung 1.15 13.15 2.28 1.21 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00
10 D.K.I . Jakar ta 2.19 1.02 2.08 0.07 0.00 0.00 0.20 0.14 0.4811 Jawa Barat 1.43 0.98 1.39 0.31 0.42 0.41 1.11 1.54 0.8412 Jawa Tengah 0.93 0.31 0.87 0.98 0.98 1.41 1.23 0.47 1.1513 D.I . Jogyakarta 0.33 1.12 0.40 0.64 2.06 0.09 2.73 0.14 1.5614 Jawa Timur 0.77 0.37 0.73 1.71 1.85 1.35 1.21 0.53 1.0015 Banten 2.68 1.00 2.53 0.34 0.16 0.00 0.00 0.00 0.0016 Bal i 1.03 0.16 0.94 0.82 1.04 0.60 1.60 2.59 0.9617 NTB 1.39 0.89 1.35 0.49 5.12 5.31 1.84 0.49 0.4018 NTT 0.23 1.30 0.33 1.65 0.11 1.54 0.43 1.47 1.4919 Kalbar 1.35 5.06 1.70 0.33 0.21 0.15 0.17 0.66 0.6920 Kalteng 1.12 5.84 1.56 0.22 0.62 0.18 0.40 1.21 0.7721 Kalsel 1.87 1.64 1.84 0.33 0.40 0.29 1.38 0.57 0.4922 Kalt im 0.95 6.05 1.43 0.26 0.44 0.53 0.59 1.93 0.8223 Sulawesi Utara 0.88 1.16 0.91 2.79 0.97 1.63 1.40 1.79 0.5024 Sulawesi Tengah 1.60 1.83 1.62 0.67 0.47 0.61 0.98 1.40 0.5425 Sulawesi Selatan 1.32 0.27 1.22 1.33 0.56 2.28 1.11 0.85 0.7126 Sulawesi Tenggara 0.69 1.39 0.75 1.08 0.45 0.43 1.19 1.20 1.2427 Gorontalo 1.38 0.09 1.26 4.40 0.80 0.00 0.00 0.00 0.0028 Maluku 0.06 0.68 0.11 0.17 0.16 0.12 0.32 1.67 2.1029 Papua 0.26 0.36 0.27 0.20 1.07 0.64 1.08 19.52 0.50
10Aplikasi Metode Location Quotient
Tabel 1 menunjukkan, terdapat 7 jenis komoditas tanamanpangan yang diidentifikasi dari 29 wilayah provinsi yaitu padi(sawah dan ladang), jagung, kedelai, kacang tanah, kacanghijau, ubi jalar dan ubi kayu.
Jika mengacu pada nilai LQ >1, maka dari 7 komoditipangan itu, padi merupakan komoditas pangan paling unggulkarena sebaran padi yang memiliki kriteria LQ > 1 berada di 16provinsi. Urutan kedua dan ketiga setelah padi adalah ubi jalardan kacang hijau yang masing-masing menyebar di 12 dan 11provinsi.
Dilihat dari kisaran nilainya, range nilai LQ padi pada 16wilayah provinsi itu berkisar antara 1,19 sampai paling tinggiyaitu 2,68. Dengan nilai LQ 2,68 artinya produksi padi di wilayahitu tingkat konsentrasi areal panennya 2,68 kali lebih tinggidibandingkan areal panen padi nasional. Nilai LQ padi palingtinggi terdapat di provinsi Banten untuk padi sawah, padi ladangdi Bangka Belitung dan gabungan padi sawah dan ladang,provinsi paling unggul adalah Banten.
Hal yang menarik disini adalah posisi DKI yang memiliki nilaiLQ relatif tinggi hingga mencapai 2,19 mengalahkan SumatraBarat (2,10) dan Jawa Barat (1,43). Padahal secara empiris totallahan sawah di DKI relatif kecil dan tidak dominan dibandingSumatra Barat dan Jawa Barat.
Hal ini bisa dijelaskan dengan mengacu pada pengertian LQsendiri yang merupakan pembagian antara share terhadap share.Mengingat share areal panen padi DKI terhadap areal pangan diDKI relatif lebih besar dibandingkan share areal panen padinasional terhadap pangan nasional, maka hasilnya nilai LQ padidi DKI menjadi relatif lebih tinggi dibandingkan Sumatera Baratdan Jawa Barat.
Oleh karena itu dalam membahas hasil LQ, perlu hati-hati.Nilai LQ yang tinggi bukan mencerminkan areal panen yang luas,akan tetapi merupakan cerminan nilai relatif terhadap sharekomoditas dalam provinsi.
11Informatika Pertanian
l
Subsektor Hortikultura (Sayuran dan Buah-buahan)
Subsektor hortikultura bahasannya difokuskan pada duakategori yakni sayuran dan buah-buahan. Dua kelompokkomoditas hortikultura ini paling banyak diusahakan olehmasyarakat tani dan datanya tersedia lengkap dalam statistik.Sementara itu pengusahaan bunga-bungaan biasanya bersifateksklusif dan terbatas dilakukan oleh golongan masyarakattertentu. Datanya dalam statistik tidak selengkap data sayurandan buah-buahan.
Jenis sayuran yang teridentifikasi mencakup 14 jenis yakniterung, kangkung, bayam, timun, cabe, bawang merah, buncis,tomat, bawang putih, kentang, kol, lobak dan wortel. Namundemikian tidak semua komoditas sayuran tersebut diusahakan disemua provinsi. Komoditas sayuran yang penyebarannya terbatasadalah bawang merah, bawang putih, kentang, dan kol.
Setelah dilakukan perhitungan LQ (Tabel 2) diketahuisayuran yang memiliki LQ >1 dan penyebarannya paling luasadalah terung dan kangkung. Dua komoditas ini masing-masingunggul di 17 dan 16 provinsi.
Tabel 2. Nilai LQ Areal Panen Sayuran
No. Provinsi
Teru
ng
Kang
kun
g
Baya m
Tim
un
Cabe
Bw
Mer
ah
Bunc
is
Tom
at
Bw
Putih
Kent
ang Ko
l
Loba
k
Pets
ay
Wor
te
1 NAD
1.67
1.86
2.36
2.16
1.82
0.41
1.78
1.65
0.33
0.38
0.26
0.54
0.28
0.21
2 Sumut
1.53
1.07
1.23
1.10
1.45
0.82
1.04
1.86
2.12
3.50
1.79
0.17
1.53
1.47
3 Sumbar
1.28
0.66
0.96
1.02
2.40
1.55
0.87
1.78
2.12
1.39
2.00
0.72
0.64
0.49
4 Riau
2.88
4.22
3.78
3.01
1.75
0.06
2.68
0.59
0.03 - -
1.60
0.83
0.02
5 Jambi
2.58
1.92
2.09
2.26
1.74
0.21
2.25
1.52
0.27
3.46
0.45
1.83
0.50
0.04
6 Sumsel
3.12
2.71
2.75
2.43
1.48
0.02
2.09
2.07
0.01
0.06
0.13
0.85
0.74
0.21
7 Bengkulu
3.11
0.54
1.93
2.19
1.34
0.36
1.28
2.44 -
0.29
2.50
0.59
3.44
5.82
12Aplikasi Metode Location Quotient
Provinsi paling tinggi nilai LQ nya untuk terung adalahKalimantan Tengah (LQ = 4,76) sedangkan kangkung palingunggul di DKI (LQ = 24,3). Seperti halnya terjadi pada padi, DKImemiliki keunggulan relatif paling tinggi dalam memproduksikangkung padahal tanaman kangkung diusahakan bukan padaareal yang khusus, akan tetapi diusahakan di pinggiranperkotaan, lahan kosong di bantaran sungai, lahan kosongdiantara bangunan di lahan perumahan dan lahan kosong dipinggir rel kereta api, dll. Akan tetapi karena yang dihitungadalah pangsa relatifnya terhadap komoditas sayuran DKIterhadap pangsa relatif sayuran nasional maka nilai LQ kangkungtersebut menjadi tinggi.
Untuk komoditas buah-buahan, tercatat ada 9 jenistanaman yang tergolong unggul memiliki nilai LQ >1 yaituadvokat, jeruk, duku, mangga, pepaya, nenas, rambutan, pisangdan sawo. Semua komoditas buah-buahan itu tersebar di seluruh
8 Lampung2.40
1.96
2.09
1.56
1.41
0.09
1.80
1.86
0.02
0.26
0.75
0.83
1.13
0.59
9 D.K.I 0.41
24.3
15.6
0.96
0.05 -
0.57
0.11 - - -
17.5
8.08
0.03
10 Jabar
1.12
1.19
0.95
2.20
0.87
0.84
1.59
1.51
0.14
1.87
1.69
0.19
1.76
1.70
11 Jateng0.34
0.29
0.43
0.29
0.82
1.41
0.68
0.33
2.92
1.06
1.34
0.18
0.66
0.84
12 DIY
0.21
0.19
0.60
0.13
0.44
2.13
0.34
0.12
0.06
0.02
0.04
0.95
0.30
0.01
13 Jat im
0.38
0.76
0.39
0.25
1.11
1.15
0.47
0.37
1.22
0.57
0.69
0.18
0.48
0.95
14 B a l i
0.04
0.64
0.28
0.46
1.05
0.88
0.60
1.01
4.83
0.32
1.33
3.18
1.33
0.71
15 NTB
0.18
0.20
0.10
0.25
1.08
1.74
0.36
0.44
3.60
0.02
0.11
1.23
0.05
0.01
16 NTT
0.60
0.62
0.75
0.43
0.16
0.65
0.53
0.49
2.06
0.30
0.12
2.38
0.59
0.20
17 Kal . Barat
2.78
4.99
4.82
5.53
0.82
0.01
2.96
0.55 - -
0.04
7.51
4.25
0.07
18
Kal .Tengah
4.76
4.03
4.29
3.60
0.99
0.01
3.28
1.91
0.04
0.01
0.01
10.5
1.82
0.05
19 Kalsel
1.81
0.86
1.11
1.14
0.52
0.02
1.37
0.64
0.03 -
0.01
4.38
0.65
0.01
20 Kal . Timur
3.12
4.48
4.87
2.81
0.94
0.03
2.63
1.92
0.02 -
0.14
6.77
3.45
0.08
21 Sulut
0.98
1.01
0.73
0.31
1.27
0.57
0.70
2.11
0.03
0.89
0.28
6.41
0.43
1.10
22 Sul teng
2.50
2.22
2.81
1.71
0.67
1.28
1.57
2.88
0.75
0.13
0.25
7.97
0.78
0.36
23 Sulsel
0.99
0.94
0.93
0.37
0.47
0.94
0.82
1.21
0.07
0.53
0.46
1.09
0.59
0.56
24 Sul tra
2.28
1.83
2.36
1.37
0.42
0.30
1.78
1.69 - -
0.20
8.72
0.58
0.02
25 Maluku
2.42
3.47
1.55
2.08
0.68
0.32
1.15
2.27
0.05
0.17
0.31
26.3
0.77
0.00
26 Papua
1.10
2.26
2.36
0.84
0.44
0.63
0.92
1.63
3.98
0.39
1.20
12.8
1.74
0.00
13Informatika Pertanian
provinsi Indonesia, yang berbeda adalah konsentrasi arealtanamnya.
Penyebaran buah-buahan dengan LQ >1 tersebut berada di5 sampai 18 wilayah provinsi (Tabel 3). Jenis buah-buahan yangpenyebarannya paling luas adalah duku sedangkan yangpenyebarannya terbatas adalah nenas.
Tabel 3. Nilai LQ Luas Areal Tanam Buah-Buahan
Subsektor Perkebunan
Terdapat 16 komoditas perkebunan yang diidentifikasipenyebarannya melalui metode LQ yaitu karet, teh, tebu, kelapasawit, kopi, tembakau, pala, lada, cengkeh, kakao, kapas, vanili,mente, kelapa, kayu manis dan jahe.
Semua wilayah provinsi mengusahakan komoditas tersebut,artinya secara agro-ekologis Indonesia cocok mengembangkan
No ProvinsiAdvo
katJeru
kDuku
Mangga
Pepaya
Nenas
Rambuta
n
Pisang
Saw
o
1 Aceh 1.87 2.40 8.54 0.85 2.36 0.19 7.16 1.74
6.60
2 Sumut 0.11 1.07 0.57 0.05 0.30 1.59 0.18 0.18 0.483 Sumbar 2.02 2.67 1.68 0.18 1.17 0.37 3.96 1.87 3.674 Riau 0.09 1.29 1.36 0.10 0.49 1.42 1.71 0.35 1.315 Jambi 0.48 0.13 2.88 0.14 0.46 1.50 1.42 0.34 1.016 Sumsel 0.12 0.11 0.81 0.09 0.14 1.51 0.63 0.45 0.337 Bengkulu 4.96 1.05 13.11 1.47 3.49 0.09 4.93 1.91 6.468 Lampung 1.09 0.20 1.19 0.46 1.45 0.34 2.06 2.31 1.879 DKI Jakarta 5.16 0.06 15.23 4.55 6.69 0.02 9.39 1.03 6.66
10 Jabar 1.24 0.14 0.18 0.60 0.51 0.97 0.60 1.32 0.9411 Jateng 0.37 0.13 0.51 2.31 1.84 0.21 1.63 2.27 1.8312 Yogya 2.95 0.31 1.33 3.50 3.51 0.15 3.89 1.71 12.7513 Jat im 1.01 1.06 0.31 2.55 2.16 0.83 0.49 0.96 0.9214 Bal i 0.63 1.83 0.37 2.32 1.94 0.08 1.15 2.30 1.8315 NTB 0.45 0.15 0.33 1.99 1.00 0.57 0.52 1.82 0.9416 NTT 2.76 1.13 0.39 2.36 4.17 0.37 0.12 1.61 0.1017 Kalbar 0.74 5.46 4.64 1.28 1.83 0.48 1.99 1.15 1.4118 Kalteng 1.88 1.48 9.96 3.22 3.41 0.41 6.06 1.02 2.7119 Kalsel 1.11 2.60 6.29 2.55 3.51 0.32 1.64 1.40 5.8820 Kalt im 1.29 0.74 3.91 2.07 2.76 0.53 1.67 1.46 2.8821 Sulut 2.83 0.33 6.99 4.50 5.93 0.32 0.60 1.17 0.0722 Sulteng 1.20 1.06 8.07 2.75 2.72 0.31 0.51 1.79 0.0623 Sulsel 4.45 3.72 2.38 3.45 1.51 0.15 0.14 1.79 0.0524 Sult ra 0.90 0.87 2.53 3.07 2.55 0.19 0.90 2.03 0.0325 Maluku 2.47 0.77 7.89 2.61 3.86 0.47 0.23 1.40 0.0226 Papua 5.48 2.24 14.52 5.72 7.25 0.18 0.37 0.72 0.13
14Aplikasi Metode Location Quotient
komoditas perkebunan tersebut. Namun demikian proporsiarealnya di tiap wilayah berbeda tergantung pada zona agroekosistemnya.
Komoditas perkebunan termasuk jenis yang relatif banyakmemiliki nilai LQ > 1. Akan tetapi dilihat dari wilayahpenyebarannya, hanya 3 jenis yang relatif luas yakni cengkeh,kapas dan kelapa (Tabel 4).
Tabel 4. Nilai LQ Luas Areal Tanam Komoditas Perkebunan
No Provinsi
Kare
t
T E
H
Tebu
Ksaw
it
Kopi
Tem
baka
u
Pala
Lada
Ceng
keh
Kaka
o
Kapa
s
Vani
li
Men
te
Kela
pa
Kayu
ma
nis
Jahe
1
Aceh
0.76
0.00
0.00
1.74
1.43
0.21
4.90
1.64
1.61
0.46
0.29
0.09
0.05
0.89
0.11
2.17
2 Sumut
1.42
0.67
1.78
1.99
0.54
0.14
0.03
0.02
0.13
0.83
0.00
0.72
0.00
0.40
0.49
0.96
3 Sumbar
1.09
0.07
0.00
1.64
0.32
0.01
0.02
0.03
0.08
0.10
0.00
0.00
0.00
0.86
0.45
0.00
4 Riau
1.16
0.00
0.00
1.87
0.11
0.00
0.00
0.02
0.17
0.08
0.00
0.00
0.00
1.18
0.01
0.00
5 Jambi
2.10
0.26
0.00
1.12
0.36
0.03
0.00
0.03
0.01
0.18
0.00
0.06
0.00
0.48
7.07
0.01
6 Sumsel
1.95
0.10
0.16
1.01
2.54
0.02
0.00
2.59
0.03
0.02
0.00
0.04
0.01
0.16
0.26
0.45
7 Bengkulu
1.00
0.44
0.00
1.11
4.18
0.02
0.00
0.55
0.48
1.31
0.00
0.08
0.00
0.28
3.00
1.31
8 Lampung
0.38
0.03
2.69
0.57
3.24
0.06
0.04
5.78
1.26
0.70
0.00
3.00
0.00
1.08
0.14
2.55
9 DKI
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
10 Jabar
0.58
14.9
2.47
0.13
0.43
0.55
0.93
0.41
2.12
0.57
0.00
1.05
0.05
1.60
0.02
4.68
15Informatika Pertanian
11 Jateng
0.25
1.96
3.21
0.00
0.78
6.09
0.35
0.17
2.80
0.27
2.12
0.41
1.35
1.84
0.30
2.72
12 Yogya
0.00
0.52
2.32
0.00
0.34
3.77
0.00
0.20
1.47
0.74
0.00
0.34
2.25
2.60
0.00
0.00
13 Jat im
0.12
0.49
6.40
0.00
1.35
9.65
0.00
0.03
1.33
0.81
0.64
0.77
1.71
1.25
0.01
3.01
14 Bal i
0.01
0.00
0.00
0.00
2.15
0.74
0.00
0.03
5.19
0.77
0.00
7.63
2.88
1.94
0.00
2.02
15 NTB
0.00
0.00
0.08
0.00
0.91
5.05
0.00
0.01
0.35
0.47
8.63
3.36
8.81
1.79
0.00
0.00
16 NTT
0.00
0.00
0.00
0.00
1.94
0.42
0.20
0.11
0.87
1.25
4.87
4.82
8.31
1.68
0.00
0.00
17 Kalbar
2.02
0.00
0.00
1.66
0.16
0.00
0.00
0.46
0.08
0.20
0.00
0.00
0.00
0.41
0.00
0.00
18 Kal teng
2.35
0.00
0.00
1.04
0.18
0.00
0.00
0.49
0.12
0.16
0.00
0.00
0.04
0.56
0.00
0.10
19 Kalsel
1.69
0.00
0.56
1.43
0.37
0.00
0.00
0.57
0.34
0.39
0.00
0.06
0.05
0.70
0.11
0.68
20 Kal t im
0.94
0.00
0.00
1.53
0.78
0.00
0.02
2.79
0.04
2.75
0.00
0.18
0.07
0.84
0.05
0.53
21 Sulut
0.00
0.00
0.39
0.00
0.32
0.00
9.99
3.09
3.23
0.54
0.38
10.6
0.25
3.03
0.18
0.00
22 Sul teng
0.05
0.23
0.00
0.37
0.76
0.00
0.35
0.23
4.09
3.65
6.05
1.21
1.27
1.87
0.00
0.02
23 Sulsel
0.12
0.02
0.03
0.54
1.04
0.06
0.84
1.03
2.82
5.62
10.5
2.01
3.32
0.97
0.01
0.88
24 Sul t ra
0.00
0.00
0.00
0.00
0.62
0.02
0.12
1.38
0.67
6.03
1.29
0.02
12.0
0.69
0.00
0.01
25 Maluku
0.02
0.00
0.00
0.00
0.29
0.00
11.3
3.44
2.97
2.27
0.00
0.09
0.81
2.76
0.08
0.00
16Aplikasi Metode Location Quotient
Tabel 4 menunjukkan bahwa penyebaran ketiga jenisperkebunan itu berada di lebih dari 10 wilayah provinsi.Sedangkan penyebaran komoditas perkebunan lainnya beradakurang dari 10 wilayah provinsi. Kisaran nilai LQ padaperkebunan ini cukup besar antar wilayah produksi kecuali untukkelapa sawit.
Subsektor Peternakan
Jenis ternak dibedakan atas ruminansia dan non ruminansia.Ternak ruminansia yang diidentifikasi ada 6 jenis yaitu sapi(perah dan potong), kerbau, kuda, kambing, domba dan babi.Sementara itu ke dalam unggas dibedakan atas ayam kampung,ayam petelur, ayam pedaging dan itik (itik Manila).
Ternak ruminansia yang penyebarannya relatif paling luasadalah sapi potong sedangkan dari jenis unggas adalah ayam.Secara terinci hasil analisis LQ pada ternak ini disajikan dalamTabel 5
Tabel 5. Nilai LQ Populasi Ternak Ruminansia dan Unggas
26 Papua
0.12
0.00
0.00
1.28
0.53
0.00
11.3
3.41
0.79
5.81
0.00
0.00
1.08
1.12
0.00
0.00
No.
Provins i
Sapi
Pe
rah
Sapi
Po
ton
gKe
rba
u
Kuda
Kam
bin
g
Dom
ba
Babi
Ayam
Kam
pun
gAy
amPe
tel
urAy
amPe
dagi
ngIti
k/
itik
Man
il
1 NAD 0.02 2.28 5.91 0.43 1.84 0.68 0.00 2.54 0.16 0.08 4.452 Sumut 0.25 0.25 1.07 0.15 0.62 0.25 1.26 0.90 1.65 1.02 0.883 Sumbar 0.08 1.52 3.47 0.49 0.85 0.01 0.25 1.29 1.40 0.74 2.454 Riau 0.00 0.59 0.92 0.00 1.18 0.00 4.15 0.99 0.68 1.04 0.555 Jambi 0.00 1.38 3.10 0.11 0.96 0.71 0.19 1.65 0.59 0.65 2.316 Sumsel 0.01 1.14 1.23 0.10 0.99 0.30 0.23 1.74 1.03 0.61 1.657 Bengkulu 0.00 1.06 3.21 0.03 1.29 0.21 0.02 1.78 0.10 0.67 1.868 Lampung 0.07 1.01 0.49 0.01 1.40 0.15 0.26 1.44 1.12 0.82 0.449 DKI 42.7 0.00 0.19 0.47 0.43 0.31 0.00 0.38 0.09 1.37 2.3510 Jawa Barat 1.31 0.07 0.57 0.11 0.60 2.13 0.01 0.56 0.74 1.30 0.5811 Jateng 1.50 0.64 0.42 0.19 1.32 1.48 0.07 0.74 0.78 1.17 0.7512 D.I .Y 4.26 0.89 0.13 0.09 1.02 0.51 0.05 0.99 1.24 1.04 0.4013 Jawa Timur 1.84 1.81 0.33 0.35 1.11 1.16 0.03 0.90 1.38 1.03 0.56
17Informatika Pertanian
Keragaan Komoditas Unggulan Menurut Provinsi
Keragaan komoditas unggulan nasional menurut wilayahprovinsi disajikan pada Tabel 6. Tabel itu menunjukkan bahwaprovinsi yang paling banyak memiliki potensi unggulan pertanianadalah Sulawesi Selatan, diikuti Bengkulu dan Nusa TenggaraTimur.
Jika ditelaah lebih mendalam menurut subsektor komoditasdiketahui bahwa untuk subsektor tanaman pangan, provinsi yangpaling banyak memiliki potensi pangan unggulan adalah provinsiNTB, diikuti Jawa Tengah, Papua, Maluku pada urutan ke dua danurutan ketiga terdapat di enam provinsi.
Provinsi yang memiliki potensi unggulan hortikultura palingbanyak adalah Jawa Barat. Sementara itu untuk komoditasunggulan perkebunan dan peternakan, masing-masing terdapatdi wilayah provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.
14 B a l i 0.01 2.12 0.16 0.10 0.37 0.00 6.01 1.02 1.09 0.92 1.0015 NTB 0.00 4.12 8.04 15.9 2.54 0.45 0.41 2.22 0.45 0.26 1.9516 NTT 0.00 4.52 4.37 18.7 3.46 1.33 21.0 2.12 0.12 0.09 0.4817 Kalbar 0.01 0.59 0.11 1.28 0.37 0.00 3.24 0.67 1.64 1.14 0.4018 Kalteng 0.00 0.79 0.75 0.00 0.36 0.08 3.87 2.08 0.08 0.55 1.0519 Kalsel 0.02 0.90 0.98 0.21 0.35 0.04 0.07 1.24 0.77 0.71 5.6020 Kalt im 0.01 0.29 0.39 0.01 0.29 0.01 0.79 0.80 0.52 1.23 0.5321 Sulut 0.00 2.05 0.01 5.73 0.68 0.00 4.03 0.77 1.15 1.06 0.8522 Sulteng 0.00 2.85 0.38 1.32 1.97 0.14 3.11 1.02 0.55 0.97 0.6423 Sulsel 0.00 1.82 2.59 7.83 0.93 0.01 1.80 1.48 1.48 0.62 2.1024 Sultra 0.00 3.14 0.49 1.41 1.10 0.01 0.34 3.03 0.10 0.06 1.1425 Maluku 0.00 2.13 2.01 4.59 5.56 0.22 3.39 1.93 0.44 0.42 1.0826 Papua 0.18 1.54 0.13 1.17 0.87 0.09 15.9 1.30 1.38 0.60 0.90
18Aplikasi Metode Location Quotient
Tabel 6. Keragaan Komoditas Ungulan Menurut Wilayah Provinsi
Informasi tentang provinsi yang memiliki komoditasunggulan tersebut penting diketahui karena sekaligusmencerminkan pewilayahan komoditas. Logikanya provinsi yangmemiliki banyak jenis komoditas unggulan akan menjadipemasok bagi wilayah provinsi lain yang kondisinya relatifkurang. Transaksi perdagangan antar provinsi akan terjadi padadua kondisi dimana ada yang membutuhkan dan ada yangmenawarkan.
Jika di agregasikan berdasarkan pulau seperti dalam Tabel 7, makainformasi yang diperoleh tidak saja aliran komoditas antar provinsimelainkan juga antar pulau. Dari Tabel 7, diketahui bahwa secaraumum, urutan pulau dari yang paling banyak memiliki potensikomoditas unggulan secara berturut-turut adalah Pulau Sumatra diikutiJawa- Bali, Sulawesi dan seterusnya. Jika ditelaah lebih jauh menurutsubsektor, diketahui bahwa pulau yang memiliki unggulan komoditaspangan paling tinggi adalah Pulau Jawa dan Bali, untuk hortikultura ada
No. Provins iJumlah jenis komodi tas
JumlahTan PanganHort iku l -
turaPerkebun
anPeternak an
1 NAD 2 12 4 5 232 Sumatra Utara 3 9 1 5 183 Sumatra Barat 1 9 4 6 204 Riau 2 11 1 2 165 Jambi 2 10 3 4 196 Sumatra Selatan 2 12 4 6 247 Bengkulu 3 14 6 5 288 Lampung 2 13 5 4 249 Bangka Bel i tung 1 - - - 1
10 Banten 2 - - - 211 DKI Jakar ta 1 8 - 3 1212 Jawa Barat 2 15 6 3 2613 Jawa Tengah 5 9 8 4 2614 DKI Yogyakarta 4 8 4 5 2115 Jawa Timur 4 8 5 6 2316 Bal i 4 6 8 5 2317 Kal imantan Barat 2 10 2 4 1818 Kal imantan Timur 4 13 5 3 2519 Kal imantan Selatan 3 11 3 4 2120 Kal imantan Tengah 2 11 2 3 1821 Sulawesi Utara 5 10 4 5 2422 Gorontalo 1 - - - 123 Sulawesi Tengah 2 3 4 5 1424 Sulawesi Selatan 3 13 8 7 3125 Sulawesi Tenggara 4 10 6 4 2426 Maluku 5 10 5 5 2527 NTB 6 4 7 5 2228 NTT 4 13 7 3 2729 Papua 5 13 4 4 26
19Informatika Pertanian
di Pulau Sumatra, Sedangkan untuk komoditas perkebunan danpeternakan masing-masing ada di Jawa – Bali dan Sumatra. Kondisidemikian mendorong terjadinya perdagangan antar pulau
Tabel 7. Keragaan Komoditas Unggulan Menurut Subsektor dan Urutan Nama Pulau dari yang Paling Banyak Memiliki Potensi Komoditas Unggulan
Berdasarkan data di atas dapat ditarik beberapa informasipenting, diantaranya menyangkut fokusing komoditas unggulan.Jika luas penyebaran komoditas dijadikan patokan penentuanfokus unggulan, maka komoditas yang penyebaran wilayahprovinsinya paling luas terpilih sebagai fokus unggulan nasional.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
♦ Metoda LQ sebagai salah satu pendekatan model ekonomibasis, relevan dan dapat digunakan sebagai salah satuteknik untuk mengidentifikasi penyebaran komoditaspertanian. Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ> 1 dianggap memiliki keunggulan komparatif karenatergolong basis. Komoditas pertanian yang tergolong basisdan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salahsatu indikator komoditas unggulan nasional,
No.Urut
Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Total
1 Jawa - Bali Sumatra Jawa - Bali Sumatra Sumatra2 Sumatra Jawa - Bali Sumatra Jawa - Bali Jawa - Bali3 Sulawesi Kalimantan Sulawesi Sulawesi Sulawesi4 Kalimantan Sulawesi Nusa Tenggara Kalimantan Kalimantan
5 Nusa Tenggara
Nusa Tenggara Kalimantan Nusa
TenggaraNusa Tenggara
6 Maluku Papua Maluku Maluku Papua7 Papua Maluku Papua Papua Maluku
20Aplikasi Metode Location Quotient
♦ Mengingat perhitungan LQ baru didasarkan aspek luasareal panen atau areal tanam, maka keunggulan yangdiperoleh baru mencerminkan keunggulan dari sisipenawaran, belum dari sisi permintaan. Untukmendapatkan keunggulan dari penawaran dan permintaananalisis masih perlu dilanjutkan dengan memasukkan unsurekonomi antara lain keragaan ekspor dan impor.
♦ Metode LQ memiliki kelebihan dalam hal penyelesaiannyayang mudah dilakukan, akan tetapi juga memilikiketerbatasan terutama bila menyangkut deliniasi wilayahyang acuannya tidak jelas.
Saran
♦ Hasil analisis LQ tidak akan bermakna jika data yangdigunakan kurang akurat dan series waktunya pendek.Untuk itu sebelum mengaplikasikan metode ini diperlukanvalidasi data terlebih dahulu.
♦ Data series yang digunakan hendaknya relatif panjang,minimal 5 tahun untuk menghindarkan bias musiman dantahunan.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, I. 1997. Karakterisasi dan Analisis Agroekologi. PusatPenelitian Agroklimat. Bogor.
Anonymous. 1995. Visi Pertanian Abad 21. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Jakarta.
Aubert, C and Zhu Xigang. 2002. The Changing Role Of Soybeanin China’s Food System: A Study in its Production,Processing, Consumption and Trade. Eu-China JointResearch Project.
BPS 1998 – 2002. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik .Jakarta
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan WilayahPesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
21Informatika Pertanian
CGPRT. 1985. The Soybean Commodity System In Indonesia.Bogor Research Institute for Food Crops. Central ReseacrhInstitute for Food Crops. ESCAP CGPRT Centre.
Isserman, Andrew.M. 1977 ‘ The Location Quotient Approach forEstimating Regional Economic Impacts’, AIP Journal
Miller. M..M, J.L.Gibson, & G.N. Wright .1991. ‘LocationQuotient Basic Tool for Economic Development Analysis’Economic Development Review, 9(2);65
Ron Hood, 1998. Economic Analysis: A Location Quotient. Primer.Principal Sun Region Associates, Inc.
Rusastra, I.W., Pantjar Simatupang dan Benny Rachman.2000.Pembangunan Ekonomi Pedesaan Berlandaskan Agribisnis.Dalam Tahlim Sudaryanto, dkk (Penyunting) AnalisisKebijaksanaan: Pembangunan Pertanian AndalanBerwawasan Agribisnis. Monograph Series N0 23. PusatPenelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Syafaat, N dan Supena Friyatno. 2000. Analisis Dampak KrisisEkonomi Terhadap Kesempatan Kerja dan IdentifikasiKomoditas Andalan Sektor Pertanian di WilayahSulawesi :Pendekatan Input-Output. Ekonomi dan KeuanganIndonesia. Vol. XLVIII No.4.