bab ii kajian teori a. kajian teori 1. prestasi olahraga ... · 8 bab ii kajian teori a. kajian...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi Olahraga Nasional
Prestasi olahraga nasional tercapai dengan membina dan mengembangkan
olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melaui kompetisi untuk
mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
Selain itu dalam pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan keilmuan
yang menyeluruh dengan jalan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan
kualitas dan kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah
dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatan fungsi,
manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada tau menghasilkan
teknologi baru bagi kegiatan keolahragaan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah
peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan
memanfaatkan kaedah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya
untuk meningkatan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah ada tau menghasilkan teknologi baru bagi kegiatan keolahragaan Lutan (1998 :
23) menyatakan kemajuan yang dicapai dalam olahraga pada umumnya terutama berkat
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK). Produk penelitian dalam alat-alat
olahraga yang lebih canggih, pengembangan alat ukur dan penganalisis yang lebih
cermat, metode yang lebih berhasil dan penemuan dalam berbagai bidang ilmu saling
berpadu. Dukungan IPTEK merupakan syarat mutlak. Para ahli telah merintis usaha
untuk mengidentifikasi struktur ilmu keolahragaan hal ini sejalan dengan pendapat
Lutan ( 1998 : 24 ) digunakan istilah struktur, karena ilmu keolahragaan bukanlah ilmu
yang berdiri sendiri, tapi sebagai lintas disiplin. Artinya, terdapat seperangkat disiplin
ilmu yang saling mendukung, selain ada keterpaduan antar displin ilmu, juga ada
pengembangan disiplin masing-masing. Susunan batang tubuh ilmu keolahragaan dapat
dijelaskan berdasarkan tiga kemungkinan pendekatan yang menekankan pada (1) isi,(2)
9
tema, dan (3) pada bidang teori. Membagi ilmu keolahragaan menjadi tiga kelompok
utama, yang meliputi tujuh bidang teori:
a. Subdisiplin berlandaskan pengetahuan Anatomi-Fisiologi-Mekanika:
i. Ilmu Kedokteran Olahraga (Sport Medicine)
ii. Biomekanika Olahraga (Sport Biomechanic)
b. Subdisiplin berlandaskan ilmu sosial dan tingkah laku (behavioral):
i. Psikologi Olahraga (Sport Psychology)
ii. Pedagogi Olahraga (Sport Pedagogy)
iii. Sosiologi Olahraga (Sport Sociology)
c. Subdisiplin berlandaskan pengetahuan sejarah dan filsafat:
i. Sejarah Olahraga (Sport History)
ii. Filsafat Olahraga (Sport Philosophy)
Berdasarkan kerangka yang dikemukakan Prof.Hagg dapat dipaparkan secara
singkat, objek kajian masing-masing rumpun ilmu keolahragaan itu. Tugas utama sport
medicine atau ilmu kedokteran olahraga ialah:
i. Mengidentifikasi status kesehatan para olahragawan dalam berolahraga
ii. Menggambarkan perkembangan fisik para olahragawan
iii. Mengidentifikasi status fungsi organ tubuh dan kemampuan para
olahragawan.
Tercakup dalam sport medicine beberapa bidang teori yang terkait seperti gizi
dan perawatan cedera. Meskipun tak disebutkan dalam kerangka 7 bidang teori terpadu
menurut Prof. Hagg ilmu faal olahraga atau excercise science juga berkembang pesat.
Ilmu yang berlandaskan pengetahuan tentang fungsi organ tubuh manusia ini
berkembang melalui penelitian eksperimental. Sebagai contoh yang diteliti adalah
pengaruh aklimatisasi terhadap prestasi, pengaruh ketinggian dataran terhadap prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa penguasaan keterampilan olahraga dipengaruhi
oleh bentuk dan ukuran tubuh, maka berkembang bidang teori yang dinamakan
kinanthropometry, bidang ini merupakan gabungan antara morphometry (pengukuran
tentang bentuk dan bangun) dan anthrhopometry (pengukuran tentang bangun dan
bentuk tubuh manusia). Jadi, kinanthropometry merupakan studi kuantitatif
tentangukuran besar, bangun, proporsi, susunan dan kematangan perkembangan tubuh
manusia dalam kaitanya dengan pelaksanaan gerak yang melibatkan otot-otot besar.
10
Sebagai ilmu terapan berkembang bidang teori yang disebut sport trainology. Ilmu ini
merupakan ilmu pelatihan memusatkan kajian pada berbagai aspek seperti perencanaan
latihan, pengaturan beban, metode melatih, dan topik lainnya yang bersifat terapan.
Biomekanika olahraga bertujuan untuk mempelajari kaitan antara gerak manusia
dan performa. Liputan kajiannya mencakup pola gerak dan efektifitas/efisiensi gerak.
Dalam rangka mengajar dan melatih, biomekanika olahraga bermanfaat untuk
membantu menetapkan (1) cabang olahraga yang sesuai dengan kemampuan gerak
seseorang;(2) penyesuaian alat dan pengajaran dengan irama perkembangan dan usia;
(3) pemilihan variasi teknik yang sesuai dengan ciri morpologis dan psikologis atlet
pemula; dan (4) pengontrolan terhadap kaitan antara kematangan dan proses belajar
dihubungkan dengan pembinaan jangka panjang di kalangan anak remaja dan orang
dewasa.
Psikologi olahraga merupakan ilmu yang mempelajari gejala mental dalam
olahraga. Di Eropa, kajiannya tertuju pada perilaku motor, perkembangan gerak,
penguasaan keterampilan gerak, penguasaan keterampilan sensori gerak. Sementara di
uni soviet, psikologi olahraga menelaah masalah penting seperti motivasi dalam
berolahraga, ciri emosi, latihan ideomotor, gejala prilaku kekerasan, fungsi perhatian
konsentrasi, dan strees kejiwaan dalam latihan dan pertandingan olahraga.
Sumbangan besar dari pedagogi olahraga yakni menghapus prasangka terhadap
olahraga yang dianggap tidak mengandung nilai pendidikan. Kajian Rijsdorp dari
belanda atau Grupe dari jerman misalnya, berhasil mengoreksi beberapa pandangan,
yakni:
i. Jiwa dan bandan merupakan satu kesatuan; raga bukan alat bagi jiwa, tapi
sebagai satu kesatuan bulat
ii. Jika badan bukan sebagai aspek terpisah, maka konsep bermain dipahami
semata-mata sebagai gejala jasmaniah belaka.
Sosiologi olahraga memusatkan perhatiannya pada objek khas yakni gejala
sosial dalam olahraga. Yang dibahas antara lain peranan olahraga sebagai sub bagian
dari tatanan kemasyarakatan, penggolongan sosial, mobilitas sosial, perilaku kolektif,
perilaku penonton, peranan kelompok minoritas dan lainnya, meskipun belum banyak
perkembanganya, bidang ini mulai memperoleh perhatian di Indonesia.
11
Manajemen olahraga kian terasa pentingnya dalam proses pembangunan
oalhraga. Karena itu, di negara maju manajemen olahraga merupakan bidang teori yang
memperoleh perhatian banyak. Segi perencanaan, pendayagunaan sumber,
penanggaran,kepemimpinan, pengawasaan, dan pengelolaan sistem informasi mendapat
tempat khusus dalam manajemen olahrga. Sayangnya, hal ini masih belum tertata di
Indonesia. Padahal dari sekian banyak persoalan yang menghambat kemajuan olahraga
Indonesia ialah lemahnya kemampuan manajemen olahraga.
Filsafat olahraga memusatakan perhatiannya pada masalah yang patut ditelaah
secara mendalam hingga menyentuh bagian yan paling hakiki. Bidang kajiannya yakni
metafisika yang menelaah masalah yang berlainan dengan hakikat dan bidang aksiologi
yang berkenanan dengan kaji nilai. Apa hakikat fair plkay, sejauh mana kita dapat
menerapkan IPTEK dalam olahraga misalnya, merupakan masalah filsafat dalam
olahraga.
Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk memaksialkan hasil
yang dicapai. Asas penghematan, manfaat, dan kegunaan praktis begitu menonjol dalam
olahraga. Persoalan berikutnya adalah sampai batas mana kita leluasa menerapkan
IPTEK dalam olahraga, mengingat yang dibina adalah manusia.
Roesdiyanto & Budiwanto ( 2008 : 1- 2 ) menyatakan “latihan olahraga untuk
mencapai prestasi yang tinggi dimasa sekarang tindak hanya sekedar melakukan
olahraga tetapi, sudah merupakan proses yang kompleks, metodologis, canggih,
dan memerlukan waktu”.
Dalam metodologi pelatihan olahraga akan menerapkan berbagai ilmu dan
pengetahuan yang mempunyai kaitanya dengan proses kegiatan berlatih dan melatih.
Pemanfaatan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan pencapaian prestasi olahraga.
Menurut Roesdiyanto & Budiwanto ( 2008 : 2 ) “ pemanfaatan dan penerapan
hasil-hasil penelitian, kajian teori, metode latihan, penggunaan peralatan
perlengkapan dalam kegiatan latihan dan pertandingan”.
Menyadari dan memahami hal tersebut, maka seorang pelatih olah raga
hendaknya membekali diri dengan pengetahuan metodologi pelatihan olahraga dan
menambah ilmu pengetahuan dan teknologi lainya yang diperlukan dalam proses
12
pelatihan olahraga antara lain pengetahuan pelatihan olahraga, anatomi dan fisiologi
olahraga, ilmu jiwa dan kesehatan mental, biomekanika serta tes dan pengukuran.
Dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai, maka sumber daya
manusiadi bidang olahraga yang memniliki kualitas, kompetensi dan profesionalisme
dapat dipenuhi. Prestasi setinggi-tingginya adalah tujuan utama dalam proses berlatih
melatih olahraga. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak faktor-faktor yang berperan
dan menentukan. Menurut Roesdiyanto & Budiwanto ( 2008 : 2-15 ) faktor-faktor
yang berperan mencapai prestasi, yaitu faktor atlet, pelatih, partisipasi, pemerintah,
partisipasi masyarakat, manjemen dan organisasi olahraga, sarana dan prasarana, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
a. Faktor Atlet
Kesehatan adalah faktor yang mutlak harus dimiliki oleh semua orang yang ikut
serta dalam latihan. Oleh karena itu sebelum menjadi anggota klub olahraga dan
melakuk kegiatan latihan olahraga, hendaknya melalui tes kesehatan meliputi fisiologis
dan anatomis. Selain tidak adanya penyakit, aspek fisiologis yang perlu diobservasi
antara lain fungsi fisik dan organ-organ meliputi paru-paru, jantung,ginjal, pncernaan
makanan, tekanan darah dan lainnya. Masing-masing cabang olahraga menuntut
kemampuan fisiologis dan anatomis serta kemampuan anggota badan khusus yang
berbeda dengan cabang olahraga lainnya. Dokter memberikan rekomndasi dan pelatih
memilih hanya individu yang sehat saja dan diperbolehkan menjadi anggota. Susunan
anatomis, proporsi dan postur tubuh perlu diperhatikan, terutama keharmonisan proporsi
tubuh secara keseluruhan sesuai dengan tuntutan setiap cabang olahraga. Berkaitan
dengan itu adalah kualitas biometrik atau pengukuran antropometri dan somatotipe
sangat diperlukan.ukuran tinggi badan, berat badan, panjang tungkai, panjang lengan
merupakan mempunyai peranan yang penting untuk beberapa cabang olahraga. Setiap
atlet harus memiliki kesegaran jasmani yang terdiri dari unsur-unsur kekuatan, daya
tahan otot, daya tahan kardiovascular, kecepatan, kelincahan, power, kelenturan,
keseimbangan, dan koordinassi.kondisi fisik merupakan faktor yang harus dimiliki
setiap atlet dan menjadi landasan untuk memperoleh kenampuan teknik dan taktik.
Keterampilan teknik yang sempurna merupakan faktor yang sangat berperan dalam
mencapai prestasi yang setinggi-tingginya tanpa penguasaan keterampilan teknik yang
13
sempurna, seorang atlet sulit untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi. Keterampilan
teknik tersebut meliputi teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi. Untuk
memenagkan pertandingan, faktor kemampuan melakukan taktik dan strategi adalah
sangat menentukan. Kemampuan taktik dan strategi adalahg kemampuan melakukan
siasat atau akal untuk memenangkan pertandingan secara sportif. Taktik dan strategi
yang dilakukan dapat berupa taktik perorangan, taktik kelompok, taktik tim, pola-pola
permainan bertahan atau menyerang. Kesehatan mental sebagai aspek kejiwaan yang
harus dimiliki seorang atlet antara lain moral, sportifitas, sikap olahragawaan sejati (fair
play atau sportmanship), disiplin, percaya diri, konsentrasi, daya pikir dan kreatifitas,
kemamuan dan semangat juang, tanggung jawab, rasa harga diri, keberanian, kerjasama.
Keturunan, fenomena yang sangat kompleks, anak-anak cenderung mewarisi biologik,
psikologis dan karakteristik orang tuannya; meskipun pendidikan, latihan, dan kondisi
sosial mungkin sedikit mengubah sifat yang diperoleh. (Bompa:1994). Proporsi serabut
otot merah dan putih pada manusia rupanya ditentukan berdasarkan keturunan.fungsi
metabolis kedua serabut otot juga berbeda. Serabut otot merah, atau serabut otot lambat
(slow-twitch fibers) mempunyai lebih banyak myoglobin sebagai cadangan oksigen
yang diangkut oleh darah untukkerja sel dan oleh karena itu secara biokimia sebagai
bahan lebih baik untuk kegiatan bersifat aerobik. Sedangkan serabut ototputih ( fast-
twitch fibers ) berisi glikogen (karbohidrat) yang lebuh banyak, dan lebih baik untuk
kegiatan anaerobik atau jenis kegiatan olahraga pendek dan keras (intensif).
b. Faktor pelatih
Untuk menghasilkan prestasi tinggi dalam olahraga banyak faktor yang berperan
penting, menentukan dan saling berkaitan. Salah satunya adalah peranan pelatih yang
memenuhi beberapa persyaratan. Pelatih adalah tokoh sentral dalam proses pelatihan
olahraga. Tokoh sentral tersebut harus memliki ciri-ciri yang ideal antara lain,
kepribadian, kesegaran jasmani, kesehatan mental, keterampilan, pengetahuan, dan pola
pikir ilmiah, pengalaman, human relation dan kerjasama dan kreatifitas. Seorang pelatih
harus selalu tampil prima secara fisik maupun mental di lapangan saat maupun
pertandingan. Maka seorang pelatih harus memiliki kebugaran jasmani dan kesehatan
mental. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kejiwaan para anak latihnya. Selain itu,
dengan kesegaran jasmani memungkinkan seorang pelatih mampu memimpin selama
14
kegiatan latihan dan mampu melakukan gerakan untuk memberi contoh kepada atlet.
Seorang pelatih hendaknya memiliki keterampilan sesuai dengan cabang olahraga yang
dilatihkan. Pengalaman sebagai pemain akan lebih memberikan nilai tambah tersendiri
dalam berperan sebagai pelatih yang memerlukan keterampilan. Keterampilan tersebut
sangat diperlukan pada waktu memperagakan gerakan teknik dengan benar sesuai
dengan perkembangan pelaksanaan suatu teknik atau memeragakan pola-pola taktik
bermain. Seorang pelatih adalah salah satu sumber daya manusia dalam keolahragaan,
yang berperan sanagat penting dalam pencapaian prestasi atlet yang dilatihnya. Maka
seorang pelatih hendaknya selalu berusaha untuk menjadi profesional dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan pelatihan dan cabang
olahraga yang dilatihkan. Dalam kegiatan pelatihan modern banyak masalah yang
terjadi dan harus dipecahkan dengan cepat dan tepat. Salah satu pendekatan pemecahan
masalah adalah menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan. Beberapa pengetahuan
yang diperlukan antara lain pengetahuan pelatihan olahraga, anatomi dan fisiologi
olahraga, ilmu jiwa dan kesehatan mental, biomekanika serta tes dan pengukuran.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan, membaca buku, kursus dan
penataran, dan juga diskusi dengan kolega. Harus disadari bahwa seorang pelatih adalah
tokoh yang menjadi model bagi atlet dan masyarakat disekitarnya. Segala tingkah laku,
tutur bahasa, kepribadian dan mungkin gaya hidupnya akan ditiru oleh atletnya. Oleh
karena itu seorang pelatih harus benar-benar memiliki tingkah laku dan tutur bahasa
yang pantas untuk diteladani oleh atletnya. Pelatih yang baik adalah jika mampu
menghantarakan atletnya meningkatkan kemampuan dan mencapai prestasi yang
semaksimal sesuai dengan kemmpuan atletnya. Secara total dan penuh rasa tanggung
jawab seorang pelatih menuangkan dan mewujudkan kemampuan yang dimiliki dalam
proses berlatih untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
c. Parsitipasi Pemerintah
Dalam upaya pembangunan olahraga pada umumnya dan khususnya upaya
peninngkatan prestasi atlet, pemerintah mempunyai peran sebagi fasilitator,
mengakomodasi dan menciptakan iklim yang kondusif kegiatan olahraga, yang
dilakukan masyarakat atau organisasi olahraga. Pemerintah dalam hal ini adalah para
elite atau para pemimpin pemegang kendali kebijakan dan pengambil keputusan yang
15
secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan kegiatan olahraga. Peran
pertama adalah kemauan dan kemampuan para pemimpin atau pemegang kebijakan di
bidang olahraga dalam memaksimalkan potensi dan sumber daya yang ada untuk
meningkatkan prestasi olahraga. Peran kedua, pemerintah pusat maupun di daerah
mampu membangun, pengadaan, dan menyediakan saran dan prasarana olahraga. Selain
itu, pemeliharaan dan pengelolaan sarana dan prsarana yang sudah ada harus dilakukan.
Biasanya pembangunan fasilitas olahraga menjadi bagian dari perncanaan pembangunan
kompleks pemukiman dan fasilitas sosial yang lain.peran ketiga adalah memfasilitasi
dan membantu peningkatan kualitas profesionalisme dan kompetensi sumber daya
manusia bidang olahraga terutama pelatih-pelatih cabang olahraga yang secara langsung
terjun dilapangan. Program peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi tuntutan
yang mutlak harus dipenuhi, dan hendaknya menjadi program prioritas yang harus
difasilitsi oleh pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah. Peran keempat
adalah dukungan dana yang diperlukan untuk berbagai kegiatan olahraga, kegiatan
penunjang lainya serta pengadaan alat-alat dan pembangunan fasilitas olahraga. Peran
kelima, pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan hukum material maupun
immaterial terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan olahraga. Peran keenam,
pemerintah berkewajiban memberikan penghargaan, tanda jasa, kesejahteraan atau
fasilitas lain kepada semua unsur yang berhasil mengangkat, mengharumkan dan
membela nama bangsa dan negara dalam berbagai kegiatan dengan keolahragaan di
tingkat nsional maupun internasional. Peran ketujuh, pemerintah mampu memfasilitasi
dan menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan industri yang berkaitan dengan
olahraga dan koperasi olahraga. Olahraga saat ini sudah menjadi komoditas industri
yang menjanjikan keuntungan dan masa depan cera di masa yang akan datang. Industri-
industri tersebut antara lain industri alat-alat dan pakaian olahraga, industri hiburan,
industri media masa olahraga, industri periklanan. Program kerjasama antar dunia usaha
dengan lembaga dan organisasi olahraga harus dikembangkan menjadi bentuk
kemitraan yang saling menguntungkan.
d. Partisipsi Masyarakat
Perlu kita bangun paradigma baru tentang pemberdayaan dalam pembangunan
olahraga dan khususnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan olahraga dan
16
khususnya partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kegiatan olahraga prestasi.
Sehingga tanggung jawab dan peran serta msyarakat akan lebih besar dibanding
pemerintah. Pengertian masyarakat di sini adalah semua pihak yang bukan pemerintah,
yang terlibat dan mempunyai komitmen dalam upaya pembangunan olahraga dan
kegiatan olahraga prestasi. Misalnya organisasi-organisasi olahraga (klub-klub
olahraga) masyarakat, organisasi profesi, masyarakat industri atau perusahaan swasta
yang berkaitan dengan olahraga. Pasrtisipasi yang diharapakan dari masyarakat antara
lain pengadaan dan pembangunan sarana dan prasarana olahraga, menghimpun dan
menggali atau menjadi penyandang dana dalam berbagai kegiatan olahraga,
menggerakan dan menggalakan kegiatan olahraga di sekolah, perguruan tinggi, pabrik
atau perusahaan, kantor atau komplek permukiman.
e. Manajemen dan Organisasi Olahraga
Keberhasilan pembangunan dan pembinaan olahraga dan khususnya pembinaan
olahraga prestasi ditentukan oleh faktor manajemen olahraga dan seluruh organisasi dan
olahraga dan seluruh organisasi dan lembaga yang terlibat dan terkait dengan olahraga.
Manajemen olahraga harus dilaksanakan secara sistematis dan terpadu, mencakup
seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI) adalah lembaga non pemerintah yang bertanggung jawab
dalam pembinaan olahraga prestasi. Di bawah KONI terdapat induk-induk organisasi
cabang olahraga yang dibina di Indonesia. Selain itu ada banyak organisasi profesi yang
terkait dengan bidang keolahragaan: Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (ISORI),
Perhimpunan Dokter Olahraga, Ikatan Guru Pendidikan Jasmani, Perhimpunan
Psikologi Olahraga, Ikatan Ahli Fisiologi Olahraga Indonesia, Ikatan Ahli Gizi
Olahraga, Asosiasi Pelatih Olahraga, Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia,
Serikat Wartawan Olahraga, Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia, Badan
Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia. Lembaga pemerintah dan non pemerintah, dan
semua organisasi profesi yang terkait dengan olahraga harus bekerjasama secara
sinergis menentukan arah kebijakan dan tindakan, meningkatkan kinerja untuk
mencapai perkembangan, kemajuan olahraga secara keseluruhan dan terutama dalam
pembinaan olahraga prestasi.
17
f. Sarana dan Prasarana
Untuk melaksanakan kegiatan olahraga prestasi, olahraga masyarakat dan
pendidikan olahraga diperlukan penyediaan dan pengadaan sarana dan prasarana
olahraga yang memadai. Sarana meliputi perlengkapan atau perkakas (equipment) dan
alat-alat olahraga (supplies). Prasana adalah fasilitas yang meliputi stadion olahraga,
lapangan-lapangan permainan, kolam renang, gedung-gedung olahraga (sport hall),
ruang senam, ruang beladiri. Terpenuhinya persyaratan ukuiran standar dan materi
sesuai dengan peraturan-peraturan permainan setiap cabang olahraga. Macam-macam
fasilitas olahraga mencakup kebutuhan untuk kegiatan cabang-cabang olahraga dan
fasilitas yang mendukung kegiatan olahraga. Pengadaan dan penyediaan sarana dan
prasarana ini dapat dilakukan oleh pemerintah, masyarakat atau swasta.
g. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Salah satu faktor yang menentukan dan tidak bisa diabaikan dalam
mengembangkan olahraga terutama pembinanan olahraga prestasi adalah pemanfaatan
dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsekuensinya lembaga-lembaga
pendidikan dan lembaga-lembaga ilmiah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi olahraga tingkat nasional maupun daerah, dan yang ada di instansi pemerintah
harus diberdayakan dan ditingkatkan kinerjannya dan didukung oleh sumber daya
manusia, alat dan fasilitas, dan dana, Lembaga pendidikan antara lain Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Akademi Olahraga, Program Studi Kedokteran olahraga, Program Studi
Kesehatan Olahraga, Penataran Guru Pendidikan Jasmani. Lembaga-lembaga ilmiah
antara lain Pusat pengkajian dan pengembangan IPTEK Olahraga, Pusat Studi Olahraga
di berbagai perguruan tinggi atau Bidng Litbang KONI dan pada induk-induk organisasi
olahraga. Selain itu, sumber daya manusia yang terlibat dalam ilmu pengetahuan dan
teknoligi olahraga harus diperbanyak jumlahnya, ditingkatkan kualitasnya sesuai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi olaharaga. Penelitain-
penelitian dan pengkajian ilmiah di bidang olahraga harus digiatkan dan ditingkatnkan
kualitasnya.
18
2. Sport Medicine Centre
A. Sport Medicine Centre
Pusat kebugaran Olahraga merupakan tempat sekumpulan Ilmu-ilmu yang
membahas segala permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan Olahraga. Olahraga
itu sendiri di samping sebagai tujuan yaitu mencapai prestasi yang setinggi-tingginya
dalam Olahraga Prestasi, hakekatnya adalah juga alat untuk meningkatkan derajat
kesehatan, yang berarti meningkatkan mutu sumber daya manusia. Dengan demikian
maka konsep dasar Kesehatan Olahraga adalah pembinaan mutu sumber daya manusia
menuju sehat seutuhnya sedangkan peran utama sport medicine centre sesuai dengan
pendapat Macleod dan Porteus ( 1990 : 83 ) yang menyatakan peran utama dari pusat
kedokteran olahraga adalah untuk mendiagnosa dan mengobati oleh kedokteran
olahraga dan merehabilitasi atlet ke pusat-pusat kebugaran, mereka dalam berbagai
lembaga potensial dalam waktu sesingkat mungkin serta setelah cedera atau sakit.
Selain itu, kebugaran secara keseluruhan atlet harus dijaga selama treatment, mengingat
masalah fisik dan psikologis yang timbul sebagai akibat dari gangguan signifikan dalam
program pelatihan atlet. Dengan demikian, akses ke fasilitas asesemen kebugaran adalah
menjadi tujuan utama, sedangkan dalam Macleod dan Porteus (1990 : 84)
mendefinisikan Sport Medicine Centre merupakan
“Sebuah pusat kedokteran olahraga juga harus menyediakan program pendidikan
untuk atlet dan pelatih pada pencegahan , perawatan cedera olahraga dasar dan
pengetahuan dari cedera atau penyakit yang mungkin timbul selama olahraga.
Sebuah pusat kedokteran olahraga harus mampu memberikan masukan, atau
mengatur petugas medis, fisioterapis dan memberikan pertolongan pertama
untuk cedera olahraga yang terjadi. Sebuah pusat kedokteran olahraga harus
menyediakan layanan untuk semua disiplin ilmu olahraga”.
Tidak dapat dipungkiri, bagaimanapun, bahwa pusat akan cenderung untuk
mengembangkan kegiatan layanan yang tergantung pada kepentingan dan pengalaman
dari staf dan atlet klien mereka. Ini akan menuntut pengetahuan yang baik dari olahraga
yang bersangkutan, jadwal pelatihan, teknik pembinaan dan peralatan yang digunakan,
jika staf dari pusat kedokteran olahraga akan memberikan saran spesialis yang relevan
tentang pencegahan dan rehabilitasi cedera. Di dalam Macelod dan Porteus ( 1990 : 84
19
) diuraikan Sport Medicine Centre yang berada di Skotlandia, sebuah pusat kedokteran
olahraga harus di bawah pengawasan medis. Supervisor medis harus menyarankan
praktek umum komite pelayanan medis lokal, proposal untuk mendirikan sebuah pusat
kedokteran olahraga dan mencari persetujuan dan dukungan dari komite ini. staf dari
pusat kedokteran olahraga, metode kehadiran dan rujukan pasien, prosedur dokumentasi
dan komunikasi dengan dokter umum pasien sendiri harus dicatat. Proposal untuk
pendanaan pusat dan pengisian pasien harus diuraikan dalam pengajuan kepada komite
pelayanan medis praktek umum. otoritas lokal dan regional juga dapat membantu
dalam pendanaan. pertimbangan etis dari kerahasiaan harus ditegakkan. Seharusnya
tidak ada iklan medis atau paramedis tetapi nama dan kualifikasi dari semua staf yang
bekerja di pusat harus tersedia untuk umum. Semua staf medis dan paramedis harus
menjadi anggota badan profesional yang sesuai dan membawa jaminan asuransi
profesional yang sesuai. dokumentasi Standarisasi untuk catatan medis dan fisioterapi
dianjurkan dan harus terstruktur untuk memfasilitasi audit klinik. Dewan Skotlandia
Olahraga memberikan bentuk record standar untuk pusat-pusat mendukung.
Standar komunikasi dengan dokter pasien sendiri dan, di mana disepakati oleh
pasien, dengan pelatih. kebijakan obat resep harus mahal didefinisikan dan harus
langsung di bawah pengawasan, atau dengan persetujuan, dokter umum atlet.
Penggunaan sampel gratis harus dikontrol dengan ketat dan didokumentasikan. Keadaan
di mana resep pribadi akan dilakukan harus secara jelas didokumentasikan.
Menghindari keterlambatan dalam resep obat, di mana dianggap penting, harus menjadi
salah satu tujuan dari pusat kedokteran olahraga. Akses untuk menyelidiki fasilitas
harus ditetapkan untuk memastikan bahwa penggunaan yang efisien, tanpa melanggar,
laboratorium dan departemen x-ray. pengaturan lokal mungkin mendikte bahwa
investigasi disusun dengan dokter umum atlet, kecelakaan rumah sakit setempat dan
gawat darurat atau dengan akses terbuka setuju. Menghindari keterlambatan dalam
penyelidikan di mana dianggap penting, harus menjadi salah satu tujuan dari pusat
kedokteran olahraga. pengaturan keuangan harus didefinisikan secara jelas. Biaya yang
atlet, akan dikenakan biaya harus siap tersedia untuk pemeriksaan. Biaya yang akan
dibahas oleh para atlet biaya harus diidentifikasi terlebih dahulu, misalnya honorarium
untuk staf, peralatan dan bahan habis pakai, akomodasi, asuransi, tarif dll Setiap pusat
kedokteran olahraga diharapkan menghasilkan laporan tahunan, salinan yang harus
20
diteruskan ke Dewan Skotlandia Olahraga pada akhir setiap tahun keuangan. Dewan
Olahraga Skotlandia, dengan saran dari kelompok konsultatif pada kedokteran olahraga
dan ilmu olahraga, telah menyusun starter pack peralatan fisioterapi dan bahan habis
pakai. Olahraga pusat obat yang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam pedoman di
atas menerima dana untuk item ini dari Dewan Olahraga Skotlandia untuk membantu
menutupi biaya awal mereka. Kartu rekam medis dan komputerisasi telah dirancang
mengikuti diskusi luas dan komentar dari pusat kedokteran olahraga. Kartu catatan
diterbitkan tanpa biaya ke pusat olahraga obat pada pemahaman bahwa salinan catatan
dikumpulkan terpusat oleh Dewan Olahraga Skotlandia dan bahwa data yang dihasilkan
tersedia untuk analisis dan penelitian. Di dalam Macleod dan Porteus (1990 : 84)
menjelaskan forum pendidikan yang diadakan oleh Dewan Olahraga Skotlandia dan
kelompok konsultatif yang menyelenggarakan pertemuan tahunan atas nama pusat
kedokteran kedokteran dan masing-masing pusat kedokteran olahraga membawanya
pada gilirannya untuk bertindak sebagai tuan rumah untuk pertemuan. Program ini
dibagi rata antara presentasi administrasi dan akademik dan telah terbukti sangat
berharga. Selain itu, pusat-pusat kedokteran olahraga didorong untuk mengatur
pertemuan mereka sendiri untuk kedua pengembangan staf dan pendidikan komunitas
medis, fisioterapi atau olahraga lokal.
Mcdonald ( 1990 : 10-12 ) menerangkan crystal palace sport centre yang
diadalamnya terintegrasi dengan fasilitas Sport Medicine Centre terdapat fasilitas
termasuk tiga kamar konsultasi, area terbuka besar pengobatan, gymnasium, ruang
mandi, ruang ganti, ruang tunggu, akomodasi kantor dan ruang staf. Ruang mandi besar
dilengkapi dengan built-in mandi faradic kaki, wastafel USG, dan mobile Lo-anak
Whirlpool mandi. Ada tempat tidur es besar yang dibangun pada ketinggian yang bisa
diterapkan untuk pengobatan, casting untuk orthotics, dan taping. Ruang basah juga
dilengkapi dengan hydrocollator dan mesin es besar. Sebuah mesin cuci dan pengering
kesepakatan dengan sejumlah besar handuk dan es handuk yang digunakan sehari-hari.
Rencana perawatan daerah terbuka memiliki sembilan sofa perawatan hidrolik dan unit
traksi. Fisioterapi modalitas listrik termasuk diapulse, curapuls, gelombang pendek,
interferential, diadynamic, USG, faradism, orthotron, multistim dan kecil unit portabel
seperti Q pulse, centicure, REBOX, TNS, pompa flowtron dll Wilayah latihan bebas
dilengkapi dengan tiga tempat tidur yang rendah dan rehabilitasi peralatan kecil biasa
21
termasuk rocker / papan goyangan dalam berbagai ukuran, papan Fitter Pro untuk
pelatihan dan rehabilitasi, penjaga, sepatu berat, bola obat-obatan dan berbagai macam
pipa karet untuk latihan kekuatan. Gym berkaca-kaca pada dua dinding untuk visibilitas
yang jelas. Hal ini dilengkapi dengan lima buah Norsk peralatan urutan pelatihan, unit
latihan kekuatan Schnell M3, treadmill, ergometers sepeda, sistem katrol bilateral,
dinding bar, roda bahu, roller pergelangan tangan, bobot, mesin uji kekuatan otot dan
perekam, bersama-sama dengan peralatan pengujian kebugaran kecil seperti pulsa
meter, cardiotesters dynamometers dan flexometers dll peralatan ini digunakan terutama
untuk rehabilitasi fisik tetapi juga digunakan untuk program kekuatan dan fleksibilitas.
The Norsk peralatan latihan kekuatan itu, dan masih dapat, digunakan untuk kelas
pelatihan kebugaran terorganisir.
B. Aspetar – Rumah Sakit dan Pusat Kedokteraan Olahraga
Pada tahun 2009, Aspetar - Rumah Sakit ortopedi dan pusat kedokteran
olahraga resmi terakreditasi sebagai Federasi Internasional Asosiasi Sepakbola ™
(FIFA) Medical Centre of Excellence (F-MARC) oleh FIFA Chief Medical Officer.
Aspetar Sports Medicine Centre yang pertama di kawasan ini untuk menerima
kehormatan seperti itu, dan bergabung dalam 49 daftar bergengsi pusat kesehatan dan
klinik di seluruh dunia yang juga telah terakreditasi untuk standar yang tinggi ini.
1. Fasilitas Aspetar
Untuk membantu atlet menjaga kondisi kebugaran mereka saat mereka pulih
dari cedera, Departemen Rehabilitasi Aspetar memiliki area kebugaran yang besar dan
fungsionl sepenuhnya dikelola oleh pelatih fisik dilatih untuk mengelola kebutuhan
kebugaran pasien. Dilengkapi dengan peralatan yang Inovatif dan berbagai program dan
latihan khusus, sementara staf Apetar sangat terlatih melakukan penilaian yang
mendalam sebelum membuat program individual untuk setiap pasien. Langkah-langkah
ini melindungi daerah yang sudah terluka sementara mempertahankan, atau bahkan
meningkatkan, sisa tubuh selama pemulihan atlet dari cedera untuk kembali ke
olahraga. Selain itu, tim Aspetar dari pelatih fisik bekerja sama dengan tim rehabilitasi
22
pria dan wanita dari fisioterapis untuk memastikan pemrograman yang optimal untuk
pasien dari satu hari.
The Alter G treadmill memberikan kemungkinan untuk menjaga tingkat
kebugaran Anda dan mobilitas meskipun Anda memiliki cedera tubuh bagian
bawah. Anda dapat menjalankan dengan hanya 10% dari berat badan Anda yang
menghindari tekanan pada lutut yang cedera atau pergelangan kaki. Dengan waktu,
fisioterapis akan meningkat secara bertahap persentasi sampai pasien mencapai 100%
dari berat badan Anda.
Gambar 2.1 gambar Alter G treadmill ASPETAR
Sumber http://www.aspetar.com/
• Kami memiliki 4 kamar operasi berdasarkan di lantai pertama dengan mengangkat
langsung ke bangsal. Kami memiliki 50 kamar tidur pasca operasi tetapi hanya 25 yang
digunakan saat ini.
• kami 3 ahli bedah berdasarkan Aspetar mengkhususkan diri dalam lutut, bahu dan
pergelangan kaki, tetapi kami juga mengembangkan program ahli bedah mengunjungi
yang akan datang kira-kira setiap 5 minggu dan mengkhususkan diri dalam bagian
tertentu dari tubuh seperti tangan, pinggul, rasa sakit tumbuh , dll
• Kami sedang menciptakan DVD informatif di cedera tertentu. Tujuannya adalah untuk
mengurangi sebanyak mungkin stres dan kecemasan pada atlet.
23
• sesi fisioterapi Pra-operasi yang ditawarkan kepada atlet untuk mengajarinya latihan
rumah, berjalan dengan kruk, dll
Fasilitas Olah Raga di Aspire Academy menawarkan berbagai negara peralatan
dan teknologi untuk memantau dan menilai kesehatan dan status atlet. pemantauan rutin
dan tes diagnostik berlangsung di lapangan dan laboratorium. Aspetar menyediakan
analisis kinerja, pengujian biomekanik, penilaian fisiologis dan biokimia, dan dukungan
psikologi olahraga di sisi trek. Selain itu Aspetar memiliki penilaian berikut:
• Antropometri suite, termasuk DEXA dan laser scanner
• Dua suite fisiologi yang lengkap untuk pengujian latihan bergradasi
• Biokimia Suite memungkinkan untuk hematologi / hormonal fungsi / imunologi
• Fasilitas Biomekanik yang meliputi analisis gerak dan kinematika suite serta isometrik
/ pengujian kinetik
• Tiga kekuatan dan pengkondisian suite untuk kekuatan dan pengkondisian daya /
penilaian
• Dua fasilitas pelatihan hipoksia
Jalur pemanasan adalah salah satu Aspire Fasilitas zona dan itu termasuk ukuran
lapangan sepak bola resmi dan jalur lari di samping gedung administrasi yang
mencakup semua fasilitas atlet dan ofisial.
Aspetar Rehabilitasi saat ini memiliki dua kolam renang hidroterapi dengan
pembuangan. Salah satu kolam renang adalah kolam resistensi dan sangat baik untuk
mengamati teknik perenang melalui melihat jendela atau untuk memperkenalkan
hidroterapi untuk pasien terbiasa dengan bentuk terapi. Kolam lain adalah kolam rehab
besar dengan treadmill bawah air dan berbagai macam peralatan yang digunakan dalam
hidroterapi. fisioterapis Aspetar yang berpengalaman dan berpengetahuan dengan upaya
rehabilitasi fisioterapi untuk Pria dan Wanita Unit Rehabilitasi dengan program dinamis
dan individual yang nyaman dan menantang. Aspetar menyediakan pasien dengan
layanan pencitraan yang komprehensif. Dari x-ray sederhana untuk sistem pencitraan
terbaru, ahli radiologi dan teknologi Aspetar menawarkan berbagai pilihan pencitraan
untuk membantu dalam diagnosis dan pengobatan cedera olahraga dan trauma. MRI,
24
CT, USG, Flouroscopy dan X-Ray adalah segala bentuk pencitraan digital yang tersedia
di Departemen Radiologi di Aspetar. Gambar-gambar ini disimpan pada arsip citra
digital dan langsung tersedia untuk dilihat oleh staf medis setiap saat dari mana saja di
rumah sakit.
2. Departement Sport Science
a) Psikologi Olahraga
Sebagai bagian dari komitmen Aspetar untuk mencapai keunggulan layanan
klinis dalam kedokteran olahraga, Unit psikologi Aspetar menyediakan baik dukungan
psikologis pra dan pasca-operasi untuk semua atlet yang terdaftar di Qatar. Sementara
layanan ini tersedia untuk semua pasien bedah.
Bantuan psikologis terus juga diberikan sebagai bagian dari tim interdisipliner
untuk atlet menjalani rehabilitasi untuk memastikan kesiapan yang optimal untuk
kembali ke olahraga. Selain itu, konsultasi psikologis mengatasi berbagai masalah
kesehatan mental dan psikologis yang berkaitan yang tersedia untuk pasien rawat jalan.
anggota Unit psikologi Aspetar ini menyediakan layanan psikologi olahraga diterapkan
dengan dukungan terintegrasi untuk bekerja dengan berbagai federasi nasional program
kinerja tinggi melalui National Sport Medicine Program (NSMP). psikolog Aspetar ini
bekerja sama dengan pelatih dan atlet untuk mengembangkan strategi individual dan
kinerja tim Performance enhancement (manajemen stres, pengendalian emosi,
mengoptimalkan pemulihan dan aktivitas regenerasi, memperkuat dinamika tim dan
kohesi dll). layanan psikologis dicapai secara pendekatan holistik, mengenai kesehatan
mental dan kesejahteraan kedua atlet Qatar dan atlet elit internasional yang datang ke
Aspetar.
b) podiatri olahraga
podiatri olahraga mengkhususkan diri dalam diagnosis, manajemen dan
pencegahan cedera kaki dan tungkai bawah dan gangguan. Kondisi ini berkisar dari arch
pain, nyeri tumit dan shin splints sampai nyeri lutut anterior dan nyeri punggung bawah.
25
podiatris Aspetar yang berpengalaman menggunakan alat pemotong tepi, seperti
video berkecepatan tinggi, di-sepatu tekanan plantar dan electromyo analisis grafis,
untuk memberikan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor biomekanik yang
berkontribusi terhadap cedera tertentu. Perawatan Podiatric fokus pada peningkatan
fungsi ekstremitas bawah dan mengurangi beban yang berlebihan pada daerah yang
terluka melalui peregangan, penguatan, saran alas kaki, saran pelatihan dan penggunaan
orthoses kaki. Aspetar memiliki laboratorium orthotic digital penuh di mana Podiatrists
mampu merancang dan memproduksi orthoses kaki kustom sepenuhnya individual yang
mungkin kemudian dipasang ke sepatu seorang atlet. Podiatris Aspetar memiliki
pengalaman yang luas bekerja dengan atlet mulai dari orang hanya ingin aktif, atlet
Olimpiade dan Juara Dunia di berbagai olahraga.
c) Gizi Olahraga
Olahraga dan Kinerja Nutrisi layanan menawarkan akses ke informasi terbaru
tentang gizi olahraga praktis dan membantu atlet mendapatkan lebih dari pelatihan dan
kinerja kompetisi. Secara klinis, Aspetar memiliki tim spesialis ahli gizi dalam
rehabilitasi yang berfokus pada gizi dan cedera untuk meningkatkan hasil pengobatan.
Departemen juga memiliki staf difokuskan pada nutrisi kinerja yang mendukung
berbagai macam kedua olahraga tim senior dan atlet terdaftar individu di seluruh Qatar.
Ini termasuk bola tangan, voli, tenis, renang dan squash, dan krusial memberikan penuh
ahli gizi waktu olahraga untuk senior Qatar National, Olimpiade dan U-20 tim sepak
bola nasional. Departemen ini juga memimpin dalam berbagi praktik terbaik dan
pengetahuan tentang semua aspek gizi olahraga di Zona Aspire dengan memberikan
workshop reguler untuk pemain, pelatih, staf dan profesional olahraga lainnya, termasuk
serangkaian berfungsi penuh dari lokakarya nutrisi untuk koki yang bekerja dalam
olahraga dan NSMP dokter olahraga.
d) Fisiologi latihan
Fisiologi latihan berfokus pada respon akut dan kronis dari pelatihan olahraga
khusus untuk atlet yang kompetitif. Fungsi utama dari Departemen Fisiologi adalah
26
untuk memantau pelatihan dan kompetisi untuk menilai tuntutan olahraga, dan tingkat
stres fisik dan fisiologis pada atlet. Pendekatan terpadu yang kemudian dibawa untuk
bekerja dengan pelatih, atlet dan para ilmuwan, dalam lingkungan pelatihan, untuk
membuat rekomendasi untuk membantu organisasi meningkatkan kinerja atlet.
pengujian kinerja disusun dalam rencana kinerja tahunan olahraga, dan dilakukan dalam
satu laboratorium kinerja Aspetar ini, atau di lapangan. Komitmen Aspetar untuk
penelitian terapan disediakan dalam kemitraan dengan sejumlah anggota Aspire Zone
dan organisasi olahraga internasional. Aspetar secara konsisten mendukung tim
olahraga lokal dan internasional melalui Aspetar ketinggian asrama. Dalam
hubungannya dengan departemen Olahragawan Kesehatan dan Kinerja Pusat Penelitian,
fisiologi kami bertujuan untuk memahami hubungan antara paparan ketinggian dan
beban latihan, dan memberikan pemantauan yang komprehensif untuk mengunjungi
atlet menggunakan fasilitas ini untuk meningkatkan kinerja mereka.
3. Sport Medicine department
a) Screening atlet
Aspetar screening Olahragawan ini dan Departemen Kardiologi olahraga
melakukan penilaian medis pada atlet untuk berbagai alasan, termasuk penilaian untuk
penandatanganan kontrak baru. Penilaian kesehatan tahunan; penilaian pemeriksaan
jantung, atau penilaian kardiologi penuh dan menindaklanjuti. Setiap penilaian medis
terdiri dari komponen yang berbeda dan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing individu atlet. Sementara setiap tes khusus untuk setiap orang, sejumlah
komponen yang standar di seluruh papan, seperti:
• screening jantung (termasuk EKG, dan investigasi sering lebih seperti ECHO atau
Cardiac MRI)
• Tes latihan Treadmill / siklus, termasuk analisis gas
• Rinci medis dan cedera kuesioner
•Tes laboratorium
• penilaian Gigi
27
• penilaian otot Biodex
• penilaian fungsional Fisioterapi (termasuk FMS)
• Spirometri
• penilaian ketajaman Visual
• pemeriksaan medis dan muskuloskeletal Umum yang dilakukan oleh Olahraga dan
Latihan Medicine Dokter yang berpengalaman. Sebuah laporan ringkasan disediakan
pada akhir penilaian dengan rekomendasi untuk tindakan apapun
b) Kardiologi olahraga
Atlet dikenal karena tingkat kebugaran mereka yang luar biasa, tetapi dalam
beberapa tahun terakhir sebagian kecil namun penting dari atlet menderita apa yang
disebut suddent cardiac death (SCD). Sekitar 80% dari kematian mendadak non-
traumatik pada atlet di bawah usia 35 tahun yang dikaitkan dengan sejumlah gangguan
jantung keturunan atau bawaan yang mempengaruhi mereka untuk aritmia ventrikel
ganas. Sementara masih persentase minimal, konsistensi yang SCD lazim pada atlet
muda telah menyerukan pelaksanaan program skrining terorganisir oleh sebagian besar
badan olahraga yang mengatur utama, termasuk Komite Olimpiade Internasional (IOC)
dan FIFA (FIFA) . Aspetar Sports Kardiologi Project, yang didirikan pada tahun 2008,
memberikan izin medis untuk setiap atlet muda yang ingin berpartisipasi dalam
olahraga melalui evaluasi yang sistematis rutin dimaksudkan untuk mengidentifikasi
kelainan jantung yang belum ada, sehingga mengurangi potensi efek samping dan
kematian. Meskipun keberhasilan dicapai sejak pengujian telah dilaksanakan, salah satu
perhatian utama awal tentang pengujian jantung pada atlet masih tetap. Karena
modifikasi jantung listrik dan struktural, validitas interpretasi elektrokardiogram bisa
sangat sulit untuk memastikan sebagai konsekuensi dari aktivitas fisik secara teratur dan
intensif, yang disebut 'atlet jantung', yang kadang-kadang tumpang tindih dengan
gangguan jantung umumnya terlibat dalam kematian jantung mendadak. Perubahan ini
berbeda antara etnis, dan Aspetar, melalui Olahraga Kardiologi Project, adalah
pemimpin dunia dalam memahami dampak dari etnis seorang atlet, khususnya etnis
Asia Barat (meliputi Teluk, Timur Tengah, Maghreb, Persia dan Asia Timur) pada
28
adaptasi kardiovaskular yang disebabkan oleh olahraga teratur dan intensif. Berdasarkan
kesadaran fenomenal bahwa Proyek Olahraga Cardiology telah mengumpulkan sejauh
ini, Aspetar telah menghasilkan lebih dari 50 artikel dalam jurnal ilmiah peer-review,
termasuk dua British Journal isu-isu khusus Sports Medicine di 'Sports Cardiology',
menguraikan bagaimana membantu dokter dalam menurunkan risiko keliru menafsirkan
EKG dan ECHO perubahan atlet Arab, sehingga membatasi jumlah diskualifikasi
olahraga yang tidak perlu. Pada bulan Oktober 2014, Aspetar disampaikan pertama saja
IOC maju dalam Olahraga Cardiology di luar Eropa dan Amerika Utara dan, sampai
saat ini, telah disaring dekat dengan 10.000 atlet, dengan lebih dari 150 atlet dengan
kondisi jantung yang menjalani pemeriksaan rutin dengan Aspetar.
c) Rehabilitasi Lapangan
Departemen Rehabilitasi di Aspetar peduli untuk pasien Aspetar dari saat cedera
awal mereka sampai saat pasien kembali ke olahraga. Namun sebelum pulang, pasien
Aspetar anggota tim rehabilitator langsung akan kembali memperkenalkan atlet yang
cedera untuk latihan dan keterampilan yang akan dibutuhkan ketika mereka kembali ke
cabang olahraga mereka. Teknik ini memastikan mereka re-introduksi dilakukan secara
bertahap dan aman, dan juga berfungsi sebagai penghubung antara tahap rehabilitasi
perawatan dan atlet kembali ke tindakan. jasa olahraga rehabilitator kami disediakan di
lapangan sepak bola kami atau dalam gedung olah raga kami, tergantung pada pelatihan
yang diperlukan untuk olahraga khusus mereka. Tim kami kelas ahli memiliki latar
belakang yang kuat dalam berbagai macam olahraga yang dikombinasikan dengan
komunikasi yang erat dengan kedua fisioterapi rehabilitasi wanita dan pria, menciptakan
sebuah jembatan untuk memungkinkan atlet yang cedera untuk kembali ke olahraga
khusus mereka yang telah dipersiapkan. Sumber http://www.aspetar.com/medical-
services-single.aspx?id=36, diunduh pada tanggal 07.06.2016
29
3. Cedera Olahraga / Sport Injury
Penanganan dan manajemen cedera olahraga telah menjadi aspek multi
dimensional dan sangat berhubungn erat dengan ilmu olahraga. Kedokteran olahraga
merupakan daerah yang berbeda dari studi profesional dalam bidang yang lebih luas
dari ilmu kedokteran itu sendiri karena cedera olahraga berbeda dengan pengobatan
jenis lain dari cedera fisik. Cedera didefinisikan sebagai segala bentuk kerusakan atau
luka yang diderita oleh tubuh manusia, tidak peduli bagaimana dengan terjadinya cedera
itu. Cedera dapat dapat terjadi karena tindakan sendiri, seperti terkilir pergelangan kaki
yang diderita saat bermain basket, atau melalui dampak kekuatan lingkungan, seperti
panas atau dingin. Cedera mungkin disengaja, cedera mungkin dapat terjadi karena
tindakan yang disengaja dari pihak ketiga, atau mungkin merugikan diri sendiri. Tubuh
tidak membuat perbedaan fisiologis antara cedera olahraga dan non-olahraga; tubuh
merespon kerusakan berkelanjutan untuk jaringan, tulang, organ, atau sistem tidak
peduli bagaimana cedera itu disebabkan K. Lee Lerner et al ( 2007 : 676 ). Ketika
digunakan sebagai kata sifat untuk menggambarkan jenis cedera, istilah sport
didefinisikan sebagai setiap permainan, kompetisi, latihan atau program pelatihan yang
membutuhkan aktivitas fisik. Pada suatu waktu, cedera olahraga yang dianggap hanya
cedera yang terjadi dalam perjalanan kompetisi. Luka yang diderita sementara atlet
berlatih dan mengalami cedera olahraga. Cedera olahraga yang paling baik dipahami
sebagai bagian dari siklus atau rangkaian kegiatan fisik. Cedera olahraga tidak terjadi
dalam kekosongan, di mana cedera mengarah secara progresif untuk penanganan cedera
dan pada tahap pemulihan. Cedera olahraga terjadi dengan latar belakang yang
kompleks yang mencakup tingkat kemampuan atlet, pengalaman atlet dalam olahraga,
kesehatan umum dan sejarah kebugaran, dan keinginan atlet untuk kembali ke olahraga
setelah recovery.
Menurut K.Lerner et al ( 2007 : 677 )” Faktor-faktor latar belakang akan
sering mempengaruhi pendekatan yang diambil oleh atlet dan tenaga medis
untuk pengobatan dan rehabilitasi. Cedera adalah fakta dari kehidupan olahraga.
Dalam kebanyakan olahraga, itu bukan pertanyaan tentang apakah seorang atlet
akan mengalami cedera kembali, melainkan ketika cedera akan terjadi dan
sejauh apa cedera yang dialami oleh atlet tersebut”.
30
K.Lerner et al ( 2007 : 678 ) Faktor-faktor internal yang mempengaruhi
terjadinya cedera olahraga adalah sebagi berikut:
a. Cedera atletik hasil dari partisipasi dalam olahraga itu sendiri, seperti petinju
mengalami gegar otak akibat menerima pukulan lawan ke kepala, atau pemain
basket menangis karena mengalami cedera pada ligamen anterior (ACL) di lutut.
Atau, partisipasi dalam olahraga dapat mengungkapkan adanya kondisi fisik
yang sudah ada atau yang mendasarinya.
b. Contoh dari cedera olahraga bertindak sebagai agen yang mengekspos sudah ada
kondisi fisik meliputi panjang kaki yang tidak sama di pelari; panjang kaki tidak
sama berkontribusi pada kekuatan langkah kaki yang tidak sama yang biasa
mengakibatkan fraktur pada tibia.
c. Kondisi fisiologis laten lain yang diungkapkan oleh latihan termasuk kelemahan
dalam sistem kardiovaskular, seperti jantung berdetak tidak teratur.
d. Ada sejumlah olahraga di mana peserta khusus dalam kegiatan ini membawa
pandangan mental tertentu untuk olahraga yang disertai dengan kemungkinan
yang lebih besar dari cedera. Contohnya adalah pendekatan pelatihan diadopsi
oleh banyak atlet dengan olahraga yang bersifat daya tahan, seperti pelari
maraton dan triathlon, salah satu yang sering dinyatakan sebagai '' No pain, No
gain. '' Pada artikulasi yang paling dasar, pendekatan ini kemajuan dalil bahwa
jika atlet adalah tidak menderita untuk beberapa level yang cukup besar dalam
latihan, atlet tidak akan pernah mencapai kesuksesan kompetitif.
Sejumlah penelitian telah mengkonfirmasikan bahwa atlet tersebut jatuh korban
dengan frekuensi yang jauh lebih besar dari overuse dan over training injury, seperti
fraktur stres dan kerusakan sendi serius. Ini merupakan tantangan yang signifikan untuk
menghalangi atlet dengan ini pola pikir pelatihan mendasar dari pendekatan ini dengan
maksud untuk mengurangi risiko cedera pribadi dalam K.Lerner et al ( 2007 : 677 )
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya cedera olahraga adalah sebagi
berikut:
31
a. Tekanan mental eksternal yang dapat diarahkan atlet sering menyebabkan
pendekatan berlebih selama latihan yang menghasilkan cedera olahraga.
Tekanan orangtua pada atlet muda untuk berprestasi.
b. Tekanan yang sama diarahkan dari pelatih terhadap atlet dapat membuat pola
pikir yang membuat kemungkinan cedera yang lebih besar.
K.Lerner et al., ( 2007 : 677 ) menyatakan perbedaan utama dalam
pengobatan cedera olahraga dengan luka yang dialami dalam populasi umum adalah
tingkat dan tujuan dari pengobatan rehabilitasi diarahkan ke masing-masing keahlian.
Profesi medis, baik dalam praktik umum atau dalam olahraga, memiliki kewajiban
untuk mengobati kondisi fisik yang melemahkan, pengobatan cedera olahraga adalah
kombinasi dari kecepatan, keinginan untuk return to sport . Atlet untuk bertindak
secepat mungkin, dan untuk berlatih dengan tujuan pencegahan cedera serupa di masa
yang akan datang.
Dalam olahraga profesional, ada faktor tambahan, insentif keuangan sangat
berpengaruh signifikan untuk tim dan atlet untuk membuat cepat sembuh. Contoh
kecepatan yang biasanya berhubungan dengan kedua diagnosis dan dimulainya
pengobatan cedera olahraga ditemukan dalam sifat alat diagnostik yang digunakan
untuk mengobati, personnel—x rays , teknologi Magnetic Resonance Imaging (MRI),
dan komputer tomography (CAT) scan. Kebanyakan tim olahraga profesional dan
banyak program perguruan tinggi, seperti Divisi elit partisipan sekolah di Collegiate
Athletic Association (NCAA) kompetisi Nasional di Amerika Serikat memiliki akses
langsung ke alat-alat ini.
Operasi arthroscopic adalah pengembangan yang paling penting dalam
penanganan cedera olahraga cedera sejak 1980. arthroscope adalah perangkat bedah
kecil yang dilengkapi dengan kamera yang memungkinkan ahli bedah untuk memeriksa
keadaan didalam sendi yang terluka melalui sayatan kecil. Prosedur arthroscopic
merevolusi pengobatan luka pada lutut, siku, dan bahu, sebagai ahli bedah tidak
dibutuhkan untuk melakukan prosedur invasif untuk mencapai tujuan bedah sederhana.
Banyak kemajuan teknologi dalam teknik arthroscopic sejak tahun 1980 telah didorong
oleh keinginan untuk sepenuhnya merehabilitasi.
32
Operasi sekarang standar untuk memperbaiki sendi siku, ulnaris ligamentum
cruciatum (UCL), sering rusak sebagai akibat dari tekanan yang terjadi dalam bisbol
Pitching, pertama kali dikembangkan oleh Dr Frank Jobe, sport medicine California
spesialis ortopedi, pada tahun 1973. Banyak prosedur arthroscopic digunakan di bahu
dan lutut perbaikan yang diprakarsai oleh ahli kedokteran olahraga Amerika James
Andrews, dimulai pada pertengahan 1980-an.
The Super Study dalam K.Lerner et al., ( 2007 : 678 ) mengklasifikasikan
empat klasifikasi umum berdasarkan setiap klasifikasi yang didasarkan dari jumlah
waktu yang dibutuhkan atlet untuk tidak beraktifitas dari latihan dan bertanding selama
cedera.
a. level I cedera tidak akan mengganggu athlete's participation dalam olahraga
atau kegiatan, dan tidak ada masalah berikutnya yang dihasilkan dari cedera.
Contoh cedera Tingkat I termasuk pemain sepak bola dengan bahu memar yang
tidak mempengaruhi mobilitas nya.
b. Level II cedera adalah salah satu yang memerlukan atlet untuk kehilangan
setidaknya satu sesi pelatihan atau acara yang kompetitif, tapi tidak lebih dari 1
bulan kegiatan (praktek atau kompetisi) cedera.
c. Level III dapat mengesampingkan atlet selama minimal 1 bulan aktivitas.
d. Level IV memiliki definisi yang sama seperti kejadian Tingkat III, kecuali
bahwa atlet itu memerlukan mendapatkan perawatan medis di ruang gawat
darurat rumah sakit, menjalani operasi atau intervensi medis lainnya.
Rehabilitasi ini sering diawasi oleh salah seorang fisioterapis, pelatih atletik,
atau keduanya.
4. Kedokteran Olahraga / Sport Medicine
Kedokteran olahraga adalah spesialisasi medis yang relatif baru. Sampai tahun
1980-an, tim dokter dalam program olahraga profesional adalah dokter spesialis
ortopedi dengan minat dalam olahraga, tidak ada pelatihan khusus atau program
pendidikan untuk mendukung praktek medis olahraga.
33
K.Lerner et al., ( 2007 : 681 ) menyatakan “Fokus utama dari dokter adalah
reaktif, antara lain untuk melakukan hal pencegahan cedera, diagnosa,
perawatan, dan rehabilitasi cedera adalah fungsi yang sedang berlangsung yang
paling penting dalam kedokteran olahraga”.
Peningkatan kemampuan atlet dan pelatih untuk mencapai latihan dan
kompetisi adalah dorongan dalam pengembangan sport medicine sebagai disiplin yang
diakui dalam profesi medis. pendidikan kedokteran olahraga saat ini mencakup berbagai
ilmu, yang masing-masing memberikan kontribusi untuk pelatihan kesehatan, diagnosa,
pengobatan, perbaikan, dan rehabilitasi atlet. Seorang praktisi kedokteran olahraga akan
menjadi bagian dari upaya pengobatan yang terkoordinasi yang melibatkan sejumlah
ahli yang berkumpul menjadi satu kesatuan. Kedokteran olahraga modern tidak
diarahkan hanya untuk pengobatan dan perbaikan cedera, tujuan akhir, sehubungan
dengan cedera atletik adalah peningkatan penyembuhan, pemulihan, dan bebas dari
keterbatasan untuk beraktivitas, bebas dari rasa sakit untuk kembali berolahraga.
Tujuan pendidikan kedokteran olahraga untuk semua hal diatas. Kedokteran olahraga
dipengaruhi oleh sejumlah bidang, beberapa diantaranya dalam bidang dokter, dengan
kemampuan lain yang berakar dalam berbagai aplikasi kinerja olahraga.
Kemampuan mereka termasuk obat-obatan, dengan penekanan khusus pada
spesialisasi ortopedi, kedua perawatan bedah dan non-bedah, dan physiatry, rehabilitatif
dan spesialisasi physical medicine. Perbedaan lain spesialisasi medis yang merupakan
bagian dari pendidikan kedokteran olahraga adalah subscript ortopedi, rekonstruksi
sendi. Penelitian medis, dengan mana semua pendidikan kedokteran olahraga harus
menjadi satu kesatuan, berkelanjutan, bidang yang dinamis yang didorong oleh studi
dari disiplin ilmu seperti biomekanik dan ilmu anatomi manusia.
Olahraga lainnya aplikasi obat podiatri, pengobatan kaki dan prosesnya, dan
ilmu olahraga (kinesiologi), studi tentang gerakan manusia. Pengobatan yang efektif
dan pengelolaan cedera olahraga membutuhkan landasan yang solid dalam mekanika
tubuh. Seorang ahli kedokteran olahraga mungkin tidak secara fisik langsung kursus
sehari-hari terapi atletik; pemahaman apa terapis dapat capai adalah mendasar untuk
resep pengobatan untuk cedera. Namun, bagaimana seorang atlet dilatih merupakan
komponen penting untuk memahami jalannya kemungkinan rehabilitasi dan pemulihan
akan dialami oleh atlet.
34
Menurut K. Lerner et al., ( 2007 : 682 ) Pendidikan kedokteran olahraga
menempatkan penekanan utama pada kebutuhan untuk menyediakan atlet dengan
penilaian fisik sebelum partisipasi mereka dalam olahraga. Penilaian ini akan sering
diberikan dalam hubungannya dengan pelatih atau terapis atletik, jika ada kekhawatiran
mengenai cedera yang sudah ada sebelumnya atau kondisi, atau ketika tenaga medis
sedang mencari untuk mengidentifikasi kondisi bawaan seperti aritmia jantung (detak
jantung tidak teratur). Dalam banyak olahraga, yang Sports medicine profesional akan
berhubungan dengan teknik mikro-operasi yang menyediakan kecanggihan yang
merupakan perbaikan kurang invasif sendi seperti lutut atau siku, adalah khusus
berkembang pesat dalam pengobatan ortopedi. Physiatry, yang rehabilitatif dan fisik
obat khusus merupakan aspek penting dari pendidikan kedokteran olahraga. Terkait
dengan upaya rehabilitatif semua adalah arah dari semua upaya yang mendukung
pemulihan atlet luar lingkup tradisional pelatihan-medis penciptaan orthotics yang tepat,
dan pemanfaatan pengobatan alternatif seperti fisioterapi dan pijat.
Kedokteran olahraga berhubungan dengan cedera atau penyakit yang dihasilkan
dari kegiatan dalam olahraga dan aktivitas atletik. Hal ini berkaitan dengan
berfungsinya tubuh manusia dan dengan pencegahan, pengobatan cedera atletik. Bidang
ini terus berkembang karena berbagai alasan. Semakin banyak orang mencari untuk
meningkatkan atau mempertahankan tingkat kebugaran mereka dengan terlibat dalam
kegiatan olahraga yang lebih luas dari sebelumnya berbanding lurus dengan jumlah
peserta olahraga yang semakin bertambah, ada peningkatan jumlah jenis risiko tinggi
pada kegiatan olahraga. Akibatnya, banyak orang (yang umumnya kurang terlatih)
berpartisipasi dalam kegiatan atletik lebih beresiko seperti atlet rekreasi, sedangkan
atlet profesional sebagai saksi dalam perkembangan evolusi dan pertumbuhan
kedokteran olahraga. Kemajuan ini merupakan dampak dari hasil keuangan yang
meningkat untuk kompetisi profesional, yang telah meningkatkan dedikasi untuk
keberhasilan dalam bidang olahraga, dan peningkatan pada biaya keselamatan fisik.
Selanjutnya, atlet yang sebelumnya berlatih secara musiman sekarang memilih untuk
menjalani pelatihan sepanjang tahun untuk memperoleh keunggulan atas pesaing
mereka. Dengan pertumbuhan eksplosif dalam popularitas olahraga, telah ada minat
meningkat di antara anggota profesi kesehatan untuk mengejar karir di bidang ini.
35
Untuk menangani bertambahnya cedera yang berhubungan dengan olahraga,
pelatih dan dokter telah bersatu untuk mengembangkan fasilitas olahraga. Karena
semakin pentingnya olahraga elit dan olahraga rekreasi, permintaan untuk diagnosis
yang akurat dan pengelolaan cedera olahraga semakin bertambah. Sebagai tindak
lanjutnya, subspesialisasi baru yaitu kedokteran olahraga semakin berkembang.
a. Karir Di sport Medicine
Kedokteran olahraga melibatkan tim komprehensif profesional dalam bidang
kesehatan yang terlatih dari berbagai latar belakang. Jenifer L. Miningh ( 2007 : 4-9 )
menyatakan Kedokteran olahraga bukanlah profesi tunggal, melainkan payung di mana
ada profesi yang beragam dan banyak kesempatan kerja yang tersedia. Berikut adalah
gambaran, dalam urutan abjad, dari karir yang paling umum:
1. Atlet
Menjadi seorang atlet melibatkan lebih dari bersaing di kompetisi setiap
sekarang dan kemudian. Atlet hari ini menghabiskan berjam-jam setiap hari berlatih
keterampilan dan mengembangkan kerja sama tim. Mereka menonton rekaman video
untuk menganalisis kinerja mereka sendiri dan belajar strategi untuk bersaing lawan-
lawan mereka. Karena banyak atlet mendorong tubuh mereka ke batas selama kedua
latihan dan kompetisi, cedera karir-akhir selalu mengintai di cakrawala. Bahkan luka
ringan dapat menempatkan pemain beresiko terganggu dan digantikan oleh seseorang
yang lebih muda dan bugar. Persaingan sangat ketat, dan keamanan kerja selalu tidak
pasti. Atlet tidak mampu downtime dari olahraga di tingkat profesional. Kehidupan
seorang atlet bisa menuntut, baik secara fisik dan mental.
2. Athletic Trainer (Olahraga Therapist)
Pelatih Athletic bekerja dengan dokter tim, pelatih olahraga profesional untuk
pencegahan cedera dan mengobati penyakit yang berhubungan dengan olahraga. Pada
tahun 2004, gelar sarjana dari program diakreditasi oleh Commission on Accreditation
of Allied Health Education diperlukan untuk mengambil ujian sertifikasi nasional di
Athletic Trainer Association (NATA). Di kebanyakan negara, lisensi diperlukan untuk
memenuhi keberhasilan pemeriksaan NATA. Pelatih Athletic biasanya bekerja dengan
atlet di sekolah tinggi, perguruan tinggi, atau tingkat profesional. Mereka juga bekerja
36
di klinik kedokteran olahraga. Profesi ini telah mengalami pertumbuhan yang signifikan
selama hampir tiga puluh tahun, dan keanggotaan dalam NATA telah tumbuh lebih dari
520 persen sejak tahun 1974.
3. Biomekanik / kinesiologist
Seorang biomekanik / kinesiologist berusaha untuk menerapkan hukum fisika
untuk aktivitas fisik, olahraga, dan olahraga. Melakukan penelitian cedera biomekanik
otot, tulang, dan sendi dalam kondisi tertentu. Mereka menganalisis mekanika tubuh
dan upaya untuk meningkatkan kinerja atletik. Biomekanik biasanya digunakan dalam
pengaturan penelitian dan situs klinis, namun pertumbuhan di masa depan tampaknya
berada dalam pengaturan ergonomis industri. Seorang kinesiologist harus memiliki
persyaratan minimal adalah gelar master.
4. Chiropractor
Chiropractors secara khusus dididik dalam mengobati sendi dan otot-otot tubuh
dengan tangan mereka. Chiropractor mengobati orang dengan masalah punggung,
cedera olahraga, dan masalah kesehatan lain yang terkait dengan otot, saraf, dan sistem
tulang, terutama tulang belakang pada manusia. Untuk menjadi chiropractor, seseorang
harus memperoleh gelar doktor chiropractic dan lulus empat ujian pada level nasional.
Selain itu, calon chiropractor harus memperoleh lisensi di negara bagian ditempatnya
melakukan praktek. di banyak negara, ujian tambahan yang diperlukan untuk lisensi
ini.
5. Pelatih fisiologi
Fisiologi olahraga mempelajari respon fisiologis akut dan kronis pada saat
melakukan aktivitas fisik. Tujuan mereka adalah untuk meningkatkan kesehatan,
kebugaran, dan kinerja. Secara tradisional, ahli fisiologi olahraga bekerja hanya dengan
atlet. Namun, ahli fisiologi olahraga hari ini juga bekerja dalam pengaturan komersial
profesional, klinik, dan lainnya untuk masyarakat umum. Gelar sarjana diperlukan
untuk menjadi physiologist. Sertifikasi olahraga dapat diperoleh dari American College
of Sports Medicine.
37
6. Pelatih Pribadi / Personal Trainer
Instruktur kebugaran, atau personal trainer, biasanya bekerja one on one
dengan klien baik di rumah klien, kantor pelatih, atau pusat kebugaran. Pelatih pribadi
umumnya bekerja sebagai kontraktor lepas dibayar per jam atau per sesi. Disarankan
bahwa seorang pelatih pribadi memiliki latar belakang yang kuat dalam anatomi dan
dasar kinesiologi , dan sebaiknya gelar sarjana di ilmu yang berhubungan. Selain itu,
pelatih pribadi harus mendapatkan sertifikasi American College of Sports Medicine
dengan sertifikat Certified Personal Trainer.
7. Masseur / Massage Therapist
Pijat terapis meredakan ketegangan otot, kejang, radang, retensi cairan, nyeri,
kekakuan, dan nyeri dengan menerapkan tekanan terstruktur, ketegangan, gerakan,
atau getaran pada jaringan lunak tubuh. Manfaat lain dari pijat termasuk peningkatan
sirkulasi (darah dan getah bening), fleksibilitas umum, berbagai gerakan, dan elastisitas
jaringan meningkat. Pijat dapat membantu dalam penyembuhan luka dengan
membatasi pembentukan bekas luka. Setelah menyelesaikan program pelatihan terapi
pijat, terapis pijat dapat mencari sertifikasi melalui ujian negara. Sebuah ujian sertifikasi
nasional yang diadakan oleh Dewan Sertifikasi Nasional Therapeutic Massage dan
Lembaga Sertifikasi. Pijat terapis dapat bekerja sebagai dosen di olahraga / diklinik
sport medicine atau pusat kebugaran / spa. Mereka umumnya bertindak sebagai
pendukung untuk atlet profesional atau tim olahraga.
8. Ahli Gizi / Sport Dietitian
Ahli gizi mempelajari pola diet untuk mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan. Diet adalah studi tentang asupan gizi dan bagaimana tubuh menggunakan
makanan. Bidang ilmu ini menghubungkan makanan dan gizi untuk manajemen
kesehatan. Untuk menjadi seorang ahli diet, seseorang harus menyelesaikan gelar
sarjana dalam program studi diet, menyelesaikan program sembilan bulan di American
Dietetics Association (ADA) melaksakan magang ditempat yang disetujui, dan lulus
ujian sertifikasi ADA. Ahli gizi bekerja di rumah sakit, klinik, kompleks olahraga,
38
sistem sekolah, dan fasilitas kesehatan masyarakat. Mereka juga dapat disewa oleh klien
swasta atau tim olahraga untuk merancang program nutrisi yang tepat untuk
menurunkan berat badan, kinerja, dan pemeliharaan kesehatan.
9. Ahli Ortopedi
Orthopedists mendiagnosa dan mengobati gangguan tulang dan sendi pada
manusia. Karena pengetahuan mereka tentang fungsi sistem muskuloskeletal,
orthopedists sering memperlakukan cedera olahraga dan kadang-kadang berfungsi
sebagai dokter utama untuk tim atletik. Ortopedis diperlukan untuk menyelesaikan
magang satu tahun di bedah umum, empat tahun pelatihan di bedah ortopedi, dan satu
tahun praktek medis sebelum mengambil ujian khusus.
10. Terapis Fisik / Occupational Therapist
Terapis fisik bekerja untuk meningkatkan mobilitas, mengurangi rasa sakit, dan
mencegah atau membatasi cacat fisik permanen pasien yang menderita cedera atau
penyakit. Lulusan dari program pendidikan yang terakreditasi harus lulus ujian lisensi
negara sebelum diizinkan untuk magang. Terapis fisik bekerja di rumah sakit, klinik,
atau kantor pribadi dengan fasilitas khusus. Mereka juga dapat mengobati pasien di
kamar rumah sakit, rumah, atau sekolah. Sedangkan terapi fisik membantu orang
sembuh dari cedera atau penyakit, terapis okupasi bekerja lebih dengan perkembangan
keterampilan motor halus dan ketangkasan. Sebagian besar sekolah terapi okupasi
memerlukan dua sampai tiga tahun pendidikan khusus setelah gelar sarjana empat
tahun. Selain itu, salah satu harus lulus ujian nasional untuk menjadi ahli terapi fisik
atau berlisensi. Kebanyakan kesempatan kerja berada di rumah sakit dan klinik.
11. Ahli penyakit kaki/ Podiatrists
Podiatrists yang dikhususkan untuk studi dan pengobatan tentang gangguan pada
kaki, pergelangan kaki, dan tungkai bawah, yang terdiri dari sebagian besar kerangka
manusia. ( kaki manusia adalah struktur kompleks yang mengandung dua puluh enam
tulang, selain otot, saraf, ligamen, dan pembuluh darah.) Podiatrists memerlukan lisensi
negara yang membutuhkan penyelesaian setidaknya sembilan puluh jam belajar sarjana,
39
penyelesaian program empat tahun di sebuah perguruan tinggi kedokteran Podiatric, dan
di kebanyakan negara, program residensi postdoctoral minimal satu tahun.
12. Peneliti Ilmu Kepelatihan
Ilmu olahraga adalah studi tentang komponen fisiologis, biokimia, dan molekul
gerakan. Kebanyakan perguruan tinggi dan universitas menyediakan kurikulum khusus
atau jurusan akademis dalam ilmu olahraga. Terkait program kuliah sarjana meliputi
biologi, kimia, biokimia, anatomi dan fisiologi, kinesiologi, fisiologi olahraga, dan
program kebugaran. Mahasiswa pascasarjana biasanya mempelajari bidang-bidang
tertentu dari fisiologi olahraga dengan penekanan pada penelitian. Para peneliti
melakukan studi baik dari perspektif dasar atau klinik. Peneliti dasar biasanya
melakukan penelitian dengan fokus pada tingkat seluler dan molekuler, seperti
bagaimana organ sistem kerja, beradaptasi, atau menanggapi berbagai faktor. Peneliti
klinis biasanya melakukan penelitian dengan fokus pada individu secara keseluruhan
dan berusaha untuk meningkatkan kinerja atletik atau untuk meningkatkan kesehatan
dan mengurangi penyakit. Kedua karir memerlukan gelar sarjana, seperti master atau
Ph.D, yang melibatkan dua sampai lima tahun melampaui tingkat sarjana. Kebanyakan
peneliti bekerja di universitas dan rumah sakit.
13. Pengacara Olahraga
Pengacara mewakili klien di pengadilan hukum dan dalam bentuk lain dari
penyelesaian sengketa. Pengacara olahraga khususnya menangani negosiasi kontrak
atlet dan penyusunan detail kontrak, selain meninjau layanan untuk berbagai kinerja,
dukungan, sponsor, lisensi, dan kontrak Media. Mereka juga menangani kasus-kasus
cedera, kasus pencemaran nama baik, dan klaim kompensasi klien atlet yang cedera.
Pengacara harus memiliki gelar sarjana hukum untuk praktek hukum di kebanyakan
negara. Sekolah di Amerika Serikat (dan beberapa di Kanada dan di tempat lain)
penghargaan siswa lulus gelar doktor ahli hukum. Seorang mahasiswa hukum harus
lulus ujian bar (atau serangkaian pemeriksaan seperti) sebelum menerima izin praktek.
40
14. Sports Medicine Dokter
Dokter kedokteran olahraga yang sangat terlatih dalam diagnosis dan
pengobatan cedera yang berhubungan dengan olahraga. Kebanyakan tim profesional
mempekerjakan dokter spesialis kesehatan olahraga, sedangkan dokter lainnya
dipekerjakan oleh klinik atau rumah sakit. Seorang dokter tertarik pada kedokteran
olahraga biasanya mencari pelatihan khusus dalam kedokteran olahraga, ortopedi,
kardiologi. Setiap bidang memiliki tiga sampai lima tahun dari magang dan pelatihan
residensi, selain satu sampai dua tahun lebih dari pelatihan persekutuan.
15. Psikolog Olahraga
Psikolog olahraga mempelajari faktor psikologis terkait dengan partisipasi dan
prestasi olahraga, olahraga dan jenis-jenis aktivitas fisik. Secara khusus, seorang
psikolog olahraga membantu atlet menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk
mencapai kesehatan mental yang optimal dan kinerja atletik. Dalam kebanyakan kasus,
gelar sarjana adalah persyaratan utama untuk masuk ke profesi ini. Selain memperoleh
gelar dalam psikologi, salah satu syarat harus mendapatkan sertifikasi nasional. The
Executive Committee dari Divisi 47 (Latihan dan Psikologi Olahraga) dari American
Psychological Association merekomendasikan bahwa seorang individu mendapatkan
sertifikasi dari Asosiasi untuk Kemajuan Terapan Olahraga Psikologi untuk berlatih
olahraga psikologi.
16. Pelatih Fisik / Strength and Conditioning Coach
Kekuatan dan pengkondisian pelatih mengembangkan dan memonitor rencana
pelatihan bagi para atlet. Tujuan mereka adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kekuatan atlet dan kinerja. SMA, perguruan tinggi, dan tim atletik profesional sering
membutuhkan jasa seorang pelatih kekuatan dan pengkondisian. Pekerjaan di bidang
ini biasanya memerlukan gelar master, serta sertifikasi oleh National Strength and
Conditioning Association (NSCA).
b. Pendapatan Di bidang Sport Medicine
Gambaran gaji profesional kedokteran olahraga bervariasi karena faktor-faktor
seperti pengalaman, lokasi geografis, aturan kerja, dan permintaan pasar. Aspek-aspek
41
lain, seperti gelar, lisensi profesional, dan sertifikasi. Menurut Jenifer L. Miningh (
2007 : 12 ) Prospek karir di kedokteran olahraga cukup menjanjikan. Menurut
Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, atlet, pelatih, wasit, dan lainnya yang
berhubungan dengan pekerjaan olahraga diadakan sekitar 212.000 pekerjaan pada tahun
2004. Pelatih diadakan 178.000 pekerjaan; atlet, 17.000 pekerjaan; dan wasit, dan
pejabat olahraga lainnya, 16.000 pekerjaan. Di antara mereka yang bekerja di Wageand
pekerjaan gaji-produktif, 30 persen yang bekerja di pelayanan pendidikan swasta.
Sekitar 15 persen bekerja di hiburan, perjudian, dan industri rekreasi, termasuk golf dan
klub tenis, gimnasium, klub kesehatan, dan olahraga lainnya dan fasilitas rekreasi. 9
persen lainnya bekerja di industri olahraga dengan penonton (misalnya, klub bola
nasional). Kerja dari atlet, pelatih, wasit, dan pekerja yang berhubungan dengan
olahraga lainnya diperkirakan akan meningkat lebih cepat daripada rata-rata dari semua
pekerjaan. Selain itu, pertumbuhan pekerjaan akan didorong oleh meningkatnya jumlah
baby boomer mendekati pensiun, pada saat itu mereka diharapkan untuk berpartisipasi
dan memerlukan instruksi dalam kegiatan rekreasi, seperti golf dan tenis. Banyaknya
ledakan anka kelahiran juga akan menjadi peserta aktif di sekolah tinggi dan atletik
perguruan tinggi, yang akan menciptakan lebih banyak pekerjaan untuk pelatih dan
pelatih.
c. 3 Jenis Cedera Olahraga Secara Umum
Jenifer L. Miningh ( 2007 : 32 ) membagi jenis cedera olahraga yang terjadi
secara umum ke dalam 3 klasifikasi yaitu cedera pada anak-anak, cedera pada orang
dewasa dan cedera pada atlet disabilitas.
1. Cedera Pada Anak-anak:
Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 30 juta anak-anak dan remaja
berpartisipasi dalam olahraga yang terorganisir. Mengingat angka-angka ini, seseorang
dapat melihat mengapa olahraga adalah penyebab utama cedera pada remaja. Pada
tahun 2001, the Centers for Disease Control and Prevention memperkirakan bahwa
satu-setengah dari semua cedera olahraga pada anak-anak dapat dicegah. Epidemiologi
(cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan kejadian itu, distribusi, dan
pengendalian penyakit dalam suatu populasi) dari anak-anak yang mengalami cedera
olahraga individu merupakan area yang penting dari obat-obatan dan olahraga penelitian
42
ilmu. Satu terkenal 2006 studi (oleh Simon et al) berusaha ciri demografi dan penyebab
eksternal olahraga pediatrik kunjungan terkait cedera untuk departemen darurat dan
untuk menganalisis efek ras / etnis dan status asuransi atas kunjungan ini. Para peneliti
melakukan survei cross-sectional dari departemen darurat di National Rumah Sakit
Ambulatory Survey Perawatan Medis 1997-2001 untuk pasien lebih muda dari sembilan
belas tahun. Studi ini menunjukkan bahwa cedera olahraga mengakibatkan 2,5 juta
kunjungan ke rumah sakit setiap tahunnya (23 persen darurat kunjungan ruang cedera
terkait). anak laki-laki Kaukasia (enam sampai delapan tahun) yang terkait dengan
tingkat masuk yang lebih tinggi. Bersepeda, basket,cedera yang terjadi di taman
bermain , dan sepak bola adalah jumlah terbesar. kebanyakan cedera yang patah tulang
dan dislokasi, keseleo dan strain, luka terbuka, dan memar. Anak Hispanik dikaitkan
dengan tingkat yang lebih rendah dari cedera di semua jenis asuransi, setelah
mengendalikan faktor demografi dan asuransi. Karena sebagian besar luka di sekolah
terjadi selama kegiatan olahraga, sebuah diskusi dilakukan untuk mengeksplorasi
dampak dari cedera olahraga sekolah diawasi. Dari 194 pasien, usia 11-18 tahun, 51
persen memiliki luka yang terjadi selama kegiatan olahraga sekolah. Cedera terjadi
paling sering di rugby (43 persen) diikuti oleh pendidikan jasmani dan lainnya game
gabungan (17,5 persen). Studi lain 2006 (oleh Kurszewski et al) berusaha untuk
mengidentifikasi kejadian, keparahan, dan potensi risiko faktor untuk olahraga / cedera
rekreasi yang dikeluarkan oleh anak-anak dan orang dewasa dalam lima negara,
pedesaan, wilayah Midwest. wawancara telepon dengan bantuan komputer dilakukan
yang mencakup pertanyaan tentang semua luka yang memenuhi syarat, rumah tangga
yang berpartisipasi pada tahun 1999; 16.538 orang berpartisipasi, termasuk 8.488 anak
di bawah dua puluh tahun usia. Dari total 2.586 luka-luka, 733 (28 persen) yang terkait
dengan olahraga / kegiatan rekreasi, termasuk olahraga tim (64 persen), kegiatan
bermain umum (19 persen), dan olahraga perorangan (14 persen). Tingkat keseluruhan
adalah 46,4 peristiwa cedera per 1.000 orang per tahun. untuk anak-anak 99,4 untuk
anak laki-laki dan 64,3 untuk anak perempuan. Untuk orang dewasa (usia dua puluh
tahun dan lebih tua), jumlahnya y 11,9 untuk pria dan 4,8 untuk wanita.
2. Cedera Pada Orang Dewasa
Angka cedera olahraga pada orang dewasa yang jauh lebih sedikit daripada dari
anak-anak. Apakah ini karena anak-anak secara fisik lebih rentan terhadap cedera atau
43
karena mereka bermain lebih keras dan mengambil lebih banyak risiko ? Jawabannya
adalah yang paling mungkin keduanya . Orang tua menunjukkan karakteristik yang
berbeda dari cedera olahraga . Exertion-related injury umum di kalangan orang tua dan
berhubungan terutama dengan proses penuaan degeneratif . Dengan demikian, seorang
atlet tua cenderung untuk mempertahankan cedera akut dalam kegiatan olahraga yang
menuntut koordinasi yang tinggi , waktu reaksi , dan kemampuan keseimbangan . Pada
atlet lansia aktif , otot adalah jaringan yang paling sering cedera akut , dengan
ekstremitas bawah yang paling rentan .
3. Cedera Pada Atlet Disabilitas
The Athletes with Disabilities Injury Registry (Ferrara dan Buckley, 1996)
adalah satu-satunya studi prospektif mengatasi tingkat cedera atlet penyandang cacat
dengan cara yang konsisten dengan studi olahraga epidemiologi lainnya. Dalam studi
tiga tahun, penulis menemukan tingkat cedera 9,30 cedera per 1000 atlet. Tingkat
cedera ini mirip dengan tingkat cedera lainnya dilaporkan menggunakan mekanisme
perekaman yang sama. Jenis cedera pada atlet penyandang cacat juga mirip dengan atlet
ablebodied. Perbedaan utama adalah karena variasi dalam massa otot fungsional dan
sejauh mana gangguan fisik. atlet penyandang cacat memiliki cedera khusus yang
berkaitan dengan kecacatan mereka (misalnya, lebih banyak lecet dan cedera jaringan
lunak dengan atlet kursi roda, dan kaki dan cedera lutut akibat penggunaan outriggers di
ski). Jenis kecacatan mempengaruhi lokasi cedera, juga. cedera ekstremitas bawah lebih
sering terjadi pada atlet ambulatory (tunanetra, diamputasi, cerebral palsy), sedangkan
cedera ekstremitas atas lebih sering pada atlet yang menggunakan kursi roda.
d. Tipe-tipe Cedera
Jenifer L. Miningh ( 2007 : 34 ) menerangkan semua cedera ( seperti patah
tulang , dislokasi , dan sprain ) dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok : akut dan
kronis . Akut cedera olahraga termasuk sprain angkle , strain punggung , dan tangan
retak , semua yang terjadi tiba-tiba selama kegiatan. Tanda-tanda cedera akut dibawah
ini:
• mendadak , sakit parah
• Pembengkakan
44
• Ketidakmampuan menahan berat badan pada ekstremitas bawah
• Sendi tidak mampu bergerak penuh pada Range Of Motion / ROM (ruang gerak
sendi).
• dislokasi yang terlihat atau patah
Luka kronis umumnya hasil dari terlalu sering menggunakan satu area tubuh
saat bermain olahraga atau berolahraga dalam jangka panjang . Berikut ini adalah tanda-
tanda cedera kronis :
• Nyeri saat melakukan suatu kegiatan
• memar kusam saat istirahat
• Pembengkakan
1. Fraktur
Fraktur adalah cedera olahraga umum. Fraktur paling sering dikaitkan dengan
olahraga keras dan high contact. Ada beberapa jenis patah tulang:
• Oblique : fraktur yang berjalan pada axis
• Comminuted : fraktur banyak fragmen yang relatif kecil
• Spiral : fraktur yang berjalan sekitar axis
• Compound : fraktur yang memecah kulit
• Greenstick : fraktur di sendi
• Transverse : fraktur yang terjadi pada sumbu axis
• Simple : fraktur yang tidak merusak kulit
Dua ilmuwan penelitian, Hon dan Kock, merancang sebuah studi observasi di
sebuah rumah sakit Malaysia untuk membangun profil patah tulang yang berhubungan
dengan kegiatan olahraga. Pada tahun 2001, mereka melaporkan bahwa pria
berkelanjutan 92 persen dari semua patah tulang, 62,5 persen dari yang terjadi selama
pertandingan sepak bola. Secara keseluruhan, 65 dari 113 pasien sedang bermain sepak
bola pada saat fraktur. patah tulang lainnya terjadi di berbagai olahraga, termasuk
memancing. Menurut penelitian, tulang-tulang di lengan dan tungkai bawah (radius,
humerus, dan tibia) adalah situs yang paling sering patah. fraktur stres adalah salah satu
cedera yang paling umum dalam olahraga. Cedera ini disebabkan oleh overuse dan
terjadi ketika otot-otot menjadi lelah dan tidak mampu untuk menyerap kejutan
45
tambahan. Akhirnya, karena kekuatan berulang atau berkepanjangan, otot lelah
mentransfer kelebihan tekanan ke tulang, sehingga menyebabkan retakan disebut fraktur
stres. fraktur stres dapat hasil dari peningkatan jumlah atau intensitas kegiatan terlalu
cepat. Mereka juga dapat disebabkan oleh dampak dengan permukaan asing. Misalnya,
seorang pemain tenis yang beralih dari lapangan tanah liat lunak ke lapangan keras
dapat menyebabkan fraktur stres. Peralatan yang tidak benar atau usang dan
peningkatan stres fisik, seperti waktu bermain meningkat untuk pemain basket, juga
dapat berkontribusi untuk jenis cedera. Sebagian besar fraktur stres terjadi di tulang
menahan beban dari ekstremitas, dengan lebih dari 50 persen terjadi di kaki bagian
bawah. penelitian medis (lihat Feingold, 2006) telah menunjukkan bahwa atlet wanita
tampaknya mengalami fraktur stres lebih daripada rekan-rekan pria mereka. Ini
mungkin disebabkan amenorrhea, osteoporosis.
2. Dislokasi / Joint Instability
Hal ini tidak biasa bagi atlet untuk cedera pada sendi. Tidak hanya cedera ini
memulai proses degeneratif pada sendi, tetapi juga kurangnya penyembuhan yang
tuntas pada cedera sendi dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang. Selain itu,
berulang dampak tingkat rendah dari atletik dapat cukup untuk merusak jaringan
lunak dan memulai proses atriris. Cedera olahraga utama yang menyebabkan
osteoarthritis gejala di tahun kemudian adalah mereka yang terjadi pada ligamen,
menyebabkan ketidakstabilan sendi. ketidakstabilan sendi merupakan spektrum
gangguan yang mencakup dislokasi, subluksasi, dan laxity ( looseness ). Sebuah
subluksasi adalah dislokasi parsial sendi. Kelemahan disebabkan oleh kerusakan
struktural jaringan ikat yang mendukung sendi. Dislokasi adalah cedera yang sangat
menyakitkan yang sering dihasilkan dari pukulan ke sendi antara tulang. Ini berbeda
dari patah tulang di tulang yang tetap utuh, tapi ujung tulang dipindahkan dari posisi
normal di dalam sendi. Hal ini menyebabkan deformitas sementara yang kadang-kadang
dapat menyebabkan imobilisasi sendi. Dislokasi dapat terjadi pada sendi yang lebih
besar, seperti bahu, siku, atau lutut, serta pada sendi kecil, seperti jari tangan dan kaki.
46
3. Cedera Otot dan Cedera Ligamen
Cedera otot yang umum, diperhitungkan hingga 30 persen dari semua cedera
olahraga. Contoh otot dan ligamen cedera termasuk robek ACL (anterior crusiate
ligamentum), rotator cuff, patella, dan robek tendon Achilles. Istilah sprain dan strain
sering digunakan secara bergantian untuk menggambarkan jenis cedera; Namun, strain
dan sprain sangat berbeda. Strain adalah peregangan atau robek ligamen, dan
ketegangan cedera baik otot atau tendon. Dalam jenis luka ada banyak kesamaan.
Beberapa luka bernama mimickers karena mereka menyerupai luka lainnya. Misalnya,
strain rotator cuff adalah mimicker pasca-trauma dari tendonitis seperti yang terlihat
pada MRI. Selain itu, dislokasi tempurung lutut dapat mensimulasikan cedera ligamen.
Fraktur dari skafoid (tulang pergelangan tangan) sering terjadi terjadi karena terjatuh
dengan tangan terentang. Cedera ini dapat benar diidentifikasi sebagai sprain. Meskipun
cedera ini meniru gejala ligamen sprain atau tendon, seperti sprain, cedera ini tidak
menyembuhkan dari waktu ke waktu atau dengan istirahat.
e. Location Of Injuries/ Lokasi cedera
Dalam Jenifer L. Miningh ( 2007 : 35 ) Ada kesepakatan umum di antara para
peneliti bahwa kejadian cedera lebih besar selama kompetisi daripada sesi latihan. Pada
tahun 1998, Seil dan rekan melakukan studi prospektif cedera handball Eropa di 186
laki-laki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian cedera selama kompetisi
adalah dua puluh empat kali lebih besar dari saat latihan. Lebih dari setengah (54
persen) dari semua cedera terjadi di ekstremitas bawah, dan lutut adalah daerah anatomi
yang paling sering cedera. Cedera didefinisikan sebagai insiden yang mengakibatkan
absen dari setidaknya satu latihan atau game. Dalam sebuah penelitian terbaru yang
dilakukan oleh Sanchis-Gimeno et al dari Januari 2003 hingga Januari 2005, total
2.701 atlet (rata-rata usia tiga puluh sembilan tahun) berpartisipasi dalam studi
prospektif yang dirancang untuk mengidentifikasi lokasi anatomi dari cedera yang
dialami secara eksklusif saat pelatihan. Sejumlah total 781 cedera tercatat, dan
sebagian besar terjadi di ekstremitas bawah (84,5 persen), di ikuti oleh tulang
belakang (7,4 persen), ekstremitas atas (5,6 persen), batang (1,8 persen), dan kepala (
0,6 persen). Di ekstremitas bawah, cedera yang paling sering ditemukan pada lutut
(35,4 persen), diikuti oleh pergelangan kaki (25,6 persen), kaki (18,8 persen), dan
47
paha (10,6 persen). Cedera tulang belakang yang paling sering di daerah punggung
bawah (51,7 persen), diikuti oleh tengah kembali (29,3 persen) dan leher (19,0 persen).
Di ekstremitas atas, cedera yang paling sering terletak di bahu (43,2 persen), diikuti
oleh lengan (38,6 persen), lengan (29,5 persen), dan tangan (9,1 persen)
Jenifer L. Miningh ( 2007 : 38), selain penjelasan diatas dibawah ini akan
diuraikan daerah anatomi yang sering mengalami cedera olahraga antara lain articulatio
humeri , articulatio genus, , kepala dan spine, abdominal.
a. Shoulder / articulatio humeri
Gambar 2.2 Glenohumeral joint ( Sobbota 2006 : 398 )
Anatomi dan fisiologi dari bahu mempunyai potensi dengan cedera olahraga.
Sendi bahu bergantung pada ligamen dan otot untuk menstabilkan karena tidak
memiliki anatomi ball in socket seperti pinggul. Selandia Baru 2004 angka
menunjukkan bahwa ada 81.000 klaim biaya kesehatan (59.000 klaim baru dan 22.000
klaim berkelanjutan) pada tahun 2002 untuk cedera bahu. Total biaya tahunan untuk
cedera ini adalah sekitar $ 37.000.000, dengan cedera jaringan lunak 74 persen. Cedera
umum lainnya adalah dislokasi bahu, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi
glenohumeral dan acromioclavicular cedera sendi. Jenis cedera paling sering terjadi
selama musim gugur pada sendi bahu. Banyak penelitian saat ini pada sendi bahu telah
berupaya untuk menemukan cara terbaik untuk melihat bagian dalam sendi bahu.
48
Menurut American College of Radiology, bahu trauma akut yang terbaik dicitrakan
dengan radiografi polos (x-ray). Teknik ini memberikan visualisasi cepat sendi dan
struktur tulang sekitarnya. Manset rotator dan struktur sekitarnya dapat dicitrakan dalam
banyak cara, termasuk resonansi magnetik dan USG. USG bahu telah terbukti akurat,
murah, dan cepat. Namun, pencitraan tambahan sering diresepkan karena banyak
orthopedists ingin melihat lebih banyak bukti sebelum mereka melakukan operasi.
b. Articulatio Genus / Knee Joint
Lutut adalah sendi yang paling sering mengalami cedera pada tubuh bagian
bawah. Ada 1,3 juta kunjungan tahunan ke rumah sakit di Amerika Serikat. Trauma
lutut akut diperkirakan bahwa di Amerika Serikat, lebih dari satu juta radiografi lutut
dilakukan per tahun untuk pasien dengan nyeri lutut akut. Menurut sebuah studi tahun
2001 oleh Verma dan rekan, radiografi ini dihitung lebih dari satu miliar dolar yang
dihabiskan. Mekanisme yang paling umum untuk cedera lutut yang trauma tumpul dan
memutar. Cedera yang terjadi dengan gerakan memutar lutut mengakibatkan tiga-
perempat dari semua lutut cedera. Namun 86 persen dari semua patah tulang lutut hasil
trauma tumpul. Hampir 94 persen pasien yang hadir dengan cedera lutut akut
mengalami kerusakan jaringan lunak bukan cedera tulang. Pada pasien dengan patah
tulang, sering terkait cedera jaringan lunak yang biasa terjadi. cedera ligamen adalah
patologi lutut yang paling umum. Umumnya dilaporkan cedera ligamen melibatkan
anterior cruciate ligament (ACL) dan posterior cruciatum ligament (PCL). cedera lutut
yang lain sering melibatkan meniskus, yang terdiri dari tulang rawan yang berguna
untuk menyerap kejutan, mendistribusikan berat badan, dan menstabilkan sendi.
Memutar lutut dapat merobek meniskus dan mengakibatkan robek meniscal.
49
Gambar 2.3 Anterior Cruiciate Ligamentum (ACL) & Posterior Cruiciate
Ligamentum (PCL).
c. Concussion/ Gegar Otak
Gegar otak cedera kepala yang paling umum dalam olahraga adalah gegar otak,
terjadi di sekitar 300.000 atlet per tahun. Sebuah studi enam tahun di NFL ( National
Football League) melaporkan total 887 gegar otak dalam permainan dan latihan . 17
tingkat gegar otak yang dilaporkan di NHL ( National Hokey League ) lebih dari tiga
kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Gegar otak adalah periode ketidaksadaran
sementara yang disebabkan oleh trauma kepala. Meskipun umumnya tidak ada
kerusakan struktural otak, gegar otak mungkin melibatkan hematoma subdural. gegar
otak berulang akhirnya menyebabkan gejala yang menunjukkan kerusakan otak. Sebuah
gegar otak dapat menimbulkan ancaman serius jika disertai dengan hematoma.
hematoma subdural adalah bentuk cedera otak traumatis di mana darah mengumpul
antara lapisan otak. Perdarahan ini biasanya hasil dari robek di pembuluh darah dan
dapat menyebabkan peningkatan tekanan otak di kepala, sehingga mengakibatkan
kompresi dan kerusakan jaringan otak yang halus. hematoma subdural akut memiliki
tingkat kematian yang tinggi dan merupakan keadaan darurat medis yang parah. Efek
kumulatif dari trauma kepala berulang dan gegar otak yang paling jelas adalah pada
atlet tinju. Boxer’s syndrome (juga disebut punch-drunk syndrome) adalah gangguan
neurologis yang mempengaruhi karir petinju yang menerima beberapa pukulan ke
kepala. Kondisi ini berkembang selama beberapa tahun, dengan waktu rata-rata
permulaan menjadi sekitar enam belas tahun setelah dimulainya karir di tinju. petinju
terkenal yang menderita sindrom Boxer termasuk Joe Louis, Beau Jack, dan baru-baru,
50
Muhammad Ali. Kondisi ini umumnya bermanifestasi sebagai demensia, penurunan
kemampuan mental, Parkinson, tremor, dan kurangnya koordinasi. Diulang cedera otak
ringan yang terjadi selama jangka (yaitu, bulan atau tahun) dapat mengakibatkan defisit
neurologis dan kognitif, tetapi berulang cedera otak ringan yang terjadi dalam waktu
singkat (jam, hari, atau minggu) dapat menjadi bencana besar atau fatal. Fenomena
terakhir, second impact syndrome , pertama kali ditandai pada tahun 1984. second
impact syndrome dapat terjadi selama olahraga yang mengakibatkan pukulan ke arah
kepala. Tingkat kematian second impact syndrome adalah hampir 50 persen. Jelas, sulit
bagi dokter tim ketika seorang atlet, profesional atau sebaliknya, telah menderita
sejumlah cedera concussive tetapi tidak memiliki gejala neurologis atau kognitif
residual. Selain itu, tidak mengherankan bahwa atlet profesional memiliki masalah yang
berhubungan dengan kesehatan yang timbul dari cedera concussive. Bahkan, Troy
Aikman, yang menderita sebanyak sepuluh gegar otak sepanjang perjalanan karirnya,
mengklaim beberapa masalah yang berhubungan dengan kesehatan yang berasal dari
gegar otak dan luka lainnya. Sakit kepala Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Hippocrates
mencatat hubungan antara sakit kepala dan latihan: ". Satu harus bisa mengenali mereka
yang memiliki sakit kepala dari latihan senam atau berlari atau berjalan atau berburu
atau lainnya". Olahraga terkait sakit kepala yang cukup umum, terutama dalam
olahraga kontak, seperti sepakbola dan tinju. Mereka bisa tidak berbahaya, seperti sakit
kepala primer, atau mungkin sinyal hematoma subdural traumatis. kondisi sakit kepala
spesifik yang berhubungan dengan kegiatan olahraga adalah sebagai berikut:
• Sakit kepala yang disebabkan oleh dekompresi tekanan udara , umumnya pada
penyelam
• Sakit kepala yang disebabkan faktor ketinggian, umumnya di pendaki gunung
• Sakit kepala yang disebabkan kacamata, umum di perenang
Kebanyakan sakit kepala disebabkan oleh penyebab yang tidak berbahaya dan
tidak memerlukan penyelidikan rinci. Namun, jika cedera jaringan otak dicurigai, dapat
segera dilakukan langkah medis termasuk scan kepala.
d. Avascular Necrosis
Kematian tulang karena kurangnya suplai darah disebut Avascular Necrosis
(AVN). Ketika sendi terluka, seperti dalam fraktur atau dislokasi, pembuluh darah
51
mungkin rusak. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya sementara atau permanen
dari suplai darah ke tulang. Tanpa darah, jaringan tulang mati dan mengakibatkan tulang
rapuh. Studi menunjukkan bahwa jenis AVN dapat berkembang pada lebih dari 20
persen orang yang dislokasi sendi panggul mereka. Meskipun AVN dapat terjadi di
tulang apapun, itu paling sering mempengaruhi (epiphysis) tulang panjang, seperti
tulang paha. tulang umum lainnya termasuk humerus, lutut, bahu, dan pergelangan kaki.
AVN biasanya mempengaruhi orang antara tiga puluh dan lima puluh tahun, dan sekitar
10.000 sampai 20.000 orang dengan AVN berkembang setiap tahun.
e. Sinovitis Synovium
adalah cairan licin, lapisan berpelumas yang ditemukan di beberapa sendi,
termasuk pinggul. sinovium memungkinkan pinggul untuk bergerak bebas dan
mencegah permukaan tulang dari bergesekan dengan satu sama lain. Cedera pinggul
yang kerusakan sinovium sendi dapat menimbulkan peradangan sinovium, disebut
sinovitis. Sinovitis adalah komplikasi umum dari pinggul cedera, seperti patah tulang.
Sebagian besar sinovitis pinggul dapat ditelusuri kembali ke spesifik cedera, meskipun
atlet mungkin tidak mengingatnya.
f. Heat Illness
Heat stroke adalah penyebab paling umum ketiga kematian cedera tulang
belakang leher dan kondisi jantung pada atlet sekolah tinggi di Amerika Serikat.
Angka kematian berkisar antara 10 sampai 75 persen, dan rata-rata 25 persen. Ada dua
jenis heat stroke: klasik dan saat aktivitas. Heat stroke klasik terjadi lebih pada anak-
anak dan orang tua yang terlalu lama terkena suhu tinggi saat istirahat. Heat stroke
saat beraktivitas terjadi pada orang-orang yang berolahraga dalam kondisi lingkungan
stres.
5. Pencegahan Cedera / Injury Prevention
Kemampuan untuk mencegah cedera adalah 'cawan suci' dari kemampuan
terapis olahraga. Untuk mengurangi terjadinya cedera dan dengan demikian menjaga
atlet untuk tetap berkompetisi dan berlatih. Dalam Mike dan Andy ( 2010 : 12 ) Ada
banyak faktor yang berkontribusi untuk mencapai tujuan ini dan ada banyak faktor yang
52
tidak bisa dikontrol atas yang membahayakan upaya terbaik dari pencegahan cedera.
Namun, salah satu cara untuk mengidentifikasi atlet memiliki risiko cedera apa, adalah
untuk melakukan skrining atau profil medis. Ini adalah sebuah survei muskuloskeletal
atlet, dengan mempertimbangkan jenis olahraga mereka, bermain dalam posisi apa,
tuntutan olahraga, morfologi atlet, kekuatan, keseimbangan otot, proprioception, postur,
biomekanik, berbagai gerakan sendi dan stabilitas sendi, kontrol tubuh, fleksibilitas
dan koordinasi. Ini adalah daftar panjang tetapi proses maju yang melibatkan tubuh
atlet, memeriksa setiap sendi dan otot, kelompok dengan sejarah cedera masa lalu
atlet, mengidentifikasi setiap kekurangan, ketidakseimbangan, kelainan struktural atau
cedera yang akan menempatkan atlet pada risiko cedera. Untuk proses ini, daftar
kelemahan yang diidentifikasi kemudian dapat diatasi dengan latihan prehabilitasi.
Latihan 'Prehab' kekurangan telah terbukti mengurangi insiden cedera dan sekarang
merupakan bagian integral dari atlet. Tidak ada bukti rencana yang akan membuat atlet
bebas cedera tetapi di bawah ini adalah beberapa faktor penting yang perlu dilakukan
untuk pencegahan cedera olahraga.
a. Core stability / Stabilitas Core
Stabilitas core / core stability telah menjadi perhatian untuk petugas medis
olahraga dan pelatih fisik . Hal ini terkait dengan otot-otot di sekitar togok dan
panggul memastikan bahwa seorang atlet memiliki togok dan panggul yang stabil,
akan memberikan dasar untuk semua gerakan dari anggota badan untuk bekerja.
Beberapa ahli fisioterapi yang berbicara tentang stabilitas segmental dari setiap
tingkat tulang belakang, sementara itu cenderung menjadi pengkondisian yang
berada di ujung lain dari spektrum dan yang melihatnya sebagai penggunaan seluruh
otot togok kuat bersama-sama untuk memberikan dasar. Dibawah ini akan dibahas
tentang dua kelompok umum otot: otot stabilitas beban rendah ( low-load stability
muscles ) dan otot mobilitas tingkat tinggi ( high-level mobility muscles ), baik yang
dibahas di bawah ini.
1) Low load stability muscles
Otot-otot ini, yang meliputi transversus abdominis, multifidus dan bahkan
bagian dalam dari psoas, telah dibahas sebagai otot yang bekerja pada beban rendah (
53
low load ) dan sebagai otot kontrol postural. Mereka bekerja untuk memberikan
stabilitas dan kontrol segmental spinal dan telah terbukti memiliki peran antisipatif
dalam mengendalikan togok, karena sebelum gerakan anggota badan terjadi dan
karenanya memberikan dasar yang stabil diperlukan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa-pelatihan kembali otot-otot ini setelah ada
nyeri punggung bawah ( low back pain ) dapat mengurangi kekambuhan dari sekitar
70% menjadi sekitar 30%. Oleh karena itu merupakan area yang penting bagi para
atlet untuk melatih pencegahan cedera dan mengantisipasi cedera mereka kembali.
Latihan dalam studi awalnya mencoba untuk mengisolasi kontraksi setiap otot dan
kemudian secara bertahap tambahkan beban sambil mempertahankan kontraksi.
Dalam prakteknya, lebih dari satu otot bekerja pada saat yang sama dan itu adalah
co-kontraksi yang efektif dalam menjaga stabilitas tulang belakang. Otot-otot masih
perlu bekerja dan diajarkan untuk mengaktifkan sekitar 30% dari kontraksi
maksimal tapi cocontraction diterima. Latihan transversus abdominis tradisional di
crook lying dan gentle flattening perut lebih rendah terhadap tulang belakang, saat
bernapas. Sebuah teknik fasilitasi untuk para atlet yang berjuang dengan konsep
adalah dengan menggunakan otot-otot yang dapat membantu mengaktifkan otot
transversus.
Gambar 2.4 Transversus abdominis exercise ( Mike dan Andy 2010 : 18 )
2) Floor Exercise
54
Semua latihan lantai dimulai dalam posisi terlentang, dengan lutut atlet ditekuk
keatas (crook lying) dengan lumbar netral dengan aktivasi low level core muscles
seperti transversus abdominis.
a) Bent knee fallout
Atlet memegang tulang pelvic anterior dan perlahan-lahan tekuk lutut kearah lantai
menjaga kaki di lantai. atlet berhenti ketika kontrol panggul hilang dan tulang panggul
berlawanan naik ke jari-jari mereka.
b) Unilateral hip fleksi
Atlet memiliki tangan mereka di bawah tulang lumbal untuk memantau gerakan
dan perlahan mengangkat dan menurunkan lutut menuju dada. berhenti dan
menurunkan jika lumbar netral hilang oleh salah satu tekanan yang berlebihan atau
kehilangan tekanan dirasakan melalui tangan mereka di bawah tulang belakang
pinggang mereka. Latihan ini berkembang ke meregangkan kedua pinggul dan
membawa kedua lutut ke arah dada dan kemudian menurunkan lagi.
c) Unilateral hip and knee extension
Atlet dimulai dengan kedua kaki terangkat dari lantai pelvic fleksi 90 ° . atlet
kemudian meluas satu pinggul sehingga kaki adalah satu inci dari lantai dan
kemudian meluas lutut sampai titik di mana lumbal netral hilang. Selanjutnya
adalah untuk melakukan hal ini dengan kedua kaki bersama-sama.
Floor exercise dapat dikembangkan dengan gym ball untuk membuat latihan
core stability lebih sulit dan menarik bagi atlet. Atlet perlu mengaktifkan
abdominus transversus dan otot stabilitas lainnya sementara melakukan latihan ini .
55
Gambar 2.5 Unilateral hip and knee extension ( Mike dan Andy 2010 : 20 )
Gambar 2.6 Bilateral hip flex ( Mike dan Andy 2010 : 19 ) .
3) High Level-mobility muscle
Fungsi utama high level-mobility muscle seperti dari otot-otot togok seperti
rektus abdominis, erector spinae dan oblique adalah untuk menggerakan togok. Namun,
banyak atlet yang memiliki kualitas otot core yang rendah, otot-otot ini juga berfungsdi
sebagai stabilisasi melalui kontraksi isometrik. Sulit untuk otot untuk melakukan dua
pekerjaan sekaligus yang di ujung-ujung spektrum. Mereka tidak bisa menstabilkan
kontraksi secara isometric di satu sisi dan kemudian menyebabkan gerakan melalui
56
kontraksi konsentris di sisi lain, dan karena itu atlet harus mampu mengaktifkan otot
stabilitas yang lebih dalam juga. Namun, penggerak ini otot yang diperlukan saat beban
lebih besar yang diberikan untuk tubuh dan untuk berkontribusi pada stabilitas tulang
belakang melalui kontraksi mereka sebagai otot stabilitas tidak dapat mengatasi sendiri.
co-kontraksi ini sangat penting untuk mencegah cedera dan memungkinkan platform
yang stabil untuk anggota badan untuk menerima beban latihan yang lebih tinggi.
Contoh floor exercise dengan beban rendah dengan progres latihan gym ball exercise
dan akhirnya melakukan core excersie dengan beban meningkat.
a) Gym ball exercises
ÿ Single leg extension : atlet terlentang dan bahu menumpu dengan gym ball , kaki
di lantai dan pantat terangkat, sehingga tulang belakang dalm posisi netral. atlet
kemudian mengangkatsalah satu lutut untuk mengangkat kaki dari lantai dan
mempertahankan posisi.
Gambar 2.7 Single leg extension with gym ball ( Mike dan Andy 2010 : 20 )
ÿ Prone hip extensions : atlet berada dalam posisi telungkup dengan tangan di
lantai dan kaki atau tulang kering pada gym ball . Satu kaki kemudian diangkat
dari bola dan lumbar pada posis netral.
57
Gambar 2.8 Prone hip extensions ( Mike dan Andy 2010 : 21 )ÿ Supine hip extension: atlet berbaring telentang dengan kaki bertumpu pada bola .
Dia kemudian mengangkat pantat dari lantai dengan menekan melalui tumitnya
progres selanjutnya adalah atlet mengangkat satu kaki pada gym ball.
Gambar 2.9 Two leg supine hip extension ( Mike dan Andy 2010 : 21 )
Gambar 2.10 Single leg supine hip extension ( Mike dan Andy 2010 : 21)
58
b) PlankAtlet tengkurap dengan tumpuan siku di bawah bahu kemudian mengangkat
panggulnya dari lantai sehingga hanya bertumpu pada siku dan kaki saja, beban dapat
ditambahkan ke belakang untuk membuat latihan lebih sulit.
Gambar 2.11 Plank ( Mike dan Andy 2010 : 22)
c) Glute exercise
Bagian penting lain dari togok dan stabilitas panggul adalah otot-otot gluteal .
Sedangkan fungsi otot gluteal adalah memproduksi gerakan sendi pinggul, otot-otot
gluteal juga bertanggung jawab untuk menyediakan stabilitas sendi sacroiliac dan
penting dalam mengendalikan rotasi pinggul dalam posisi menahan beban. Otot-otot
gluteal juga berfungsi dalam mempertahankan hip netral pada saat berotasi hal ini yang
sangat penting dalam memberikan dasar yang stabil untuk ekstremitas bawah . Hal yang
sering terjadi adalah kurangnya kontrol rotasi lateral yang yang menyebabkan masalah
di ekstremitas bawah dan oleh karena itu beberapa latihan penguatan yang berguna
glutealis di bawah ini .
ÿ The clam : Tidur dengan posisi miring, pinggul dan lutut fleksi sampai 90 ° ,
lutut atas terangkat menggunakan glutes dan menjaga tumit bersama-sama
59
Gambar 2.12 the calm ( Mike dan Andy 2010 : 22)
d. Proprioception/Latihan Keseimbangan
Dalam ( Mike dan Andy 2010 : 24 ) Istilah proprioception adalah pemahaman
tubuh dari posisi sendi dalam ruang. Ini setara dengan kemampuan seorang atlet untuk
mengontrol gerakan mereka dan memperbaiki posisi sendi selama melakukan gerakan-
gerakan. Ini adalah karakteristik fisiologis penting untuk performa sukses dalam
olahraga. otak menerima umpan balik dari mechanoreceptors dan ujung saraf di dalam
dan sekitar sendi ketika mereka bergerak, yang kemudian memungkinkan gerakan
kompensasi kecil terjadi yang menjaga atau mengembalikan sendi atlet untuk
keselarasan normal. Gerakan-gerakan kecil terjadi sangat cepat dan mencegah bergerak
bersama ke end-of-range (arah yang tidak terjangkau) posisi ekstrim di mana kerusakan
dapat terjadi pada pembatasan pasif, seperti ligamen, kapsul sendi dan hambatan aktif,
seperti otot-otot yang bekerja pada sendi. Akibatnya, ini adalah area yang atlet harus
sangat sadar untuk meningkatkan perofma dan mencegah cedera. Ini adalah area yang
dapat dilatih dengan perbaikan sering menyamakan dengan pengurangan cedera
ligamen. atlet juga harus memiliki basic strength yang baik pada otot untuk menjaga
kestabilan sendi, karena kontrol otot-otot ini yang menghasilkan gerakan-gerakan kecil
yang benar. Oleh karena itu, program propriosepsi perlu diintegrasikan ke dalam
program kekuatan. Dua ranah yang paling umum di mana rehabilitasi proprioceptive
atau prehabilitation terjadi berada di tungkai dan bahu. Sedangkan ( K.Lerner et al.,
2007 : 58 ) propriosepsi adalah sistem pengatur internal tubuh yang mengatur
kemampuan untuk menghasilkan dan mempertahankan postur tegak efektif dan
keseimbangan fisik. Dalam Sugiyanto (2014) menjelaskan keterampilan gerak tubuh
60
yang baik atau kemampuan melakukan gerakan yang terampil pada dasarnya
mengandung kualifikasi gerakan yang efektif dan efisien, untuk mencapai efisiensi
dalam gerakn diperlukan kompoinen-komponen kemampuan dalam diri individu yang
kompleks dan dapat berfungsi secara sistemik. Sedangkan menurut Drowatzky (1981)
dalam Sugiyanto (2014) mengemukakan suatu skema yang menggambarkan komponen-
komponen penting yang membentuk gerakan yang efisien yaitu seperti Gmbar 2.10,
didalam gambar tersebut terdapat 3 lingkaran yang masing-masing mengelompokan
komponen fittness dan kemampuan gerak (fittness and motor abilities), kemampuan
mengindera (sensori abilities) dan proses-proses perseptual (perceptual proceses).ketiga
lingkaran saling berkaitan yang melambangkan ketiganya saling berinteraksi untuk
menghasilkan gerakan efisien. Dibawah ini bebrapa latihan proprioception menurut
Mike dan Andy ( 2010 : 24 ). Didalam lingkaran sensory abilities terdapat unsur
propriosepsi, propriosepsi menjadi salah satu unsur fitness and motor ability, sehingga
bagi atlet latihan propriosepsi sangat penting untuk menunjang gerak yang efektif dan
efisien dan juga untuk mencegah cedera.
Propriopection
Gambar 2. 13 Komponen-komponen dari Gerakan yang Efisien
Sumber: Sugiyanto ( 2014 ) dimodifikasi dari Barsch ( 1968 )
61
1. Latihan propriosepsi ektremitas bawah:
Sendi ankle dan sendi lutut rentan terhadap cedera ligamen dan latihan propriosepsi
dapat berguna untuk mencegah atau dalam rehabilitasi dari cedera ini. Latihan ini
menggunakan metode latihan fungsional dan latihan closed kinetic chain ( latihan
dengan menumpu pada permukaan yang tidak bergerak seperti lantai) dengan
menumpu. Contoh latihan propriosepsi dengan progresnya dibawah ini:
1) Single-leg standing × 30 s ( berdiri dengan 1 kaki x 30 detik)
Beban latihan dapat ditambah dengan: berdiri dipermukaan yang lebih lembut atau
permukaan yang tidak rata, seperti bantal, handuk yang digulung. Tahap selanjutnya
berdiri dengan menangakp atau passing bola. Melakukan gerakan fungsional dari
cabang olahraga contoh: memukul bola kearah tembok.
2) Single-leg standing with eyes closed × 30 s (berdiri dengan satu kaki dengan
mata tertutup x 30 detik, beban latihan dapat ditambah seperti latihan single leg
standing diatas.
3) Lompat dengan satu kaki dan menahan dengan posisi hop × 10 s.
4) Lompat hop dengan satu kaki dan menahan dengan posisi hop × 10 s.
5) Grid hops, contoh: lompat dengan kotak angka dan atlet harus melompat dengan
satu kaki dengan angka yang berbeda.
6) Single-leg squats (squat dengan satu kaki) beban dapat ditambah dengan squat
diatas permukaan yang tidak rata seperti bantal, squat dengan posisi jinjit.
7) Wobbleboard or BOSU balance, Beban latihan dapat ditambah dengan berdiri
dengan satu kaki dengan mata tertutup x 30 detik, lompat hop dengan satu kaki
dan ditahan dengan posisi satu kaki x 10 detik.
62
Gambar 2.14 1 leg standing on floor & 1 leg standing on BOSU balance sumber
( Mike dan Andy 2010 : 26 )
63
Gambar 2.15 sumber one leg hop jump on BOSU & knee drive
(Mike dan Andy 2010 : 27 )
2. Latihan propriosepsi ekstremitas atas
Sendi bahu memiliki ruang gerak sendi terbesar dari setiap sendi tubuh manusia
dan terlibat dalam semua kegiatan olahraga, apakah itu hanya dalam menjalankan atau
tindakan yang lebih kompleks seperti olahraga melempar atau olahraga dengan raket.
Oleh karena itu resiko cedera ketika diambil melalui berbagai gerak , sering dengan
kecepatan tinggi dan karenanya memiliki kekuatan yang signifikan diberikan pada
sendi dan jaringan lunak sekitarnya. Hal ini sangat penting untuk membantu
propriosepsi atlet sekitar sendi untuk mencegah cedera , dan dengan menggabungkan
latihan propriosepsi dengan latihan penguatan. Contoh latihan ditunjukkan di bawah
ini:
ÿ Menangakap bola posisi supinasi dengan abduksi sendi bahu/lateral rotasi, mulai
dengan bola yang ringan dengan progres bebanbisa ditambah secara bertahap.
Kesulitan bisa ditambah dengan menutup mata.
64
ÿ Press-ups on a wobbleboard, BOSU, progress to single-armed press-ups.
Gambar 2.16 Ball catching in supine with shoulder in abduction & press-ups on a BOSU (Mike dan Andy 2010 : 30)
65
e) Recovery
Mike dan Andy ( 2010 : 30 ) Mengungkapkan recovery , ada juga telah banyak
kepentingan dalam mengembangkan strategi pemulihan pasca-latihan lain yang dapat
digunakan untuk meminimalkan nyeri otot pasca latihan, mengendalikan pendarahan
yang bisa terjadi dan karenanya membatasi tingkat cedera minor yang mungkin telah
dipertahankan. strategi pemulihan meliputi:
1) Mandi es / ice bath : atlet memasukan tubuh mereka ke dalam air dingin, yang
bersuhu serendah 5 ° Celcius, yang menyebabkan vasokonstriksi atau efek
penyempitan pada pembuluh darah. Efek penyempitan ini dapat bermanfaat dalam
membatasi pendarahan karena penurunan aliran darah ke area otot pasca latihan.
Hal ini juga berguna untuk mengurangi DOMS (delayed onset muscle soreness)
ketika dikombinasikan dengan kontras panas, melalui mandi air panas atau mandi
(yang menyebabkan vasodilatasi atau pembukaan pembuluh darah). penutupan dan
kemudian membuka pembuluh darah berpikir untuk membantu efek pengurangan
dan penghapusan produk limbah (asam laktat) dari otot-otot setelah latihan. Masih
ada sejumlah studi yang telah menunjukkan definitif bukti untuk efek positif atau
waktu yang ideal perendaman. Namun, bukti penelitian dari berbagai macam atlet
telah menunjukkan bukti signifikan dirasakan manfaatnya dari penggunaan ice bath
dan karena itu ice bath harus dianjurkan untuk atlet sebagai bagian dari program
pemulihan mereka. Tidak ada penelitian yang pasti memberikan waktu yang ideal
untuk perendaman dalam ice bath. Namun , dua protokol menguntungkan adalah
sebagai berikut : 1 min es : 1 min panas × 5 pengulangan, 3 menit es : 3 menit
panas × 2-3 pengulangan. Atlet perlu uji coba variasi waktu yang berbeda dan
mencari tahu protokol yang memberikan manfaat terbesar bagi mereka karena
masih relatif subjektif teknik recovery sejauh ini.
2) Massage: teknik pijatan ringan yang mendorong pergerakan cairan seperti
effleurage dapat berguna untuk membantu dalam penghapusan produk limbah
pasca latihan. Namun , penting bahwa tidak ada cedera jaringan lunak saat masas
dapat meningkatkan aliran darah ke daerah tersebut dan oleh karena itu , bisa
menyebabkan perdarahan ekstra terjadi jika dilakukan untuk daerah luka segera
66
setelah cedera telah terjadi. Disarankan, oleh karena itu, pijat yang tidak dilakukan
segera pasca pertandingan dan selama 16 jam atlet yang telah berpartisipasi dalam
kegiatan olahraga kontak, untuk memastikan bahwa atlet tidak menderita hematoma
otot atau memar.
6. Manajemen Penanganan Cedera
Apa yang akan dilakukan untuk pemain dan bagaimana untuk mengelola cedera
dalam 24 jam pertama dapat menjadi hal yang menentukan dan mempengaruhi pada
durasi cedera dan kesehatan jangka panjang dari pemain itu. Menghabiskan waktu untuk
meminimalkan luasnya cedera dan memaksimalkan kapasitas penyembuhan cedera
dapat memiliki waktu yang besar menyimpan manfaat baik bagi terapis dan pemain dan
menghormati masa kritis ini penting untuk manajemen lebih lanjut. Dalam Mike dan
Andy ( 2010 : 92 ) Dalam 24 jam pertama , dua proses penting terjadi. Segera setelah
cedera ada vasodilatasi diikuti oleh vasokonstriksi mengakibatkan pembentukan
koagulasi sumbat trombosit dan matriks berserat. Meminimalkan vasodilatasi dan
resultan perdarahan dan pembengkakan dan peningkatan tekanan yang menyebabkan
rasa sakit, nyeri dan gangguan penyembuhan sangat penting. Hal ini perlu dimulai
sesegera mungkin dan darah harus didorong untuk diserap kembali ke dalam limfatik
untuk dihapus dari situs cedera. Dalam beberapa jam cedera, ada leukosit perekrutan
dengan makrofag dan neutrofil sebagai bagian dari proses inflamasi. Proses ini penting
untuk menghilangkan kotoran, perlindungan terhadap infeksi dan tahap awal dari proses
penyembuhan. Namun, jika hal ini berlebihan, maka kadang-kadang efek ini bisa
menjadi kontraproduktif dan dapat memperlambat pembentukan jaringan baru. Hal ini
penting, karena itu, untuk meminimalkan efek ini dan memfasilitasi sistem dalam tubuh
penyembuhan. kerusakan lebih lanjut pada struktur jaringan dan sekunder hipoksia
cedera perlu dihindari dan ini terbaik disingkat dengan PRICED.
a) Protect: Hal ini penting untuk melindungi daerah tubuh yang telah terluka ,
untuk mencegah gerakan yang berlebihan , untuk mencegah orang lain
memperparah cedera dan untuk memungkinkan proses penyembuhan untuk
dianjurkan. Imobilisasi adalah penting untuk cedera tertentu seperti patah tulang
akut dan beberapa patah tulang stres seperti patah tulang navicular. Demikian
juga , cedera jaringan lunak berat mungkin perlu immobilisasi selama 48 jam
67
untuk membatasi rasa sakit dan pembengkakan . Ini dapat diberikan melalui
kruk , braces , splints , bahan termoplastik dan plester gips.
b) Rest :Mirip dengan perlindungan, penting bahwa atlet terletak daerah luka
sehingga dapat mengurangi perdarahan dan pembengkakan. Penggunaan kain
atau kruk penting dalam hal ini untuk mengingatkan pemain bahwa mereka
harus memperlakukan anggota tubuh mereka dengan hati-hati.
c) Ice : utama di balik menggunakan terapi es adalah untuk memberikan
vasokonstriksi dan analgesia. Meskipun tidak ada bukti berkualitas tinggi untuk
bagaimana ini harus diterapkan, secara umum diterima bahwa menerapkan es
selama 15 menit setiap 1-2 jam awalnya dan kemudian secara bertahap
mengurangi frekuensi selama 24 jam berikutnya adalah praktek umum. Es tidak
harus diterapkan untuk bidang sirkulasi yang buruk dan pemain perlu
diperhatikan dari risiko luka bakar pada kulit dan kerusakan saraf dengan
aplikasi ice berkepanjangan. Penggunaan es hancur dalam tas lembab, es
perendaman dalam ember atau mandi adalah bentuk yang paling umum dari
aplikasi ini.
d) Compression : Kompresi daerah yang terluka mengurangi perdarahan dan
meminimalkan pembengkakan dan penerapan es tidak harus menunda kompresi
apapun. Bukti menunjukkan bahwa itu tidak digunakan cukup meskipun
memainkan peran utama dalam mengurangi edema sekitar cedera. Kompresi
harus mulai hanya distal ke lokasi perdarahan atau cedera dan harus
memperpanjang 6 inci proksimal cedera. Kompresi harus progresif dan
mendorong cairan apapun untuk bergerak ke arah jantung. Kompresi telah
terbukti lebih efektif daripada es, elevasi atau istirahat dalam mengurangi edema
dan pembengkakan di sekitar cedera.
e) Elevation : Hal ini akan mengurangi edema dan akumulasi cairan interstitial di
sekitar cedera. Penggunaan sling atau anggota badan bagian atas pada bantal di
lengan kursi sementara duduk di kursi telah ditemukan berguna. Juga, elevasi
68
dari ekstremitas bawah di kursi atau bantal telah terbukti bermanfaat, sebagai
lawan berdiri untuk jangka waktu yang lama di mana kaki tergantung bisa
menjadi lebih bengkak.
f) Drugs : Secara historis, penggunaan awal antiinflamasi telah menguntungkan.
Seperti disebutkan di atas, adalah hal penting bahwa beberapa bentuk proses
inflamasi diizinkan terjadi dan penggunaan rutin antiinflamasi di semua cedera
sekarang tidak sedang dianjurkan. Adalah penting bahwa kontrol nyeri dengan
analgesik sederhana disarankan dan penggunaan parasetamol atau obat-terkait
codeine adalah pengobatan lini pertama yang baik; Namun antiinflamasi dalam
24 jam pertama mungkin bermanfaat terbatas.
Ada berbagai pengobatan modalitas yang memiliki efek menguntungkan pada
berbagai cedera . Tidak semua rezim perawatan ini berlaku untuk setiap cedera ; Namun
,modalitas yang tersedia adalah sebagai berikut dengan beberapa manfaat terapi
modalitas dibawah ini:
1) Mobilisasi: Setelah periode awal imobilisasi , beberapa derajat pergerakan
jaringan memiliki manfaat . Ini mencegah kekakuan , memungkinkan tulang
rawan artikular memelihara dan mempertahanka kekuatan otot. Gerakan bebas
menahan diri , bagaimanapun, mungkin lebih dari jaringan penyembuhan yang
halus bisa mentolerir dan karena gerakan terbatas dalam penjepit atau dalam
rekaman mungkin disarankan . mobilisasi dini dari sendi seperti sprain ankle
mengurangi rasa sakit dan pembengkakan dan meningkatkan hasil fungsional
dibandingkan dengan mereka yang tersisa di gips selama jangka waktu yang
lama . Gerakan dapat difasilitasi oleh gerakan pasif yang terus-menerus . Hal ini
menguntungkan dalam cara yang mirip dengan mendorong nutrisi tulang rawan
artikular dan mengurangi kekakuan sendi dan berguna dalam tahap awal cedera
otot .
2) Hot and cold therapy/terapi dingin dan terapi panas:
Penggunaan cryotherapy pada tahap akut sebagai bagian dari PRICED telah
disebutkan di atas . Penggunaan Es telah digunakan dalam kondisi permukaan
69
spesifik lokal seperti tendinopathy mana kubus es dipijat secara melingkar di
atas permukaan tendon selama 5-10 menit . Hal ini memberikan efek analgesik
dengan menurunkan gerak dan sensorik kecepatan konduksi saraf . terapi panas
dapat berkontribusi untuk meningkatkan pengobatan cedera jaringan lunak tetapi
tidak boleh digunakan dalam 48 jam pertama. Penggunaan perlakuan panas dan
handuk panas telah digunakan selama bertahun-tahun dalam mengurangi kejang
otot di sekitar cedera dan untuk memfasilitasi rehabilitasi . Penggunaan mandi
kontras panas dan dingin dirasakan menurun pembengkakan dengan
menciptakan kekuatan mekanik.
7. Berolahraga Sesudah Cedera
Mengembalikan seorang atlet keolahraga mereka secepat mungkin dari cedera
adalah tantangan untuk petugas medis olahraga hari ini. Tujuannya atlet untuk kembali
ke olahraga secepat mungkin bisa sembuh dari cedera, sehingga pekerjaan medis
olahraga untuk membimbing mereka melalui proses ini, sementara juga bekerja untuk
mencegah kambuhnya cedera kembali. Akibatnya, seorang dokter olahraga harus
memiliki pemahaman yang jelas tentang patofisiologi yang akan terjadi setelah cedera,
bersama dengan pemahaman mendalam tentang apa olahraga atau kebutuhan event atlet
benar-benar memerlukan. Basis pengetahuan ini akan memungkinkan petugas medis
olahraga secara akurat merencanakan program penanganan dan rehabilitasi yang
mempertimbangkan baik proses fisiologis penyembuhan yang terjadi dan tuntutan fisik
penuh atlet.
a) Proses Inflamasi Dan Proses Perbaikan Jaringan
Proses inflamasi dan penyembuhan jaringan setelah jaringan dalam tubuh terluka,
itu mengalami proses yang sama setiap waktu untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Proses ini sangat rumit, dimediasi reaksi kimia dan oleh karena itu versi sederhana dari
proses ini akan dibahas di sini.
70
1) Bleeding Phase / Fase Perdarahan
Cedera menyebabkan pendarahan terjadi di dalam jaringan yang terluka dan ini
dimulai segera setelah cedera telah terjadi. Pendarahan berlangsung selama sekitar rata-
rata 8 jam, meskipun dalam jaringan pembuluh darah dan setelah cedera yang
signifikan, dapat terus sampai 24 jam setelah kejadian. Ini merupakan jangka waktu
yang penting untuk diingat ketika merawat cedera akut untuk mencegah lebih lanjut dan
perdarahan yang berlebihan, dan karena itu pedoman PRICED dibahas sebelumnya
sangat penting dalam fase awal ini.
2) Fase inflamasi
Fase inflamasi dimulai hanya beberapa jam setelah cedera terjadi dan merupakan
bagian penting dari proses perbaikan. Puncak sebenarnya dari proses inflamasi adalah
sekitar 2-3 hari setelah cedera, meskipun proses akan terus selama 1-2 minggu ke depan
meskipun akan berkurang seiring waktu ini. Trauma atau cedera menyebabkan
pelepasan mediator inflamasi ( seperti sel mast dan basofil ) yang pada gilirannya
memicu pembuluh darah dan respon seluler. Tanggapan vaskular disebabkan oleh
mediator ini adalah vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas sel yang menyebabkan
peningkatan aliran darah dan peningkatan eksudat inflamasi atau cairan , yang
merupakan pembengkakan terkait dengan cedera . Respon seluler menyebabkan fagosit
akan dirilis yang membersihkan jaringan yang mati atau rusak . Pada gilirannya ,
makrofag ini memediasi awal fase proliferasi dengan melepaskan zat kimia pada akhir
proses fagositosis mereka .
3) Proliferative / Fase Perbaikan
Fase proliferatif juga dimulai di antara 24 dan 48 jam, meskipun tidak mencapai
tingkat aktivitas puncaknya untuk 2-3 minggu. Hal ini terus terjadi namun aktivitas
berkurang selama beberapa minggu ke depan. Salah satu jenis sel yang bermigrasi ke
jaringan yang rusak akibat mediator kimia yang dilepaskan oleh makrofag adalah
fibroblast. fibroblas ini bertanggung jawab untuk sintesis kolagen dan angiogenesis (
pembentukan sirkulasi baru ) dan itu adalah dengan sintesis kolagen ini bahwa
perbaikan terjadi. Serat kolagen yang ditetapkan sepanjang garis stres pada jaringan dan
ini adalah fase penting bagi atlet untuk mulai memuat mereka, sehingga untuk
memastikan bahwa serat kolagen yang sejajar dalam arah yang benar .
71
4) Fase Remodelling
Fase perbaikan dimulai antara 1 dan 2 minggu setelah cedera terjadi dan terus
hingga 1 tahun setelah cedera. Hal ini selama fase ini bahwa kolagen dewasa melalui
proses pematangan dan kolagen menjadi lebih kuat. Sebagai beban juga meningkatkan
melalui jaringan sebagai atlet kembali ke pelatihan dan bahkan bermain, serat kolagen
menyesuaikan diri lebih tepat seperti yang seharusnya. Tipe I kolagen yang ditetapkan
selama fase proliferatif digantikan oleh kolagen tipe III dan kolase atau jaringan parut
mulai menjadi lebih seperti jaringan asli.
b. Prinsip-prinsip Rehabilitasi
Sebuah program rehabilitasi yang sukses perlu melakukan beberapa hal dibawah ini :
1) Program harus dirancang dengan penyembuhan jaringan dalam pikiran sehingga
secara fisiologis suara untuk memulai setiap latihan yang berbeda hadir dan
mereka dapat diintegrasikan ke dalam program
2) Persyaratan strengthening specific untuk merehabilitasi atau melindungi jaringan
terluka, mengingat kebutuhan fisik dari kegiatan atau olahraga
3) Faktor-faktor lain seperti proprioception yang memainkan peran penting untuk
jaringan yang terluka daerah terkait lain yang memerlukan perhatian untuk
mencegah terulangnya cedera, seperti inti atau stabilitas.
4) Sport khusus untuk atlet, seperti tackle pemain rugby atau serve di pemain tenis,
dll
5) Diskusi dengan staf teknis dan pelatih fisik diperlukan untuk memastikan bahwa
overload tidak terjadi dan bahwa atlet akan sepenuhnya siap untuk ketika mereka
diintegrasikan kembali ke rezim pelatihan normal
6) Sebuah rencana untuk reintegrasi bertahap ke pelatihan penuh dan play
diperlukan untuk memastikan bahwa atlet tidak memecah saat mereka kembali
ke peningkatan intensitas pelatihan dan bermain
7) Sebuah program maintanance. Setelah atlet telah kembali ke pelatihan penuh dan
bermain, mereka sering mengabaikan latihan dan kerja pencegahan yang telah
direhabilitasi mereka. Adalah penting bahwa mereka mempertahankan status
kebugaran mereka dengan terus dengan program pemeliharaan untuk membantu
melindungi mereka dari kekambuhan.
72
Jika faktor-faktor ini, bersama-sama dengan prinsip-prinsip lain dari tujuan
mengembangkan digunakan, program rehabilitasi yang sukses dapat dirancang, yang
akan memungkinkan atlet untuk aman kembali ke bermain dengan harapan bahwa
kekambuhan kurang mungkin.
c. Prencanaan Tujuan Latihan
Penetapan tujuan sering populer dengan atlet dan petugas medis olahraga sama.
Hal ini memungkinkan rencana untuk diletakkan di tempat dengan jangka waktu yang
dialokasikan untuk setiap tujuan dan memberikan pemain sesuatu untuk tujuan di.
Namun, penting bahwa dokter olahraga dan atlet yang realistis ketika mereka akan
melalui proses ini. Tujuan harus mencakup baik jangka pendek dan tujuan jangka
panjang dan karena itu mereka harus pergi melalui program SMART bawah untuk
memastikan bahwa manfaat maksimal diperoleh dari program rehabilitasi.
1) Spesific: tujuan harus spesifik untuk individu dan relevan dengan kinerja
mereka. Misalnya tidak ada titik memberikan pelari cepat waktu yang ditetapkan
untuk mencapai untuk menjalankan 800 m jika mereka biasanya tidak melatih
dengan cara itu.
2) Measurable: memberikan latihan atlet yang dapat memiliki hasil yang diukur
adalah cara terbaik untuk memantau kemajuan dan menunjukkan atlet yang
mereka memperbaiki. Hal ini juga memberikan penanda kapan bahwa tujuan
tertentu telah dicapai sehingga atlet dapat pindah ke yang berikutnya.
3) Achievable: adalah penting bahwa tujuan yang realistis untuk atlet individu. Ini
akan menjadi mengecewakan jika mereka tidak mampu untuk mencapai salah
satu tujuan mereka dan tidak mampu bergerak sepanjang melalui program
rehabilitasi mereka.
4) Realistic: dalam cara yang sama ke bagian dicapai di atas, tidak ada gunanya
meminta atlet untuk menetapkan terbaik atau dunia pribadi rekor sementara
mereka awalnya pulih dari cedera.
73
5) Timed: atlet dan setiap tujuan harus memiliki jangka waktu bekerja untuk. Ini
akan memberi target bahwa atlet dapat bertujuan untuk, tetapi juga dapat
memetakan proses rehabilitasi secara keseluruhan dan memberikan atlet 'cahaya
di ujung terowongan.
8. Prinsip-prinsip Latihan
Latihan terprogram berdasarkan prinsip-prinsip latihan secara benar, dapat
mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Prinsip-prinsip dasar latihan tersebut perlu di
implementasikan dalam proses latihan. Penyusunan program latihan yang baik dan
benar perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
program latihan tersebut dalam meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut antara
lain adalah :
1) Intensitas latihan
Intensitas latihan adalah dosis beban latihan yang harus dilakukan atlet dalam
suatu program latihan tertentu. Intensitas (intensity) latihan sering diartikan sebagai
besarnya beban yang harus ditanggung selama latihan dengan indikator jumlah
denyutan jantung meningkat tiap menitnya atau denyut nadi latihan (heart rate).
Intensitas yang diberikan tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Apabila
intensitas terlalu rendah maka pengaruh latihan sangat kecil atau bahkan tidak ada sama
sekali. Sebaliknya apabila terlalu tinggi dapat berakibat terjadinya cedera atau sakit.
Jadi dalam menentukan intensitas latihan harus memperhatikan kemampuan masing-
masing atlet. Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai
patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang rangsang
anaerobik. Cara yang termudah adalah dengan pengukuran perhitungan denyut nadi.
2) Lama latihan
Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan program
latihan itu dijalankan serta berapa lama latihan dilakukan setiap kali latihan
(Soekarman, 1987:63, Bompa, Tudor.O, 1990:239), sehingga seorang atlet dapat
mencapai kondisi yang diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan
latihan per minggu, per bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu
per menit atau jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Bila
74
intensitas latihan tinggi maka durasi latihan lebih singkat, sebaliknya bila intensitas
latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang.
M. Sajoto (1995:70) menyatakan bahwa “lama latihan hendaknya dilakukan 4 –
8 minggu”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Pate, Russell R. Clanaghan, Bruce
Mc & Rotella Robert (1993 : 318) lama pelatihan 6 - 8 minggu akan memberikan efek
yang cukup bagi yang berlatih. Sedangkan Harsono (1988: 117) berpendapat bahwa
“untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga
kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone”.
3) Frekuensi latihan
Frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif yang dilakukan dalam satu
minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus memperhatikan kemampuan
seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak sama dalam beradaptasi dengan
program latihan. Bila frekuensi latihan terlebih dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila
frekuensi kurang maka tidak memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi
semula sebelum latihan.
Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter olahraga
yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam satu minggu untuk memberi
kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban latihan. Sajoto, M (1995: 35)
mengemukakan bahwa, ”program latihan yang dilaksanakan 4 kali setiap minggu
selama 6 minggu cukup efektif, namun para pelatih cenderung melaksanakan 3 kali
setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan yang kronis, dengan lama latihan
yang dilakukan selama 6 minggu atau lebih. Latihan dengan frekuensi 3 kali perminggu
sangat sesuai bagi pemula dan tidak menimbulkan kelelahan yang berarti”.
4) Prosedur Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan, dimana pelatihan
dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pemanasan, pelatihan inti dan pelatihan penutup. Hal-
hal tersebut di atas sangat penting dalam menyusun program latihan suatu cabang
olahraga, sehingga usaha latihan untuk meningkatkan dari maksimal ke super maksimal
dapat terwujud tanpa merugikan atlet karena terjadinya cedera.
Otot yang dilatih secara teratur dengan dosis dan waktu yang cukup, akan
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan secara fisiologis yang mengarah pada
kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan dapat memperbaiki penampilan
75
fisik (Fox, Bowers, D. Foss:1988). Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dalam
otot skelet sebagai akibat dari latihan yang dilakukan berupa :
1) Konsentrasi karotin otot meningkat 39 %, PC 22%, ATP 18% dan Glikogen 66%.
2) Aktivitas enzim glikolitik meningkat
3) Aktivitas enzim pembentuk kembali ATP disebut dapat meningkat kecil dan tidak
dapat ditentukan.
4) Aktivitas enzim daur Kreb’s mengalami sedikit peningkatan.
5) Konsentrasi mitochondria tampak menurun karena akibat meningkatnya ukuran
myofibril dan bertambahnya cairan otot atau sarkoplasma.
Adapun perubahan fisiologis sebagai akibat dari latihan menurut (Fox, Edward. L;
Bowers; D Foss, 1988) adalah sebagai berikut:
1) Perubahan biokimia dalam jaringan
2) Perubahan sistemik, yaitu perubahan sistem sirkulasi dan respirasi dan sistem
pengangkutan oksigen
3) Perubahan yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol dan trigliserida,
perubahan tekanan darah, perubahan oklimatisasi pada panas
Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu serta
menerapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat akan menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan terhadap tubuh yang mengarah pada peningkatan kemampuan
tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat. Agar dapat mencapai hasil sesuai
yang diharapkan, program latihan yang disusun dan dilakukan harus memperhatikan
prinsip-prinsip latihan secara benar. Prinsip- prinsip latihan yang perlu digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan, menurut Sajoto, M. (1995:30-31) yaitu:
1) Prinsip overload (beban lebih)
2) Prinsip penggunaan beban secara progresif
3) Prinsip pengaturan latihan
4) Prinsip kekhususan program latihan
Menurut Sadoso Sumosardjuno (1994:10) bahwa, “latihan harus dikhususkan
pada olahraga yang dipilihnya serta memenuhi kebutuhan khusus dan strategi untuk
olahraga yang dipilih”. Proses latihan yang dilakukan harus menyangkut beberapa aspek
diantaranya: (1) khusus terhadap sistem energi utama yang diperlukan (2) khusus
terhadap kelompok otot yang dilatih, dan (3) khusus terhadap pola gerak yang sesuai
76
dengan keterampilan cabang olahraga yang akan dikembangkan, pada pembinaan
prestasi pencak silat, pembentukan unsur-unsur fisik antara lain meliputi latihan daya
tahan (endurance), latihan kekuatan otot (muscle strenght), latihan kecepatan (speed),
latihan tenaga ledak (muscle explosive power), latihan ketangkasan (agility), latihan
kelentukan (flexibility), latihan keseimbangan (balance). (Joko Subroto, 1994;22).
Sementara itu Claude Bouchard dkk (1974) mengunakan istilah Physical Qualities
mengklasifikasi domain fisik sebagai berikut :
a. Kualitas Organik
1) Kapasitas Aerobik
2) Kapasitas Anaerobik
b. Kualitas Otot
1) Kekuatan Otot
2) Kapasitas Aerobik Otot Lokal
3) Kapasitas Anaerobik Otot Lokal
4) Power
5) Fleksibilitas
c. Kualitas Persepsi Kinetik
1) Kecepatan Mereaksi
2) Kecepatan Bergerak
3) Koordinasi Syaraf-Otot
4) Kepekaan Kinetik
Masing-masing pengertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kualitas Organik
1) Kapasitas aerobik adalah kualitas yang membuat seseorang mampu melaksanakan
kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam kondisi aerobik, yaitu
kondisi dimana kebutuhan oksigen perlu tercukupi untuk memproduksi adenosine
tri posphat (ATP). Kapasitas aerobik ditentukan oleh kapasitas fungsional jantung
dan efisiensi penyediaan oksigen.
2) Kapasitas anaerobik adalah kualitas yang membuat seseorang mampu
melaksanakan kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam kondisi
anaerobik, yaitu kondisi dimana oksigen tidak mutlak diperlukan dalam
77
memproduksi ATP. Kapasitas anaerobik ditentukan oleh kapasitas maksimum
konsumsi oksigen dan kapasitas psikologis melawan kesulitan fisiologis.
b. Kualitas Otot
1) Kekuatan Otot adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan tegangan otot
dalam kontraksi yang maksimal atau kemampuan menggunakan daya tegang
untuk melawan beban atau hambatan. Kekuatan ditentukan oleh volume otot dan
kualitas control pada otot yang bersangkutan.
2) Kapasitas aerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan seseorang
melakukan usaha yang menggunakan otot lokal atau sekelompok otot tertentu
selama mungkin dalam kondisi aerobik. Kapasitas ini ditentukan oleh kualitas
sirkulasi lokal serta konsentrasi mioglobin dan kekuatan otot.
3) Kapasitas anaerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan seseorang
melakukan usaha yang menggunakan otot lokal selama mungkin dalam kondisi
anaerobik. Kapasitas ini ditentukan oleh tingkat kekuatan otot dan kapasitas
psikologis untuk bertahan terhadap rasa sakit pada otot.
4) Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan otot atau
sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif. Power ditentukan
oleh kekuatan otot dan kecepatan rangsang syaraf serta kecepatan kontraksi otot,
produksi energi secara biokimia dan pertimbangan mekanik gerak.
1. Fleksibilitas
Menurut Setiawan (1991: 67) fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat
melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian, sedangkan
fleksibilitas menurut Bompa (1994: 317) yaitu kapasitas melakukan pergerakan dengan
jangkauan yang seluas-luasnya. Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu
persendian atau beberapa persendian. Ada dua macam fleksibilitas , yaitu (1) fleksibilitas
statis, dan (2) fleksibilitas dinamis. Fleksibilitas statis ditentukan oleh ukuran dari luas
gerak satu persendian atau beberapa persendian. Sebagi contoh untuk pengukur luas gerak
persendian tulang belakang dengan cara sit and reach, front splits, dan slide splits.
Sedangkan fleksibilitas dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan
kecepatan yang tinggi (Sukadiyanto, 2002: 119).
78
Fleksibilitas yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh
menunjukkan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya.
Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendi yang
dapat dilakukan. Fleksibilitas yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada beberapa
faktor. Faktor penentu kelentukan adalah: (1) elastisitas dari otot, ligamentum, tendo,
dan capsul, (2) luas sempitnya ruang gerak sendi (ROM), (3) tonus otot, tendo,
ligamentum, dan cupsula, (4) tergantung dari derajat panas diluar (temperatur), (5)
unsur jemu, muram, takut, senang, semangat (6) kualitas tulang-tulang yang membentuk
persendian (7) faktor umur dan jenis kelamin (Suharno, 1993: 53).
Fleksibilitas adalah suatu kualitas fisik yang sangat mudah dikembangkan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan M. Sajoto (1988:45), bahwa: fleksibilitas adalah kemampuan
untuk menggunakan ayunan-ayunan, gerakan-gerakan dalam persendian kemampuan
maksimum. Lebar ayunan gerakan-gerakan (keleluasaan gerakan-gerakan) dalam
tulang-tulang sendi harus dilatih dalam semua arah yang mungkin sesuai dengan
struktur anatomi tubuh. Dalam gerakan-gerakan yang memerlukan lebar ayunan
maksimum, fleksibilitas sering terbatas karena kapasitas pengembangan otot-otot
antagonis.
Perkembangan fleksibilitas seseorang dipengaruhi oleh usia. Perkembangan
fleksibilitas pada tiap tingkatan usia berbeda. Pada umumnya anak kecil memiliki otot
yang lebih lentur (fleksibel), keadaan tersebut akan terus meningkat pada usia belasan
tahun (usia sekolah). Memasuki usia remaja fleksibilitas mereka cenderung mencapai
puncak perkembangannya, setelah fase itu secara perlahan-lahan fleksibilitas mereka
menurun (Michael J. Alter, 1996: 15).
Perbaikan dalam fleksibilitas otot dapat mengurangi terjadinya cidera pada otot-
otot, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, kelincahan atau agility,
membantu memperkembangkan prestasi, menghemat pengeluaran tenaga pada waktu
melaksanakan gerakan dan memperbaiki sikap tubuh (Harsono, 1988: 163). Macam-
macam latihan peregangan terdiri dari, 1) peregangan balistik, 2) peregangan statis, 3)
peregangan pasif, dan 4) peregangan kontraksi-relaksasi (Pate, 1993: 330)..
Suharno H.P (1993:35) mengatakan ada dua macam fleksibilitas, yaitu :
79
a) Fleksibilitas umum; yaitu kemampuan seseorang dalam gerak dengan amplitude
yang keras dimana sangat berguna dalam gerakan olahraga pada umumnya dan
menghadapi dunia kerja dalam kehidupan sehari-hari.
b) Fleksibilitas khusus; yaitu kemampuan seseorang dalam gerak amplitude yang luas
dan berada dalam suatu cabang olahraga.
Kapasitas melakukan pergerakan yang tinggi dan lebar disebut fleksibilitas atau
mobilitas dan merupakan hal yang signifikan dalam olahraga. Hal ini merupakan
persyaratan yang mutlak bagi keterampilan dengan pergerakan tinggi dan meningkatkan
peringanan dimana pergerakan cepat mungkin akan dilakukan. Keberhasilan dalam
melakukan pergerakan semacam ini bergantung pada lebar tulang sendi atau jarak
gerakan, yang harus lentuk dan dikembangkan agar berada dalam sisi yang aman.
Kelentukan yang baik menurut Harsono, (1988:163) akan bermanfaat bagi atlet,
diantaranya adalah :
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi.
b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan.
c. Membantu perkembangan prestasi
d. Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-gerakan.
e. Membantu memperbaiki sikap tubuh
Menurut Tudor O. Bompa (1994:317), suatu perkembangan fleksibilitas yang
tidak mencukupi atau tidak adanya fleksibilitas mungkin berakibat pada beragam
difisiensi, antara lain : (a) belajar, atau penyempurnaan beragam pergerakan terganggu,
(b) atlet gampang menderita luka-luka, (c) perkembangan kekuatan, kecepatan dan
koordinasi berefek dirugikan, (d) kualitas pergerakan jadi terbatas, ketika seseorang
memiliki fleksibilitas maka keterampilannya mungkin akan dilakukan lebih cepat, lebih
energik, lebih mudah dan lebih ekspresif.
Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas menurut Tudor O.
Bompa (1994:317-319) adalah sebagai berikut :
a) Fleksibilitas dipengaruhi bentuk, tipe, struktur persendian. Ikatan ligament dan urat
daging tendon juga mempengaruhi fleksibilitas, lebih elastis dan lebih lebar
pergerakan.
b) Otot yang melewati atau berbatasan dengan tulang sendi juga mempengaruhi
fleksibilitas. Dalam pergerakan apapun, kontraksi otot secara aktif (agonist)
80
bersamaan dengan relaksasi atau pertentangan otot antagonist. Lebih mudah otot
mengalahkan resistensinya. Kapasitas urat otot untuk merentang meningkat sebagai
hasil pembinaan fleksibilitas. Bagaimanapun juga daya fleksibilitas sering terbatas
tanpa memperhatikan jumlah aktifitas gerak yang dilakukan. Jika otot antagonist
tidak kendur atau kurang koordinasi antara kontraksi (agonist) dan relaksasi
(antagonist). Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika seseorang dengan koordinasi
kurang/ketidakmampuan merelaksasi otot antagonist, mungkin memiliki
fleksibilitas yang rendah.
c) Usia dan jenis kelamin mempengaruhi fleksibilitas, individu lebih muda dan
perempuan cenderung lebih lentuk. Fleksibilitas maksimum dapat dicapai pada usia
15-16 tahun.
d) Temperatur tubuh. Pada umumnya temperature otot khususnya mempengaruhi
lebar pergerakan. Sama halnya dengan lebar pergerakan naik mengikuti pemanasan
normal karena aktifitas fisik progresif mengintensifkan aliran darah dan membuat
otot lebih elastis.
e) Melakukan peregangan (stretching) sebelum pemanasan, merupakan hal yang
penting. Seperti ditunjukkan oleh rangkaian gerak yang diikuti selama pemanasan,
pembinaan fleksibilitas mengikuti beragam tipe jogging dan senam. Sewaktu
pergerakan fleksibilitas dilakukan, temperature otot meregang tanpa menyebabkan
luka. Hasil yang diharapkan merupakan nilai tertinggi fleksibilitas didapak dengan
mengikuti pemanasan normal dan 21% lebih besar daripada minum air panas dan
89% lebih besar daripada tidak melakukan pemanasan sama sekali.
f) Fleksibilitas dapat beragam dalam waktu-waktu tertentu. Pergerakan paling lebar
adalah jam 10.00-11.00 dan 16.00-17.00, sementara pergerakan terendah terjadi di
waktu fajar.
g) Kekuatan otot yang kurang memadai juga menghambat lebar beragam gerak. Jadi
kekuatan merupakan komponen penting fleksibilitas dan sebaiknya diperhatikan
oleh pelatih. Bagaimanapun juga ada pelatih dan atlet yang memiliki kesan
mendapatkan fleksibilitas tinggi akan berefek terhadap kekuatan. Teori tertentu
berdasar fakta kalau peningkatan ukuran otot mengurangi fleksibilitas tulang sendi.
Bagaimanapun juga kapasitas otot untuk meregang mempengaruhi kemampuan
untuk melakukan kekuatan. Kekuatan dan kelemahan tersebut harmonis karena
81
kekuatan bergantung pada seksi persaingan otot sementara fleksibilitas bergantung
pada seberapa jauh otot mampu direnggangkan. Hal tersebut merupakan
mekanisme berbeda dan tidak saling melenyapkan satu dengan lainnya.
h) Kelelahan dan kondisi emosi mempengaruhi fleksibilitas secara signifikan. Kondisi
emosional positif memberi pengaruh positif terhadap fleksibilitas dibandingkan
dengan rasa depresif. Fleksibilitas juga dipengaruhi oleh keletihan dan keletihan
berakumulasi terhadap gerak akhir.
Fleksibilitas adalah suatu kualitas fisik yang sangat mudah dikembangkan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan M. Sajoto (1988:45), bahwa: fleksibilitas adalah
kemampuan untuk menggunakan ayunan-ayunan, gerakan-gerakan dalam persendian
kemampuan maksimum. Lebar ayunan gerakan-gerakan (keleluasaan gerakan-gerakan)
dalam tulang-tulang sendi harus dilatih dalam semua arah yang mungkin sesuai dengan
struktur anatomi tubuh. Gerakan-gerakan yang memerlukan lebar ayunan maksimum,
fleksibilitas sering terbatas karena kapasitas pengembangan otot-otot antagonis.
Menurut Harsono (2001) ada beberapa metode latihan untuk mengembangkan
kemampuan kelentukan seseorang adalah sebagai berikut :
1. Peregangan dinamis (dynamic stretching)
Metode latihan tradisional untuk melatih fleksibilitas adalah metode
peregangan dinamis (dynamic stretch). Peregangan dinamis biasanya dilakukan
dengan menggerak-gerakkkan tubuh atau anggota tubuh secara ritmis (berirama)
dengan gerakan memutar atau memantul-mantulkan anggota-anggota tubuh,
sedemikian rupa sehingga otot-otot Terasa teregangka, dan yang dimaksud ialah
untuk secra bertahap meningkatkan secara progresif ruang gerak sendi-sendi.
Metode peregangan dinamis akan menyebabkan terjadinya refleks-regang.
Seperti dikatakan oleh De vrie (1961) a rapid forcefull stretch is known to evoke
the stretch reflex. Oleh karena itu gerakan yang dinamis berfungsi untuk
melindungi otot dari cedera akibat peregangan yang berlebihan (overstretching)
2. Peregangan statis (static stretching)
Cara lain untuk mengembangkan kelentukan adalah dengan latihan
peregangan statis (static stretch). Dalam latihan peregangan statis pelaku
mengambil sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot
tertentu. Misalnya sikap berdiri dengan tungkai lurus, badan dibungkukkan,
82
tangan menyentuh lantai. Sikap demikian meregangkan kelompok otot belakang
paha dan sendi panggul. Sikap ini dipertahankan secar statis (tidak digerak-
gerakkan) untuk beberapa detik. Yaitu sekitar 20-30 detik.
3. Peregangan pasif (passive stretching)
Dalm metode ini pelaku merilekskan suatu kelompok otot tertentu,
kemuduian temannya membantu meregangkan otot tersebut. Secara perlahan-
lahan sampai titik fleksibilitas maksimal tercapai, tanpa keikutsertaan secara aktif
dari pelaku. Sikap regang ini dipertahankan selama 20-30 detik.
Selain efektif untuk melatih fleksibilitas, keuntungan peregangan pasif
adalah juga rileksasi dari otot-otot yang meregang lebih rileks daripada
peregangan statis, karena otot-otot akan dapat meregang lebih jauh.
4. Peregangan PNF (Propioceptive Neuromuscular Facilitation)
Sebelum diregangkan otot ditegangkan dulu secar isometric (6-10 detik)
kemudian otot diregangkan dengan metode pasif selam 20-30 detik. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa metode peregangan ini lebih efektif daripada
metode peregangan yang lain.
Menurut M.Furqon H (1982:89) pembinaan fleksibilitas merupakan
pengembangan elastisitas legamentum-legamentum, tendon-tendon dan terutama otot-
otot. Faktor internal dan eksternal yang berbeda sangat mempengaruhi fleksibilitas. Di
dalam kondisi-kondisi eksternal dimasukkan kondisi cuaca dan iklim (dalam hal ini sore
hari lebih menguntungkan dan akhirnya durasi dan kualitas pemanasan dalam beban
kerja seharian). Kondisi-kondisi internal mencakup keadaan kelelahan atau tingkat
perangsangan sebelum dan selama kompetisi. Menurut M. Sajoto (1988:21) kelelahan
dan keadaan emosional yang tinggi berpengaruh negatif terhadap kemungkinan
fleksibilitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas menurut M. Furqon H (1982: 99-
100) antara lain (1) pengaruh usia, (2) persyaratan-persyaratan fleksiblitas dari cabang
olahraga dan teknk olahraga, (c) faktor internal dan eksternal.
Perkembangan fleksibilitas dari anak, remaja dan dewasa dipengarui oleh otot
dan tulang. Pada usia enam tahun peningkatan jaringan otot lebih banyak dan
pertumbuhan tulang juga meningkat. Diantara penelitian fleksibilitas yang dilakukan
83
yang cukup menarik dilakukan oleh Hupprich dan Sigerseth dalam (Koesnadi et al,
1988:56). Mereka mengukur fleksibilitas :
1) Sampai umur 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas
secaraumum dan setelah usia 12 tahun akan mengalami penurunan.
2) Ada pengecualian penurunan fleksibilitas secara umum tersebut, yaitu pada bahu,
lutut dan paha. Fleksibilitas sudah mulai menurun sesudah umur 6 tahun.
3) Fleksibilitas pergelangan kaki konstan seumur hidup.
4) Fleksibilitas salah satu bagian tubuh tidak bisa menaksir fleksibilitas tubuh yang
lain.
Untuk mengembangkan fleksibilitas tungkai dapat dilakukan latihan peregangan
otot, seperti: peregangan dinamis dan peregangan statis. Memperbaiki kelentukan
daerah gerak suatu persendian, harus dilakukan beberapa bentuk peregangan yang
dinamis dan statis agar badan menjadi normal kembali atau bahkan kondisi lebih baik.
Komponen fleksibilitas merupakan unsur penting dalam pembinaan olahraga
prestasi. Oleh karena fleksibilitas sangat berpengaruh terhadap komponen biomotor
yang lain. Kurang lentuk (lentur) adalah salah satu faktor yang menyebabkan prestasi
kurang memuaskan dan teknik yang tidak efisien, termasuk pula penyebab dari banyak
ketegangan dan sobeknya otot dalam berolahraga. Lebih jauh lagi kelentukan yang
tidak memadai juga menjadi penyebab tidak meningkatnya kecepatan dan terbatasnya
daya tahan. Kelentukan yang tidak memadai akan memaksa otot untuk bekerja lebih
keras untuk mengatasi tahanan kegiatan yang dinamis dan berlangsung lama. Dengan
menambah luas ruang gerak di sendi bahu, panggul, togok dan engkel mungkin saja
kecepatan dan kelincahan seseoang akan bertambah baik, bahkan dampaknya sampai
pada adanya penghematan dalam penggunaan energi. Sehingga atlit dapat bekerja lebih
keras dan lebih lama. Sedangkan menurut Harsono (1988:163), mengemukakan bahwa
kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi,
ruang gerakan sendi kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo,
dan ligamen.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas adalah, orang yang
mempunyai kelentukan yang baik, khususnya kelentukan tungkai adalah orang yang
mempunyai ruang gerak yang luas pada sendi-sendi tungkai dan mempunyai otot-otot
yang elastis pada tungkai.
84
2. Daya tahan
Daya tahan merupakan kemampuan tubuh atau bagian tubuh dalam
melakukan kerja dalam waktu tertentu yang dipengaruhi oleh kemampuan kerja dari
sistem kerja kardiorespiratori. Daya tahan sering didefinisikan sebagai kemampuan
kerja otot melakukan kerja dalam waktu yang lama, namun para ahli mengklasifikasikan
daya tahan berdasarkan lama kerja kedalam tiga kelompok, yaitu daya tahan waktu
lama, sedang dan pendek. Dalam olahraga, daya tahan dikenal sebagai kapasitas daya
tahan organisme melawan kelelahan dalam penampilan yang berlangsung lama. Namun
demikian arti penampilan yang berlangsung lama adalah, juga tidak sesederhana itu,
karena dalam perlombaan lari 200 m, seorang atlet memerlukan kualitas daya tahan
tertentu. Berbagai cabang olahraga yang memerlukan unsur daya tahan adalah sangat
luas.Ini mencakup nomor-nomor yang memerlukan waktu beberapa detik sampai lari
marathon yang lebih dari 2 jam. Lama waktu suatu penampilan dalam olahraga berada
dalam hubungan langsung dengan intensitas latihan. Oleh karena itu makin lama
penampilan berlangsung, maka makin rendah intensitas atau kesempatan penampilan
dan sebaliknya.
Berkaitan dengan daya tahan, Suharto (2000:115) mengemukakan, daya tahan
adalah kemampuan organisme tubuh untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh
pembebanan yang berlangsung relatif lama. Suharto juga membagi daya tahan menjadi
dua, yaitu: daya tahan aerobik dan daya tahan anaerobik.
a) Daya tahan Aerobik
Adalah kemampuan organisme tubuh mengatasi kelelahan yang disebabkan
pembebanan aerobik yang berlangsung lama.Yang termasuk pembebanan aerobik
adalah segala aktivitas fisik yang berlangsung relatif lama dengan intensitas rendah
sampai sedang. Gallahue dan Ozmun (1997:375) mengatakan bahwa ‘cardiovascular or
aerobic endurance is related to the functioning of the heart, lungs and vascular system’.
b) Daya tahan Anaerobik
Adalah kemampuan organ tubuh mengatasi kelelahan yang disebabkan
pembebanan yang berlangsung secara anaerobik dengan intensitas tinggi (80%-100%).
sedangkan sistem energi yang dibutuhkan adalah anaerobik alaktik. Hal ini
menyebabkan kecenderungan adanya sisa pembakaran yang tidak dapat diresintesis
85
menjadi energi kembali untuk itu diperlukan sistem energi anaerobik laktik agar kerja
otot dapat berlangsung lebih lama lagi. Dengan adanya bantuan dari sistem glikolisis
anaerobik akan dapat memperpanjang kerja otot kira-kira 120 detik.
Pada umumnya latihan daya tahan mengembangkan kapasitas fungsional suatu
organisme. Ekspresi-ekspresi seperti kesegaran jasmani atau stamina adalah erat
kaitannya dengan masalah ini. Realisasi pentingnya latihan daya tahan untuk setiap
orang berakibat dalam kegiatan seluruh dunia. Olahraga untuk setiap orang (sport for
all) untuk meningkatkan kesehatan dalam individu-individu dengan daya tahan yang
mudah dikonsentrasikan dengan latihan-latihan seperti jogging, bersepeda atau renang.
Organ-organ yang dibebani dengan latihan daya tahan adalah:
a. Jantung dan sirkulasi darah (sistem kardiovaskuler)
b. Paru-paru dan ventilasi paru-paru (sistem pulmonary)
c. Sistem jantung dan sirkulasi dalam hubungannya dengan paru-paru dan respirasi
(sistem kardiopulmonari)
Latihan daya tahan mengembangkan kapasitas fungsional di samping daya
tahan otot-otot elawan kelelahan. Menurut Josef Nosseck (1982) dalam M. Furqon H.
(1995: 75), berdasarkan jumlah otot yang terlibat dalam aktivitas gerakan, dibuat
pembagian berikut:
a. Nomor-nomor dan latihan-latihan dimana hanya 1/3 dari otot tubuh yang bekerja
menyebabkan kelelahan lokal dengan latihan daya tahan (misalnya latihan gerak
halus).
b. Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan yang menyebabkan kelelahan
regional dengan hamper 2/3 otot tubuh bekerja dalam aktivitas (misalnya latihan
sirkuit).
c. Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan kelelahan global atau total
dengan lebih dari 2/3 otot-otot tubuh bekerja (misalnya dayung, tinju, dsb.).
Fox, Edward. L; Bowers; D Foss (1988:27) menyatakan bahwa, prinsip dasar
dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk
melakukan aktivitas dan kemudian melalui prinsip overload, disusunlah suatu program
latihan yang akan mengembangkan sistem energi khusus tersebut. Menurut Fox,
Edward L (1984 : 34-36 ), sistem energi berdasarkan waktu penampilan olahraga secara
umum dibedakan menjadi 4 (empat) bidang, yaitu :
86
1) Bidang 1, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang dari 30
detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC, contoh olahraganya
adalah lari 100 m, pukulan dalam tenis dan golf, gerakan lari pemain belakang
sepakbola.
2) Bidang 2, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 30 detik
sampai 1 ½ menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC dan asam
laktat, contoh olahraganya adalah lari 200 meter dan 400 meter, renang gaya bebas
100 meter
3) Bidang 3, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 1 ½ menit
sampai 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah asam laktat dan Oksigen,
contoh olahraganya adalah lari 800 meter dan 1500 meter, renang gaya bebas 200
dan 400 meter, nomor-nomor senam, tinju (3 menit tiap ronde ) dan gulat (2 menit
tiap babak)
4) Bidang 4, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit.
Sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Contoh olahraganya adalah lari
marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan jogging, sedangkan karakteristik
umum dari sistem energi tersebut, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
87
Tabel 1.1 Karakteristik Umum Sistem Energi
Sistem ATP-PC Sistem Lactid Acid Sistem Oksigen
Anaerobik (tanpa
oksigen)
Anaerobik Aerobik
Sangat cepat Cepat Lambat
Bahan bakar kimia : PC Bahan bakar makanan :
Glikogen
Bahan bakar makanan :
glikogen dan protein
Produksi ATP sangat
terbatas
Produksi ATP terbatas Produksi ATP tidak
terbatas
Penyimpanan /
penimbunan di otot
terbatas
Dengan memproduksi
Lactid Acid
menyebabkan kelelahan
otot
Dengan memproduksi
Lactid acid
tidak melelahkan
Menggunakan aktivitas
lari cepat atau berbagai
power yang tinggi,
waktu aktivitasnya
pendek
Menggunakan aktivitas
dengan lama antara 1 –
3 menit
Menggunakan daya tahan
atau aktivitas dengan
durasi panjang
Dikutip dari Fox, Edward. L ( 1984:22 )
88
C. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dan keterkaitan teoritis dengan
penelitian ini antara lain :
1. Paul Dijkstra (2014) : Managing the health of the elite athlete: a new integrated
performance health management and coaching model. Atlet level elit berusaha
untuk melatih dan bersaing bahkan ketika sakit atau cedera. Motivasi mereka
mungkin intrinsik atau karena pelatih dan tekanan dari tim. Dokter Sport Medicine
memainkan peran penting untuk mengelola kesehatan atlet dalam kemitraan dengan
pelatih dan anggota lain dari tim. Dokter sport medicine perlu untuk membangun
keseimbangan etika dan operasional yang tepat antara manajemen kesehatan dan
mengoptimalkan kinerja. Hal ini diperlukan untuk meninjau kembali model
pengiriman populer kedokteran olahraga dan layanan ilmu pengetahuan untuk atlet
elit berdasarkan sistem multispecialist kurang dalam praktek pendekatan terpadu
dan komunikasi yang efektif. Atlet dan pelatih dalam training camp atau dengan
anggota dari tim multidisiplin, sering tidak memenuhi syarat atau berpengalaman
untuk melakukannya, memutuskan pemanfaatan layanan dan bagaimana
menerapkan rekomendasi. Kami mengusulkan model Kinerja Manajemen
Kesehatan Terpadu dan Coaching baru berdasarkan pengalaman Atletik Inggris
dalam persiapan untuk Olimpiade London dan Paralimpiade. Medical dan Coaching
Tim dikelola oleh individu yang berkualitas dan berpengalaman yang beroperasi di
sinergi menuju tujuan kinerja umum, bertanggung jawab kepada Direktur Kinerja
dan akhirnya kepada Dewan Direksi. Kami menggambarkan sistem, proses dan
strategi implementasi untuk membantu atlet, pelatih dan team support untuk terus
memantau dan mengelola kesehatan atlet dan performa atlet. Sistem ini
memfasilitasi pendekatan yang seimbang untuk pelatihan dan keputusan
bertanding, terutama saat atlet sakit atau cedera. Mereka memperhitungkan saran
medis terbaik dan preferensi atlet. Model Manajemen Kinerja Kesehatan Terpadu
dan Coaching ini didukung kinerja Atletik Medali Emas di Olimpiade London dan
Paralimpiade.
89
D. Kerangka Berpikir
.
Seorang pelatih fisik memiliki peranan untuk mengembalikan performa atlet
setelah mengalami cidera olahraga maupun menjalankan program pencegahan cedera
olahraga dengan melakukan latihan-latihan pengutan, dari sini penulis ingin mengetahui
secara lengkap penanganan dan tindakan pencegahan cedera olahraga yang berada di
ISMC, karena ISMC menjadi salah satu rujukan untuk penangan dan tindakan
pencegahan cidera olahraga.
Sport Medicine Centre dalam Penanganan Cedera
Olahraga.
Indonesia Sport Medicine Centre Jakarta dalam mendukung prestasi olahraga
Nasional
∑ Eksistensi ISMC Jakarta sebagai sentra kesehatan olahraga
∑ Bentuk kelembagaan ISMC
∑ Fungsi dan mekanisme kerja kelembagaan ISMC
∑ Realitas penanganan cedera olahraga di ISMC
∑ Realitas peran ISMC dalam penanganan cedera atlet
Nasional
90
Cedera olahraga merupakan permasalahan tersendiri bagi atlet, pelatih dan
sebuah tim olahraga umur atlet dan prestassi atlet ditentukan oleh tingkat kebugaran dari
atlet tersebut, seorang pelatih olahraga modern menurut peneliti juga harus memahami
penanganan dan tindakan preventif cidera olahraga karena ditangan seorang pelatih
tentunya masa depan seorang atlet tergantung dari pelatih tersebut, jika seorang pelatih
buta tentang metode penangan dan tindakan pencegahan cidera bisa jadi karir seorang
atlet itu tidak akan bertahan lama, banyak fenomena yang telah bermunculan yaitu altet
yang sedang berada dimasa keemasan harus berhenti karirnya karena terkendala
masalah cidera, hal ini mungkin tidak akan terjadi bila pelatih mengerti dan memahami
tindakan penanganan cedera olahraga dan tindakan pencegahan olahraga dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan yang dikuasai seorang pelatih olahraga diharapkan
akan berdampak pada prestasi atlet. Indonesia Sport Medicine Centre adalah klinik
cedera olahraga yang didirikan dan dikelola oleh swasta dan menjadi klinik untuk
menangani salah satu klub basket profesional di Jakarta selain itu klinik ini pernah
menangani beberapa atlet nasional. Sport medicine merupakan salah satu ilmu yang
baru berkembang di Indonesia, bidang ini memiliki peran penting untuk menjaga dan
menangani seorang atlet dari cedera olahraga untuk mengembalikan performa atlet
untuk siap bertanding lagi, selain itu prestasi atlet tidak hanya ditentukan bagaimana
atlet tersebut berlatih tetapi ditentukan dengan bagaimana atlet tersebut di maintain dan
dipantau oleh tim medisnya. Dari paparan diatas penulis berusaha untuk meneliti
tentang manajemen penangan dan tindakan preventif cedera olahraga yang dilakukan
oleh Indonesia Sport Medicine Centre.