bab ii - polban

46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Aset Menurut Siregar (2004) Pengertian aset secara umum adalah barang atau suatu benda yang memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, intansi atau individu (perorangan).Jadi, aset adalah barang yang memiliki nilai ekonomi atau bisa diperjual belikan, nilai tukar atau suatu aset harus memiliki nilai tukar sesuai mata uang yang berlaku, dan nilai komersial atau memiliki nilai jual. Menurut Sugiama (2013) Aset juga dapat dibedakan berdasarkan perspektif akuntansi, aset adalah kekayaan seperti : 1. Kekayaan lancar ( dapat berupa uang kas, piutang ) 2. Aset jangka panjang atau aset tetap ( bangunan, peralatan, dan perlengkapan) 3. Prepaid and deffered assets (expenditure for future costs yaitu: asuransi, hak sewa, dan bunga) 4. Harta tak berwujud (intengible assets) seperti hak merek (trademark), hak paten, hak cipta (copyright), dan /atau nama baik (goodwill). Menurut Siregar (2004) aset secara umum adalah barang ( thing ) atau sesuatu barang (anything) serta mempunyai nilai ekonomi yang dimiliki oleh suatu badan usaha, instansi atau individu. Menurut Sugiama (2013) Secara eksplisit aset menurut sudut pandang ekonomi adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) dimiliki oleh seseorang, sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah yang memiliki : 1. Nilai Ekonomi ( economic value ) 2. Nilai Komersial ( commercial value ) 3. Nilai Tukar ( exchange value )

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - POLBAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Aset

Menurut Siregar (2004) “Pengertian aset secara umum adalah barang atau

suatu benda yang memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai komersial

(commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan

usaha, intansi atau individu (perorangan).”

Jadi, aset adalah barang yang memiliki nilai ekonomi atau bisa diperjual

belikan, nilai tukar atau suatu aset harus memiliki nilai tukar sesuai mata uang

yang berlaku, dan nilai komersial atau memiliki nilai jual.

Menurut Sugiama (2013) Aset juga dapat dibedakan berdasarkan perspektif

akuntansi, aset adalah kekayaan seperti :

1. Kekayaan lancar ( dapat berupa uang kas, piutang )

2. Aset jangka panjang atau aset tetap ( bangunan, peralatan, dan

perlengkapan)

3. Prepaid and deffered assets (expenditure for future costs yaitu: asuransi,

hak sewa, dan bunga)

4. Harta tak berwujud (intengible assets) seperti hak merek (trademark), hak

paten, hak cipta (copyright), dan /atau nama baik (goodwill).

Menurut Siregar (2004) aset secara umum adalah barang ( thing ) atau

sesuatu barang (anything) serta mempunyai nilai ekonomi yang dimiliki oleh

suatu badan usaha, instansi atau individu. Menurut Sugiama (2013) Secara

eksplisit aset menurut sudut pandang ekonomi adalah barang (thing) atau sesuatu

barang (anything) dimiliki oleh seseorang, sebuah organisasi baik swasta maupun

pemerintah yang memiliki :

1. Nilai Ekonomi ( economic value )

2. Nilai Komersial ( commercial value )

3. Nilai Tukar ( exchange value )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II - POLBAN

Jadi, dapat disimpulkan dari kedua pendapat di atas bahwa aset adalah

barang, benda atau sesuatu barang yang memiliki nilai ekonomis, nilai komersial,

dan nilai tukar dan haknya dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu.

“Menurut Sugiama (2013) aset juga dibagi menjadi dua kelompok yang

berdasarkan pada tujuan penggunaan dan pemanfaatan aset tersebut yakni : “

1. “Aset untuk tujuan komersial, adalah aset yang digunakan untuk

mendukung seluruh operasi perusahaan baik pemerintah maupun swasta

agar mencapai laba maksimum, baik itu berupa lahan, bangunan.

Peralatan, dan perlengkapan yang diorientasikan untuk kepentingan

bisnis/komersial. “

2. Aset dengan tujuan non komersial atau penggunaan aset yang tidak

berorientasi pada kepentingan bisnis/komersial melainkan untuk

memberikan manfaat kepada pengguna, pada umumnya aset ini adalah

aset milik pemerintah yang berfungsi untuk memberikan pelayanan

publik kepada masyarakat sebagai pengguna seperti, jalan, jembatan,

sekolah, rumah sakit, dan irigasi.

A. Jenis Aset

“Menurut Sugiama (2013) aset dibagi menjadi dua jenis yaitu aset berwujud

( tangible assets ) dan aset tidak berwujud ( intangible assets ). Aset berwujud

atau tangible assets adalah kekayaan yang dapat dilihat dan dideskripsikan secara

fisik dengan menggunakan panca indera. Contoh aset berwujud antara lain berupa :

1. Tanah atau lahan

2. Bangunan

3. Infrastruktur misal jalan raya, jembatan, irgasi dan waduk

4. Peralatan dan perlengkapan pabrik atau plant and machinery“

5. “Peralatan dan perlengkapan kantor misal meubel atau furniture“

6. “Persediaan barang“

7. “Sumberdaya alam seperti, bahan tambang, hutan/tanaman, air dan

sumberdaya alam lainnya. “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II - POLBAN

Menurut Sugiama (2013) adapun faktor yang berkaitan dengan pengukuran

kondisi fisik aset adalah:

1. Perencanaan pemeliharaan aset

2. Pengorganisasian pemeliaraan aset

3. Pengendalian pemeliharaan aset

4. Manajemen pemeliharaan aset bersangkutan

Jadi, dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa kondisi fisik aset

dipengaruhi oleh proses pemeliharaan aset bersangkutan karena, semakin baik

pemeliharaan yang dilakukan semakin baik pula kondisi fisik aset sehingga

menambah umur teknis dari aset tersebut. Menurut Sugiama (2013) hasil

pengukuran aset secara fisik juga dibagi menjadi enam bagian, hasil pengukuran

kondisi fisik aset dapat dikategorikan secara fisik aset yaitu :

1. Dalam kondisi prima

2. Layak pakai secara teknis

3. Rusak ringan perlu perbaikan

4. Rusak berat dan dapat diperbaiki

5. Rusak dan perlu pembaharuan

6. Rusak berat tidak dan dapat diperbaiki

B. Manajemen Aset

“Menurut Sugiama (2013) definisi manajemen aset adalah Ilmu dan seni

yang dapat digunakan untuk memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup

tahapan perencanaan kebutuhan aset, mendapatkan aset, inventarisasi aset, legal

audit aset, menilai aset, mengoperasikan aset, memelihara aset, pembaharuan aset

atau menghapuskan aset hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien. “

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen aset adalah

suatu arahan yang mengatur kegiatan pengelolaan aset mulai dari perencanaan,

pengadaan, inventarisasi, legal audit, penilaian, operasi dan pemeliharaan,

rejuvenasi, hingga penghapusan aset yang dilakukan secara efektif dan efisien

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II - POLBAN

Perencanaan KebutuhanAset

Pengadaan Aset

Pengalihan Aset (Penjualan,Penyertaan Modal, Hibah)

Inventarisasi Aset

Penilaian Aset

Penghapusan AsetPembaharuan/RejuvenasiAset

Pengoperasian danPemeliharaan Aset

Legal Audit Aset

Pemusnahan Aset

agar aset yang dikelola menyampaikan service delivery yang baik, serta

pengalihan aset dengan penyertaan modal, dan hibah.

Secara lebih rinci siklus atau alur aset seperti pada Gambar 2.1 :

(Sumber : Adaptasi Sugiama, 2016:26)

“Menurut Sugiama (2013) secara umum siklus manajemen aset meliputi

pengadaan aset hingga penghapusan aset. Gambar 2.1 di atas menunjukkan tahap

awal dari sebuah siklus aset yang dimulai dari pengadaan hingga aset tersebut

musnah atau dialihkan. Berikut penjelasan siklus aset menurut sugiama (2013): “

1. “Perencanaan kebutuhan aset adalah serangkaian kegiatan untuk

merencanakan sesuatu rencana strategis yang dilakukan oleh sutau

organisasi“

2. “Pengadaan aset adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh/

mendapatkan aset/ barang maupun jasa baik yang dilaksanakan sendiri

secara langsung oleh pihak internal maupun oleh pihak luar sebagai

mitra atau penyedia. “

3. “Inventarisasi aset adalah serangkaian kegiata untuk melakukan

pendataan,pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan aset serta

Gambar 0.1 Siklus Aset

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II - POLBAN

mendokumentasikannya baik aset berwujud maupun tidak perwujud

pada suatu waktu tertentu“

4. “Legal audit aset adalah pemeriksaan untuk mendapakan gambaran jeas

dan menyeluruh terutama mengenai status kepemilikan, sistem dan

prosedur penguasaan, pengalihan aset, mengidentifikasi kemungkinan

terjadinya berbagai masalah hukum serta mencari solusi atas masalah

hukum tersebut. “

5. “Penilaian aset adalah proses kegiatan penilai dalam memberikan suatu

estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis suatu properti, baik harta

berwujud maupun harta tidak berwujud, berdasarkan hasil analisis

terhadap fakta-fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan

metode dan prinsip – prinsip penilaian yang berlaku“

6. “Pengoperasian dan pemeliharaan aset adalah serangkaian kegiatan

untuk menggunakan dan memanfaatkan aset dalam melaksanakan tugas

dan pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan

pemeliharaan aset adalah sekumpulan aktivitas yang diorganisasikan

untuk menjamin agar aset dapat dioperasikan dalam kondisi terbaik

dengan biaya terendah“

7. “Pembaharuan /rejuvinasi aset adalah membangun kembali aset agar

memiliki fungsi kembali sebagaimana semula, bahkan mempertinggi

fungsi dari aset tersebut. “

8. “Penghapusan aset adalah kegiatan untuk menghapuskan aset dengan

cara pengalihan aset atau pemusnahan aset“

9. “Pengalihan aset adalah kegiatan pemindahtanganan kepemilikan aset

“kepada pihak lain sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara

menjual aset, mempertukarkan aset, menghibahan aset atau disertakan

sebagai modal

10. “Pemusnahan aset adalah kegiatan yang dilakukan apabila aset tidak

dapat diperbaiki atau digunakan lagi. “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II - POLBAN

2.1.2 Perencanaan

“Robbins dan Coulter (2003) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah

proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk

pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan

sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan

mengordinasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga tercapainya tujuan

organisasi. “

“Menurut Sugiama (2013) perencanaan adalah penentuan tujuan akhir dan

sasaran sebuah organisasi dan menentukan cara untuk mencapai sasaran tersebut.

Victoria Government (1995), perencanaan aset yang merupakan tahapan pertama

pada siklus hidup aset. Perencanaan aset adalah panduan dalam pengambilan

tindakan spesifik saat melakukan pengadaan aset baru, penghapusan aset, dan

pengoperasian serta pemeliharaan aset secara efektif. Namun, menurut W.H.

Newman, perencanaan adalah pengambilan keputusan mengenai apa yang harus

dikerjakan serta merupakan langkah – langkah yang disusun sebelum kegiatan

dilaksanakan. “

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah

langkah awal untuk mengambil keputusan mengenai apa yang harus dikerjakan

untuk menentukan strategi dalam mencapai tujuan organisasi baik itu yang

berkaitan dengan pengadaan aset baru, penghapusan, dan pengoperasian aset serta

pemeliharaan aset secara efektif.

A. Tujuan Perencanaan

Menurut Robbins dan Coulter (2003) tujuan perencanaan yaitu untuk :

1. “Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non

manajerial untuk mencapai tujuan dari organisasi. “

2. “Mengurangi ketidakpastian dalam menyusun rencana“

3. “Meminimalisir biaya ( mengurangi pemborosan) dengan bekerja secara

terarah berdasarkan rencana yang sudah dibuat“

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II - POLBAN

4. “Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya.

Sedangkan menurut Albert Silalahi (1996) menyatakan tujuan perencanaan

sebagai berikut : “

1. “Perencanaan adalah cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan

( a way to anticipate and offset cahange ) “

2. “Perencanaan yang dilakukan dapat dijadikan arahan untuk administrator

dan non administrator“

3. “Perencanaan dapat menghindari atau memperkecil ketidak jelasan dan

pemborosan pelaksanaan aktivitas. “

4. “Perencanaan menetapkan tujuann – tujuan dan standar – standar yang

akan digunakan untuk memudahkan pengawasan. “

Berdasarkan dua pendapat mengenai tujuan perencanaan di atas dapat

disimpulkan bahwa tujuan dari perencanaan yaitu :

1. Memberikan pengarahan pada pengelola baik manajerial maupun non

manajerial

2. Mengurangi ketidak pastian dengan melakukan perencanaan terlebih

dahulu

3. Meminimalisir biaya yang dikeluarkan ( menghindari pemborosan )

4. “Menetapkan tujuan dan standar dalam memudahkan pengawasan

pekerjaan. “

2.1.3 Prakiraan ( Forecasting )

A. Pengertian Prakiraan (forecasting)

Heizer dan Render (2009) forecasting is the art and science of predicting

events. Selain itu, prakiraan perlu dilakukan dalam pengembangan rencana untuk

memenuhi permintaan di masa mendatang. Prakiraan dinilai sebagai masukan

untuk semua jenis perencanaan dan pengendalian manajemen material.

Prakiraan kebutuhan yang efektif dan efisien adalah prakiraan yang

menyebabkan kebutuhan tersebut tidak berlebihan dan kekurangan. Stock dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II - POLBAN

Lambert (2001) menjelaskan bahwa manajemen material yang efektif dan efisien

membutuhkan berbagai jenis prakiraan, yaitu:

1. Prakiraan permintaan (demand forecast). Prakiraan yang melihat permintaan

barang oleh perusahaan, termasuk permintaan proyek dan permintaan saat

ini, status persediaan dan waktu tunggu. Selain itu juga memperhatikan

permintaan proyek saat ini dari industri pesaing dan pengguna produk akhir.

Ketika prakiraan permintaan akurat, pihak pengadaan dapat membeli barang

dengan jumlah yang tepat, pihak operasi dapat menghasilkan jumlah barang

yang tepat dan pihak logistic dapat mengirimkan barang dengan jumlah yang

tepat. Dalam mencapai keakuratan prakiraan, informasi waktu dan

permintaan yang akurat adalah komponen utama dalam sebuah rantai

pasokan yang efektif. Keakuratan prakiraan berkaitan dengan pengendalian

manajemen persediaan.

2. Prakiraan pasokan (supply forecast). Prakiraan yang mengumpulkan data

dari arus pemasok dan produsen, kumpulan arus situasi pemasok yang sudah

dihitung, dan tren secara teknologi dan politik yang akan mempengaruhi

pasokan.

3. Prakiraan harga (price forecast). Prakiraan dilihat berdasarkan informasi

permintaan dan pasokan yang dikumpulkan dan dianalisis. Prakiraan ini

memberikan sebuah prediksi harga jangka panjang dan jangka pendek dan

alasan yang mendasri tren tersebut.

“Heizer dan Render (2009) menjelaskan bahwa prakiraan biasanya

diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Waktu

prakiraan dibagi menjadi tiga horizon waktu, yaitu : “

1. “Prakiraan jangka pendek (short-range forecast). Prakiraan ini mencakup

jangka waktu hingga satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan.

Prakiraan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja,

jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi. “

2. “Prakiraan jangka menengah ( medium –range forecast). Prakiraan jangka

menengah atau intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga

tiga tahun. Prakiraan ini berguna untuk merencanakan penjualan,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II - POLBAN

perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis

bermacam –macam rencana operasi. “

3. “Prakiraan jangka panjang (long-range forecast). Umumnya untuk

perencanaan masa tiga tahun atau lebih. Prakiraan jangka panjang digunakan

untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau

pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang). “

“Prakiraan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu analisis kuantitatif

dan analisis kualitatif. Heizer dan Render (2009) menjelaskan bahwa prakiraan

kuantitatif (quantitative forecast) menggunakan “model matematis yang beragam

dengan data masa lalu dan variabel sebab-akibat untuk memprakirakan

permintaan. Prakiraan subjektif atau kualitatif (qualitative

forecast)“ menggabungkan factor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan

sistem nilai pengambil keputusan untuk memprakirakan” (hal.167). pendekatan

kuantitatif dan pendekatan kualitatif dijelaskan dalam bagian ini. “

B. Model prakiraan kuantitatif

“Heizer dan Render (2009:167) menjelaskan bahwa “ prakiraan kuantitatif

(quantitative forecast) menggunakan model matematis yang beragam dengan data

masa lalu dan variabel sebab –akibat untuk meramalkan permintaan”. Terdapat

lima metode prakiraan kuantitatif yang menggunakan data historis. Kelima

metode tersebut dibagi ke dalam dua kategori, yaitu model deret waktu dan model

asosiatif. Model deret waktu adalah teknik prakiraan yang menggunakan sejumlah

data masa lalu untuk membuat prakiraan. “

“Menurut Heizer dan Render (2009:169), prakiraan dengan model deret

waktu didasarkan pada “urutan dari titik – titik data yang berjarak sama dalam

waktu ( Mingguan, bulanan, kuartal, dan lainnya)”. Deret waktu mempunyai

empat komponen yaitu: “

1. “Tren adalah pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau

menurun. “

2. “Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu. “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II - POLBAN

3. “Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus

ini biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting

dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. “

4. “Variasi acak adalah satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh

peluang dan situasi yang tidak lazim. Variasi acak tidak mempunyai pola

khusus sehingga tidak dapat diprediksi. “

“Model deret waktu terdiri dari tiga metode, yiatu pendekatan naif, rata –

rata bergerak, dan penghalusan eksponensial (Heizer dan Render,2009). Ketiga

metode tersebut dijelaskan dalam bagian ini. “

1. Pendekatan naif (naïve approach)

Pendekatan naif adalah cara yang paling sederhana dalam melakukan

prakiraan. Heizer dan Render (2009:170) menjelaskan bahwa pendekatan naif

adalah prakiraan yang diasumsikan “permintaan di periode mendatang akan sama

dengan permintaan pada perode terakhir”.

2. Rata-rata bergerak (moving average)

“Menurut Heizer dan Render (2009), rata – rata bergerak adalah metode

prakiraan yang menggunakan rata-rata dari data periode terakhir untuk

memprakirakan periode berikutnya. Secara sistematis, rata-rata bergerak

sederhana dinyatakan sebagai berikut dengan keterangan bahwa n adalah jumlah

periode dalam rata-rata bergerak. “

Rata − rata bergerak = ∑Permintaan dalam periode n sebelumnyan(Sumber : Heizer dan Render,2009)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II - POLBAN

3. Penghalusan eksponensial (exponential smoothing)

Penghalusan eksponensial adalam metode prakiraan rata-rata bergerak

dengan membobotkan titik-titik data oleh fungsi eksponensial (Heizer dan

Render,2009). Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat

sedikit .rumus penghalusan eksponensial digambarkan sebagai berikut.

Ft = α(A ) + (1 − α)(F + T ) = β(F − F ) + (1 − β)T(Sumber : Heizer dan Render,2009)

Keterangan :

Ft = Peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada

peiode t

Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t

At = Permintaan aktual periode tα = Konstanta penghalusan untuk rata – rata ( 0≤ α ≤ 1)β = Konstanta penghalusan untuk rata – rata ( 0 ≤ β ≤ 1)menurut Hastings (2010) metode penghalusan eksponensial

direkomendasikan untuk memprakirakan material, karena metode ini akan

memberikan keuntungan dalam kasus “perpindahan lambat” yang mengakibatkan

material bervariasi secara perlahan. Berdasarkan hal tersebut, dalam rata-rata

bergerak selama 12 bulan akan menurun ke titik nol setelah setahun tanpa ada

permintaan.

Selain model deret waktu terdapat model asosiatif. Model asosiatif adalah

teknik prakiraan dengan menggabungkan variabel atau faktor yang mungkin

mempengaruhi kuantitas yang sedang diprakirakan (Heizer dan Render,2009)

model asosiatif terdiri dari proyeksi trend an regresi linier yang dijelaskan dalam

bagian ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II - POLBAN

4. Regresi linier

Menurut Heizer dan Render (2009:195) metode regresi linier adalah metode

prakiraan dengan “model matematis garis lurus untuk menggambarkan hubungan

fungsional antara variabel-variabel yang bebas maupun variabel terikat” .Model

matematika dari regresi linier sebagai berikut.

= +(Sumber : Heizer dan Render,2009)

Keterangan :

= Nilai Proyeksi (ramalan) variabel Y untuk suatu nilai X= Konstantab = Koefisien yang menunjukkan arah gerakan dan besarnya

perubahan apabila nilai x berubah satu satuan,

X = Suatu nilai yang diperoleh dari periode waktu

C. Model prakiraan kualitatif

Model kualitatif berguna ketika data yang diperlukan kurang atau ketika

data historis tidak akurat dengan prakiraan di masa depan. Heizer dan render

(2009) mengemukakan bahwa ada empat teknik prakiraan kualitatif, yaitu:

1. “Pendapat eksekutif seorang juri ( a juries of executive opinion). Metode

ini mengumpulkan pendapat dari sekumpulan kecil manajeer atau ahli

tingkat tinggi yang dikombinasikan dengan model statistic, untuk

menghasilkan prediksi dari permintaan kelompok. “

2. Gabungan tenaga penjualan (sales forces composites ). Metode ini

mengambil prakiraan dari setiap tenaga penjual tentang berapa banyak

penjualan yang bisa mereka lakukan di wilayahnya.

3. Metode Delphi (Delphi method). Metode Delphi melibatkan sejumlah ahli

yang menjawab secara anonym sejumlah pertanyaan dari beberapa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II - POLBAN

kuesioner. Hasil tanggapan tersebut dikumpulkan untuk disimpulkan dan

dikembalikan ke pada para ahli. Para ahli dipersilakan untuk mempelajari

hasil dari kesimpulan tersebut dan memberikan tanggapannya kembali.

Setiap kuisioner dikembangkan dengan emnggunakan informasi dari

survey sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesepakatan

umum dari prakiraan tersebut.

4. Survey pasar konsumen (consumer market surveys). Metode ini

menggunakan input dari konsumen mengenai rencana pembelian mereka

di masa depan. Selain berguna untuk prakiraan, hal tersebut juga berguna

dalam memperbaiki desain produk dan perencanaan produk baru.

Metode prakiraan berguna sebagai pendukung pengambilan keputusan

dalam kegiatan operasi. Metode prakiraan dipilih sesuai dengan kegiatannya.

Tabel 2.1 menunjukan metode prakiraan yang cocok untuk keputusan operasi.

Tabel 0.1 Metode Prakiraan dan Kegunaannya

Penggunaanprakiraan untuk

keputusanoperasi

Jangkawaktu

Ketelitianyang

dibutuhkan

Banyakproduk

Tingkatmanajemen

Metodeprakiraan

Rancanganproses

Panjang Menengah Tunggalatau sedikit

Puncak Kualitatif dankausal

Perencanaanfasilitas

Panjang Menengah Tinggi atausedikit

Puncak Kualitatif dankausal

Perencanaanagregat

Menengah

Tinggi Sedikit Menengah Kausal danderet berkala

Penjadwalan Pendek Paling tinggi Banyak Bawah Deret berkalaManajemenpersediaan

Pendek Paling tinggi Banyak Bawah Deret berkala

(Sumber : Schroeder ,2000)

Metode – metode prakiraan di atas perlu di validasi menggunakan sejumlah

perhitungan. Heizer dan Render (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa

perhitungan yang dapat digunakan dalam mengetahui prakiraan (forecast error ).

perhitungan yang dikenal adalah deviasi rata-rata absolut ( mean absolute

deviation/MAD), kesalahan rata-rata kuadrat (mean squared error /MSE), dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II - POLBAN

kesalahan persen rata –rata absolut (mean absolute percent/MAPE). Ketiga

perhitungan tersebut akan dibahas lebih jelas sebagai berikut:

1. Deviasi rata – rata absolut (MAD)

“MAD digunakan untuk mengukur prakiraan dengan merata-rata kesalahan

dugaan (nilai absolut masing-masing kesalahan). MAD berguna ketika mengukur

kesalahan ramalan dalam unit yang sama debagai deret asli. Nilai MAD dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut dengan n adalah jumlah

periode data. “

MAD = ∑|aktual − peramalan|n(Sumber : Heizer dan Render,2009)

2. Kesalahan Rata-rata kuadrat (MSE)

“MSE adalah metode lain untuk mengevaluasi metode prakiraan. Masing –

masing kesalahan atau sisa dikuadratkan, kemudian dijumlahkan dan ditambahkan

dengan jumlah observasi. Pendekatan ini mengatur kesalahan prakiraan yang

besar karena kesalahan-kesalahan tersebut dikuadratkan. Rumus MSE dapat

dilihat dibawah ini dengan n yaitu, jumlah periode data. “

MSE = ∑(kesalahan peramalan)n(Sumber : Heizer dan Render,2009)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II - POLBAN

3. Kesalahan persen rata-rata absolut ( MAPE)

“MAPE dihitung dengan menggunakan kesalahan absolut pada tiap periode

dibagi dengan nilai observasi yang nyata untuk periode itu. Kemudian, merata-

rata kesalahan presentase absolut tersebut. Pendekatan ini berguna ketika ukuran

atau besar variabel prakiraan itu penting dalam mengevaluasi ketepatan prakiraan

dengan n adalah jumlah periode data. “

MAPE = (deviasi absolut nilai⁄ aktual)x 100%n(Sumber : Heizer dan Render,2009)

Terdapat sembilan langkah dalam proses menentukan prakiraan dapat

dilihat pada Gambar 2.2 dan akan dijelaskan setelah gambar tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II - POLBAN

( Sumber : Hilton et al.,2007)

Gambar 0.2 Langkah - langkah Forecasting

Adapun langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk memulai

menghitung prakiraan diawali dengan :

Tujuan secara spesifik

Identifikasi dimensi waktu

Presentasi prakiraan

Persiapan prakiraan

Hasil

Menentukan apa yang akan diprakirakan

Pertimbangan data

Pemilihan Model

Evaluasi model

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II - POLBAN

1. Tujuan secara Spesifik

Tujuan dari penggunaan prakiraan harus dijelaskan secara spesifik

agar penggunaan prakiraan sesuai dengan tujuan karena akan digunakan

untuk melakukan pengambilan keputusan.

2. Menentukan apa yang akan diprakirakan

Setelah menentukan tujuan dari prakiraan selanjutnya adalah

memutuskan sebenarnya apa yang akan di prakirakan ? misalnya, ingin

mengetahui pendapatan dari penjualan keseluruhan atau per unit?. Serta

akan melakukan prakiraan pertahun, perbulan, perminggu atau tiga bulan

sekali? Ini akan menentukan penggunaan metode mana yang akan

digunakan nantinya.

3. Identifikasi Dimensi Waktu

Terdapat dua jenis pada dimensi waktu. Pertama, tetapkan panjang

waktu prakiraan. Untuk prakiraan tahunan ini akan dari satu hingga lebih

dari lima tahun,bila tiga bulanan atau kuartal lebih baik digunakan untuk

satu atau dua tahun seperti untuk prakiraan bulanan

4. Pertimbangan Data

Cari data yang berasal dari internal ataupun eksternal instansi,

kumpulkan data yang menggambarkan secara detail dari objek yang akan

di prakirakan.

5. Pemilihan Model

Pilihlah model yang sesuai dengan jenis data yang dimiliki, adapun

langkah untuk memilih model yang sesuai yaitu pertama, lihat tipe dan

banyak data yang dimiliki, perhatikan pola data yang didapatkan dari data

masa lalu, lalu perhatikan tingkat kepentingan dari prakiraan, berapa lama

rentang waktu prakiraan yang dipilih,yang terakhir adalah latar belakang

teknis dari orang yang akan menyiapkan dan menggunakan prakiraan

tersebut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II - POLBAN

6. Evaluasi Model

Evaluasi perlu dilakukan pada metode yang telah dipilih seberapa

baik itu dapat bekerja, untuk metode kuantitatif teknik yang digunakan

harus diterapkan pada data masa lalu dan di evaluasi sebaik apa teknik

tersebut bekerja pada data masa lalu.

7. Persiapan Prakiraan

Langkah persiapan untuk melakukan prakiraan setelah melalui

tahap evaluasi model dari penetapan model prakiraan yang akan

digunakan. Langkah persiapan ini pula adalah langkah melakukan

perhitungan untuk prakiraan.

8. Presentasi Prakiraan

Presentasi prakiraan ini digunakan untuk memberitahukan kepada

manager secara jelas hasil dari prakiraan tersebut agar tujuan dari

prakiraan dapat tersampaikan dengan jelas.

9. Hasil dari Pencarian

Setelah melakukan presentasi dari hasil menjadi keputusan yang

relevan, perlu dilakukannya diskusi terbuka mengenai hasil dan

mengevaluasi kembali keseluruhan proses lebih dalam untuk

meningkatkan kinerja dalam melakukan prakiraan selanjutnya.

2.1.4 Transportasi dan Sistem Transportasi

A. Pengertian Transportasi

“Transportasi menurut Miro (2005) adalah usaha pemindahan atau

pergerakan dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya dengan menggunakan alat

tertentu. Miro (1997) dengan demikian maka transportasi memeiliki dimensi

seperti lokasi ( asal dan tujuan ), alat (teknologi), dan keperluan tertentu. “

“Menurut Tamin (2000) transportasi adalah suatu sistem yang terdiri atas

sarana dan prasarana sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan ke

seluruh wilayah sehingga bisa terakomodasi mobilitas penduduknya. Pergerakan

tersebut dimungkinkan juga untuk barang. “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II - POLBAN

“Menurut Warpani, transportasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas

perpindahan orang dan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan

menggunakan kendaraan. “

Dari pengertian mengenai transportasi di atas dapat disimpulkan bahwa

transportasi adalah usaha atau aktivitas perpindahan orang dan barang yang

dilakukan dengan menggunakan suatu alat tertentu dengan didukung oleh sarana

dan prasarana sehingga bisa mengakomodasi mobilitas penduduk.

B. Sistem Transportasi

Menurut Tamin (1997) Sistem transportasi terdiri dari beberapa sistem

makro yaitu:

1. “Sistem kegiatan“

2. “Sistem jaringan prasarana transportasi“

3. “Sistem pegerakan lalu lintas“

4. “Sistem kelembagaan “

“Sistem pergerakan sangat penting dalam mengakomodasikan sistem

pergerakan agar tercipta sistem pergerakan yang lancar dan selanjutnya akan

berpengaruh pula pada sistem jaringan kegiatan, jadi ketiganya saling

mempengaruhi. Transportasi mempunyai jangkauan pelayanan yang diartikan

sebagai batas geografis pelayanan yang diberikan oleh transportasi kepada

pengguna transportasi tersebut. Jangkauan tersebut didasarkan pada lokasi asal

dan tujuan. “

“Menurut Morlok (1991) sistem transportasi merupakan suatu satuan dari

elemen – elemen yang saling mendukung dalam pengadaan transportasi. Elemen –

elemen transportasi tersebut adalah : “

1. “Manusia dan barang ( yang diangkut ) “

2. “Kendaraan dan peti kemas (alat angkut) “

3. “Jalan (tempat alat angkut bergerak) “

4. “Terminal“

5. “Sistem pengoperasian“

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II - POLBAN

Sedangkan menurut C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. (2003) menyatakan

bahwa empat elemen utama transportasi adalah :

1. “Sarana perhubungan (link) : jalan raya atau jalur yang

menhubungkan dua titik atau lebih. Pipa, jalur darat, jalur laut, dan

jalur penerbangan juga dapat dikategorikan sebagai sarana

perhubungan. “

2. “Kendaraan : alat yang memindahkan mansia dan barang dari satu

titik ke titik lainnya di sepanjang sarana perhubungan. Contohnya

mobil, bis, kapal, dan pesawat terbang. “

3. “Terminal : titik-titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai

dan berakhir. Contoh : garasi mobil, lapangan parkir, gudang

bongkar muat, dan bandara udara. “

4. “Manajemen dan tenaga kerja : orang – orang yang membuat,

mengoperasikan, mengatur dan memelihara sarana perhubungan,

kendaraan dan terminal. “

Sehingga bila disimpulkan, dalam suatu sistem transportasi membutuhkan

setidaknya empat elemen yaitu:

1. Sarana perhubungan /jalan sebagai sarana untuk beroperasinya alat

yang akan memindahkan barang/manusia.

2. Kendaraan adalah alat yang nantinya akan digunakan untuk

mengangkut dan memindahkan manusia/barang dari lokasi asal ke

tujuan

3. Terminal adalah prasarana yang digunakan sebagai tempat orang dan

barang memulai atau menghentikan perjalanannya.

4. Manusia/manajemen yang akan mengoperasikan, mengatur dan

memelihara sarana perhubungan, kendaraan dan terminal.

Terminal berperan penting dalam sistem transportasi sebagai prasarana

yang digunakan untuk memulai atau menghentikan perjalanan transportasi orang

dan barang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II - POLBAN

C. Peran Transportasi

Menurut Margareta (2000) Transportasi yang baik berperan penting dalam

perkembangan wilayah terutama dalam aksesibilitas, aksesibilitas adalah

kemudahan dan kemampuan suatu wilayah atau ruang untuk diakses oleh pihak

dari luar daerah. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat

jaringan transportasi yang ada, baik berupa prasarana jalan dan alat angkut yang

bergerak di atasnya.

“Menurut Kadir (2006) pada jurnal perencanaan dan pengembangan

wilayah wahana hijau, peran transportasi dalam pembangunan ekonomi yang

utama adalah tersedianya barang, stabilisasi dan penyamaan harga, penurunan

harga, meningkatnya nilai tanah, terjadinya spesialisasi antar wilayah,

berkembangnya usaha skala kecil, terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk.

Dampak negatif perkembangan transportasi antara lain : bahaya atas kehancuran

umat manusia, hilangnya sifat-sifat individual dan kelompok, tingginya frekuensi

dan intensitas kecelakaan, makin meningkatnya urbanisasi, kepadatan dan

konsentrasi penduduk dan tersingkirnya industri kerajinan rumah tangga. Tujuan

transportasi dalam mendudukung perkembangan ekonomi nasional : “

1. “Meningkatnya pendapatan nasional disertai dengan distribusi yang

merata antara penduduk. “

2. “Meningkatnya jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat

dihasilkan pada konsumen, industri, dan pemerintah. “

3. “Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa

serta mensuplai pasaran dalam negeri. “

4. “Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi

masyarakat. “

Menurut Salim (2000) transportasi bermanfaat bagi masyarakat, baik itu

untuk hasil-hasil produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan.

Selain itu transportasi melaksanakan penyebaran penduduk dan pemerataan

pembangunan. Penyebaran penduduk ke seluruh pelosok tanah air di Indonesia

menggunakan berbagai jenis moda transportasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II - POLBAN

Menurut Daldjoeni (2003) peran transportasi dalam menyampaikan bahan

baku ke konsumen yaitu, pengangkutan berperan penting untuk saling

menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran

dan daerah pemukiman tempat tinggal konsumen.

2.1.5 Prasarana dan Sarana Transportasi Darat

A. Pengertian Prasarana dan Sarana

“Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan

suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila

kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat

mencapai hasil yang diharapkan sesuai denganrencana. “

“Menurut Moenir (1992) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis

peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai

alatutama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka

kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. “

“Berdasarkan pengertian di atas, maka sarana dan prasarana pada dasarnya

memiliki fungsi utama sebagai berikut : “

1. “Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat

menghemat waktu. “

2. “Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa. “

3. “Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin. “

4. “Lebih memudahkan/sederhana dalam gerak para pengguna/pelaku“

5. “Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin. “

6. “Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang

berkepentingan. “

7. “Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan

yangmempergunakannya. “

Pembahasan lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang dimaksud

di atas berikut ini akan diuraikan istilah sarana kerja/fasilitas kerja yang ditinjau

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II - POLBAN

dari segi kegunaan menurut Moenir ( 2000 : 120) membagi sarana dan prasarana

sebagai berikut :

1. “Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung

sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi

memproses suatu barang yang berlainan fungsi dan gunanya. “

2. “Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi sebagai

alat pembantu tidak langsung dalam produksi, mempercepat proses,

membangkit dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan. “

3. “Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang

berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan. “

B. Prasarana dan Sarana Transportasi Darat

“Transportasi Darat merupakan kegiatan atau usaha perpindahan barang dan

manusia yang dilakukan di daratan. Transportasi darat memiliki prasarana dan

sarana sebagai berikut : “

1. Sarana

a. “Angkutan jalan seperti, Bis, Taksi, dan Angkutan Umum

Pedesaan“

b. “Kereta Api “

c. “Lainnya, yaitu angkutan darat selain mobil, bus atapun sepeda

motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan

untuk skala kecil, rekreasi, atapun sarana – sarana transportasi di

perkampungan baik di kota maupun di desa. Seperti, becak, sepeda,

bajaj, demo, helicak dan delman. “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II - POLBAN

2. Prasarana

a. “Jalan, jembatan dan rel“

b. “Terminal dan stasiun kereta api“

c. “Halte “

“Lembaga yang mengatur kebijakan dan kelancaran segala kegiatan

transportasi terdapat lembaga – lembaga yang khusus menangani bidang

transportasi, antara lain sebagai berikut : “

1. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

2. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

3. Badan SAR Nasional

2.1.6 Terminal dan Peran Terminal

A. Pengertian Terminal

“Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau

keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi

secara keseluruhan, terminal merupakan simpul utama dalam jaringan dimana

sekumpulan lintasan rute secara keseluruhan bertemu. Dengan demikian terminal

merupakan komponen utama dalam sistem jaringan transportasi jalan yang

mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Terminal bukan saja

merupakan komponen fungsional utama dari sistem, tetapi juga sering merupakan

prasarana dimana titik kemacetan mungkin terjadi. “

“Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM

132 Tahun 2015 Tentang Penyelengaraan Terminal penumpang angkutan jalan.

Terminal adalah pangkalan tempat kendaraan bermotor umum yang digunakan

untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan

orang dan/atau barang serta perpindahan moda angkutan. “

“Adapun fungsi utama terminal dapat ditinjau dari tiga unsur yang terkait,

yaitu penumpang, pemerintah dan operator angkutan umum. Fungsi–fungsi

tersebut adalah sebagai berikut : “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB II - POLBAN

1. “Fungsi terminal bagi penumpang adalah mempermudah perpindahan dari

satu moda ke moda lainnya atau dengan kata lain untuk mempercepat arus

penumpang menuju daerah tujuan dengan memperhatikan segi keamanan

dan kenyamanan, tersedianya fasilitas terminal dan informasi serta

fasilitas parkir kendaraan pribadi. “

2. “Fungsi terminal bagi pemerintah adalah perencanaan dan manajemen

lalu lintas serta pengendalian arus kendaraan umum untuk menghindari

kemacetan sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah. “

3. “ Fungsi terminal bagi operator angkutan umum adalah untuk pengaturan

operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus

dan sebagai fasilitas pangkalan. “

Menurut Undang–undang No. 14 tahun 1992, fungsi utama dari terminal“adalah sebagai pelayanan umum seperti, tempat untuk naik turun penumpang danatau bongkar muat barang, untuk pengendalian lalu lintas dan angkutan umum,serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi”.

“Tipe terminal Berdasarkan karakteristik dan fungsinya, menurut Keputusan

Menteri Perhubungan No. 31 tahun 1995, terminal Tipe C mempunyai fungsi

melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal

Tipe C : “

1. “Terletak di wilayah kabupaten tingkat dua dan dalam jaringan trayek

angkutan pedesaan. “

2. “Terletak di jalan kolektor / lokal dengan kelas jalan paling tinggi

kelas III A. “

3. “Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan“

B. Peran Terminal

“Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan

kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas

( kendaraan, barang, dan sebagainya ) diproses penuh sehingga dapat meneruskan

perjalanan. Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat komplek, banyak kegiatan

tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan, dan terkadang secara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB II - POLBAN

paralel, dan sering menyebabkan kemacetan yang cukup mengganggu. Terminal

adalah titik penumpang dan barang memasuki serta meninggalkan suatu sistem

transportasi. Menurut Morlok (1995) Terminal bukan saja merupakan komponen

fungsional utama dari sistem transportasi tetapi juga merupakan prasarana yang

merupakan biaya yang besar dan titik kemacetan yang terjadi. “

Keberadaan terminal sangat penting untuk terlaksananya transportasi yang

dapat digunakan oleh masyarakat baik transportasi angkutan barang ataupun

angkutan orang. Pada hakikatnya terminal merupakan simpul dalam sistem

jaringan perangkutan jalan yang terdiri dari dua jenis terminal yaitu terminal

penumpang dan terminal barang. Menurut Warpani (2002) Keduanya merupakan

sarana transportasi jalan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang/barang,

serta pengaturan kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum sehingga

terminal harus dikelola dan dipelihara agar dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat dan angkutan jalan raya dengan baik dan termasuk didalamnya sarana

dan fasilitas yang harus ada di dalam terminal.

2.1.7 Sistem Operasi Terminal

A. Pengertian Sistem

“Menurut Azhar Susanto (2013) Sistem adalah kumpulan dari sub

sistem/bagian/komponen apapun baik fisik yang saling berhubungan satu sama

lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Sutarman (2009) sistem adalah sekumpulan elemen yang

saling berinteraksi pada suatu kesatuan dalam menjalankan suatu proses

pencapaian satu tujuan utama.Menurut Jogiyanto (2009) sistem dapat

didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. “

Sehingga, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah

sekumpulan elemen yang berupa sub sistem/bagian/komponen apapun yang

bekerja secara harmonis dan menjadi satu kesatuan untuk menjalankan suatu

proses dengan pendekatan prosedur dan komponen untuk mencapai satu tujuan

yang sama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: BAB II - POLBAN

B. Pengertian Manajemen Operasi Terminal

“Kata operasi atau operations adalah kegiatan untuk mengubah masukan

(yang berupa faktor – faktor produksi/operasi) menjadi keluaran sehingga lebih

bermanfaat dari pada bentuk aslinya, keluaran tersebut dapat berbentuk barang

atau jasa. Adapun pengertian manajemen operasi yaitu : “

1. “Menurut Jay Hezler dan Barry Render (2005) manajemen operasi adalah

serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan

jasa dengan mengubah input menjadi output. “

2. “Menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo (2000) manajemen operasi

merupakan penerapan ilmu manajemen yang digunakan untuk mengatur

kegiatan produksi dan operasi agar dapat dilakukan secara efisien. “

Berdasarkan dua pengertian manajemen operasi di atas, dapat disimpulkan

bahwa manajemen operasi terminal adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk menghasilkan nilai dalam bentuk jasa dengan menerapkan ilmu manajemen

yang digunakan untuk mengatur kegiatan produksi dan operasi yang mengubah

input menjadi output agar dapat dilakukan secara efisien pada terminal.

C. Sistem Operasi Terminal

Berdasarkan pengertian sistem dan manajemen operasi terminal pada sub

bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sistem operasi terminal adalah

serangkaian kegiatan yang berupa sekumpulan elemen, bekerja secara harmonis

dan menjadi satu kesatuan untuk menjalankan suatu proses dengan pendekatan

prosedur dan komponen untuk mencapai satu tujuan yang sama. Dilakukan untuk

menghasilkan nilai dalam bentuk jasa dengan menerapkan ilmu manajemen yang

digunakan untuk mengatur kegiatan produksi dan operasi yang mengubah input

menjadi output agar dapat dilakukan secara efisien pada terminal. Analisa dan

proses di terminal penumpang menurut Morlok (2005) akan diperlihatkan lebih

mudah dengan menggunakan bagan alir proses dengan menunjukkan kegiatan-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: BAB II - POLBAN

kegiatan yang dialami oleh penumpang, kendaraan, atau satuan lalu lintas pada

saat diproses melalui terminal yang dapat dilihat pada Gambar 2.3

(Sumber : Morlok,2005)

Gambar 0.3 Alur Proses Terminal Transportasi

2.1.8 Parkir dan Rumus Kapasitas Parkir

A. Pengertian Parkir

“Parkir adalah berhentinya kendaraan untuk sementara waktu karena dalam

waktu sebentar ditinggalkan oleh pengendaranya. Pengendalian atau pengelolaan

perparkiran dilakukan untuk mencegah atau menghilangkan hambatan dalam

sistem lalu lintas, mengurangi kecelakaan, menciptakan kondisi agar tempat

parkir digunakan secara efektif dan efisien, memelihara keindahan lingkungan

untuk menciptakan mekanisme penggunaan jalan secara efektif dan efisien

terutama pada luas jalan tempat terjadinya kemacetan lalu lintas. “

“Menurut Direktur Jendral Darat dalam Raharjo (2011): “

“keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara,sedangkan berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu keadaan untuksementara dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya.Kawasan parkiradalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan jalan sebagai fasilitas arkirdan tempat pengendalian parkir melalui parkir masuk”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 29: BAB II - POLBAN

“Fasilitas Parkir menurut penempatannya dibagi menjadi dua yaitu, parkir di

badan jalan dan parkir diluar badan jalan, karena objek penelitian berada di luar

badan jalan maka fasilitas parkir yang dibutuhkan adalah fasilitas parkir di luar

badan jalan. “

B. Bentuk Pola Parkir

“Parkir dibagi menjadi dua Parkir di luar badan jalan diaplikasikan di

tempat-tempat yang tarikan perjalanannya besar agar kelancaran arus lalu lintas

dan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Dengan demikian desain parkir di luar

badan jalan sangat perlu diselaraskan dengan kebutuhan ruang parkir (Dirjen

Perhubungan Darat, 1998). “

1) Pola Parkir Mobil Penumpang

a. Parkir Kendaraan Satu Sisi ( Sudut 90o , 30o 45o dan 60o)

b. Parkir Kendaraan Dua Sisi ( Sudut 90o , 30o 45o dan 60o)

2) Parkir Sepeda Motor

a. Parkir Kendaraan Satu Sisi

b. Parkir Kendaraan Dua Sisi

“Adapun penjelasan dari poin satu dan dua dapat dilihat pada gambar di

bawah ini : “

1) Mobil Penumpang

a Parkir Kendaraan Satu Sisi

Membentuk Sudut 900

(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)

Gambar 0.4 Pola Parkir Tegak Lurus

Membentuk Sudut 300, 450, 600

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 30: BAB II - POLBAN

(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)

Gambar 0.5 Pola Parkir Sudut

b Parkir Kendaraan Dua Sisi

Membentuk sudut 900

(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)

Gambar 0.6 Parkir Tegak Lurus Behadapan

Membentuk sudut 300, 450, 600

(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)

Gambar 0.7 Parkir Sudut Berhadapan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 31: BAB II - POLBAN

2) Pola Parkir Sepeda Motor

a Pola Parkir Satu Sisi

(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)

Gambar 0.8 Pola Parkir Satu Sisi

b Pola Parkir Dua Sisi

(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)

Gambar 0.9 Pola Parkir Dua Sisi

2.1.9 Analisis Kapasitas Parkir

A. Satuan Ruang Parkir (SRP)

“Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah tempat untuk satu kendaraan.

Dimensi ruang parkir menurut Ditjen Perhubungan Darat dipengaruhi

oleh : “

1. “Lebar total kendaraan“

2. “Panjang total kendaraan“

3. “Jarak bebas arah lateral“

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 32: BAB II - POLBAN

Penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikasi menjadi tiga golongan,

dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 0.2 Satuan Dimensi Kendaraan

No JenisKendaraan

LebarJalur(m)

Dimensi (P xL x T)(m2)

JarakAntar

Kendaraan (m)

RadiusPutaran

(m)

TinggiLantai(cm)

KebutuhanRuang(m2)

1 BusAKDP/AKAP

3 11 x 2,5 x 3 1 12 60 45

2 AngkutanKota

2,7 7,5 x 2,2 x2,4

1 8 60 40,5

3 AngkutanPedesaan

2,5 4 x 1,55 x1,6

1 8 60 -

(Sumber : Abubakar,1997)

B. Volume Parkir

“Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir

(yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per

hari).Perhitungan volume parkir dapat digunakan sebagai petunjuk apakah ruang

parkir yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan parkir kendaraan atau tidak

(Hobbs, 1995).Waktu yang digunakan untuk parkir dihitung dalam menit atau

jam,menyatakan lamanya parkir. Perhitungan volume parkir dapat digunakan

sebagai petunjuk apakah ruang parkir yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan

parkir kendaraan atau tidak. Berdasarkan volume tersebut maka dapat

direncanakan besarnya ruang parkir yang diperlukan apabila akan dibuat

pembangunan ruang parkir baru. Rumus yang digunakan yaitu: “

(Sumber: Hobbs, 1995)

Keterangan :

VP: Volume Parkir

Ei : “Jumlah kendaraan yang masuk“

X : “Kendaraan yang sudah ada sebelum waktu survei“

VP = Ei + X (kendaraan)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 33: BAB II - POLBAN

C. Lama Waktu Parkir (Durasi)

“Lama waktu parkir (parking duration) adalah lama waktu yang dipakai

setiap kendaraan untuk berhenti pada ruang parkir atau lama waktu yang

dihabiskan oleh pemarkir pada ruang parkir. Lamanya parkir dinyatakan dalam

jam. Suatu ruang parkir akan mampu melayani lebih banyak kendaraan jika

waktu parkirnya singkat, dibandingkan dengan ruang parkir yang digunakan

oleh kendaraan dalam waktu yang lama. “

“Menurut waktu yang digunakan, parkir dapat diklasifikasikan sebagai

berikut: “

1. “Parkir waktu singkat yaitu pemarkir yanga menggunakan ruang parkir

kurang dari satu jam dan untuk keperluan berdagang. “

2. “Parkir waktu sedang yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir antara

1-4 jam dan untuk keperluan berbelanja. “

3. “Parkir waktu lama yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir lebih dari

4 jam, biasanya untuk keperluan bekerja. “

“Dari lama parkir maka akan diketahui waktu yang akan dipakai pemarkir

untuk memarkir kendaraan pada petak parkir. Sedangkan untuk mengetahui rata-

rata lamanya parkir dari seluruh kendaraan selama waktu survai (sepuluh jam),

dapat diketahui dari rumus berikut : “

(Sumber: Hobbs, 1995)

Keterangan :

D : Rata-rata lama parkir/durasi (jam/kend).

Nx : Jumlah kendaraan yang parkir selama waktu tertentu

X : Jumlah dari interval.

I : Lamanya waktu setiap interval (jam).

Nt : Jumlah total kendaraan pada saat dilakukan survei

D= ( ) ( ) ( )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 34: BAB II - POLBAN

C. Disiplin Antrian

“Menurut Thomas J Kakiay disiplin antrian adalah aturan di mana para

pelanggan dilayani, atau disiplin pelayanan yang memuat urutan para pelanggan

untuk mendapatkan pelayanan. Namun, karena pengaplikasian dalam pembahasan

ini maka, pelanggan disini adalah angkutan pedesaan yang sedang menunggu

penumpang. Terdapat empat bentuk disiplin antrian menurut urutan kedatangan

antara lain : “

1. “First Come First Served (FCFS) atau First In First Out ( FIFO), di

mana pelanggan yang terlebih dahulu datang akan dilayani terlebih

dahulu. “

2. “Last Come First Served ( LCFS) atau Last In First Out (LIFO), di mana

pelanggan yang datang paling akhir akan dilayani terlebih dahulu. “

3. “Service In Random Order ( SIRO) atau Random Selection for Service

( RSS), di mana panggilan didasarkan pada peluang secara random. “

4. “Priority Service (PS), di mana prioritas pelayanan diberikan kepada

pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan

pelanggan yang mempunyai prioritas lebih rendah. “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 35: BAB II - POLBAN

2.1.10 Ruang Khusus Ibu Menyusui

“Fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI yang selanjutnya disebut

dengan Ruang ASI adalah ruangan yang dilengkapi dengan prasarana menyusui

dan memerah ASI yang digunakan untk menyusui bayi, memerah ASI,

menyumpan ASI perah, dan /atau konseling menyusui/ASI. Adapun ukuran

ruangan yang harus disediakan adalah 3x 4 m2 berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara

Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan /atau Memerah Air Susu Ibu yang

dilengkapi peralatan kursi dan meja, wastafel dan sabun cuci tangan. “

2.1.11 Persyaratan Teknis Terminal Tipe C ( Fasilitas dan Luas )

Terdapat persyaratan teknis berupa jenis fasilitas dan luas faslitas yang

harus dibuat pada terminal sesuai dengan kebutuhan. Adapun standar persyaratan

teknis mengenai luas berdasarkan hasil studi Direktorat Jenderal Perhubungan

Darat dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 0.3 Persyaratan Teknis ( fasilitas dan luasnya )

Kegunaan Kebutuhan luas (m2)A. KendaraanRuang Parkir ADES 900Ruang istirahat 30B. Pemakai JasaRuang Tunggu 480Sirkulasi orang 192Kamar mandi 40Kios 288Musholla 40C. OperasionalRuang administrasi 39Ruang Pengawas 16Retribusi 6Ruang Informasi 8Ruang P3K 15Luas Total 1.862

(Sumber : Hasil Studi Ditjendar)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 36: BAB II - POLBAN

2.2 Landasan Normatif

Landasan Normatif yang menjadi dasar hukum penyelesaian penelitian ini

adalah sebagai berikut :

2.2.1 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 5 Tahun

2012

Peraturan nomor 5 Tahun 2012 ini mengatur Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Pada Pasal 43 ayat (1) menyatakan :

“Pencadangan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dapatdilaksanakan melalui pembangunan taman keanekaragaman hayati di luarkawasan hutan, ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30% dari wilayah,dan/atau menanam dan memelihara pohon di luar kawasan hutan khususnyatanaman langka.”

2.2.2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2015

Terminal sebagai aset publik wajib memberikan pelayanan yang dibutuhkan

oleh setiap pengguna atau masyarakat umum. Untuk memenuhi pelayanan yang

dibutuhkan diperlukan dasar hukum sebagai landasan untuk dijadikan standar

pelayanan bagi masyarakat.

“standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagaikewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayananyang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.”

“Peraturan menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2015 dalam pasal 3

menyatakan bahwa Standar Pelayanan terminal penumpang wajib disediakan dan

dilaksanakan oleh penyelenggara terminal, yang disesuaikan menurut tipe

terminal. Adapun Standar pelayanan yang dimaksud adalah : “

1. Pelayanan Keselamatan, adalah pelayanan yang berkaitan dengan hal-hal

keselamatan semua individu yang menggunakan fasilitas terminal.

Pelayanan Keselamatan mencangkup Lajur pejalan kaki, tersedianya

fasilitas keselamatan jalan seperti marka jalan, rambu, penerangan jalan,

dan pagar, tersedianya jalur evakuasi, alat pemadam kebakaran, pos dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 37: BAB II - POLBAN

fasilitas kesehatan untuk terminal tipe A dan B, sedangkan terminal tipe C

hanya fasilitas kesehatan saja, pos dan fasilitas pemeriksa kelaikan

kendaraan umum, fasilitas perbaikan ringan kendaraan umum untuk

terminal tipe A dan B saja, dan informasi ketersediaan fasilitas

keselamatan, kesehatan, pemeriksaan dan perbaikan ringan kendaraan

umum.

2. Pelayanan Keamanan, adalah pelayanan yang berkaitan dengan hal-hal

keamanan semua individu yang menggunakan fasilitas terminal. Yang

dapat dilihat dari segi fasilitas keamanan, terminal tipe A dan B selain

harus tersedianya pos keamanan, juga harus menyediakan kamera

pengawas dan titik pengamanan tertentu. Sedangkan untuk terminal tipe C

hanya membutuhkan pos keamanan saja.

3. Pelayanan Kehandalan/keteraturan, adalah pelayanan yang berkaitan

dengan kehandalan atau keteraturan beroperasinya terminal. Pelayanan ini

mencangkup jadwal keberangkatan dan kedatangan kendaraan umum yang

dilengkapi dengan besaran tarifnya, loket penjualan tiket, dan kantor

penyelenggara terminal. Loket penjualan tiket tidak harus disediakan oleh

terminal tipe C, namun wajib untuk terminal tipe A dan B. Kantor

penyelenggara terminal juga harus dilengkapi dengan control room, dan

SIM (Sistem Informasi Manajemen) Terminal dengan luas yang

disesuaikan dengan kebutuhan untuk terminal tipe A dan B, sedangkan

terminal tipe C tidak memerlukan control room dan SIM Terminal.

4. Pelayanan kenyamanan, merupakan pelayanan yang berkaitan dengan

kenyamanan semua individu yang menggunakan terminal. Pelayanan

kenyamanan mencangkup berbagai fasilitas penunjang kenyamanan

terminal, meliputi Ruang tunggu, toilet, fasilitas peribadatan, ruang

terbuka hijau, rumah makan, fasilitas kebersihan, tempat istirahat awak

kendaraan, area merokok, drainase, area dengan jaringan internet (hotspot

area), Ruang Baca, dan lampu penerangan ruangan. Terminal tipe C tidak

diharuskan untuk menyediakan fasilitas hotspot area dan ruang baca,

namun tetap harus menyediakan fasilitas kenyamanan yang lain dengan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 38: BAB II - POLBAN

penyesuaian luas, spesifikasi, dan berbagai kriteria lain yang sesuai

dengan kebutuhan.

5. Pelayanan kemudahan/keterjangkauan, adalah pelayanan yang berkaitan

dengan aksesbilitas semua individu untuk menggunakan terminal dan

fasilitasnya. Fasilitas yang harus disediakan untuk menunjang pelayanan

kemudahan diantaranya adalah, letak jalur kedatangan dan

pemberangkatan, tempat penitipan barang, fasilitas pengisian baterai,

tempat naik serta turun penumpang, dan tempat parkir kendaraan umum

dan pribadi. Terminal tipe C tidak diharuskan untuk menyediakan fasilitas

pengisian baterai dan tempat penitipan barang, namun fasilitas lain tetap

harus disediakan sesuai dengan kebutuhan.

6. Pelayanan Kesetaraan, adalah pelayanan yang berkaitan dengan kesetaraan

untuk semua individu, yakni fasilitas penyandang cacat (difable), seperti

terseidanya kursi roda, toilet khusus, dan ramp khusus, serta ruangan

untuk ibu menyusui yang lengkap dengan fasilitasnya. Terminal tipe C

tidak diharuskan untuk menyediakan fasilitas khusus penyandang cacat

(difable), namun terminal tipe C tetap diharuskan untuk menyediakan

ruangan khusus untuk ibu menyusui lengkap dengan berbagai fasilitasnya.

Setiap aspek pelayanan tersebut secara rinci diuraikan dalam Peraturan

Menteri Perhuungan nomor PM 40 tahun 2015 dapat dilihat di lampiran C.

2.2.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006

“Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan. Peraturan ini memuat tentang ukuran dan detail penerapan standar

rambu dan marka sebagai berikut : “

1. “Penggunaan rambu dibutuhkan pada : “

a. “Arah dan tujuan jalur pedestrian“

b. “KM/WC umum, telepon umum“

c. “Parkir “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 39: BAB II - POLBAN

d. “Nama fasilitas dan tempat“

e. “Telepon dan ATM“

2. Persyaratan rambu yang digunakan :

a. “Rambu berupa tanda dan simbol internasional. “

b. “Rambu menerapkan metode khusus ( misal pembedaan

kontras warna). “

c. “Karakter latar belakang rambu harus dibuat dari bahan yang

tidak silau. Karakter dan simbol harus kontras dengan latar

belakangnya, apakah karakter terang di atas gelap atau

sebaliknya. “

d. “Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai

rasio lebar dan tinggi antara 3:5 dan 1:1, serta ketebalan

huruf antara 1:5 dan 1:10. “

e. “Tinggi karakter huruf da angka pada rambu harus diukur

sesuai dengan jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca.

sistem c“

3. Lokasi penempatan rambu :

a. “Penempatan sesuai dan tepat serta bebas pandang tanpa

penghalang. “

b. “Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya. “

c. “Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan

lampu pada kondisi gelap. “

d. “Tidak menganggu arus pejalan kaki dan sirkulasi buka tutup

pintu. “

Selain pemaparan di atas, peraturan ini didukung juga dengan hasil studi

Badan Litbang Pekerjaan Umum Departemen Pekerjaan Umum dan

kedua acuan ini dapat dilihat lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran D.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 40: BAB II - POLBAN

2.2.4 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014

Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Pasal 3 ayat (2) yaitu :“Pengelolaan barang milik Negara/Daerah meliputi: perencanaan

kebutuhan dan penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan;pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; pemindahtanganan; pemusnahan;penghapusan; penatausahaan; dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.”

2.2.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008

Alat Pemadam kebakaran untuk lingkungan perumahan, perdagangan

dan atau campuran yang mudah diterapkan adalah hidran halaman karena,

memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk menggunakannya. Hidran

halaman harus peletakannya harus didepan halaman dan ditempat yang mudah

diakses pemadam kebakaran. Dengan minimal jarak yang dapat dicapai oleh

mobil pemadam kebakaran.

2.2.6 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995

“Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun

1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan Pasal 15 bahwa dalam rancangan

pembangunan terminal harus memperhatikan : “

a “Fasilitas terminal penumpang yang diatur pada pasal 4, 5, dan 6“

b “Batas antara daerah lingkungan kerja terminal dengan lokasi lain

yang berada di luar terminal“

c “Batasan pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan

orang di dalam terminal“

d “Batasan pemisahan jalur lalu lintas kendaraan di dalam terminal“

e “Manajemen lalu lintas di dalam terminal dan di daerah

pengawasan terminal“

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 41: BAB II - POLBAN

Pasal 4 Fasilitas terminal pada pasal 4 adalah fasilitas utama terminal,

sedangkan pada pasal 5 adalah fasilitas penunjang dan pada pasal 6 adalah

fasilitas untuk penumpang penderita cacat sesuai dengan kebutuhan.

2.2.7 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 132 Tahun 2015

“Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

Nomor 132 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Angkutan Jalan. “

Pasal 6 mengenai penetapan lokasi terminal penumpang yang

ditetapkan oleh bupati Kabupaten Bandung Barat dengan memperhatikan :

a Tingkat Aksesibilitas pengguna jasa angkutan

Pembangunan suatu terminal harus memperhatikan

kemudahan akses yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada

daerah sekitarnya.

b Kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,

“Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/Kota. “

“Pembangunan suatu terminal harus sesuai dengan zoning pada

daerah tersebut dan disesuaikan dengan kondisi lahan. “

c “Kesesuaian lahan dengan rencana pengembangan dan / atau

kinerja jaringan jalan dan jaringan trayek“

“Pembangunan terminal harus sesuai dengan rencana

pengembangan jaringan jalan dan jaringan trayek yang telah

ditentukan agar terminal dapat berfungsi dan saling terhubung

sesuai dengan jaringan jalan dan jaringan trayek yang telah

ditetapkan. “

d “Kesesuaian dengan rencana pengembangan dan / atau pusat

kegiatan“

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 42: BAB II - POLBAN

Pembangunan terminal harus sesuai dengan rencana

pengembangan atau pusat kegiatan yang ada di sekitar tempat

tersebut.

e Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain

Pembangunan terminal juga harus serasi dan seimbang dengan

pembangunan yang dilakukan di suatu tempat.

f Permintaan angkutan

Pembangunan suatu terminal juga harus memperhatikan

tingkat permintaan angkutan yang dibutuhkan masyarakat agar

keberadaan terminal tidak idle karena kurangnya permintaan

angkutan.

g Kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi

Pembangunan terminal yang dilakukan harus dikatakan layak

secara teknis ( pembangunanannya ), finansial ( pendapatan yang

dihasilkannya ), ekonomi ( memberikan dampak ekonomi yang

baik pada masyarakat sekitar )

h Keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan

Pembangunan terminal juga harus memperhatikan aspek

keamanan dan keselamatan lalu lintas di sekitarnya dan

keselamatan angkutan jalan dari segi jaringan jalan yang dilaluinya.

i Kelestarian fungsi lingkungan hidup

Pembangunan terminal juga harus memperhatikan dampak

yang diberikan terhadap lingkungan, dengan adanya kesesuaian

pada Ruang Terbuka Hijau, pengaturan drainase, dan pengelolaan

sampah yang dihasilkan

Pada Peraturan ini juga diatur mengenai zona pelayanan terminal yang

terbagi menjadi empat zona yaitu :

a Zona 1 ( Zona penumpang sudah bertiket )

Pada zona satu adalah zona yang dikhususkan untuk

penumpang yang sedang menunggu angkutan umum sehingga pada

zona ini diperlukan ruang tunggu utuk penumpang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 43: BAB II - POLBAN

b Zona 2 ( Zona penumpang belum bertiket )

Zona dua dikhususkan untuk penumpang yang belum memiliki

tiket dan lebih berfokus kepada penumpang yang akan membeli tiket

dan menentukan tujuan perjalanan. Sehinga pada zona ini diperlukan

fasilitas kesehatan, fasilitas komersial ( perdagangan), fasilitas

keamanan, tempat transit penumpang, fasilitas penyandang cacat,toilet,

ruang ibu hamil dan menyusui, ruang ibadah, tempat parkir, ruang

terbuka hijau dan ruang merokok.

c Zona 3 ( Zona Perpindahan)

Zona tiga merupakan zona perpindahan penumpang dari

berbagai jenis pelayanan angkutan penumpang umum.

d Zona 4 ( Zona Pengendapan)

Zona empat merupakan zona pengendapan atau tempat untuk

istirahat awak kendaraan dan pengendapan kendaraan umum.

Pembagian zona di atas dapat dilihat pada Lampiran E

2.2.8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2008

“Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini mengatur tentang

pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja. Terutama mengenai

fasilitas P3K di tempat kerja pada BAB III Pasal 8 ayat (1) mengenai Ruang

P3K, Kotak P3K dan isinya dan Alat Evakuasi. “

1. Lokasi Ruang P3K

a) “Dekat dengan toilet/kamar mandi “

b) “Dekat jalan keluar“

c) “Mudah dijangkau dari area kerja dan “

d) “Dekat dengan tempat parkir kendaraan “

2. Luas minimal ruang P3K

a) “Cukup menampung satu tempat tidur pasien“

b) “Dan masih terdapat ruang gerak bagu seorang petugas serta

cukup untuk penempatan fasilitas P3K lainnya ( wastafel,

kotak P3K dan isi) “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 44: BAB II - POLBAN

2.2.9 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

2013 Tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan /atau

Memerah Air Susu Ibu.

“Sarana dan prasarana Pasal 9 : ayat (1) Ruang ASI diselenggarakan pada

bangunan yang permanen, dapat merupakan ruang tersendiri atau merupakan

bagian dari tempat pelayanan kesehatan yang ada di Tempat kerja dan

Sarana Umum. Ayat (2) Ruang ASI harus memenuhi persyaratan kesehatan.

Ayat (3) setiap tempat kerja dan tempat sarana tempat umum harus

menyediakan sarana dan prasarana Ruang ASI sesuai dengan standar

minimal dan sesuai kebutuhan. “

“Pasal 10 : Persayaratan kesehatan yang dimaksud dalam pasal 9 ayat (2)

paling sedikit meliputi : “

a “Ruang khusus dengan ukuran 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan“

b “Terdapat pintu yang dapat dikunci, mudah dibuka atau ditutup“

c “Laintai keramik/semen/karpet“

d “Ventilasi udara yang cukup“

e “Bebas polusi dan bebas potensi bahaya di tempat kerja“

f “Lingkungan cukup tenang “

g “Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan“

h “Kelembaban berkisar 30-50% maksimum 60%“

i “Tersedia wastafel untuk cuci tangan dan peralatan“

“Penyediaan Ruang ASI di tempat sarana umum sebagaimana pada pasal 12

harus sesuai standar untuk Ruang ASI sekurang kurangnya memiliki kursi dan

meja, wastafel dan sabun cuci tangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 45: BAB II - POLBAN

( Sumber : Peneliti,2017)

Gambar 0.10 Kerangka Berfikir

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 46: BAB II - POLBAN

Tabel 0.4 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Nama Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan1. Redesain Purwantoro

Bus Station With GreenArchitecture Concept

Ewang Kurnianto,Chundakus Habsya danAryanti Nurhidayati

( 2013 )

1. Penggunaan green roof padabangunan ruang tunggu menambahruang terbuka hijau pada terminal.

2. Desain penataan sirkulasi dibuataman, mudah dan nyaman.

3. Tapak dirancang untuk mewadahiseluruh kegiatan kendaraan denganstandar tipe dan menambah beberaparuang sesuai kebutuhan

4. Desain tata ruang menggunakan polacampuran

1. Mengatur ulangsirkulasi penumpangdan bus

2. Mengatur ulang desaintata ruang untukterminal

3. Menambah RTH

1. Menggunakan konsepGreen Architecture

2. Tidak menghitung estimasiparkir pada terminal

3. Penelitian dilakukan padaTerminal Tipe B

2. Redesign Of Kalol BusTerminal

Deep D Shukla, Krupa RDave, dan J.D Raol

( 2017 )

1. Redesain terminal bus kalol akanmeningkat bila menggunakanteknologi terbaru

2. Dengan melakukan redesain padaterminal bus kalol, terminal tidakhanya dapat digunakan sebagaitransportasi akan tetapi untukkomersial juga

1. Mengatur fasilitastempat duduk untukruang tunggu

2. Mengatur ruang makan /toko penjual makanandi terminal

3. Mengatur peneranganpada terminal

1. Terlalu berfokus padateknologi terbaru danfasilitas komersial.

2. Tidak menghitung estimasiparkir pada terminal

3. Penelitian dilakukan padaTerminal bus

3. Penataan TerminalAngkutan Darat Towo’eTahuna di KabupatenKepulauann Sangihe

Vivi Arianty Tawaris,L.I.R Lefrandt, dan J.ATimboeleng

( 2013 )

1. Daya tampung termina setelah ditelitimenjadi 76 kendaraan dari 46kendaraan

2. Tingkat kedatangan sebesar 42kend/jam dengan rata- rata pelayananefektif 60 kendaraan /jam

3. Luas area terminal yang dibutuhkansampai tahun rencana 2022 dihitungdengan cara forecasting dengan luas20.616,05m2

1. Menghitung volumekendaraan yang masuk

2. Menghitung akumulasiparkir

3. Menghitung lama waktuparkir

4. Menghitung indexparkir

1. Tidak melakukanpenambahan fasilitas padaTerminal

2. Penelitian dilakukan padaTerminal Tipe A

( Sumber : Peneliti,2017 )