askep jiwa.docx

Upload: arie-satria

Post on 03-Apr-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    1/31

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangGangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang

    umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah

    kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun

    yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998).

    Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-

    Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak

    terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai

    9%.

    Gangguan jiwa tidak mudah didiagnosis pada anak-anak seperti pada

    orang dewasa. Anak-anak seringkali kurang memiliki kemampuan kognitif

    abstrak atau ketrampilan verbal untuk menjelaskan apa yang terjadi. Karena

    anak-anak berubah dan berkembang terus-menerus, mereka tidak memiliki

    perasaan stabil dan normal pada diri yang membuat mereka mampu

    membedakan gejala-gejala yang tidak lazim atau tidak diinginkan. Selain itu,

    perilaku yang mungkin normal pada anak dengan usia tertentu mungkin

    mengindikasikan masalah bagi anak pada usia lainnya. Misalnya bayi 10

    bulan mungkin menangis dan meraung-raung saat berpisah dengan ibunya,

    tetapi hal ini normal untuk tahap perkembangan tersebut. Akan tetapi, jika

    anak tersebut masih menangis dan menunjukkan ansietas berat saat berpisah

    dengan ibunya pada usia 5 tahun, perilaku ini harus diselidiki.

    Anak-anak dan remaja mengalami beberapa masalah kesehatn jiwa yang

    sama seperti orang dewasa, misalnya depresi, gangguan bipolar, dan

    gangguan ansietas, dan didiagnosis mengalami gangguan tersebut dengan

    menggunakan kriteria yang sama seperti pada orang dewasa. Gangguan

    makan, terutama anoreksia, biasanya dimulai pada gangguan yang pertama

    kali ditemukan pada masa-masa dewasa.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    2/31

    2

    Banyak anak, misalnya yang mengalami yang mengalami gangguan

    belajar, gangguan komunikasi dan ketrampilan motorik, gangguan makan dan

    pemberian makan, gangguan tik dan retardasi mental yang berat atau sangat

    berat mungkin memerlukan layanan penempatan residential atau layanan day

    care. Gangguan yang paling sering ditemukan di lingkungan kesehatan jiwa

    atau unit terapi khusus mencakup gangguan perkembangan pervasif,

    gangguan hiperaktivitas defisit perhatian (ADHD), dan gangguan perilaku

    disruptif.

    Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang

    tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan

    norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi

    adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi

    pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah dengan menggunakan teori

    perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan

    tanda bahaya penting adanya suatu masalah.

    1.2Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep teori gangguan jiwa pada anak dan remaja?2. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan jiwa pada anak dan remaja?

    1.3Tujuan Masalah1. Untuk mengetahui konsep teori gangguan jiwa pada anak dan remaja?2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan jiwa pada anak dan

    remaja?

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    3/31

    3

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    2.1 Retardasi Mental2.1.1 Pengertian

    Retardasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari

    gangguan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan gangguan dalam

    ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun

    (Arif Mansjoer, 2000).

    2.1.2 Derajat Retardasi MentalMenurut Arif Mansjoer derajat retardasi mental terbagi menjadi;

    a. Retardasi mental ringan : IQ 50-691. Usia prasekolah: dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan

    komunikasi retradasi mental minimal.

    2. Usia sekolah: dapat belajar ketrampilan akademik sampai kelas 6 SD.

    3.Usia dewasa: biasanya dapat mencapai ketrampilan sosial dankejuruan namun perlu bantuan terutama bila stres.

    b. Retardasi mental sedang : IQ 35-491. Usia prasekolah: dapat berbicara atau belajar berkomunikasi,

    ditangani dengan pengawasan sedang.

    2. Usia sekolah: latihan dalam ketrampilan sosial dan pekerjaandapat bermanfaat, dapat pergi sendiri ke tempat yang telah

    dikenal.

    3. Usia dewasa: dapat bekerja sendiritanpa dilatih namun perlupengawasan terutama jika berada dalam stress.

    c. Retardasi mental berat : IQ 20-341. Usia prasekolah: perkembangan motorik yang miskin.2. Usia sekolah: dapat berbicara atau belajar berkomunikasi namun

    latihan kejuruan tidak bermanfaat.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    4/31

    4

    3. Usia dewasa: dapat berperan sebagian dalam pemeliharaan dirisendiri di bawah pengawasan ketat.

    3. Retardasi mental sangat berat : IQ

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    5/31

    5

    Ketrampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada

    masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu

    menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali masih

    membutuhkan perawatan orang lain (Donna L.Wong, 2000).

    2.1.5 DiagnostikKriteria diagnostik

    Menurut Arif Mansjoer, fungsi intelektual secara bermakna di

    bawah rata-rata IQ, kira-kira70 atau kurang pada tes IQ yang dilakukan

    secara individual (untuk bayi, pertimbangan klinisnya adalah fungsi

    intelektual yang jelas di bawah ratarata).

    Adanya defisit atau gangguan penyerta dalam fungsi adaptif

    sekarang (yaitu efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-

    standar yang dituntut menurut usianya dalam kelompok kulturalnya)

    pada sekurangnya dua bidang ketrampilan berikut, yaitukomunikasi,

    merawat diri sendiri, aktivitas di rumah, ketrampilan

    sosial/interpersonal, fungsional, pekerjaan, liburan, kesehatan,dan

    keamanan (Mansjoer, 2000).

    2.1.6 PenatalaksanaanPencegahan primer adalah tundakan yang dilakukan untuuk

    menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkangangguan.

    Tindakan tersebut termasuk pendidikan untuk meningkatkn

    penegtahuan dan kesadaran masayarakat umum, usaha terus-menerus

    dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan meperbaharui

    kebijakan kesehatan masayarkat, aturan untuk memberikan pelayanan

    kesehatan maternal dan anak yang optimal, dan eradikasi gangguan

    yang diketahui disertai kerusakan sistem saraf pusat. Konseling

    keluarga dan genetik dapat membantu (Mansjoer, 2000).

    Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat

    perjalanan penyakit, sedangkan pencegan tersier bertujuan untuk

    menekan kecacatan yang terjadi. Dalam pelaksanaannya kedua jenis

    pencegahan ini dilakukan bersamaan, yang meliputi pendidikan untuk

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    6/31

    6

    anak; terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika; pendidikan keluarga;

    dan intervensi farmakologis (Mansjoer, 2000).

    Pendidikan untuk anak harus merupakan program yang lengkap

    dan mencakup latihan kejurua. Satu hal yang penting adalah mendidik

    keluarga tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil

    mempertahankan harapan yang realistik (Mansjoer, 2000).

    Untuk mengatasi perilaku agresi dan melukai diri sendiri dapat

    digunakan naltrekson. Untuk gerakan motorik strerotipik dapat dipakai

    antipsikotik seperti haloperidol dan klorpromazin. Perilaku kemarahan

    eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta seperti propanolol dan

    buspiron. Adapaun untuk gangguan defisit atensi atau hiperaktivitas

    dapat digubakan metilpenidat (Mansjoer, 2000).

    2.2 Autisme2.2.1 Pengertian

    Autisme adalah gannguan perkembangan kompleks pada fungsi

    otak yang disertai dengan defisit intelektual dan perilaku dalam

    rentang dan keparahan yang luas. Autisme dimanifestasikan selama

    masa bayi dan awal masa kanak-kanak terutama sejak usia 18 sampai

    30 bulan (Donna L. Wong, 2008).

    Autisme terjadi pada 1:2500 anak, sekitar empat kali lebih sering

    pada lelaki dibanding perempuan (meskipun perempuan biasanya

    terkena terkena lebih parah), dan tidak berhubungan dengan tingkat

    sosial ekonomi, ras atau gaya hidup orangtua (Donna L. Wong, 2008).

    2.2.2 EtiologiMenurut Donna L. Wong, etiologi autisme tidak diketahui. Akan

    tetapi, terdapat bukti kuat yang menyokong penyebab biologis

    multipel. Individu penderita autisme dapat memiliki

    elektroensefalogram abnormal, kejang epileptik, keterlambatan

    perkembangan dominasi tangan, refleks primitif menetap, abnormalitas

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    7/31

    7

    metabolik (serotonin darah meningkat), dan hipoplasia vermal

    sereberal (bagian otak yang terlibat dalam regulasi gerakan dan

    beberapa aspek memori).

    Terdapat juga buktikuat berbasis genetik bahwa anak kembar

    memiliki pola bawaan autosom resesif secarakonsisten. Studi yang

    dilakukan pada anak kembar menunjukkan sangat tiongginya

    konkordans (sifat bawaan yang terdapat pada orang saudara kembar

    monozigot (identik) dan 24% konkordans untuk kembar dizigot (non-

    identk). Selain itu, antara 5% dampai 16% lelaki penderita autisme

    positif memiliki kromosom X fragile .

    Terdapat 3% samapi 8% resiko kejadian autisme pada keluarga

    jika ada salah satu anak yang terkena. Meskipun gen transporter

    serotonin dianggap sebagai kemungkinan faktor penyebab autisme,

    gen spesifik untuk gangguan ini belum teridentifikasi.

    2.2.3 Manifestasi KlinikMenurut Donna L. Wong manifestasi klinik autisme antara lain;

    Hubungan sosial dan perilaku

    a. Isolasi interpersonal yang ekstremb. Perhatian yang intens dan abnormal untuk mempertahankan

    kesamaan.

    c. Tidak bereaksi terhadap momongan dan gendongand. Tidak berespons terhadap rangsangan verbale. Kelekatan yang aneh terhadap benda mekanisf. Perilaku aneh yang berulang, seperti menekan-nekan tombol lampu

    untuk menghidup dan mematikan.

    g. Sulit ditangani, pasif dan mudah marah.h. Perilaku merusak diriPerkembangan

    a. Retardasi mental, biasanya berat.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    8/31

    8

    b. Ketrampilan motorik kasar dapat berkembangc.Normal sampai hiperaktif.d. Bisa memiliki kemampuan luar biasa (mis., memori)e. Respons menghisap dan makan buruk.Bahasa

    a. Bicara latah atau parrot (pengulangan kata-kata yang diucapkankepada mereka secara otomatis).

    b. Pronomial terbalik (cenderung menggunakan kamu untuksaya)

    c. Penggunaan kata-kata harfiah dan konkret (mis., dalam untuk artipintu).

    Proses sensoris/persepsi

    a. Defisit sensoris meskipun penglihatan dan pendengaran utuhb. Bertindak seakan-akan tuli, tetapi dapat sangat sensitif terhadap

    suara.

    c. Hiposensitif atau hipersensitif terhadap nyeri.d. Memiliki aversi (rasa tidak senang) terhadap sentuhan.

    Anak penderita autisme memperlihatkan berbagai karakteristik

    khas dan sering tampak aneh, terutama dalam interaksi sosial,

    komunikasi, dan perilaku. Manifestasi klinis lain yang secara khas

    terlihat pada anak penderita autisme. Terdapat kisaran beratnya kisaran

    beratnya manifestasi klinis dari bentuk ringan, yang memerlukan

    pengawasan minimal, sampai bentuk berat yang sering memilki

    perilaku menganiaya diri sendiri. Mayoritas anak penderita autisme

    mengalami derajat retardasi mental yang sdang sampai berat, beberapa

    anak penderita autisme (dikenal sebagai savant) memiliki kemampuan

    dalam bidang khusus seperti seni, musik, memori, matematika, atau

    ketrampilan persepsi seperti menyusun puzzle.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    9/31

    9

    2.2.4 PrognosisAutisme biasanya merupakan kondisi ketidakmampuan yang berat.

    Tetapi ada laporan bahwa anak-anak mengalami kemajuan dalam

    penguasaan ketrampilan bahasa dan komunikasi dengan orang lain.

    Beberapa anak pada akhirnya dapat mencapai kemandirian, tetapi

    sebagian besar anak memerlukan pengawasan seumur hidup dari oarng

    dewasa. Perburukan gejala psikiatrik terjadi pada sekitar setengah anak

    selama masa remaja, denan anak perempuan memiliki kecenderungan

    mengalami perburukan terus-menerus.

    Penegnalan perilaku sehubungan dengan autisme sejak dini sangat

    kritis agar dapat menerapkan intervensi dan keterlibatan keluarga yang

    kurang tepat. Prognosis paling baik terdapat pada anak-anak yang telah

    memiliki perkembangan bicara komunikatif pada usia 6 tahun dan IQ

    di atas 50 pada saat diagnosa ditegakkan (Donna L. Wong, 2008).

    2.3 Gangguan Pemusatan Perhatian dan Impulsivitas2.3.1 Pengertian

    Attention deficit hiperactivity disorder (ADHD) atau GPPH

    merupaka istilah terbaru yang digunakan untuk menyatakan pola

    defisit pemusatan perhatian yang persisten atau hiperakvitas dikenal

    dan lebih sering terjadi pada anak-anak dengan GPPH dibandingkan

    anak-anak lain dengan tingkat perkembangan yang sama (Muscari,

    2005).

    2.3.2 KlasifikasiMenurut Muscari, GPPH digolongkan menjadi tiga subtipe, antara

    lain;

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    10/31

    10

    a. Tipe kombinasi (paling sering). Individu memilki enam atau gejalagangguan pemusatan perhatian dan enam gejala atau lebih gejala

    hiperaktivitas dan impulsivitas.

    b. Tipe inatentif predominan. Individu memiliki enam atau lebihgejala gangguan pemusatan perhatian dan gejala hiperaktivitas

    dengan impulsivitas kurang dari enam.

    c. Tipe hiperaktivitas dan impulsivitas predominan. Individumemiliki enam atau lebih gejala hiperaktivitas dengan impulsivitas

    dan gejala gangguan pemusatan perhatian kurang dari enam.

    2.3.3 EpidemiologiADHD memengaruhi sekitar 3% sampai 5% anak usia sekolah.

    Rasio antara anak laki-laki dan anak perempuan berkisar 3:1

    (McCracken, 2000).

    Sebelumnya, diyakini bahwa anak-anak dapat mengatasi ADHD

    setelah masa pubertas, tetapi sekarang dikatahui bahwa ADHD tetap

    berlangsung selama masa remaja dan bahkan usia dewasa pada banyak

    orang (Wender, 2000).

    ADHD pada masa kanak-kanak juga memiliki angka yang lebih

    tinggi pada impulsivitas, penggunaan alkohol dan obat-obatan,

    masalah dengan hukum, dan diagnosis gangguan kepribadian (Sheila

    L. Videbeck, 2008).

    2.3.4 EtiologiMeskipun banyak riset yang telah dilakukan, penyebab ADHD

    yang pasti tidak diketahui. Kemungkinan bahwa kombinasi berbagai

    faktor ikut berperan, seperti racun lingkungan, pengaruh prenatal,

    hereditas, dan kerusakan struktur dan fungsi otak (McCracken, 2000).

    Pajanan selama prenatal terhadap alkohol, tembakau, timbal, dan

    malnutrisi berat pada masa kanak-kanak awal meningkatkan

    kemungkinan ADHD (Glod, 1997).

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    11/31

    11

    Faktor predisposisi antara lain terpajan toksin, obat, otitis media

    kronis, trauma kepala, komplikasi perinatal, infeksi neurologis, dan

    gangguan mental, dan pewarisan genetik tidak diketahui (Muscari,

    2005).

    Faktor resiko ADHD mencakup riwayat ADHD pada keluarga:

    kerabat laki-laki yang mengalami gangguan kepribadian antisosial atau

    alkoholisme; kerabat perempuan yang mengalami gangguan

    somatisasi; status sosioekonomi yang rendah; gender laki-laki;

    ketidakharmonisan keluarga atau perkawinan, termasuk perceraian

    orangtua, pengabaian, penganiayaan, atau deprivasi pengasuhan; berat

    lahir; dan berbagai macam cedera otak (McCracken, 2000).

    Menurut Philips (2007), etiologi ADHD melibatkan saling

    keterkaitan antara faktor genetik dan lingkungan.

    1. Pengaruh genetikGejala ADHD menunjukkan pengaruh genetik yang cukuo

    kuat. Twin studi menunjukkan bahwa sekitar 75% dari variasi

    gejala ADHD di dalam populasi adalah karena faktor genetik

    (heritabilitas perkiraan 0,7-0,8). Pengaruh genetik tampaknya

    mempengaruhi distribusi gejala ADHD di seluruh penduduk dan

    bukan hanya dalam kelompok sub klinis.

    2. Pengaruh lingkunganBerbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan otak saat

    perinatal dan anak usia dini berhubungan dengan peningkatan

    risiko ADHD tanpa gangguan hiperaktif. Faktorr biologis yang

    berpengaruh terhadpa ADHD yaitu ibu merokok, mengkonsumsi

    alkohol, dan mengkonsumsi heroin selama kehamilan; berat lahir

    sangat rrendah dan hipoksia janin; cedera otak; dan terkena racun.

    Faktor resiko tidak bertindak dalam isolasi, tapi berinteraksi satu

    sama lain. Sebagai contoh, risiko ADHD terkait dengan konsumsi

    alkohol ibu pada kehamilan mungkin lebih kuat pada anak-anak

    dengan gen transporter dopamin.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    12/31

    12

    Hasil penelitian Faron, dkk, 2000, Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 2003

    (dalam MIF Baihaqi & Sugiarmin, 2006), yang mengatakan bahwa

    terdapat faktor yang berpengaruh terhadap munculnya ADHD:

    a. Faktor genetikaBukti penelitian menyatakan bahwwa faktor genetika

    merupakan faktor penting dalam memunculkan tingkah laku

    ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga ADHD memiliki

    gangguan, yaitu jika orangtua mengalami ADHD, maka anknya

    beresiko ADHD sebesar 60%. Pada anak kembar, jika salah satu

    mengalami ADHD, maka saudaranya 70-80% juga beresiko

    mengalami ADHD.

    Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan

    bahwa molekul genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan

    ,munculnya ADHD. Dengan demikian temuan-temuan dari aspek

    keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu menyatakan bahwa

    ADHD ada kaitannya dengan keturunan.b. Faktor neurobiologis

    Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis

    diantaranya bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul

    pada ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus

    prefrontal. Demikian juga penurunan kemampuan pada anak

    ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi

    lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan

    teknologi tinggi) menunjukkan ada ketidaknormalan pada bagian

    otak depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang saling

    berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks serebral secara

    kolektif dikenal sebagai baal ganglia. Bagian otak ini berhubungan

    dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons, dan organisasi

    respons. Kerussakan-kerusakan daerah ini memunculkan ciri-ciri

    yang serupa dengan ciri-ciri ADHD. Informasi lain bahwa anak

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    13/31

    13

    ADHD mempunyai korteksi prefrontal lebih kecil dibanding anak

    yang tidak ADHD.

    2.3.5 Manifestasi KlinikMenurut Muscari, Diagnosis GPPH berdasarkan kelompok

    kriteria spesifik yang diajukan oleh American Psychiatris Association

    dalam Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorder (DSM

    IV) (catatan: tipe kombinasi berdasarkan pada (1) dan (2); tipe

    inatentif predominan berdasarkan pada (1); dan tipe hiperaktivitas dan

    impulsivitas predominan berdasarkan pada (2):

    1. Kurang PerhatianPada criteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami

    6 atau gejala-gejala berikut dan berlangsung paling sedikit 6

    bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptive dan tidak

    konsisten dengan tingkat perkembangan.

    a. Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatuyang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam

    pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.

    b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkanperhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.

    c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak berbicara secaralangsung.

    d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagaldalam menjalankan tugas dan kegiatan.

    e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasdan kegiatan

    f. Seringkali kehilnagan benda/ barang penting untuk tugas-tugas dan kegiatan misalnya kehilangan pensil, buku, dan

    alat tulis lainnnya.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    14/31

    14

    g. Seringkali menghindari, tidak mnyukai atau engganmelaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha

    mental yang didukung seperti menyelesaikan pekerjaan

    sekolah atau pekerjaan rumah.

    h. Seringkali bingung/ terganggu oleh rangsangan dari luar.2. Hiperaktifitas dan impulsivitas

    Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala

    hiperaktifitas dan impulsivitas berikutnya bertahan selama

    paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan maladaptive

    dan tidak dengan tingkat perkembangan.

    Hiperaktifitas

    a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dansering menggeliat di kursi.

    b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas ataudalam situasi lainnya dimana diharapkan agar anak tetap

    duduk.

    c. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalamsituasi dimana hal ini tidak tepat. (Pada masa remaja atau

    dewasa terbatas padaperasaan gelisah yang subyektif)

    d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibatdalam kegiatan senggang secara tenang.

    e. Sering bergerakf. Sering berbicara berlebihan/ berteriak-teriak.Impulsivitas

    a. Mereka seing memberi jawaban sebelum pertanyaanselesai.

    b. Mereka sering mengalami kesulitan menunggu giliran.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    15/31

    15

    c. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain.Misalnya memotong pembicaraan atau permainan.

    3. Beberapa gejala hiperaktifitas dan impulsivitas atau kurangperhatian yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak

    usia 7 tahun.

    4. Beberapa kerusakan terjadi pada dua lingkungan atau lebih(mis., rumah dan sekolah).

    5. Menunjukkan adanya disfungsi sosial, akademik, atauokupasional yang tampak jelas.

    6. Gejala tidak terjadi selama episode gangguan perkembanganyang meluas, skizofrenia, atau gangguan psikosis dan tidak

    menyertai setiap gangguan mental lainnya.

    2.3.6 Penatalaksanaan1. Medis

    Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas

    penggunaan psikostimulan, modifikadi perilaku, pendidkan

    orangtua, dan konseling keluarga.

    Psikostimulan: metilfenidat (ritalin), amfetamin sulfat

    (benzedrine), dan dekstroamfetamin sulfat (dexedrine), dapat

    memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak dengan

    meningkatkan efek paradoksikalpada kebanyakan anak dan

    sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.

    2. KeperawatanBeberapa terapi yang dapat diberikan pada anak hiperaktif;

    a. Terapi bermainTerapi bermain sangat penting untuk mengembangkan

    ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam

    suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan

    kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan

    untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    16/31

    16

    b. Terapi perilakuSeorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang

    dari perilaku negtif yang sring muncul pada anak hiperaktif

    fan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan

    lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki

    perilakunya.

    c. Terapi perkembanganFloortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental

    Intervention) dianggapsebagai terapi perkembangan. Artinya

    anak dipelajari minatnya, kekuatannya dantingkat

    perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial,

    emosionaldan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda

    dengan terapi perilaku sepertiABA yang lebih mengajarkan

    ketrampilan yang lebih spesifik.

    2.4 Gangguan Tingkah Laku2.4.1 Pengertian

    Gangguan tingkah laku adalah perilaku antisosial yang persisten

    pada anak dan remaja yang secara signifikan mengganggu

    kemampuan mereka untuk melakukan fungsi di bidang sosial,

    akademik, atau pekerjaan. Menurut Steiner (2000), Gejala gangguan

    tingkah laku dikelompokkan ke dalam empat area;

    4. Agresi terhadap orang dan binatang5. Perusakan barang-barang6. Kecurangan dan pencurian7. Pelanggaran peraturan yang serius

    Individu yaang mengalami gangguan tingkah laku

    mempunyaisedikit rasa empati terhadap orang lain; mereka

    mempunyai harga diri rendah, toleransi frustasi yang buruk, dan

    marah yang meledak-ledak. Gangguan tingkah laku sering kali

    dihubungkan dengan awitan dini perilaku seksual, minum alkohol,

    merokok, menggunakan zat terlarang, dan perilaku ceroboh atau

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    17/31

    17

    perilaku beresiko lainnya. Gangguan ini terjadi tiga kali lebih sering

    pada anak laki-laki daripada anak perempuan, dan sebanyak 30%

    hingga 50% anak-anak tersebut didiagnosis mengalami gangguan

    kepribadian antisosial saat dewasa (Sheila L. Videbeck, 2008).

    2.4.2 Tipe Awitan dan KlasifikasiMenurut Sheila L. Videbeck, terdapat dua subtipe gangguan

    tingkah laku didasarkan pada usia saat awitan:

    1. Tipe awitan masa kanak-kanak mencakup gejala-gejala yang terjadisebelum usia 10 tahun.

    2. Tipe awitan remaja didefinisikan sebagai tidak adanya gangguantingkah laku sampai usia 10 tahun.

    Menurut Sheila L. Videbeck, gangguan tingkah laku dapat

    diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, atau berat (DSM-IV-TR,

    2000):

    1. Ringan: individu mengalami sedikit masalah tingkah laku yangmenyebabkan bahaya terhadap orang lain yang relatif ringan,

    seperti berbohong, bolos sekolah, atau keluar rumah tanpa izin.

    2. Sedang: jumlah masalah tingkah laku meningkat, seperti halnyajumlah bahaya terhadap orang lain, seperti vandalisme atau

    pencurian.

    3. Berat: ada banyak masalah tingkah laku, dan ada bahaya yangbesar terhadap orang lain, seperti seks yang dipaksa, kekejaman

    terhadap bintang, penggunaan senjata, pencurian, atau perampokan.

    2.4.3 EtiologiSecara umum diterima bahwa kerentanan genetik, kesuliatn

    lingkungan, dan faktor-faktor seperti koping yang buruk saling

    memengaruhi untuk menyebabkan gangguan. Faktor resiko mencakup

    pengasuhan yang buruk, prestasi akademik yang rendah, hubungan

    teman sebaya yang positif, dan kesehatan yang baik (Steiner, 2000).

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    18/31

    18

    2.4.4 Manifestasi KlinikMenurut Sheila L. Videbeck, gejala-gejala gangguan tingkah laku

    diantaranya;

    1. Agresi kepada orang atau binatang.2. Mengganggu, mengancam, atau mengintimidasi orang lain.3. Perkelahian.4. Penggunaan senjata.5. Pemaksaan kegiatan seksual.6. Kekejaman kepada orang lain atau binatang.7. Perusakan barang-barang.8. Menyebabkan kebakaran9. Vandalisme10.Sengaja merusak barang-barang11.Kecurangan dan pencurian12.Berbohong.13.Mencuri di toko14.Mendobrak rumah, gedung atau mobil.15.Menipu orang lain untuk menghindari tanggung jawab.16.Pelanggaran peraturan yang serius17.Keluar sepanjang malam tanpa izin orang tua18.Melarikan diri dari rumah sepanjang malam.19.Bolos sekolah

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    19/31

    19

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    3.1Pengkajiana. Identitas

    Jenis Kelamin : >

    b.Riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.Data yang didapatkan apakah anak tersebut lahir prematur, berat badan

    lebih rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnya atau ada faktor genetikyang diduga sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.

    c. Kaji riwayat perilaku anak.1. Kaji riwayat perkembangan anak, dimana dulu seorang bayi yang gesit,

    aktif dan banyak menuntut yang mempunyai tanggapan-tanggapan yang

    mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitan-kesulitan makan dan

    tidur, kerap kali pada bulan-bulan pertama kehidupannya sukar untuk

    menjadi tenang pada waktu akan tidur serta lambat untuk membentuk

    irama diurnal. Kolik dilaporkan agak umum terjadi pada mereka.

    2. Laporan dari guru tentang permasalahan-permasalahan akademis sertatingkah laku dalam kelas

    d.Alasan MasukBiasanya keluhan orangtua terhadap anak yang mengalami ADHD adalah

    sebagai berikut:

    a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalamimasalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai

    anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.

    b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupanyang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku

    overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.

    c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampumenghadapi perilaku anak.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    20/31

    20

    d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untukmendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dan semua itu

    sebagian besar tidak berhasil.

    e. Faktor Predisposisi dan PresipitasiFaktor prediposisi

    Terpajan toksin, obat, otitis media kronis, trauma kepala,

    komplikasi perinatal, infeksi neurologis, dan gangguan mental, dan

    pewarisan genetik tidak diketahui (Muscari, 2005).

    Faktor presipitasi

    Etiologi GPPH tidak jelas dan dapat dikaitkan dengan berbagai

    penyakit atau trauma yang mempengaruhi otak pada setiap tahap

    perkembangan.

    f. Status Mental- Penampilan Umum dan Perilaku Motorik

    a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat danbergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.

    b. Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke bendalain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.

    c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapatmelakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan

    sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada

    apa yang telah dikatakan.

    d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topikke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat

    tingkat perkembangannya

    - Mood dan afeka. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau

    tempertantrum.

    b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    21/31

    21

    c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dantampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.

    d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkanperlawanan dan kemarahan.

    - Proses dan isi pikirSecara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk

    mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau

    tingkat perkembangan.

    - Sensorium dan proses intelektuala. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori

    atau persepsi seperti halusinasi.

    b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasitergangguan secara nyata.

    c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yangberat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.

    d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kalimenjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi

    perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan

    sesuatu.

    e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarangyang mampu menyelesaikan tugas.

    - Penilaian dan daya tilik diria. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian

    yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak

    b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakanimpulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang

    tinggi.Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik

    pada anak kecil.

    c. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampumenilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    22/31

    22

    d. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadarisama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang

    lain.

    e. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yangmenyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat

    menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.

    - Konsep diria. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi

    secara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah

    rendah.

    b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memilikibanyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas

    di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka

    buruk.

    c. Reaksi negatif orang lain yang muncul karena perilaku merekasendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh

    e. Peran dan Hubungana. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun

    sosial.

    b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yangmenyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.

    c. Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepaladan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang

    didiagnosis dan diterapi.

    d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memilikikeberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak

    terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak

    barang-barang miliki keluarga.

    e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secarafisik.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    23/31

    23

    f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua danpengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak

    yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.

    f. Pertimbangan Fisiologis dan Perawatan DiriAnak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak

    meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat

    duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur

    juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku

    ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    24/31

    24

    g. Pohon Masalah

    Hiperaktivitas,

    Impulsivitas Inatentif

    Tidak dapat

    menyelesaikan tugas-

    tu as akademik

    Prestasi akademik elek

    Teguran dari guru

    HDR

    Aktivitas tdkterkendali

    Resiko cidera

    Tdk meluangkan waktumakan scr tepat

    Nutrisi kurang dr

    kebutuhan

    Ketidakharmonisan keluarga,

    perceraian orang tua, deprivasi

    pengasuhan

    Infeksi perinatal, trauma

    otak, genetik dll

    Penurunan perfusi darah di

    korteks frontal, atrofi kortikal

    Penurunan metabolisme

    dlm lobus frontalis

    Ggn untuk perhatian,

    kontrol impuls dan

    aktivitas

    Hambatan kontrol

    erilaku anakGPPH/ADHD

    K. I. inefektif

    Perilaku agresif,

    berbicara keras

    Hub. dg orla/tmn

    seba a

    Resiko kambuh

    Hambatan

    interaksi sosial

    Kepenatan orangtua

    dalam mengasuh

    anak

    KK tdk efektif

    PRT inefektif

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    25/31

    25

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    26/31

    26

    3.2 Diagnosa

    Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    27/31

    27

    3.3 Perencanaan

    DiagnosaPerencanaan

    RasionalTujuan Kriteria Hasil Intervensi

    Resiko cedera

    berhubungan

    denganhiperaktivitas

    dan perilaku

    impulsive

    TUM :Anak tidak akan

    melukai dirisendiri atau orang

    lain

    TUK :1. Anak dapat

    mempertahan

    kan kondisi

    tanpa regresi

    2. Anak dapatmengutaraka

    n

    perasaannya

    3. Anak bisamengertitentang

    konsekuensidari perilaku

    mal adaptif

    1. Kondisidipertahankan

    pada tingkat dimana pasien

    merasa tidak perlu

    melakukan

    regresi.

    2. Anak mencariperawat untuk

    membicarakan

    perasaan perasaan yang

    sebenarnya.

    3. Anak mengetahui,mengungkapkan

    dan menerimakemungkinan

    konsekuensi dariperilaku

    maladaptif diri

    sendiri.

    1. Bina hubungan saling percaya

    2. Observasi perilaku anak secarasering. Lakukan hal ini melalui

    aktivitas sehari hari dan interaksiuntuk menghindari timbulnya rasa

    waspada dan kecugiaan.

    3. Bantu anak mengenali kapanimpulsive itu terjadi dan untuk

    menerima perasaan-perasaan tersebut

    sebagai miliknya sendiri.

    4. Bertindak sebagai model peran untukekspresi yang sesuai dari percobaan.

    1. Hubungan saling percayasebai dasar interaksi yang

    trapeutik.2. Anak anak pada resiko

    tinggi untuk melakukan

    pelanggaran memerlukan

    pengamatan yang seksama

    untuk mencegah tindakan

    yang membahayakan bagi

    diri sendiri atau orang lain.

    3. Informasi tentang sumbertambahan dari sikap

    impulsiv, respon perilaku

    dan persepsi anak

    terhadapa[ situasi ini harus

    dicatat. Diskusikan apapundata dengan anak dan

    berikan masukan untukmenghindari sikap

    maladaptive

    4. Memberikan contoh ataumodel yang tepat bagi anak

    untuk melampiaskan sikap

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    28/31

    28

    5. Singkirkan semua benda-benda yangberbahaya dari lingkungan anak.

    6.

    Usahakan untuk bisa tetap bersamaanak jika impulsive sedang terjadi.

    impulsivnya tersebut tanpa

    harus mencederai dirinya

    sendiri

    5. Mencegah anak agar tidakmencederai atau melukaidirinya sendiri

    6.Hadirnya seseorang yangdapat dipercaya

    memberikan rasa aman

    bagi anak.

    Penurunan

    koping keluarga

    berhubungan

    denganperasaan

    bersalah yangberlebihan,

    marah atau

    saling

    menyalahkan

    diantara

    anggota

    keluarga

    tentang perilaku

    anak, kepenatan

    orang tua

    karena

    menghadapi

    TUM :

    Orang tua

    mengerti

    metodeintervensi yang

    lebih konsistendan efektif

    dalam merespon

    perilaku anak

    TUK :1. Orang tua

    dapat

    mengatasi

    perilaku

    negative anak

    2. Keluarga dapatmenggunakan

    system

    1. Mengungkatkandan mengatasi

    perilaku negatif

    pada anak.2. Mengidentifikasi

    danmenggunakan

    sistem

    pendukung yang

    dibutuhkan

    1. Berikan informasi dan materi yangberhubungan dengan gangguan anak

    dan teknik menjadi orang tua yang

    efektif.

    2. Dorong individu untukmengungkapkan perasaan secara verbal

    dan menggali cara alternatifberhubungan dengan anak

    3. Beri umpan balik positif dan dorongkeluarga menggunakan metode yang

    positif.

    4. Libatkan saudara kandung dalam

    1. Penting untuk anak untukmencapai sesuatu, maka

    rencana untuk aktivitas-

    aktivitas di manakemungkinan untuk

    sukses adalahmungkin. Sukses

    meningkatkan harga diri.

    2. Perhatian terhadap anaksebagai makhluk hidup

    yang berguna dapat

    meningkatkan harga diri.

    3. Hal ini untukmenyampaikan pada anak

    bahwa Anda merasa

    bahwa dia berharga untuk

    waktu Anda.

    4. Identifikasi aspek-aspek

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    29/31

    29

    anak dengan

    gangguan dalam

    jangka waktu

    yang lama

    pendukung

    yang

    dibutuhkan

    diskusi keluarga dan perencanaan

    interaksi keluarga yang lebih efektif.

    5. Berikan dorongan dan dukungankepada anak dalam menghadapi rasa

    takut terhadap kegagalan denganmengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan

    melaksanakan tugas-tugas

    baru. Berikan pujian bila anak dapat

    menyelesaikan dengan baik

    6. Diskusikan dengan keluarga/kliententang obat, dosis, frekuensi, efek dan

    efek samping.

    positif anak dapat

    membantu

    mengembangkan aspek

    positif sehingga memiliki

    koping individu yangefektif

    5.Pujian terhadap anaksecara positif dapat

    meningkatkan harga diri.

    6. Untuk mencegahterjadinya kesalahan

    dalam memberikan obat.

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    30/31

    30

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    4.2 Saran

  • 7/28/2019 Askep jiwa.docx

    31/31

    DAFTAR PUSTAKA

    Muscari, Mary E 2005. Panduan belajar keperawatan pediatrik edisi 3.

    Jakarta:EGC.

    Asherson, Philip. 2008.Diagnosis and Management of ADHD in children, young

    people and adults.

    Videbeck, Sheila L. 2008.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

    Wong, Donna L. 2008.Buku ajar keperawatan pediatric volume 1. Jakarta: EGC.