bab ii tinjauan pustaka 2.1 kondisi umum perairan teluk...

13
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk Banten Teluk Banten terletak di pantai utara Pulau Jawa, sekitar 60 km sebelah barat kota Jakarta. Secara administrasif, pesisir dan laut Teluk Banten termasuk ke dalam wilayah pantai utara Kabupaten Serang. Secara geografis pesisir Teluk Banten terletak pada posisi 05 o 54’30” – 06 o 04’00” LS dan 106 o 04’00” – 106 o 15’00” BT (Gambar 2). Gambar 2. Wilayah pesisir Teluk Banten Kabupaten Serang (Sumber : Hoekstra et al, 2001)

Upload: lytram

Post on 02-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk Banten

Teluk Banten terletak di pantai utara Pulau Jawa, sekitar 60 km sebelah

barat kota Jakarta. Secara administrasif, pesisir dan laut Teluk Banten termasuk ke

dalam wilayah pantai utara Kabupaten Serang. Secara geografis pesisir Teluk

Banten terletak pada posisi 05o54’30” – 06

o04’00” LS dan 106

o04’00” –

106o15’00” BT (Gambar 2).

Gambar 2. Wilayah pesisir Teluk Banten Kabupaten Serang

(Sumber : Hoekstra et al, 2001)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

9

Secara topografis wilayah pesisir Teluk Banten merupakan perairan yang

dangkal, umumnya mempunyai kedalaman kurang dari 50 meter dan terletak di

pantai utara Pulau Jawa dan di sebelah tepi timur Teluk Jakarta (Wyrtki 1987

dalam Simanjuntak 2007).

Teluk Banten memiliki karakteristik (BAPEDAL 2006) antara lain:

Pantai berlumpur berpasir dengan material tanah penyusun terdiri dari lumpur,

lempung, lanau, dan pasir.

Suhu perairan Teluk Banten berkisar antara 290C sampai 30,4

0C pada umunya

tidak jauh berbeda dengan suhu perairan laut tropis.

Pasang surut perairan secara umum terjadi dua kali muka air laut maksimum

(pasang) dan dua kali minimum (surut) dalam sehari.

Arus laut secara umum mempunyai kecepatan mencapai 35 cm/detik,

menunjukkan arah ke timur pada waktu musim barat dan pada musim timur

arah arus berubah menjadi ke barat.

Teluk Banten memiliki gelombang pantai yang relatif kecil yaitu

berketinggian kurang dari 1 m.

Menurut BMG (2004) dalam Ongkosono (2004) diperkirakan curah hujan di

bagian utara Kabupaten Serang normal dan di bawah normal terjadi di bagian

selatan Kabupaten Serang. Serang memiliki enam bulan musim hujan

(November-April) dan enam bulan musim kemarau (Mei-Oktober).

Kecamatan Bojonegara adalah kecamatan yang berada di perairan Teluk

Banten. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategik kawasan Bojonegara memiliki

posisi penting dan menguntungkan. Luas wilayah Kecamatan Bojonegara adalah

30,30 km2.Sepanjang 16,62 km pesisir Bojonegara telah berdiri kawasan industri

1.372 ha. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri logam dasar, kimia

dasar, galangan kapal, pabrik rafinasi gula, rekayasa dan rancang bangun.

Aktivitas industri yang berada pada pesisir Kecamatan Bojonegara sampai Pulo

Ampel yang menjadi lokasi penelitian yang membuang air limbah dari proses

IPAL ke perairan Teluk Banten diantaranya adalah: PT. Angel Products, PT.

Samudera Marine Indonesia, PT. Anugerah Buana Marine, PT. Duta Sugar

Internasional, PT. Batu Alam Makmur (BPLH 2011).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

10

2.2 Tinjauan Umum Logam Berat

2.2.1 Jenis dan Toksisitas Logam Berat

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari

5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yag

tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari periode 4

sampai 7 (Hodson 2003 dalam Syakti dkk, 2012). Sifat dari logam berat

tergolong berbahaya masuk ke dalam tubuh dan sulit diuraikan secara biologis,

bersifat permanen dalam lingkungan air, bersifat toksik terhadap organisme air

dan manusia (Darmono 1995).

Berdasarkan kegunaannya, logam dapat dibedakan dalam 2 golongan yaitu

logam esensial yang bermanfaat bagi proses fisiologis makhluk hidup misalnya

Zn, Fe, Cu, Co, Mn, Ni dan logam non esensial yaitu logam berat Cd, Hg, dan Pb

ada pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup (Palar

1994). Toksisitas logam dari yang kuat ke yang lemah secara berturut-turut

sebagai berikut: Hg>Ag>Cu >Zn>Ni>Pb>Cd>As>As>Cr>Mn (Darmono 1995)

Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung

pada spesies, lokasi, umur, daya tahan tubuh,dan pengaruh polusi. Logam berat

masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu

saluran pernapasan, pencernaan dan kulit. Di dalam tubuh, logam diabsorpsi oleh

darah, yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dan diakumulasi

dalam organ detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal) (Darmono 2006).

2.2.2 Sumber Logam Berat Cu

Secara global sumber masuknya unsur logam Cu dalam tatanan

lingkungan adalah secara alamiah dan non alamiah. Secara alamiah, Cu dapat

masuk kedalam suatu lingkungan sebagai akibat dari berbagai peristiwa alam.

Dalam badan perairan laut diperkirakan proses alamiah ini memasok Cu sebesar

325.000 ton/tahun. Sedangkan secara non-alamiah, Cu masuk kedalam suatu

lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia (Palar 2004)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

11

Keberadaan logam–logam berat dalam lingkungan laut yang disebabkan

oleh aktivitas manusia dapat berasal dari :

1. Buangan rumah tangga berupa limbah cair dan domestik.

2. Kegiatan di pelabuhan merupakan salah satu jalur yang mempercepat

terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam perairan.

3. Industri galangan kapal, menggunakan Cu sebagai campuran bahan pengawet

cat.

4. Buangan sisa industri yang tidak terkontrol,

5. Lumpur minyak yang juga mengandung logam berat dengan konsentrasi yang

tinggi yang terbuang ke laut.

2.2.3 Dampak Logam Berat Cu pada Biota

Keberadaan logam–logam berat dalam perairan akan memberikan dampak

bagi perairan. Logam-logam berat tersebut dapat berasal dari sumber alamiah dan

dari aktivitas manusia. Logam berat masuk ke sistem perairan, baik di sungai

maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu

pengendapan, absorpsi, dan absorpsi oleh organisme-organisme perairan. Banyak

atau sedikitnya sisa atau residu buangan limbah ke perairan akan berbahaya bagi

kehidupan organisme. Pengaruh polutan terhadap tumbuhan dapat berbeda-beda

tergantung pada jenis polutan, konsentrasinya, dan lamanya polutan itu berada

(Fitter dan Hay 1991 dalam Panjaitan 2009). Efek pada biota dapat menyebabkan

kerusakan jaringan, kerusakan fisik (degenerasi), dan gangguan fisiologis

(gangguan fungsi enzim dan metabolisme) (Darmono 2006).

Konsentrasi Cu terlarut yang mencapai 0,01 ppm akan menyebabkan

kematian bagi fitoplankton. Dalam tenggang waktu 96 jam biota yang tergolong

dalam Mollusca akan mengalami kematian bila Cu yang terlarut dalam badan air

berada pada kisaran 0,16 sampai 0,5 ppm (Palar 2004).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

12

2.2.4 Sumber Logam Berat Pb

Timbal (Pb) adalah salah satu logam berat yang merupakan bahan buangan

anorganik yang berasal dari industri. Bahan buangan anorganik ini umumnya

berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh

mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke lingkungan

perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Jika di

badan perairan yang telah terakumulasi senyawa atau ion-ion Pb akan

menyebabkan jumlah Pb yang ada melebihi konsentrasi yang dapat menyebabkan

kematian biota perairan tersebut Pencemaran Pb dapat terjadi juga di udara

maupun tanah. Waktu keberadaan timbal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

arus angin dan curah hujan. Timbal tidak mengalami penguapan namun dapat

ditemukan di udara sebagai partikel (Darmono 1995).

Timbal (Pb) sebagai salah satu logam berat banyak digunakan dalam

berbagai keperluan karena sifat-sifatnya sebagai berikut :

1. Pb mempunyai titik cair rendah yaitu 327,50C sehingga jika digunakan dalam

bentuk cair dibutuhkan teknik yang sederhana dan tidak mahal.

2. Pb merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai

bentuk.

3. Sifat kimia Pb menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan

pelindung jika kontak dengan udara lembab.

4. Densitas Pb lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan

merkuri.

5. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat sehingga

logam Pb dapat digunakan sebagai bahan coating.

6. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik (Darmono 1995).

Timbal banyak dimanfaatkan oleh kehidupan manusia seperti sebagai

bahan pembuat baterai, amunisi, produk logam (logam lembaran, solder, dan

pipa), perlengkapan medis (penangkal radiasi dan alat bedah), cat, keramik, dan

industri elektroplating. Selain itu, Pb dapat digunakan sebagai zat tambahan bahan

bakar dan pigmen timbal dalam cat yang merupakan penyebab utama peningkatan

kadar Pb di lingkungan (Darmono 1995). Anggaraini (2007) juga menyatakan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

13

bahwa timbal (Pb) digunakan, sebagai salah satu bahan baku dalam

pembuatan premium (bensin) dan aktifitas bongkar muat barang dan arus

transportasi. Toksisitas Pb terhadap manusia yaitu timbul gejala keracunan seperti

rasa sakit perut, hilang nafsu makan, muntah, gangguan otak, hinjal, hati, gigi,

gusi, konsentrasi menurun, dan gejala saraf lainnya (Darmono, 2006).

2.2.5 Mekanisme Penyerapan Logam pada Tumbuhan

Proses penyerapan pada tumbuhan terjadi seperti pada hewan dengan

berbagai proses difusi, dan istilah yang digunakan adalah translokasi. Transpor ini

terjadi dari sel ke sel menuju jaringan vaskuler agar dapat didistribusikan ke

seluruh bagian tubuh. Jika logam berat memasuki jaringan, terdapat mekanisme

yang sangat jelas. Pengambilan (up taken) logam berat oleh tumbuhan di lahan

basah adalah melalui penyerapan dari akar, setelah itu tumbuhan dapat

melepaskan senyawa kelat, seperti protein dan glukosida yang berfungsi mengikat

logam dan dikumpulkan ke jaringan tubuh kemudian ditransportasikan ke batang,

daun dan bagian lainnya, sedangkan ekskresinya terjadi melalui transpirasi

(Munawar dan Rina 2010).

Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dibagi menjadi tiga

proses, yaitu: pertama, penyerapan oleh akar. Agar tanaman dapat menyerap

logam, maka logam harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar dengan

beberapa cara bergantung pada spesies tanaman. Senyawa-senyawa yang larut

dalam air biasanya diambil oleh akar bersama air, sedangkan senyawa-senyawa

hidrofobik diserap oleh permukaan akar. Kedua, translokasi logam dari akar ke

bagian tanaman lain. Setelah logam menembus endodermis akar, logam atau

senyawa asing lain mengikuti aliran transpirasi ke bagian atas tanaman. Ketiga,

lokalisasi logam pada sel dan jaringan. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar

logam tidak menghambat metabolisme tanaman. Sebagai upaya untuk mencegah

peracunan logam terhadap sel, tanaman mempunyai mekanisme detoksifikasi,

misalnya dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar (Priyanto

dan Prayitno 2004).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

14

Sistem perakaran tumbuhan air yang kuat, besar dan luas dapat menahan

dan memantapkan sedimen, sehingga mencegah tersebarnya bahan tercemar ke

area yang lebih luas dan memungkinkan tersebarnya bahan pencemar secara fisik.

Kemampuan akar dalam menyerap logam berat ini dapat menurunkan konsentrasi

logam berat pada permukaan atas lapisan sedimen dan mencegah perpindahan ke

perairan pantai di sekitarnya sehingga kemungkinan logam terserap di bagian akar

lebih besar dibandingkan pada daun lamun (Priyanto dan Prayitno 2004).

2.3 Ekosistem Padang Lamun, Fungsi, dan Manfaatnya

Ekosistem padang lamun memiliki fungsi pokok sebagai daerah

perlindungan, pemijahan (spawning ground) dan daerah asuhan (nursery ground)

bagi biota asosiasi serta menghambat erosi di permukaan sedimen. Lamun

merupakan sumber makanan (feeding ground) bagi beberapa jenis herbivora

seperti penyu, dugong dan beberapa jenis invertebrata. Selain itu sebagai

stabilisator perairan, sebagai produser primer, lamun memegang fungsi utama

dalam daur zat hara dan elemen-elemen langka di lingkungan laut

(Phillips dan Menez, 1988; Fort 1990 dalam Tangke 2010).

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga

(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup

terendam di dalam laut. Rhizoma, bersama sama dengan akar, menancapkan

tumbuhan ke dalam substrat. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang

luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai

bagi pertumbuhannya. Lamun memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan

toleransi terhadap salinitas tinggi, mampu menancapkan akar di substrat sebagai

jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat

terbenam (Bengen 2002).

Dalam sistem rantai makanan khususnya pada daun-daun lamun

yang berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan periphyton dan

epiphytic dari detritus yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-

hewan kecil seperti ikan-ikan kecil dan invertebrata kecil contohnya: beberapa

jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda, dan Echinodermata. Epiphyte ini

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

15

dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun lamun dan

sangat disenangi oleh udang-udang kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil.

Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi hewan-hewan kecil tadi dari

serangan predator (Tangke 2010).

Lamun juga berpotensi sebagai sumber makanan bagi manusia. Manfaat

ini yang masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat, khususnya masyarakat

pesisir. Sebagai contoh buah dari jenis Enhalus acoroides dapat dijadikan

makanan karena mengandung antioksidan alami untuk mencegah radikal bebas

(Rumiantin 2011).

2.3.1 Kondisi Ekosistem Padang Lamun di Teluk Banten

Perhatian terhadap ekosistem padang lamun (seagrass beds) masih sangat

kurang dibandingkan terhadap ekosistem bakau (mangrove) dan terumbu karang

(coral reefs). Padahal, lestarinya kawasan pesisir pantai bergantung pada

pengelolaan yang sinergis dari ketiganya. Terlebih, padang lamun merupakan

produsen primer organik tertinggi dibanding ekosistem laut dangkal lainnya

(Kiaswara 1989)

Kiswara (1994) meyebutkan bahwa zona sebaran lamun di Teluk Banten

mulai dari pantai sampai tubir adanya perbedaan jenis lamun dijumpai dalam

komposisi jenis lamun (vegetasi tunggal dan campuran). Jenis yang dominan di

Teluk Banten adalah Enhalus acoroides yang merupakan salah satu jenis lamun

yang biasa mendominasi total biomassa lamun di perairan dangkal dan

menghasilkan serasah serta detritus dalam jumlah banyak dan merupakan

makanan bagi inveterbrata dan ikan.

Pentingnya peran padang lamun di ekosistem laut dangkal tidak menjamin

ekosistem ini tetap terjaga, diperkirakan kerusakan padang lamun di Indonesia

telah mencapai 30–40%. Sekitar 60% padang lamun di perairan pesisir Pulau

Jawa telah mengalami gangguan berupa kerusakan dan pengurangan luas yang

diduga akibat pengaruh aktivitas manusia. Salah satu daerah yang banyak

dilaporkan mengalami kerusakan padang lamun yang disebabkan oleh aktivitas

manusia adalah Teluk Banten. Beberapa penelitian telah dilakukan di perairan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

16

Teluk Banten untuk melihat kerusakan dan dampak terhadap ekosistem sekitarnya

(Sakaruddin 2011).

Habitat padang lamun umumnya ditemukan di Teluk Banten dengan luas

366,9 ha, dengan perincian sekitar 247 ha yang tersebar di pantai barat dan sekitar

119,9 ha di rataan terumbu karang sekitar pulau dan gosong karang. Kerapatan

rata-rata jenis lamun pada tahun 2000 di Teluk Banten berkisar antara 40–3920

tunas/m2. Biomass rata-rata jenis lamun di teluk banten berkisar 6,0-559,8 gr berat

kering per m2. Biomass rata-rata tertinggi diperoleh pada jenis Enhalus acoroides

(559,8 gr berat kering/m2) dan terendah didapat pada jenis Halophila ovalis (6,0

gr berat kering/m2) (Kiswara 1994).

2.3.2 Deskripsi Lamun Enhalus acoroides

Lamun jenis Enhalus acoroides mempunyai akar rimpang berdiameter

13,15 – 17,20 mm yang tertutup rapat dengan rambut-rambut yang kaku dan keras

(Gambar 3).

Gambar 3. Morfologi Enhalus acoroides

sumber: www.guamreeflife.com

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

17

Klasifikasi Enhalus Acoroides menurut Den Hartog (1977):

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Helobiae

Famili : Hydrocharitaceae

Sub Famili : Vallisneriodeae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides

Akar lamun Enhalus berbentuk seperti tali, berjumlah banyak dan tidak

bercabang. Panjangnya antara 18,50–157,65 mm dan diameternya antara 3,00–

5,00 mm. Bentuk daun seperti pita tepinya rata dan ujungnya tumpul, panjangnya

antara 65,0–160,0 cm dan lebar antara 1,2–2,0 cm (Sakaruddin 2011). Lamun

dibedakan antara lamun muda, sedang dan tua berdasarkan bobotnya dimana

lamun muda memiliki bobot antara 1-4 gram, lamun sedang memiliki bobot 4-8

gram dan lamun tua memiliki bobot 8-12 gram (Irmanika 2011).

Enhalus acoroides tumbuh pada dasar lumpur, pasir dan pasir pecahan

karang yang selalu tergenang air seperti jenis lamun yang lain yang tumbuh di

Teluk Banten seperti Cymodocea rotundata, C. serrulata. Halodule uninervis,

Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii.

Tumbuhnya berpencar dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari beberapa

individu atau kumpulan individu yang rapat, berupa kelompok murni atau

bersama-sama (Kiswara 1994). Enhalus Acoroides merupakan jenis lamun yang

mempunyai ukuran paling besar, helaian daunnya dapat mencapai ukuran lebih

dari 1 meter. Jenis ini tumbuh di perairan dangkal sampai kedalaman 4 meter,

pada dasar pasir, pasir lumpur atau lumpur. Vegetasi melimpah di daerah pasang

surut (Den Hartog 1977).

Sebagian besar lamun mempunyai morfologi luar yang secara kasar

hampir sama. Lamun mempunyai daun-daun panjang, tipis dan seperti pita yang

memiliki saluran-saluran air. Pada daerah Bojonegara yang paling banyak

ditemukan yaitu jenis Enhalus acoroides. Lamun pada Perairan Bojonegara

diketahui memiliki panjang lamun sebesar 25-120 cm dan diameter daun 0,9-2cm

(Lampiran 9). Dan karakteristik dari lamun muda sedang dan tua dapat dilihat dari

warna daun, tebal, panjang, dan kondisi akar lamun itu sendiri.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

18

2.4 Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Metode AAS adalah metode analisis unsur secara kuantitatif yang

pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang

tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog dan West 1980). Metode

yang berdasarkan pada prinsip absorpsi cahaya oleh atom. misalnya Natrium

menyerap pada 589 nm, Uranium pada 358,5 nm dan Kalium pada 766,5 nm.

Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah

energi elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik.

Dengan menyerap energi cahaya maka energi atom makin besar, maka atom dapat

tereksitasi dari keadaan dasar ke tingkat eksitasi yang lebih tinggi. Perbandingan

banyaknya atom yang tereksitasi dengan yang berada dalam keadaan dasar dapat

dihitung dengan persaman Boltzman. Disini temperatur nyala harus sangat tinggi

dan perlu dikendalikan (Arman dan Nisma 2008).

Logam-logam yang mudah diuapkan seperti Pb, Zn, dan Cu, umumnya

ditentukan pada suhu rendah, sedangkan untuk unsur yang tidak mudah

diatomisasi diperlukan suhu tinggi. Apabila cahaya dengan panjang gelombang

tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang

bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas

penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang

berada dalam sel. Hubungan konsentrasi dengan serapan dinyatakan dalam hukum

Lambert-Beer dan sumber radiasi adalah monokromatis. Hubungan tersebut yaitu

(Khopkar 1990 dalam Arman dan Nisma 2008):

a. Hukum Lambert yaitu bila suatu sumber sinar monokromatik melewati

medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan

bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi.

b. Hukum Beer yaitu intesitas sinar yang diteruskan berkurang secara

eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar

tersebut.

Prinsip kerja AAS berdasarkan absorpsi cahaya oleh atom. Prinsip

dasarnya adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

19

Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk

analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar, 1990 dalam Arman dan Nisma

2008). Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur.

Teknik-teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom.

Komponen kunci pada metode AAS adalah sistem (alat) yang dipakai untuk

menghasilkan uap atom dalam sampel. Cara kerja AAS ini adalah berdasarkan

penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung didalamnya diubah

menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya

yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung

unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada

panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).

Analisis untuk Pb, hasil larutan tersebut di pipet masing-masing 1 ml, 2

ml, 3 ml dan 4 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml sehingga di

dapatkan larutan 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm dan 4 ppm. Konsentrasi larutan standar

Timbal (Pb) dalam labu ukur 100 ml masing-masing diukur dengan menggunakan

spektofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 217,0 nm. Untuk Cu,

Hasil larutan tersebut di pipet masing-masing 2 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml sehingga di dapatkan larutan 2 ppm, 4

ppm, 6 ppm dan 8 ppm. Konsentrasi larutan standar Cu dalam labu ukur 100 ml

masing-masing diukur dengan menggunakan spektofotometer serapan atom

dengan panjang gelombang 324,7 nm. Selanjutnya pengukuran konsentrasi

didapat menggunakan rumus dalam Lampiran 1 (West 1988 dalam Siaka 2008).

Keuntungan metode AAS yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari

larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan pengukurannya

langsung terhadap contoh , output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat

diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm

sampai %)

Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni

matriks tersebut dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar/gas

pengoksidasi. Sifat sifat tersebut adalah: viskositas, tegangan permukaan, berat

jenis, dan tekanan unsur. Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080004_2_3740.pdf · dengan logam lainnya kecuali emas dan Densitas Pb lebih

20

yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit

dari konsentrasi yang seharusnya yang terdapat dalam sampel (Arman dan Nisma

2008).