bab ii tinjauan pustaka a. penerimaan ibu dengan anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/bab...

23
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak Cerebal Palsy 1. Pengertian Penerimaan Ibu Penerimaan seorang ibu sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak yang berkebutuhan khusus di kemudian hari. Sikap ibu yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa memiliki anak berkebutuhan khusus akan sangat buruk dampaknya, karena hal tersebut dapat membuat anak merasa tidak diterima dan diabaikan. Yusuf (Benny, 2014) mengungkapkan bahwa penerimaan adalah salah satu tingkat kemampuan dan keinginan keluarga untuk hidup dengan segala karakteristik yang ada didalamnya. Disisi lain Rogers (Anggraini, 2013) berpendapat bahwa, penerimaan ibu merupakan sikap seseorang ibu yang menerima orang lain atau dalam hal ini adalah anaknya,secara apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan ataupun penilaian. Menurut Johnson & Medinnus (Eliyanto & Hendriani, 2013), penerimaan ibu sebagai pemberian cinta tanpa syarat sehingga penerimaan ibu terhadap anaknya tercermin melalui adanya perhatian yang kuat, cinta kasih terhadap anak serta sikap penuh kebahagiaan mengasuh anak.

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penerimaan Ibu dengan Anak Cerebal Palsy

1. Pengertian Penerimaan Ibu

Penerimaan seorang ibu sangat mempengaruhi perkembangan

anak-anak yang berkebutuhan khusus di kemudian hari. Sikap ibu yang

tidak dapat menerima kenyataan bahwa memiliki anak berkebutuhan

khusus akan sangat buruk dampaknya, karena hal tersebut dapat membuat

anak merasa tidak diterima dan diabaikan.

Yusuf (Benny, 2014) mengungkapkan bahwa penerimaan adalah

salah satu tingkat kemampuan dan keinginan keluarga untuk hidup dengan

segala karakteristik yang ada didalamnya. Disisi lain Rogers (Anggraini,

2013) berpendapat bahwa, penerimaan ibu merupakan sikap seseorang ibu

yang menerima orang lain atau dalam hal ini adalah anaknya,secara apa

adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan ataupun penilaian.

Menurut Johnson & Medinnus (Eliyanto & Hendriani, 2013),

penerimaan ibu sebagai pemberian cinta tanpa syarat sehingga penerimaan

ibu terhadap anaknya tercermin melalui adanya perhatian yang kuat, cinta

kasih terhadap anak serta sikap penuh kebahagiaan mengasuh anak.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

11

Hurlock (Elianto, 2010) mengemukakan bahwa penerimaan ibu adalah

perhatian besar dan kasih sayang pada anak..

Werner (Hendriani, 2006), berpendapat bahwa terlepas dari

bagaimanapun kondisi yang dialami, pada dasarnya setiap manusia

memiliki hak yang sama untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.

Setiap orang berhak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan

yang kondusif dan suportif, termasuk bagi mereka yang mengalami

keterbelakangan mental. Akan tetapi realita yang terjadi tidaklah selalu

demikian. Di banyak tempat, baik secara langsung maupun tidak, individu

berkebutuhan khusus ini cenderung “disisihkan” dari lingkungannya.

Ibu yang dapat menerima kondisi anaknya cenderung memiliki

penilaian yang lebih positif terhadap kehidupannya. Sedangkan ibu yang

kurang mampu menerima kondisi anaknya lebih berfokus pada peristiwa-

peristiwa yang ia alami. Pengalaman setiap individu yang merupakan

penilaian positif atau negatif secara khas mencakup pada penilaian dari

seluruh aspek kehidupan seseorang disebut subjective well being (Diener,

dalam Wijayanti 2015).

Berdasarkan uraian di atas, penerimaan ibu adalah sikap positif

yang ditunjukkan seorang ibu terhadap anaknya dengan rasa senang dan

puas terhadap anaknya, menerima keadaan anaknya, baik secara fisik

maupun psikis dengan segala kelemahan dan kelebihan yang ada pada

anaknya tanpa ada rasa kecewa dan berusaha mengembangkan anaknya

seoptimal mungkin.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

12

2. Aspek-Aspek Penerimaan Ibu

Hurlock (Elianto, 2010) mengemukakan beberapa aspek

penerimaan ibu terhadap anak meliputi :

a. Terlibat dengan anak. Sikap menerima ditunjukkan dengan

keterlibatan secara aktif dari orang yang menerima terhadap

aktifitas-aktifitas yang dapat memberikan kebahagiaan bagi

orang yang menerimanya.

b. Memperhatikan rencana dan cita-cita anak. Turut serta

memikirkan hal yang dapat mengembangkan dan membuat

anak semakin maju serta menjadi lebih baik.

c. Menunjukkan kasih sayang yaitu adanya upaya untuk bisa

memenuhi kebutuhan baik fisik maupun psikis.

d. Berdialog secara baik dengan anak. Bertutur kata dengan

baik dan bijak adalah cermin bahwa ia ingin menerima dan

menghargai orang lain.

e. Menerima anak sebagai seorang individu (person). Tidak

ada satu individu yang sama untuk karena itu, harus

menerima kekurangan dan kelebihan secara lapang dada

sehingga tidak membandingkan satu anak dengan anak lain.

f. Memberikan bimbingan dan semangat motivasi.

Memberikan bimbingan dan semangat motivasi untuk maju

dan lebih baik tidak cukup dari dalam diri, dibutuhkan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

13

motivasi eksternal untuk memompa motivasi orang yang

bisa menerima orang lain secara ikhlas akan dapat

memotivasi, membimbing dan memberi semangat sebab

kemajuan orang yang di bimbing adalah bagian dari

kebahagiaannya.

g. Memberi teladan. Memberikan contoh perilaku-perilaku

yang baik pada anak.

h. Tidak menuntut berlebihan. Dapat menerima keadaan anak

dan tidak memaksakan keinginannya agar anak menjadi

seperti keinginan orangtua.

Pendapat lain tentang penerimaan orangtua dikemukakan oleh

Mussen, dkk (Voluntir, 2014) yang meliputi 4 aspek yaitu:

a. Ada kontrol, yaitu usaha untuk mempengaruhi aktifitas

orientasi cita-cita anak, membatasi ketergantungan agresif

dan perilaku untuk terus bermain.

b. Tuntutan kematangan, yaitu tekanan pada anak untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan intelektual,

sosial, dan emosinya.

c. Komunikasi yang jelas, contohnya menggunakan alasan

untuk menanyakan pendapat anak dan perasaannya

d. Pengasuhan, meliputi perhatian, kasih sayang dan

pemberian pujian pada prestasi anak.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

14

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

aspek-aspek penerimaan ibu yang memiliki anak cerebal palsy meliputi (1)

Adanya perhatian dan kasih sayang dari seorang ibu untuk anaknya

seperti memberikan perlindungan dan kasih sayang pada anaknya; (2)

Adanya keterlibatan ibu dengan kehidupan anaknya ; (3) Komunikasi

yang baik pada anak seperti bertutur manis pada anak, menayakan

perasaan anak, pendapat anak dan adanya komunikasi yang hangat antara

ibu dan anak; (4) Memberikan kepercayaan pada anak agar anak dapat

mandiri walaupun sang anak memiliki terbatasan.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Ibu

Hurlock (Fauziah, 2010), menyatakan bahwa penerimaan ibu

ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada anak. Penerimaan

ibu didalam pengertian Hurlock menerangkan berbagai macam sikap khas

orangtua terhadap anak. Sikap orang tua terhadap anak mereka merupakan

hasil belajar. Banyak faktor yang turut mempengaruhi sikap orang tua

terhadap anak antara lain :

a. Konsep “anak idaman”

b. Pengalaman awal dengan anak mewarnai sikap orang tua

terhadap anaknya.

c. Nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak

d. Orang tua menyukai peran, merasa bahagia dan mempunyai

penyesuaian yang baik terhadap perkawinan akan

mencerminkan penyesuaian yang baik pada anak.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

15

e. Apabila orang tua merasa mampu berperan sebagai orang

tua, sikap mereka terhadap anak dan perilakunya lebih baik

dibandingkan sikap mereka yang merasa kurang mampu

dan ragu-ragu.

f. Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan diri

g. Alasan memiliki anak.

Sarasvati (2004) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan ibu terhadap anaknya antara lain :

a. Dukungan dari keluarga besar. Semakin kuatnya dukungan

keluarga besar, ibu akan terhindar dari perasaan sendiri,

dengan dukungan keluar besar pula ibu akan menjadi lebih

kuat dalam menghadapi cobaan karena dapat bersandar

pada keluarga besar mereka.

b. Kemampuan keuangan keluarga. Di mana keuangan

keluarga yang memadai, dapat memberikan kesempatan

yang lebih baik bagi ibu untuk dapat memberikan

”penyembuhan” bagi anak mereka.

c. Latar belakang agama. Dengan kepercayaan yang kuat

kepada Yang Maha Kuasa membuat orangtua yakin bahwa

mereka diberikan cobaan sesuai dengan porsi yang mampu

mereka hadapi. Dengan keyakinan tersbut, mereka

mengupayakan yang terbaik untuk anak mereka, dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

16

percaya bahwa suatu saat, anak tersebut akan mengalami

kemajuan.

d. Sikap para ahli yang mendiagnosa anaknya. Dokter ahli

yang simpatik, akan membuat orangtua merasa dimengerti

dan dihargai. Apalagi jika dokter memberikan dukungan

dan pengarahan kepada orangtua (atas apa yang sebaiknya

mereka lakukan selanjutnya). Sikap dokter ahli yang

berempati, membuat orangtua merasa memiliki harapan,

bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi cobaan

hidup ini.

e. Tingkat pendidikan suami istri. Semakin tinggi pendidikan,

realtif makin cepat pula orangtua menerima kenyataan dan

segera mencari penyembuhan.

f. Status perkawinan. Ketika status perkawinan yang

harmonis, memudahkan suami isteri untuk bekerja saling

bahu membahu, dalam menghadapi cobaan hidup yang

mereka alami.

g. Sikap masyarakat umum. Ketika masyarakat yang sudah

lebih menerima, mereka akan berusaha memberikan du-

kungan secara tidak berlebihan (pada saat berhadapan

dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus). Menanyakan

secara halus apakah orangtua atau khususnya ibu tersebut

perlu bantuan, memberikan senyuman kepada sang anak,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

17

memperlakukan orangtua seperti layaknya orangtua lain

(dengan anak yang normal), merupakan hal-hal sederhana

yang sebetulnya sangat membantu menghilangkan stres

pada keluarga dari anak dengan cerebal palsy.

h. Usia dari masing-masing orangtua. Usia yang matang dan

dewasa pada pasangan suami isteri, memperbesar

kemungkinan orangtua untuk menerima diagnosa dengan

relatif lebih tenang. Dengan kedewasaan yang mereka

miliki, pikiran serta tenaga mereka difokuskan pada

mencari jalan keluar yang terbaik.

i. Sarana penunjang. dengan semakin banyaknya sarana

penunjang, semakin mudah pula orangtua mencari

penyembuhan untuk anak mereka, sehingga makin tinggi

pula kesiapan mereka dalam menghadapi cobaan hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

faktor penerimaan ibu yang memiliki anak cerebal palsy meliputi (1)

Dukungan dari keluarga besar; (2 Kemampuan keuangan keluarga; (3)

Latar belakang agama; (4) Sikap para ahli yang mendiagnosa anaknya; (5)

Tingkat pendidikan suami istri; (6) Status perkawinan; (7) Sikap

masyarakat umum; (8) Usia dari masing-masing orangtua; (9) Sarana

penunjang.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

18

4. Jenis- Jenis Cerebral Palsy

Menurut Yulianto (Hendriani, 2013), cerebral palsy diklasifikasikan

menjadi enam, yaitu:

a. Spasticity, anak yang mengalami kekakuan otot atau

ketegangan otot, menyebabkan sebagian otot menjai kaku,

gerakan-gerakan lambat dan canggung.

b. Athetosis, merupakan salah satu jenis cerebral palsi dengan ciri

menonjol, gerakan-gerakan tidak terkontrol, terdapat pada kaki,

lengan, tangan, atau otot-otot wajah yang lambat bergeliat-

geliut tiba-tiba dan cepat.

c. Ataxia, ditandai gerakan-gerakan tidak terorganisasi dan

kehilangan keseimbangan. Jadi keseimbangan buruk, ia

mengalami kesulitan untuk memulai duduk dan berdiri.

d. Tremor, ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku,

demikian juga gerakannya, otot terlalu tegang diseluruh tubuh,

cenderung menyerupai robot waktu berjalan tahan-tahan dan

kaku.

e. Rigiditi, ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil

tanpa disadari, dengan irama tetap. Lebih mirip dengan getaran.

f. Campuran, yang disebut dengan campuran anak yang memiliki

beberapa jenis kelainan cerebral palsy.

Berdasarkan gejala dan tanda neurologis cerebral palsy dapat dibagi

menjadi beberapa jenis (Somanttri, 2006), yaitu :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

19

a. Cerebral Palsy Spastic

Ciri-cirinya: Otot-otot berkontraksi dan Tangan bengkok

kearah tubuh

b. Cerebral Palsy dyskinetic

Ciri-ciri : Otot lengan,tungkai dan badan secara spontan

bergerak perlahan, menggeliat dan tak terkendali, Bisa juga

timbul gerakan yang kasar dan mengejang, Luapan emosi

menyebabkan keadaan semakin memburuk , dan Gerakan akan

menghilang jika anak tidur

c. Cerebral Palsy Ataxic

Ciri-cirinya: Mengalami gangguan dalam keseimbangan

badan dan gerak, Kehilangan rasa gerak pada jari-jari tangan

dan Gerak mata tidak terkontrol

d. Cerebral Palsy Dystonic

Ciri-cirinya: Penderita yang mengalami distonik dapat

mengalami misdiagnosis, Gerakan distonia tidak seperti

kondisi yang ditunjukkan oleh distonia lainnya, Umumnya

menyerang otot kaki dan lengan sebelah proximal, Gerakan

yang dihasilkan lambat dan berulang–ulang, terutama pada

leher dan kepala.

e. Cerebral Palsy Choreoathetoid.

Ciri-cirinya : memiliki otot variabel sering dengan otot

menurun (hypotonia)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

20

f. Cerebral Palsy Hipotonik

Ciri-ciri : memiliki kesulitan yang lebih dari semua anak-

anak dengan cerebral palsy dalam mencapai tonggak

keterampilan motorik dan perkembangan kognitif normal.

g. Cerebral Palsy Campuran

Ciri-ciri : kerusakannya terletak pada daerah pyramidal dan

extrapyramidal dan bentuk kelainannya berupa spastic di kaki

dan rigid di tangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan ada beberapa

jenis anak yang mengalami cerebal palsy meliputi (1) Cerebral Palsy

Spastic (2) Cerebral Palsy dyskinetic (3) Cerebral Palsy Ataxic (4)

Cerebral Palsy Dystonic (5) Cerebral Palsy Choreoathetoid. (6) Cerebral

Palsy Hipotonik (7) Cerebral Palsy Campuran

5. Tahap – Tahap Penerimaan Ibu Terhadap Anak dengan

Cerebral Palsy

Menurut Ross (Faradina, 2016) ada beberapa tahapan penerimaan

yang akan dilalui orangtua, yakni:

a. Tahap Penolakan (denial). Dimulai dari rasa tidak percaya

saat menerima diagnosa dari seorang ahli, perasaan orang

tua selanjutnya akan diliputi kebingungan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

21

b. Tahap Marah (anger). Reaksi marah ini bisa dilampiaskan

kepada beberapa pihak sekaligus. Bisa kepada dokter yang

memberi diagnosa.

c. Tahap Tawar-menawar (bargainning). Pada tahap ini,

orang tua berusaha untuk menghibur diri dengan

pernyataan seperti “Mungkin kalau kami menunggu lebih

lama lagi, keadaan akan membaik dengan sendirinya”.

d. Tahap Depresi (depression). Muncul dalam bentuk putus

asa, tertekan dan kehilangan harapan. Kadangkala depresi

dapat juga menimbulkan rasa bersalah, terutama di pihak

ibu, yang khawatir apakah keadaan anak mereka akibat dari

kelalaian selama hamil, atau akibat dosa di masa lalu.

Ayahpun sering dihinggapi rasa bersalah, karena merasa

tidak dapat memberikan keturunan yang sempurna

e. Tahap Penerimaan (acceptance). Pada tahap ini, orang tua

sudah menjadi kenyataan baik secara emosi maupun

intelektual. Sambil mengupayakan ”penyembuhan”, mereka

mengubah persepsi dan harapan atas anak. Orang tua pada

tahap ini cenderung mengharapkan yang terbaik sesuai

dengan kapasitas dan kemampuan anak mereka.

Sujadi (Voluntir, 2014) berpendapat bahwa penerimaan ini secara

umum melalui beberapa tahapan antara lain :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

22

a. Tahap Shock ( kaget ). Tahap awal berupa kaget dengan

hadirnya anak cacat yang tidak diharapkan kehadirannya

b. berkembang menjadi bingung, takut dan tidak tahu apa

yang harus dilakukan. Perasaan ini menjadikan orang

tuamenolak kehadiran si anak, merasa bersalah dan

menyalahkan pasangannya.

c. Tahap Realization ( realisasi ). Sikap melihat kenyataan

bahwa benar anggota keluarga ada yang cacat,sehingga

mulai berkembang keraguan terhadap kemampuan untuk

menerima kenyataan ini.

d. Tahap Defensif ( membela diri ). Hasil dari meragukan

kemampuan dapat berkembang kecenderungan laridari

kenyataan. Ada yang tumbuh rasa masa bodoh atau

mengusahakan penyembuhan.

e. Tahap Acknowledgement ( mengakui ). Perkembangan yang

lebih positif adalah mulai tumbuh keinginan untuk

memelihara, merawat, mengasuh, sehingga perlu

dikonsultasikan dengan pihak-pihak lain yang dianggap

mengetahui hal ini.

Dari pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa

setiap ibu itu memiliki keunikan tersendiri dalam proses penerimaan

terhadap anaknya, dan terdapat beberapa tahapan penerimaan orang ibu

meliputi tahap denial (Penolakan / shock), tahap anger (Marah), tahap

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

23

bargainning (Tawar-menawar), tahap depression (Depresi), tahap

acceptance (Penerimaan)

B. Penerimaan Ibu terhadap Anak dengan Cerebral Palsy

Somantri (2006) menjelaskan anak cerebal palsy adalah anak yang mengalami

suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat

lesi dalam otak atau dapat juga disebut suatu penyakit yang disebabkan oleh

gangguan perkembangan dan kerusakan dari sebagian otak yang berhubungan

dengan pengendalian fungsi motorik. Anak dengan Cerebral Palsy (CP)

seringkali disamakan dengan penderita gangguan mental, padahal hal tersebut

tidaklah benar karena seorang anak yang mengalami cerebral palsy apabila rutin

untuk di terapi dan di latih dia juga akan dapat melakukan sesuatu kegitan yang

berhubungan dengan motorik halus seperti anak normal bisanya misalnya berjalan

atau menulis.

Seseorang anak dengan cerebral palsy dapat menampakkan gejala kesulitan

dalam hal motorik halus, misalnya menulis atau menggunakan gunting, masalah

keseimbangan dan berjalan atau mengenai gerakan involunter; misalnya tidak

dapat mengontrol gerakan menulis atau selalu mengeluarkan air liur Somantri

(Nani, 2013). Keadaan tersebut bisa memunculkan banyak keterbatasan pada

anak dalam beraktivitas sehari-hari, sering anak dengan cerebal palsy dipandang

banyak memiliki kesulitan untuk melakukan kegiatannya, banyak reaksi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

24

berkesinambungan antara gangguan fisik individual degan lingkungan sosialnya

Somantri( Nani, 2013).

Hurlock (Elianto, 2010) menyatakan kedisabilitasan menjadi penghambat

seseorang untuk melakukan penyesuaian pribadi maupun sosial. Hal tersebut bisa

terjadi karena perkembangan secara fisik kurang sempurna atau dengan ciri-ciri

fisik kurang menarik sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan

hidupnya sedikit terbatas. Dengan adanya keterbatasan kemampuan dalam

melakukan penyesuaian pribadi maupun sosial serta memiliki perkembangan fisik

dan mental yang tidak sama seperti kebanyakan orang, orang dengan cerebral

palsy sering dianggap rendah, dikucilkan, diabaikan, dianggap tidak memiliki

kemampuan apapun dan tidak jarang orang dengan cerebral palsy sering

menerima ejekan dari lingkungannya Riyanto ( Lila, 2014). Di banyak tempat

baik langsung maupun tidak, anak dengan cerebal palsy ini cenderung disisihkan

dari lingkungannya. Penolakan terhadap mereka yang mengalami cerebral palsy

tidak hanya dilakukan oleh individu lain yang tinggal di sekitar rumahnya saja,

beberapa anak yang mengalami cerebral palsy tidak diterima dalam keluarganya

sendiri (Hendriani, dkk, 2006).

Dengan adanya kekhususan terhadap anak tersebut, seorang anak dengan

cerebral palsy sangat membutuhkan penerimaan oleh keluarga yang dalam hal ini

adalah ibu. Menurut Ibrahim (Faradina, 2016) Ibu sendiri di dalam keluarga

berperan sebagai orang pertama dalam kehidupan anak yang mengajarkannya

tentang benda-benda di sekelilingnya, arti dari dunia di sekitarnya, bagaimana

menciptakan kontak sosial dengan orang lain dan bagaimana mengekspresikan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

25

dan mengenal ekspresi emosi. Melalui bermain dan komunikasi Ibu membentuk

pengalaman hidup anak dan sebaliknya juga anak mempengaruhi perilaku orang

tua ketika berinteraksi dengan anak.

Hendriana, dkk (2006) berpendapat dukungan dan penerimaan dari orang tua

atau setiap anggota keluarga akan memberikan energi dan kepercayaan dalam diri

anak yang menyandang cerebal palsy untuk lebih berusaha meningkatkan setiap

kemampuan yang dimiliki, sehingga hal ini akan membantu anak dengan cerebal

palsy untuk dapat hidup mandiri, lepas dari ketergantungan pada bantuan orang

lain.

Dalam melewati proses penerimaan setiap ibu memiliki keunikan dan tahap-

tahap tersendiri. Ross (Faradina, 2016) berpendapat ada beberapa tahap dalam

penerimaan ibu, reaksi pertama yang sering muncul yaitu menolak menerima

kenyataan (tahap denial), pada tahap ini ibu merasa tidak percaya dan diliputi

kebingungan saat menerima diagnosis dari seorang ahli bahwa anaknya

mengalami cerebral palsy, ibu merasa bingung atas hasil diagnosis, bingung apa

yang harus dilakukan, dan bingung mengapa hal ini bisa terjadi pada anaknya. Hal

ini sangatlah manusiawi karena pada umumnya semua ibu ataupun orang tua

menginginkan keturunan yang baik dan sempurna. Pada tahap ini sangatlah tidak

mudah bagi seorang ibu ataupun orang tua manapun untuk dapat menerima apa

yang terjadi,seringkali ada rasa malu pada seorang ibu yang memiliki anak dengan

cerebal palsy untuk mengakui bahwa hal itu terjadi pada keluarganya. Keadaan

seperti ini bisa menjadi bertambah buruk jika keluarga ari ibu dengan anak

cerebal palsy ini mengalami tekanan sosial dari lingkungan mereka.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

26

Reaksi yang kedua yang dijelaskan oleh Ross (Faradina, 2016) yang biasanya

muncul pada Ibu dengan anak engan cerebal Palsy adalah marah (tahap anger),

terkadang reaksi marah ini dilampiaskan kepada beberapa pihak sekaligus bisa

kepada lingkungan yang kurang sehat, kepada suami ataupun keadaan saat ibu

sedang hamil anak tersebut, bisa juga kepada dokter yang mendiagnosis atau bisa

juga kepada diri sendiri. Perasaan marah ini juga bisa muncul dalam bentuk

penolakan atau menolak untuk mengasuh anak tersebut. Pernyataan dalam hati

yang sering muncul dari seorang ibu yang memiliki anak Cerebal palsy sebagai

reaksi kemarahan mereka yang muncul dalam bentuk “tidak adil semua rasanya”,

“mengapa harus anak ku yang mengalaminya”, “apa salah ku kenapa begini?”.

Ross (Faradina, 2016) menjelaskan reaksi selanjutnya yang biasanya muncul

dari seorang ibu yang memiliki anak dengan cerebal palsy adalah menawar (tahap

bargainning), pada tahap ini biasanya seorang ibu atau orang tua memunculkan

sikap berusaha menghibur diri sendiri sendiri dengan pernyataan seperti “mungkin

ini memang jalan yang terbaik buat kami”,”mungkin Tuhan punya rencana indah

di balik ini”.

Setelah orang tua melewati tahap menawar (bargainning), Ross (Faradina,

2016) menjelaskan bahwa orang tua dengan anak cerebal palsy akan muncul rasa

depresi (tahap depression), biasanya muncul dalam bentuk putus asa, tertekan,

dan kehilangan harapan. Terkadang pada depresi menimbulkan rasa bersalah,

khawatir apakah keadaan anaknya sekarang itu karena akibat kesalahannya waktu

masa kehamilan, atau akibat dosa masa lalu. Ibu pun akan sering dihinggapi rasa

bersalah karena merasa gagal tidak dapat memberikan keturunan yang sempurna.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

27

Biasanya rasa putus asa muncul sebagai bagian dari depresi akan muncul saat

sang ibu mulai membayangkan masa depan sang anak, siapa yang dapat

mengasuh anaknya kelak saat mereka sudah meninggal. Pada tahap ini ibu atau

orang tua akan cenderung murung, menghindar dari lingkungan sosial terdekat

mereka, meraasa lelah dan kehilangan gairah hidup.

Ross (Faradina, 2016) menjelaskan untuk reaksi terakhir yang biasanya akan

muncul pada ibu yang memiliki anak dengan cerebal palsy yaitu pasrah dan

menerima dengan semua keaaan yang ada (tahap acceptance). Pada tahap ini ibu

atau orang tua dengan anak yang cerebal palsy sudah mulai berusaha untuk

menerima kenyataan secara emosi maupun intelektual terhadap kondisi yang ada

pada anaknya, ibu juga mulai mengupayakan penyembuhan dengan mencoba

mencarikan pengobatan bagi anaknya. Mereka juga mulai menggubah persepsi

dan harapan mereka atas anak mereka, pada tahap ini ibu cenderung

mengharapkan yang terbaik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan anak

mereka. Ibu mulai mampu untuk menerima kondisi anaknya yang cerebal palsy

dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kondisi anak sehingga merasa sudah

siap untuk menjalani dan hidup bersama anak mereka yang mengalami cerebal

palsy ini.

Penerimaan seorang ibu sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak yang

berkebutuhan khusus terutama anak yang mengalami cerebal palsy untuk di

kemudian hari. Karena tidak ada dorongan dan dukungan yang lebih baik untuk

seorang anak cerebral palsy selain yang berasal dari keluarga, khususnya dari

seorang Ibu. Hal ini disebabkan karena dalam pelukan ibu anak pertama kali

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

28

mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh kasih sayang dari dunia

sekelilingnya. Menurut Hidayat (1998) peran ibu sangatlah diperlukan terdahap

anak dengan cerebral palsy dalam menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut

agar mereka mampu berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan.

Menurut Hurlock (Fauziah, 2010), ibu yang memiliki penerimaan yang tinggi

terhadap anaknya yang mengalami cerebal palsy akan menunjukkan sikap atau

ciri-ciri mau terlibat dengan anak. Dalam hal ini ibu memberikan aktivitas yang

memberikan kebahagian bagi anak seperti bermain bersama, melakukan hal-hal

yang dilakukan bersama dengan anak.

Menurut Hurlock (Fauziah, 2010) Ibu yang dapat menerima anaknya juga

akan memperhatikan rencana dan cita-cita anaknya dengan cara turut serta

memikirkan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan anak dengan adanya

keterbatasan tersebut, yang dapat mengembangkan dan yang membuat anak

semakin maju serta menjadi lebih baik. Ibu akan menunjukkan kasih sayang

terhadap anak dengan mengupayakan memenuhi kebutuhan anak, dalam hal ini

bukan hanya kebutuhan secara fisik namun juga kebutuhan psikis sang anak.

Untuk kebutuhan fisik berupa pemenuhan kebutuhan anak sehari-hari cotohnya

makan, tempat tinggal dan lain-lainnya, sedangkan untuk kebutuhan psikis seperti

kasih sayang yang diberikan ibu, perhatian ibu, dukungan emosional, dan lain-

lain.

Harlock ( Fauziah,2010) menjelaskan bahwa ibu yang dapat menerima

anaknya akan melibatkan anak dalam berdialog secara baik dengan tutur kata

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

29

yang lemah lembut dan bijak sebagai cermin bahwa ibu ingin menerima dan

menghargai anak meskipun anak dengan cerebal palsy. Kemudian ibu yang

menerima anaknya dengan cerebal palsy akan menerima anak sebagai seorang

individu yang unik , ibu juga akan berpandangan bahwa tidak ada satu individu

pun yang sama. Oleh sebab itu ibu harus menerima kekurangan dan kelebihan

anak dengan lapang dada sehingga tidak membandingkan anaknya dengan yang

lain. Ibu senantiasa memberikan bimbingan dan semangat atau motivasi kepada

anak untuk kemajuan anak yang lebih baik.

Hurlock ( Fauziah, 2010) berpendapat sebagai orang tua terutama seorang ibu

yang sudah dapat menerima anaknya akan memberikan teladan bagi anak dengan

memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak dan tidak menuntut berlebih

kepada anak, seperti menerima keadaan anak sepenuhnya serta tidak memaksakan

keinginan agar anak menjadi seperti keinginan orang tua.

Menurut Voluntir, dkk (Lila, & Gracia, 2014) beberapa kajian telah

menegaskan bahwa penerimaan orang tua akan berdampak baik atau positif

terhadap perkembangan anak. Penerimaan orang tua sangat berpengaruh terhadap

penyesuaian psikologis anak, lebih lanjut penerimaan yang dirasakan anak akan

berdampak positif jangka panjang terhadap keberhasilan penyesuaian

psikologisnya.

Menurut Hurlock, Schneiders & Lore (Yusuf, 2004) ibu yang menerima

keadaan anaknya dengan cara memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus

kepada anak, menempatkan anak dalam posisi penting di dalam rumah,

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

30

mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak, bersikap respek terhadap

anak mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya, serta

berkomunikasi dengan anak dengan baik dan terbuka akan berdampak kepada

kepribadian anak. Anak akan menjadi lebih bisa bekerjasama, bersahabat, loyal,

memiliki emosi yang stabil, ceria dan optimis, jujur dan realitis (dapat memahami

kekuatan dan kelebihan yang ada pada dirinya).

Kemudian Hurlock, (Hendriani, 2013) juga berpendapat bahwa penolakan

dari orang tua atau ibu seperti bersikap masa bodoh terhadap anak, bersikap kaku,

kurang peduli dengan kesejahteraan anak, menampilkan sikap permusuhan

terhadap anak anak mengakibatkan anak berperilaku agresif (mudah marah,

gelisah, tidak patuh, keras kepala, dan suka bertengkar), submissive (pemalu, suka

menyendiri, penakut dan mudah tersinggung), sulit untuk bergaul dan pemalu.

Hendriani (2006) menambahkan bahwa tidak adanya penerimaan dari ibu

terhadap anak akan membuat mereka semakin rendah diri dan menarik diri dari

lingkungan, selalu diliputi ketakutan ketika berhadapan dengan orang lain maupun

melakukan sesuatu, dan pada akhirnya mereka akan menjadi orang yang tidak

dapat berfungsi secara sosial serta sangat tergantung kepada orang lain, termasuk

dalam hal merawat diri mereka sendiri.

C. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif pertanyaan penelitian merupakan hal yang sangat

penting. Miller & Huberman (Azwar, 2010) berpendapat bahwa pertanyaan

penelitian sering digunkan untuk mengungkapkan pengalaman individu yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

31

diteliti. Pertanyaan penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu

Central Question dan Sub Question ( Creswell, dalam Rahmat 2009).

1. Central Question

Central question dalam penelitian kualitatif merupan pertanyaan

yang utama. Dalam penelitian ini cetral questionnya yaitu : Bagaimana

gambaran penerimaan ibu terhadap anak dengan Cerebal palsy?

2. Sub Question

Sub Question terbagi menjadi dua, yaitu issue sub question dan

topical sub question. Issue question adalah penjelasan dari pertanyaan

utama, yang meliputi :

a. Bagaimana keterlibatan saudara dengan anak sehari-hari?

b. Bagaimana saudara memperhatikan rencana dan cita-cita

anak saudara?

c. Bagaimana cara saudara menunjukkan kasih sayang kepada

anak?

d. Bagaimana cara saudara berdialog sehari-hari dengan anak?

e. Sejauh mana saudara bisa menerima kehadiran anak dengan

kondisi cerebal palsy?

f. Bagaimana cara saudara memberikan bimbingan dan

motivasi kepada anak?

g. Bagaimana saudara berperilaku kepada anak?

h. Sejauh ini apa yang menjadi keinginan saudara terhadap

anak?

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1210/2/BAB II.pdf · 2017-09-13 · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Ibu dengan Anak

32

Topical Question berfungsi sebagai pertanyaan tambahan yang

menjadi keterangan lain untuk memperoleh informasi yang komprehensif

tentang permasalahan utama, yang meliputi :

a. Apa harapan saudara terhadap anak dengan anak cerebal

palsy?

b. Bagaimana cara saudara untuk memenuhi kebutahan anak?

c. Bagaimana respon lingkungan dan keluarga saudara ketika

mengetahui saudara memiliki anak cerebal palsy?