bab i pendahuluan benar

24
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Geologi struktur merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari bentuk arsitektur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang meyebabkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) pada batuan. Banyak hal - hal yang berkaitan dengan proses – proses struktur geologi seperti zona – zona lemah pada batuan, dimana pada batuan tersebut bisa saja terdapat mineral – mineral ekonomis. Untuk dapat mengetahui gejala – gejala struktur yang ada di lapangan, maka perlu diadakan field trip Geologi Struktur agar kemampuan mengenali gejala struktur tersebut dapat bertambah. I.2 Maksud dan Tujuan

Upload: fadliah-lia

Post on 06-Aug-2015

94 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan Benar

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Geologi struktur merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari

bentuk arsitektur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang meyebabkan

terjadinya perubahan bentuk (deformasi) pada batuan. Banyak hal - hal yang

berkaitan dengan proses – proses struktur geologi seperti zona – zona lemah pada

batuan, dimana pada batuan tersebut bisa saja terdapat mineral – mineral ekonomis.

Untuk dapat mengetahui gejala – gejala struktur yang ada di lapangan, maka

perlu diadakan field trip Geologi Struktur agar kemampuan mengenali gejala struktur

tersebut dapat bertambah.

I.2 Maksud dan Tujuan

Field trip Geologi Stuktur yang dilakukan di daerah Pulau Batukalasi

Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan , dimaksudkan aga para paktikan dapat

mengetahui gejala – gejala stuktur yang ada di lapangan dan dapat

menginterpetasikannya.

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi struktur daerah Pulau Batukalasi

Page 2: Bab i Pendahuluan Benar

2. Mahasiswa dapat meganalisa struktur – struktur geologi yang ada pada daerah

penelitian berdasarkan data yang diperoleh.

3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis struktur pada daerah penelitian

berdasarkan analisa data – data diperoleh.

4. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme struktur geologi pada daerah pulau

batukalasi

1.3.Batasan Masaalah

Pada daerah penelitian mempunyai banyak masalah untuk dipecahkan akan

tetapi penulis membatasi permasalahan tersebut terutama proses – proses geologi

saeperti struktur geologi yang menyususn daerah tersebut.

I. 4 Alat Dan Bahan

Adapaun alat dan bahan yang digunakan dalam Field Trip stratigrafi

indonesia ini antara lain :

1. Peta lintasan

Untuk membantu dalam mengetahui posisi dan sebagai penunjuk pada daerah

penelitian.

2. Kompas geologi

Kompas geologi digunakan untuk mengukur kedudukan batuan, mengukur

arah ataupun slope.

Page 3: Bab i Pendahuluan Benar

3. Palu geologi

Palu geologi digunakan untuk membantu mengambil sampel batuan

4. Betel

Betel digunakan juga dalam pengambilan sampel yang lunak

5. Kantong sampel

Kantong sampel merupakan tempat untuk menyimpan sampel dan memberi

label sehingga mudah dikenali.

6. Spidol Permanen

Digunakan dalam pemberian label dikantong sampel

7. Larutan HCl

Digunakan sebagai uji sifat kimiawi pada batuan, apakah bersifat karbonatan

atau silika.

8. Mistar dan busur derajat

Digunakan sebagai alat untuk membantu pengeplotan data

9. Klip board

Digunakan sebagai alas dalam pencatatan data lapangan serta alat bantu dalam

pengambilan kedudukan batuan.

10. Klip Dan Hecter

Digunakan untuk menghecter kantong sampel tempat sampel

11. Spidol Permanen

Digunakan dalam pemberian label dikantong sampel

12. Kertas Kuarto

Page 4: Bab i Pendahuluan Benar

Digunakan dalam pancatatan data diluar buku lapangan

13. Buku lapangan

Digunakan untuk mencatat data – data lapangan tau merekam data

14. Roll meteran

Digunakan untuk mengukur jarak lintasan

15. Lup

Digunakan untuk melihat mineral pada batuan.

16. Komparator

Merupakan alat kesebandingan dalam penamaan batuan.

17. Pita meter

Untuk mengukur dimensi singkapan

18. Pensil warna

Digunakan untuk memberi simbol warna terhadap data litologi yang diperoleh

19. Alat tulis menulis

Digunakan sebagai alat untuk tulis menulis

I. 5 Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara Geografis daerah penelitian yaitu pada Pulau Batukalasi berada pada

1190 36’ 14” - 1190 36’ 20’’ Bujur Timur dan 040 6’ 33” - 040 6’ 38” Lintang Selatan

yang dihitung dari Greernwich pada skala peta 1 : 1000, Sedangkan secara

Page 5: Bab i Pendahuluan Benar

administratif, Pulau ini berada pada daerah Barru yang merupakan Kecamatan

Malusatasi Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan.

Field Trip ini dilaksanakan selama satu hari yaitu pada hari minggu, tanggal18

Desember 2005. Daerah penelitian ini dapat dijangkau dengan jalan kaki,

Keberangkatan dimulai dari base kamp menuju ke lokasi penelitian pukul 07.00 Wita.

Page 6: Bab i Pendahuluan Benar

I.6 Metode Penelitian

PERSIAPAN

ADMINISTRASI STUDI PUSTAKA PERALATAN LAPANGAN

PENELITIAN LAPANGAN

INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI

PENGUKURAN DATA LAPANGAN

PENGOLAHAN DATA

STATISTIK ANALISA GEOMETRIK

DISKUSI

PENYUSUNAN LAPORAN

Diagram Tahapan Penelitian

Page 7: Bab i Pendahuluan Benar

1.7. Peneliti Terdahulu

Peneliti yang telah melakukan penelitian geologi baik secara regional

maupun secara local di Sulawesi Selatan secara khusus antara lain :

1.Sarasin (1901),yang menekankan pada urat –uratan batuan tersier di

daerah ini.

2.Thoen dan Sieger(1917),membuat suatu sintesa geologi Sulawesi

Selatan menghasilkan peta geologi dengan skala 1: 200000,juga

melakukan penelitian stratigrafi pada lengan Sulawesi Selatan.

3.Egeler(1947) yang menganalisa secara detail petrologi batuan malihan

di bagian Barat Sulawesi .

4.Budi Tahjadi,(1981),meneliti tentang hidrogeologi lembar pare – pare

dan Watampone.

5.Sartono dan Astadiredja(1981),melakukan penelitian geologi kwarter

daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara,dimana dalam penelitiannyua

banyak fdilaksanakan pada daerah penelitian Pare – pare.

Page 8: Bab i Pendahuluan Benar

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geomorfologi regoional

Kabupaten Barru dan sekitarnya merupakan wilayah pegunungan dan pada

umumnya terdapat di daerah bagian Timur Wilayah Bagian Barat merupakan

pedataran yang relatif sempit dan dibatasi oleh selat Makassar, daerah ini menyempit

ke Utara dan dibatasi oleh pemukiman dengan pola struktur yang rumit, kemudian

disebelah Selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh Batugamping.

Proses Geomorfologi merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan

bumi baik secara fisik maupun kimia (THORNBURY, 1954). Penyebab dari proses

perubahan tersebut dapat dibagi atas dua golongan, yaitu :

1. Tenaga Endogen

Tenaga ini cenderung untuk membangun, dapat berupa gempa, gaya-gaya

pembentuk struktur dan vulkanisme. Akibat dari adanya tenaga endogen maka

dapat terbentuk struktur, gunungapi dan agradasi.

2. Tenaga Eksogen.

Tenaga ini bersifat merusak, dapat berupa angin, suhu dan air. Dengan adanya

tenaga eksogen dapat terjadi proses denudasi berupa erosi, pelapukan dan gradasi.

Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas, maka dapat terbentuklah bentang

alam dengan kenampakkan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga

yang mempengaruhi pembentukkannya.

Page 9: Bab i Pendahuluan Benar

Kenampakkan bentang alam di daerah barru umumnya merupakan daerah

pegunungan dan perbukitan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan

sebagian lagi nampak membulat. Perbedaan tersebut disebabkan oleh karekteristik

masing-masing batuannya, pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang

telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakkan bentang alam seperti

yang nampak sekarang ini.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pengelompokkan satuan morfologi

daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya

serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak

sekarang. Pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :

1. Satuan Morfologi Perbukitan Gawir Sesar Aledjang – Buludua

Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih

dominan terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap

pembentukkan bentangalamnya.

Satuan morfologi perbukitan gawir sesar Aledjang – Buludua mempunyai

sudut kemiringan lereng 5 – 20o. Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur

gawir sesar turun, menempati daerah-daerah bagian Utara daerah penelitian yang

memanjang dari dusun Galungsalawae, Bale, Ampela, dan Buludua di bagian Timur.

Permukaan gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan

gawirnya telah mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya

gerakkan tanah berupa landslide di Aledjang, akibatnya material-material hasil erosi

tersebut diendapkan pada dasar tebing. Kenampakkan morfologi akibat pengaruh

Page 10: Bab i Pendahuluan Benar

sesar dapat pula terlihat pada permukaan gawir yang memotong perlapisan batuan

dilereng Selatan B. Laposso. Kenampakkan lainnya berupa tebing yang terjal dengan

dasar-dasar lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai di beberapa tempat di

sepanjang jalur morfologi gawir sesar ini.

Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai Watu

dengan beberapa anak sungai yang mengalir dari arah Timur ke Barat dengan tipe

genetik sungai obsekuen. Satuan batuan yang menyusun satuan morfolgi ini adalah

breksi batugamping dan napal.

Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relatif besar karena sifat batuannya

yang kurang resisten dan adanya aktifitas penduduk setempat yang mengadakan

pengelolaan lahan untuk digunakan sebagai daerah pemukiman, perkebunan dan

persawahan yang mempercepat terjadinya erosi.

2. Satuan Morfologi Pegunungan Denudasi B.Masula - B.Pitu

Penamaan satuan morfologi ini berdasarkan pada proses geomorfologi serta

bentuk morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil akhir dari aktifitas denudasi

yang terjadi dan dominan terdapat pada daerah tersebut. Aktifitas denudasi berupa

proses pelapukkan, erosi dan longsoran merupakan bagian yang dapat merombak dan

membentuk permukaan bumi.

Satuan morfologi pegunungan denudasi B. Masula – B. Pitu menyebar di

bagian Selatan dan kenampakkan ini masih dapat dijumpai di bagian Timur Laut B.

Laposso (931m). Penyebaran satuan morfologi ini meliputi beberapa pegunungan

yang memanjang dari arah Barat ke Timur yaitu B.Maejekke (431m), B.Dua (983m),

Page 11: Bab i Pendahuluan Benar

B.Masula (816m), B.Matomong (903m), B.Pitu (342m) dan B.Kalukka (407m)

dengan sudut kemiringan antara 10 -70o. Terdapat beberapa perbukitan di sekitar

B.Pitu, B.Masula dan B.Matomrong dengan arah penyebaran punggungan bukit yang

memanjang dari Baratlaut ke Tenggara.

Aktifitas denudasi di pegunungan seperti B.Dua memperlihatkan adanya sisa-

sisa erosi dan pelapukkan yang mengikis sebagian pegunungan tersebut. Pada

beberapa tempat ditemukan adanya bukit-bukit kecil tumpul yang terbentuk akibat

adanya pengaruh erosi dan pelapukkan dimana keadaan soil pada bagian puncak bukit

sangat tipis namun pada bagian lembah mempunyai soil yang tebal.

Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adalah S.Urunga dengan

beberapa anak sungainya yang membentuk pola aliran dendritik dengan tipe genetik

sungai obsekuen. Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi pegunugan

denudasi ini pada umumnya terdiri dari breksi vulkanik kecuali pada daerah B.Dua

dan B.Matjekke batuan penyusunnya terdiri dari batuan beku andesit dan diorite yang

merupakan satuan intrusi bentuk sill. Satuan morfologi ini sebagian digunakan oleh

penduduk setempat sebagai daerah pemukiman dan persawahan.

I.6.2 Stratigrafi regional

Daerah barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis

bentangalam yang berbeda atau bervariasi dan telah mengalami gangguan struktur

sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak

Page 12: Bab i Pendahuluan Benar

beraturan. Sebagian batuannya telah mengalami pelapukkan dan peremukkan hingga

nampak kurang segar terutama pada napal.

Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarkan atas ciri-ciri secara

fisik di lapangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan,

dapat dikorelasikan secara vertikal maupun lateral dan terutama dapat dipetakan

dalam skala 1 : 25.000.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan atas

lima (5) satuan, mulai dari satuan batuan yang muda ke satuan batuan yang tertua,

adalah Satuan Batuan Beku Intrusi, Satuan Breksi Vulkanik, Satuan Napal, Satuan

Breksi Batugamping Tonasa, Satuan batupasir Mallawa, Satuan serpih Balangbaru

Dimana pada daerah penelitian pada Pulau Batukalasi satuan batuan yang

terdapat adalah :

1. Satuan Batuan Vulkanik

2. Endapan – Endapan fluvial

Pembahasan lebih lanjut dari setiap satuan batuan dimulai dari yang tertua ke

yang termuda sebagai berikut :

1. Satuan Batuan Vulkanik

Satuan breksi vulkanik penyebarannya meliputi beberapa pegunungan yaitu

B.Laposso, B. Masula, B. Matomong, B. Pitu, B. Kalukku serta daerah pemukiman

seperti menrong, Patjiro, Adjange, Batiu, Wuruwue dan Litae. Sebagian pula

tersingkap di daerah aliran sungai kampung litae satuan ini menempati daerah satuan

morfologi pegunungan denudasi B. Masula – B. Pitu dengan arah perlapisan batuan

Page 13: Bab i Pendahuluan Benar

umumnya Baratlaut – Timur Tenggara dengan sudut kemiringan perlapisan antara 16o

– 25o.

Kenampakkan dari satuan breksi vulkanik ini memperlihatkan adanya

perlapisan dengan ketebalan lapisan antara 15 -100 cm. Fragmen batuan breksi

vulkanik terdiri dari batuan beku berupa basalt dan andesit, matriks tufa yang disemen

oleh silika dengan sortasi buruk. Ukuran fragmen antara 5 – 60 cm dan bentuk

menyudut tanggung.

Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil baik itu mikro maupun makro

sehingga satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik Camba yang berumur

Miosen Tengah – Miosen Akhir.

Hubungan stratigrafi dengan satuan batuan baik yang di bawah maupun di

atasnya adalah tidak selaras.

2. Endapan – Endapan Fluvial

Penyebaran material endapan sangat banyak terdapat terdapat pada daerah

sekitar penelitian yang kondisi geomorfologinya secara umum merupakan satuan

marine, pada daerah sekitar pantai banyak terdapat material – material endapan

fluvial, endapan fluvial ini berupa pasir hasul yang bercampur dengan material laut

seperti kerang, coral yang telah hancur.

I.6.3 Struktur Geologi regional

Struktur Geologi di daerah penelitian terdiri atas :

Page 14: Bab i Pendahuluan Benar

1. Struktur Lipatan

2. Struktur Sesar

Struktur tersebut di bagi lagi menjadi beberapa jenis, beriktu pembahasan dari

masing-masing struktur.

1. Struktur Lipatan

Struktur lipatan adalah suatu bentuk deformasi pada batuan sedimen, batuan

vulkanik dan batuan metamorf yang memperlihatkan suatu bentuk yang

bergelombang (MARLAND P. BILLINGS, 1979).

Struktur lipatan yang berkembang di daerah Barru antara lain :

Struktur Sinklin Waruwae

Struktur sinklin Waruwae sebagian besar terletak di bagian Selatan

memanjang dari arah Baratlaut ke Tenggara dengan sumbu lipatan sekitar 10 km dan

mempunyai bentuk yang relatif melengkung dan merupakan suatu sinklin asimetris.

Satuan batuan yang mengalami perlipatan adalah satuan batuan breksi vulkanik yang

diperkirakan ikut pula terlipat adalah sauan napal dan satuan breksi batugamping.

Umur dari sauan batuan tersebut adalah Eosen Awal – Miosen Akhir sehingga

diperkirakan bahwa struktur sinklin Waruwae terbentuk setelah Miosen Akhir.

2. Struktur Sesar

Page 15: Bab i Pendahuluan Benar

Sesar merupakan suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran

sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan dan arahnya

sejajar dengan bidang patahan (Sukendar azikin, 1979). Struktur sesar yang dijumpai

pada daerah Barru Bagian Timur antara lain :

1. Sesar Normal Bale

2. Sesar Geser Aledjang

3. Sesar Geser Buludua

Sesar Normal Bale

Sesar Normal Bale terletak di sebelah Utara dengan panjang sesar sekitar 250

meter. Sesar ini memanjang dari arah Barat ke Timur melalui dusun Bale,

Galungsawae dan Buludua dan dipotong oleh sesar geser Buludua. Bentuk sesar

normal Bale ini relatif melengkung dimana blok bagian Selatan relatif bergerak turun

terhadap blok bagian Utara. Satuan batuan yang tersesarkan terdiri dari satuan napal

dan breksi batugamping.

Berdasarkan pada umur Batuan termuda yang dilalui yaitu satuan napal

dengan umur Eosen Tengah, maka diperkirakan sesar normal Bale terbentuk setelah

Eosen Tengah.

Sesar Geser Aledjang

Sesar Geser Aledjang terdapat di sebelah Baratlaut dan merupakan sesar geser

yang bersifat dextral. Sesar geser ini mempunyai arah pergeseran relatif ke Timur –

Baratdaya dengan pergeseran sekitar 200 meter. Sesar geser ini dicirikan oleh zona-

Page 16: Bab i Pendahuluan Benar

zona hancuran batuan pada satuan napal yang ditemukan pada lereng permukaan

gawir di dusun Aledjang.

Berdasarkan pada umur batuan termuda yang dilalui maka diperkirakan bahwa

sesar geser Aledjang terbentuk setelah Miosen Akhir.

Sesar Geser Buludua

Sesar geser Buludua di sebelah Baratlaut dan merupakan sesar geser bersifat

dextral. Sesar geser ini arah pergeserannya relatif berarah Baratlaut – Tenggara

dengan panjang pergerakkan sekitar 2 km. Satuan batuan yang dilaluinya terdiri atas

napal dan satuan batugamping. Akibat dari adanya sesar ini banyak ditemukan mata

air di sekitar daerah Buludua.

Berdasarkan pada batuan termuda yang dilalui yaitu satuan breksi vulkanik,

maka diperkirakan sesar ini terbentuk setelah Miosen Akhir.