bab ii

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata 1. Pengertian Pariwisata Secara etimologi, pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang komponennya terdiri dari “pari”, “wis (man)”, dan “ata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, lengkap (ingat kata paripurna). Wis (man) berarti rumah properti, kampung, komunitas. Ata, berarti pergi terus- menerus, mengembara (roaming about). Pariwisata dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 pasal 1 tentang kepariwisataan adalah: “keseluruhan kegiatan yang terkait dengan periwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan tiap orang dan negara serta instansi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha”. Kepariwisataan (tourism) menurut Maryani (1997:36), yaitu: Segala sesuatu yang terkait dengan pariwisata yaitu mulai dari wisatawan mencari informasi tentang daerah- daerah yang akan dikunjunginya, kemudian pergi ke sebuah objek pariwisata sampai kembali lagi ke rumah”.

Upload: arifcahyagumelar

Post on 23-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wdwfdwf

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Secara etimologi, pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang komponennya

terdiri dari “pari”, “wis (man)”, dan “ata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, lengkap

(ingat kata paripurna). Wis (man) berarti rumah properti, kampung, komunitas. Ata,

berarti pergi terus-menerus, mengembara (roaming about).

Pariwisata dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 pasal 1 tentang

kepariwisataan adalah: “keseluruhan kegiatan yang terkait dengan periwisata dan

bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan tiap

orang dan negara serta instansi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama

wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha”.

Kepariwisataan (tourism) menurut Maryani (1997:36), yaitu: Segala sesuatu yang

terkait dengan pariwisata yaitu mulai dari wisatawan mencari informasi tentang daerah-

daerah yang akan dikunjunginya, kemudian pergi ke sebuah objek pariwisata sampai

kembali lagi ke rumah”.

E. Guyer Freuler merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan

sebagai berikut: “Pariwisata dalam artian modern adalah fenomena dari zaman sekarang

yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang

sadar akan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya

disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat

manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta

penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan”.

2. Pariwisata dalam Kajian Geografi

Page 2: BAB II

Setiap ilmu saling berhubungan satu sama lain, begitupun dengan ilmu pariwisata

tidak dapat lepas hubungan dengan ilmu geografi. Seperti yang diungkapkan Robinson

dalam Maryani (2000) yang menyatakan bahwa pariwisata menjadi kajian bidang

geografi dengan beberapa alasan sebagai berikut.

- Geografi berhubungan dengan lingkungan baik alam maupun manusia.

- Ilmu geografi selalu berhubungan dengan lokasi suatu fenomena, hubungan

antara fenomena dan distribusi keruangan.

- Pariwisata erat kaitannya dengan pemanfaatan ruang, lokasi-lokasi daerah

tujuan wisata, loaksi dimana wisatawan bergerak dari suatu daerah ke aerah lain.

Dengan demikian geografi mempunyai peran yang sangat penting dalam

menyediakan ruang sebagai daerah tujuan wisata yang sesuai dengan permintaan

wisatawan yang memiliki karakter berbeda-beda.

Pariwisata erat kaitannya dengan struktur, bentuk, penggunaan lahan dan

perlindungan bentang alam (landscape). Pada sisi lainnya geografi juga menyebabkan

berubahnya bentang alam menjadi kawasan budaya. Geografi sebagai tata guna lahan

dapat memberikan solusi bagaimana ruang dapat dimanfaatkan sesuai dengan daya

lingkungannya dan meminimalkan risiko kerusakan.

3. Perkembangan Pariwisata

Pariwisata baru muncul pada abad ke 18, khususnya setelah revolusi industri di

Inggris. Istilah periwisata berdasarkan dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour),

yaitu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar tempat

tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apapun selain melakukan kegiatan yang dapat

menghasilkan upah atau gaji.

Menurut Yoety (1983:1) kata “pariwisata” sesungguhnya baru populer di Indonesia

setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourisme ke II di Tretes, Jawa Timur,

Page 3: BAB II

pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958. Sebelumnya sebagai ganti kata

“pariwisata” digunakan kata “tourisme” yang berasal dari bahasa belanda.

Pada waktu pembukaan musyawarah yang diadakan di Gedung Pemuda, Surabaya,

Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, dalam amanatnya yang disampaikan kepada peserta

musyawarah, menanyakan kepada Menteri P dan K, Prof. Prijono (almarhum),

perkataan Indonesia apakah yang paling tepat untuk pengganti istilah “tourisme”.

Dalam jawabannya kepada Presiden Soekarno, Prof. Prijono memberi penjelasan,

bahwa sebagai pengganti kata “tourisme” dapat digunakan kata “dharmawisata” untuk

perjalanan antarkota (dalam negeri), sedangkan perjalanan antarbenua (luar negeri)

lebih tepat digunakan kata “pariwisata”.

Pada saat itulah diresmikan penggantian kata “tourisme” menjadi kata “pariwisata”

oleh Presiden Soekarno dan atas dasar itu pula pada tahun 1960 istilah Dewan Tourisme

Indonesia diubah menjadi Dewan Pariwisata Indonesia (DEPARI). Adapun orang yang

berjasa mempopulerkan kata pariwisata itu adalah Jenderal G.P.H. Djatikusumo yang

pada waktu itu menjabat Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan

Pariwisata.

Tujuan perkembangan pariwisata adalah memberikan keuntungan baik bagi

wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang

standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat

tujuan wisata. Dalam tambahan, perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi,

keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan

dikembangkan melalui penyediaan tampat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui

pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat

tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan

menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata.

4. Pembangunan Pariwisata

Page 4: BAB II

Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalm aspek ekonomi, sosial,

dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata mengkontribusi devisa dari

kujungan wisatawan manca negara (wisman) dan Produk Domestik Bruto (PDB)

beserta komponen-komponennya. Dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam

penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya bangsa, dan peningkatan jati

diri bangsa. Dalam aspek lingkungan, pariwisata khususnya ekowisata dapat

mengangkat pruduk dan jasa wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, dan

alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional (RPJMN

1009-2014).

Pengembangan sektor pariwisata dan penunjangnya memiliki makna penting dalam

integrasi nasional. Infrastruktur bukan saja berfungsi mengikat geografi wilayah

nusantara, tetapi juga memandu lahirnya partisipasi, efisiensi dan kesejahteraan.

Keberhasilan negara memberikan kesejahteraan bermakna hak dan kewajiban negara

dan warga negara telah berjalan optimal. Warga yang sejahtera cenderung bersifat

integratif dan hubungan warga negara dengan pemerintahan positif sehingga masing-

masing ingin memelihara manfaat dari hubungan positif tersebut (Pokja Wasantara

2010).

B. Wisatawan

1. Pengertian Wisatawan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tentang Kepariwisataan, Bab I

Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan.

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan

daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

2. Pengelompokkan Wisatawan

Menurut Marpaung (2002:48) pengelompokkan wisatawan dibagi ke dalam kategori

sebagai berikut:

a. Umur

Page 5: BAB II

Pengelompokkan wisatawan berdasarkan umur dibagi menjadi tiga yaitu

wisatawan remaja, wisatawan usia menengah, dan wisatawan usia lanjut. Dewasa

ini wisatawan remaja sangat umum di Indonesia, remaja biasanya melakukan

perjalanan sendiri, dan menetap dalam waktu yang cukup panjang dalam

menghabiskan hari liburnya. Permintaan akan fasilitas dan pelayanan sangat

fleksibel, sederhana, dan juga murah. Wisatawan untuk usia menengah biasanta

tidak ada kebutuhan, tetapi memiliki keinginan besar untuk melakukan kegiatan

wisata. Selanjutnya wisatawan usia lanjut harus memperhatikan kondisi fisik dalam

perencanaan perjalanan wisata dan tidak merencanakan perjalanan yang

melelahkan. Biasanya sering mengunjungi tempat yang sama lebih dari satu kali

untuk lebih memahami.

b. Jenis Kelamin

Wanita umumnya lebih banyak tertarik dengan pusat perbelanjaan, dan peranan

wanita pada kebudayaan pada suatu daerah tujuan wisata. Wanita lebih

memperhatikan masalah keberadaan fasilitas dan pelayanan terutama makanan.

Biasanya wanita lebih teliti dalam membelanjakan uangnya, dan cenderung mudah

lelah dan cepat kehilangan rasa antusias terhadap atraksi-atraksi wisata.

c. Kelompok Sosio-Ekonomi

Karakteristik wisatawan berdasarkan sosio-ekonomi dibagi menajdi dua, yaitu

kelompok sosio-ekonomi menengah-bawah dimana kelompok ini memiliki

pendidikan rendah, pendapatan kecil, keahlian menengah. Seseorang akan

menunjukkan minat mereka terhadap atraksi-atraski dan melontarkan beberapa

pertanyaan yang bersifat lebih pasif. Kemudian kelompok sosio ekonomi

menengah-atas memiliki pendidikan yang lebih baik, pendapatan besar, orang yang

profesional dan menduduki jabatan yang tinggi akan lebih tertarik untuk

mempelajari kebudayaan dan lingkungan serta banyak mengeluarkan pertanyaan-

Page 6: BAB II

pertanyaan tetapi juga cenderung untuk membanggakan pengetahuannya dan agak

sulit ditangani.

C. Kawasan Wisata

1. Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 adalah “segala

sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman

kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan”. Sedangkan menurut Marpaung (2002:80), “daya tarik wisata

dapat digolongkan secara garis besar ke dalam tiga bentuk yaitu alam, budaya, dan

buatan manusia”. Hal ini akan berkaitan dengan jenis wisata yang dikembangkan serta

disesuaikan dengan kondisi alam serta potensi yang tersedia di lokasi wisata tersebut

termasuk ke dalam objek wisata antara lain:

a. Keindahan alam (natural amenities), iklim, pemandangan, flora dan fauna yang

aenh (uncommon vegetation and animals). Hutan (the sylvan elements), dan

sumber kesehatan (health centre) seperti sumber air panas belerang, mandi

lumpur, dan lain-lain.

b. Ciptaan manusia (man made supply) seperti monumen-monumen, candi-candi,

art gallery, dan lain-lain. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu,

maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara

profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tantang kepariwisataan, menyebutkan

bahwa Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) dapat digolongkan ke dalam kelompok

sebagai berikut.

a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud

keadaan alam serta flora dan fauna.

Page 7: BAB II

b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata

tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Wisatawan berkunjung ke sua tu tempat karena tertarik oleh sesuatu. Hal atau

sesuatu yang menyebabkan wisatawan datang ke suatu tempay disebut daya tarik atau

atraksi wisata. Misalnya Tanjung Lesung yang terkenal dengan ombak dan pantainya

yang indah, Ujung Kulon yang terkenal karena memiliki binatang langka yang hanya

terdapat di tempat itu, Pyramid Mesir dengan bangunan kuno dan bersejarahnya.

Museum Louvre di Paris menarik jutaan pengunjung tiap tahun karena koleksi barang-

barang, terutama gambar yang tak ternilai harga dan nilai sejarahnya. Jutaan orang per

tahun menjelajahi gedung Kabuki di Tokyo untuk menyaksikan pementasan cerita

rakyat Jepang yang digelar di tempat itu. Daya tarik lain seperti kehidupan sehari-hari,

pasar-pasar tradisional, cara bertani, memancing, perkebunan, memanjat tebing, arung

jeram, berselancar, menyelam, berlayar, festival, upacara adat dan lain-lain.

Suatu objek daya tarik wisata pada prinsipnya harus memenuhi tiga persyaratan berikut:

1. Something to see (ada yang dilihat).

2. Something to do (ada yang dilakukan).

3. Something to buy (ada yang dibeli/souvenir).

Objek dan daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi tiga hal antara lain:

1. Objek wisata alam

Laut

Pantai

Gunung

Danau

Fauna

Flora

Page 8: BAB II

Kawasan lindung

Cagar alam

Pemandangan alam

2. Objek Wisata Budaya

Upacara kelahiran

Tari tradisional

Musik tradisional

Pakaian adat

Perkawinan adat

Upacara laut

Upacara turun ke sawah

Cagar budaya

Bangunan bersejarah

Peninggalan tradisional

Festival budaya

Kain tenun tradisional

Tekstil lokal

Pertunjukan tradisional

Adat istiadat lokal

Museum

3. Objek Wisata Bahari

Sarana dan fasilitas olahraga

Permainan

Hiburan (lawak, akrobatik)

Ketangkasan (naik kuda)

Taman rekreasi

Taman Nasional

Pusat-pusat perbelanjaan

4. Toko Cinderamata dan Pusat Kerajinan

Page 9: BAB II

Cenderamata yang dapat dibeli oleh wisatawan lebih disukai bila berorientasi lokal,

artinya wisatawan ingin membawa pulang kenang-kenangan berupa cenderamata yang

merupakan hasil masyarakat dimana wisatawan berkunjung.