askep gerontik sex
TRANSCRIPT
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN LANSIA
I. PENGKAJIAN
A. Data Biografi
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Status perkawinan :
Agama :
Pendidikan terakhir :
Suku :
Sumber Pendapatan : ada/tidak ada dijelaskan
Keluarga yang dapat dihubungi : ada/tidak dijelaskan
Riwayat Pekerjaan :
Alamat :
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan yang dirasakan saat ini :
2. Penyebab :
3. Waktu Timbul :
4. Faktor yang memperberat :
5. Apa keluhan yang anda rasakan 3 bulan terakhir :
6. Penyakit saat ini :
7.Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya:
8. Kejadian penyakit 3 bulan terakhir :
C. Status Fisiologis
1. Keadaan Umum
2. Bagaimana postur tulang belakang lansia
3. Tanda-tanda vital dan status gizi
a) Suhu : ············································
b) TD : ··············································
c) Nadi : ············································
d) Respirasi : ··········································
e) BB : ··············································
f) TB : ··············································
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Riwayat terapi dan Obat-obatan
D. Pengkajian Head to toe (sistem genetalia)
1. Genetalia Wanita
Langkah Normal/variasi
individu/penyimpangan
Inspeksi distribusi rambut Tipis, jarang
Penyimpangan:
Kerontokan rambut local atau tidaka
ada rambut
Inspeksi karakteristik mons
pubis dan labia mayor
Mons pubis dalam lipatan labia mayor
mendatar
Simetris
Penyimpangan:
Lesi, nodulus, inflamasi, asimetris
Inspeksi klitoris Ukuran bervarias, tetapi biasanya
lebih kecil dari orang dewasa
Penyimpangan:
Besar, atrofi, inflamasi
Inspeksi serviks berupa
warna, posisi, ukuran,
rabas dan karakteristik
pembukaaan
Warna merah muda pucat,
didistribusikan secara merta, posisi
pada garis tengah, projeksi 1-3 cm
dalam kubah vagina, lebih kecil 2-3
cm ukuran daripada orang dewasa
muda
Rabas minimal: jika ada, harus tidak
berbau, jernih hingga putih dan tipis
Permukaan halus
Kista-kista Nabothian
Penyimpangan:
Hipermik, sangat pucat, sianotik,
penyimpangan ke kanan atau ke kiri,
projeksi >3cm ke dalam kubah vagina,
diameter > 4cm, bau rabas tak sedap,
warna bervariasi dari putih hingga
kuning, hijau, abu-abu, rabas
berdarah: erosi-erosi tidak teratur,
kasar, mudah rapuh, hemoragi
punctile atau “titik stroberi”(adanya
ketidakteraturan atau nodularitas)
Inspeksi vagina mengenai
warna, karakteristik
permukaan dan sekresi
Warna konsisten engan serviks (merah
uda pucat)
Agak lembab agak kering tanpa rugae
Penyimpangan:
Bercak kemerahan, pucat, leukoplakia,
tanda-tanda kering, pecah-pecah, lesi,
perdarahan, nodulus, pembengkakan,
bau tak sedap, warna kuning: hijau,
hijau, abu-abu, atau sekresi yang
berlebihan.
2. Genetalia laki-laki
Perubahan anatomik –fisiologik sistem seksual
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai
hampir seluruh sususnan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau
organ yang bersangkutan (Yudha, 2012)
1. Perubahan anatomik
a. Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna
dan eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
1) Vagina
‐ Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina
mengalami pengecilan.
‐ Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol
ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur
mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah
melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan ber¬henti berfungsi.
Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak
lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
‐ Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keber¬langsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut
dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia
eksterna.
2) Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya
menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan
lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol,
bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
3) Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya
menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari
ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata
lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum,
perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi
ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi
dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon
estrogen dan progesteron.
4) Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita
yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan
ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar
payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara
histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal
menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali
ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang
timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis
mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar
adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang.
Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
b. Laki-laki
1) Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria
lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran
lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang
berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek
dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar,
kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh
sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat
pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun,
90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH
Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik
yang menimbulkan problem medik.
Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena
meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron
menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong
hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses
menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat
dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan
menderita BPH pada usia lanjut.
2) Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan
berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel
Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga
sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini
menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun
adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi
banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai
umur lanjut.
2. Perubahan fisiologis
Alexander dan Allison dalam Martono (2004), mengatakn bahwa pada
dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi pada aktivitas seksual pada usia
lanjut biasanya berlangsung secara berahap dan menunjukan status dasar dari
aspek vascular, hormonal dan neurologiknya sesuai dengan tahapan seksual
menurut Kaplan, yaitu:
Fase tanggapan
seksualwanita lansia pria lansia
Fase desire Terutama dipengaruhi oleh
penyakit baik dirinya atau
pasangan masalah
hubungan antar
keduanya ,harapan cultural
dan hal-hal tentang harga
diri .desire/hasrat padfa
lansia wanita mungkin
munurun dengan makin
Interval untuk
meningkatkan hasrat
melakukan kontak seksual
meningkat .hasrat
dipengaruhi oleh
penyakit,kecemasan akan
melakukan seks dan
masalah hubungan antara
pasangan .mulai usia 55
lanjutnya usia ,teta[I hal ini
bisa bervariasi.
tahun testosterone menurun
bertahap yang akan
mempengarihi libido.
Fase orousal
(penggairahan)
=fase vaskuler
Pembesaran payudara
berkurang ,semburat panas
dikulit menurun ;elastisitas
dinding vagina
menurun ,lubrikasi vagina
menurun .iritasi uretra dan
kandung kemih
miningkat ,otot-otot yang
menegang pada fase ini
menurun
Membutuhkan waktu lebih
lama untuk ereksi ,ereksi
kurang begitu
kuat .testosteron
menurun ,produksi sperma
menurun bertahap mulai
dari usia 40 tahun ‘elevasi
testis ke perineum lebih
lambat dan lebih
sedikit ,penguasaan atas
ejakulasi biasanya mulai
sedikit
Fase argasmik
(fase
muskular)
Tanggapan orgasmic
mungkin kurang intens
disertai lebih sedikit
kontraksi ;kemampuan
untuk mendapatkan
orgasme multiple
berkurang dengan makin
lanjut usia
Kemampuan mengontrol
ejakulasi
membaik,kekuatan
kontraksi otot dirasakan
berkurang jumlah kontraksi
/orgasme menurun ,volume
ejakulat menirun
Fase pasca
orgasmik
Mungkin terdapat periode
refrakter dimana
pembangkitan gairah
secara segera lebih sukar
Periode refrakter
memanjang secara
fisiologik ,dimana ereksi
dan orgasme berukutnya
lebih sukar terjadi .
Hambatan aktivitas seksual
Menurut Martono (2004), pada usia lanjut terdapat berbagai hambatan
untik melakukan aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan
eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal yang terutama
berasal dari subyek lansianya sendiri .Hambatan eksternal biasanya berupa
pandangan social ,yang mengaggap bahwa aktivitas sosial tidak layak .
Pada lansia yang yang berada diinstitusi ,misalnya di panti wreda
hambatan terutama adalah karena peraturan dan ketiadaan privasi di institusi
tersebut . Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara
jelas degan hambatan eksternal .seringkali seorang lansia sudah merasa tidak
bias dan tidak pantas berpenampilan untuk bisa menarik lawan jenisnya.
Obat-obatan yang sering diberikan pada penderita usia lanjut dengan
patologi multipel juga sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual
pada usia lanjut.
Penyebab masalah seksual
Menurut Yudha (2012), beberapa hal yag dapat menyebabkan masalah
seksual, antara lain:
1. Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien
segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan
infark.
2. Pasca stroke
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena
pasien mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya
kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan
atau rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas
dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk
diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan.
Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke,
maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi
permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan
penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda,
dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar
untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan
motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi
dengan bantuan fisik atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan
kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk
berkomunikasi.
3. Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ
seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat
menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara
waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf.
4. Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus
menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan
disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi
untuk terjadinya disfungsi seksual.
5. Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau
kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara
memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan,
analgetik sebelum aktivitas seksual.
6. Rokok dan alcohol
Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual,
khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi
metabolisme testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti
respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk mengalami
kenikmatan.
7. Penyakit paru obstruktif kronik
Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena
adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual
mungkin dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat
membahayakan jiwa.
8. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual,
antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif,
dan lain-lain.
Diagnosa keperawatan
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi
yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada
fungsi seksual yang dialaminya
Kriteria hasil :
- Mengekspresikan kenyamanan
- Mengekspresikan kepercayaan diri
Intervensi:
a. Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk
organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.
b. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.
c. Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.
d. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak,
rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian
e. Anjurkan klien untuk menggunakan krim vagina dan gel untuk
mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina, serta untuk
megurangi rasa sakit pada saat berhubungan seksual
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota
tubuhnya secara positif
Kriteria hasil:
- Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa
malu dan rendah diri
- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
Intervensi:
a. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri
berhubungan dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi
secara normal
b. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
c. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
d. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
e. Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan
kehilangan
f. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan
hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan
kronis
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang
disebabkan masalah kesehatannya.
Kriteria Hasil :
- Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang
disebabkan masalah kesehatan
- Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam
respon terhadap keterbatasannya
Interversi :
a. Kaji factor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi
- Kelelahan
- Nyeri
- Nafas pendek
- Keterbatasan suplai oksigen
- Imobilisasi
- Kerusakan inervasi saraf
- Perubahan hormone
- Depresi
- Kurangnya informasi yang tepat
b. Hilangkan atau kurangi factor-faktor penyebab bila mungkin. Ajarkan
pentingnya mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala
penyakit
c. Berikan informasi terbatas dan saran khusus
- Berikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang
keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit
- Ajarkan modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual untuk
membantu penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit (saran
khusus)
DAFTAR PUSTAKA
Martono, Hadi. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI
NANDA, diagnosis keperawatan:definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC, 2010
Yudha Iriansyah, E. 2012. Makalah: Asuhan Keperawatan Klien dengan Disfungsi Seksual. (Online http://yudhasooematera.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2013)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
BERKAITAN DENGAN SEKSUALITAS
Di Susun Oleh:
Sartika Alvianita I P27220010 114
Venty Meitasari P27220010 116
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN KRITIS
2013