artikel 01. berpikir kritis_ok

32
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Makna Berpikir Kritis Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya bersifat horisontal. Proses berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian ilmu murni, sedangkan masalah di kedokteran menggunakan proses berpikir yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif. Proses berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan masalah klinis sebagai prerequisite dari kompetensi clinical reasoning. Clinical reasoning tidak hanya ditentukan dari proses yang digunakan oleh seorang dokter untuk menentukan keputusan klinik, melainkan dari pemahaman individu terhadap materi pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Pemahaman individu terhadap materi pengetahuan ditentukan oleh cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir kritis mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Mahasiswa kedokteran 1

Upload: yan-fransiska

Post on 28-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Makna Berpikir Kritis

Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang

kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda

dengan ilmu murni dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya bersifat

horisontal. Proses berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian ilmu murni,

sedangkan masalah di kedokteran menggunakan proses berpikir yang lebih luas yaitu

rasional dan obyektif. Proses berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah

berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan

masalah klinis sebagai prerequisite dari kompetensi clinical reasoning.

Clinical reasoning tidak hanya ditentukan dari proses yang digunakan oleh seorang

dokter untuk menentukan keputusan klinik, melainkan dari pemahaman individu terhadap

materi pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Pemahaman individu terhadap

materi pengetahuan ditentukan oleh cara yang digunakan untuk memperoleh

pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir kritis mempunyai

tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengoleksi

pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Hal ini memerlukan

pengajaran yang menggunakan strategi perpikir kritis terhadap semua pokok bahasan di

kedokteran.

Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada

pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak

berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan

target materi yang luas sehingga dosen lebih terfokus pada penyelesaian materi dan

kurangnya pemahaman dosen tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan

1

Page 2: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

kemampuan berpikir kritis (Anderson et al., 1997; Bloomer, 1998; Kember, 1997 Cit in

Pithers RT, Soden R., 2000).

Tulisan ini bertujuan memberikan kajian tentang permasalahan cara belajar berpikir

kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran, serta panduan dalam program

pengembangan staf yang memberikan perhatian untuk membantu siswa menjadi seorang

yang mampu berpikir kritis.

Ketrampilan Intelektual dan Perkembangan Kognitif

Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap

materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan

dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar.

Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif.

Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi

dan dievaluasi pada diri mahasiswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan

termasuk kemampuan berpikir kritis. Rath et al (1966) menyatakan bahwa salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah

interaksi antara pengajar dan siswa. Mahasiswa memerlukan suasana akademik yang

memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan

keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah ketrampilan

intelektual. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang mengatur

proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis ketrampilan dapat dimasukkan

sebagai ketrampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada pogram

pengajaran. Ketrampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai

kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses

pengajaran.

Bloom mengelompokkan ketrampilan intelektual dari ketrampilan yang sederhana

sampai yang kompleks antara lain pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi

2

Page 3: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

pada taksonomi Bloom merupakan ketrampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher

Order Thinking) (Cotton K.,1991). Kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya

American Philosophical Association (APA, 1990) tentang komponen ketrampilan

intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain interpretation, analysis,

evaluation, inference, explanation, dan self regulation (Duldt-Battey BW, 1997).

Masing-masing komponen tersebut merupakan kompetensi yang perlu disusun

dan disepakati oleh para dosen tentang perilaku apa saja yang seharusnya dapat

ditunjukkan oleh mahasiswa pada tiap-tiap komponen di tiap-tiap tingkat sepanjang

program pendidikan.

Strategi pembelajaran berpikir kritis

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang

berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau

melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir

kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah

merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).

Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan

berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah

menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas

dengan diskusi yang menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi,

memberikan pertanyaan yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih

tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan

membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi

tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang

menentukan keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan

untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan

ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan,

tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak

sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).

3

Page 4: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Penulis menilai strategi belajar kelas lebih sesuai pada pengajaran tingkat dasar

dan menengah seperti hasil-hasil penelitian yang dilaporkan pada artikel tersebut. Pada

pendidikan tingkat lanjut mahasiswa dipersiapkan untuk dapat belajar lebih mandiri

sebagai modal yang diperlukan pada saat bekerja. Artikel tersebut juga melaporkan

bahwa strategi pengajaran yang diarahkan melalui komputer (CAI) mempunyai hubungan

positif terhadap perkembangan intelektual dan pencapaian prestasi. Strategi tersebut

dapat menjadi pilihan dalam pendidikan tinggi, sehingga mahasiswa dapat mengatur cara

belajarnya secara mandiri.

Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang

dilakukan di Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan

penilaian menggunakan pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level

yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah

yang sudah terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah

kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang

harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan

berikutnya untuk meluruskan adanya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang

belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada

program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal

hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih dalam.

Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004).

Penelitian tersebut membuktikan dua hal dalam pengajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis, yaitu:

1. Dengan menggunakan konteks yang relevan seperti masalah klinik yang dipahami

oleh mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sekaligus

meningkatkan prestasi akademisnya.

2. Cara penilaian yang memerlukan telaah yang lebih dalam, mendorong siswa

untuk belajar secara lebih bermakna daripada sekedar belajar untuk menghapal.

4

Page 5: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Artikel di atas menyatakan bahwa pertanyaan diberikan setelah memperoleh kuliah

pendahuluan konsep dasar dari ilmu dasar yang dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa

informasi yang diberikan telah disusun oleh dosen dengan konsep yang jelas sehingga

tidak memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menentukan informasi yang

diperlukan untuk membangun konsep sendiri. Sedangkan salah satu karakter seorang

yang berpikir kritis adalah self regulatory, sehingga pengajaran tersebut dapat

dikombinasikan dengan strategi lain agar mahasiswa dapat menentukan informasi secara

mandiri. Artikel tersebut juga tidak menjelaskan bagaimana proses diskusi yang

dilakukan pada kelas besar, sehingga setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk

menyampaikan argumentasi dari jawaban pertanyaan yang diberikan. Penulis

beranggapan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir

kritis dapat dimasukkan ke dalam study guide sebagai salah satu sumber belajar ketika

mahasiswa dalam belajar mandiri pada strategi Problem Based Learning.

Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan

sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick L., 1990;

Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005). Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan

untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain,

mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa

lain yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan motivasi, serta

membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan kritik

dengan cara yang santun.

Evaluasi kemampuan berpikir kritis

Evaluasi merupakan proses pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan

dengan menggunakan metode yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa

penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dari aspek ketrampilan intelektual

seperti ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi Bloom. Sedangkan tujuan pengajaran

berpikir kritis meliputi ketrampilan dan strategi kognitif, serta sikap.

5

Page 6: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Colucciello menggabungkan berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian

dan komponen pemecahan masalah keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan

komponen ketrampilan dan sikap berpikir kritis. Elemen tersebut antara lain menentukan

tujuan, menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah, menunjukkan bukti,

menganalisis konsep, interpretasi, asumsi, perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan

kesesuaian. Dengan kriteria antara lain: kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan,

keluasan, kedalaman, dan logikal2. Dia juga membandingkan dengan inventory yang

sudah ada seperti California Critical Thinking Test (CCTT) untuk mengevaluasi

ketrampilan berpikir kritis dan Critical Thinking Disposition Inventory (CTDI) untuk

mengevaluasi sikap berpikir kritis2.

Evaluasi juga menilai kesesuaian rencana dengan penerapan di lapangan (evaluasi

proses) yang termasuk di dalamnya adalah mengevaluasi budaya akademik dalam kelas

dan budaya akademik dalam fakultas yang dilakukan secara sistematis baik oleh dosen

maupun administrator yang dinyatakan oleh Orr and Klein, 19914. Penilaian mahasiswa

terhadap dosen dapat menggunakan berbagai karakteristik sikap yang menghambat atau

mendorong kemampuan berpikir kritis yang telah dibahas sebelumnya.

6

Page 7: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia tercipta. Seorang

filsuf pernah berkata, ”Aku hidup karena berpikir”. Proses berpikir merupakan suatu hal

yang natural, lumrah, dan berada dalam lingkaran fitrah manusia yang hidup. Bahkan,

seorang yang mengalami gangguan jiwa pun merupakan seorang pemikir yang

mempunyai dunia lain dalam hidupnya. Saat kita berpikir, seringkali apa yang kita

pikirkan menjadi bias, tidak mempunyai arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang

emosional atau terkesan egosentris.

Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang

sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana cara dia berpikir, sehingga dari pemikiran

yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan penemuan atau pun inovasi baru dalam

hidupnya. Bukankah seorang pahlawan lahir dari cara berpikirnya yang selalu besar.

Ilmuwan-ilmuwan ternama dunia pun mengubah wajah dunia yang primitif menjadi

dunia yang luar biasa ini dengan perubahan pemikiran.

Saat ini kita adalah seorang mahasiswa, lebih tepatnya adalah seorang mahasiswa

Abulyatama. Mahasiswa yang berada dalam lingkaran orang-orang terbaik dari bangsa

ini. Manusia-manusia yang sesungguhnya sanggup mengubah peradaban dunia ini, yang

sanggup mengubah wajah bangsa ini menjadi lebih baik. Di dalam derasnya arus

akademis, kita juga adalah pemikir-pemikir. Tidak sedikit dari kehidupan sosial yang

menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa. Kebijakan pemerintah pun tidak luput dari

pengamatan mahasiswa. Tapi, apakah buah pemikiran kita sudah memiliki standar

intelektual? Benarkah pemikiran kita sudah kritis? Pemikiran yang bukan hanya sekedar

muncul dari rasa emosional atau asumsi dan justifikasi, namun sebuah karya intelektual

yang hadir secara ilmiah, atas dasar validitas dan analisis suatu data. Jangan-jangan kita

hanya terjebak dalam arus provokasi yang ’memaksa’ untuk berpikir kritis, namun hanya

untaian kata-kata tanpa arti yang keluar.

7

Page 8: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Seorang mahasiswa bukanlah pemuda tanpa visi, tanpa arah, namun pemuda yang

dibangun secara intelektual menjadi cadangan negeri ini. Untuk itu, kita perlu belajar

banyak dari guru/dosen kita. Sama halnya saat kita mencoba untuk berpikir secara kritis.

Seharusnya kita paham akan konsep berpikir kritis sehingga kita tidak terjebak dalam

pemikiran kita sendiri.

Menurut Paul & Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang

untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara

berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas.

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan

atau strategikognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah

menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada

sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka

memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai

kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan

tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga

merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan

diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.

Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus

yang akan dituju.

Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir kritis adalah

mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan

menganalisis, mensintesis, mengenalpermasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan,

dan mengevaluasi. Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal

sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa

tahapanuntuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian. Penekanan kepada

proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses

intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau

konsep, mengaplikasikan, menganalisis,membuat sintesis, dan mengevaluasi. Semua

kegiatan tersebut berdasarkan hasilobservasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan,

8

Page 9: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker,

2001:1)

Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995:6), bahwa

berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi: analisis,

sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian. Berpikir

yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban berpikir

dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives Menurutnya,

berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan

yang sementara, memberdayakan logika yangberdasarkan intuisi dan pemecahan masalah

yang menjadi dasar dalam menilaisebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan

dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985:54), berpikir kritis

adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkannalar yang difokuskan

untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.

Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-

permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain

itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian

masalah secara efektif.

Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah:

1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap

kondisi yang ada.

2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan

konsekuensi yang logis.

3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks

Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin,

terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan

komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah

paradigma egosentris dan sosiosentris kita.

9

Page 10: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan

disini, yaitu:

1. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban

dari pertanyaan tersebut.

2. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa

3. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.

4. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan.

5. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan.

6. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan.

7. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini

adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision)

relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang

(breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi

(information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).

Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun

kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan atau ide harus menjawab

beberapa hal sebagai berikut:

1. Tujuan dari sebuah gagasan/ide

2. Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide

3. Sudut pandang dari gagasan/ide

4. Informasi yang muncul dari gagasan/ide

5. Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul.

6. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut

7. Implikasi dan konsekuensi

8. Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut

10

Page 11: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Dasar-dasar ini yang pada peinsipnya perlu dikembangkan untuk melatih

kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan

aspek-aspek pemikiran yang ada di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai

dasar atau nilai ilmiah yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek

alamiah yang terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari hal-

hal yang kita pikirkan.

Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya

manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris.

Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila

kita berada dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan

membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi

baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke

dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan

menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah.

Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan semakin

berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai

pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pemecah masalah bangsa

Indonesia ini.

Adapun Indikator Berpikir Kritis yaitu: Wade (1995) mengidentifikasi delapan

karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:

1 ) Kegiatan merumuskan pertanyaan

2 ) Membatasi permasalahan

3 ) Menguji data-data

4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias

5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional

6) Menghindari penyederhanaan berlebihan

7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi

8 ) Mentoleransi ambiguitas

11

Page 12: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995:

12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

1.) Watak (Dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritismempunyai sikap skeptis,

sangat terbuka, menghargai sebuahkejujuran, respek terhadap berbagai data dan

pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencar i pandangan-

pandangan lainyang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat

yang dianggapnya baik.

2.) Kriteria (Criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria ataupatokan.Untuk sampai ke

arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.Meskipun

sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan

mempunyaikriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka

haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,berlandaskan sumber yang

kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logikayang keliru, logika yang konsisten, dan

pertimbangan yang matang.

3.) Argumen (Argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data.Keterampilan

berpikir kritis akan meliputi kegiatanpengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

4.) Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)

  Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu ataubeberapa

premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubunganantara beberapa pernyataan

atau data.

5.) Sudut pandang (Point of View)

 Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang

akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan

memandang sebuah fenomena dari berbagai sudutpandang yang berbeda

12

Page 13: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

6.) Prosedur Penerapan Kriteria (Procedures for Applying Criteria)

 Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks danprosedural. Prosedur

tersebut akan meliputi merumuskanpermasalahan, menentukan keputusan yang akan

diambil, danmengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Selanjutnya, Ennis (1985:55-56), mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang

dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :

1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan,

menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu

penjelasan atau pernyataan.

2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah

sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu

laporan hasil observasi.

3. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan

hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat

serta menentukan nilai pertimbangan.

4. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah

dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.

5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan

berinteraksi dengan orang lain. Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya

dapat bersatu padu membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah hanya

beberapa indikator saja. Penemuan indikator keterampilan berpikir kritis dapat

diungkapkan melalui aspek-aspek perilaku yang di ungkapkan dalam definisi

berpikir kritis. Menurut beberapa definisi yang di ungkapkan terdahulu, terdapat

beberapa kegiatan atau perilaku yang mengindikasikan bahwa perilaku tersebut

merupakan kegiatan-kegiatan dalam berpikir kritis.

13

Page 14: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Angelo mengidentifikasi lima perilaku yang sistematis dalam berpikir kritis. Perilaku

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis

Hanya sedikit hal dalam hidup ini yang berupa hitam dan putih sehingga sangat

penting untuk mampu melihat segala sesuatu dari berbagai sisi hingga mampu

mencapai kesimpulan yang logis. Salah satu hal penting yang akan anda pelajari

di perguruan tinggi adalah berpikir kritis dan tidak menerima apa yang anda lihat

dan dengar secara seketika Berpikir kritis sangat penting dalam mempelajari

materi baru dan mengaitkannya dengan apa yang telah anda ketahui. Meskipun

anda tidak mengetahui semuanya, anda dapat belajar untuk bertanya secara efektif

dan mencapai kesimpulan yang konsisten dengan fakta.

2. Ketika anda menjumpai fakta, gagasan atau konsep baru, pastikan anda

memahami dan mengetahui istilah-istilah yang ada.

3. Pelajari fakta atau informasi yang diperoleh dari percobaan, apakah percobaan itu

dilakukan dengan baik dan bebas bias? Dapatkah percobaan itu diulangi ?

4. Jangan terima semua pernyataan secara seketika. Apakah sumber informasi

tersebut dapat dipercaya ?

5. Pertimbangkan apakah kesimpulan mengikuti fakta? Bila fakta tidak mendukung

kesimpulan, ajukan pertanyaan dan tentukan mengapa demikian. Apakah argumen

yang dipergunakan logis atau mengambang ?

6. Terbuka terhadap gagasan baru. Contoh terkenal adalah teori tektonik lempeng.

Meskipun prinsip-prinsip dasarnya telah diketahui pada awal abad 20, namun

teori tersebut baru diterima kalangan luas setelah tahun 1970-an setelah bukti-

bukti yang berlimpah.

7. Lihatlah pada gambaran yang besar untuk menentukan bagaimana berbagai unsur

dalam topik tersebut dihubungkan. Sebagai contoh,bagaimana pembangunan

sebuah bendungan akan mempengaruhi bentuk sungai ? Apa yang akan terjadi

pada pantai di mana sungai tersebut bermuara ? Salah satu pelajaran yang sangat

penting (yang juga membedakan geologi dengan ilmu lainnya) adalah bagaimana

saling keterkaitan dan ketergantungan berbagai sistem di bumi ini . Ketika

anda mengubah salah satu, anda akan mengubah berbagai hal lainnya pula.

14

Page 15: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Pengukuran kegiatan berpikir kritis

Pengukuran kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari

beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir pada dasarnya

mencakup kegiatan manusia yang bersifat dapat dilihat/diamati (eksternal) maupun tidak

dapat dilihat/diamati (internal).

Perilaku berpikir kritis mahasiswa dalam berdiskusi kelompok dapat dilihat dari

beberapa aspek :

Relevance

Relevansi dari “statement”

Importance

Penting-tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan

Novelty Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi

baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru mahasiswa lain.

Outside material Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yg

diterimanya di kuliah/reference.

Ambiguity clarified Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut bila dirasa ada

ketidakjelasan.

Linking ideas Senantiasa menghubungkan fakta, idea, atau pandangan serta

mencari data baru dari informasi yg berhasil dikumpulkan.

Justification Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap

suatusolusi/kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa

memberikan penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian

(kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.

Critical assessment Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi yang datang

dari dalam dirinya maupun dari mahasiswa lain, serta memberikan

“prompts”untuk terjadi evaluasi yang kritis.

Practical utilityIde-ide baru yg dikemukakannya selalu dilihat pula dari sudut

kepraktisannya (practicality) dalam penerapan.

Width of understanding Diskusi yg dilaksanakan senantiasa bersifat meluaskan

isi/materidiskusi.

15

Page 16: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

Secara garis besar perilaku kritis dapat dibedakan dalam beberapa kegiata:

1. Berpusat pada pertanyaan (focus on question)

2. Analisis argumen (analysis arguments)

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of

clarification and/or challenge)

4. Evaluasi kebenaran dari sumber infromasi (Evaluating the credibility of sources

of information).

Karakteristik Pemikir Kritis. Adapun karakteristik seorang pemikir kritis yaitu :

1. Jujur terhadap diri sendiri

2. Melawan manipulasi

3. Mengatasi kebingungan

4. Mereka selalu bertanya

5. Mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti

6. Mereka mencari hubungan antartopik 

7. Mereka bebas secara intelektual

16

Page 17: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

BAB III

PEMBAHASAN

Berpikir krtis dalam clinical reasoning

Dalam menjalankan tugas profesional di bidang kedokteran, seorang dokter

dituntut untuk dapat mengambil keputusan klinis yang terbaik. Keputusan tersebut harus

dilakukan dengan clinical reasoning yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.

Ketika keputusan dibuat, dokter memerlukan suatu pemahaman dari “building block” dari

pemikirannya dalam upaya memberikan penjelasan dan mencari perbedaan-perbedaan

nilai maupun pendapat yang mungkin terjadi. Grove (2002) berpendapat bahwa clinical

reasoning adalah proses kognitif yang terjadi pada saat berbagai informasi yang diterima

oleh dokter melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, diintegrasikan dengan pengetahuan

dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, kemudian digunakan untuk mengambil

keputusan klinis dengan membuat diagnosis dan menatalaksana masalah pasien.

Clinical reasoning dibagi menjadi forward dan backward clinical reasoning

menurut Beullens (2005). Forward clinical reasoning adalah proses untuk menetapkan

hipotesi berdasarkan informasi yang telah ada. Sedangkan backwardclinical reasoning

adalah mengungkapkan data berdasarkan hipotesis. Sebagai contoh, jika seorang dokter

menyatakan bahwa pasien memiliki tekanan darah yangtinggi melebihi normal dan

menarik hipotesis bahwa pasien menderita hipertensi,maka dokter telah melakukan

forward clinical reasoning. Sebaliknya bila dokter menyatakan karena pasien menderita

hipertensi, maka pasien memiliki tekanan darah yang tinggi melebihi normal.

Dalam forward clinical reasoning, seorang dokter dalam menegakkan diagnosis

atau hipotesis setidaknya melakukan langkah menginterpretasi,menganalisis, dan

mengevaluasi data, yang kemudian menarik kesimpulan dengan mengambil keputusan

diagnosis. Melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik sesorang dokter memperoleh

informasi tentang pasien, kemudian melakukan analisis dengan mencari hubungan dari

data-data yang telah diperoleh, selanjutnya bila diperlukan pemeriksaan penunjang

diagnosis. Evaluasi atas diagnosis yang telah dibuat dilakukan dengan mencari informasi

penting yang telah dimilikinya untuk dipergunakan dalam menyelesaikan masalah dan

17

Page 18: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

mengambil keputusan, serta membuat simpulan keputusan klinis dengan membuat

diagnosis dan menetapkan pengelolaan penyakit pasien. Selanjutnya dokter akan

memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyakit dan pengelolaannya secara logis.

Seluruh langkah yang dilakukan dokter tersebut sebenarnya merupakan langkah seorang

yang berpikiran kritis.

Pada backward clinical reasoning terjadi yang sebaliknya. Pemikiran dimulai dari

penetapan hipotesis terlebih dahulu, setelah itu baru dilakukan pengumpulan bukti-bukti

dari tanda dan gejala yang terdapat pada pasien. Langkah ini bisa saja dilakukan, akan

tetapi karena tidak didasarkan pada telaah fakta yang ada maka hipotesis atau diagnosis

yang ditetapkan dapat keliru. Metode ini lebih mengedepankan intuisi dibanding berpikir

kritis dan lebih sering dilakukan oleh pemula. Clinical reasoning menggunakan metode

forward lebih akurat disbanding metode backward (Beullens, 2005). Berbeda dengan riset

yang dikemukakan Norman (2005) menunjukkan bahwa pada pada diagnosis EKG tidak

ada perbedaan ketepatan penggunaan metode forward dan backward, bahkan metode

yang paling baik digunakan adalah metode gabungan yang dimulai dari metode

backward.

Menurut Eva (2004) clinical reasoning juga dibedakan menjadi analitik dan non

analitik. Proses analitik merupakan aktivitas penalaran dengan melakukan analisis secara

cermat untuk mengetahui hubungan antara tanda dan gejala dengan diagnosis yang

ditegakkan. Sehingga pada proses analitik ini harus difahami hubungan sebab-akibat

antara tanda dan gejala dengan diagnosis. Sedangkan proses clinical reasoning yang non

analitik tidak membutuhkan penalaran sama sekali yang sering dikenal dengan pattern

recognition (pengenalan tanda). Dengan menggunakan pengalaman sebelumnya, ketika

seorang dokter menemukan gejala atau tanda yang sama dia akan mengambil keputusan

yang sama dengan yang pernah dilakukan.

Bila dikaji lebih jauh maka clinical reasoning yang dilakukan secara backward

dan non analitik sebenarnya bukan merupakan kegiatan problem solving dan reasoning.

Dalam model tersebut tidak dilakukan proses berpikir secara kritis. Selama dokter

mempunyai pengalaman dan mampu mengingat tanda dan gejala penyakit serta

kemungkinan diagnosisnya, maka diagnosis dapat diputuskan. Apa yang dilakukan oleh

18

Page 19: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

para dokter sebenarnya bukanlan problem solving, karenahanya mengingat apa yang telah

dilakukan kemudian diulangi ketika mendapatkan hal yang sama.

Menurut Kee dan Bickle (2005) terdapat tiga jenis clinical reasoning, yaitu

probabilistik, kausal, dan berdasarkan aturan. Probabilistik artinya seorang dokter mampu

mengapresiasikan informasi dalam bentuk tanda dan gejala sehingga dapat mengambil

keputusan klinis. Dengan clinical reasoning jenis kausal membutuhkan pemahaman

anatomi dan fisiologi. Sedangkan yang berdasarkan aturan, seorang dokter membutuhkan

pengenalan tanda untuk mengambil keputusan klinis. Dalam menghadapi permasalahan

seorang pasien, seringkali kita menghadapi persoalan yang sangat bervariasi karena pada

dasarnya setiap individu itu berbeda. Penerapan pengenalan tanda tidak selalu bisa

dilakukan mengingat perbedaan antar individu tersebut. Untuk itu proses berpikir kritis

dalam clinical reasoning tetap dibutuhkan.

Seorang dokter pemula masih memiliki pengalaman yang terbatas dalam

menyelesaikan masalah seorang pasien. Pengenalan tanda tidak selalu membuahkan hasil

karena memang seringkali belum pernah menemui tanda tersebut. Untuk itu problem

solving dengan berpikir kritis perlu dilakukan oleh dokter yang masih pemula. Semakin

banyak kasus yang ditemui dan dipelajari, maka semakin banyak tanda yang akan

dikenali, dan ini akan mempermudah penerapan pengenalan tanda.Sayangnya seorang

dokter yang sudah berpengalaman akhirnya lebih menggunakan pengenalan tanda

dibandingkan berpikir kritis. Hal tersebut dapat dimaklumi karena seorang dokter ketika

menjalankan profesinya terkadang dituntut untuk cepat bertindak dan dibatasi oleh waktu,

sehingga pengenalan tanda akhirnya menjadi pilihan, khususnya untuk seorang yang

sudah berpengalaman.

19

Page 20: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

BAB IV

KESIMPULAN

Bahwa clinical reasoning adalah proses kognitif yang terjadi pada saat berbagai

informasi yang diterima oleh dokter melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, diintegrasikan

dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, kemudian

digunakan untuk mengambil keputusan klinis dengan membuat diagnosis dan

menatalaksana masalah pasien.

Jadi sebagai seorang dokter seharusnya melakukan clinical reasoning secara

cermat dengan menggunakan penalaran dan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah

pasien. Penerapan pengenalan tanda masih mungkin akan tetapi harus dilakukan secara

hati-hati karena resiko terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan klinis lebih besar.

Variasi antar individu juga menjadi hal yang sangat penting untuk diingat, sehingga

proses berpikir secara kritis tetap diperlukan untuk menghasilkan keputusan yang tepat.

20

Page 21: Artikel 01. Berpikir Kritis_OK

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

- Referensi: Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical

Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. The Foundation of Critical Thinking.

California

- Soeparto, Pitono, dkk. 2008.Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya : GRAMI

- Magnis, Franz. 1992.Filsafat sebagai Ilmu Kritis.Yogyakarta : Kanisius.

- Muzaham, Fauzi. 1995.Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan.

Jakarta :Universitas Indonesia.

- www.fk.undip.ac.id/pengembangan-pendidikan//77-pembelajaran-kemampuan-

- berpikir-kritis.html..// www.uripsantoso.wordpress.com//2008/08/23/cara-berpikir

- cerdik-kritis-danilmiah http://yusufalamromadhon.blogspot.com/2008/06/persepsi

- pemilik-blog-tentang- kinerja.htm http://re-searchengines.com/1007arief3.html...//

21