book chapter -...
TRANSCRIPT
i
BOOK CHAPTER
PUBLIC RELATIONS AND
CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
Editor
Susanne Dida
Priyo Subekti
Syauqy Lukman
Retasari Dewi
FX Ari Agung Prastowo
ii
Copyright @2017, Program Studi Hubungan Masyarakat Fikom UNPAD
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Cetakan 1, November, 2017 Diterbitkan oleh Unpad Press
Graha Kandaga, Perpustakaan Unpad Lt 1 Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Bandung 45363 e-mail : [email protected]/[email protected]
http://press.unpad.ac.id Anggota IKAPI dan APPTI
Editor : Susanne Dida, Priyo Subekti, Syauqy Lukman, Retasari Dewi, FX Ari Agung Prastowo
Tata Letak : Muhammad Al Fata Ramadhan
Desainer Sampul : Syauqy Lukman
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
PUBLIC RELATIONS AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/ Penulis/Editor Susanne Dida DKK, Penyunting, --Cet. 1– Bandung; Unpad Press; 151h.; 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-602-439-241-3
I . PUBLIC RELATIONS AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY II. Susanne Dida, Priyo Subekti, Syauqy
Lukman, Retasari Dewi, FX Ari Agung Prastowo
iii
Kata Pengantar
Buku yang bertemakan Publik Relations (humas) dan
pemberdayaan Masyarakat, merupakan rangkaian hasil kajian
dan pemikiran dari segelintir orang yang tertarik untuk
memahami sekaligus berupaya melakukan pengembangan
ilmiah dalam kajian Corporate Social Responsibility (CSR),
sebuah bidang yang sedang banyak dikaji.
Sebagai sebuah kajian yang relatif baru, orang-orang
khususnya praktisi pada perusahaan yang dikaji lebih
mengartikan CSR secara berbeda, banyak praktisi yang lebih
berorientasi pada penerapan CSR dibanding dengan upaya
membangun CSR sebagai sebuah disiplin. Konsekuensi yang
muncul adalah terjadinya mullti interpretasi atas CSR baik
dilihat dari “Theoretical perspective” maupun “Main
argument” lebih jauhnya CSR muncul dalam berbagai bentuk.
Tulisan ini hanya merupakan hasil riset (laporan
penelitian) dari individu atau kajian kelompok yang belum
melalui tahapan diskusi dan dialog yang utuh terlebih
perdebatan-perdebatan yang dilakukan secara terbuka dengan
para praktisi juga teoritis dibidangnya.
Sebagai kajian hasil riset dalam kondisi ketiadaan kesepakatan
konsep bahkan untuk tahap kesepakatan penerimaan dan
penerapan dalam manajemen (seperti Levitt dan Friedman ),
kita masih akan mengalami kesulitan untuk menjadikan konsep
CSR sebagai subyek perdebatan dalam membangun sebuah
disilin keilmuan. Oleh karena itu kehadiran buku ini lebih tepat
sebagai informasi mengenai peta pemahaman sebagian pelaku
CSR, dan dari peta pemahaman ini diharap menjadi awal untuk
melakukan perenungan guna memberi nilai manfaat yang lebih
dari penerapan CSR oleh perusahaan baik bagi perusahaan itu
sendiri maupun masyarakat dimana perusahaan beroperasi.
Terakhir, terima kasih kepada Tantri Puspita Yazid,
Olza Triyani (Universitas Riau), Mutiara Fadia, Susie
iv
Perbawasari, Yanti Setianti , Rully Khairul Anwar, Yuliani
Samroh Fuadi, Elnovani Lusiana, Lukiati Komala, Uud
Wahyudin, Agus Setiaman, Meria Octavianti, Slamet
Mulyana, Famela, Iriana Bakti, Trie Damayanti, Muhammad
Ramelan Rimbananto, Feliza Zubair, Syauqy Lukman, Priyo
Subekti, Hanny Hafiar, (Universitas Padjadjaran Bandung),
Rahma Santhi Zinaida (Universitas Bina Darma Palembang).
Terima kasih juga kepada dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadajarn, ketua program studi Hubungan
Masyarakat Universitas Padjadjaran yang telah memfasilitasi
penerbitan buku ini.
Jatinangor, Oktober 2017
Agus Rahmat
i
DAFTAR ISI
BUKAN SEKEDAR CSR: INVESTASI SOSIAL
UNTUK PEMBANGUNAN MASYARAKAT ........ 1
PENDAHULUAN ................................................... 1
METODE PENELITIAN ........................................ 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................... 8
SIMPULAN ........................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................ 14
COMMUNITY DEVELOPMENT “SEKOLAH
GRATIS MENJAHIT RUMAH MODE QBUN”
DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN ...... 16
PENDAHULUAN ................................................. 16
METODE PENELITIAN ...................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 24
SIMPULAN ........................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................ 39
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)
AREA KAMOJANG DALAM PERENCANAAN
PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR
GEOTHERMAL ...................................................... 41
PENDAHULUAN ................................................. 41
METODE PENELITIAN ...................................... 44
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 45
SIMPULAN ........................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................ 52
ii
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PT. KALREZ PETROLEUM OIL COMPANY
(KRZ) DI DESA BULA, KABUPATEN SERAM
BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU ............ 53
PENDAHULUAN ................................................. 53
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 59
SIMPULAN ........................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................ 69
PENGGUNAAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA
KOMUNIKASI CSR OLEH PERUSAHAAN ...... 71
PENDAHULUAN ................................................. 71
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 73
SIMPULAN ........................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................ 79
SAHABAT “SApa, HArgai, jaBAT” : UPAYA
PENDUKUNG KEGIATAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PT MEDCO E&P INDONESIA
................................................................................... 80
PENDAHULUAN ................................................. 80
METODE PENELITIAN ...................................... 83
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 85
SIMPULAN ........................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................ 94
KEGIATAN COMMUNITY RELATIONS DINAS
PERIKANAN JAWA BARAT MELALUI
KUNJUNGAN LATIHAN (KULAT) JARING
TERAPUNG DALAM MEMBANGUN
PARTISIPASI MASYARAKAT DESA BONGAS
iii
KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG
PADA BIDANG PERIKANAN .............................. 96
PENDAHULUAN ................................................. 96
METODE PENELITIAN .................................... 101
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... 102
SIMPULAN ......................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA .......................................... 107
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM BEDAH
RUMAH PT. PLN DISTRIBUSI JAWA BARAT109
PENDAHULUAN ............................................... 109
METODE PENELITIAN .................................... 111
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... 112
SIMPULAN ......................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA .......................................... 130
PERAN KOMUNITAS BUDAYA DALAM
PENGEMBANGAN .............................................. 132
BUDAYA LOKAL DI PANGANDARAN ........... 132
PENDAHULUAN ............................................... 132
METODE PENELITIAN .................................... 135
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... 135
SIMPULAN ......................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA .......................................... 140
PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PERSPEKTIF
ELKINGSTON’S MODEL TRIPLE BOTTOM LINE
(TBL) ...................................................................... 142
iv
PENDAHULUAN ............................................... 142
METODE PENELITIAN .................................... 143
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... 143
SIMPULAN ......................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA .......................................... 150
1
BUKAN SEKEDAR CSR: INVESTASI SOSIAL
UNTUK PEMBANGUNAN MASYARAKAT
Tantri Puspita Yazid, Olza Triyani
Universitas Riau
[email protected] ; [email protected]
PENDAHULUAN
Pusat atau fokus perhatian yang berbasis pada pemikiran
tentang kualitas hubungan diantara lingkungan alam (planet),
manusia (people), dan usaha ekonomi (profit) menetaskan
beragam bentuk kegiatan yang kemudian dikenal dengan
corporate social responsibility (CSR). Dalam catatannya, CSR
merupakan skema “jalan tengah” untuk mencegah gerakan
antibisnis yang muncul karena menguatnya kesadaran
masyarakat atas dampak negatif industri. Secara umum
dipahami, pemikiran tentang CSR didasarkan pada kebijakan
perusahaan sebagai komitmen untuk meningkatkan kualitas
kehidupan komunitas melalui kerjasama antara para pelaku
bisnis dan sumber daya yang ada dalam kehidupan komunitas
(Kotler dan Lee, 2005). Namun dalam perjalananya, pergeseran
pemaknaan CSR dari perhatian dunia industri pada upaya
membatasi pencemaran lingkungan ke kegiatan pembangunan
masyarakat yang berada di sekitar lingkungan operasional
bisnis perusahaan memerluas hal-hal yang perlu diperhatikan
dunia industri. Konsepsi corporate social responsibility
berkembang dan kemudian juga menjadi komitmen dunia usaha
untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan
berkontribusi untuk meningkatkan ekonomi, meningkatkan
kualitas hidup karyawan, serta sekaligus untuk meningkatkan
kualitas komunitas lokal dan masyarakat luas dalam berbagai
bidang, selain sebagai cara yang dapat digunakan untuk
2
mengomunikasikan eksistensi perusahaan kepada masyarakat
luas (Prajarto, 2012).
Penerapan CSR dalam dunia industri di Indonesia
berbeda-beda. Bagi Chevron Pasific Indonesia (CPI), CSR
bukan sekedar bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap lingkungan tempat operasional nya, namun lebih dari
itu menjadi sebuah bentuk investasi sosial untuk membantu
pembangunan yang berkelanjutan, terutama pembangunan
masyarakat. Tujuan utama nya memiliki kegiatan jangka
panjang dan berkelanjutan. Hal ini sekaligus membantah
kenyataan adanya beberapa perusahaan yang ‘terlalu”
menyederhanakan pelaksanaan ttanggung jawab sosial mereka
dan persepsi keliru masyarakat yang mencampuradukan hadiah
pembelian suatu produk sebagai wujud tanggung jawab sosial.
Perusahaan asal amerika Serikat ini aktif di 180 negara di
dunia,bergerak di industri minyak, gas, eksplorasi, dan
produksi. Salah satu lokasi operasional Chevron Pasicif
Indonesia adalah di Riau. Riau yang terkenal akan kekayaan
minyak bumi dan gas menjadi salah satu alasan tujuan
perusahaan dunia untuk berinvestasi, termasuk Chevron.
Perseroan yang kegiatannya usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) sesuai pada
aturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74.
Salah satu bentuk CSR CPI di Riau yang suistable adalah
dalam bidang pendidikan melalui program beasiswa
Darmasiswa Chevron Riau (DCR). Program tersebut di tujukan
untuk pelajar SMA kelas XII se Provinsi Riau. selain itu, bentuk
investasi sosial bermitra dengan pemerintah daerah untuk
membuka sekolah-sekolah. CPI telah membangun SMA Negeri
pertama di Pekanbaru, SMAN 1, dibangun tahun 1957 dan
Politeknik Caltex Riau (PCR) yang berlokasi di Rumbai,
3
Pekanbaru. Komunikasi menjadi bagian penting bagis uatu
perusahaan dalam menjaga eksistensi dan untuk menyebarkan
program merea. Disini lah letak fungsi dan peran utama humas
sebagai jembatan komunikasi perusahaan dan publik nya.
Melalui divisi PGPA (Policy Government and Public Affair),
divisi khusus menangani semua program-program social
investment atau lebih dikenal dengan corporate social
responsibility PT Chevron Pasific Indonesia. PGPA berperan
penting dalam proses mengidentifikasi, mengelola dan
mengurangi dampak sosial potensial bagi masyarakat yang
berada di sekitar lingkungan perusahaan atau dapat dikatakan
masyarakat yang terkena dampak operasional perusahaan,
termasuk masyarakat pelajar.
Investasi sosial yang dilakukan CPI di Riau untuk
pembangunan masyarakat dalam bidang pendidikan mampu
mewujudkan mimpi-mimpi anak muda Riau untuk terus maju,
terutama bagi pelajar yang kurang mampu. Aris Prima, salah
satu pelajar yang mengikuti program DCR tahun 2001, kini
telah bekerja di PT Pertamina EP. Menurut Aris, dikutip dalam
tulisan satu dasawarsa DCR Riau, “Tahun1997-1998 adalah
momentum awal kelahiran seorang pemimpi miskin yang tidak
pernah menyerah atas nasib yang orang bilang sulit diubah. Jika
momen itu tidak pernah terjadi, maka aku tidak akan pernah
seperti ini”. Program DCR dianggap mendapatkan animo yang
sangat tinggi di Riau. Beasiswa ini dianggap sangat prestis
sehingga siswa mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk
menghadapi tes beasiswa ini. Program DCR adalah pemberian
beasiswa masuk ke perguruan tinggi kepada 65 siswa SLTA
berprestasi dari wilayah operasi Chevron di Riau.
Perencanaan dan implementasi program DCR sebagai
bentuk investasi sosial dan kontribusi CPI bagi pembangunan
masyarakat yang telah berjalan lancer mendapat goncangan
4
bersamaan dengan krisis yang melanda Chevron. Minyak bumi
yang sudah mulai tak banyak lagi di Riau dan izin operasional
yang mulai mendekati akhir, mengharuskan CPI untuk
memangkas banyak karyawan dan memikirkan kembali
program kerja nya, termasuk dalam bidang CSR. Selain itu, isu
mengenai program DCR yang khusus untuk anak karyawan
mulai memudarkan semangat generasi muda Riau yang ingin
maju namun tak mampu. Pada keadaan inilah pentingnya
sebuah komuniaksi dilakukan oleh divisi PGPA agar tetap
mendaptkan kepercayaan publik dan tetap menjalin hubungan
baik dengan semua stakeholder. Berdasarkan hasil wawancara
dengan ibu Winda, divisi PGPA Chevron Riau mengatakan,
“krisis yang terjadi saat ini berdampak pada kami. Namun, kami
akan tersu komitmen untuk membangun negeri melalui social
invesmnet. Selain itu, kami juga pernah mendaptkan
penghargaan dengan program yang kami lakukan, salah satu
nya DCR pada pertemuan Chevron di Amerika. Maka, kami
akan komitmen untuk terus membantu membangun negeri”1.
Pendidikan bagi pemerintah Indonesia masih menjadi
perhatian, terutama sekali pemerataan dalam bidang
pendidikan. Untuk dapat mewujudkan pendidikan yang layak
dan merata, perlu di sinergikan dengan perusahaan melalui
CSR. Agar terjalin kualitas hubungan diantara lingkungan alam
(planet), manusia (people), dan usaha ekonomi (profit).
Komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan kepada publik nya
mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan teknologi
dan kesadaraan masyarakat. Hal ini juga berpengaruh terhadap
proses kerja PR. Grunig dan Hunt menggambarkan proses kerja
PR melalui 4 model, yakni Press Agentry, Public Information,
1 (13/
12/2016)
5
Two way Communication Asymetrical, Two Way
Commmunication Simetrical (Grunig dan Hunt, 1994). Humas
(PR) CPI memperkenalkan program CSR DCR kepada
publiknya dengan cara membujuk publik tersebut bekerjasama,
bersikap terbuka sesuai dengan harapan dari perusahaan. ini
feedback dan feedforward dari pihak publik diperhatikan karena
feedback (umpan balik) yang diinginkan perusahaan adalah
suatu bentuk partisipasi dari publiknya feedforward (umpan
masuk) diharapkan adalah suatu bentuk masukan ataupun
informasi yang berguna bagi pelaksanaan CSR untuk ke
depannya. Model PR two way communication symmetrical
lebih bisa menggambarkan fenoemna CSR Chevron Pasific
Indoensia cabang Rumbai untuk pembangunan masyarakat.
Model ini lebih bisa menggambarkan peran Public
Relations PT. CPI dalam mengkomunikasikan CSR DCR
perusahaan kepada publiknya. Model ini bisa membantu dalam
menganalisa bagaimana proses komunikasi yang berlangsung
antara perusahaan dengan publik dalam suatu komunikasi
yangefektif dan pada akhirnya bisa terlaksana kegiatan CSR
dengan baik. Menurut James E.Grunig yang dikutip oleh Ruslan
(2003) salah satu model komunikasi public relations yaitu
model komunikasi simetris dua arah (Model-Two Way
Symmetrical) yang menggambarkan bahwa suatu komunikasi
propaganda (kampanye) melalui dua arah timbal balik yang
berimbang. Melalui model ini, akan lebih mudah untuk
membentuk pemahaman publik dengan strategi komunikasi
yang sudah ditentukan sebelumnya karena model ini dianggap
lebih etis dalam penyampaian pesanpesan (informasi) melalui
teknik komunikasi membujuk (persuasive communication)
untuk membentuk saling pengertian, dukungan dan
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
6
Gambar Model Two Way Symmetrical
sumber: Grunig (dalam Ruslan, 2003)
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan CSR CPI
yang merupakan bentuk investasi sosial perusahaan untuk
pembangunan masyarakat, khusus nya pada daerah operaisonal
di Riau melalui Program DCR bagi pelajar di Riau. Penelitian
ini ingin memaparakn secara mendalam mengenai program
DCR yang telah berjalan selama satu dasawarsa di Riau. selain
itu, juga menggambarkan bagaimana pemaknaan program
tersebut bagi pelajar Riau yang mengikuti dan mendapatkan
binaan dari program DCR.
METODE PENELITIAN
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif dengan penyajian analisis
deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung
pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan orang lain dalam bahasa dan peristilahannya
(Kirk dan Miller dalam Moleong, 2005 : 23). Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu. Pada
7
penelitian ini untuk mendeskripsikan program CSR DCR oleh
CPI dan pemaknaan DCR bagi pelajar di Riau.
Penelitian ini dilakukan tahun 2016, mulai dari bulan
Maret – Juli. Penelitian ini dilakukan do South Office Chevron
Pasific Indoensia Riau berlokasi di Rumbai, kota Pekanbaru.
Selain itu juga kepada pelajar-pelajar penerima beasiswa DCR
di Politeknik Caltex Riau. Kriteria informan yang dipilih
menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah informan yang
dapat memberikan banyak informasi secara mendalam, sesuai
dengan kebutuhan peneliti. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah enam orang yang terdiri dari empat orang yang
menangani program DCR, dan dua orang penerima beasiswa
DCR. Empat orang yang menangani program DCR antara lain
tiga orang staf pada bagian PGPA (Policy Goverment and
Public Affairs) South Office Chevron SMO (Sumatera
Operation) Team dan satu orang pihak Politeknik Caltex Riau.
Sugiyono menjelaskan (2009) bahwa pengumpulan
data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
observasi, dokumentasi, wawancara dan library research.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif dengan penyajian analisa secara
deskriptif. Penulis menggunakan analisis dan model interaktif
yang digunakan oleh Miles dan Huberman. Model ini terdiri
dari tiga tahap kegiatan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Bungin (2005: 68)
menjelaskan, dalam teknis analisis data dan model interaktif,
penulis terlibat dalam melakukan perbandingan-perbandingan
terhadap data yang dikumpulkan.Peneliti harus siap bergerak di
antara empat “sumbu kumparan”, yaitu proses pengumpulan
8
data, penyajian data, reduksi data, dan kesimpulan atau
verifikasi. Berikut di gambarkan teknik analisis interaktif:
Gambar. Model Analisis Data Interaktif Miles dan
Huberman
Sumber: Kriyantono, 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN
Chevron menggunakan istilah Social Investment (SI)
dalam program-program tanggung jawab sosial perusahaan
nya. Hal itu dikarenakan Chevron tidak ingin melihat SI hanya
sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab dari perusahaan
saja. Tapi jauh dari itu, Chevron berharap terciptanya sebuah
hubungan yang sangat harmonis dan pastinya menguntungkan
bagi kedua belah pihak, baik bagi masyarakat maupun
perusahaan terutama di bidang pendidikan. Pendidikan
merupakan salah satu pilar program pengembangan masyarakat
yang dijalankan Chevron. Komitmen perusahaan terhadap
pengembangan pendidikan di Riau dimulai sejak 53 tahun lalu,
ketika perusahaan menyerahterimakan sekolah yang kini
menjadi SMAN 1 Pekanbaru kepada pemerintah daerah pada 8
Oktober 1957. Tiva Permatasari selaku communication di
PGPASMO Chevron Riau menyatakan,
9
“Peningkatan mutu sumber daya manusia
(SDM) tempatan, utamanya melalui dunia
pendidikan, telah menjadi perhatian utama
CPI sejak awal.Kami sangat menyadari
bahwa mutu SDM merupakan kunci
kemajuan bangsa”2
Chevron menyadari bahwa pendidikan merupakan
salah satu modal dasar untuk mencapai kemandirian (self
reliance) masyarakat yang berkelanjutan. Dan, salah satu kunci
dari pencapaian masyarakat mandiri tersebut adalah generasi
penerus yang kompetitif. DCR berkomitmen untuk
mengahasilkan program CSR yang dapat memberikan akses
setara kepada setiap siswa SLTA berprestasi di Riau untuk
menempuh pendidikan secara layak. Sebuah akses bagi anak-
anak negeri untuk berkembang menjadi generasi penerus yang
inovatif, terampil, dan berwawasan luas. Program ini berjalan
dengan dilandasi semangat kemitraan bersama Pemerintah
Provinsi Riau, Dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.
Chevron dengan program DCR melengkapi program
pemerintah Provinsi Riau. Sasaran program yang merupakan
siswa/siswi kelas XII SMA adalah perpanjangan dari program
pemerintah yaitu “Wajib Belajar 12 Tahun”. DCR memberikan
peluang pada anak berprestasi, namun memiliki hambatan daris
egi ekonomi agar melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
untuk pembangunan masyarakat yang lebih baik.
Program Darmasiswa Chevron Riau telah dilaksanakan
sejak tahun 2001 hinga tahun 2016 kemarin tanpa ada
permasalahan yang begitu berarti. Namun di tahun 2017 ini
internal perusahaan sedang menghadapi situasi yang cukup
2 (13/6/2016)
10
sulit. Berikut hasil wawancara dengan Winda Damelia,
CoordinatorSocial Performance SMO PT. Chevron Pacific
Indonesia Riau, “Di tahun 2017 perusahaan kita sedang
mengadakan audit besar-besaran yang sifatnya menyeluruh, tak
terkecuali program-program CSR kita. Proses audit ini
sebenarnya dilakukan rutin namun memang untuk tahun ini
lebih detail. Selama proses audit, manajemen pusat
memerintahkan kita untuk mem-freeze semua program CSR
yang sedang dilakukan. Baik itu di bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan lain-lain, termasuk juga program
Darmasiwa Chevron Riau. Makanya hingga saat ini proses
seleksi DCR belum kita lakukan. Kita sebagai pelaksana
program CSR yang di Indonesia tidak bisa apa-apa karena
kebijakan berasal dari manajemen pusat dan harus menunggu
keputusan selanjutnya.”3
DCR dirancang untuk menyiapkan sumber daya
manusia (insani) yang berkualitas dan berkompetensi untuk
mengisi pembangunan dalam rangka otonomi daerah di
Provinsi Riau.. DCR merupakan program untuk
meningkatkan sumbar daya manusia Riau yang disponsori
oleh CPI ini dinilai sangat tepat sasaran. Sesuai dengan
pernyataan mantan Gubernur Riau Saleh Djasit bahwa Riau
kaya akan sumber daya alam tetapi miskin dengan sumber
daya manusia. Hal ini disebabkan rendahnya pendidikan
masyarakat.Oleh karena itu, program DCR adalah sangat
berarti dalam percepatan peningkatan pendidikan masyarakat
yang pada gilirannya akan dapat mengangkat kesejahteraan
masyarakat tempatan.
Model two way symmetrical digunakan oleh divisi
PGPA dalam mensosialisasikan DCR. Juga digunakan untuk
3 (13/6/2016)
11
berkomunikasi dengan penerima beasiswa. Perusahaan yang di
wakili oleh divisi PGPA bekerjasama dengan pihak sekolah
untuk mensosialisasikan program. Sosialisasi disesuaikan
dengan informasi u=yang dibutuhkan oleh pelajar. Komunikasi
dilakukan secara dua arah dan tatap muka. Selain itu juga
melalui media online. Materi yang disampaikan sebelumnya
telah di persiapkan divisi PGPA. Dalam Dominick (2002: 258)
disebutkan bahwa proses dan aspek manajemen PR adalah
pengumpulan informasi (information gathering), perencanaan
(planning), komunikasi (communication), evaluasi
(evaluation), disingkat IPCE. Mekanisme pelaksanaan
Progaram DCR sesuai dengan konsep IPCE. Model two way
symmetrical communication dari Grunig dan Hunt
mengisyaratkan adanya flow communication atau komunikasi
dua arah yang mengalir antara perusahaan dan publik nya.
PGPA dalam program CSR DCR menerima umpan balik dari
pelajar. Biasanya beruapa pertanayan-pertanyaan menyangkut
fasilitas beasiswa. Selain itu juga dari siswa yang telah
mengikuti program CSR DCR. Umpan balik tidak hanya dari
pihak pelajar, namun juga di dapatkan dari Dinas pendidikan
setempat, pihak sekolah dan masyarakat.
Tanggapan dari Dra. R. Deceu Berlian Purnama, M.Si,
selaku penerima beasiswa dan saat ini menjadi dosen Fak.
Psikologi UIN SUSKA Riau mengenai Program Darmasiswa
Chevron Riau, “Menurut “Saya sangat terbantu dengan
beasiswa dari Chevron yang memungkinkan saya masuk
PCR.Sebelumnya saya tidak kenal PCR.Walaupun sangat ingin
kuliah, namun saya harus realistis dengan kondisi keuangan
keluarga. Kami betul-betul tidak punya dana. Itu sebabnya saya
sangat bersyukur dengan adanya DCR yang memberikan
beasiswa penuh, baik biaya kuliah maupun uang saku.Beasiswa
ini berkah bagi kami sekeluarga.Bapak saya meninggal waktu
12
saya SMA.Sebagai anak pertama saya bertanggungjawab
menghidupi keluarga. Saya harap beasiswa seperti ini
diperbanyak di masa yang akan datang. Saya tahu banyak anak-
anak di kampong saya yang pintar, namun tidak bisa
melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya.Program beasiswa
ini harapan bagi kami.Saya mengambil jurusan Mekatronika,
lulus terbaik pada tahun 2009 dan langsung mendapat kerja di
Schlumberger”.
Pemaknaan tentang CSR DCR di ungkapkan oleh
penerima beasiswa lain nya, yakni Rifqi Reza sebagi berikut
:“Saya sebagai salah satu penerima beasiswa DCR dari sekian
banyak penerima merasa terbantu dengan adanya program
ini.Saya tidak perlu bersusah payah mencari uang untuk biaya
kuliah dan dan bisa fokus untuk melaksanakan kuliah dengan
sebaik-baiknya. Alhamdulillah saya bisa lulus tepat waktu dan
setelah lulus saya sempat lulus tes magang di Chevron”4.
Partisipasi dari siswa-siswa SMA dan pihak sekolah yang ada
di 12 kabupaten/kota turut menentukan kualitas output dari
program ini. Makna dari investasi sosial dari DCR adalah ketika
penerima beasiswa selesai dari kuliah nya. seperti di ungkapkan
Winda Damelia, Social Performance PGPA PT. Chevron
Pacific Indonesia Riau berikut:
“Menurut saya program ini sangat bagus secara
filosofi untuk memberikan akses pendidikan
kepada siswa berprestasi. Hal ini sangat diakui oleh
stakeholder kita, terutama Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dan juga stakeholder yang lain. Hanya
saja begini, setiap program harus ada matriks yang
terukur.Dalam hal ini matrik yang terukur sudah
ada namun sebaiknya terus ditingkatkan
4 (15/6/2016)
13
lagi.Maksudnya adalah ketika program ini selesai
harusnya ada monitoring yang berkelanjutan
terhadap kehidupan penerima beasiswa.Entah itu di
mana mereka bekerja sekarang atau kontribusi
mereka pada kegiatan sosial dan lain-lain.Hal-hal
itu yang tidak kita lakukan sehingga tidak bisa di-
record dan capitalized”5
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
program CSR DCR berasal dari faktor internal dan eksternal.
Internal perusahaan sendiri ada audit menyeluruh terhadap
semua program yang dijalankan, tak terkecuali program DCR.
Kegiatan audit ini menyebabkan pemberhentian sementara
seluruh program CSR untuk tahun 2017. Faktor eksternal yang
dihadapi adalah masih kurangnya sosialisasi panitia ke daerah-
daerah terpencil. Pelaksanaan DCR adalah faktor jarak, “Kita
cukup sulit menjangkau seluruh sekolah yang berada di tiap
kabupaten/kota.Tidak semua sekolah mendapat informasi
tentang beasiswa. Bahkan kita pernah harus menggunakan
sampan selama empat jam agar bisa sampai ke sekolah yang
berada di pelosok daerah. Karena ada hambatan ini, siswa yang
menggikuti DCR kebanyakan adalah siswa bersekolah di kota
saja.”
Kini, DCR telah berusia lebih dari 10 tahun
pelaksanaannya dengan jumlah 1.011 siswa Riau yang menjadi
alumni dan peserta.Hal ini memberikan sinyal bagi bahwa
program ini memang penting dan perlu.Penting karena DCR
merupakan hasil kerjasama yang sinergis dengan pihak Dinas
Pendidikan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dan telah
menemukan polanya yang konsisten, simultan dan
5 (13/6/2016)
14
kerkesinambungan.Perlu, karena ditunggu-tunggu oleh pelajar
SMA, orang tua dan guru di seluruh penjuru Riau.
SIMPULAN
Simpulan dari tulisan ini adalah program DCR sangat
tepat sasaran dalam meningkatkan kualitas sumber daya insani
bahkan sangat strategis dan terintegrasi dengan lima pilar
pembangunan Riau. Investasi modal insani ini sangat
menguntungkan secara finansial dan pada gilirannya akandapat
mengungkit pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Memang investasi di bidang pendidikan sangat
mahal tetapi biaya sosial dari manusia yang tidak berpendidikan
jauh lebih mahal dari biaya investasi tersebut. CSR bagi CPI
bukan sekedar bentuk tanggung jawab sosial, tetapi lebih
sebagai bentuk kontribusi investasi sosial bagi daerah
operasional. Model PR two way symmetrical merupakan model
yang diterapkan dalam menjaga hubungan baik dengan
stakeholder pada program DCR.
Saran, hambatan pada faktor eksternals bisa teratasi
dengan adanya koordinasi yang lebih baik dengan Dinas
Pendidikan kabupaten/kota setempat agar penyebaran
informasi dapat sampai hingga pelosok daerah. Sebaiknya
penyebarluasan informasi tentang DCR dilakukan hingga
tingkat kelurahan sehingga sekolah-sekolah yang berada di
pelosok daerah mengetahuinya. Program ini juga bsi adi jadikan
sebagi program CSR khusus Chevron Indonesia, khususnya di
Riau.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif .
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
15
Chevron IndoAsia Businsess Unit Corporate Responsibility
Profile, 2011
Kriyantono, Rachmat. 2011. Teknik Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Prajarto, Nunung. 2012. CSR Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada Press.
Ruslan, Rosady. 2003. Manajemen Public Relations dan Media
Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Zaelani, Muhammad Asep. Program Csr Bidang Pendidikan
Sebagai Investasi Sosial.
http://www.kompasiana.com/zaelani_ma/program-csr-
bidang-pendidikan-sebagai-investasi-
sosial_5520e90f8133116c7419fd12
16
COMMUNITY DEVELOPMENT “SEKOLAH
GRATIS MENJAHIT RUMAH MODE QBUN”
DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Mutiara Fadia, Susie Perbawasari, Yanti Setianti
Universitas Padjadjaran
[email protected], [email protected]
PENDAHULUAN
Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI merupakan
bentuk kepedulian sosial Bank Indonesia untuk membantu
memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi
masyarakat.
Tema Program Sosial Bank Indonesia pada tahun 2016
adalah “Pemberdayaan Perempuan”. Sehingga dalam
pengelolaan Program Sosial Bank Indonesia lebih menfokuskan
kepada kegiatan pengembangan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan nilai ekonomi rumah tangga melalui Program
Pemberdayaan Perempuan dengan sasaran kelompok wanita.
Bank Indonesia dalam menjalankan kegiatan
Corporate Social Responsibility atau yang dikenal dengan
Program Sosial Bank Indonesia memiliki 2 jenis yaitu yang
pertama adalah kegiatan atas inisiatif Bank Indonesia dan yang
kedua adalah kegiatan yang merupakan permohonan bantuan
dari pihak eksternal atau masyarakat dengan cara membuat
proposal permohonan bantuan.
Bank Indonesia lebih memilih untuk menjalankan
kegiatan Corporate Social Responsibility atau Program Sosial
Bank Indonesia dari permohonan bantuan yang diberikan oleh
pihak eksternal atau masyarakat. Kepala Unit Sumber Daya
17
Manusia Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat
beranggapan bahwa masyarakat tidak akan memiliki rasa
kepemilikan, ketika Bank Indonesia menjalankan kegiatan yang
sesuai dengan inisiatif dari Bank Indonesia sendiri. Dan
masyarakat akan merasa sense of belonging ketika kegiatan
tersebut muncul dari keinginan masyarakat.
Tugas seorang Public Relations adalah dapat menjalin
relasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya.
Maka dari itu Bank Indonesia telah menjalankan kegiatan
Public Relations dimana Bank Indonesia menjalin relasi dengan
berbagai pihak untuk menjalankan kegiatan Corporate Social
Responsibility, diantaranya dari Pemerintah yaitu P3UKM
(Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan
Menengah) yang bertugas untuk menemukan mitra calon
binaan penerima Program Pemberdayaan Perempuan yang
memiliki kesamaan visi dengan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Jawa Barat.
Euis Komariah merupakan pemilik usaha menjahit
Rumah Mode Qbun yang merupakan peserta pelatihan
pengembangan UMKM yang dilaksanakan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat.
Euis Komariah selaku penggagas ide program
pengembangan masyarakat ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan wanita yang
tinggal di daerahnya untuk menjadi mandiri dan mempunyai
nilai tambah bagi perekonomian rumah tangga. Dengan
membagikan keterampilan dan ilmu pengetahuan menjahit
yang dimiliki, Euis Komariah ingin membuat Sekolah Gratis
Menjahit Rumah Mode Qbun.
Terjaringlah satu visi yakni pemberdayaan perempuan
dalam Program “Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun”
yang disampaikan oleh Euis Komariah melalui proposal.
18
Tahap pertama dalam identifikasi masalah, Bank
Indonesia menilai dan menganalisis proposal permohonan
bantuan tersebut dengan Formulir Kelayakan Penerima
Bantuan yang sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia
dalam Pedoman Tahunan PSBI (Program Sosial Bank
Indonesia). Terdapat 9 aspek yang akan dinilai. Jika semua atau
sebagian besar terpenuhi, maka Bank Indonesia dapat
memberikan bantuan tersebut. Kemudian Bank Indonesia
menilai program tersebut harus sesuai dengan visi Bank
Indonesia serta program kerja Bank Indonesia. Maka langkah
selanjutnya Bank Indonesia melakukan survey ke lapangan
untuk melakukan wawancara serta diskusi.
Tahap kedua dalam perencanaan program, Divisi
Sumber Daya Manusia Kantor Perwakilan Bank Indonesia
melakukan survey ke lapangan untuk melakukan pengecekan
lokasi dan peserta calon penerima bantuan sesuai dengan isi
proposal. Selanjutnya Bank Indonesia melakukan wawancara
juga diskusi dengan Euis Komariah dan Aparatur Desa
setempat terkait Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah
Mode Qbun. Bank Indonesia telah melakukan komunikasi dua
arah atau two ways communication dimana Bank Indonesia
melakukan komunikasi langsung secara tatap muka sehingga
terdapat feedback serta respon secara langsung. Sehingga
program tidak hanya menjalankan kegiatan sesuai dengan
keinginan satu pihak saja, namun dapat berjalan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, agar tujuan dapat dicapai bersama-
sama.
Tahap ketiga dalam sosialisasi program, Euis Komariah
sebagai penggagas ide atau pemilik Rumah Mode Qbun
melakukan sosialisasi Program dengan cara memilih dan
menentukan masyarakat calon binaan ketika terdapat event-
event fashion show yang dihadiri yaitu dengan cara meragakan
19
pakaian yang mewah dan bagus agar masyarakat tertarik untuk
mengikuti program. Sehingga Euis Komariah sudah tidak lagi
menjual produk, namun menjual nama ‘Rumah Mode Qbun’
sebagai binaan Bank Indonesia.
Tahap keempat dalam Implementasi, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat memfasilitasi
kegiatan pelatihan menjahit dan bantuan peralatan jahit yang
secara permanen diserahkan dan dikelola oleh Euis Komariah.
Kegiatan berlangsung selama 3 hari di aula kantor Kelurahan
Cisarua, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Kegiatan
selanjutnya dilakukan satu minggu sekali di tempat tinggal Euis
Komariah.
Tahap kelima Bank Indonesia menjalin relasi dengan
P3UKM untuk melakukan Evaluasi dan Monitoring.
Monitoring dilakukan selama 3 bulan sekali oleh Slamet
Riyanto selaku staff P3UKM, hasil monitoring yakni Ibu Euis
Komariah selaku pemilik Rumah Mode Qbun masih
meneruskan pelatihan menjahit bagi peserta pelatihan dengan
jadwal yang telah ditentukan di rumah tinggalnya dimana
sarana pelatihan dari bantuan Bank Indonesia masih lengkap
terawat dengan baik serta masih dipergunakan dalam kegiatan
pelatihan rutin.
Evaluasi dilakukan selama 6 Bulan sekali. Hasil
evaluasi yang dilakukan oleh Slamet Riyanto di Bulan
Desember 2016 yakni peserta pelatihan menjahit yang semula
berjumlah 16 orang menjadi berkurang seiring dengan
semangat dan tingkat kesulitan materi pelatihan menjahit.
Jumlah peserta pelatihan yang masih bertahan sampai saat ini
dan konsisten sebanyak 5 orang. dan dalam Program Menjahit
Rumah Mode Qbun ini, salah satu dari peserta sudah membuka
usaha dengan menjual produk mukena dan goodie bag. Namun
peserta tersebut membuka usaha secara sendiri sehingga sudah
20
tidak lagi mengikuti program Sekolah Gratis Menjahit Rumah
Mode Qbun.
Ibu-ibu disekitar Rumah Mode Qbun yang rata-rata
memiliki usaha dibidang menjahit meminta untuk diadakannya
kursus private, setelah beberapa bulan diadakannya Program
Sekolah Gratis Menjahit dengan Euis Komariah. Sehingga
setiap hari Selasa dan Kamis, Euis Komariah membuka kursus
private untuk Ibu-ibu yang berada disekitar Rumah Mode
Qbun. Berawal dari 5 orang yang mengikuti kursus private,
sekarang bertambah menjadi 12 orang.
Euis Komariah berencana untuk mengalihkan program
Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun untuk anak panti
asuhan serta penyandang disabilitas atau orang dengan
kebutuhan khusus, karena dilihat dari semakin menurunnya
jumlah peserta Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode
Qbun. Ibu RT setempat yang merupakan salah satu penerima
manfaat dari program tersebut beranggapan bahwa kurangnya
semangat serta komitmen peserta program Sekolah Gratis
Menjahit Rumah Mode Qbun adalah karena menjahit
memerlukan kemampuan menggunakan logika, berhitung juga
konsentrasi, sehingga para Ibu mulai enggan dengan alasan
‘sudah malas mikir’.
Faktor lain yang mengakibatkan kurangnya komitmen
serta semangat dari peserta program adalah karena Kantor
Perwakilan Bank Indonesia menjalankan kegiatan ini hanya
berdasarkan penilaian kelayakan penerimaan bantuan yang
sesuai dengan ketentuan yang sudah dirancang di Surat Edaran
Bank Indonesia. Jika semua atau sebagian besar terpenuhi,
maka Bank Indonesia dapat memberi batuan dengan tahap
selanjutnya yakni melakukan survey ke lapangan untuk
mengetahui keberadaan usaha tersebut.
21
Bank Indonesia belum melakukan social mapping atau
pemetaan lingkungan serta fact finding untuk menentukan
sasaran penerima bantuan, Bank Indonesia belum menganalisis
bagaimana komunitas, sosial budaya, bagaimana kebutuhan
masyarakat apakah kegiatan pengembangan masyarakat
tersebut telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar atau
tidak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana tahapan community development menurut Elvinaro
Ardianto dan Dindin M. Fachfudz yang dijalankan oleh Divisi
Sumber Daya Manusia dan Divisi Humas Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Jawa Barat yang terdiri dari 5 tahap yaitu
mapping (identifikasi kebutuhan masyarakat), perencanaan
program, sosialisasi program, implementasi, evaluasi dan
monitoring pada program “Sekolah Gratis Menjahit Rumah
Mode Qbun” dalam pemberdayaan perempuan sebagai salah
satu kegiatan corporate social responsibility atau yang dikenal
dengan Program Sosial Bank Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Peneliti mendeskripsikan program Sekolah
Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun yang dilakukan oleh Divisi
Sumber Daya Manusia dan Divisi Humas KPw Bank Indonesia
Provinsi Jawa Barat sebagai kegiatan Corporate Social
Responsibility. Metode deskriptif menurut Sugiyono (2013)
adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas.
Penelitian ini menggunakan pandangan positivistik
yakni menggunakan konsep tahap community development oleh
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. Pandangan
22
posotivistik untuk mengimplikasikan apa yang dikenal dengan
operasionalisme yang pada dasarnya mengharuskan setiap
konsep yang digunakan untuk didefinisikan secara operasional
dengan menentukan aspek pembatasan serta ukuran atau
indicators tertentu. Sehingga dalam pandangan positivistik
bahwa operasionalisasi konsep menjadi hal yang penting dalam
penelitian ilmiah. Konsep yang digunakan harus didefinisikan
secara spesifik (Pawito, 2007).
Penelitian ini peneliti menentukan informan dengan
teknik purposive sampling artinya, dengan memilih narasumber
yang benar-benar mengetahui dan menjalankan program
community development sehingga mereka akan dapat
memberikan penjelasan mengenai alasan dibuatnya program
tersebut sebagai kegiatan Corporate Social Responsibility dan
bagaimana program itu dilaksanakan, key informann dalam
penelitian ini adalah Ainur Rakhma Kamila sebagai Kepala
Unit Fungsi Sumber Daya Manusia, Protokol dan Pengamanan
dan dengan Informannya adalah sebagai berikut: Maya
Mulyawati sebagai Staff Unit Fungsi SDM, Protokol dan
Pengamanan, Eka Nur Frihatin sebagai Humas KPw Bank
Indonesia Jawa Barat dan Slamet Riyanto sebagai Staff
P3UKM.
Menurut Ruslan (2003:156) mendefinisikan Purposive
Sampling sebagai “Pemilihan sample berdasarkan karakteristik
yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan
karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya”.
Peneliti melakukan wawancara mendalam semi
terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang
diajak wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
23
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. (Sugiyono,
2013).
Dalam penelitian ini melakukan observasi partisipan
pasif dengan turun langsung ke lapangan untuk mengamati
kegiatan secara langsung, bagaimana pemilik usaha menjahit
Rumah Mode Qbun memberi pelatihan kepada peserta dan
bagaimana peserta menjalani program Sekolah Gratis Menjahit
Rumah Mode Qbun yang bertepat di rumah pribadi pemilik
usaha Rumah Mode Qbun di Perumahan Griya Sukabumi Blok
C No 1-2 Desa Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2009).
Metode ini dilakukan dengan mempelajari dokumen seperti
dokumen surat-surat, proposal kegiatan, press release, data
press conference dan lainnya dari setiap kegiatan berjalannya
program Pemberdayaan Perempuan.
Teknik analisis data menggunakan analisis data
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Berdasarkan model ini terdapat tiga tahapan analisis data yakni
data reduction (merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting), data display (uraian
singkat, bagan, hubungan antar katogori yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
dengan teks yang bersifat naratif), dan conclusion drawing /
verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi). (Miles dan
Huberman dalam Sugiyono, 2013).
Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode analisis triangulasi. Peneliti menggunakan triangulasi
sumber dimana peneliti mewawancarai sumber lain untuk
24
melihat kebenaran informasi yang disampaikan oleh informan.
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber (Sugiyono, 2013). Triangulator dalam
penelitian ini adalah 1) Euis Komariah selaku Pemilik Usaha
Menjahit “Rumah Mode Qbun”, 2) Endang Wahyuningsih
selaku peserta / penerima manfaat “Program Sekolah Gratis
Menjahit Rumah Mode Qbun dan 3) Oci selaku peserta /
penerima manfaat “Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah
Mode Qbun”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap mapping yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Kantor Perwakilan Jawa Barat pada Program Sekolah
Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun
Bank Indonesia memiliki 2 macam jenis corporate
social responsibility atau Program Sosial Bank Indonesia
(PSBI), yang pertama atas dasar inisiatif Bank Indonesia sendiri
dan yang kedua adalah atas permintaan dari masyarakat dengan
memberikan proposal permohonan bantuan. Program “Sekolah
Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun ini merupakan jenis
permohonan bantuan dari masyarakat dengan memberikan
proposal.
Bank Indonesia ketika melakukan corporate social
responsibility yang merupakan permintaan dari masyarakat
melakukan analisis proposal dengan cara menilai menggunakan
formulir kelayakan penerima bantuan yang sesuai dengan Surat
Edaran Bank Indonesia. Selanjutnya Bank Indonesia
mempelajari terlebih dahulu permasalahan apa yang sedang
terjadi di masyarakat, menganalisis kebutuhan apa saja yang
sedang dibutuhkan oleh masyarakat dan melihat apakah
25
proposal tersebut telah sesuai dengan visi Bank Indonesia yaitu
pengembangan ekonomi.
Ainur sebagai Kepala Unit Fungsi Sumber Daya
Manusia Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat
mengungkapkan bahwa Program Bank Indonesia adalah
melihat apa kebutuhan masyarakat, maka dari itu mengapa
Bank Indonesia memberi bantuan melalui pihak eksternal atau
masyarakat yang memberi proposal kepada Bank Indonesia,
karena jika Bank Indonesia melakukan sebuah program
pemberdayaan atas inisiatif Bank Indonesia sendiri, terkadang
masyarakat merasa tidak memiliki. Bank Indonesia pernah
melakukan program pemberdayaan Urban Farming kegiatan
bercocok tanam di daerah Garut.
Bank Indonesia sudah memberi rumah semai dan lain-
lain, dan mengajak masyrakat tersebut untuk bertanam cabai,
namun ternyata, nature masyarakat tersebut bukan bertanam
cabai, nature masyarakat tersebut bertanam kentang, sehingga
setelah Bank Indonesia tidak mendampingi lagi, tidak dikelola
dalamnya oleh masyarakat tersebut, program yang Bank
Indonesia canangkan gagal.
Bank Indonesia lebih memilih untuk mejalankan
kegiatan Program Sosial Bank Indonesia sesuai dengan
keinginan dari masyarakat agar masyarakat lebih dapat
memiliki rasa kepemilikan.
Bank Indonesia dalam melakukan pengidentifikasian
masalah belum berjalan dengan maksimal, dimana Bank
Indonesia belum melakukan social mapping atau pemetaan
sosial dan fact finding dalam Program Sosial Bank Indonesia.
Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu
pendekatan dalam penanganan masalah sosial. Pemetaan sosial
(social mapping) adalah proses penggambaran masyarakat yang
sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi
26
mengenai masyarakat termasuk didalamnya profile dan
masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut (Suharto,
2005).
Pemetaan sosial memerlukan pemahaman mengenai
kerangka konseptualisasi masyarakat yang dapat membantu
dalam membandingkan elemen-elemen masyarakat antara
wilayah satu dengan wilayah lainnya. Misalnya, beberapa
masyarakat memiliki wilayah (luas-sempit), komposisi etnik
(heterogen-homogen) dan status sosial-ekonomi (kaya-miskin
atau maju-tertinggal) yang berbeda satu sama lain. Kerangka
untuk memahami masyarakat akan berpijak pada karya klasik
Warren (1978), The Community in America, yang
dikembangkan kemudian oleh Netting, Kettner dan McMurtry
(2003).
Sebagaimana digambarkan Tabel kerangka
pemahaman masyarakat dan masalah sosial terdiri dari 4 fokus
atau variabel dan 9 tugas.
Fokus Tugas
A.Pengidentifikasian
populasi sasaran
1.Memahami karakteristik
anggota populasi sasaran
B.Penentuan
karakteristik masyarakat
2.Mengidentifikasi-kan batas-
batas masyarakat
3.Menggambarkan masalah-
masalah sosial
4.memahami nilai-nilai dominan
C.Pengakuan perbedaan-
perbedaan
5.Mengidentifikasi mekanisme-
mekanisme penindasan yang
tampak forman
6.Mengidentifikasi bukti-bukti
diskriminasi
27
D.Pengidentifikasian
Struktir
7.Memahami lokasi-lokasi
kekuasaan
8.Menentukan ketersediaan
sumber
9.Mengidentifikasi pola-pola
pengawasan sumber dan
pemberian pelayanan
(Sumber: Netting, Kettner dan McMurty, 2003)
Dalam melaksanakan kegiatan Public Relations pun,
dikenal tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan yang efektif.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan pola kegiatan komunikasi
atau proses Public Relations. Adapun tahapan-tahapan itu
menurut Cutlip dan Center dalam Rachmadi (2001) dibagi ke
dalam empat tahap, yaitu : Penemuan Fakta (Fact Finding),
Planning, Communicating, Evaluating.
Fact finding merupakan tahap dimana kegiatannya
lebih difokuskan untuk mengetahui apakah situasi dan pendapat
dalam masyarakat (opini publik) terhadap suatu langkah yang
akan diambil, maupun yang sedang dilaksanakan itu dapat
menunjang atau justru malah akan menghambat kegiatan
organisasi atau perusahaan. Data-data dan fakta dapat diperoleh
melalui survei pendapat, baik yang bersifat internal publik
maupun yang bersifat eksternal publik dengan menggunakan
beberapa pendekatan. Dalam fase pencarian dan penemuan data
atau fakta ini, maka seorang Public Relations dituntut untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut : a) Selalu memperhatikan
berbagai kejadian atau perkembangan sosial, politik dan juga
ekonomi yang secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi organisasi atau perusahaan; b) Mengumpulkan
berbagai macam data untuk diolah menjadi informasi; c)
Menganalisis informasi itu agar sesuai dengan keperluan
28
organisasi atau perusahaan; d) Selalu siap menyajikan berbagai
informasi secukupnya kepada setiap unit organisasi atau
perusahaan; e) Menyempurnakan segala macam informasi yang
dirasa masih kurang lengkap atau memadai; f) Melengkapi
simpanan data-data dan informasi, antara lain dengan
menyelenggarakan dokumentasi dan mengkliping semua
informasi dari media massa (press clipping). (Rachmadi 2003).
Tahap Perencaan Program Sekolah Menjahit Rumah Mode
Qbun pada Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat
Tahap Bank Indonesia dalam menjalankan
perencanaan Program Sosial Bank Indonesia atau Corporate
Social Responsibility Bank Indonesia adalah yang pertama
melakukan perencanaan program yang tertuang dalam
Pedoman Tahunan Program Sosial Bank Indonesia yang telah
dirumuskan dalam Rapat Forum Perumusan oleh Satuan Kerja
yang melakukan kegiatan kehumasan. Dari Rapat Forum
Perumus menghasilkan arah Program Sosial Bank Indonesia
untuk satu tahun kedepan meliputi tujuan serta target indikatif
anggaran lalu dari hasil rapat tersebut KPw Bank Indonesia
wilayah menyampaikan daftar usulan program atau kegiatan
dan kebutuhan anggaran hasil pertemuan koordinasi atau
workshop wilayah kepada Satuan Kerja yang melaksanakan
kegiatan kehumasan.
Hasil dari Rapat Forum Perumus tersebut, Kantor pusat
menentukan tema besar tahunan. Untuk tahun 2016 sampai
tahun 2018 tema besarnya adalah “Indonesia Cerdas dan
Pemberdayaan Perempuan”.
Tahap awal perencanan program Sekolah Gratis
Menjahit Rumah Mode Qbun ini berangkat dari permohonan
bantuan berupa proposal yang diberikan dari pemilik usaha
menjahit Rumah Mode Qbun setelah itu Divisi Sumber Daya
29
Manusia dan Divisi Humas melakukan penilaian berupa
formulir kelayakan pemberian bantuan sesuai dengan Surat
Edaran yang berlaku di Bank Indonesia, kemudian melakukan
survey ke lapangan serta melakukan wawancara dan diskusi
dengan pemilik usaha dan kelurahan setempat. Tim PSBI
(Program Sosial Bank Indonesia) melakukan diskusi dan
wawancara terkait program Sekolah Gratis Menjahit Rumah
Mode Qbun yang akan dilaksanakan mengenai latar belakang
usaha, bagaimana para peserta, keberadaan usaha tersebut di
kelurahan setempat.
Perencanaan Program adalah serangkaian proses
penentuan tindakan masa depan yang disertai pertimbangan
yang logis dan kontinu untuk memanfaatkan sumber daya yang
ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan tertentu. Tahap
dari suatu perencanaan adalah sebagai berikut: 1) Penentuan
pilihan (setting up choices); 2) Penetapan sumberdaya
(resources allocation); 3) Penetapan dan usaha pencapaian
sasaran dan tujuan pembangunan (setting up goals and
objectives); 4) Berfikir Sistem, holistik, dan berkelanjutan
(sustainable development). (Dior, 1996)
Dalam menjalankan Program Sekolah Gratis Menjahit
Rumah Mode Qbun, Bank Indonesia telah menetapkan
penentuan pilihan yakni dengan menganalisis, menilai proposal
sampai dengan memilih Program Sekolah Gratis Menjahit
sebagai kegiatan corporate social responsibility Bank
Indonesia
Bank Indonesia telah menetapkan sumberdaya yang
akan menjalankan program tersebut yakni Divisi Sumber Daya
Manusia, Divisi Humas Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Jawa Barat dan menjalin relasi dengan Staff P3UKM sebagai
evaluasi dan monitoring.
30
Bank Indonesia telah melakukan penetapan dan usaha
pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan dengan cara
menetapkan tema besar tahunan Program Sosial Bank Indonesia
juga menilai proposal permohonan bantuan dari pihak eksternal
atau masyarakat untuk diberikannya bantuan melalui formulir
kelayakan penerima bantuan, survey, diskusi dan wawancara.
Bank Indonesia telah melakukan tahap suistanable
development dimana penggagas ide tau pemilik usaha menjahit
Rumah Mode Qbun akan diberikan pelatihan-pelatihan berupa
pengelolaan keuangan dan lain-lain.
Tahap Sosialisasi Program Sekolah Menjahit Rumah Mode
Qbun pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat
Sosialisasi pada program Sekolah Gratis Menjahit
Rumah Mode Qbun dilakukan oleh Euis Komariah selaku
penggasas ide atau pemilik usaha menjahit Rumah Mode Qbun.
Euis Komariah melakukan sosialisasi dengan cara
mempromosikan Rumah Mode Qbun disetiap ada kesempatan
yang besar seperti event fashion show yang dihadiri.
Komunikasi yang dijalin oleh Euis Komariah adalah
komunikasi persuasif dimana Euis Komariah mengajak
masyarakat sekitar Sukabumi untuk turut megikuti program
Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun karena program
ini merupakan kegiatan yang positif yang bisa meningkatkan
keterampilan wanita-wanita sekitar rumah Euis Komariah dan
dampak besarnya adalah dapat menumbuhkan ekonomi rumah
tangga yang baru.
Euis Komariah selaku penggagas ide mengungkapkan
bahwa salah satu sosialisasi yang dilakukan agar masyarakat
turut megikuti program yaitu dengan mengadakan peragaan
busana ketika ada event fashion show. Di event tersebut Euis
31
Komariah memasang baju yang bagus dan mewah, agar
masyarakat tertarik.
Eka selaku Humas Bank Indonesia mengatakan bahwa
yang melakukan sosialisasi adalah penggagas ide yakni Euis
Komariah dengan cara mengumpulkan masyarakat yang akan
diberdayakan. Dan Bank Indonesia belum turut melakukan
sosialisasi. Jadi yang pertama adalah Bank Indonesia
melakukan survey, wawancara dan diskusi dengan penggagas
ide dan aparatur desa setempat untuk diberikannya dukungan.
Kedua, Bank Indonesia melakukan launching atau peresmian.
Ketiga berjalannya program.
Sosialisasi adalah proses belajar yang di alami
seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-
nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai
anggota dalam kelompok masyarakatnya (Goslin, 2008).
Sosialisasi program harus memperhatikan beberapa hal
diantaranya bagaimana penyampaian sosialisasi kepada
masyarakat terkait program yang akan dijalankan, dalam
kesempatan apa sosialisasi tersebut dilaksanakan, isi pesan
yang disampaikan kepada masyarakat yang akan diberdayakan.
Euis Komariah mengungkapkan bahwa setiap ada
kesempatan mengajak masyarakat untuk mengikuti program
pasti akan dilakukan. Sejauh ini hanya promosi dan
menginfokan dari mulut ke mulut bahwa akan diadakannya
pelatihan menjahit gratis dibawah binaan Bank Indonesia.
Tahap Implementasi Program Sekolah Menjahit Rumah
Mode Qbun pada Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa
Barat
Implementasi program Sekolah Gratis Menjahit Rumah
Mode Qbun ini dibuka pada Bulan Juni 2016. Peresmian /
launching kegiatan dilaksanakan di Kantor Desa Kelurahan
32
Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, kegiatan pertama
dibuka oleh Tim PSBI untuk menjelaskan tugas pokok Bank
Indonesia visi misi Bank Indonesia, juga menjelaskan bahwa
Bank Indonesia memiliki tugas dalam pengembangan ekonomi.
Ainur selaku Kepala Unit Sumber Daya Manusia
menjelaskan bahwa tujuan program tersebut adalah
pengembangan ekonomi masyarakat, maka dari itu Bank
Indonesia masuk kedalam program community development
dengan harapan dapat menambah edit value penghasilan bagi
Ibu rumah tangga.
Peresmian atau pembukaan program Sekolah Gratis
Menjahit Rumah Mode Qbun dihari pertama ini juga KPw Bank
Indonesia Provinsi Jawa Barat memfasilitasi kegiatan tersebut
dengan memberi bantuan peralatan jahit yang secara permanen
diserahkan dan dikelola oleh Ibu Euis Komariah selaku
penggagas ide dan pemilik usaha menjahit Rumah Mode Qbun
untuk modal awal dalam meneruskan cita-cita membuka
Sekolah Gratis Menjahit. Pelatihan tersebut juga dihadiri oleh
Ibu Walikota Sukabumi yang juga merupakan Ketua PKK
(Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) untuk memberikan
dukungan agar terus mengembangkan Program ini menjadi
bagian dari program Pemberdayaan Perempuan di Sukabumi.
Kegiatan pengembangan masyarakat pada dasarnya
melibatkan banyak pihak. Secara garis besar, pihak-pihak yang
terlibat dalam pengembangan masyarakat salah satunya adalah
Pemerintah. Menurut Ilona Vicenovie Oisina Situmeang (2016)
dalam buku Corporate Social Responsibility menjelaskan
bahwa:
“Pemerintah merupakan pihak yang paling
bertanggungjawab dalam upaya mensejahterakan
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah memiliki porsi
yang paling besar dalam pengembangan masyarakat.
33
Secara tidak langsung pemerintah telah melakukan
kegiatan pengembangan masyarakat melalui
penyelenggaraan program-program pembangunan pada
berbagai bidang kehidupan. Selain itu, pemerintah,
sebagai pemegang kekuasaan yang dimandatkan oleh
warganya, membuat berbagai regulasi yang ditujukan
kepada terciptanya kehidupan masyarakat yang
sejahtera.”
Bank Indonesia dalam mengimplementasikan program
ini menggunakan model Two-Way Symmetric menurut Menurut
Butterick (2012:33) menyatakan bahwa:
“Karakter utama dari model ini ialah perusahaan
ditantang untuk melakukan dialog langsung dengan
pemangku kepentingan tidak hanya membujuk tetapi
juga mendengarkan mempelajari, dan memahaminya
sebagai proses komunikasi”
Grunig (1984) mengidentifikasi banyak asumsi dari
model keempat ini yaitu dari praktisi PR seperti Lee, Bernays
juga John Hill. Asumsi yang dimasukkan ialah “telling the
truth”, “interpreting the client and public to one another,” and
“management understanding then viewpoints of employee and
neighbors”. Model two-way symmetric ini memberikan sebuah
orientasi public relations bahwa organisasi dan publik saling
menyesuaikan diri.
Implementasi dapat diartikan sebagai tindakan-
tindakan oleh individu public dan swasta (atau kelompok) yang
diarahkan pada prestasi tujuan yang ditetapkan dalam
keputusan kebijakan sebelumnya”. (Van Meter dalam
Subarsono 2006).
Materi di hari pertama yang disampaikan oleh pemberi
materi (Euis selaku pemilik usaha menjahit Rumah Mode
34
Qbun) adalah Teori pengenalan alat dan mesin jahit, Teori dan
teknik menjahit, Praktek mempergunakan mesin jahit, Teknik
dasar menjahit: cara mengukur dan membuat pola.
Materi hari kedua yang disampaikan oleh pemberi
materi (Euis selaku pemilik usaha menjahit Rumah Mode
Qbun) adalah Teori dan teknik memotong bahan, Membuat pola
beberapa kerudung, Praktek menjahit kerudung, Praktek
membuat pola mukena dan tas mukena, Praktek menjahit
mukena dan tas mukena.
Materi hari ketiga yang disampaikan oleh pemberi
materi (Euis selaku pemilik usaha menjahit Rumah Mode
Qbun) adalah Praktek membuat rok tanpa pola, Praktek
menjahit rok tanpa pola, Praktek membuat pola blus, Praktek
menjahit blus.
Tahap Evaluasi dan Monitoring Program Sekolah Menjahit
Rumah Mode Qbun pada Bank Indonesia Kantor
Perwakilan Jawa Barat
Bank Indonesia dalam melaksanakan Evaluasi dan
Monitoring pada Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah
Mode Qbun menggandeng P3UKM (Pelaksana Pusat
Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah).
Evaluasi dilakukan selama 6 bulan sekali oleh Slamet Riyanto
selaku staff P3UKM. Sedangkan monitoring dilakukan 3 bulan
sekali.
Bank Indonesia telah melakukan evaluasi dan
monitoring dengan baik yakni secara berkala yaitu setiap 6 dan
3 bulan sekali.
Hasil dari evaluasi yang dilakukan oleh Slamet Riyanto
selaku staff P3UKM pada bulan Desember 2016 adalah peserta
mengalami penurunan menjadi 6 orang dari 18 orang.
Kemudian Euis Komariah menerima peserta pelatihan lain
35
sehingga menambah kepersetaan pelatihan menjahit yang
konsisten dan rutin sebanyak 4 orang. sehingga jumlah peserta
pada bulan Desember 2016 adalah 10 peserta.
Euis Komariah selaku pemilik Rumah Mode Qbun
masih meneruskan pelatihan menjahit bagi peserta pelatihan
dengan jadwal yang telah ditentukan di ruamh tinggalnya
dimana sarana pelatihan dari bantuan Bank Indonesia masih
lengkap dan terawat dengan baik serta masih dipergunakan
dalam kegiatan pelatihan rutin.
Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun
telah mencetuskan 1 pengusaha baru di bidang konveksi
sehingga peserta tersebut telah mampu meningkatkan
perekonomian keluarga.
Peneliti melakukan penelitian dengan turun langsung
ke lapangan untuk mengetahui bagaimana Program Sekolah
Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun ini berlangsung. Peneliti
datang ke rumah Euis Komariah selaku penggagas ide yang
merupakan pemilik usaha Menjahit Rumah Mode Qbun yang
terletak di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi Perumahan Griya Sukabumi Blok C pada bulan April
2017. Ketika peneliti berkunjung kesana untuk melakukan
wawancara ternyata terdapat Ibu yang melakukan les private
menjahit sebanyak 5 orang, dan peserta yang mengikuti Sekolah
Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun sebanyak 5 orang.
Evaluasi adalah menilai hasil atau produk yang telah
dihasilkan dari suatu rangkaian program sebagai dasar
mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah
dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan
(Mulyatiningsih, 2011).
Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk
memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu
kebijakan yang sedang dilaksanakan. Monitoring dilakukan
36
ketika sebuah aktifitas sedang diimplementasikan. Monitoring
diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan
dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi
risiko yang lebih besar (Mulyatiningsih, 2011).
Program inipun terdapat kendala dimana Program
Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun masih menyatu
dengan tempat tinggal Ibu Euis Komariah sehingga tempat yang
kurang memadai menghambat proses belajar menjahit bagi para
peserta..
Peneliti melakukan wawancara dengan Euis Komariah
di bulan April 2017, dimana hasil evaluasinya masih terdapat
Ibu-ibu yang berkomitmen sebanyak 5 orang dari 16 peserta.
Namun sampai saat ini, semangat dan komitmen dari Ibu-ibu
semakin berkurang, maka dari itu, Euis Komariah beranggapan
bahwa daripada mesin yang diberikan oleh Bank Indonesia
tidak terpakai, lebih baik dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya.
Euis Komariah membuka kursus menjahit private
untuk ibu-ibu yang berada disekitar Rumah Mode Qbun jumlah
peserta kursus sebanyak 5 orang.
Kegiatan kursus private dilaksanakan beberapa bulan
dari Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun.
Peserta kursus private merupakan Ibu-ibu yang rata-rata
memiliki usaha sendiri. Terdapat Ibu yang sudah mempunyai
butik, toko baju, dan baru merintis usaha di bidang menjahit.
Euis Komariah menjelaskan bahwa peserta kursus tidak ikut
dalam Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun
karena rata-rata merupakan orang yang berada dengan
kemapanan ekonomi, kemudian ibu-ibu belajar dengan
sungguh-sungguh karena niat untuk membuka usaha atau sudah
memili butik sehingga lebih semangat.
Evaluasi terakhir yang dilakukan oleh Euis Komariah
pada Bulan Juni 2017. Euis Komariah mengungkapkan bahwa
37
ia mempunyai program baru yaitu untuk anak panti asuhan juga
untuk orang yang memiliki disabilitas karena dilihat dari
semangat dan komitmen Ibu-ibu peserta Program Sekolah
Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun semakin menurun.
Sekarang Ibu-ibu yang mengikuti kursus private di Rumah
Mode Qbun bertambah. Awal berjumlah 5 orang, sekarang
sudah menjadi 12 orang.
SIMPULAN
Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun
adalah program permohonan bantuan dari pihak eksternal atau
masyarakat. Dimana ketika melakukan corporate social
responsibility yang merupakan permintaan dari masyarakat,
Bank Indonesia melakukan analisis proposal dengan cara
menilai proposal menggunakan formulir kelayakan penerima
bantuan yang sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
Terdapat 9 aspek didalamnya. Selanjutnya Bank Indonesia
mempelajari terlebih dahulu permasalahan apa yang sedang
terjadi di masyarakat, menganalisis kebutuhan apa saja yang
sedang dibutuhkan oleh masyarakat dan melihat apakah
proposal tersebut telah sesuai dengan visi Bank Indonesia yaitu
pengembangan ekonomi. Akan tetapi Bank Indonesia dalam
menjalankan identifikasi masalah belum melakukan social
mapping (Pemetaan Sosial) dan fact finding untuk mencari data
dan menentukan sasaran penerima manfaat sehingga dalam
pelaksanaannya, banyak peserta yang kurang berkomitmen dan
meninggalkan program.
Perencanaan awal Bank Indonesia Kantor Pusat
merancang Tema Besar Tahunan PSBI yakni “Indonesia
Cerdas” dan “Pemberdayaan Perempuan”. Program Sosial
Bank Indonesia terdapat 2 jenis, yang pertama adalah kegiatan
yang merupakan inisiatif dari Bank Indonesia dan yang kedua
38
adalah adanya permohonan bantuan dari masyarakat ke Bank
Indonesia melalui proposal. Setelah proposal masuk, Bank
Indonesia melakukan analisis proposal berdasarkan Formulir
Kelayakan Penerima Bantuan sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia. Setelah dianalisis dan inline dengan program kerja
serta sesuai dengan tema besar Program Sosial Bank Indonesia,
Divisi Sumber Daya Manusia melakukan survey ke lapangan
untuk melakukan wawancara dan diskusi dengan pemilik
Rumah Mode Qbun serta Kelurahan setempat terkait tempat,
waktu juga pemberian materi yang akan dijalankan ketika
Program berlangsung.
Sosialisasi yang dijalankan dalam Program Sekolah Gratis
Menjahit Rumah Mode Qbun adalah penggagas ide yaitu
pemilik usaha menjahit Rumah Mode Qbun yaitu Euis
Komariah mencari dan menentukan masyarakat yang akan
diberdayakan dengan cara mempromosikan Rumah Mode Qbun
disetiap terdapat event fashion show dengan meragakan baju
yang bagus dan mewah agar masyarakat tertarik dan ingin
belajar menjahit di Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah
Mode Qbun. Sehingga, tujuan Euis Komariah bukan lagi untuk
menjual produk namun lebih menjual nama ‘Rumah Mode
Qbun’ sebagai binaan Bank Indonesia.
Implementasi Program Sekolah Gratis Menjahit
Rumah Mode dilakukan pertama kali di Kantor Kelurahan
Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi selama 3 hari.
Setelah itu, kegiatan dilakukan setiap hari Jumat bertempat di
rumah pribadi Euis Komariah.
Evaluasi dan Monitoring program Sekolah Gratis Menjahit
Rumah Mode Qbun dilakukan 6 bulan dan 3 bulan sekali. Bank
Indonesia menjalin relasi dengan Pemerintah yaitu P3UKM
(Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan
Menengah) untuk dilaksanakannya Evaluasi dan Monitoring.
39
Peserta Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun
yang berawal terdapat 16 peserta, menjadi 5 orang semakin
berkurang seiring dengan semangat dan tingkat kesulitan materi
menjahit. Namun disisi lain, Euis Komariah membuka kursus
private untuk ibu-ibu sekitar rumah Mode QBun dan peserta
kursus private awalnya terdapat 5 peserta sampai saat ini
bertambah menjadi 12 peserta. Melihat kondisi tersebut, Euis
Komariah berencana ingin mengalihkan Program Sekolah
Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun untuk anak panti asuhan
juga orang yang memiliki disabilitas. Monitoring dilakukan
pertiga bulan oleh Staff P3UKM, Euis Komariah selaku pemilik
Rumah Mode Qbun masih meneruskan pelatihan menjahit di
rumah tinggalnya dan sarana pelatihan dari bantuan Bank
Indonesia masih lengkap dan terawat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Dindin M. Machfudz. 2011. Efek
Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Bandung: Elex
Media Komputindo.
Budimanta dan Rudito. 2003. Metode dan Teknik Pengelolaan
Comdev. Jakarta: ICSD (Indonesia Center
Suistanable Development).
Butterick, Keith. 2012. Pengantar Public Relations: Teori dan
Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Cutlip, Scott M., Allen H. Center & Glen M. Broom. 2007.
Effective Public Relations. Jakarta: Kencana.
ior, Y. 1996. “The Planning Process”, dalam International
Review of Administrative Sciences, Vol.29, No.1,
hal 50.
Firsan, Nova. 2012. rePublic Relations, Jakarta, PT. Media
Bangsa. Goslin, David A. 2008. Engaging Minds :
Motivation and Learning in America’s School.
Lanham Maryland an Oxford : Scarecrow Education
Book.
40
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Kotler, P., & Lee, N. 2005. Corporate social responsibility
America: John Wiley&Sons, Inc. Amerika: John
Wiley&Sons,Inc.
Mulyatiningsih, Endang. 2011. Evaluasi Proses Suatu
Program. Jakarta: Bumi Aksara.
Pawito. 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta:
Pelangi Aksara.
Situmeang, Ilona. 2016. Corporate Social Responsibility:
Dipandang Dari Perspektif Komunikasi Organisasi.
Yogyakarta: Ekuilibria.
Subarsono. 2006. Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility from
Charity to Sustainability. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat. Rachmadi, F. 2001. Public Relations dalam Teori dan Praktek, Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005, Membangun Masyarakat, Memberdayakan
Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,
Bandung : Refika Aditama.
41
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)
AREA KAMOJANG DALAM PERENCANAAN
PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR
GEOTHERMAL
Rully Khairul Anwar, Yuliani Samroh Fuadi
Univeritas Padjadjaran
PENDAHULUAN
Kamojang merupakan salah satu daerah terpencil dan
jauh dari pusat perkotaan, daerah perbatasan antara Kabupaten
Bandung dengan Kabupaten Garut yang berada pada ketinggian
1640 – 1750 m diatas permukaan laut. Kamojang adalah daerah
pertama di Indonesia yang dilakukan pencarian sumber energi
panas bumi pada tahun 1918. Dari kapasitas energi panas bumi
yang ada di Indonesia itu, 22 % diantaranya sekitar 6.096 MW
berlokasi di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Jero Wacik mengatakan Indonesia memiliki potensi
energi terbarukan berupa panas bumi, Indonesia mencapai 40 %
dari potensi energi panas bumi di dunia. Kapasitas yang
diperkirakan bisa diperoleh dari hasil pengolahan panas bumi
menjadi energi listrik di Indonesia bisa mencapai 29.000 MW.6
Potensi energi panas bumi yang melimpah ini ternyata
pemanfaatannya baru sekitar 1.500-an MW atau sekitar kurang
5% dari potensi yang ada. Kapasitas terpasang tersebut
6 4 November 2011, Pemanfaatan Energi Panas Bumi Akan
Dipercepat, https://www.esdm.go.id
diakses pada 11/05/17 pukul 08:12 diakses pada 11/05/17 pukul
08:12
42
seluruhnya juga masih mengadopsi dari teknologi asing, jika
penguasaan teknologi pembangkit listrik panas bumi (PLTP)
tidak segera dilakukan oleh SDM dan industri dalam negeri
maka sumber energi geothermal hanya akan menjadi pasar bagi
negara asing.
Maka dari itu, PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang (PGE Area Kamojang) yang menjadi bagian dari PT
Pertamina Geothermal Energy merupakan anak perusahaan PT
PERTAMINA (PERSERO) pada sektor hulu sampai hilir yang
menangani kegiatan usaha panas bumi yang didirikan
berdasarkan akta Nomor 10 tanggal 12 Desember 2006.
Kapasitas produksi PGE Area Kamojang adalah 1.752
GWh/tahun (setara 3,4 juta Barrel Oil Equivalent/tahun). PGE
Area Kamojang mendukung pengembangan energi baru dan
terbarukan ditandai dengan diresmikannya PLTP unit V oleh
menteri ESDM tanggal 12 Januari 2013.
Era baru bagi energi panasbumi di Indonesia diawali
dengan peresmian Lapangan Geothermal Kamojang milik PT
PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 29 Januari 1983
sebagai lapangan panasbumi pertama di Indonesia ditandai
dengan diresmikannya PLTP Kamojang Unit I oleh Presiden
Republik Indonesia dan Perdana Menteri Selandia Baru.
Selanjutnya dikembangkan PLTP Kamojang Unit II & III serta
Unit IV yang beroperasi masing-masing pada tahun 1988 dan
2008.
Keberhasilan PGE Area Kamojang dalam pengelolaan
pengusahaan panasbumi dengan menerapkan integrasi aspek
sustainabilitas bisnis panasbumi, lingkungan, serta community
development, PGE Area Kamojang menjadi center of
excellence perusahaan panasbumi. Berbagai perhargaan yang
telah diperoleh pada periode 2012 – 2013 sebanyak 31
penghargaan, di antaranya adalah Pencapaian PROPER EMAS
43
dua kali berturut-turut tahun 2010-2011 dan 2011-2012 dari
Kementrian Lingkungan Hidup serta sederet penghargaan lain
tingkat Propinsi, Kabupaten, Korporat, Nasional bahkan
Internasional.
PGE Area Kamojang telah mengimplementasikan
Kebijakan CSR dengan prinsip mengedepankan partisipasi aktif
masyarakat baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi program sehingga keberlanjutan
program terjamin, serta teralokasinya dana khusus CSR dengan
tujuan pemenuhan kebutuhan kelompok rentan melalui strategi
pemberdayaan masyarakat sehingga tercipta kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan,
kesehatan, infrastruktur dan lingkungan.
Kotler dan Lee mengatakan bahwa tanggung jawab
sosial (Corporate Social responsibility) yaitu: “Corporate
Social responsibility is a commitment to improve community
well being though discretionary business practices and
contribution of corporate resources” (Ismail, 2009).
Salah satu program CSR yang membuat PGE Area
Kamojang mendapatakan PROPER EMAS berturut-turut
selama 7 kali adalah program budidaya Jamur. Yang menjadi
poin terbesarnya, dengan adanya inovasi terbarukan yang
dikembangkan oleh Perusahaan dalam pemanfaatan panas bumi
untuk program-program CSR sebagai pemberdayaan
masyarakat yang rentan. Dengan social mapping, PGE
menemukan solusi dari permasalahan para petani jamur
kamojang yang menggunakan bahan bakar gas LPG. Jika dilihat
dari aspek geografis, Kamojang termasuk daerah yang cukup
jauh dari perkotaan sehingga untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat masih terbatas dan kesulitan untuk penggunaan gas
LPG yang terkadang susah didapatkan.
44
Program CSR yang salahsatunya sebagai wisata agro
dari hasil pertanian masyarakat sekitar, budidaya jamur
geothermal merupakan inovasi pertama di Indonesia dengan
memanfaatkan limbah uap geothermal pada proses sterilisasi
bag-log, selain itu proses ini pun mengurangi pencemaran
lingkungan dan kerusakan alam. Dari sekian banyak program
CSR, PGE Area Kamojang mengembangkan budidaya jamur
geotermal ini untuk dikelola oleh petani sekitar Kamojang yang
kemudian dapat dijual ke pasaran dengan hasil yang bisa
dinikmati oleh para petani.
Supaya program terlaksana sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, perusahaan harus melakukan pembinaan untuk
para petani yang akan dibantu. Jika melihat kondisi masyarakat
khususnya para petani, rata-rata memiliki pendidikan yang
rendah dimana pengetahuan teori mengenai pertanian kurang
diperhatikan, hanya berlandaskan pada pengalaman dari
bertaninya. Sedangkan teknologi yang digunakan semakin
canggih dan untuk mendapatkan hasil dengan kualitas terbaik
dibutuhkan seseorang yang dapat mengkomunikasikan program
tersebut kepada petani agar sesuai dengan harapan bersama.
METODE PENELITIAN
Metode di dalam penulisan tugas akhir, penulis
menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas (Sugiyono, 2015). Penulis melakukan
pengamatan mengenai keadaan Humas PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang yang berkaitan dengan
program CSR Proses budidaya Jamur Geothermal yang dikelola
45
oleh paguyuban. Dengan teknik pengumpulan data berupa
observasi yaitu mengamati secara langsung kegiatan Public
Relations PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang,
juga melakukan pengamatan dalam kegiatan budidaya jamur
geothermal sebagai program CSR PT Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang yang dikelola oleh petani Kamojang.
Juga wawancara, yakni memperoleh data dari seseorang yang
memiliki peran penting dan orang yang terlibat langsung dalam
pengelolaan kegiatan CSR tersebut. Penulis melakukan
wawancara yang merupakan teknik komunikasi secara
langsung dengan pihak yang terkait dalam program budidaya
jamur geothermal sebagai kegiatan CSR PT Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang dan mempelajari hasil
wawancara tersebut untuk menemukan masalah yang akan
dibahas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Budidaya Jamur Geothermal merupakan program CSR
berupa inovasi terbarukan yang dibentuk oleh PGE yang salah
satu tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat
sekitar lingkungan perusahaan. Sejauh ini PGE Area Kamojang
telah meraih banyak prestasi, salah satunya mendapatkan
PROPER EMAS selama enam tahun berturut-turut dari
Kementrian Lingkungan Hidup, karena telah berusaha
menerapkan beberapa inovasi di bidang CSR . Hal ini
membuktikan bahwa program CSR PGE Area Kamojang
memberikan perubahan dan manfaat, diantaranya, pelestarian
alam, konservasi air, konservasi fauna dan pemberdayaan
masyarakat dengan pemanfaatan limbah panas bumi untuk
sterilisasi jamur.
Pemilihan fokus usaha budidaya jamur ini merupakan
hasil pengamatan dengan melihat adanya peningkatan kondisi
46
ekonomi Garut secara keseluruhan, yang berdampak pada
peningkatan kebutuhan pangan masyarakat Garut yang tinggi,
dan juga berdampak pada meningkatnya permintaan jamur di
Garut itu sendiri. Kondisi yang ada sekarang ini, penawaran
jamur di Garut sebagian besar masih ditambah kiriman dari
beberapa wilayah sekitar Jawa Barat seperti Garut, Bandung
dan lainnya yang masih belum terpenuhi sehingga terdapat
peluang yang memungkinkan untuk usaha budidaya jamur.
Pembeda program budidaya jamur geothermal dengan
program budidaya jamur lainnya yang konvensional adalah
sebagai berikut:
47
Tabel Jenis Bahan Bakar Konvensional dan Geothermal
Uraian Bahan Bakar
Konvensional
Bahan Bakar
Geothermal Keterangan
Kebutuhan
Bahan
Bakar (1
Bulan)
144 Kg LPG Tanpa Biaya %
Kapasitas
Produksi 240 Baglog 800 Baglog 12,9
Aspek
pencemaran
Mencemari
Udara
Tidak
Mencemari 6,4
Sumber: Laporan DRKPL 2013 Pertamina Geothermal Energy
Area Kamojang
Terdapat beberapa tahapan agar program CSR dapat
berhasil dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
yaitu dengan adanya pembinaan program yang dapat membantu
mengomunikasikan program yang dicanangkan perusahaan
untuk petani jamur melalui Paguyuban Jamur Garut yang terdiri
dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
DeMaritinis menyebutkan beberapa langkah yang dilakukan
oleh perusahaan nonprofit dalam menyusun program CSR
(Rahman, 2009), yaitu merumuskan komunitas organisasi,
menentukan tujuan, menyusun pesan yang hendak
disampaikan, memilih metode yang paling baik dalam
penyampaian pesan, realisasi program, dan analisis
hasil/evaluasi. Maka dari itu, perencanaan pembinaan program
budidaya jamur memiliki prosedur yang berdasarkan ketetapan
dari PGE Area Kamojang sebagai perusahaan yang memiliki
program CSR tersebut yang beberapa di antaranya sama seperti
tahapan-tahapan seperti yang ungkapkan Rahman.
48
Perencanaan pembinaan program budidaya jamur
geothermal memiliki beberapa tahapan yang sesuai dengan
prosedur perusahaan. Pembinaan program dilakukan oleh
Widodo selaku pembina dari pihak CSR PGE Area Kamojang.
Sebelum itu perusahaan melakukan social map, yaitu dengan
menganalisis subjek yang akan dibina dengan memerhatikan
beberapa aspek diantaranya:
Sosial Budaya
Dalam menentukan sebuah program, banyak hal yang
harus diperhatikan agar program memberikan dampak yang
maksimal bagi masyarakat, salah satunya dengan
memerhatikan sosial budaya yang ada pada masyarakat
tersebut. Di Kabupaten Garut sebagai daerah yang sebagian
besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai
petani, maka program yang dibuat harus berbasis pertanian
karena masyarakatlah yang akan menjadi subjek dari
pelaksanaan program tersebut.
Gambaran modal subjek pelaksana program juga dapat
dilihat dari keterampilan yang dimiliki. Seperti halnya hasil
social map yang dilakukan pada Desa Laksana. Keterampilan
penunang kepala rumah tangga (KRT) seperti kursus, hanya
dimiliki oleh 20,7% KRT dan keterampilan itu berbasis pada
suatu jenis kursus. Sebesar 72,4% lainnya tidak mengikuti
kursus/pelatihan apapun. Gambaran keterampilan ibu rumah
tangga (IRT) lebih buruk lagi, hanya 14,8% yang pernah
mengikuti kursus/keterampilan dan hanya satu jenis, yang
biasanya didapatkan ketika mengikuti kegiatan PKK dan
pendampingan mahasiswa KKN.
2. Pendidikan
Aspek pendidikan sangat berpengaruh dalam
melaksanakan pembinaan. Pembina harus mengetahui kondisi
49
pendidikan para petaninya agar dalam metode
mengomunikasikan pesan kepada petani dapat tersampaikan
dan tidak mengalami kesalahan dalam berkomunikasi. Seperti
social map yang telah dilakukan PGE Area Kamojang pada
Desa Laksana.
Modal SDM Desa Laksana menunjukan angka 79% yang
berarti dalam kategori mendekati bawah-atas (skala 0-100). Hal
ini dipengaruhi oleh capaian pendidikan masyarakat yang
mayoritas tingkat SMP dan SMA. Pada keluarga yang memiliki
anak usia sekolah 89,7% anak-anak mereka melanjutkan
pendidikan dan 10,3% putus sekolah. Jumlah anak putus
sekolah cukup besar dan hal itu terjadi karena masalah biaya
yang tidak tersedia pada orang tua dan kuatnya keinginan anak
untuk segera bekerja demi uang. Disamping anak putus sekolah,
kondisi pendidian warga juga ditandai oleh angka buta huruf
sebesar 3,4%, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah
penduduk berusia tua.
Ekonomi
Dari segi ekonomi, sebagian masyarakat Kabupaten
Garut yang berprofesi sebagai petani mengandalkan hasil panen
yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya dan
tidak dapat melanjutkan pendidikan karena tidak sanggup
dengan tuntutan biaya pendidikan yang semakin mahal. Dan
tingkat persentase pengangguran di daerah Garut cukup tinggi
karena sebagian anak dari keluarga kurang mampu memilih
untuk putus sekolah dan mencari pekerjaan, sedangkan untuk
bisa bekerja di sebuah ruko saja memiliki kriteria tertentu.
Sehingga dengan adanya program tersebut, dapat
menghasilkan nilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat.
Selain itu, program tersebut menjadi peluang dan perluasan
50
lapangan kerja yang dapat memperbaiki perekonomian di
daerah Garut.
Teknologi
Sebelum melaksanakan program pembinaan, pembina
harus mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat dan
keterampilannya terhadap teknologi yang akan digunakan,
sehingga dapat menyesuaikan dengan apa yang akan diberikan.
Selain itu, pengetahuan yang didapat oleh plasma (petani-
petani) ketika pembinaan, tidak hanya dipahami pada saat itu,
tetapi juga dapat digunakan secara berlanjut.
Teknologi yang diterapkan menjadi salah satu faktor
keberhasilan suatu program, sehingga pembina harus
mengetahui apakah teknologi yang akan digunakan berbasis
high technology atau bisa disederhanakan. Teknologi yang
digunakan harus memadai dan mudah digunakan agar dapat
membantu dalam pelaksanaan program menjadi lebih efektif
dan efesien bagi petani. Selain itu, peningkatan keterampilan
dan teknologi perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
usaha guna dapat menghasilkan produk yang bermutu baik.
5. Setelah semua aspek yang sudah dipaparkan sesuai dengan
kriteria pembinaan, maka program pembinaan budidaya jamur
kepada plasma dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditentukan oleh pihak pembina.
Dalam melakukan perencanaan program CSR, Rahman,
(Rahman, 2009) dalam bukuya “Corporate Social
Responsibility” juga harus menyusun tujuan yang jelas, tujuan
dapat dimulai dari data temuan yang diperoleh dari lapangan
(terkait dengan needs, desires, wants, dan juga interest
komunitas) kemudian diformulasikan menjadi sebuah tujuan,
begitu pula untuk melakukan pembinaan program. Sebelum
dilakukan pembinaan, pembina mengidentifikasi mengenai
51
kebutuhan masyarakat dengan melihat kemampuan yang
dimiliki masyarakat Garut yang berada di Kampung
Pamoyanan yang sebagian penduduknya memiliki kemampuan
bertani dan berkebun, kemudian adanya hasrat dan keinginan
dari masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya yang
dibantu dengan kecanggihan teknologi yang digunakan, yang
kemudian adanya minat untuk berkontribusi bersama
paguyuban untu menghasilkan produk yang berkualitas.
Pembina memiliki tujuan yang juga menjadi manfaat dengan
adanya program ini: 1) Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam usaha usaha budidaya jamur tiram; 2)
Membantu usaha budidaya jamur menjadi usaha kreatif di
daerah; 3) Membantu penyelesaian masalah-masalah yang
mungkin akan terjadi; 4) Tahapan proses produksi yang
dijalankan menjadi lebih efektif dan efesien; 5) Sebagai
mediator untuk mengomunikasikan program kepada petani.
SIMPULAN
Pembinaan program budidaya jamur dilakukan dengan
cara melakukan social map oleh pembina terlebih dahulu
dengan melihat 1) sosial budaya, 2) tingkat pendidikan, 3)
tingkat ekonomi dan 4) teknologi, maka selanjutnya adalah
mengidentifikasi objek yang akan dibina, kemudian survey
lokasi oleh pihak perusahaan dan pembina, kemudian
perencanaan pelaksanaan kunjungan untuk sosialisasi
pengetahuan dasar mengenai sistem produksi jamur. Dalam
perencanaan, program CSR budidaya jamur geothermal juga
menyusun beberapa tujuan yang dimulai dari data temuan yang
diperoleh dari lapangan (terkait dengan needs, desires, wants,
dan juga interest komunitas) yang kemudian diformulasikan
menjadi sebuah tujuan untuk melakukan pembinaan program
52
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, S. (2009). Corporate Social Responsibility; From
Charity to Sustainability. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Rahman, R. (2009). Corporate Social Responsibility; Antara
Teori dan Kenyataan. Yogyakarta: Media Pressindo.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sumber lain:
Pemanfaatan Energi Panas Bumi Akan Dipercepat (4
November 2011), diakses dari https://www.esdm.go.id diakses
pada pukul 08:12
Laporan DRKPL 2013 Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang.
53
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PT. KALREZ PETROLEUM OIL COMPANY
(KRZ) DI DESA BULA, KABUPATEN SERAM
BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU
Elnovani Lusiana, Lukiati Komala
Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN
CSR memang selalu menjadi topik pembahasan yang
menarik untuk diperbincangkan. Banyak wacana yang
mengupas tentang pelaksanaan CSR di Indonesia. Pemerintah
pun aktif merespon pokok bahasan terkait. Momentum seperti
ini harus terus dijaga agar tidak mengalami kemunduran ke
masa invisible-rules berjalan. Perusahaan cukup bersembunyi
dibelakang kekuasaan oknum-oknum tertentu saja untuk
menghindar dari tuntutan masyarakat. Akhirnya masyarakat
semakin marjinal dan dimiskinkan.
Ekonomi Indonesia dibangun di atas peraturan yang
memberikanpeluang tak terbatas pada perusahaan-perusahaan
besar untuk melakukan eksploitasi sumber-sumber kekayaan
alam. Di satu sisi sektor industri atau perusahaan skala besar
telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional, akan tetapi di sisi lain ekploitasi sumber-sumber daya
alam seringkali menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan
yang memprihatinkan. Dalam perspektif sosiologi Booke
menyebutnya sebagai “dual society”, yakni tumbuhnya dua
karakter ekonomi (kesenjangan) di dalam satu area. Di satu sisi
ekonomi tumbuh dan berkembang secara modern, tetapi di sisi
54
keberpihakan kepada masyarakat, ekonomi justru berjalan
sangat lambat (berkebalikan).
Arah kehidupan ekonomi masyarakat semakin tidak
menentu, disertai dengan marginalisasi tenaga kerja lokal. Hal
ini terjadi karena basis teknologi tinggi menuntut perusahaan-
perusahaan besar lebih banyak menyedot tenaga kerja terampil
dari luar masyarakat sekitar, sehingga tenaga-tenaga kerja lokal
yang umumnya berketerampilan rendah (tidak terlatih) menjadi
tersingkirkan.
Kesenjangan inilah yang kemudian menyebabkan
hubungan perusahaan dengan masyarakat lokal menjadi tidak
harmonis dan diwarnai berbagai potensi konflik serta
ketegangan. Berbagai tuntutan seperti ganti-rugi atas kerusakan
lingkungan, perekrutan tenaga kerja, pembagian keuntungan,
dan lain-lain sangat jarang memperoleh solusi yang
memuaskan, sesuai dengan harapan masyarakat. Situasi
tersebut didramatisir oleh kultur perusahaan dengan cara
berpikir dan perilaku ekonomi yang bersifat profit-oriented. Di
masa lalu keadaan seperti ini kerapkali terjadi dan tidak
dipermasalahkan karena tradisi represif dalam pemerintahan
kita masih sangat dominan.
Kita dapat memahami cara pandang dunia bisnis dalam
menjalankan usahanya. Misalnya, optimalisasi pencapaian
keuntungan dianggap sebagai satu-satunya cara perusahaan
untuk tetap bertahan. Cara pandang seperti ini cenderung keliru,
tetapi telah terbukti bahwa membenarkan perusahaan untuk
melakukan apa saja demi melindungi kepentingan
mengakumulasi keuntungannya termasuk praktek-praktek yang
secara moral tidak benar, adalah tidak dapat dibenarkan. Cara
pandang semacam ini dulu berkembang luas di kalangan dunia
usaha. Jika masyarakat setempat merasa dirugikan oleh
operasional perusahaan misalnya dan kemudian mereka
55
menuntut sesuatu, maka melalui oknum-oknum tertentu,
perusahaan tidak segan-segan melakukan tindakan represif
untuk meredamnya.
Namun perubahan tatanan politik Indonesia jelang
akhir tahun sembilanpuluhan telah mengubah cara pandang
tersebut. Masyarakat kini lebih terbuka, termasuk dalam kaitan
dengan pengelolaan berbagai sumberdaya alam dan kegiatan
ekonomi perusahaan. Pola hubungan masyarakat dan
perusahaan juga secara cenderung berubah ke arah yang lebih
baik. Masyarakat kini telah semakin well informed, sehingga
daya kritis dan keberanian mereka untuk mengemukakan
pendapatnya lebih terbuka dan semakin meningkat, termasuk
tuntutannya terhadap perusahaan yang beroperasi di lingkungan
mereka. Oleh karena itu, pihak perusahan dituntut untuk
mengevaluasi “kekeliruan” pendekatan di masa lalu yang
represif, dan didorong untuk membangun pola hubungan yang
lebih baik, sehingga terbentuk sebuah kerangka hubungan yang
harmonis antara perusahaan atau industri dengan
lingkungannya.
Dasar hubungan baik tersebut, harus diletakkan pada
prinsip-prinsip simbiosis mutualisme, saling pengertian dan
saling memberi manfaat. Melalui konsep ini, masyarakat
diharapkan dapat berperilaku santun dan bekerjasama dengan
perusahaan, sementara perusahaan tetap dapat beroperasi secara
sehat dalam mengejar keuntungan ekonominya dan senantiasa
meningkatkan tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya,
tanpa perlu khawatir akan adanya gangguan sosial.
Pertengahan september 2007, DPR mengesahkan
Undang-undang tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74
membahas corporate social responsibility. Undang-undang
Perseroan Terbatas 2007 menjadi lembaran baru pelaksanaan
tanggungjawab sosial perusahaan yang biasa disebut CSR.
56
Fokus pada salah satu pasal undang-undang ini lebih terasa pada
masalah CSR sebagai suatu kewajiban perusahaan bukan lagi
masalah kepedulian. Tanggung jawab sosial pun mengalami
pergeseran makna menjadi tanggung jawab legal.
Kalrez Petroleum Seram Ltd, manajemen baru,
memulai aktivitas produksi dan eksplorasi di Bula Block sejak
tahun 1999. Selama hampir 9 tahun hadir di Bula sebagai
perusahaan minyak, perusahaan mulai peduli terhadap tema
CSR. Akan tetapi, kepedulian perusahaan untuk berinteraksi
dengan masyarakat Bula melalui program demi program atau
kegiatan yang dianggap perusahaan sebagai pengejawantahan
dari konsep CSR, pada prakteknya di lapangan, ternyata,
menemui banyak kendala, baik yang sifatnya internal maupun
eksternal. Terlebih lagi pasca krisis yang dialami perusahaan
sekitar akhir tahun 2005.
Pada tataran internal perusahaan, kantor pusat merasa
kecewa karena program CSR yang telah dilakukan perusahaan
dinilai tidak tepat sasaran dan dirasa kurang bermanfaat secara
langsung meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Bula. Staf yang langsung terjun ke lapangan di Bula pun
mengemukakan hal yang sama. Ditambah lagi dengan keluhan
terhadap kesenjangan komunikasi internal perusahaan antara
jajaran top manajemen di kantor pusat Jakarta dengan
mnajemen main office KRZ di Bula. Kenyataan di lapangan
banyak program yang terbengkalai atau tidak berjalan efektif
akibat dari gap komunikasi yang terjadi. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi peneliti yang diharapkan mampu
mengurai benang kusut dalam wacana CSR KRZ di Bula.
Bula adalah kota kabupaten di Pulau Seram. Kota ini
menjadi ibukota dari Kabupaten Seram Bagian Timur, sebuah
kabupaten baru dari pemekaran kabupaten di Maluku. Bupati
yang saat itu sedang menjabat, Abdullah Vanath, S.Sos dinilai
57
sebagai sosok pemimpin yang visioner sekaligus merakyat oleh
jajaran stafnya di dinas dinas. Pendapat serupa dikemukakan
oleh Field operation superintendent KRZ Zulkifli Manan.
Masyarakat juga menilai positif kepemimpinan Bupati SBT
tersebut. Semenjak terjadi pemekaran, Pemda Kabupaten SBT
terlibat langsung dalam aktualisasi pembangunan hingga ke
dusun dusun.
Bidang pendidikan merupakan prioritas utama
pemerintah dalam membangun daerahnya. Menurut pendapat
Humas Pemda, kaitan dengan adanya kegiatan CSR dari pihak
perusahaan yang melakukan eksplorasi di SBT, pemda merasa
sangat terbantu. Mustahil menggerakkan roda pembangunan di
daerah jika hanya mengandalkan APBD semata, dukungan
perusahaan melalui CSR dianggap Pemda sebagai sebuah usaha
strategis guna bersama-sama memajukan pembangunan di
daerahnya.
Menilik sejarah masa lalu, area Bula Blok ini sejak
masa kolonial Belanda, dikenal sebagai kota penghasil minyak.
Sumur-sumur minyak peninggalan Belanda terdapat di dalam
Blok Bula. ‘Pompa angguk’ masih beroperasi di beberapa titik,
sungguh unik dan meninggalkan jejak sejarah di masa lampau.
Seluruh masyarakat Maluku adalah bersaudara, tutur
Humas Pemda mengawali perbincangan saat berkenalan di
Kantor Pemda ketika saya baru saja menginjakkan kaki di bumi
Bula. Meskipun dari segi tampilan fisik mereka nampak
berkulit gelap, dialek bicara dengan bersuara lantang namun
masyarakat Maluku pada umumnya termasuk ramah dan
terbuka dalam menyambut kaum pendatang. Demikian
ungkapan yang Ia sampaikan untuk menggambarkan karakter
khas orang Maluku. Seram Bagian Timur adalah kabupaten di
provinsi Maluku. Bercerita tentang Bula tidak akan terlepas
dari uraian cerita tentang kampung-kampung sekitar Bula, yaitu
58
Salas, Dawang, Lowan, Bulak Air, Sesar, dan Kampung
Denser. Mengapa demikian ? Masyarakat Bula adalah
pendatang dari berbagai kampung di sekitarnya. Oleh karena
itu, karakteristik mereka juga menampilkan keberagaman,
tergantung dari kampung mana mereka berasal.
Mereka berdatangan saat zaman kolonial Belanda
memulai aktivitas eksplorasi minyak di Blok Bula , di akhir
abad 19. Masyarakat dengan karakteristik yang kompleks,
demikian kesan pertama, saat menyimak tuturan Humas Pemda
tentang Bula. Masyarakat Bula terbagi bagi menjadi beberapa
dusun lagi. Kehidupan masyarakat dengan fanatisme agama
yang tinggi menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat
Bula.
Selama kurang lebih 1 abad Bula menjadi lokasi
produksi dan eksplorasi minyak. Demikian disampaikan oleh
Humas Pemda. Akan tetapi perusahaan tetangga yang
sebelumnya, Kufpec, sangat tertutup dan tidak ada akses
komunikasi sama sekali dengan pihak masyarakat maupun
pemerintah. Akibatnya, pembangunan masyarakat di lokasi
pertambangan minyak Bula menjadi terbelakang dan terisolir.
Baru 3 tahun belakangan, ketika Citic Seram mengambil alih
manajemen Non Bula Block berdampingan dengan Kalrez yang
beroperasi sejak tahun 1999, kondisi masyarakat mulai
tersentuh dengan kegiatan-kegiatan CSR. Komunikasi antara
pihak perusahaan dan pemerintah daerah juga mulai terbina
Perusahaan yang beroperasi dengan penuh kesadaran
menyisihkan sebagian keuntungan dari hasil eksplorasinya
untuk mendukung program pembangunan pemerintah daerah.
Mulailah masyarakat, pemda serta perusahaan bersinergi
membangun Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) yang baru-
baru ini mengalami pemekaran.
59
Citic Seram yang juga menyusul beroperasi di Seram
mengelola Blok Non Bula merupakan remote area, sehingga
tak ada penduduk yang dapat berkeliaran secara bebas
berinteraksi dengan aktivitas produksi. Lain halnya dengan
Kalrez yang merupakan open area. Kondisi tersebut
menyebabkan pemandangan unik dimana penduduk benar-
benar hidup, tinggal dan beraktivitas sehari-hari di sekitar
sumur-sumur minyak yang bertebaran di sekitar 300 titik area.
Benar-benar unik namun sekaligus memprihatinkan.
Bagaimana perusahaan menjalani aktivitas produksinya, lalu
lalang alat-alat produksi, kendaraan proyek dan kegiatan
lainnya di tengah-tengah komunitas kehidupan penduduk Bula.
Mana yang lebih dulu hadir antara perusahaan dengan
penduduk Bula tak lagi menjadi perdebatan untuk menentukan
mana yang lebih berhak menerapkan aturan main.
Kenyataannya adalah bahwa Kalrez sebagai perusahaan harus
tetap beroperasi melakukan produksi minyak di tengah-tengah
komunitas masyarakat Bula.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Corporate Social Responsibility. Perusahaan dalam
melaksanakan kegiatannya tidak lagi hanya memanfaatkan
keuntungan untuk kepentingan manajemen dan investor
semata. Perusahaan juga perlu untuk memikirkan konsumen
yang telah membeli produk mereka dan masyarakat sekitar
perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung
terkena dampak dari munculnya perusahaan. Begitu juga
karyawan yang merupakan bagian utama perusahaan.
Perusahaan diharapakan mampu untuk memberikan bantuan
kepada internal publik dan eksternal publik dari sebagian
keuntungan perusahaan tiap tahunnya.
60
Definisi Corporate Social Responsibility menurut World Bank
adalah:
The Commitment of business to contribute to
sustainable economic development working with
employees and their representatives the local
community and society at large to improve quality of
life, in ways that are both good for business and good
for development”(Wibisono, 2007:7).
Public Relations pada kegiatan Corporate Social
Responsibility dapat saja berhubungan dengan pekerja, keluarga
dari pekerja, komunitas sekitar perusahaan, maupun masyarakat
luas. Sebagaimana The World Business Council for Sustainable
Development dalam Kotler dan Lee (2005:3) mendefinisikan
Corporate Social Responsibility sebagai:
Business commitment to contribute to sustainable
economic development, working with employees, their
families the local community, and society at large to
improve their quality of life.
Kotler dan Lee (2005) memiliki definisi sendiri untuk
Corporate Social Responsibility. Corporate Social
Responsibility didefinisikan Kotler dan Lee (2005:3) sebagai
berikut :
Corporate Social Responsibility is a commitment to
improve community well-being through discretionary
business practice and contributions of corporate
resources.
Pemberian dana kepada masyarakat dari sebagian
keuntungan perusahaan tiap tahunnya tidak menjadi solusi yang
61
tepat, karena dana yang diberikan banyak yang tidak
dimanfaatkan dengan efektif dan efisien, sehingga tanggung
jawab perusahaan kemudian menjadi semakin kompleks.
Moore (2000:262) menyatakan bahwa sumbangan perusahaan
merupakan pernyataan falsafah manajemen yang memberikan
keuntungan pertama kepada manusia dalam melaksanakan
suatu bisnis. Pelaksanaan kegiatan Corporate Social
Responsibility tidak hanya dengan memberikan dana secara
langsung, namun dana tersebut dapat dikelola perusahaan yang
kemudian mengadakan pelatihan untuk meningkatkan
pendidikan ataupun pengadaan pemeriksaan kesehatan keliling
dengan dana tersebut. Sebagaimana pernyataan Moore
(2000:262), bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab
sosial guna meningkatkan kesejahteraan, kesehatan,
pendidikan, serta kehidupan kemasyarakatan dan kebudayaan
mereka yang bekerja untuk, membeli dari, menanamkan modal
di, menyediakan dan mendistribusikan untuk itu.
Tujuan Public Relations pada Corporate Social
Responsibility dapat saja untuk membuktikan perusahaan
sebagai warga yang baik dan tidak melaksanakan bantuan sosial
atas nama perorangan. Tujuan Public Relations mengenai
bantuan perusahaan menurut Moore (2000:267) adalah:
Membuktikan kewargaan perusahaan yang baik, untuk
meningkatkan iklim bisnis, memperkenalkan
perusahaan yang bebas, memperkuat kebebasan
masyrakat, dan memenuhi kebutuhan dana yang tidak
lagi disediakan oleh aksi kemanusiaan perorangan.
Pemberian bantuan oleh perusahaan sebagai bentuk
Corporate Social Responsibility dapat dilatarbelakangi oleh
keterpaksaan karena tuntutan dari masyarakat sekitar,
kewajiban perusahaan karena mengikuti peraturan yang
62
berlaku, dan keikhlasan perusahaan karena merasa bahwa
masyarakat dan lingkungan patut dibantu.
Suatu perusahaan ataupun organisasi haruslah
berkomunikasi dengan menjalin hubungan yang harmonis
dengan publik di dalam perusahaan dan publik di luar
perusahaan. PT Kalrez Petroleum Seram Ltd yang merupakan
perusahaan pertambangan minyak perlu untuk memperhatikan
publik, karena akan menentukan keberhasilan dan kegagalan
perusahaan. Public Relations sebagai salah satu fungsi
manajemen berupaya membina pengertian, simpati, dan
dukungan dari publik internal maupun eksternal untuk tujuan
pribadi, lembaga dan perusahaan. Senada dengan pengertian
Public Relations berikut:
Definisi Public Relations menurut Cutlip, Scott M.,
Allen H. Center, Glen M. Broom, (2006:6) adalalah:
Fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat
antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi
kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.
Public Relations juga dapat diartikan sebagai fungsi
manajemen dimana berupaya membina pengertian, simpati, dan
dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin
ada hubungannya dengan perusahaan. Sebagaimana The
International Public Relations Association (IPRA)
mendefinisikan Public Relations sebagai berikut:
Public Relations is management function, of a
continuing and palnned character, through which
public and private organizations and institutions seek to
win and retain the understanding, sympathy, and
support of those with whom they are or my be
concerned-by evaluating public opinion about
63
themselves, in order to correlate, as fat as possible,
there own policies and procedures, to achieve by
planned and widespread information more productive
co-operation and more efficient fulfilment of their
common interest.” (Public Relations adalah fungsi
manajemen dari sikap budi yang berencana dan
berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-
organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum
dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan
dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang
mungkin ada hubungannya- dengan jalan menilai
pendapat umum di antara mereka, untuk
mengorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan
tata cara mereka, yang dengan informasi yang
berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang
lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama
yang lebih efisien) (Effendy, 1998:21).
Pelaksanaan kegiatan CSR yang berhubungan dengan
pemberdayaan masyarakat tidak dilaksanakan oleh Bagian
Public Relations, tetapi oleh karyawan yang sedang turun
bertugas di lapangan. Bagian PR KRZ di lapangan secara
langsung berada di bawah komando filed manager dan
dilaksanakan langsung oleh safety manager yang merangkap
sebagai pelaksana lapangan CSR didukung oleh pejabat PR di
lapangan.
Karakteristik Masyarakat Bula
Pihak kalrez yang melaksanakan fungsi Public
Relations dalam berhubungan dengan komunitasnya perlu
selalu melakukan proses pemecahan masalah, karena opini,
sikap, dan perilaku internal dan eksternal publik akan dapat
64
berubah setiap waktu terhadap perusahaan.Menurut Cutlip,
Center, dan Glenn (2006:320), bahwa Public Relations perlu
melakukan empat langkah proses pemecahan masalah, sebagai
berikut:
Pertama. Mendefinisikan permasalahan. Langkah
pertama ini mencangkup penyelidikan dan memantau
pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku pihak-pihak yang
terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan
organisasi. Pada dasarnya ini adalah fungsi intelegen
perusahaan. Fungsi ini menyediakan semua dasar untuk semua
langkah dalam pemecahan masalah dengan menentukan “apa
yang sedang terjadi saat ini?”
Kedua. Perencanaan dan Program. Informasi yang
dikumpulkan dalam langkah pertama dipergunakan untuk
membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan,
tindakan dan komunikasi, taktik, dan sasaran. Langkah ini
mempertimbangkan temuan dari langkah dalam membuat
kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini akan
menjawab pertanyaan “Berdasarkan apa yang kita ketahui
tentang situasi, dan apa yang harus kita lakukan atau apa yang
harus kita ubah, dan apa yang harus kita katakan?”
Ketiga. Aksi dan komunikasi. Langkah ketiga adalah
mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang
didesain untuk mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing
publik dalam rangka mencapai tujuan program. Pertanyaan
dalam langkah ini adalah “Siapa yang harus melakukan dan
menyampaikannya, kapan, dimana, dan bagaimana caranya?”
Keempat. Mengevaluasi program. Langkah terakhir
dari proses ini adalah melakukan penilaian atas persiapan,
implementasi, dan hasil dari progam. Penyesuaian akan
dilakukan sembari program diimplementasikan, dan didasarkan
pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program itu
65
berhasil atau tidak. Program akan dilakukan atau dihentikan
setelah menjawab pertanyaan “Bagaimana keadaan kita
sekarang atau seberapa baik langkah yang telah kita lakukan?”
PT. Kalrez Petroleum Seram Ltd mengkontruksi makna
tentang Corporate Social Responsibility sebagai sebuah social
reaction. Reaksi sosial masyarakat Bula terhadap
ketidakpekaan Kalrez dalam menjaga keseimbangan
lingkungan telah mendorong Kalrez untuk mulai melakukan
kegiatan corporate social responsibility.
Pemaknaan atas CSR itu sendiri masih merupakan
kontroversi di kalangan internal Kalrez. Dari mulai stakeholder
yang terbagi dua kubu, pro dalam memandang pentingnya
makna CSR untuk menjaga stabilitas usaha serta mengantisipasi
krisis. Namun di lain pihak ada pihak top manajemen yang
kontra memandang CSR sebagai sumbangan buang-buang uang
yang tidak pernah mendatangkan positif feedback kepada
Kalrez.
Jajaran stokeholder juga mulai menerapkan berbagai
pemaknaan terhadap konsep CSR yang diaplikasikan kepada
perubahan regulasi CSR yang diberlakukan juga kepada
perusahaan-perusahaan pertambangan, termasuk oil company.
keberagaman pemaknaan CSR ini menjadi fenomena yang
mewarnai adaptasi Kalrez dalam sebuah bangunan kesadaran
barunya memaknai CSR.
Internal public Kalrez, yang terdiri dari karyawan lokal
juga berharap banyak dari CSR Kalrez. Bukan hanya sebatas
antisipasi terhadap krisis yang pernah terjadi, akan tetapi juga
ketulusan untuk mengambil peran aktif dan partisipatif dalam
geliat pembangunan pemekaran Kabupaten SBT. Terlebih lagi
Bula blok adalah daerah produksi Kalrez dimana Kalrez
menggali minyak dan mengambil keuntungan. Maka Kalrez lah
yang berkewajiban menjaga keseimbangan lingkungan di Bula.
66
Implementasi CSR Kalrez di Bula
Corporate social responsibility Kalrez di Bula, sejauh
ini melibatkan Kalrez dalam kegiatan-kegiatan pembangunan
infrastruktur dan fasilitas umum. Misalnya, klinik, MCK,
lapangan olah raga, sekolah, jalan proyek yang juga digunakan
sebagai sarana transportasi masyarakat, mesjid, dan lain-lain.
Kebersediaan Kalrez menyisihkan sebagian
keuntungannya untuk membangun Bula, dan Kabupaten SBT
sebenarnya suatu iklim positif yang dapat mewujudkan tripple
bottom line di Kabupaten SBT. Akan tetapi patut disayangkan
pada kenyataannya, Kalrez selalu menempatkan posisi untuk
mengambil peran terkecil dalam kegiatan CSR nya. Hal ini
menimbulkan citra yang kurang baik di mata, Citic, Pemda
SBT, maupun di kalangan masyarakat Bula sendiri yang
memang tidak merasakan peran Kalrez dalam pembangunan
daerahnya. Mereka mengecilkan peran Kalrez karena
Kalreznya sendiri yang kurang mampu menempatkan diri
sebagai bagian dari masyarakat Bula yang harus aktif
partisipatif dalam membangun Bula sebagai implementasi CSR
Kalrez.
Persepsi Masyarakat Bula terhadap CSR Kalrez Dalam
Meningkatkan Kehidupan Masyarakat Bula
Masyarakat Bula adalah pihak yang menerima
implementasi CSR Kalrez. Semestinya sebagai pihak yang
menjadi sasaran kegiatan CSR Kalrez, masyarakat Bula mampu
menuangkan tanggapan atau respons terhadap CSR Kalrez.
Namun yang terjadi, saat penelitian berlangsung,
peneliti sangat sulit menggali persepsi masyarakat yang
mewakili kelompok-kelompok masyarakat tentang CSR Kalrez.
Baik kelompok pemda Bula yang diwakili beberapa aparatnya,
67
tokoh masyarakat maupun masyarakat umum, semua
kebingungan memberikan gambaran tentang peran Kalrez di
Bula. Kesulitan menggali persepsi masyarakat bukan karena
gap komunikasi antara peneliti dengan responden akan tetapi
terjadi karena kurang populernya CSR Kalrez di Bula.
Masyarakat kebingungan dimintai komentar, karena yang
selama ini dipandangan mereka yang aktif membangun Bula
adalah Citic dan Pemda.
Akhirnya data hasil wawancara diungkap sebagaimana
adanya, berusaha menggambarkan gelora pembangunan Bula
yang berada dalam atmosfer pemekaran Kabupaten SBT,
dengan harapan menemukan kesan atau sedikitnya peran Kalrez
di benak masyarakat, namun memang sulit. Akhirnya fakta-
fakta yang muncul terbatas pada pemaparan kondisi masyarakat
Bula yang hidup dan berkembang bersama Kalrez, disadari
ataupun tidak oleh mereka.
SIMPULAN
CSR Kalrez perlu dibenahi, CSR adalah suatu ekspresi
integral. sebuah institusi memerlukan adanya bangunan visi-
misi yang dihayati seluruh elemen yang terkait dalam CSR
Kalrez. Baik internal public, eksternal public maupun Add
public Kalrez. Kalrez perlu menyatukan konsep pemahaman
CSR yang dituangkan dalam rancangan visi-misi dan struktur
organisasi. Dengan demikian tanggung jawab CSR
dilaksanakan oleh bagian yang memang mampu mengatasi gap
komunikasi dan menguasai strategi serta langkah-langkah CSR.
Untuk itu, peneliti menyarankan perlunya kehadiran seorang
PR profesional atau jasa PR consultant sebagai solusi dari CSR
Kalrez Petroleum Seram Ltd.
Implementasi CSR di Bula. Untuk mengatasi
inefectivity & inefisiensi CSR Kalrez di Bula, peneliti
68
menyarankan untuk terlebih dahulu menjalankan langkah
pertama. Solusi atas kegagalan implementasi CSR di Bula
adalah wacana lama yang harus diatasi step by step, dimulai dari
pembenahan internal perusahaan, lalu baru kemudian dapat
ditindaklanjuti dengan langkah-langkah selanjutnya yang lebih
strategis dan tepat sasaran. Kepekaan pelaksana CSR untuk
mengidentifikasi perbedaan between needs & wants masyarakat
Bula. Jangan selalu terjebak pada aspirasi masyarakat yang
juga belum mampu mengidentifikasi kebutuhannya. Sebagian
masyarakat Bula baru mampu menyuarakan keinginannya, tapi
mereka belum sungguh-sungguh menyadari apa yang
dibutuhkannya.
Persepsi Masyarakat Bula terhadap CSR Kalrez dalam
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Bula. Ada
beberapa temuan fakta dari Bula, urgensi dari rencana
pembangunan Bula di Kabupaten SBT adalah bidang-bidang
agama, pendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain,
sebenarnya masyarakat sangat antusias dengan aktivitas di
ketiga bidang diatas. Saran peneliti dalam hal ini, Kalrez dapat
memanfaatkan peluang ini untuk ditindaklanjuti sebagai bekal
dalam melakukan fact finding.
Membangun kedekatan dengan masyarakat Bula
melalui pendekatan religius, pemberdayaan kaum ibu dan
peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat, merupakan
upaya-upaya yang diharapkan mampu menempatkan Kalrez
lebih dekat di hati masyarakat Bula. Apabila telah tumbuh
kedekatan, masyarakat akan dapat merasakan kehadiran serta
eksistensi Kalrez secara proporsional di tengah masyarakat
Bula.
Dengan kapasitas Kalrez sebagai perusahaan minyak
kecil, tidak perlu memaksakan diri terlibat dalam kegiatan-
kegiatan pembangunan infrastruktur yang membutuhkan dana
69
sangat besar diluar kemampuan Kalrez. Alangkah lebih
bijaksana apabila Kalrez menebar manfaat bagi masyarakat
Bula melalui kegiatan-kegiatan pembinaan ataupun pelatihan
yang dirancang sedemikian rupa, sesuai dengan keahlian yang
dibutuhkan masyarakat Bula. Pemberdayaan kaum wanita akan
lebih mampu memantapkan eksistensi Kalrez di Bula. Kaum
wanita terbukti sebagai kelompok masyarakat yang paling
mudah dipengaruhi serta diarahkan untuk kegiatan
pemberdayaan.
Dengan gambaran atau citra positif Kalrez di tengah
masyarakat Bula, diharapkan kehadiran Kalrez akan lebih
diterima. CSR Kalrez akan lebih tepat sasaran dan bermanfaat
bagi masyarakat Bula. CSR Kalrez dapat benar-benar menjadi
solusi dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
Bula apabila dilakukan dengan sinergis.
Demikian kesimpulan sekaligus saran atas penelitian
berjudul Corporate Social Responsibility PT Kalrez Petroleum
Seram Ltd, berbasis karakteristik masyarakat Bula di
Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Semoga
Bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Adimiharja, Kusnaka dan Hikmat, Harry . 2004. Partisipatory
reserch Appraisal dalam Pelaksanaan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Bandung: Humaniora Pustaka
Press.
Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2004.
Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Creswell, John W. 1998. Qualitative inquiry and Research
Design Choosing Among Five Traditions. London: Sage
Publication.
Cutlip, Scott M., Center, Allen H., Broom, dan Glen M.2006.
Effective Public Relations, 9th Edition.Jakarta: Kencana
70
Iriantara, Yosral. 2004. Community Relations.
Bandung:Simbiosa Rekatama Media.
_____________, 2004. Manajemen Strategis Public Relations.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Jefkins, Frank. 2000. Public Relation; Edisi ke Empat.Jakarta:
Penerbit Erlangga
Kasali, Rhenald.2003. Manajemen Public Relations: Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, edisi Milenium.
Jakarta: Prenhalindo
Kotler, Philip dan Lee, Nancy. 2005. Corporate Social
Responsibility: Doing the Most Good for Your Company
and Your Cause. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Moore, H. Frazier. 2000. Hubungan Masyarakat: Prinsip,
Kasus, dan Masalah (dua). Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif:
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Metode Penelitian Komunikasi
dilengkapi contoh analisis Statistik. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. 2005. Dasar-dasar
Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.
71
PENGGUNAAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA
KOMUNIKASI CSR OLEH PERUSAHAAN
Uud Wahyudin dan Agus Setiaman
Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN
Mayoritas dari pengguna internet di Indonesia
memanfaatkan internet untuk media sosial secara aktif. Para
pengguna mengakses media sosial melalui perangkat mobile.
Banyak pilihan media sosial tersedia, sehingga mereka leluasa
untuk memilih media sosial yang akan mereka akses.
Salah satu media sosial ternama di dunia yang sering
digunakan, yaitu Instagram yang memiliki lebih dari 500 juta
pengguna setiap bulan, dan 300 jutanya menggunakan layanan
ini setiap hari. Pengguna aktif Instagram Indonesia sendiri
mencapai 22 juta.7
Keunikan dari Instagram yang dapat membagikan
berbagai foto dan video ke pengguna lain, dapat memberikan
komentar dan me-like pada foto atau video yang di post. Dengan
kata lain banyak sekali orang-orang yang memanfaatkan salah
satu media sosial ini dalam ajang mencari hubungan dan ingin
dikenal banyak pengguna akun. Instagram merupakan sebuah
media sosial yang banyak digunakan orang yang berbentuk
aplikasi yang dapat diunduh dengan mudah melalui playstore
atau AppStore dari iOS atau Android. Instagram sendiri
memiliki fitur untuk berbagi foto dan video bagi penggunanya
7 Fajrina, Nur, 2016, Ada 22 Juta Pengguna Aktif Instagram dari Indonesia,
www.cnnindonesia.com, diakses pada tanggal 22 November 2016 pada pukul
19:51 melalui http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112758-
185-140353/ada-22-juta-pengguna-aktif-Instagram-dari-indonesia/
72
dan setiap orang dapat menyisipkan beberapa komentar dan
juga dapat meng-like dan dapat dibagikan lagi ke akun lain
selain Instagram seperti Facebook, Twitter, Tumblr dan
lainnya.
Berbicara mengenai media sosial instagram sebagai
media promosi, tentunya tidak luput dari media sosial instagram
yang kerap kali digunakan oleh pelaku bisnis dan beberapa
perusahaan sebagai media promosi. Kemudahan dan efektifitas
media sosial Instagram ini banyak dimanfaatkan sebagai media
komunikasi, promosi, dan penyalur informasi. Salah satunya
dapat dimanfaatkan perusahaan yang akan menyalurkan dana
CSR- nya. Setiap perusahaan memiliki hak untuk dapat
menggunakan media sosial. Membuat akun media sosial lalu
membuat status, lalu mengupload foto kegiatan CSR dan lain
sebagainya.
Instagram merupakan media sosial yang cukup sering
digunakan oleh para pelaku bisnis dan beberapa perusahaan
untuk kegiatan beriklan atau promosi, baik itu meggunakan fitur
sponsored milik Instagram atau dengan membuat akun
tersendiri dan melakukan kegiatan beriklan atau promosi di
akun tersebut. Instagram merupakan media sosial yang terfokus
pada berbagi foto, walaupun demikian Instagram juga memiliki
fitur video hingga durasi 1 menit yang memungkinkan
pengguna juga dapat membagikan video. Selain itu Instagram
juga memiliki fitur layaknya Twitter, yaitu penggunaan hastag
pada setiap konten yang diunggah. Sehingga tidak menutup
kemungkinan konten yang diunggah akan menjadi terkenal atau
masuk kedalam kumpulan konten yang paling dicari. Adanya
fitur-fitur tersebut tentunya memberikan peluang bagi pelaku
bisnis maupun perusahaan untuk menggunakan Instagram
sebagai media untuk mempromosikan perusahaannya, seperti
program CSR perusahaan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
73
Instagram memang berpotensi untuk pelaku bisnis atau
perusahaan untuk menyampaikan/menyebarkan dan melakukan
promosi kegiatan CSR-nya di Instagram.
Media sosial instagram memberikan manfaat bagi
perusahaan sebagai penggunanya. Penggunaan media sosial
instagram menjadikan informasi mudah untuk didapatkan.
Sehingga banyak organisasi atau perusahaan yang dapat
menggunakan instagram untuk menyebarkan informasi kepada
khalayak banyak, khususnya masyarakat lingkungan. Terjadi
pergeseran di mana instagram dapat menjadi media komunikasi
oleh perusahaan untuk mengomunikasikan program CSR nya
secara efektif karena dapat diakses oleh siapa saja dan di mana
saja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Instagram untuk CSR Perusahaan
Dalam bukunya berjudul Media Sosial, Rulli Nasrullah
mengatakan, bahwa:
“Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya
jaringan antarpengguna. Jaringan
ini tidak sekadar memperluas hubungan pertemanan
atau pengikut di internet semata,
tetapi juga harus dibangun dengan interaksi
antarpengguna tersebut. Secara sederhana
interaksi yang terjadi di media sosial minimal
berbentuk saling mengomentari atau
memberikan tanda” (Nasrullah, 2015:25).
Jaringan antarpengguna yang terbentuk melalui
instagram tentunya sangat menguntungkan bagi perusahaan
74
karena dapat terhubung dan berinteraksi dengan masyarakat
lingkungan (stakeholder dan shareholder).
Lebih lanjut Gane & Beer (2008) mengungkapkan,
bahwa:
“Interaksi dalam kajian media merupakan salah satu
pembeda antara media lama (old media) dengan media
baru (new media). Di media baru, pengguna bisa
berinteraksi, baik di antara pengguna itu sendiri
maupun dengan prosedur konten media”(Gane & Beer,
(2008) dalam Nasrullah (2015: 26-27).
Media sosial instagram memungkinkan perusahaan
termediasi oleh media baru dan memberikan kemungkinan
untuk berinteraksi dengan masyarakat lingkungan, baik
stakeholder maupun shareholder dalam proses komunikasi
interpersonal.
Lebih lanjut, Nasrullah (2015:33) mengatakan bahwa:
“penyebaran (share/ sharing) merupakan karakter
lainnya dari media sosial. Medium ini tidak hanya
menghasilkan konten yang dibangun dari dan
dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga
didistribusikan sekaligus dikembangkan oleh
penggunanya”.
Hal ini tentunya, sangat membantu masyarakat
lingkungan dalam mengusulkan program CSR kepada
perusahaan. Demikian pula, perusahaan akan mengetahui
kebutuhan masyarakat berkaitan dengan program CSR. Pada
akhirnya, terjadi interaksi yang saling menguntungkan kedua
belah pihak berkaitan dengan program CSR yang sesuai dengan
visi dan misi perusahaan.
75
Media sosial instagram memungkinkan konten
program CSR perusahaan terpubilkasi dalam jaringan
instagram. Penyebaran program CSR perusahaan melalui media
sosial instagram menjadi lebih luas jangkauan kontennya. Hal
ini akan mempermudah perusahaan untuk mengeluarkan dana
CSR secara tepat dan efisien.
Sementara itu, Howard Stephenson dalam bukunya
Hand Book of Public Relations (1971) mendefinisikan profesi
humas adalah: “The practice of skilled, art or service base on
training, a body of knowledge, adherence to agree on standard
of ethics” (Ruslan, 2001:71).
Dalam pengertian yang lain, Public Relations (PR)
adalah sebuah payung besar yang menaungi banyak bidang
keahlian, dan jelas lebih luas daripada sekadar penghubung
antara pers dan klien seperti yang biasa dilakukan sebelumnya.
Publisitas hanya bagian kecil dari PR, demikian pula dengan
penggunaan berbagai jenis media mulai dari koran, film atau
majalah (Rivers, et al.2003 dalam Ardianto dan Erdinaya,
2004:176). Menurut pendapat penulis, melalui perkembangan
media sosial, khususnya instagram maka kegiatan PR dapat
dilakukan dengan lebih mudah, efektif, dan efisien melalui
instagram.
Sasaran PR atau hubungan masyarakat adalah sasaran
komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan
manajemen secara efektif, manusia-manusia yang menjadi
sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok
besar, disebut khalayak dalam dan khalayak luar (Effendy,
2004:135). Jadi yang dimaksud dengan khalayak dalam
hubungan masyarakat adalah termasuk juga masyarakat
lingkungan, baik stakeholder maupun shareholder.
Tujuan dari kegiatan PR adalah menumbuhkan citra
yang baik bagi perusahaan. Katz mengatakan bahwa citra
76
adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah
perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Frank
Jefkins, mengungkapkan bahwa, citra diartikan sebagai kesan
seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai
hasil dari pengetahuan dan pengalamannya (Soemirat dan
Ardianto, 2002:113-114).
Perusahaan harus mampu menciptakan citra
perusahaan yang baik melalui kegiatan PR-nya. Terlebih,
kegiatan atau program CSR perusahaan pada akhirnya harus
membangun citra yang baik tentang perusahaan di mata
masyarakat lingkungan dalam jangka panjang. Citra diri
merupakan penilaian yang dilakukan individu mengenai
penampilan diri dan perasaan yang menyertai serta pandangan
orang lain terhadap diri kita.
Selanjutnya yang dimaksud CSR itu adalah sebuah
tanggung jawab sosial perusahan terhadap masyarakat
lingkungan. CSR merupakan salah satu kegiatan dari PR.
Dalam kaitan ini CSR dapat diartikan sebagai:
“ a corporations initiatives to assess and take
responsibility for the company’s effect on
environmental and social wellbeing. The term generally
applies to efforts that go beyond what may be required
by regulations or environment protection group. CSR
may also be refferred to as “corporate-citizenship” and
can involve incurring short-term costs that do not
provide and immediate financial benefit to the
company, but instead promote positive social and
environmental change”.8
Perusahaan harus memiliki komitmen dalam bidang
sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam
interaksinya dengan stakeholder. Melalui kegiatan CSR yang
dilakukan perusahaan dapat mengakomodasikan kerjasama
8 www.investopedia.com/term/c/corp-social-responsibility.asp.
77
yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan
stakeholder. Perusahaan tidak saja mencari keuntungan
ekonomis, tetapi juga harus membangun sektor sosial,
lingkungan, dan sebagainya.
Lebih lanjut, Commission of the European
Communities 2001, mendefinisikan CSR sebagai:
“Aktifitas yang berhubungan dengan kebijakan-
kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan
penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam
operasi bisnis mereka dan interaksi dengan stakeholder.
Terdapat dua pandangan tentang kepada siapa
organisasi bertanggung jawab sosial, yaitu (1) model
pemegang saham (shareholder). Pandangan tentang
tanggung jawab sosial yang menyebutkan bahwa
sasaran organisasi yang utama adalah memaksimalkan
keuntungan bagi manfaat para pemegang saham...(2)
model pihak yang berkepentingan (stakeholder). Teori
tentang tanggung jawab perusahaan yang mengatakan
bahwa tanggung jawab manajemen yang terpenting
kelangsungan hidup jangka panjang (bukan hanya
memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan
keinginan berbagai pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang
saham)”.9
Perusahaan sebagai pengguna instagram dapat
menggugah foto atau video, sehingga instagram tidak hanya
digunakan oleh akun personal tetapi juga banyak digunakan
oleh perusahaan untuk memasarkan produknya dan
9 www.akademia.edu/7018653/Tanggung-Jawab Sosial Perusahaan.
78
menyampaikan program CSR mereka. Sehingga perusahaan
dapat lebih leluasa untuk memberikan informasi mengenai
program CSR yang ditawarkan. Tampilan instagram yang
memperlihatkan gambar sebagai fokus utama sangat sesuai bagi
perusahaan untuk menyebarkan atau menyampaikan program
CSR-nya kepada masyarakat lingkungan. Dengan demikian,
instagram dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi antara
perusahaan dengan masyarakat lingkungan yang menjadi target
CSR-nya.
SIMPULAN
Persoalan yang dihadapi perusahaan-perusahaan di
Indonesia adalah kesulitan mereka menemukan aktivitas CSR
yang relevan dengan posisi (visi dan misi) mereka sebagai dunia
usaha. Sehingga, banyak perusahaan kesulitan dalam
mengeluarkan dana CSR-nya.
Kelebihan instagram dengan beragam fitur-nya dapat
meningkatkan hubungan kemitraan perusahaan dengan
masyarakat lingkungan (stakeholder dan shareholder), sehingga
media sosial instagram dapat menjadi pilihan yang tepat sebagai
media komunikasi perusahaan. Media sosial instagram
memberikan kemudahan dan sangat efektif sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai media komunikasi untuk menyalurkan
informasi kegiatan CSR oleh perusahaan kepada masyarakat
lingkungan. Penggunaan Instagram dalam kegiatan CSR oleh
perusahaan akan dapat menarik banyak pengunjung baru,
khususnya dari masyarakat lingkungan.
Masyarakat lingkungan yang memiliki akun Instagram
dapat me-like atau memberikan komentar pada upload-an foto
dari kegiatan CSR perusahaan. Pada akhirnya, akun Instagram
yang dimiliki perusahaan nantinya dapat membantu
79
mengomunikasikan kegiatan CSR perusahaan yang relevan
dengan posisi (visi dan misi) perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto,Elvinaro. Erdinaya, Lukiati Komala. 2004.
Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media
Ardianto, Soemirat. 2002. Dasar-dasar Public Relations.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Sumber Internet:
Fajrina, Nur, 2016, Ada 22 Juta Pengguna Aktif Instagram dari
Indonesia, www.cnnindonesia.com, diakses pada
tanggal 22 November 2016 pada pukul 19:51 melalui
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112
758-185-140353/ada-22-juta-pengguna-aktif-
Instagram-dari-indonesia/
Winarso, Bambang. 2017. Apa Itu Instagram, Fitur dan Cara
Menggunakannya?. https://dailysocial.id/post/apa-itu-
instagram.
www.investopedia.com/term/c/corp-social-responsibility.asp.
www.akademia.edu/7018653/Tanggung-Jawab Sosial
Perusahaan.
80
SAHABAT “SApa, HArgai, jaBAT” : UPAYA
PENDUKUNG KEGIATAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PT MEDCO E&P INDONESIA
Meria Octavianti1, Slamet Mulyana2, Famela3
Universitas Padjadjaran
Email : [email protected] , [email protected], [email protected]
PENDAHULUAN
“Corporate social responsibility is a commitmen to
improve community well-being through discretionary
business practice and contributions of corporate.”
(Kotler & Lee, 2005:3)
Kehadiran perusahaan di tengah kehidupan masyarakat
dengan berbagai fasilitas dan kegiatannya telah membawa
dampak yang nyata terhadap kualitas kehidupan manusia baik
itu terhadap individu, masyarakat, dan seluruh kehidupan.
Sebagai perusahaan migas yang berarti kegiatan operasionalnya
bergerak di pemanfaatan Sumber Daya Alam, PT. Medco E&P
tidak asing dengan adanya isu lingkungan maupun isu sosial
yang kerap ditujukan kepada perusahaan dan berlangsung terus-
menerus hingga akhirnya muncul konsep tanggungjawab sosial
perusahaan atau CSR.
Ada regulasi baik dalam bentuk undang-undang,
peraturan pemerintah maupun peraturan menteri yang
membahas mengenai kewajiban perusahaan menerapkan
program CSR atau pada umumnya identik dengan istilah
Community Development (ComDev) maupun Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) seperti Undang-
81
Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Peraturan mengikat Perseroan Terbatas (PT) yang
operasionalnya terkait Sumber Daya Alam (SDA), keputusan
menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan
Bina Lingkunan (PKBL), Undang-Undang Minyak dan Gas
Bumi Nomor 22 Tahun 2001 tentang peraturan CSR bagi
perusahaan pengelola Minyak dan Gas (Migas). Beberapa
daerah juga telah memiliki peraturan daerah (PERDA) seperti
PERDA Provinsi Kalimantan Tengah No. 11 Tahun 2012
tentang pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan
perusahaan, dan ISO 26000 yang secara konsisten
mengembangkan tanggungjawab sosial. Peraturan ini bersifat
mengikat yang dimaksudkan agar perusahaan wajib untuk
melaksanakan tanggungjawab sosialnya.
Prinsip tanggungjawab sosial kepada masyarakat di PT
Medco E&P Indonesia mengedepankan pada pemberdayaan
masyarakat, tidak berbentuk tunai (derma/ charity), didasarkan
pada kebutuhan masyarakat (bukan keinginan masyarakat),
peran aktif para pemangku kepentingan dalam program
(masyarakat, perusahaan, dan pemerintah daerah), tidak
berorientasi pada ideologi, SARA, dan politik, serta mengacu
pada WP&B yang telah mendapat persetujuan SKKMIGAS.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya PT
Medco E&P Indonesia senantiasa berkomitmen dan peduli
terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasi secara khusus
dan berbagai elemen masyarakat secara umum. Bentuk
kepedulian Perseroan berupa Investasi Sosial Berkelanjutan
merupakan bagian penting dari strategi Perseroan.
Community Enhancement atau pada lingkungan sehari-
hari perusahaan lebih familiar dengan sebutan Departemen
ComDev merupakan bagian dari perusahaan untuk mendukung
kelancaran operasi serta berperan dalam kegiatan
82
pemberdayaan (empowerment) dan pengembangan masyarakat
(development) yang dilakukan secara sistematis dan terencana
guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan,
dan kualitas kehidupan yang lebih baik dan mandiri. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan Lee
(2005:208) bahwa socially responsible business practice are
where the corporation adapts and conducts disretionary
business practice and invesments that support social causes to
improve community well-being and protect the environtment.
PT Medco E&P Indonesia melalui departemen
ComDev telah memenuhi tanggungjawab sosial kepada
masyarakat dan lingkungannya di 117 desa yang tersebar di
lima belas wilayah kerja di Indonesia, yakni dengan merancang
dan melaksanakan setidaknya 27 aktivitas program
pemberdayaan masyarakat lokal dan menempatkan program
ComDev sebagai landasan bagi percepatan pembangunan
berkelanjutan di masyarakat tempat perusahaan beroperasi.10
Tujuan utama dari kegiatan yang dilakukan adalah
mengembangkan potensi lokal, meningkatkan produktivitas
dan kesejahteraan rakyat dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan berdasarkan modal sosial dan sumber daya
alam/manusia, infrastruktur, dan finansial lokal. Program ini
diimplikasikan oleh perusahaan mencakup empat fokus
kegiatan yakni, local economic development, social investment,
social environtmentally program, serta public accessibillity
improvement.11
Melalui berbagai program yang dijalankan oleh
departemen ComDev, perusahaan berusaha agar terjalin
hubungan yang baik dan saling menguntungkan dengan
10Annual Report Departemen ComDev 2014-2017 11Pemaparan Pemetaan Pelaksanaan Program oleh Group Lead Project
Community, 2017
83
melibatkan partisipasi masyarakat di dalam pelaksanaannya.
Banyak penghargaan yang telah diperoleh PT Medco E&P
dengan berbagai program CSR yang telah dilakukan oleh
departemen ComDev, tetapi walaupun begitu ternyata masih
ditemukan berbagai permasalahan yang terjadi karena adanya
ketidakpuasan dari masyarakat yang tinggal di sekitar
perusahaan. Aksi kriminalitas, demo, blokade, dan lain
sebagainya yang mengganggu efektivitas perusahaan masih
terus terjadi. Berdasarkan hal tersebut maka muncullah sebuah
program yang diberi nama SAHABAT untuk dapat mengatasi
permasalahan tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dengan
menggunakan pendekatan studi kasus deskriptif, penelitian ini
berusaha memberikan gambaran yang komprehensif mengenai
program Sahabat sebagai salah satu upaya dalam memperkuat
berbagai kegiatan corporate social responsibility yang
sebelumnya telah dilakukan oleh PT Medco E&P Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatitif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini
berusaha memberikan uraian dan penjelasan komprehensif
mengenai program SAHABAT sebagai salah satu program
yang diinisiasi oleh departemen ComDev PT Medco E&P. Hal
tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Mulyana (2002:
201) bahwa studi kasus merupakan uraian dan penjelasan
komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau
suatu situasi sosial. Dengan mempelajari semaksimal mungkin
seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti
ingin memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam
mengenai subjek yang diteliti.
84
Pendekatan ini menganggap kasus sebagai entitas
menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian atau
kumpulan skor mengenai variabel (Ragin dalam Mulyana,
2002: 203). Sehingga studi kasus bersifat holistik dan
multisources. Oleh karena itu peneliti berusaha mengumpulkan
data dari berbagai sumber yang terkait dengan topik yang dikaji
dalam penelitian ini. Data penelitian diperoleh dengan
menggunakan beberapa metode pengumpulan data seperti
observasi, wawancara, dan studi literatur. Observasi dilakukan
pada sejumlah kegiatan perencanaan program SAHABAT dan
juga pelaksanaan program SAHABAT yang sudah memasuki
fase pertama. Wawancara dilakukan kepada berbagai pihak
yang terkait dengan program SAHABAT seperti group leading
community project departemen ComDev yaitu Bondan
Brilianto, community enhancement manager yaitu Firsta Jusra
Iskandar, staff learning and development departement yaitu
Rully Chairullah dan beberapa staff departemen ComDev.
Observasi dan wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data
primer dalam penelitian, sedangkan data sekunder diperoleh
dari studi literatur yang dilakukan penulis pada berbagai
dokumen yang terkait dengan topik yang dikaji.
Berdasarkan pada Matthew B. Miles & Michael A.
Huberman (1992) dikutip dari Agus Salim (2001: 22), analisis
data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu (1)
proses pemilihan, yaitu pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang di
peroleh di lapangan atau yang biasa dikenal dengan reduksi data
(data reduction), (2) penyajian data (data display), yaitu
mendeskripsikan kumpulan informasi yang telah tersusun,
untuk selanjutnya dilakukan (3) penarikan kesimpulan dan
verifikasi (conclusion drawing and verification). Peneliti
mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan,
85
mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang
mungkin ada, alur kausalitas, dan proposisi. Selama penelitian
masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan
terus-menerus diverifikasi hingga benar-benar diperoleh
kesimpulan yang valid dan kokoh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjujkkan bahwa berbagai
aktivitas yang dijalankan oleh departemen Community
Development, PT Medco E&P telah berhasil memperoleh
berbagai penghargaan dari berbagai lembaga yang kompeten.
Penghargaan-penghargaan tersebut adalah (1) Gold Proper
Award (2015), (2) CDM Award (2007), (3) MDGs Award
(2010), (4) GCG Award (2009 - 2012), (4) PROPER Emas
(2011 - 2014), (5) Suistanability Reporting Awards (2015).
Selain itu PT Medco E&P juga mendapatkan PROPER Emas
untuk Blok Rimau yang kelima kali berturut-turut yaitu 2011,
2012, 2013, 2014 dan 2015. Penghargaan-penghargaan tersebut
merupakan bukti bahwa departemen ComDev PT Medco E&P
Indonesia serius dalam menjalankan pekerjaannya.
Kegiatan yang dilakukan oleh departemen Community
Development pada dasarnya merupakan upaya pemberdayaan
masyarakat melalui kemampuan dan potensi yang dimiliki
masyarakat itu. Dalam pengembangan masyarakat ini,
masyarakat adalah partisipan sekaligus pemetik manfaat
(benefitcaries) dari pembangunan. Tetapi pada kenyataannya,
penghargaan-penghargaan yang diperoleh oleh PT Medco E&P
tidak kemudian menjadi tolak ukur bahwa perusahaan telah
maksimal dengan apa yang dilakukannya. Karena meskipun
penghargaan dan berbagai pencapaian berhasil didapat ternyata
ada faktor lain yang membuat perusahaan mengalami kerugian
baik dari segi material maupun segi sosial. Hal tersebut
86
kemudian menjadi motivasi bagi perusahaan terutama
departemen ComDev untuk membenahi dan lebih
meningkatkan kualitas pekerjaannya.
Kegiatan yang dijalankan oleh departemen ComDev
pada hakikatnya bukanlah sebagai pemadam kebakaran untuk
masalah sosial yang dialami perusahaan, bukan pula sekedar
menggugurkan kewajiban terhadap peraturan-peraturan yang
mengikatnya, namun dilakukan atas dasar kebaikan serta
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Corporate Social Responsibility bukan sebuah program
pemaksaan tapi merupakan bentuk dari rasa kesetiakawanan
terhadap sesama umat manusia, yaitu membantu melepaskan
pihak-pihak dari berbagai kesulitan yang mendera mereka dan
efeknya nanti untuk perusahaan itu juga (Fahmi, 2013:81).
Selain bertanggungjawab untuk mensejahterakan setiap
aspek yang ada dalam masyarakat, PT Medco E&P Indonesia
juga memiliki kewajiban untuk menciptakan sebuah hubungan
yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat untuk
meningkatkan kepedulian sosial dan saling pengertian.
Menjaga hubungan baik dengan masyarakat pada
dasarnya bukan hanya tanggungjawab dari departemen
ComDev, namun pekerja non-ComDev juga sebenarnya
memiliki peran penting dalam hal ini. Untuk menciptakan
sebuah hubungan yang diharapkan tersebut tentu bukanlah hal
yang sederhana, diperlukan sebuah aktivitas komunikasi yang
intensif antara masyarakat dan perusahaan yang dapat
menimbulkan rasa saling menghormati dan memahami. Seperti
yang diungkapkan oleh Branco dan Rodrigues (2006) dalam
artikelnya yang berjudul Corporate Social Responsibility and
Resource-Based Perspectives bahwa terdapat dua manfaat CSR
bila dikaitkan dengan keunggulan kompetitif dari sebuah
perusahaan, yakni manfaat internal dan manfaat eksternal
87
(Mursitama dkk, 2011:27-31). Salah satu manfaat eksternal
yang dapat diperoleh perusahaan adalah kegiatan Corporate
Social Responsibility dapat menjadi sebuah instrumen untuk
menjalin komunikasi yang baik dengan khalayak.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh tim
peneliti bersama Group Lead Project Community ComDev PT
Medco E&P Indonesia, ternyata aktivitas komunikasi hanya
terjadi antara pekerja ComDev dan masyarakat. Sementara
pekerja non-ComDev cenderung jarang bahkan bisa dikatakan
tidak pernah menjain sebuah komunikasi yang berarti dengan
masyarakat, sehingga tanpa disadari timbul sebuah tembok
pemisah antara perusahaan dan masyarakat. Pekerja non-
ComDev seolah-olah tidak memiliki kepedulian tentang apa
yang tengah dilakukan departemen ComDev, padahal
kenyataannya apa yang dikerjakan oleh departemen ComDev
ini bagaikan ujung tombak bagi apa yang mereka kerjakan dan
bagi perusahaan. Masyarakat akan memberikan sikap dan opini
bergantung kepada apa yang perusahaan lakukan kepada
masyarakat melalui program yang dijalankan departemen
ComDev baik formal maupun nonformal.
Kepedulian terhadap kegiatan ComDev diindikasi
karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki pekerja terhadap
kegiatan tersebut. Meskipun sampai saat ini tak jarang kegiatan
ComDev diberitakan secara masif melalui media internal
perusahaan intranet maupun dipublikasikan melalui wallpaper
desktop setiap pekerja secara pararell, pekerja cenderung tidak
peduli dan tidak menyadarinya karena fokus mereka pada
pekerjaan yang menjadi tanggungjawab mereka. Padahal
program-program CSR yang disusun dan dikerjakan oleh
departemen ComDev PT Medco E&P adalah program CSR
yang masuk pada kategori sosicially responsible business
practice atau praktik bisnis yang memiliki tanggungjawab
88
social. Menurut Kotler dan Lee (2005:22-24) terdapat enam
jenis pelaksanaan program CSR yaitu: cause promotions
(promosi kegiatan sosial), cause related marketing (pemasaran
terkait dengan kegiatan sosial), corporate social marketing
(pemasaran kemasyarakatan korporat), corporate philanthtopy
(kegiatan filantropi perusahaan/ kedermawanan perusahaan),
community volunteering(pekerja sosial kemasyarakatan
sukarela), dan socially responsible business practice (praktik
bisnis yang memiliki tanggungjawab sosial).
Kartini (2009) seperti dikutip dari Ardianto dan
Machfudz (2011:177) menyatakan bahwa :
Soscially responsible business practice (praktik bisnis
yang memiliki tanggungjawab sosial), dalam kegiatan
ini, perusahaan melaksanakan kegiatan bisnis
melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh
hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung
kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraaan komunitas dan memelihara lingkungan
hidup. Yang dimaksud komunitas dalam hal ini
mencakup pekerja perusahaan, pemasok, distributor,
organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta
masyarakat secara umum. Sedangkan yang dimaksud
dengan kesejahteraan mencakup di dalamnya aspek-
aspek kesehatan, keselamatan, pemenuhan kebutuhan
psikologis dan emosional.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seharusnya ada
sinergitas dari seluruh pihak dalam menyukseskan berbagai
program CSR dari sebuah perusahaan. Terlebih lagi PT Medco
E&P yang merupakan sebuah perusahaaan yang memiliki visi
menjadi “perusahaan energi pilihan bagi investor, pemegang
89
saham, mitra kerja, pekerja serta masyarakat umum”12. Dimana
dalam visi perusahaan sudah tereksplisitkan mengenai
sinergitas yang seharusnya terbangun dari seluruh pihak dalam
melaksanakan segala bentuk kegiatan.
Pada kenyataan yang terjadi di lapangan, data
gangguan pada area operasi tahun 2016 menjelaskan bahwa
dalam tiga tahun terakhir masih terjadi 457 gangguan
kriminalitas serta 127 aksi masyarakat di lima wilayah aset yang
berarti setiap dua hari terjadi setidaknya satu kali gangguan
operasional di wilayah asset.
Gangguan-gangguan tersebut ternyata disebabkan oleh
beberapa faktor.Faktor pertama yang menjadi penyebab
terjadinya gangguan tersebut diantaranya yaitu berupa demo
blokade aktivitas perusahaan yang diindikasi disebabkan oleh
tuntutan pekerjaan yang tidak terpenuhi, tuntutan mengenai isu
pencemaran lingkungan yang tidak sepenuhnya benar, serta
tuntutan perbaikan jalan yang sebetulnya pemerintah turut
bertanggungjawab dalam hal ini. Faktor kedua terkait dengan
tanggungjawab sosial dan ekonomi yang disebabkan karena
perusahaan tidak memenuhi tuntutan masyarakat untuk
melakukan perbaikan infrastruktur, tuntutan masyarakat kepada
perusahaan dalam partisipasi bantuan (donasi), dan
kesenjangan sosial yang terjadi antara anggota masyarakat lokal
dengan perusahaan ataupun pendatang lainnya. Faktor ketiga
yakni kriminalitas berupa ancaman, pencurian minyak, serta
perusakan aset.
Data tersebut tentu cukup menjelaskan bahwa dengan
apa yang telah perusahaan lakukan melalui 27 aktivitas program
corporate social responsibility (CSR) yang disusun dan
dikerjakan oleh departemen ComDev PT Medco E&P, ternyata
12 Brand Book MedcoEnergi
90
masih ada masyarakat yang menganggap belum merasakan
kebermanfaatan dari adanya perusahaan tersebut di wilayah
mereka. Selain itu, ternyata ditemukan data bahwa masyarakat
di sekitar perusahaan memiliki harapan yang tinggi kepada PT
Medco E&P yang sesungguhnya banyak diantara harapan
(tuntutan-tuntutan) tersebut bukan sepenuhnya tanggungjawab
perusahan melainkan juga merupakan tanggung jawab
pemerintah. Dengan terjadinya gangguan-gangguan tersebut,
secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa upaya
perusahaan dalam menciptakan sebuah hubungan yang
diharapkan ternyata tidak berhasil secara efektif.
Selain dari pada itu, Tiga Pilar Strategi Investasi Sosial
berkelanjutan PT Medco E&P yakni, menjalankan program
bagi masyarakat guna mendukung faktor kepastian
keberlanjutan perusahaan dan pencegahan ganguan operasi
perusahaan berbasis komunitas13 ternyata belum berhasil
diwujudkan oleh departemen ComDev. Perusahaan perlu
membenahi hubungan yang saat ini dapat dinilai kurang baik
dan cenderung merugikan pihak perusahaan tersebut dengan
sebuah sistem atau strategi komunikasi yang baru yang dapat
meningkatkan kualitas hubungan yang baik serta membentuk
opini positif perusahaan di masyarakat sekitar dimana
perusahaan berada.
Atas latar belakang tersebut akhirnya departemen
ComDev PT Medo E&P mengembangkan sebuah strategi
komunikasi yang diberi nama SAHABAT (SApa, HArgai,
jaBAT) dengan keterlibatan pekerja sebagai agen sosial.
Program ini diusung oleh group leading community project
departemen ComDev yaitu Bondan Brilianto, sejak awal
13 Kebijakan Pemberdayaan Komunitas PT Medco E&P Indonesia 2017
91
Februari 2017 dan melibatkan staffnya dalam perumusan
perencanaan program.
Program SAHABAT ini akan melibatkan seluruh
pekerja sebaagai agen sosial. Agen sosial akan berperan sebagai
jembatan komunikasi antara masyarakat dan perusahaan.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan intensitas
interaksi antara perusahaan dan masyarakat dalam membina
suatu hubungan yang harmonis dalam berbagai konteks
komunikasi dan aktivitas yang terjadi di masyarakat, baik itu
komunikasi sederhana yang terjadi dalam keseharian
masyarakat, maupun keterlibatan pekerja dalam aktivitas
masyarakat, dan sebagainya. Sesuai dengan perannya sebagai
jembatan komunikasi, tentu pekerja terlebih dahulu harus
memiliki paham yang sama dengan tujuan-tujuan departemen
ComDev maupun perusahaan sehingga ketika pelaksanaannya,
pertukaran informasi dan pendapat yang terjadi antara pekerja
dan masyarakat tidak menimbulkan kesalahpahaman dan tetap
berada pada nilai-nilai etis yang ada pada perusahaan.
Program yang dirumuskan oleh departemen ComDev
PT Medco E&P Indonesia ini mengandung tiga tata nilai
perusahaan yakni etis, terbuka, dan inovatif. Mengandung nilai
“Etis” karena dalam program ini, setiap individu dalam
perusahaan dituntut untuk berperilaku etis serta menjunjung
nilai-nilai moral dalam setiap perilaku dan aktivitas dimanapun
mereka berada. Terbuka, dalam program SAHABAT ini
pekerja sebagai agen sosial diharapkan memiliki sikap terbuka
dalam komunikasi setiap tingkatan, membangun suasana saling
percara dengan masyarakat, serta saling menghormati.
“Inovatif”, karena dalam program ini departemen ComDev
telah merumuskan sebuah solusi yang inovatif, mudah, murah,
serta membangun sebuah budaya baru yang lebih maju.
92
SAHABAT memiliki akronim SApa, HArgai, jaBAT
memiliki penjabaran bentuk aktivitas dalam setiap kata yang
terkandung didalamnya. Aktivitas yang ada dalam program ini
mengandung dua tata nilai perusahaan yakni etis dan terbuka.
SAPA, aktivitas yang mencakup ke dalam poin Sapa ini dapat
berupa banyak hal, mulai dari aktivitas sederhana saling
menyapa (melambaikan tangan, bersalaman, tegur sapa) saat
bertemu masyarakat, membuka jendela mobil ketika
berpapasan dengan masyarakat, berbelanja di warung milik
masyarakat lokal, berkunjung dan bersilaturahmi kepada
masyarakat, hingga berpartisipasi dalam aktivitas dan terlibat
dalam kegiatan masyarakat. HARGAI, hargai memiliki makna
bahwa setiap individu harus saling menghargai tata karma,
norma, dan budaya lokal, sopan santun, adat istiadat setempat,
serta menunjukan rasa simpati empatinya. JABAT, adalah
bentuk nyata kepedulian dan keterlibatan seluruh pekerja
sebagai bagian dari agen sosial perusahaan untuk mewujudkan
sikap saling menolong, membantu, bekerja sama dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Aktivitas ini tidak
berarti hanya berlaku bagi pekerja yang bertugas di lapangan,
namun juga dapat dilakukan pekerja yang berada di kantor
pusat, Jakarta seperti dengan membeli produk hasil kreasi
masyarakat.
Saat ini, program SAHABAT masih dalam tahap
perencanaan yaitu pada fase pertama dari tiga fase yang
rencananya akan dilakukan dalam program ini. Meskipun
alasan-alasan perancangan progam SAHABAT sudah cukup
mendukung, namun departemen ComDev meyakini masih
banyak hal yang perlu untuk dipertimbangkan serta dikaji dan
akan dikerjakan sepanjang tahun 2017 ini. Berikut merupakan
tahapan penerapan program SAHABAT tersebut:
93
Gambar Fase Penerapan SAHABAT
Sumber: Juklak Program SAHABAT (Maret, 2017)
Fase pertama dimulai sejak Mei 2017 dan akan berakhir
pada Desember 2017. Pada fase ini terdapat empat tahapan yang
terdiri dari sosialisasi SAHABAT, uji coba penerapan,
tanggapan serta evaluasi. Sosialisasi program SAHABAT
dilakukan kepada pekerja (sebagai agen sosial) yang berada di
Jakarta dan yang bertugas di wilayah operasi. Tujuan sosialisasi
ini untuk menginformasikan mengenai program dan persiapan
dilaksanaannya program. Uji coba penerapan dilakukan pada
bulan Agustus 2017, dimana para pekerja (sebagai social agent)
yang telah mendapat sosialisasi mulai menerapkan kegiatan
yang termasuk dalam program SAHABAT. Laporan,
melaporkan setiap aktivitas pekerja dalam menjalankan
program. Laporan menggunakan form/kartu yang telah
dibagikan untuk kemudian dikumpulkan kepada petugas yang
telah ditunjuk untuk dilakukan pendataan. Setelah tahap
pendataan, tahap yang selanjutnya adalah tanggapan yang
diperoleh dari social agent maupun masyarakat yang terlibat
dalam program. Evaluasi, setiap tanggapan yang diperoleh
kemudian dilakukan evaluasi program sehingga dapat dianalisis
serta dilaksanakan pengembangan/ perbaikan program.
Fase I
• Sosialisasi SAHABAT
• Uji coba penerapan
• Laporan
• Tanggapan
• Evaluasi
Fase II
• Pengembangan program
• Sosialisasi tingkatan SAHABAT
• Pemberian reward SAHABAT
FASE III
• Pengembangan ke arah digital
• Sosialisasi aplikasi SAHABAT
• Hasil penerapan dan evaluasi aplikasi
94
SIMPULAN
Program SAHABAT (SApa, HArgai, jaBAT) muncul
karena PT Medco E&P, khususnya Departemen ComDev yang
merasa perlu membenahi hubungan dengan masyarakat sekitar
yang saat ini dinilai kurang baik dan cenderung merugikan
pihak perusahaan. Program SAHABAT merupakan sebuah
program yang melibatkan seluruh pekerja sebaagai agen sosial.
Agen sosial akan berperan sebagai jembatan komunikasi antara
masyarakat dan perusahaan. Sebagai sebuah sistem atau strategi
komunikasi yang baru, program SAHABAT diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hubungan yang baik serta membentuk
opini positif perusahaan di masyarakat sekitar dimana
perusahaan berada.
Program SAHABAT akan terus terlaksana dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan apabila dalam
pelaksanaannya, seluruh pekerja di PT Medco E&P menjunjung
tinggi komitmen yang sudah disepakati bersama. Tanpa adanya
kesungguhan melaksanakan komitmen, bukan hanya dari para
agen sosial tetapi juga kesungguhan dari pihak manajemen,
maka program SAHABAT yang saat ini baru masuk pada fase
pertama ini, tidak akan mampu untuk melanjutkan pada fase-
fase selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Machfudz, Dindin. 2011. Efek
Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Kotler, P. dan N. Lee. 2005. CSR: Doing The Most Good Most
For Your Company and Your Cause. New Jersey: John
Wiley and Sons, Inc.
95
Fahmi, Irham.2013. Perilaku Organisasi. Teori, Aplikasi dan
Kasus. Bandung: Alfabeta.
Mursitama, Tirta, Fadhil Hasan & Iman Fakhrudin. 2011. CSR
di Indonesia, Teori dan Implementasi. Jakarta: Institut
for Development of Economics and Finance (INDEF)
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Tiara Wacana
Annual Report Departemen ComDev 2014-2017
Kebijakan Pemberdayaan Komunitas PT Medco E&P
Indonesia 2017
Brandbook MedcoEnergi
96
KEGIATAN COMMUNITY RELATIONS DINAS
PERIKANAN JAWA BARAT MELALUI
KUNJUNGAN LATIHAN (KULAT) JARING
TERAPUNG DALAM MEMBANGUN
PARTISIPASI MASYARAKAT DESA BONGAS
KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG
PADA BIDANG PERIKANAN
Iriana Bakti, Trie Damayanti
Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN
Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah
perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat dengan komoditas
yang dipelihara sangat beragam, yang dapat berkontribusi
sebagai penyedia protein, dan sebagai penyumbang devisa
negara. Oleh karena itu, untuk menjaga dan mempertahankan
potensi perikanan di wilayah tersebut, Dinas Perikanan Propinsi
Jawa Barat melaksanakan Program Pengembangan Perikanan
Budidaya khususnya Ikan Air Tawar di Kabupaten Bandung
Barat bertujuan untuk menumbuh-kembangkan ekonomi
kerakyatan berbasis agribisnis perikanan, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan indeks daya beli masyarakat.
Namun demikian, dalam pelaksanaan Program
Pengembangan Perikanan Budidaya khususnya Ikan Air Tawar
di Kabupaten Bandung Barat terdapat berbagai permasalahan,
di antaranya Teknologi pembenihan dan pembesaran untuk
beberapa komoditas belum sepenuhnya dikuasai, pola Cara
Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Pembenihan Ikan yang
Baik (CPIB) belum sepenuhnya diterapkan para pembudidaya,
97
dan Mekanisme penyuluhan belum berjalan dengan baik serta
kurangnya tenaga penyuluh perikanan.
Untuk menangani permasalahan di atas, Dinas terkait
melaksanakan pembinaan Jaring Terapung kepada masyarakat
yang berdomisili di sekitar waduk Saguling agar mereka dapat
mengembangkan lapangan kerja di wilayah tersebut, dan
masyarakatnya dapat meningkatkan meningkatkan
perekonomian keluarganya.
Pembinaan Jaring terapung tersebut dilaksanakan
melalui mekanisme kunjungan dan latihan (Kulat) yang
dilakukan oleh pembina dari dinas terkait dengan tujuan untuk
membangun pengetahuan dan partisipasi masyarakat yang
tergabung ke dalam Rumah Tangga Perikanan (RTP).
Pada dasarnya, Kulat yang dilaksanakan oleh Dinas
Perikanan ini merupakan kegiatan community relations, bukan
sekedar tupoksi lembaga/instansi, karena kedua belah pihak
(lembaga dan masyarakat/komunitas) akan memperoleh
keuntungan bersama. Bagi lembaga, keuntungannya bisa
menjalin kerjasama yang harmonis dalam rangka pencapaian
tujuan lembaga, bagi masyarakat/komunitas keuntungannya
berupa peningkatan pemahaman dan keterampilan usaha
perikanan, dan kemudahan mendapatkan akses informasi dalam
mengembangkan usaha.
Kegiatan Kulat ini merupakan implementasi dari
perencanaan lembaga yang didasarkan pada anaisis kebutuhan
masyarakat/komunitas di Saguling yang semula bermata
pencaharian di bidang pertanian persawahan, kemudian
mencoba mengembangkan usaha di bidang perikanan. Oleh
karena itu, dalam kegiatan Kulat ini, intensitas kegiatan,
kesesuaian materi, dan teknik penyelenggaraan Kulat menjadi
penting bagi kedua belah pihak untuk mencapai efektivitas
98
kegiatan, dan terbangunnya partisipasi masyarakat dalam
bidang perikanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Intensitas
masyarakat dalam mengikuti Kulat jaring terapung. 2) Faktor
pesan yang disampaikan dalam Kulat jaring terapung. 3) Teknik
pelaksanaan Kulat jaring terapung. 4) Partisipasi masyarakat
dalam mengikuti Kulat jaring terapung.
Kegiatan Kulat merupakan program pembinaan yang
pada hakekatnya merupakan aktivitas komunikasi, yang di
dalamnya terjadi proses penyampain pesan dari komunikator
(pembina) kepada komunikan (masyarakat) yang tergabung
dalam RTP dengan tujuan untuk merubah sikap den
perilakunya. Menurut Mathis (2002:112), “pembinaan adalah
suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan
organisasi”.(https://www.google.com/search?q=kkk#q=penger
tian+pembinaan/21/07/201)
Implementasi dari pembinaan jaring terapung dilakukan
melalui penyuluhan, yang menurut Aminah ( 2006,: 64)
“merupakan proses pendidikan, sehingga dalam
pelaksanaannya penyuluhan berpegang pada falsafah
pentingnya individu, berkesinambungan, dan berasas
demokrasi, agar klien mandiri”.
Kulat ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan
community relations yang dilakukan oleh sebuah
lembaga/instansi (Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat) untuk
membantu komunitas dalam meningkatkan produktivitas
kerjanya di bidang perikanan. Menurut Peak dalam Lattimor,
dkk. (2010: 257), “community relations adalah pertisipasi dari
lembaga yang terencana, aktif, dan terus-menerus dengan
masyarakat, dalam rangka memelihara dan meningkatkan
99
lingkungannya untuk memperoleh keuntungan bagi lembaga
maupun bagi komunitas”.
Community relations yang dilakukan oleh Dinas
Perikanan terhadap masyarakat di sekitar waduk Saguling
berdampak saling menguntungkan kedua belah pihak, karena
menurut Lattimore , dkk. (2010: 255):
“Sebuah organisasi menjadi bagian dari
komunitas, menciptakan solusi saling menguntungkan
(win-win solution) yang menghasilkan garis dasar yang
lebih sehat serta membawa keuntungan bagi stakeholder
dan masyarakat secara keseluruhan. Kunci bagi program
community relations yang efektif adalah adanya tindakan
yang positif dan bertanggung jawab secara sosial untuk
membantu masyarakat sebagai bagian dari organisasi”.
Selanjutnya Lesly dalam Lattimore, dkk. (2010: 263)
kriterian untuk aktivitas community relations, yaitu: (1)
Membuat sesuatu yang dibutuhkan yang belum pernah ada
sebelumnya. (2) Menghapus sesuatu yang menjadi masalah
komunitas. (3) Mengembangkan alat untuk menentukan
keberlangsungan lembaga. (4) Memperluas penggunaan
sesuatu yang ada untuk memasukan kelompok orang “tak
berpunya”. (5) Membagi peralatan, fasilitas, dan keahlian. (6)
Membentuk ulang, memperbaiki, dan menciptakan. (7)
Tutorial, konseling, dan pelatihan. (8) Mengaktifkan orang lain.
Manfaat community relations menurut Rogovsky dalam
Iriantara (2004: 70)
Komunitas pada organisasi Organisasi pada komunitas
• Reputasi dan citra
organisasi yang
lebih baik
• Peluang penciptaan
kesempatan kerja,
100
• “Lisensi untuk
beroperasi” secara
sosial
• Memanfaatkan
pengetahuan dan
tenaga kerja lokal
• Keamanan yang
lebih besar
• Infrastruktur dan
lingkungan
sosioekonomi yang
lebih baik
• Menarik dan
menjaga personel
berkaliber tinggi
untuk memiliki
komitmen yang
tinggi
• Menarik tenaga
kerja, pemasok,
pemberi jasa, dan
mungkin pelanggan
lokal yang bermutu
• “laboratorium
pembelajaran” untuk
inovasi organisasi
pengalaman kerja,
dan pelatihan
• Pendanaan investasi
komunitas,
pengembangan
infrastruktur
• Keahlian komersial
• Kompetensi teknis
dan personal
individual pekerja
yang terlibat
• Representatif bisnis
sebagai juru promosi
bagi prakarsa-
prakarsa komunitas
Kegiatan Kulat ini bertujuan untuk membangun
partisipasi masyrakat di sekitar waduk Saguling, di mana
menurut Mardikanto (2009):
101
“Partisipasi atau peran serta merupakan suatu
bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan
suka rela baik alasan dari dalam (intrinsik) maupun
alasan dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses
kegiatan yang bersangkutan yang mencangkup
pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian (pemantauan, evaluasi, dan
pengawasan), serta pemanfataan hasil kegiatan yang
dicapai”.
Slamet (2003) dalam Anantanyu (2009: 22) membagi
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dalam lima jenis,
yaitu:
(a) Ikut memberi input proses pembangunan,
menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati
hasilnya; (b) Ikut memberi input dan menikmati hasilnya;
(c) Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut
menikmati hasil pembangunan secara langsung; (d)
Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut
memberi input; dan (e) Memberi input tanpa menerima
imbalan dan tidak menikmati hasilnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif
di mana peneliti berusaha menggambarkan variabel pembinaan
berupa Kulat, dilihat dari intensitas masyarakat dalam
mengikuti pembinaan, faktor pesan dalam kegiatan Kulat,
Teknik pelaksanaan Kulat, dan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan Kulat. Populasi dalam penelitin ini adalah masyarakat
yang termasuk ke dalam Rumah Tangga Perikanan (RTP)
sebesar 421, sedangkan sampelnya diambil secara random
102
dengan menggunakan pecahan sampling 10%, sehingga
diperoleh ukuran sampel sebersar 42 RTP.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi RTP di lihat dari usia, adalah sebagai
berikut: 30 – 34 tahun ada 13,33%, 35 -39 tahun ada 23,33%,
40 – 44 tahun ada 36,67%, 45 – 49 tahun ada16,67 %, dan yang
berusia 50 tahun ke atas ada 10%. Dari komposisi usia tersebut
ternyata semua RTP merupakan usia produktif dan memiliki
potensi yang sangat besar untuk mengembangkan usaha
perikanan jaring terapung di wilayah tersebut, karena pada usia
tersebut, mereka masih mampu bekerja dan menghasilkan
sesuatu. Dengan kata lain, berdasarkan komposisi usia tersebut,
masyarakat/komunitas yang menjadi RTP tergolong tenaga
kerja. Hal ini sesuai dengan pengertian tenaga kerja menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 bahwa, “tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat” (Subijanto, 2011:
708).
Komposisi RTP dilihat dari tingkat pendidikan sebagai
berikut: SD 16,67%, SMTP ada 40%, dan SMTA ada 43,33%.
Dari komposisi usia tersebut mayoritas anggota RTP tingkat
pendidikannya menengah ke atas. Hal ini bisa dipahami bahwa,
sebagian besar tingkat pendidikan di pedesaan cenderung
menengah, namun demikian, terlepas dari tingkat pendidikan
tersebut, masyarakat yang menjadi anggota RTP tersebut
memiliki keinginan untuk mengikuti proses pendidikan
informal untuk meningkatkan keterampilan dan
mengajarkannya kembali kepada keluarganya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Crow and Crow, dalam Idris dan Jamal (1995:
2), “pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam
103
kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk
kehidupan sosialnya dan membantunya meneruskan kebiasaan
dan kebudayaan, serta kelembagaan sosial dari generasi ke
generasi”.
Intensitas petani dalam mengikuti kunjungan dari
pembina dalam 6 bulan terakhir adalah sebagai berikut: 5 – 6 x
ada 66,67%, dan 3 -4 x ada 33,33%. Dari persentase tersebut,
tidak ada seorang pun dari RTP yang tidak pernah mengikuti
kunjungan dari para pembina, dan meyoritas dalam mengikuti
kunjungan tersebut tergolong tinggi intensitasnya. Hal yang
sama terjadinya dengan intensitas petani dalam mengikuti
latihan dari pembina dalam 6 bulan terakhir adalah sebagai
berikut: 3 – 4 x ada 46,67%, 5 – 6 x ada 43,33%, dan yang
mengikuti 1 – 2 x ada 10%. Dari persentase tersebut, tidak ada
seorang pun dari RTP yang tidak pernah mengikuti kunjungan
dari para pembina, dan mayoritas dalam mengikuti kunjungan
tersebut tergolong tinggi intensitasnya.
Tingginya intensitas anggota RTP dalam mengikuti
Kulat menunjukkan bahwa mereka merasa yakin bahwa Kulat
ini dapat membantunya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan khususnya di bidang perikanan. Kulat sebagai
pendidikan luar sekolah yang diikuti oleh anggota RTP ini
menurut Far-far (2014: 49) “merupakan suatu usaha untuk
menimbulkan perubahan perilaku petani seperti perubahan
pengetahuan yang lebih luas, perubahan keterampilan teknis
yang lebih baik serta perubahan sifat untuk lebih produktif
sehingga para petani dapat memperbaiki cara berusahatani agar
lebih menguntungkan”
Pesan atau materi yang diberikan dalam kulat Jaring
terapung terdiri dari cara pembuatan jaring, penanaman ikan,
pemeliharaan, cara panen, dan kegitan pasca panen, ternyata
100% responden menyatakan materi tersebut sangat tepat dan
104
sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, ketepatan materi
yang sesuai dengan kebutuhan ini merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam rangka pembinaan jaring
terapung ini.
Teknik pembinaan yang dilaksanakan berupa
kunjungan dan latihan ini dianggap oleh semua RTP (100%)
sudah tepat, sehingga mereka antusias mengikutinya. Hal ini
bisa dilihat dari intensitas dalam mengikuti kedua teknik
tersebut yang dapat dikategorkan tinggi. Teknik Kulat yang
dilaksanakan ini dianggap oleh anggota RTP lebih
mengakrabkan kedua belah pihak dan memudahkan mereka
untuk mengemukakan permasalahan selama kegiatan tersebut
berlangsung, sekaligus juga dapat memperlancar
pengorganisasian kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rasyid (2012: 34), bahwa “adanya pengorganisasian
ini akan mempermudah koordinasi, memperlancar arus
informasi, sekaligus menjalin kerja sama”.
Partisipasi anggota RTP dilihat dari urun rembug dalam
kelompok, ternyata mayoritas (66,67%) menyatakan selalu ikut
urun rembug dalam masalah perikanan jaring terapung,
sedangkan 33,33% menyatakan kadang-kadang ikut urun
rembug. Adapun urun rembug yang dilakukannya berupa
pemberian ide-ide untuk kemajuan perikanan, dan memberi
motivasi kepada sesama anggota, selain itu partisipasi yang
dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan berupa mempraktekan
semua informasi yang berkaitan dengan teknis pengelolaan
perikanan. Hal ini menurut Rizal dan Rahayu (2015: 357),
“selain karena adanya kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dan
memiliki banyak waktu, juga karena merasakan banyaknya
manfaat yang diperoleh dalam hal kegiatan pengelolaan
usahatani, peningkatan produktivitas maupun dalam kehidupan
sosial”.
105
Kegiatan kunjungan latihan (Kulat) perikanan di
kawasan waduk Saguling bukan semata-mata tupoksi
lembaga/instansi Dinas Perikanan Propinsi Jawa barat,
melainkan sekaligu juga kegiatan community relations, berupa
kegiatan terencana bersama masyarakat (anggota RTP) yang
bertujuan untuk membangun kerja sama yang saling
menguntungkan kedua belah pihak, karena menurut Lattimore ,
dkk. (2010: 255):
“Sebuah organisasi menjadi bagian dari
komunitas, menciptakan solusi saling menguntungkan
(win-win solution) yang menghasilkan garis dasar yang
lebih sehat serta membawa keuntungan bagi stakeholder
dan masyarakat secara keseluruhan. Kunci bagi program
community relations yang efektif adalah adanya tindakan
yang positif dan bertanggung jawab secara sosial untuk
membantu masyarakat sebagai bagian dari organisasi”.
Sebagai sebuah kegiatan community relations, Kulat
yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat
mengimplementasikan sesuatu yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan perikanan air
tawar yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh masyarakat
sekitar waduk Saguling yang sebelumnya bertani sawah. Selain
itu, di dalam Kulat telah dikembangkan alat yang relatif baru
bagi masyarakat berupa jaring terapung, membagi peralatan
pendukung lainnya, dan membangun keterampilan anggota
RTP dalam pengelolaan perikanan air tawar, yang kesemuanya
itu dilakukan melalui metode pelatihan dan konseling, sehingga
anggota RTP terlibat aktif di dalamnya. Hal ini sesuai dengan
kriteria community relations dari Lesly dalam Lattimore, dkk.
(2010: 263), di antaranya: (1) Membuat sesuatu yang
dibutuhkan yang belum pernah ada sebelumnya. (2)
106
Mengembangkan alat untuk menentukan keberlangsungan
lembaga. ”. (3) Membagi peralatan, fasilitas, dan keahlian. (7)
Tutorial, konseling, dan pelatihan. (8) Mengaktifkan orang lain.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Kegiatan Kunjungan Latihan (Kulat) merupakan
implementasi dari program community relations Dinas
Perikanan Propinsi Jawa barat yang bertujuan untuk
membangun hubungan yang harmonis dan kerja sama saling
menguntungkan (win-win solution) di antara kedua belah pihak.
Sebagai kegiatan yang saling menguntungkan, Kulat ini
diapresiasi oleh anggota RTP dengan mengikutinya secara
penuh, sehingga intensitas kehadirannya dapat dikategorikan
tinggi, karena mereka merasa yakin bahwa Kulat ini dapat
membantunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
khususnya di bidang perikanan air tawar.
Faktor pesan/informasi yang disampaikan dalam Kulat
menjadi penilaian juga dari anggota RTP, yang menurut
mereka, pesan yang disampaikan telah sesuai dengan
kebutuhannya. Ketepatan materi yang sesuai dengan kebutuhan
ini merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
rangka pembinaan jaring terapung ini.
Teknik pelaksanaan Kulat dianggap sudah tepat oleh
anggota RTP, karena teknik ini lebih mengakrabkan kedua
belah pihak dan memudahkan mereka untuk mengemukakan
permasalahan selama kegiatan tersebut berlangsung, sekaligus
juga dapat memperlancar pengorganisasian kegiatan tersebut,
sehingga mempermudah koordinasi, memperlancar arus
informasi, sekaligus menjalin kerja sama di antara kedua belah
pihak.
107
Partisipasi yang dilakukan oleh anggota RTP berupa urun
rembug dalam kelompok berupa pemberian ide-ide untuk
kemajuan perikanan, dan memberi motivasi kepada sesama
anggota, selain itu partisipasi yang dilakukan dalam
pelaksanaan kegiatan berupa mempraktekan semua informasi
yang berkaitan dengan teknis pengelolaan perikanan.
Partisipasi ini dapat terbangun, karena adanya kesadaran
sendiri tanpa ada paksaan dan memiliki mereka meluangkan
waktunya seoptimal mungkin, karena mereka merasakan
bahwa Kulat tersebut memiliki banyaknya manfaat dalam hal
kegiatan pengelolaan usaha perikanan, peningkatan
produktivitas perikanan, maupun dalam kehidupan sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. (2006). Penyuluhan Perikanan. Jurnal
Penyuluhan Desember 2006, Vol. 2, No. 4 hal 64. Bogor:
IPB
Far-dar, Risyart. (2014). Respon Petani Terhadap Penerapan
Metode Penyuluhan Pertanian Di Kota Ambon Provinsi
Maluku. Jurnal Budi Daya Pertanian, Vol. 10, No. 1 Hal
48-51.
Idris , Zahara dan H. Lisma Jamal. (1995). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Iriantara, Yosal. (2004). Community Relations. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Lattimore, Dan, Otis Baskin, Suzzette T. Haiman, Elizabeth L.
Toth. (2010). Public Relations Profesi Dan Praktik.
Jakarta: Salemba Humanika.
Mardikanto (2009), Sistem penyuluhan Pertanian. Surakarta:
UNS Press
Rasyid, Anuar. (2012). Metode Penyuluhan Pada Petani
Sawah. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1, No. 1 Maret
2012, hal 1-55.
108
Subijanto. (2011). Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga
Kerja Indonesia , Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan (
vol 17 no 6, 2011), hal 708
Pengertian Pembinaan: Mathis (2012), diambil dari:
https://www.google.com/search?q=kkk#q=pengertian+p
embinaan/21/07/2017
109
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM BEDAH
RUMAH PT. PLN DISTRIBUSI JAWA BARAT
Muhammad Ramelan Rimbananto, Feliza Zubair, Syauqy
Lukman
Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN
Corporate social responsibility adalah sebuah program
perusahaan yang ditujukan kepada masyarakat sebagai bentuk
nyata perusahaan untuk lingkungan dan masyarakat (Ardianto
dan Machfudz, 2011; Ismail, 2009; Yusuf, 2007). Kewajiban
bagi perusahaan untuk melakukan program CSR tersebut
pertama kali diatur melalui Undang – Undang No.19 Tahun
2003 tentang BUMN dan kemudian dijabarkan lebih jauh oleh
Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang
mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan
CSR, dimana CSR milik BUMN adalah program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL). Kemudian kewajiban CSR untuk
perusahaan secara umum dituangkan dalam Undang – Undang
Perseroran (UU PT) No. 40 Tahun 2007 bahwa PT yang
menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan
sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab social
dan lingkungan.
Perusahaan Listrik Negara (PLN), sebagai salah satu
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang wilayah kerjanya
mencakup seluruh Indonesia wajib melakukan CSR. Salah satu
fokus dalam program CSR PLN adalah pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu PLN melakukan
110
sebuah program CSR yang mencakup kedua poin tersebut yaitu
Program Bedah Rumah. PT. PLN DJB (Distribusi Jawa Barat)
sebagai salah satu unit PLN yang operasi kerjanya sibuk dan
pelanggannya terbilang banyak diantara unit PLN di Indonesia
turut serta melaksanakan program ini juga melalui divisi
Humasnya. PLN DJB telah melakukan program bedah rumah
terhadap pensiunan PLN dan para veteran.
Program “Bedah Rumah” adalah program bantuan
untuk pihak–pihak internal maupun eksternal yang berbentuk
renovasi rumah. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk meneliti
program bedah rumah yang ditujukan kepada veteran perang
khususnya yang ada di daerah Jawa Barat.Program Bedah
Rumah ini membantu 8 veteran perang yang tersebar di Jawa
Barat yaitu 4 di Kuningan, 2 di Garut, sisanya berada di
Majalengka dan Cianjur.
Program Bedah Rumah untuk veteran perang ini dalam
rangka memperingati hari kemerdekaan republic Indonesia ke -
71. Selain bertepatan dengan HUT RI, program bedah rumah
ini juga dilaksanakan dalam rangka menyambut HUT TNI ke-
71 dan HUT PLN ke- 71. PLN dan TNI berencana untuk
membantu merenovasi rumah para veteran dengan jumlah total
71 rumah.
Pelaksanaan kegiatan ini diinisiasi oleh Kementerian
BUMN dan difasilitasi oleh seluruh BUMN yang memiliki
wilayah kerja di 34 Provinsi seluruh Indonesia, juga menjadi
bagian dalam “membangun pemahaman para pemangku
kepentingan (stakeholders)” mengenai peran Kementerian
BUMN dan BUMN dalam turut serta “Membangun Kapasitas
Nasional (National Capacity Building) melalui generasi muda
penerus bangsa” serta memberikan kontribusi nyata pada
masyarakat.
111
Dengan adanya program “Bedah Rumah”, PLN
berharap para veteran perang mendapatkan kesejahteraan hidup
yang lebih layak. Selain itu juga diharapkan program ini dapat
meningkatkan citra PLN di kalangan masyarakat. Dengan citra
yang baik di kalangan masyarakat reputasi perusahaan akan
terjaga baik. Reputasi baik yang tercipta di masyarakat akan
membuat PLN mudah dalam menjalankan suatu program
lainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kegiatan Implementasi CSR di PT. PLN
Distribusi Jawa Barat melalui program Bedah Rumah karena
dalam pra-riset, peneliti melihat terdapatnya banyak aspek yang
dinyatakan kurang optimal berdasarkan observasi dan juga
interviu dengan informan kunci..
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif, sebuah metode yang efektif untuk tujuan
mendeskripsikan atau menggambar fenomena-fenomena yang
ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun fenomena
hasil rekayasa. Penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi
objek sesuai dengan apa adanya (Bungin, 2003; Moleong,
2012).
Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme.
Paradigma positivisme dikembangkan oleh para ahli sosiolog,
seperti Comte, Durkheim, dan Mill. Keyakinan dasar aliran
positivisme ini berakar pada paham ontologi realisme yang
menyatakan bahwa realitas berada dalam kenyataan yang
berjalan sesuai dengan hukum alam (Moleong, 2012; Salim,
2006: 69). Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk
112
mengungkap kebenaran realitas yang ada dan menjelaskan
bagaimana realitas tersebut sebenarnya berjalan.
Metode penelitian deskriptif adalah salah satu metode
penelitian yang banyak digunakan pada penelitian yang
bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian. Seperti yang
dikemukakan oleh Sugiyono metode deskriptif adalah metode
yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2012:29). Sifat data
yang digunakan adalah kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap Perencanaan (Plan)
Tahap Perencanaan dalam Implementasi CSR yang
dilakukan PT. PLN Distribusi Jawa Barat terbagi menjadi 2
yaitu Conduct a CSR Assesment (Penilaian CSR) dan Develop
a CSR Strategy (Mengembangkan Strategi CSR.
113
Tabel Conduct a CSR Assesment
Fase
Konseptual Tugas Bagaimana?
Hasil dan
Pembahasan
Plan
(Perencanaa
n)
Conduct
a CSR
Assesme
nt
(Penilaia
n CSR)
Menyusun tim
Kepemimpina
n CSR
PLN tidak
membentuk
tim khusus
dalam program
ini. Hal ini
tidak menjadi
terlalu masalah
karena Divisi
CSR sudah
diberi
wewenang
langsung dan
dituntut
melakukan
inisiatif
sendiri.
Mengembangk
an Definisi
Kerja
PLN dan LVRI
dari awal
sudah
membagi
tugasnya
masing –
masing. Dalam
pelaksanaan
program,
hampir
keseluruhan
dilakukan oleh
PLN. LVRI
hanya
memberikan
data dan
melakukan
114
fungsi
pengawasan.
Identifikasi
Persyaratan
Hukum
Undang –
undang telah
mengatur
bahwa ada
kewajiban ikut
membantu
mensejahteraka
n veteran
Tinjau
Dokumen,
Proses dan
Kegiatan serta
kapasitas
perusahaan
BUMN
mengeluarkan
surat perintah
untuk
melaksanakan
kegiatan bedah
rumah. Melihat
kapasitas
perusahaan,
PLN menjadi
salah satu
perusahaan
yang
melaksanakan.
Identifikasi
dan ikut
sertakan para
pemangku
keperntingan
PLN Aktif
mengikutsertak
an stakeholder
perusahaan.
Para veteran
merupakan
salah satu
stakeholder
mereka, karena
mereka
konsumen PLN
juga.
115
Perencanaan yang dilakukan PLN diltarabelakangi
salah satunya karena angka hidup layak di Indonesia yang
masih sangat kecil, banyak diantaranya tidak memiliki rumah
yang layak. Diantara dari mereka adalah para veteran perang
yang berjuang mempertahankan Republik Indonesia.Pada saat
ini veteran perang masih dirasa sangat minim perhatian oleh
masyarakat. Kemudian PLN atas perintah Kementrian BUMN
memberikan solusi yaitu Program BUMN Hadir Untuk Negeri.
Humas PT. PLN Distribusi Jawa Barat bekerjasama dengan
LVRI merumuskan program Bedah Rumah Veteran 2016
sebagai aktivitas CSR.
116
Tabel Develop a CSR Strategy
Fase
Konseptual Tugas Bagaimana?
Hasil dan
Pembahasan
Plan
(Perencana
an)
Develop a
CSR
strategy
(Kembangk
an Strategi
CSR)
Bangun
dukungan
dengan CEO,
manajemen
senior dan
karyawan
Karena ini
merupakana
program
Nasional
yang di
usulkan oleh
Kementrian
BUMN
melalui
program
BUMN untuk
negeri tentu
dukungan
dari CEO
dana
manajemen
tentu ada.
Melakukan
riset,
bagaimana
CSR pesaing
perusahaann
dan menilai
nilai
instrumen
CSR mereka
PLN
Melakukan
riset
mengenai
CSR
perusahaan
dan
membanding
kan dengan
program yang
ada di PLN.
Akan tetapi
117
yang riset
yang
dilakukan
tidak
dilakukan
secara
mendalam
karena PLN
percaya
dengan
programnya
sendiri.
Menyiapkan
matriks
program CSR
yang
diusulkan
Persyaratan
Hukum
PLN
melakukanya
sehingga
terjadi
beberapa
miss, salah
satunya
program yang
telat selesai.
Akan tetapi
dalam
persyaratan
hukum, PLN
melakukanya
dengan jelas.
118
Mengembang
kan pilihan
untuk
menindaki
program CSR
PLN
mengajak
LVRI untuk
kolaborasi
dalam
Program
Bedah
Rumah ini
menindak
lanjuti
Perintah
Kementrian
BUMN
mengenai
program
bedah
Rumah.
Menentukan
arah,
pendekatan,
batas-batas
dan area fokus
Dalam
program
bedah rumah
hanya
dilakukan di
8 daerah dulu
saja di Jawa
Barat, yang
penyebaranny
a dilakukan
melalui
media lokal
dan forum
lokal.
119
Berdasarkan kategori aktivitasnya, Kotler dan Lee (2005)
dalam) menyebutkan enam aktivitas CSR, yaitu:
(1) Promosi kegiatan sosial (cause promotions) ; (2)
Pemasaran terkait kegiatan sosial (cause related
marketing); (3) Pemasaran kemasyarakatan korporat
(corporate societal marketing); (4) Kegiatan filatropi
perusahaan (corporate philanthropy) ; (5) Pekerja sosial
kemasyarakatan secara sukarela (community
volunteering); (6) Praktik bisnis yang memiliki tanggung
jawab sosial (socially responsible business practice)
(Kotler & Lee, 2005).
Berdasarkan konsep diatas, program Bedah Rumah
Veteran merupakan kategori aktivitas CSR filantropi
perusahaan (corporate philanthropy), alasanya karena
perusahaan membuat kontribusi langsung ke badan amal, paling
sering dalam bentuk hibah tunai, sumbangan, pelayanan secara
cuma-cuma.
Dalam perencanaan program Bedah Rumah Veteran,
PLN melakukan perencanaan dalam pengembangan strategi
CSR diantara lainya Mencari partner kolaborasi,
Mempublikasikan program melalui media, Menyebarkan
melalui forum – forum.
Tahap Implementasi (Implementation)
Dalam pemaparan tahap pelaksanaan (do), akan
dijabarkan bagaimana tim Public Relations mengembangkan
komitmen CSR (develop CSR commitments) dan
mengimplementasikan program CSR (implement CSR
commitments).
Tabel Develop CSR Commitments
120
Fase
Konseptua
l
Tugas Bagaimana? Hasil dan
Pembahasan
Do
(Pelaksana
an)
Develop
CSR
Commitme
nts
(Kembang
kan
Komiteme
n CSR)
Melakukan
scan komitmen
CSR
PT. PLN
(Persero)
Distribusi
Jawa Barat
merancang
program
Bedah Rumah
berlandaskan
dengan visi
dan misi CSR
PLN.
Diskusi dengan
para
stakeholders
utama
Stakeholder
utama dalam
program ini
adalah
Veteran
perang yang
mendapatkan
bantuan
program,
mulai dari
tahap
perencanaan
PLN selalu
berdiksusi
dengan para
penerima
manfaat.
121
Membuat
sebuah
kelompok kerja
untuk
mengembangka
n komitmen
PLN bekerja
sama dengan
Legiun
Veteran
Republik
Indonesia dan
Kementrian
BUMN dalam
perumusan
dan
pelaksanaan
program
Bedah Rumah
Veteran
Membuat draft
awal
Draft awal
dilakukan
dengan
membuat
laporan
program CSR
yang jelas dan
disarankan
untuk
mengidentifik
asi pembagian
kerja pada
pihak-pihak
yang terlibat
dalam
pelaksananaa
n CSR
122
Mengkonsultas
ikan dengan
stakeholders;
Di sini PLN
Memberikan
edukasi dan
sosisalisasi
kepada
penerima
manfaat
Merevisi dan
mempublikasik
an komitmen
CSR
Dalam hal ini
PLN
Distribusi
Jawa Barat
dan LVRI
mempublikasi
kan program
Bedah Rumah
Veteran
melalui
website PLN
dan juga
website LVRI
Tabel Implements CSR Commitments
Fase
Konseptual Tugas Bagaimana?
Hasil dan
Pembahasan
Do
(Pelaksanaa
n)
Implemets
CSR
Commitmen
ts
(Implement
asi
Mengembangk
an struktur
pengambilan
keputusan
CSR
terintegrasi
Pengambilan
keputusan
dilakukan
oleh Divisi
CSR/PKBL
dengan
123
Komitemen
CSR)
sepengetahua
n manager
komunikasi
Menyiapkan
dan
melaksanakan
rencana bisnis
CSR
Persiapan
program
dilakukan
dengan
menyiapkan
materi
promosi dan
publikasi
untuk
menjangkau
masyarakat
untuk ikut
berpartisipasi
dalam
memperhatik
an para
veteran
Menetapkan
target yang
terukur dan
mengidentifik
asi ukuran
kinerja
Jumlah
penerima
manfaat
dalam
program ini
ada 8,
Kuningan 4,
Majalengka,
Garut 2 dan
Cianjur
124
Melibatkan
karyawan dan
lain-lain
kepada siapa
yang
berkomitmen
melakukan
CSR
Dalam
pelaksanaan
Program
Bedah
Rumah
Veteran PLN
tidak terlalu
melibatkan
karyawan
lain
Membuat
desain dan
melakukan
pelatihan CSR
Hal ini juga
tidak
dilakukan
oleh PLN,
karena dirasa
tidak perlu
Membangun
mekanisme
untuk
mengatasi
permasalahan
CSR
Saat
pelaksanaan
program
PLN
menemukan
masalah
yaitu adanya
penerima
manfaat
yang
melenceng
dari tujuan
awal. Kasus
seperti ini
sudah
dipersiapkan
125
oleh PLN,
sehingga
PLN tanggap
dalam
penyelesaian
masalah ini.
Membuat
perencanaan
komunikasi
internal dan
eksternal
melalui
newsletter,
tahunan
laporan,
komunikasi
Intranet,
pertemuan,
pelatihan
atau
mekanisme
informal,
karyawan
harus tahu
bahwa CSR
merupakan
prioritas
perusahaan
Membuat
komitmen
publik
pelaporan
program
dipublikasika
n melaui
website
masing –
masing dan
126
setiap
tahunya
dimasukan
kedalam
annual
report CSR
PLN
Tahap Pengecekan/Peninjauan Ulang (Check)
Poin pertama dalam pengecekan, yaitu pelaporan.
Pelaporan adalah cara berkomunikasi dengan stakeholder
mengenai manajemen ekonomi, lingkungan, sosial, dan kinerja
suatu perusahaan. Pelaporan harus membahas bagaimana tren
sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan dan pada
gilirannya, bagaimana perusahaan beroperasi dan
mempengaruhi masyarakat. Dengan demikian, pelaporan dapat
menunjukkan motivasi perusahaan dan kemauan untuk
memposisikan diri dalam konteks yang lebih luas. Dalam
membuat laporan harus terdapat keseimbangan antara informasi
yang terbuka dan transparan namun tidak membebani dengan
data yang berlebihan. Tujuan pelaporan adalah untuk berbagi
informasi dengan para stakeholders untuk mendapatkan
kepercayaan mereka dan dipandang sebagai sebagai perusahaan
yang berkredibel. Pelaporan itu sendiri juga dapat meyakinkan,
dengan pihak ketiga menilai keandalan laporan itu (Hohnen,
2007: 67).
Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti
fairness, transparency, accountability, dan responsibility,
kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan
program CSR. Terdapat prinsip-prinsip CSR yang dibagi
menjadi tiga, yaitu:
127
(1) Sustainability, kegiatan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan harus memberikan keuntungan jangka
panjang bagi masyarakat sasaran kegiatan tersebut.(2)
Accountability, kewajiban perusahaan untuk
menjelaskan kinerja dan menyampaikan
pertanggungjawaban mengenai kegiatan CSR yang
akan dan telah dilakukan. (3) Transparency,
ketersediaan informasi dari erusahaan dan material
yang relevan dan berkaitan dengan kegiatan CSR yang
dilaksanakan (Crowther David dalam Nor Hadi, 2011:
59).
Berdasarkan konsep prinsip-prinsip CSR di atas, pada
poin sustainability, program Bedah Rumah Veteran dirancang
untuk memberikan keuntungan jangka panjang bagi para
veteran karena mereka bisa merasakahan hidup di rumah yang
layak di masa tuanya. Namun, poin ini dikembalikan PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat kepada masing-masing
individu.
Pada poin accountability dan transparency, divisi CSR
atau Kemitraan dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat membuat report yang digabungkan ke
dalam laporan bulanan bidang Komunikasi PT PLN Distribusi
Jawa Barat. Report tersebut merupakan wujud komitmen divisi
Kemitraan dan Bina Lingkungan terhadap akuntabilitas dalam
menjaga keberlangsungan perusahaan pada aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan karena aktivitas perusahaan
mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal
perusahaan. Selain dalam bentuk report formal, divisi
Kemitraan dan Bina Lingkungan juga membuat laporan yang
mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat umum dalam
bentuk artikel yang dipublikasikan melalui annual report di
128
official website PT PLN Distribusi Jawa Barat dan juga melalui
release yang dibagikan kepada rekan-rekan media, yang
kemudian akan di muat di berbagai media massa.
Poin kedua adalah verifikasi kemajuan. Verifikasi
kemajuan dilakukan oleh divisi Kemitraan dan Bina
Lingkungan PT PLN Distribusi Jawa Barat dengan mencermati
beberapa aspek. Divisi Kemitraan dan Bina Lingkungan PT
PLN Distribusi Jawa Barat merasa verifikasi kemajuan penting
dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi di
lapangan selama program dilaksanakan karena pada program
Bedah Rumah Veteran. Selain itu juga, untuk menilai kinerja
yang sudah dilakukan selama program apakah sudah efektif dan
efisien atau belum.
Tahap Evaluasi (Evaluation)
Data evaluasi yang telah diperoleh dijadikan dasar
pembuatan laporan akhir dan annual report yang nantinya
dipresentasikan kepada jajaran direksi PT. PLN Distribusi Jawa
Barat.
Berdasarkan data hasil evaluasi yang dimilik divisi
CSR PLN ditambah dari evaluasi pihak LVRI, program Bedah
Rumah Veteran sejauh ini dapat dikatakan kurang berhasil
karena keterlambatan selesainya program walaupun goals PT.
PLN Distribusi Jawa Barat tercapai dan dampak jangka pendek
yang diharapakan PT. PLN Distribusi Jawa Barat terliha, yaitu
para veteran yang awalnya hidup di rumah yang kurang layak
kini beberapa sudah ada yang tinggal di rumah yang layak.
Selain itu juga, program Bedah Rumah ini diterima dan
mendapat feedback yang positif dari masyarakat sekitar, hal ini
menambah image positif PT. PLN Perserod Distribusi Jawa
Barat
129
Dari data hasil evaluasi, PT. PLN Distribusi Jawa Barat
mengetahui hal–hal yang harus diperbaiki untuk
penyelenggaraan program Bedah Rumah selanjutnya, seperti
mungking penambahan fasilitian (listrik, telepon) dan
penambahaan kuota agara lebih merata program Bedah Rumah
ini.
Pengukuran keberhasilan program Bedah Rumah
Veteran secara menyeluruh dilakukan oleh PT PLN Distribusi
Jawa Barat dengan melihat jumlah penerima manfaat dan
tanggapan masyarakat sekitar mengenai program, realisasi
program Bedah Rumah di lapangan.
SIMPULAN
Tahap perencanaan program Bedah Rumah Veteran
sudah dilakukan oleh divisi CSR atau Kemitraan Bina
Lingkungan PT PLN Distribusi Jawa Barat dilakukan dengan
step by step dan ternyata sesuai dengan konsep yang ada, yaitu
dengan menyelaraskan berbagai aspek dalam perusahaan,
seperti visi, misi, tujuan, dan target sasaran. Bersama LVRI dan
Kementrian BUMN merumuskna program dengan baik. Akan
tetapi masih ada satu kekurangan, yaitu top management tidak
ikut terlibat. Selain itu juga perencanaan butuh waktu yang lama
dan juga perlu adanya target penyelesaian program yang jelas.
Tahap pelaksanaan program Bedah Rumah Veteran
yang dilakukan oleh Divisi CSR PT PLN (Persero) Distribusi
Jawa Barat sudah berjalan sesuai dengan mengembangkan
komitmen CSR dalam mengatasi masalah sosial. Tahap Akan
tetapi, pada saat pengimplementasian program Bedah Rumah,
divisi CSR atau Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. PLN
Distribusi Jawa Barat belum memikirkan dampak keberlanjutan
setelah program selesai.
130
Tahap pengecekan program Bedah Rumah Veteran
sudah dilakukan divisi CSR atau Kemitraan dan Bina
Lingkungan PT. PLN Distribusi Jawa Barat dalam bentuk
penjurian pada saat survey di masing-masing daerah rumah
veteran. PLN melakukan pengecekan program secara rutin,
tidak hanya penerima manfaat yang menjadi fokus saat
melakukan pengecekan akan tetapi lingkungan sekitar juga
dicek.
Tahap evaluasi program Bedah Rumah Veteran sudah
dilakukan d divisi CSR atau Kemitraan dan Bina Lingkungan
PT. PLN Distribusi Jawa Barat. Evaluasi yang dilakukan tidak
hanya pada program semata, PLN juga mengevaluasi dampak
pada masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro & Dindin M. Machfudz. 2011. Efek
Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Bungin, Burhan H.M. 2003. Analisis Data Penelitian
Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo. Persada.
Hadi, Nor. 2011. “Corporate Social Responsibility (CSR)”.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Hohnen, P. (2007). Corporate Social Responsibility: An
Implementation Guide for Business. . Manitoba:
International Institute for Sustainable Development
Kotler, P., & Lee, N. (2005). Corporate Social Responsibility
Amerika: John Wiley&Sons, Inc. Amerika: John
Wiley&Sons,Inc.
Kasali, Rhenald. 2009. Manajemen Publik Relations: Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti.
131
Moleong, Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Salim, Agus. 2006 Teori dan Paradigma
Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility : From
Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode PenelitianPendidikan : Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: CV.
Alfabeta
Wibisono, Yusuf. 2007. Membelah Konsep dan Aplikasi CSR.
Gresik: Fascha Publishing.
132
PERAN KOMUNITAS BUDAYA DALAM
PENGEMBANGAN
BUDAYA LOKAL DI PANGANDARAN
Priyo Subekti, Hanny Hafiar
Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN
Kabupaten Pangandaran kaya akan budaya dan seni
yang belum terpublikasikan sehingga banyak masyarakat
Indonesia yang tidak mengetahuinya. Budaya khas
pangandaran yang saat ini sedang di lestarikan dan dikenalkan
pada publik adalah Ronggeng Gunung (kebudayaan khas milik
Kabupaten Pangandaran), hajat laut, hajat leuweung dan pesona
purnama pesisir.
Pemerintahan Kabupaten Pangandaran bekerja sama
dengan Kompepar (komunitas penggerak wisata) dalam
mendiseminasikan informasi mengenai potensi baik alam
maupun budaya yang dapat memberikan citra positif mengenai
pangandaran sebagai destinasi wisata dunia (Subekti, Hafiar, &
Sugiana, 2016). Untuk itu Komunitas Budaya di Pangandaran
bekerja sama dengan pemerintah dalam rangka penertiban
administrasi kelompok lingkung kesenian. Pemerintah berperan
untuk turut serta memberikan rekomendasi layak dan tidaknya
sebuah kelompok budaya diberikan ijin operasional seni. Setiap
lingkung seni atau kelompok seni harus memiliki ijin dari
pemerintah Kabupaten Pengandaran. Hal ini bertujuan agar
pemerintah dapat mengawasi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh kelompok seni yang ada di Pangandaran dan
memberikan support berupa fasilitas dan sarana prasarana yang
133
diperlukan. Melestarikan seni budaya bukan hanya semata-mata
menjadi kepentingan dan tanggungjawab pemerintah, namun
juga kewajiban semua lapisan masyarakat, hal ini menjadi salah
satu latar belakang dibentuknya komunitas budaya.
Pengertian Komunitas sendiri adalah sekelompok
orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang
seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi
pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena
adanya kesamaan interest atau values (Kertajaya, 2008).
Dengan demikian suatu komunitas budaya merupakan suatu
kelompok sosial yang dapat dinyatakan sebagai “masyarakat
setempat”, suatu kelompok yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu dengan batas-batas tertentu pula, dimana
kelompok itu dapat memenuhi kebutuhan hidup dan dilingkupi
oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di
antara para anggotanya serta memiliki interest yang sama dalam
hal seni dan budaya.
Proses pembentukannya bersifat horisontal karena
dilakukan oleh individu- individu yang kedudukannya setara.
Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang
dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional
(Soenarno, 2002). Kekuatan pengikat suatu komunitas,
terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi
kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas
kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi.
Pengikat dalam komunitas budaya seni Pangandaran adalah
kesamaan latar belakang budaya dan tujuan yaitu untuk
melestarikan seni dan budaya yang ada di Pangandaran agar
tidak hilang tergerus zaman.
Salah satu seni yang tumbuh dan berkembang di
wilayah Pangandaran dikenal dengan sebutan Ronggeng
Gunung. Tarian Ronggeng Gunung merupakan sebuah tarian
134
yang digunakan untuk mengenang dan mengembalikan Prabu
Anggalarang serta memiliki tujuan yaitu mengajak para kaum
muda untuk ikut serta menjadi prajurit Kerajaan Galuh
Tanduran dan untuk membalas dendam kepada para perompak
(Bajo) yang telah membunuh Prabu Anggalarang.
Ronggeng gunung ini tumbuh subur di wilayah
Sidamulih, Parigi, Kalipucang, dan Padaherang. Eksistensi
Ronggeng Gunung kini bertransformasi menjadi Ronggeng
Kaleran (biasa ditampilkan dalam acara pernikahan,
menyambut seseorang, hajatan, dan lain-lain). Perbedaan
Ronggeng Gunung dengan Ronggeng Kaleran itu terletak pada
penarinya. Dalam Ronggeng Gunung penari bertugas sekaligus
sebagai juru kawih (sinden), sedangkan pada Ronggeng
Kaleran penari dan juru kawihnya berbeda orang.
Bapak Asep Kartiwa salah satu tokoh yang aktif dalam
mengembangkan kesenian, kebudayaan, dan pariwisata yang
ada di Pangandaran dengan mendorong masyarakat guna
mengembangkan potensi-potensi yang ada di Pangandaran
terutama dalam bidang kesenian dan kebudayaan. Salah satu
bentuk kiprah nyata adalah dengan mendirikan sebuah
komunitas yang diberi nama Desa Wisata Margacinta.
Pendirian komunitas dilakukan dengan bekerja sama kepala
desa beserta jajarannya dan bekerja sama dengan pihak
Kompepar (Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata).
Kesenian dan kebudayaan yang tergabung dalam
komunitas ini mulai dari kesenian badud, kesenian rengkong,
kesenian gondang, terbang. Dari sekian banyak kesenian yang
tergabung di Desa Wisata Margacinta, kesenian yang
ditonjolkan adalah kesenian badud. Alasan kesenian badud
ditonjolkan dalam Komunitas Desa Wisata Margacinta adalah
karena kesenian badud merupakan kesenian asli yang sudah
lama tumbuh dan berkembang di Desa Margacinta. Latar
135
belakang pendirian komunitas Desa Wisata Margacinta adalah
belum adanya wadah untuk menaungi berbagai kesenian,
kebudayaan, dan pariwisata yang ada dan tumbuh berkembang
di Desa Margacinta. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan bagaimana peran komunitas budaya dalam
pengembangan budaya lokal di Wilayah Pangandaran.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan data kualitatif. Penelitian deskriptif
ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini
berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang
sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian
deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh informasi informasi
mengenai keadaan yang ada (Mardalis, 1999). Informan dalam
penelitian ini adalah 1) Asep Kartiwa (Ketua Komunitas
Budaya Desa Margacinta), 2) Edi (ketua Kompepar
Pangandaran), 3) Dinas Kebudayaan Pangandaran, 4) Ki
Adwidi (Ketua Kampung Badud).
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskripsi
adalah karena dengan penelitian ini mampu memberikan
gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi satu
dengan situasi sosial yang lain atau dari waktu tertentu dengan
waktu yang lain, atau dapat menemukan pola-pola hubungan
antara aspek tertentu dengan aspek yang lain, dan dapat
menemukan hipotesis dan teori.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengandaran dipersiapkan untuk menjadi salah satu
destinasi wisata, baik wisata berbasis lingkungan (alam)
maupun wisata berbasis budaya lokal. Untuk itu Pemerintah
136
Kabupaten Pangandaran bekerjasama dengan komunitas
budaya di wilayah pangandaran untuk melakukan kolaborasi di
bidang publikasi, pembinaan seni dan penyelenggaraan event
event budaya untuk menarik pehatian masyarakat luar.
Peran komunitas budaya dalam pembinaan seni
misalnya dibutuhkan seni X untuk duta seni diluar Kabupaten
Pangandaran. Maka, Disbudpar bertanggung jawab
menanyakan dan memilih komunitas mana yang layak untuk
dikirim. Adanya komunitas-komunitas seni ini berguna sabagai
wadah untuk mengembangkan bakat dan minat orang-orang di
Pangandaran. Dalam berbagai festival yang diselenggarakan
oleh Disbudpar komunitas-komunitas seni juga sering diundang
untuk meramaikan acara.
Bapak Edi menuturkan bahwa, komunitas budaya
berperan sebagai pendukung dengan cara memfasilitasi
kegiatan-kegiatan budaya. Dalam kompepar terdapat bidang
seni budaya yang dikhususkan untuk menginvertarisir
kesenian-kesenian dan kebudayaan yang ada di masyarakat.
Seperti kegiatan Hajat Leuwueng di desa Salasari kompepar
ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi atau sharing
bagaimana cara pengemasan acaranya. Mulai dari saran secara
teknis dalam proses dan tahapan produksi sampai pelaksanaan
sebuah acara termasuk dalam pembuatan rencana anggaran,
layout, dekorasi, juga kostum sehinggga sebuah acara bisa
terlaksana dan memiliki keunikan tersendiri.
Beberapa kegiatan yang diselenggrakan oleh
komunitas budaya yang bekerjasama dengan Kompepar antara
lain:
Hajat Laut, merupakan kegiatan yang rutin
dilaksanakan di kabupaten Pangandaran setiap satu tahun
sekali. Dilaksanakan pada muharam atau tahun baru islam
karena dinilai suci, khusunya pada hari Jumat Kliwon. Kegiatan
137
tersebut dilaksanakan dengan cara memotong kepala kerbau
yang kemudian di lempar ke laut, hal itu dilakukan sebagai
bentuk rasa syukur masyarakat Pangandaran atas hasil laut yang
mereka dapatkan.
Pesona Purnama Pesisir yaitu pementasan seni tradisi
berkaitan dengan adat kebiasaan disaat bulan purnama
biasanya masyarakat melakukan kegiatan yang di sebut
“ngabungbang” yaitu keluar dari rumah dan melaksanakan
kegiatan seperti anak-anak yang melakukan permainan
tradisional, atau pun orang tua yang bercengkrama bersama.
Konsepnya memang di dasarkan pada saat bulan purnama,
sehingga dinamakan Pesona Purnama Pesisir. Tahun lalu
kegiatan tersebut sudah dilaksanakan dengan tema kesenian
“buhun” yang ada di pesisir, pelakasanaannya mengikuti
agenda milangkala kabuapten pada bulan Oktober. Untuk tahun
ini rencanyanya akan diadakan kembali dengan tema “kaulinan
barudak” pada bulan Juli dan sudah masuk ke agenda dinas
pariwisata. Secara tanggal masih tentatif, bergantung pada
purnamanya jatuh pada tanggal berapa namun
pelaknsanakannya tetap di akhir pekan yaitu malam minggu,
maka akan dicari minggu mana yang paling mendekati. Akan
tetapi bapak Edi berharap pelaksanaannya bisa pas pada
tanggal 14 bulan jawa.
Festival Alam Seni Budaya Kampung Singkur yang
dilaksanakan di DTW Jojogan, dalam hal ini kompepar
kabupaten Pangandaran hanya sebagai supporter atau partisipan
karena pelaksanaannya dilakulan oleh kompepar DTW Jojogan
sendiri. Kegiatan ini bukan sebuah kegiatan yang diambil dari
kebiasaan atau tradisi setempat, melaikan diciptakan atau
sesuatu yang baru diadakan.
Hajat Lewueung di desa wisata Salasari pada bulan
Agustus, yaitu berupa kegiatan pagelaran seni tradisional, yang
138
diproses dikhususkan pada kesenian yang ada di masyarakat
disana. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengakamodir dan
melestarikan apa yang menjadi kebiasaan orang tua jaman dulu
sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam pelaksaannya, Komunitas budaya dan kompepar
banyak sekali menmeukan tantangan dan hambatan antara lain
: adanya tekanan dari pihak para ulama yang mengklaim trasidi
hajat laut sebagai bentuk bid’ah karena adanya ritual di dalam
pelaksanan proses hajat laut yang mana di dalam islam tidak ada
istilah atau kegiatan ritual seperti yang biasa dilakukan dalam
hajat laut. Beliau juga mengatakan Pemerintah pun tidak terlalu
memberikan dukungannya secara materi, contohnya pada
pelaksanaan hajat laut tahun lalu yang sama sekali tidak
diberikan anggaran dana dari pemerintah. Pelaksaan hajat laut
tahun lalu, anggarannnya di dapat murni dari penggalangan
dana dari masyarakat Pangandaran yang masih ingin
memepertahankan kegiatan hajat laut tersebut. Dalam hal ini
pemerintah kurang bisa memfasilitasi permasalahan bid’ah
tersebut, tidak ada soluasi yang pasti yang dilakukan oleh
pemerintah.
Salah satu cara mempromosikan kesenian dan
kebudayaan Pariwisata di Pangandaran adalah dengan cara
menjaga tradisi ritual dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan
yang diadakan karena hal itu bisa menjadi daya tarik wisata dan
merupakan sesuatu yang unik. Tradisi tidak bisa dilaksanakan
setiap waktu, ini yang membedakatan tradisi dengan kesenian
lain ronggeng misalnya. Tradisi berkaitan dengan ritual, karena
waktu pelaksaannnya sudah ditentukan. Contohnya hajat laut,
yang harus dilaksanakan pada bulan muharam dan hari Jumat
Kliwon, hal ini akan menimbulkan pertanyaan mengapa harus
pada bulan dan hari tertentu, dan itu merupakan sesuatu yang
wajar.
139
Sebuah cara mempromosikan sebuah daerah wisata
yaitu dengan menciptakan sebuah event, seperti Festival Alam
Seni Budaya di Jojogan. Akan tetapi untuk menciptakan sebuah
event sehingga menjadi sebuah brand suatu daerah butuh waktu
yang lama dan dilakukan secara terus-menerus. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus secara cepat atau
lambat akan menarik perhatian orang untuk melihat, sehingga
berduyun-duyun datang ke Pangandaran. tentunya kegiatan
tersebut juga harus didukung oleh pemerintah sehingga bisa
terjaga dan diteruskan oleh generasi muda.
Perkembangan zaman akan terus maju, di era
globalisasi masyarakat dengan mudah bisa melihat budaya luar
seperti budaya Barat dan Cina maupun juga budaya kota-kota
besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan sebagainya.
Secara umum memang sangat terlihat perbedaannya dalam hal
fisik, khusunya pakaiannya jika dibandingkan dengan
kebudayaan di desa Salasari Pangandaran. Perbedaan yang ada
itu tidak berpengaruh terhadap kebiasaan di masyarakat
Pangandaran, masyarakat tidak perlu meniru bagaimana cara
orang luar berpakaian misalnya, tetapi tetap berpakaian seperti
kebiasaan sendiri. Contohnya jika orang luar sering
menggunakan celana jeans, maka masyarakat khususnya
perempuan yang terbiasa menggunakan samping atau kebaya
diharapkan tetap mengenakan samping dan kebaya. Akan tetapi
hal itu tidak bisa diatur secara mudah karena hal itu merupakan
ranah pribadi, maka setidaknya kebiasaan itu bisa dijaga
melalui sebuah kegiatan atau event yang diadakan oleh
kompepar pemerintah kabupaten sampai komunitas budaya.
Perubahan kabupaten Pangandaran menjadi suasana kota dapat
terlihat dari fashion dan banyaknya hotel-hotel yang telah
dibangun.
140
Hambatan dalam mendirikan komunitas Desa Wisata
Margacinta adalah masyarakat di Desa Margacinta itu sendiri.
Sebagian besar penduduk di Desa Margacinta pengetahuannya
tentang pariwisata, kesenian. dan kebudayaan masih sangat
minim. Mereka hanya sekedar mengetahui bahwa Pangandaran
merupakan daerah wisata namun mereka belum tahu harus
berbuat apa untuk mengembangkan daerah-daerah wisata
maupun kesenian dan kebudayaan yang mereka miliki. Seperti
di Desa Margacinta, awalnya kesenian badud itu tumbuh
dibiarkan begitu saja tanpa adanya suatu pengkoordinasian.
Pembentukan sebuah komunitas yang mencakup kesenian,
kebudayaan, dan pariwisata. Selain digunakan untuk
mengembangkan potensi, minta dan bakat, komunitas ini juga
bisa digunakan sebagai tempat memberikan wawasan mengenai
pariwisata, kesenian, dan kebudayaan. Sehingga masyarakat itu
tidak hanya pasif menunggu kesenian dan kebudayaan
berkembang saja, tetapi masyarakat ikut berperan aktif dalam
mengembangkan kesenian dan kebudayaan di daerah kabupaten
Pangandaran.
SIMPULAN
Komunitas budaya di wilayah Pangandaran berperan sebagai
pelestari seni budaya khas Pangandaran yang meliputi seni
badud, taradisi hajat laut, hajat leuweung, pesona pesiri pantai,
seni ronggeng gunung melalui event event budaya yang
dilaksanakan bekerjasama dengan pemerintah Kabuapaten
Pangandaran.
DAFTAR PUSTAKA
Kertajaya, H. (2008). Arti Komunitas. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
141
Mardalis. (1999). Metode Penelitian Suatu Pendekatan
Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Soenarno. (2002). Kekuatan Komunitas Sebagai Pilar
Pembangunan Nasional. Jakarta.
Subekti, P., Hafiar, H., & Sugiana, D. (2016). Peningkatan Citra
Pangandaran Melalui Kearifan Lokal oleh Pemerintah
Kabupaten Pangandaran. Departemen Antropologi
Universitas Padjadjaran (pp. 236-240). Bandung:
Unpad Press.
142
PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PERSPEKTIF
ELKINGSTON’S MODEL TRIPLE BOTTOM LINE
(TBL)
Rahma Santhi Zinaida
Universitas Bina Darma Palembang
PENDAHULUAN
CSR saat ini mempengaruhi kinerja ekonomi suatu
perusahan, kinerja ekonomi menurut Suratno, dkk (2006)
merupakan kinerja makro ekonomi dari satu set perusahaan
dalam suatu industri. Pengungkapan CSR terhadap lingkungan
perusahaan yang mempengaruhi kinerja ekonomi perusahaan
dapat dilihat dari respon pemangku kepentingan, salah satu
investor perusahaan. Kecenderungan investor
menginvestasikan modalnya tidak hanya melihat kinerja
keuangan perusahaan dalam hal tentunya, namun juga pada
program daripada perusahaan yang terkait dengan lingkungan
hidup, hutang semacam itu merupakan sinyal positif bagi
investor.Di masa kontemporer, CSR menjadi isu yang sangat
penting untuk dialamatkan oleh berbagai sektor, terutama saat
ini peran media dan teknologi informasi telah mampu
mengungkapkan berbagai keburukan dari perilaku perusahaan
pada masyarakat dan lingkungan hidup menurut Albdour ,dkk
(2012).
143
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualiatif
deskriptif dengan pendekatan metode studi kasus yang artinya
ialah peneliti ingin menggali informasi apa yang akhirnya bisa
dipelajari atau ditarik dari sebuah kasus, baik kasus tunggal
maupun jamak. Stake (1994; 236) menyebutnya “what can be
learned from a single case?. Agar sebuah kasus bisa digali
maknanya peneliti harus pandai-pandai memilah dan memilih
kasus macam apa yang layak diangkat menjadi tema penelitian.
sumberdata primer diapatkan dari hasil wawancara dan data
sekunder dari observasi dan studi pustaka yang juga
menggunakan dokumen sebagai referensi data tambahan. Key
informan penelitian ini adalah pimpinan dan humas Pertamina
Pertamina EP Region Sumatera.
Dilihat dari kasus yang diteliti, menurut Endraswara
(2012: 78), Studi Kasus dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu Studi Kasus berupa penyimpangan dari kewajaran dan
Studi Kasus ke arah perkembangan yang positif. Untuk
menganalisis data, menggunakan model Miles dan Huberman
dalam Ardianto (2010: 223) ada tiga jenis dalam analisis data,
yaitu Reduksi, Penyajian data (data display), Penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Lokasi penelitian yang peneliti
lakukan adalah PT Pertamina EP Region Sumatera yang berada
di kota Prabumulih dan masyarakat yang menerima program
CSR di Desa Tanjung Tiga Kabupaten Muara Enim.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program CSR merupakan komitmen PT Pertamina EP
untuk membantu mengembangkan masyarakat (community
144
empowerment) dan menjaga lingkungan di sekitar daerah
operasi, guna menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif,
serta mampu menanggapi berbagai perubahan dalam kehidupan
bermasyarakat terutama pasca kegiatan pertambangan.
Pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial tersebut
diwujudkan dalam berbagai program, di antaranya: keagamaan,
kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Sebelum proses pelaksanaan program CSR pada PT
Pertamina EP Region Sumatera, terlebih dahulu dilakukan
dengan social mapping. Social mapping adalah penggambaran
masyarakat yang sistematik serta pengumpulan data informasi
mengenai masyrakat termasuk di dalamnya profil dan masalah
sosial yang ada pada masyrakat tersebut. Fungsi utama
pemetaaan sosial adalah memasok data informasi bagi
pelaksana CSR (Ardianto dan Dindin, 2011: 180). Awal
mapping yang dilakukan humas PT Pertamina EP Region
Sumatera adalah dengan melakukan kunjungan langsung ke
lapangan mengenai kondisi letak demografi yaitu dengan
memetakan wilayah yang menjadi jalur pipa-pipa pengeboran
yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Sumatera.
Sedangkan pemetaan yang dilakukan berdasarkan kondisi
geografis yaitu untuk mengetahui seberapa besar dampak
terhadap lingkungan sekitar masyarakat dari aktifitas
pengeboran minyak yang dilakukan perusahaan. Selain itu juga
mapping dilakukan untuk mengetahui status sosial dan ekonomi
masyarakat.
Dengan adanya social mapping, humas perusahaan
dapat merencanakan program CSR apa yang akan dilaksanakan.
Sama halnya yang dikatan oleh Wicaksana, et al. (2011: 110)
dalam implementasi CSR, perencanaan merupakan kata kunci
agar proses transformasi sosial ekonomi masyarakat terarah,
realistas, sistematis, dan hasil akhirnya mengkomodir
145
kepentingan semua pihak. Dengan demikian, perushaan akan
bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Apabila nantinya
masyarakat sejahtera dan mandiri, peushaan juga akan
menerima manfaatnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Maka Humas perusahaan mengetahui target program
CSR apa yang akan diaplikasikan sesuai dengan pengukuran
kebutuhan (need assessment) masyarakat. Sehingga humas
perusahaan bisa merumuskan dan melaksanakan program CSR
yang tepat sesuai dengan dasar kebutuhan (basic need)
masyarakat, baik itu program CSR jangka pendek dan jangka
panjang. Program CSR PT Pertamina EP Region Sumatera,
yang berjangka pendek itu adalah pembangunan ifrastruktur
seperti membangun tempat ibadah, perbaikan jalan untuk
kepentingan umum dan kelancaran operasional perusahaan.
Sedangkan yang berjangka panjang itu merupakan kegiatan
yang sifatnya pemberdayaan seperti pemberdayaan bibit karet
dan pemberdayaan bibit ikan.
Humas PT Pertamina EP Region Sumatera melihat dari
pelaksanaan pada tahun-tahun sebelumnya dalam
melaksanakan program CSR, terdapat berbagai hambatan
dalam menjalankan program CSR. humas PT Pertamina EP
Region Sumatera yang bertindak mengalami hambatan dari
perusahaan yang mereka pegang yaitu, luasnya wilayah operasi
perusahaan yang luas dan kuota tenaga kerja khususnya humas
bidang staf CSR itu kurang, membuat program CSR yang
mereka laksanakan menjadi tidak fokus dalam arti ketika
melaksanakan program CSR tidak ada pendampingan dan
monitoring dari pihak humas itu sendiri, sehingga masyarakat
yang sebelumnya diberikan program CSR yang bersifat
pemberdayaan dan pelatihan-pelatihan tidak tahu langkah
selanjutnya mereka akan kemana.
146
Untuk mengatasi hambatan tersebut, dengan melihat bidang
pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan kuota
tenaga kerja humas PT Pertamina EP Region Sumatera pada
sekarang ini mereka merasa sudah cukup, dan belajar dari
tahun-tahun sebelumnya, mereka akan membuat program-
program CSR yang benar-benar didalamnya terdapat
pendampingan, dan monitoring. Selain itu juga, humas
perusahaan menyewa pihak ketiga untuk memberikan laporan
kepada humas perusahaan mengenai program CSR yang
mereka laksanakan.
Sebagian besar humas staff CSR PT Pertamina EP
Region Sumatera menyatakan bahwa keberhasilan dari program
CSR yang telah dilaksanakan sudah bisa dikatakan berhasil,
tetapi ada perbedaaan ketika humas menyatakan mengenai
keberhasilan program CSR yang dilaksanakan untuk
membentuk citra positif perusahaan. Dua humas mengatakan
dari program CSR yang dilaksanakan lakukan bisa membantu
meningkatkan citra positif perusahaan indikatornya adalah
operasional di lapangan cukup lancar, itu karena di back up oleh
bantuan masyarakat. Berbeda dengan satu pernyataan humas
yang menyatakan bahwa belum merasakan citra positif,
menurut humas tersebut citra itu ada efek timbal balik terhadap
perusahaan itu sendiri. Jadi ada kontribusi dari masyarakat yang
sudah dibina, minimal masyarakat itu sebagai wujud terima
kasihnya mereka ada niat untuk melanjutkan program itu
sendiri. Citra positif seharusnya memang tidak dijadikan sebuah
target, namun dengan adanya citra yang positif, maka profit
akan naik pula sesuai dengan Profit dari elkingtons model.
Sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial
yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Sumatera kepada
masyarakat melalui program CSR dapat membentuk citra
perusahaan berdasarkan penilaian masyrakat yang menerima
147
program CSR dari perusahaan. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan Ardianto (2008: 131), Citra adalah tujuan utama,
dan sekaligus merupakan hasil yang hendak dicapai bagai dunia
humas dan public relation. Pengertian citra itu sendiri abstrak
(intangible) dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi
hasilnya dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk,
seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif
yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan
masyarakat luas pada umumnya. Penilaian atau tanggapan
masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa
hormat (respek), kesan-kesan yang baik dan menguntungkan
terhadap suatu citra lembaga/organisasi atau produk barang dan
jasa pelayanan yang diwakili oleh pihak humas/PR.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
masyarakat yang menerima langsung program CSR dari PT
Pertamina EP Region Sumatera khususnya di desa Tanjung
Tiga yang merupakan lokasi operasional perusahaan dapat
diketahui tanggapan masyarkat terhadap perusahaan. Image
yang baik adalah hasil penilaian mereka terhadap perusahaan,
masyarakat menilai bahwa PT Pertamina EP Region Sumatera
sudah peduli terhadap mereka dalam hal membantu tingkat
sosial-ekonomi di desa mereka. Selain itu juga masyarakat
memberikan feedback kepada perusahaan berupa menjaga
nama baik perusahaan, siap bekerjasama dengan perusahaan
dalam hal mengamankan alat-alat dan aset-aset PT Pertamina
EP Region Sumatera yang berada dalam lingkungan desa
Tanjung Tiga. Feedback dari masyarakat merupakan
upayamemajukan model people pada elkingtons model TBL.
Berdasarkan adanya persepsi dan kognisi dari masyarakat maka
terbentuklah motivasi dan sikap dari dalam diri masyarakat,
motivasi yang timbul adalah dengan berkomitmen untuk
bergotong royong mengamankan alat-alat milik perusahaan
148
yang berada di wilayah Desa Tanjung Tiga dan siap untuk
menjadi mitra perusahaan. Adapun sikap masyarakat yang
merupakan wujud dari motivasi adalah dengan membentuk tim
keamanan yang disebut BANSEK (Bantuan Keamanan),
terbukti dengan terselesaikannya kasus pencurian pipa milik
perusahaan di Desa Tanjung Tiga beberapa waktu yang lalu.
Berdasarkan adanya persepsi dan kognisi dari
masyarakat maka terbentuklah motivasi dan sikap dari dalam
diri masyarakat, motivasi yang timbul adalah dengan
berkomitmen untuk bergotong royong mengamankan alat-alat
milik perusahaan yang berada di wilayah Desa Tanjung Tiga
dan siap untuk menjadi mitra perusahaan. Adapun sikap
masyarakat yang merupakan wujud dari motivasi adalah dengan
membentuk tim keamanan yang disebut BANSEK (Bantuan
Keamanan), terbukti dengan terselesaikannya kasus pencurian
pipa milik perusahaan di Desa Tanjung Tiga beberapa waktu
yang lalu. Upaya pengamanan ini merupakan bentuk peran
pemerintah menaikan pemahaman elkingtons model untuk
planet / tempat tinggal manusia dan upaya
keberlangsungannya.
SIMPULAN
Konsep seperti triple bottom line (TBL) yitu Profit,
People dan Planet, merupakan tugas bersama pemangku
kepentingan dan pembangunan berkelanjutan berada di bawah
payung CSR dalam skala besar. Implikasinya membantu
organisasi untuk bertindak secara bertanggung jawab terhadap
praktik bisnis yang berkelanjutan. Ada kebutuhan untuk bekerja
di bidang pengembangan bisnis yang berkelanjutan oleh
organisasi dan organisasi mengerti dan menerapkannya dalam
proses bisnis. Organisasi seharusnya tidak hanya
dipertimbangkan dalam perspektif ekonomi bisnis tapi dua
149
aspek penting lainnya, sosial dan lingkungan harus tergabung
dalam bisnis. Masa depan bisnis akan berada pada kepuasan
pelanggan dengan memberi mereka nilai yang mungkin
diciptakan bersama dengan melibatkan mereka dalam proses
pengembangan layanan dengan menggunakan strategi CSR.
P yang pertama “Profit”, bukan semata mata tujuan
CSR, namun suatu perusahaan yang menjalankan CSR dengan
baik dan berkelanjutan serta bermanfaat bagi masyarakatnya
akan berhubungan dengan naiknya profut perusahaan, hal ini
didapatkan karena pencitraan perusahaan yang baik dimata
masyarakat secara langsung akan menaikan profit atau
tambahan dana di perusahaan. Sedangkan P Yang ke dua,
“People” dilihat dari upaya pertamina EP Region Sumatera di
Kota Prabumulih untuk melakukan serangkaian pra CSR
terlebih dahulu dengan melibatkan elemen masyarkat yaitu
dengan mengadakan community empowerment, melakukan
social maapping, meneliti need assesment yang keseluruhan
kegiatan pra, masa dan pasca kegiatan CSR PT.Pertamina ER
Region Sumatera selalu melibatkan masyarakat sekitar sebagai
subjek penerma program CSRnya ,dan proses CSR yang
dilakukan secara baik dan terstruktur dalam penyampaiannya.
P yang ke tiga adalah “Planet”, kegiatan CSR yang
dilakukan memperhatikan kelestarian bumi sebagai tempat
manusia hidup, lingkungan menjadi fokus utama kegiatan CSR.
Dalam pelaksanaan konsep Triple Bottom Line (BTL)
Elkingtons, PT.Pertamina ER Region Sumatera sudah mulai
melaksanakan dengan baik namun masih harus ditingkatkan
dalam pelaksanaannya sehingga penerapan TBL diperusahaan
akan terlihat hasilnya dalam waktu dekat baik dari balancing
image, kesejahteraan perushaaan dan hubungan dengan
masyarakat yang baik dan bersinergi.
150
DAFTAR PUSTAKA
(CSR) on Economis Performance and Environmental
Performance Intervening Variables (Study on
Manufacturing Companies That are listed in Indonesia
Stock Exchange 2010 – 2012 ) I J A B E R, Vol. 13, No.
7 (2015): 5289-5303
Al-Bdour, Ali Abbaas & Altarawneh, Ikhlas Ibrahim (2012).
Corporate Social Responsibility and
Ardianto, Elvinaro., dkk.2010. Metodelogi Penelitian untuk
Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Simbiosa Rektama Media.
Azheri, Busyra, 2012. Corporate Social Responsibility, dari
Voluntary Menjadi Mandatory. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Bahadur, Waseem dan Omar Waqqas (2013). Corporate Social
Responsibility for a Sustainable
Business. Journal of Sustainable Society Vol. 2, No. 4, 2013,
92-97. DOI: 10.11634/216825851302389
Citizenship Behaviour Operating in Petra City . European
Scientific Journal May 2013 edition vol.9, No.14. ISSN:
1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431
Employee Engagement in Jordan, International Journal of
Business and Management; Vol. 7, No. 16, PP: 89-105,
Doi:10.5539/ijbm.v7nl6p89.
Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi penelitian
Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Periode 2001 – 2004). Simposium
Nasional Akuntansi IX. Padang, (Online),
(http://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/ k-
akpm29.pdf), diakses 20 september 2017
Futa, Sahar Moh'd (2013). The Relationship between Social
Responsibility and Oragnizational
151
Responsibility (CSR): Studi Kasus Aqua Danone Klaten. Jurnal
Hubungan Internasional □Tahun VIII, No.2, Juli -
Desember 2015
Saputro, Andreas Christianto, dkk (2015). The effect of
Corporate Social Responsibility
Stake, Robert E. 1994. “Case Studies” in Norman K. Denzin
and Yvonna S. Lincoln (eds.). “Handbook of Qualitative
Research”, Thousand Oaks, California: SAGE
Publications, Inc.
Suratno, I.B., Darsono, dan Mutmainah. 2006. Pengaruh
Environmental Performance Terhadap
Zain, Qurratie (2015). Collaboration Strategy dalam
Implementasi Corporate Social