bab 3 pendapatan nasional dalam perspektif islam [autosaved]

31
PENDAPATAN NASIONAL, KONSUMSI, INVESTASI DAN TABUNGAN DALAM EKONOMI SYARIAH

Upload: nophek-bbarbara

Post on 24-Oct-2015

111 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

wefwerg

TRANSCRIPT

PENDAPATAN NASIONAL, KONSUMSI, INVESTASI DAN TABUNGAN DALAM

EKONOMI SYARIAH

NAMA KELOMPOK

Novita Ayu Wulandari Diarma Kallista Ratna Sari Nurindrawati Surya Ningsih Yani Zahrotul Amalia

PENDAPATAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL

Pendapatan Nasional adalah Jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh pemilik

faktor-faktor produksi / rumah tangga (RT), yang digunakan untuk memproduksi

barang dan jasa dalam sebuah negara pada suatu periode tertentu (biasanya dalam kurun waktu 1 tahun). Secara

sederhana pendapatan nasional (national income), merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun.

SIKLUS ALIRAN PENDAPATAN MODEL KONVENSIONAL

COMPLAIN PENGGUNAAN GNP

1) Hanya produk yg masuk pasar yang dihitung sedangkan produk yg dihasilkan dan dikonsumsi sendiri tidak tercakup dlm GNP.

2) GNP tidak menghitung nilai waktu istirahat (leisure time).

3) Kejadian buruk spt bencana alam tidak dihitung dlm GNP.

4) Masalah polusi tidak dihitung dalam GNP

PENDAPATAN NASIONAL MENURUT SISTEM EKONOMI ISLAM

Ada 4 hal yg semestinya bisa mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial :1. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur

penyebaran pendapatan individu rumah tangga.2. Pendapatan nasional harus dapat mengukur

produksi di sektor pedesaan.3. Pendapatan nasional harus dapat mengukur

kesejahteraan ekonomi yang islami.4. Perhitungan pendapatan nasional sebagai ukuran

dari kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah.

SIKLUS ALIRAN PENDAPATAN MENURUT SISTEM EKONOMI ISLAM

KONSUMSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

ARTI DAN TUJUAN KONSUMSI ISLAM

Pengertian konsumsi dalam ekonomi Islam adalah memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah).

Tujuan mengkonsumsi dalam Islam adalah untuk memaksimalkan maslahah, (kebaikan) bukan memaksimalkan kepuasan (maximum utility) seperti di dalam ekonomi konvensional. Utility merupakan kepuasan yang dirasakan seseorang yang bisa jadi kontradiktif dengan kepentingan orang lain. Sedang-kan maslahah adalah kebaikan yang dirasakan seseorang bersama pihak lain.

Gambar 1. Kurva Konsumsi Islami

Semakin tinggi pendapatan dan keimanan sesorang maka semakin tinggi pengeluarannya untuk hal-hal yang bernilai ibadah sedangkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak akan banyak pertambahannya bahkan cenderung turun.

Karena itu, konsumsi dalam Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :Konsumsi = Maslahah = Manfaat + Berkah

Dengan mengkonsumsi sesuatu, maka diharapkan akan didapat manfaat, yang dapat dirinci sebagai berikut:

Manfaat material, seperti murah, kaya, dan lainnya. Manfaat fisik/psikis meliputi rasa aman, sehat, nyaman

dan lain sebagainya. Manfaat intelektual, seperti informasi, pengetahuan dan

lainnya. Manfaat lingkungan, eksternalitas positif. Manfaat secara inter-generational dan antar-

generationnal, yaitu adanya kelestarian, bermanfaat untuk keturunan dan generasi yang akan datang.

 Sedangkan berkah yang diharapkan didapat dari aktivitas konsumsi tersebut yaitu:

Kehalalan barang dan jasa yang dikonsumsi. ‘Idak Israf artinya memberikan kegunaan bagi yang

mengkonsumsinya maupun bagi yang lainnya Mendapat Ridho Allah.

FUNGSI KONSUMSI ISLAM

fungsi konsumsi Islami adalah fungsi maslahah yang secara umum (Ikhwan A. Basri. 2009) adalah sebagai berikut:

Fungsi konsumsi = fungsi maslahah M = m + (Mf, B)Yd M = m + Mf Yd + B YdKeterangan :M  = maslahah dalam berkonsumsim  = konsumsi rata-rata = kebutuhan dasarMf = manfaatB   = berkah atau amal salehYd = pendapatan halal personal (pendapatan halal yang siap dibelanjakan)

Berdasarkan fungsi konsumsi di atas, maka seseorang atau suatu rumahtangga akan berupaya memaksimalkan maslahanya dalam setiap melakukan aktivitas konsumsi. Memaksimalkan maslaha dalam arti dapat memenuhi kebutuhan dasar dan sekaligus meningkatkan manfaat dan berkah. Dengan makin tingginya manfaat dan berkah akan semakin tinggi amal saleh yang didapatkan oleh seseorang atau suatu rumahtangga.

PRINSIP KONSUMSI DALAM ISLAM

Prinsip Keadilan

Prinsip Kebersihan

Prinsip Kesederhanaan

Prinsip Kemurahan Hati

Prinsip Moralitas

PERILAKU KONSUMSI ISLAMI

Prilaku konsumsi Islami membedakan konsumsi yang dibutuhkan (needs) yang dalam Islam disebut kebutuhan hajat dengan konsumsi

yang dinginkan (wants) atau disebut syahwat. Konsumsi yang sesuai kebutuhan atau hajat adalah konsumsi terhadap barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan untuk hidup secara wajar. Sedangkan konsumsi yang disesuai dengan keinginan atau syahwat merupakan konsumsi yang cenderung

berlebihan, mubazir dan boros.

PERBEDAAN PERILAKU KONSUMEN DALAM TEORI EKONOMI KOVENSIONAL DENGAN EKONOMI SYARI’AH

Perbedaan perilaku konsumen ini menyagkut nilai dasar yang menjadi fondasi teori, motif dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan alokasi anggaran untuk berkonsumsi.

tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim : Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur

dengan moral agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki.

Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang dengan sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan).

TABUNGAN DALAM EKONOMI SYARIAH

TEORI TABUNGAN

Tabungan adalah selisih langsung antara pendapatan nasional dengan konsumsi

agregat (S = Y – C).

TABUNGAN DALAM EKONOMI KONVENSIONAL

Kekayaan yang telah terkumpul

Suku bunga

Sikap berhemat

Keadaan perekonomian

Distribusi pendapatan

Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi

TABUNGANDALAM EKONOMI ISLAM

Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekwensi atau respon dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam, yang menyebutkan bahwa manusia haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah karena Allah sangat mengutuk perbuatan israf (pemborosan) dan tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna), serta mereka (diri sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat dikatakan bahwa motifasi utama orang menabung disini adalah nilai moral hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir. Serta efek zakat terhadap tabungan akan mendorong umat muslim untuk lebih sering melakukan investasi sehingga akan mengurangi kesenjangan sosial yang ada.

INVESTASI DALAM EKONOMI SYARIAH

TEORI INVESTASI

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-

barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan

jasa yang tersedia dalam perekonomian.

INVESTASI DALAM EKONOMI KONVENSIONAL

Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh dan Suku bunga

Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan

Kemajuan teknologi

Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

Keuntungan yang diperoleh perusahaan

INVESTASI DALAM EKONOMI ISLAM

investasi dalam ekonomi Islam adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang

diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapkan tergantung pada pangsa

keuntungan relatif antara investor dan penyedia dana sebagai mitra usaha.

Tingkat zakat dan biaya lain atas dana yang tidak/kurang produktif juga

berpengaruh nyata atas keputusan investasi.

Dengan demikian, permintaan investasi akan meningkat dalam ekonomi islam, jika: Meningkatnya tingkat keuntungan yang

diharapkan. Meningkatnya tingkat iuran terhadap asset

yang tidak/kurang produktif.Karena tingkat keuntungan yang diharapkan bukan sebagai variable control, maka variable yang dapat dipakai sebagai instrument oleh otoritas muslim untuk mendorong investasi adalah tingkat biaya asset yang kurang/tidak produktif. Variabel ini merupakan alternative tingkat bunga yang biasa berlaku dalam negara non-islam penganut pasar bebas

JENIS INVESTASI BERDASARKAN SYARI’AH

• adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam.

Tabungan Bagi Hasil (Mudharab

ah)

•merupakan produk investasi jangka waktu tertentu. Nasabahnya bisa perorangan maupun badan. Produk ini menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Dengan prinsip ini bank akan mengelola dana yang diinvestasikan nasabah secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip hukum Islam.Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah yang disepakati bersama sebelumnya

Deposito Bagi Hasil (Mudhara

bah)

JENIS INVESTASI BERDASARKAN SYARI’AH

• Investasi khusus adalah suatu bentuk investasi nasabah yang disalurkan langsung kepada pembiayaan tertentu sesuai dengan keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi hasil yang ditetapkan berdasarkan kesepatan antara bank, nasabah serta penasihat keuangan jika diperlukan (dapat dinegosiasikan). Dana akan diinvestasikan kepada sektor riil yang menguntungkan sesuai keinginan nasabah.

Investasi

Khusus (Mudharabah

Muqayyadah)

RESIKO DALAM INVESTASI

Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu resiko dalam retern. Resiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang di harapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar ritern yang di harapkan semakin besar pula resiko yang harus di tanggung oleh seorang investor.

Ada beberapa kendala untuk mengembangkan pasar modal syariah, kendala-kendala tersebut (sudarsono, 2003) antara lain:

1. Belum ada ketentuan yang menjadi legitimasi pasar modal syariah dari Bapepam atau pemerintah, misalnya undang-undang.

2. Selama ini pasar modal syariah lebih populer sebagai sebuah wacana di mana banyak bicara tentang bagaimana pasar yang di syriahkan. Dimana selama ini praktik pasar modal tidak tidak bisa di pisahkan dari riba, maysir, dan gharar, dan bagaimana memisahkan ketiganya dari pasar modal

TERIMA KASIH