asidosis tubulus renali

10
Asidosis Tubulus Renalis (ATR) Pendahuluan ATR Adalah suatu penyakit ginjal (renal) khususnya pada bagian tubulus renalis-nya. Menurut sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit ATR ini memang tergolong penyakit langka, dengan manifestasi klinis yang tidak spesifik sehingga diagnosis sering terlambat. Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan membuangnya ke dalam urin. Pada penderita penyakit ini, bagian dari ginjal yang bernama tubulus renalis tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam urin. Akibatnya terjadi penimbunan asam dalam darah, yang mengakibatkan terjadinya asidosis, yakni tingkat keasamannya menjadi di atas ambang normal (Hamiwanto, 2007[Online]). Menurut sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit ATR ini memang tergolong penyakit yang jarang terjadi, dengan manifestasi klinis yang tidak spesifik sehingga diagnosis sering terlambat. Namun menurut Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A (K), dokter spesialis gizi dan metabolik anak pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak di RSCM Jakarta, pasien penyakit ATR yang dia ditangani semakin hari semakin banyak. Pada tahun 2005 saja, pasien ATR yang dia tangani ada sekitar 20-an orang anak. Dan setiap tahun angka prevalensinya senantiasa bertambah.

Upload: denia-haritsa-apriliani

Post on 10-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kgkgkgk

TRANSCRIPT

Page 1: Asidosis Tubulus Renali

Asidosis Tubulus Renalis (ATR)

Pendahuluan

ATR Adalah suatu penyakit ginjal (renal) khususnya pada bagian tubulus renalis-nya.

Menurut sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit ATR ini memang tergolong

penyakit langka, dengan manifestasi klinis yang tidak spesifik sehingga diagnosis sering

terlambat.

Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan

membuangnya ke dalam urin. Pada penderita penyakit ini, bagian dari ginjal yang bernama

tubulus renalis tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga hanya sedikit asam yang

dibuang ke dalam urin. Akibatnya terjadi penimbunan asam dalam darah, yang mengakibatkan

terjadinya asidosis, yakni tingkat keasamannya menjadi di atas ambang normal (Hamiwanto,

2007[Online]).

Menurut sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit ATR ini memang tergolong

penyakit yang jarang terjadi, dengan manifestasi klinis yang tidak spesifik sehingga diagnosis

sering terlambat. Namun menurut Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A (K), dokter spesialis gizi

dan metabolik anak pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak di RSCM Jakarta, pasien penyakit ATR

yang dia ditangani semakin hari semakin banyak. Pada tahun 2005 saja, pasien ATR yang dia

tangani ada sekitar 20-an orang anak. Dan setiap tahun angka prevalensinya senantiasa

bertambah.

Berdasarkan  hal  tersebut,  maka  penulis  ingin  meneliti  lebih  lanjut mengenai Apa yang

dimaksud dengan Asidosis Tubulus Renalis (ATR)? Apa penyebab dari Asidosis Tubulus

Renalis (ATR)? Bagaimana gejala dari penyakit Asidosis Tubulus Renalis (ATR)? Apa dampak

yang ditimbulkan dari penyakit ATR? dan Bagaimana  pengobatan Asidosis Tubulus Renalis

(ATR)?

Pengertian Asidosis Tubulus Renalis (ATR)

Asidosis Tubulus Renalis (ATR) adalah sindrom klinik yang disebabkan oleh

ketidakmampuan ginjal untuk menjaga perbedaan pH normal antara darah dan lumen tubulus

ginjal. Gangguan yang terjadi berupa gangguan reabsorbsi bikarbonat pada tubulus ginjal,

Page 2: Asidosis Tubulus Renali

gangguan ekskresi H+, atau keduanya sehingga menyebabkan asidosis metabolik yang terus

menerus (Pediatri, 2003).

Pada asidosis tubulus ginjal terdapat kegagalan sekresi ion hidrogen di tubulus distal. pH

urin tetap terlalu tinggi walaupun terdapat asidosis sistemik yang berat. Gangguan ini bisa

diturunkan sebagai sifat dominan autosomal atau terjadi akibat kerusakan medulla ginjal karena

pielonefritis, uropati obstruktif, ginjal spons medulla, atau iskemia. Secara keseluruhan, 70%

pasien mengalami nefrokalsinosis, dan osteomalasia (atau rakitis pada anak-anak) sering

dijumpai. Pengobatannya adalah pemberian bikaronat oral, sering disertai suplemen kalium

(Rubenstein, 2003)

Asidosis Tubulus Renalis ditandai adanya asidosis metabolic hiperkloremik dengan

senjang anion plasma dan laju filtrasi glomerulus normal. Manifestasi klinis ATR tidak spesifik

dapat berupa gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, konstipasi, diare, dehidrasi dan

poliuria. Diagnosis dini dan tata laksana yang adekuat sangat penting untuk mencegah

komplikasi seperti gagal tumbuh, nefrokalsinosis, nefrolitiasis, dan gagal ginjal. ATR dapat

dibedakan menjadi 4 tipe yaitu tipe I atau distal, tipe II atau proksimal, tipe III atau hibrid, dan

tipe IV atau ATR hiperkalemik (Pediatri, 2003).

Renal Tubular Asidosis (RTA) adalah suatu kondisi medis yang melibatkan suatu

akumulasi asam dalam tubuh karena kegagalan ginjal untuk tepat mengasamkan urin. Ketika

darah disaring oleh ginjal, filtrat melewati tubulus dari nefron, memungkinkan untuk pertukaran

garam, setara asam, dan zat terlarut lain sebelum mengalir ke kandung kemih sebagai urin. Para

asidosis metabolik yang dihasilkan dari RTA dapat disebabkan baik oleh kegagalan untuk

memulihkan cukup (alkali) ion bikarbonat dari filtrat di bagian awal nefron (proksimal tubulus)

atau oleh sekresi tidak cukup (asam) ion hidrogen menjadi bagian terakhir nefron (tubulus

distal) (Hamiwanto, 2007 [Online]).

Meskipun asidosis metabolik juga terjadi pada mereka dengan insufisiensi ginjal, istilah

RTA disediakan untuk individu dengan pengasaman urin miskin di dinyatakan ginjal yang

berfungsi dengan baik. Beberapa jenis RTA ada, yang semua memiliki sindrom yang berbeda

dan penyebab yang berbeda (Hamiwanto, 2007 [Online]).

Para asidosis kata mengacu pada kecenderungan RTA untuk menurunkan pH darah. Bila

pH darah di bawah normal (7,35), ini disebut acidemia. Asidosis metabolik yang disebabkan oleh

RTA adalah asidosis anion gap yang normal(Hamiwanto, 2007 [Online]).

Page 3: Asidosis Tubulus Renali

Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan

membuangnya ke dalam urin. Pada penderita penyakit ini, bagian dari ginjal yang bernama

tubulus renalis tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga hanya sedikit asam yang

dibuang ke dalam urin. Akibatnya terjadi penimbunan asam dalam darah, yang mengakibatkan

terjadinya asidosis, yakni tingkat keasamannya menjadi di atas ambang normal (Hamiwanto,

2007 [Online]).

Penyebab Asidosis Tubulus Renalis (ATR)

Dunia kedokteran belum dapat memastikan penyebab ATR. Namun diduga penyakit ini

disebabkan faktor keturunan atau bisa timbul akibat obat-obatan, keracunan logam berat atau

penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau sindroma Sjogren) (Hamiwanto,

2007 [Online]).

Menurut Rubenstein (2003) menyatakan bahwa gangguan Asidosis Tubulus Renalis (ATR)

bisa diturunkan sebagai sifat dominan autosomal atau terjadi akibat kerusakan medula ginjal

karena pielonefritis, uropati obstruktif, ginjal spons medulla, atau iskemia.

(Hayes, 1997)

Bawaan cacat pada gen yang mengatur beberapa sistem transportasi yang terlibat dalam

kontrol tubular asam-basa keseimbangan mengarah pada berbagai jenis dari RTA primer. Ginjal

kembali menyerap unutuk menyaring bikarbonat dan, di samping itu, menyusun kembali

bikarbonat yang digunakan dalam penyangga asam yang tetap diproduksi sehari-hari. Sebagian

Page 4: Asidosis Tubulus Renali

besar reabsorpsi bikarbonat mengambil tempat di tubulus proksimal sedangkan ekskresi ion

hidrogen dengan pemulihan digabungkan bikarbonat terjadi di nefron distal (Chan, 2007).

Gejala Asidosis Tubulus Renalis (ATR)

Tanda dan Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini antara lain:

-                  Tinnitus, mata kabur dan vertigo karena keracunan salisilat

-                  Gangguan Visual, dimming, photophobia, scotomata, and frank blindness

-                  Palpitasi (berdebar-debar)

-                  Nyeri dada

-                  Sakit Kepala

-                  Perubahan visual

-                  Perubahan Mental

-                  Mual, muntah

-                  Nyeri perut

-                  Diare

-                  Polyphagia

-                  Kelemahan otot

-                  Nyeri tulang

         Neurologi

o   Kelemahan Saraf kranial karena intoksikasi ethylene glycol.

o   Retinal edema Lethargy, stupor, and coma karena metabolic acidosis berat, sebagian dikaitkan

dengan toxic ingestion

         Kardiovascular

o   Hipotensi dan dan gagal jantung kongestif

o   Paru Sesak ( tachypnea and hyperpnea).

o   Napas Kussmaul (napas cepat dan dalam)Hyperventilasi

         Musculoskeletal

Malformasi tulang panjang dan fraktur atau patah tulang (vitamin D resistant, rickets)

(Hamiwanto, 2007 [Online]).

Dampak Asidosis Tubulus Renalis (ATR)

Penyakit asidosis jika dibiarkan bisa menimbulkan dampak berikut:

Page 5: Asidosis Tubulus Renali

  Rendahnya kadar kalium dalam darah. Jika kadar kalium darah rendah, maka terjadi kelainan

neurologis seperti kelemahan otot, penurunan refleks dan bahkan kelumpuhan.

  Pengendapan kalsium di dalam ginjal yang dapat mengakibatkan pembentukan batu ginjal. Jika

itu terjadi maka bisa bisa terjadi kerusakan pada sel-sel ginjal dan gagal ginjal kronis.

  Kecenderungan terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan)

  Pelunakan dan pembengkokan tulang yang menimbulkan rasa nyeri (osteomalasia atau rakitis).

  Gangguan motorik tungkai bawah merupakan keluhan utama yang sering ditemukan, sehingga

anak mengalami keterlambatan untuk dapat duduk, merangkak, dan berjalan.

  Kecenderungan gangguan pencernaan, karena kelebihan asam dalam lambung dan usus, sehingga

pasien mengalami gangguan penyerapan zat gizi dari usus ke dalam darah. Akibat selanjutnya

pasien mengalami keterlambatan tumbuh kembang (delayed development) dan berat badan

kurang.

(Hamiwanto, 2007 [Online]).

Pengobatan Asidosis Tubulus Renalis (ATR)

Sejauh ini dunia kedokteran belum menemukan obat atau terapi untuk

menyembuhkannya, karena penyakit ini tergolong sebagai kerusakan organ tubuh, seperti

penyakit diabetes mellitus (akibat kerusakan kelenjar insulin). Sementara ini penanganan ATR

baru sebatas terapi untuk mengontrol tingkat keasaman darah, yaitu dengan memberikan obat

yang mengandung zat bersifat basa (alkalin) secara berkala (periodik), sehingga tercapai tingkat

keasaman netral, seperti pada orang normal. Zat basa ini mengandung bahan aktif natrium

bikarbonat (bicnat) (Hamiwanto, 2007 [Online]).

Karena penyakit ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya, sebagaimana

disebut di atas, maka pemberian bicnat akan berlangsung dalam jangka waktu yang sangat

panjang. Bahkan mungkin hingga seumur hidupnya(Hamiwanto, 2007 [Online]).

Jika sulit untuk meminum obat misalnya pada anak-anak, Dokterjuga merekomendasikan

pemakaian sonde atau selang nasogastrik (NGT) yang dimasukkan ke dalam lubang hidung

pasien, masuk ke rongga hidung, lalu ke tenggorokan, hingga berujung di dalam lambung. Pada

ujung luar NGT terdapat katup untuk membuka-menutup jalan masuk obat. Orangtua tinggal

memasukkan obat melalui NGT tersebut dengan bantuan spuit (alat suntik) (Hamiwanto, 2007

[Online]).

Page 6: Asidosis Tubulus Renali

Tujuan terapi adalah koreksi asidosis dan mempertahankan kadar bikarbonat dan kalium

serum normal. Sebagian besar keadaan penderita dapat dikoreksi dengan terapi oral; pada bayi

yang sedang menderita asidosis dan hipokalemia berat, mungkin pada mulanya diperlukan terapi

intra vena. Larutan alkalinisasi untuk penggunaan oral yang paling kurang mahal dan paling

mudah adalah larutan Shohl yang mengandung “ekuivalen bikarbonat” sebagai natrium sitrat 1

mEq/mL. untuk penderita yang memerlukan penambahan kalium, dapat ditambahkan kalium

sitrat untuk membentuk larutan yang mengandung 1 mEq/mL masing-masing natrium dan

kalium, dan 2 mEq/mL ekuivalen bikarbonat. Tablet bikarbonat (325 dan 650 mg) dapat juga

digunakan pada penderita yang lebih tua. Penderita yang sedang menderita ATG defisiensi-

mineralkortikoid mungkin juga memerlukan diuretic dan/atau resin polisitiren sulfonat untuk

mengurangi kadar kalium sampai normal. Penambahan karnitin dapat bermanfaat jika kadar

serumnya menurun (Behrman, 2000).

Kesimpulan

Asidosis Tubulus Renalis (ATR) adalah suatu kondisi medis yang melibatkan suatu

akumulasi asam dalam tubuh karena kegagalan ginjal untuk tepat mengasamkan urin. Pada

penderita penyakit ini, bagian dari ginjal yang bernama tubulus renalis tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya, sehingga hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam urin. Akibatnya

terjadi penimbunan asam dalam darah, yang mengakibatkan terjadinya asidosis, yakni tingkat

keasamannya menjadi di atas ambang normal

Penyebab penyakit ini Asidosis Tubulus Renalis (ATR) diduga karena faktor keturunan

atau bisa timbul akibat obat-obatan, keracunan logam berat atau penyakit autoimun (misalnya

lupus eritematosus sistemik atau sindroma Sjogren).

Gejala dari penyakit Asidosis Tubulus Renalis antara lain adalah tinnitus, palpitasi

(berdebar-debar), nyeri dada, sakit kepala, perubahan visual, perubahan mental, mual, muntah,

nyeri perut, diare, polyphagia, kelemahan otot, nyeri tulang.

Penyakit asidosis jika dibiarkan bisa menimbulkan dampak, diantaranya adalah

rendahnya kadar kalium dalam darah, pengendapan kalsium di dalam ginjal yang dapat

mengakibatkan pembentukan batu ginjal, dehidrasi, rakitis, gangguan motorik tungkai bawah,

dan gangguan pencernaan.

Penanganan ATR baru sebatas terapi untuk mengontrol tingkat keasaman darah, yaitu

dengan memberikan obat yang mengandung zat bersifat basa (alkalin) secara berkala (periodik),

Page 7: Asidosis Tubulus Renali

sehingga tercapai tingkat keasaman netral, seperti pada orang normal. Zat basa ini mengandung

bahan aktif natrium bikarbonat (bicnat)

Daftar Pustaka

Behrman, Richard E., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol. 3. Jakarta: EGC.

Chan, James C. M., & Fernando Santos. Renal Tubular Acidosis in Childhood.World Journal

Pediatrics, 2007; 3(2): 92-97.

Hamiwanto. 2007.  Mengenal Penyakit Asidosis Tubulus

Renalis.http://hamiwanto.multiply.com/journal/item/2.[ Diakses 11 Januari 2013].

Hayes, Peter C & Thomas W. Mackay. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC.

Pardede, Sudung O., dkk. 2003. Gambaran Klinis Asidosis Tubulus Renalis pada Anak. Sari Pediatri,

Vol. 4, No. 4, Maret 2003: 192-197.

Rubenstein, David, dkk. 2003. Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga.