bab 1 pendahuluan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1/2014-2-02382-hm...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini laju pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran semakin
meningkat pesat. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan
Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Rachmat Hidayat, bisnis makanan dan
minuman sangat tergantung pada perubahan gaya hidup masyarakat. Gaya hidup
masyarakat ini dipengaruhi dengan tingkat pendapatan dan pembelian masyarakat
terhadap suatu barang atau jasa atau dari Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita.
Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu
metode untuk menghitung pendapatan nasional.
Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Indonesia
Dapat dilihat pada table 1.1 bahwa PDB per kapita Indonesia di tahun 2014 telah
mencapai 1810,31 dollar AS/ kapita. Angka ini meningkat hampir 600 dolar AS dari
tahun 2006 yang artinya tingkat pendapatan masyarakat semakin tinggi. Tidak hanya
itu, kelas menengah juga melonjak seiring pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang
terus merangkak naik.
Menurut Rachmat Hidayat, seiring meningkatnya PDB per kapita, peminat industri
makanan dan minuman cepat saji seperti kafe akan makin tinggi. Trend bisnis
2
makanan dan minuman tersebut didukung oleh semakin bertumbuhnya masyarakat
kelas menengah dari tahun ke tahun.
Karena terjerat kesibukan sehari-hari, masyarakat Indonesia sudah tak punya banyak
waktu untuk mengolah makanan dan minuman sendiri, apalagi masyarakat kelas
menengah memiliki kecenderung untuk lebih banyak menghabiskan pendapatannya
untuk membeli makanan atau minuman di luar sebagai bentuk kompensasi secara
psikologis dari pekerjaan yang sudah dilakukan seharian. Fakta inilah yang menjadi
salah satu alasan trend bisnis di tahun 2015, yang saat ini didominasi oleh pebisnis
makanan dan minuman seperti kafe.
Menurut pengamatan Rachmat Hidayat, bisnis kafe yang menjadi trend di tahun
2015 adalah:
1. Kafe yang memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi pengunjungnya, hal
ini dikarenakan mayoritas konsumen Indonesia lebih menyukai kafe yang
menyediakan tempat duduk nyaman dan internet gratis (Wi-fi).
2. Kafe yang menyediakan menu untuk teman bekerja atau sekadar nongkrong.
3. Kafe yang mengembangkan menu sehat, karena kesadaran masyarakat
Indonesia akan pentingnya makanan sehat telah semakin meningkat.
(Sumber: Consumedia Indonesia: Meneropong Tren Bisnis Makanan dan Minuman
2015)
Pertumbuhan perekonomian di DKI Jakarta pada tahun 2015 diperkirakan
mengalami kemajuan berkisar antara 5,9 – 6,3 %. Pertumbuhan ekonomi tersebut
didasari hasil dari evaluasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap
perkembangan ekonomi Indonesia di tahun 2015. hasil analisis tren kondisi
perekonomian Jakarta tahun 2012, 2013 dan 2014 serta hasil pembahasan dengan
Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan Akademisi.
Untuk provinsi DKI Jakarta, laju pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran meningkat pesat. Dapat disebutkan bahwa industri tersebut menjadi salah
satu industri yang memajukan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
3
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut Lapangan Usaha ( Persentase )
(Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta No. 53/11/31/Th.XVI, 5 November 2014)
Berdasarkan Table 1.2, prospek pertumbuhan lapangan usaha tertinggi di DKI
Jakarta dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi yakni 11,07 persen, disusul
oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,57 persen dan sektor perdagangan hotel-restoran
menempati urutan ketiga sebesar 5,62 persen.
Penyebab lain tingginya laju pertumbuhan di sektor industri restoran adalah karena
industri tersebut berkaitan langsung dengan kegiatan produksi makanan dan
minuman yang merupakan dua kebutuhan pokok yang tidak dapat lepas dari
kebutuhan atas kelangsungan hidup manusia.
Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima hirarki kebutuhan hidup yang
akan selalu diupayakan untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Teori tentang
4
kelima tingkatan tersebut telah resmi di akui dalam dunia psikologi akan dapat
membedakan setiap manusia dari sisi kesejahteraan hidupnya.
Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan Maslow
Gambar 1.1 menjelaskan jenjang kebutuhan dasar manusia menurut teori Hirarki
Kebutuhan Manusia Maslow dimulai dari yang paling mendesak hingga yang akan
muncul dengan sendirinya setelah kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi. Setiap
orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan itu, dan berjuang untuk memenuhinya
walaupun hanya sedikit orang yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari
piramida ini.
Lima tingkat kebutuhan dasar manusia menurut teori Maslow adalah sebagai berikut
(disusun dari yang paling rendah) :
1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan
kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,
bebas dari teror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan Sosial
5
Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan
jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal.
- Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan
banyak lagi lainnya.
- Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi
tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk
merasakan kepuasan dalam hidupnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan
untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai
orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk
dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair
harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda
kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah.
Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri,
sangat mudah untuk mengetahui apakah orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu
jelas apakah yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
1.2. Kafe
Pengertian kafe bila dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti kopi, teh, bir,
dan kue-kue. Wojowasito dan Poerwodarminto (Marsyangm, 1999:71)
mengkategorikan Kafe sebagai suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan
cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh, dengan pilihan makanan yang
terbatas serta tidak menyajikan minuman beralkohol.
Menurut Soekresno (2000) dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajiannya, kafe
termasuk dalam tipe restoran informal. Restoran informal adalah industri jasa food
and beverage service yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih
6
mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang
pelanggannya silih berganti.
7
Ciri – ciri restoran informal (dan kafe) :
a) Harga makanan dan minuman relatif lebih murah;
b) Penerimaan pelanggan tanpa reservasi tempat;
c) Para pelanggan yang datang tidak terikat untuk mengenakan pakaian formal
d) Sistem penyajian yang dipakai mulai dari American service/ ready plate
sampai self –service ataupun counter service;
e) Tidak menyediakan hiburan live music;
f) Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang lain;
g) Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada pelanggan namun
diletakkan di counter atau langsung di meja makan untuk mempercepat
proses pelayanan;
h) Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu – menu yang
cenderung cepat selesai dimasak;
i) Jumlah pekerja relatif lebih sedikit dengan standar kebutuhan, 1 pramusaji
melayani 12 – 16 pelanggan.
Kafe yang pertama dibuka di Constantinople, ibu kota kerajaan Kerajaan Ottoman,
Turki, pada tahun 1555 dan terus berkembang hingga saat ini. (Sumber: Majalah
Femina. Info Kuliner. Kafe).
1.3. Lokasi Usaha
Penulis memilih untuk membangun kafe ini di area Perumahan Citra Garden City
karena kondisi perumahan di area tersebut telah berkembang sebagai kota mandiri
yang berdampak pada perkembangan bisnis kuliner seperti rumah makan di area
tersebut.
1.4. Jenis Minuman
Berikut ini adalah beberapa jenis minuman yang biasa dijumpai di Kafe, Restoran
dan Coffee atau Tea Shop, sesuai dengan karakteristiknya masing-masing:
8
1. Ice Blend
Minuman ini terbentuk dari es batu yang biasanya dihancurkan hingga halus
menggunakan mesin blender. Setelah itu dicampurkan dengan bubuk kopi, sirup
beraroma maupun bubuk perasa minuman (flavor powder) sesuai dengan selera pasar
seperti cokelat, vanila, stroberi, dan lainnya. Sehingga terciptalah rasa minuman yang
nikmat dan memberi sensasi dingin. Untuk menambah cita rasa kenikmatan dan
keindahan penyajiannya, minuman ice blended seringkali diberi tambahan aneka
makanan kecil di atasnya atau lebih dikenal dengan sebutan topping.
Perkembangan minuman Ice blended sendiri tidak terlepas dari adanya pengaruh
perkembangan teknologi sejak diciptakannya mesin blender pada tahun 1922 oleh
Polandia-Amerika bernama Stephen J. Poplawski. Ia memasang sebuah pisau
berputar di dalam sebuah toples, dan menggunakan mesin blender tersebut untuk
membuat minuman soda fountain. Dari pembuatan minuman itulah awal mula
melesatnya perkembangan peminat minuman ice blended.
Contoh: Ice Blend Coffee, Ice Blend Strawberry Java Chip, Ice Blend Cookies &
Cream.
2. Milk Shake
Minuman manis dan dingin terbuat dari es krim, susu panas ataupun susu dingin.
dipadukan dengan bubuk perasa (flavor powder) ataupun sirup. Minuman ini dinuat
dengan cara dikocok (shake) menggunakan shaker, atau diblend menggunakan mesin
blender. agar lebih nikmat milkshake biasanya diberi tambahan (topping) berupa saus
pemanis (coklat, karamel, stroberi)
Contoh: strawberry milkshake, chocolate milkshake, banana milkshake
3. Milk Tea
Minuman ini terbuat dari yang dicampur dengan susu. Susu bisa berupa susu segar
rendah lemak (low fat) ataupun menggunakan krimer nabati sebagai pengganti susu.
Untuk variasi daun tehnya biasa menggunakan daun teh asal Taiwan seperti jenis
assam black, green, earl grey, hingga roasted oolong tea. Walaupun ada juga yang
menggunakan daun teh lokal seperti teh melati (jasmine tea).
9
Contoh: classic milk tea, taro milk tea, matcha milk tea
4. Fruit Tea
Minuman ini terbuat dari teh yang dicampurkan dengan sirup / konsentrat jus buah
sebagai pemberi rasa teh tersebut. Teh ini biasanya sirup yang digunakan tidak
terlalu pekat (weak taste), agar tidak menghilangkan aroma dari teh itu sendiri.
Contoh: lychee tea, sour plum tea, blackcurrant tea
5. Flavoured Tea
Minuman teh ini menggunakan daun teh yang terlebih dahulu telah diberi ekstrak
rasa / aroma tertentu. biasanya disajikan saat menikmati kue pemberian ekstrak
biasanya disesuaikan dengan jenis teh itu sendiri sesuai dengan karakteristiknya, agar
dapat menciptakan citarasa teh yang pas. Karena kenikmatan secangkir teh tidak
hanya ditentukan oleh jenis tehnya, tetapi mulai dari cara penyimpanan, pengetahuan
tentang sifat teh, hingga teknik penyeduhan dan penyajian teh itu sendiri.
Contoh: English Rose Tea, French Vanilla Tea, Moroccan Mint Tea
6. Fruit Juice
Jus Buah dibuat dengan cara menghaluskan buah asli dengan cara ditekan pada
mesin jus, atau diblend menggunakan mesin blender, sehingga diperoleh sari buah
segar dari buah tersebut.
Contoh: orange juice, tomato juice, avocado juice
7. Flavoured Soda
Minuman ini dinuat dengan mencampurkan soda dengan sirup / konsentrat jus buah,
maka akan diperoleh minuman dengan sensasi segar dan menyehatkan.
Contoh: orange soda, lime citrus soda, sarsaparilla / root beer
Kemudian penulis melakukan kuesioner secara online untuk menemukan minat dari
pasar terhadap jenis minuman yang dijual di kafe berdasarkan usianya. Berikut hasil
dari penyebaran kuesoner online yang penulis lakukan :
10
Grafik 1.1. Jenis Minuman Kafe yang Paling di Sukai
Sumber: Survei Online Penulis
Pada Gambar 1.2 Penulis melihat bahwa dari 120 responden online. Peminat
minuman ice blended / blender menempati posisi tertinggi, yaitu 70 responden,
diikuti oleh ice tea / Flavoured tea / Fruit tea sebanyak 32 responden, jus buah
sebanyak 12 responden, flavoured soda sebanyak 3 responded dan minuman lain
sebanyak 3 responden. Dari data di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa, Ice
Blended menjadi salah satu pilihan terbanyak pengunjung kafe.
Grafik 1.2. Diagram Persentase Umur Peminat Ice Blended
11
Sumber: Survei Online Penulis
Kemudian dari 70 responden online yang menyukai ice blended, penulis melihat
bahwa peminat minuman ice blended / blender yang tertinggi adalah anak – anak
yaitu 40 responden, diikuti oleh remaja sebanyak 15 responden, dan dewasa yaitu
sebanyak 5 responden. Dari data di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa, anak –
anak menjadi salah satu konsumen terbanyak produk ice blended.
Hal inilah yang nantinya menjadi salah satu faktor penulis dalam memutuskan untuk
menjual produk minuman Ice Blended kepada anak – anak usia sekolah.
1.5. Latar Belakang Perusahaan
Kafe yang akan dibangun pada proyek ini diberi nama “Ice Break Point” dengan
lokasi pembangunan yaitu di Perumahan Citra Garden 3 yang dekat dengan sekolah.
Penulis membangun kafe ini dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan space
kosong di halaman rumah untuk meningkatkan ekonomi anggotanya. Selain itu
dengan konsep penjualan ice blended ini menunjukkan bahwa bisnis rumahan juga
dapat dijadikan kafe yang menawarkan suasana yang bersih, sejuk dan nyaman serta
dikemas dengan unik menggunakan konsep ruangan semi –outdoor.
Kafe dengan menggunakan konsep taman dengan desain interior yang dilengkapi
dengan ayunan dan aksesoris taman lainnya sehingga nyaman serta santai dengan
tujuan untuk menarik minat konsumen anak – anak sekolahan yang melewati area
tersebut untuk beristirahat sejenak sepulang sekolah, setelah bermain dengan teman –
temannya atau bersepeda bersama keliling komplek, maupun setelah mengikuti
private lesson ditemani segelas minuman menyegarkan dengan kemasan minuman
yang menarik dan harga yang terjangkau di tempat yang sejuk bersama teman –
temannya untuk menghilangkan dahaga setelah menjalankan aktivitas belajar di
sekolah seharian.
Operasional kafe mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan
frekuensi penjualan atau pergantian pelanggan. Untuk mempercepat proses
pelayanan, sistem penyajian yang dipakai oleh kafe adalah counter service dimana
segala aktivitas pelayanan mulai dari penyajian daftar menu sampai proses transaksi
12
pembayaran akan dilakukan langsung di kasir. Selain itu, “Ice Break Point” juga
akan menggunakan fasilitas take away / carry out service dimana pelanggan dapat
langsung membungkus dan menikmati minuman kafe dalam perjalanan pulang atau
membawakan minuman untuk orang – orang di rumah.
Menu yang disajikan oleh kafe dibatasi pada produk minuman ice blended yang
digemari anak - anak dengan bahan dasar susu yang baik untuk pertumbuhan dan
kesehatan anak – anak sekolah.
Budaya perusahaan yang akan dibangun adalah bebas emisi karbon dengan
memberikan peraturan kepada pegawai untuk tidak membawa kendaraan pada saat
datang bekerja dan memberikan pembelajaran kepada pelanggan yang datang untuk
dapat membedakan sampah organik dan an-organik sesuai dengan tempat sampah
yang telah disediakan di dalam kafe. Sebagai daya tarik lainnya dan untuk
mengurangi penggunaan kertas, menu akan disajikan menggunakan tablet yang
diletakkan di counter.
1.6. Metodologi Penelitian
Sumber dan jenis data yang digunakan oleh penulis berasal dari perencanaan kafe
“Ice Break Point” sendiri sebagai data primer. Pengumpulan data diperoleh melalui:
1.6.1. Pengamatan
Dalam penulisan ini, penulis akan melakukan pengamatan langsung terhadap
kompetitor homogen dan heterogen di area Perumahan Citra Garden 3 dan
sekitarnya. Serta kondisi lingkungan disekitar area tersebut.
1.6.2. Wawancara
Dalam penulisan ini, kita akan melakukan wawancara langsung terhadap
kompetitor homogen dan heterogen di area Perumahan Citra Garden 3 dan
sekitarnya. Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa pihak calon
konsumen “Ice Break Point”.
1.6.3. Survei
Penulis membagikan kuesioner secara online untuk mengetahui minat pasar
terhadap produk secara luas dan memutuskan target market, penulis juga
melakukan survei lapangan dengan menyebarkan kuesioner terhadap anak – anak
13
di empat (4) sekolah di sekitar area Citra Garden 3 dan sekitarnya untuk
mengetahui tingkat minat dan faktor apa saja yang mempengaruhi anak – anak
sekolah tersebut untuk melakukan pembelian produk minuman ice blended dan
ketertarikan mereka terhadap kafe “Ice Break Point” yang akan dibangun.
Kuesioner sebanyak 165 responden dari populasi anak – anak sekolah di area
Perumahan Citra Garden 3 dan sekitarnya yang sering melalui lokasi “Ice Break
Point”.
a. Populasi (universe) adalah keseluruhan objek yang akan / ingin diteliti.
(Nasution,2003, Page 1) populasi dibagi dua yaitu Populasi yang tidak
pernah diketahui pasti jumlahnya karena selalu berubah – ubah disebut
“populasi infinit”, sedangkan “populasi finit” adalah populasi yang
diketahui jumlahnya dengan pasti. Populasi Infinit dapa berubah menjadi
populasi finit bila penduduk infinit tersebut dibatasi oleh waktu dan
tempat.
Populasi yang digunakan untuk “Ice Break Point” adalah empat (4)
sekolah di area Perumahan Citra Garden 3 dan sekitarnya. Termasuk jenis
populasi finit yang penduduknya dibatasi waktu dan tempat.
b. Sampel adalah sebagian dari populasi. Secara umum ada dua teknik
pengambilan sampel yaitu sampel acak / random sampling dan sampel
tidak acak / non random sampling. Random sampling adalah cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk
diambil kepada setiap elemen populasi. Sedangkan non random sampling
adalah pemilihan sampel dengan tidak acak. Hasil yang diharapkan hanya
merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan. Cara ini dipergunakan :
Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera, tidak memerlukan
ketepatan yanq tinggi, karena hanya sekedar gambaran umum saja. Secara
lebih spesifik, ada lima cara pengambilan sampel tidak acak yaitu:
• Sampel Dengan Maksud (Purposive Samping).
Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan
penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah
ada dalam anggota sampel yang diambil.
• Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling).
14
Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih
dahulu. Juga jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasrkan
pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi
keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan
sementara saja.
• Sampel Berjatah (Quota Sampling).
Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja,
hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu.
(Sumber: Drs. M. Ngalim Purwanto. M.P. 2008. Prinsip-prinsip evaluasi pengajaran.)
Penulis mengambil sampel berjatah sebanyak 165 anak – anak sekolah dengan
perincian sepuluh persen (10%) diambil dari masing – masing empat (4) sekolah
di area perumahan Citra Garden 3, yaitu :
1. SMP – SMA Citra Kasih ;
a. SMP , 85 murid
b. SMA , 185 murid
i. Total : 270 murid ( sampel : 27 murid )
2. SD – SMA Dian Kasih International School ;
a. SD , 350 murid
b. SMP , 106 murid
c. SMA , 228 murid
i. Total : 684 murid (sampel : 68 murid )
3. SD – SMA Dian Kasih Nasional, dan
a. SD , 174 murid
b. SMP-SMA , 204 murid
i. Total : 378 murid ( sampel : 38 murid )
4. SD Mahabodhi Vidya.
a. SD , 317 murid ( sampel : 32 murid )
Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel ini karena peneliti
mengenal betul daerah dan situasi daerah dimana penelitian akan dilakukan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat minat dan faktor apa saja yang
mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian produk minuman ice blended
dan ketertarikan mereka terhadap kafe “Ice Break Point” yang akan dibangun.
15
(Sumber: survei lapangan penulis).
16
1.6.4. Studi Pustaka
Penulis memerlukan studi pustaka untuk menemukan teori dasar pada analisis
kafe, analisis keuangan, analisa pasar dan kompetitor. Penulis juga menemukan
informasi tentang perkembangan dan peluang bisnis kafe Indonesia khususnya di
area Jakarta. Informasi – informasi tersebut bersumber dari literatur, seperti:
buku, literatur, surat kabar, jurnal - jurnal ilmu pengetahuan, dan yang lainnya.
Di samping metodologi penelitian di atas, penulis akan membuat segala aspek
dalam pembuatan “Ice Break Point” berikut design bangunan dan 3D design.
1.7. Time Plan
Berikut ini adalah time plan dari Proyek Bisnis “Ice Break Point”:
Tabel 1.3 Time Plan Perancangan Tugas Akhir
Time Plan Perancangan Tugas Akhir
No Tahap Mar April Mei Juni July
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Perencanaan v v
2 Rancangan Business
Plan v v
3 Analisa Pasar dan
Produk v v v v v
4 Persiapan
Pembuatan 3D v v v v v v v
5 Penyelesaian Final
v v v v v
7 Pengumpulan Tugas
Akhir v v
17
18
1.8. Tujan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai rencana bisnis “Ice Break Point” adalah untuk memberi
gambaran dalam membangun kafe yang sebenarnya dan menjelaskan bahwa “Ice
Break Point” adalah bisnis yang layak untuk diwujudkan.
1.9. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
• Membantu penulis untuk menjalankan bisnis ““Ice Break Point””
• Membantu membuat perencanaan design dan konsep dari “Ice Break Point”
• Menambahkan ide yang akan membantu penulis menentukan strategi
marketing yang akan digunakan untuk meningkatkan penjualan dan loyalitas
konsumen.
1.10. Sistem Penulisan Laporan
Bab 1 : Latar belakang yang berisi alasan studi kelayakan dilakukan, tipe properti
yang dievaluasi, bagaimana evaluasi dilakukan, waktu studi, dan oleh siapa,
ringkasan dengan kesimpulan.
Bab 2 : Aspek Legal dan Aspek Pemasaran berisi: Badan Hukum, Kepemilikan
tanah, Perijinan, Peraturan - peraturan daerah, Perjanjian / Kontrak-kontrak, Analisa
Pasar (Supply & Demand), Analisa Persaingan (Competition & Comparative Study),
Peluang & Rekomendasi pilihan Pasar, Spesifikasi Pengembangan Produk
Bab 3 : Aspek Teknis dan Arsitektural Desain berisi: Peta dan tapak tanah, Analisa
Kondisi dan Karakteristik Site, Aksesibilitas & Transportasi, Desain / Tipe
Bangunan, Struktur Bangunan, dan Fasilitas pendukung
Bab 4 : Aspek Organisasi dan Manajemen dan Aspek Sumber Daya Manusia berisi
Profil Perusahaan (Owning Company), Calon Pengelola (Management Company),
Pilihan Cara Pengelolaan, Struktur Organisasi, Kompetensi, Jumlah & Tugas-tugas
karyawannya, Peraturan Ketenagakerjaan, Peraturan Perusahaan, dan Kultur
organisasi.
Bab 5 : Analisa Keuangan berisi: Equity, Modal Investasi diperlukan, Rencana
Pembiayaan Proyek Sumber Dana, Proyeksi Rugi-Laba dan Arus Kas,Proyeksi
Penjualan Per Hari, ROI, ROE dan Pay Back Period.