bil hal
TRANSCRIPT
A. Pendahuluan
Dakwah artinya: Penyiaran, propaganda, seruan untuk mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama. Dakwah juga berarti suatu proses upaya mengubah suatu
situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak
manusia kejalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu agama Islam.1
Menurut Al-Qur’an, dakwah adalah : Menyampaikan kebenaran di jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala ربك الحسنة dengan metode سبيل عظة والمو بالحكمة
Propaganda, mengajak atau menyampaikan sesuatu dapat disebut dakwah jika
metode yang digunakan sesuai dengan ayat di atas, yaitu; Bilhikmah dan Mau’idzah
Hasanah. Sedangkan yang menetukan hasil dari dakwah adalah Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Sedangkan kata dakwah menurut pendapat para ahli ulama adalah :
a. Menurut Syeh Al-babiy al-khuli, dakwah adalah upaya memindahkan situasi
manusia kepada situasi yang lebih baik.
b. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, “dakwah adalah mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat
baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka
mendapatkebahagiaan di dunia dan akhirat”
Maka, dari pernyataan diatas, dapat saya disimpulkan bahwa dakwah adalah
suatu ajakan untuk mengajak umatnya untuk melakukan hal yang baik atau
mendekatkan diri kepada allah.
B. Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui) dan hodos
(jalan, cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan,
dalam bahasa Arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang mengandung arti tata
cara, sementara itu dalam Kamus Bahasa Indonesia metode artinya cara yang teratur
dan berfikir baik baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang
1 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali pers,2012),hlm, 2
bersistem untuk memudahkanpelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.2 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut
dengan metode adalah suatu cara yang sudah diatur dangan petimbangan yang matang
untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode dakwah berarti : Suatu cara atau teknik menyampaikan ayat-ayat
Allah dan Sunnah dengan sistematis sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.3
Berhubung dengan pengertian diatas, maka metode yang digunakan dalam
mengajak haruslah sesuai dengan konsidisi maupun tujuan yang akan dicapai.
Pemakaian metode atau cara yang tidak benar merupakan keberhasilan dari dakwah
itu sendirii. Namun bila metode yang digunakn dalam menyampaikannya tidak
sesuai, maka akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.
C. Bentuk Bentuk Metode Dakwah
1. Dakwah Bi Al-Hal
Dakwah bi al-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal, kerja
nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja bakti,
mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara ekonomis atau
bahkan acara-acara hiburan keagamaan.4 Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas
dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata terhadap penerima dakwah.
Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima
dakwah.
Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan
masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit. Dakwah dengan
pendekatan amal nyata merupakan aktivitas dakwah yang harus dilakukan bagi
aktivis dakwah, sehingga dakwah tidak hanya dipahami sebagai ceramah atau dakwah
2 Abd. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997,hlm.123 Rubiyanah MA dan Ade Masturi, M. Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN. 2010, hlm, 44 Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta : Teras, 2009, hlm, 63
bi al-lisan saja. Karena sesungguhnya dakwah juga dapat dilakukan melalui tindakan
atau amal nyata yang dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat.
Terhadap kaum dhuafa (lemah) diperlukan suatu strategi dakwah yang cocok
dan sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat kaum dhuafa tersebut.
Pemberdayaan masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan ekonomi, sebagai
realisasi dakwah bi al-hal, adalah cara yang sangat efektif.
Menurut KH. MA. Sahal Mahfudzh bahwa untuk mengatasi kemiskinan
dakwah dapat ditempuh dengan dua jalan:
a. Memberi motivasi kepada kaum yang mampu, untuk menumbuhkan solidaritas
sosial.
b. Yang paling mendasar dan mendesak Dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata dan
program-program yang langsung menyentuh kebutuhan. Dakwah dengan
melalui pendekatan bi al-hal inilah yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta
kebutuhan mad’u atau sasaran dakwah dari kaum dhuafa. Dengan demikian
dakwah dapat menyentuh sasaran objek dakwah sebab yang diperlukan
masyarakat dhuafa adalah tindakan nyata untuk mengubah kondisi masyarakat
miskin yang serba kekurangan menjadi sebuah keadaan yang lebih baik dan
berkecukupan.5
2. Dakwah Bil Lisan
Dakwah bil-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang
dilakukan antara lain dengan ceramah-cermah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-
lain.6
antara lain :
a. Qaulun ma’rufun, yaitu dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-
hari yang disertai dengan misi agama (Islam), seperti penyebarluasan
5 Ibid, hlm, 646 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah 2009, hal 178
salam, mengawali pekerjaan dengan membaca basmalah, mengakhiri
pekerjaan dengan membaca hamdalah, dan sebagainya.
b. Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik
dalam ibadah maupun dalam perbuatan.
c. Nashihatuddin, yaitu memberi nasihat kepada orang yang tengah
dilanda problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya
dengan baik, seperti bimbingan serta penyuluhan agama dan
sebagainya.
d. Majlis ta’lim, yaitu pengajian agama tentang sesuatu persoalan dari
bab-bab tertentu dengan menggunakan buku/kitab dan diakhiri dengan
dialog.
e. Pengajian umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum, isi
dari materi dakwahnya tidak terlalu banyak, tetapi dapat menarik
perhatian pengunjung.
f. Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta
alasan serta diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik satu
kesimpulan. Mujadalah ini biasanya menghasilkan beberapa alternatif
pendapat dan dilaksanakan terkadang oleh kelompok masing-masing.7
Patut diketahui bahwa dakwah bil kitabah, yaitu dakwah yang menggunakan
keterampilan tulis menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam
majalah, surat kabar, brosur, buletin, buku dan sebagainya. Dakwah seperti ini
mempunyai kelebihan, yakni dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta
lebih luas jangkauannya, di samping masyarakat atau suatu kelompok dapat
mempelajari serta memahaminya sendiri bahkan tidak sedikit yang otodidak.
3. Dakwah Bil Kitabah
7 Ibid, hlm, 218
Dakwah bil kitabah yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan
keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku maupun internet.8
Di era informasi seperti sekarang ini, media massa baik cetak maupun
elektronik (internet) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Selain sebagai
media informasi yang menyuguhkan berbagai informasi dan berita-berita aktual,
kehadirannya juga merupakan alat yang strategis untuk membentuk opini publik
(public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap dan perilaku
manusia. Karena hampir ratusan atau bahkan ribuan orang setiap harinya berinteraksi
dengan media massa.
Karena begitu strategisnya, media massa dijadikan sebagai sumber baru
kekuasaan karena informasi di tangan banyak orang (the new source of power is
information in the hand of many), dan siapa yang menguasai media massa, dialah
pengendali dan penguasa dunia. Jalan pikiran dan sikap warga dunia bisa
dikendalikannya melalui pembentukan opini publik.
Dalam kenyataan sekarang, arus informasi dunia dikuasai dan dikendalikan
oleh the order (orang di luar Islam) yang memandang Islam sebagai musuh besar
yang harus dilawan dan dihancurkan. Mereka melakukan “penjajahan” informasi
melalui perang pemikiran dan budaya (ghazwul fikri dan tsaqofi), yakni
mensosialisasikan nilai-nilai, pemikiran, dan budaya mereka ke dunia Islam, agar
pola pikir dan gaya hidup umat Islam cenderung lebih berkiblat ke barat daripada taat
pada aturan Islam. Hasilnya, paham-paham seperti materialisme, sekularisme, dan
hedonisme telah banyak merasuki pola pikir dan tatanan kehidupan umat Islam saat
ini.
Di satu pihak, umat Islam tidak memiliki ghiroh (semangat) untuk menjadikan
media massa sebagai sarana strategis dalam memperjuangkan dan menegakkan nilai-
nilai Islam. Akibatnya, umat Islam hanya menjadi konsumen dan rebutan media
massa lain yang tak jarang membawa informasi yang menyesatkan.
8 Samsul Munir Amin, OpCit,.hlm, 64
Realitas mengatakan, dari sekian banyak ulama Islam, sedikit sekali yang
bergelut dalam dunia dakwah bil qolam. Kebanyakan dari mereka piawai melakukan
dakwah dengan cara yang bilisan seperti, ceramah, tabligh, dan khutbah. Namun,
tidak piawai menuangkannya dalam sebuah bentuk tulisan terlebih lagi berusaha
untuk mempublikasikannya dalam media massa.
Padahal, kalau melihat sejarah peradaban Islam, banyak ulama salaf yang
mengabadikan dan menyebarluaskan pandangan-pandangan keIslamannya melalui
tulisan (dakwah bil qolam). Mereka telah melahirkan sejumlah “kitab kuning” yang
sampai saat ini masih digunakan sebagai buku teks kaum santri di pondok pesantren.
Sebagaimana kita ketahui, kemampuan menulis menjadikan seorang imam as-
syafi’i bisa mewariskan ilmunya melalui kitab al-um, imam al-asqolani dengan
kitabnya al-itqon, imam al-zamakhsary dengan kitab tafsir al-kasysyafnya, begitu
juga dengan imam al-ghazali dengan kitabnya ihya ulumuddin, dan masih banyak
lagi.
Dari kalangan ulama kontemporer, sebut saja misalnya yusuf qardhawi,
muhammad abduh, jamaludin al-afgani. Mereka telah menggelorakan semangat
pembaharuan dan kebangkitan Islam melalui dakwah bil qolam. Mereka mengetahui
dan menyadari bahwa dakwah bil qolam merupakan sunnah yang harus diikuti dan
dilestarikan. Sebagaimana dicontohkan oleh nabi muhammad saw ketika beliau
menulis surat yang berisi ajakan masuk Islam kepada kaisar persia.
Karena perannya sangat penting dan strategis, dakwah bil qolam semestinya
menjadi perhatian serius umat Islam saat ini. Para ulama, muballig, ustad harus
mampu menuangkan pandangan-pandangan keIslamannya dalam bentuk tulisan, baik
dalam buku, koran atau media internet. Hal ini bisa dilakukan tanpa meninggalkan
dakwah melalui format lama seperti khutbah, tabligh, ceramah dan dakwah bil hal.
Dakwah melalui tulisan mempunyai keunggulan dibandingkan dakwah
dengan bentuk lain. Sebagai ilustrasi, ketika seorang muballig mengadakan pengajian
di lapangan terbuka, maka yang dapat mendengarkan “hanya” sekitar 10 ribu orang.
Tetapi, jika materi ceramahnya itu ditungankan dalam bentuk tulisan yang
dipublikasin dalam media massa, maka materi tersebut dapat dibaca oleh seluruh
umat yang ada di pelosok negeri ini, yang jumlahnya berlipat-lipat dari yang hadir di
lapangan tadi.9
C. Kesimpulan
Secara substantif, dakwah adalah ajakan yang bersifat Islami. Sedangkan kata
lisan, dalam bahasa Arab berarti “bahasa”. Maka dakwah bi al-lisan bisa diartikan:
“penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi antara
da’i dan mad’u (objek dakwah). Dakwah adalah proses mengkomunikasikan pesan-
pesan Ilahiah kepada orang lain. Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami
dengan baik maka, diperlukan adanya penguasaan terhadap teknik berkomunikasi
yang efektif.
Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya
bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus
digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap
permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu,santun, menyejukan dan tidak
provokatif serta tidak mengandung fitnah. Da’i dalam menyampaikan informasi
ketika melakukan aktivitas dakwah, hendaklah baik, benar dan mendidik. Kualitas
perkataan seseorang mencerminkan suasana hati. Lisan yang fasih, tegar dan penuh
percaya diri merupakan gambaran kondisi hati seseorang yang tenang dan memiliki
semangat untuk menyampaikan kebenaran.
Dakwah bi al-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal,
kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja
bakti, mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara ekonomis
atau bahkan acara-acara hiburan keagamaan. Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas
dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata terhadap penerima dakwah.
Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima
dakwah.
9 Ibid, hlm, 66
Dakwah bil kitabah yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian
menulis di surat kabar, majalah, buku maupun internet
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Drs. Samsul Munir Amin, M. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009
Rubiyanah MA dan Ade Masturi, M. Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN. 2010
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah 2009.
Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta : Teras, 2009.
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali pers, 2012.