pendahuluan benar

122
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt), sangat populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Selain itu, umur produksinya lebih singkat (genjah) sehingga sangat menguntungkan. Komoditas ini merupakan sumber karbohidrat yang penting sehingga dapat merupakan bahan pangan alternatif yang baik selain beras. Kandungan gizi Jagung Manis tiap kilogram berat bahan yang dapat dimakan cukup tinggi yaitu energi 96 kalori, protein 3,5 gram, lemak 1,0 gram, karbohidrat 22,8 gram, kalsium 3,0 mg, fosfor 111, besi 0,7, vitamin A 4000 SI, vitamin B 0,15 mg, dan vitamin C 12 mg, air 72,2 gram. Tanaman Jagung Manis cocok untuk berbagai pola tanam sehingga dapat lebih meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, jagung juga memberi keuntungan kepada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pengolahan dan pemasaran. Pada umumnya sifat produk hasil pertanian yang mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali. Realita dilapangan para petani atau produsen hasil pertanian masih kurang mengetahui pentingnya kegiatan penanganan pascapanen, sehingga hasil panen yang dianggap baik dan diperkirakan akan

Upload: oddynama7075

Post on 23-Jun-2015

2.033 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN benar

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt), sangat populer

dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan

dengan jagung biasa. Selain itu, umur produksinya lebih singkat (genjah)

sehingga sangat menguntungkan. Komoditas ini merupakan sumber karbohidrat

yang penting sehingga dapat merupakan bahan pangan alternatif yang baik selain

beras. Kandungan gizi Jagung Manis tiap kilogram berat bahan yang dapat

dimakan cukup tinggi yaitu energi 96 kalori, protein 3,5 gram, lemak 1,0 gram,

karbohidrat 22,8 gram, kalsium 3,0 mg, fosfor 111, besi 0,7, vitamin A 4000 SI,

vitamin B 0,15 mg, dan vitamin C 12 mg, air 72,2 gram. Tanaman Jagung Manis

cocok untuk berbagai pola tanam sehingga dapat lebih meningkatkan pendapatan

petani. Selain itu, jagung juga memberi keuntungan kepada orang-orang yang

terlibat dalam kegiatan pengolahan dan pemasaran.

Pada umumnya sifat produk hasil pertanian yang mudah rusak dan

membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun bahkan

tidak dapat dikonsumsi sama sekali. Realita dilapangan para petani atau produsen

hasil pertanian masih kurang mengetahui pentingnya kegiatan penanganan

pascapanen, sehingga hasil panen yang dianggap baik dan diperkirakan akan

banyak menguntungkan menjadi rusak, busuk, dan akhirnya terjadi penurunan

kualitas dan kuantitas hasil pertanian, bahkan menyebabkan harga jual menjadi

rendah.

Beranjak dari hasil wawancara lewat kuesioner dengan beberapa ketua

kelompoktani, bahwa dari ke lima susbsistem agribisnis, subsistem agroindustri

merupakan subsistem yang paling lemah untuk dilaksanakan oleh petani baik dari

segi pengetahuan maupun keterampilan sehingga perlu mendapat prioritas utama

dalam pengembangan agribisnis jagung manis. Rata-rata skor penilaian untuk

subsistem agroindustri hanya mencapai 2,04 dari beberapa indikator yang

ditanyakan.

Ditinjau dari aspek pengetahuan, secara umum petani di Kecamatan

Bumiaji belum memahami dan melaksanakan secara benar tentang kapan waktu

Page 2: PENDAHULUAN benar

2

yang tepat dan bagaimana cara penanganan pascapanen Jagung Manis, sehingga

petani tidak banyak mengalami kehilangan hasil dan penyusutan akibat

penanganan pascapanen yang terlambat. Hal ini dapat dilihat dari hasil panen

yang dijual di pasaran terdekat dimana kondisi Jagung Manis yang sudah mulai

susut, rusak dan secara visual kurang menarik karena kesalahan penanganan

pascapanen, yang akan berdampak pada penurunan harga Jagung Manis tersebut.

Di sisi lain, para petani di Kecamatan Bumiaji pun belum mengenal secara

luas tentang teknik pengolahan hasil Jagung Manis seperti susu Jagung Manis,

dodol Jagung Manis dan lain-lain, sehingga pendapatan mereka sangat terbatas

karena hanya diperoleh dari hasil penjualan Jagung Manis segar dengan harga

rata-rata per Rp.2.000 untuk di petani, sekalipun kawasan Kota Batu banyak

termasuk kawasan industri pengolahan hasil seperti industri pengolahan apel

menjadi kripik.

Hal ini terbukti bahwa di sekitar kawasan Kecamatan Bumiaji tidak

ditemukan adanya industri dan produk olahan Jagung Manis baik industri dalam

skala besar maupun industri dalam rumah tangga. Kondisi seperti ini memerlukan

upaya pengolahan hasil untuk memberi tambahan pada petani dalam peningkatan

daya saing produk pertanian.

Berdasarkan permasalahan di sektor subsistem agroindustri, penulis

mencoba membantu petani dalam hal peningkatan pengetahuan tentang

penanganan pascapanen Jagung Manis yang benar serta peningkatan keterampilan

petani melalui beberapa industri olahan Jagung Manis yang dapat dikembangkan

dalam rumah tangga untuk membantu pendapatan petani.

Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil survei dan wawancara langsung dengan ketua

kelompoktani di Kecamatan Bumiaji Kota Batu Provinsi Jawa Timur, dapat

diketahui permasalahan yang dihadapi petani dalam rangka agribisnis Jagung

Manis, diantaranya sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen Jagung Manis

yang masih rendah serta keterampilan dalam pengolahan hasil Jagung Manis

yang belum dimiliki.

Page 3: PENDAHULUAN benar

3

2. Masih rendahnya tingkat pendapatan petani karena kemampuan yang terbatas

dari petani yang mengharuskan petani menjual Jagung Manis dalam bentuk

segar tanpa ada hasil olahan lain.

Rumusan masalah pada Tugas Akhir (TA) ini adalah upaya pemberdayaan

kelompoktani dalam penanganan pascapanen dan pengolahan hasil Jagung Manis,

dapatkah memberikan perubahan pengetahuan dan keterampikan kelompoktani

dalam peningkatan pendapatan petani di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Provinsi

Jawa Timur.

Tujuan

Tujuan yang diharapkan pada kegiatan Tugas Akhir ini adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan

penanganan pascapanen dan pengolahan hasil Jagung Manis.

2. Meningkatkan pendapatan dan keuntungan dari proses pengolahan hasil

Jagung Manis di kelompoktani.

Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan Tugas Akhir (TA) yang berjudul

”Pemberdayaan Kelompoktani dalam Pengembangan Agribisnis Jagung Manis

(Zea mays saccharata, Sturt) melalui Penguatan Subsistem Agroindustri di

Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur” adalah sebagai berikut.

1. Bagi penulis : mengembangkan potensi diri dalam bersosialisasi dengan petani

dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

2. Bagi petani : membantu petani dalam memecahkan masalah teknologi

penanganan pascapanen, pengolahan hasil, serta perencanaan dalam

pengembangan agribisnis Jagung Manis.

3. Bagi penyuluh dan aparat terkait : sebagai usulan bagi aparat penyuluh dalam

melaksanakan penyuluhan kepada petani atau kelompoktani, usulan dalam

melakukan pengembangan agribisnis Jagung Manis yang disusun dalam

RDK/RUK, dan membantu penyuluh dalam merencanakan pengembangan

agribisnis jagung manis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Provinsi Jawa

Timur.

Page 4: PENDAHULUAN benar

4

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Agribisnis

Agribisnis adalah pengembangan komoditas pertanian berorientasi pasar

yang dilakukan secara efisien yang dalam skala ekonomi dilengkapi dengan

pengembangan penyediaan sarana produksi dan pemasaran yang sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan masyarakat bersangkutan (Saragih, 2001). Sedangkan

menurut Nuraeni et al (2004), menyebutkan bahwa agribisnis adalah suatu sistem

kompleks yang terdiri atas lima subsistem yaitu :

1. Pasokan input (agroinput)

2. Usaha tani (farm agroproduction)

3. Pascapanen dan pengolahan (agroindustry/agroprocessing)

4. Pemasaran (agromarketing), dan

5. Jasa-jasa pendukung (supporting) seperti penelitian dan pengembangan,

pendidikan, jasa penyuluhan, keuangan, transportasi dan sebagainya yang

diperlukan untuk membuat sistem tersebut lengkap dan bekerja baik.

Subsistem ini merupakan bagian dari sistem agribisnis dimana suatu usaha

terkait atau tepengaruh langsung maupun tidak langsung dengan proses produksi

biologis.

Sedangkan menurut Pambudy dan Kilat (2002), pembangunan sistem

agribisnis mencakup pembangunan industri hulu pertanian, usahatani, industri

hilir serta jasa-jasa pendukungnya. Agribsinis sebagai sistem terrdiri dari 3

subsistem utama yaitu :

1. Subsistem off farm hulu atau penyediaan agroinput/sarana produksi

Subsistem ini mencakup kegiatan, ekonomi untuk memproduksi dan

mendistribusikan sarana produksi yang dibutuhkan, seperti pupuk, pestisida,

agrootomotif (traktor), dan industri pembibitan/pembenihan.

2. Subsistem on farm atau budidaya

Subsistem on farm merupakan kegiatan produksi yang menggunakan sarana

produksi yang disediakan sub sektor agribisnis hulu dan teknologi lokalita.

3. Subsistem off farm hilir atau agroindustri dan pemasaran

Subsistem ini mencakup seluruh kegiatan ekonomi yang menyeluruh dan

pemasaran hasil komoditas primer yang dihasilkan oleh kegiatan on farm.

Page 5: PENDAHULUAN benar

5

Kusnadi (1994) dalam Nuraeni et al (2004) menyatakan bahwa tujuan dari

mengevaluasi aspek finansial adalah untuk memastikan seberapa jauh usaha yang

direncanakan dinyatakan sehat dari segi keuangan. Analisis finansial mencakup

biaya penerapan R/C Ratio dan Break Even Point (BEP). Biaya adalah korbanan

ekonomis yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Biaya dibagi dua yaitu

biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan adalah hasil yang diperoleh dari

proses produksi usaha tani. Pada usaha agribisnis jagung manis yang dimasud

dengan penerimaan adalah hasil penjualan tongkol jagung manis. R/C Ratio

adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Semakin

tinggi R/C berarti keuntungan yang diperoleh semakin besar. Break Even Point

(BEP) adalah nilai titik impas dari suatu usaha. BEP dinyatakan dalam nilai unit

dan dalam nilai rupiah. Selain dari hasil analisis finansial, kelayakan usaha aspek

sosial juga harus memperhatikan kebutuhan konsumen dan rantai pemasaran.

1. Subsistem Agroinput (Sarana Produksi)

Menurut Soedijanto (1995), agroinput adalah kegiatan usahatani yang

menghasilkan, menyediakan sarana dan prasarana input bagi kegiatan pertanian

yang meliputi kegiatan pengadaan dan penyaluran yang di dalamnya mencakup

kegiatan perencanaan, pengelolaan sarana produksi, teknologi dan sumberdaya

atau input usahatani yang memenuhi kriteria : tepat waktu, tepat jumlah, tepat

jenis, tepat mutu, dan terjangkau oleh daya beli. Sedangkan menurut Musyadar

dan Nasruddin (2002), subsistem agroinput dalam sistem agribisnis merupakan

bagian terbesar dari seluruh sistem agribisnis Indonesia.

Di samping itu, juga merupakan subsistem yang banyak menghadapi masalah

dalam bentuk keterbatasan seperti modal, lahan, keterampilan, penguasaan

teknologi, informasi dan aksesibilitas terhadap pasar, posisi tawar dan sebagainya.

2. Subsistem Agroproduksi (Usahatani)

Menurut Musyadar dan Nasruddin (2002), produksi dapat dinyatakan sebagai

seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam pembuatan barang (goods)

atau jasa (services). Kegiatan tersebut akan menciptakan atau menambah nilai

guna sesuatu barang atau jasa. Barang atau jasa hasil dari kegiatan produksi

disebut produks (product) atau keluaran (ouput).

Page 6: PENDAHULUAN benar

6

Sedangkan Seodijanto (1995), mengatakan bahwa subsistem proses produksi

mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka

meningkatkan produksi primer pertanian yang termasuk dalam kegiatan ini adalah

perencanaan, pemilihan lokasi, komoditi, teknologi, dan pola usahatani dalam

rangka meningkatkan produksi primer.

3. Subsistem Agroindustri (Pengolahan Hasil)

Menurut Soekartawi (1995), agroindustri dalam pembangunan dan dalam

perekonomian nasional telah diyakini oleh semua pihak. Agroindustri mampu

meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap banyak tenaga

kerja, mampu meningkatkan ekspor dan memunculkan industri baru. Karena

keunggulan agroindustri inilah maka agroindustri dapat dipakai sebagai salah satu

pendekatan pembangunan bagi suatu Negara. Walaupun demikian, pembangunan

agroindustri masih dihadapkan oleh berbagai tantangan, baik tantangan atau

permasalahan yang ada di dalam nageri maupun di luar negeri.

Beberapa permasalahan agroindustri ini khususnya permasalahan di dalam

negeri yaitu (1) beragamnya permasalahan berbagai agroindustri menurut macam

usaha, khususnya kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan dominan, (2)

kurang nyatanya peran agroindustri di pedesaan karena masih berkonsentrasinya

agroindustri di perkotaan, (3) kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap

agroindustri, (4) kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalaupun ada

prosedurnya amat ketat, (5) keterbatasan pasar, (6) lemahnya infrastruktur, (7)

kurangnya perhatian terhadap penelitian dan pengembangan, (8) lemahnya

keterkaitan industri hulu dan hilir, (9) kualitas produksi dan prosesing yang belum

mampu bersaing, (10) lemahnya entrepreneurship.

Ruang lingkup kegiatan subsistem agroindustri tidak hanya berupa ativitas

pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan

yaitu mulai dari panen, penanganan pascapanen, produksi pertanian sampai pada

tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk meningkatkan nilai tambah

(value added) dan produksi primer.

Menurut Apandi (1984) pada buah-buahan dikenal 2 macam istilah yang sulit

dibedakan, ialah pematangan atau maturity yang berarti itu menjadi matang atau

tua yang kadang-kadang belum bisa dimakan karena rasanya belum enak, dan

Page 7: PENDAHULUAN benar

7

istilah pemasakan atau ripening dimana buah sudah baik untuk dimakan yang

mempunyai rasa enak. Buah-buahan yang dipanen memperlihatkan gejala

klimaterik (jadi masak) lebih cepat daripada kalau masih ada pada pohon. Jika

buah-buahan masak masih terdapat pada pohon, ada suatu zat inhibitor yang

dibawa dari pohon ke buah-buahan yang menyebabkan tidak adanya reaksi buah

terhadap zat-zat pendorong pemasakan (ripening), buah mengalami suatu

rangkaian perubahan-perubahan, yaitu perubahan warna, tekstur, karbohidrat,

lipida, sintesa protein, dan flavor (cita rasa). Kebanyakan dari transformasi

metabolik ini diatur oleh enzim-enzim. Perubahan warna merupakan perubahan

yang paling menonjol pada waktu pemasakan. Terjadilah sintesa dari pigmen

tertentu seperti karotinoid dan flavonoid di samping terjadinya perombakan

khlorofil. Oleh karena perombakan/degredasi dari khlorofil, maka karatenoid

yang sudah ada namun tidak nyata, menjadi dan buah berubah menjadi warna

kuning sampai kemerah-merahan pada jagung. Terjadinya perubahan warna ini

disebabkan karena hilangnya khlorofil dan menyebabkan tampaknya warna

karatenoid yang kuning, tanpa pembentukan karotenoid baru atau hanya sedikit

saja. Perombakan warna ini terjadi segera terjadi segera sesudah tercapai puncak

klimaterik dan disertai perubahan tekstur. Enzim-enzim yang aktif dalam

pemasakan buah-buahan ini adalah pektin esterase (PE), poli-galakturonasa (PG)

dan mungkin proto-pektinasa. Perubahan inilah yang menyebabkan perubahan

tekstur.

Perubahan flavor (cita rasa) disebabkan oleh (1) bertambahnya gula-gula

sederhana yang menambah rasa manis, yang disebabkan oleh perubahan zat pati,

(2) berkurangnya asam organik, (3) berkurangnya zat-zat fenolik yang

menyebabkan kurangnya rasa sepat, (4) bertambahnya zat-zat volatil yang

menyebabkan bau harumnya buah masak.

Perubahan yang terjadi pada karbohidrat merupakan perubahan yang

menyolok pula pada buah-buahan. Gula bertambah oleh hidrolisa polisakharida

pati ini, sekalipun sebagian dari gula digunakan untuk resepsi. Jika jagung

menjadi tua, gula-gula diubah menjadi pati atau direspirasi menjadi CO2 dan H2O.

Oleh karena itu panen jagung untuk konsumsi dilakukan jangan terlalu tua dan

memperhatikan penyimpanannya. Pada penyimpanan terjadi proses sebaliknya

Page 8: PENDAHULUAN benar

8

pada pada umbi dan biji, pada umbi pati dihidrolisa menjadi gula-gula, sedangkan

pada biji gula-gula diubah menjadi zat pati.

Menurut Rukmana (1997), jagung sudah siap dipanen pada umur 7-8 minggu

setelah berbunga. Ciri-ciri tanaman jagung siap dipanen dengan tongkol atau

kelobot berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan, penampakannya

mengkilap, apabila ditekan tidak membekas, dan kadar air dalam biji sudah

mencapai 35% - 40%, karena jika kadar air melebihi dari itu akan menyebabkan

cepat terjadinya kerusakan bahan makanan pada saat penyimpanan.

Menurut Rohaman (2006), pascapanen merupakan tahapan lanjutan proses

produk pertanian dan merupakan bidang kegiatan petani/usahatani yang belum

ditangani secara mantap dengan menggunakan teknologi pertanian yang lebih

tepat. Adapun tahapannya dimulai sejak pemungutan hasil pertanian (yang

meliputi tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan) sampai siap untuk

dipasarkan.

Adapun tujuan dari penanganan pascapanen adalah untuk menekan tingkat

kehilangan/kerusakan hasil panen pertanian dengan meningkatkan daya guna hasil

pertanian agar : 1) menunjang usaha penyediaan pangan dan perbaikan gizi

masyarakat, 2) penyediaan bahan baku industri, 3) peningkatan pendapatan petani,

4) peningkatan penerimaan devisa Negara, 5) perluasan kesempatan kerja, dan 6)

melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Menurut Rukamana

(1997), penanganan lepas panen/pascapanen jagung meliputi kegiatan pokok yang

terdiri atas pengumpulan hasil, pewadahan, pengangkutan, pengeringan,

pemipilan, pengeringan ulang, dan penyimpanan. Kegiatan tersebut untuk

memproduksi jagung pipilan.

Di lapangan sering ditemukan penanganan pascapanen jagung dalam beberapa

tahap kegiatan, yakni pengumpulan hasil, pewadahan, pengangkutan, pengeringan

tongkol, dan penyimpanan tongkol di atas para-para. Penanganan pascapanen

jagung meliputi dua penanganan jagung tongkol dan penanganan jagung pipilan.

Penanganan jagung tongkol tahap-tahapnya meliputi kegiatan pokok

diantaranya : (1) pengumpulan hasil : hasil panen jagung dikumpulkan di tempat

yang teduh dan strategis sambil melakukan sortasi tongkol yang terserang hama

penyakit. (2) pewadahan : tongkol jagung dimasukkan ke dalam karung goni atau

Page 9: PENDAHULUAN benar

9

wadah lain secara teratur. (3) pengangkutan : pengangkutan hasil panen jagung

juga dilakukan dengan cara dipikul atau menggunakan alat angkut yang ada di

tempat penampungan hasil (bangsal). (4) pengeringan tongkol : tongkol

dikeringkan satu per satu atau dalam bentuk ikatan-ikatan berisi 10 tongkol/ikat

dengan cara dijemur di atas lantai tanah atau lantai yang terbuat dari bata merah

berlapis semen konstruksi bergelombang, hingga tongkol tampak kering.

(5) penyimpanan ikatan-ikatan tongkol jagung disimpan di gudang penyimpanan

atau di atas tungku dapur dengan cara di gantung pada tali atau bilah bambu.

Selain dilakukann penanganan pascapanen, jagung sebagai hasil pertanian

juga berpotensi untuk dilakukan pengolahan untuk mendapatkan nilai tambah.

Menurut Soekartawi (1997), pengolahan hasil merupakan komponan ke dua

dalam agribisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak petani yang tidak

melakukan pengolahan hasil. Pentingnya pengolahan hasil karena : 1) dapat

meningkatkan nilai tambah, 2) meningkatkan kualitas hasil, 3) meningkatkan

penyerapan tenaga kerja, 4) meningkatkan keterampilan produsen, 5)

meningkatkan pendapatan produsen.

Pengetahuan dan pengalaman proses produksi mutlak diperlukan bagi

pengusaha yang akan menjalankan industry pengolahan jagung. Pengetahuan

yang dimiliki sebaiknya benar-benar diaplikasikan terlebih dahulu dengan

melakukan uji coba produksi dalam skala kecil.

Dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir mengenai penanganan pascpanen dan

pengolahan hasil jagung, penulis mencoba memberikan inovasi teknologi kepada

petani dengan melakukan penyuluhan mengenai pengolahan jagung yang

menghasilkan produk dodol, susu, marning dan oyek dari jagung. Adapun secara

rinci mengenai masing-masing produk ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Dodol Jagung

Menurut Hambali, et al. (2006), dodol Jagung merupakan salah satu produk

olahan yang menggunakan bahan baku tepung Jagung. Proses utama pengolahan

dodol adalah pemasakan. Ciri khas dodol Jagung terletak pada teksturnya yang

liat. Dalam pembuatan dodol Jagung, gula pasir dan gula merah ditambahkan ke

dalam produk dodol sebagai penambah cita rasa dan pengawet alami, santan

Page 10: PENDAHULUAN benar

10

kelapa sebagai penambah cita rasa sekaligus pelembut tekstur, dan vanili sebagai

flavor.

2. Susu Jagung

Menurut Hambali, et al. (2006), susu jagung merupakan susu nabati berbahan

jagung yang diekstrak dan diambil sarinya atau air buahnya. Sedangkan menurut

Makfoeld (1982), yang dimaksud dengan air buah (fruit juice) adalah cairan buah

yang tidak mengalami fermentasi, diperoleh dari hasil pengepresan buah. Buah

harus dalam keadaan masak dan tidak mengandung gelembung-gelembung udara.

Untuk mendapatkan air buah yang baik, air buah perlu dipisahkan dari bagian-

bagian yang tidak larut dengan suatu penyaringan.

Rasa lezat yang timbul dalam air buah disebabkan karena keseimbangan

perbandingan yang sesuai antara gula dan asam-asam, selain komponen lainnya.

Setiap buah mempunyai keseimbangan perbandingan sendiri-sendiri yang

menyebabkan bermacam kelezatan yang khas. Kadang untuk mendapatkan rasa

lezat yang dikehendaki dua atau lebih macam-macam buah dicampur untuk

mendapatkan rasa yang diinginkan untuk mendapatkan rasa yang diinginkan.

Untuk mendapatka air buah yang baik, sebaiknya dipilih buah yang masak

(muda), lewat masak (ioverripe) atau yang busuk akan menghasilkan produk yang

berkualitas rendah.

Selain bahan baku jagung, pada pembuatan susu jagung juga ditambahkan

bahan lain sebagai bahan tambahan yaitu gula dan flavoring agent yang berguna

untuk menambah cita rasa. Bahan lain yang ditambahkan adalah CMC (Carboxy

Methyl Celulosa) yang berfungsi sebagai pengental. Bahan ini juga berfungsi

untuk menambahkan kekuatan stabilitas masa simpan susu jagung. Proses

pengolahan susu jagung meliputi penghancuran jagung dengan penambahan air

panas, penyaringan, pemanasan, penambahan perasa dan pengemasan.

3. Tape Jagung

Menurut Hambali, et al. (2006), tape jagung merupakan makanan makanan

yang dihasilkan dari bahan baku jagung yang dibuat lewat proses fermentasi.

Proses ini melibatkan kapang atau khamir yang terdapat dalam ragi.

Page 11: PENDAHULUAN benar

11

Menurut Desrosier (1988), fermentasi adalah suatu kegiatan penguraian

bahan-bahan karbohidrat.

Pada proses fermentasi biasanya tidak menimbulkan bau busuk dan biasanya

menghasilkan gas karbondioksida. Suatu fermentasi byang busuk biasanya adalah

fermentasi yang mengalami kontaminasi.

Asinan atau acar yang busuk merupakan hasil dari penumbuhan mikrobia

yang menguraikan protein, sedangkan fermentasi yang normal adalah perubahan

karbohidrat menjadi asam. Mikrobia yang digunakan dalam fermentasi yang

terpenting adalah kemampuan menghasilkan enzim dalam jumlah yang besar.

Bakteri, khamir dan cendawan merupakan sel tunggal, mempunyai kapasitas

fungsional pertumbuhan, repropduksi, pencernaan, asimilasi, dan memperbaiki isi

di dalam sel, yang mana bagi bentuk kehidupan tingkat tinggi sudah

didistribusikan ke jaringan-jaringan.

Oleh karena itu dapatlah diantisipasikan bahwa sel tunggal adalah merupakan

wujud kehidupan yang lengkap, seperti misalnya khamir, memiliki produktifitas

enzim dan kapasitas fermentatif yang tinggi dibandingkan dengan mahkluk hidup

lainnya.

Enzim sendiri merupakan suatu substansi yang reaktif yang mengendalikan

reaksi-reaksi kimia di dalam fermentasi. Mikrobia membutuhkan tersedianya

karbohidrat, protein, lemak, dan sedikit zat-zat gizi di dalam bahan pangan asli.

Nampak bahwa mikrobia menyerang karbohidrat, kemudian protein dan

berikutnya lemak. Bahkan terdapat tingkatan penyerangan terhadap karbohidrat,

yang pertama gula menjadi alkohol, kemudian asam.

Karena kebutuhan yang pertama bagi aktivitas mikrobia adalah energi, maka

tampak bahwa bentuk yang dapat disediakan sesuai dengan tingkat kesukaan

adalah rantai karbo, CH2, CH, CHOH, dan COOh. Beberapa ikatan seperti

misalnya radikal CN tidak dapat dimanfaatkan oleh mikrobia.

Banyak kegiatan fermentatif lain di dalam bahan pangan yang mungkin

terjadi, yang merugikan terhadap akseptabilitas bahan pangan yang

difermentasikan. Pada umumnya organisme yang mampu menyerang karbohidrat

tinggi, seperti misalnya sellulosa, hemi-sellulosa, pektin dan pati akan merusak

tekstur, citarasa, dan kualitas bahan pangan yang difermentasikan.

Page 12: PENDAHULUAN benar

12

Tape jagung dibuat hanya dengan bahan baku yang sederhana yaitu jagung

dan ragi tape. Ciri khas tape jagung yang berhasil difermentasi yaitu bertekstur

lembut dan sedikit berair. Proses pembuatan tape jagung meliputi pemipilan,

penghancuran, pengukusan, penirisan, peragian, pengemasan dan fermentasi.

(Hambali, et al. 2006)

4. Tortilla Chips Jagung

Menurut Dewan Ilmu Pengetahuan dalam Santoso et all. (2006), tortilla pada

awalnya merupakan makanan khas daerah Meksiko berbentuk kripik dengan

bahan baku jagung. Kini tortilla dapat dijumpai di berbagai negara termasuk di

Indonesia. tortilla telah dijual dengan berbagai rasa dan kualitas dan mudah

diperoleh di supermarket atau took makanan.

Makanan ini juga popular di daerah Amerika Serikat. tortilla biasanya berupa

sejenis keripik atau chips yang terbuat dari jagung berbentuk bundar gepeng

dengan ukuran ketebalan yang berbeda-beda di tiap Negara. Oleh karena itu ada

standar khusus bagi tortilla.

Menurut Santoso, et all. (2006), tortilla sebenarnya dapat dibuat dari berbagai

bahan terutama yang mengandung pati atau bahan tidak berpati dengan

penambahan tepung pati. Penggunaan bahan selai jagung akan meningkatkan

diversifikasi produk olahan dan dapat pula untuk meningkatkan nilai gizi

dilakukan dengan menggunakan bahan baku seperti kedelai, pisang, daging, susu

dan ikan.

Tortilla dari jagung yang banyak dijual di supermarket umumnya memiliki

nilai gizi yang kaya karbohidrat. Adapun nilai nutrisi tortilla Jagung rendah

lemak (per 100 gr) seperti pada Tabel 1.

Page 13: PENDAHULUAN benar

13

Tabel 1. Nilai Nutrisi Tortilla Jagung Rendah Lemak (per 100 gr)

No. Kandungan Bahan Jumlah bahan 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.

Kalori Protein Lemak total Karbohidrat Serat total Gula total Kalsium Besi Magnesium Fosfor Potassium Sodium Zinc Tembaga Selenium Vitamin C Thiamin Riboflavin Niacin Vitamin B6 Folate-total Vitamin B12 Vitamin ARetinol Vitamin E Vitamin K Lemak jenuh Cholesterol

415 kkal11 gr

5,70 gr80 gr

5,30 gr0,67 gr159 mg1,60 mg97 mg318 mg272 mg419 mg1,15 mg0,11 mg15,70 mg0,20 mg0,22 mg0,28 mg0,42 mg0,18 mg16 mcg

0,00 mcg104 UI

0,00 mcg0,7 mg

0,20 mcg0,85 g

0,00 mgSumber : Tortilla chips, Santoso et all, 2006

4. Subsistem Agroniaga (Pemasaran)

Kotler (1997) mendefenisikan bahwa pemasaran adalah proses sosial dan

manajerial masing-masing individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk yang bernilai

bagi pihak lainnya.

Di dalam pemasaran, pertukaran merupakan salah satu cara untuk memperoleh

barang yang dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan satu imbalan

sehingga ada lima kondisi yang harus dipenuhi agar pertukaran dapat terjadi

antara lain (1) terdapat sedikitnya dua pihak, (2) masing-masing pihak memiliki

sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak lain, (3) masing-masing pihak mampu

berkomunikasi dan melakukan penyerahan, (4) masing-masing bebas menerima

Page 14: PENDAHULUAN benar

Produsen

Konsumen Pedagang Pengecer

Produsen

Konsumen Pedagang Pengecer

Pedagang Pengumpul

Produsen

Konsumen

Pedagang Besar

Pedagang Pengumpul

Produsen

Pedagang Pengecer

Konsumen

14

atau menolak tawaran pertukaran, dan (5) masing-masing yakin bahwa berunding

dengan pihak lain adalah layak dan bermanfaat.

Menurut Musyadar dan Nasruddin (2002), pemasaran tercipta karena adanya

permintaan dan penawaran (Supply dan Demand) oleh ke dua pihak yaitu penjual

dan pembeli melalui saluran dan lembaga tataniaga sebagai medium perantara dan

penyalur produk tersebut.

Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang menekankan

bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen. Tataniaga

dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi ke konsumen

dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan

yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak

yang ikut serta di dalam kegiatan produksi maupun penjualan.

Beberapa pendukung dalam tataniaga yang mempunyai peranan dalam sistem

distribusi adalah petani, pedagang perantara dan konsumen. Ketiganya

mempunyai masing-masing fungsi dan peranan dalam sebuah jalur tataniaga. Jika

dilihat dari pendekatan-pendekatan tataniaga, maka fungsi-fungsi yang dilakukan

oleh lembaga tataniaga tersebut adalah sebagai fungsi pertukaran (Exchange

Function), fungsi fisik (Physical Function), dan fungsi fasilitas (Fasilitating

Function).

Menurut Musyadar dan Nasruddin (2002), ada 4 macam saluran tataniaga

pertanian yaitu zero level one, one level channel, two level channel, dan three

level channel seperti Gambar 1.

Gambar 1. Saluran Tataniaga Pertanian

Page 15: PENDAHULUAN benar

15

Melimpahnya hasil produksi pertanian tanpa diimbangi dengan adanya

jaminan pasar akan berakibat fatal yaitu timbulnya resiko kerugian sebagai akibat

menumpuknya produk yang tidak laku dan tidak dapat dipasarkan. Produk jagung

mempunyai resiko yang tinggi yaitu mudah rusak, mudah menurun baik secara

kualitas maupun kuantitasnya, dan fluktuasi harga yang cepat berubah sehingga

dalam budidaya tanaman jagung perlu adanya perhitungan yang matang tentang

pasar terutama adanya jaminan pasar dan kontrak pemasaran.

Di samping itu, kelangkaan informasi pasar juga akan mengakibatkan

turunnya kekuatan tawar menawar petani, karena tidak adanya pegangan harga

dalam penjualan serta keyakinan mereka guna meningkatkan produksi lebih tinggi

lagi. Lemahnya kekuatan tawar menawar kaum tani, khususnya petani sayuran,

dalam menentukan harga jualnya, sebenarnya dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Salah satu diantaranya adalah seringkali terjadinya fluktuasi harga yang

sangat mencolok. Atas dasar pemikiran tersebut, perlu sekali dilakukan usaha

untuk mengatur jumlah sayuran yang ditawarkan sesuai dengan jumlah

permintaan pada waktu tertentu (Sastraatmadja, 1993).

5. Jasa-jasa pendukung lainnya

Kartasapoetra (1994), komponen pelayanan pendukung yaitu berupa fasilitas

yang dapat mendukung berlangsungnya suatu perubahan. Kelancaran layanan

pendukung dengan sendirinya akan mempercepat berlangsungnya perubahan-

perubahan positif. Ruang gerak agribisnis meliputi dua aspek yaitu pengelolaan

usahatani dan aspek penunjang kegiatan pra dan pascapanen serta perbankan,

sarana tataniaga, dan penyuluhan pertanian. Selanjutnya kegiatan tersebut harus

ditunjang oleh pelaku agribisnis lain seperti penyedia modal (Bank ataupun

lembaga keuangan lainnya), koperasi (KUD, atau KOPTAN), dan lembaga-

lembaga lain yang merupakan pendukung kelancaran kegiatan agribisnis.

Selain hal di atas, lembaga penyuluhan termasuk tenaga penyuluh (Pegawai

Negeri Sipil atau Penyuluh Swakarsa) juga memiliki peranan yang penting dalam

agribisnis karena fungsi sebagai penyampai informasi. Lembaga-lembaga

pendidikan dan penelitian baik milik pemerintah maupun swasta juga merupakan

jasa pendukung yang cukup penting dalam kegiatan agribisnis. Pada dasarnya

subsistem ini hanya merupakan salah satu aspek pendukung saja, namun

Page 16: PENDAHULUAN benar

16

subsistem ini merupakan faktor yang cukup penting dalam mendukung kegiatan

agribisnis.

Tinjauan Penyuluhan Pertanian

Menurut Pambudy dan Kilat (2002), penyuluhan pertanian dalam

pembangunan sistem dan usaha agribisnis dapat diartikan sebagai proses yaitu

membantu petani dan pelaku agribisnis lainnya untuk menganalisa situasi yang

sedang mereka hadapi untuk kemudian memutuskan tindakan dan melakukan

perkiraan ke depan, membantu menyadarkan mereka terhadap kemungkinan dan

timbulnya masalah dari analisis tersebut, meningkatkan pengetahuan dan

pengembangan wawasan mereka terhadap suatu masalah serta membantu

menyusun kerangka pemikiran berdasarkan pengetahuan yang khusus berkaitan

dengan cara pemecahan masalah berupa berbagai alternatif tindakan yang akan

mereka lakukan, membantu mereka merumuskan pilihan yang tepat menurut

mereka paling optimal, meningkatkan motivasi mereka untuk dapat menerapkan

pilihannya, membantu mereka menggalang dana secara swadaya untuk membiayai

kegiatan, membantu mereka untuk melakukan monitoring dan evaluasi, serta

membantu mereka agar terjadi proses saling tukar pengalaman dan informasi.

Menurut Sastraatmadja (1993), penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai

pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan

tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, tindakan, dan

pengetahuan yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sedangkan menurut Mardikanto (1993), penyuluhan pertanian diartikan

sebagai suatu pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan

atau penjelasan, tetapi berupaya mengubah prilaku sasarannya agar memiliki

pengetahuan pertanian dan berusahatani yang luas, memiliki sikap yang progresif

untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap informasi dan hal baru, serta

terampil melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pertanian.

Penyuluh pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta

masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang

pertanian agar mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial,

maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat

Page 17: PENDAHULUAN benar

17

tercapai (Departemen Pertanian, 2002). Penyuluhan pertanian adalah proses

pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu

menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,

teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk

meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Presiden

Republik Indonesia dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2006).

Menurut Van den Ban, A.W dan H.S Hawkins (1999), peranan

penyuluhan pertanian membanti petani membentuk pendapat yang sehat dan

membuat keputusan yang baik dan efektif dengan cara berkomunikasi dan

memberikan informasi yang mereka perlukan. Petani didorong untuk

mengembangkan kebebasan yang luas di dalam pengambilan keputusan.

Kegiatan penyuluhan pertanian meliputi usaha menyebarkan informasi,

memberikan rekomendasi usahatani, mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan,

menggerakkan usaha dan menggugah swadaya petani beserta keluarganya.

Berarti seseorang petugas penyuluhan pertanian perlu menguasai ilmu

komunikasi, ilmu mendidik, dan ilmu pertanian yang akan diajarkan

(Sastraadmadja, 1993). Keberhasilan penyuluhan pertanian ini tidak terlepas

keterkaitan seluruh komponen-komponennya. Komponen-komponen tersebut

adalah petani, penyuluh, kelembagaan, sarana dan prasarana, serta metode dan

teknik penyuluhan yang digunakan.

Penyuluh Pertanian

Menurut Roger (1983) dalam Mardikanto (1993), Penyuluh diartikan

sebagai seorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan

berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi.

Menurut Departemen Pertanian (1989), tugas pokok Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) adalah (1) meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

petani-nelayan beserta keluarganya dalam penerapan berbagai teknologi produksi,

teknologi pascapanen, pemasaran, serta sosial ekonomi, (2) mengembangkan

swadaya dan swakarsa petani-nelayan dan keluarganya, (3) menggali dan

Page 18: PENDAHULUAN benar

18

mengembangkan sumberdaya, (4) menyusun laporan secara periodik pelaksanaan

intensifikasi, dan (5) mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani-

nelayan dan keluarganya dalam berusahatani.

Peran penyuluh menurut Mardikanto (1993) adalah (1) pengembangan

kebutuhan untuk melakukan perubahan-perubahan, (2) menggerakkan masyarakat

untuk melakukan perubahan, dan (3) memantapkan hubungan dengan masyarakat

sasaran. Para penyuluh sebagai aparat pemerintah yang akan terlibat secara nyata

(langsung) diwajibkan untuk lebih menyelami dan menghayati kehidupan di

pedesaan di mana mereka tinggal (Sastraadmadja, 1993).

Akibatnya bukan saja ilmu-ilmu pertanian yang praktis yang dikuasainya

tetapi lebih penting lagi adalah ilmu-ilmu yang bersifat hubungan kemanusiaan

(human relations) dalam kehidupan sehari-hari. Penyuluh bukan hanya sekedar

guru petani, tetapi dia juga harus mampu menjadi teman, penasehat dan saudara

mereka. Sebagai seorang guru, penyuluh harus mampu mengajarkan ilmu-ilmu

yang dikuasainya kepada petani, sedangkan sebagai teman haruslah diciptakan

suasana yang harmonis di antara mereka sehingga dalam setiap mengajarkan

inovasi tidak keluar citra bahwa penyuluh menggurui petani.

Pemberdayaan Kelompoktani

Menurut Pambudy dan Kilat (2002), konsep pemberdayaan mengacu pada

kemampuan masyarakat dalam memperoleh dan memanfaatkan akses atas

sumberdaya yang penting sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat pendapatan

dan kesejahteraan. Selain itu, pemberdayaan juga merupakan upaya mendorong

dan memotivasi mereka untuk menentukan sendiri apa yang harus dilakukannya

dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Pemberdayaan masyarakat adalah perwujudan dan pengembangan

kapasitas masyarakat yang berwawasan pada sumberdaya manusia melalui

pembangunan kelembagaan, pembangunan dimulai dari tingkat pusat sampai

dengan tingkat pedesaan seiring dengan pembangunan sosial ekonomi rakyat,

sarana dan prasarana, serta pengembangan sistem 3 P, yaitu : (1) pendampingan

yang dapat menggerakkan partisipasi total dari masyarakat; (2) penyuluhan yang

dapat merespon dan memantau perubahan yang terjadi di masyarakat; (3)

pelayanan yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketepatan distribusi aset

Page 19: PENDAHULUAN benar

19

sumberdaya fisik dan non fisik yang diperlukan oleh masyarakat. Obyek dari

pemberdayaan tersebut adalah masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat,

perlu adanya suatu kelompok agar mempermudah dalam proses komunikasi.

Pengertian Kelompoktani

Sebagai pelaku langsung dalam pembangunan pertanian, maka berkumpul

dalam satu wadah yang bernama kelompoktani. Kelompoktani ini tumbuh dan

berkembang di masyarakat petani berdasarkan keakraban, kerjasama dan tempat

belajar sehingga produktifitas usahataninya dapat meningkat dalam suatu

hamparan wilayah kelompoktaninya (Suwandi, 1999).

Sedangkan menurut Departemen Pertanian (1989), kelompoktani-nelayan

adalah suatu kelembagaan petani-nelayan yang bersifat nonformal yang

anggotanya terikat atas dasar kesepakatan, keserasian dan tujuan bersama.

Kelompoktani ini memiliki cirri-ciri (1) anggota kelompok ialah petani atau

nelayan dengan jumlah anggota berkisar antara 10 – 30 orang, (2) anggota

kelompok saling mengenal secara akrab, (3) anggota kelompok mempunyai

pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusahatani-nelayan, (4) para

anggota biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam tradisi atau kebiasaan,

domisili, lokasi usahatani-nelayan, status ekonomi maupun status sosial, bahasa,

pendidikan, dan usia, dan (5) bersifat nonformal dalam arti tidak berbadan hukum

tetapi mempunyai pembagian kerja atau tugas, peraturan, sanksi, dan

tanggungjawab, meskipun tidak tertulis.

Menurut Suwandi (1999), kelompoktani merupakan salah satu mitra kerja

penyuluh pertanian yang dianggap penting oleh pemerintah terutama dalam

pelayanan jasa yang dikhususkan bagi petani dan keluarganya. Tujuannya adalah

agar dalam jangka pendek, petani dapat meningkatkan kemampuan (perilaku)

terutama berkaitan dengan teknologi dan evaluasi yang dikembangkannya,

sehingga melalui kemampuan ini petani dapat menghasilkan produktifitas cukup

baik dengan input yang bersaing sehingga pendapatan keluarganya meningkat.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kebutuhan

manusia juga akan berkembang, sehingga manusia perlu berusaha mendapatkan

inovasi baru yang bisa memenuhi kebutuhannya. Pada kondisi ini diperlukan pola

pembinaan petani, baik secara individual maupun yang tergabung dalam

Page 20: PENDAHULUAN benar

20

kelompoktani, dalam upaya memberdayakan petani dan kelompoknya.

Pembinaan kelompoktani diarahkan pada usaha pendinamisasian dan dinamika

kelompok dengan memberikan bimbingan baik teknis maupun administrasi yang

berorientasi pada pola agribisnis yaitu pemasaran (Mardikanto, 1993).

Alasan Dibentuknya Kelompoktani

Kelompoktani dibentuk karena adanya asumsi tentang kecenderungan

alami dari masyarakat petani untuk menuju ke arah kegiatan kerjasama

(coorporation). Dalam hubungan ini, perlu dibentuknya kelompoktani “baru”

untuk dapat menigkatkan kemakmuran masyarakat petani melalui kenaikkan

produktifitas serta distribusi pendapatan yang lebih merata. Tiga alasan utama

dibentuknya kelompoktani yaitu (1) untuk memanfaatkan secara lebih baik

(optimal) semua sumberdaya yang tersedia, (2) dikembangkan oleh pemerintah

sebagai alat pembangunan, (3) adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para

petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui

kelompoktaninnya (Mardikanto, 1993).

Fungsi Kelompoktani

Menurut Departemen Pertanian (1989), terdapat 3 fungsi dari

kelompoktani yaitu sebagai kelas belajar-mengajar bagi petani, sebagai unit

produksi usahatani, dan sebagai wahana kerjasama antar anggota kelompok dan

antar kelompok dengan pihak lain. Sedangkan menurut Presiden Republik

Indonesia dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2006 Pasal 19 Ayat 2, fungsi

kelompoktani ada 6 yaitu sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerjasama,

unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengelolaan dan

pemasaran, dan unit jasa penunjang.

Klasifikasi Kelompktani

Menurut Departemen Pertanian (1989), kelas kelompoktani berdasarkan

tingkat kemampuan kelompoktani yang diukur dalam 5 jurus kemampuan terdiri

dari (1) kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah kelas

kemampuannya, (2) kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas

pemula dimana kelompoktani sudah melakukan kegiatan dalam perencanaan

meskipun masih terbatas, (3) kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah

kela lanjut dimana kemampuan kelompoktaninya lebih tinggi dari kelas lanjut,

Page 21: PENDAHULUAN benar

21

dan (4) kelas Utama, merupakan kelas yang lebih tinggi dimana kelompoktani

sudah berjalan dengan sendirinya atas dasar prakarsa dan swadaya sendiri.

Pembinaan kelompoktani-nelayan adalah setiap upaya untuk

mengembangkan kemampuan kelompok sesuai dengan peranannya. Untuk

meningkatkan kegairahan dari anggota kelompok serta didasarkan atas perlunya

kebanggaan bersama, perlu ditempuh langkah-langkah yang dapat menggerekkan

kelompok ke arah peningkatan kemampuan kelompok baik individu dalam

kelompok maupun kemampuan kelompok. Karena itu dilaksanakan pengakuan

dan pengesahan atas kemampuan kelompoktani oleh pemimpin formal maupun

informal pedesaan.

Penumbuhan Kelompoktani

Menurut Depatemen Pertanian (2007), penumbuhan kelompoktani dapat

dimulai dari kelompok-kelompok atau organisasi sosial yang sudah ada di

masyarakat. Selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan

terbentuk kelompoktani yang semakin terikat kepentingan dan tujuan bersama

dalam meningkatkan produksi dan pendapatan dari usahataninya. Penumbuhan

dan pengembangan kelompoktani didasarkan atas prinsip dari, oleh, dan untuk

petani. Jumlah anggota kelompoktani 20 – 25 orang petani atau disesuaikan

dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usahataninya.

Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian

Mardikanto (1993), menyebutkan bahwa metode penyuluhan pertanian

pertanian adalah cara yang sudah direncanakan sebelumnya untuk melaksanakan

kegiatan penyuluhan pertanian dan tergantung pada (1) pendekatan psiko-

sosialnya, yakni secara massal, kelompok, atau perorangan, (2), media

komunikasi, yakni lisan, tertulis, dan terproyeksi, dan (3) hubungan antara

komunikator dan komunikannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Suwandi (1999), metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi tiga

bagian yaitu (1) berdasarkan teknik komunikasi langsung (face to face

communication) dan tidak berdasarkan komunikasi langsung (indirect

communication), (2) berdasarkan indera penerima (dapat dilihat, didengar, dilihat

dan didengar), (3) berdasarkan jumlah sasaran (individu, kelompok, dan massal).

Page 22: PENDAHULUAN benar

22

Sedangkan menurut Kartasapoetra (1994), terdapat tiga metode penyuluh

pertanian meliputi (1) metode pendekatan perorangan (personal approach

method), (2) metode pendekatan kelompok (group approach method) dan

(3) metode pendekatan massal/umum (mass approach method). Keberhasilan

penerapan metode penyuluhan pertanian sangatlah ditentukan oleh kemampuan

aparat penyuluh pertanian dalam memahami masing-masing metode penyuluhan

pertanian tersebut, dan kemampuan penyuluh dalam mengenal sasarannya yaitu

petani/nalayan dan keluarganya.

Tinjauan Kajian

Adapun kegiatan yang dikaji dalam kegiatan Tugas Akhir (TA) ini adalah :

1. Mengukur tingkat pengetahuan ibu tani sebanyak 30 orang serta mengukur

tingkat keterampilan sebanyak 12 orang (30 %) dari jumlah angggota

Kelompok Ibu PKK Melati sebanyak 40 orang dalam penanganan pascapanen

dan pengolahan hasil Jagung Manis.

2. Menguji Organoleptik hasil olahan jagung dalam kemasan yang berbeda

selama beberapa waktu tanpa menggunakan uji statistik dengan 3 kriteria

pengamatan, yaitu :

Kondisi fisik : penampakan fisual, warna, tektur, bentuk dll

Perubahan rasa

Perubahan aroma

1. Penentuan Sampel

Menurut Achdiyat (2000), dalam buku Statistik Terapan metode penarikan

sampling dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu Non Probabilitas (metode

penarikan sampel secara tak acak) dan Probabilitas (pemilihan sampel tidak

dilakukan secara subyekif; sampel yang terpilih tidak dilakukan semata-mata pada

keinginan si peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang

sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel.

Dalam kegiatan Tugas Akhir (TA), penentuan sampel atau sasaran

penyuluhan dilakukan secara Probabilitas Sampling (pemilihan sampel secara

sengaja) yaitu memilih sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap

mempunyai keterkaitan yaitu skala kecil sampai menengah, dan sebagian besar

anggota kelompoktani sedang mengusahakan atau pernah berusahatani jagung.

Page 23: PENDAHULUAN benar

t = D/(SD/√ n)

23

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer akan dilakukan melalui wawancara (interview) dan

pengamatan (observasi) di lapangan baik melalui pendekatan perorangan ataupun

kelompok. Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket)

yang berhubungan dengan penegtahuan petani sebagai panduannya. Sedangkan

untuk observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung kondisi petani dan

lahannya, penyuluh dan kelembagaannya, sarana dan prasarana penyuluhan yang

ada, metode dan teknik penyuluhan, dan lain-lain. Pengumpulan data sekunder

diperoleh dari Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan lembaga penunjang lainnya.

3. Metode Pengolahan Data

Menurut Achdiyat (2000) dalam buku Statistik Terapan, untuk lebih

memastikan tingkat signifikan terhadap pengetahuan dan ketrampilan wanitatani

yaitu dengan menggunakan rumus Beda Dua Rata-rata untuk sampel yang

berukuran kecil yaitu sebanyak 30 orang (n ≤ 30) dengan α 5%, dinyatakan

dengan rumus :

Keterangan:

t : Beda Dua Rata-rata untuk Data Berpasangan

D : Rata-rata dari harga-harga D

SD : Deviasi standard dari harga-harga Di

n : Banyaknya pasangan

D : Selisih nilai dari pasangan data (X2 - X1)

X1 : Nilai pengukuran pertama

X2 : Nilai pengukuran kedua

Uji Hipotesis Beda Dua Rata-rata

Kesimpulan terhadap hipotesis akan diambil pada taraf nyata (α) 5 %.

1. Kesimpulan diambil untuk mengukur aspek pengetahuan berdasarkan nilai t

hasil perhitungan dan nilai t dari Tabel t. Nilai t dari Tabel t pada taraf nyata

5 % dengan 30 sampel secara uji pihak kanan adalah 2.045 (t 0.025 ; 30-1 =

2.045). Oleh karena itu, kesimpulan yang akan diambil adalah sebagai

berikut.

Page 24: PENDAHULUAN benar

24

Ho diterima jika : t hitung ≤ t tabel → t 0.025 ; 30-1 ≤ 2.045 = Tidak ada perbedaan

proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan penglahan hasil

Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.

Ho ditolak jika : t hitung > t tabel → t 0.025 ; 30-1 > 2.045 = Ada perbedaaan

proporsi pengtahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan hasil

Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan

2. Kesimpulan diambil untuk mengukur aspek keterampilan berdasarkan nilai t

hasil perhitungan dan nilai t dari Tabel t. Nilai t dari Tabel t pada taraf nyata

5 % dengan 5 sampel secara uji pihak kanan adalah 2.201 (t 0.025 ; 12-1 = 2.201).

Oleh karena itu, kesimpulan yang akan diambil adalah sebagai berikut.

Ho diterima jika : t hitung ≤ t tabel → t 0.025 ; 12-1 ≤ 2.201 = Tidak ada perbedaan

proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan penglahan hasil

Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.

Ho ditolak jika : t hitung > t tabel → t 0.025 ; 12-1 > 2.201 = Ada perbedaaan

proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan

hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.

Di samping metode analisis di atas, dilakukan analisis kelayakan usaha

untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diberikan dari kegiatan pengolahan

Jagung Manis, apakah secara ekonomi menguntungkan, secara sosial dapat

diterima oleh masyarakat, dan secara teknis dapat dilakukan oleh masyarakat.

Adapun analisis yang digunakan yaitu analisis tanpa memperhitungkan faktor

waktu atas nilai uang (time – value of money), terdiri dari:

a. Revenue Cost Ratio (R/C) yaitu perbandingan antara penerimaan dan

pengeluaran biaya. Bila R/C > 1 dianggap layak dan jika R/C < 1 dianggap

tidak layak, sedangkan R/C = 1 (trade off) dapat dilaksanakan atau tidak

tergantung pada keputusan dari pihak yang akan melaksanakan usaha.

Page 25: PENDAHULUAN benar

25

b. Break Even Point (BEP) yaitu angka yang menunjukan pada tingkat penjualan

berapakah yang mengakibatkan keadaan usaha tidak mengalami keuntungan

atau kerugian (titik impas). BEP dinyatakan dalam nilai uang (Rp) dan jumlah

unit.

c. Formula :

BT

BEP (Rp) =

1 – BV/Pj

BT

BEP (Unit) =

Hj/ - BV/st

Keterangan :

BT = Biaya Tetap (Fixed Cost)

BV = Biaya Variabel (Variable Cost)

Pj = Penjualan (Sales)

Hj/st = Harga Jual Per Satuan

BV/st = Biaya Variabel Per Satuan

Page 26: PENDAHULUAN benar

26

METODE PELAKSANAAN

Waktu dan Tempat

Tugas Akhir (TA) dilaksanakan mulai dari tanggal 09 Maret 2009 sampai

dengan tanggal 09 Mei 2009. Adapun lokasi yang akan digunakan sebagai tugas

akhir yaitu di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

Metode Identifikasi Masalah

1. Penentuan Sampel

Dalam kegiatan Tugas Akhir (TA), penentuan sampel atau sasaran penyuluhan

dilakukan secara Probabilitas Sampling (pemilihan sampel secara sengaja) yaitu

memilih sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai

keterkaitan yaitu skala kecil sampai menengah, dan sebagian besar anggota

kelompoktani sedang mengusahakan atau pernah berusahatani jagung.

Petani/responden yang dijadikan sampel adalah petani Jagung Manis sebanyak

30 orang wanitatani sampel untuk mengukur aspek pengatahuan sedangkan untuk

aspek keterampilan sebanyak 12 orang dalam melaksanakan penanganan

pascapanen dan pengolahan hasil.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara (interview) dan

pengamatan (observasi) di lapangan baik melalui pendekatan perorangan ataupun

kelompok. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket) yang

berhubungan dengan pengetahuan petani sebagai panduannya. Sedangkan untuk

observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung kondisi petani dan

lahannya, penyuluh dan kelembagaannya, sarana dan prasarana penyuluhan yang

ada, metode dan teknik penyuluhan, dan lain-lain. Pengumpulan data sekunder

diperoleh dari Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan lembaga penunjang lainnya.

3. Metode Pengolahan Data

Dalam pelaksanaan kegiatan Tugas Akhir, untuk memastikan tingkat

signifikan terhadap pengetahuan dan keterampilan petani dan wanitatani Jagung

Manis yaitu dengan menggunakan rumus Beda Dua Rata-rata untuk sampel yang

berukuran kecil yaitu sebanyak 30 orang (n ≤ 30) dengan α 5%, dinyatakan

dengan rumus :

Page 27: PENDAHULUAN benar

t = D/(SD/√ n)

27

Keterangan:

t : Beda Dua Rata-rata untuk Data Berpasangan

D : Rata-rata dari harga-harga D

SD : Deviasi standard dari harga-harga Di

n : Banyaknya pasangan

D : Selisih nilai dari pasangan data (X2 - X1)

X1 : Nilai pengukuran pertama

X2 : Nilai pengukuran kedua

Uji Hipotesis Beda Dua Rata-rata

Kesimpulan terhadap hipotesis akan diambil pada taraf nyata (α) 5 %.

1. Kesimpulan diambil untuk mengukur aspek pengetahuan berdasarkan nilai t

hasil perhitungan dan nilai t dari Tabel t. Nilai t dari Tabel t pada taraf nyata

5 % dengan 30 sampel secara uji pihak kanan adalah 2.045 (t 0.025 ; 30-1 =

2.045). Oleh karena itu, kesimpulan yang akan diambil adalah sebagai

berikut.

Ho diterima jika : t hitung ≤ t tabel → t 0.025 ; 30-1 ≤ 2.045 = Tidak ada perbedaan

proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan

hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.

Ho ditolak jika : t hitung > t tabel → t 0.025 ; 30-1 > 2.045 = Ada perbedaaan

proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan

hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan

2. Kesimpulan diambil untuk mengukur aspek keterampilan berdasarkan nilai t

hasil perhitungan dan nilai t dari Tabel t. Nilai t dari Tabel t pada taraf nyata

5 % dengan 5 sampel secara uji pihak kanan adalah 2.045 (t 0.025 ; 12-1 = 2.201).

Oleh karena itu, kesimpulan yang akan diambil adalah sebagai berikut.

Ho diterima jika : t hitung ≤ t tabel → t 0.025 ; 12-1 ≤ 2.201 = Tidak ada perbedaan

proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan

hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.

Page 28: PENDAHULUAN benar

28

Ho ditolak jika : t hitung > t tabel → t 0.025 ; 30-1 > 2.201 = Ada perbedaaan

proporsi pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen dan pengolahan

hasil Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan

Selain metode analisis di atas, dilakukan analisis kelayakan usaha untuk

mengetahui sejauh mana manfaat yang diberikan dari kegiatan pengolahan Jagung

Manis, apakah secara ekonomi menguntungkan, secara sosial dapat diterima oleh

masyarakat, dan secara teknis dapat dilakukan oleh masyarakat. Adapun analisis

yang digunakan yaitu analisa tanpa memperhitungkan faktor waktu atas nilai

uang (time – value of money), terdiri dari:

a. Revenue Cost Ratio (R/C) yaitu perbandingan antara penerimaan dan

pengeluaran biaya. Bila R/C > 1 dianggap layak dan jika R/C < 1 dianggap

tidak layak, sedangkan R/C = 1 (trade off) dapat dilaksanakan atau tidak

tergantung pada keputusan dari pihak yang akan melaksanakan usaha.

b. Break Even Point (BEP) yaitu angka yang menunjukan pada tingkat penjualan

berapakah yang mengakibatkan keadaan usaha tidak mengalami keuntungan

atau kerugian (titik impas). BEP dinyatakan dalam nilai uang (Rp) dan jumlah

unit.

c. Formula :

BT

BEP (Rp) =

1 – BV/Pj

BT

BEP (Unit) =

Hj/ - BV/st

Keterangan :

BT = Biaya Tetap (Fixed Cost)

BV = Biaya Variabel (Variable Cost)

Pj = Penjualan (Sales)

Hj/st = Harga Jual Per Satuan

BV/st = Biaya Variabel Per Satuan

Page 29: PENDAHULUAN benar

29

4. Kriteria Penilaian Keterampilan Ibu Tani

a. Ketepatan komposisi bahan

Sangat tepat, nilai 8,1 – 10

Tepat, nilai 6,1 – 8,0

Cukup tepat, nilai 4,1 – 6,0

Kurang tepat, nilai 2,1 – 4,0

Tidak tepat, nilai 0 – 2,0

b. Kesesuain langkah kerja

Sangat sesuai, nilai 8,1 – 10

Sesuai, nilai 6,1 – 8,0

Cukup sesuai, 4,1 – 6,0

Kurang sesuai, nilai 2,1 – 4,0

Tidak sesuai, nilai 0 – 2,0

c. Kebersihan

Sangat bersih, nilai 8,1 – 10

Bersih, nilai 6,1 – 8,0

Cukup bersih, 4,1 – 6,0

Kurang bersih, nilai 2,1 – 4,0

Tidak bersih, nilai 0 – 2,0

d. Kerapihan

Sangat rapih, nilai 8,1 – 10

Rapih, nilai 6,1 – 8,0

Cukup rapih, nilai 4,1 – 6,0

Kurang rapih, nilai 2,1 – 4,0

Tidak rapih, nilai nilai 0 – 2,0

e. Hasil

Sangat baik, nilai 8,1 – 10

Baik, nilai 6,1 – 8,0

Cukup baik, nilai 4,1 – 6,0

Kurang baik, nilai 2,1 – 4,0

Tidak baik, nilai nilai 0 – 2,0

Page 30: PENDAHULUAN benar

30

Pemberdayaan Sistem Agribisnis

Pemberdayaan sistem agribisnis Jagung Manis di Kecamatan Bumiaji

yang dilakukan dalam tugas akhir (TA) ini dikhususkan pada subsistem

agroproduksi (penanganan pascapanen) dan agroindustri (pengolahan hasil).

Namun selain dua subsistem di atas, juga dilakukan pemberdayaan pada subsistem

lainnya yaitu subsistem agroinput, agroiniaga, dan jasa pendukung. Hal ini

dilakukan mengingat ke lima subsistem ini tidak dapat terpisahkan

keberadaannya.

1. Subsistem Agroinput (Sarana Produksi)

Secara umum ketersediaan subsistem agroinput di Kecamatan Bumiaji sudah

cukup memadai. Hal ini sangat dilihat dari ketersediaan saprotan seperrti benih

bermutu yang sudah mulai digunakan oleh petani. Penggunaan sarana produksi

sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produk yang akan dihasilkan.

Permasalahan yang dihadapi dalam subsistem agroinput ini adalah ketersediaan

pupuk organik yang belum memadai. Selain itu petani setempat mengalami

kesulitan dalam hal penanaman, terutama untuk menghasilkan Jagung Manis yang

baik, hal ini dikarenakan intensitas hujan yang tinggi sehingga benih yang

ditanam cepat busuk. Sebagai upaya pengembangan subsistem agroinput ini

adalah dengan melakukan kegiatan penyuluhan kepada para petani akan

pentingnya penggunaan saprotan yang dapat mengurangi dampak kimia pada

lingkungan dan kesehatan masyarakat.

2. Subsistem Agroproduksi (Usahatani)

Berdasarkan hasil wawancara bersama petani dan penyuluh, ternyata hampir

semua petani di Kecamatan Bumiaji sudah mengikuti teknologi anjuran terutama

dalam penggunaan pupuk. Anggapan para petani bahwa semakin banyak

menggunakan pupuk dan pestisida maka akan diperoleh hasil yang tinggi.

Namun disini yang menjadi masalah utama adalah penerapan pupuk kimia yang

berlebihan serta belum timbul keinginan petani untuk menggunakan pupuk

organik di lapangan sehingga residu kimia dapat ditekan seminimal mungkin yang

pada akhirnya menghasilkan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan produk

makanan yang sehat dan aman.

Page 31: PENDAHULUAN benar

31

Di sisi lain, ditinjau dari aspek pengetahuan secara umum petani di

Kecamatan Bumiaji belum memahami dan melaksanakan secara benar tentang

kapan waktu yang tepat dan bagaimana cara penanganan pascapanen Jagung

Manis, sehingga petani tidak banyak mengalami kehilangan hasil dan penyusutan

akibat penanganan pascapanen yang terlambat. Hal ini dapat dilihat dari hasil

panen yang dijual di pasaran terdekat dimana kondisi Jagung Manis yang sudah

mulai susut, rusak dan secara visual kurang menarik karena kesalahan penanganan

pascapanen, yang akan berdampak pada penurunan harga jagung manis tersebut.

Oleh sebab itulah, maka perlu dilakukan suatu pembenahan sikap petani melalui

suatu kegiatan penyuluhan secara langsung lewat metode demonstrasi cara.

3. Subsistem Agroindustri (Pengolahan Hasil)

Untuk jagung manis, subsistem agroindustri belum begitu banyak dilakukan

petani, sebab jagung merupakan bahan pangan yang dapat dikonsumsi secara

langsung. Usaha pengolahan hasil Jagung Manis yang dilakukan merupakan

suatu upaya untuk mendapatkan nilai tambah (value added) dari adanya materi

mengenai produk olahan Jagung Manis.

Pada umum para petani di Kecamatan Bumiaji pun belum mengenal secara

luas tentang teknik pengolahan hasil jagung manis seperti Susu Jagung Manis,

Dodol Jagung Manis dan lain-lain, sehingga pendapatan mereka sangat terbatas

karena hanya diperoleh dari hasil penjualan Jagung Manis segar dengan harga

berkisar rata-rata per Rp.2.000 – Rp.2.500/kg untuk di petani, sekalipun kawasan

Kota Batu banyak termasuk kawasan industri pengolahan hasil seperti industri

pengolahan apel menjadi kripik.

Hal ini terbukti bahwa di sekitar kawasan Kecamatan Bumiaji tidak

ditemukan adanya industri dan produk olahan Jagung Manis baik industri dalam

skala besar maupun industri dalam rumah tangga. Kondisi seperti ini memerlukan

upaya pengolahan hasil untuk memberi tambahan pada petani dalam peningkatan

daya saing produk pertanian.

4. Subsistem Agroniaga (Pemasaran)

Peranan lembaga pemasaran sangat besar dalam suatu kegiatan usaha dan

sebagai salah satu kunci keberhasilan dari agribisnis yaitu adanya jaminan pasar

yang sangat menentukan kelangsungan usaha tersebut. Resiko yang tinggi pada

Page 32: PENDAHULUAN benar

32

produk Jagung Manis yaitu mudah rusak, mudah menurun baik secara kualitas

maupun kuantitasnya, dan fluktuasi harga yang cepat berubah sehingga dalam

budidaya Jagung Manis perlu adanya perhitungan yang matang tentang pasar

terutama adanya jaminan pasar dan kontrak pemasaran.

Untuk memulai suatu kegiatan pertanian, hampir separuh petani di

Kecamatan Bumiaji meminjam modal dari tengkulak yang dianggap mampu

bekerjasama, dengan persyaratan petani harus menjual kembali hasil pertanian

mereka kepada tengkulak yang bersangkutan dengan harga yang ditentukan oleh

tengkulak. Dengan demikian kesepakatan ini tentu saja sangat merugikan petani.

Permasalahan mendasar juga ditemui ketika mewawancarai petani, dimana

setiap petani rata-rata menjual produk pertaniannya dalam bentuk segar tnpa ada

pengolahan lebih lanjut, sehingga keuntungan yang diterima petani sangat minim.

Berdasarkan pertimbangan di atas, solusi yang tepat yakni perlu dilakukan

penyuluhan kepada para petani tentang cara menyikapi hal ini dan tentunya

dengan dukungan dari lembaga pemasaran yang ada dan pihak-pihak terkait

terhadap produk Jagung Manis yang akan dipasarkan.

5. Jasa-jasa pendukung lainnya

Selain ke empat subsistem yang ada dalam agribisnis Jagung Manis di atas,

keterlibatan lembaga penunjang sebagai jasa pendukung merupakan faktor yang

cukup penting untuk mendukung kegiatan agribisnis Jagung Manis. Untuk

mengetahui keterlibatan lembaga pendukung agribisnis Jagung Manis yang ada di

Kecamatan Bumiaji dilakukan metode wawancara kepada para petani yang ada,

pengurus kelompoktani, petugas pertanian (PPL), aparat kecamatan, aparat desa,

dan asosiasi LSM.

Di sisi lain pola kemitraan yang dibangun oleh petani di Kecamatan Bumiaji

tidak mampu dijalankan secara baik. Hal ini terbukti dari tidak adanya kerjsama

antara petani dengan lembaga ekonomi lainnya seperti Bank, sehingga

peminjaman modal untuk usaha mereka hanya diterima dari bantuan pemerintah

setempat dan pinjaman dari tengkulak. Untuk itu perlu adanya sosialisasi kepada

petani tentang pentingnya pola kemitraan dengan lembaga ekonomi lainnya,

sehingga petani mampu bekerjasama dengan mereka dalam mendukung usaha

pertaniannya.

Page 33: PENDAHULUAN benar

33

Pada pemberdayaan subsistem agroproduksi (penanganan pascapanen) dan

subsistem agroindustri (pengolahan hasil Jagung Manis), dilakukan melalui

pendekatan individu dan kelompok. Untuk lebih memantapkan pemberdayaan ini

digunakan kombinasi metode mengingat tidak ada satupun metode yang efektif

dan efisien dalam penyuluhan. Metode yang digunakan yaitu diskusi, tanya

jawab, wawancara, ceramah, demonstrasi cara, demonstrasi hasil, dan anjangsana.

Kegiatan penyuluhan pada pemberdayaan subsistem ini mengenai pengertian,

manfaat, dan cara melakukan penanganan pascapanen dan pengolahan hasil

Jagung Manis dengan tujuan dan harapan dapat memberikan nilai tambah (value

added) dan meningkatkan nilai jual produk jagung manis di pasaran sehingga

produk dapat bersaing dengan produk sejenis ataupun substitusinya. Selain itu,

untuk lebih meyakinkan pada pemberdayaan ini dilakukan juga analisa finansial

untuk mengetahui besarnya keuntungan dari adanya kegiatan penanganan

pascapanen dan pengolahan hasil setelah dilakukan penyuluhan kepada kelompok

wanita tani (KWT), sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan komoditas

Jagung Manis di Kecamatan Bumiaji.

Metode Kajian

a. Mengukur tingkat pengetahuan ibu tani sebanyak 30 orang serta mengukur

tingkat keterampilan sebanyak 12 orang (30 %) dari jumlah angggota

Kelompok Ibu PKK Melati sebanyak 40 orang dalam penanganan pascapanen

dan pengolahan hasil Jagung Manis.

b. Menguji Organoleptik hasil olahan Jagung Manis dalam kemasan yang

berbeda selama beberapa waktu tanpa menggunakan uji statistik dengan 3

kriteria pengamatan, yaitu :

Kondisi fisik : penampakan fisual, warna, tektur, bentuk dll

Perubahan rasa

Perubahan aroma

Page 34: PENDAHULUAN benar

34

Pemberdayaan Kelompoktani

Secara umum ada 3 fungsi dari kelompoktani yaitu sebagai kelas belajar

bagi petani, sebagai unit produksi usahatani, dan sebagai wahana kerjasama antar

anggota kelompok dan antar kelompok dengan pihak lain.

Ke-3 fungsi kelompoktani di atas telah dijalankan oleh kelompok tani

yang ada di Kota Batu, hal ini terbukti dengan bertumbuh dan berkembangnya

kelompoktani sebanyak 150 kelompoktani. Selain itu kelompoktani tani yang

keberadaannya senantiasa berkembang jumlahnya, untuk meningkatkan jenjang

kelembagaannya telah terbentuk 9 Gabungan Kelompoktani (GAPOKTAN).

Secara khusus di Kecamatan Bumiaji memiliki 81 kelompoktani dengan jumlah

petani sebanyak 2.298 orang yang mengusahakan pertanian dan ternak.

Pemberdayaan kelompoktani merupakan kemampuan untuk mendorong

dan memotovasi seluruh anggota kelompoktani untuk menentukan sendiri apa

yang harus dilakukan sehingga dapat memperoleh dan memanfaatkan akses atas

sumberdaya yang penting serta mengatasi permasalahan yang dihadapi demi

terwujudnya kesejahteraan dan meningkatnya tingkat pendapatan.

Kelompoktani di Kecamatan Bumiaji merupakan kelompoktani yang

polivalen (petani yang mengusahakan lebih dari satu komoditi). Sasaran kegiatan

pemberdayaan adalah petani dan kelompoktani khususnya bagi petani jagung

manis. Pemberdayaan kelompoktani dilakukan pada kegiatan penyuluhan baik

secara individu maupun dengan melakukan pertemuan kelompok sehingga dapat

berjalan dengan lebih efisien.

Pemberdayaan kelompoktani difokuskan pada kelompok wanita tani

(KWT) di Kecamatan Bumiaji yang berhubungan erat dengan cara

mengoptimalkan pelayanan penyuluhan kelompoktani wanita dan keluarganya

dengan menggunakan kombinasi beberapa metode dengan tujuan dapat

meningkatkkan pengetahuan dan ketrampilan dalam hal penanganan pascapanen,

pengolahan hasil, dan fungsi kelompoktani.

Page 35: PENDAHULUAN benar

35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Wilayah

Keadaan Umum

Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan di Kota Batu yang memiliki

wilayah yang paling luas dibanding dengan kecamatan-kecamatan lain. Dengan

luas wilayah yang hampir mencapai dua per tiga dari seluruh wilayah Kota Batu,

Kecamatan ini memerlukan pengelolaan tersendiri.

Luas Kecamatan Bumiaji secara keseluruhan adalah sekitar 127,979 km2

atau sekitar 64,28 % dari total luas Kota Batu. Sebagai daerah yang topografinya

wilayah perbikitan, Kecamatan Bumiaji hingga saat ini belum sepenuhnya

dimafaatkan secara optimal.

Luas Lahan Berdasarkan Ekosistem

Pada tahun 2008 luas lahan di Kecamatan Bumiaji adalah 12.797,89 ha

yang terdiri dari lahan sawah 1.521,70 ha dan lahan bukan sawah 11.276, 10 ha

serta lahan untuk non pertanian seluas 974,00 ha.

Luas lahan menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2008

Desa/Kelurahan Luas Sawah (ha) Luas Bukan Sawah (ha)

Untuk Non Pertanian (ha)

PandanrejoBumiaji Bulukerto Gunung SariPunten TulungrejoSumbergondo Giripurno

310,60212,00106,00227,3066,00212,3084,20303,30

317,60632,80901,00461,00179,70

6.811,601.295,00677,30

47,4045,80124,50122,4060,00386,2045,80141,90

Kecamatan Bumiaji 1.377,12 1.521,10 11.276,90Sumber : BPS Kota Batu, 2008

Dari Tabel 2 di atas, terlihat bahwa luas lahan yang digunakan adalah

12.797,89 ha. Luas lahan ini terbagi menjadi 3 yaitu digunakan untuk lahan

sawah seluas 1.377,12 ha, lahan bukan sawah 1.521,10 ha, dan lahan non

pertanian seluas 11.276,90 ha.

Page 36: PENDAHULUAN benar

36

Tanaman pangan dan hortikultura yang merupakan komoditas utama yang

ditanam dibeberapa lahan tersebut adalah Padi Sawah, Jagung Manis, Ubi Jalar,

Ubi Kayu, Kacang Tanah, dan tanaman sayur-sayuran.

Sektor perekonomian di Kecamatan Bumiaji masih didominasi oleh sektor

pertanian, hal ini dikarenakan wilayah Kecamatan Bumiaji sebagian besar adalah

wilayah pertanian. Akan tetapi sektor industri dan perdagangan juga berperan

dalam menjalankan roda ekonomi makro. Home industry terutama industri

pengolahan hasil pertanian cukup diminati oleh pelaku ekonomi masyarakat

Bumiaji. Banyak bertumbuhnya home industry pengolahan sari apel, jenang apel

hingga kripik apel seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Perusahaan Pengolahan Hasil di Kecamatan Bumiaji

NoNama

Pengusaha / Perusahaan

Nama Produksi Produksi Alamat

1. Kusuma Agrowisata

Sari Apel 10.000 kg/th Jl. Imam Bonjol Atas Kecamatan BumiajiJenang Apel 10.000 kg/th

Cuka Apel 10.000 kg/th

2 Bagus Agriseta Mandiri

Sari Apel 2.880 dos Dusun Banaran RT 1/RW 1Desa BumiajiJenang Apel 2.016 dos

3. Gizi Food / H. Chotob

Kripik Kentang 96.000 kg/th Jl. Raya Sidomulyo

4. CV. Arjuna Flora

Kripik Ketela Rambat

8.000 kg/th Dusun Junggo

5. CV. Claudia Tahu Kedelai 55.000 kg Jl. Melati II RT 4 / RW 3Desa Pesanggrahan

6. Agro Mandiri Kripik Apel 1.920 kg Dsn. Banaran RT 3 / RW 1 BumiajiKripik Nangka 1.920 kg

7. CV. Maulya Kerupuk Ikan 15.000 kg Dsn.DadapanRT3/RW4 Ds.Pandanrejo

8. A. F Sari Apel 90.000 cup Dsn. Beru RT 2/ RW 6 BumiajiJenang Apel 90.000 pak

9. Kaya Rasa Bumbu Pecel 4.500 kg Ds. Pandanrejo RT 20/ RW 11, Bumiaji

10. Arum Sari Sari Apel 6.600 dos Jl. Nanas Binangun RT 1 RW 9 Desa Bumiaji

Page 37: PENDAHULUAN benar

37

Pemberdayaan Sistem Agribisnis

Kegiatan pemberdayaan sistem agribisnis dilakukan melalui kegiatan

penyuluhan pertanian kepada kelompok wanita tani dengan menggunakan metode

anjangsana, ceramah, diskusi, dan demonstrasi cara yang sebelumnya dilakukan

identifikasi dan menanyakan masalah apa yang sedang dihadapi petani dalam

usahataninya. Dengan menampung aspirasi petani maka penulis mengupayakan

membantu pemecahannya bersama-sama. Dalam hal ini penulis melibatkan

penyuluh pertanian, kepala desa, dan tokoh masyarakat yang berpengaruh di desa

setempat.

Kegiatan pemberdayaan sistem agribisnis yang dilaksanakan selama tugas

akhir selain pokok subsistem yang merupakan judul (agroproduksi pada

penanganan hasil, dan agroindustri pada pengolahan hasil), ditunjang juga oleh

beberapa subsistem agribisnis lainnya, mengingat kelima subsistem ini saling

berkaitan satu sama lain. Namun kegiatan pengkajian dan analisis secara

sederhana guna lebih memantapkan hasil kegiatan yang mudah-mudahan dapat

diaplikasikan oleh para petani hanya dilakukan fokus pada judul. Adapun

kegiatan dan analisis yang dilaksanakan pada masing-masing subsistem agribisnis

selama tugas akhir sebagai berikut.

1. Subsistem Agroinput (Sarana Produksi)

Dalam kegiatan ini penulis melakukan inventaris ketersediaan saprotan pada

kios-kios saprotan yang berada di Kecamatan Bumiaji khusunya Desa Pandanrejo

terutama dalam penggunaan benih Jagung Manis dan penggunaan jenis pupuk

organik dapat mengurangi residu kimia.

Penggunaan sarana produksi sangat berpengaruh terhadap kualitas dan

kuantitas produk yang akan dihasilkan. Pada subsistem agroinput ini adalah

ketersediaan pupuk organik belum banyak tersedia. Selain itu petani setempat

mengalami kesulitan dalam hal penanaman, terutama untuk menghasilkan jagung

manis yang baik, hal ini dikarenakan intesitas hujan yang terlalu tinggi sehingga

benih yang ditanam cepat busuk.

Petani di Desa Pandanrejo, menggunakan benih yang bersertifikat, hal ini

dikarenakan pengadaan benih jagung manis tidak dapat dilakukan sendiri sebab

benih jagung manis memiliki status sebagai jagung hibrida (hasil hibridisasi

Page 38: PENDAHULUAN benar

38

antara Tipe Dent dan Tipe Flint), sehingga proses pengadaan benihnya hanya bisa

dilakukan oleh pemulia tanaman.

Di samping kondisi di atas, yang kini menjadi salah satu persoalan utama

yakni adanya kelangkaan pupuk kimia bagi petani di Desa Pandanrejo. Biasanya

para petani di Desa Pandanrejo, selalu mendapat subsidi pupuk dari pemerintah

Kota Batu, namun karena sistem koordinasi yang kurang baik antara Dinas

Pertanian dan Pemeritah Kota Batu, menyebabkan adanya penimbunan pupuk dan

justru dijual ke desa lainnya. Akibatnya petani di Desa Pandanrejo mengalami

kekurangan pupuk sehingga berdampak pada usahatani mereka.

Kegiatan dalam upaya pengembangan subsistem ini adalah melakukan

kegiatan penyuluhan kepada petani Jagung Manis yang berada di Desa Bumiaji

dalam penggunaan saprotan bermutu. Metode yang digunakan berupa metode

diskusi dan tanya jawab. Untuk mencapai keberhasilan dalam penggunaan

saprotan bermutu perlu adanya kerjasama antara petani dan lembaga penyedia

saprotan seperti KUD dan kios-kios saprodi lainnya.

Untuk memperoleh benih bermutu dan pupuk, petani di Desa Pandarejo bisa

diperoleh dari KUD terdekat yakni KUD “Suka Tani” yang sudah sejak lama

berdiri dan mampu menyediakan semua sarana produksi pertanian dengan harga

yang terjangkau sehingga petani tidak lagi harus mencari saprotan ke Kota Batu.

Sedangkan untuk masalah kelangkaan pupuk bersubsidi, penulis menyarankan

kepada petani agar selau berkomunikasi dengan penyuluh, sehingga penyuluh itu

sendiri mampu menyampaikan permasalahan ini ke Dinas Pertanian Kota Batu

agar sesegera mungkin diambil suatu tindakan pemecahan yang tepat. Dan

permasalahan ini sudah mulai ditanggulangi oleh Dinas Pertanian Kota Batu,

dimana subsidi pupuk untuk petani di Desa Pandanrejo bisa diterima berkat

kerjasama dengan salah satu pemiliki kios saprodi di Kecamatan Bumiaji.

2. Subsistem Agroproduksi (Usahatani)

Subsistem agroproduksi merupakan suatu rangkaian kegiatan proses produksi

yang terdiri atas kegiatan-kegiatan mulai dari persiapan lahan, penanaman,

pemeliharaan (penyiangan, penggemburan, pemupukan, dan pengendalian hama

dan penyakit), penanganan pascapanen dan panen.

Page 39: PENDAHULUAN benar

39

Berdasarkan informasi dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), observasi

lapangan dan dari data-data sekunder yang diperoleh, petani yang berada di

Kecamatan Bumiaji khususnya di Desa Pandanrejo mempunyai anggapan bahwa

semakin banyak menggunakan pupuk dan pestisida maka akan diperoleh hasil

yang tinggi. Pada kegiatan tugas akhir ini, penulis bekerjasama dengan salah

seorang rekan mahasiswa yang mengambil judul tugas akhirnya aplikasi pupuk

dan pestisida organik pada tanaman tomat untuk sama-sama memberikan materi

penyuluhan dan demonstasi cara tentang pembuatan pupuk cair organik dan

pengapilkasiannya pada tanaman Jagung Manis.

Pembuatan pupuk cair organik ini menggunakan bahan dasar berupa sampah

daun, molase air kelapa dan air cucian beras yang diperam selama ± 1 minggu.

Proses pembuatan pupuk cair organik ini dilaksanakan pada tanggal 18 April 2009

yang bertempat di lahan milik kelompoktani Musyawarah Tani II. Dengan

demikian petani diharapkan mau dan mampu menerapkan pemupukan sesuai

dengan anjuran dengan harapan tingkat residu kimia dapat ditekan seminimal

mungkin sehingga akan memperoleh sistem pertanian yang ramah lingkungan dan

produk makanan sehat dan aman.

Selain permasalahan rendahnya aplikasi penggunanaan pupuk dan pestisida

organik yang ditemukan di lapangan, yang menjadi sorotan penulis juga adalah

penanganan pascapanen yang kurang tepat dari petani di Desa Pandanrejo

sehingga banyak kehilangan hasil.

Untuk mengatasi hal ini penulis melakukan kegiatan penyuluhan melalui

diskusi dan demonstrasi langsung di salah satu petani pengumpul Jagung Manis.

Materi penyuluhan mengenai kegiatan penanganan pascapanen Jagung Manis

mulai tahapan sortasi dan grading, pengkelasan, pembersihan kelobot,

pengemasan yang baik.

Selain pemberian materi, penulis juga mengambil sampel petani sebanyak 30

orang untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan yang hasilnya dapat

dilihat pada Tabel 4.

Page 40: PENDAHULUAN benar

40

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan Penanganan Pascapanen Jagung Manis di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji

No. Responden Pre Test Post Test Kenaikan (D)(D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.2930.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi InaMarni Pinarah Wasiani Hartatik Susmiati Yayuk Dwi Sudarmi Winarsih Wasitah Rina Sukatini Junarni Siti Agustinah Tinin Kiki AnitaLiswati Widayati Imas Likah Puji AsihAbiek Tutik Eni

3.03.04.05.04.05.03.04.05.06.04.04.04.05.03.05.05.04.05.04.05.05.04.04.65.05.63.03.64.05.6

8.27.68.28.68.68.08.09.28.49.08.47.87.08.87.88.08.48.47.88.68.48.47.07.68.69.07.88.08.68.4

5.24.64.23.64.63.05.05.23.43.04.43.83.03.84.83.03.44.42.84.63.43.43.03.03.63.44.84.44.62.8

1.330.630.33-0.370.63-0.871.131.33-0.47-0.870.43-0.07-0.87-0.170.83-0.87-0.371.03-1.070.73-0.37-0.97-0.87-0.87-0.37-0.371.030.630.73-0.87

1.76890.39690.1089-0.13690.39669-0.75691.27691.7689-0.2209-0.75690.1849-0.0049-0.7569-0.02890.6889-0.7569-0.13691.0609-1.14490.5329-0.1369-0.9409-0.75690.7569-0.1369-0.13691.06090.39690.5329-0.7569

Jumlah 130.4 246.6 116.2 3.3659Rata-rata 4.34 8.22 3.87

1. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi

2. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2,045 ≤ t ≤ 2,045

Ho ditolak apabila : t > 2,045 atau t < - 2,045

D = ∑ D/n = 116.2/30 = 3.87

SD = √ (D – D)2 / (n – 1)

= √ 3.3659/29

= √0.1160

= 0.34

Page 41: PENDAHULUAN benar

41

t hitung = D/(SD/√ n)

= 3.87 / (0.34/√30)

= 3.87 / 0.34/5,47)

= 3.87 / 0.06

= 64.5

Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tani dalam

penanganan pascapanen Jagung Manis sangat rendah dengan nilai 4.33 akan

tetapi setelah dilakukan pembinaan, pengetahuan ibu tani menjadi meningkat

menjadi baik dengan nilai 8.21, kenaikan yang diperoleh adalah 3.87 sehingga

diperoleh t hitung sebesar 64.5. Maka diambil kesimpulan bahwa nilai t = 64.5 >

2.045, sehingga Ho ditolak.

Ini berarti bahwa ada perbedaaan proporsi pengetahuan ibu tani tentang

penanganan pascapanen Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan. Kondisi

seperti ini bisa dicapai karena hampir sebagian besar ibu tani di Desa Pandanrejo

benar-benar aktif dalam mengikuti setiap kegiatan dalam penanganan pascapanen

apalagi didukung oleh faktor keluarga dimana 95% adalah petani Jagung Manis.

Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Evaluasi Awal dan Akhir aspek Pengetahuan

Penanganan Pascapanen Jagung Manis

Berdasarkan Gambar 2 di atas maka dapat diketahui bahwa setelah

dilakukan kegiatan penyuluhan, pengetahuan ibu tani tentang penanganan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 300

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pre Test Post TestKenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 42: PENDAHULUAN benar

42

pascapanen Jagung Manis rata-rata meningkat ke arah baik. Hasil post test

tertinggi diperoleh Ibu Pinarah dengan nilai 9.2, karena beliau merupakan salah

satu petani yang menjadi petani pengumul, sedangkan hasil post test terendah

diperoleh Ibu Dwi Sudarmi dan Ibu Liswati dengan nilai 7.0, karena memang ke

dua ibu ini bukan merupakan petani Jagung Manis namun hanya sebagai buruh

tani. Sedangkan evaluasi keterampilan penanganan pascapanen Jagung Manis

tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Keterampilan Penanganan Pascapanen Jagung Manis di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji

No. Responden Pre Test Post Test Kenaikan (D)(D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi InaMarni Pinarah Wasiani Hartatik Susmiati Yayuk

3.63.04.04.64.03.45.04.63.44.05.04.4

8.28.88.28.88.68.69.28.47.88.09.08.8

4.65.84.24.24.65.24.24.24.44.05.04.4

0.071.27-0.33-0.330.070.67-0.33-0.33-0.13-0.530.47-0.13

0.00491.6129-0.1089-0.10890.00490.4489-0.1089-0.1089-0.0169-0.28090.2209-0.0169

Jumlah 49 103.4 54.4 1.5422Rerata 4.08 8.61 4.53

Keterangan : berbeda nyata α 5% = 2, 201a. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materib. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2.201 ≤ t ≤ 2.201Ho ditolak apabila : t > 2.201 atau t < - 2.201D = ∑ D/n = 54.4/12 = 4.53

SD = √ (D – D)2 / (n – 1)

= √ 1.5422/11

= √0.1402

= 0.37

Page 43: PENDAHULUAN benar

43

t hitung = D/(SD/√ n)

= 4.53 / (0.37 / √12)

= 4.53 / 0.37 / 3.46)

= 4.53 / 0.10

= 45.3

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 5 di atas, terlihat adanya

peningkatan keterampilan ibu tani secara keseluruhan dari nilai 4.08 menjadi 8.61

ada kenaikan sebesar nilai 4.53. sehingga diperoleh t hitung sebesar 45. Maka

diambil kesimpulan bahwa nilai t = 45.3 > 2.201, sehingga Ho ditolak.

Ini berarti bahwa ada perbedaaan proporsi keterampilan ibu tani tentang

penanganan pascapanen jagung manis sebelum dan sesudah penyuluhan. Kondisi

seperti ini bisa dicapai karena memang semua responden sangat aktif mengikuti

kegiatan penyuluhan di samping keterampilan yang dimiliki oleh masing masing

responden. Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Keterampilan Penanganan Pascapanen Jagung Manis

Dari Gambar 3 di atas, terlihat jelas bahwa nilai post test tertinggi

diperoleh Ibu Marni dengan nilai sebesar 9.2 dan nilai terendah diperoleh Ibu

Wasiani dengan nilai sebesar 7.8. Kondisi seperti ini bisa diperoleh masing-

masing responden karena memang tingkat pendidikan mereka berbeda satu sama

lain.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 120

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pre Test Post TestKenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 44: PENDAHULUAN benar

44

Ibu Marni bisa memperoleh nilai tertinggi dikarenakan tingkat

pendidikannya lebih tinggi (SLTP) jika dibandingkan dengan Ibu Wasiani. Selain

itu juga faktor umur dari masing-masing responden juga mempengaruhi tingkat

penyerapan dan adopsi yang diterima.

3. Subsistem Agroindustri (Pengolahan Hasil)

Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen ke dua dalam agribisnis

setelah komponen produksi pertanian. Banyak petani yang tidak melakukan

pengolahan hasil. Dalam pengolahan hasil sangat penting karena dapat

meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen dan

meningkatkan pendapatan produsen. Tujuan pelaksanaan kajian sistem

agroindustri ini sistem agroindustri ini untuk mengetahui pengolahan Jagung

Manis layak diusahakan di Desa Pandanrejo sesuai dengan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki masyarakat setempat.

Kenyataan dilapangan para petani Jagung Manis yang berada di Desa

Pandanrejo sama sekali belum melakukan pengolahan hasil Jagung Manis.

Permasalahan utama yang dihadapi petani Jagung Manis adalah keterbatasan

pengetahuan, keterampilan serta modal yang dibutuhkan dalam melakukan

pengolahan Jagung Manis. Selain itu pula Jagung Manis sudah terbiasa dijual

dalam bentuk segar tanpa harus melakukan penanganan lebih lanjut lagi. Harga

Jagung Manis di petani hanya mencapai Rp.2.000/kg apalagi disaat panen

bersamaan dengan petani lainnya sekalipun kawasan Kota Batu termasuk kawasan

industri pengolahan hasil seperti industri pengolahan apel menjadi kripik.

Hal ini terbukti bahwa di sekitar kawasan Kecamatan Bumiaji tidak ditemukan

adanya industri dan produk olahan jagung manis baik industri dalam skala besar

maupun industri dalam rumah tangga. Kondisi seperti ini memerlukan upaya

pengolahan hasil untuk memberi tambahan pada petani dalam peningkatan daya

saing produk pertanian.

Pelaksanaan subsistem agroindustri pada kegiatan tugas akhir ini adalah

pengolahan Jagung Manis dengan membuat Tortilla Chips, Susu Jagung Manis,

Dodol Jagung Manis, dan Tape Jagung Manis. Sasaran kegiatan pengolahan hasil

ini adalah Kelompok Wanita Tani Musyawarah Tani I, Sumber Tani dan Pangestu

yang tergabung dalam Kelompok Ibu PKK Melati Desa Pandanrejo.

Page 45: PENDAHULUAN benar

45

Kegiatan pengolahan hasil dapat berjalan dengan baik dikarenakan adanya

dukungan dari aparat desa dan juga para PPL yang ada di Kecamatan Bumiaji.

1. Susu Jagung Manis

Hasil evaluasi pengetahuan mengenai pembuatan Susu Jagung Manis dari

sampel sebanyak 30 orang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan Pambuatan Susu Jagung Manis di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji

No. Responden Pre Test Post Test Kenaikan (D)(D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.2930.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi InaMarni Pinarah Wasiani Hartatik Susmiati Yayuk Dwi Sudarmi Winarsih Wasitah Rina Sukatini Junarni Siti Agustinah Tinin Kiki AnitaLiswati Widayati Imas Likah Puji AsihAbiek Tutik Eni

5.04.05.04.04.03.03.04.03.04.05.03.05.04.05.04.64.05.45.05.04.05.03.03.43.65.04.05.05.44.0

9.08.29.48.28.68.08.48.88.08.88.88.08.48.09.28.48.89.48.49.88.48.68.67.68.68.48.69.08.88.0

4.04.24.44.24.65.05.44.85.04.83.85.03.44.04.23.84.84.03.44.84.43.65.64.05.03.44.64.03.44.0

-0.31-0.110.09-0.110.290.691.090.490.690.49-0.510.69-0.91-0.31-0.11-0.510.49-0.31-0.910.490.09-0.711.29-0.310.69-0.910.29-0.31-0.91-0.31

-0.0961-0.01210.0081-0.01210.08410.47611.18810.24010.47610.2401-0.26010.4761-0.8281-0.0961-0.0121-0.26010.2401-0.0961-0.82810.24010.0081-0.50411.6641-0.09610.4761-0.82810.0841-0.0961-0.8281-0.0961

Jumlah 127.4 257 129.5 0.952Rerata 4.26 8.56 4.31

1. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi

Page 46: PENDAHULUAN benar

46

2. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2,045 ≤ t ≤ 2,045

Ho ditolak apabila : t > 2,045 atau t < - 2,045

D = ∑ D/n = 129.5/30 = 4.31

SD = √ (D – D)2 / (n – 1)

= √ 0.952 / 29

= √0.0328

= 0.18

t hitung = D/(SD/√ n)

= 4.31 / (0.18 / √30)

= 4.31 / 0.18 / 5.47)

= 4.31 / 0.03

= 143.33

Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan petani dalam

pembuatan Susu Jagung Manis sangat rendah dengan nilai 4.26 akan tetapi

setelah dilakukan pembinaan, pengetahuan petani menjadi meningkat menjadi

baik 8.56, kenaikan yang diperoleh adalah 4.31 sehingga diperoleh t hitung

sebesar 216. Maka diambil kesimpulan bahwa karena nilai t = 143.33 > 2.045,

maka Ho ditolak. Ini berarti bahwa ada perbedaaan proporsi pengetahuan petani

tentang pembuatan Susu Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Evaluasi awal dan Evaluasi AkhirAspek Pengetahuan Pembuatan Susu Jagung Manis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829300

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pre Test Post TestKenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 47: PENDAHULUAN benar

47

Berdasarkan Gambar 4 di atas maka dapat diketahui bahwa dalam

pembuatan susu jagung manis setelah dilakukan kegiatan penyuluhan,

pengetahuan petani sasaran rata-rata menjadi meningkat ke arah baik. Hasil Post

Test tertinggi diperoleh Ibu Agustinah dengan nilai sebesar 9.8, sedangkan hasil

Post Test terendah diperoleh Ibu Widayati dengan nilai sebesar 7,6. Namun

secara umum rata-rata nilai dari semua responden berada di atas 8.0, karena

keaktifan dan keterampilan yang tinggi dalam mengadopsi materi yang diberikan.

Selain aspek pengetahuan yang diukur, penulis juga melakukan evaluasi

terhadap responden wanitatani untuk mengukur tingkat keterampilan sebanyak 12

orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Keterampilan Pembuatan Susu Jagung Manis di Desa Pandanrejo

No. Responden Pre Test Post TestKenaikan

(D)(D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi InaMarni Pinarah Wasiani Hartatik Susmiati Yayuk

4.03.04.64.03.03.45.45.04.44.03.44.6

8.28.68.88.68.88.68.28.67.88.07.89.0

4.25.64.24.65.85.22.83.63.44.04.44.4

-0.151.25-0.150.251.450.85-1.55-0.75-0.95-0.350.050.05

-0.02251.5625-0.02250.06252.10250.7225-2.4025-0.5625-0.9025-0.12250.00250.0025

Jumlah 48.8 101 52.2 0.42Rerata 4.06 8.41 4.35

Keterangan : berbeda nyata α 5% = 2.201

a. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi.

b. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2.201 ≤ t ≤ 2.201

Ho ditolak apabila : t > 2.201 atau t < - 2.201

Page 48: PENDAHULUAN benar

48

D = ∑ D/n = 52.2/12 = 4.35

SD = √ (D – D)2 / (n – 1)

= √ 0.42/11

= √0.0381

= 0.19

t hitung = D/(SD/√ n)

= 4.35 / (0.19 / √12)

= 4.35 / 0.19 / 3.46)

= 4.35 / 0.05

= 87

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 7 di atas, terlihat adanya

peningkatan keterampilan petani secara keseluruhan dari 4.06 menjadi 8.41 ada

kenaikkan nilai sebesar 4.35. sehingga diperoleh t hitung sebesar 71.83. Karena

nilai t hitung 87 > 2.201 maka Ho ditolak.

Berarti Ada perbedaaan proporsi keterampilan petani tentang pembuatan

Susu Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan. Dari Tabel 7 di atas

terlihat jelas bahwa nilai post test tertinggi diperoleh Ibu Yayuk dengan nilai

sebesar 9.0 dan nilai post test terendah diperoleh Ibu Wasiani dengan nilai 7.8.

Perbedaaan nilai seperti ini mungkin didasarkan pada tingkat pendidikan yang

berbeda antara Ibu Yayuk dan Ibu Wasiani. Hal ini berarti bahwa dengan

dilaksanakan kegiatan pembinaan pembuatan Susu Jagung Manis dapat

meningkatkan keterampilan Kelompok Wanita Tani sasaran. Untuk lebih jelasnya

tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Keterampilan Pembuatan Susu Jagung Manis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 120123456789

Pre TestPost TestKenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 49: PENDAHULUAN benar

49

Dalam proses pembuatan susu Jagung Manis ini, banyak keuntungan yang

bisa diperoleh mulai dari proses penyiapan bahan hingga sampai kepada proses

pemasaran. Bahan pembuatan susu Jagung Manis mudah diperoleh setiap

petani/wanitatani karena merupakan salah satu jenis komoditi yang diusahakan di

Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dari segi harga, komoditas

Jagung Manis sangat memprihatinkan, dimana di tingkat petani Jagung Manis

dijual hanya seharga Rp.2.000/kg. Oleh karena itu melalui pembuatan susu

Jagung Manis ini merupakan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan

pendapatan keluarga tani.

Apabila ibu-ibu tani membuat Susu Jagung Manis dengan menggunakan

bahan baku Jagung Manis sebanyak 5 kg/hari, maka akan diperkirakan total biaya

yang dibutuhkan adalah Rp. 75.329,2 dengan memperoleh penerimaan dari hasil

produk sebesar Rp. 125.000 sehingga keuntungan yang diperoleh adalah sebesar

Rp. 49.670,8. Dari jumlah Jagung Manis 5 kg/hari dapat menghasilkan 50 cup

(200 ml) Susu Jagung Manis dan dapat dijual seharga Rp.2.500/gelas akan lebih

menguntungkan jika dibandingkan dengan menjual Jagung Manis dalam bentuk

segar (Lampiran 2).

Dilihat dari análisis kelayakan usaha susu Jagung Manis R/C analisisnya

adalah sebesar Rp.1.65,. Artinya dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1,00

akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.65 (Lampiran 2).

Usaha Susu Jagung Manis dapat dilakukan oleh setiap petani/masyarakat

umum baik dari skala usaha kecil (home industry) hingga ke skala usaha besar

(perusahaan), mengingat semua kebutuhan produksi dapat diperoleh dengan

mudah. Oleh karena itu penjualan Susu Jagung Manis dapat dilakukan dimana

saja, mulai dari kios-kios kecil, di pasar-pasar tradisional maupun ke toko-toko

khusus produk hasil pengolahan. Di sisi lain harga yang mudah dijangkau dapat

menarik konsumen mulai dari kalangan ekonomi bawah, menengah hingga ke

kalangan ekonomi atas, sehingga terbuka bagi semua konsumen di daerah.

Dalam kegiatan Tugas Akhir ini, penulis juga melakukan pengujian

Organoleptik Susu Jagung Manis yang telah diolah dalam beberapa hari, seperti

pada Tabel 8.

Page 50: PENDAHULUAN benar

50

Tabel 8. Pengujian Organoleptik Susu Jagung

Hari

Ke-

Kondisi FisikPerubahan Rasa Perubahan Aroma

Warna Tekstur Bentuk

I

II

Kuning jagung

Kuning jagung

Kental

Kental,

membusuk

Antara sari jagung dan

air masih menyatu

Antara sari jagung dan

air sudah terpisah

Manis, enak dan

masih terasa jagung

Asam, manis, dan

beralkhohol

Masih terasa seperti

susu jagung

Beralkhohol tinggi

dengan tekanan

udara tinggi

Hasil pengujian Organoleptik Susu Jagung Manis sebagai berikut.

1. Pada kondisi fisik, warna Susu Jagung Manis pada hari pertama dan ke dua

tidak mengalami perubahan, namun perubahan terjadi pada teksturnya,

dimana Susu Jagung Manis mulai membusuk pada hari ke dua. Proses

pembusukan disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme. Sedangkan

untuk bentuk juga mengalami perombakan yang semula antara sari Jagung dan

air menyatu menjadi terpisah pada hari ke dua.-

2. Susu Jagung Manis juga mengalami perubahan rasa yang semula terasa manis,

enak dan masih terasa jagung berubah menjadi asam, manis dan beralkhohol

pada hari ke dua.

3. Perubahan aroma terjadi pada hari ke dua dimana Susu Jagung Manis mulai

beralkhohol tinggi. Aroma alkhohol disebabkan karena adanya proses

fermentasi yang tekanan udara menjadi tinggi.

4. Kualitas Susu Jagung Manis hanya dapat bertahan selama 2 hari apabila

menggunakan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan penyimpanan tidak

dilakukan di dalam freesher/lemari pendingin

2. Dodol Jagung Manis

Hasil evaluasi yang dilakukan penulis dalam mengukur tingkat pengetahuan

pembuatan Dodol Jagung Manis dari Kelompok Ibu PKK Melati Desa

Pandanrejo dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 51: PENDAHULUAN benar

51

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan Pambuatan Dodol Jagung Manis di Desa Pandanrejo.

No. Responden Pre Test Post Test Kenaikan (D) (D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.2930.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi InaMarni Pinarah Wasiani Hartatik Susmiati Yayuk Dwi Sudarmi Winarsih Wasitah Rina Sukatini Junarni Siti Agustinah Tinin Kiki AnitaLiswati Widayati Imas Likah Puji AsihAbiek Tutik Eni

3.43.04.05.04.64.03.05.04.03.04.44.44.05.05.04.04.65.45.05.03.25.04.64.05.05.04.05.05.64.0

8.67.68.49.07.68.88.88.68.08.28.48.89.29.09.68.29.09.29.68.68.08.47.88.49.68.67.29.08.68.0

5.24.64.44.03.04.85.83.64.05.24.04.45.24.04.64.24.43.84.63.64.83.43.24.44.63.63.24.03.04.0

1.020.420.22-0.18-1.180.621.62-0.58-0.181.02-0.180.221.02-0.180.420.020.22-0.380.42-0.580.62-0.78-0.980.220.42-0.58-0.98-0.18-1.18-0.18

1.04040.17640.0484-0.0324-1.39240.38442.6244-0.3364-0.03241.0404-0.03240.04841.0404-0.03240.17640.00040.0484-0.14440.1764-0.33640.3844-0.6084-0.96040.04840.1764-0.3364-0.9604-0.0324-1.3924-0.0324

Jumlah 131.2 256.8 125.6 0.752Rerata 4.37 8.56 4.18

Keterangan : berbeda nyata α 5% = 2, 045

1. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi

2. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2,045 ≤ t ≤ 2,045

Ho ditolak apabila : t > 2,045 atau t < - 2,045

D = ∑ D/n = 125.6/30 = 4.18SD = √ (D – D)2 / (n – 1) = √ 0.752/29

= √0.0259= 0.16

Page 52: PENDAHULUAN benar

52

t hitung = D/(SD/√ n)

= 4.18 / (0.16/√30)

= 4.18 / 0.16/5.47)

= 4.18 / 0.02

= 209

Dari Tabel 9 di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sasaran untuk

tingkat pengetahuan tentang pembuatan Dodol Jagung Manis masih rendah

dengan nilai 4.37 akan tetapi setelah dilakukan pembinaan mengenai pembuatan

dodol Jagung Manis, pengetahuan sasaran menjadi meningkat ke arah yang baik

dengan nilai yang diperoleh sebesar 8.56, terjadi kenaikan sebesar 4.18 sehingga

diperoleh hasil perhitungan untuk t hitung sebesar 209, karena t hitung (209) lebih

besar dari t tabel (2,045) maka Ho ditolak, artinya ada perbedaaan proporsi

pengetahuan petani tentang pembuatan Dodol Jagung Manis sebelum dan sesudah

penyuluhan. Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan Pembuatan Dodol Jagung Manis

Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat diketahui bahwa hasil post test

tertinggi diperoleh tiga orang ibu yakni Ibu Wasitah, Ibu Siti dan Ibu Imas (Ketua

Kelompok Ibu PKK Melati), dengan nilai 9.6, sedangkan hasil post test terendah

diperoleh Ibu Puji Asih dengan nilai 7.2 Namun secara garis besar semua ibu-ibu

yang tergabung dalam Kelompok Ibu PKK Melati sudah tergolong terampil dalam

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 300

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pre Test

Post Test

Kenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 53: PENDAHULUAN benar

53

pembuatan Dodol Jagung Manis, hal ini terlihat jelas masing-masing jawaban dan

nilai yang diperoleh

Selain mengukur tingkat pengetahuan responden tentang pembuatan Dodol

Jagung Manis, penulis juga melakukan evaluasi terhadap 12 orang anggota

Kelompok Wanita Tani Melati untuk mengetahui tingkat keterampilan seperti

pada Tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Keterampilan Pembuatan Dodol Jagung Manis di Desa Pandanrejo

No. Responden Pre Test Post TestKenaikan

(D)(D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi InaMarni Pinarah Wasiani Hartatik Susmiati Yayuk

4.63.44.44.64.05.05.44.44.04.84.24.6

8.48.68.88.68.69.29.28.28.48.89.28.4

3.85.24.44.04.64.23.83.84.44.05.03.8

-0.440.960.16-0.240.36-0.04-0.44-0.540.16-0.24-0.24-0.44

-0.19360.92160.0256-0.05760.1296-0.0016-0.1936-0.29160.0256-0.0576-0.0576-0.1936

Jumlah 53.5 104.4 50.9 0.0556Rerata 4.45 8.7 4.24

Keterangan : berbeda nyata α 5% = 2, 201

1. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi

2. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2.201≤ t ≤ 2.201

Ho ditolak apabila : t > 2.201 atau t < - 2.201

D = ∑ D/n = 50.9/12 = 4.24SD = √ (D – D)2 / (n – 1) = √ 0.0556/11

= √0.0050= 0.07

t hitung = D/(SD/√ n)= 4.24 / (0.07 / √12)= 4.24 / 0.07 / 3.46)= 4.24 / 0.02= 212

Page 54: PENDAHULUAN benar

54

Kesimpulan : karena nilai t = 212 > 2.201 maka Ho ditolak. Berarti Ada

perbedaaan proporsi keterampilan Kelompok Ibu PKK tentang pembuatan Dodol

Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 10 di atas, terlihat adanya

peningkatan keterampilan petani secara keseluruhan dari 4.45 menjadi 8.7 ada

kenaikkan nilai sebesar 4.24. Hal ini berarti bahwa dengan dilaksanakan kegiatan

pembinaan pembuatan Dodol Jagung Manis dapat meningkatkan keterampilan

Kelompok Ibu PKK sasaran. Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Evaluasi Aspek Keterampilan dalam Pembuatan Dodol Jagung Manis

Dari Gambar 7 di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan keterampilan

yang sangat signifikan dari semua responden. Nilai post test tertinggi diperoleh

tiga orang ibu yakni, Ibu Ina, Ibu Marni, dan Ibu Susmiati. Hal ini dikarenakan

bahwa ke tiga ibu ini lebih banyak memiliki pengamalan dalam membuka usaha,

sebagai contoh mereka pernah dodol apel untuk dikonsumsi sendiri. Sedangkan

nilai post test terendah diperoleh Ibu Pinarah dengan nilai 8.2. Namun secara

umum, semua responden yang diambil sudah tergolong sangat terampil karena

rata-rata nilai di atas 8,0.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 120

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pre TestPost TestKenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 55: PENDAHULUAN benar

55

Dalam proses pengolahan Jagung Manis ini, banyak hasil olahan yang bisa

didapat seperti Dodol Jagung Manis sebagai salah satu tambahan pendapatan

keluarga petani. Selain Susu Jagung Manis, dodol pun merupakan hasil olahan

yang belum dikembangkan oleh masyarakat umum. Sama seperti Jagung Manis,

bahan utama mudah diperoleh petani/wanitatani karena merupakan salah satu

jenis komoditi yang diusahakan di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji, Kota

Batu.

Apabila ibu-ibu tani membuat dodol Jagung Manis dengan menghabiskan

biaya pengeluaran sebesar Rp 131.840 dan maka tidak menutup kemungkinan

akan memperoleh penerimaan dari hasil produk tersebut sebesar Rp. 150.000

sehingga keuntungan yang bisa diperoleh adalah sebesar Rp. 18.160. Dari jumlah

5 kg tepung Jagung yang digunakan per hari akan dapat menghasilkan 50 kotak

Dodol Jagung Manis dan dapat dijual seharga Rp.2.500/kotak lebih

menguntungkan jika dibandingkan dengan menjual Jagung Manis dalam bentuk

segar (Lampiran 3).

Dilihat dari análisis kelayakan usaha dodol Jagung Manis R/C analisisnya

adalah sebesar Rp.1.13,. Artinya dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1,00

akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.13 (Lampiran 3).

Usaha Dodol Jagung Manis dapat dilakukan oleh setiap petani/masyarakat

umum baik dari skala usaha kecil (home industry) hingga ke skala usaha besar

(perusahaan), mengingat semua kebutuhan produksi dapat diperoleh dengan

mudah. Oleh karena itu penjualan Dodol Jagung Manis juga dapat dilakukan

dimana saja, mulai dari kios-kios kecil, di pasar-pasar tradisional maupun ke toko-

toko khusus produk hasil pengolahan. Di sisi lain harga yang mudah dijangkau

dapat menarik konsumen mulai dari kalangan ekonomi bawah, menengah hingga

ke kalangan ekonomi atas, sehingga terbuka bagi semua konsumen di daerah.

Dalam kegiatan Tugas Akhir ini, penulis juga melakukan pengujian

Organoleptik terhadap Dodol Jagung Manis yang dalam kemasan plastik

transparan, seperti pada Tabel 11.

Page 56: PENDAHULUAN benar

56

Tabel 11. Pengujian Organoleptik Dodol Jagung Manis

Hari

Ke-

Kondisi FisikPerubahan Rasa

Perubahan

AromaWarna Tekstur Bentuk

I

II

III

IV

V

Coklat Tua

Coklat Tua

Coklat Tua

Coklat tua, dan sedikit

berwarna putih

(ditumbuhi jamur)

Coklat tua yang ditutupi

jamur berwarna putih

Liat, padat dan

kental

Liat, padat dan

kental

Liat , padat

dan kental

Liat, padat dan

mengeras

Liat, padat dan

mengeras

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Manis, enak dan masih

terasa tepung jagung

Manis, enak dan masih

terasa tepung jagung

Manis, enak dan masih

terasa tepung jagung

Asam, manis, dan

masih terasa tepung

jagung

Sangat masam, dan

masih terasa tepung

jagung

Masih terasa

seperti dodol

jagung

Masih terasa

seperti dodol

jagung

Masih terasa

seperti dodol

jagung

Terasa aroma

membusuk

Aroma

membusuk dan

berbau jamur

Hasil pengujian Organoleptik Dodol Jagung Manis sebagai berikut.

1. Pada kondisi fisik Dodol Jagung Manis, perubahan warna terjadi pada hari ke

empat dimana semula berwarna coklat tua menjadi coklat tua dan sedikit

berwarna putih, namun pada hari ke lima Dodol Jagung Manis sudah

ditumbuhi jamur berwarna putih.

Untuk tekstur mengalami perubahan pada hari ke empat, yang semula

bertekstur liat, pada dan kental berubah menjadi liat pada dan mengeras.

Demikian selanjutnya untuk hari ke lima. Sedangkan untuk bentuk tidak

mengalami perubahan baik dari hari pertama hingga hari ke lima.

Page 57: PENDAHULUAN benar

57

2. Perubahan rasa Dodol Jagung Manis terjadi pada hari ke empat, yang semula

terasa manis, enak, dan masih terasa jagung berubah menjadi asam, manis dan

masih terasa jagung. Selanjutnya pada hari ke lima berubah menjadi sangat

masam meskipun masih terasa jagung.

3. Aroma Dodol Jagung Manis mengalami perubahan pada hari ke empat, yang

semula masih terasa seperti Dodol Jagung berbah menjadi aroma membusuk,

dan hal ini lebih terlihat jelas pada hari ke lima dengan aroma yang lebih

membusuk dan beraroma seperti jamur.

4. Dodol yang disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat tingkat

ketahanan terhadap jamur akan sangat berbeda dengan dodol yang disimpan

dalam wadah plastik yang tidak tertutup rapat.

5. Dodol yang disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat akan lebih

cepat ditumbuhi jamur jika dibandingkan dengan dodol yang disimpan dalam

wadah plastik yang tidak tertutup rapat.

3. Tape Jagung Manis

Dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya masyarakat lebih mengenal

Tape Singkong (Ubi Kayu) yang merupakan salah makanan tambahan. Tape

Singkong juga memiliki harga jual yang cukup baik diman harganya berkisar

antara Rp. 1.000 – Rp 1.500. Selain bahan dasar Ubi Kayu, pembuatan Tape juga

bisa dilakukan menggunakan bahan dasar Jagung Manis yang bisa diperoleh dari

pasar atau dari usaha tani sendiri..

Selain pembuatan susu dan dodol, Jagung Manis juga dapat diolah menjadi

bentuk lain yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai tambah seperti Tape Jagung

Manis.

Dalam kegiatan penyuluhan tentang pembuatan Tape Jagung Manis di

Kelompok Ibu PKK Melati Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji, penulis juga

melakukan evaluasi baik evaluasi awal dan maupun evaluasi akhir untuk

mengukur tingkat pengetahuan responden yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 58: PENDAHULUAN benar

58

Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan Pembuatan Tape Jagung Manis di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji

No. Responden Pre Test Post Test Kenaikan (D) (D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.2930.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi InaMarni Pinarah Wasiani Hartatik Susmiati Yayuk Dwi Sudarmi Winarsih Wasitah Rina Sukatini Junarni Siti Agustinah Tinin Kiki AnitaLiswati Widayati Imas Likah Puji AsihAbiek Tutik Eni

5.24.04.05.04.03.04.65.44.04.63.44.64.44.45.04.64.03.64.64.44.05.04.43.64.43.64.45.03.64.0

9.87.88.48.67.68.68.88.68.08.28.48.88.88.09.48.28.89.29.48.68.29.28.88.48.69.08.69.08.68.0

4.63.84.43.63.65.64.23.24.03.65.04.24.43.64.43.64.85.64.84.24.24.24.44.84.25.44.24.05.04.0

0.28-0.520.08-0.72-0.721.28-0.12-1.12-0.32-0.720.68-0.120.08-0.720.08-0.720.481.280.48-0.12-0.12-0.120.080.48-0.121.08-0.12-0.320.68-0.32

0.0784-0.27040.0064-0.5184-0.51841.6384-0.0144-1.2544-0.1024-0.51840.4624-0.01440.0064-0.51840.0064-0.51840.23041.63840.2304-0.0144-0.0144-0.01440.00640.2304-0.01441.1664-0.0144-0.10240.4624-0.1024

Jumlah 128.8 258.4 129.6 1.6384Rerata 4.29 8.61 4.32

1. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi.

2. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2,045 ≤ t ≤ 2,045

Ho ditolak apabila : t > 2,045 atau t < - 2,045

D = ∑ D/n = 129.6/30 = 4.32SD = √ (D – D)2 / (n – 1) = √ 1.6384/29

= √0.0564= 0.23

Page 59: PENDAHULUAN benar

59

t hitung = D/(SD/√ n)

= 4.32 / (0.23/√30)

= 4.32 / 0.23 / 5,47)

= 4.32/0.04

= 108

Dari Tabel 12 di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sasaran untuk

tingkat pengetahuan tentang pembuatan Tape Jagung Manis masih rendah dengan

rata-rata nilai 4.29 akan tetapi setelah dilakukan pembinaan mengenai pembuatan

Tape Jagung Manis, pengetahuan sasaran menjadi meningkat ke arah yang baik

dengan rata-rat nilai yang diperoleh sebesar 8.61 terjadi kenaikan sebesar 4.32

sehingga diperoleh hasil perhitungan untuk t hitung sebesar 108, karena t hitung lebih

besar dari t tabel maka Ho ditolak, artinya Ada perbedaaan proporsi pengetahuan

petani tentang pembuatan Tape Jagung Manis sebelum dan sesudah penyuluhan.

Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 8.

Gambar 8. Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan Pembuatan Tape Jagung Manis

Berdasarkan Gambar 8 diatas maka dapat diketahui bahwa hasil post test

tertinggi diperoleh Ibu Wariani dengan nilai 9.6, sedangkan hasil post test

terendah diperoleh Ibu Sunarmi dengan nilai sebesar 7.6. Namun secara garis

besar semua ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Ibu PKK Melati sudah

tergolong sangat terampil dalam pembuatan Tape Jagung Manis, mengingat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 300

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pre Test Post TestKenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 60: PENDAHULUAN benar

60

bahwa proses pembuatan Tape Jagung Manis sangat sederhana dan tidak

memerlukan keahlian khusus seperti produk olahan Jagung Manis lainnya.

Selain mengukur tingkat pengetahuan responden tentang pembuatan Tape

Jagung Manis, penulis juga melakukan evaluasi terhadap 12 orang anggota

Kelompok Ibu PKK Melati untuk mengetahui tingkat keterampilan seperti pada

Tabel 13.

Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Keterampilan Pembuatan Tape Jagung Manis di Desa Pandanrejo

No. Responden Pre Test Post TestKenaikan

(D)(D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi Ina Marni Pinarah Wasiani Hartatik SusmiatiYayuk

5.04.65.05.05.64.44.23.84.04.64.45.0

9.09.49.29.29.28.68.47.88.29.08.28.8

4.04.84.24.23.64.24.24.04.04.43.83.8

-0.110.690.090.09-0.510.090.09-0.11-0.110.29-0.31-0.31

-0.01210.47610.00810.0081-0.26010.00810.0081-0.0121-0.01210.0841-0.0961-0.0961

Jumlah 55.6 105 49.4 0.104Rerata 4.63 8.75 4.11

Keterangan : berbeda nyata α 5% = 2, 201

1. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi

2. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2.201 ≤ t ≤ 2.201

Ho ditolak apabila : t > 2.201 atau t < - 2.201

D = ∑ D/n = 49.4/12 = 4.11SD = √ (D – D)2 / (n – 1) = √ 0.104/11

= √0.0094= 0.09

t hitung = D/(SD/√ n)= 4.11 / (0.09/√12)= 4.11 / 0.09 / 3.46= 4.11 / 0.02= 205.5

Page 61: PENDAHULUAN benar

61

Kesimpulan : karena nilai t = 205.5 > 2.201 maka Ho ditolak. Berarti Ada

perbedaaan proporsi keterampilan petani tentang pembuatan Tape Jagung Manis

sebelum dan sesudah penyuluhan.

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 13 di atas, terlihat adanya

peningkatan keterampilan petani secara keseluruhan dari rata-rata nilai 4.63

menjadi rata-rata nilai sebesar 8.75 ada kenaikkan nilai sebesar 4.11. Hal ini

berarti bahwa dengan dilaksanakan kegiatan pembinaan pembuatan Tape Jagung

Manis dapat meningkatkan keterampilan Kelompok Ibu PKK sasaran. Untuk lebih

jelasnya tersaji pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Evaluasi Aspek Keterampilan dalam Pembuatan Tape Jagung Manis

Dari Gambar 9 di atas sangatlah jelas terlihat bahwa keterampilan setiap

responden mengalami peningkatan yang drastis karena didukung oleh pengalaman

dan keterampilan yang dimiliki. Secara khusus nilai post test tertinggi diperoleh

Ibu Liswati dengan nilai 9.4 dan nilai terendah diperoleh Ibu Pinarah dengan nilai

7.2. Perbedaan nilai ini bukanlah menjadi persoalan utama, karena secara

keseluruhan responden dari Ibu PKK Melati sudah mampu membuat Tape Jagung

Manis dengan benar atau dengan kata lain tergolong sangat terampil.

Pengolahan Jagung Manis menjadi Tape memiliki prospek yang cukup

baik karena dilihat dari beberapa aspek seperti bahan baku yang mudah diperoleh

dan harga dipasaran yang cukup menjanjikan sekalipun keuntungan yang

diperoleh tidak sebanding dengan produk olahan buah-buahan lainnya.

Jikalau ibu-ibu tani membuat Tape Jagung Manis dengan menghabiskan

biaya pengeluaran sebesar Rp 32.219,7 per hari dan maka tidak menutup

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 120123456789

10

Pre TestPost TestKenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 62: PENDAHULUAN benar

62

kemungkinan akan memperoleh penerimaan dari hasil produk tersebut sebesar

Rp. 45.000 per hari sehingga keuntungan yang bisa diperoleh adalah sebesar

Rp. 12.780,3. Dari jumlah 5 kg Jagung Manis segar per hari akan dapat

menghasilkan 30 bungkus Tape yang dapat dijual dengan harga Rp.1.500/bungkus

akan lebih menguntungkan petani jika dibandingkan dengan menjual Jagung

Manis dalam bentuk segar (Lampiran 4).

Dilihat dari análisis kelayakan usaha Tape Jagung Manis R/C analisisnya

adalah sebesar Rp.1.39. Artinya dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1,00

akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.39 (Lampiran 4).

Usaha Tape Jagung Manis dapat dilakukan oleh setiap petani/masyarakat

umum baik dari skala usaha kecil (home industry) hingga ke skala usaha besar

(perusahaan), mengingat semua kebutuhan produksi dapat diperoleh dengan

mudah. Oleh karena itu penjualan Tape Jagung Manis juga dapat dilakukan

dimana saja, mulai dari kios-kios kecil, di pasar-pasar tradisional maupun ke toko-

toko khusus produk hasil pengolahan. Di sisi lain harga yang mudah dijangkau

dapat menarik konsumen mulai dari kalangan ekonomi bawah, menengah hingga

ke kalangan ekonomi atas, sehingga terbuka bagi semua konsumen di daerah.

Selain mengukur tingkat keterampilan Kelompok Wanita Tani Melati

dalam pembuatan Tape Jagung Manis, penulis juga melakukan pengujian

Organoleptik terhadap Tape Jagung Manis selama beberapa hari. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengujian Organoleptik Tape Jagung Manis

Hari

Ke-

Kondisi FisikPerubahan Rasa Perubahan Aroma

Warna Tekstur Bentuk

I

II

III

Kuning

bercampur putih

Kuning

bercampur putih

Kuning

bercampur putih

Lembut, lengket, dan

sedikit padat

Lembut, lengket, dan

sedikit padat

Lembut, lengket, dan

sedikit padat

Normal

Normal

Normal

Manis, asam dan masih

terasa Jagung Manis

Manis, enak dan masih

terasa Jagung Manis,

Masam, beralkhohol dan

masih terasa jagung

manis

Masih terasa seperti

Tape Jagung Manis

Masih terasa seperti

Tape Jagung Manis

Beraroma alkhohol

tinggi

Page 63: PENDAHULUAN benar

63

Hasil pengujian Organoleptik Tape Jagung Manis sebagai berikut.

1. Dalam proses pembuatan Tape Jagung Manis harus memperhatikan beberapa

faktor antara lain

Kondisis ragi tape yang masih baik

Komposisi ragi tape yang diberikan pada tape jagung, akan sangat

mempengaruhi tingkat ketahanan tape jagung.

Kemasan tape jagung yang benar-benar tertutup rapat selama proses

fermentasi

2. Tape jagung hanya mampu bertahan selama 3 hari, apabila dalam 1 kg

menggunakan ragi tape sebanyak 2 butir. Semakin sebanyak penggunaan ragi

tape, tingkat ketahanan Tape Jagung Manis akan semakin pendek.

3. Kondisi fisik Tape Jagung Manis tidak mengalami perubahan baik dari hari

pertama sampai hari ke tiga. Warna Tape Jagung Manis tetap menunjukan

kuning jagung dan bercampur putih, selanjutnya untuk tekstur Tape Jagung

Manis tetap menunjukan tekstur lembut, lengket dan sedikit padat.

Sedangkan bentuk Tape Jagung Manis tetap normal sejak hari pertama hingga

hari ke tiga.

4. Perubahan rasa Tape Jagung Manis terjadi pada hari ke tiga, yang semula

terasa manis, enak dan masih terasa Jagung Manis, berubah menjadi masam,

beralkhohol meskipun masih terasa Jagung Manis.

5. Selain perubahan rasa, tejadi juga perubahan aroma pada Tape Jagung Manis.

Perubahan ini terjadi pada hari ke tiga, dimana yang semula Tape Jagung

Manis beraroma masih seperti Jagung Manis, berubah menjadi aroma

beralkhohol tinggi. Aroma beralkhohol tinggi ini disebabkan karena adanya

proses fermentasi oleh mikroorganisme yang terkandung dalam ragi tape.

4. Tortilla Chips Jagung

Tortilla Chips merupakan salah satu jenis olahan dari Jagung biasa yang

belum begitu dikenal oleh kalangan masyarakat namun memiliki tingkat

ketahanan yang cukup lama. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan

Kelompok Ibu PKK Melati dalam pembuatan Tortilla Chips penulis

melakukan evaluasi seperti pada Tabel 15.

Page 64: PENDAHULUAN benar

64

Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan Pembuatan Tortilla Chips Jagung di Desa Pandanrejo.

No. Responden Pre Test Post Test Kenaikan (D) (D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.2930.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi InaMarni Pinarah Wasiani Hartatik Susmiati Yayuk Dwi Sudarmi Winarsih Wasitah Rina Sukatini Junarni Siti Agustinah Tinin Kiki AnitaLiswati Widayati Imas Likah Puji AsihAbiek Tutik Eni

5.44.03.04.64.43.64.64.44.65.44.05.04.44.64.44.03.44.04.63.64.65.04.43.45.04.04.04.46.05.0

9.88.88.28.09.27.68.68.89.49.88.29.88.88.48.89.28.88.68.69.48.28.88.69.28.68.28.69.09.68.8

4.44.85.23.44.84.04.04.44.84.44.24.84.43.84.45.25.44.64.05.83.63.84.25.83.64.24.64.63.63.8

-0.020.380.78-1.020.38-0.42-0.42-0.020.38-0.02-0.220.38-0.02-0.62-0.020.780.980.18-0.421.38-0.82-0.62-0.221.38-0.82-0.220.180.18-0.82-0.62

-0.00040.14440.6084-1.04040.1444-0.1764-0.1764-0.00040.1444-0.0004-0.04840.1444-0.0004-0.3844-0.00040.60840.96040.0324-0.17641.9044-0.6724-0.3844-0.04841.9044-0.6724-0.04840.03240.0324-0.6724-0.3844

Jumlah 131.8 264.4 132.6 1.7736Rerata 4.93 8.81 4.42

1. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi

2. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2,045 ≤ t ≤ 2,045

Ho ditolak apabila : t > 2,045 atau t < - 2,045

D = ∑ D/n = 132.6/30 = 4.42SD = √ (D – D)2 / (n – 1) = √ 1.7736/29

= √0.0611

Page 65: PENDAHULUAN benar

65

= 0.24t hitung = D/(SD/√ n)

= 4.42 / (0.24/√30)

= 4.42 / 0.24/5.47)

= 4.42 / 0.04

= 110.5

Dari Tabel 15 di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sasaran untuk

tingkat pengetahuan tentang pembuatan Tortilla Chips Jagung masih rendah

dengan nilai 4.93 akan tetapi setelah dilakukan pembinaan mengenai pembuatan

Tortilla Chips Jagung, pengetahuan sasaran menjadi meningkat ke arah yang baik

dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 8.81 terjadi kenaikan sebesar 4.42

sehingga diperoleh hasil perhitungan untuk t hitung sebesar 110.5, karena t hitung lebih

besar dari t tabel maka Ho ditolak, artinya ada perbedaaan proporsi pengetahuan

petani tentang pembuatan Tortilla Chips Jagung sebelum dan sesudah

penyuluhan. Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Pengetahuan Pembuatan Tortilla Chips Jagung

Berdasarkan grafik evaluasi pengetahuan tentang pembuatan Tortilla

Chips di atas, terlihat jelas bahwa nilai pre test terendah diperoleh Ibu Suciati

sebesar 30, sedangkan nilai pre test tertinggi diperoleh Ibu Tutik sebesar 60.

Setelah kegiatan pembinaan melalui penyuluhan, ke-2 ibu di atas mengalami

kemajuan dimana Ibu Suciati mampu memperoleh nilai sebesar 82, dan Ibu Tutik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 300

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pre Test

Post Test

Kenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 66: PENDAHULUAN benar

66

memperoleh nilai sebesar 96 yang tidak jauh berbeda dengan nilai tertinggi yang

diperoleh Ibu Wariani dan Ibu Hartatik yang memperoleh nilai 98. Secara

keseluruhan perbedaan nilai antara responden tidak terlalu jauh, dan ini

menandakan bahwa materi yang disampaikan oleh penulis dapat diterima dengan

baik, berkat keaktifan dan kerjasama di Kelompok Ibu PKK.

Selain mengukur tingkat pengetahuan responden tentang pembuatan

Tortilla Chips Jagung Manis, penulis juga melakukan evaluasi terhadap 5 orang

anggota KWT Melati untuk mengetahui tingkat keterampilan seperti pada Tabel

16.

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Awal dan Akhir Aspek Keterampilan Pembuatan Tortilla Chips Jagung di Desa Pandanrejo

No. Responden Pre Test Post TestKenaikan

(D)(D - D) (D - D)2

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.

WarianiLiswatiSuciati Juati Sunarmi Ina Marni Pinarah Wasiani Hartatik SusmiatiYayuk

5.24.65.04.85.64.44.03.84.04.44.45.0

9.09.28.89.29.28.68.48.88.28.88.28.6

3.84.63.84.43.64.24.45.04.24.43.83.6

-0.350.45-0.350.25-0.550.050.250.850.050.25-0.35-0.55

-0.12250.2025-0.12250.0625-0.30250.00250.06250.72250.00250.0625-0.1225-0.3025

Jumlah 55.2 105 49.8 0.145Rerata 4.6 8.75 4.15

Keterangan : berbeda nyata α 5% = 2, 201

1. Catatan : Responden yang digunakan dijadikan responden tetap untuk setiap

kali kegiatan penyuluhan dari masing-masing materi

2. Perhitungan :

Ho diterima apabila : - 2.201 ≤ t ≤ 2.201

Ho diolak apabila : t > 2.201 atau t < - 2.201

D = ∑ D/n = 48.8/12 = 4.15

SD = √ (D – D)2 / (n – 1)

= √ 0.145/11

= √0.0131

= 0.11

Page 67: PENDAHULUAN benar

67

t hitung = D/(SD/√ n)

= 4.15 / (0.11/√12)

= 4.15 / 0.11 / 3.46)

= 4.15 / 0.03

= 138.33

Kesimpulan : karena nilai t = 138.33 > 2.201 maka Ho ditolak. Berarti Ada

perbedaaan proporsi keterampilan petani tentang pembuatan Tortilla Chips

Jagung sebelum dan sesudah penyuluhan.

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 16 di atas, terlihat adanya

peningkatan keterampilan sasaran secara keseluruhan dari rata-rata nilai 4.6

menjadi 8.75 ada kenaikkan nilai sebesar 4.15. Ini berarti bahwa dengan

dilaksanakan kegiatan pembinaan pembuatan Tortilla Chips Jagung dapat

meningkatkan keterampilan Kelompok Ibu PKK Melati. Untuk lebih jelasnya

tersaji pada Gambar 11.

Gambar 11. Grafik Evaluasi Aspek Keterampilan dalam Pembuatan Tortilla Chips Jagung

Berdasarkan grafik evaluasi keterampilan tentang pembuatan Tortilla

Chips di atas, secara keseluruhan nilai yang diperoleh masing-masing responden

mengalami peningkatan yang sangat tinggi di atas rata-rata 8.0. Ini berarti bahwa

semua responden sudah tergolong sangat terampil yang didasarkan pada semangat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 120

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pre TestPost TestKenaikan (D)

Responden

Kisa

ran

Nila

i

Page 68: PENDAHULUAN benar

68

dan keaktifan yang tinggi dari ibu-ibu dalam mencoba pembuatan Tortilla Chips

di rumah mereka.

Secara khusus nilai rata-rata post test tertinggi diperoleh Ibu Liswati, Ibu

Juati, dan Ibu Sunarmi dengan nilai masing-masing sebesar 9.2, sedangkan nilai

rata-rata post test terendah diperoleh Ibu Susmiati dengan nilai 8.2 Perbedaan

nilai ini mungkin dikarenakan perbedaan latar belakang pendidikan dan usia dari

masing-masing ibu

Selain Tape Jagung Manis, Tortilla Chips juga memiliki prospek yang

cukup cerah dan menjanjikan karena dilihat dari beberapa aspek seperti bahan

baku yang mudah diperoleh, ketahanan produk yang cukup lama dan harga

dipasaran sekalipun keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan bentuk

olahan Jagung Manis lainnya. Produk Tortilla Chips mampu menggantikan

beberapa jenis makanan lainnya yang dibiasa dikonsumsi, misalnya kerupuk dan

cemilan sehingga dapat menambah variasi dalam menú makanan sehari-hari.

Jikalau ibu-ibu tani membuat Tortilla Chips Jagung dengan menghabiskan

biaya pengeluaran sebesar Rp 27.934,2 per hari dan maka tidak menutup

kemungkinan akan memperoleh penerimaan dari hasil produk tersebut sebesar

Rp.100.500 per hari sehingga keuntungan yang bisa diperoleh dari penjualan

Tortilla Chips sebesar Rp. 72.565,8.

Dari penggunaan 5 kg Jagung per harinya akan dapat menghasilkan 6,7 kg

Tortilla Chips Jagung dan dapat dijual seharga Rp.15.000/kg akan lebih efisien

dan menguntungkan jika dibandingkan dengan menjual Jagung dalam bentuk

kering (Lampiran 5).

Dilihat dari análisis kelayakan usaha Tortilla Chips Jagung R/C Ratio

adalah sebesar Rp.3,59. Artinya dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1,00

akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.3,59 (Lampiran 5).

Usaha Tortilla Chips Jagung dapat dilakukan oleh setiap

petani/masyarakat umum baik dari skala usaha kecil (home industry) hingga ke

skala usaha besar (perusahaan), mengingat semua kebutuhan produksi dapat

diperoleh dengan mudah. Oleh karena itu penjualan Tortilla Chips Jagung juga

dapat dilakukan dimana saja, mulai dari kios-kios kecil, di pasar-pasar tradisional

maupun ke toko-toko khusus produk hasil pengolahan. Di sisi lain harga yang

Page 69: PENDAHULUAN benar

Petani

PedagangPengumpul

Konsumen Pedagang Pengecer

Petani Pengumpul

69

mudah dijangkau dapat menarik konsumen mulai dari kalangan ekonomi bawah,

menengah hingga ke kalangan ekonomi atas, sehingga terbuka bagi semua

konsumen di daerah.

4. Subsistem Agroniaga (Pemasaran)

Pengembangan pada subsistem agroniaga Jagung Manis adalah dengan

melakukan kegiatan penyuluhan tentang pemasaran kelompok dan menjalin

kemitraan dalam pemasaran Jagung Manis.

Materi penyuluhan yang diberikan adalah upaya perbaikan pada target

penjualan Jagung Manis, yaitu dengan tidak menjual hasil ke tengkulak melainkan

menjual langsung ke konsumen. Untuk itu, perlu dilakukan pembinaan

kelompoktani yang intensif untuk menumbuhkan rasa kebersamaan antar anggota

dalam kelompok untuk memperkuat posisi tawar petani.

Saluran tataniaga yang cukup panjang dapat menyembabkan harga yang

diterima petani relaif kecil. Pemasaran Jagung Manis yang berada di Kecamtan

Bumiaji khsusnya Desa Pandanrejo, banyak dilakukan melalui tengkulak,

pedagang pengumpul besar, pedagang pengecer dan konsumen. Tengkulak

jagung manis ini biasanya mendata dan mengunjungi setiap rumah petani

pengusaha Jagung Manis sebelum dilakukan panen.

Keadaan jalur tataniaga Jagung Manis di Desa Pandanrejo saat ini dapat dilihat

pada Gambar 12.

Gambar 12. Jalur Tataniaga Pemasaran Jagung Manis di Kecamatan Bumiaji

Page 70: PENDAHULUAN benar

70

Untuk menunjang kegiatan pemasaran yang lebih baik sebaiknya disusun

suatu rencana pemasaran bersama membentuk suau lembaga pemasaran bersama

yakni pemasaran yang melibatkan kelompoktani di tingkat petani.

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Penulis melaksanakan

kegiatan tugas akhir dalam agroniaga ini adalah dengan memberikan penyuluhan

dengan materi penyuluhan diarahkan pada motivasi/memberikan masukan kepada

petani agar petani mau menjual hasil panennya setelah dilakukan penanganan

pascapanen berupa sortasi, grading, dan pemasaran secara berkelompok.

Pelaksanaan penyuluhan agroniaga Jagung Manis dilakukan hanya Desa

Pandanrejo. Kegiatan penyuluhan tentang aspek pengetahuan pemasran

berkelompok ini berlangsung selama ± 2 jam yang bertempat di Lahan

kelompoktani Musyawarah Tani I Desa Pandanrejo. Metode yang digunakan

berupa ceramah, tanya jawab, dan diskusi.

Sektor perekonomian di Kecamatan Bumiaji masih didominasi oleh sektor

pertanian, hal ini dikarenakan wilayah Kecamatan Bumiaji sebagian besar adalah

wilayah pertanian. Akan tetapi sektor industri dan perdagangan juga berperan

dalam menjalankan roda perekonomian daerah. home industry terutama industri

pengolahan hasil pertanian cukup diminati oleh pelaku ekonomi masyarakat

Bumiaji. Banyak bertumbuhnya home industry pengolahan sari apel, jenang apel

hingga kripik apel yang dapat menyerap tenaga kerja perlu adanya perhatian dari

Pemerintah Kota Batu, terutama di bidang permodalan dan distribusi penjualan.

Dengan melihat kondisi di atas dimana belum adanya produk dari olahan

Jagung Manis, maka usaha pengolahan Jagung Manis ini layak untuk

dikembangakan di Kecamatan Bumiaji mulai dari skala usaha kecil seperti home

industry. Secara khusus untuk produk olahan Jagung Manis, pemasaran dapat

dilakukan ke beberapa lokasi mulai dari kios-kios kecil, pasar tradisional hingga

ke pasar swalayan.

Mengingat bahwa kawasan Kota Batu memiliki satu pasar tradisional

yakni pasar Batu beberapa pasar swalayan yang sangat dekat dan dapat dijadikan

sebagai tempat yang strategis dalam mempromosikan hasil olahan ini agar dapat

diterima oleh masyarakat umum.

Page 71: PENDAHULUAN benar

71

5. Jasa-jasa pendukung lainnya.

Adapun aspek dalam subsistem agropenunjang antara lain :

a. Kebijakan Pemerintah. Pemerintah Bumiaji mendukung dalam

pengembangan bidang pertanian terutama dalam pengembangan agribisnis

jagung manis. Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan harga pupuk dan

benih yang dapat dijangkau oleh petani, namun perannya secara langsung

dirasakan masih kurang, ini terbukti dari pernyataan petani-petani di lapangan.

Selain itu pula, untuk mendukung kegiatan usaha (agroindustri) di Desa

Pandanrejo pemerintah memberikan bantuan PNPM kepada seluruh

Kelompok Ibu PKK Melati dan petani lainya untuk membuka usaha

pengolahan hasil berdasarkan jenis komoditi yang dimiliki untuk membantu

peningkatan kesejahteraan seluruh petani di Desa Pandanrejo. Untuk

mendukung kegiatan pertanian selanjutnya, kebijakan pemerintah masih

sangat diperlukan.

b. Koperasi Unit Desa (KUD). Keberadaan KUD sangat membantu petani

dalam pengembangan Jagung Manis terutama dalam pengadaan sarana

produksi pertanian, sebab harga yang ditawarkan oleh KUD dapat dijangkau

oleh petani. Desa Pandanrejo memiliki sebuah KUD “Suka Tani” yang

diketuai oleh Bapak Sunar dengan jumlah anggota 60 orang. Kegiatan KUD

juga melibatkan penyuluh pertanian lapangan (PPL) setempat. Penyuluh

pertanian lapangan sebagai penghubung antara KUD dengan pemerintah

pusat.

c. Lembaga Keuangan (Bank). Bank yang berfungsi sebagai penyedia dana

belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh petani jagung manis di

Kecamatan Bumiaji, hal ini disebabkan karena peminjaman modal ke Bank

harus ada jaminan dari petani, sehingga petani merasa tidak mampu untuk

memberikan jaminan dan membayar bunga pinjaman yang cukup besar.

Page 72: PENDAHULUAN benar

72

Pemberdayaan Kelompoktani

Tujuan dari tugas akhir adalah sebagai upaya untuk meningkatkan aspek

pengetahuan dalam usahatani Jagung Manis, dalam subsistem agribisnis

agroinput, agroproduksi, agroindustri, agroniaga dan agropenunjang diharapkan

akan memperoleh nilai tambah dari kegiatan tersebut.

Kegiatan penyuluhan diawali dengan melaksanakan pendekatan

perorangan melalui anjangsana dan anjangkarya ke lahan usahatani. Sasaran

kegiatan tugas akhir yakni ini dilaksanakan pada pengurus kelompoktani beserta

anggota yang mengusahakan Jagung Manis di Kecamatan Bumiaji khususnya di

Desa Pandanrejo.

Pemberdayaan petani dilakukan baik secara individu maupun pertemuan

berkelompok. Metode yang digunakan adalah berupa pendekatan kelompok dan

pendekatan perorangan. Materi yang diberikan dalam kegiatan ini adalah

pentingnya membentuk kelompoktani dan gabungan kelompoktani. Kegiatan ini

berlangsung di rumah Ketua Kelompoktani Sumber Tani yaitu Bapak Midun

dengan jumlah peserta 20 orang.

Kelompoktani di Kecamatan Bumiaji berjumlah 81 kelompok yang

tersebar di 9 desa. Peranan kelompoktani dalam usahatani belum maksimal,

bahkan selama ini kelompoktani yang terbentuk dirasakan kurang maksimal

peranannya. Beberapa kelompoktani yang ada di Desa Pandanrejo sudah tidak

aktif lagi seperti kelompoktani Musyawarah Tani III dan Karya Tani, hal ini

dikarenakan pemupukan modal dalam kelompok relatif kecil sehingga banyak

kegiatan yang tidak dapat dilakukan. Sedangkan kelompoktani yang masih

terbentuk tidak banyak melakukan kegiatan pertemuan, penyebabnya adalah

rendahnya kesadaran petani dalam bekerjasama antar petani.

Koordinasi dengan PPL dan Lembaga Pemerintah

Dalam pelaksanaan tugas akhir di Kecamatan Bumiaji tidak terlepas dari

lembaga pertanian setempat, yakni meminta izin dan berkoordinasi dengan aparat

pertanian di Kecamatan Bumiaji. Pada tanggal 10-11 maret 2009, penulis

melakukan perizinan ke Dinas Pertanian Kota Batu, Kantor KESBANG LIMAS,

Kantor Camat Bumiaji. Sedangkan untuk izin tinggal di Desa Pandanrejo,

dilaksanakan pada tanggal 11 maret 2009 yang bertempat di rumah Bapak Nuraji.

Page 73: PENDAHULUAN benar

73

Koordinasi dengan Petani Pengumpul

Kegiatan ini dilaksanakan di rumah Bapak Purwito selaku petani

pengumpul sekaligus Jagung Manis di Desa Pandanrejo. Metode yang dilakukan

adalah wawancara dan tanya jawab. Perlengkapan yang diperlukan berupa alat

tulis. Koordinasi dengan petani pengumpul dengan cara mendatangi, melakukan

wawancara dan tanya jawab seputar kegiatan pemasaran. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui proses pemasaran Jagung Manis dari produsen

ke konsumen yang ada di Kecamatan Bumiaji

Program Pengembangan Agribisnis

Setelah menganalisis data dan mengidentifikasi masalah-masalah serta

potensi sumberdaya alam dan manusia di Kecamatan Bumiaji secara umum, maka

beberapa kegiatan dan program yang sebaiknya dilaksanakan adalah sebagai

berikut.

a. Jangka Pendek

Kegiatan yang dilakukan dalam jangaka pendek (1 tahun), untuk memberdayakan

kelompoktani adalah sebagi berikut.

1. Melakukan pembinaan secara intesif kepada petani dan kelompoktani

mengenai teknis budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan hasil dan

pemasaran terhadap agribisnis Jagung Manis melalui penyuluhan dan

pelatihan (magang) sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan

petani yang nantinya dapat menghasilkan suatu produk yang memiliki kualitas

dan kuantitas yang baik, sehingga bisa menembus level pasar swlayan.

2. Membentuk pola kemitraan antara petani dengan lembaga-lembaga penelitian

atau para pengusaha yang memiliki modal sehingga dapat membantu petani

dalam memperoleh bibit unggul dan modal usahatani.

3. Membenahi kelompoktani yang telah dibentuk baik administrasi serta struktur

organisasinya. Hal ini untuk memudahkan kegiatan penyuluhan sehingga

diharapkan berjalan dengan baik secara efektif dan efisien.

Page 74: PENDAHULUAN benar

74

b. Jangka Menengah

Tujuan yang harus dicapai dalam jangka menengah (1-2 tahun) adalah :

1. Pemerintah perlu membentuk suatu lembaga yang menangani informasi pasar,

sehingga dapat mengetahui perkembangan harga jual dari setiap komoditi

pertanian agar petani dapat memperoleh harga jual yang layak.

2. Mengaktifkan kembali lembaga-lembaga yang kurang berjalan seperti

koperasi dan lain-lain yang ada di tingkat kelompoktani sehingga dapat

membantu petani di dalam menampung hasil pertanian dan memasarkan

produknya.

3. Menjaga kerjasama antara kelompoktani dan pihak swasta dalam kegiatan

pemasaran Jagung Manis.

c. Jangka Panjang

Adapun program yang harus dicapai dalam jangka panjang (3-5 tahun) adalah

sebagai berikut.

1. Membangun sub terminal agribisnis khususnya di Kecamatan Bumiaji

sehingga dapat menampung dan memasarkan hasil pertanian.

2. Mengikuti pameran hasil-hasil pertanian yang berskala nasional maupun

internasional untuk mempromosikan produk Jagung Manis yang dihasilkan

petani.

Page 75: PENDAHULUAN benar

75

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan Tugas Akhir di lapangan dapatlah diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Dari hasil analisis aspek penanganan pascapanen Jagung Manis, pengetahuan

responden mengalami peningkatan dari nilai 4,34 menjadi 8,22, sedangkan

untuk keterampilan juga mengalami peningkatan dari nilai 4,08 menjadi 8,61.

Dalam pembuatan Susu Jagung Manis pengetahuan responden meningkat dari

nilai 4,26 menjadi 8,56, untuk keterampilan dari nilai 4,06 menjadi 8,41.

Selanjutnya dalam pembuatan Dodol Jagung Manis, pengetahuan responden

meningkat dari nilai 4,37 menjadi 8,56, untuk keterampilan dari nilai 4,45

menjadi 8,7. Pembuatan Tape Jagung Manis, pengetahuan responden juga

meningkat dari nilai 4,2 menjadi 8,61, untuk keterampilan dari nilai 4,63

menjadi 8,75. Sedangkan untuk pembuatan Tortilla Chips Jagung,

pengetahuan responden meningkat dari nilai 4,93 menjadi 8,81, serta

keterampilan dari nilai 4,6 menjadi 8,75

2. Dari hasil analisis finansial pembuatan Susu Jagung Manis, dengan harga jual

Rp.2.500 per cup akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 49.670,8 per

harinya, sedangkan untuk Dodol Jagung Manis dapat dijual Rp.12.500 per kotak,

keuntungan akan diperoleh sebesar Rp.18.160 per hari.

Selanjutnya untuk Tape Jagung Manis dapat dijual Rp1.500 per bungkus akan

memperoleh keuntungan sebesar Rp.12.780,3 per hari, dan untuk Tortilla Chips

Jagung cukup dijual seharga Rp.15.000 per kg, akan mampu mendapat keuntungan

sebesar Rp.72.565,8 per harinya.

Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan dalam pemberdayaan kelompoktani

melalui pengolahan hasil jagung manis sebagai berikut.

1. Untuk mengatasi masalah keterbatasan tenaga penyuluh pertanian perlu

ditumbuhkan penyuluh pertanian swakarsa di setiap desa sebagai partner

penyuluh pertanian dengan mendayagunakan pemuda/pemudi lulusan SPP

atau kontaktani yang berprestasi.

Page 76: PENDAHULUAN benar

76

2. Ketenagaan penyuluh sebaiknya digunakan untuk membantu permasalahan di

petani, bukannya dijadikan sebagai tenaga bantu pemerintah pusat di luar

kegiatan pertanian.

3. Perlu adanya pembinaan lanjutan setelah melakukan kegiatan penyuluhan

melalui pengolahan hasil agar dapat meningkatkan pendapatan petani.

4. Pengurus kelompoktani diharapkan aktif dalam menyampaikan informasi

kepada anggotanya demi terwujudnya kemajuan kelompok.

5. Kelompoktani harus lebih jeli dalam mencari informasi pasar tentang jagung

manis.

Page 77: PENDAHULUAN benar

77

DAFTAR PUSTAKA

Achdiyat. 2000. Statistik Terapan. Bogor: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Hal 117.

Apandi, Muchidin. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Offset Alumni.

Hal 44-56.

Departemen Pertanian. 1987. Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan. Jakarta: Depatemen Pertanian

. 1989. Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan. Jakarta: Depatemen Pertanian

______. 2002. Program Nasional Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

. 2007. Penumbuhan Kelompoktani. Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia.

Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal 7-9, 20, 23-28, 32, 36-39, 55-58

Hambali, Erlisa, dkk. 2006. Membuat Aneka Olahan Jagung, Jakarta: Bina Aksara. Hal 56-67.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina aksara. Jakarta.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran: Jakarta. Prenhanlindo.

Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Yogyakarta: AGRITECH. Hal 3-9, 64- 66.

Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Musyadar, Achmad dan Wasrob Nasruddin. 2002. Diktat Tataniaga Pertanian, Bogor, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.

Nuraeni dkk. 2004. Manajemen Agribisnis, STPP Bogor, Bogor.

Pambudy, Rahmat dan Kilat Adhi Andriyono. 2002. Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Page 78: PENDAHULUAN benar

78

Presiden Republik Indonesia. 2006. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta: Depatemen Pertanian Hal. 3.

Rohaman, Maman. 2006. Diktat Penanganan Pascapanen. Bogor. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.

Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Kanisius. Hal 16,

79-88

Santoso, Budi et al. 2006. Tortilla. Surabaya: Trubus Agrisarana. Hal 2-4, 20-24

Saragih, Bungaran. 2001. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Yayasan Mulia Persada Indonesia, Jakarta.

Sastraatmadja. 1993. Penyuluhan Pertanian, Penebar Swadaya, Jakarta.

Soedijanto. 1995. Masalah Khusus. Jakarta: UniversitasTerbuka, Dekdikbud

Soekartawi. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suwandi, Achmad. 1999. Diktat Metode dan Teknik penyuluhan Pertanian. Bogor: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. 89 hal.

Van den Ban, A. W. dan H. S. Hawkins. 2000. Penyuluhan Pertanian, Kanisius Yogyakarta.