bab iv hasil dan pembahasan 4.1 komunitas fitoplankton...

17
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae, Dinophyceae dan Cyanophyceae. Dari kelompok fitoplankton yang didapat di perairan Pantai Balongan, kelompok diatom merupakan kelompok yang paling dominan. Hasil yang diperoleh yaitu kelimpahan fitoplankton di perairan Pantai Balongan berkisar antara 1200-4650 sel L -1 (Lampiran 2). Secara keseluruhan, jumlah sel terbanyak yaitu berada di stasiun 1 pada sampling ke-1 dengan kelimpahannya yaitu 4650 sel L -1 , indeks keanekaragamannya yaitu 0,8678 dan indeks dominansinya yaitu 0,1322. Jumlah sel terkecil berada di stasiun 4 pada sampling ke-3 dengan kelimpahannya yaitu 1200 sel L -1 , indeks keanekaragamannya yaitu 0,8677 dan Indeks dominansinya yaitu 0,1322 (Lampiran 3). Hasil ini menunjukkan kelimpahan fitoplankton di perairan Pantai Balongan masih dikatakan baik karena nilai kelimpahan fitoplankton yang diperoleh tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ndraha (2010) mengenai Pengaruh Tumpahan Minyak Terhadap Plankton di Kawasan Muara Karangsong yang menunjukkan bahwa minyak tidak mempengaruhi komunitas plankton karena siklus hidup plankton yang relatif pendek. Kelimpahan plankton di kawasan Muara Karangsong berkisar antara 10323-126873 ind L -1 . Hasil penelitian Ndraha (2010) ini menunjukkan bahwa setelah terjadi tumpahan minyak di Muara Karangsong tidak terjadi perubahan yang signifikan dan menunjukkan perairan karangsong masih memiliki kelimpahan plankton yang baik. .

Upload: duongkhanh

Post on 17-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan

Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton

selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Dinophyceae dan Cyanophyceae. Dari kelompok fitoplankton yang didapat di

perairan Pantai Balongan, kelompok diatom merupakan kelompok yang paling

dominan. Hasil yang diperoleh yaitu kelimpahan fitoplankton di perairan Pantai

Balongan berkisar antara 1200-4650 sel L-1

(Lampiran 2).

Secara keseluruhan, jumlah sel terbanyak yaitu berada di stasiun 1 pada

sampling ke-1 dengan kelimpahannya yaitu 4650 sel L-1

, indeks

keanekaragamannya yaitu 0,8678 dan indeks dominansinya yaitu 0,1322. Jumlah

sel terkecil berada di stasiun 4 pada sampling ke-3 dengan kelimpahannya yaitu

1200 sel L-1

, indeks keanekaragamannya yaitu 0,8677 dan Indeks dominansinya

yaitu 0,1322 (Lampiran 3).

Hasil ini menunjukkan kelimpahan fitoplankton di perairan Pantai

Balongan masih dikatakan baik karena nilai kelimpahan fitoplankton yang

diperoleh tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ndraha (2010) mengenai

Pengaruh Tumpahan Minyak Terhadap Plankton di Kawasan Muara Karangsong

yang menunjukkan bahwa minyak tidak mempengaruhi komunitas plankton

karena siklus hidup plankton yang relatif pendek. Kelimpahan plankton di

kawasan Muara Karangsong berkisar antara 10323-126873 ind L-1

. Hasil

penelitian Ndraha (2010) ini menunjukkan bahwa setelah terjadi tumpahan

minyak di Muara Karangsong tidak terjadi perubahan yang signifikan dan

menunjukkan perairan karangsong masih memiliki kelimpahan plankton yang

baik.

.

25

Gambar 6. Kelimpahan Fitoplankton di Pantai Balongan

Kelimpahan fitoplankton sangat bervariasi disetiap samplingnya.

Perubahan yang cukup fluktuatif dapat dilihat pada saat sampling ke-1 sampai

dengan sampling ke-4 (Gambar 6). Hal ini diperkirakan karena pada saat

pengambilan sampling ke-1 cuaca dalam keadaan cerah, sementara untuk

sampling ke-2 sampai dengan ke-4 kondisi cuaca dalam keadaan hujan, sehingga

terjadi perbedaan yang cukup fluktuatif antara sampling ke-1 dan sampling ke-2.

Hal ini didukung dengan pernyataan Nybakken (1992) yang menyatakan bahwa

jumlah pemasukan air lebih banyak saat musim hujan akan mempengaruhi

plankton dan akan terbawa oleh arus (hanyut) dan juga akan terbawa oleh aliran

sungai.

Stasiun 1 (Pipa Outlet TPBM) memiliki kelimpahan yang paling banyak.

Stasiun 2 (Pipa Outlet Pertamina EP) dan stasiun 3 (Pipa Outlet R.U unit 6)

memiliki kelimpahan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan stasiun 4,

stasiun 5, stasiun 6 dan stasiun 7. Hal ini dikarenakan Stasiun pipa outlet masih

mendapatkan pengaruh dari sungai-sungai ataupun muara yang ada disekitarnya,

26

sehingga pada saat musim hujan, aliran arus yang kuat akan mempengaruhi

kelimpahan plankton di sekitarnya.

Ketersediaan nutrien (nitrat, phosfat dan silikat) diperairanpun sangat

berpengaruh terhadap kelimpahan dan jenis fitoplankton yang didapat (Riley1967

dalam Ndraha 2010).

4.1.1 Indeks Keanekaragaman Simpson

Keanekaragaman fitoplankton dihitung berdasarkan indeks

keanekaragaman Simpsons. Nilai kisaran keanekaragaman fitoplankton selama

empat kali sampling dari stasiun 1 sampai dengan stasiun 7 yaitu 0,617-0,875.

Indeks keanekaragaman fitoplankton secara keseluruhan dari setiap sampling

menunjukkan bahwa tidak ada nilai keanekaragaman yang dibawah 0,6 (Gambar

7).

Gambar 7. Nilai Indeks Keanekaragaman Fitoplankton

Hal ini menunjukkan Indeks keanekaragaman fitoplankton di perairan

Pantai Balongan tidak mengalami penurunan. Nilai yang didapat pada gambar ini

tidak menunjukkan pengaruh tumpahan minyak dan masih dikatakan tinggi,

karena menurut Odum (1975), ekosistem alam yang tidak mendapat subsidi energi

besar, indeks keanekaragamannya akan berkisar dari 0,6-0,8 (tidak ada pencemar),

sedangkan bila ekosistem terkena pertubasi (gangguan), misalnya adanya

pencemaran atau terjadinya eutrofikasi maka akan terjadi penurunan nilai indeks

27

keanekaragaman jenis planktonnya. Hal ini pun menunjukkan bahwa konsentrasi

minyak di perairan Pantai Balongan tidak berpengaruh terhadap fitoplankton.

Tingginya keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang

dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap

kejadian yang merusak ekosistem dan spesies yang dominan dalam suatu

komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lain

(Clark1974) dan Krebs (1977). Indeks Keanekaragaman dan indeks dominansi

merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kestabilan komunitas biota

perairan terutama dalam hubungannya dengan kondisi suatu perairan, maka

pentingnya untuk diketahui kedua indeks ini.

4.2 Variabel Fisik Kimiawi Perairan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi variabel fisik dan

kimiawi perairan. Variabel fisik dan kimiawi ini terdiri dari arus, kecerahan, suhu

perairan, pH, DO, salinitas, nutrien (nitrat, Phosfat dan silikat) dan konsentrasi

minyak di perairan. Hasil dari pengamatan fisik dan kimiawi perairan selama

empat kali sampling menunjukkan nilai yang bervariasi (Gambar 8 dan Gambar

9).

Menurut Wardoyo (1981), suhu air merupakan salah satu faktor abiotik

yang memegang peranan penting bagi kehidupan organisme perairan. Hasil

pengukuran suhu di perairan Pantai Balongan berkisar antara 29-32,8oC

(Lampiran 4). Hasil pengukuran rata-rata transparansi di setiap stasiun berkisar

antara 0,45-1,28 m (Gambar 8). Transparansi paling rendah terdapat di stasiun 3

(Pipa outlet R.U unit 6) dan transparansi tertinggi terdapat di stasiun 7. Hal ini

dikarenakan pada stasiun 3, masih terdapat pengaruh dari sungai di sekitarnya,

pengendapan sedimen maupun pengaruh tumpahan minyak, sementara stasiun 7

merupakan stasiun terjauh dari kilang karena di stasiun ini sudah tidak mendapat

pengaruh dari sedimen dan arus semakin kuat bila dibandingkan dengan stasiun 3.

Wardoyo (1981) mengatakan bahwa transparansi yang baik bagi pertumbuhan

fitoplankton secara optimal yaitu 30 cm sampai 50 cm.

28

Gambar 8. Variabel Fisik Perairan

Kecepatan arus semakin jauh akan semakin menguat. Kecepatan arus

berkisar antara 0,0760-0,1056 m s-1

. Semakin menuju ke arah laut lepas, maka

kekuatan arus semakin kuat. Hal ini dapat terlihat pada grafik di atas. Nilai Suhu

pada grafik diatas bervariasi di setiap stasiunnya. Penurunan suhu yang signifikan

terjadi pada stasiun 6 dan 7. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan sampel,

cuaca seringkali hujan.

Nilai pH di perairan Pantai Balongan berkisar antara 7,77-7,95 (Gambar

9). Nilai pH mengalami kenaikan yang signifikan pada stasiun 3 sampai dengan

stasiun 5. Kenaikan nilai pH ini bisa disebabkan karena pengaruh dari faktor

29

cuaca. Menurut Harris (1986), derajat keasaman (pH) yang ideal untuk plankton

berkisar antara 6-9.

Gambar 9. Variabel Kimiawi Perairan

Nilai Oksigen terlarut (DO) di perairan pantai balongan berkisar antara

5,45 mg L-1

-6,78 mg L-1

. Hasil ini menunjukkan bahwa perairan Pantai Balongan

kurang produktif karena menurut Basmi (1990), perairan yang konsentrasi

oksigennya kurang dari 3 mg L-1

akan mengganggu kehidupan organisme

perairan. Jika konsentrasi Oksigen antara 5 mg L-1

-7 mg L-1

, berarti kurang

produktif, dan bila lebih besar dari 7 mg L-1

termasuk perairan produktif.

Stasiun 1 merupakan stasiun dengan nilai DO yang paling tinggi bila

dibandingkan dengan stasiun lainnya. Nilai ini didukung oleh hasil dari

identifikasi fitoplankton (Lampiran 2) yang menunjukkan jumlah sel yang lebih

banyak dibandingkan dengan stasiun lain. Perbedaan nilai DO diantara stasiun

pun bisa diakibatkan oleh perbedaan suhu di setiap stasiun, semakin tinggi suhu

maka DO akan semakin kecil. Salinitas yang diperoleh pada saat pengamatan

cenderung konstan di setiap kali sampling, yaitu 28 ppt. Menurut Sachlan (1972),

pada kisaran salinitas diatas 20 ppt, fitoplankton kelas Bacillariophyceae akan

mendominasi perairan. Konsentrasi DO, pH, suhu, salinitas, kecepatan arus dan

transparansi dapat dilihat pada Lampiran 3.

30

Gambar 10. Konsentrasi Silikat, Phosfat dan Nitrat

Hasil pengamatan selama empat kali sampling, menunjukkan konsentrasi

silikat di perairan Pantai Balongan yaitu 0,13-0,64 mg L-1

(Gambar 10). Hal ini

menunjukkan bahwa konsentrasi silikat di setiap stasiun sangat bervariasi di setiap

samplingnya. Konsentrasi nitrat di perairan Pantai balongan berada di kisaran

antara 0,03-0,17 mg L-1

. Konsentrasi tertinggi nitrat berada di stasiun 5, dan

terendah berada di stasiun 7, sementara untuk konsentrasi phosfat berada di

kisaran 0,2-0,3 mg L-1

. Nilai phosfat dari stasiun 1 sampai dengan stasiun 7

menggambarkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Hasil uji untuk nutrien

(nitrat, phosfat dan silikat) di setiap samplingnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

31

4.3 Sebaran Spasial

4.3.1 Sebaran Spasial Minyak

Berdasarkan Laporan Hasil Uji Laboratorium (Lampiran 5), konsentrasi

minyak yang terdapat di perairan Pantai Balongan telah melebihi baku mutu air

laut (1 mg L-1

) yang telah ditetapkan oleh Kep.51/MENKLH/2004 untuk biota

laut dan untuk wisata bahari (Lampiran 7).

Gambar 11. Sebaran Spasial Minyak Sampling 1

Data konsentrasi minyak yang diperoleh, diolah dengan software pemetaan

Arc.Gis 10.1 menggunakan metode interpolasi analisis spasial. Pada sampling 1

konsentrasi minyak berkisar antara 2-5 mg L-1

(Gambar 11). Konsentrasi minyak

tertinggi berada pada stasiun 1 (pipa outlet) yaitu 5 mg L-1

. Stasiun 5 memiliki

32

konsentrasi minyak terendah yaitu 2 mg L-1

. Sebaran minyak diduga lebih tinggi

di area pesisir dan diduga dipengaruhi oleh arus (Lampiran 6).

Gambar 12. Sebaran Spasial Minyak Sampling 2

Konsentrasi minyak pada saat sampling 2 berkisar antara 2-5,5 mg L-1

(Gambar 12). Sebaran minyak untuk sampling 2 menggambarkan konsentrasi

minyak tertinggi berada di stasiun 1 (pipa outlet). Stasiun 4 mengalami kenaikan

konsentrasi minyak dari sampling sebelumnya yaitu 5 mg L-1

. Konsentrasi minyak

terendah berada di stasiun 6 yaitu 2 mg L-1

, dan tertinggi berada di stasiun 1 yaitu

5,5 mg L-1

. Sebaran minyak yang tinggi diperkirakan mulai bergerak menuju ke

arah selatan peta dan diduga masih dipengaruhi oleh arus seperti yang

digambarkan pada pengambilan data citra satelit (Lampiran 5).

33

Gambar 13. Sebaran Spasial Minyak Sampling 3

Sebaran minyak untuk sampling 3 menggambarkan konsentrasi minyak

untuk stasiun 1, 2, 3 dan 4 masih memiliki konsentrasi minyak yang tinggi

(Gambar 13). Konsentrasi minyak berkisar antara 2-6,5 mg L-1

. Konsentrasi

minyak tertinggi berada pada stasiun 4 dengan nilai 6,5 mg L-1

dan terendah

berada pada stasiun 6 dengan nilai 2 mg L-1

. Sebaran minyak untuk sampling 3

diperkirakan masih dipengaruhi oleh arus (Lampiran 6).

34

Gambar 14. Sebaran Spasial Minyak Sampling 4

Sebaran minyak untuk sampling 4 menggambarkan stasiun 1, 2, 3 dan 4

masih memiliki konsentrasi minyak yang tinggi dan stasiun 5, 6 dan 7 memiliki

konsentrasi minyak yang rendah. Konsentrasi minyak berkisar antara 2,5-7 mg L-1

(Gambar 14). Stasiun 4 memiliki konsentrasi minyak tertinggi yaitu 7 mg L-1

dan

stasiun 7 memiliki konsentrasi minyak terendah yaitu 2,5 mg L-1

. Konsentrasi

minyak yang tinggi masih berada disekitar stasiun pipa outlet. Hal ini dipengaruhi

oleh arus seperti pada data citra satelit (Lampiran 6).

4.3.2 Sebaran Spasial Fitoplankton

Sebaran spasial fitoplankton yang diperoleh, diolah dengan menggunakan

software pemetaan Arc.Gis 10.1 dengan mengacu kepada hasil analisis identifikasi

fitoplankton (Lampiran 2), sehingga diperoleh hasil seperti pada Gambar 15.

35

Gambar 15. Peta Sebaran Spasial Fitoplankton Sampling 1

Hasil yang diperoleh yaitu konsentrasi minyak yang tinggi berada di

stasiun pipa outlet 1, 2 dan 3, namun kelimpahan fitoplankton untuk kelas

Bacillariophyceae, Dynophyceae dan Cyanophyceae yang tinggi berada di stasiun

pipa outlet 1, 2 dan 3. Kelimpahan Bacillariophyceae tertinggi berada di stasiun 1

yaitu 2850 sel L-1

, sementara untuk Dynophyceae kelimpahan tertinggi berada di

36

stasiun 1 yaitu 1800 sel L-1

dan kelimpahan fitoplankton untuk Cyanophyceae

tertinggi berada pada stasiun 3 yaitu 450 sel L-1

.

Gambar 16. Peta Sebaran Spasial Fitoplankton Sampling 2

37

Sebaran spasial minyak yang tinggi berada pada stasiun pipa outlet 1, 2

dan 3. Kelimpahan fitoplankton yang tinggi untuk kelas Bacillariophyceae berada

pada stasiun 1 yaitu 2550 sel L-1

, untuk kelas Dynophyceae kelimpahan

fitoplankton tertinggi berada pada stasiun 3 yaitu 900 sel L-1

dan kelimpahan yang

tinggi untuk kelas Cyanophyceae berada pada stasiun 6 yaitu 600 sel L-1

(Gambar

16).

Gambar 17. Peta Sebaran Spasial Fitoplankton Sampling 3

38

Sebaran spasial fitoplankton sampling 3 menunjukkan konsentrasi minyak

yang tinggi berada pada stasiun 1 dan 4. Kelimpahan fitoplankton tertinggi untuk

kelas Bacillariophyceae berada pada stasiun 2 yaitu 1650 sel L-1

. Kelimpahan

fitoplankton tertinggi untuk kelas Dynophyceae berada pada stasiun 3 yaitu 600

sel L-1

dan kelas Cyanophyceae berada pada stasiun 5 yaitu 900 sel L-1

(Gambar

17).

Jika dilihat dari peta spasial minyak sampling 4, konsentrasi minyak

tertinggi masih berada pada wilayah stasiun pipa outlet sampai dengan stasiun 4,

namun kelimpahan fitoplankton di stasiun pipa outlet menunjukkan nilai yang

tinggi. Kelimpahan fitoplankton tertinggi untuk kelas Bacillariophyceae berada

pada stasiun 7 yaitu 3300 sel L-1

. Kelimpahan fitoplankton tertinggi untuk kelas

Dynophyceae berada pada stasiun 4 yaitu 600 sel L-1

dan kelimpahan fitoplankton

tertinggi untuk kelas Cyanophyceae berada pada stasiun 3 yaitu 450 sel L-1

(Gambar 18). Hal ini membuktikan bahwa minyak tidak berpengaruh terhadap

kelimpahan fitoplankton di perairan Pantai Balongan Indramayu.

39

Gambar 18. Peta Sebaran Spasial Fitoplankton Sampling 4

4.4 Hubungan Konsentrasi Minyak Terhadap Kelimpahan

Hasil analisis korelasi Pearson antara kelimpahan fitoplankton dengan

konsentrasi minyak menunjukkan hubungan korelasi negatif (Tabel 2). Hasil

korelasi menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak maka kelimpahan

fitoplankton akan menurun (Lampiran 8).

40

Tabel 2. Korelasi Kelimpahan Fitoplankton dengan Minyak

Minyak (mg/l) Kelimpahan (sel/l)

Minyak (mg/l) 1

Kelimpahan (sel/l) -0.0638 1

Hasil korelasi ini didukung oleh pernyataan Howart (1989) yang

menyatakan bahwa dampak minyak terhadap fitoplankton dapat mematikan atau

mengurangi laju fotosintesis dan pertumbuhan fitoplankton (kelimpahan

berkurang), akan tetapi pada konsentrasi tertentu minyak dapat merangsang

pertumbuhan fitoplankton sehingga dampak minyak akan menjadi sulit

diidentifikasi. Analisis regresi kuadratik antara kelimpahan dengan konsentrasi

minyak menunjukkan nilai R square sebesar 0,031 (Lampiran 9), yang artinya

konsentrasi minyak akan berpengaruh sebesar 3,1 % terhadap kelimpahan

fitoplankton, sedangkan 96,9% dipengaruhi oleh faktor lain.