badan penelitian dan pengembangan...

114
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Upload: others

Post on 14-Sep-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Page 2: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli

Indonesia

Page 3: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli

Indonesia

Penulis:

Subiharta

Agus Hermawan

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

Page 4: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ITIK PETELUR ASLI INDONESIA Cetakan I 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang © Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015 Katalog dalam terbitan BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Itik Petelur Asli Indonesia/Subiharta dan Agus Hermawan--Jakarta: IAARD Press, 2015. xii, 102 hlm.: ill.; 25,7 cm 655.41 1. Itik Petelur 2. Asli Indonesia I. Judul II. Subiharta dan Hermawan, Agus

ISBN : 978-602-344-067-2

Penanggung jawab : Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, M.Si. Penulis : Subiharta Agus Hermawan Penyunting Naskah : Muryanto Moh. Ismail Wahab Redaksi Pelaksana : Agustina Prihatin Mugi Rahayu Ahmad Rifai IAARD Press Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jalan Ragunan No. 29, Pasarminggu, Jakarta 12540 Telp. +62 21 7806202, Faks.: +62 21 7800644 Alamat Redaksi: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 Telp. +62-251-8321746. Faks. +62-251-8326561 e-mail: [email protected] ANGGOTA IKAPI NO: 445/DKI/2012

Page 5: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

v

KATA PENGANTAR

Setiap tahun angka konsumsi protein hewani semakin meningkat. Itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat prospektif yang dapat dipelihara secara khusus untuk menghasilkan daging atau itik petelur. Kualitas karkas daging itik jauh lebih baik dibandingkan dengan kualitas karkas daging ayam, sehingga harga daging itik cenderung lebih mahal dibandingkan dengan daging ayam kampung. Tingginya harga daging itik ini menjadi salah satu pertanda bahwa ternak itik sangat prospektif

untuk dikembangkan di Indonesia. Telur itik juga lebih mahal apabila dibandingkan dengan harga telur ayam ras.

Bisnis ternak itik saat ini semakin menggiurkan. Beternak itik bukanlah usaha yang sulit dan semua orang dapat melakukannya asalkan memiliki kemauan, kemampuan, dan minat. Pemeliharaan itik secara tradisional atau dengan digembala memang sangat menunjang konsep pengendalian hama pertanian secara terpadu. Itik umumnya mencari makan di permukaan sawah dan sekitar batang/rumpun pada batang padi. Namun sejak penggunaan obat-obatan pembasmi hama pertanian semakin intensif dan adakalanya dosisnya berlebihan, kasus keracunan itik sering menimbulkan konflik sosial. Pemeliharaan itik secara tradisional semakin mengandung resiko besar.

Saya menyambut baik penerbitan Buku “Itik Petelur Asli Indonesia” yang secara khusus ditulis oleh peneliti BPTP Jawa Tengah. Buku ini merupakan salah satu alternatif buku yang dapat digunakan sebagai pegangan bagi para calon peternak maupun peternak yang secara serius menggeluti usaha ini. Buku ini juga dapat digunakan sebagai rujukan bagi para praktisi dan kalangan akademisi karena ditulis oleh peneliti yang telah secara serius mengembangkan teknologi budidaya ternak itik bersama-sama dengan para peternak di lapangan.

Secara ringkas, buku ini memuat poin-poin penting bagi peningkatan efektivitas usaha itik petelur, dan momentumnya sangat tepat karena memberikan jawaban bagi persoalan penyediaan daging atau protein hewani yang berasal dari unggas yang sangat dibutuhkan masyarakat. Semoga buku ini dapat dimanfaatkan oleh para peneliti dan penyuluh di BPTP/LPTP dan memberikan nilai kemanfaatan lebih besar lagi bagi masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan.

Bogor, Oktober 2015 Kepala Balai Besar,

Dr. Ir. Abdul Basit, MS

Page 6: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II. KARAKTER RUMPUN ITIK ASLI DAN ITIK LOKAL INDONESIA .................................................................................................... 7

A. Asal-Usul Ternak Itik Asli Indonesia........................................... 10

B. Penyebaran Itik Asli Indonesia ..................................................... 14

C. Rumpun Itik Asli Indonesia ......................................................... 15

D. Teknik Pemilihan Bibit Itik .......................................................... 28

E. Sifat Khusus Ternak Itik ............................................................... 29

BAB III. BUDIDAYA TERNAK ITIK .......................................................... 33

A. Budidaya Ternak Itik Periode Starter (0 – 8 Minggu) ................. 35

B. Budidaya Ternak Itik Periode Grower (9 – 20 Minggu) ............. 37

C. Budidaya Ternak Itik Periode Layer (> 20 Minggu) .................... 38

D. Seleksi Itik .................................................................................... 38

BAB IV. PAKAN TERNAK ITIK ................................................................. 43

A. Bahan Pakan dan Kandungan Nutrisi........................................... 45

B. Kadar Air Bahan Pakan Itik ......................................................... 46

C. Batasan Penggunaan Bahan Pakan ............................................... 47

D. Standar Kebutuhan Nutrisi Itik .................................................... 48

E. Penyusunan Ransum Itik .............................................................. 49

F. Teknik Penyusunan Ransum ......................................................... 50

G. Jumlah Pemberian Pakan ............................................................. 56

Page 7: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

viii

BAB V. KANDANG TERNAK ITIK ............................................................ 61

A. Fungsi Kandang ........................................................................... 63

B. Tata Letak Kandang ..................................................................... 63

C. Persyaratan Pembuatan Kandang ................................................. 63

D. Macam-Macam Kandang ............................................................. 64

BAB VI. PASCA PANEN ITIK ..................................................................... 67

A. Pembuatan Telur Asin .................................................................. 69

B. Pemotongan Itik ........................................................................... 73

BAB VII. PENYAKIT-PENYAKIT UTAMA TERNAK ITIK .................. 79

A. Kolera pada Ternak Itik ............................................................... 82

B. Berak Kapur ................................................................................. 83

C. Penyakit New Duck Disease (NDD) ............................................ 83

D. Penyakit Aflatoksikosis ................................................................ 84

E. Lumpuh pada Ternak Itik ............................................................. 84

F. Cacar pada Itik .............................................................................. 85

G. Cacingan pada Ternak Itik ........................................................... 85

H. Vaksinasi pada Ternak Itik ........................................................... 86

BAB VIII. PENUTUP ..................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 91

LAMPIRAN ..................................................................................................... 97

TENTANG PENULIS ..................................................................................... 101

Page 8: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ix

DAFTAR TABEL

1. Populasi Itik Magelang Kalung di Kabupaten Magelang ........................... 16

2. Karakteristik Bobot Badan Itik Magelang (Kg per ekor) ........................... 18

3. Produksi dan Bobot Telur Itik Magelang .................................................... 19

4. Produksi Telur Itik Tegal dari Beberapa Hasil Penelitian. ......................... 22

5. Cara Perontokan Bulu secara Paksa ............................................................ 31

6. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Lokal ...................................................... 45

7. Bahan Pakan Lokal dan Batas Maksimal Penggunaan dalam Ramsum Ternak Itik ................................................................................... 48

8. Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur .................................................................... 49

9. Contoh Susunan Ransum dengan Perhitungan Coba-Coba ........................ 54

10. Contoh Susunan Ransum Itik dengan Metode Coba-Coba. ........................ 54

11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan Metode Coba-Coba ..................................................................................... 55

12. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Energi dengan Metode Coba-Coba ..................................................................................... 55

13. Kebutuhan Pakan Itik Sesuai dengan Umur ................................................ 56

14. Komposisi Isi Tembolok Itik di Kabupaten Cianjur (%) ............................ 58

15. Luas Kandang Indukan Anak Itik (per ekor) ............................................... 64

16. Komposisi Daging Itik Alabio (%) ............................................................. 73

17. Jenis dan Pemanfaatan Bulu Itik ................................................................. 75

18. Rata–rata Bobot Bulu Itik Lokal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .... 76

Page 9: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

x

DAFTAR GAMBAR

1. Itik, Itik Manila/Mentok, dan Angsa........................................................... 3

2. Kaki Itik yang Berselaput Untuk Berenang di Air ...................................... 11

3. Itik Liar (Mallard Jantan dan Betina dari Amerika) ................................... 11

4. Itik Belibis - Itik Liar dari Indonesia .......................................................... 11

5. Itik Domestikasi .......................................................................................... 12

6. Itik Jantan dengan Bulu Mencuat ke Atas (sex feather) ............................. 12

7. Itik Petelur, Pedaging (Itik Pekin), dan Ornamental (Itik Bantam) ............ 13

8. Itik Indian Runner ....................................................................................... 14

9. Itik Magelang atau Itik Kalung ................................................................... 16

10. Itik Magelang tidak Kalung (Putihan) ........................................................ 17

11. Itik Tegal ..................................................................................................... 20

12. Itik Mojosari ............................................................................................... 23

13. Itik Pekin (Itik Potong) sebagai Salah Satu Tetua Itik Alabio .................... 25

14. Itik Alabio .................................................................................................. 25

15. Itik Bali Jambul dan Telur Itik Bali ............................................................ 26

16. Itik Mojosari - Alabio (MA) ....................................................................... 26

17. Itik Pajajaran ............................................................................................... 27

18. Telur Itik Warna Kerabangnya Biru Muda ................................................. 29

19. Fase Itik Rontok Bulu dan Fase Itik Tidak Rontok Bulu ............................ 31

20. Penempatan Air Minum di Luar Kandang atau Pengaturan Air Minum agar Terus Mengalir sehingga Airnya Bersih ..................................................... 32

21. Anak Itik/Starter, Bulu Sayap Pada Itik Muda/Grower Belum Tumbuh dan Itik Dewasa Petelur/Layer ................................................................... 35

22. Kandang Indukkan Dilengkapi dengan Pemanas ........................................ 36

23. Kondisi Kandang Kurang Pemanasan Kurang, Cukup, dan Terlalu Panas . 36

Page 10: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

xi

24. Itik Tegal fase pertumbuhan dalam kelompok satu bangsa itik .................. 37

25. Seleksi itik berdasarkan produksi telur secara individu .............................. 40

26. Seleksi itik dengan teknik kandang kelompok ............................................ 41

27. Bahan Pakan Lokal Itik yang Banyak Digunakan oleh Peternak ................ 46

28. Jagung Kena Jamur Aspergillus flavus dan yang Tidak Kena Jamur. ......... 47

29. Itik Digembala di Sawah yang Habis Dipanen dan di Sungai ..................... 58

30. Tempat Air Minum Disarankan Tidak Kena Sinar Matahari Langsung (Ternaung) .................................................................................................. 59

31. Kandang Indukan dengan Lantai Litter dan Kawat (Wire Floor) ............... 64

32. Kandang Itik Muda Semi Intensif dengan Umbaran, .................................. 65

33. Kandang Itik Petelur dengan Jumlah Itik per Kelompok Kurang dari 50 Ekor dan Perlengkapan Air Minum. ............................................... 66

34. Kandang Individu atau Baterei ................................................................... 66

35. Telur Itik Bobot 49 gram dan 69 gram ........................................................ 70

36. Telur Asin dengan Warna Kuning Telur Kemerahan dan Kuning Pucat .... 70

37. Proses Pembuatan Telur Asin ...................................................................... 71

38. Telur Asin Rebus dan Dibakar Siap Dipasarkan ......................................... 72

39. Telur Asin yang Berminyak dan Berwarna Kuning Kemerahan Lebih Disenangi Konsemen Dibandingkan yang Kurang Berminyak ....... 73

40. Karkas Itik dengan Kandungan Lemak Tinggi ........................................... 74

41. Bulu Kawul (down feathers) Cara Pencabutan Kering untuk Diekspor ...... 75

42. Bulu yang Tidak Masuk Bulu Kawul Merupakan Bahan Tepung Bulu (Pakan Ternak) ............................................................................................ 75

43. Pencabutan Bulu Basah Dengan Alat Pencabut Bulu dan Manual/Tangan 76

44. Pencabutan Bulu Kering dengan Diolesi Abu dan Bulu Hasil Cabutan ...... 77

45. Bulu Hasil Cabutan Basah dan Bulu Hasil Cabutan Kering ....................... 77

46. Itik Mengalami Kelumpuhan ....................................................................... 85

Page 11: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

xii

Page 12: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 1

BAB I

PENDAHULUAN

Page 13: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

2 Pendahuluan

Page 14: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 3

ernak unggas merupakan ternak penting sebagai sumber protein hewani. Produk utama ternak unggas adalah telur dan daging. Secara umum, unggas utama yang diusahakan dapat dibagi menjadi ternak unggas air dan ayam. Sesuai habitat aslinya, unggas air hidup di lingkungan yang banyak airnya.

Unggas air yang berkembang di Indonesia antara lain adalah itik. Itik yang juga disebut dengan istilah bebek (bahasa Jawa), sering dianggap sama dengan itik Manila atau Entog/Mentog (bahasa Jawa) dan angsa (Gambar 1). Unggas air yang satu family dengan itik adalah Genus Cairina dengan species Cairina muschata (Entog). Penjelasan tentang asal usul itik terpisah dengan entog karena keduanya tidak sama. Itik masuk dalam genus Anas, spesies Anas plathyryncos sedang entog masuk dalam genus Carina spesies Cairina Muschata.

Menurut beberapa catatan angsa adalah species unggas yang berasal dari species angsa liar yang disebut Graylag (Anser anser) dan angsa liar China (Anser cygnoides). Kedua species angsa tersebut sampai sekarang masih banyak dijumpai dan sangat luas penyebarannya. Bangsa angsa di Asia dan Afrika umumnya merupakan keturunan Anser cygnoides sedang bangsa angsa di Eropa diturunkan oleh Anser anser.

Gambar 1. Itik (kiri), Itik Manila/Mentok (tengah), dan Angsa (kanan)

Di Indonesia saat ini berkembang tiga jenis ternak itik, yaitu itik asli, itik lokal dan itik bukan lokal atau introduksi. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 36/Permentan/OT.140/8/2006 TANGGAL 31 Agustus 2006, yang dimaksud dengan ternak asli adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dari dan proses domestikasinya terjadi di Indonesia, sedang ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar yang telah berkembang di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang telah beradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen lingkungan setempat. Berdasarkan pada pengertian tersebut, ternak itik asli dan ternak itik lokal yang berkembang di lapangan saat ini sulit dibedakan. Oleh karena itu, dalam buku ini kedua jenis itik tersebut dalam beberapa bagian disamakan.

Ternak itik asli dan itik lokal telah berkembang baik di indonesia yang dimanfaatkan sebagai produsen telur dan daging. Namun demikian, upaya untuk

T Su

mbe

r :K

olek

siPr

ibad

i

Page 15: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

4 Pendahuluan

meningkatkan produktivitas itik asli terus dilaksanakan. Upaya tersebut antara lain berupa didatangkannya beberapa rumpun itik dari luar negeri. Salah satu itik introduksi adalah itik Pekin yang lebih ditujukan sebagai itik potong. Berdasarkan pengertian yang dikandung dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 36 tahun 2006, itik Pekin yang dimasukkan ke Indonesia sebagai itik potong tersebut bukan termasuk dalam ternak asli atau ternak lokal karena itik tersebut dibudidayakan dengan tidak diambil keturunannya, populasinya relatif sedikit diusahakan sangat terbatas.

Itik asli dan itik lokal mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan itik bukan lokal (introduksi). Itik asli dan itik lokal lebih unggul karena sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat, peternak sudah terbiasa dan mengetahui karakteristik kedua jenis itik tersebut, serta kemudahandalam pencarian bibit karena penetasannya sudah diusahakan oleh peternak setempat. Dilihat dari harga, bibit kedua jenis itik juga relatif lebih murah dibandingkan itik bukan lokal. Harga bibit yang murah sesuai dengan kemampuan sebagian besar peternak di Indonesia yang mengusahakan itik sebagai usaha sambilan.

Ternak itik merupakan unggas pertama yang diusahakan oleh peternak sebagai sumber pendapatan (Hardjosworo, 1990). Selain untuk menghasilkan telur, awalnya itik juga diternakkan untuk menghasilkan daging. Usaha budidaya itik menjadi salah satu usaha ternak unggas yang makin diminati oleh peternak di perdesaan maupun diperkotaan. Sebagai penghasil telur, usaha peternakan itik petelur banyak diminati karena dipandang menguntungkan, khususnya apabila dipelihara secara intensif.

Usaha itik petelur sangat menguntungkan dibandingkan dengan ayam ras maupun ayam kampung karena itik lebih tahan terhadap berbagai penyakit, itik dapat dipelihara pada lahan yang sempit, produksi telur itik lebih tinggi dibandingkan dengan ayam kampung, dan pasarnya masih terbuka. Gambaran pasar produk itik dapat dilihat dari road map Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011). Menurut road map tersebut kebutuhan telur itik baru tecukupi sebanyak 79,1%, daging itik sebanyak 44,75 % dan bibit itik DOD (day old duck) sebanyak 79,1%.

Pasar telur, daging, dan bibit itik masih sangat terbuka. Terbukanya pasar daging itik diperkuat oleh informasi oleh para pedagang bebek goreng, yang menyatakan bahwa mereka seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan bebek siap potong. Selain bebek goreng, masyarakat juga sudah mulai terbiasa mengkonsumsi daging itik yang diolah menjadi beragam masakan. Di Provinsi Jawa Tengah, terdapat beberapa jenis masakan daging itik seperti opor bebek, rica-rica bebek, bebek goreng, bebek bacem, dan nasi bebek. Ragam masakan asal daging itik juga terus bertambah jumlahnya (Dirdjopratono, 1990).

Disamping produk utama berupa telur dan itik, limbah pemotongan itik berupa bulu juga mulai mendapatkan pasar, baik untuk pasar ekspor maupun pasar lokal (Raharjo et al, 1989 dan Didjopratono et al, 1990). Besarnya peluang pasar dari produk itik inilah yang menarik peternak untuk mengusahakan ternak itik. Suatu usaha akan berkembang jika pasar masih terbuka dan harga produknya cukup

Page 16: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 5

memberikan keuntungan yang wajar. Disamping produk utama berupa telur dan itik, limbah pemotongan itik berupa bulu juga dapat dipasarkan. Pasar bulu itik, baik untuk pasar ekspor maupun pasar lokal masih sangat terbuka (Raharjo et al., 1989 dan Didjopratono et al., 1990).

Usaha ternak itik menjadi salah satu pilihan usaha karena mempunyai kelebihan dibandingkan usaha ternak ayam. Beberapa keunggulan ternak itik dibandingkan ternak ayam kampung adalah produksi telurnya lebih tinggi dan lebih menguntungkan pada sistem pemeliharaan intensif/terkurung. Kalau dibandingkan dengan ayam ras, nilai jual telur itik lebih mahal karena penjualannya dalam bentuk butiran. Daya cerna serat kasar ternak itik juga lebih tinggi dibandingkan ternak ayam sehingga biaya pakannya lebih murah (Prasetyo et al., 2010).

Bagi para pemula, merintis usaha peternakan itik saat ini belum semudah merintis usaha peternakan ayam ras. Pada usaha ayam ras telah tersedia paket – paket usaha dengan pola kemitraan atau paket usaha mandiri. Sementara itu pada usaha peternakan itik masih ditemui beberapa hambatan. Hambatan tersebut antara lain adalah belum tersedianya paket pola kemitraan dengan perusahaan swasta berskala besar, masih terbatasnya ketersediaan bibit berkualitas sehingga induk itik yang dihasilkan produksi telurnya tidak seragam, serta belum diperolehnyastandar kebutuhan nutrisi untuk produksi itik yang optimal. Kebutuhan nutrisi itik lokal masih mengacu kepada kebutuhan nutrisi itik ras petelur yang produksi telurnya tinggi.

Menyadari beberapa hal tersebut di atas, maka disusunlah buku beternak itik petelur lokal ini. Buku ini secara lengkap menerangkan bangsa – bangsa itik lokal di Indonesia dan karakteristiknya, kandungan nutrisi bahan pakan dan batas penggunaannya, cara menyusun ransum, cara seleksi untuk menghasilkan bibit itik yang produksi telurnya tinggi, pananganan pasca panen, penanganan penyakit, serta gambaran analisis usahataninya.

Page 17: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

6 Pendahuluan

Page 18: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 7

BAB II

RUMPUN ITIK ASLI DAN

ITIK LOKAL INDONESIA

Page 19: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

8 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

Page 20: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 9

ebelum memulai usaha ternak itik, langkah awal yang diperlukan adalah mengenal berbagai rumpun itik asli Indonesia. Di Indonesia dikenal beberapa rumpun itik asli dan itik lokal. Pada itik dewasa, rumpun itik asli dan itik lokal bisa dikenali dari warna bulu penutupnya. Hasil penelitian maupun

komunikasi dengan tokoh peternak itik di Kabupaten Brebes, ternak itik dengan warna bulu yang sesuai dengan bulu itik asli, produksi telurnya lebih tinggi dibandingkan dengan itik yang warna bulunya tidak sesuai dengan warna bulu aslinya. Pada saat ini di lapangan berkembang itik yang warna bulu penutupnya tidak sesuai lagi dengan warna itik asli akibat perkawinan yang tidak terkontrol.

Rumpun itik asli dan lokal yang berkembang di Indonesia adalah itik petelur dan dwiguna (penghasil telur dan daging). Itik Alabio dikenal sebagai itik lokal tipe dwiguna, walaupun itik tersebut dikenal produksi telurnya tinggi, tetapi berdasarkan sejarahnya merupakan hasil perkawinan itik asli dengan itik pedaging Pekin. Itik dwiguna lokal lain yang dikenal adalah itik Magelang. Hingga saat ini di Indonesia belum ditemukan rumpun itik khusus potong.

Sampai saat ini ternak itik umumnya diusahakan dengan tujuan utama memproduksi telur, sementara tujuan usaha beternak itik untuk memproduksi daging itik belum banyak berkembang di masyarakat.Usaha ternak itik asli dan itik lokal sangat tepat apabila tujuan utama usaha peternakan itik adalah untuk menghasilkan telur.

Rumpun itik asli dan lokal petelur bisa dicirikan dari bentuk tubuhnya yang langsing (kecil), sedang untuk tipe dwiguna badannya lebih besar sesuai dengan tujuannya. Dengan badan yang kecil tentunya akan menguntungkan, mengingat ternak yang kecil konsumsi pakannya juga sedikit. Usaha ternak itik asli petelur berkembang di berbagai daerah di wilayah Indonesia dengan konsentrasi utama di Pulau Jawa. Tidak berlebihan apabila berbagai upaya dicurahkan untuk meningkatkan produksi telur itik asli. Beberapa rumpun itik asli dan lokal yang dikenal produksi telurnya tinggi antara lain adalah itik Tegal yang berasal dari Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, itik Mojosari yang berasal dari Modopuro Jawa Timur, dan Itik Bali yang berasal dari Pulau Bali. Itik-itik tersebut populasinya masih banyak sehingga masih mudah untuk mendapatkan bibitnya.

Dalam memilih rumpun itik yang akan diusahakan, ketersediaan bibit dan produksi telur yang dihasilkan menjadi pertimbangan penting. Selain itu, ketepatan dalam pemilihan bibit itik yang berkualitas baik dan sesuai dengan tujuan usaha sangat penting dan menjadi salah satu kunci sukses usaha. Dalam usaha peternakan, kesalahan dalam pemilihan bibit sangat merugikan. Bibit yang jelek tidak dapat diperbaiki atau dikompensasi dengan pemberian pakan berkualitas tinggi dan pemeliharaan yang baik. Produksi itik dengan bibit yang kurang baik tidak akan bisa maksimal karena kemampuan produksi telurnya terbatas. Sebaliknya, pencapaian produksi dalam usaha peternakan itik sangat dimungkinkan akan maksimal apabila

S

Page 21: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

10 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

diperoleh bibit berkualitas baik yang diikuti dengan pemberian pakan sesuai kebutuhan nutrisi ternak, disertai dengan pemeliharaan yang baik.

Untuk diketahui, telur itik mempunyai ciri khusus. Ciri khusus ini perlu dikenali karena terkait dengan kesesuaiannya dengan selera konsumen/pasar. Pasar lebih menyukai telur itik yang mempunyai warna kerabang atau kulit telur biru muda.Telur itik dengan dan kerabang warna biru muda ini mempunya harga jual tinggi. Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa itik yang berkembang di Indonesia sebagian besar kerabangnya berwara biru muda, walaupun ada pula itik yang kerabang telurnya berwarna putih.

Kerabang telur itik yang berwarna biru muda, sebagaimana dikehendaki oleh konsumen, tidak bisa digantikan oleh telur unggas lain. Telur itik ini dimanfaatkan sebagai bahan pembuat makanan olahan, misalnya martabak telur. Untuk itu dalam pemeliharaan itik lokal, sebaiknya dipilih itik yang telurnya mempunyai warna kerabang biru muda. Itik asli yang mempunyai warna kerabang biru muda adalah itik Tegal, Mojosari, Magelang, dan itik Alabio. Sementara itu itik lokal yang mempunyai kulit telur berwarna putih adalah itik Bali. Sebelum masuk pada pembahasan dan pengenalan beberapa rumpun itik asli Indonesia, ada baiknya mengenal sejarah dan asal-usul ternak itik asli Indonesia tersebut.

A. Asal-Usul Ternak Itik Asli Indonesia

Belum ada kepastian tentang kapan, asal-usul, dan bagaimana itik masuk ke Indonesia. Cerita yang banyak berkembang di masyarakat menyebutkan itik masuk ke Indonesia pada abad VII Masehi, bersamaan dengan masuknya agama Hindu ke wilayah Indonesia. Sedangkan penyebaran itik ke Indonesia diperkirakan dimulai pada abad ke VIII bersamaan dengan masuknya Belanda ke Pulau Jawa (Soedjai, 1974).

Itik merupakan ternak yang suka air atau bersifat aquaitik. Hal ini ditunjang oleh bulu penutup yang tebal untuk menahan air, kaki yang pendek, dan diantara jari kaki tersambung oleh selaput yang membantu itik dalam berenang (Gambar 2). Menurut sejarahnya, itik yang bekembang saat ini berasal dari itik liar Anas moscha atau Wild Malllard (Gambar 3). Itik liar sendiri menurut sejarahnya berasal dari Amerika Utara dan termasuk dalam ordo Anatidae. Indonesia juga memiliki itik liar. Itik liar asal Indonesia sering disebut dengan nama Belibis atau Wilis (Rohmad, 2015) (Gambar 4).

Di alam bebas, itik-itik liar tersebut menyebarluas. Itik liar diantaranya dapat ditemui di Amerika Utara, Kanada dan Benua Eropa. Pada saat pergantian musim, itik-itik liar melakukan migrasi dari Eropa Utara ke Eropa Selatan sampai ke Afrika Utara. Itik-itik liar ini juga menyebar dan dapat ditemukan didaratan Amerika Selatan, Inggris, Malaysia, Tiongkok, Filipina dan Indonesia.

Dalam perkembangannya, itik liar (Mallard) yang hidup berpasangan (monogamous) mengalami domestikasi (Anas domesticus) (Gambar 5). Itik-itik liar (Mallard) secara naluri masih menunjukkan sifat-sifat mengeram untuk menetaskan

Page 22: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 11

telur-telurnya. Itik jantan liar (Mallard drake) memiliki bulu warna yang lebih indah dibandingkan dengan itik betina liar (Mallard female).

Gambar 2. Kaki Itik yang Berselaput untuk Berenang di Air

Gambar 3. Itik Liar (Mallard jantan dan Betina dari Amerika)

Gambar 4. Itik Belibis - Itik Liar dari Indonesia

Sum

ber:

Aris

andi

, 201

5

Sum

ber:

Aris

andi

, 201

5

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 23: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

12 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

Kedua itik liar (itik jantan/Mallard drake dan itik betina/Mallard female) akan berkumpul pada saat musim kawin. Alasan yang menguatkan bahwa itik-itik sekarang merupakan keturunan dari Mallard /Wild Mallard yaitu :

1. Itik-itik jantan domestik memiliki karakteristik bulu ekor yang mencuat ke atas (Sex Feather) seperti yang dimiliki oleh Mallard drake (Gambar 6).

2. Dibanding dengan itik-itik liar yang lain, maka Mallard lebih mudah dijinakkan.

Melalui proses domestikasi (penjinakkan) itik-itik liar, secara bertahap terjadi perubahan yang berjalan secara alamiah. Perubahan yang terjadi pada ternak itik sekarang mencakup perubahan bentuk badan, hilangnya sifat mengeram, dan perubahan sifat berpasangan pada itik (monogamous) menjadi poligamous (satu jantan untuk banyak betina).

Gambar 5. Itik Domestikasi

Gambar 6. Itik Jantan dengan Bulu Mencuat ke Atas (sex feather)

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 24: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 13

Itik domestik selanjutnya digolongkan kedalam tiga tipe, yaitu: tipe petelur, pedaging dan ornamental (Gambar 7). Namun pada umumnya itik diusahakan untuk tujuan produksi telur dan daging. Ciri-ciri dari ketiga tipe tersebut sebagai berikut:

1. Tipe Petelur (Egg type) Ternak itik yang termasuk tipe petelur, pada umumnya sangat produktif dalam menghasilkan telur. Tubuhnya kecil dibanding dengan tipe pedaging, secara keseluruhan bentuk tubuhnya seperti botol, dimana bagian kepala kecil dan bagian tulang ekor besar.

2. Tipe Pedaging (Meat type) Bangsa ini sangat efisien menghasilkan daging, pertumbuhannya cepat dan struktur daging baik.

3. Tipe Ornamental (ornament type) Itik tipe ini dipelihara bukan karena produksi telur atau produksi daging yang tinggi, akan tetapi karena adanya daya tarik tersendiri yang menyebabkan orang senang atau menyukai sebagai hiasan.

Gambar 7.Itik Petelur (kiri), Pedaging/Itik Pekin (tengah), dan Ornamental/Itik Bantam (kanan)

Untuk melengkapi informasi tentang sejarah itik lokaldi Indonesia, disampaikan taksonomi dari ternak itik lokal sebagai berikut (Srigandono (1997), Susanti dan Prasetyo (2007):

Taksonomi itik lokal: Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Ordo : Anseriformes

Familia : Anatidae

Genus : Anas

Species : Anas platyhyncos

Sebagai tambahan informasi tentang asal usul itik asli, itik asli Indonesia termasuk dalam rumpun bangsa itik Indian Runner (Srigamdono dan Sarengat, 1990; Hardjosworo, 1990). Itik asli dikenal mempunyai bobot badan yang ideal untuk itik petelur sehingga dijadikan standar bobot badan itik Indian Runner (Samosir, 1983)

Sum

berb

: Aris

andi

, 201

5

Page 25: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

14 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

(Gambar 8). Robinson et al, (1977) bahkan menyimpulkan bahwa itik asli Indonesia dikenal sebagai itik petelur yang baik.

Gambar 8. Itik Indian Runner

B. Penyebaran Itik Asli Indonesia

Itik merupakan unggas air yang hidupnya selalu dekat dengan sumber air, seperti daerah persawahan dan rawa-rawa. Oleh karena itu wajar apabila itik kurang berkembang di Indonesia bagian Timur karena beragroekosistem kering dan kurang mendukung kehidupan itik. Sebaliknya hampir 80 persen itik Indonesia menyebar dan berada di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat) yang luas wilayahnya hanya 20 persen dari luas Indonesia dan di Pulau Jawa terdapat hamparan sawah yang beririgasi teknis yang memungkinkan berkembangnya itik (Subiharta et al, 2003). Di luar Pulau Jawa, itik berkembang di Provinsi Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Nangro Aceh dan sebagian sepanjang pantai Sentani di Papua.

Informasi tentang berkembangnya itik di luar Pulau Jawa juga didukung berdasarkan informasi tentang adanya permintaan itik Tegal kepada koperasi perbibitan itik di Cirebon Jawa Barat (komunikasi langsung dengan ketua koperasi perbibitan). Informasi terbaru juga menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Darusalam juga mengembangkan itik Tegal. Melalui Dinas Peternakan setempat, Provinsi NAD telah membeli itik Tegal untuk dikembangkan dan memperbaiki itik peternak di perdesaan (komunikasi langsung dengan staf dinas Juni 2014).

Sum

ber:

Aris

andi

, 201

5

Page 26: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 15

C. Rumpun Itik Asli Indonesia

Itik asli di Indonesia berasal dari domestikasi itik liar yang termasuk dalam kerabat itik Indian Runner. Ada beberapa rumpun itik asli yang telah berkembang di Indonesia dan tersebar di berbagai daerah. Untuk mendukung pelestarian dan pengembangannya, dilakukan penetapan itik asli atau itik lokal Indonesia. Penetapan sebagai ternak asli dan ternak lokal menjadi dasar penyusunan program perbibitan ternak tersebut untuk meningkatkan nilai kemanfaatannya sebagai sumber pangan hewani asal ternak.

Penetapan rumpun itik asli atau itik lokal diusulkan oleh Dinas Peternakan Provinsi atau Kabupaten sesuai dengan penyebaran itik tersebut. Jika penyebaran diwilayah Kabupaten pengusulan oleh Bupati atau Dinas Peternakan Kabupaten namun jika penyebaran lintas kabupaten, maka penyebarannya lintas kabupaten maka pengusulan oleh Gubenur atau dinas Peternakan Provinsi.

Beberapa itik asli di daerah telah ditetapkan sebagai rumpun itik asli Indonesia. Penetapan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1356/Kpts/TU.210/F/12/2013 tanggal 31 Agustus 2013. Itik lokal yang telah ditetapkan sebagai rumpun itik lokal Indonesia oleh Menteri Pertanian yaitu: itik Mojosari, Alabio, Tegal, Kerinci, Pitalah, Rambon, Bayang, Pegagan, Talang Benih, Magelang ataupun itik lokal spesifik daerah seperti : Cihateup, Turi, dan Bali. Beberapa rumpun itik asli di Indonesia lainnya yang belum memperoleh penetapan adalah itik Padjadjaran, Ratu, Rambon, Benjut, Matara, Bayang dan Damiaking (http://www.situs-peternakan.com, 2015).

Seiring dengan berjalannya waktu, tidak semua rumpun itik asli Indonesia berkembang di masyarakat. Buku ini hanya menampilkan beberapa itik asli dan itik lokal yang produksinya dikenal tinggi dan masih banyak diusahakan oleh peternak, sehingga bibit itik dari rumpun itik asli dan itik lokal tersebut masih dapat diperoleh dengan mudah di pasar atau di masyarakat.

1. Itik Magelang

Itik Magelang atau itik kalung merupakan itik asli Jawa Tengah. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No. 701/Kpts. PD. 410/2013 tanggal 13 Februari 2013, itik Magelang telah ditetapkan sebagai rumpun itik asli Indonesia (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, 2013). Itik Magelang berasal dari daerah Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Desa Sempu, Kecamatan Secang (Susanti dan Prasetyo, 2007; Dinas Peternakan dan Perikanan, 2013). Selain di Kabupaten Magelang, itik Magelang juga berkembang di Kabupaten Semarang, Temanggung dan Kota Surakarta serta kabupaten lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Akhir-akhir ini itik Magelang juga berkembang di Jawa Barat yang kemudian membentuk Itik Pajajaran yang merupakan perkawinan itik Magelang betina dengan itik Cihateup jantan. Karakteristik itik Magelang dapat ditinjau berdasarkan sifat kualitatif dan sifat kuantitatifnya. Penjelasan dari kedua sifat tersebut adalah sebagai berikut:

Page 27: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

16 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

Sifat Kualitatif Itik Magelang

Sifat kualitatif itik yang dimaksud adalah warna bulu itik dewasa dan bentuk badan. Itik Magelang sering disebut itik kalung karena mempunya ciri khusus kalung berwarna putih di leher yang tidak dipunyai oleh itik lokal yang lain. Kalung di leher sudah muncul mulai umur satu hari (Day Old Duck) dan terus berkembang hingga dewasa. Ciri kalung dileher menjadi tanda itik Magelang yang asli, sehingga beberapa penelitian menggunakan ciri kalung untuk menilai kemurnian dari suatu populasi itik Magelang (Gambar 9).

Gambar 9. Itik Magelang atau Itik Kalung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi itik Magelang kalung saat ini berkisar antara 55,5 – 68,4 % dari total populasi itik Magelang di Kabupaten Magelang. Menurut Wiluto dan Kasudi (1977) populasi itik Magelang kalung sebanyak 55,5%, sedangkan hasil penelitian Suwondo (1979) populasi itik Magelang kalung lebih banyak yaitu 66,0%, dan hasil penelitian Srigandono dan Sarengat (1990) menunjukkan bahwa populasi itik Magelang kalung sebanyak 68,4% (Tabel 1). Sedang Susanti dan Prasetyo (2007) berkesimpulan bahwa populasi itik Magelang saat ini termasuk jarang.

Tabel 1. Populasi Itik Magelang Kalung di Kabupaten Magelang

Peneliti Populasi itik kalung (%)

Wiloto dan Kasudi, (1977) 55,5

Suwondo (1979) 66,0

Srigandono dan Sarengat, (1990) 68,4

Sifat kualitatif lain dari itik Magelang adalah warna bulu penutup pada itik dewasa didominasi oleh warna kecoklatan, dengan variasi coklat muda hingga tua atau kehitaman dengan totol-totol warna hitan (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, 2013). Identifikasi warna bulu penutup pada itik Magelang

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 28: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 17

dewasa dilaporkan oleh Srigandono dan Sarengat, (1990) berdasarkan nama daerah dapat diklasifikasikan menjadi sembilan (9) jenis. Kesembilan jenis nama itik Magelang tersebut berikut perkiraan prosentase terhadap populasi yaitu: itik kalung (68,40%), Jawa (11,98%), Bosokan (4,7)%), Jarakan (3,96%), Pelikan (3,41%), Putihan (2,85%), Gambiran (2,12%), Wiroko (1,38%) dan Irengan (1,20%).

Komposisi warna bulu dari masing-masing nama tersebut berbeda-beda. Spesifikasi dari nama-nama tersebut sebagai berikut: Kalung: warna coklat muda sampai tua lehernya berkalung putih melingkar sempurna di leher. Jawa: berwarna coklat muda sampai tua, leher tidak berkalung putih. Pelikan: berwarna coklat muda sampai tua, leher terdapat warna putih tetapi tidak melingkar. Jarakan atau sering disebut babak: berwarna coklat dengan totol-totol hitam, sayap terdapat totol-totol putih. Gambiran: berwarna hitam kecoklokatan tua seragam, ujung sayap putih dan kadang-kadang kalung berwarna putih. Bosokan: berwarna hitam keclokatan mulus, paruh dan kaki berwarna kuning mulus. Putihan: berwarna putih mulus, kaki dan paruh berwarna kuning – jingga (Gambar 10) dan Irengan berwarna hitam mulus.

Itik Magelang termasuk rumpun itik asli Indonesia dengan tipe petelur yang ukuran badannya relatif lebih besar dibanding itik lokal yang lain. Bentuk badan itik Magelang jika berdiri dan berjalan adalah tegap dan tegak lurus dengan tanah. Pada itik betina bentuk badannya sedang dan tegak lurus seperti pada itik jantan (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, 2013).

Gambar 10. Itik Magelang Tidak Kalung (Putihan)

Sifat kuantitatif

Bobot badan itik jantan umur 8 minggu sebesar 946 g/ekor sedangkan pada itik betina 620 g/ekor (Susanti dan Prasetyo, 2007). Bobot badan itik Magelang yang dilaporkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang (2013) untuk itik dewasa jantan 1,8 – 2,5 kg (jantan) dan 1,5 – 2,0 kg (betina). Hasil komunikasi dengan peternak itik di Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa badan itik Magelang lebih besar dibandingkan itik lokal yang lain.

Produksi telur itik Magelang menurut laporan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang cukup tinggi, yaitu antara 200 – 300 butir/tahun, namun

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 29: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

18 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

Susanti dan Prasetyo (2007) melaporkan bahwa produksi telur itik Magelang hanya 131 butir/tahun. Srigandono dan Sarengat (1990) berdasarkan hasil penelitiannya melaporkan bahwa produksi telur itik Magelang hanya 160,9 butir /tahun. Penurunan produksi telur kemudian memang dilaporkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang (2013). Puncak produksi telur itik Magelang tinggal 55,1%, berarti sama dengan produksi normal.

Perbedaan produksi telur tersebut menunjukkan terjadinya variasi produksi telur pada itik Magelang. Produksi telur itik Magelang yang dilaporkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang merupakan potensi produksi itik Magelang, namun laporan dari Susanti dan Prasetyo (2007) maupun Srigandono dan Sarengat (1990) merupakan hasil riil berdasarkan penelitian. Data yang disampaikan oleh para peneliti tersebut mencerminkan bahwa produksi itik Magelang pada awalnya tinggi, namun saat ini produksi telurnya sudah menurun. Penurunan produksi telur diduga akibat penurunan kualitas bibit. Penurunan kualitas bibit itik Magelang akibat dari perbibitan yang belum tertangani dengan baik. Hal ini dibuktikan oleh penulis yang mendatangi penetas itik Magelang di tempat-tempat penetasan termasuk di Unit Pelaksana Teknis Penetasan milik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. Para penetas tersebut dalam melakukan penetasan belum menghasilkan bibit itik yang sesuai dengan kaidah perbibitan. misalnya belum dilakukan seleksi induk penghasil telur tetas dan belum ada catatan produksi maupun silsilah keturunan induk itik.

Tabel 2. Karakteristik Bobot Badan Itik Magelang (kg per ekor)

Klasifikasi umur itik Bobot badan itik (kg per ekor)

Sumber

Umur 8 minggu – Susanti dan Presetyo, (2007)

Jantan 0,946 –

Beting 0,620 –

Itik dewasa – Dinas Pet. Kab. Magelang (2013)

Jantan 1,8 – 2,5 –

Betina 1,5 – 2,0 –

Bobot telur pada ternak itik mempunyai arti yang penting terkait dengan selera konsumen dan harga. Konsumen telur itik menghendaki telur yang besar dengan bobot minimal 60 gram. Bobot telur itik juga berkorelasi positif dengan harga, telur yang bobotnya kurang dari 60 gram harganya akan lebih murah dibanding telur dengan bobot normal (harga turun 50%). Bobot telur hasil penelitian Susanti dan Prasetyo (2007) serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang (2013) masing-masing 69,5 gram dan antara 60 – 70 gram. Sedang bobot telur itik Magelang hasil penelitian Srigandono dan Sarengat (1990) rata-rata adalah 64,5

Page 30: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 19

gram. Perbedaan bobot telur dari berbagai penelitian ini diduga akibat umur itik penghasil telur berbeda, makin tua umur produksi makin berat telur yang dihasilkan.

Umur awal bertelur berperan penting bagi ternak itik, semakin cepat masak kelamin semakin kurang baik. Akibat itik cepat masak kelamin, maka telur yang dihasilkan berukuran kecil dan masa produksinya pendek (Hardjosworo, 1990). Sebaliknya umur masak kelamin yang lambat juga merugikan peternak karena peternak akan mengeluarkan biaya pakan sementara itik belum produksi. Masak kelamin selain dipengaruhi bangsa juga dipengaruhi pakan. Pada saat pertumbuhan sampai siap bertelur, itik dengan pakan yang berkualitas dan berlebih dalam pemberiannya maka akan cepat masak kelaminnya. Sebagian peternak mengatasi masak kelamin dini pada itik dengan cara meggembalakan itik di sawah yang habis dipanen. Penggembalaan itik di sawah juga dimaksudkan untuk menghemat biaya pakan. Umur masak kelamin pada itik Magelang yang dianjurkan berkisar antara 5 – 6 bulan.

Masa produksi itik Magelang dalam satu siklus produksi (peneluran) dilaporkan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Magelang (2013) berkisar antara 9 – 10 bulan. Masa produksi hasil penelitian ini tentunya yang ideal, mengingat di tingkat peternak saat ini masa produksi itik Magelang lebih pendek, yaitu ada yang hanya 3 bulan produksi sudah mulai rontok bulu (disampaikan langsung oleh peternak di Desa Ambarketawang, Kecamatan Mungkid pada saat pelatihan budidaya itik Magelang tanggal 10 September 2013). Masa produksi dipengaruhi oleh perlakuan pakan maupun kualitas bibit. Pakan yang berubah–ubah kualitias maupun jenisnya, akan berpengaruh negatif terhadap masa produksi. Bibit yang kualitasnya jelek, masa produksinya akan pendek. Untuk mengatasi permasalahan masa produksi yang pendek yang diakibatkan oleh bibit diperlukan seleksi.

Tabel 3. Produksi dan Bobot Telur Itik Magelang

Parameter Susanti dan Presetyo (2007)

Dinas Pet. Kab. Magelang (2013)

Rata – rata produksi telur (butir/tahun/ekor)

131 200 – 300

Puncak produksi (%) 55,1 55.1

Bobot telur (g) 69,5 60 - 70

Umur dewasa kelamin (bulan) - 5 - 6

Lama masa produksi (bulan) - 9 - 10

Page 31: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

20 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

2. Itik Tegal (Anas platyrhynchos javanicus)

Itik Tegal merupakan salah satu rumpun itik asli di Indonesia yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 2922/Kpts/OT.140/6/2011 pada tanggal 17 Juni 2011 (Gambar 11). Itik Tegal berasal dari Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah dan mempunyai hubungan darah yang dekat dengan itik Khaki Campbell, yaitu keturunan itik pedaging Rouen dan itik Indian Runner (Watanabe, 1961). Hal ini memperkuat alasan itik Tegal dimasukkan dalam bangsa Indian Runner (Tanabe et al, 1984 dan Barlet, 1984).

Itik Tegal merupakan salah satu itik asli paling banyak diminati peternak. Penyebaran itik Tegal meliputi wilayah Pantai Utara Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi, Lampung, Aceh dan Papua (Subiharta et al, 2001). Melihat penyebarannya yang begitu luas, maka Susanti dan Prasetyo (2007) menggolongkan itik Tegal kedalam itik asli yang populasinya masih banyak. Kepopuleran itik Tegal mendorong majalah Poultry Sience di Amerika untuk secara khusus mengulas dan menampilkannya sebagai itik petelur yang baik (komunikasi lansung dengan dengan Bapak Sri Gandono, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro tahun 2003). Itik Tegal juga banyak digunakan sebagai materi penelitian dan digunakan sebagai standar produksi itik lokal di Indonesia.

Gambar 11. Itik Tegal

Sifat Kualitatif

Sifat kualitatif yang dimaksudkan adalah warna bulu penutup itik dewasa dan bentuk badan. Sarengat (1982) membedakan itik Tegal dewasa menjadi sembilan (9) jenis berdasarkan warna bulu penutup. Sembilan jenis itik Tegal dan prosentase setiap warna bulu penutup terhadap populasi itik Tegal adalah sebagai berikut: Itik Branjanagan (56,73%), Lemahan (22,47%), Jarakan (10,40%), Putihan (3,36%), Jalen (2,01%), Blorong (1,46%), Jambul (1,29%), Pudak (1,16%), dan Irengan (1,10%). Sementara itu Samosir membedakan warna bulu itik Tegal menjadi 3, yaitu Branjangan, Jarakan dan kombinasinya. Menurut Suwondo (1979) warna bulu penutup itik berkorelasi positif dengan produksi telur. Produksi telur tertinggi pada

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 32: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 21

itik Tegal berdasarkan warna bulu adalah berwarna Branjangan diikuti warna Lemahan dan Jarakan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila itik Tegal yang paling banyak ditemukan di lapangan dan disenangi peternak adalah Branjangan, Lemahan dan Jarakan.

Sarengat (1982) memberi penjelasan terhadap warna bulu penutup itik Tegal sebagai berikut. Branjangan: berwarna putih kotor kecoklatan, dengan totol coklat agak tua yang jelas. Lemahan: berwarna coklat muda keabu-abuan, dengan totol-totol coklat yang tidak jelas. Jarakan: berwarna coklat muda dengan totol-totol hitam yang tidak jelas. Blorong: coklat kehitaman dengan kalung putih yang tidak sempurna, Jalen: warna putih mulus dengan wara paruh dan kaki kehijauan. Putihan: putih mulus dengan warna kaki dan paruh kuning jingga. Pudak: warna putih dengan warna kaki dan paruh berwara hitam kecoklatan diujung terdapat warna putih. Irengan: berwarna hitam mulus dan Jambul: berwarna hitam mulus di kepala terdapat jambul.

Sifat Kuantitatif

Sifat kuantitatif itik Tegal berdasarkan penelitian Subiharta et al (2000) yang meliputi bobot badan, umur awal bertelur, bobot telur dan produksi telur telah dilaporkan, sebagaimana diuraikan di bawah ini:

Itik Tegal betina(gram):

- DOD (day old duck) : 35,86 ± 1,89 gram/ekor - Bobot badan umur 8 minggu :923,23 ± 87,28 gram/ekor - Umur awal bertelur : 162,6 ± 7,09 hari - Bobot badan awal bertelur :1456,9 ± 56,21 gram/ekor - Bobot telur awal : 50,18 ± 3,44 gram/butir - Produksi telur 3 bulan : 52,86 ± 9,31 persen

Perbedaan antara itik Tegal dengan itik lokal yang lain adalah waktu masak kelaminyang lebih dini. Laporan Hetzel (1981) menunjukkan masak kelamin itik Tegal adalah 132 hari, 11 hari lebih cepat dibandingkan masak kelamin itik Alabio yang mencapai 143 hari. Umur masak kelamin dini merupakan sifat genetik yang menguntungkan dan dapat dipakai untuk perbaikan genetik itik yang umur masak kelaminnya lambat. Efek negatif dari umur masak kelamin dini antara lain adalah telur yang dihasilkan berukuran lebih kecil dengan masa produksi pendek (Hardjosworo, 1990). Bobot telur penting artinya pada ternak itik, karena terkait dengan pemenuhan selera konsumen dan harga.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa produksi telur itik Tegal asli bisa mencapai 87,11% (Chavez dan Lasmini, 1978), artinya dalam seratus ekor itik rata-rata yang berproduksi ada sebanyak 87 ekor itik (duck day production). Namun demikian, semakin hari produksi telur itik Tegal semakin menurun. Setelah kurun waktu 10 tahun, produksi telur itik Tegal turun menjadi 77,80% dan bahkan terus menurun hingga produksi telur berkisar antara 43,07 – 43,80% (Subiharta et al, 1998, Sri Gandono dan Sarengat, 1990). Penurunan produksi telur itik Tegal juga disampaikan oleh para peternak di Kabupaten Brebes maupun ketua Gapoknak ternak itik Tegal (komunikasi langsung, 2013) yang menyatakan produksi telur itik

Page 33: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

22 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

Tegal pada tahun 1970 – 1980 bisa mencapai 70 – 80%, namun pada saat ini produksi telurnya kurang dari 50%.

Untuk mendapatkan itik Tegal dengan produksi telur tinggi, peternak dapat melakukan seleksi secara berkala. Seleksi dapat mengembalikan produksi telur itik Tegal sesuai dengan potensi aslinya(Sri Gandono dan Sunarti, 2001). Walaupun seleksi berdasarkan genetik lebih direkomendasikan karena pengaruhnya lebih lama (Hardjosworo et al, 2001), peternak juga dapat melakukan seleksi itik dengan cara sederhana. Seleksi dapat dimulai pada saat pembelian (itik dara) hingga pada masa produksi. Seleksi itik dara pada saat pembelian dilakukan dengan cara memilih itik berdasarkan warna bulu dan bentuk badan yang mendekati itik Tegal aslinya. Seleksi pada saat produksi dilakukan dengan cara mengeluarkan itik Tegal yang rontok bulunya lebih cepat.

Tabel 4. Produksi Telur Itik Tegal dari Beberapa Hasil Penelitian

Peneliti Produksi (butir) Produksi (%)

Chavez dan Lasmini, 1978 318 87,11

Raharjo, 1988 284 77.80

Sri Gandono dan Sarengat, 1990 159,9 43,80

Subiharta et al, 1998 157,20 43,07

3. Itik Mojosari(Anas. Spc)

Itik Mojosari merupakan itik asli yang berasal dari Jawa Timur, tepatnya dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu itik Mojosari juga sering disebut dengan itik Modopuro. Itik Mojosari menyebar di Provinsi Jawa Timur dan sebagian lagi di Jawa Barat. Mengingat penyebarannya yang luas Susanti dan Prasetyo ( 2007) menggolongkan populasi itik Mojosari ini menjadi golongan yang cukup banyak.

Sifat Kuantitatif

Berdasarkan warna bulu itik Mojosari dibagi dua yaitu warna bulu coklat kemerahan dan putih. Populasi warna bulu coklat lebih banyak dibanding warna bulu putih. Pada itik Mojosari putih, paruh dan kakinya berwarna kuning.

Pada itik Mojosari dengan bulu coklat kemerahan, itik jantan dicirikan dengan warna bulu coklat kehitaman dengan beberapa helai bulu ekor melengkung keatas. Warna paruh dan kaki itik Mojosari betina adalah hitam. Sedangkan warna kehitaman pada paruh dan kaki itik Mojosari yang jantan lebih gelap (Gambar 12).

Page 34: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 23

Gambar 12. Itik Mojosari

Sifat Kuantitatif

Sifat kuantitatif itik Mojosari yang meliputi bobot badan dan produksi telur. Bobot badan itik Mojosari dengan bulu coklat berdasarkan laporan penelitian Susanti dan Prasetyo (2007) sebagai berikut:

Itik Mojosari betina (gram per ekor):

- Bobot DOD : 45,1 ± 4,2 - Bobot badan umur 8 minggu : 981,3 ± 171,4 - Bobot badan umur 18 minggu : 1510,2 ± 126,9

Itik Mojosari jantan (gram per ekor):

- Bobot DOD : 45,5 ± 4,4 - Bobot badan umur 8 minggu : 1061,3 ± 296,4 - Bobot badan umur 18 minggu : 1638,0 ± 196,3

Berdasarkan berbagai laporan, produksi telur itik Mojosari bervariasi. Prasetyo dan Susanti (2007) melaporkan produksi telur itik Mojosari pada umur 6 bulan adalah 118,3 ± 43,2 butir/ekor dan produksi selama 12 bulan mencapai 238 butir/ekor. Sedangkan menurut H. Nawi, seorang pelaku usaha itik Mojosari, melaporkan bahwa produksi telur itik Mojosari berkisar antara 230 – 250 butir/ekor/tahun. Sarengat (1990) melaporkan itik Mojosari berproduksi 24 butir dalam enam minggu atau 208 butir per tahun.

Variasi produksi telur itik Mojosari berdasarkan berbagai laporan di atas menunjukkan belum seragamnya kualitas itik Mojosari. Seperti halnya dengan itik lokal yang lain, variasi produksi pada itik Mojosari disebabkan oleh belum adanya perbibitan khusus sehingga kualitas bibit yang dihasilkan belum/tidak seragam. Itik Mojosari dikenal sebagai itik lokal petelur yang baik.

Sum

ber:

Pras

etyo

et a

l, 20

10

Page 35: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

24 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

4. Itik Alabio (Anas plathyrynchos borneo).

Itik Alabio berasal dari Kalimantan tepatnya berasal dari Desa Mamar, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan (Susanti dan Prasetyo., 2007). Berdasarkan sejarahnya, itik Alabio merupakan perkawinan antara itik asli Kalimantan dengan itik Pekin (Gambar 13). Itik Alabio ditetapkan sebagai plasmanutfah itik lokal Kalimantan (Purba et al., 2005) dan dikenal mempunyai keunggulan produksi telurnya tinggi (Biyatmoko., 2005; Suparyanto., 2005 dan Hamndan et al., 2010). Tingginya produksi telur itik Alabio dilaporkan oleh Abrani dan Rahmatullah (2011). Pada pemeliharaan intensif, produksi telur itik Alabio bisa mencapai 91 persen. Itik Alabio merupakan salah satu itik lokal yang banyak diminati oleh peternak, dibuktikan dengan penyebaran itik Alabio yang luas. Selain di Kalimantan, itik Alabio juga menyebar di Pulau Sumatra dan sebagian Pulau Jawa. Populasi itik Alabio saat ini relatif banyak (Susanti dan Prasetyo, 2007).

Sifat kualitatif

Itik Alabio secara umum berwarna coklat agak kelabu dengan bercak hitam di seluruh badan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa warna bulu pada itik Alabio jantan dan betina didominasi oleh warna coklat keabuan, hijau kebiruan, putih keabuan, abu-abu hitam dan hitam (Gambar 14). Warna itik Alabio jantan hitam polos dan yang betina berwarna coklat totol-totol. Itik Alabio jantan maupun betina memiliki warna bulu kerlip bulu perak pada bagian leher, punggung dada dan ekor serta warna kebiruan mengkilap pada bagian sayap. Warna paruh, kaki dan shank adalah kuning gading pucat sampai kuning gading tua (Suryana et al, 2011)

Sifat kuantitatif

Sifat kuantitatif itik Alabio meliputi karakterisitik bobot badan dan karakteristik produksi telur. Bobot badan itik Alabio dari laporan Susanti dan Prasetyo (2007) sebagai berikut:

Itik Alabio betina (gram per gram): - Bobot umur 1 hari (Day Old Duck/DOD): 41,06 ± 3,98 - Bobot badan umur 8 minggu : 981,2 ± 188,8 - Bobot badan umur 18 minggu : 1516,6 ± 130,1

Itik Alabio jantan (gram per gram): - Bobot DOD : 41.32 ± 3.64 - Bobot badan umur 8 minggu : 1032,9 ± 187,64 - Bobot badan umur 18 minggu : 1588,6 ± 155,43

Karakteristik produksi telur itik Alabio (Susanti dan Prasetyo, 2007) adalah sebagai berikut:

- Umur pertama kali bertelur : 177 ± 26,2 hari - Bobot telur pertama : 58,4 ± 6,0 g/butir - Bobot badan pertama bertelur : 1693,8 ± 152,1 g/ekor - Produksi telur 6 bulan : 128 ± o,8 butir/ekor - Produksi telur 12 bulan : 248,8 ± 0,7 butir/ekor

Page 36: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 25

Gambar 13. Itik Pekin (Itik Potong) sebagai Salah Satu Tetua Itik Alabio

Gambar 14. Itik Alabio

5. Itik Bali (Anas. Spc)

Itik Bali belum jelas asal-usulnya dan diperkirakan semula berasal dari Pulau Lombok hingga sering disebut juga itik Lombok. Kelebihan itik Bali dapat tahan diberbagai ekosistem sehingga dapat hidup diberbagai wilayah di Indonesia. Kondisi tubuhnya mirip dengan itik Tegal kecuali leher tampak lebih pendek. Warna bulu sangat bervariasi, ada yang berwarna putih bersih, coklat merah dengan campuran hitam dengan bintik-bintik putih dan sebagian besar memiliki jambul diatas kepala (Setioko et al., 1985). (Gambar 15). Warna bulu Itik Bali seperti jerami kering disebut juga warna bulu sumi yang sangat disukai oleh para petani setempat karena menghasilkan telur yang sangat banyak. Produksi telur Itik Bali adalah 39,8-45,2 butir per 28 minggu (Palguna et al., 1976), Bobot badan Itik Bali betina pada umur sepuluh minggu adalah 1.169,5-1.278,3 gram (Supardjata et al., 1977).Khusus untuk itik Bali warna kulit telur putih, dan ini tidak disenangi oleh sebagian konsumen telur itik sehingga harga jual telur itik tersebut lebih murah dibanding telur yang kulit telurnya berwarna biru muda.

Sum

ber:

Pras

etyo

et a

l, 20

10,

http

s://b

ebek

udot

me.

wor

dpre

ss.c

om, 2

015

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 37: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

26 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

Gambar 15. Itik Bali Jambul dan Telur Itik Bali

6. Bangsa itik hasil persilangan

a. Itik Mojosari – Alabio (MA)

Persilangan antar itik lokal dimaksudkan untuk meningkatkan produksi telur. Harapannya ternak produksi telur hasil persilangan akan lebih baik dibandingkan dengan tetuanya. Penelitian persilangan antara itik Mojosari dengan itik Alabio atau sebaliknya telah dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Persilangan ini menghasilkan dua galur, yaitu:

1. AM merupakan hasil persilangan Alabio jantan dengan Mojosari betina, dan

2. MA merupakan hasil persilangan antara Mojosari jantan dengan Alabio betina (Gambar 16)

Gambar 16. Itik Mojosari - Alabio (MA)

Hasil persilangan antara kedua bangsa itik tersebut produksi telurnya cukup tinggi. Selama tiga (3) bulan pertama, produksi telur itik MA ternyata lebih tinggi yaitu sebanyak 74,22 butir sedangkan itik AM produksi telurnya sebanyak 61,47

Sum

ber:

http

s://b

ebek

udot

me.

w

ordp

ress

.com

, 201

5

Sum

ber:

Pras

etyo

et a

l, 20

10

Page 38: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 27

butir. Produksi telur hasil persilangan itik MA ini lebih tinggi dibandingkan produksi telur tetuanya yang masing – masing mencapai 66,14 butir untuk itik Alabio dan dan 66,76 butir untuk itik Mojosari. Seleksi lanjutan dilakukan pada kedua tetua(itik Mojosari dan itik Alabio) yang kemudian disilangkan untuk menghasilkan itik hibrida lokal yang dikembangkan sebagai bibit niaga itik petelur, yaitu itik MA (Prasetyo et al, 2005). Untuk diketahui karena telur yang dihasilkan merupakan hasil persilangan atau itik hibrida, maka telur yang dihasilkan hanya diperuntukkan sebagai telur konsumsi, tidak untuk ditetaskan.

b. Itik Padjajaran

Itik Padjajaran merupakan persilangan antara itik betina Magelang dengan itik jantan Cihateup. Itik Cihateup berasal dari Desa Rajamandala, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Persilangan kedua itik tersebut dilakukan oleh peternak di Desa Padjajaran, Kabupaten Bandung, sehingga itik hasil persilangan diberi nama itik Padjajaran (Gambar 17). Persilangan dimaksudkan untuk meningkatkan produksi telur dengan mengambil kelebihan itik Cihateup yang masih berproduksi walaupun sedang rontok bulu (Ciri-ciri itik padjajaran, 2015)

Itik Padjajaran mempunyai keunggulan berupa karakternya yang jinak, terlihat tenang, tingkat stres yang rendah serta produksi telur yang stabil. Produksi telur itik Padjajaran antara 270 – 310 butir/tahun/ekor, bobot telur antara 60 – 70 gram dan bobot badan betina antara 1,2 – 1,3 kg/ekor (Ciri-ciri itik padjajaran, 2015)

Gambar 17.Itik Pajajaran

Menurut deskripsi, badan itik Padjadjaran lebih kecil dibandingkan tetuanya.

Bobot badan itik yang rendah menunjukkan pakan yang diperlukan lebih sedikit yang berarti lebih efisien dalam memanfaatkan pakan dan biaya pakannya juga lebih sedikit. Perlu diketahui bahwa bahwa biaya pakan itik bisa mencapai 70 – 80 % dari

Sum

ber:

Ciri

-ciri

Itik

Pad

jaja

ran,

201

5

Page 39: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

28 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

biaya operasional. Informasi itik Padjajaran masih sedikit termasuk informasi apakah itik tersebut termasuk itik hibrida lokal.

D. Teknik Pemilihan Bibit Itik

Setelah mengetahui karakteristik berbagai rumpun itik asli dan itik lokal, maka tahap selanjutnya adalah memilih itik yang akan dipelihara. Penting untuk diketahui bahwa sampai saat ini lembaga perbibitan itik yang utuh belum berkembang secara mantap. Lembaga perbibitan yang dimaksud adalah usaha perbibitan milik pemerintah atau swasta yang telah mengikuti kaidah perbibitan. Kaidah perbibitan meliputi teknik produksi telur induk penghasil telur tetas, umur induk penghasil telur tetas, dan kualitas telur tetas. Selama proses penetasan. para penetas saling bekerjasama dan melakukan pemisahan induk jantan dan betina dengan benar. Induk penghasil telur tetas diseleksi secara kontinyu untuk memilih induk yang produksi telurnya tinggi dan berasal dari satu rumpun itik asli atau itik lokal yang jelas untuk menjaga kemurniannya.

Saat ini yang sudah berkembang baru lembaga penetasan. Akan tetapi, asal induk dari telur yang ditetaskan tidak diketahui asal-usul dan kualitas produksi telurnya. Pasokan telur tetas juga tidak bisa kontinyu karena belum ada peternak yang khusus menghasilkan telur tetas, sehingga produksi anak itik jumlahnya terbatas.

Beberapa catatan di bawah ini dapat digunakan sebagai patokan dalam memilih bibit itik yang baik agar dihasilkan produksi telur yang tinggi:

Pilih rumpun itik asli atau itik lokal yang produksi telurnya tinggi,

Mengingat di Indonesia belum ada perbibitan itik asli dan itik lokal, maka pilih rumpun itik yang populasinya masih tinggi atau banyak seperti itik Tegal yang berasal dari Jawa Tengah atau itik Alabio dari Kalimantan, sehingga peluang untuk mendapatkan itik yang produksinya tinggi lebih besar.

Setelah menentukan rumpun itik, tahap selanjutnya adalah menentukan umur itik yang akan dipelihara, yaitu apakah akan memulai memelihara itik dari kecil umur 1 hari (day old duck/DOD) atau mulai itik dara.

Jika memulai usaha itik dari umur 1 hari, maka pilih penetas yang skala penetasannya banyak sehingga ada kesempatan untuk memilih itik yang seragam umurnya dan seragam bangsanya,

Apabila usaha akan dimulai dengan memelihara itik siap telur (bayah), maka dipilih itik yang umurnya sama. Sebagai pedoman, ada beberapa ciri itik muda yang membedakannya dengan itik yang sudah tua. Ciri tersebut adalah pada itik muda tulang dada dan Os pubis masih lunak atau lentur sedang pada itik dewasa tulang tersebut sudah keras. Paruh pada itik muda lebih sempit dibandingkan paruh itik dewasa (Hardjosworo dan Rukmiasih, 1999).

Page 40: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 29

Untuk mendapatkan itik yang produksinya tinggi perlu dilakukan seleksi. Karena belum ada catatan tentang produksi telur, maka seleksi dilakukan dengan melihat bentuk luar. Pada peternak pemula, seleksi bisa dilakukan dengan meminta bantuan dari peternak yang telah terbiasa memelihara itik. Seleksi yang paling sederhana adalah dengan memilih itik sesuai dengan warna bulu asli sesuai karakter rumpun itik yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian, itik yang memiliki warna bulu sesuai bangsa aslinya mempunyai tingkat produksi lebih tinggi (Suwondo, 1979). Misalnya, pilih itik yang berkalung untuk itik Magelang, itik warna Branjangan untukitik Tegal, itik Mojosari yang warnanya coklat kemerahan, sedangkan pada itik Alabio dipilih itik yang mempunyai warna bulu agak kelabu dan seluruh badannya ada bercak hitamnya.

Dalam memelihara itik, usahakan pemeliharaan itik dalam satu rumpun. Apabila memelihara beberapa rumpun itik, pemeliharaan masing-masing rumpun itik dilakukan secara terpisah. Misalnya jangan mencampur itik Tegal dengan itik Mojosari.

Pilih itik yang produksi telurnya diterima pasar. Pasar telur itik di Jawa menghendaki telur yang warna kulitnya (kerabang) biru muda (Gambar 18). Telur itik yang warna kulit telurnya putih (itik Bali) harganya lebih murah.

Gambar 18. Telur Itik Warna Kerabangnya Biru Muda

E. Sifat Khusus Ternak Itik

1. Sifat penggelisah

Itik merupakan ternak unggas yang dibudidayakan dengan tujuan utama produksi telur, walaupaun pada akhir-akhir ini telah diusahakan itik pedaging sejalan dengan diterimanya daging itik oleh konsumen. Itik lokal yang berkembang di Indonesia sebagai itik petelur, sedang itik afkir atau itik jantan dimanfaatkan untuk diambil dagingnya.

Ada sifat khusus pada ternak itik yang tidak dipunyai oleh ternak unggas yang lain, yaitu sifat penggelisah dan tidak mengerami telurnya setelah mengalami domestikasi. Sifat penggelisah berkaitan erat dengan produksi telur. Oleh karenanya selama masa produksi, itik harus berada di lingkungan tenang. Jika terjadi kegaduhan selama masa produksi, maka akan terjadi penurunan produksi telur. Pada

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 41: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

30 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

pemeliharaan itik secara terkurung, masalah tersebut dapat diatasi dengan menempatkan kandang pada lokasi yang jauh dari keramaian sehingga itik dapat berproduksi dengan tenang. Sedangkan hilangnya sifat mengeram pada ternak itik setelah mengalami domestikasi, dapat diatasi dengan mengeramkan telur untuk mendapatkan anak itik dengan menggunakan bantuan ternak unggas lain atau mesin tetas.

2. Rontok bulu (Moulting)

Rontok bulu merupakan satu proses biologis yang dialami oleh ternak itik. Namun demikian rontok bulu juga dapat disebabkan oleh terjadinya kekurangan gizi atau serangan kutu. Rontok bulu secara alami terjadi karena akan tumbuhnya bulu yang baru. Rontok bulu dibedakan menjadi dua, yaitu: fase pertumbuhan dan pada fase produksi telur.

Rontok bulu fase pertumbuhan.

Pada masa pertumbuhan, itik akan mengalami rontok bulu 4 kali, yaitu pada umur satu minggu, dua bulan, empat bulan dan menjelang bertelur. Pada fase pertumbuhan, itik dengan asupan pakan yang cukup kandungan nutrisinya akan mengalami rontok bulu secara rutin sesuai dengan umurnya.

Rontok bulu fase produksi telur.

Pada fase bertelur itik mengalami rontok bulu. Disamping disebabkan oleh sifat alami dan asupan nutrisi pakan maupun bentuk pakan, masa rontok bulu juga dipengaruhi oleh kualitas bibit itik. Oleh karena itu pada fase bertelur masa rontok bulu itik tidak bersamaan atau berbeda antar individu itik (Gambar 19). Pada masa bertelur sebelum rontok bulu dimulai dengan penurunan produksi telur. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk menghindari rontok bulu yang tidak bersamaan, yaitu:

1. Pilih bibit itik yang berkualitas agar tidak cepat rontok bulu

2. Dalam pemeliharaan usahakan itik petelur umurnya sama, agar rontok bulunya juga bersamaan

3. Kandungan nutrisi pakan itik disesuaikan dengan kebutuhan serta hindari mengubah komposisi dan jenis bahan, bentuk, cara pemberian, serta waktu pemberian pakan.

4. Kalau terjadi rontok bulu yang tidak bersamaan, amati itik yang rontok bulunya cepat. Itik tersebut perlu segera dikeluarkan, karena masa bertelurnya pendek dan produsi telurnya rendah.

5. Pada saat rontok bulu itik berhenti bertelur. Untuk efisiensi, berikan pakan hanya 50% dari kebutuhan

6. Induk itik yang berkualitas mulai rontok bulu pada bulan produksi ke-12.

Page 42: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 31

Gambar 19. Fase Itik Rontok Bulu (Bulu Itik Lepas Berserakan di Lantai Kandang - kiri), dan Fase Itik tidak Rontok Bulu (Lantai Kandang Bersih

dari Bulu - kanan)

Pada usaha ternak itik skala besar, apabila dalam satu kelompok itik betina yang sedang bertelur sebagian besar sudah mulai terjadi rontok bulu, maka perlu dilakukan upaya untuk menyeragamkan rontok bulu. Rontok bulu paksa dapat dilakukan dengan metoda puasa seperti berikut ini:

Tabel 5. Cara Perontokan Bulu Secara Paksa

Hari ke- Pakan Air 1 Puasa Puasa 2 60 gram/ekor Ad-libitium 3 Puasa Puasa 4 60 gram/ekor Ad-libitium 5 Puasa Puasa 6 60 gram/ekor Ad-libitium 7 Puasa Puasa 8 80% gram/ekor dari kebutuhan Ad-libitium 9 Ad-libitium Ad-libitium

3. Pemberian Air Minum

Air mutlak diperlukan untuk menunjang kehidupan seluruh jenis ternak, karena air merupakan salah satu gizi yang penting. Sebagai contoh, ayam tanpa air akan menderita dan lebih cepat mati dibanding tanpa pakan. Tubuh ayam mengandung 58% air dan telur mengandung 66% air (Esmail, 1996 dalam Prasetyo et al, 2010). Hal ini menunjukkan pentingnya nilai air bagi ternak.

Pada pemeliharaan itik yang dilepas, maka itik akan mencari makan di selokan, parit atau sawah. Pada saat mencari pakan, itik sekaligus mendapatkan air minum. Air berfungsi sebagai sumber mineral yang diperlukan oleh itik. Mineral yang penting antara lain adalah Na, Mg dan Sulfur.

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 43: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

32 Rumpun Itik Asli dan Itik Lokal Indonesia

Mutu air sangat penting bagi ternak itik. Namun demikian mutu air sering diabaikan oleh peternak. Air minum selain penting karena mengandung mineral yang diperlukan oleh itik, mutu air juga menetukan kesehatan itik. Untuk itu mutu air perlu diperhatikan, khususnya pada pemerliharaan itik secara terkurung. Air minum itik harus bersih .Jika diukur, keasamannya perlu diusahakan agar mendekati netral atau dengan pH antara 5 – 7. Air juga tidak berbau, tidak asin dan tidak mengandung racun. Jumlah kebutuhan air untuk unggas termasuk ternak itik diperkirakan 2 kali dari kebutuhan pakan/ekor/hari (Prasetyo et al, 2010). Untuk memudahkan dalam perhitungan kecukupan air minum, sebaiknya air disediakan secara cukup, jangan sampai berlebih karena dapat menyebabkan litter menjadi cepat basah (Gambar 20).

Gambar 20. TempatkanAir Minum di Luar Kandang (kiri) atau Atur Air Minum agar Terus Mengalir sehingga Airnya Bersih (kanan)

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 44: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 33

BAB III

BUDIDAYA TERNAK ITIK

Page 45: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

34 Budidaya Ternak Itik

Page 46: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 35

udidaya atau penerapan teknik pemeliharaan menjadi salah satu bagian yang penting dalam usaha ternak itik, selain bibit dan pakan. Budidaya itik dibedakan berdasarkan umur atau status fisiologisnya yaitu periode anak (starter), periode pertumbuhan atau itik muda (grower) dan periode bertelur

(layer) (Gambar 21).

Gambar 21. Anak Itik/Starter (kiri), Bulu Sayap pada Itik Muda/Grower Belum Tumbuh (Tengah) dan Itik Dewasa Petelur/Layer (kanan)

A.Budidaya Ternak Itik Periode Starter (0 – 8 Minggu)

Pemeliharaan itik pada periode starter paling rawan kematian. Tingkat kematian anak itik tinggi karena daya tahan dan kepekaan anak itik terhadap lingkungan masih rendah. Oleh karena itu lingkungan pemeliharaan anak itik perlu disesuaikan dengan kebutuhan hidupnya. Dua hal yang perlu diperhatikan pada periode ini adalah pakan dan kandang.

Pemeliharaan anak itik (Day Old Duck/DOD) dilakukan dalam kandang indukan (brooder) (Gambar 22). Dalam satu kandang dipelihara anak itik satu bangsa dengan umur sama. Kandang indukan dilengkapi pemanas selama 4 minggu yang dihidupkan sepanjang hari. Setelah anak itik berumur 4 minggu, pemanas hanya dihidupkan pada malam hari saja. Untuk mengetahui apakah pemanas sudah cukup atau masih kurang, bisa dilihat dari pola bergerombolnya anak itik di sekitar lampu/pemanas (Gambar 23). Jika anak itik bergerombol di sekitar lampu pemanas, artinya pemanas masih kurang kuat dan harus ditambah. Penambahan pemanas dapat dilakukan dengan menambah jumlah lampu atau mengganti lampu dengan daya (watt) lebih besar. Sebaliknya jika anak itik menjauhi lampu, berarti lampu terlalu panas. Pemanas yang cukup ditandai dengan anak itik yang menyebar, tetapi bukan menjauhi lampu/pemanas.

Pakan dan minum itik disediakan sesuai dengan kebutuhan dan terus tersedia di kandang. Penggantian alas kandang dilakukan jika alas kandang sudah basah terkena percikan air minum atau terlalu banyak kotoran.

B Su

mbe

r : K

olek

siPr

ibad

i

Page 47: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

36 Budidaya Ternak Itik

Gambar 22.Kandang Indukan Dilengkapi dengan Pemanas

Gambar 23. Kondisi Kandang Kurang Pemanasan Kurang, Cukup, dan Terlalu Panas

Sum

ber :

Pra

sety

o et

al,

2010

Sum

ber :

kol

eksi

Prib

adi

Page 48: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 37

B. Budidaya Ternak Itik Periode Grower (9 – 20 Minggu)

Pemeliharaan itik pada periode pertumbuhan memerlukan perhatian khusus mengingat periode ini merupakan periode untuk menyiapkan itik sebagai produsen telur. Ada 2 hal penting yang diperhatikan yaitu: bangsa itik dan berat badan akhir pertumbuhan itik (dara). Pemilihan itik dilakukan berdasarkan sejarahnya, yaitu itik yang produksi telurnya tinggi dan populasi itik yang akan dibeli masih banyak sehingga pada saat pembelian bisa dilakukan pemilihan itik yang umurnya seragam dan warna bulunya sesuai dengan warna asli bangsanya (Gambar 24).

Hasil penelitian Suwondo (1979) menunjukkan terdapat korelasi positif antara warna bulu dengan produksi telur. Itik yang mempunyai warna bulu sesuai warna bulu aslinya, produksi telurnya lebih tinggi (lihat BAB II tentang bangsa-bangsa itik). Hal kedua yang penting diperhatikan pada itik periode pertumbuhan adalah menjaga agar itik tidak cepat tumbuh. Sebagai batasan, sampai akhir periode pertumbuhan bobot badan itik tidak boleh melebihi 1,6 kg (Prasetyo et al, 2010). Pembatasan bobot badan itik penting untuk menjaga agar itik tidak terlalu cepat berproduksi. Kecepatan pertumbuhan itik dapat dijaga dengan mengurangi jumlah pakan atau menggembalakan itik di sawah yang habis dipanen.

Pada periode pertumbuhan itik dipelihara dalam kandang kelompok. Jumlah itik dalam kelompok dibatasi maksimal 50 ekor untuk menghindari terjadinya perebutan pakan dan kejadian saling bertubrukan bila itik terkejut. Ingat bahwa itik sangat peka terhadap kegaduhan. Untuk menjaga kesehatan itik, maka alas kandang (litter) perlu diganti jika sudah basah. Untuk menghindari litter cepat basah maka air minum diletakkan di luar kandang. Tempat air minum dibuat dangkal sehingga mudah dibersihkan. Kedalaman tempat minum dibuat sebatas itik bisa memasukkan kepala ke tempat minum. Air minum perlu diganti setiap akan dilakukan pemberian pakan. Air minum perlu dijaga agar selalu tersedia. Air ini berguna untuk minum dan membasahi tubuh untuk menjaga suhu tubuh.

Gambar 24. Itik Tegal Fase Pertumbuhan dalam Kelompok Satu Bangsa Itik

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 49: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

38 Budidaya Ternak Itik

C. Budidaya Ternak Itik Periode Layer (> 20 Minggu)

Pada periode layer atau periode bertelur, perlu diusahakan agar itik selalu nyaman sehingga dapat berproduksi. Hal ini disebabkan itik peka terhadap lingkungan yang gaduh. Itik yang sedang berada pada periode ini produksi telurnya akan turun apabila kenyamanannya terganggu. Agar itik merasa nyaman, diperlukan kandang yang sesuai dengan lingkungan untuk berproduksi.

Kandang yang disarankan adalah kandang kelompok semi intensif dengan luas kandang tertutup 1/3 bagian dan untuk umbaran 2/3 bagian. Kandang berlantai semen yang diatasnya dilapisi campuran pasir, kapur dan ditutup dengan kulit padi atau sekam (litter). Litter dibersihkan atau diganti jika basah atau kotorannya sudah menumpuk. Di dalam kandang disediakan tempat bertelur yang letaknya mudah dijangkau sehingga tidak banyak mengganggu ketenangan itik dalam pengambilan telur.

Kelengkapan kandang berupa tempat pakan dan minum ditempatkan di luar kandang (tempat umbaran) agar litter tidak cepat basah. Tempat minum dibuat dangkal agar mudah dalam pembersihan. Seperti pada periode itik sebelumnya, tempat minum berfungsi untuk menampung air minum dan tempat itik membasahi kepala atau mandi untuk mempertahankan suhu tubuh. Akan lebih baik apabila air tersedia dalam jumlah yang cukup, dibuat tempat minum yang airnya mengalir sehingga air minum selalu bersih. Kandang perlu dilengkapi dengan lampu kecil untuk menjaga ketenangan itik. Mengingat itik mudah stres oleh kegaduhan, maka perlu disediakan obat anti stres yang diberikan pada saat itik stres.

Ternak itik mempunyai karakter yang berbeda dengan ternak unggas yang lain. Ternak itik tidak mengerami telurnya tapi mengalami rontok bulu (moulting). Pada saat rontok bulu, itik akan berhenti memproduksi telur. Oleh karena itu seleksi juga dapat dilakukan pada itik yang masa produksinya pendek. Sebagai patokan, masa produksi telur yang ideal adalah 12 bulan. Itik yang masa produksi telurnya lebih pendek dan sering mengalami rontok bulu perlu dikeluarkan (diafkir). Saat ini di lapangan ditemui itik yang sudah mengalami rontok bulu setelah masa produksi hanya 3 – 5 bulan. Itik seperti ini perlu diafkir (lihat BAB penanggulangan rontok bulu) karena itik yang sering rontok bulu produksi telurnya rendah. Selama masa rontok bulu, pemberian pakan dibatasi untuk mengurangi biaya pakan.

D. Seleksi Itik

Pemeliharaan itik pada periode bertelur menjadi penting mengingat tujuan utama pemeliharaan itik adalah untuk menghasilkan telur. Perlu diketahui pada itik lokal saat ini belum ada lembaga perbibitan itik yang sudah mengikuti kaidah perbibitan sehingga anak itik yang dihasilkan variasi produksi telurnya tinggi. Artinya itik lokal yang produksi telurnya tinggi bercampur dengan itik lokal yang produksi telurnya rendah.

Page 50: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 39

Apabila pemeliharaan kedua kelompok tingkat produksi itik tersebut dicampur, peternak dapat merugi. Peternak merugi karena ternak itik yang produksinya tinggi akan membiayai pakan itik yang produksinya rendah. Salah satu jalan keluar untuk memisahkan itik yang produksinya tinggi dengan itik yang produksinya rendah adalah dengan melakukan seleksi (Hardjosworo, 1990, Sri Gandono dan Sunarti, 2001). Hardjosworo et al (2001) menyarankan seleksi dilakukan dengan pendekatan genetis (produksi telur) karena seleksi dengan pendekatan genetis efeknya lebih lama. Beberapa hasil penelitian menunjukkan seleksi dapat meningkatkan produksi telur. Gunawan et al (1995) melaporkan seleksi pada itik Alabio meningkatkan produksi telur sebesar 6,17% dan meningkatkan efisiensi pakan sebesar 0,63%. Subiharta et al (2003) melaporkan hasil seleksi itik Tegal sampai generasi 4 dapat meningkatkan produksi telur hingga 26,98 %, yaitu dari 43,07 ± 17,93 menjadi 70,50 ± 10,01 %. Ada beberapa cara seleksi yang dilakukan untuk meningkatkan produksi telur, yaitu seleksi berdasarkan bentuk luar (eksterior) dan seleksi yang terkait dengan genetik. Penjelasan cara seleksi sebagai berikut:

1. Seleksi berdasarkan eksterior

Cara seleksi pada ternak itik berdasarkan ekterior yaitu seleksi dengan melihat bentuk tubuh dan warna bulu penutup pada itik dewasa. Untuk dapat melakukan seleksi secara eksterior dengan melihat bentuk tubuh dan warna bulu penutup diperlukan pengalaman. Biasanya setiap daerah mempunyai tokoh peternak yang terbiasa atau mampu melakukan seleksi. Oleh karena itu peternak yang belum berpengalaman dalam melakukan seleksi, dapat meminta bantuan atau menggunakan jasa dari peternak yang sudah terbiasa melakukan seleksi.

Cara seleksi berdasarkan eksterior dilakukan dengan melihat bentuk tubuh sesuai bangsa itik yang dipelihara. Seleksi eksterior dilakukan pada itik dara (bayah) atau yang sedang bertelur. Itik yang dipilih oleh peternak itik Tegal di Pantai Utara Jawa berdasarkan seleksi eksterior adalah bulu halus, tipis dan rapat, leher panjang, badan ramping (tidak gemuk), paruh lebar, kedua sayap rapat ke badan dan jalan tegak (komunikasi langsung dengan ketua Gapoknak itik di Kabupaten Tegal, 2013). Setioko et.al (1994) melaporkan bahwa kelompok itik Tegal warna siranu atau warna khaki (coklat muda) produksi telurnya paling tinggi dibandingkan dengan itik warna lain. Warna siranu merupakan warna asli bulu penutup pada itik Tegal. Sedang dasar seleksi pada itik Alabio yang dilakukan oleh peternak di Hulu Sungai Tengah adalah: paruh panjang berwarna kuning atau pucat, leher panjang dan bulu hitam merupakan petelur yang baik (Setioko dan Istiana, 1997). Seleksi berdasarkan eksterior pengaruhnya tidak lama karena tidak terkait dengan genetik. Kelebihan dari seleksi ekterior adalah biaya proses seleksi yang murah dan cepat.

Seleksi secara eksterior yang bisa dilakukan oleh peternak pada umumnya adalah dengan melihat bulu penutup pada itik dara (bayah) atau itik dewasa. Seleksi dengan melihat bulu penutup disesuaikan dengan bangsanya. Seleksi berdasarkan warna bulu penutup bisa dilihat pada karakteristik bulu penutup pada masing-masing bangsa (BAB II Bangsa-bangsa Itik).

Page 51: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

40 Budidaya Ternak Itik

2. Seleksi berdasarkan produksi telur (genetik)

Berikut diuraikan cara seleksi berdasarkan produksi telur. Berdasarkan hasil penelitiannya Subiharta et.al (2003) menyarankan agar seleksi dilakukan berdasarkan produksi telur. Untuk itu itik siap telur (umur 4 – 4,5 bulan) dimasukkan ke dalam kandang individu (baterei) (Gambar 25). Produksi telur dari setiap individu itik dicatat setiap hari selama 2 – 3 bulan masa produksi. Dipilih itik yang produksi telurnya diatas 50%, pertimbangannya usaha itik petelur dengan produksi telur harus diatas 50% untuk mendapatkan keuntungan.

Tahap selanjutnya setelah mendapatkan itik hasil seleksi, maka itik yang produksinya tinggi (diatas 50%) dipisahkan dengan itik yang produksi telurnya kurang dari 50%. Itik yang produksinya tinggi kemudian dipelihara dalam kandang kelompok sedangkan itik yang produksinya kurang dari 50% dijual sebagai itik potong. Hasil penjualan itik afkir dapat dibelikan lagi dengan itik siap telur untuk mengganti itik yang produksinya rendah. Itik yang baru dibeli dilakukan seleksi dengan cara yang sama. Dengan cara seleksi ini diharapkan produksi telur itiknya dapat diatas 50%. Seleksi secara genetik berdasarkan hasil penelitian Subiharta et.al (2003) pada itik Tegal sampai generasi 5 (lima) produksi telurnya mencapai 70% atau sesuai dengan produksi telur aslinya.

Gambar 25. Seleksi Itik Berdasarkan Produksi Telur secara Individu

3. Seleksi dengan cara kandang kelompok

Seleksi dapat dilakukan dengan mengkombinasikan seleksi secara berkelompok dan individu. Pada model seleksi seperti ini, itik ditempatkan dalam kandang kelompok yang diisi dengan 6 – 8 ekor setiap kelompok. Tiap kelompok itik kemudian diamati produksi telurnya setiap hari (Gambar 26). Kelompok itik yang produksinya diatas 50% atau 3 – 4 butir per kelompok dipertahankan dan kelompok itik yang produksi telurnya kurang dari 50% dilakukan seleksi lebih lanjut. Pengamatan produksi dilakukan selama 3 – 4 bulan. Kelompok itik yang produksi telurnya kurang dari 50% dilakukan seleksi secara individu dalam kandang individu (baterei). Selanjutnya itik yang produksinya rendah dikeluarkan (afkir) dan

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 52: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 41

itik yang produksi telurnya tinggi dicampur dengan itik yang produksi telurnya tinggi dalam kandang kelompok.

Gambar 26. Seleksi itik dengan teknik kandang kelompok

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 53: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

42 Budidaya Ternak Itik

Page 54: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 43

BAB IV

PAKAN TERNAK ITIK

Page 55: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

44 Pakan Ternak Itik

Page 56: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 45

ernak itik memerlukan pakan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas untuk dapat berproduksi secara maksimal. Pemilihan bahan pakan yang berkualitas dan murah sangat penting karena komponen biaya terbesar dalam usaha peternakan itik adalah biaya pakan. Proporsi biaya untuk pakan itik dapat

mencapai 70 – 80 persen dari total biaya operasional (Sabrani et. al, 1985).

A. Bahan Pakan dan Kandungan Nutrisi

Selama ini sebagian besar bahan pakan unggas masih harus diimpor dan bersaing dengan kebutuhan pangan manusia, misalnya adalah jagung. Kondisi ini mendorong mendesaknya pengembangan bahan pakan alternatif. Salah satunya adalah pemanfaatan limbah industri maupun limbah pertanian sebagai bahan pakan alternatif (Gambar 27).

Perlu diingat bahwa kandungan nutrisi pada setiap jenis bahan pakan berbeda. Mengingat tingginya variasi kandungan nutrisi bahan pakan, maka informasi tentang kandungan nutrisi suatu bahan pakan menjadi sangat penting sebelum bahan-bahan tersebut disusun menjadi ransum itik. Peternak perlu memperhatikan untuk tidak hanya menggunakan satu jenis bahan pakan saja apabila pakan tersebut akandiberikan kepada ternak itik yang dipelihara secara intensif.

Tabel 6. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Lokal

Bahan pakan lokal EM PK SK Ca P Metionin Lisin

(Kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

Dedak padi 2400 12.0 13.82 0.20 1.00 0.25 0.45

Menir 2660 10.2 1.57 0.09 0.12 0.17 0.30

Jagung 3300 8.5 3.78 0.02 0.30 0.18 0.20

Tepung singkong 3200 2.0 3.81 0.33 0.40 0.01 0.07

Bungkil kelapa 1410 18.6 13.39 0.14 0.67 0.30 0.55

Bungkil kedelai 2240 44.0 8.62 0.32 0.67 0.50 2.60

Tepung ikan 2960 55.0 5.66 5.30 2.85 1.79 5.07

Tepung keong 2700 44.0 7.81 0.69 0.43 0.89 7.72

Tepung daun singkong 1160 21.0 30.92 0.98 0.52 0.36 1.33

Tepung daun lamtoro 850 23.4 11.95 0.60 0.10 0.31 1.55

Tetes 3047 2.5 0 1.42 0.02 0 0

Kapur 0 0 0 38 0 0 0

Minyak kelapa 8600 0 - - - - -

T

Page 57: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

46 Pakan Ternak Itik

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu bahan pakan pun yang kandungan nutrisinya sempurna dan dapat mencukupi kebutuhan nutrisi itik. Tabel 6 menunjukkan kandungan nutrisi dari beberapa bahan pakan lokal yang bisa digunakan sebagai bahan penyususun ransum itik.

Gambar 27. Bahan Pakan Lokal Itik yang Banyak Digunakan oleh Peternak

Jagung Giling Dedak Padi/Bekatul Nasi Aking (Kering)

Ikan Rucah Segar Limbah Ikan Segar (Tulang Dan Kepala)

Jagung Pipilan Kacang Hijau

B. Kadar Air Bahan Pakan Itik

Selain kandungan nutrisi bahan pakan, perlu pula diperhatikan kadar air bahan pakan. Bahan pakan yang kandungan air terlalu tinggi akan cepat rusak karena akan segera ditumbuhi oleh jamur. Agar bahan pakan aman selama penyimpanan,

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 58: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 47

dianjurkan kadar air bahan tidak lebih dari 10 %. Aspergillus flavus adalah jamur yang dapat tumbuh pada bekatul, jagung, dan bungkil kedelai dengan kadar air tinggi (Gambar 28). Jamur ini memproduksi racun aflatoksin. Racun aflatoksin dari jamur ini dapat merusak hati yang mengakibatkan kematian ternak (Hetzel et al., 1981). Bertambahnya kandungan air dalam bahan pakan juga akan menurunkan kadar bahan kering yang berarti akan menurunkan kandungan nutrisi yang terkandung dalam bahan kering tersebut (protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral).

Gambar 28. Jagung Kena Jamur Aspergillus Flavus (Kiri) dan yang Tidak Kena Jamur (Kanan).

C. Batasan Penggunaan Bahan Pakan

Terdapat beberapa faktor pembatas dalam penggunaan bahan pakan ternak itik. Faktor pembatas ini menyebabkan bahan pakan tidak bisa digunakan sebanyak jumlah permintaan atau keinginan. Faktor pembatas dalam penggunaan bahan pakan ternak itik antara lain kandungan serat yang terlalu tinggi (bekatul), kandungan zat anti nutrisi (keong) dan mahalnya bahan pakan (tepung ikan). Selain itu, ada alasan tertentu sehingga suatu bahan pakan dibatasi jumlahnya. Seperti misalnya bungkil kelapa. Bahan pakanini jarang digunakan sebab adanya kekhawatiran bahwa bahan ditumbuhi oleh jamur Aspergillus flavus yang dapat memproduksi racun aflatoksin yang tinggi dan berbahaya bagi kesehatan dan produktivitas itik (Ketaren, 2002).

Penyusunan ransum, selain perlu memperhatikan faktor pembatas juga perlu memperhatikan kandungan nutris. Perlu diupayakan agar kandungan bahan menjadi lengkap atau saling melengkapi, serta bahan tersedia sepanjang tahun. Pada saat menyusun ransum, formulasi sebaiknya terdiri dari berbagai ragam bahan pakan. Pemberian pakan satu jenis sebaiknya dihindari, makin beragam jenis pakan makin baik, karena dengan beragamnya bahan pakan maka kandungan gizinya semakin lengkap. Proporsi salah satu bahan pakan dengan komposisi yang terlalu banyak dapat berpengaruh negatif terhadap ternak. Pengaruh negatif tersebut bisa terjadi karena bahan pakan dapat mengandung zat anti-nutrisi.

Penggunaan suatu bahan pakan juga perlu dibatasi penggunaannya. Penggunaan berbagai bahan pakan diperlukan agar kandungan nutrisi menjadi

Sum

ber:h

ttp://

ww

w.

alla

bout

feed

.net

/, 20

15

Page 59: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

48 Pakan Ternak Itik

lengkap atau saling melengkapi. Komposisi pakan unggas perlu disusun dari berbagai bahan sehingga kandungan nutrisinya bisa saling melengkapi dan seimbang. Keseimbangan terutama diperlukan antara bahan pakan sebagai sumber protein, bahan pakan sumber energi, serta bahan pakan sumber mineral dan vitamin. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa itik, sebagaimana halnya dengan unggas lainnya memiliki keterbatasan dalam mencerna serat. Kadar serat kasar dalam ransum yang diperbolehkan berkisar antara 5 – 7%. Berikut batasan penggunaan bahan pakan pada ternak itik.

Tabel 7. Bahan Pakan Lokal dan Batas Maksimal Penggunaan dalam Ramsum Ternak Itik

Sumber protein Batas

penggunaan (%)

Sumber energi Batas

penggunaan (%)

Sumber vitamin dan mineral *)

Bungkil kelapa 30 Dedak padi 75 Premix

Bungkil kedelai 30 Jagung 60 Tepung kapur

Tepung keong 20 Menir 40 Tepung tulang

Tepung daun lamtoro

12 Tepung singkong

30 Tepung kerang

Tepung ikan 7 Cangkang sagu 25 –

Cangkan udang 30 Tetes 2 –

Bungkil inti sawit 20 – – –

Bekicot rebus 5 – – –

Bekicot segar 15 – – –

Sumber : Puslitbangnak, 1990.

*) Penggunaannya sedikit, hanya sebagai bahan pelengkap

D. Standar Kebutuhan Nutrisi Itik

Kebutuhan nutrisi yang tepat untuk itik lokal masih terus dicari, mengingat produktivitas itik lokal bervariasi dan kandungan nutrisi yang tinggi berimplikasi pada mahalnya biaya pakan yang mungkin tidak sebanding dengan produktivitas ternaknya. Oleh karena itu dalam menyusun ransum itik perlu dipertimbangkan kandungan nutrisi, harga ransum, dan produktivitas itik.

Ada enam (6) macam kandungan nutrisi utama yang harus diperhatikan dalam menyusun ransum itik petelur. Kandungan nutrisi tersebut adalah: protein, energi, mineral Calsium (Ca), Pospat (P), Methionine dan Lysine (Sinurat, 1994).

Page 60: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 49

Kandungan nutisi itik petelur dari umur starter, grower dan layermenurut Hardjosworo et al (2001) disajikan pada Tabel 8berikut. Tabel 8. Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur

Uraian Starter (0–8 minggu)

Grower

(9 – 20 minggu) Layer

(> 20 minggu)

Protein (%) 17 - 20 15 - 18 17 - 19

EM (Kkal/kg) 3.100 2.700 2.700

Ca (%) 0,6 – 1,0 0,6 – 1,0 2,9 – 3,25

P (%) 0,6 0,46 0,6

Methionine (%) 0,37 0,29 0,37

Lysine (%) 1,25 0,74 1,05 Sumber : Hardjosworo et al (2001)

E. Penyusunan Ransum Itik

Setelah diketahui bahan penyusun pakan dan kandungan nutrisinya, batasan penggunaan pakan serta standar kebutuhan gizi ternak itik, maka tahap selanjutnya adalah menyusun ransum. Beberapa hal berikut perlu diperhatikan dalam menyusun ransum itik:

Dalam pemilihan bahan pakan itik, perlu diperhatikan bahan pakan lokal atau limbah yang tersedia sepanjang tahun, murah, mudah didapat, tidak asin, tidak menggumpal, tidak berjamur, tidak mengandung racun dan kandungan zat anti nutrisinya rendah, palatable dan tidak berbahaya bagi kesehatan ternak (Ketaren, 2001).

Agar warna kuning telur bagus (kuning kemerahan), maka formula pakan itik petelur perlu menggunakan banyak bahan yang mengandung karetenoid tinggi. Bahan pakan yang mengandung karetenoid tinggi misalnya adalah Corn Gluten Meal, tepung limbah udang, dan tepung daun (Suci, 2013).

Penyusun ransum pakan diusahakan tetap dan tidak sering diubah, baik jenis, bentuk maupun kandungan nutrisinya. Hal ini disebabkan itik sangat peka terhadap perubahan pakan. Apabila perubahan penggunaan bahan pakan terpaksa dilakukan, perubahan dilakukan secara bertahap yaitu dimulai dari sedikit dan terus bertambah/naik sesuai kebutuhan. Yang penting untuk diingat dalam mengubah pakan adalah kandungan nutrisinya harus dijaga tetap sama, baik sebelum maupun setelah dilakukan perubahan.

Page 61: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

50 Pakan Ternak Itik

Dalam menyusun ransum, disarankan untuk menggunakan bahan pakan yang kandungan airnya kurang dari 10 %. Bahan dengan kandungan air tinggi berpotensi rentan terhadap jamur Aspegilus flavus penghasil racun aflatoksin(Sutikno et al, 1993).

Penyusunan ransum/pakan perlu disesuaikan dengan umur itik, yaitu pakan untuk anak itik (starter), itik muda (grower) dan itik dewasa (layer).

F.Teknik Penyusunan Ransum

Pakan yang cukup kandungan nutrisinya sangat penting untuk diperhatikan dalam usaha ternak itik, tentu saja selain pemilihan bibit itik yang baik. Oleh karena itu penting untuk mempelajari cara menyusun formula pakan dengan mempertimbangkan kandungan nutrisi dan bahan yang digunakan. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam penyusunan formula pakan, yaitu dengan menggunakan segiempat person (square pearson method) dan trial and error (coba – coba) (Suci, 2013, Hadjosworo dan Rukmiasih, 1999 dan Sudrajad dan Subiharta, 2013).

1. Segiempat Pearson (Square Pearson Method)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, salah satu hal penting untuk menyusun ransum adalah memilih bahan pakan yang tersedia disekitar tempat usaha sepanjang tahun serta kandungan nutrisinya lengkap. Salah satu bahan pakan tersebut adalah konsentrat. Konsentrat merupakan bahan pakan dengan kandungan proteintinggi. Dalam menyusun ransum, konsentrat tersebut harus dicampur dengan bahan pakan lain yang mengandung energi. Salah satu bahan pakan yang selalu tersedia dalam jumlah yang cukup adalah jagung atau bekatul. Berikut diuraikan cara menyusun ransumdengan dua dan empat bahan pakan dengan metode segiempat pearson

a. Penyusunan ransum dengan dua (2) bahan pakan

Langkah-langkah formulasi pakan dengan duajenis bahan pakan, yaitu konsentrat dan jagung menurut metode segiempat pearson adalah sebagai berikut:

1) Buat segi empat dan tarik garis diagonal yang menghubungkan dua sudut yang saling berhadapan:

2) Tentukan batasan kandungan protein dalam pakan.

Contoh:

Untuk itik petelur umur lebih dari 20 minggu (Layer) maka kandungan proteinnya sebesar 18 %. Tulis kebutuhan protein dalam kotak potongan diagonal.

Page 62: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 51

18

3) Tuliskan disebelah kiri kandungan protein konsentrat dan jagung. Kandungan protein konsentrat 30 % dan kandungan protein jagung 8 %. Perhatian: Salah satu kandungan protein yang tgertulis dikiri sebagai bahan penyusun ransum harus lebih tinggi dan lebih rendah. Konsentrat: 36

18

Jagung : 8

4) Hitung selisih antara masing – masing angka yang tertera di masing – masing sudut kiri dengan angka yang ditengah, lalu tuliskan hasil selisih perghitungan disebelah kanan. Perhatian: pengurangan dilakukan dengan cara mengurangi angka yang nilainya besar dengan angka yang lebih kecil. Hasil pengurangan merupakan bagian dari campuran bukan menunjukkan kandungan protein. Konsentrat : 36 10 = 10 bagian konsentrat

18

Jagung : 8 18 = 18 bagian jagung

5) Jumlahkan angka – angka yang tertera di sudut sebelah kanan

Konsentrat : 36 10 = 10 bagian konsentrat

Jagung : 8 18 = 18 bagian jagung

Jumlah = 28bagian campuran konsentrat dan jagung

6) Jika ingin membuat campuran pakan 100 kg, maka perhitungannya:

(10/28 X 100 kg) konsentrat = 35,71 kg

(18/28 X 100 kg) jagung = 64,29 kg

Total = 100 kg

Page 63: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

52 Pakan Ternak Itik

7) Kebenaran perhitungan tersebut dapat dibuktikan seperti di bawah ini:

Dalam 35,71 kg konsentrat mengandung 35,71 X 36 % protein = 12,86 %

Dalam 64,29 kg jagung mengandung 64,29 X 8 % = 5,14 % Jadi dalam campuran pakan 35,71 kg konsentrat dan 64,29 kg

jagung mengandung 12,86 % dan 5,14 % protein, atau dalam 100 kg campuran terdapat 18 % protein

8) Pembuatan campuran antara konsentrat dengan bekatul atau bahan pakan yang lain sama caranya dengan perhitungan diatas. Untuk perhitungan campuran konsentrat dengan bekatul kandungan protein bekatul diganti 11 %.

b. Penyususan ransum dengan empat bahan pakan

Langkah-langkah formulasi pakan dengan empat jenis bahan pakan, yaitu dedak padi, nasi aking tepung ikan dan keong cacah dengan metode segiempat pearson adalah sebagai berikut:

1) Tentukan terlebih dahulu batasan kandungan protein dalam pakan. Contoh = untuk itik petelur umur lebih dari 20 minggu (Layer) maka

kandungan proteinnya sebesar 18 %.

2) Tentukan bahan pakan yang akan digunakan, terdiri dari bahan pakan sumber protein (kandungan protein kasar/PK diatas 20 %) dan bahan pakan sumber energi (kandungan PK dibawah 20 %). Dari keempat bahan pakan yang digunakan, maka: Sumber energi : Dedak padi (kandungan Protein 12 %)

Nasi aking/kering (kandungan Protein 10.2 %) Sumber protein: Tepung ikan (kandungan Protein 55 %)

Keong cacah (kandungan Protein 52 %) 3) Buatlah perbandingan komposisi masing-masing bahan pakan, misalnya:

- perbandingan dedak dan nasi aking adalah 2 : 2 - Perbandingan tepung ikan dan keong adalah 3 : 1

Maka perhitungannya dedak padi : nasi aking 2 : 2 Jadi 2 x 12 = 24 : 2 x 10.2 = 20.4 1 bagian campuran = (24 + 20.4) / (2 + 2) = 44.4 / 4 = 11.1

tepung ikan : keong cacah

3 : 1

Jadi 3 x 55 = 165 : 1 x 52 = 52 1 bagian campuran = (165 + 52) / (3 + 1) = 217 / 4 = 54.3

Page 64: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 53

4) Siapkan segi empat Pearson, dan isikan besar kandungan protein sesuai contoh gambar berikut :

Hitung SELISIHnya:

Campuran tepung ikan 54.3 6.9 bagian protein

dan keong cacah

18

Campuran dedak dan nasi aking 11.1 36.3 bagian energi

Keterangan :Bagian protein diperoleh dari 18 – 11.1 = 6.9 Bagian energi diperoleh dari 54.3 – 18 = 36.3

5) Jumlahkan bagian protein dan bagian energi, sebagai berikut:

6.9 + 36.3 = 43.2

6) Apabila akan membuat 100 Kg pakan, maka perhitungannya sebagai berikut:

Bagian protein= (6.9 / 43.2) x 100 Kg = 15.97 Kg = 16 Kg

Bagian energi= (36.3 / 43.2) x 100 Kg = 84.03 Kg = 84 Kg

7) Hitung masing-masing kebutuhan bahan pakan, sebagai berikut:

Tepung ikan = (3 / 4) x 16 Kg = 12 Kg Keong cacah = (1 / 4) x 16 Kg = 4 Kg Dedak pad i = (2 / 4) x 84 Kg = 42 Kg Nasi aking = (2 / 4) x 84 Kg = 42 Kg Total = 100 kg

c. Metode Trial and Error (coba-coba)

Dalam metode ini, penyesuaian bahan pakan dilakukan dengan cara mengurangkan dan menambahkan jumlah masing-masing bahan pakan yang akan digunakan hingga sesuai dengan yang dikehendaki. Langkah-langkah formulasi pakan menurut metode ini adalah sebagai berikut:

1) Siapkan tabel seperti tabel berikut untuk memudahkan proses perhitungan.

Page 65: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

54 Pakan Ternak Itik

Tabel 9. Contoh Tabel Susunan Ransum Dengan Perhitungan Coba - Coba

Bahan pakan Perkiraan banyaknya bahan pakan PK (%) EM

(kkal/kg)

...

...

...

Jumlah

Dikehendaki

2) Pilihlah bahan-bahan pakan yang akan digunakan. Pakan yang digunakan harus terdiri dari campuran sumber protein dan sumber energi. Contoh: jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dan tepung ikan.

3) Tentukan kandungan nutrisi yang dikehendaki. Contoh: protein 20% dan energi 2900 kkal/kg.

4) Tentukan banyaknya bahan pakan yang akan digunakan. Contoh: jumlah pakan yang akan dibuat 100 Kg dengan komposisi bahan pakan sebagai berikut:

- Jagung : 50 Kg - Dedak : 20 Kg - Bungkil kelapa : 5 Kg - Bungkil kedelai : 10 Kg - Tepung ikan : 15 Kg

5) Tentukan kandungan protein dan energi bahan pakan dengan cara mengalikan jumlah bahan pakan dengan kandungan nutrisinya, lalu jumlahkan kandungan protein dan energi dari seluruh bahan pakan.

Tabel 10. Contoh Susunan Ransum Itik Dengan Metode Coba – Coba.

Bahan pakan Perkiraan banyaknya

bahan pakan PK (%) EM (kkal/kg)

Jagung Dedak Bungkil kedelai Bungkil kelapa Tepung ikan

50 20 10 5 15

(50/100) x 8.5 = 4.25 0.2 x 12 = 2.4 0.1 x 44 = 4.4

0.05 x 18.6 = 0.93 0.15 x 55 = 8.25

0.5 x 3300 = 1650 0.2 x 2400 = 480 0.1 x 2240 = 224

0.05 x 1410 = 70.5 0.15 x 2960 = 444

Jumlah 100 20.23 2868.5

Dikehendaki 20 2900

6) Perhatikan bahwa kandungan protein dalam campuran adalah 20.23 % yang seharusnya/yang dikehendaki adalah 20 %. Sehingga perlu dilakukan beberapa

Page 66: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 55

perubahan pada jumlah masing-masing bahan pakan hingga kandungan protein mendekati angka 20%.

Tabel 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan Metode Coba-Coba

Bahan pakan Perkiraan banyaknya

bahan pakan PK (%) EM (kkal/kg)

Jagung Dedak Bungkil kedelai Bungkil kelapa Tepung ikan

46 24 16 4 10

(46/100) x 8.5 = 3.91 0.24 x 12 = 2.88 0.16 x 44 = 7.04

0.04 x 18.6 = 0.74 0.1 x 55 = 5.5

0.46 x 3300 = 1518 0.24 x 2400 = 576

0.16 x 2240 = 358.4 0.04 x 1410 = 56.4 0.1 x 2960 = 296

Jumlah 100 20.23 2804.8

Dikehendaki 20 2900

7) Perhatikan juga bahwa kandungan energi dalam campuran juga belum sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila jumlah protein sudah mendekati kebutuhan, tetapi energi masih kurang maka dapat ditambahkan minyak kelapa. Kandungan protein dan energi minyak kelapa berturut-turut adalah 0 % dan 8600 kkal/kg.

Tabel 12. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Energi dengan Metode Coba-Coba

Bahan pakan Perkiraan banyaknya

bahan pakan PK (%) EM (kkal/kg)

Jagung Dedak Bungkil kedelai Bungkil kelapa Tepung ikan Minyak kelapa

44 22 18 4 9 3

(44/100) x 8.5 = 3.74 0.22 x 12 = 2.64 0.18 x 44 = 7.92

0.04 x 18.6 = 0.74 0.09 x 55 = 4.95

0.03 x 0 = 0

0.44 x 3300 = 1452 0.22 x 2400 = 528

0.18 x 2240 = 403.2 0.04 x 1410 = 56.4 0.09 x 2960 = 266.4 0.03 x 8600 = 258

Jumlah 100 19.99 = 20 2964

Dikehendaki 20 2900

Page 67: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

56 Pakan Ternak Itik

G. Jumlah Pemberian Pakan

Setelah ransum itik disusun, tahap selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah jumlah pemberian pakan. Jumlah pemberian dan kandungan nutrisi pakan itik disesuaikan dengan umurnya. Karena itik terkurung, maka kebutuhan nutrisi sangat tergantung pada pakan yang diberikan. Berikut ini disajikan kebutuhan itik dari berbagai umur.

Tabel 13. Kebutuhan Pakan Itik Sesuai Dengan Umur

Uraian Umur Kebutuhan pakan

Starter (anak) 1 hari – 1 minggu 1 – 2 minggu 2 – 3 minggu 3 – 4 minggu 4 – 5 minggu 5 – 6 minggu 6 – 7 minggu 7 – 8 minggu

15 (gr/ekor/hari) 41 67 93 108 115 115 120

(total = 4,5 kg/ekor) Grower (dara) 8 – 9 minggu

9 – 15 minggu 15 – 20 minggu

130 (gr/ekor/hari)

145 150

(total = 12,5 kg/ekor)

Layer (petelur) 20 minggu 160 – 180 (gr/ekor/hari) Sumber: Prasetyo et al, 2010

1. Pemberian pakan itik dengan sistem pemeliharaan terkurung

Cara pemberian pakan

Cara pemberian pakan yang benar perlu diperhatikan karena sangat penting dalam usaha ternak itik. Hal ini terkait dengan adanya dua bentuk pakan itik, yaitu tepung (mash) dan butiran (crumble). Kedua bentuk pakan tersebut berbeda cara pemberiannya. Pakan dalam bentuk tepung, diberikan dengan cara dicampur dengan air, sehingga diberikan dalam keadaan basah. Pencampuran dilakukan karena iitik mengalami kesulitan dalam pengambilan pakan dalam bentuk tepung karena bentuk paruhnya yang lebar dan berigi. Jika pakan bentuk tepung dipaksakan diberikan dalam keadaan kering, akan terjadi kehilangan pakan antara 20 – 30 persen. Untuk pakan dengan bentuk butiran, bisa diberikan dalam bentuk kering. Itik akan dengan mudah mengambil pakan dalam bentuk butiran tersebut.

Page 68: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 57

Jumlah pemberian pakan itik

Jumlah pemberian pakan terkait dengan umur itik, masa bertelur dan biaya pakan. Penjelasan dari jumlah pemberian pakan itik sebagai berikut:

Umur 1 hari – 4 minggu : jumlah pemberian pakan dapat dilakukan dengan bebas sesuai kebutuhan. Pada umur ini itik memerlukan nutrisi dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan.

Umur 5 – 16 minggu : jumlah pemberian pakan dibatasi. Tujuan pembatasan pemberian pakan dimaksudkan agar itik tidak terlalu cepat tumbuh dan mulai bertelur pada umur muda. Bila itik cepat bertelur, maka telur yang dihasilkan kecil-kecil dan masa produksi pendek. Salah satu cara untuk mengetahui apakah jumlah pemberian pakan berlebih, adalah dengan menimbang bobot badan saat pertumbuhan. Walaupun patokan bobot badan maksimal itik berbeda untuk setiap bangsa itik, bobot badan maksimal pada itik siap bertelur yang dapat digunakan sebagai patokan adalah 1,6 kg. Pengurangan jumlah pakan dilakukan dengan memberikan hanya 80 – 90 persen dari kebutuhan atau dengan cara menggembalakan itik di sawah yang habis dipanen. Itik dapat digembalakan mulai umur 1 – 4 bulan, setelah itu itik dipelihara secara intensif dengan pakan yang cukup.

Umur lebih 16 minggu itik diberi pakan bebas sesuai dengan kebutuhan karena pakan dipakai untuk persiapan dan produksi telur. Pembatasan pakan akan mengakibatkan terjadinya penurunan produksi telur.

2. Pemberian pakan pada itik gembala/pangon

Pemeliharaan itik dapat dilakukan secara intensif atau ekstensif. Pada sistem ekstensif, itik dipelihara dengan sistem gembala (angon). Sistem pemeliharaan gembala terutama ditemui di Pulau Jawa. Itik digembala di tempat penggembalaan berupa lahan sawah yang baru saja/telah dipanen. Itik juga dapat digembala di pinggir sungai. Tujuan dari penggembalaan adalah untuk menghemat biaya, mengingat biaya pakan itik yang mahal.

Perlu diingat bahwa itik gembala produksi telurnya tidak bisa setinggi pada sistem pemeliharaan intesif. Produksi telur itik gembala dalam setahun hanya 22,5 % atau 82 butir/ekor/tahun (Setioko et al, 1985). Hal ini disebabkan pakan yang tersedia dan dikonsumsi oleh itik gembala sangat tergantung pada lahan gembalaan. Setioko et al (1985) melaporkan hasil penelitiannya yaitu pembedahan tembolok pada itik yang digembalakan di sawah yang habis dipanen di Kabupaten Cianjur menunjukkan 77,2% isi tembolok adalah padi yang merupakan sumber energi (Tabel 14).

Untuk mengatasi kekurangan pakan pada itik gembala diperlukan tambahan pakan dan penambahan pakan (jumlah dan jenisnya) disesuaikan dengan lahan gembalaan. Pada penggembalaan itik di lahan sawah yang habis dipanen (Gambar 29 kiri) itik diberi pakan tambahan antara 30 – 40 % dari kebutuhan, sementara itik yang digembalakan di sungai (Gambar 29 kanan) diberikan tambahan pakan

Page 69: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

58 Pakan Ternak Itik

sebanyak 60 – 70 %. Tambahan pakan diperlukan mengingat pakan yang ada disepanjang sungai sangat terbatas. Penambahan pakan disesuaikan dengan jenisnya, penambahan tepung ikan sebagai pakan bisa menaikkan produksi hingga 12,4 %. Pemberian jagung sebagai pakan tambahan dapat meningkatkan produksi telur itik gembala sebesar 6,7%, sementara bekatul dan nasi aking dapat meningkatkan produksi sebesar 4,8 %.

Tabel 14. Komposisi Isi Tembolok Itik di Kabupaten Cianjur (%)

Jenis bahan pakan Persen (%)

Padi 77,2

Keong sawah 17,4

Serangga 1,0

Rumput sawah 0,5

Katak kecil 0,2

Remis 0,1

Bahan tidak dikenal 3,6 Sumber: Setioko et al, 1985

Gambar 29. Itik di Gembala di Sawah yang Habis Dipanen (kiri) dan di Sungai (kanan)

3. Tingkah laku makan itik

Tingkah laku makan itik penting untuk diketahui oleh peternak, khususnya terkait dengan jumlah pakan yang tersisa. Ada 2 hal penting yang terkait dengan tingkah laku makan itik, yaitu waktu yang diperlukan itik untuk makan serta letak tempat pakan dan tempat minum.

Waktu makan itik

Biaya pakan itik dalam usaha peternakan itik sangat besar, yaitu antara 70 - 80 persen dari biaya operasional. Oleh karena itu penggunaan pakan diupayakan dapat

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 70: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Itik Petelur Asli Indonesia 59

dilakukan seefisien mungkin (Ketaren, 2002). Mengetahui tingkah laku makan itik dengan demikian menjadi sangat penting.

Berdasarkan hasil pengamatan, pada satu kali periode makan itik makan dalam waktu tertentu. Waktu makan itik hanya berlangsung sekitar 15 menit. Setelah itu, itik akan berhenti untuk makan. Itik tidak mau makan sisa pakan yang diberikan, karena sisa pakan menjadi asam. Sisa pakan juga sangat rentan terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus yang menyebabkan tumbuhnya racun aflatoksin. Itik sangat paka terhadap jenis racun tersebut. Disamping itu pakan yang tidak habis akan mengundang lalat yang dapat mendatangkan penyakit.

Untuk menghindari banyaknya jumlah pakan yang tersisa, perlu diperhatikan jumlah pakan yang diberikan. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah itik yang diusahakan dan diperkirakan akan habis dimakan dalam waktu 15 menit. Untuk itu disarankan pemberian pakan dilakukan sedikit-sedikit dan dalam sehari pakan diberikan sebanyak 2 – 3 kali atau lebih.Tempat pakan juga perlu disediakan dalam jumlah yang cukup agar itik dapat makan dengan leluasa tanpa harus berebut.

Letak tempat pakan dan minum

Mengingat karakteristik itik dan tingkah laku makannya, letak tempat makan dan minum itik perlu diperhatikan. Letak tempat makan dan minum perlu disesuaikan dengan sifat makan itik. Setelah makan itik akan segera minum untuk mendorong makanan masuk kedalam perut. Untuk itu letak tempat pakan dan minum harus berdekatan sehingga jumlah pakan yang tercecer dapat dikurangi. Kehilangan pakan akibat tempat pakan letaknya jauh dari tempat minum mencapai 14 persen.

Letak tempat minum tidak boleh kena sinar matahari langsung, mengingat sifat itik yang berdarah panas (Gambar 30). Tempat minum selain berfungsi sebagai penyedia air minum, juga berfungsi sebagai tempat air untuk membasahi bagian atas kepala itik yang diperlukan untuk menjaga suhu tubuh. Mengingat dua kegunaan air tersebut bagi itik, maka tempat air harus selalu dalam keadaan dingin. Idealnya air untuk minum dan mandi dapat terus mengalir sepanjang hari (lihat BAB air minum).

Gambar 30. Tempat Air Minum Disarankan Tidak Kena Sinar Matahari Langsung (Ternaung)

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 71: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

60 Pakan Ternak Itik

Page 72: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 61

BAB V

KANDANG TERNAK ITIK

Page 73: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

62 Kandang Ternak Itik

Page 74: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 63

okasi dan desain kandang itik perlu diperhatikan karena itik termasuk hewan yang mudah stres. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam sistem perkandangan itik, yaitu fungsi, tata letak kandang dan persyaratan pembuatan kandang.

A. Fungsi Kandang

Kandang berfungsi untuk melindungi ternak itik dari ancaman hama binatang buas, pencurian dan hal lain yang merugikan peternak itik. Disamping itu kandang juga berfungsi sebagai tempat berproduksi. Oleh karena itu diusahakan kandang yang baik yang memungkinkan itik menjadi nyaman tinggal di dalam kandang.

B. Tata Letak Kandang

Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (1999) beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan tata letak kandang itik adalah:

Pisahkan antara kandang untuk anak dengan itik dewasa. Disarankan antar kedua jenis kandang berjarak lebih dari 50 m.

Usahakan agar air mengalir dari arah ternak itik yang umurnya muda ke arah itik yang dewasa/lebih tua. Hal ini mengingat ternak itik muda lebih peka terhadap penyakit dibandingkan itik dewasa.

Jarak antar kandang sebaiknya sama dengan lebar kandang

C. Persyaratan Pembuatan Kandang

Agar itik nyaman dalam berada di dalam kandang, beberapa persyaratan dalam membangun kandang perlu dipenuhi, antara lain:

Letak Kandang: Bangunan kandang dipilih yang lokasinya berdekatan dengan sumber air. Disamping itu bangunan kandang sebaiknya berada di tempat yang jauh dari keramaian, antara lain sekolah, lapangan olah raga, dan pasar. Hal ini penting untuk menghindarkan itik menjadi stres selama masa produksi.

Sirkulasi udara: Usahakan sirkulasi udara lancar, terutama untuk kandang tertutup. Untuk itu kandang dibuat setinggi minimal 2 m.

Arah Kandang: Disarankan arah kandang membujur dari arah Timur – Barat, untuk menghindari panas sepanjang hari.

Luas Kandang: Untuk tiap 1 m² dapat diisi 2 ekor itik dewasa. Hal ini untuk menghindari itik saling berhimpitan atau bertabrakan bila kaget atau ketakutan, mengingat itik mudah stress.

L

Page 75: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

64 Kandang Ternak Itik

Dinding Kandang; diding kandang disarankan tidak tertutup rapat misal dari tembok. Kandang yang tertutup setinggi 60 cm untuk menghindari tercecernya litter keluar kandang dan terpaan angin langsung. Dinding diatas tembok terbuat dari kawat atau anyaman bambu untuk memudahkan sirkulasi udara.

D. Macam – Macam Kandang

1.Kandang anak itik

Anak itik yang baru menetas setelah kering langsung diambil dan ditempatkan dalam kandang indukan (brooder). Ada 2 bentuk kandang brooder yang dibedakan berdasar jenis lantainya, yaitu kandang berlantai litter (Gambar 31, kiri) dan kandang berlantai kawat (wire floor) (Gambar 31, kanan). Kandang indukan berlantai litter adalah kandang indukan terletak langsung ditanah dengan diberi alas dari sekam, rumput kering atau jerami untuk membantu penghangatan.

Pemeliharaan anak itik pada lantai kawat disarankan tidak lebih dari 3 minggu, untuk menghindari luka kaki pada anak itik. Sebagai patokan dapat digunakan luas kandang indukan anak itik seperti tertera dalam Tabel 15 berikut ini. Untuk kandang indukan berlantai kawat ukurannya 75% dari luas kandang berlantai litter

Tabel 15. Luas Kandang Indukan Anak Itik (per ekor)

Umur anak itik Lantai litter Lantai kawat

4 minggu 0,04 m² 0,03 m²

8 minggu 0,09 m² O,067 m²

12 minggu 0,12 m² 0,09 m² Sumber :Srigandono, 1997.

Gambar 31. Kandang Indukan dengan Lantai litter (kiri) dan Kawat (wire floor) (kanan)

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 76: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 65

2. Kandang itik muda

Itik muda dikandangkan dalam kandang kelompok. Kandang itik muda dapat dibedakan kedalam kandang intensif dan kandang semi intensif. Pada kandang intensif, adalah semua bagian kandang adalah tertutup, sedangkan pada kandang semi intensif prinsipnya sama dengan kandang intensif tetapi ditambah dengan umbaran atau halaman diluar kandang sehingga itik bisa berjalan – jalan (exercise) dari pagi sampai sore hari. Kebutuhan luas kandang intensif pada pemeliharaan terkurung adalah 0,20 m²/ekor (Margawati, 1985). Sedangkan pada pemeliharaan semi intensif luas kandang yang diperlukan sama dengan pemeliharaan intensif di tambah tempat untuk umbaran. Pada sistem pemeliharaan semi intensif luasan kandang tertutup adalah 1/3 bagian dan untuk umbaran 2/3 bagian (Gambar 32). Pada kandang kelompok lantai kandang sebaiknya disemen agar keras dan mudah dalam pembersihan litter. Dari kedua bentuk kandang tersebut disarankan kandang yang digunakan adalah kandang semi intensif dengan umbaran. Pada malam hari dan waktu hujan itik dimasukkan dalam kandang dan ditutup agar itik terhindar dari air hujan

Gambar 32.Kandang Itik Muda Semi Intensif dengan Umbaran

3. Kandang itik dewasa

Kandang pada itik dewasa pada dasarnya sama dengan kandang pada itik muda, termasuk luasannya. Hanya pada kandang itik dewasa ditambah sarang untuk bertelur. Jumlah itik dalam kandang intensif maupun semi intensif tidak boleh lebih dari 50 ekor (Gambar 33). Hal ini untuk menghindarkan ada itik yang tidak kebagian pakan, karena pada saat makan itik akan saling berebut dan waktu makan yang pendek. Itik pada fase bertelur membutuhkan cukup pakan. Kekurangan pakan akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi telur.

Sum

ber:P

rase

tyo

et a

l, 20

10

Page 77: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

66 Kandang Ternak Itik

Gambar 33. Kandang Itik Petelur dengan Jumlah Itik Per Kelompok Kurang Dari 50 Ekor dan Perlengkapan Air Minum.

Pada itik petelur, selain kandang intensif dan semi intensif, juga terdapat kandang individu atau batere. Jenis kandang ini digunakan untuk mengetahui produksi telur harian dari setiap individu itik. Produksi telur tiap individu akan dicatat (Gambar 34). Berdasarkan catatan produksi telur individu, itik akan diseleksi untuk memilih itik yang produksinya tinggi.

Gambar 34. Kandang Individu atau Baterei

Sum

ber:P

rase

tyo

et a

l, 20

10

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 78: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 67

BAB VI

PASCA PANEN ITIK

Page 79: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

68 Pasca Panen Itik

Page 80: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 69

egiatan pasca panen dilaksanakan untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai tambah produk. Berikut ini diuraikan kegiatan pasca panen ternak itik mulai dari pembuatan telur asin, pemotongan itik afkir, serta pemanfaatan limbah hasil pemotongan itik afkir.

A. Pembuatan Telur Asin

Telur itik, sebagaimana halnya dengan produk peternakan lainnya, termasuk barang yang cepat rusak. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan penanganan pasca panen, salah satu alternatifnya dibuat telur asin. Penanganan pasca panen selain untuk memperpanjang umur simpan juga sebagai upaya peningkatan nilai tambah.

Untuk mendapatkan telur asin yang baik dan sesuai dengan selera konsumen, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan telur asin, yaitu:

Umur simpan telur. Hasil penelitian menunjukkan untuk pembuatan telur asin yang berkualitas baik berasal dari telur itik yang umur simpannya tidak boleh lebih dari 6 hari (Subiharta et al, 2000). Telur yang sudah umur lebih dari 6 hari disarankan untuk tidak dibuat telur asin. Batasan ini perlu diperhatikan mengingat telur konsumsi yang beredar dipasaran sebelum sampai di konsumen bisa mencapai 14 hari (Mulyowati dan Adisuwiryo, 1990). Untuk mendapatkan telur segar dengan umur kurang dari 6 hari serta bermutu baik, pengrajin pembuatan telur asin dapat menjalin kerjasama dengan peternak penghasil telur konsumsi. Kegiatan kerjasama seperti ini akan saling menguntungkan, mengingat peternak itik mendapatkan pasar yang pasti sementara pengrajin telur asin mendapat bahan baku telur berkualitas.

Berat telur. Selain umur telur, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan telur asin adalah berat telur (Gambar 35). Konsumen telur asin terbiasa dengan telur asin yang beratnya diatas 60 gram (komunikasi langsung dengan perajin telur asin di Kabupaten Brebes). Untuk itu dalam pembuatan telur asin dipilih telur yang beratnya diatas 60 gram agar sesuai dengan permintaan konsumen.

Warna kuning telur. Hal lain yang diperhatikan dalam memilih telur untuk diolah menjadi telur asin adalah warna kuning telur (yolk colour). Pilih telur yang kuning telurnya berwarna kuning kemerahan. Konsumen lebih memilih telur yang warna kuning telurnya kemerahan (Gambar 36). Telur yang warna kuning telurnya kemerahan berasal dari itik gembala atau itik yang dipelihara secara intensif yang pakannya ditambah dengan hijauan atau cangkang udang. Warna kuning telur dipengaruhi oleh pakan yang mengandung xantophyl.

K

Page 81: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

70 Pasca Panen Itik

Gambar 35. Telur Itik Bobot 49 gram (kiri) dan 69 gram (kanan)

Gambar 36. Telur Asin dengan Warna Kuning Telur Kemerahan (kiri) dan Kuning Pucat(kanan)

Setelah telur untuk bahan pembuatan telur asin tersedia, proses selanjutnya adalah membuat telur asin. Selain telur, bahan untuk membuat telur asin adalah ladonan yang dibuat dari bata merah yang ditumbuk dan dicampur dengan abu, serta garam krosok. Pengrajin telur asin di Kabupaten Brebes menggunakan ladonan yang berasal dari lumpur Sungai Pemali. Proses pembuatannya telur asin adalah sebagai berikut(Gambar 37):

Bersihkan telur dari kotoran yang menempel dengan air hangat (temperatur antara 30 – 40o C).

Buat ladon dari bahan yang ada disekitar kita, misal untuk 10 butir telur diperlukan 400 gram abu gosok atau 600 gram serbuk batu bata dicampur dengan 200 gram garam.

Campurkan garam dan ladonan sampai rata, setelah itu masukkan telur itik.

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 82: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 71

Untuk mendapatkan telur asin yang bagus, proses pemeraman telur berlangsung antara 10-15 hari. Makin lama disimpan dalam ladonan, telur asin yang diperoleh akan berminyak (Gambar 39).

Gambar 37. Proses Pembuatan Telur Asin

1. Telur Itik Bahan Pembuat Telur Asin

2. Mencampur Ladon dengan Garam

3. Membungkus Telur Asin dengan Ladon

4. Telur Asin Terbungkus oleh Ladon

5. Membersihkan Telur dari Ladon

6. Telur Asin Sudah Dibersikan dari

Ladondan Siap Masak

Perlu diingat bahwa untuk mendapatkan telur asin yang berminyak, garam sebaiknya dikurangi karena semakin lama telur disimpan dalam ladonan akan semakin asin

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 83: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

72 Pasca Panen Itik

Setelah pemeraman 10 – 15 hari, telur asin sudah jadi. Telur kemudian dicuci supaya ladonan yang menempel hilang.

Di pasar, terdapat tiga jenis telur asin, yaitu telur asin mentah (sudah jadi, siap dicuci, belum direbus), telur asin rebus, dan telur asin bakar (Gambar 38).

Untuk mendapatkan telur asin siap saji (sudah direbus) yang baik, telur asin sebaiknya dikonsumsi kurang dari 5 hari pada suhu ruang, waktu konsumsi dapat lebih panjang apabila telur asin disimpan dalam kulkas (Subiharta et al, 2000).

Gambar 38. Telur Asin Rebus dan Dibakar Siap Dipasarkan

1. Telur Asin Direbus

2. Telur Asin Dibakar

3. Telur Asin Siap

Didistribusikan

4. Etalase Penjualan Telur Asin

5. Pelayanan Penjualan Telur

Asin

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 84: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 73

Gambar 39. Telur Asin yang Berminyak dan Berwarna Kuning Kemerahan Lebih Disenangi Konsumen (Atas) Dibandingkan yang Kurang

Berminyak (Basah)

B. Pemotongan Itik

Itik betina yang produksinya rendah karena umur sudah tua atau sebab lain akan diafkir menjadi itik potong. Masyarakat saat ini sudah dapat menerima daging itik, bahkan beberapa rumah makan menjadikan daging itik sebagai menu utama. Kelemahan dari daging itik antara lain kandungan lemak yang tinggi, sehingga sebagian konsumen menghindari untuk mengkonsumsi daging itik (Tabel16) (Gambar 40).

Tabel 16. Komposisi Daging Itik Alabio (%)

Umur Protein Lemak Air

Umur 6 bln 13,3 20,8 62,1

10 bln 14,7 21,2 60,4

16 bln 14,3 29,1 52,7 Sumber: Hetzel (1983).

Sum

ber:P

rase

tyo

et a

l, 20

10

Page 85: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

74 Pasca Panen Itik

Gambar 40. Karkas Itik dengan Kandungan Lemak Tinggi

Makin tua umur itik, maka kandungan lemaknya makin tinggi. Untuk mengurangi kandungan lemak, itik dapat dipotong pada umur muda (6 bulan). Hasil penelitian Wiliam (2001) dalam Damayanti (2006) melaporkan pada pemotongan umur 8 minggu kandungan protein dan lemak pada itik Pekin (pedaging) 12,8 % dan 13,8 %, sedang pada itik jantan bagian dada kandungan protein dan lemak 19,6 dan 1,8 % ( Mozanowski et al, 2003 dalam Damayanti 2006).

Sebenarnya ada cara untuk mengurangi lemak pada daging itik. Kandungan lemak pada itik dapat dikurangi antara lain dengan menghilangkan kulitnya. Daging itik yang sudah diambil kulitnya bisa dibuat dendeng atau abon, sedang kulit itik setelah melalui proses penyamakan dapat dijadikan bahan kerajinan.

Hasil penelitian Untari et al (1990) menunjukkan kulit itik setelah melalui proses penyamakan dapat dijadikan bahan pembuat sarung tangan atau tali jam. Kulit itik mempunyai keunikan setelah proses penyamakan karena pada kulit tersebut terdapat lubang kecil bekas bulu. Untari et al (1990) menyarankan bahwa untuk menghasilkan kulit itik yang baik, pencabutan bulu dilakukan secara kering dan harus hati-hati untuk menghindari kerusakan kulit pada waktu pencabutan.

Produk samping dari pemotongan itik adalah bulu. Bulu sebagai limbah pemotongan itik, jika tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan. Namun demikian bulu itik saat ini dapat digunakan sebagai bahan baku industri tergantung pada jenisnya. Bulu kawul (down feathers) (Gambar 41) dijadikan bahan ekspor untuk dijadikan isi jaket, bantal atau jok pesawat terbang (Raharjo et al, 1989). Sedang bulu itik yang panjang putih untuk dijadikan bahan shuttle cock dan bulu yang lain yang tidak masuk kedua katagori tersebut dijadikan tepung bulu untuk pakan ternak (Didjopratono et al, 1990) (Tabel 17/Gambar 42).

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 86: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 75

Tabel 17. Jenis dan Pemanfaatan Bulu Itik

Jenisbulu Pemanfaatan Keterangan

Bulu kawul (down feathers)* Isi jaket, bantal atau jok pesawat terbang

Untuk diekspor

Bulu panjang warna putih** Bahan shuttle cock -

Bulu diluar kedua katagori tersebut**

Tepung bulu Pakan ternak

Sumber:*)Raharjoet al, 1989 dan **) Didjopratonoet al, 1990

Gambar 41. Bulu Kawul (Down Feathers) Cara Pencabutan Kering untuk Diekspor

Gambar 42. Bulu yang Tidak Masuk Bulu Kawul MerupakanBahan Tepung Bulu (Pakan Ternak)

Berat bulu itik dipengaruhi oleh umur itik dan jenis kelamin. Bulu itik dewasa lebih berat dibandingkan itik muda. Begitu juga dengan itik berkelamin jantan bulunya lebih berat dibandingkan itik betina. Berikut ini ditampilkan bobot badan dan bobot bulu itik dari umur yang berbeda dan jenis kelamin berbeda hasil penelitian Dirdjopratono et al, (1990).

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 87: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

76 Pasca Panen Itik

Tabel 18. Rata-rata Bobot Bulu Itik Lokal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Umur Jenis kelamin

Bobot badan (gram)

Bobot bulu (gram)

Muda (siap bertelur) Jantan 833 30,03

Betina 675 27,02

Dewasa (sedang produksi) Jantan 1.275 51,71

Betina 1.408 54,94

Tua (afkir) Jantan 1.375 36,58

Betina 1.450 50,42 Sumber: Dirdjopratonoet al, 1990.

Bulu itik diperoleh dengan cara mencabut dari kulitnya. Ada dua cara pencabutan bulu itik, yaitu cabut bulu basah (wet pluckling ) dan cabut bulu kering (dry plucking).

Cabut bulu basah (wet pluckling). Cara cabut basah banyak dilakukan oleh pengusaha pencabutan bulu (Gambar 43) atau secara manual. Itik sebelum dicabut bulunya dimasukkan dalam bak yang berisi air panas. Cara pencabutan bulu basah mudah dan cepat dilakukan, namun menghasilkan kualitas bulunya kurang baik (Gambar 45 - kiri). Pada pencabutan bulu basah diperoleh bulu ekspor kurang dari 4 persen (Raharjo et al, 1989). Rendahnya jumlah bulu yang diekspor pada pencabutan basah akibat banyak bulu yang hilang pada saat pencabutan atau saat pengeringan (penjemuran).

Gambar 43. Pencabutan Bulu Basah dengan Alat Pencabut Bulu (kiri) dan Manual/Tangan (kanan)

Cabut bulu kering (dry plucking). Cara pencabutan bulu secara kering, itik yang sudah disembelih diusap pada seluruh badan dengan abu dapur, setelah itu baru dicabut bulunya (Gambar 44). Pengusapan abu dimaksudkan saat pencabutan bulu tidak licin, mengingat bulu itik mengandung minyak. Pencabutan bulu secara kering

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 88: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 77

akan menghasilkan kualitas bulu yang lebih baik (Gambar 45 - kanan). Raharjo et al (1989) melaporkan dengan pencabutan bulu itik secara kering diperoleh bulu untuk ekspor (down feather) antara 7 – 10 persen.

Gambar 44. Pencabutan Bulu Kering dengan Diolesi Abu dan Bulu Hasil Cabutan

1. Abu Gosok

2. Penaburan Abu Gosok di Antara Bulu Itik

3. Pencabutan Bulu setelah Ditaburi Abu Gosok

Produksi bulu ekpor yang dihasilkan oleh pemotongan itik di Indonesia lebih rendah dibanding dengan di Taiwan yang bisa mencapai 10 – 12 persen (Raharjo et al, 1989). Untuk meningkatkan bulu ekspor diperlukan perbaikan penanganan pencabutan bulu dan cara penjemuran yang benar. Di Jawa Tengah pencabutan bulu basah banyak dilakukan oleh pemotong di Kabupaten Klaten, Semarang dan Boyolali, sedang pencabutan bulu kering hanya oleh pemotong di Kabupaten Magelang (Dirdjopratono, et al, 1990).

Gambar 45. Bulu Hasil Cabutan Basah (Kiri) dan Bulu Hasil Cabutan Kering (Kanan)

Sum

ber :

Kol

eksi

Prib

adi

Page 89: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

78 Pasca Panen Itik

Page 90: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 79

BAB VII

PENYAKIT-PENYAKIT

UTAMA TERNAK ITIK

Page 91: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

80 Penyakit-Penyakit Utama Ternak Itik

Page 92: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 81

alah satu hal yang dapat mendukung keberhasilan usaha ternak itik adalah menghindarkan ternak dari serangan penyakit, walaupun ternak itik termasuk ternak unggas yang tahan terhadap penyakit. Pengetahuan peternak secara praktis terkait dengan kesehatan ternak itik sangat diperlukan. Hardjosworo

dan Rukmisih (1999) menyarankan agar peternak dapat dan mampu mengenali beberapa hal yang terkait dengan kesehatan, ternak, yaitu;

Dapat membedakan penampilan ternak itik yang sehat dan yang sakit

Dapat mengenali bagian tubuh yang mengalami kelainan

Dapat mengenali tinja yang normal dan tidak normal

Dapat mengerti pertolongan pertama yang diperlukan

Mengenali tempat berkonsultasi bila ternak itiknya mengalami gangguan penyakit

Mampu menyiapkan informasi untuk bahan konsultasi sehingga memudahkan dalam mengarahkan dugaan jenis penyakit sebelum dilakukan diagnosis.

Untuk mendapatkan kemampuan dan ketrampilan tersebut, peternak disarankan untuk lebih mengenali itiknya dan sering berkonsultasi dengan penyuluh atau petugas dinas peternakan serta membaca buku.

Mengenali itik sakit lebih sulit dibanding mengenali ayam sakit. Bagi peternak untuk mengenali apakah ternak itiknya sakit yang paling mudah adalah dengan melihat nafsu makan ternak. Itik sakit nafsu makannya mendadak menurun walaupun pakannya tidak diubah. Tanda-tanda lain untuk mengetahui itik sakit atau tidak juga bisa dilihat dari kotorannya apakah lebih encer atau berubah warnanya. Selain itu ternak yang sakit juga bisaq dikenali dari bagian tubuh yang berubah. Bila tanda-tanda tersebut ditemukan pada ternak itik, berarti itik sudah terserang penyakik namun masih memungkinkan untuk diobati.

Begitu ada itik yang sakit atau didiagnosis sakit, itik sakit tersebut perlu segera dipisahkan atau diisolasi dari itik yang sehat. Semua peralatan perlu segera dibersihkan, lantai kandang dan tempat umbaran juga dibersihkan dari kotoran (faeses). Disarankan untuk melanjutkan upaya dengan melakukan penyemprotan kandang dengan disinfektan. Jika didapati ada ternak itik yang sudah sakit parah, itik perlu segera dimusnahkan dengan cara dibakar.

Penyakit yang menyerang ternak itik cukup banyak, namun dalam buku ini yang disampaikan beberapa jenis penyakit utama yang sering menyerang ternak itik. Beberapa penyakit utama yang sering menyerang itik adalah:

S

Page 93: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

82 Penyakit-Penyakit Utama Ternak Itik

A. Kolera pada Ternak Itik

Penyakit kolera atau Avian pastereulla adalah salah penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh bakteri Pastereulla nrultocida. Penyakit kolera dapat menyerang ayam, itik, kalkun, angsa dan unggas lain baik domestik maupun unggas liar (Rhoades dan Rimler, 1991). Penyakit biasanya bersifat akut ditandai dengan pendarahan sepsis, kematian mendadak, angka kematian yang tinggi serta penyebaran penyakit yang cukup luas. Itik merupakan unggas yang sangat rentan terhadap kolera. Penyakit ini menimbulkan kerugian yang cukup besar berupa kematian, biaya vaksinasi, biaya pengobatan dan biaya tatalaksana di peternakan (Carpenter et al,1988).

Itik yang mudah atau peka terhadap penyakit ini adalah itik umur 4 minggu dan kematian itik akibat penyakit kolera bisa mencapai 50 % (Rhoades dan Rimler, 1991). Serangan penyakit ini dapat akut atau kronis. Winarsih et al, (1997) melaporkan penyakit kolera pada serangan akut tidak menimbulkan gejala klinis, namun kematian tinggi. Sedang Hardjosworo dan Rukmiasih (1999) melaporkan pada serangan akut, gejala penyakit akan cepat timbul, seolah-olah menyerang secara mendadak dan parah. Sedang pada serangan kronis, gejala berlangsung lama, biasanya ditandai dengan kelesuan (morbiditas). Anak itik yang terserang secara akut mula-mula tampak sehat, tetapi secara mendadak banyak anak itik yang mati. Anak itik yang belum mati mengeluarkan lendir dari mulutnya dan mengalami diare. Gejala kronis biasanya menyerang itik tua. Gejala dari penyakit ini, setelah melewati masa akut, ditandai dengan tanda-tanda itik diare dan sesak napas.

Penyakit kolera sangat cepat menular. Itik yang terserang penyakit sebagai sumber penularan (Winarsih et al, 1997). Penularan penyakit kolera pada itik adalah dengan cara bakteri masuk langsung ke dalam rongga mulut atau melalui lubang hidung, mata atau kulit yang luka. Setelah proses penularan bakteri masuk ke saluran pernafasan bagian atas, kemudian ke paru-paru dan masuk ke bagian badan yang lain melalui peredaran darah (Hardjosworo dan Rukmiasih 1999).

Sumber bakteri penular pada penyakit kolera menurut Hardjosworo dan Rukmiasih 1999 serta (http://www.pustakadunia.com, 2015)antara lain:

1. Ternak itik yang pernah sakit.

2. Burung liar (burung gereja) yang tubuhnya mengandung bakteri Pasteurella multocida.

3. Ternak babi yang menjadi induk semang bakteri Pasteurella multocida.

4. Air dan pakan yang tercemar bakteri Pasteurella multocida.

5. Bangkai ternak yang mati karena terserang kolera.

Untuk menghindari terserangnya penyakit kolera beberapa hal yang harus diperhatikan (http://www.pustakadunia.com, 2015) sebagai berikut:

Hindari penumpukan kotoran itik ditempat pemeliharaan.

Page 94: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 83

Jangan mencampur itik beda umur (itik muda peka terhadap penyakit kolera).

Usahakan itik tidak tercampur dengan itik terserang kolera.

Segera pisahkan itik terserang kolera dengan itik yang sehat.

Untuk mencegah itik terserang kolera dapat dilakukan dengan vajsinasi.

B. Berak Kapur

Penyakit berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella typhimurium atau Salmonella enteridis. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada ternak itik umur 3 – 15 hari (http://budidayanews.blogspot.com, 2015). Tanda-tanda itik yang terserang berak kapur antara lain: adanya kotoran yang lengket di dubur berwarna putih seperti kapur, lemah, lesu, megantuk kedinginan, terengah-engah, bulu kusam, sayap menggantung kadang disertai kelumpuhan. Untuk mengurangi kematian, dapat digunakan obat-obatan sulfa dan antibiotik. Itik-itik yang sudah kronis, sebenarnya merupakan sumber bakteri. Kotoran itik yang terserang berak kapur mengandung bakteri Salmonella typhimuriumyang dapat menular ke itik lain. Bila suatu peternakan sebagian besar itik sudah terserang penyakit berak kapur, sebaiknya itik yang terserang dikeluarkan. Itik yang terkena penyakit berak kapur kalau tidak disingkirkan akan menjadi sumber penyakit dalam jangka panjang. Pencegahan dengan menjaga kebersihan kandang, pakan dan air minum yang cukup.

C. Penyakit New Duck Disease (NDD)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus ND dapat menginfeksi itik, merangsang pembentukan antibodi, serta ada yang menimbulkan gejala klinis pada itik dan ada juga yang tidak. Virus ND pada itik yang paling banyak ditemukan termasuk galur virus ND yang ganas (Velogenic strain), sehingga sangat berbahaya bagi peternak ayam yang berada di sekitar lokasi yang banyak populasi itiknya (Saepulloh dan Darminto, 2005). Itik yang mudah atau peka terhadap penyakit ini adalah itik umur 1 - 8 minggu. Serangan penyakit NDD dapat akut atau kronis. Pada serangan akut gejala penyakit akan cepat timbul, seolah-olah menyerang mendadak dan parah. Sedang pada serangan kronis, gejala berlangsung lama, biasanya ditandai dengan kelesuan (morbiditas) (Hardjosworo dan Rukmiasih, 1999).

Anak itik yang terserang NDD secara akut ditandai dengan kematian mendadak, lesu, tidak mau bergerak, mencret/diare, dari mata keluar cairan, terjadi gangguan syaraf yang ditandai dengan kepala sampai leher gemetaran, leher berputar, kaki kaku sehingga kalau jalan sempoyongan. Gejala kronois biasanya menyerang pada itik tua dan gejala ini muncul setelah melewati masa akut dengan tanda-tanda itik mencret/diare dan gangguan syaraf lebih jelas.

Page 95: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

84 Penyakit-Penyakit Utama Ternak Itik

D. Penyakit Aflatoksikosis

Aflatoksikosis merupakan penyakit yang paling banyak menyerang ternak itik selain penyakit kolera. Penyakit Aflatoksikosis disebabkan racun jamur Aspegilulus flavus. Jamur Aspegilulus flavus banyak terdapat pada bahan pakan seperti jagung dan bekatul atau bahan pakan lain yang kadar airnya tinggi (diatas 10%). Gejala aflatoksikosis tidak jelas terutama pada itik dewasa. Serangan penyakit ini pada ternak itik dewasa ditandai nafsu makan berkurang yang diikuti dengan penurunan produksi telur (http://www.pustakadunia.com, 2015). Sedang serangan pada anak itik ditandai dengan nafsu makan yang kurang, tapi bila serangannya parah ditandai dengan kaki yang kaku, berbaring pada sisi badan dan kemudian mati. Itik dewasa yang terserang penyakit aflatoksikosis kronis, jika dilakukan pembedahan hatinya akan membesar karena penuh dengan tumor (benjolan). Jika pakan yang mengandung aflatikosis diberikan pada ternak unggas (itik dan ayam), residunya akan terkandung dalam produk ternak seperti telur, daging dan hati. Kandungan aflatosikosis akan berpengaruh pada konsumen yang memakannya (Budiarso, 1995). Aflatoksikosis tidak bisa diobati, tetapi dapat dicegah. Hardjosworo dan Rukmiasih (1999) menyarankan beberapa cara untuk mencegah itik terserang penyakit aflatoksikosi:

Hindari pemberian pakan basah yang sudah terlalu lama dan sisa pakan yang lebih 15 menit.

Gunakan jagung dan dedak yang disimpan dengan kadar air kurang dari 10%.

Jangan memberikan pakan dari pabrik yang sudah menggumpal dan baunya apek.

Lakukan pencucian tempat pakan dan minum minimal setelah pakan dan minum habis atau kalau mau pemberian pakan dan minum tempatnya sudah bersih.

E. Lumpuh pada Ternak Itik

Kelumpuhan pada ternak itik dapat disebabkan oleh berbagai hal, bisa karena penyakit, kekurangan pakan (mineral) atau sebab yang lain. Kelumpuhan pada ternak itik disebabkan kekurangan pakan (gizi) seperti vitamin B atau Mineral Mn. Kelumpuhan pada itik akibat penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium botululinumakibat itik memakan bangkai (http://www.butuhlagi.blogspot.com, 2015). Gejala pada itik yang terserang bakteri tersebut akan terjadi penurunan nafsu makan, diikuti penurunan produksi telur, penurunan bobot badan dan akhirnya ternak mati (Gambar 46). Untuk pencegahan salah satunya hindari ternak makan bangkai.

Kelumpuhan akibat pakan juga disebabkan oleh karena pakan itik mengandung racun jamur Aspergillasis flavus. Kelumpuhan pada ternak itik yang disebabkan karena kekurangan gizi tidak langsung mengalami kelumpuhan. Untuk

Page 96: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 85

mengobatai itik yang lumpuh, bisa dilakukan dengan diberi es batu dan minyak goreng (http://www.butuhlagi.blogspot.com, 2015).Caranya sebagai berikut: itik yang lumpuh diberi es batu 3 - 4 bulatan masukkan kedalam mulut itik setelah itu masukkan minyak goreng 2 – 5 cc. Ternak yang lumpuh setelah diberi es batu dan minyak goreng akan sembuh.

Gambar 46. Itik Mengalami Kelumpuhan

F. Cacar pada Itik

Penyakit cacar menyerang itik disebabkan oleh virus cacar. Dibedakan penyakit cacar, yaitu penyakit cacar luar dan cacar dalam (http://stockist-hcs.com, 2015). Penyakit cacar tidak dapat menyebabkan kematian, tapi akibat penyakit cacar, itik mudah terserang penyakit pernafasan yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit cacar luar mudah dikenali dengan melihat kulit yang tidak ditumbuhi bulu timbul bintik merah, berubah kuning dan akhirnya berwarna hitam. Penyakit cacar ditandai dengan gejala mata biasanya mengeluarkan air. Penyakit cacar dalam ditandai dan disertai dengan serangan pernafasan oleh virus atau bakteri, terlihat dari kepala yang membengkak, sulit bernafas, dan mulutnya berlendir (Hardjosworo dan Rukmiasih, 1999 dan http://stockist-hcs.com, 2015). Pencegahan penyakit cacar dilakukan dengan cara vaksinasi dan kalau itik sudah terserang diobati dengan antibiotik.

G. Cacingan pada Ternak Itik

Cacingan dapat menyerang semua jenis ternak, termasuk ternak itik. Ternak itik yang terserang cacingdapat dilihat dari kotorannya yang mengandung telur cacing. Tingkat keparahan serangan cacing dilihat dari kandungan cacing dalam kotorannya. Tanda-tanda itik yang terserang cacing antara lain itik kelihatan lesu, produksi telur turun dan disekitar lubang kotoran (anus) menempel kotoran

Sum

ber:h

ttp://

bahr

ul-m

ahdi

-abu

baka

r-sp

.blo

gspo

t.com

, 201

5

Page 97: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

86 Penyakit-Penyakit Utama Ternak Itik

(https://kudahitamperkasa.co.id, 2015). Tanda-tanda lain pada itik petelur yang terserang cacing kulit telur terlihat pucat dan mudah retak karena kerabangnya tipis. Serangan cacing akan mengganggu pertumbuhan maupun produksi telur, karena cacing akan memanfaatkan zat-zat gizi dalam tubuh itik yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan dan produksi telur (Hardjosworo dan Rukmiasih, 1999 danhttps://kudahitamperkasa.co.id, 2015). Ternak itik terserang cacing karena itik memakan telur cacing atau induk semang cacing seperti siput atau serangga. Cacingan dapat diobati dengan cara memberikan obat cacing yang banyak dijual ditoko sarana produksi unggas dengan dosis disesuaikan dengan label yang ada dikemasan.

H. Vaksinasi pada Ternak Itik

Vaksinasi adalah tindakan untuk memberi kekebalan tubuh itik terhadap satu atau beberapa penyakit, sehingga itik akan tahan terhadap satu atau beberapa penyakit tersebut. Alat yang digunakan untuk vaksinasi harus bersih dan itik yang akan divaksin harus dalam kondisi sehat. Itik yang divaksin akan membentuk zat kebal, dalam proses pembentukan zak kebal biasanya disertai demam. Berikut ini contoh vaksinasi terhadap penyakit Pasteurella dan cacar. Sebelum divaksinasi itik diberi larutan vitamin dalam air minum untuk mengurangi cekaman akibat vaksinasi.

Vaksinasi dapat dilakukan melalui penyuntikan di bawah kulit (sub kutan) atau ke dalam urat ( intramuskuler).

Pemberian vaksin harus sesuai dengan dosis, karena kelebihan dosis akan mematikan itik dan jika dosisnya kurang tidak dapat menimbulkan kekebalan.

Vaksin disimpan dalam lemari pendingin untuk menghindari rusaknya bibit penyakit.

Page 98: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 87

BAB VIII

PENUTUP

Page 99: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

88 Penutup

Page 100: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 89

ebelum memulai usaha beternak itik petelur, peternak perlu mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh jenis bangsa itik yang akan diusahakan. Itik asli atau itik lokal Indonesia perlu ditempatkan dalam urutan prioritas tinggi. Selain pertimbangan untuk turut serta melestarikan itik asli

maupun itik lokal Indonesia, bangsa itik ini sudah berdaptasi dengan lingkungan, mudah dalam pencarian bibit dan harga bibit itiknya relatif lebih murah dibandingkan itik impor. Tidak kalah pentingnya adalah telur sebagai produk utama usaha itik petelur, diterima oleh pasar.

Peternak juga akan dihadapkan pada pilihan pola pemeliharaan itiknya. Pilihannya adalah memelihara itik secara intensif dalam kandang atau pola pemeliharaan tradisional dengan sistem gembala. Pada pemeliharaan itik secara intensif, beberapa aspek yang perlu memperoleh perhatian adalah lokasi kandang letak kandang sebaiknya jauh dari keramaian, ukuran kandang sesuai standar, dan bahan kandang sebaiknya dipilih yang ada disekitar lokasi agar harganya murah dan mudah didapat sehingga biaya pembuatan kandang dapat ditekan serendah mungkin.

Keberhasilan usaha itik petelur sangat ditentukan oleh kualitas bibitnya. Untuk itu pembelian bibit itik yang berkualitas sangat penting. Peternak itik perlu secara jeli memilih dan memilah dengan membandingkan para peternak pembibit. Bibit itik yang berkualitas akan diperoleh dari para pembibit yang secara cermat melakukan seleksi induk dan pejantan serta bibit itik yang sesuai dengan warna asli bangsa itiknya dan memperhatikan ciri-ciri itik yang produksinya tinggi. Peternak dalam menjalankan usahanya juga perlu senantiasa memperhatikan karakter asli bangsa itik tersebut dan mengeluarkan itik yang ciri-cirinya menyimpang dari karakter aslinya.

Pakan berpengaruh langsung terhadap produksi dan produktivitas usaha itik petelur. Peternak perlu menjalin hubungan baik dengan para pemasok pakan yang kualitasnya sudah teruji. Untuk menekan harga dan meningkatkan daya tawar, para peternak perlu membentuk kelompok sehingga pengadaan pakan dapat dilakukan bersama-sama. Peternak perlu secara cermat memperhatikan kualitas pakan dengan memilih pakan yang masih baru, tidak menggumpal, dan bahan baku pakannya tersedia sepanjang tahun sehingga susunan pakan tidak terlalu sering berubah. Khususnya selama periode produksi, perlu diusahakan agar pakan tidak berubah bahan penyusun maupun kandungan nutrisi pakannya.

Ternak itik mempunyai karakter yang sangat peka terhadap lingkungan. oleh karenanya, peternak perlu melakukan pemeliharaan itik secara baik dan penuh perhatian. Peternak juga perlu berusaha agar ada tenaga kandang/pemelihara itik khusus. Tenaga kandang/pemelihara ternak itik yang sering berganti-ganti dapat menurunkan produksi telur.

Tujuan utama dari suatu usaha adalah keuntungan. Keuntungan dari usaha itik petelur hanya akan diperoleh apabila telur, sebagai produk utama usaha, dapat dipasarkan. Walaupun pasar telur itik masih sangat terbuka, peternak perlu mengembangkan jaringan pemasaran produk. Sebagaimana halnya dengan jaringan

S

Page 101: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

90 Penutup

pengadaan pakan, pemasaran produk usaha itik petelur dapat dilakukan sendiri–sendiri langsung ke konsumen maupun dilakukan secara bersama–sama dengan para peternak lain. Sebagai langkah awal, ada baiknya peternak berusaha menjalin kerjasama dengan pengrajin telur asin. Pertimbangannya telur itik merupakan bahan baku utama usaha pengrajin telur asin.

Page 102: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 91

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi A. 2015. “Bebek, Entok, Belibis”. https://adearisandi.wordpress.com/2011/12/06/bebek-itik-entok-belibis/ dilihat 14 Mei 2015 jam 11.50

Barlet,P. 1984. Duck and Geese. A guide to management. The Crowood Press.

Berbagai Jenis Bebek Itik Petelur. 2015. https://bebekudotme.wordpress.com/2013/06/30/berbagai-jenis-bebek-itik-petelur/. dilihat 15 Mei 2015 jam 8.20

Biyatmoko, D. 2005. Kajian arah pengembangan itik Alabion dimasa depan. Makalah disampaikan pada Seminas Ekspose Konsultan Pengembangan ternak Kerbau dan Itik serta Diseminasi Teknologi Peternakan. Dinas Peternakan Kalimantan Selatan.

Borderij Image. http://www.allaboutfeed.net/Resizes/mainarticleimage/PageFiles /34/10/21034/001_boerderij-image-1196506.jpeg. Dilihat 15 Mei 2015.

Budiarso. 1995. Dampak mitotoksin terhadap kesehatan. Cermin dunia kesehatan: 103:5

Carpenter, T.E., K.P. Sipes, D. Wallis and R.H. Mc. Capes. 1989. Epidemiology and financialimpact of fowl cholera in turkeys : a retrospective analysis. Avian Dis. 32.pp: 16-23

Chavez and A. Lasmini 1978. Comparativ performance of native Indonesia egg laying duck. Center report no, 6 Center for animal Research and Development, Bogor, Indonesia.

Ciri-Ciri Itik Pajajaran, 2015. File:///D:/Buku%20Itik/ciri-ciri-itik-pajajaran-padjadjaran%20r1.html. Dilihat 15 Mei 2015.

Damayanti, A.P. 2006. Kandungan protein, lemak daging dan kulit itik entog dan mandalung umur 8 minggu. J. Agroland 13 (3), 313 - 317

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, 2013. Itik Magelang sebagai itik lokal Indonesia

Dirdjopratono, W. 1990. Usaha pemotongan itik dan penyebarannya di Jawa Tengah. Prosiding Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan usaha ternak itik di Jawa Tengah

Dirdjopratono.W., Y.C. Raharjodan U.Wijaya. 1990. Bulu itik: Potensi dan pemanfaatannya serta permasalahannya di Jawa Tengah. Prosiding Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan usaha ternak itik di Jawa Tengah.

Page 103: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

92 Daftar Pustaka

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Program pengembangan ternak unggas mendukung kecukupan pangan.

Es Batu Obat Penyakit Lumpuh pada Bebek. 2015. (http://www.butuhlagi.blogspot.com/2012/01/es-batu-obat-penyakit-lumpuh-pada-bebek.html/. dilihat 14 Mei 2015 jam 19 20

Gunawan, B dan D,J,S, Hetzel.1995. Compaeativ performance of native Indonesia agg laying duck, Center report no,6, Center for Animal Research and Development, Bogor, Indonesia.

Hamdan, A., R. Zuraidadan Khairudin. 2010. Usahatani itik Alabio (Studi Kasus Primatani Sungai Durait Tengah Kecamatan Barbirik, KabupatenHulu Sungai Utara, Kalimatan Selatan). Prosiding Seminas Nasional Membangun Sistem Inovasi di Pedesaan. Bogor, 15 – 16 Oktober 2009. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitinan dan Pengembangan Pertanian.

Hardjosworo, P.S. 1990. Usaha – usaha pemanfaatan ternak itik Tegal untuk produksi telur. Prosiding Temu Tugas Sub Sektor Peternakan, Pembangunan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu.

Hardjosworo, P.S dan Rukmiasih. 1999. Itik Permasalahan dan Pemecahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Harjosworo,P.S, A.Setioko, P.P. Ketaren, L.H. Prasetyo, A.P.Sinurtdan Rukmiasih, 2001. Perkembangan teknologi unggas air di Indonesia. Lokakarya Nasional Dies Natalis IPB - Balitnak Bogor.

Hetzel , D.J.S, 1983. The growth and carcase caracteristica of croses between Alabio and Tegal ducks and Muscovie and Pakin drakes. Poutry Science, 24.

Hetzel, D. J. S., I. Sutikno dan Soeripto. 1981. Beberapa pengaruh aflatoksin terhadap pertumbuhan itik muda. Pros. Sem. Penelitian Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Inilah Daftar Itik Asli Indonesia. 2015. http://www.situs-peternakan.com/2014/06/inilah-daftar-itik-asli-indonesia.html. Dilihat 15 Mei 2015.

Ketaren, Pius P. 2001. Pakan alternative itik. Trobos No. 20/Th. II/Mei 2001.

Ketaren, Pius P. 2002. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. Wartazoa 12 (2): 37-46.

Margawati, E.T, 1985. Pengaruh kepadatan itik terhadap pertumbuhan berat badan pada periode awal. Seminar Penelitian Peternakan Puslitbangnak, Bogor.

Mulyowati.S dan D. Adisuwiryo, 1990. Kualitas Telur Itik Yang Dipasarkan di Daerah Purwokerto. Prosiding Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan usaha ternak itik di Jawa Tengah.

Page 104: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 93

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Itik Bebek. 2015. http://www.pustakadunia.com/artikel-pustaka-umum/pencegahan-dan-pengendalianpenyakit-itik-bebek/.dilihat 15 Mei 2015 jam 10.25

Penyakit pada Itik. 2015. http://budidayanews.blogspot.com/2011/02/penyakit-pada-itik-dan-cara.html/.dilihat 14 Mei 2015 jam 14.10

Prasetyo. H.L., Pius. P. Ketaren, A.R. Setioko, A. Suparyanto, E. Juarini. Triana Susanti dan Soni Sopiyana. 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Itik. Balai Penelitian Ternak. PetunjukTeknis.

Purba,M., P.S. Hadjosworo, L.H. Prasetyo dan D.R. Ekasanti, 2005. Pola rontok bulu itik Alabio betina dan Mojosari serta hubungannya dengan kadar lemak darah (trigliserida), produksi dan kualitastelur. J. Ilmu Ternak danVeteriner 10 (2): 96 – 105

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 1990. Informasi Teknis Peternakan.

Rahajo.Y.C., T. Antawijaya, A.R, Setioko, S. Sastrodiharjo, S. Prawirodigdo, U. Wijaya, W.Dirdjopratono, T.Sartika dan D. Gultom, 1989. Potensi bulu unggas air di Jawa dan Bali. Laporan hasil penelitian. Balitnak Bogor, 1989.

Raharjo, Y.C, 1988. Pengaruh berbagai tingkat protein dan energy teradap produksi dan kualitas itik Tegal. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak. Unggas dan Aneka Ternak II. Puslitbangnak, Bogor.

Ramuan Herbal Penyakit Ternak. 2015. (http://stockist-hcs.com/ramuan-herbal-penyakit-ternak/. dilihat 14 Mei 2015 jam 20:50

Rhoades, K R and R B. Rimier. 1991. PaskweUosis. In Diseases of Poultry, w, ed. B. W. Calnek, J. J. Barne, C. W. Beard, W. M. Reid and H W. Yoder Jr (eds). Iowa State

Robinson,D.W, A.Usman, e.Hartoyo and E.R. Chavez, 1977. The husbandry of Alabioducksi South Kalimantan Swamplands. Center for Animal Research and Development, Bogor.

Rohmad. 2015. Materi Kuliah Peternakan. file:///D:/Buk Itik/Mater KuliahPeternakanrohmadfapertanian-peternakan kediri.htm/.dilihat 15 Mei 2015 jam 14. 50

Rohmad. 2015. Materi Kuliah Peternakan. file:///D:/Buku Itik/MateriKuliahPeternakan_rohmadfapertanian-peternakan kediri.htm/.dilihat 14 Mei 2015jam 11.20

Sabrani.M., A. Mulyadi dan U. Kusnadi, 1985. Socioeconomic aspects of village duck production in Central Java and Yogyakarta. Ducks Production Science and Word Practices.

Saepulloh.M dan Darminto, 2005. Kajian Newcatle disease dan pengendaliannya. Wartazoa, vol. 15 no.27 tahun 2005

Page 105: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

94 Daftar Pustaka

Samosir, D.J. 1983. Ilmu Ternak Itik. Penerbit PT. Gramedia Jakarta

Sarengat, W. 1982. Inventarisasi nama-nama jenis berdasarkan warna bulu pada populasi itik lokal di daerah Tegal dan Magelang. Prosiding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.

Sarengat, W. 1990. Produksi telur beberapa itik lokal pada pemeliharaan intensif. Prosiding Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pembangunan Usaha Itik di Jawa Tengah, Sub Balitnak Klepu.

Setioko, A.R dan Setiana, 1997. Perbibitan itik Alabio di Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Puslitbangnak, Bogor

Setioko, A.R, A.P. Sinurat, P. Setiadi dan A.Lasmini, 1984. Korelasi antara komdisi fisik terhadap produktivitas itik petelur Tegal. Pros. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan, Balitnak Ciawi Bogor.

Setioko, A.R., A.J. Evans and Y.C. Rahardo, 1985. Productions of herded ducks in West Java.Agricultural system. 16: 1 - 5

Sinurat, A.P., 1994. Penyusunan dan Pemberian Pakan Itik. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor (Upublish).

Srigandono, B. 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Srigandono, B. dan D. Sunarti. 2001. Sumbangan pemikiran pengembangan peternakan itik di Jawa Tengah. Prosiding Serasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah. Itik Sebagai Alternanif Usaha Agribisnis, Puslitbangtek Lemlit UNDIP.

Srigandono,B. dan W. Sarengat. 1990. Ternak itik beridentitas Jawa Tengah. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu dengan Balai Informasi Pertanian dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah.

Subiharta, D.M. Yuwana, Joko Pramono, Suryo A.P., dan Hartono. 1998. Peningkatan produktivitas itik Tegal dengan perbaikan mutu dan manajemen pemeliharaan di Kabupaten Brebes. Kerjasama BAPPEDA Kabupaten Brebes dengan BPTP Jawa Tengah. Laporan Penelitian, BPTP Jawa Tengah Tahun 1998.

Subiharta, L.H. Prasetyo,S, Prawirodigdo, D. Pramono, Y.C. Raharjo, B. Budihartodan Hartono. 2003. Seleksi Itik Tegal berdaya hasil tinggi. Laporan Penelitian kerjasama Pemerintah Kabupaten Brebes dengan BPTP Jawa Tengah.

Subiharta, S. Prawirodigdo, D.M. Yuwono, D. Pramonodan Hartono, 2001. Permasalahan dan pola perbibitan itik Tegal (Kasus di Kabupaten Brebes). Prosiding Serasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah. Itik sebagai alternative usaha agribisnis. Puslitbangtek Lemlit UNDIP.

Page 106: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 95

Subiharta, S. Prawirodigdo, D.M. Yuwono, L.H. Prasetyo, A.Lasmini, T. Prasetyo dan Hartono, 2000. Pengkajian Teknologi Itik Tegal di Daerah Pantai Utara. Laporan hasil pengkajian, BPTP Jawa Tengah, 2000.

Suci.D.M., 2013. Pakan itik Pedaging dan Petelur. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Wisma Hijau. Jl. Raya Bogor, KM 30, Cimanggis Depok.

Sudjai, R.A., 1974. Beternak Itik. Cetakan ketujuh. Penerbit CV. Masa Baru, Bandung.

Sudrajad. P dan Subiharta, 2013. Teknik formulasi pakan itik dengan bahan pakan lokal. Makalah disampaikan dalam acara pelatihan budidaya itik kalung bagi Petugas Peternakan, Penyuluh dan peternak yang diselenggarakan oleh Disnakkan Kab.Magelang pada tanggal 21 Mei 2013.

Sulaiman, A. dan S.N.Rahmatullah. 2011. Karakteristik eksterior, produksi dan kualitas telur itik Alabio (Anasplantyrhynchos Borneo) di sentra peternakan itik Kalimantan Selatan. BIOSCIENTIAE, Vol 8 Nomor 2 Hal: 46 – 61.

Suparyanto, A. 2005. Peningkatan produktivitas daging itik Mandalung melalui pembentukan galu rinduk. Disertasi Pasca Sarjana. Intitut Pertanian Bogor.

Suryana, R.R. Noor, P.S Hardjosworo, dan L.H. Prasetyo. 2011. Karateristik Penotipe Itik Alabio (Anasplantyrhynchos Borneo) di Kalimantan Selatan. Buletin Plasma Nutfah Vol. 17 N0.1

Susanti, T. dan L. H. Prasetyo. 2007. Panduan karakterisasi ternak itik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Sutikno, A.I., T. Heryati dan D. Suherman. Kontaminasi aflatoksin pada ransum campuran untuk itik. Ilmu dan Peternakan 6 (1).

Suwondo, S. 1979. Perbandingan produksi telur beberapa jenis itik lokal Indonesia di Semarang. Skripsi. Fak. Pet. UNDIP, Semarang.

Tanabe.Y, D.J.S. Hetzel, T.Kazaki and B.Gunawan, 1984. Biochemical Studies on phylogenetic breeds.Procc.XVII Word”sPoutryGongrees and Exibition, Helsinki.

Teknis Pemberian Obat Cacing pada Bebek Petelur. 2015. https://kudahitamperkasa.co.id/post/teknis-pemberian-obat-cacing-pada-bebek-petelur.html/.dilihat 14 Mei jam 21.20

Tradisi Ratu Inggris Menghitung angsa Miliknya. . 2015. http://plus.kapanlagi.com/tradisi-ratu-inggris-menghitung-angsa-miliknya-mau-bantu-07b436-1.html/.dilihat 14 Mei 2015 jam 10.15

University Press, Ames. pp. : 145-162.

Utari.S, B. Oetoyo dan W. Didjopratono, 1990. Penelitian pendahuluan mutu kulit jadi dari kulit itik lokal. Prosiding Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan usaha ternak itik di Jawa Tengah.

Page 107: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

96 Daftar Pustaka

Watanabe, M. 1961. Experimental studies on the artificial insemination of domestic ducks with special referine on the production of male ducks. L. Fac. Fish Animal Husbandry, Hiroshima University.

Wiloeto, D dan Kasudi, 1977. Keadaan performans itik Magelang asal daerah Magelang pada pemeliharaan intensif. Laporan Penelitian

Winarsih, W., S.Hastowo, B.W.Lay, 1997. Kasus kolera pada itik. Media Veteriner 1997, Vol. 4 (1)

Page 108: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 97

Lampiran 1. Beberapa Istilah yang terkait dengan ternak Itik (Unggas) (file:///D:/Buk Itik/Mater Kuliah Peternakan rohmadfapertanian-peternakan kediri.htm)

1. DOD (Day old Duck) = Itik yang berumur 1 hari.

2. Duck = Sebutan untuk itik secara umum.

3. Egg Yield = Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor ayam atau unggas lain

4. Wet plucking = pencabutan bulu unggas yang telah disembelih dengan cara

basah

5. Dry plucking = pencabutan bulu unggas yang telah disembelih dengan cara

kering

Page 109: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

98 Lampiran

Lampiran 2. PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL Nomor: 36/Permentan/OT.140/8/2006, BAB I, Pasal 1 ketentuan umum beberapa istilah sebagai berikut:

1. Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk

keperluan sendiri atau untuk diperjualbelikan.

2. Ternak adalah hewan piara, yang kehidupannya meliputi tempat

perkembangbiakan serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta

dipelihara khusus sebagai penghasil bahan dan jasa yang berguna bagi

kepentingan hidup manusia.

3. Spesies adalah sekelompok ternak yang memiliki sifat-sifat genetic sama,

dalam kondisi alami dapat melakukan perkawinan dan menghasilkan

keturunan yang subur.

4. Rumpun adalah sekelompok ternak yang mempunyai cirri dan karakteristik

luar serta sifat keturunan yang sama dari satu spesies.

5. Galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang

dikembangkan untuk tujuan pemuliaan dan/atau karakteristik tertentu.

6. Ternak asli adalah ternak yang kerabatl iarnya berasal dari dan proses

domestikasinya terjadi di Indonesia;

7. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar yang

telah dikembang-biakan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang

teradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen setempat;

8. Pemuliaan ternak adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah komposisi

genetik pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur guna

mencapai tujuan tertentu.

9. Wilayah sumber bibit ternak adalah suatu agroekosistem yang tidak

dibatasi oleha dministrasi pemerintahan dan mempunyai potensi untuk

pengembangan bibit ternak dari spesies atau rumpun tertentu.

10. Pemurnian adalah upaya untuk mempertahankan rumpun dari jenis

(spesies) ternak tertentu.

11. Inbred adalah ternak murni hasil perkawinan silang dalam.

Page 110: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 99

12. Uji Performans adalah metode pengujian untuk memilih ternak bibit

berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif meliputi pengukuran,

penimbangan dan penilaian.

13. Penetapan galur atau rumpun ternak adalah pengakuan pemerintah

terhadap suatu galur atau rumpun ternak yang telah ada di suatu wilayah

sumber bibit yang secara turun temurun dibudidayakan peternak dan

menjadi milik masyarakat.

14. Pelepasan galur ataur umpun ternak adalah pengakuan pemerintah

terhadap suatu galur atau rumpun ternak hasil pemuliaan di dalam negeri

yang dapat disebarluaskan.

15. Persilangan adalah cara perkawinan, dimana perkembangbiakan ternaknya

dilakukan melalui perkawinan antara hewan-hewan dari satu spesies tetapi

berlainan rumpun.

Page 111: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

100 Lampiran

Page 112: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

ItikPetelurAsli Indonesia 101

TENTANG PENULIS

Subiharta lahir di Sleman, Yogyakarta 16 April 1957. Gelar sarjana diperoleh di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1983. Selesai kuliah, penulis bekerja pada Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor sebagai peneliti unggas (tahun 1983 - 1985). Pada tahun 1986 penulis kemudian ditugaskan sebagai peneliti pada Sub Balai Penelitian Ternak Klepu di Karangjati, Ungaran sebagai unit kerja yang khusus menangani penelitian unggas hingga tahun 2002.

Sejalan dengan reorganisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang membentuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Ungaran, di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1997, penulis selanjutnya bekerja sebagai peneliti di BPTP Jawa Tengah, setelah sempat mendapat amanah sebagai Kepala IPP2TP (Intalasi Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian) pada tahun 1997 - 2002 dan ketua kelompok peneliti budidaya ternak.

Berbagai kegiatan penelitian itik yang digeluti penulis antara lain adalah penelitian seleksi pada itik Tegal sampai Generasi 5 (tahun 1998 - 2003) yang dapat meningkatkan produksi telur hingga 26,98 %. Kegiatan penelitian tersebut merupakan kerjasama antara BPTP Jawa Tengah dengan Pemerintah Kabupaten Brebes dan Direktorat Jendral Peternakan.

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian tersebut, itik Tegal telah dikembangkan sebagai itik unggul oleh Pemerintah Kabupaten Brebes di Unit Pelaksana Teknis bekerja sama dengan peternak penghasil telur tetas dan penetas yang tergabung dalam kelembagaan perbibitan. Kegiatan perbibitan kelembagaan perbibitan itik tersebut meliputi Kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang sebagai pusat pengembangan itik Tegal di Jawa Tengah.

Penelitian itik lainnya yang dilakukan oleh penulis adalah pemanfaatan ikan rucah dan limbah pangalengan ikan (kepala dan duri) sebagai sumber protein pada itik fase produksi di Kabupaten Brebes dan Pemalang, pengembangan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak itik untuk peningkatan fertilitas, serta penelitian integrasi itik dengan padi untuk mendukung pertanian organik di Kabupaten Batang.

Penulis telah mempublikasikan beberapa karya ilmiah yang terkait dengan penelitian peningkatan produksi itik asli, terutama publikasi yang terkait dengan perbibitan dan pakan. Penulis juga pernah bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakan Universitas Diponegoro untuk mengadakan kegiatan ilmiah berupa Lokakarya dan Seminar Nasional Unggas Lokal (itik) pada tahun 2002. Penulis juga aktif melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Kabupaten Magelang dengan menjadi narasumber pada pelatihan itik Magelang maupun di kabupaten lain seperti di Kabupaten Brebes, Pemalang dan kabupaten lainnya sejak tahun 2012 sampai sekarang.

Page 113: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

102 Tentang Penulis

AgusHermawan lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada

tanggal 19 Agustus 1965. Segera setelah memperoleh gelar Sarjana Statistika dari Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1987, karier sebagai peneliti dimulai di Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air (P3HTA) pada tahun 1988. Setelah lima tahun bekerja sebagai staf peneliti pada Puslittanak, Bogor, reorganisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengantarnya bekerja sebagai peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah tahun 1995.

Jenjang fungsional peneliti diawali pada 1993 sebagai Ajun Peneliti Muda di bidang kesuburan tanah. Setelah memperoleh gelar Magister dalam bidang Studi Pembangunan dari Universitas Kristen Satya Wacana (1998) dan gelar Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari University of the Philippines Los Banos/UPLB (2004), bidang keahlian Sistem Usaha Pertanian mulai ditekuni hingga dikukuhkan menjadi Profesor Riset yang ke-120 di Badan Litbangtan pada 11 Desember 2014.

Sepanjang masa karirnya, aspek sosial ekonomi pengembangan pertanian di lahan marjinal, khususnya di lahan kering Daerah Aliran Sungai (DAS) hulu dan kebijakan pembangunan pertanian di perdesaan menjadi perhatiannya. Lebih dari dua ratus karya tulis dan publikasi ilmiah telah dihasilkan, baik yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain dalam bentuk buku, jurnal, prosiding, dan makalah yang diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional.

Berbagai pelatihan system usahatani dan analisis ekonomi yang mendukung karirnya sebagai peneliti pernah diikuti,antara lain On Farm Trial for Technology Verification pada 1990 di Los Banos, Phillipina; Market Access and Sustainable Development pada2005 di Wageningen, Netherland; dan menjadi Visiting Scientist di IC Water-LW CSIRO pada 2007-2008 di WaggaWagga, NSW, Australia.

Pernah menjadi Koordinator Program pada tahun 2004-2007 dan beberapa kali menjadi Ketua Kelompok Pengkaji Sosial Ekonomi di BPTP Jawa Tengah. Pada tahun 2007 mendapat penghargaan dari Menteri Pertanian sebagai manajer terbaik laboratorium lapang agribisnis. Pada November 2008 hingga awal Januari 2011 mendapat amanah sebagai Kepala BPTP Kepulauan Bangka Belitung, sebelum kembali bertugas sebagai peneliti di BPTP Jawa Tengah sejak Januari 2011.

Sebagai bagian dari pembinaan kader ilmiah, yang bersangkutan aktif mengajar di Universitas Diponegoro dan membimbing penyusunan karya ilmiah mahasiswa dari beberapa perguruantinggi, antara lain UKSW-Salatiga, Universitas Bangka Belitung, Pangkalpinang, UGM-Yogyakarta, Universitas Diponegoro, dan Charles Sturt University, WaggaWagga, NSW, Australia. Saat ini masih tercatat sebagai Anggota Himpunan Profesi MKTI, HITI, dan PERHEPI.

Page 114: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANjateng.litbang.pertanian.go.id/.../mediacetak/buku/2015/itikpetelur.pdf · 11. Contoh Susunan Ransum Itik Didasarkan Kandungan Protein dengan

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi PertanianJalan ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122Telp. _+62-251-8321746, Faks. +62-251-8326561e-mail: [email protected]

ITIK PETELUR ASLI INDONESIA

Beternak itik petelur saat ini merupakan pilihan usaha yangcukup prospektif karena pasarnya masih sangat terbuka,khususnya bila menggunakan bangsa itik asli Indonesia.Usaha itik petelur relatif tahan terhadap perubahan nilaitukar karena hampir tidak ada sarana produksi yang berasaldari bahan impor. Usaha ternak itik bisa dimulai dari skalakecil secara sambilan di halaman rumah hingga usahapokok secara komersial.

Buku ini menjadi buku pegangan bagi para calon peternak,peternak, pemerhati ternak itik, maupun kalanganakademisi karena secara lengkap memuat berbagai bangsaitik asli dan lokal yang dikenal produksi telurnya tinggi,sistem pemeliharaan, pengelolaan pakan, serta cara seleksiuntuk meningkatkan produksi telur, paska panen,danpenanganan penyakit utama. Perlu diingat bahwasebagaimana halnya dengan cabang usaha yang lain, usahaternak itik asli dan itik lokal petelur memerlukanketekunan dan pengalaman untuk bisa mendapatkan hasilyang maksimal..