audit temuan bpk

Upload: hadiyan-rosyidi

Post on 02-Jun-2018

277 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    1/61

    BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    HASIL PEM ERIKSAAN

    ATAS

    BELANJA DAERAH

    PADA

    KABUPATEN SITUBONDO

    TAHUN ANGGARAN 2004 DAN 2005

    DI

    SITUBONDO

    PERWAKILAN BPK-RI

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    2/61

    DAFTAR ISI

    RESUME HASIL PEMERIKSAAN ................................................................... 1

    BAB I. GAMBARAN UMUM ......................................................................... 4

    1. Tujuan Pemeriksaan .............................................................................. 4

    2. Sasaran Pemeriksaan ............................................................................. 4

    3. Metode Pemeriksaan ............................................................................. 4

    4. Jangka Waktu Pemeriksaan ................................................................. 6

    5. Obyek Pemeriksaan ............................................................................... 6

    BAB II. HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN 9

    1. Lingkungan Pengendalian ................................................................... 9

    2. Penaksiran Resiko ................................................................................. 103. Aktivitas Pengendalian ......................................................................... 11

    4. Informasi dan Komunikasi .................................................................. 11

    5. Pemantauan ........................................................................................... 12

    BAB III. TEMUAN PEMERIKSAAN .............................................................. 13

    1. Pengeluaran DPRD sebesar Rp24.685.000,00 diragukan dan

    sebesar Rp30.556.300,00 tidak didukung bukti yang lengkap ........ 13

    2. Honorarium Tim/Panitia melebihi standar honorarium daerah

    mengakibatkan pemborosan keuangan daerah sebesar

    Rp380.000.000,00 ................................................................................. 16

    3. Pengeluaran Bantuan Profesi Tahun 2004 sebesarRp5.769.060.600,00 dan Tahun 2005 sebesar Rp3.218.283.445,00

    tidak sesuai dengan ketentuan ............................................................ 19

    4. Pengelola Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan,

    Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan dan Program

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    3/61

    6. Barang Inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo di KPPS

    berupa kalkulator belum diserahkan ke KPUD untuk

    dikembalikan ke Pemerintah Kabupaten Situbondo sebesar

    Rp33.087.000,00 ..................................................................................... 28

    7. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Situbondo senilai

    Rp932.500.000,00 belum disertifikatkan ............................................. 31

    8. Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai

    Rp27.330.537,60 dan pengalihan pekerjaan pada proyekpemasangan jaringan perpipaan senilai Rp22.062.000,00 kurang

    bisa dipercaya ........................................................................................ 34

    9. Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir

    Putih Tahun 2004 Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak

    sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00 ...................................................... 37

    10. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian

    Ekonomi dan Bagian keuangan kurang didukung bukti yang

    lengkap senilai Rp292.500.000,00 ........................................................ 39

    11. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai

    kontrak sebesar Rp125.440.293,82 ....................................................... 41

    12. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporanpelaksanaan harian pada beberapa proyek pemeliharaan berkala

    sebesar Rp34.712.388,00 ........................................................................ 46

    13. Kesalahan Analisa HPS Bronjong Kawat Galvanis Pada Proyek

    Pembuatan Tangkis Kali Memboroskan Daerah Sebesar

    Rp69.349.000,00 ...................................................................................... 49

    14. Pengadaan semen dan batu kali untuk pekerjaan swakelola

    kurang dari seharusnya sebesar Rp19.602.000,00 ............................. 52

    Lampiran .................................................................................................................. 55

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    4/61

    BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    HASIL PEMERIKSAAN ATAS

    PELAKSANAAN BELANJA DAERAH

    TAHUN ANGGARAN 2004 DAN 2005

    PADA

    KABUPATEN SITUBONDO

    DI SITUBONDO

    SEMESTER II

    TAHUN ANGGARAN 2005

    RESUME HASIL PEMERIKSAAN

    Berdasarkan ketentuan pasal 23 E perubahan ketiga Undang-undang Dasar

    Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1973, Undang-

    undang Nomor 15 Tahun 2004, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-

    RI) telah melakukan Pemeriksaan atas Pelaksanaan Belanja Daerah Kabupaten Situbondo

    (audit dengan tujuan tertentu) di Situbondo. Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman

    d St d A dit P i t h (SAP) dit t k l h BPK RI d t h 1995

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    5/61

    Anggaran 2005 dari anggaran belanja sebesar Rp257.696.185.724,56 telah direalisasikan

    sampai dengan September 2005 sebesar Rp169.883.512.069,54 atau sebesar 65,92%.

    Secara umum sistem pengendalian intern telah dirancang dan dilaksanakan secara

    cukup memadai sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya. Selain itu

    pemantauan dan pertanggungjawaban keuangan telah dilaksanakan cukup baik.

    Selanjutnya tanpa mengurangi keberhasilan yang telah dicapai, hasil pemeriksaan masih

    menunjukkan berbagai kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:

    1. Penyimpangan yang dapat mengganggu kewajaran penyajian laporan keuangan;

    a. Pengelola Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan, Gerakan Terpadu

    Pengentasan Kemiskinan dan Program Percepatan Pemberdayaan,

    b. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian Ekonomi dan Bagian

    Keuangan kurang didukung bukti yang lengkap senilai Rp292.500.000,00.

    2.

    Penyimpangan terhadap kriteria/peraturan yang telah ditetapkan;

    a. Pengeluaran DPRD sebesar Rp24.685.000,00 diragukan dan sebesar

    Rp30.556.300,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap,

    b. Barang inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo belum seluruhnya

    dikembalikan ke KPUD Kabupaten Situbondo sebesar Rp33.087.000,00,

    c.

    Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai Rp27.330.537,60 dan

    pengalihan pekerjaan pada proyek pemasangan jaringan perpipaan senilai

    Rp22.062.000,00 kurang bisa dipercaya,

    d. Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih Tahun 2004

    di Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00,

    e.

    Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai kontrak sebesarRp125.440.293,82,

    f. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporan pelaksanaan harian

    pada beberapa proyek pemeliharaan berkala sebesar Rp43.712.442,00,

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    6/61

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    7/61

    BAB I

    GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

    1.

    Tujuan Pemeriksaan

    Untuk menentukan apakah:

    a. Sistem pengendalian intern atas entitas tersebut baik terhadap laporan

    keuangan daerah maupun terhadap pengamanan atas kekayaan telah dirancangdan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian;

    b.

    Entitas yang diperiksa dalam menjalankan tugas dan fungsinya telah mematuhi

    persyaratan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    2. Sasaran Pemeriksaan

    Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut, pemeriksaan diarahkan pada

    sasaran:

    a.

    Pelaksanaan sistem pengendalian intern;

    b.

    Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam

    pelaksanaan belanja daerah.

    3. Metode Pemeriksaan

    Pemeriksaan atas belanja daerah akan memberikan penilaian terhadap

    pelaksanaan anggaran dan Sistem pengendalian Intern dengan pendekatan :

    a.

    Pendekatan Resiko

    Metodologi yang diterapkan dalam melaksanakan pemeriksaan tersebut

    dilakukan dengan menggunakan pendekatan resiko. Pendekatan resiko yang

    dilakukan dalam pemeriksaan ini didasarkan pada pemahaman dan pengujian

    atas efektifitas Sistem Pengendaliam Intern mengenai pengelolaan Keuangan

    Daerah khususnya di Bagian Keuangan dan Pemegang kas Daerah. Hasil

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    8/61

    materialitas pemeriksaan tersebut adalah konservatif atau rendah dengan

    pertimbangan bahwa pelaksana pengelola Keuangan Daerah tersebut akan

    sangat memperhatikan aspek legalitas dan ketaatan pada ketentuan yang

    berlaku dalam proses pertanggungjawaban keuangan. Berdasarkan Panduan

    Manajemen Pemeriksaan (PMP) maka standar materialitas yang ditetapkan

    adalah 0,5 % 2 %. Tingkat materialitas dalam pemeriksaan ini akan

    dijadikan pertimbangan dalam tahap perencanaan untuk menentukan

    kedalaman pengujian yang akan dilakukan.c. Pengujian dalam pemeriksaan

    Pemeriksaan Belanja Daerah tersebut dilakukan dengan pemahaman atas SPI,

    pengujian atas pengendalian terbatas pada angka-angka yang disajikan untuk

    dapat mengumpulkan bukti yang dapat mendukung kesimpulan pemeriksaan.

    Pemeriksaan ini melakukan pengujian substantif atas transaksi keuangan

    secara terbatas.

    d. Uji Petik Pemeriksaan (Sampling Audit)

    Pemeriksaaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik

    atas satuan kerja/instansi daerah dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan

    pemeriksaan akan didapat berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar

    untuk menggambarkan kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini,

    pemeriksa menggunakan metode non statistical sampling atau metode

    sampling yang berdasarkan judgement, dengan memperhatikan tingkat resiko

    yang ada untuk menentukan jumlah dan satuan kerja/instansi daerah yang akan

    diuji dan keterwakilan sample yang dipilih dari populasi baik dari segi nilai

    angka rupiah dan jenis transasksinya.

    e.

    Pelaporan

    Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan belanja daerah

    tersebut harus dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk mendapat

    tanggapan tertulis sebelum disajikan sebagai temuan pemeriksaan dalam Hasil

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    9/61

    4.

    Jangka Waktu Pemeriksaan

    Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 7 September sampai dengan tanggal 6

    Oktober 2005.

    5.

    Obyek Pemeriksaan

    a.

    Pemeriksaan dilakukan atas belanja daerah Kabupaten Situbondo Tahun

    Anggaran 2004 dan 2005.

    b.

    Anggaran dan Realisasi.

    Anggaran dan realisasi belanja aparatur, belanja publik, belanja bagi hasil dan

    belanja tak tersangka Tahun Anggaran 2004 pada Kabupaten Situbondo adalah

    sebagai berikut:

    1)

    Belanja Aparatur

    Belanja aparatur dalam APBD Tahun Anggaran 2004 dianggarkan sebesar

    Rp205.456.061.401,95 dan telah direalisasikan sebesar

    Rp196.085.888.542,74 atau sebesar 95,44%.

    2)

    Belanja Publik

    Belanja pelayanan publik dalam APBD Tahun Anggaran 2004

    dianggarkan sebesar Rp102.239.881.326,68 dan telah direalisasikan

    sebesar Rp89.736.079.953,00 atau sebesar 87,70%

    3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

    Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan Tahun Anggaran 2004

    dianggarkan sebesar Rp39.811.684.300,00 dan telah direlisasikan sebesar

    Rp31.024.815.394,00 atau sebesar 77,93%

    4)

    Belanja Tidak Tersangka

    Belanja tidak tersangka Tahun Anggaran 2004 dianggarkan sebesar

    Rp5.396.140.000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp5.392.911.990,00

    atau sebesar 99,94%

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    10/61

    No. Uraian Belanja Anggaran Realisasi %

    2 BELANJA 307.695.942.278,63 285.821.968.495,74 92,892 1 Belanja Aparatur 205.456.061.401,95 196.085.888.542,74 95,44

    2.1. 1 Belanja Administrasi Umum 171.932.055.838,97 168.771.894.856,59 98,16

    2.1.01. 1 Belanja Pegawai/Personalia 153.333.226.240,47 151.274.882.518,84 98,66

    2.1.02. 1 Belanja Barang dan Jasa 12.509.630.562,00 11.666.041.255,75 93,26

    2.1.03. 1 Belanja Perjalanan Dinas 3.246.682.450,00 3.137.183.450,00 96,63

    2.1.04. 1 Belanja Pemeliharaan 2.842.516.586,50 2.693.787.632,00 94,77

    2.2. 1 Belanja Operasional dan

    Pemeliharaan

    30.033.774.392,98 24.032.657.736,00 80,02

    2.2.01. 1 Belanja Pegawai/Personalia 17.821.290.218,98 16.791.121.912,15 94,22

    2.2.02. 1 Belanja Barang dan Jasa 11.279.334.400,00 6.437.871.050,00 57,08

    2.2.03. 1 Belanja Perjalanan Dinas 710.070.000,00 585.625.000,00 82,47

    2.2.04. 1 Belanja Pemeliharaan 223.079.774,00 218.039.774,00 97,74

    2.3. 1 Belanja Modal 3.490.231.170,00 3.281.335.950,00 94,01

    2. 2 Belanja Publik 102.239.881.326,68 89.736.079.953,00 87,77

    2.1. 2 Belanja Administrasi Umum 3.130.634.546,68 2.840.845.448,00 90,74

    2.1.01. 2 Belanja Pegawai/Personalia 2.386.569.621,68 2.111.365.958,00 88,47

    2.1.02. 2 Belanja Barang dan Jasa 712.268.125,00 697.752.690,00 97,96

    2.1.03. 2 Belanja Perjalanan Dinas 2.000.000,00 2.000.000,00 100,00

    2.1.04. 2 Belanja Pemeliharaan 29.796.800,00 29.726.800,00 99,77

    2.2. 2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 27.659.666.680,00 26.239.429.718,00 94,87

    2.2.01. 2 Belanja Pegawai/Personalia 1.878.379.800,00 1.853.047.000,00 84,92

    2.2.02. 2 Belanja Barang dan Jasa 8.730.151.330,00 7.413.372.862,00 84,92

    2.2.03. 2 Belanja Perjalanan Dinas 1.114.271.000,00 1.091.350.000,00 97,94

    2.2.04. 2 Belanja Pemeliharaan 15.936.864.550,00 15.881.659.856,00 99,65

    2 3 2 Belanja Modal 26 241 755 800 00 24 238 077 403 00 92 36

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    11/61

    2.4.04.2 Belanja Bantuan Keuangan kepada

    Pemerintah Desa/Kelurahan

    6.984.888.000,00 6.893.974.073,00 98,70

    2.4.05.2 Belanja Bantuan Keuangan kepadaOrganisasi Kemasyarakatan

    12.477.446.000,00 12.147.012.850,00 97,35

    2.4.06.2 Belanja Bantuan Keuangan kepada

    Organisasi Profesi

    19.941.350.300,00 11.575.828.471,00 58,05

    2.5.2 Belanja Tidak Tersangka 5.396.140.000,00 5.392.911.990,00 99,94

    2.5.01.2 Belanja Tidak Tersangka 5.396.140.000,00 5.392.911.990,00 99,94

    Anggaran belanja tahun 2005 adalah sebesar Rp256.678.174.556,56 sampai

    dengan Triwulan II realisasi belanja yang terserap adalah sebesar

    Rp100.879.408.252,42 atau sebesar 39,30% dengan rincian uraian belanja

    perbidang sebagai berikut:

    No. Bidang Belanja Realisasi

    01. Bidang Administrasi Umum 34.346.099.308,92

    02. Bidang Pertanian 2.773.771.519,00

    03. Bidang Perikanan dan Kelautan 593.896.491,00

    04. Bidang Pertambangan dan Energi 0,00

    06. Bidang Perindustrian dan Perdagangan 588.615.551,00

    07. Bidang Koperasi 401.407.612,00

    08. Bidang Penanaman Modal 0,00

    09. Bidang Ketenagakerjaaan 630.713.378,00

    10. Bidang Kesehatan 6.892.270.647,50

    11. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan 48.218.635.473,00

    12. Bidang Sosial 234.497.138,00

    14. Bidang Permukiman 1.727.159.325,00

    16. Bidang Pekerjaan Umum 1.933.634.079,00

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    12/61

    BAB II

    HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

    Pengendalian intern belanja daerah adalah suatu proses yang didesain dan

    dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai untuk mencapai tujuan menjamin

    efektivitas dan efisiensi belanja dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang

    berlaku. Penilaian atas lima komponen dalam sistem pengendalian intern belanja

    daerah Kabupaten Situbondo.

    1. Lingkungan Pengendalian

    Lingkungan Pengendalian belanja daerah Kabupaten Situbondo dapat dijabarkan

    sebaga berikut:

    a.

    Integritas dan Nilai Etika

    Integritas pimpinan daerah Kabupaten Situbondo yaitu DPRD, Bupati dan

    para kepala unit kerja dalam pelaksanaan tujuan pemerintah daerah pada

    umumnya cukup baik. DPRD, Bupati/Wakil Bupati maupun para kepala unit

    kerja cukup menaati ketentuan pelaksanaan belanja baik yang dituangkan

    dalam APBD, DASK maupun ketentuan-ketentuan lain.

    b.

    Komitmen pada Kompetensi

    Untuk beberapa kepala unit kerja, Bupati telah menempatkan personil sesuai

    dengan bidang keahliannya. Beberapa kepala unit kerja yang lain ditempatkan

    secara rotasional antar unit kerja karena sifat pekerjaannya yang tidak

    memerlukan keahlian teknis tetapi lebih kepada kemampuan manajerial.

    Tetapi untk pejabat di bawah kepala unti kerja dan staf unit kerja, secara

    umum penempatan telah didasarkan pada latar belakang pendidikan dan

    keahlian yang sesuai.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    13/61

    unit kerja. Dengan demikian gaya manajemen dinas dan unit kerja menjadi

    dominan. Pada beberapa dinas teknis perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

    menjadi terpengaruh oleh gaya manajemen tersebut. Karena itu pada dinas-

    dinas teknis resiko secara inherent menjadi lebih besar.

    d.

    Struktur Organisasi

    Struktur organisasi dan tata kerja (SOT) pada instansi/unit kerja/bagian yang

    ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo telah ditetapkan dengan

    Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004. Struktur organisasi dan tata kerja

    yang dibentuk tersebut telah memisahkan secara tegas dan jelas mengenai

    tugas dan fungsi masing-masing dinas, badan, kantor, dan bagian/sub bagian

    yang berada di bawah Sekretariat Daerah, sehingga kemungkinan terjadi

    tumpang tindih (perangkap fungsi) dapat dihindari.

    e. Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab

    Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Bupati kepada para kepala

    unit kerja telah dilaksanakan dengan cukup memadai dan telah didasarkan

    pada surat keputusan Bupati. Untuk pengelolaan keuangan daerah, pada tiap-

    tiap unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo telah ditunjuk

    pemegang kas dan pembantu pemegang kas yang bertanggung jawab kepada

    atasan langsung pemegang kas sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nomor

    188/03/P/002.4/2005.

    f.

    Kebijakan dan Praktik Sumber Daya

    Pada umumnya sumber daya manusia yang berada di lingkungan Pemerintah

    Kabupaten Situbondo cukup memadai, baik dari segi kualitas maupun

    kuantitas.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    14/61

    dan pengolahan resiko baik yang berkaitan dengan masalah keuangan maupun non

    keuangan.

    3.

    Aktivitas Pengendalian

    Aktivitas pengendalian telah dilakukan dari tahap perencanaan, pelaksanaan

    maupun pelaporan kegiatan. Pada tahap perencanaan dilakukan proses

    penyusunan RASK, penetapan APBD sampai menjadi DASK. Secara umum,

    proses pengendalian dalam perencanaan ini telah berjalan dengan baik, hanya

    dalam perencanaan belanja bantuan dan honorarium, pengendalian kurang

    berjalan dengan baik, yaitu beberapa belum didasarkan aturan dan proposal

    bantuan. Hal ini mengakibatkan resiko pelanggaran ketentuan batas honorarium

    maupun tidak sesuainya penyaluran bantuan menjadi tinggi.

    Dalam pelaksanaan kegiatan, pengendalian secara umum telah berjalan baik

    dengan adanya organisasi pelaksana dan pengawas kegiatan. Akan tetapi karena

    belum adanya konsultan pengawas di beberapa pengadaan barang mengakibatkan

    pelaksanaan menjadi beresiko yaitu pekerjaan kurang sesuai dengan rincian

    pekerjaan. Pengawasan yang dilakukan secara swakelola tidak dilakukan secara

    baik oleh staf pengawas pekerjaan di lapangan.

    Dalam pelaporan, belanja bantuan keuangan menjadi beresiko karena adanya

    dualisme pelaporan, yaitu di dinas atau unit kerja dan bagian keuangan (pemegang

    kas Sekretariat Daerah). Dengan dualisme tersebut pengendalian menjadi lebih

    sulit karena dinas maupun pemegang kas Sekretariat Daerah merasa bertanggung

    jawab atas pembuatan pelaporan yang komprehensif.

    4.

    Informasi dan Komunikasi

    Dalam sistem pembukuan Kabupaten Situbondo, pencatatn transaksi

    pengeluaran/belanja dilakukan berdasarkan Surat Perintah Membayar Uang

    (SPMU) dan contra post.SPMU dipakai sebagai dasar pencatatan

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    15/61

    5.

    Pemantauan

    Pemantauan adalah proses penerimaan kualitas kinerja pengendalian intern

    sepanjang waktu. Secara umum pemantauan dilakukan oleh Badan Pengawas

    secara periodikal. Hampir setiap bulan Badan Pengawas melakukan pemantauan

    pada unit-unit kerja secara bergantian.

    Berdasarkan uraian pemeriksaan terhadap sistem oengendalian intern (SPI)

    yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa

    kelemahan sistem pengendalian intern yang perlu dilakukan langkah-langkah

    perbaikan dengan memperhatikan temuan-temuan pemeriksaan.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    16/61

    BAB III

    TEMUAN PEMERIKSAAN

    1. Pengeluaran DPRD sebesar Rp24.685.000,00 diragukan dan sebesar

    Rp30.556.300,00 tidak didukung bukti yang lengkap

    Tahun 2005 DPRD Kabupaten Situbondo melakukan kunjungan kerja ke beberapa

    daerah. Komisi A ke Kota Yogyakarta dan Kabupaten Cirebon, Komisi B ke Kabupaten

    Klaten, Magelang dan Sleman, Komisi C ke Klaten dan Cilacap serta Komisi D ke

    Kabupaten Jembrana dan Buleleng dengan biaya keseluruhan sebesar Rp202.780.0000,00

    dengan SPMU PK.

    Pemeriksaan atas bukti pengeluaran menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

    a. Biaya makan dan hotel diragukan kebenarannya se besar Rp24.685.000,00.

    Setiap komisi dalam kunjungan kerja didampingi oleh pegawai Sekretariat Dewan,

    sebanyak 2 s.d 5 orang, sedangkan penginapan dan konsumsi menunjuk langsung

    Javanica Tour walaupun nilainya melebihi Rp50.000.000,00 yang seharusnya dengan

    pelelangan atau pemilihan langsung, serta dokumen pertanggungjawaban yang ada

    tidak menunjukkan adanya surat perintah kerja (SPK).Selain dari itu bukti-bukti akomodasi hotel, konsumsi, absensi, dan surat tugas,

    ternyata pemesanan penginapan melebihi jumlah personil dalam rombongan kerja

    tersebut, seperti pada tabel berikut ini:

    No. Keterangan

    Kamar/

    Konsumsi

    Dibayar

    Berdasar

    Absensi Selisih Biaya/orang

    Nilai selisih

    1. 2 3 4 5=3-4 6 7=5x61. Komisi A

    - Kunjungan ke Yogya dan Cirebon

    - Hotel 17 12 5 750.000,00 3.750.000,00

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    17/61

    - Hotel 20 13 7 850.000,00 5.950.000,00

    4. Komisi D

    -

    Kunjungan ke Jembrana dan Kab.

    Buleleng

    - Konsumsi 20 13 7 270.000,00 1.890.000,00

    - Hotel 20 13 7 725.000,00 5.075.000,00

    Jumlah 24.685.000,00

    Dari data tersebut menunjukkan bahwa pembayaran kamar/konsumsi melebihi dari

    jumlah peserta sebenarnya, sehingga terjadi pembayaran lebih sebesar

    Rp24.685.000,00.

    b. Pengeluaran sebesar Rp9.185.000,00 tidak dilengkapi dengan bukti yang lengkap.

    Pengeluaran tersebut digunakan untuk perjalanan dinas Kabag/Kasubag; Staf dan

    Sopir Sekretaris DPRD ke Bantul-Cilacap, MagelangSleman, Yogya-Cirebon dan

    Jembrana-Buleleng dalam rangka konsultasi dan koordinasi.. Sampai saat

    pemeriksaan tanggal 3 Oktober 2005 belum dapat dipertanggungjawabkan.

    c. Selain itu terdapat pengeluaran sebesar Rp21.371.300,00 yang hanya

    dipertanggungjawabkan dalam bentuk bon, yaitu:.

    DAFTAR BON PENGELUARAN YANG TIDAK JELAS/LENGKAP

    No. Uraian Jumlah (Rp)

    1 Pembelian Solar 84.000,00

    2 Biaya Pelaporan Hasil Kunjungan Kerja Luar Daerah 550.000,00

    3 Pengeluaran tidak jelas 500.000,00

    4 uang Perjalanan Dinas ke Jember (Asistensi Komisi D) Sekwan 375.000,00

    5 Konsumsi audensi ketua DPRD 640.000,00

    6 Konsumsi audensi ketua DPRD 477.500,00

    7 ATK & Jamuan 439.300,00

    8 Fotocopy Materi Asistensi Komisi D 225.500,00

    9 Kunjungan Kerja Komisi C dalam Daerah 1.400.000,0010 Uang Pelaporan Kunjungan Kerja Komisi A 550.000,00

    11 Uang untuk undangan rapat kerja komisi E 390.000,00

    12 Uang untuk Setwan (pinjam) 1.940.000,00

    13 Transportasi 2.870.000,00

    14 Pinjaman Ketua DPRD 450.000,00

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    18/61

    Pengeluaran tersebut dalam bukti pertanggungjawabannya hanya dilampiri bon

    yang tidak didukung dengan bukti lain.

    Permasalahan tersebut bertentangan dengan:

    a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 27 (4)

    Saldo Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir hari

    kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Daerah.

    b. Keputasan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 49 ayat (5 )

    menyatakan, Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan

    sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

    Kondisi tersebut mengakibatkan:

    a. Adanya pembayaran melebihi dari yang seharusnya sebesar Rp24.685.000,00

    merugikan keuangan daerah.

    b. Belum didukung bukti yang sah lainnya atas pengeluaran sebesar Rp30.556.300,00

    (Rp9.185.000,00 + Rp21.371.300,00) menyulitkan pengendalian dan tidak dapat

    diyakini kebenarannya.

    Hal tersebut disebabkan kurang cermatnya Pemegang Kas dalam melaksanakan

    tugasnya.

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar:

    1. Pemegang Kas dan PT. Javanica Tour untuk mempertanggungjawabkan uang daerah

    sebesar Rp24.685.000,00.

    2. Menegur Pemegang Kas yang bekerja kurang cermat dan memerintahkan pengguna

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    19/61

    2. Pembayaran Honorarium Tim/Panitia melebihi standar sebesar Rp380.000.000,00

    Honorarium Tim/Panitia 2.01.0003.2.01.01.01.1 pada di Sekretariat Daerah. Tahun

    2004 dianggarkan sebesar Rp4.230.505.000,00 dan telah direalisasi sebesar

    Rp3.849.680.000,00. Hasil pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban pengeluaran

    dimaksud dijumpai, dari realisasi tersebut, sebesar Rp2.919.500.000,00 digunakan untuk

    honorarium Tim Anggaran baik legislatif, eksekutif dan dengan rincian sebagai berikut:

    No SPMU dan

    tanggal

    Legislatif (Rp) Eksekutif (Rp) Sekretariat (Rp) Jumlah SPMU

    (Rp)

    0420/BT tgl

    02 -03-2004

    562.500.000,00 0,00 0,00 562.500.000,00

    0778/BT tgl

    16-03-2004

    590.000.000,00 189.000.000,00 35.000.000,00 811.000.000,00

    2509/BT tgl

    21-06-2004

    590.000.000,00 0,00 0,00 590.000.000,00

    6055/BT tgl

    09-12-2004

    589.000.000,00 0,00 0,00 589.000.000,00

    6056/BT tgl

    09-12-2004

    0,00 210.000.000,00 0,00 210.000.000,00

    6057/BT tgl

    09-12-2004

    157.000.000,00 0,00 0,00 157.000.000,00

    Jumlah 2.488.500.000,00 399.000.000,00 35.000.000,00 2.919.500.000,00

    Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebesar Rp2.488.500.000,00 digunakan

    untuk membayar hononarium tim dari legislatif, yang seharusnya tidak dibebankan pada

    Pos Sekretariat Daerah, karena kegiatan tersebut telah dianggarkan pada Pos Sekretariat

    Dewan, seperti yang telah dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan BPK No:

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    20/61

    Pemberian honorarium selama ini hanya mengacu pada SK Bupati tentang petunjuk

    umum dan pedoman kerja bagi aparat dalam pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2005

    yang mengatur atasan langsung, pemegang kas, pembantu pemegang kas dan pemegang

    barang serta pimpinan kegiatan dan staf pelaksana dengan honorarium tertinggi untuk

    pimpinan kegiatan sebesar Rp250.000,00 per orang dan dapat diberikan selama waktu

    maksimal enam bulan. Padahal penerima honorarium panitia anggaran tidak termasuk

    dalam penerima honorarium di SK Bupati tersebut.

    Apabila batasan maksimum honorarium dalam SK Bupati tersebut, digunakan maka

    yang diberikan sebesar 6 x Rp250.000,00 = Rp1.500.000,00, dengan demikian

    honorarium yang diberikan adalah sebagai berikut:

    - SPMU No 0420/BT 12 orang eksekutif @ Rp1.500.000,00 = Rp18.000.000,00

    tanggal 02-03-2004 7 orang sekretariat @ Rp1.500.000,00 = Rp10.500.000,00

    - SPMU No 2509/BT 17 orang eksekutif @ Rp1.500.000,00 = Rp25.500.000,00

    tanggal 21-06-2004 = Rp54.000.000,00

    Atas dasar perhitungan tersebut terjadi kelebihan pembayaran honorarium sebesar

    (Rp399.000.000,00 + Rp35.000.000,00) Rp54.000.000,00 = Rp380.000.000,00

    Keputusan Bupati Kabupaten Situbondo No: 188/289/P/001.2/2004 tanggal 20

    Desember 2004 Bab II.A.2. tentang Pedoman Kerja Bagi Aparat dalam Pelaksanaan

    APBD Tahun Anggaran 2005 bahwa anggaran harus disusun berlandaskan asas efisiensi,

    tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan. Juga Bab III.C.1.d.1). bahwa

    standar honorarium tertinggi adalah Rp250.000,00 untuk Pimpinan Kegiatan.

    Kondisi tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan daerah minimum sebesar

    Rp380.000.000,00

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    21/61

    Instansi yang bersangkutan menyatakan bahwa untuk tahun 2006 akan lebih

    ditertibkan sesuai aturan.

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar mengeluarkan Surat Keputusan

    tentang besarnya honorarium bagi perangkat daerah yang dapat dijadikan dasar setiap

    pemberian honorarium.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    22/61

    3. Pengeluaran Bantuan Profesi Tahun 2004 sebesar Rp5.769.060.600,00 dan Tahun

    2005 sebesar Rp3.218.283.445,00 tidak sesuai dengan ketentuan

    Pemerintah Kabupaten Situbondo menganggarkan Bantuan Profesi Lainnya pada

    kode rekening 2.01.0003.4.06.18.00.2. Tahun 2004 sebesar Rp7.197.840.300,00 dan telah

    direalisikan sebesar Rp7.153.004.300,00 sedang untuk Tahun 2005 dianggarkan sebesar

    Rp10.899.256.315,00 dan telah direalisaikan sebesar Rp.3.727.797.445,00 sampai dengan

    Triwulan III.

    Pemeriksaan terhadap surat pertanggungjawaban (SPJ) atas kegiatan tersebut

    sebagian realisasi bantuan tersebut menunjukkan bahwa sebagian bantuan diberikan

    secara tidak tepat, yaitu:

    a. Diberikan secara personal bulanan kepada anggota Muspida. Pemberian bantuan ini

    tidak tepat karena Muspida bukan profesi dan pemberi bantuan secara personal

    bulanan menjadi bersifat tunjangan. Pemberian tunjangan seperti ini tidak memiliki

    dasar hokum yang kuat.

    b. Diberikan secara salah beban, karena obyek yang diberi bantuan telah memiliki

    rekening sendiri dalam APBD, seperti pilkada 2005.

    c. Diberikan kepada instansi yang telah memiliki anggaran sendiri dari instansivertikalnya untuk biaya operasional, seperti pemeliharaan basis data KPPBB. Biaya

    Operasional ini seharusnya menjadi beban instansi bersangkutan kecuali jika ada

    kegiatan Pemerintah Kabupaten yang memerlukan jasa mereka, seperti pengamanan

    pilpres untuk acara-acara Pemerintah Kabupaten. Pemberian bantuan operasional

    instansi diluar Pemerintah Kabupaten membebani APBD.

    d. Diberikan secara Lumpsum/Block grant tanpa pertanggungjawaban lebih lanjut,

    seperti bakti sosial tanpa bukti adanya kegiatan bakti sosial.

    Ringkasan bantuan yang kurang tepat adalah sebagai berikut:

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    23/61

    Untuk rincian lebih lanjut ada pada lampiran I.

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

    a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 pada

    Lampiran IV Susunan Belanja Daerah yang menyebutkan bahwa Belanja Bantuan

    Keuangan Kepada Organisasi Profesi antara lain untuk Ikatan Bidan dan PGRI dan

    lain-lain.

    b. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan Balai Pustaka yang menyebutkan bahwa pengertian dari Profesi adalah

    bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb)

    tertentu.

    Kondisi tersebut mengakibatkan pemborosan Keuangan Daerah Tahun 2004

    sebesar Rp5.769.060.600,00 dan Tahun 2005 sebesar Rp3.218.283.445,00.

    Hal tersebut disebabkan oleh:

    a. Tim Anggaran yang kurang memperhatikan ketentuan peraturan perundang-

    undangan dalam mengajukan belanja bantuan profesi dalam menyusun APBD,

    b. Kurangnya kesadaran para penerima bantuan untuk membuat suratpertanggungjawaban.

    Sehubungan dengan permasalahan tersebut instansi yang bersangkutan menyatakan:

    a. Pemberian salah beban terjadi karena transisi pergantian Bupati, sehingga

    memerlukan biaya operasional tinggi untuk koordinasi;

    b. SPJ kurang jelas kebanyakan memang berupa disposisi;

    c. Tahun 2006 akan lebih ditertibkan sesuai aturan.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    24/61

    b. Memerintahkan Tim Anggaran untuk menganggarkan belanja sesuai rekening

    bersangkutan yang telah ada di APBD tidak di rekening bantuan profesi,

    c. Memerintahkan para pemegang kas dan pembantu pemegang kas untuk menegur dan

    meminta surat pertanggungjawaban dari para penerima bantuan.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    25/61

    4. Pengelola Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan, Gerakan Terpadu

    Pengentasan Kemiskinan dan Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan

    belum memberikan Laporan pertanggungjawaban sesuai ketentuan

    Sekretariat Daerah Kabupaten Situbondo dalam Tahun Anggaran 2005

    menganggarkan tiga jenis Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Kabupaten dan Desa

    pada kode rekening 2.01.0003.4.04.08.00.2. sebesar Rp4.737.000.000,00 dan sampai

    dengan Triwulan III telah terealisasi sebesar Rp4.112.000.000,00. Bantuan tersebut

    diantaranya dialokasikan untuk Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K)

    sebesar Rp1.632.000.000,00. Bantuan DPD/K diberikan pada 136 kelurahan/desa

    masing-masing kelurahan/desa mendapat Rp12.000.000,00. Bantuan juga diberikan

    melalui Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (GERDU TASKIN) sebesar

    Rp500.000.000,00 diberikan pada 13 (tiga belas) kelurahan/desa. Selain itu, juga

    diberikan bantuan melalui Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan (P3K) sebesar

    Rp650.000.000,00 diberikan pada 11 (sebelas) kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten

    Situbondo.

    Pemeriksaan atas dokumen pelaksanaan tersebut pada BPMP (Badan

    Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan), Sub Bagian Sekretariat Daerah yangmengelola ketiga bantuan tersebut, belum semuanya laporan kegiatan DPD/K, Gerdu

    Taskin dan P3K Tahun 2005 dilaporkan secara rutin per bulan kepada Bupati cq. Kepala

    BPMP Kabupaten Situbondo. Hasil pemeriksaan fisik untuk mencocokkan penyaluran

    dan penggunaan bantuan DPD/K, Gerdu Taskin dan P3K di wilayah Kecamatan

    Situbondo, Kecamatan Panarukan, Kecamatan Kendit dan Mangaran menunjukkan

    bahwa pekerjaan seperti yang diajukan dalam proposal bantuan telah dilakukan namun

    beberapa pekerjaan dialihkan ke pekerjaan lain. Selain itu walaupun pekerjaan telah

    selesai dilakukan belum semuanya membuat laporan berkala setiap bulan Kepala BPMP

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    26/61

    4) Desa Talkandang

    5) Desa Kotakan

    b. Gardu Taskin

    1) Kelurahan Mimbaan

    2) Desa Klampokan

    3) Desa Battal

    c. Bantuan P3K

    1) Desa Tanjung Glugur

    2) Desa`Tanjung Pecinan

    3) Desa`Semiring

    4) Desa` Bugeman

    5) Desa Tambakl Ukir

    6) Desa Rajekwesi

    7) Kelurahan Dawuhan

    8) Desa Patokan

    9) Desa`Talkandang

    10) Desa`Olean

    11) Desa Kotakan

    12) Desa`Kalibagor

    13) Desa Wringinanom

    14) Desa Kilensari

    15) Desa`Duwet

    16) Desa`Peleyan

    17) Desa`Gelung

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Bantuan Dana Pembanguanan Desa/Kelurahan

    (DPD/K) Tahun 2005 Nomor 972/76/431.408.3/2005 tanggal 08 Maret 2005 angka

    romawi VI Pelaporan menyebutkan bahwa perkembangan pelaksanaan kegiatan

    Program Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K) agar dilaporkan

    oleh Petinggi/Lurah yang meliputi Laporan Pengesahan Daftar Usulan Rencana

    Kegiatan (DURK) penyaluran dana dan pelaksanaannya melalui Camat untuk

    dilaporkan secara rutin per bulan kepada Bupati Cq. Kepala BPMP Kabupaten

    Situbondo

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    27/61

    verbal mulai dari awal sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian proyek

    100%.

    c. Petunjuk Pelaksanaan Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan (P3K) Tahun

    2005 Kabupaten Situbondo Nomor 414/170/431.303.2.2/2005 tanggal 19 April 2005

    Bab VI pelaporan huruf (b) pertanggungjawaban menyebutkan proses pelaksanaan

    P3K harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk pertanggungjawaban administrasi

    berupa laporan secara tertulis dan surat pertanggungjawaban penggunaan dana P3K

    sebagaimana sistematika palaporan tersebut diatas selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

    setelah selesai pelaksanaan dan dikirim kepada Bupati Situbondo Cq. BPMP

    Kabupaten Situbondo yaitu berupa laporan tertulis.

    Kondisi tersebut mengakibatkan pengendalian kegiatan DPD/K, Gerdu Taskin

    dan P3K Tahun 2005 tidak dapat dilakukan secara baik oleh BPMP.

    Hal tersebut disebabkan kurang aktifnya pengelola kegiatan/penerima bantuan

    untuk membuat laporan bulanan dan melaporkannya melalui camat untuk dilaporkan

    secara rutin per bulan kepada Kepala BPMP Kabupaten Situbondo.

    Kepala BPMP Kabupaten Situbondo mengakui dan menyatakan bahwa:

    a. Akan melaksanakan terhadap kekurangan-kekurangan administrasi pelaporan dalam

    pelaksanaan kegiatan bantuan DPD/K, Gerdu Taskin dan P3K pada desa-desa

    penerima bantuan tersebut dan akan dilaksanakan pembinaan yang lebih intensif

    sebagaimana yang diatur dalam petunjuk teknis.

    b. Meningkatakan pengendalian program sebagai langkah mengefektifkan pelaksanaan

    kegiatan adminstrasi dan fisik secara keseluruhan.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    28/61

    5. Perjalanan Dinas KPUD dalam Pelaksanaan Pilkada Melebihi Standar Bupati

    Sehingga Mengakibatkan Pemborosan Keuangan Daerah Sebesar Rp48.610.000,00

    Dalam pelaksanaan pilkada Bupati dan Wakil Bupati Situbondo Tahun 2005,

    diperlukan perjalanan dinas ke beberapa daerah di wilayah Jawa Timur untuk studi

    banding pilkada, baik untuk persiapan, pelaksanaan dan pelaporan sebesar Rp325.000,00

    per orang untuk setiap hari perjalanan dinas, dan telah dilakukan selama 158 hari

    perjalanan dinas, sehingga secara keseluruhan berjumlah 158 x Rp325.000,00 =

    Rp51.350.000,00.

    Selain itu, dlakukan juga perjalanan dinas ke Jakarta baik untuk konsultasi sebelum

    pilkada, maupun konsultasi sesudah pilkada dan persiapan pelantikan bupati/wakil bupati

    terpilih. Setiap orang mendapat uang saku Rp2.500.000,00 untuk setiap kali ke Jakarta

    dan dilakukan selama 3 hari. Perjalanan dinas ke Jakarta yang telah dilakukan olehKPUD sebanyak 21 kali dengan biaya seluruhnya sebesar 21 x Rp2.500.000,00 =

    Rp52.500.000,00.

    Pemberian perjalanan dinas sebesar Rp325.000,00 untuk sekali perjalanan dinas di

    wilayah Jawa Timur dan ssebesar Rp2.500.000,00 untuk perjalanan dinas ke Jakarta,

    melebihi ketentuan. Karena tidak ada aturan tertentu tentang pembayaran perjalanan

    dinas dalam pilkada yang ditetapkan oleh KPU maupun Depdagri, aturan yang dapat

    diterapkan untuk perjalanan dinas ini adalah aturan yang ada di daerah, yaitu Keputusan

    Bupati No 188/253/P/001.2/2004 tanggal 6 Desember 2004 tentang Petunjuk Umum dan

    Pedoman Kerja bagi Aparat dalam Pelaksanaan APBD tahun 2005, yaitu:

    - Perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur untuk golongan IV sebesar Rp80.000,00

    dengan tambahan sebesar Rp150.000,00 untuk eselon II. Jumlah seluruhnya sebesar

    Rp230.000,00 ditambah tiket serta penginapan.

    - Perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur untuk golongan IV sebesar

    R 100 000 00 d t b h b R 200 000 00 t k l II J l h

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    29/61

    - perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur = Rp325.000,00 Rp230.000,00

    = Rp95.000,00

    - perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur = Rp2.500.000,00 3 x (Rp300.000,00)

    = Rp1.600.000,00

    Kelebihan perjalanan dinas seluruhnya adalah:

    - perjalanan dinas di wilayah Jawa timur = 158 x Rp95.000,00 = Rp15.010.000,00.

    - perjalanan dinas di luar wilayah Jawa timur = 21 x Rp1.600.000,00 =

    Rp33.600.000,00.

    atau Rp15.010.000,00 + Rp33.600.000,00 = Rp48.610.000,00.

    Kelebihan biaya perjalanan sebesar Rp48.610.000,00 tersebut sebenarnya dimungkinkan

    karena dalam Keputusan Bupati dimungkinkan penambahan perjalanan dinas dengan

    tiket dan penginapan. Akan tetapi dalam surat pertanggungjawaban, tidak terdapat bukti

    tiket dan penginapan tersebut, sehingga jumlah Rp48.610.000,00 tersebut menjadi

    kelebihan yang masih harus dipertanggunjawabkan.

    Berdasarkan Keputusan Bupati No 188/253/P/001.2/2004 tanggal 6 Desember

    2004 tentang Petunjuk Umum dan Pedoman Kerja bagi Aparat dalam Pelaksanaan APBD

    tahun 2005 Bab III. C. 1). disebutkan biaya perjalanan dinas maksimum adalah:a. untuk perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur Rp80.000,00 ditambah Rp150.000,00

    untuk eselon II serta tiket dan penginapan;

    b. untuk perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur Rp100.000,00 ditambah

    Rp200.000,00 untuk eselon II serta tiket dan penginapan;

    Perjalanan dinas yang melebihi Keputusan Bupati mengakibatkan pemborosan

    keuangan daerah sebesar Rp48.610.000,00.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    30/61

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati untuk menegur Ketua KPUD untuk

    memperhatikan standar belanja perjalanan dinas yang diterapkan oleh Pemerintah

    Kabupaten Situbondo dalam dalam pelaksaaan belanja yang dibiayai APBD.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    31/61

    6. Barang Inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo di KPPS berupa kalkulator

    belum diserahkan ke KPUD untuk dikembalikan kepada Pemerintah Kabupaten

    Situbondo senilai Rp33.087.000,00

    Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

    pada tanggal 20 Juni 2005 , pada KPU membentuk Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

    tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan Nomor 270.3/03/SK/2005 tanggal 17 Maret

    2005 tentang Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat KPUD Kabupaten

    Situbondo.

    Kegiatan pengadaan barang dan jasa pada KPUD Situbondo meliputi juga

    pengadaan barang-barang logistik Pilkada seperti pengadaan kalkulator, surat suara, kartu

    pemilih dan undangan pemilih. Barang-barang logistik tersebut didistribusikan ke PPS

    dan KPPS sesuai dengan jmlah kebutuhannya. Dalam mendistribusikan barang-baranglogistik disertai berita acara penyerahan barang. Dari beberapa berita acara penyerahan

    barang-barang logistik disebutkan bahwa apabila inventaris telah digunakan oleh KPPS,

    segera diinventariskan kembali dan disimpan di kecamatan yang selanjutnya akan

    diambil oleh KPU Kabupaten Situbondo.

    Hasil pemeriksaan atas Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan dokumen pengadaan

    kalkulator diketahui 1.728 buah kalkulator @Rp41.000,00 yang diadakan dan

    didistribusikan sejumlah 1.703 buah dan sisanya disimpan di gudang KPUD. Sampai

    dengan saat pemeriksaan tanggal 19 Sepetember 2005 diketahui bahwa kalkulator

    tersebut belum seluruhnya dikembalikan oleh KPPS ke KPU, dengan rincian:

    No KPPS Terima Kembali Pengembalian

    1 Sumbermalang 75 75 0

    2 Jatibening 65 65 0

    3 Banyuglugur 59 0 59

    4 Besuki 149 0 149

    5 Suboh 70 0 70

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    32/61

    13 Kapongan 101 101 0

    14 Arjasa 104 104 0

    15 Jangkar 100 98 2

    16 Asembagus 130 130 0

    17 Banyuputih 131 0 131

    Jumlah 1.703 896 807

    Dari data tersebut jumlah kalkulator yang masih belum dikembalikan ke Pemda

    Situbondo dengan menyertakan berita acara serah terima setidaknya adalah:

    =Jumlah di KPPS x Rp41.000,00

    =807 x Rp41.000,00

    =Rp33.087.000,00

    Jadi masih terdapat barang inventaris Pemda di KPPS yang elum ditarik KPUD dan

    dikembalikan ke Pemerintah Kabupaten Situbondo setidaknya sebesar Rp33.087.000,00

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21

    Tahun 2005 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun

    2005 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Pemilihan Kepala

    Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pasal 32 yang menyebutkan bahwa :a. Sisa barang persediaan pilkada atau sarana dan prasarana lainnya yang digunakan

    untuk menunjang kegiatan pilkada yang pengadaannya bersumbar dari dana APBD

    diserahkan kembali oleh KPUD kepada Pemerintah Daerah paling lambat 3 (tiga)

    bulan setelah berakhirnya seluruh tahapan pelaksanaan pilkada dengan dilengkapi

    berita acara serah terima.

    b. Berita acara serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari

    laporan pertanggungjawaban penggunaan dana pilkada yang disampaikan oleh Ketua

    KPUD kepada BPK dan atau aparat pengawas fungsional lainnya.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    33/61

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    34/61

    7. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Situbondo senilai Rp932.500.000,00 belum

    disertifikatkan

    Pemerintah Kabupaten Situbondo pada Tahun Anggaran 2004 dan 2005 telah

    melakukan pengadaan belanja modal tanah yang digunakan sebagai tanah pertanian desa,

    adalah sebagai berikut:

    I. Tahun 2004

    No. Lokasi Tanah No. SPMU Tanggal Nilai (Rp)1. Desa Klampokan Kec Panji 3117/2004 23 Juli 2004 100.000.000,00

    2. Desa Cemara Kec Suboh 3112/2004 27 Juli 2004 100.000.000,00

    3. Desa Plalangan Kec

    Sumberlawang

    3108/2004 26 Juli 2004 100.000.000,00

    4. Desa Tokelan dan Desa

    Tamansari

    918/2004 30 Maret 2004 96.000.000,00

    5. Desa Alasbayur dan Desa

    Patemon

    911/2004 29 Maret 2004 94.000.000,00

    TOTAL 490.000.000,00

    II. Tahun 2005

    No. Lokasi Tanah No. SPMU Tanggal Nilai (Rp)

    1. Desa Pategalan Kec Jatibanteng 1929/2005 21 Juli 2005 100.000.000,00

    2. Desa Battal Kec. Panji 1968/2005 26 Juli 2005 100.000.000,003. Desa Agel Kec Jangkar dan Desa

    Selobanteng Kec Banyuglugur1877/2005 20 Juli 2005 135,000.000,00

    4. Desa Baderan KecSumbermalang dan desa

    Lamongan Kec Arjasa

    1535/2005 24 Juni 2005 107.500.000,00

    TOTAL 442.500.000,00

    Pemeriksaan atas Surat Pertanggungjawaban (SPJ) atas pelaksanaan kegiatan

    dimaksud menunjukan bahwa tanah-tanah tersebut baru dibuatkan Surat Pernyataan

    Pelepasan Hak dari pemilik lama kepada Pemerintah Kabupaten Situbondo atas nama

    Asisten I Pemerintah Kabupaten Situbondo Surat pernyataan pelaporan hak dilakukan di

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    35/61

    bukti kepemilikan sama sekali atas tanah tersebut. Untuk pengadaan yang dilakukan pada

    tahun 2004 seharusnya surat pernyataan pelepasan hak telah selesai. selain itu tidak

    terdapat bukti pembayaran pajak BPHTB (Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan

    Bangunan) atas perolehan tanah di atas, yang menunjukkan belum dilakukannya proses

    formal atas jual beli tersebut.

    Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan:

    a. UU Nomor 05 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria (UUPA)

    Pasal 19 ayat:

    1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah

    diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur

    dengan Peraturan Pemerintah.

    2) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang

    kuat.

    b. PP 24 Tahun 1999 tentang pendaftaran tanah Pasal 1 angka (20) menyatakan

    sertifikat adalah surat tanda hak bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2)

    huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas

    satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam

    buku tanah yang bersangkutan.

    c. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang

    Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 27 ayat (1)

    disebutkan bahwa Setiap pembebanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh

    oleh pihak yang menagih.

    Hal tersebut mengakibatkan:

    1) Status kepemilikan tanah tidak bisa diyakini secara sah;

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    36/61

    Instansi yang bersangkutan menyatakan bahwa sesuai dengan RASK dan DASK

    tanah Desa Agel merupakan penggantian biaya perkara kepada mantan petinggi Agelsedangkan bukti pembayaran pajak BPHTB (Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan) dan proses pensertifikatan akan dianggarkan di Tahun Anggaran 2006

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Bagian Pemerintahan

    memerintahkan pelaksana kegiatan segera menyelesaikan penyertifikatan tanah daerah..

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    37/61

    8. Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai Rp27.330.537,60 dan

    pengalihan pekerjaan pada proyek pemasangan jaringan perpipaan senilai

    Rp22.062.000,00 kurang bisa dipercaya

    Dalam Tahun Anggaran 2004 Dinas Pemukiman dan Kebersihan mengalokasikan

    dana APBD sebesar Rp432.597.000,00 untuk proyek Pemasangan Jaringan Perpipaan,

    Pembuatan Broncaptering, Pembuatan Kran Umum dan Pembuatan Reservoir di Desa

    Rajekwesi Kecamatan Kendit. Pelaksana proyek oleh CV. Jaya Wijaya berdasarkan

    kontrak Nomor 660/216.K.DAU/431.202.3/2004 tanggal 19 Mei 2004 senilai

    Rp411.930.000,00. Pekerjaan telah selesai dan diserahterimakan serta biaya telah

    dibayarkan tunai berdasarkan SPMU No. 5936 tanggal 7 Desember 2004.

    Dalam pelaksanaannya terdapat pekerjaan tambah kurang/CCO, berupa pekerjaan

    broncaptering senilai Rp10.025.278,22 dan pekerjaan pembuatan plengsengan senilaiRp12.217.447,35 dialihkan pada pekerjaan pengadaan perpipaan, berupa Pipa GI

    diameter 3 sepanjang 225 m dan GI diameter 4 sepanjang 30 m senilai Rp22.062.000,00.

    Hasil Pemeriksaan fisik pada tanggal 17 September 2005 menunjukkan:

    a. Penambahan pipa tidak terlihat karena lokasi sama dengan gambar perencanaan.

    Tidak ada penambahan jalur dengan pipa sepanjang 225 m serta 30 m seperti tersebut

    dalam CCO, senilai Rp22.062.000,00

    b. Rabat Beton (Thrust Block)

    Rabat beton untuk penyangga sambungan pipa di tempat-tempat tertentu sebanyak

    226 buah dengan ukuran maksimum:

    Ukuran alas atas = 0,38 m x 0,38 m.

    Tinggi = 0,7 cm.

    Ukuran alas bawah = 0,6 cm x 0,6 cm.

    Dengan ukuran rabat beton seperti di atas, besarnya volume rabat beton secara

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    38/61

    = 0,36 M2

    Volume tiap rabat

    beton

    = t (I + II + I x II)

    = x 0,7 (0,1444 + 0,36 +0,1444 x 0,36)

    = 0,17 M3

    Volume rabat beton

    seluruhnya

    = 226 x 0,17 M3

    = 38,42 M3

    Volume rabat beton

    dalam RAB

    = 98,00 M3

    Atas dasar tersebut terdapat Selisih RAB dan rabat beton terpasang sebesar:

    = (98,00 38,42) x Rp458.720,00

    = Rp27.330.537,60

    Permasalahan diatas tidak sesuai dengan:

    a. Kontrak No. 660/216.K.DAU/431.202.2/2004, Pasal 2 Dasar Pelaksanaan Pekerjaan,

    bahwa pekerjaan harus dilaksanakan oleh Pihak Kedua berdasarkan referensi yang

    merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian pemborongan

    pekerjaan ini, yaitu: (1) gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai

    dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

    b. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 3 (1) yang berbunyi, Pengadaan

    barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: (a) efisien, berarti pengadaan barang

    dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk

    mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapat

    dipertanggungjawabkan.

    Kondisi di atas telah mengakibatkan kerugian daerah senilai Rp27.330.537,60 dan

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    39/61

    Permasalahan tersebut disebabkan:

    a. Ketidakcermatan perencana dalam menyusun rencana anggaran biaya;

    b. Pemborong yang dalam melaksanakan pekerjaan tidak memperhatikan ketentuan

    kontrak.

    Sehubungan dengan permasalahan tersebut instansi yang bersangkutan menyatakan:

    a. Pekerjaan broncaptering diganti kepada pekerjaan penambahan pipa GI 3 sepanjang

    30 M dan pipa GI 2 sepanjang 225 M,

    b. Sisa kekurangan thrust block sebesar 59,67 M3 ditanam dalam tanah.

    Komentar atas komentar instansi :

    a. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, dokumen pemindahan pekerjaan belum

    diterimab. Rabat Beton tidak mungkin ditanam di dalam tanah karena fungsi rabat beton adalah

    menyangga jaringan pipa yang muncul dipermukaan.

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK-RI merekomendasikan agar Bupati memerintahkan Kepala Dinas Pemukiman

    dan Kebersihan untuk:

    a. Menarik kerugian daerah sebesar Rp27.330.537,60 dari CV. Jaya Wijaya dan hasilnya

    disetorkan ke Kas Daerah.

    b. Memerintahkan pelaksana, pengawas kegiatan dan rekanan untuk

    mempertanggungjawabkan pengalihan pekerjaan broancaptering dengan melakukan

    pemeriksaan fisik dengan mengikutsertakan Badan Pengawas untuk mengukur

    panjang pipa disertai dokumentasi berupa foto sepanjang jalur pemindahan perpipaan.

    c. Memerintahkan pelaksana kegiatan untuk menarik kerugian pemindahan

    broncaptering tersebut jika pemeriksaan fisik menunjukkan tidak adanya pemindahan

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    40/61

    9. Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih Tahun 2004

    Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00

    Pemerintah Kabupaten Situbondo pada Tahun 2004 menambah penyertaan modal

    pada PD Pasir Putih, dalam bentuk kegiatan pengembangan prasarana/sarana Motel

    Cottage Pasir Putih Kabupaten Situbondo. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara

    swakelola melalui dua tahap, yaitu Tahap I terdiri dari 19 jenis pekerjaan dengan nilai

    sebesar Rp1.250.000.000,00 dan tahap II terdiri dari 12 jenis pekerjaan dengan nilai

    sebesar Rp1.500.000.000,00. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh Ptj. Pasir Putih sebagai

    Direktur dan Bendahara Perusahaan Daerah Pasir Putih sebagai pemegang kas.

    Hasil pemeriksaan fisik tanggal 23 September 2005 atas kegiatan pengembangan

    prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih menunjukkan beberapa yang tidak sesuai

    dengan RAB yaitu :

    No. Nama

    Pekerjaan

    RAB Cek Fisik Selisih Harga

    Satuan

    Jumlah

    1. 2 3 4 5=3-4 6 7=5x6

    Tahap I

    1. Pekerjaan

    Tenis Court

    (Pembuatan

    Pagar

    Keliling)

    432 m2 378 m2 54 m2 106.000,00 5.724.000,00

    2. Landscape;

    Kesalahan

    Penjumlahan

    komponen

    biaya

    120.525.000,00 117.285.000,00 3.240.000,00

    3. Children PalyGround

    21.200.000,00 Tidak adapekerjaan

    21.200.000,00

    4. Main Plaza:

    Kelapa Sawit

    6 unit Tidak ada

    pekerjaan

    6 unit 2.500.000,00 15.000.000,00

    Jumlah Kekuarangan Tahap I 45 164 000 00

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    41/61

    Keramik

    40x40

    30 dus Tidak ada 30 dus 33.000,00 990.000,00

    Keramik

    20x25

    5 dus Tidak ada 5 dus 32.000,00 160.000,00

    Jumlah Kekurangan Tahap II 19.035.000,00

    Total Kekuarangan Tahap I + II 64.199.000,00

    Terhadap kekurangan pekerjaan tersebut, Pimpinan kegiatan memberi keterangan

    bahwa pekerjaan yang tidak dikerjakan dipindahkan ke pekerjaan lain berupa pengurukan

    tanah. Namun sampai pemeriksaan berakhir dokumen pengalihan pekerjaan tersebut

    belum dapat ditunjukkan/diperoleh.

    Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan

    Rencana Acuan Kerja (RAK) kegiatan pengembangan prasarana/sarana Motel CottagePasir Putih Tahun 2004 Kabupaten Situbondo.

    Kondisi tersebut di atas mengakibatkan penyertaan Pemerintah Kabupaten

    Situbondo pada PD Pasir Putih berkurang nilai sesungguhnya sebesar Rp64.199.000,00.

    Hal tersebut disebabkan pelaksana kegiatan tidak terbuka dalam mengubah

    pekerjaan.

    Sehubungan dengan permasalahan tersebut instansi yang bersangkutan

    menyatakan bahwa pekerjaan yang tidak ada di atas telah dialihkan ke pekerjaan urug

    pasir sepengetahuan Ptj. Direktur PD Pasir Putih tetapi belum diperoleh dokumen yang

    menjelaskan RAB dari pekerjaan yang dialihkan tersebut.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    42/61

    10. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian Ekonomi dan Bagian

    keuangan kurang didukung bukti yang lengkap senilai Rp292.500.000,00

    a. Bagian Ekonomi Sosial Sekretariat Daerah

    Bagian Ekonomi Sosial pada Tahun Anggaran 2004 menyalurkan dana untuk

    korban bencana alam angin lesus di kecamatan Suboh sebesar Rp159.000.000,00,

    melalui Camat Suboh diberikan kepada:

    - keluarga dengan rumah rusak berat 15 orang @Rp1.000.000,00;

    - keluarga dengan rumah rusak ringan 282 orang @Rp500.000,00;

    - musholla sebanyak 6 buah @ Rp500.000,00.

    Bukti pertanggunjawaban atas pengeluaran tersebut sebagian belum dapat

    ditunjukkan pada saat pemeriksaan berakhir, tetapi baru satu kwitansi dari korban

    yang menerima Rp500.000,00 dan satu korban lain yang menerima Rp2.000.000,00,

    dengan demikian masih terdapat Rp156.500.000,00 yang belum dapat

    dipertanggungjawabkan.

    b. Bagian Keuangan

    Melalui rekening Jasa Tenaga Kerja Non Pegawai 2.01.003.2.2.02.01.1 tahun

    2004 telah dilakukan kegiatan Sosialisasi dan Implementasi tentang Pemotongan,

    Pemungutan PPH pasal 21, 22, 23 pasal 4 ayat 2, PPN dan PPh BM dan

    Pelaporannya. Kegiatan tersebut dibiayai dengan dana sebesar Rp275.000.000,00

    dengan SPMU 4845 tanggal 23 Oktober 2004.

    Kegiatan tersebut dikerjakan oleh Cipta Jasatama Consultants berdasarkan

    kontrak 960/204/431.002.4/2004 tanggal 23 Agustus 2004. Atas pelaksanaan kegiatan

    tersebut bukti pertanggungjawabannya hanya melampirkan kontrak, jadwal, dan

    daftar absensi, dan beberapa item biaya tidak ada bukti pertanggungjawabannya,

    yaitu:

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    43/61

    angkatan pertama, hari pertama, empat dari lima sesi hanya diisi oleh tiga

    orang. Satu sesi lainnya oleh tim. Angkatan kedua seluruh sesi dilakukan oleh

    tim. Tidak disebutkan jumlah orang untuk tim tersebut. dan di dalam

    pertanggungjawaban tidak ada daftar hadir dan bukti penerimaan honor oleh 8

    orang tersebut.

    Permasalahan di atas tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun

    2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

    Keuangan Daerah dalam pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa Setiap pembebanan

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap

    dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

    Pengeluaran yang tidak didukung dengan bukti yang lengkap mengakibatkanpengeluaran-pengeluaran tersebut tidak dapat diyakini kebenarannya.

    Hal tersebut disebabkan kelalaian para Pemegang Kas, Pimpinan Kegiatan dalam

    memenuhi kelengkapan sahnya bukti pengeluaran dan Sub Bagian Verifikasi yang

    kurang cermat dalam meneliti sahnya bukti pengeluaran.

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Bagian Perekonomian

    dan Kepala Bagian Keuangan agar menegur dan memerintahkan pelaksana kegiatan

    menunjukkan surat pertangungjawaban dua kegiatan tersebut dengan bukti yang jelas dan

    lengkap.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    44/61

    11. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai kontrak sebesar

    Rp125.440.293,82

    Untuk menunjang kegiatan perekonomian, Pemerintah Kabupaten Situbondo

    mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan yang mengalami kerusakan. Kegiatan

    perbaikan jalan berupa pemeliharaan tersebut dilakukan oleh Sub Dinas Bina Marga. Sub

    Dinas Bina Marga bertugas sebagai perencana, pelaksana kegiatan, dan pengawas

    lapangan.

    Pemeriksaan fisik tanggal pada 22 September dan 23 September 2005 yang

    dilakukan terhadap proyek pemeliharaan Jln. Pokaan-Tanjung Pecinan (Section I dan II),

    Jalan Wringin Anom- Duwet dan Jalan Negara Pelabuhan Banongan terdapat

    kekurangan pekerjaan, yaitu:

    a. Proyek Pemeliharaan Jalan Pokaan Tanjung Pecinan (Section I)

    Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Kancil Mas, Situbondo berdasarkan kontrak

    Nomor 620/141.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September

    2004 sebesar Rp441.716.000,00. Pekerjaan tersebut terdapat perubahan tambah

    kurang pekerjaan yang dituangkan dalam Berita Acara Tambah Kurang Pekerjaan

    (CCO) Nomor: 042/KM.48/V/2004 tanggal 21 Mei 2004. Perubahan pekerjaantersebut tidak menyebabkan perubahan nilai kontrak. Perubahan pekerjaan terjadi

    pada volume galian tanah untuk konstruksi bertambah 44,44m3, pasangan batu kali

    bertambah 59,20m3, volume siaran bertambah 88m2, volume plesteran bertambah

    32m2, volume HRS berkurang 677,70m2.

    Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada rekanan berdasarkan SPMU

    Nomor 47/11/2004 tanggal 29 November 2004 sebesar Rp419.630.200,00 dan Nomor

    11/12/2004 tanggal 1 Desember 2004 Rp22.085.800,00. Jenis pekerjaan yang

    diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga Rp26.832,79/m3 dan volume pekerjaan

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    45/61

    Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:

    HRS (aspal beton) sebesar {(3-2,6) + (3-2,4) + (3-2,5)}/3 X 12.110,30 X3

    Rp26.832,79 = Rp54.158.856,12

    b. Proyek Pemeliharaan Jalan Pokaan Tanjung Pecinan (Section II)

    Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Hafas, Situbondo berdasarkan kontrak

    Nomor 620/142.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September

    2004 sebesar Rp309.727.000,00. Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada

    rekanan dengan SPMU Nomor 34/10/2004 tanggal 19 Oktober 2004 sebesar

    Rp294.240.650,00 dan Nomor 22/12/2004 tanggal 3 Desember 2004

    Rp15.486.350,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga

    Rp26.670,00/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

    sebesar 7.685m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat kekurangan pekerjaan yaitu

    tebal rata-rata HRS (lapisan aspal paling atas) 2,5 cm {(2,5+2,4+2,60)/3} dari yang

    seharusnya sebesar 3 cm. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:

    - STA 0+400 sampai dengan 0+600 meter, HRS setebal 2,5 cm

    - STA 0+800 sampai dengan 1+000 meter, HRS setebal 2,4 cm

    - STA 1+800 sampai dengan 2+000 meter, HRS setebal 2,6 cm

    Konfirmasi juga dilakukan terhadap rekanan meminta rincian pengiriman

    aspal beton ke lokasi proyek dengan dilampiri fotokopi delivery order. Jawaban

    konfirmasi dengan dilampiri fotokopi delivery order menunjukan bahwa jumlah HRS

    yang dikirimkan ke lokasi proyek sebesar 198,8 ton. Sedangkan HRS yang

    seharusnya diterima berdasarkan Analisa K636 sebesar 508,33 ton (100/1500 X 7.685m2).

    Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:

    HRS (aspal beton) sebesar (0,5/3) X 7.685 X Rp26.670,00 = Rp34.159.825,00

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    46/61

    rekanan dengan SPMU Nomor 26/10/2004 tanggal 18 Oktober 2004 sebesar

    Rp345.268.000,00 dan Nomor 38/12/2004 tanggal 4 Desember 2004

    Rp18.172.000,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga

    Rp26.737,22/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

    sebesar 7.491m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat kekurangan pekerjaan yaitu

    tebal rata-rata HRS (lapisan aspal paling atas) 2,46 cm {(2,5+2,4+2,5)/3} dari yang

    seharusnya sebesar 3 cm. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:

    - STA 0+200 sampai dengan 0+400 meter, HRS setebal 2,5 cm

    - STA 1+000 sampai dengan 1+200 meter, HRS setebal 2,4 cm

    - STA 1+600 sampai dengan 1+800 meter, HRS setebal 2,5 cm

    Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:

    HRS (aspal beton) sebesar (0,54/3) X 7.491 X Rp26.737,22 = Rp36.051.932,70

    d. Proyek Pemeliharaan Jalan Wringin Anom - Duwet

    Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Gramedia, Situbondo dengan kontrak Nomor

    620/145.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September 2004

    sebesar Rp345.071.000,00. Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada rekanan

    dengan SPMU Nomor 9/9/2004 tanggal 10 September 2004 sebesar

    Rp327.817.450,00 dan Nomor 24/12/2004 tanggal 3 Desember 2004

    Rp17.253.550,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga

    Rp26.742,00/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

    sebesar 5.519,80m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat pekerjaan pemindahan

    burtu ke HRS atau HRS ke burtu, selain itu pada STA6800 sampai STA7000 tidak

    terdapat HRS yang seharusnya dihampar dengan volume 40m2.

    Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:

    HRS (aspal beton) sebesar 40 X Rp26.742,00 = Rp1.069.680,00.

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    47/61

    Dengan demikian total kekurangan pekerjaan pada kegiatan pemeliharaan jalan

    adalah sebesar Rp125.440.293,82 (Rp54.158.856,12 + Rp36.051.932,70 +

    Rp34.159.825,00 + Rp1.069.680,00).

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

    a. Masing-masing kontrak perjanjian Pasal 2 ayat (1)) antara lain disebutkan pekerjaan

    dilaksanakan sesuai gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai dengan

    Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.b. RAB dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) pada masing-masing jalan adalah 3

    cm.

    Kondisi tersebut di atas mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp125.440.293,82

    (Rp54.158.856,12 + Rp36.051.932,70 + Rp34.159.825,00 + Rp1.069.680,00).serta

    mengurangi masa manfaat serta umur teknis jalan yang dibangun.

    Hal tersebut terjadi karena:

    a. Kelalaian pengawas lapangan dalam mengerjakan tugasnya serta tidak dilakukannya

    pengambilan sampel jalan.

    b. Sistem pengawasan pekerjaan di Dinas yang kurang baik

    c. Adanya itikad tidak baik dari kontraktor yang bersangkutan.

    Dinas Bina Marga dan Pengairan menyatakan:

    - Berdasarkan Buku Spesifikasi Umum Jalan Kabupaten yang dikeluarkan oleh

    Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga Edisi Maret 1992 Bab

    6.6 hal 50 bahwa dalam penghamparan HRS yang diijinkan adalah adalah 2,5 3 cm.

    - Pada Jalan Wringin Anom Duwet tidak tampak karena HRS dilapisi lagi dengan

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    48/61

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    49/61

    12. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporan pelaksanaan harian

    pada beberapa proyek pemeliharaan berkala sebesar Rp34.712.388,00

    Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Situbondo dalam Tahun Anggaran

    2004 memperoleh anggaran biaya pemeliharaan jalan dengan nomor rekening

    2.15.0001.2.04.01.02.2 sebesar Rp5.484.591.400,00 dan telah direalisasikan sebesar

    Rp5.484.591.400,00. Alokasi anggaran tersebut di atas diantaranya untuk pekerjaan

    pemeliharaan berkala Jl. Curahkalak-Sopet, Jl. Pokaan-Tanjung Pecinan (SecI), Jl.Pokaan-Tanjung Pecinan (SecII), Jl. Sumberkolak-Kotakan (Sec I), Jl. Kendit-Klatakan,

    Jl. Kesambirambak-Tokelan (Sec I), Jl. Jetis-Widoropayung, .Pekerjaan tersebut telah

    selesai dan dibayar lunas kepada rekanan.

    Pemeriksaan terhadap dokumen laporan pelaksanaan harian proyek pemeliharaan

    berkala jalan tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat aspal yang diterima selama

    pelaksanaan proyek, dan berdasarkan konfirmasi kepada rekanan CV. Hidup Sejati

    tanggal 19 September 2005. Surat konfirmasi meminta rincian pengiriman aspal beton ke

    lokasi proyek tidak diperoleh. Pemeriksaan cek fisik tidak dilakukan karena tipisnya

    aspal yang dihampar di bawah lapisan HRS. Pengecekan hanya mungkin dengan

    pengecekan laboratorium yang tidak mungkin dilakukan karena peralatan yang tidak

    memadai.

    Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:

    a. Jln. Curahkalak Sopet

    Berdasarkan RAB, volume pekerjaan yang menggunakan bahan aspal adalah 100,14

    dengan analisa K528 dan 9335,50 dengan analisa K641. Untuk analisa K528 setiap

    45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K641 setiap 900m2 digunakan

    aspal 360 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x

    100,14}ditambah {(360/900) x 9335,50} sama dengan 4.134,76 kg. Harga setiap 1 kg

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    50/61

    setiap 45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K636 setiap 1500m2

    digunakan aspal 600 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x

    26,70}ditambah {(600/1500) x 12.494,60} sama dengan 5.104,64 kg. Harga setiap 1

    kg aspal sama dengan Rp2.700,00. Jadi kekurangan pekerjaan sama dengan 5.104,64

    X 2.700,00 = Rp13.782.528,00

    c. Jln Sumberkolak Kotakan Section I

    Berdasarkan RAB, volume pekerjaan yang menggunakan bahan aspal dengan analisa

    K528 adalah 5,76 dan dengan analisa K636 adalah 8.985. Untuk analisa K528 setiap45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K636 setiap 1500m2 digunakan

    aspal 600 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x

    5,76}ditambah {(600/1500) x 8.985} sama dengan 3.617,04 kg. Harga setiap 1 kg

    aspal sama dengan Rp2.700,00. Jadi kekurangan pekerjaan sama dengan 3.617 X

    2.700,00 = Rp9.766.008,00

    Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

    a. RAB dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) pada masing-masing kontrak

    perjanjian Pasal 2 ayat (1)) antara lain disebutkan pekerjaan dilaksanakan sesuai

    gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai dengan Berita Acara

    Penjelasan Pekerjaan.

    Kondisi tersebut di atas mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp34.712.388,00

    (Rp11.163.852,00 + Rp13.782.528,00 + Rp9.766.008,00).

    Hal tersebut disebabkan oleh :

    a. Sistem pengawasan dari Sub Dinas Bina Marga kurang teliti dalam melakukan

    pengawasan

    R k d i BPK RI

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    51/61

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan

    Pengairan agar:

    a. Menarik kerugian daerah dari kontraktor pelaksana sebesar Rp34.712.442,00 dan

    menyetorkan hasilnya ke Kas Daerah.

    b. Menegur Kepala Bidang Bina Marga dan pelaksana serta pengawas kegiatan karena

    kelalaiannya dalam melakukan pengawasan.

    13 K l h A li HPS B j g K t G l i P d P k P mb t

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    52/61

    13. Kesalahan Analisa HPS Bronjong Kawat Galvanis Pada Proyek Pembuatan

    Tangkis Kali Memboroskan Daerah Sebesar Rp69.349.000,00

    Pada Tahun Anggaran 2004 Bidang Pengairan pada Dinas Bina Marga dan

    Pengairan Kabupaten Situbondo merealisasikan Biaya Pemeliharaan Irigasi sebesar

    Rp3.336.465.500,00 dan diantaranya dimanfaatkan untuk membiayai pembuatan tangkis

    kali. Pemeriksaan secara uji petik dilakukan terhadap empat pekerjaan pembuatan tangkis

    kali, yaitu:a. Pembuatan Tangkis Kali Deliwung (Section I) di Kecamatan Besuki.

    Pelaksana kontrak CV. Jaya Abadi berdasarkan kontrak Nomor

    610/77.K.DAU/431.202.3/2004 tanggal 19 Mei 2004 dengan nilai kontrak sebesar

    Rp397.107.000,00,

    b. Pembuatan Tangkis Kali Klatakan Desa Talempong di Kecamatan Banyuglugur.

    Pelaksana Kontrak CV. Dua Tujuh berdasarkan kontrak Nomor

    610/30.SPK/431.202.3/2004 dengan nilai kontrak sebesar Rp283.575.000,00,

    c. Pembuatan Tangkis Kali Klatakan Desa Banyuglugur di Kecamatan Banyuglugur.

    Pelaksana Kontrak CV. Duta Utama berdasarkan SPK Nomor

    610/32.SPK/431.202.3/2004 tanggal 17 Maret 2004,

    d. Pembuatan Tangkis Kali Patemon Kecamatan Jati Banteng.

    Pelaksana Kontrak CV. Karya Persada berdasarkan kontrak Nomor

    610/75.K.DAU/431.202.3/2004.

    Dari ke empat pelaksanaan pekerjaan tersebut terdapat rincian pekerjaan pasangan

    bronjong kawat galvanis diameter 4 mm yang tidak ada standarnya. Padahal dalam

    analisa pekerjaan 1 M3membutuhkan bronjong kawat galvanis diameter 4 mm sebesar

    Rp17 kg. Kepala Bidang Perencanaan dan Perencana kontrak tidak dapat menunjukkan

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    53/61

    Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    54/61

    Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:

    a. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 3 (1) yang berbunyi, Pengadaan

    barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: (a) efisien, berarti pengadaan barang

    dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk

    mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapat

    dipertanggungjawabkan;

    b. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Penyusunan Harga

    Perhitungan Sendiri (HPS), Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat,dengan menggunakan data dasar dan mempertimbangkan: analisis harga satuan

    pekerjaan yang bersangkutan.

    Permasalahan tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan daerah sebesar

    Rp69.349.000,00.

    Permasalahan tersebut disebabkan karena bagian perencanaan tidak berusaha

    mencari standar analisa bronjong yang meyakinkan dalam menyusun analisa harga

    perhitungan sendiri (HPS).

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan

    Pengairan menegur dan memerintahkan Bagian Perencanaan untuk mencari analisa

    pekerjaan bronjong ke instansi yang berkompeten

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    55/61

    Dari tabel terlihat bahwa terjadi kekurangan semen dari yang seharusnya dipasang

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    56/61

    j g y g y p g

    sebesar 7.534 zak 6.930 zak = 604 zak. Sedangkan kekurangan batu sebesar 2.718 m3

    2.710 m3 = 8 m3. Kekurangan pemasangan ini mengakibatkan volume pekerjaan yang

    dilakukan yaitu pasangan batu kali, siaran dan plesteran kurang dari yang seharusnya

    seperti tercantum di dalam rencana anggaran biaya. Lebih lanjut, kekurangan volume

    pekerjaan ini mengakibatkan kualitas pekerjaan menjadi menurun.

    Di dalam rencana anggaran biaya, perhitungan biaya swakelola sebesar

    Rp1.000.000.000,00 dilakukan tanpa menunjukkan volume pekerjaan yang akandilakukan, tetapi dilakukan dengan menunjukkan bahan dan tenaga yang dibutuhkan.

    Dengan kekurangan bahan yang dipasang, maka sisa bahan yang bisa dipesan untuk

    pencapaian 100%, bukan dengan mengurangkan bahan yang dibeli ke bahan yang

    seharusnya diadakan dalam RAB, tetapi berdasarkan pekerjaan yang belum diselesaikan.

    Hal tersebut dapat dijelaskan dengan tabel berikut ini:

    Pekerjaan Sisa pekerjaanBahan yang masih

    dibutuhkan

    Semen Batu

    Koefisien Jumlah Koefisien Jumlah

    Siaran 421 0,11 46,31 0,00 0,00

    Plesteran 85 0,16 13,60 0,00 000Jumlah 59,91 0,00

    Dibulatkan 60,00 0,00

    Bahan RAB Telah Sisa RAB

    Diadakan

    Semen 7.597 6.930 604

    Batu 2.718 2.710 8

    D i t b l di t ih d t di d l h 59 91 t 60 k b k

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    57/61

    - Semen = (604 - 60) zak x Rp35.200,00/zak = Rp19.148.800,00

    - Batu kali = ( 8 0) m3 x Rp56.650/m3 = Rp 453.200,00

    = Rp19.602.000,00

    Pengadaaan barang yang tidak sesuai kebutuhan tersebut di atas tidak sesuai dengan

    Kepres RI No 80 Tahun 2003 Bab I pasal 3 ayat f yang menyatakan bahwa pengadaan

    barang wajib diselenggarakan secara akuntabel, mencapai sasaran fisik sesuai prinsip-prinsip dan ketentuan yang berlaku.

    Kekurangan pengadaan semen dan batu di atas disebabkan oleh kurangnya kontrol

    pemakaian bahan.

    Kekurangan tersebut mengakibatkan kualitas tangkis yang dibangun kurang sesuai

    dengan persyaratan teknis yang diperlukan.

    Rekomendasi BPK-RI

    BPK merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan

    Pengairan untuk:

    - Menegur dan memerintahkan pelaksana kegiatan swakelola untuk menjelaskan

    kekurangan tersebut dengan bukti yang lengkap dan jelas,

    - Menurunkan pagu kegiatan swakelola sejumlah Rp19.602.000,00 jika pelaksana

    kegiatan tidak bisa menjelaskan kekurangan tersebut.

    LAMPIRAN I

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    58/61

    PENGELUARAN BANTUAN PROFESI TAHUN 2004 DAN 2005

    TAHUN 2004No. No/Tgl SPMU Keterangan Jumlah (Rp)

    1 3120/02-08-2004 Muspida 12.000.000,00

    2 1573/01-05-2004 Muspida 12.000.000,00

    3 1326/01-08-2004 Muspida 12.000.000,00

    4 4968/01-11--2004 Muspida 13.000.000,00

    5 2635/01-07-2004 Muspida 12.000.000,00

    6 4011/06-09-2004 Muspida 12.000.000,00

    7 5588/02-12-2004 Muspida 13.000.000,00

    8 1074/06-04-2004 Muspida 12.000.000,00

    9 427/02-03-2004 Muspida 12.000.000,00

    10 169/09-02-2004 Muspida 12.000.000,00

    11 3126/02-08-2004 Muspida 12.000.000,00

    12 04/14-01-2004 Muspida 12.000.000,00

    Jumlah 134.000.000,00

    TAHUN 2005

    No. No/Tgl SPMU Keterangan Jumlah (Rp)1 743/26-04-2005 Muspida 7.000.000,00

    2 1143/01-06-2005 Muspida 6.500.000,00

    3 1606/01-07-2005 Muspida 6.500.000,00

    Jumlah 20.000.000,00

    TAHUN 2004

    No No/Tgl SPMU Belum Jelas SPJ-nya Jumlah (Rp)

    1 1315/23-4-2004 Insentif Pos Kamla TW I & II 9.000.000,00

    2 1841/15-05-2004 Porwosi 26.000.000,00

    3 Bakti Sosial 25.000.000,004 Bakti Sosial 30.000.000,00

    5 Ketua Tim PKK 26.000.000,00

    6 Bakti Sosial 18.000.000,00

    7 Profesi Lainnya 50.000.000,00

    8 3381/05-08-2004 Kegiatan Koordinasi Kesejahteraan Sosial(K3S) 25.000.000,00

    9 Tim Penggerak PKK 12.000.000,00

    10 Lomba PAK 30.000.000,00

    11 4211/10-09-2004 Tokoh Masyarakat, Ulama dll. 150.000.000,00

    12 Operasi Ketupat 15.000.000,00

    13 4849/23-10-2004 Pos Kamla 16.500.000,00

    14 Untuk PKB 22.000.000,00

    15 4735/16-10-2004 Tokoh Masyarakat, Ulama dll. 55.000.000,00

    16 16/16-01-2004 Profesi lainnya 100.000.000,00

    TAHUN 2004

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    59/61

    TAHUN 2004

    No/Tgl SPMU Salah beban Jumlah (Rp)

    1 987/01-04-2004 Penunjang Pemilu Kesbanglinmas 577.043.500,00

    2 920/31-03-2004 Kegiatan Pemilu 116.485.000,00

    3 Operasi Pemilu 10.000.000,00

    4 4122/09-09-2004 Dana Penunjang Pemilu 750.000.000,00

    5 2442/14-06-2004 Transpts & Uang Kehormtn KPU 339.075.000,00

    6 4186/10-09-2004 Kampanye Pilpres 617.261.800,00

    7 199/11-02-2004 Penunjang Pemilu 1.135.523.000,00

    8 Operasional Bupati 25.000.000,00

    9 Operasional Bupati 18.000.000,00

    10 Operasional Bupati 30.000.000,00

    11 Operasional Bupati 50.000.000,00

    12 1780/11-05-2004 Pengajuan Anggaran KPU 45.725.000,00

    13 2669/01-07-2004 Pilpres 286.644.000,00

    14 Ketua DPRD ke Taiwan 3.500.000,00

    15 Bupati Ke Taiwan 13.628.300,00

    16 Bupati ke Taiwan 5.000.000,00

    17 124/04-02-2004 Penyediaan Data Makro Bhn Penyusunan DAU 150.000.000,00

    Jumlah 4.448.135.600,00

    TAHUN 2005No No/Tgl SPMU Salah beban Jumlah (Rp)

    1 180/30-03-2005 Pilkada 150.000.000,00

    2 0343/08-04-2005 Pilkada 150.000.000,00

    3 0385/08/04/2005 Pilkada 150.000.000,00

    4 429/07-04-2005 Pilkada 150.000.000,00

    5 434/08-04-2005 Pilkada bagian bulan januari-maret 59.500.000,00

    6 577/13-04-2005 Pilkada 149.998.000,00

    7 748/26-04-2005 Operasional Kodim April-Juni 25.000.000,00

    8 Operasional Bupati 25.000.000,00

    9 Yang ikelola Bupati 25.000.000,00

    10 Operasional Bupati 18.000.000,00

    11 Operasional Bupati 25.000.000,00

    12 Operasional Bupati 50.000.000,00

    13 Operasional Bupati 17.000.000,00

    14 Pelantikan Pejabat Bupati 56.485.000,00

    15 1068/27-05-2005 Pilkada bagian bulan mei-juni 897.528.525,00

    16 1424/14-06-2005 Pengamanan Kampanye Pilkada 8.500.000,0017 1437/15-06-2005 Pengamanan Pilkada 595.727.920,00

    18 1423/14-06-2005 Pengamanan Pilkada 12.500.000,00

    19 1407/13-06-2005 Kampanye Pilkada 82.794.000,00

    20 696/20-04-2005 Penyediaan Data Makro Bhn Penyusunan DAU Th 2006 40.000.000,00

    Jumlah 2 648 033 445 00

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    60/61

  • 8/10/2019 Audit Temuan BPK

    61/61

    58

    LAMPIRAN II

    Perhitungan Kelebihan Biaya yang Timbul Karena Kesalahan Analisa HPS

    No Pekerjaan Kontrak Pelaksana

    Kontrak

    Volume Standar

    Ditetapkan

    hasil

    cek

    Selis ih Seli si h

    Volume

    Harga

    Satuan

    Nilai

    1. Pembuatan Tangkis KaliKlatakan Desa Talempong 610/30.SPK/431.202.3/2004 CV. Dua Tujuh 828 17 15 2

    1.656,00 9.000,00 14.904.000,00

    2. Pembuatan Tangkis KaliKlatakan Desa Banyuglugur 610/32.SPK/431.202.3/2004 CV. Duta Utama 690 17 15 2

    1.380,00 9.000,00 12.420.000,00

    3. Pembuatan Tangkis Kali

    Deliwung (Section I) 610/77.K.DAU/431.202.3/2004 CV. Jaya Abadi 1330 17 15 2

    2.660,00 8.450,00 22.477.000,00

    4. Pembuatan Tangkis KaliPatemon 610/75.K.DAU/431.202.3/2004

    CV. KaryaPersada 1086 17 15 2

    2.172,00 9.000,00 19.548.000,00

    Jumlah 3934 7.868,00 69.349.000,00