bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. hasil...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan
hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang yang beralamat
di Jl. Kedungmundu Raya No. 34 Semarang pada tanggal 21 September 2013.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan
kuesioner yang diberikan kepada 57 siswa yang terdiri dari kelas X sebanyak
21 siswa, kelas XI sebanyak 18 siswa dan kelas XII sebanyak 18 siswa. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini menyajikan hubungan antara pengetahuan
dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja di SMAN 15
Semarang.
2. Karakteristik Responden
a. Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dalam penelitian ini
berkisar antara 14-17 tahun dengan rata-rata umur responden 16 ± 0.881
dengan umur terendah responden yaitu 14 tahun dan umur tertinggi
responden yaitu 17 tahun.
b. Jenis kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian
ini yaitu responden berjenis kelamin laki-laki 23 orang (40,4%) dan
berjenis kelamin perempuan 34 (59,6%). Jenis kelamin responden dapat
dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMAN 15
Semarang September 2013 (n = 57)Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-Laki 23 40.4Perempuan 34 59,6
Total 57 100
c. Strata pendidikan
Jumlah responden terbanyak dari kelas X sejumlah 21 responden
(36,8%) sedangkan untuk jumlah responden dari kelas XI berjumlah 18
responden (31,6%) dan kelas XII berjumlah 18 responden (31,6%). Strata
pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2Distribusi Responden Berdasarkan Strata Pendidikan di SMAN 15
Semarang September 2013 (n = 57)
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Kelas X 21 36,8Kelas XI 18 31,6Kelas XII 18 31,6
Total 57 100
d. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik dalam penelitian ini berkisar antara 100-120
mmHg dengan rata-rata tekanan sistolik 115.61 ± 5.981 dengan tekanan
sistolik terendah adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik tertinggi adalah
120 mmHg. Tekanan darah diastolik dalam penelitian ini berkisar antara
60-90 mmHg dengan rata-rata tekanan diastolik 77.54 ± 7.387 dengan
tekanan diastolik terendah adalah 60 mmHg dan tekanan diastolik
tertinggi adalah 90 mmHg.
3. Pengetahuan Remaja Tentang Hipertensi
Pengetahuan remaja tentang hipertensi dapat dilihat dari aspek defenisi,
penyebab, faktor penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan dan
pencegahan hipertensi. Adapun distribusi frekuensi jawaban remaja dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini.
a. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pengertian hipertensi
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel pengetahuan
Aspek Pengertian Hipertensi
No. Aspek Pengertian Benarn %
Salahn %
1 Tekanan darah disebut normal jikatekanan darah 120/80 mmHg
31 54.4 26 45.6
2 Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg disebut tekanan darah tinggi
32 56.1 25 43.9
Tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa 31 responden (54.4%) menjawab
benar tentang tekanan darah disebut normal jika tekanan darah 120/80
mmHg dan 32 responden (56.1%) menjawab benar tentang tekanan darah
≥ 140/90 mmHg disebut tekanan darah tinggi. Hal ini menunjukan bahwa
pengetahuan remaja tentang defenisi hipertensi termasuk kategori baik.
b. Pengetahuan responden berdasarkan aspek penyebab
Tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa sebanyak 30 responden (52.6%)
menjawab benar tentang penyebab tekanan darah tinggi adalah kecuali
menghindari stres dan sebanyak 30 responden (52.6%) menjawab salah
tentang salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah gaya hidup
seseorang seperti mengkonsumsi makanan siap saji.
Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel pengetahuan
Aspek Penyebab Hipertensi
No. Aspek Penyebab Benarn %
Salahn %
1. Penyebab tekanan darah tinggi adalahkecuali menghindari stres
30 52.6 27 43.9
2. Salah satu penyebab tekanan darahtinggi adalah gaya hidup seseorangseperti mengkonsumsi makanan siap saji
27 47.4 30 52.6
c. Pengetahuan responden berdasarkan aspek faktor penyebab hipertensi
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan
Aspek Faktor Penyebab Hipertensi
No. Aspek Faktor Penyebab Hipertensi Benarn %
Salahn %
1. Faktor penyebab tekanan darah tinggiyang bisa dirubah adalah kecualifaktor keturunan (riwayat hipertensi)
22 38.6 35 61.4
2. Faktor penyebab tekanan darah tinggiyang tidak dapat dirubah adalah umurdan jenis kelamin
29 50.9 28 49.1
3. Faktor penyebab tekanan darah tinggiyang dapat diubah adalah obesitas danstres
28 49.1 29 50.9
4. Salah satu penyebab tekanan darahtinggi adalah obesitas ataukegemukan. Cara untuk mencegahobesitas/ kegemukan adalah kecualimengkonsumsi makanan yangmengandung lemak
23 40.4 34 59.6
Tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa sebanyak 35 responden (61.4%)
menjawab salah tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi yang bisa
dirubah adalah kecuali faktor keturunan (riwayat hipertensi), 29 responden
(50.9%) menjawab benar tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi
yang tidak dapat diubah adalah umur dan jenis kelamin, 29 responden
(50.9%) menjawab salah tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi
yang dapat diubah adalah obesitas dan stress dan 34 responden (59.6%)
responden menjawab salah tentang salah satu penyebab tekanan darah
tinggi adalah obesitas/kegemukan. Cara untuk mencegah obesitas adalah
kecuali mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak.
d. Pengetahuan responden berdasarkan aspek tanda dan gejala hipertensi
Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan
Aspek Tanda dan Gejala Hipertensi
Aspek Tanda dan Gejala Benarn %
Salahn %
Tanda dan gejala tekanan darah tinggi adalahsakit kepala, perdarahan hidung, mual danmuntah
20 35.1 37 64.9
Tabel 4.6 diperoleh hasil bahwa sebanyak 37 responden (64.9%)
menjawab salah tentang tanda dan gejala tekanan darah tinggi adalah sakit
kepala, perdarahan hidung, mual dan muntah.
e. Pengetahuan responden berdasarkan aspek komplikasi hipertensi
Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan
Aspek Komplikasi Hipertensi
No. Aspek komplikasi Benarn %
Salahn %
1. Tekanan darah tinggi adalah faktorpenyebab utama terjadinya stroke
26 45.6 18 31.6
2. Tekanan darah tinggi dapatmenyebabkan berbagai komplikasisalah satunya adalah gagal ginjal
31 54.4 39 68.4
Tabel 4.7 diperoleh hasil bahwa sebanyak 26 responden (45.6%)
menjawab benar tentang tekanan darah tinggi adalah faktor penyebab
utama terjadinya stroke dan 39 responden (68.4%) menjawab salah
tentang tekanan darah tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi
salah satunya adalah gagal ginjal.
f. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pengobatan hipertensi
Tabel 4.8Distribusi Frekuensi Jawaban Lansia pada Variabel Pengetahuan
Aspek Pengobatan Hipertensi
No. Aspek Pengobatan Benarn %
Salahn %
1. Penanganan yang dianjurkan bagi penderitaobesitas atau kegemukan adalah denganmenerapkan gaya hidup sehat kecualimenghindari aktivitas fisik/olahraga
26 45.6 31 54.4
2. Cara untuk mengurangi asupan garamadalah kecuali menambah garam jikamakanan kurang asin
24 42.1 33 54.4
3. Penanganan tekanan darah tinggi dapatdilakukan dengan cara mengkonsumsi obatanti tekanan darah tinggi
34 59.6 23 40.4
Tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa sebanyak 31 responden (54.4%)
menjawab salah tentang penanganan yang dianjurkan bagi penderita
obesitas atau kegemukan adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat
kecuali menghindari aktivitas fisik/olahraga, 33 responden (54.4%)
menjawab salah tentang cara untuk mengurangi asupan garam adalah
kecuali dengan menambahkan garam jika makanan kurang asin, dan 34
responden (59.6%) menjawab benar tentang penanganan tekanan darah
tinggi dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat anti tekanan darah
tinggi.
g. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pencegahan hipertensi
Tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa sebanyak 29 responden (50.9%)
menjawab benar tentang pencegahan tekanan darah tinggi dapat dilakukan
dengan diet rendah garam dan 30 responden (52.6%) menjawab salah
tentang batasan dalam konsumsi natrium/garam yang dianjurkan dalam
sehari yaitu sekitar 1 sendok teh.
Tabel 4.9Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan
Aspek Pencegahan Hipertensi
No. Aspek Pencegahan Benarn %
Salahn %
1. Pencegahan tekanan darah tinggi dapatdilakukan dengan diet. Diet yangdianjurkan bagi penderita tekanan darahtinggi adalah diet rendah garam
29 50.9 28 49.1
2. Batasan dalam konsumsinatrium/garam yang dianjurkan dalamsehari yaitu sekitar 1 sendok teh
27 47.4 30 52.6
Pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu baik,
cukup dan kurang, yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 dibawah ini.
Tabel 4.10Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hipertensi pada Remaja
di SMAN 15 Semarang September 2013 (n=57)
Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 31 54.4Cukup 17 29.8Kurang 9 15.8Total 57 100
Tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa responden yang menjawab baik
sebanyak 31 responden (54,4%), responden yang menjawab cukup sebanyak
17 responden (29,8%) dan responden yang menjawab kurang sebanyak 9
responden (15.8%).
4. Sikap Remaja Tentang Pencegahan Hipertensi
Sikap remaja tentang pencegahan hipertensi dapat dilihat pada aspek
menerma (receiving), aspek menanggapi (responding), aspek menghargai
(valuing), dan aspek bertanggung jawab (responsible). Adapun distribusi
jawaban remaja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
a. Sikap responden berdasarkan aspek menerima (receiving)
Tabel 4.11Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap
Aspek Menerima (receiving)
No. Aspek Menerima (Receiving) Setujun %
Tidak Setujun %
1. Merokok tidak akan menyebabkantekanan darah tinggi
29 50.9 28 49.1
2. Perlu menjaga berat badan agartetap ideal dan tidak terjadiobesitas/ kegemukan
35 61.4 22 38.6
3. Perlu membaca informasi tentangpencegahan tekanan darah tinggiagar dapat terhindar dari penyakittekanan darah tinggi
33 57.9 24 42.1
4. Harus relaksasi setiap kali stres 32 56.1 25 43.9
Tabel 4.11 diperoleh hasil bahwa aspek menerima untuk jawaban
setuju lebih tinggi. Sebanyak 29 responden (50.9%) setuju bahwa
merokok menyebabkan tekanan darah tinggi, 35 responden (61.4%) setuju
untuk perlu menjaga berat badan agar tetap ideal dan tidak terjadi
obesitas/kegemukan, 33 responden (57.9%) setuju untuk perlu membaca
informasi tentang pencegahan hipertensi, 32 responden (56.1%) setuju
untuk harus relaksasi setiap kali stres.
b. Sikap responden berdasarkan aspek menanggapi (responding)
Tabel 4.12Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap
Aspek Menanggapi (Responding)No. Aspek Menanggapi
(Responding)Setuju
n %Tidak Setujun %
1. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg disebut sebagai tekanan darahtinggi
29 50.9 28 49.1
2. Riwayat tekanan darah tinggipada keluarga sangat mendukungterjadinya tekanan darah tinggi
27 47.4 30 52.6
3. Tidak harus menghindarimakanan berlemak untukmencegah peningkatan kolesterol
28 49.1 29 50.9
4. Melakukan kontrol kesehatanuntuk mengontrol tekanan darah
37 64.9 20 35.1
5. Menghentikan kebiasaanmerokok untuk mencegah risikotekanan darah tinggi
32 56.1 25 43.9
Tabel 4.12 diperoleh hasil bahwa 29 responden (50.9%) setuju bila
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg disebut tekanan darah tinggi. 30 responden
(52.6%) tidak setuju bila riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga
sangat mendukung terjadinya tekanan darah tinggi. 29 responden (50.9%)
tidak setuju bila tidak harus menghindari makanan berlemak untuk
mencegah peningkatan kolesterol. 37 responden (64.9%) setuju untuk
melakukan kontrol kesehatan untuk mengontrol tekanan darah. 32
responden (56.1%) setuju harus menghentikan kebiasaan merokok untuk
mencegah risiko tekanan daraqh tinggi.
c. Sikap responden berdasarkan aspek bertanggung jawab (responsible)
Tabel 4.13 diperoleh hasil bahwa yang menjawab setuju lebih tinggi
dari pada yang tidak setuju. 32 responden (56.1%) menjawab setuju kalau
tekanan darah tinggi tidak akan menyebabkan gangguan pada mata, ginjal,
jantung dan otak. 29 responden (50.9%) setuju kalau tidak harus
menghindari minuman beralkohol untuk mencegah risiko tekanan darah
tinggi. 31 responden (54.4%) setuju untuk perlu meningkatkan aktivitas
fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/minggu. 28 responden (49.1%)
setuju kalau diet rendah garam dapat mencegah terjadinya peningkatan
tekanan darah. 35 responden (61.4%) setuju untuk perlu menghindari
makanan siap saji/instan agar dapat terhindar dari penyakit tekanan darah
tinggi.
Tabel 4.13Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap
Aspek Bertanggung Jawab (Responsible)
No. Aspek Bertanggung Jawab(Responsible)
Setujun %
Tidak setujun %
1. Tekanan darah tinggi tidak akanmenyebabkan gangguan pada mata,ginjal, jantung dan otak
32 56.1 25 43.9
2. Tidak harus menghindari minumanberalkohol untuk mencegah risikotekanan darah tinggi
29 50.9 28 49.1
3. Meningkatkan aktivitas fisik antara30-45 menit sebanyak >3x/minggu
Diet rendah garam dapat mencegahterjadinya peningkatan tekanandarah
Menghindari makanan siap saji/instan agar saya terhindar daripenyakit tekanan darah tinggi
31 54.4
28 49.1
35 61.4
26 45.6
29 50.9
22 38.6
4.
5.
d. Sikap responden berdasarkan aspek menghargai (valuing)
Tabel 4.14 diperoleh hasil bahwa 33 responden (57.9%) setuju
bahwa informasi tentang pencegahan tekanan darah sangat penting. 36
responden (63.2%) tidak setuju kalau olahraga dapat membakar lemak di
dalam tubuh.
Tabel 4.14Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap
Aspek Menghargai (Valuing)
No. Aspek Menghargai (Valuing) Setujun %
Tidak Setujun %
1. Informasi tentang pencegahantekanan darah tinggi sangat penting
33 57.9 24 42.1
2. Olahraga tidak dapat membakarlemak di dalam tubuh
21 36.8 36 63.2
Sikap responden dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu
mendukung dan tidak mendukung, yang dapat dilihat pada Tabel 4.15
dibawah ini.
Tabel 4.15Distribusi Sikap Responden Tentang Pencegahan Hipertensi pada
Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (N=57)
Tabel 4.15 diperoleh hasil bahwa responden yang mendukung sebanyak
30 responden (53%) dan tidak mendukung sebanyak 27 responden (47%).
5. Praktik Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi
Praktik remaja dalam pencegahan hipertensi dapat dilihat pada aspek
tindakan terpimpin, aspek tindakan secara mekanisme, dan aspek adopsi.
Adapun distribusi jawaban remaja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
a. Praktik responden berdasarkan aspek tindakan terpimpin
Tabel 4.16 diperoleh hasil bahwa sebanyak 35 responden (61.4%)
menjawab ya untuk berolahraga untuk menjaga berat badan agar tidak
obesitas/gemuk, 31 responden (54.4%) menjawab tidak untuk kurangi
konsumsi garam dalam makanan, 29 responden (50.9%) menjawab tidak
Kategori Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)
Mendukung 30 53
Tidak Mendukung 27 47
Total 57 100
untuk menjaga tekanan darah dengan merokok, dan 38 responden (66.7%)
menjawab tidak untuk perbanyak konsumsi kopi karena dapat
menurunkan tekanan darah.
Tabel 4.16Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap
Aspek Tindakan Terpimpin
No. Aspek Tindakan Terpimpin Yan %
Tidakn %
1. Olahraga untuk menjaga berat badan agartidak obesitas/gemuk
35 61.4 22 38.6
2. Kurangi konsumsi garam dalam makanan 26 45.6 31 54.4
3. Menjaga tekanan darah dengan merokok 28 49.1 29 50.9
4. Perbanyak konsumsi caffein/kopi karenadapat menurunkan tekanan darah
19 33.3 38 66.7
b. Praktik responden berdasarkan aspek tindakan secara mekanisme
Tabel 4.17Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap
Aspek Tindakan Secara Mekanisme
No. Aspek Tindakan Secara Mekanisme Ya
n %
Tidak
n %
1. Kurangi konsunsi makanan siapsaji/instan karena dapat meningkatkankolesterol
25 43.9 32 56.1
2. Melakukan kontrol kesehatan untukmenjaga tekanan darah
32 56.1 25 43.9
3. Mengkonsumsi gorengan dan makananbersantan karena baik untuk kesehatan
22 38.6 35 61.4
4. Setiap berbelanja, memilih produk dengannatrium/kadar garam rendah
29 50.9 28 49.1
Tabel 4.17 diperoleh hasil bahwa sebanyak 32 responden (56.1%)
menjawab tidak untuk mengurangi konsumsi makanan siap saji/instan
karena dapat meningkatkan kolesterol, 32 responden (56.1%) menjawab
ya untuk melakukan kontrol kesehatan untuk menjaga tekanan darah, 35
responden (61.4%) menjawab tidak untuk mengkonsumsi gorengan dan
makanan bersantan karena baik untuk kesehatan, 29 responden (50.9%)
menjawab ya untuk setiap berbelanja memilih produk dengan kadar garam
rendah.
c. Praktik responden berdasarkan aspek adopsi
Tabel 4.18Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap
Aspek Adopsi
No. Aspek Adopsi Yan %
Tidakn %
1. Mengatur pola makan agar beratbadan tetap ideal
39 68.4 18 31.6
2. Melakukan relaksasi setiap kali stres 27 47.4 30 52.6
3. Mengkonsumsi makanan yangmengandung lemak karena tidak dapatmenyebabkan obesitas/kegemukan
29 50.9 28 49.1
4. Memperbanyak konsumsi buah dansayuran karena banyak mengandungserat dan mineral
30 52.6 27 47.4
5. Menghindari stres dengan tidak marah 39 68.4 18 31.6
6. Olahraga setiap kali ada waktusenggang untuk meningkatkan dayatahan tubuh
40 70.2 17 29.8
7. Makan secukupnya dan tidakberlebihan untuk menjaga berat badantetap ideal
37 64.9 20 35.1
Tabel 4.18 diperoleh hasil bahwa yang menjawab ya lebih tinggi
yaitu sebanyak 39 responden (68.4%) mengatur pola makan agar berat
badan tetap ideal, 27 responden (47.4%) melakukan relaksasi setiap kali
stres, 29 responden (50.9%) mengkonsumsi makanan yang mengandung
lemak karena tidak dapat menyebabkan obesitas/kegemukan, 30
responden (52.6%) memperbanyak konsumsi buah dan sayur karena
banyak mengandung serat dan mineral, 39 responden (68.4%)
menghindari stres dengan tidak marah, 40 responden (70.2%) berolahraga
setiap kali ada waktu senggang untuk meningkatkan daya tahan tubuh, 37
responden (64.9%) makan secukupnya dan tidak berlebihan untuk
menjaga berat badan tetap ideal.
Praktik responden dikategorikan menjadi dua kategorik yaitu baik dan
buruk, yang dapat dilihat pada Tabel 4.19 dibawah ini.
Tabel 4.19Distribusi Praktik Responden Tentang Pencegahan Hipertensi pada
remajadi SMAN 15 Semarang September 2013 (n=57)
Kategorik Praktik Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 38 67
Buruk 19 33
Total 57 100
Tabel 4.19 diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki praktik baik
sebanyak 38 responden (67%) dan responden yang memiliki praktik buruk
sebanyak 19 responden (33%).
6. Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi
Gambar 4.1 menunjukan bahwa ada kecenderungan semakin baik
pengetahuan tentang hipertensi, diikuti semakin baik pula praktik pencegahan
hipertensi. Hal ini juga didukung dengan uji statistik nonparametrik rank
spearman didapatkan nilai p 0.000 artinya hubungan antara pengetahuan
terhadap praktik pencegahan hipertensi dengan tingkat korelasi yang sedang (r
= 0.528).
Gambar 4.1
Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Pada
Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57)
7. Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi
Gambar 4.2 menunjukan bahwa ada kecenderungan semakin
mendukung sikap remaja dalam pencegahan hipertensi, diikuti semakin baik
pula praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Hal ini juga didukung
dengan hasil uji statistik nonparametrik rank spearman didapatkan nilai p
0.000 artinya ada hubungan antara sikap terhadap praktik pencegahan
hipertensi dengan tingkat korelasi sedang (r = 0.562).
Gambar 4.2
Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi pada
Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57)
B. Pembahasan
1. Pengetahuan Remaja Tentang Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah
pengetahuan adalah 16 dan yang tertinggi adalah 31 dengan rata-rata 23.47 ±
4.425. berdasarkan hasil kategori pengetahuan remaja tentang hipertensi,
remaja yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 31 responden (54.4%),
pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (29.8%) dan pengetahuan kurang
sebanyak 9 responden (15.8%), sehingga dapat disimpulkan jumlah remaja
yang memiliki pengetahuan baik lebih besar dari pada remaja yang memiliki
pengetahuan cukup dan kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ginting (2006) tentang hubungan antara pengetahuan
dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia, yang diperoleh hasil jumlah
lansia yang berpengetahuan baik sebesar 63.9%. Pengetahuan akan mendasari
kepercayaan tentang suatu objek dan akan membentuk suatu kebiasaan, hal
inilah yang kemudian akan memunculkan kemauan yang dimunculkan dalam
sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang pencegahan hipertensi yang baik pada remaja
terbanyak pada aspek defenisi tekanan darah ≥ 140/90 mmHg disebut tekanan
darah tinggi sebanyak 32 responden (56.1%), aspek penyebab tekanan darah
tinggi adalah kecuali menghindari stres sebanyak 30 responden (52.6%),
aspek pengobatan hipertensi yaitu penanganan tekanan darah tinggi dapat
dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat anti tekanan darah tinggi sebanyak
34 responden (59.6%). Ada remaja yang mempunyai pengetahuan cukup dan
kurang disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh remaja
tentang hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sumber informasi, sosial
budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan
dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah menerima hal-hal baru
yang pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.
Sebaliknya jika tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai
yang baru diperkenalkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menyatakan siswa yang pengetahuannya baik pada kelas XII sebanyak 11
siswa (61.1%), kelas XI sebanyak 12 siswa (66.7%) dan kelas X sebanyak 8
siswa (38.1%).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui panca
indera seseorang (penginderaan) terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
2. Sikap Remaja Tentang Pencegahan Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah sikap
adalah 16 dan yang tertinggi adalah 32 dengan rata-rata 24.65 ± 3.917.
Berdasarkan hasil kategori sikap remaja terhadap pencegahan hipertensi,
remaja yang mendukung terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 30
responden (53%) dan remaja yang tidak mendukung terhadap pencegahan
hipertensi sebanyak 27 responden (47%), sehingga dapat disimpulkan bahwa
jumlah remaja yang memiliki sikap mendukung lebih tinggi dari pada remaja
yang memiliki sikap yang tidak mendukung. Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2010) tentang hubungan
tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada
penderita hipertensi yang mengatakan bahwa jumlah responden yang
memiliki sikap tidak mendukung lebih tinggi dibandingkan responden yang
memiliki sikap mendukung.
Sikap terhadap pencegahan hipertensi yang mendukung pada remaja
terbanyak pada aspek menerima (receiving) sebanyak 35 responden (61.4%)
perlu menjaga berat badan agar tetap ideal dan tidak terjadi
obesitas/kegemukan. Aspek menanggapi (responding) sebanyak 37 responden
(64.9%) perlu melakukan kontrol kesehatan untuk mengontrol tekanan darah.
Aspek menghargai (valuing) sebanyak 33 responden (57.9%) merasa
informasi tentang pencegahan tekanan darah sangat penting. Aspek
bertanggung jawab (responsible) 35 responden (61.4%) perlu menghindari
makanan siap saji/instan agar terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi.
Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007) bahwa sikap
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap
positif seseorang terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam
tindakan nyata. Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap
seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan
emosional, dan kecenderungan untuk berperilaku yang semua itu adalah
komponen dari sikap.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Menifestasi sikap tidak dapat secara langsung
dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap juga merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).
3. Praktik Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah praktik
adalah 15 dan yang tertinggi adalah 30 dengan rata-rata 23.60 ± 4.250.
Berdasarkan hasil kategori praktik pencegahan hipertensi, remaja yang
mempunyai praktik baik terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 38
responden (67%) dan remaja yang mempunyai praktik buruk terhadap
pencegahan hipertensi sebanyak 19 responden (33%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa jumlah remaja yang memiliki praktik baik lebih tinggi
dari pada remaja yang memiliki praktik buruk terhadap pencegahan
hipertensi.
Praktik terhadap pencegahan hipertensi yang baik pada remaja terbanyak
pada aspek tindakan terpimpin sebanyak 35 responden (61.4%) berolahraga
untuk menjaga berat badan agar tidak obesitas. Aspek tindakan secara
mekanisme sebanyak 32 responden (56.1%) melakukan kontrol kesehatan
untuk menjaga tekanan darah. Aspek adopsi sebanyak 40 responden (70.2%)
berolahraga setiap kali ada waktu senggang untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ginting (2006) tentang hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan
hipertensi pada lansia diperoleh hasil sebanyak 75% lansia mempunyai
tindakan yang baik terhadap pencegahan hipertensi. Menurut Notoatmodjo
(2007) terbentuknya perilaku dimulai pada domain kognitif (pengetahuan).
Jika pengetahuan remaja tentang hipertensi baik maka secara otomatis praktik
yang dilakukan untuk mencegah hipertensi itu akan baik pula dan begitupun
sebaliknya jika pengetahuan tentang hipertensi kurang maka praktik yang
dilakukan akan kurang maksimal.
Praktik remaja dalam pencegahan hipertensi ini sesuai dengan pendapat
Becker (dalam Notoatmodjo, 2003) yang menyatakan bahwa perilaku
kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Termasuk
didalamnya adalah untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih
makanan, sanitasi dan sebagainya.
4. Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi
Analisis hasil penelitian antara pengetahuan remaja dengan praktik
pencegahan hipertensi menunjukan bahwa nilai koefesien korelasi spearman
rho = 0, 814 dan p value = 0.000 < 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik
pencegahan hipertensi pada remaja. Grafik hubungan pengetahuan remaja
terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja menggambarkan garis
linear positif yang berarti semakin baik pengetahuan semakin baik pula
praktik pencegahan hipertensi. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003)
bahwa pengetahuan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku dan
sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2012) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga
dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi.
Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku salah satunya adalah pengetahuan. Jika
seseorang mempunyai pengetahuan yang baik tentang hipertensi maka dia
akan dapat mempraktikkan apa yang diketahui atau dinilai baik tersebut. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrian (2011)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan stroke.
5. Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi
Analisis hasil penelitian hubungan sikap terhadap praktik pencegahan
hipertensi pada remaja menunjukan bahwa nilai koefesien korelasi spearman
rho 0.838 dan hasil p value 0.000 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan
yang signifikan antara sikap dengan praktik pencegahan hipertensi pada
remaja. Grafik hubungan sikap dengan praktik pencegahan hipertensi
menggambarkan garis linear positif yang menandakan bahwa semakin baik
sikap remaja semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi pada remaja.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2011) tentang
hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku perawatan
pada penderita hipertensi. Hasil yang didapatkan bahwa ada hubungan antara
sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi.
Sikap menunjukan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang
merupakan reaksi yang emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo,
2003). Hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan antara sikap
remaja dengan praktik pencegahan hipertensi, hal ini menunjukan bahwa
responden memiliki sikap mendukung yang dipengaruhi oleh pengetahuan,
dimana sikap dapat ditunjukan oleh seseorang tentang adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
merupakan reaksi yang bersifat emosionel terhadap stimulus sosial.
C. Implikasi Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan lebih
memahami tentang pentingnya pencegahan hipertensi sejak dini serta diharapkan
lebih aktif dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya hipertensi
tidak hanya dikalangan usia dewasa maupun lansia tetapi juga remaja. Dari hasil
penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap praktik pencegahan
hipertensi pada remaja. Oleh karena itu, diharapkan tenaga kesehatan terutama
perawat lebih aktif dalam melakukan penyuluhan guna meningkatkan
pengetahuan masyarakat khususnya remaja dalam melakukan pencegahan
hipertensi.
Perawat diharapkan khususnya perawat yang ada di komunitas bisa
mengaplikasikan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan hasil penelitian
dengan meningkatkan pengetahuan remaja. Pada sikap perlu diperbaiki
pandangan remaja dalam pencegahan hipertensi bahwa dengan pencegahan
hipertensi maka dapat mencegah terjadinya komplikasi seperti stroke, gagal
ginjal, dan lain-lain. Dalam hal ini perawat berperan penting dalam usaha promosi
kesehatan baik di lingkungan masyarakat maupun disekolah-sekolah untuk
meningkatkan pengetahuan remaja tentang pentingnya melakukan pencegahan
hipertensi sejak dini.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Peneliti tidak secara langsung melakukan observasi dan wawancara mendalam
untuk menggali informasi lebih dalam mengenai praktik remaja dalam
pencegahan hipertensi. Peneliti mengukur praktik pencegahan hipertensi
berdasarkan kuesioner tertutup.
2. Penelitian ini hanya dilaksanakan di 1 SMA saja yaitu SMAN 15 Semarang,
sehingga tidak dapat mewakili seluruh remaja yang ada di semarang.