hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan...

66
HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN SKRIPSI Oleh : SRY AYUWANDIRA T. PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERISTAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Upload: trinhhuong

Post on 22-Apr-2019

241 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

i

HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON

DENGAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI PERAIRAN

PESISIR DAN LAUT KABUPATEN PANGKAJENE

KEPULAUAN

SKRIPSI

Oleh :

SRY AYUWANDIRA T.

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERISTAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

i

ABSTRAK

SRY AYUWANDIRA T. L11112014. “Hubungan Sebaran Kelimpahan

Fitoplankton dengan Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Pesisir dan Laut

Kabupaten Pangkajene Kepulauan” dibawah bimbingan Muhammad Lukman

sebagai Pembimbing Utama dan Rahmadi Tambaru sebagai Pembimbing

Anggota.

Fitoplankton memegang peranan penting pada ekosistem perairan. Kandungan

klorofil-a pada perairan memiliki keterkaitan dengan kelimpahan fitoplankton

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan hubungan kelimpahan

fitoplankton dengan klorofil-a berdasarkan jenis plankton net ukuran 25 µm dan

55 µm. Sampel air diambil pada bulan Maret 2016 di perairan Pulau Saugi,

sekitar slope, dan perairan muara Sungai Pangkep. Identifikasi plankton

dilakukan sesuai Wickstead, Yamaji, dan Taylor. Pencacahan dilakukan dengan

Sedgwick-Rafter Counting Cell atas fraksi sampel. Pengukuran klorofil-a

dilakukan dengan metode trikromatik dengan menggunakan spektrofotometer.

Data perbedaan fitoplankton dan klorofil-a pada tiga lokasi penelitian diuji

menggunakan analisis ragam (one way ANOVA). Data hubungan fitoplankton

dan klorofil-a diuji menggunakan analisis regresi linier sederhana. Parameter

lingkungan yang diukur meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, dan

kecerahan. Nilai kelimpahan fitoplankton (25 µm) menunjukkan kisaran 1981

ind/L-9891 ind/L, sedangkan kelimpahan fitoplankton (55 µm) menunjukkan

kisaran 1655 ind/L-8554 ind/L). Konsentrasi klorofil-a (25 µm) menunjukkan

kisaran 0,0012 µg/L-0,2670 µg/L, untuk 55 µm menunjukkan kisaran 0,0011

µg/L-0,2154 µg/L. Dari hasil penelitian menunjukkan hubungan fitoplankton

dengan klorofil-a kuat. Kelimpahan fitoplankton (25 µm) lebih tinggi dibandingkan

dengan 55 µm.

Kata Kunci : fitoplankton, klorofil-a, plankton net ukuran 25 µm dan 55 µm,

perairan pesisir, muara, Kabupaten Pangkep.

Page 3: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

ii

HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI

PERAIRAN PESISIR DAN LAUT KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN

SRY AYUWANDIRA T.

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 4: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

iii

Page 5: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

iv

RIWAYAT HIDUP

Sry Ayuwandira Taruktiku dilahirkan di Makale,

Tana Toraja, 29 September 1994. Anak ketiga dari lima

bersaudara ini merupakan putri dari pasangan Morning

Z. Taruktiku dan Lince L. Sandakila. Penulis

menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar

Negeri No. 143 Inpres Ge’tengan tahun 2006, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Mengkendek

tahun 2009, Sekolah Menengah Atas (SMA) SMAN 1

Makale tahun 2012, dan pada tahun yang sama pula

diterima di Departemen Ilmu Kelautan melalui jalur seleksi Pemanduan Potensi

dan Belajar (JPPB) dan sejak itu terdaftar sebagai mahasiswa pada Program

Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Selama masa studi di Ilmu Kelautan penulis pernah menjadi anggota dari

unit kegiatan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Hasanuddin (PSM UNHAS)

tahun 2012. Koordinator bidang di Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan (HMIK)

periode 2014/2015, aktif di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PERMAKRIS – IK

UH).

Penulis melakukan rangkaian tugas akhir yaitu melaksanakan kegiatan

Kuliah Kerja Nyata gelombang 90 di Kelurahan Tana Lemo, Kecamatan Bonto

Bahari, Bulukumba. Praktik Kerja Lapang di Pusat Penelitian dan

Pengembangan Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Puslitbang LP3K) dan di

Koperasi Serikat Merdeka (Kospermindo), serta melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Sebaran Kelimpahan Fitoplankton dengan Konsentrasi

Klorofil-a di Perairan Pesisir dan Laut Kabupaten Pangkajene Kepulauan”.

Page 6: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang

telah memberikan Rahmat, Karunia, dan KasihNya sehingga penulis mampu

menyelesaikan sebuah penelitian yang berupa skripsi dengan judul “Hubungan

Sebaran Kelimpahan Fitoplankton dengan Konsentrasi Klorofil-a di

Perairan Pesisir dan Laut Kabupaten Pangkajene Kepulauan”, sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kelautan.

Awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran

berbagai pihak yang sudah memberikan saran, motivasi, doa, dan bantuan

materi sehingga selesainya skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Morning Z. Taruktiku,

S.sos. dan Ibunda tercinta Lince L. Sandakila, yang telah membesarkan

penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dan selama ini

membimbing, mendoakan, dan memberikan dorongan selama masa

studi.

2. Bapak Dr.rer.nat Muhammad Lukman, ST, M.Mar.Sc. selaku

pembimbing utama dan Bapak Dr.Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si. selaku

pembimbing anggota yang dengan telah banyak membantu dalam

berbagai hal terlebih untuk waktu di sela-sela kesibukan yang telah

diluangkan bagi penulis untuk berkonsultasi, memberikan saran, dan

motivasi dalam penyelesaian skripsi, dan merupakan kebanggaan

tersendiri bagi penulis telah dibimbing oleh beliau.

3. Bapak Dr.Ir. Muhammad Hatta, M.Si., Dr. Khairul Amri, ST., M.Sc.

Stud, dan Bapak Dr. Ahmad Bahar, ST.,M.Si. selaku dosen penguji

yang telah menguji, memberikan tanggapan, dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Dr.rer.nat Muhammad Lukman, ST, M.Mar.Sc. sebagai

penasehat akademik, yang telah banyak memberikan bimbingan dan

arahan sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dengan baik

selama penulis menempuh studi.

Page 7: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

vi

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc selaku Dekan Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan dan Bapak Dr. Mahatma Lanuru, ST.,

M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Kelautan atas segala arahan, dari

penulis mengawali pendidikan di kampus hingga menulis tugas akhir.

6. Pak Gatot, Pak Sapril, dan Ibu Surya serta seluruh Staf Dosen dan

Pegawai Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan yang telah

memberikan masukan, terutama ilmu dan bantuan selama penulis

menempuh studi hingga akhir.

7. Kakak Nurfadilah, S.Kel., M.Si. telah banyak membantu penulis selama

ini yang dari awal penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini terus

menemani dan membantu.

8. Kakak tercinta Serlita Susanti Papalangi’, S.Kep., Natalia Rismayanti

Palilu, S.Si., dan adik tersayang Mega Indah Lestari, dan Alvian Agung

Saputra yang telah memberi semangat dan doa tersendiri untuk terus

semangat melewati hari-hari penuh tantangan.

9. Marshal T. Mangoting sebagai sosok yang selalu menemani dan

mendukung penulis dalam suka dan duka.

10. Sahabat-sahabat penulis: Naomi Pakambanan, Kurniati Marlin.

MAGOKI (Ayu, Green, Oliv, Karni, dan Intan). Terima kasih atas

semangat, doa dan persahabatan yang telah terjalin selama bertahun-

tahun.

11. Rekan seperjuanganku dalam penelitian ini, Andi Sompa, Novita Dwi

Yanti, dan Iswari Darimun yang dari awal penelitian hingga akhir

penulisan skripsi ini terus menemani, membantu, dan tanpa henti

memotivasi penulis.

12. Teman-teman PERMAKRIS KELAUTAN (Kak Rival, Kak Mangando, Kak

Hans, Kak Andri, Kak Eka, Kak Ivan, Omi, Yunsi, Daniel, Ryan, Asriel,

Willy, Sesi, Beni, Wandri, Cici, Agnes, Guntur, Maria, Cindy, Lorinda,

Lient, Ani, Desy, Habel, Noris, Vatre, Juniur, Hidayat, Meggy, Erna,

David, Mei, Leony, Ardi, Gurka, Rusti, Priska, Reski, Jimmy, Dinda, dan

Ardin) yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Salam

Use Your Mind Be The Best.

13. IK ANDALAS 2012 (Vivi, Jiran, Ima, Omi, Mina, Fitri, Turissa, S.Kel.,

Yunsi, Jumi, Lili, Ama, Khusnul, Celi, Ompa, Nadwiana, S.Kel., Marini,

Page 8: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

vii

Ariny, Gebby, Basda, Nana, Ida, Asriel, Rover, Herman, Saad, Ryan,

Dika, Waris, Waqi, Ocol, Reski, Cul, Wahyu, Syukri, Awal, Afrisal, S.Kel.,

Yamin (ketua angkatan), Fismat, Oci, Denil, Sufardin, Sadik, Heri, Sultan,

Andiyari, Fajar, Aldi, dan Yusuf) terima kasih atas dukungan, dan telah

menjadi saudara dan teman seperjuangan penulis selama kurang lebih 4

tahun ini. Semoga selalu sukses saudara (i).

14. Senior Kelautan dan Keluarga Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan

FIKP UH (Jalesveva Jayamahe).

15. Semua pihak yang membantu tapi tidak sempat disebutkan satu persatu,

terima kasih untuk segala bantuannya.

Akhir kata penulis dengan kerendahan hati mempersembahkan skripsi ini,

semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat dan semoga Tuhan Yang Maha Esa

membalas semua bentuk kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan oleh

semua pihak kepada penulis.

Penulis

Sry Ayuwandira T.

Page 9: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Tujuan dan Kegunaan ..................................................................................... 2

C. Ruang Lingkup ................................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

A. Klorofil-a .......................................................................................................... 3

B. Fitoplankton .................................................................................................... 4

C. Jenis-jenis Fitoplankton ................................................................................... 7

D. Faktor yang Mempengaruhi Fitoplankton ..................................................... 10

III. BAHAN DAN METODE ................................................................................. 15

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 15

B. Alat dan Bahan.............................................................................................. 15

C. Prosedur Kerja .............................................................................................. 16

D. Analisis Data ................................................................................................ 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 20

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 20

B. Kondisi Oseanografi Perairan ........................................................................ 21

1. Suhu .............................................................................................................. 21

Page 10: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

ix

2. Salinitas ......................................................................................................... 23

3. pH (Derajat Keasaman) ................................................................................. 24

4. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO) ..................................................... 26

5. Kecerahan ..................................................................................................... 27

C. Kelimpahan Fitoplankton dan Konsentrasi Klorofil-a ..................................... 29

1. Kelimpahan Fitoplankton (25 µM dan 55 µM)................................................. 29

2. Dominansi Komposisi Jenis (25 µM dan 55 µM) ............................................ 31

3. Konsentrasi Klorofil-a ..................................................................................... 33

D. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dengan Klorofil-a .................................. 35

1. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton (25 µM) dengan Klorofil-a ..................... 35

2. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton (55 µM) dengan Klorofil-a ..................... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 38

A. Simpulan ....................................................................................................... 38

B. Saran ............................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39

LAMPIRAN ........................................................................................................ 43

Page 11: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari parameter oseanografi

perairan pesisir dan laut di lokasi penelitian Kab. Pangkep ................................ 21

2. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari klorofil-a dan

fitoplankton perairan pesisir dan laut di lokasi penelitian Kab. Pangkep ............ 30

Page 12: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Chloropyceae .................................................................................................. 7

2. Cyanophyceae ................................................................................................. 8

3. Bacillariophyceae ............................................................................................. 8

4. Dynophyceae ................................................................................................... 9

5. Euglenaphyceae ............................................................................................ 10

6. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 15

7. Nilai suhu di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep ..................................... 22

8. Nilai salinitas di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep ................................ 23

9. Nilai pH di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep ........................................ 25

10. Nilai oksigen terlarut di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep ................... 26

11. Nilai kecerahan di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep........................... 27

12. Kelimpahan Fitoplankton di tiap lokasi (25 µm dan 55 µm) .......................... 30

13. Kelimpahan Fitoplankton di tiap lokasi (25 µm) ............................................ 31

14. Kelimpahan Fitoplankton di tiap lokasi (55 µm) ............................................ 32

15. Konsentrasi Klorofil-a di tiap lokasi (25 µm dan 55 µm) ............................... 33

16. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dengan Klorofil-a (25 µm) ................... 35

17. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dengan Klorofil-a (55 µm) ................... 37

Page 13: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil uji analisis ragam nilai Kelimpahan Fitoplankton dan Konsentrasi Klorofil-

a (25 µm dan 55 µm) ......................................................................................... 46

2. Hasil analisis regresi antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Klorofil-a (25 µm

dan 55 µm) ........................................................................................................ 48

3. Uji Normalitas (25 µm dan 55 µm) ................................................................. 50

4. Kelimpahan Fitoplankton (ind/L) (25 µM) dan (55 µM) ................................... 52

5. Nilai klorofil-a (mg/L) (25 µM) dan (55 µM) ..................................................... 53

Page 14: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekosistem laut merupakan hubungan interaksi antara beberapa faktor biotik

dan abiotik yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi, dimana suatu

ekosistem terkait dalam rantai makanan dalam suatu ekosistem. Rantai makanan

dalam suatu ekosistem berfungsi sebagai penjaga sekaligus penyeimbang dari

jumlah makhluk hidup yang ada di lingkungan itu. Jika terjadi ketimpangan, maka

tidak adanya keseimbangan ekosistem. Misalnya, jumlah pemangsa atau

konsumen lebih banyak dari yang dimangsa atau produsen, maka akan terjadi

kepunahan pada makhluk hidup itu sendiri (Aryawati dan Thoha, 2011).

Fitoplankton memegang peranan penting pada ekosistem perairan.

Fitoplankton dikenal sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil

sehingga mampu melakukan fotosintesis. Kandungan klorofil pada perairan

memiliki keterkaitan dengan kelimpahan fitoplankton (Febriyati et al., 2012).

Fitoplankton sebagai produsen primer mampu mengubah zat-zat anorganik

menjadi zat-zat organik dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintetik

klorofil-a. Produktifitas primer fitoplankton di laut tergantung pada beberapa

faktor lingkungan seperti nutrien. Kepadatan fitoplankton dipengaruhi oleh

sebaran nutrien yang kemudian akan mempengaruhi variasi kepadatan secara

vertikal dan horizontal (Zulhaniarta et al. 2014).

Oleh karena itu, sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan pantai

sebagai akibat dari tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan melalui

limpasan air sungai, dan sebaliknya cenderung lebih rendah di daerah lepas

pantai (Zulhaniarta et al. 2014).

Page 15: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

2

Menurut Febriyati et al. (2012), adanya perbedaan konsentrasi klorofil pada

kedalaman yang berbeda, dimana pada permukaan air cenderung memiliki

klorofil yang tinggi dan sebaliknya. Sedangkan menurut Nasir et al. (2015),

menyimpulkan bahwa pengayaan nutrien di perairan pantai barat Sulawesi

Selatan telah menyebabkan variabilitas klorofil-a pada spasial dan temporal.

Belum adanya rasio perbandingan antara kepadatan fitoplankton dan

konsentrasi klorofil-a dari beberapa lokasi perairan pesisir dan laut di Kabupaten

Pangkajene Kepulauan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukanlah

penelitian mengenai hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan

konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkajene

Kepulauan.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui perbedaan nilai kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-a

berdasarkan jenis plankton net ukuran 25 µm dan 55 µm

2. Mengetahui hubungan kelimpahan fitoplankton menggunakan plankton net

ukuran 25 µm dan 55 µm dengan klorofil-a.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

kelimpahan fitoplankon dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengukuran kelimpahan fitoplankton,

dan pengukuran konsentrasi klorofil-a dari beberapa lokasi perairan pesisir dan

laut di Kabupaten Pangkajene Kepulauan.

Page 16: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klorofil-a

Pengukuran kandungan klorofil-a pada suatu perairan merupakan salah satu

alat pengukuran kesuburan suatu perairan yang dinyatakan dalam bentuk

produktivitas primer (Amri dan Nababan, 2009).

Klorofil merupakan zat hijau daun yang merupakan pigmen yang terdapat

pada organisme produsen yang berfungsi sebagai pengubah karbondioksida

menjadi karbohidrat, melalui proses fotosintesis. Klorofil-a merupakan salah satu

parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di laut. Sebaran tinggi

rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografis

suatu perairan. Beberapa parameter fisik-kimia yang mengontrol dan

mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien (terutama

nitrat, fosfat dan sislikat). Ortofosfat merupakan jenis nutrien yang memiliki

pengaruh paling dominan terhadap perubahan kelimpahan populasi dan

klorofil-a fitoplankton (Tambaru et al., 2010). Perbedaan parameter fisika-kimia

tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas

primer di beberapa tempat di laut. Selain itu “grazing” juga memiliki peran besar

dalam mengontrol konsentrasi klorofil-a di laut (Hatta, 2002).

Selain klorofil-a terdapat klorofil-b, klorofil-c, dan pigmen-pigmen pelengkap

lainnya yang ditemukan pada beberapa jenis tanaman. Rafii (2004), menyatakan

bahwa klorofil-a terdapat pada semua jenis alga, klorofil-b terdapat pada

Cyanophyceae, Diatom, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Sedangkan klorofil-

c hanya ditemukan pada organisme Phaeophyceae, dan klorofil-d pada

Rhodophyceae.

Page 17: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

4

Faktor fisika dan kimia perairan biomassa fitoplankton juga memegang

peranan penting dalam penentuan besar-kecilnya konsentrasi biomassa

fitoplankton. Konsentrasi klorofil-a berbanding lurus dengan biomassa

fitoplankton (Bakhtiar, 2013).

Konsentrasi klorofil tidak hanya berbanding dengan biomassa akan tetapi

berdasarkan sebaran konsentrasi klorofil-a pada umumnya tinggi di perairan

pantai sebagai akibat dari suplai nutrien tinggi yang berasal dari daratan melalui

limpasan air sungai, dan rendah di perairan lepas pantai. Meskipun demikian

konsentrasi klorofil-a tinggi dapat ditemukan pula di perairan lepas pantai,

disebabkan adanya proses sirkulasi massa air mengangkut nutrien dengan

konsentrasi tinggi dari perairan dalam ke permukaan yang dikenal sebagai

fenomena upwelling (Sukoharjo, 2012).

Pengukuran klorofil sangat penting dilakukan karena kadar klorofil dalam

suatu volume air laut tertentu merupakan suatu ukuran bagi biomassa tumbuhan

yang terdapat dalam air laut tersebut. Klorofil dapat diukur dengan

memanfaatkan sifatnya yang dapat berpijar bila dirangsang dengan panjang

gelombang cahaya tertentu atau mengekstraksi klorofil dari tumbuhan dengan

menggunakan aseton untuk menghitung produktivitas primernya (Aryawati dan

Thoha, 2011).

B. Fitoplankton

Plankton adalah istilah umum untuk biota yang hanyut, melayang atau

mengambang di dalam air secara bebas, kemampuan geraknya kalaupun ada

sangat terbatas atau dengan kata lain penyebarannya lebih banyak diatur oleh

pergerakan air seperti arus, gelombang dan sebagainya (Nontji, 2006). Plankton

Page 18: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

5

dapat dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu fitoplankton (plankton

tumbuhan/nabati) dan zooplankton (plankton hewani) (Arinardi, 1997).

Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu

melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air dan karbondioksida dengan adanya

sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti

karbohidrat (Nontji, 1993). Adanya kemampuan membentuk zat organik dari zat

anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer.

Pengukuran klorofil sangat penting dilakukan karena kadar klorofil dalam

suatu volume air laut tertentu merupakan suatu ukuran bagi biomassa tumbuhan

yang terdapat dalam air laut tersebut. Klorofil dapat diukur dengan

memanfaatkan sifatnya yang dapat berpijar bila dirangsang dengan panjang

gelombang cahaya tertentu atau mengekstraksi klorofil dari tumbuhan dengan

menggunakan aseton untuk menghitung produktivitas primernya (Febrianti et al.,

2013).

Fitoplankton berpotensi menjadi indikator terbaik dalam pencemaran

organik. Ada genera fitoplankton yang dikenal melimpah subur dalam daerah

tercemar tinggi dan hampir secara keseluruhan tercemar. Fitoplankton mudah

untuk dicuplik dan diidentifikasi yang membuat fitoplankton di suatu perairan

menjadi indikator pencemaran yang baik (Apdus, 2010).

Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang

dapat menggambarkan kondisi kualitas perairan. Fitoplankton merupakan dasar

produsen primer mata rantai makanan di perairan. Keberadaannya di perairan

dapat menggambarkan status suatu perairan, apakah dalam keadaan tercemar

atau tidak (Lukman et al., 2006).

Page 19: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

6

Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil kingga yang

besar. Dulu orang menggolongkan plankton dalam tiga kategori berdasarkan

ukurannya, yakni (Nontji, 2008):

1. Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap dengan

jaring dengan mata jaring (mesh size) berukuran 20 ,um, atau dengan

kata lain plankton berukuran lebih besar dari 20 ,um.

2. Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari

2,um. Atau berukuran 2-20 ,um;

3. Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 µm.

Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-

milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya

lebih berkembang. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh Sieburth et al.

(1978) yang kini banyak diacu orang.

1. Megaplankton (20-200 cm)

Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak ubur­ubur termasuk

dalam golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa mempunyai

ukuran diameter payungnya sampai lebih dari satu meter, sedangkan umbai-

umbai tentakelnya bisa sampai beberapa meter pajangnya. Plankton raksasa

yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-ubur Cyanea arctica yang

payungnya bisa berdiameter lebih dua meter dan dengan panjang tentake130 m

lebih.

2. Makroplankton (2-20 cm)

Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula

termasuk dalam golongan ini.

Page 20: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

7

3. Mesoplankton (0,2-20 mm)

Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod,

amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa fitoplankton yang berukuran

besar masuk dalam golongan ini seperti Noctiluca.

C. Jenis-jenis Fitoplankton

Thoha (2007), menyatakan bahwa fitoplankton ada yang berukuran besar

dan kecil dan biasanya yang tertangkap oleh plankton net yang terdiri dari

tiga kelompok utama yaitu Diatom, Dinoflagellata dan Alga. Diatom mudah

dibedakan dari Dinoflagellata karena bentuknya seperti kotak gelas yang unik

dan tidak memiliki alat gerak. Dinoflagellata yang dicirikan dengan sepasang

flagella yang digunakan untuk bergerak dalam air. Anggota fitoplankton yang

merupakan minoritas adalah berbagai jenis alga diantaranya Chlorophyceae,

Cyanophyceae, Bacillariophyceae, Dinophyceae dan Euglenaphyceae.

1. Chlorophyceae

Gambar 1. Chlorophyceae (Sumber: Y. Tsukii, 2005)

Chlorophyceae biasanya hidup dalam air tawar, payau dan asin. Memiliki

kloroplas yang berwarna hijau, mengandung klorofil a dan b serta karotenoid dan

terdiri atas sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang bercabang-

cabang. Adapun jenis-jenis Chlorophyceae yaitu Tetraedron sp, Ulotrix sp,

Chlorella sp, Coelastrum sp, Cosmarium sp, Pediastrum sp, Staurastum sp,

Page 21: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

8

Ankistrodesmus sp, dan Actinastrum sp. kelompok ini akan tumbuh baik pada

kisaran suhu berturut-turut 300C-350C dan 200C-300C, dan kelompok

Cyanophyceae dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi (di

atas 300C) dibandingkan kisaran suhu pada kelompok Chlorophyceae dan

diatom (Effendi, 2003).

2. Cyanophyceae

Gambar 2. Cyanophyceae (Sumber: Y. Tsukii, 2005)

Cyanophyceae biasanya hidup diperairan tawar dan dapat tumbuh subur

pada suhu 2000C – 3500C, memiliki klorofil dan karatenoid. Adapun beberapa

jenis Cyanophyceae yaitu Anabaena sp, Merismopedia sp, Spirulina sp,

Microcytis sp dan Lyngbia sp.

3. Bacillariophyceae

Gambar 3. Bacillariophyceae (Sumber: Y. Tsukii, 2005)

Page 22: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

9

Diatom merupakan fitoplankton yang termasuk dalam kelas

Bacillariophyceae. Kelompok ini merupakan komponen fitoplankton yang paling

umum dijumpai di perairan selain itu juga mempunyai peranan sangat penting

bagi perikanan terutama dalam ekosistem perairan. Diatom sangat mudah

dibedakan karena diatom hidup berkoloni. Beberapa diantaranya seperti benang-

benang yang bening, plasma sel mengandung kloroplas sehingga

memungkinkan baginya untuk melakukan fotosintesis. Diatom dapat hidup

sebagai individu sel tunggal yang soliter (solitary), atau terhubung dengan sel

lainnya membentuk koloni bagaikan rantai. Ukuran diatom sangat beragam, dari

yang kecil berukuran sekitar 5 μm sampai yang sangat relative besar sekitar 2

mm (Nontji, 2008).

4. Dinophyceae

Gambar 4. Dinophyceae (Sumber: Y. Tsukii, 2005)

Dinoflagelat adalah kelompok fitoplankton yang sangat umum ditemukan di

perairan setelah diatom. Dinoflagelat termasuk dalam kelas Dinophyceae, yang

biasanya hidup diperairan tawar, payau dan laut serta mengandung klorofil. Ciri

lain dari Dinoflagelat adalah adanya organ untuk bergerak berupa flagela yang

bentuknya seperti bulu cambuk. Ada berbagai marga Dinoflagelat yang sering

dijumpai antara lain Prorocentrum sp dan Peridinium sp. Banyak jenis

Dinoflagelat mempunyai arti penting bagi perikanan, karena merupakan makanan

Page 23: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

10

bagi banyak jenis ikan yang bernilai ekonomi. Namun disamping itu, banyak pula

jenis Dinoflagelat yang dapat menghasilkan toksin, bila jenis-jenis tumbuh

meledak akan menimbulkan kerugian besar, misalnya dapat menimbulkan

kematian massal ikan.

5. Euglenaphyceae

Gambar 5. Euglenaphyceae (Sumber: Y. Tsukii, 2005)

Euglenaphyceae adalah organisme bersel satu, memiliki klorofil dan mampu

melakukan proses fotosintesis, umumnya hidup di air tawar yang kaya bahan

organik, bentuk sel oval memanjang serta memiliki peranan penting dalam suatu

perairan antara lain sebagai produsen primer di air tawar dan sebagai indikator

pencemaran organik. Adapun spesies yang termasuk dalam kelas

Euglenaphyceae yaitu Euglena sp dan Leponcyclis sp.

D. Faktor yang Mempengaruhi Fitoplankton

1. Suhu

Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk

mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat

menaikkan laju maksimum fotosintesa, sedangkan pengaruh secara tidak

langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat

mempengaruhi distribusi fitoplankton (Aryawati, 2007).

Page 24: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

11

Secara umum, laju fotosintesa fitoplankton meningkat dengan meningkatnya

suhu perairan, tetapi akan menurun secara drastis setelah mencapai suatu titik

suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap spesies fitoplankton selalu

beradaptasi terhadap suatu kisaran suhu tertentu. Suhu permukaan laut

tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi, evaporasi, kecepatan angin,

intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom

perairan. Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan

suhu permukaan laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu

permukaan akibat adanya aliran bahang dari udara ke lapisan permukaan

perairan. Suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton pada perairan tropis

berkisar antara 250C – 320C (Aryawati, 2007).

2. Salinitas

Salinitas berpengaruh terhadap penyebaran plankton, baik secara vertikal

maupun horisontal (Romimohtarto dan Juwana, 2004). Kisaran salinitas yang

masih dapat ditoleransi oleh fitoplankton pada umumnya berkisar antara 28 – 34

ppt. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola

sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Perairan dengan tingkat

curah hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas yang

rendah sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas

perairannya tinggi. Selain itu pola sirkulasi juga berperan dalam penyebaran

salinitas di suatu perairan.

Secara vertikal nilai salinitas air laut akan semakin besar dengan

bertambahnya kedalaman. Di perairan laut lepas, angin sangat menentukan

penyebaran salinitas secara vertikal. Pengadukan di dalam lapisan permukaan

memungkinkan salinitas menjadi homogen. Terjadinya upwelling yang

Page 25: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

12

mengangkat massa air bersalinitas tinggi di lapisan dalam juga mengakibatkan

meningkatnya salinitas permukaan perairan (Aryawati, 2007).

3. Kecerahan Air dan Intensitas Cahaya

Nilai kecerahan air berguna untuk mengetahui sampai kedalaman berapa

cahaya matahari dapat menembus lapisan perairan dalam hubunganya dengan

proses fotosintesis. Batas akhir cahaya matahari mampu menembus perairan

disebut sebagai titik kompensasi cahaya, yaitu titik pada lapisan air dimana

cahaya matahari mencapai nilai minimum yang menyebabkan proses asimilasi

dan respirasi berada dalam keadaan seimbang. Cahaya merupakan faktor

terutama dan terpenting dalam pertumbuhan fitoplankton, terutama dalam

kelancaran proses fotosintesis. Kesempurnaan proses ini tergantung besar

kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Sedangkan besar

kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke air dipengaruhi kecerahan maupun

kekeruhan perairan itu sendiri (Aryawati, 2007).

4. Derajat Keasaman (pH)

Romimohtarto dan Juwana (2004), menyatakan bahwa perubahan pH sedikit

saja dapat menyebabkan perubahan dalam reaksi fisologik berbagai jaringan

maupun pada reaksi enzim dan lain-lain. Di laut terbuka, variasi pH dalam batas

yang diketahui mempunyai pengaruh kecil pada sebagian besar biota. Nilai

derajat keasaman (pH) di perairan pesisir umumnya lebih rendah dibandingkan

dengan pH air laut lepas, karena adanya pengaruh masukan massa air tawar

dari sistem sungai yang bermuara.

Secara umum nilai pH air menggambarkan keadaan seberapa besar

tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH =

7 berati kondisi air bersifat netral, pH < 7 berarti kondisi air bersifat asam,

sedangkan pH > 7 berarti kondisi air bersifat basa. Batas toleransi organisme

Page 26: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

13

terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu, oksigen terlarut, dan

kandungan garam-garam ionik suatu perairan. Kebanyakan perairan alami

memiliki pH berkisar antara 6-9. Sebagian besar biota perairan sensitif

terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7–8,5 (Effendi, 2003).

Nilai pH sangat menentukan dominansi fitoplankton. Pada umumnya alga

biru lebih menyukai pH netral sampai basa dan respon pertumbuhan negatif

terhadap asam (pH<6), Chrysophyta umumnya pada kisaran pH 4,5–8,5, dan

pada umumnya diatom pada kisaran pH yang netral akan mendukung

keanekaragaman jenisnya (Wijaya, 2009).

5. DO (Dissolved Oxygen = Oksigen Terlarut )

Sumber utama oksigen dalam air laut adalah dari udara melalui proses difusi

dan proses fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air lainnya pada siang hari.

Nybakken (1992), menyatakan bahwa kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi

oleh temperatur dan kecerahan, semakin rendah temperatur perairan semakin

tinggi kelarutannya, dengan kata lain kandungan oksigen dalam kolom air akan

semakin rendah.

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan

hewan air. Oksigen di perairan bersumber dari difusi udara maupun hasil proses

fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air di zona eufotik. Kadar oksigen

terlarut di perairan bervariasi bergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan

tekanan atmosfer. Kelarutan oksigen 2 mg/l sudah cukup untuk mendukung

kehidupan fitoplankton selama perairan tersebut tidak mengandung bahan-bahan

yang bersifat toksik (Effendi, 2003).

Oksigen dikonsumsi oleh tumbuhan dan hewan secara terus menerus

selama aktivitas respirasi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar

Page 27: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

14

oksigen terlarut dalam air laut adalah masuknya limbah yang dalam proses

penguraiannya banyak membutuhkan oksigen. Limbah jenis ini umumnya

berasal dari kegiatan-kegiatan penduduk (Effendi, 2003).

Page 28: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

15

III. BAHAN DAN METODE

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pangkajene

Kepulauan pada bulan Maret-April 2016. Lokasi pengambilan data dilakukan di

muara sungai Pangkep ada 9 titik, 3 titik di sekitar slope, dan 3 titik di perairan

Pulau Saugi (Gambar 6). Analisis sampel dilakukan di laboratorium Politeknik

Pertanian Negeri Pangkep dan di Laboratorium Konsorsium LP3K Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Perairan Pesisir dan Laut Kab. Pangkep

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan dalam penelitian merupakan sarana pendukung yang

digunakan dalam pengambilan maupun penanganan sampel.

Page 29: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

16

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan-bahan kimia untuk

analisis kualitas air, sampel air laut sebagai bahan untuk analisis klorofil-a dan

fitoplankton, masker dan gloves digunakan untuk pengaman dari kontaminasi

bahan kimia, lakban untuk menandai kode sampel, botol sampel dan botol

plankton digunakan untuk menyimpan sampel, lugol digunakan sebagai

pengawet sampel fitoplankton, aseton digunakan sebagai pelarut kertas saring

(klorofil-a), lugol digunakan sebagai kertas filter Whatman GF/F 0,7 µm

digunakan untuk menyaring air sampel, pompa hisap digunakan sebagai alat

penyaring air laut, kertas aluminium foil digunakan untuk membungkus sampel

klorofil dan alat tulis untuk menulis data.

Sedangkan alat yang digunakan adalah perahu nelayan, jerigen plastic

digunakan untuk menyimpan sampel air laut, Global Positioning System (GPS)

digunakan untuk menentukan posisi stasiun pegamatan, layang-layang arus

untuk mengukur kecepatan arus, pH meter untuk mengukur tingkat keasaman,

DO meter untuk mengukur kandugan oksigen terlarut dalam air, secchi disk

untuk mengukur kecerahan, plankton net ukuran 25 mikron dan 55 mikron untuk

menyaring air laut serta plankton yang berada didalamnya secara horizontal,

spektrofotometer untuk mengukur kadar klorofil-a, sentrifuge untuk melarutkan

endapan klorofil-a, mikroskop untuk melihat dan mengamati fitoplankton yang

berukuran sangat kecil yang tidak mampu dilihat dengan mata telanjang, dan

lemari pendingin untuk menyimpan sampel klorofil-a.

C. Prosedur Kerja

1. Klorofil-a

Pengukuran klorofil-a diambil dengan cara air sampel diambil dengan

menggunakan botol niskin dengan menyesuaikan kedalaman. Air tersebut

kemudian dimasukkan kedalam jerigen plastik. Air sampel kemudian dibawa ke

Page 30: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

17

laboratorium untuk dianalisis. Selanjutnya air sampel tersebut disaring dengan

bantuan pompa hisap (vacuum pump). Ekstraksi klorofil-a dilakukan dengan

menggunakan acetone (90%, p.a) selama 24 jam. Penyaring yang digunakan

adalah kertas filter Whatman GF/F 0,7 µm. Setelah disaring, kertas filter

Whatman diambil dengan menggunakan pinset lalu dimasukkan ke dalam tube

klorofil. Kemudian disimpan dalam lemari pendingin selama 24 jam

(Welschmeyer, 1994), disentrifugasikan dengan kecepatan 4000 rpm selama 10

menit. Pengukuran klorofil-a dilakukan dengan metode trikromatik dengan

menggunakan spektrofotometer UV A1800_Simadzu pada panjang gelombang

630, 647, 664 dan 750 nm (Aminot and Rey, 2001).

Klorofil-a (mg/L) =

Vsxd

xVexxx 63008.064754.166485.11

dengan; ʎ664 = Abs 664 nm – Abs 750 nm

ʎ647 = Abs 647 nm – Abs 750 nm

ʎ630 = Abs 630 nm – Abs 750 nm

Ve = Volume ekstrak aceton (mL)

Vs = Volume sampel air yang disaring (L)

d = Lebar diameter kuvet

2. Fitoplankton

Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan dengan menggunakan

plankton net berukuran 25 µm dan 55 µm yang dilakukan secara horizontal

dengan menyesuaikan kedalaman.

Volume air tersaring dihitung dengan menggunakan flowmeter. Sebelum

pengambilan sampel, angka pembacaan awal flowmeter, dan pembacaan

Page 31: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

18

flowmeter setelah pengambilan sampel, sesuai dengan persamaan Arinardi

(1997) dibawah ini:

V = R x a x p

dimana; V = Volume air tersaring (m3)

R = Jumlah rotasi baling-baling flowmeter

a = Luas mulut jaring

p = Panjang kolom air (m) yang ditempuh untuk satu

rotasi.

Contoh plankton tersebut kemudian dikumpulkan pada botol sampel,

diawetkan dengan larutan lugol (1%), dan dibawa ke laboratorium untuk dihitung

pencacahan dan identifikasi plankton dengan bantuan mikroskop yang dilakukan

di Laboratorium Kualitas Lingkungan Laut, Puslitbang LP3K Unhas, dengan

menggunakan mikroskop. Identifikasi dilakukan sesuai Wickstead (1965), Yamaji

(1976) dan Taylor (1994). Pencacahan dilakukan dengan Sedgwick-Rafter

Counting Cell (APHA 1986) atas fraksi sampel, yaitu :

K = p

nx

Vsx

Vo

Vrx

Op

Oi 1

dengan; K = Kelimpahan fitoplankton (ind/L)

Oi = Luas gelas penutup (mm2)

Op = Luas satu lapang pandang (mm2)

Vr = Volume air sampel yang tersaring (mL)

Vo = Volume air sampel di bawah gelas penutup (mL)

Vs = Volume air disaring (L)

n = Jumlah sel yang tercacah (sel)

p = Jumlah lapang pandang yang teramati.

Page 32: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

19

D. Analisis Data

1. Mengetahui perbedaan kelimpahan fitoplankton menggunakan plankton net

ukuran 25 µm dan 55 µm dengan klorofil-a. Analisis yang digunakan adalah one

way-anova.

2. Mengetahui hubungan kelimpahan fitoplankton menggunakan plankton net

ukuran 25 µm dan 55 µm dengan klorofil-a. Analisis yang digunakan adalah

regresi linier sederhana.

Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan menggunakan Ms.

Excel dan Grapher 7, serta hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.

dan fitoplankton pada tiap lokasi menggunakan plankton net ukuran 25 µm dan

55 µm dengan menggunakan one way-anova.

Page 33: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Pangkep (Pangkajene Kepulauan) terletak antara 1100 BT dan 40

4’ LS sampai dengan 80 00’ LS atau terletak di pantai barat Sulawesi Selatan.

Kabupaten Pangkep terdiri dari 12 kecamatan yaitu 9 kecamatan daratan dan 3

kecamatan kepulauan dengan luas wilayah 1.112,29 km2 dan berjarak 51 km dari

kota Makassar.

Kabupaten Pangkep memiliki 97 desa, 48% (46 desa) saja diantaranya

merupakan daerah pantai, 8% (8 desa) lereng/bukit dan 44% (43 desa) adalah

daratan. Adapun batas-batas administrasinya sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kab. Barru

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Maros

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kab. Bone

Sebelah Barat : Berbatasan dengan pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan

Madura, Pulau Nusa Tenggara, Pulau Bali.

Jumlah penduduk Kab. Pangkep adalah sebanyak 279.887 jiwa.

Sebagaimana lazimnya pada wilayah-wilayah kepulauan di seluruh Indonesia,

sektor perikanan dan kelautan merupakan sektor yang paling menonjol.

Page 34: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

21

B. Kondisi Oseanografi Perairan

Hasil pengukuran parameter oseanografi perairan disajikan pada Tabel 1.

Penjelasan tentang berbagai parameter oseanografi yang terukur diuraikan pada

sub bab selanjutnya.

Tabel 1. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari parameter oseanografi

perairan pesisir dan laut di lokasi penelitian Kab. Pangkep

Lokasi

Suhu (0C) Salinitas

(ppt)

pH

Oksigen Terlarut (mg/L)

Kecerahan

(m) Pulau Saugi

31,3 – 31,7 31,56 ± 0,23

29 – 29,6 29,26 ±

0,30

7,71 – 7,9 7,78 ± 0,10

6,47 – 7,39 6,84 ± 0,48

1,5 – 3,5 2,33 ± 1,04

Slope 31 – 32,2 31,6 ± 0,6

30 – 31 30,3 ± 0,57

7,33 – 7,64 7,51 ± 0,16

7,9 – 8,23 8,11 ± 0,18

5 – 5,2 5,06 ± 0,11

Muara sungai

Pangkep

29,6 – 34,6 31,6 ± 0,9

2,3 – 22,7 12 ± 8,53

6,87 – 7,78 7,44 ± 0,31

5,07 – 5,76 5,37 ± 0,19

0,5 – 1 0,72 ± 0,26

1. Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran, suhu di perairan pesisir dan laut Kab.

Pangkep menunjukkan kisaran antara 31,3°C – 34,6°C dengan kisaran (nilai

rata-rata±standar deviasi) sebesar 31,3°C – 31,7°C (31,56 °C ± 0,23°C) di

perairan pulau Saugi, 31°C – 32,2°C (31,6°C ± 0,6°C) di sekitar slope, dan

29,6°C – 34,6°C (31,6°C ± 0,9) di muara sungai Pangkep dapat dilihat pada

(Gambar 7).

Page 35: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

22

Gambar 7. Nilai suhu di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa konsentrasi suhu tertinggi

ditemukan pada muara sungai Pangkep, sementara itu terendah berada di

sekitar slope. Pada penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Riny

(2005) di perairan Kab. Pangkep, suhu yang tercatat berkisar antara 29°C –

33°C. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Lukman et al. (2014), di

sekitar muara sungai Pangkep pada musim peralihan, suhu yang tercatat adalah

berkisar antara 28,8°C – 32,4°C. Secara horisontal, suhu teridentifikasi semakin

menurun dari muara sungai ke arah laut pada estuari Pangkep (Nasir et al.,

2015).

Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan batas

bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya fitoplankton akan tumbuh

dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 300C-350C (Haslam, 1995). Hal ini

masih bersesuaian dengan pertumbuhan fitoplankton di perairan pesir dan laut

Kab. Pangkep.

Suhu dapat mempengaruhi laju fotosintesis di perairan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu

berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis.

n=3 n=3 n=9

Page 36: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

23

Tingginya suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesis (Pmax), sedangkan

pengaruh secara tidak langsung yakni dapat merubah struktur hidrologi kolom

perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton (Tomascik. et al,

1997). Hal ini disebabkan karena setiap spesies fitoplankton selalu beradaptasi

terhadap suatu kisaran suhu tertentu.

2. Salinitas

Salinitas yang terukur di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep

menunjukkan kisaran antara 2,3 ppt – 31 ppt dengan kisaran (nilai rata-

rata±standar deviasi) sebesar 29 ppt – 29,6 ppt, (29,26 ppt ± 0,30 ppt) di perairan

pulau Saugi, 30 ppt – 31 ppt (30,3 ppt ± 0,57 ppt) di sekitar slope, dan 2,3 ppt –

22,7 ppt (12 ppt ± 8,53 ppt) di muara sungai Pangkep dapat dilihat pada (Gambar

8).

Gambar 8. Nilai salinitas di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa konsentrasi salinitas tertinggi

tercatat berada pada daerah slope, sedangkan terendah berada di muara sungai

Pangkep. Pada penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Riny (2005) di

perairan Kab. Pangkep, salinitas yang tercatat berkisar antara 11 ppt – 35 ppt.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Lukman et al. (2014), pada

n=3 n=3

n=9

Page 37: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

24

perairan yang sama melaporkan bahwa di sekitar muara sungai Pangkep pada

musim peralihan, salinitas yang tercatat adalah berkisar 0,41 ppt – 32,2 ppt.

Pada umumnya nilai salinitas wilayah laut Indonesia berkisar antara 28-33

ppt (Nontji, 2002). Hal ini bersesuaian dengan nilai salinitas yang terukur di

perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep. Tinggi rendahnya salinitas kemungkinan

disebabkan karena adanya pengaruh dari daratan. Menurut Aziz (2007),

distribusi salinitas dari muara hingga ke laut lepas menunjukkan kecenderungan

salinitas yang terus bertambah. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh

daratan dan intrusi air tawar dari sungai menuju laut.

Salinitas merupakan salah satu parameter perairan yang berpengaruh pada

fitoplankton. Variasi salinitas mempengaruhi laju fotosintesis, terutama di daerah

estuaria khususnya pada fitoplankton yang hanya bisa bertahan pada batas-

batas salinitas yang kecil (stenohalin) (Kaswadji et al.,1993). Salinitas yang baik

untuk pertumbuhan fitoplankton adalah berkisar 10-40 ‰ (Raymond, 1980).

Selanjutnya Sachlan (1972), menyatakan pada salinitas 0-10 ‰ hidup plankton

air tawar, pada salinitas 10-20 ‰ hidup plankton air tawar dan air laut,

sedangkan pada salinitas yang lebih besar dari 20 ‰ hidup plankton air laut.

3. pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep menunjukkan kisaran antara

6,87 – 7,9 dengan kisaran (nilai rata-rata±standar deviasi) sebesar 7,71 – 7,9,

(7,78 ± 0,10) di perairan pulau Saugi, 7,33 – 7,64 (7,51 ± 0,16) di sekitar slope,

6,87 – 7,78 (7,44 ± 0,31) di muara sungai Pangkep dapat dilihat pada (Gambar

9).

Page 38: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

25

Gambar 9. Nilai pH di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi pH tertinggi

berada di perairan pulau Saugi, sedangkan pH terendah berada di muara sungai

Pangkep. Pada penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Riny (2005) di

perairan Kab. Pangkep, pH yang tercatat berkisar antara 7 – 7,35. Perbandingan

nilai dari penelitian sejenis di sekitar lokasi tersebut di muara sungai Pangkep

pada penelitian Lukman et al. (2014), pada musim peralihan (7,19 – 7,73). Dari

hasil pengukuran tersebut memperlihatkan bahwa nilai pH semakin tinggi kearah

laut. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Kusumaningtyas et al. (2014),

bahwa nilai pH ditemukan semakin meningkat ke arah laut lepas. Tinggi

rendahnya pH dapat dipengaruhi oleh sedikit banyaknya bahan organik dari darat

yang dibawa melalui aliran sungai.

Nilai pH sangat menentukan dominansi fitoplankton. KEPMENLH (2004),

yang menyatakan kondisi derajat keasaman optimal untuk kehidupan fitoplankton

adalah 7- 8,5. Dengan demikian, kondisi pH yang didapatkan masih cukup sesuai

dengan kehidupan fitoplankton.

n=3

n=3 n=9

Page 39: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

26

4. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)

Oksigen terlarut yang terukur perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep

menunjukkan kisaran antara 5,07 mg/L – 8,23 mg/L dengan kisaran (nilai rata-

rata±standar deviasi) sebesar 6,47 mg/L – 7,39 mg/L (6,84 mg/L ± 0,48 mg/L) di

perairan pulau Saugi, 7,9 mg/L – 8,23 mg/L (8,11 mg/L ± 0,18 mg/L) di sekitar

slope, 5,07 mg/L – 5,76 mg/L (5,37 mg/L ± 0,19 mg/L) di muara sungai Pangkep

dapat dilihat pada (Gambar 10).

Gambar 10. Nilai Oksigen Terlarut di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi oksigen terlarut

tertinggi berada di daerah slope, sedangkan oksigen terlarut terendah berada di

muara sungai Pangkep. Perbandingan nilai dari penelitian sejenis di sekitar

lokasi tersebut di perairan Pangkep pada penelitian Riny (2005) (3,4 mg/L – 7,2

mg/L). Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya perbedaan oksigen terlarut

yang lebih tinggi di perairan pulau dibanding dengan muara sungai. Kelarutan

oksigen 2 mg/L sudah cukup untuk mendukung kehidupan fitoplankton selama

perairan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang bersifat toksik (Effendi,

2003). Menurut KEPMNLH (2004), kisaran kandungan oksigen terlarut normal

sesuai dengan baku mutu kualitas air untuk biota laut yaitu >5 mg/L.

n=3

n=3

n=9

Page 40: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

27

5. Kecerahan

Kecerahan perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep yang terukur

menunjukkan kisaran antara 0,5 m – 5,2 m dengan dengan kisaran (nilai rata-

rata±standar deviasi) sebesar 1,5 m – 3,5 m (2,33 m ± 1,04 m) di perairan pulau

Saugi, 5 m – 5,2 m (5,06 m ± 0,11 m) di sekitar slope, 0,5 m – 1 m (0,72 m ± 0,26

m) di muara sungai Pangkep dapat dilihat pada (Gambar 11).

Gambar 11. Nilai kecerahan di perairan pesisir dan laut Kab. Pangkep

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi kecerahan

tertinggi berada di daerah slope, sedangkan kecerahan terendah berada di

muara sungai Pangkep. Pada penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh

Riny (2005) di perairan Kab. Pangkep, kecerahan yang tercatat berkisar antara

0,3 m – 1 m. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Lukman et al.

(2014), pada musim peralihan (1 – 85,9 %). Perbedaan kecerahan dari muara

hingga laut lepas mengalami peningkatan, hal ini kemungkinan disebabkan

karena perbedaan kuantitas buangan limbah di lingkungan lokasi penelitian.

Menurut Handayani et al. (2001), rendahnya kecerahan disebabkan karena

adanya kegiatan antropogenik, seperti limbah langsung yang dibuang ke badan

n=3

n=3

n=9

Page 41: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

28

air karena lokasi muara masih padat penduduk hal ini menyebabkan kekeruhan

dan menjadi kecerahan yang rendah.

Page 42: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

29

C. Kelimpahan Fitoplankton dan Konsentrasi Klorofil-a

1. Kelimpahan Fitoplankton (25 µM dan 55 µM)

Hasil pengukuran konsentrasi nilai kelimpahan fitoplankton (ukuran

plankton net 25 µM) menunjukkan kisaran 1981 ind/L – 9891 ind/L dengan

kisaran sebesar 1981 ind/L – 1984 ind/L (1982 ind/L ± 1) di perairan pulau

Saugi, 7884 ind/L – 7986 ind/L (7931 ind/L ± 52) di sekitar slope, 7693 ind/L –

9891 ind/L (8304 ind/L ± 666) di muara sungai Pangkep dapat dilihat pada (Tabel

2 dan Gambar 12).

Sedangkan hasil pengukuran konsentrasi nilai kelimpahan fitoplankton 55

µm menunjukkan kisaran menunjukkan kisaran 1655 ind/L – 8554 ind/L dengan

kisaran sebesar 1655 ind/L – 1836 ind/L (1721 ind/L ± 100) di perairan pulau

Saugi, 7391 ind/L – 7758 ind/L (7601 ind/L ± 189) di sekitar slope, 6300 ind/L –

8554 ind/L (7448 ind/L ± 696) di muara sungai Pangkep dapat dilihat pada (Tabel

2 dan Gambar 12).

Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai terendah kelimpahan fitoplankton

didapatkan di perairan pulau Saugi dan tertinggi di muara sungai Pangkep baik

untuk plankton net ukuran 25 µM maupun 55 µM. Kelimpahan fitoplankton lebih

banyak ditemukan pada lapisan permukaan yang berada dekat dengan daratan

dimana semakin menuju laut maka kandungan klorofil-a semakin rendah karena

daratan banyak memberi masukan nutien kedalam perairan. Hal ini

menyebabkan suburnya perairan yang akhirnya akan bermanfaat bagi

fitoplankton untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Riley dan Skirrow (1975), bahwa proses geofisik sangat

mempengaruhi masuknya nutrien dari darat melalui aliran sungai yang

menyebabkan bervariasinya kandungan nutrien.

Page 43: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

30

Tabel 2. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari klorofil-a dan fitoplankton perairan pesisir dan laut di lokasi penelitian Kab. Pangkep

Lokasi

Nilai Klorofil-a (µg/L) Kelimpahan Fitoplankton

(ind/L)

25 µM 55 µM 25 µM 55 µM

Pulau

Saugi

0,0012 – 0,0026

0,0018 ± 0,0007

0,0011 – 0,0020

0,0016 ± 0,0004

1981 – 1984

1982 ± 1

1655 – 1836

1721 ± 100

Slope

0,0458 – 0,0483

0,0472 ± 0,0013

0,0459 – 0,0500

0,0478 ± 0,0021

7884 – 7986

7931 ± 52

7391 – 7758

7601 ± 189

Muara sungai

Pangkep

0,1403 – 0,2670

0,2005 ± 0,0334

0,0942 – 0,2154

0,1416 ± 0,0371

7693 – 9891

8304 ± 666

6300 – 8554

7448 ± 696

Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa nilai kelimpahan fitoplankton

berdasarkan ukuran plankton net adalah berbeda nyata (P=0,00) (Lampiran 1).

Berdasarkan uji lanjut dengan LSD, ukuran plankton net 25 µM memperlihatkan

hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan 55 µM. Alasan yang dapat

diberikan adalah bahwa ukuran plankton net 25 µM memungkinkan jumlah

fitoplankton lebih banyak tersaring jika dibandingkan dengan 55 µM.

Gambar 12. Kelimpahan Fitoplankton di tiap lokasi (25 µM dan 55 µM)

n=3

n=3 n=9

n=3

n=3 n=9

Page 44: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

31

Dari perbandingan kedua ukuran plankton net, ukuran 25 µM

memperlihatkan nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan ukuran 55 µM.

Berdasarkan hasil pencacahan itu, pengukuran kelimpahan fitoplankton

sebaiknya menggunakan plankton net ukuran 25 µM, baik untuk perairan muara

sungai maupun untuk wilayah laut (Tabel 2).

2. Dominansi Komposisi Jenis (25 µM dan 55 µM)

Jenis fitoplankton yang ditemukan di perairan pesisir dan laut Kab.

Pangkep terdiri dari 7 genus yang termasuk dalam dua klas, yaitu

Bacillariophyceae/Diatom (5 genus) dan Dynophyceae/Dinoflagellata (2 genus).

Fitoplankton yang dapat dijumpai di semua lokasi penelitian adalah

Coscinodiscus, Chaetoceros, Rhizosolenia, Bacteriastrum, dan Biddulphia yang

merupakan kelompok dari diatom. Nitzchia, Ceratium, dan Dinophysis

merupakan kelompok dari dinoflagelat.

Gambar 13. Kelimpahan Fitoplankton di tiap Lokasi (25 µM)

Page 45: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

32

Gambar 14. Kelimpahan Fitoplankton di tiap Lokasi (55 µM)

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 - 1. Semakin mendekati satu,

maka semakin tinggi tingkat dominansi spesies tertentu, sebaliknya bila nilai

mendekati nol berarti tidak ada jenis yang mendominansi (Odum,1993). Pada

plankton net ukuran 55 µM (Gambar 14) tidak ada genus yang mendominasi.

Berbeda pada plankton net ukuran 25 µM (Gambar 13) didapatkan diatom jenis

Chaetoceros mendominasi di muara sungai Pangkep. Seperti penelitian yang

telah dilakukan oleh Nasir (2015) dan Nurfadilah (2016) di lokasi yang sama,

jenis Chaetoceros mendominasi di lokasi tersebut.

Menurut Nontji (2008), ukuran diatom cukup beragam, dari yang kecil

berukuran sekitar 5 µm sampai yang relatif besar sampai sekitar 2 mm dan jenis

dinoflagelata berukuran 5-200 µm. Beberapa contoh fitoplankton yang masuk

dalam kategori <25 µM yaitu fitoplankton diatom yang termasuk dalam kelas

Bacillariophyceae seperti Melosira, Paralia, Thalassiosira, Skeletonema,

Page 46: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

33

Leptocylindricus. Untuk jenis fitoplankton dinoflagelat yaitu Chromulina.

Nybakken (1992), mengemukakan bahwa fitoplankton yang berukuran besar

biasanya tertangkap oleh plankton net yang ukurannya besar.

3. Konsentrasi Klorofil-a

Hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a (ukuran plankton net 25 µM)

menunjukkan kisaran 0,0012 µg/L – 0,2670 µg/L (0,0913 µg/L ± 0,0939 µg/L)

dengan kisaran sebesar 0,0012 µg/L – 0,0026 µg/L (0,0018 µg/L ± 0,0007 µg/L)

di perairan pulau Saugi, 0,0458 µg/L – 0,0483 µg/L (0,0472 µg/L ± 0,0013 µg/L)

di sekitar slope, 0,1403 µg/L – 0,2670 µg/L (0,2005 µg/L ± 0,0334 µg/L) di muara

sungai Pangkep dapat dilihat pada (Tabel 2 dan Gambar 15).

Sedangkan hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a plankton net 55 µM

menunjukkan kisaran 0,0011 µg/L – 0,2154 µg/L (0,0948 µg/L ± 0,0673 µg/L)

dengan kisaran sebesar 0,0011 µg/L – 0,0020 µg/L (0,0016 µg/L ± 0,0004 µg/L)

di perairan pulau Saugi, 0,0459 µg/L – 0,0500 µg/L (0,0478 µg/L ± 0,0021 µg/L)

di sekitar slope, 0,0942 µg/L – 0,2154 µg/L (0,1416 µg/L ± 0,0371 µg/L) di muara

sungai Pangkep dapat dilihat pada (Tabel 2 dan Gambar 15).

Gambar 15. Konsentrasi Klorofil-a di tiap Lokasi (25 µM dan 55 µM)

n=3

n=3

n=3

n=3

n=3

n=9

Page 47: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

34

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat konsentrasi klorofil-a 25 µM

dan 55 µM nilai yang didapatkan tidak terlalu jauh berbeda dan tertinggi

ditemukan di muara sungai Pangkep, sedangkan terendah di perairan pulau

Saugi. Alasan mengapa hal itu terjadi, sama seperti yang telah dijelaskan pada

penjelasan sebelumnya di bagian hubungan kelimpahan Fitoplankton.

Page 48: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

35

D. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dengan Klorofil-a

1. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton (25 µM) dengan Klorofil-a

Hubungan kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-a menunjukkan

hubungan yang kuat berdasarkan uji regresi (Lampiran 2). Hubungan tersebut

menunjukkan kelimpahan fitoplankton mempengaruhi konsentrasi klorofil-a.

Hubungan yang kuat antara kelimpahan fitoplankton dan konsentrasi klorofil-a

juga diperoleh disekitar perairan ini oleh Nurfadillah (2016). Berdasarkan

kekuatan hubungan, pada perairan pulau Saugi menunjukkan R2= 0,840, pada

daerah sekitar slope menunjukkan R2=0,892, dan pada muara sungai Pangkep

menunjukkan R2=0,539 (Gambar 16). Nilai korelasi berkisar antara 0 - 1. Nilai

>0,5 – 0,75 korelasi kuat, >0,75 – 0,99 korelasi sangat kuat (Sarwono, 2006).

Gambar 16. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dengan Klorofil-a (ukuran 25 µM)

Secara umum wilayah laut (Pulau saugi dan slope) memiliki hubungan

kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-a yang kuat, hal ini kemungkinan

disebabkan karena di laut memiliki kecerahan tinggi sehingga fitoplankton dapat

lebih optimal melakukan proses fotosintesis. Walau nilai kelimpahan fitoplankton

dengan klorofil-a pada Pulau saugi dan slope lebih rendah jika dibandingkan

dengan Muara sungai, namun kemampuan fitoplankton untuk melakukan proses

Page 49: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

36

fotosintesis dapat lebih optimal pada wilayah laut sehingga memungkinkan

pertambahan kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-a lebih sejalan.

Cahaya merupakan faktor terutama dan terpenting dalam pertumbuhan

fitoplankton, terutama dalam kelancaran proses fotosintesis. Kesempurnaan

proses ini tergantung besar kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam

perairan. Sedangkan besar kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke air

dipengaruhi kecerahan maupun kekeruhan perairan itu sendiri (Aryawati, 2007).

Menurut Handayani (2001), rendahnya kecerahan disebabkan karena adanya

kegiatan antropogenik, seperti limbah langsung yang dibuang ke badan air

karena lokasi muara masih padat penduduk hal ini menyebabkan kekeruhan dan

menjadi kecerahan yang rendah.

2. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton (55 µM) dengan Klorofil-a

Pada Gambar 17 menunjukkan bahwa keterkaitan antara kelimpahan

fitoplankton dengan klorofil-a menunjukkan hubungan yang kuat berdasarkan uji

regresi (Lampiran 2). Hubungan tersebut menunjukkan kelimpahan fitoplankton

mempengaruhi konsentrasi klorofil-a. Hal yang sama ditemukan oleh Febriyati et

al., (2012), bahwa kandungan klorofil pada perairan laut memiliki keterkaitan

dengan kelimpahan fitoplankton.

Berdasarkan kekuatan hubungan, pada perairan pulau Saugi

menunjukkan R2= 0,872, pada daerah sekitar slope menunjukkan R2=0,832, dan

pada muara sungai Pangkep menunjukkan R2=0,775 (Gambar 17).

Secara umum wilayah laut (Pulau saugi dan slope) memiliki hubungan

kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-a yang kuat. Alasan mengapa hal itu

terjadi, sama seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya di

bagian hubungan Kelimpahan Fitoplankton dengan klorofil-a untuk ukuran

plankton net 25 µM.

Page 50: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

37

Gambar 17. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dengan Klorofil-a (ukuran 55 µM)

Page 51: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

38

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan di

perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkajene Kepulauan adalah sebagai

berikut :

1. Kelimpahan fitoplankton untuk ukuran plankton net 25 µM lebih tinggi jika

dibandingkan dengan 55 µM pada semua stasiun.

2. Pada plankton net ukuran 25 µM didapatkan diatom jenis Chaetoceros

mendominasi di muara sungai Pangkep. Berbeda pada plankton net ukuran

55 µM tidak ada genus yang mendominasi.

3. Hubungan kelimpahan fitoplankton (plankton net ukuran 25 µM dan 55 µM)

dengan klorofil-a berdasarkan analisis regresi linier menunjukkan hubungan

yang kuat.

4. Secara umum wilayah laut (perairan Pulau Saugi dan sekitar slope)

memperlihatkan hubungan yang kuat (R2) dibanding dengan muara sungai,

hal ini kemungkinan disebabkan karena di laut memiliki kecerahan tinggi

sehingga fitoplankton dapat lebih optimal melakukan proses fotosintesis.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan sebaiknya

ada penelitian lanjutan mengenai hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton

dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut di Kabupaten

Pangkajene Kepulauan berdasarkan waktu yaitu pagi, siang, dan malam.

Sebaiknya dalam pencacahan fitoplankton menggunakan ukuran plankton net 25

µM di perairan pesisir dan laut.

Page 52: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

39

DAFTAR PUSTAKA

Aminot, A, Rey, F., 2006. Standard procedure for the determination of chloropyll a by spectroscopic methods. International Council for the Exploration of the Sea, Denmark.

Amri, K. dan Nababan, B. 2009. Karakteristik Suhu Permukaan Laut, Konsentrasi Klorofil-a dan Anomali Tinggi Permukaan Laut Perairan Kalimantan Selatan dan Kaitannya Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pelagis. Jurnal Kelautan Nasional 4 (3): 150-172.

Apdus. 2010. Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Fitoplankton. Jakarta: Skripsi Departemen Biologi UIN Syarif Hidayatullah.

(APHA) American Public Health Asoociation. 1985. Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water Including Bottom Sediment and Sludges. 12th ed. New York: Amer. Publ. Health Association Inc.

Arifin, R. 2009. Distribusi Spasial dan Temporal Biomassa Fitoplankton (Klorofil-a) dan Keterkaitannya dengan Kesuburan Perairan Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Arinardi, O.H. 1997. Status Pengetahuan Plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 30: 63-95.

Aryawati, R. 2007. Kelimpahan dan Sebaran Fitoplankton di Perairan Berau Kalimantan Timur. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Aryawati, R dan H Thoha. 2011. Hubungan Kandungan Klorofil-a Dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Berau Kalimantan Timur. Maspari Journal 02 (2011) 89-94.

Aziz, M. F. 2007. Tipe Estuari Binuangeun (Banten) Berdasarkan Distribusi Suhu dan Salinitas Perairan. Jurnal Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Vol, 33 : 97-110, ISSN 0125-9830.

Bachtiar, E. 2013. Penelusuran Sumber Daya Hayati Laut (Alga) sebagai Biotarget Industri. [Makalah]. Jatinangor: Universitas Padjadjaran Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Jatinangor.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Febrianti, A., T. Efrizal, dan A. Zulfikar. 2013. Kajian Kondisi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) Berdasarkan Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi di Laut Natuna yang Didaratkan di Tempat Pendaratan Ikan

Page 53: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

40

Pelantar Kud Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Febriyati, A. Riris, dan Hartoni. 2012. Kandungan Klorofil-a Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal 2013, 5 (1), 34-39.

Handayani, S.T., Suharto, B. Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Dengan Biomonitoring Makrozoobentos : Tinjauan dari Pencemaran Bahan Organik. Biosain, Vol. 1 No. 1.

Haslam, S. M. 1995. Biological Indicators of Freshwater Pollution and Enviromental Management. London: Elsevier Applied Science Publisher.

Hatta, M. 2002. Hubungan Antara Klorofil-a dan Ikan Pelagis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kaswadji, R.F, Widjaja dan Y. Wardianto. 1993. Produktifitas Primer dan Laju

Pertumbuhan Fitoplankton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu-Ilmu

Perairan dan Perikanan Indonesia.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Tentang Baku Mutu Air Laut. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Kusumaningtyas, M.A, R. Bramawanto, A. Daulat, W.S. Pranowo. 2014. Kualitas Perairan Natuna Pada Musim Transisi. Jurnal Depik, Volume 3 No 1: 10-20. ISSN 2089-7790.

Lukman, Sulastri, D.S. Said, T. Tarigan, dan T. Widiyanto. 2006. Prosiding Seminar Nasional Limnologi 2006 “Pengelolaan Sumberdaya Perairan Darat secara Terpadu di Indonesia. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI. Bogor.

Lukman, M., A. Nasir., K. Amri., R. Tambaru., M. Hatta., Nurfadilah, R.J. Noer. 2014. Silikat Terlarut di Perairan Pesisir Sulawesi Selatan. Jurnal. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Makassar. Vol. 6 No. 2.

Nasir, A. 2015. Transport Material Daratan: Studi Rezim Nutrien dan Eutrofikasi di Perairan Spermonde Sulawesi Selatan, Indonesia. Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Nasir, A., M. Lukman., A. Tuwo., dan Nurfadilah. 2015. Rasio Nutrien Terhadap Komunitas Diatom-Dinoflagellata di Perairan Spermonde. Jurnal. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Makassar. Vol. 7 No. 2.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nontji, A., 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta: 59-67.

Page 54: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

41

Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta.

Nontji, A. 2008. Plankton Lautan. Jakarta: LIPI Press.

Nurafni, T. 2002. Sebaran Horizontal Klorofil-A Fitoplankton Di Perairan Teluk Jakarta. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB. Bogor.

Nurfadilah. 2016. Penilaian Komperensif Kondisi Eutrofikasi dengan Pendekatan Gejala Primer dan Sekunder di Perairan Muara Sungai Pangkep. Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemaahkan oleh H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. PT Gramedia. Jakarta.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Tj. Samigan. [Penerjemah]; Srigandono [Editor]. Terjemahan dari: Fundamental of Ecology. Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Rafii, A. 2004. Hubungan Karakteristik Fisika-Kimiawi Perairan terhadap Sebaran Fitoplankton dan Klorofil-a di Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Raymond, J.E.G 1980. Plankton and Productivity in the Ocean. Pergamon Press. Oxford.

Riley, J. P. dan G. Skirrow, 1975. Chemical Oceanography. Vol. 2, 2nd Edition. Academic Press. New York.

Riny. 2005. Distribusi Klorofil-a dan Kelimpahan Fitoplankton Kaitannya dengan Faktor Lingkungan di Perairan Pantai Kabupaten Pangkep. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Romimohtarto, K., dan Juwana, S. 2004. Biologi Laut; Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.

Sachlan, M. 1972. Planktonlogi. Correspondensi Course Center. Jakarta.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Sukoharjo, S. 2012. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Selat Makassar : Pendekatan Wavelet. Jurnal Segara. Volume 8 Nomor 2 Desember 2012.

Taylor, F.J.R. 1994. Reference Manual Taxonomic Identification of Phytoplankton with Reference to HAB Organisms. ASEAN-Canada Cooperative Programme on Marine Science Workshop on the Taxonomy of

Page 55: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

42

Phytoplankton and Harmful Algal Bloom –Organisms. Hosted by LIPI, Jakarta. 568 pp.

Tambaru, R., A. Enan, M. Ismudi, dan D. Ario. 2010. Penentuan Parameter paling Dominan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Populasi Fitoplankton pada Musim Kemarau di Perairan Pesisir Maros Sulawesi Selatan. Prosiding Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, Laut, dan Pulau-pulau Kecil ISBN : 978-979-19034-4-8.

Thoha, H. 2007. Kelimpahan Plankton di Ekosistem Perairan Teluk Gilimanuk.

Taman Nasional, Bali Barat. Jurnal Makara Sains 11 (1): 44-48.

Tomascik, T., A.J. Mar, A. Nontji, dan M.K. Moosa. 1997. The Ecology of Indonesian Seas. Vol. VIII Part Two. Periplus Edition (HK) Ltd, Singapore.

Welschmeyer, N.A. 1994. Fluorometic Analysis of Chloropyll a in the Presence of Chloropyll b and Pheopigments. Limnol. Oceanogr. 39 (8). 1985-1992.

Wickstead, J.H. 1965. An Introduction to Study of Tropical Plankton. Hutchinson Tropical Monographs. London. 160 pp.

Wijaya. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Danau Rawapening Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Bandung: Laboratorium Ekologi dan Biosistematika FMIPA Undip, Hal 55-61.

Yamaji, I.E. 1976. Illustration of the Marine Plankton of Japan. Hoikusha, Osaka. Japan. 618 pp.

Zulhaniarta D., Fauziyah, S. Ida. Aryawati R. 2014. Sebaran Konsentrasi Klorofil-a terhadap Nutrien di Muara Sungai Banyuasin Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal. 7 (1): 9-20.

Page 56: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

43

LAMPIRAN

1. Foto Pengambilan Sampel di Lapangan

Angka pembacaan awal flowmeter Pengambilan sampel fitoplankton

Pengambilan sampel klorofil-a menggunakan botol niskin

Page 57: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

44

2. Foto Analisis di Laboratorium

Air sampel disaring dengan bantuan pompa hisap (vacuum pump)

Pengukuran klorofil-a menggunakan spektrofotometer

Page 58: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

45

Identifikasi plankton menggunakan mikroskop

Page 59: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

46

Lampiran 1. Hasil uji analisis ragam nilai Kelimpahan Fitoplankton dan Konsentrasi Klorofil-a pada setiap lokasi plankton net ukuran 25 µM

Page 60: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

47

Lampiran 1 (lanjutan). Hasil uji analisis ragam nilai Kelimpahan Fitoplankton dan Konsentrasi Klorofil-a pada setiap lokasi

plankton net ukuran 55 µM

Page 61: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

48

Lampiran 2. Hasil analisis regresi antara kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-a (25 µM)

Page 62: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

49

Lampiran 2 (lanjutan) Hasil analisis regresi antara kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-a (55 µM)

Page 63: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

50

Lampiran 3. Uji Normalitas (25 µM)

Page 64: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

51

Lampiran 3 (lanjutan) Uji Normalitas (55 µM)

Page 65: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

52

Lampiran 4. Kelimpahan Fitoplankton (ind/L) (25 µM) dan (55 µM)

Lokasi Kelimpahan Fitoplankton (ind/L) 55 mikron

SG 1 1836

SG 2 1672

SG 3 1655

SL 1 7391

SL 2 7758

SL 3 7655

P 1.1 8554

P 1.2 8004

P 1.3 7976

P 2.1 7622

P 2.2 7179

P 2.3 7599

P 3.2 6300

P 3.2 6805

P 3.3 6995

min 1655

max 8554

rata-rata 6333

sdev 2446.5641

Lokasi Kelimpahan Fitoplankton (ind/L) 25 mikron

SG 1 1984

SG 2 1983

SG 3 1981

SL 1 7986

SL 2 7884

SL 3 7922

P 1.1 9891

P 1.2 8667

P 1.3 8295

P 2.1 7693

P 2.2 8147

P 2.3 8237

P 3.2 7736

P 3.2 8155

P 3.3 7914

min 1981

max 9891

rata2 6965

stdev 2631.7674

Page 66: HUBUNGAN SEBARAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON … · hubungan sebaran kelimpahan fitoplankton dengan konsentrasi klorofil-a di perairan pesisir dan laut kabupaten pangkajene kepulauan

53

Lampiran 5. Nilai klorofil-a (mg/L) (25 µM) dan (55 µM)

Lokasi Nilai Klorofil-a (mg/L) 55 mikron

SG 1 0.0020

SG 2 0.0015

SG 3 0.0011

SL 1 0.0459

SL 2 0.0500

SL 3 0.0473

P 1.1 0.2154

P 1.2 0.1760

P 1.3 0.1514

P 2.1 0.1210

P 2.2 0.1380

P 2.3 0.1498

P 3.1 0.1098

P 3.2 0.0942

P 3.3 0.1185

min 0.0011

max 0.215

rata-rata 0.095

sdev 0.0673

Lokasi Nilai Klorofil-a (mg/L) 25 mikron

SG 1 0.0026

SG 2 0.0017

SG 3 0.0012

SL 1 0.0483

SL 2 0.0458

SL 3 0.0475

P 1.1 0.2670

P 1.2 0.2034

P 1.3 0.1883

P 2.1 0.2182

P 2.2 0.1899

P 2.3 0.1864

P 3.1 0.1403

P 3.2 0.2092

P 3.3 0.2024

min 0.0012

max 0.2670

rata2 0.1301

stdev 0.0939