bil hal

14
A. Pendahuluan Dakwah artinya: Penyiaran, propaganda, seruan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Dakwah juga berarti suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia kejalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu agama Islam. 1 Menurut Al-Qur’an, dakwah adalah : Menyampaikan kebenaran di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala ك ل رب ي ب سdengan metode ة ن س ح ل ا ة و عظ م ل وا مة ك ح ل ا بPropaganda, mengajak atau menyampaikan sesuatu dapat disebut dakwah jika metode yang digunakan sesuai dengan ayat di atas, yaitu; Bilhikmah dan Mau’idzah Hasanah. Sedangkan yang menetukan hasil dari dakwah adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan kata dakwah menurut pendapat para ahli ulama adalah : a. Menurut Syeh Al-babiy al-khuli, dakwah adalah upaya memindahkan situasi manusia kepada situasi yang lebih baik. 1 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali pers,2012),hlm, 2

Upload: ucok-nasution

Post on 04-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bil hal

A. Pendahuluan

Dakwah artinya: Penyiaran, propaganda, seruan untuk mempelajari dan

mengamalkan ajaran agama. Dakwah juga berarti suatu proses upaya mengubah suatu

situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak

manusia kejalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu agama Islam.1

Menurut Al-Qur’an, dakwah adalah : Menyampaikan kebenaran di jalan Allah

Subhanahu wa Ta’ala ربك الحسنة dengan metode سبيل عظة والمو بالحكمة

Propaganda, mengajak atau menyampaikan sesuatu dapat disebut dakwah jika

metode yang digunakan sesuai dengan ayat di atas, yaitu; Bilhikmah dan Mau’idzah

Hasanah. Sedangkan yang menetukan hasil dari dakwah adalah Allah Subhanahu wa

Ta’ala.

Sedangkan kata dakwah menurut pendapat para ahli ulama adalah :

a. Menurut Syeh Al-babiy al-khuli, dakwah adalah upaya memindahkan situasi

manusia kepada situasi yang lebih baik.

b. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, “dakwah adalah mengajak manusia untuk

mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat

baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka

mendapatkebahagiaan di dunia dan akhirat”

Maka, dari pernyataan diatas, dapat saya disimpulkan bahwa dakwah adalah

suatu ajakan untuk mengajak umatnya untuk melakukan hal yang baik atau

mendekatkan diri kepada allah.

B.   Pengertian Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui) dan hodos

(jalan, cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan,

dalam bahasa Arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang mengandung arti tata

cara, sementara itu dalam Kamus Bahasa Indonesia metode artinya cara yang teratur

dan berfikir baik baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang

1 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali pers,2012),hlm, 2

Page 2: bil hal

bersistem untuk memudahkanpelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan.2 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut

dengan metode adalah suatu cara yang sudah diatur dangan petimbangan yang matang

untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode dakwah berarti : Suatu cara atau teknik menyampaikan ayat-ayat

Allah dan Sunnah dengan sistematis sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.3

Berhubung dengan pengertian diatas, maka metode yang digunakan dalam

mengajak haruslah sesuai dengan konsidisi maupun tujuan yang akan dicapai.

Pemakaian metode atau cara yang tidak benar merupakan keberhasilan dari dakwah

itu sendirii. Namun bila metode yang digunakn dalam menyampaikannya tidak

sesuai, maka akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.

C.   Bentuk Bentuk Metode Dakwah

1. Dakwah Bi Al-Hal

Dakwah bi al-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal, kerja

nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja bakti,

mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara ekonomis atau

bahkan acara-acara hiburan keagamaan.4 Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas

dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata terhadap penerima dakwah.

Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima

dakwah.

Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan

masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit. Dakwah dengan

pendekatan amal nyata merupakan aktivitas dakwah yang harus dilakukan bagi

aktivis dakwah, sehingga dakwah tidak hanya dipahami sebagai ceramah atau dakwah

2 Abd. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997,hlm.123 Rubiyanah MA dan Ade Masturi, M. Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga Penelitian

UIN. 2010, hlm, 44 Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta : Teras, 2009, hlm, 63

Page 3: bil hal

bi al-lisan saja. Karena sesungguhnya dakwah juga dapat dilakukan melalui tindakan

atau amal nyata yang dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat.

Terhadap kaum dhuafa (lemah) diperlukan suatu strategi dakwah yang cocok

dan sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat kaum dhuafa tersebut.

Pemberdayaan masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan ekonomi, sebagai

realisasi dakwah bi al-hal, adalah cara yang sangat efektif.

Menurut KH. MA. Sahal Mahfudzh bahwa untuk mengatasi kemiskinan

dakwah dapat ditempuh dengan dua jalan:

a. Memberi motivasi kepada kaum yang mampu, untuk menumbuhkan solidaritas

sosial.

b. Yang paling mendasar dan mendesak Dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata dan

program-program yang langsung menyentuh kebutuhan. Dakwah dengan

melalui pendekatan bi al-hal inilah yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta

kebutuhan mad’u atau sasaran dakwah dari kaum dhuafa. Dengan demikian

dakwah dapat menyentuh sasaran objek dakwah sebab yang diperlukan

masyarakat dhuafa adalah tindakan nyata untuk mengubah kondisi masyarakat

miskin yang serba kekurangan menjadi sebuah keadaan yang lebih baik dan

berkecukupan.5

2. Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang

dilakukan antara lain dengan ceramah-cermah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-

lain.6

antara lain :

a. Qaulun ma’rufun, yaitu dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-

hari yang disertai dengan misi agama (Islam), seperti penyebarluasan

5 Ibid, hlm, 646 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah 2009, hal 178

Page 4: bil hal

salam, mengawali pekerjaan dengan membaca basmalah, mengakhiri

pekerjaan dengan membaca hamdalah, dan sebagainya.

b. Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik

dalam ibadah maupun dalam perbuatan.

c. Nashihatuddin, yaitu memberi nasihat kepada orang yang tengah

dilanda problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya

dengan baik, seperti bimbingan serta penyuluhan agama dan

sebagainya.

d. Majlis ta’lim, yaitu pengajian agama tentang sesuatu persoalan dari

bab-bab tertentu dengan menggunakan buku/kitab dan diakhiri dengan

dialog.

e. Pengajian umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum, isi

dari materi dakwahnya tidak terlalu banyak, tetapi dapat menarik

perhatian pengunjung.

f. Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta

alasan serta diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik satu

kesimpulan. Mujadalah ini biasanya menghasilkan beberapa alternatif

pendapat dan dilaksanakan terkadang oleh kelompok masing-masing.7

Patut diketahui bahwa dakwah bil kitabah, yaitu dakwah yang menggunakan

keterampilan tulis menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam

majalah, surat kabar, brosur, buletin, buku dan sebagainya. Dakwah seperti ini

mempunyai kelebihan, yakni dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta

lebih luas jangkauannya, di samping masyarakat atau suatu kelompok dapat

mempelajari serta memahaminya sendiri bahkan tidak sedikit yang otodidak.

3. Dakwah Bil Kitabah

7 Ibid, hlm, 218

Page 5: bil hal

Dakwah bil kitabah yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan

keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku maupun internet.8

Di era informasi seperti sekarang ini, media massa baik cetak maupun

elektronik (internet) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Selain sebagai

media informasi yang menyuguhkan berbagai informasi dan berita-berita aktual,

kehadirannya juga merupakan alat yang strategis untuk membentuk opini publik

(public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap dan perilaku

manusia. Karena hampir ratusan atau bahkan ribuan orang setiap harinya berinteraksi

dengan media massa.

Karena begitu strategisnya, media massa dijadikan sebagai sumber baru

kekuasaan karena informasi di tangan banyak orang (the new source of power is

information in the hand of many), dan siapa yang menguasai media massa, dialah

pengendali dan penguasa dunia. Jalan pikiran dan sikap warga dunia bisa

dikendalikannya melalui pembentukan opini publik.

Dalam kenyataan sekarang, arus informasi dunia dikuasai dan dikendalikan

oleh the order (orang di luar Islam) yang memandang Islam sebagai musuh besar

yang harus dilawan dan dihancurkan. Mereka melakukan “penjajahan” informasi

melalui perang pemikiran dan budaya (ghazwul fikri dan tsaqofi), yakni

mensosialisasikan nilai-nilai, pemikiran, dan budaya mereka ke dunia Islam, agar

pola pikir dan gaya hidup umat Islam cenderung lebih berkiblat ke barat daripada taat

pada aturan Islam. Hasilnya, paham-paham seperti materialisme, sekularisme, dan

hedonisme telah banyak merasuki pola pikir dan tatanan kehidupan umat Islam saat

ini.

Di satu pihak, umat Islam tidak memiliki ghiroh (semangat) untuk menjadikan

media massa sebagai sarana strategis dalam memperjuangkan dan menegakkan nilai-

nilai Islam. Akibatnya, umat Islam hanya menjadi konsumen dan rebutan media

massa lain yang tak jarang membawa informasi yang menyesatkan.

8 Samsul Munir Amin, OpCit,.hlm, 64

Page 6: bil hal

Realitas mengatakan, dari sekian banyak ulama Islam, sedikit sekali yang

bergelut dalam dunia dakwah bil qolam. Kebanyakan dari mereka piawai melakukan

dakwah dengan cara yang bilisan seperti, ceramah, tabligh, dan khutbah. Namun,

tidak piawai menuangkannya dalam sebuah bentuk tulisan  terlebih lagi berusaha

untuk mempublikasikannya dalam media massa.

Padahal, kalau melihat sejarah peradaban Islam, banyak ulama salaf yang

mengabadikan dan menyebarluaskan pandangan-pandangan keIslamannya melalui

tulisan (dakwah bil qolam). Mereka telah melahirkan sejumlah “kitab kuning” yang

sampai saat ini masih digunakan sebagai buku teks kaum santri di pondok pesantren.

Sebagaimana kita ketahui, kemampuan menulis menjadikan seorang imam as-

syafi’i bisa mewariskan ilmunya melalui kitab al-um, imam al-asqolani dengan

kitabnya al-itqon, imam al-zamakhsary dengan kitab tafsir al-kasysyafnya, begitu

juga dengan imam al-ghazali dengan kitabnya ihya ulumuddin, dan masih banyak

lagi.

Dari kalangan ulama kontemporer, sebut saja misalnya yusuf qardhawi,

muhammad abduh, jamaludin al-afgani. Mereka telah menggelorakan semangat

pembaharuan dan kebangkitan Islam melalui dakwah bil qolam. Mereka mengetahui

dan menyadari bahwa dakwah bil qolam merupakan sunnah yang harus diikuti dan

dilestarikan.  Sebagaimana dicontohkan oleh nabi muhammad saw ketika beliau

menulis surat yang berisi ajakan masuk Islam kepada kaisar persia.

Karena perannya sangat penting dan strategis, dakwah bil qolam semestinya

menjadi perhatian serius umat Islam saat ini. Para ulama, muballig, ustad harus

mampu menuangkan pandangan-pandangan keIslamannya dalam bentuk tulisan, baik

dalam buku, koran atau media internet. Hal ini bisa dilakukan tanpa meninggalkan

dakwah melalui format lama seperti khutbah, tabligh, ceramah dan dakwah bil hal.

Dakwah melalui tulisan mempunyai keunggulan dibandingkan dakwah

dengan bentuk lain. Sebagai ilustrasi, ketika seorang muballig mengadakan pengajian

di lapangan terbuka, maka yang dapat mendengarkan “hanya” sekitar 10 ribu orang.

Tetapi, jika materi ceramahnya itu ditungankan dalam bentuk tulisan yang

Page 7: bil hal

dipublikasin dalam media massa, maka materi tersebut dapat dibaca oleh seluruh

umat yang ada di pelosok negeri ini, yang jumlahnya berlipat-lipat dari yang hadir di

lapangan tadi.9

C. Kesimpulan

Secara substantif, dakwah adalah ajakan yang bersifat Islami. Sedangkan kata

lisan, dalam bahasa Arab berarti “bahasa”. Maka dakwah bi al-lisan bisa diartikan:

“penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi antara

da’i dan mad’u (objek dakwah). Dakwah adalah proses mengkomunikasikan pesan-

pesan Ilahiah kepada orang lain. Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami

dengan baik maka, diperlukan adanya penguasaan terhadap teknik berkomunikasi

yang efektif.

Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya

bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus

digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap

permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu,santun, menyejukan dan tidak

provokatif serta tidak mengandung fitnah. Da’i dalam menyampaikan informasi

ketika melakukan aktivitas dakwah, hendaklah baik, benar dan mendidik. Kualitas

perkataan seseorang mencerminkan suasana hati. Lisan yang fasih, tegar dan penuh

percaya diri merupakan gambaran kondisi hati seseorang yang tenang dan memiliki

semangat untuk menyampaikan kebenaran.

Dakwah bi al-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal,

kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja

bakti, mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara ekonomis

atau bahkan acara-acara hiburan keagamaan. Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas

dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata terhadap penerima dakwah.

Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima

dakwah.

9 Ibid, hlm, 66

Page 8: bil hal

Dakwah bil kitabah yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian

menulis di surat kabar, majalah, buku maupun internet

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Page 9: bil hal

Drs. Samsul Munir Amin, M. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009

Rubiyanah MA dan Ade Masturi, M. Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga

Penelitian UIN. 2010

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah 2009.

Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta : Teras, 2009.

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali pers, 2012.