buku plh kelas 9 smp
TRANSCRIPT
PPEENNDDIIDDIIKKAANN LLIINNGGKKUUNNGGAANN HHIIDDUUPP
Untuk SMP Kelas IX
Jilid 3
Pendidikan Lingkungan Hidup
Untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas IX Jilid 3
Tim Penulis: 1. Dr. Fathur Rohman, M.Si. 2. Dr. Sugeng Utaya, M.Si. 3. Dra. Susriyati Mahanal, M.Pd. 4. Drs. Rudi Hartono, M.Si. 5. Drs. Yudhi Utomo, M.Si. 6. Neena Zakia, S.Si., M.Si. 7. Samsul Hidayat, S.Si., M.T.
Editor: 1. Dr. Mardi Wiyono, M.Pd. 2. Dr. Sutrisno, M.Si.
PUSAT PENELITIAN LINGKUNGAN HIDUP LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG Jalan Semarang 5 Malang 65145, Telp (0341) 551-312 psw 496 Fax (0341) 580311 Email: [email protected] • Website: http://www.lemlit.um.ac.id
Kerjasama dengan BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009
Kata Pengantar ii
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
buku ini.
Buku ini dirancang untuk mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran pendidikan lingkungan hidup di Sekolah Menengah Pertama
atau Tsanawiyah. Buku Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Sekolah
Menengah Pertama Kelas IX Jilid 3 ini telah dirancang sesuai dengan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan
lingkungan hidup, mulai dari manusia dan lingkungan, memelihara
kebersihan lingkungan, sumber daya alam, air, persisir dna laut, sungai
dan danau, tanah dan lahan, energi, hutan, bencana alam.
Pada buku ini diberikan pula kasus/permasalahan yang harus
diselesaikan oleh siswa sehingga akan melatih untuk bersikap dan
berperilaku positif terhadap lingkungan.
Kami berharap buku ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa sehingga mampu menerap-
kan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Akhir kata, kami tunggu kritik dan saran untuk perbaikan buku ini di
masa yang akan datang. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur yang telah mempercayakan
penyusunan buku ini kepada PPLH Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Malang.
Malang, Desember 2009 Tim Penulis
Daftar Isi iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- iii
BAB I MANUSIA DAN LINGKUNGAN----------------------------------------- 1
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 2 B. Pengaruh Globalisasi terhadap Perubahan Perilaku -------- 2 C. Pencegahan Pengaruh Globalisasi ------------------------------ 4 D. Pengaruh Negatif Perubahan Lingkungan Fisik
terhadap Kesehatan-------------------------------------------------- 5 E. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 7 F. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 8
BAB II MEMELIHARA KEBERSIHAN LINGKUNGAN--------------------- 9
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 10 B. Pemanfaatan Sampah (Barang Bekas) ------------------------- 10 C. Sumber Air Limbah Rumha Tangga dan Pengelolaannya - 12 D. Pemeliharaan Saluran Air ------------------------------------------ 13 E. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 14 F. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 15
BAB III SUMBER DAYA ALAM ------------------------------------------------- 16
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 17 B. Pelestarian Sumberdaya Alam ------------------------------------ 17 C. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 19 D. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 20
BAB IV AIR--------------------------------------------------------------------------- 21
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 22 B. Siklus Hidrologi -------------------------------------------------------- 23 C. Air dan Kesehatan---------------------------------------------------- 24 D. Pemeriksaan Kualitas Air ------------------------------------------- 24 E. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 26 F. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 26
BAB V PESISIR DAN LAUT ----------------------------------------------------- 27
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 28 B. Pencemaran Laut----------------------------------------------------- 28 C. Pemeliharaan Lingkungan Pesisir dan Laut ------------------- 29 D. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 32 E. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 32
Daftar Isi iv
BAB VI SUNGAI DAN DANAU -------------------------------------------------- 33
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 34 B. Pencemaran Sungai dan Danau ---------------------------------- 34 C. Pemeliharaan Sungai dan Danau -------------------------------- 35 D. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 36 E. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 36
BAB VII TANAH DAN LAHAN --------------------------------------------------- 37
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 37 B. Degradasi Lahan------------------------------------------------------ 38 C. Cara Mengatasi Degradasi Lahan-------------------------------- 39 D. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 41 E. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 42
BAB VIII ENERGI------------------------------------------------------------------- 43
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 43 B. Macam-macam Energi ---------------------------------------------- 44 C. Penghematan Energi ------------------------------------------------ 48 D. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 49 E. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 50
BAB IX HUTAN---------------------------------------------------------------------- 51
A. Pendahuluan----------------------------------------------------------- 51 B. Kerusakan Hutan ----------------------------------------------------- 52 C. Upaya yang Dilakukan Pemerintah ------------------------------ 56 D. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 57 E. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 58
BAB X BENCANA ALAM --------------------------------------------------------- 59
A. Pengantar--------------------------------------------------------------- 59 B. Kejadian Bencana Lokal -------------------------------------------- 60 C. Kegiatan Manusia Penyebab Terjadinya Bencana----------- 63 D. Rangkuman ------------------------------------------------------------ 65 E. Kasus/Permasalahan ------------------------------------------------ 65
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------- 66
Bab 1 Manusia dan Lingkungan 1
BAB I MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Standar Kompetensi: 1. Memahami lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan ekosistem. 2. Memahami pengaruh globalisasi terhadap lingkungan sosial.
Kompetensi Dasar: 1. Mengidentifikasi pengaruh globalisasi terhadap perubahan perilaku. 2. Mengidentifikasi peran pencegahan pengaruh negatif globalisasi. 3. Melakukan upaya peningkatan potensi melalui aktivitas sosial
berwahana lingkungan. 4. Menjelaskan dampak negatif perubahan lingkungan fisik dalam
bidang produksi pangan. 5. Menjelaskan dampak negatif perubahan lingkungan fisik terhadap
kesehatan.
Indikator: 1. Memaparkan kembali pengaruh globalisasi terhadap perubahan
perilaku. 2. Menentukan peran pencegahan pengaruh negatif globalisasi. 3. Menemukan kembali upaya peningkatan potensi melalui aktivitas
sosial berwahana lingkungan. 4. Memaparkan kembali dampak negatif perubahan lingkungan fisik
dalam bidang produksi pangan. 5. Mendeskripsikan kembali dampak negatif perubahan lingkungan
fisik terhadap kesehatan.
Bab 1 Manusia dan Lingkungan 2
A. Pendahuluan Globalisasi dapat diartikan suatu proses mendunia atau menuju
satu dunia. Peristiwa yang terjadi di bagian belahan dunia dapat disaksi-
kan, didengarkan dan terkabarkan secara langsung tanpa harus
mendatanginya. Manusia pada sisi belahan dunia berbeda dengan jarak
yang jauh dapat berkomunikasi melalui alat telekomunikasi. Suatu
peristiwa bencana alam di wilayah Yogyakarta pada tahun 2006,
beberapa detik setelah itu kabarnya segera dapat diterima oleh orang-
orang di Amerika, Eropa atau lainnya yang tempatnya sangat jauh dari
tempat kejadian. Sekarang ini seseorang dengan sanak-saudara atau
sahabat di negeri yang jauh dapat dengan mudah melakukan percakapan.
Manusia juga dapat menempuh perjalanan jauh hanya beberapa jam
dengan pesawat. Sesuatu yang kita butuhkan dapat dengan mudah
ditemui di toko-toko atau supermarket.
B. Pengaruh Globalisasi terhadap Perubahan Perilaku Arus globalisasi membawa pengaruh signifikan terhadap perubah-
an global kehidupan sosial dan budaya kemasyarakatan. Seiring dengan
perkembangan teknologi yang mampu menggabungkan unsur informasi
dan komunikasi sehingga menjadi bentuk interaksi sosial masyarakat
modern. Tak dapat dihindari perubahan yang sangat cepat, dunia berada
dalam situasi dan kondisi kehidupan antarbangsa dan negara tanpa batas.
Media adalah “alat penyampai” masyarakat modern dalam mengubah
tatatan struktur sosial budaya, politik, ekonomi dan aspek kehidupan
lainnya. Media merupakan alat yang digunakan masyarakat dalam
memasarkan produk budaya dan menciptakan gaya hidup materialistik
dan konsumtif. Meskipun disisi lain media membawa pengaruh positif
dalam menggali informasi berbagai gagasan pemikiran manusia yang
dapat menunjang pembentukan masyarakat kritis.
Beragam bentuk media, seperti televisi, radio, internet, surat kabar
dan lain sebagainya digunakan sebagai sarana informasi komunikasi
masyarakat modern. Televisi adalah media paling utama yang dapat
Bab 1 Manusia dan Lingkungan 3
diakses, dinikmati, dan mudah terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
serta senantiasa menjadi populer di belahan dunia berkembang.
Adapun dampak negatif adanya globalisasi dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Orang menjadi sangat individualis, artinya seseorang cenderung
berperilaku untuk kepentingan diri sendiri.
2. Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa,
misalnya dalam pola berpakaian dan pergaulan. Kebanyakan para
remaja meniru gaya berpakaian dan bergaul orang-orang Barat, suatu
contoh sebagian remaja memakai anting-anting bagi laki-laki dan lain-
lain.
3. Budaya konsumtif, kebiasaan orang senang menghamburkan uangnya
untuk kepentingan yang kurang bermanfaat. Sekarang kecenderungan
setiap orang memiliki telepon genggam lebih dari satu. Padahal dari
segi fungsi sebagai alat komunikasi sebenarnya setiap orang sudah
cukup hanya memiliki satu telepon genggam. Coba renungkan jika
barang-barang tersebut sudah rusak dan tidak terpakai lagi maka
berapa banyak bangkai telepon genggam akan menjadi limbah
elektronik, sehingga jenis timbulan sampah/limbah di dunia ini akan
bertambah yaitu sampah elektronik.
4. Sarana hiburan yang bersifat melalaikan, cenderung menimbulkan
kecanduan dan membuat malas, misalnya playstation. Dengan
adanya playstation, banyak anak melupakan waktu untuk belajar,
membantu orang tua, dan beristirahat.
5. Budaya permisif, artinya menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan dengan sarana canggih. Penipuan dengan alat komunikasi di
masyarakat marak terjadi, misalnya menipu dengan informasi lewat
HP. Sebagai contoh “Selamat anda mendapat sebuah mobil Sedan”,
dengan cara silakan transfer uang sebanyak 25 juta ke nomer rekening
09995678 di bank “Jebakan” atas nama “Kutipu Kau”.
Bab 1 Manusia dan Lingkungan 4
6. Menurunnya ikatan rohani, pada era globalisasi orang banyak yang
meninggalkan ibadah dengan alasan sibuk. Orang juga banyak
meninggalkan ajaran agama. Mereka hanya mementingkan duniawi
saja.
C. Pencegahan Pengaruh Globalisasi Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk menanggulangi
pengaruh negatif globalisasi. Adapun upaya penanggulangannya dapat
diterapkan di berbagai lingkungan yang berbeda-beda.
1. Lingkungan sekolah
Di sekolah perlu ditekankan pelajaran budi pekerti serta pengeta-
huan tentang globalisasi. Dengan demikian siswa tidak terjerumus dalam
perilaku negatif akibat globalisasi seperti kenakalan remaja atau tawuran
antarpelajar. Untuk itu, peranan orang tua, guru, serta siswa sangat
diperlukan. Peran serta tersebut dapat diwujudkan dalam kerja sama dan
komunikasi yang baik. Misalnya guru dan orang tua selalu mengawasi dan
membimbing siswa. Siswa juga harus mematuhi perintah orang tua dan
guru. Selain itu, siswa juga harus menerapkan peraturan sekolah dengan
disiplin. Hal ini untuk mencegah pengaruh negatif globalisasi masuk ke
sekolah.
2. Lingkungan keluarga
Cara yang baik mencegah masuknya pengaruh negatif globalisasi
melalui keluarga adalah meningkatkan peran orang tua. Orang tua
hendaknya selalu menekankan rasa tanggung jawab pada anak. Orang
tua juga menerapkan aturan yang tegas yang harus ditaati setiap anggota
keluarga, namun tanpa mengurangi kasih sayang dan perhatian pada
anak. Di samping itu, orang tua juga harus memberi keteladanan. Orang
tua harus menjadi contoh yang patut ditiru anak-anaknya. Dan yang tidak
kalah pentingnya, berusaha menciptakan komunikasi yang baik antar
anggota keluarga. Bagi anak, juga harus mengembangkan potensi diri ke
Bab 1 Manusia dan Lingkungan 5
arah yang positif. Misalnya aktif mengisi waktu luang dengan membaca,
berolahraga, mengikuti kursus-kursus, dan lain-lain. Penerapan perilaku
sopan santun juga harus dilakukan anak. Misalnya menghormati dan
mematuhi orang tua, menyayangi saudara, membimbing adik, dan lain-
lain.
3. Lingkungan masyarakat dan lingkungan keagamaan
Dalam mencegah pengaruh negatif globalisasi masuk ke
masyarakat, peran tokoh masyarakat dan agama sangat diperlukan.
Mereka harus mampu menjadi contoh bagi umat atau anggota masyara-
katnya. Nasihat atau saran-saran yang diberikan tokoh masyarakat atau
agama akan membekas dan mampu memengaruhi pola kehidupan
masyarakatnya. Bagi anak sendiri, hendaknya aktif mengikuti dan
melaksanakan ajaran agamanya dengan disiplin. Misalnya disiplin
beribadah.
4. Lingkungan pemerintah dan negara
Pemerintah merupakan salah satu lembaga yang berwenang
mengeluarkan peraturan atau hukum, salah satu di antaranya berusaha
mencegah masuknya pengaruh negatif globalisasi. Misalnya peraturan
yang melarang merokok di tempat umum, larangan minum-minuman
keras, larangan mengkonsumsi narkoba, dan lain-lain. Untuk mewujud-
kannya, pemerintah dapat melakukannya melalui lembaga peradilan,
kepolisian, dan lain-lain.
D. Dampak Negatif Perubahan Lingkungan Fisik terhadap Kesehatan Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal
yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan
masyarakat berubah. Hal-hal yang dapat memicu terjadi perubahan
lingkungan dan akhirnya juga berdampak pada kesehatan antara lain
peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,
pembuangan air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah
Bab 1 Manusia dan Lingkungan 6
pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara,
abrasi pantai, penggundulan hutan dan masih banyak lagi lainnya. WHO
(World Health Organization) menyatakan “Kesehatan adalah suatu
keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan
hanya merupakan bebas dari penyakit”.
Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkem-
bang, karena merupakan kebutuhan yang utama bagi masyarakat.
Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari
segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pengolalaan sampah
domestik yang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk
pembangunan asap dapur.
Pola makanan yang tidak sehat berdampak pula pada ragam
penyakit yang timbul di masyarakat. Pemenuhan gizi yang memadai pada
masyarakat sering menjadi topik pembicaraan. Penduduk yang belum
berdaya secara ekonomi masih mengalami kekurangan karbohidrat,
kekurangan protein, kekurangan vitamin A dan kekurangan Iodium
dengan diikuti berbagai bentuk penyakitnya. Di Indonesia sebagian besar
penyakit yang diderita masyarakat berhubungan dengan kekurangan gizi.
Pengaruh kualitas lingkungan terhadap kesehatan dapat dikategori-
kan menjadi pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif, karena
lingkungan atau alam sekitar masih dapat mendukung kebutuhan hidup
masyarakat seperti ketersediaan bahan makanan, sumber daya hayati
yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraannya, bahan baku untuk
papan, sandang, industri, mikroba dan serangga yang berguna dan lain-
lainnya. Manusia membutuhkan sumber energi yang diambil dari ling-
kungannya yakni makanan. Makanan yang harus tersedia sangat besar
untuk kebutuhan manusia di dunia disamping masalah distribusi. Secara
tidak langsung elemen-elemen di dalam biosfir banyak dimanfaatkan
manusia untuk meningkatkan kesejahteraanya. Semakin sejahtera
manusia, diharapkan semakin naik pula derajat kesehatannya. Dalam hal
ini, lingkungan digunakan sebagai sumber bahan mentah untuk berbagai
Bab 1 Manusia dan Lingkungan 7
kegiatan industri kayu, industri meubel, rotan, obat-obatan, papan,
pangan, fermentasi dan lain-lainnya.
Pengaruh negatif, karena elemen lingkungan yang merugikan
seperti timbulan sampah yang tidak terkelola dengan baik, pencemaran di
udara, di perairan dan di tanah, emisi/keluaran gas polutan dari industri
yang tidak terkendali, keberadaan mikroba patogen, hewan dan tanaman
beracun, hewan berbahaya secara fisik, vektor penyakit dan reservoir
penyebab dan penyebar penyakit. Adanya elemen mikroorganisme yang
dapat menyebabkan penyakit (patogen). Mikroba ini digolongkan kedalam
berbagai jenis seperti virus, ricketssia, bakteri, protozoa, fungi dan
metazoa. Adanya vektor yakni serangga penyebar penyebab penyakit dan
reservoir agent penyakit. Vektor penyakit yang memegang peranan
penting dalam penyebaran penyakit nyamuk, lalat, kutu, pinyal dan
tungau.
E. Rangkuman Arus globalisasi membawa pengaruh signifikan terhadap
perubahan global kehidupan sosial dan budaya kemasyarakatan. Tak
dapat dihindari perubahan yang sangat cepat, dunia berada dalam situasi
dan kondisi kehidupan antar bangsa dan negara tanpa batas. Di sisi lain
media membawa pengaruh positif dalam menggali informasi berbagai
gagasan pemikiran manusia yang dapat menunjang pembentukan
masyarakat kritis. Adapun dampak negatif adanya globalisasi dapat
diidentifikasi antara lain orang menjadi sangat individualis, masuknya
budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa, budaya
konsumtif, kebiasaan orang senang menghamburkan uangnya untuk
kepentingan yang kurang bermanfaat, sarana hiburan yang bersifat
melalaikan, cenderung menimbulkan kecanduan dan membuat malas,
misalnya playstation, budaya permisif, dan menurunnya ikatan rohani.
Upaya-upaya untuk menanggulangi pengaruh negatif globalisasi dapat
dilakukan di berbagai lingkungan antara lain lingkungan sekolah,
Bab 1 Manusia dan Lingkungan 8
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan keagamaan,
lingkungan pemerintah dan negara.
F. Kasus/Permasalahan Salah satu media cetak menginformasikan bahwa masih banyak
sinema elektronik (sinetron) yang ditayangkan stasiun televisi tidak layak
tonton karena tidak memberi pendidikan, terutama bagi anak-anak.
"Kendati diminati pemirsa, banyak sinetron itu tidak layak menjadi
tontonan, terutama bagi anak-anak," kata Ratu, anggota DPR RI. Saat
melakukan kunjungan ke lembaga pemasyarakatan (Lapas) Anak Sungai
Buluh, Kabupaten Batanghari, ia mengatakan, tontonan di televisi menjadi
salah satu pemicu munculnya kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak.
Ratu mengungkapkan menyebutkan pengaruh menonton sinetron di
televisi 80 persennya berdampak negatif, baik berupa kekerasan,
pornografi dan lainnya. Sementara itu, dari kunjungan itu juga terungkap,
dari 40 anak penghuni Lapas Anak Sungai Buluh Batanghari, 18 di
antaranya atau 45 persen dipenjara karena melakukan kejahatan
kesusilaan, tujuh anak terlibat kasus pembunuhan, delapan anak kasus
perampokan, empat anak kasus pencurian, dua anak kasus psikotropika
dan satu orang kasus pemerasan. Kejahatan susila yang dilakukan anak-
anak juga merupakan imbas dari globalisasi, sementara komitmen
pemerintah untuk memproteksi generasi mudanya dari pengaruh
globalisasi juga belum jelas. Bagaimana tanggapan kalian dengan kasus-
kasus tersebut?
Bab 2 Memelihara Kebersihan Lingkungan 9
BAB II MEMELIHARA KEBERSIHAN LINGKUNGAN
(sumber: http://gambang.files.wordpress.com/2008/02/sampah.jpg)
Standar Kompetensi: 1. Memahami pengelolaan sampah.
2. Memahami sumber air limbah rumah tangga, sistem pembuangan,
dan cara pemeliharaannya.
Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan pemanfaatan sampah melalui prinsip 3R (reuse,
reduce, recycle). 2. Mempratekkan salah satu pemanfaatan sampah (barang bekas). 3. Mengidentifikasi sumber air limbah rumah tangga. 4. Menjelaskan cara mengelola air limbah rumah tangga. 5. Mendiskripsikan cara-cara memelihara kelancaran saluran air. 6. Menjelaskan dampak genangan air limbah.
Indikator: 1. Menjelaskan kembali pemanfaatan sampah melalui prinsip 3R
(reuse, reduce, recycle). 2. Mempratekkan salah satu pemanfaatan sampah (barang bekas). 3. Menemukan kembali sumber air limbah rumah tangga. 4. Mendeskripsikan kembali cara mengelola air limbah rumah
tangga. 5. Mendeskripsikan kembali cara-cara memelihara kelancaran
saluran air. 6. Menjelaskan kembali dampak genangan air limbah.
Bab 2 Memelihara Kebersihan Lingkungan 10
A. Pendahuluan Kondisi lingkungan yang bersih merupakan tanggungjawab setiap
individu dan semua warga yang hidup di lingkungan tersebut. Upaya
memelihara kebersihan lingkungan tidak cukup bila hanya dilakukan oleh
perorangan. Petunjuk lingkungan yang bersih umumnya dikaitkan dengan
keberadaan timbulan sampah lancarnya aliran air limbah rumah tangga di
sekitar lingkungan. Pengelolaan sampah dan kelancaran aliran air limbah
sudah menjadi kebutuhan mutlak bila ingin menciptakan lingkungan yang
bersih. Dalam rangka menangani permasalahan sampah maka upaya
yang dapat dilakukan adalah mengurangi (reduce), menggunakan ulang
(reuse), dan mendaur ulang (recycle).
B. Pemanfaatan Sampah (Barang Bekas) Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat
yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Botol Bekas
wadah kecap, saos, sirup, creamer, dll. baik yang putih bening maupun
yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal. Kertas, terutama
kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis
minyak. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll.
Besi bekas rangka meja, besi rangka beton, dll. Plastik bekas wadah
shampoo, air mineral, jerigen, ember, dll.
Reduce (Mengurangi Sampah) caranya :
Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong
plastik pembungkus barang belanja
Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada
membeli botol baru setiap kali habis
Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket
yang besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume
yang sama
Bab 2 Memelihara Kebersihan Lingkungan 11
Reuse (Menggunakan sisa sampah yang masih bisa dipakai) caranya :
Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah
Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk
pembungkus
Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan
tangan, perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan
lainnya
Recycle (Daur Ulang Sampah) Daur ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang
dibutuhkan teknologi dan penanganan khusus. Adapun cara-caranya
seperti berikut ini :
Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di
daur ulang
Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur
ulang
Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil
daur ulang
Gambar 2.1 Pemanfaatan Sampah Sebagai Tas (Sumber: http://matoa.org/wp-content/uploads/2008/11/tas-dari-sampah-plastik1.jpg)
Bab 2 Memelihara Kebersihan Lingkungan 12
C. Sumber Air Limbah Rumah Tangga dan Pengelolaannya Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur,
kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran
manusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas
dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan
dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi
kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dsb. Air limbah
tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan
kesehatan lingkungan.
Gambar 2.2 Air Limbah Rumah Tangga yang Dibuang di Sungai
Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor
dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya
baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
b. Tidak mengotori permukaan tanah.
c. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
d. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
e. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
f. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang
mudah didapat dan murah.
g. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Bab 2 Memelihara Kebersihan Lingkungan 13
Pengelolaan air limbah rumah tangga dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
a. Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan
menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak
penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat
dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap
pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana
lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan
dan dibuang.
b. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik
melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus.
c. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti
sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat
dimanfaatkan.
D. Pemeliharaan Saluran Air Saluran pembuangan air atau drainase merupakan tempat
pembuangan air limbah dari rumah tangga, industri, pertanian. Saluran air
ini memerlukan pemeliharaan sehingga dapat berfungsi dengan baik.
Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah
masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air
bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat
serta pembuangan air limbah yang langsung dialirkan pada saluran/
sungai.
Bab 2 Memelihara Kebersihan Lingkungan 14
Gambar 2.3 Saluran Air yang Baik
Hal tersebut menyebabkan pandangkalan saluran/sungai, tersum-
batnya saluran/sungai karena sampah. Pada saat musim penghujan
selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik
serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya
adalah: diare, demam berdarah, disentri, hepatitis A, kolera, tiphus,
cacingan, dan malaria.
E. Rangkuman Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat
yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Dalam
rangka mengurangi produksi timbulan sampah maka dapat melalui 3R
(reduce, reuse, dan recycle). Limbah merupakan buangan/bekas yang
berbentuk cair, gas dan padat. Saluran pembuangan air atau drainase
merupakan tempat pembuangan air limbah dari rumah tangga, industri,
dan pertanian. Saluran air ini memerlukan pemeliharaan sehingga dapat
berfungsi dengan baik.
Bab 2 Memelihara Kebersihan Lingkungan 15
F. Kasus/Permasalahan Pencemaran lingkungan yang terjadi pada tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah di Jakarta telah terjadi sejak tahun 1990, yang
menimbulkan protes masyarakat sekitar TPA dan selalu dapat
diselesaikan dengan negosiasi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi
Jakarta dengan penduduk sekitar TPA (Kompas, 2 februari 2004).
Berulangkali protes masyarakat sekitar TPA dilakukan, namun tetap
permasalahan pengelolaan sampah belum dapat dituntaskan, sehingga
pada awal tahun 2004 muncul kembali terjadinya pencemaran lingkungan
di wilayah sekitar TPA Cilincing. Sementara itu, upaya pemecahannya
yang dilakukan selama ini seringkali tidak menyentuh akar permasalahan-
nya (Menteri Riset dan Teknologi, 2004). Tingginya volume sampah ini
disebabkan oleh jumlah penduduk Jakarta yang cukup banyak.
Soemarwoto, 2001, mengatakan bahwa faktor pertambahan penduduk
mempengaruhi perubahan yang besar dalam lingkungan hidup. Dari
permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa sampah sangat mengganggu
aktivitas dan kesehatan masyarakat di Jakarta. Ini merupakan imbas dari
masyarakat yang tidak dapat memelihara dan mengerti pengelolaan
lingkungan dengan baik.
Lakukan diskusi kelompok (masing-masing 5 orang) untuk menanggapi
permasalahan tersebut !
Bab 3 Sumber Daya Alam 16
BAB III SUMBER DAYA ALAM
Standar Kompetensi: Memahami pelestarian sumber daya alam dan pencegahan
kerusakannya.
Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan kebijakan pemerintah dalam pengendalian sumber
daya alam. 2. Menyimpulkan usaha-usaha pencegahan kerusakan sumber daya
alam melalui pengamatan langsung.
Indikator: 1. Menjelaskan kebijakan pemerintah dalam pengendalian sumber
daya alam. 2. Menyimpulkan usaha-usaha pencegahan kerusakan sumber daya
alam melalui pengamatan langsung.
Bab 3 Sumber Daya Alam 17
A. Pendahuluan Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam,
namun serasi dan seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan
pengawetan alam harus terus dilakukan untuk mempertahankan
keserasian dan keseimbangan itu. Semua kekayaan bumi, baik biotik
maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia
merupakan sumber daya alam. Tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroba
merupakan sumberdaya alam hayati, sedangkan faktor abiotik lainnya
merupakan sumber daya alam nonhayati. Pemanfaatan sumber daya
alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian karena sumber daya
alam bersifat terbatas.
B. Pelestarian Sumberdaya Alam 1. Kebijakan pemerintah dalam pengendalian sumberdaya alam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menggariskan
agar Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Selain itu pasal 33 ayat (3)
Undang-undang Dasar 1945 menggariskan bahwa “Bumi dan air dan
kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Salah satu
asas penting dalam pemanfaatan kekayaan alam dalam pembangunan
Indonesia adalah pengutamaan pengelolaan sumberdaya alam yang
dapat diperbarui.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
No. II/MPR/1993 tentang GBHN khususnya tentang lingkungan hidup
umumnya dan keanekaragaman hayati pada khusunya antara lain
menegaskan sebagai berikut:
1. Pembangunan lingkungan hidup yang merupakan bagian penting
dari ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan
Bab 3 Sumber Daya Alam 18
seluruh makhluk hidup di muka bumi diarahkan pada terwujudnya
kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam keseimbangan dan
keserasian yang dinamis dengan perkembangan kependudukan
agar dapat menjamin pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Pembangunan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan mutu,
memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan,
merehabilitasi kerusakan lingkungan, mengendalikan pencemaran,
dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
2. Sumber daya alam di darat, di laut maupun di udara dikelola dan
dimanfaatkan dengan memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup agar dapat mengembangkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan yang memadai untuk memberikan manfaat
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, baik bagi generasi
masa kini maupun bagi generasi masa depan.
3. Konservasi kawasan hutan nasional termasuk flora dan faunanya
serta keunikan alam terus ditingkatkan untuk melindungi keaneka-
ragaman plasma nutfah, jenis spesies, dan ekosistem.
4. Kerjasama regional dan internasional mengenai pemeliharaan dan
perlindungan lingkungan hidup dan peran serta dalam pengem-
bangan kebijaksanaan internasional serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tentang lingkungan perlu terus
ditingkatkan bagi kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu Indonesia telah memiliki peraturan prundang-undangan
yang berkaitan dan mendukung upaya pengelolaan kekayaan hayati dan
lingkungan. Adapun peraturan perundang-undangan yang berlaku antara
lain:
1. Undang-Undang No 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kehutanan.
2. Undang-Undang No 9 Tahun 1985 tentang Perikanan.
3. Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Bab 3 Sumber Daya Alam 19
2. Usaha-usaha pencegahan kerusakan sumberdaya alam melalui pengamatan langsung
Di bumi ini, penyebaran sumber daya alam tidak merata letaknya.
Ada bagian bumi yang sangat kaya akan mineral, ada pula yang tidak.
Ada yang baik untuk pertanian ada pula yang tidak. Oleh karena itu, agar
pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi
sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan.
Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan
dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :
a. Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dengan
hati-hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.
b. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
c. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien,
serta pendaurulangan (recycling).
d. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara
damai dengan alam.
Krisis-krisis lingkungan, sebagai akibat tidak seimbangnya
pemanfaatan sumberdaya alam dengan pembangunan atau rehabilitasi
pada akhirnya melahirkan pemikiran untuk mengkonservasi sumberdaya
alam. Banyak upaya dilakukan antara lain dengan prinsip-prinsip
mengurangi eksplorasi (reduce), menggunakan kembali (reuse), mendaur
ulang (recycle) memulihkan kembali (recovery), serta memperbaiki
kembali (reserve).
C. Rangkuman
Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam,
namun serasi dan seimbang. Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun
abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia
merupakan sumber daya alam. Adapun kebijakan pemerintah yang
mengatur tentang pemeliharaan sumber daya alam tertuang pada
pembukaan UUD 1945 dan pasal 33 ayat (3). Salah satu asas penting
dalam pemanfaatan kekayaan alam dalam pembangunan Indonesia
Bab 3 Sumber Daya Alam 20
adalah pengutamaan pengelolaan sumber daya alam yang dapat
diperbarui. Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah salah satunya
melalui pengamatan langsung pengelolaan sumber daya alam tersebut.
D. Kasus/Permasalan
Kasus yang baru-baru ini dan sebenarnya sudah sering kali
mencuat adalah kelangkaan beberapa jenis bahan bakar terutama
premium dan minyak tanah. Menurut pengamatan dan penelitan hampir
60 persen sumber bahan bakar tersedot pada transportasi. Kelakuan
oknum yang tidak bertanggung jawab turut memperparah keadaan. Hal ini
dipicu dari lemahnya pengawasan pemerintah terhadap sistem distribusi
barang yang menjadi hajat hidup orang banyak ini. Sebagai contoh nyata,
penjualan gas alam yang dihasilkan di Arun, Aceh ke negeri ginseng,
Korea. Padahal di saat yang sama, PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM)
sangat membutuhkan pasokan gas alam untuk produksi pupuknya.
Akhirnya kegiatan operasional perusahaan itu harus dihentikan selama 3
tahun dan kerugian yang ditimbulkan tidak kurang dari 300 juta dolar AS.
Kasus lain yang sangat mencoreng muka negeri ini tentunya adalah
tindakan beberapa penduduknya sendiri yang sengaja menyelundupkan
bahan bakar minyak (BBM) ke luar negeri, khususnya ke negeri tetangga
seperti Malaysia dan Singapura. Alasannya di kedua negara tersebut
harga jualnya lebih tinggi dan tidak terkena PPN. Bukankah ini adalah
keadaan yang sangat ironis. (Sumber: http://ppsdms.org/kemiskinan-dalam-kekayaan-sumber-daya-alam-
indonesia.htm)
Energi alternatif apa di sekitar klaian yang dapat menggantikan BBM?
Bab 4 Air 21
BAB IV AIR
Standar Kompetensi: 1. Mengenal jenis-jenis air, siklus hidrologi, dan pencemaran air. 2. Mengetahui cara melakukan penjernihan air dan mencegah
terjadinya pencemaran air.
Kompetensi Dasar: 1. Mengidentifikasi berbagai dampak perubahan siklus hidrologi
terhadap kehidupan. 2. Menyebutkan jenis-jenis penyakit yang berhubungan dengan air. 3. Menjelaskan dampak kekurangan air terhadap timbulnya berbagai
macam penyakit. 4. Menyimpulkkan hasil pengamatan tentang kualitas air sungai/
danau/sumber lainnya dengan metode sederhana (minimal secara fisik).
5. Menyimpulkan hasil pengamatan tentang kualitas air melalui bioindikator.
Indikator: 1. Mengidentifikasi berbagai dampak perubahan siklus hidrologi
terhadap kehidupan. 2. Menyebutkan jenis-jenis penyakit yang berhubungan dengan air. 3. Menjelaskan dampak kekurangan air terhadap timbulnya berbagai
macam penyakit . 4. Menyimpulkan hasil pengamatan tentang kualitas air sungai/
danau/sumber lainnya dengan metode sederhana (minimal secara fisik).
5. Menyimpulkan hasil pengam,atan tentang kualitas air melalui bioindikator.
Bab 4 Air 22
A. Pendahuluan Mungkinkah anda sempat memikirkan bahwa dasar dari kehidupan
adalah air. Mungkin anda pernah memikirkan bahwa air, seperti halnya
udara dan tanah, merupakan zat yang sangat penting bagi semua makh-
luk hidup, dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan
air selama hidupnya di permukaan bumi. Ketersediaan air di permukaan
bumi ada secara berkelanjutan terus menerus karena terjamin oleh
adanya peristiwa siklus hidrologi. Siklus hidrologi dapat berlangsung
karena air memiliki sifat fisik yakni dapat berubah wujud. Air dapat
berubah wujud dari cair menguap menjadi gas, mengembun dan
membeku menjadi es. Hal ini dapat dapat berlangsung secara bolak balik.
Ketersediaan air di permukaan bumi dapat dijumpai di dalam tubuh
makhluk hidup, di sungai, di dalam tanah, di laut dan di udara setelah
mengalami penguapan.
Air merupakan sumber kehidupan artinya jika makhluk hidup
kekurangan air maka hidupnya akan merana dan tampak tidak sehat. Air
merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia. Secara langsung
air dapat dimanfaatkan bagi pencukupan kebutuhan hidup sehari-hari,
sedangkan secara tidak langsung air dimanfaatkan bagi upaya pengem-
bangan lingkungan hidupnya. Air yang tercemar baik secara fisik, kimiawi,
maupun mikrobiologik, apabila diminum atau digunakan untuk memasak,
mandi, dan mencuci, maka dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan.
Kualitas air untuk pemenuhan kebutuhan manusia dapat ditentukan
dengan cara fisik, kimia dan biologi. Air secara alami tidak pernah dijumpai
dalam keadaan benar-benar murni. Ketika uap air mengembun di udara
dan jatuh dalam bentuk hujan di permukaan bumi, air tesebut telah
menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbon dioksida dan berbagai
jenis gas lain. Kemudian air tersebut baik yang di atas maupun di di
bawah permukaan tanah bergerak mengalir menuju ke berbagai tempat
yang lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis batuan yang
dilaluinya atau zat anorganik lainnya. Selain itu sejumlah kecil hasil uraian
Bab 4 Air 23
zat organik seperti nitrit, nitrat, amoniak, dan karbondioksida akan larut ke
dalamnya.
B. Siklus Hidrologi Panas matahari dapat menyebabkan air permukaan sungai, danau,
lauatan berubah menjadi uapdan dikenal dengan istilah evaporasi. Uap
air juga dapat berasal dari penguapan air tubuh tumbuhan yang dikenal
sebagai peristiwa evapotranspirasi. Uap air membumbung tinggi ke udara.
Karena suhu dingin, uap air berubah menjadi gumpalan awan yang tertiup
angin menuju ke daerah daratan. Suhu terus menurun sehingga uap air
mengembun manjadi titik-titik air dan turun ke permukaan bumi berupa air
hujan atau dikenal dengan istilah presipitasi.
Gambar 4.1 Skematis Siklus Hidrologi di Permukaan Bumi (sumber: http://1.bp.blogspot.com/_CHMlH-/siklus+hidrologi)
Air hujan yang menimpa dedaunan kemudian turun meresap ke
dalam tanah atau dikenal dengan istilah perkolasi. Sedang air yang
mengenai langsung ke permukaan tanah akan mengalami perkolasi dan
mengalir ke permukaan tanah yang lebih rendah dan dikenal sebagai air
“run-off” (air larian). Air ini mengalir melalui permukaan bumi sebagai air
sungai menuju ke lautan. Di lautan air akan menguap (evaporasi) lagi ke
udara jika terkena sinar matahari. Sebagian air di dedaunan dan permu-
kaan batang akan diuapkan kembali ke udara atau dikenal mengalami
Bab 4 Air 24
evapotranspirasi, sebagian lagi menyusup ke tanah dan diserap lagi oleh
akar tumbuhan. Air yang menyusup ke dalam tanah akhirnya terkumpul
sebagai air bawah tanah (groundwater). Air bawah tanah dapat muncul ke
permukaan tanah menjadi sumber mata air.
C. Air dan Kesehatan Penyakit atau gangguan kesehatan yang dapat timbul karena air
yang tercemar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Penyakit menular yang ditularkan melalui air
antara lain kolera, tipus, disentri basiler, diare, hepatitis, infeksi kulit dan
mata, schistosomiasis (demam keoang), dll. Pada tahun 1986 ditaksir 40%
dari rumah tangga yang mendapat pasokan air bersih, selebihnya
mengambil lansung dari alamyang mungkin telah tercemar oleh limbah
manusia, industri, pertanian, dan sebagainya. Tidak mengherankan bila
sebagian besar kesakitan dan kematian penduduk ada kaitan dengan
kurang tersedianya air bersih. Pada tahun 1983 sekitar 400.000 orang
meninggal karena diare dan 40.000 karena kolera. Penyakit kulit dan mata
pada umumnya tidak menimbulkan kematian. Banyaknya penderita
penyakit kulit dan mata erat hubungannya dengan kualitas air untuk mandi
dan cuci yang buruk.
Penyakit tidak menular yang perantaranya air antara lain keracunan
akut karena minum air yang mengandung racun, gangguan saraf keru-
sakan ginjal, otak dan hati karena akumulasi logam berat melalui makanan
dan minuman. Kanker karena secara terus menerus meminum air yang
mengandung zat bersifat karsinogenik. Tekanan darah tinggi bila dalam
air minum terkandung banyak garam (NaCl). Batu ginjal bila air minum
terkandung banyak kapur, atau mineral lain dengan kadar yang
melampaui batas.
D. Pemeriksaan Kualitas Air Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
pada pasal 22 ayat 23 mengatakan bahwa Penyehatan Air meliputi
Bab 4 Air 25
pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan hidup
manusia. Upaya penyehatan air bertujuan untuk menjamin tersedianya air
minum ataupun air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan bagi
seluruh masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan. Untuk menjamin
tersedianya kualitas air yang memenuhi persyaratan tersebut, berbagai
upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, seperti
pembangunan dan perbaikan sarana air bersih/air minum, Upaya
pengawasan kualitas air dan penyuluhan–penyuluhan mengenai
hubungan kesehatan dengan tersedianya air yang memenuhi persyaratan
kesehatan. Berdasarkan Pedoman Teknis tentang Pengawasan Kualitas
Air yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM & PLP Departemen
kesehatan 1977 bahwa parameter kualitas air minum/air bersih yang
minimal diharapkan diperiksa di laboratorium adalah pengujian dan
pemeriksaan Kimia, Fisika dan Biologi (Bakteriologi).
Jenis pemeriksaan kualitas air adalah:
1. Pemerikasaan Kimia meliputi pemeriksaan kimia anorganik: Arsen,
Flourida, Kadmium, Nitrat, Nitrit, Sianida, Selenium, Alumunium, Besi,
Amonia, Zeng, Tembaga, Sulfat, Mangan, pH dan Kesadahan. Kimia
organik, kandungan senyawa organik yang pengukurannya secara
tidak langsung yaitu dengan memeriksa BOD (Biological Oxigens
Demand) yang menggambarkan kebutuhan oksigen oleh organisme
untuk menguraikan senyawa organik dan oksigen terlarut/ DO
(Disolved Oxigens).
2. Pemeriksaan Fisika meliputi pemeriksaan: zat padat terlarut, salinitas,
kekeruhan, bau, rasa, suhu dan warna.
3. Pemerikasaan Biologi meliputi pemeriksaan: keberadaan Escherichia
coli (Coli tinja) dengan indeks MPN (Most Probable Number) atau
jumlah erkiraan terdekat yang disesuaikan Tabel JPT (Jumlah
Perkiraan Terdekat)
Pemeriksaan, Pengawasan, dan Pemeliharaan Kualitas Air merupakan
salah satu upaya kesehatan Masyarakat
Bab 4 Air 26
E. Rangkuman Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia. Secara
langsung air dapat dimanfaatkan bagi pencukupan kebutuhan hidup
sehari-hari, sedangkan secara tidak langsung air dimanfaatkan bagi upaya
pengembangan lingkungan hidupnya. Air yang tercemar baik secara fisik,
kimiawi, maupun mikrobiologik, apabila diminum atau digunakan untuk
memasak, mandi, dan mencuci, maka dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan. Penyakit menular yang ditularkan melalui air antara
lain kolera, tipus, disentri basiler, diare, hepatitis, infeksi kulit dan mata,
schistosomiasis (demam keoang), dll. Adapun upaya pemerintah mealui
pengawasan kualitas air dan penyuluhan-penyuluhan.
F. Kasus/Permasalahan Berdasarkan data WHO (2000), diperkirakan terdapat lebih 2 milyar
manusia per hari terkena dampak kekurangan air di lebih dari 40 negara
didunia. 1,1 milyar tidak mendapatkan air yang memadai dan 2,4 milyar
tidak mendapatkan sanitasi yang layak. Sedangkan pada tahun 2050
diprediksikan bahwa 1 dari 4 orang akan terkena dampak dari kekurangan
air bersih. Penurunan kualitas air di sumber mata air menjadi ancaman
serius di Kota Batu saat ini. Dari puluhan sumber mata air yang ada,
diperkirakan hanya tinggal satu sumber saja yang masih layak digunakan.
Sampah ditenggarai adalah penyebab utama turunnya kualitas air ini.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu, Bambang Parianom
menuturkan bahwa terdapat satu sumber air yang dinyatakan sudah
sangat kotor dan nyaris di bawah ambang batas kelayakan konsumsi.
Sebagai seorang siswa, bagaimana kalian menanggapi permasalahan
yang terjadi di Kota Batu tersebut?
Bab 5 Pesisir dan Laut 27
BAB V PESISIR DAN LAUT
Standar Kompetensi: Mengenal ekosistem pesisir dan laut, pencemaran dan dampak yang ditimbulkan, serta cara pemeliharaannya.
Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan dampak pencemaran laut bagi biota laut dan terumbu
karang. 2. Mengidentifikasi dampak pencemaran laut dari aspek sosial dan
ekonomi. 3. Menjelaskan peran pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
pemeliharaan lingkungan pesisir laut. 4. Menjelaskan pengaturan yang terkait dengan pencegahan dan
pengendalian kerusakan dan pencemaran laut. 5. Sebagai individu menyebutkan tindakan-tindakan yang dapat turut
serta memelihara pesisir laut.
Indikator: 1. Siswa dapat menjelaskan dampak pencemaran laut bagi biota laut
dan terumbu karang. 2. Siswa dapat mengidentifikasi dampak pencemaran laut dari aspek
sosial dan ekonomi. 3. Siswa dapat menjelaskan peran pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan pesisir laut. 4. Siswa dapat menjelaskan pengaturan yang terkait dengan
pencegahan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran laut. 5. Siswa dapat menyebutkan tindakan-tindakan yang dapat turut serta
memelihara pesisir laut.
Bab 5 Pesisir dan Laut 28
A. Pendahuluan Laut merupakan anugrah terbesar bagi umat manusia. Didalamnya begitu
banyak sumberdaya yang tak ternilai harganya. Dari waktu ke waktu
terlihat penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya pesisir dan laut.
Sumberdaya yang paling terdegradasi adalah terumbu karang dan hutan
mangrove. Kita tidak dapat memungkiri bahwa kerusakan karena ulah
manusia adalah hal terburuk yang sampai saat ini terus terjadi.
B. Pencemaran Laut Menurut Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1999, pengertian
pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu
dan/atau fungsinya.
Pencemaran oleh limbah pabrik-pabrik mengakibatkan kerugian
cukup besar bagi nelayan. Laut tak lagi jernih dengan aneka hasilnya
yang kian menyusut, jadi indikasi betapa buramnya potret kehidupan
nelayan kita. Pemerintah yang diharapkan memberi solusi pun ternyata
tak banyak membantu. Aktivitas di laut yang mengancam terumbu karang
antara lain pencemaran dari pelabuhan, tumpahan minyak, pembuangan
bangkai kapal, pembuangan sampah dari atas kapal, dan akibat langsung
dari pelemparan jangkar kapal.
Salah satu bahan pencemaran
laut yang utama adalah kebocoran
tanker minyak. Dampak yang ditimbul-
kan oleh minyak tersebut sangat berba-
haya bagi biota laut baik di jangka
pendek maupun jangka panjang.
Jangka Pendek, masuknya molekul-
molekul hidrokarbon minyak ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan
akan beraroma dan berbau minyak. Minyak dapat menyebabkan kematian
Bab 5 Pesisir dan Laut 29
pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan
keracunan bahan berbahaya lainnya.
Jangka Panjang, terutama bagi biota laut yang masih muda. Minyak dalam
laut dapat termakan oleh biota-biota tersebut. Sebagian senyawa minyak
dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein.
Pencemaran laut juga berdampak bagi terumbu karang. Indonesia
memiliki 10% terumbu karang dunia. Terumbu karang bermanfaat sebagai
penyangga daerah pantai. terumbu karang juga dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. selain itu,
terumbu karang juga berfungsi sebagai kawasan wisata, bahan baku
kosmetik dan obat-obatan.
Terumbu karang atau koral
seluas 75 ribu kilometer persegi
yang merupakan rumah-rumah ikan
di perairan Indonesia kini rusak
parah akibat tangan-tangan manu-
sia tak bertanggung jawab.
Penyebabnya adalah pe-
nangkapan ikan menggunakan
bom dan pencabutan terumbu karang untuk hiasan aquarium. Padahal,
keberadaan terumbu karang dapat mengurangi efek rumah kaca yang
mengakibatkan pemanasan global dan meningginya permukaan laut.
Semakin menipis koral, semakin panas pula suhu bumi.
Bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat terutama para nelayan,
pencemaran laut sangat berdampak negatif. Hal ini dikarenakan hasil laut
seperti ikan, udang, kerang hijau,dll semakin menurun. Penurunan hasil
laut ini diakibatkan oleh maraknya pembuangan limbah ke laut.
C. Pemeliharaan Lingkungan Pesisir dan Laut Pemeliharaan lingkungan pesisir laut sangat diperlukan. Perlin-
dungan mutu laut adalah setiap upaya atau kegiatan yang dilakukan agar
mutu laut tetap baik. Pengendalian pencemaran dan/atau perusakan laut
Bab 5 Pesisir dan Laut 30
adalah setiap upaya atau kegiatan pencegahan dan/atau penanggulangan
dan/atau pemulihan pencemaran dan/atau perusakan laut. Pengaturan
yang terkait dengan pencegahan dan pengendalian kerusakan dan
pencemaran laut adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
19 tahun 1999.
Penyebab kerusakan pantai lebih banyak karena ulah manusia
seperti perusakan karang pantai, penebangan bakau, penambangan
pasir, serta bangunan yang melewati garis pantai. Selain itu penggalian
karang menyebabkan pertambahan kedalaman perairan dangkal yang
semula berfungsi meredam energi gelombang, akibatnya gelombang
sampai ke pantai dengan energi yang cukup besar.
Kegiatan pembangunan, industri dan aktivitas manusia serta
pengaruh faktor alam pada umumnya telah memberikan pengaruh negatif
pada kestabilan kawasan pantai. Faktor alam yang berpengaruh tehadap
kondisi pantai antara lain timbulnya gelombang dan arus, terjadinya
pasang surut, terjadinya sedimentasi dan abrasi yang berpengaruh pada
berubahnya garis pantai serta kondisi sungai yang bermuara di perairan
tersebut.
Aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap kondisi pantai antara
lain adalah pembangunan, reklamasi dan pengerukan dasar perairan
untuk tujuan komersial yang berlebihan. Berkembangnya wisata bahari di
beberapa daerah pantai juga mendorong terjadinya perubahan kondisi
alam menjadi lingkungan buatan dengan dibangunnya beberapa fasilitas
penunjang yang diperlukan.
Selain hal di atas, terjadinya pantai mundur merupakan akibat pro-
ses erosi pantai (abrasi) sehingga garis pantai menjadi mundur jauh dari
garis pantai lama. Garis pantai secara alami berubah dari waktu ke waktu
sejalan dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang,
angin, pasang surut dan arus serta sedimentasi daerah delta sungai.
Namun perubahan garis pantai dapat meningkat dengan adanya
gangguan ekosistim pantai seperti hutan bakau sebagai penyangga pantai
banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah pertambakan,
Bab 5 Pesisir dan Laut 31
hunian, industri dan daerah reklamasi kemudian pembuatan tanggul dan
kanal serta bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai.
Upaya manusia dalam penanggulangan pantai yang rusak ada
beberapa metode disesuaikan dengan karakter dan sifat gelombang yang
menerjang pantai, metode penanggulangan abrasi pantai seperti pemecah
gelombang sejajar garis pantai (detached beakwater), struktur pemotong
arus-sejajar-pantai tegak lurus garis pantai (groin), dan pembangunan
dinding laut (seawall) telah banyak diaplikasikan dalam berbagai kasus
erosi pantai di Indonesia.
Gambar 5.3 Upaya Penanggulangan Pantai yang Rusak
(Sumber: www.imred.org/files/penanaman.jpg)
Bab 5 Pesisir dan Laut 32
D. Rangkuman Pencemaran oleh limbah pabrik-pabrik mengakibatkan kerugian
cukup besar bagi nelayan. Salah satu bahan pencemaran laut yang utama
adalah kebocoran tanker minyak. Dampak yang ditimbulkan oleh minyak
tersebut sangat berbahaya bagi biota laut baik di jangka pendek maupun
jangka panjang. Selain itu, aktivitas manusia yang berlebihan juga dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan pesisir dan laut. Untuk itu diperlu-
kan pemeliharaan lingkungan pesisir laut yaitu perlindungan mutu laut.
Upaya manusia dalam penanggulangan pantai yang rusak ada beberapa
metode disesuaikan dengan karakter dan sifat gelombang yang
menerjang pantai.
E. Kasus/Permasalahan Untuk mengurangi dampak abrasi laut di pesisir Jatim dan
pemanasan global, perlu dilakukan penanaman mangrove atau bakau.
Pasalnya, hutan mangrove yang banyak terdapat hampir di seluruh pantai
di Jatim seluas 85.000 Ha atau 6,24 persen dari luas hutan di Jatim, 15
persennya atau sekitar 13.000 Ha dalam kondisi rusak. Menteri Kelautan
dan Perikanan Freddy Numberi kemarin, Selasa (13/10) juga telah
melakukan pencanangan penanaman pohon mangrove (bakau) di
Pamekasan. Adapun mangrove yang ditanam sebanyak 115 ribu pohon
dari bantuan pemerintah pusat. Untuk lokasi penanaman dilakukan di dua
lokasi, yakni di wilayah Kecamatan Tlanakan sebanyak 30 ribu pohon dan
sisanya di wilayah Kecamatan Pademawu. Bagaimana tanggapan kalian
terhadap upaya pemerintah tersebut?
Bab 6 Sungai dan Danau 33
BAB VI SUNGAI DAN DANAU
(Sumber: vikakura.files.wordpress.com/2009/10/sungai)
Standar Kompetensi: Mengenal ekosistem sungai dan danau, pencemaran dan dampak yang ditimbulkan, serta cara pemeliharaannya.
Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan dampak pencemaran sungai dan danau. 2. Mengidentifikasi dampak pencemaran sungai dan danau. 3. Menjelaskan peran pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
pemeliharaan lingkungan sungai dan danau. 4. Menjelaskan pengaturan yang terkait dengan pencegahan dan
pengendalian kerusakan dan pencemaran sungai dan danau. 5. Menyebutkan tindakan-tindakan dalam memelihara lingkungan
sungai dan danau.
Indikator: 1. Siswa dapat menjelaskan dampak pencemaran sungai dan danau. 2. Siswa dapat mengidentifikasi dampak pencemaran sungai dan
danau. 3. Siswa dapat menjelaskan peran pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan sungai dan danau. 4. Siswa dapat menjelaskan pengaturan yang terkait dengan
pencegahan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran sungai dan danau.
5. Siswa dapat menyebutkan tindakan-tindakan dalam memelihara lingkungan sungai dan danau.
Bab 6 Sungai dan Danau 34
A. Pendahuluan Air adalah sumberdaya alam yang dinamik (dynamic resources),
yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat Indonesia dalam segala bidang, sehingga memberikan implikasi
yang relatif pelik dan khas dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan-
nya.
Pengelolaan sungai, danau dan waduk adalah upaya merencana-
kan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi
sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya
rusak air agar terciptanya konservasi sumber daya air. Konservasi sum-
berdaya air sendiri adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlan-
jutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
mahluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
Tujuan pengelolaan sungai, danau dan waduk untuk konservasi
sumber daya air adalah upaya pencegahan banjir dan kekeringan,
pencegahan erosi dan sedimentasi, pencegahan kerusakan bantaran
sungai, pencegahan tercemarnya sumber air, dan juga untuk menghindari
konflik dan degradasi sumber daya alam dan lingkungan. Sumberdaya air
dapat dikelola oleh suatu badan usaha atau swasta tetapi dalam pengelo-
laannya khususnya pada aspek penggunaan harus proporsional karena
kenyataan menunjukkan bahwa air permukaan (air sungai) cukup banyak
yang tidak dikelola secara profesional. Apabila sumberdaya air ini dikelola
secara profesional dan penggunaannya proporsional antara kepentingan
badan usaha dan kepentingan masyarakat luas, maka akan menambah
sumber devisa negara yang pada akhirnya akan bermuara pada
kesejahteraan masyarakat.
B. Pencemaran Sungai dan Danau Pencemaran sungai dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan
nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air
Bab 6 Sungai dan Danau 35
comberan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang
menerimanya mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat
berdampak terhadap seluruh ekosistem. Limbah industri seperti logam
berat, toksik organik, minyak, nutrien dan padatan yang dibuang ke sungai
dapat menguramgi oksigen dalam air sehingga menganggu
keseimbangan ekosistem.
C. Pemeliharaan Sungai dan Danau Pemeliharaan sungai pada dasarnya bertujuan untuk memperta-
hankan kapasitas alir dan kapasitas tampung dari semua sistem tata air
sungai yang berada di daerah pengaliran sungai seperti sungai, situ,
waduk, saluran drainase beserta semua bangunan air yang terdapat pada
sistem tersebut.
Pemeliharaan sungai dibagi dalam dua bagian besar, yang pertama
ialah pemeliharaan terhadap bangunan pengendali banjir yaitu
bangunan yang berfungsi untuk pengaturan aliran air. Pemeliharaan
terhadap bangunan pengatur aliran seperti bendung, pintu air, pengarah
arus, dan lain-lain dimaksudkan agar bangunan tersebut dapat berfungsi
dengan baik pada saat diperlukan. Sebagai contoh kasus terjadinya banjir
akibat kerusakan pintu air dari pemukiman yang telah diproteksi dengan
tanggul. Semula tanggul dimaksudkan untuk menghindari limpasan air
sungai akan tetapi pada saat banjir justru pintu air tersebut menjadi jalan
masuknya air dari sungai karena tidak dapat berfungsi dengan baik akibat
kurangnya pemeliharaan. Pemeliharaan terhadap bangunan pengaturan
air perlu dilaksanakan secara rutin agar dapat siap berfungsi pada saat
diperlukan. Pemeliharaan bangunan pengendali banjir dapat dilakukan
oleh Dinas yang terkait atau melibatkan partisipasi masyarakat yang
berada di daerah permukiman.
Kedua, pemeliharaan saluran pengendali banjir atau saluran
drainase untuk mempertahankan kapasitas alir dan tampung sungai-
sungai dan atau saluran drainase sebagai satu kesatuan sistem dengan
bangunan pengendali banjir. Seperti yang diuraikan di atas berkurangnya
Bab 6 Sungai dan Danau 36
kapasitas alur dan tampung disebabkan oleh tumbuhnya pemukiman liar
di bantaran sungai, pengendapan sampah, dan sedimen hasil erosi di
hilir.
D. Rangkuman Pencemaran sungai dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Limbah industri seperti logam
berat, toksik organik, minyak, nutrien dan padatan yang dibuang ke sungai
dapat menguramgi oksigen dalam air sehingga menganggu keseim-
bangan ekosistem. Pemeliharaan sungai pada dasarnya bertujuan untuk
mempertahankan kapasitas alir dan kapasitas tampung dari semua sistem
tata air sungai yang berada di daerah pengaliran sungai seperti sungai,
situ, waduk, saluran drainase beserta semua bangunan air yang terdapat
pada sistem tersebut.
E. Kasus/Permasalahan
Kondisi daerah tangkapan hujan di bagian DAS Brantas hulu
memburuk akibat penebangan liar dan pengelolaan lahan yang tidak
mengindahkan aspek konservasi tanah. Hal ini menyebabkan peningkatan
erosi lahan yang kemudian akan mengakibatkan peningkatan sedimentasi
di waduk, berkurangnya volume efektif waduk, kekeringan pada musim
kemarau dan terjadinya banjir bandang di musim penghujan, seperti
kejadian pada tanggal 3-4 Pebruari 2004, Kali Brantas Hulu mengalami
banjir lumpur yang sangat parah karena hujan deras. Permasalahan
pokok lain yang terjadi adalah matinya mata air DAS Brantas, degradasi
dasar sungai dan penurunan kualitas air akibat pencemaran. Buat
kelompok dan coba kalian pikirkan apabila kerusakan DAS Brantas
tersebut terkadi secara terus-menerus?
Bab 7 Tanah dan Lahan 37
BAB VII TANAH DAN LAHAN
A. Pendahuluan Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi
karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan
hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas
dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.
Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.
Standar Kompetensi: Memahami terjadinya degradasi lahan dan cara mengatasinya.
Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi penyebab dan cara mengatasi degradasi lahan.
Indikator : Siswa dapat mengidentifikasi penyebab dan cara mengatasi degradasi lahan.
Bab 7 Tanah dan Lahan 38
B. Degradasi Lahan Degradasi lahan berarti hilangnya fungsi lahan atau berubahnya
kualitas dan manfaat dari suatu lahan. Jadi, kerusakan lahan tidak hanya
menyangkut kerusakan pada tanah, tetapi juga sumber daya berupa
organisme yang ada di atas tanah. Degradasi lahan dipengaruhi oleh
faktor manusia dan faktor lingkungan. Degradasi lahan yang disebabkan
oleh faktor manusia antara lain:
1. Penebangan hutan secara terus menerus yang menyebabkan hutan
menjadi gundul
2. Kerusakan lahan oleh manusia sering didasari oleh kepentingan
ekomoni belaka tanpa mementingkan kelestarian lingkungan
3. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga membutuhkan lahan
untuk permukiman maupun aktivitas pertanian.
4. Aktivitas pertanian yang seringkali tidak cocok dengan kondisi lahan.
Misalnya aktivitas pertanian yang dilakukan pada lahan dengan
kemiringan lereng yang curam, jika pengelolaan lahannya tidak
direncanakan dengan baik. Lahan yang curam rawan terhadap erosi,
terlebih lagi jika turun hujan
5. Sejumlah penduduk miskin atau tidak memiliki lahan, membuka lahan
baru di daerah pegunungan. Akibatnya, tumbuhan dan hewan di
dalamnya terancam serta tanahnya rawan terhadap erosi.
6. Lahan – lahan bekas penambangan bahan galian seringkali dibiarkan
begitu saja jika bahan galiannya telah habis sehingga lahan menjadi
rusak.
7. Reboisasi dan reklamasi yang gagal. Upaya reboisasi hutan yang telah
ditebang dan reklamasi lubang/tanah terbuka bekas galian tambang
sangat minim hasilnya karena prosesnya memerlukan waktu puluhan
tahun dan dananya tidak mencukupi karena banyak disalahgunakan
(dikorupsi).
8. Lemahnya penegakan hukum. Sudah banyak peraturan perundangan
yang telah dibuat berkenaan dengan pengelolaan lingkungan dan
khususnya hutan, namun implementasinya di lapangan seakan-akan
Bab 7 Tanah dan Lahan 39
tidak tampak, karena memang faktanya apa yang dilakukan tidak
sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.
9. Kesadaran masyarakat yang rendah. Kesadaran sebagian besar
warga masyarakat yang rendah terhadap pentingnya pelestarian
lingkungan/hutan merupakan satu hal yang menyebabkan ketidak-
pedulian masyarakat atas degradasi lingkungan yang semakin intensif.
Rendahnya kesadaran masyarakat ini disebabkan mereka tidak
memiliki pengetahuan tentang lingkungan hidup yang memadai.
Selain dari faktor manusia, beberapa faktor alam yang dapat
menyebabkan terjadinya degradasi lahan antara sebagai berikut.
a) Bencana alam seperti banjir, longsor, badai, gempa atau letusan
gunung merapi.
b) Iklim, jenis tanah dan kemiringan lereng sangat memengaruhi laju
kerusakan lahan.
C. Cara Mengatasi Degradasi Lahan Untuk mencegah degradasi lahan, diperlukan upaya yang
dilakukan agar keberadaan lahan dapat terus dimanfaatkan dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan. Upaya–upaya yang dilakukan
sebagai berikut.
a. Lahan–lahan yang tidak cocok untuk pertanian sebaiknya dijadikan
sebagai hutan, seperti lereng gunung yang curam atau daerah tanah
berkapur yang mudah longsor.
b. Lahan–lahan yang kering sebaiknya dibuat teras agar dapat
mengurangi aliran di permukaan.
c. Daerah yang memiliki curah hujan tinggi seperti Jawa Barat, lahan
yang miring tidak hanya dibuat sangkedan, saluran pelepas air perlu
dibuat memanjang lereng. Terjunan air perlu diperkuat bambu, batu
dan rumput yang akarnya kuat.
d. Hindari penyiangan yang bersih di antara tanaman keras. Jika tidak
ada pupuk hijau penutup tanah, dapat pula dengan rumput yang tidak
Bab 7 Tanah dan Lahan 40
berbahaya bagi tanaman pokok. Keberadaan tanaman penutup
tanah juga menentukan tingkat erosi.
e. Melakukan reboisasi terhadap lahan yang sudah kritis
f. Tidak membakar hutan pada musim kemarau. Selain dapat
menyebabkan degradasi lahan, asap dari kebakaran tersebut juga
menimbulkan polusi udara.
Upaya lain yang dapat digunakan untuk mengatasi degradasi lahan yaitu
dengan cara remediasi dan bioremediasi.
• Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah.
Sebelum dilakukan remediasi hal yang perlu diketahui adalah:
1. Jenis perusak atau pencemar (organik/anorganik), terdegredasi/
tidak, berbahaya atau tidak.
2. Berapa banyak zat perusak/pencemar yang telah merusak/
mencemari tanah tersebut.
3. Perbandingan Karbon (C), Nitrogen (N), dan Fosfat (P)
4. Jenis tanah
5. Kondisi tanah (basa, kering)
6. Telah berapa lama zat perusak terendapkan di lokasi tersebut.
Ada dua jenis remediasi tanah:
a) In situ (on-site)
In situ adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini
lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi.
b) Ex situ (off site)
Ex situ meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Dari daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar, caranya:
Tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap
Kemudian pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut
Bab 7 Tanah dan Lahan 41
Selanjutnya zat perusak/pencemar dipompakan keluar
dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih
mahal dan rumit.
• Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan perusakan atau pence-
maran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbondioksida
dan air).
Empat teknik dasar yang biasanya digunakan dalam bioremediasi:
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan
penambahan nutrient, pengaturan kondisi redoks, optimasi PH, dan
sebagainya.
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
3. Penerapan immobilized enzymes.
4. Penggunaan tanaman (phyroremediation)
Proses bioremediasi harus memperhatikan: temperatur tanah, keter-
sediaan air, nutrient (N, P, K), perbandingan C:N kurang dari 30:1 dan
ketersediaan oksigen.
D. Rangkuman Degradasi lahan berarti hilangnya fungsi lahan atau berubahnya
kualitas dan manfaat dari suatu lahan. Jadi, kerusakan lahan tidak hanya
menyangkut kerusakan pada tanah, tetapi juga sumber daya berupa
organisme yang ada di atas tanah. Degradasi lahan dipengaruhi oleh
faktor manusia dan faktor lingkungan. Upaya yang dilakukan agar
keberadaan lahan dapat terus dimanfaatkan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan antara lain remediasi dan bioremediasi.
Bab 7 Tanah dan Lahan 42
E. Kasus/Permasalahan Akibat dari pemanfaatan sumberdaya hutan yang tak terkendali
adalah laju kerusakan hutan yang terjadi diperkirakan semakin merajalela
dan mengkhawatirkan. Selain itu, akibat konversi kawasan hutan
menyebabkan meluasnya lahan-lahan kritis. Di lain pihak, pelaksanaan
rehabilitasi lahan kritis selama ini belum sepenuhnya berhasil
dilaksanakan, masih banyak kendala yang dihadapi. Pengalaman
membuktikan bahwa pemanfaatan sumberdaya tanah yang dilaksanakan
pada masa lalu lebih mengutamakan kepada upaya mengejar perolehan
devisa negara, sehingga dalam mengekploitasi sumberdaya alam kurang
memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya alam.
Bagaimana tindakan kita untuk mengatasi lahan kritis?
Bab 8 Energi 43
BAB VIII ENERGI
(Sumber: http://geothermal.marin.org/GEOpresentation/images/img121.jpg)
A. Pendahuluan Energi secara umum diartikan sebagai tenaga, kekuatan, atau daya
yang dapat menggerakkan atau menggiatkan sesuatu. Energi adalah
Standar Kompetensi: Mengenal dan menerapkan perilaku hemat energi.
Kompetensi Dasar: Memberikan contoh perilaku yang dapat menghemat energi.
Indikator : 1. Menentukan macam-macam bentuk sumberdaya energi. 2. Menemukan tindakan-tindakan yang dapat menghemat energi.
Bab 8 Energi 44
suatu bagian yang mendasar di alam semesta. Manusia menggunakan
energi untuk bekerja. Mobil, kereta api, pesawat terbang, becak, manusia
dan sebagainya dapat bergerak karena energi. Energi bersama materi
merupakan dua unsur fisik di alam semesta yang saling berkaitan. Semua
materi mengandung energi. Jadi energi dapat dikatakan juga sebagai
kemampuan untuk melakukan kerja yang menyebabkan suatu peubahan.
Energi di alam terdapat dalam berbagai bentuk. Energi cahaya
matahari berasal dari reaksi nuklir di matahari dan dipancarkan ke bumi.
Energi matahari disebut juga sebagai energi radiasi karena energi tersbut
dipancarkan ke bumi. Air yang mengalir dan memutar turbin listrik
sebenarnya juga melakukan kerja dengan energi potensial. Energi
potensial terdapat dalam benda yang mempunyai kedudukan pada jarak
tertentu di atas permukaan bumi karena benda itu mengalami tarikan gaya
berat bumi. Energi kinetik terdapat dalam benda yang bergerak. Peluru
yang ditembakkan dari pistol akan bergerak dengan sangat cepat. Energi
kinetik dalam peluru yang melesat itu dapat menembus benda yang
menghalanginya. Enegi kimia dapat ditemukan dalam semua benda.
Bensin mengandung energi kimia. Energi tersebut dapat dirasakan ketika
bensin dalam mesin mobil terbakar. Pembakaran senyawa kimia dalam
bensin itu dapat menyebabkan mobil bergerak.
B. Macam-macam Energi Berdasarkan keragaman sumberdaya energi, secara garis besar
dapat dibedakan menjadi:
1. Sumberdaya energi hayati, pada dasarnya energi hayati merupakan
hasil proses fotosintesis yang mengubah energi matahari menjadi
energi kimia yang tersimpan dalam makhluk hidup. Energi hayati ini
mengalir dan mengalami perubahan dari satu organisme ke organisme
lain. Energi hayati masih dapat dibedakan lagi menjadi:
a) energi manusia, dalam diri manusia energi tersebut dapat disimpan
pada otot atau bagian tubuh lainnya. Penggunaan energi otot
sebagian membawa manfaat, olah raga, berjalan, menulis,
Bab 8 Energi 45
menggambar, berpikir dan bentuk kegiatan lainnya merupakan
contoh pemanfaatan energi otot.
b) energi hewan, penggunaan utamanya adalah untuk alat trans-
portasi dan di pertanian. Hewan yang digunakan untuk transpor
adalah sapi, kerbau dan kuda. Sedang hewan yang digunakan
dalam pertanian adalah sapi dan kerbau untuk membajak sawah
atau ladang. Bentuk energi hewan lain adalah kotoran hewan
ternak. Energi yang tersimpan dalam kotoran tersebut dapat diubah
menjadi kompos sebagai pupuk dan biogas yang berguna sebagai
bahan bakar. Biogas sebagian besar terdiri atas gas metan yang
dapat dibakar. Biogas terbentuk dari proses fermentasi oleh bakteri
metan.
c) biomasa, energi bahan organik yang terkandung dalam tumbuhan,
misalnya kayu, ranting, daun, pati, gula dan bagian tubuh
tumbuhan lainnya. Kayu merupakan sumber energi yag telah
digunakan manusia sejak lama terutama di pedesaan untuk
memasak, memanaskan ruangan tempat hidup, mengeringkan atau
mengawetkan hasil panen. Gambut merupakan biomasa yang
digunakan untuk bahan bakar.
2. Sumberdaya energi surya, secara tradisional telah banyak diman-
faatkan manusia untuk menjemur pakaian, padi, jagung, kedelai dan
lain sebagainya. Pemanfaatan lain oleh manusia adalah untuk
pemanasan air, pemanasan ruang, pengeringan hasil pertanian hingga
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.
3. Sumberdaya energi air, dengan dibuatkan pembangkit tenaga listrik
energi potensial air dapat diubah menjadi energi listrik. Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) Karangkates, Selorejo, Wlingi dan tempat
lain di Jawa Timur telah menyumbangkan pemenuhan daya listrik yang
dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya di Jawa Timur. Salah satu
bentuk PLTA dapat sajikan pada Gambar 8.1.
4. Sumberdaya energi Laut, pemanfaatan potensi energi laut masih
diteliti dan dikembangkan. Pantai mempunyai area pasang surut
Bab 8 Energi 46
secara periodik. Pada tempat teentu perbedaan tinggi permukaan laut
antara pasang dan surut menyimpan potensi energi apabila
dimanfaatkan akan dapat menghasilkan energi listrik.
Gambar 8.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air
(Sumber: http://iselantang.files.wordpress.com/2007/10/potensi41.jpg)
5. Sumberdaya energi angin, udara yang bergerak karena perbedaan
tekanan dan suhu udara menyebabkan terjadinya angin. Ketika
melintasi pantai utara Jawa Timur di tambak-tambak akan terlihat kincir
angin. Sebagian penduduk menggunakan energi angin dari kincir
tersebut untuk memompa air. Energi angin di Indonesia masih
memegang peranan utama. Para nelayan memanfaatkan angin untuk
menggerakan perahu layar menuju kelaut dalam rangka mencari ikan.
Perahu layar untuk tujuan wisata pun memanfaatkan energi angin,
seperti tampak pada Gambar 8.2. Kincir angin juga dapat dimanfaat-
kan untuk menghasilkan listrik. Sebagai gambaran kincir angin yang
dapat mengubah energi angin menjadi energi listrik seperti tampak
pada Gambar 8.3.
Bab 8 Energi 47
Gambar 8.2 Perahu Layar yang Digerakkan oleh Energi Angin
(sumber: http://i97.photobucket.com/albums/l212/munawir/pinisi2.jpg)
Gambar 8.3 Salah Satu Kincir Angin yang Dapat Digunakan untuk Menghasilkan
Energi Listrik (Sumber: http://thebibliothek.files.wordpress.com/2009/10/pitstone-windmill-600px1.jpg)
6. Energi bahan fosil, umumnya dapat ditemukan di dalam bumi dan
biasa dipakai sebagai sumber bahan bakar minyak (BBM). Bentuk lain
energi fosil ini adalah batubara dan gas alam. Indonesia sangat kaya
Bab 8 Energi 48
akan energi fosil ini. Bahan bakar minyak dimanfaatkan sebagai
sumber energi untuk kendaraan bermotor. Batubara, dimanfaatkan
untuk energi pembangkit listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Uap di
Paiton sumber energinya berasal dari batubara. Gas alam telah
dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dan
pembangkit listrik.
7. Energi panas bumi, berasal dari aktivitas vulkanisme. Indonesia
banyak memiliki gunung berapi yang masih aktif dan menyimpan
energi panas. Energi panas bumi ini juga dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik. Kawah Kamojang di Jawa Barat telah dimanfaatkan
untuk pembangkit listri tenaga panas (PLTP).
8. Energi nuklir, diperoleh dari reaksi kimiawi yang menghasilkan energi.
Reaksi kimiawi tersebut pada dasarnya adalah peristiwa penguraian
atau penggabungan inti atom. Energi nuklir dapat juga dimanfaatkan
untuk sumber pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga nuklir
(PLTN) yang sekarang ada menggunakan proses penguraian Uranium.
Stasiun tenaga nuklir menggunakan panas dari penguraian inti atom
untuk mengasilkan uap yang menggerakkan turbin untuk menghasil-
kan listrik.
C. Penghematan Energi Penggunaan energi disamping menguntungkan bagi kehidupan
manusia juga menimbulkan dampak negatip. Perkembangan sektor energi
cenderung membawa konsekuensi pada kualitas lingkungan hidup.
Peningkatan konsumsi energi akan meningkatkan beban pencemar
lingkungan, terutama yang dilepaskan di udara. Hal ini akan memberi
sumbangan terhadap efek rumah kaca dan pemanasan global yang
sekarang menjadi isu dunia. Aktivitas yang menggunakan energi telah
menimbulkan dampak yang cukup serius. Di kota besar Jakarta, Bandung
dan Surabaya dilaporkan bahan buangan pencemar udara sudah
tergolong tinggi akibat meningkatnya aktivitas transportasis dan industri
yang ada. Jika manusia telah terjebak dalam kemudahan-kemudahan
Bab 8 Energi 49
hidup karena didukung ketersediaan energi yang menjadi sumber
tenaganya maka akan terancam oleh kecukupan energi dan hal ini tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut. Dengan demikian diperlukan tindakan atau
aktivitas penghematan energi.
Upaya untuk dapat menghemat penggunaan energi perlu segera
dilakukan. Beberapa kegiatan yang dapat menghemat energi tersebut
adalah:
1. Penggunaan alat angkutan umum bila bepergian dan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi.
2. Penggiatan pengembangan sistem transportasi umum yang makin baik
secara terus menerus.
3. Penggunaan kendaraan yang efisien bahan bakar.
4. Penggunaan lampu dan peralatan listrik yang efisien energi baik
dilingkugan rumah maupun di kantor-kantor.
5. Penggunaan gas sebagai ganti tenaga listrik untuk memanaskan ruang
dan memasak air.
6. Penggunaan tenaga surya untuk memasak dan memanaskan air.
7. Pengembangan dan memanfaatkan sumber energi alternatif, dan lain
lain.
D. Rangkuman Energi secara umum diartikan sebagai tenaga, kekuatan, atau daya
yang dapat menggerakkan atau menggiatkan sesuatu. Beberapa sumber-
daya energi meliputi sumberdaya energi hayati terdiri dari energi manusia,
hewan, dan biomasa, sumberdaya energi surya, air, laut, angin, fosil,
panas bumi dan nuklir. Tindakan hemat energi yang perlu dikembangkan
adalah penggunaan alat angkutan umum bila bepergian dan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi, penggiatan pengembangan sistem
transportasi umum yang makin baik secara terus menerus, penggunaan
kendaraan yang efisien bahan bakar, penggunaan lampu dan peralatan
listrik yang efisien energi baik dilingkugan rumah maupun di kantor-kantor,
penggunaan gas sebagai ganti tenaga listrik untuk memanaskan ruang
Bab 8 Energi 50
dan memasak air, penggunaan tenaga surya untuk memasak dan
memanaskan air, dan pengembangan dan memanfaatkan sumber energi
alternatif, dan lain lain.
E. Kasus/Permasalahan Cuaca cerah sang mentari bersinar terang sehinga cahayanya
dapat menerangi di segala sudut ruang kelas atau kantor. Para siswa
belajar dalam suasana terang dan para karyawan dapat beraktivitas
dengan leluasa karena ruangan dalam keadaan terang. Tetapi lampu-
lampu yang memanfaatkan energi listrik dalam ruang-ruang tersebut
menyala. Beberapa alat elektronik dalam keadaan aktif (on) misalnya AC
hidup, padahal bila tidak menggunakan AC suasana sudah sejuk. Anda
sebagai siswa di sekolah itu tidak punya kuasa atau wewenang kemudian
melihat keadan terjadinya pemborosan energi, Apa yang perlu anda
lakukan dan sarankan kepada pihak berwenang di sekolahmu itu?.
Bab 9 Hutan 51
BAB IX HUTAN
(Sumber: www.lablink.or.id/Env/Hutan/Forest1.jpg)
A. Pendahuluan Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan merupakan sistem penggunaan
lahan yang tertutup dan tidak ada campur tangan manusia, masuknya
kepentingan manusia secara terbatas seperti pengambilan hasil hutan
untuk subsistem tidak mengganggu hutan dan fungsi hutan. Tekanan
Standar Kompetensi: Mengenal kerusakan hutan, penyebab kerusakan hutan dan upaya mengatasinya.
Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi upaya-upaya untuk mencegah/membatasi kerusakan hutan melalui kearifan lokal.
Indikator : Siswa dapat mengidentifikasi upaya-upaya untuk mencegah/ membatasi kerusakan hutan melalui kearifan lokal.
Bab 9 Hutan 52
penduduk dan tekanan ekonomi yang semakin besar, mengakibatkan
pengambilan hasil hutan semakin intensif (penebangan kayu). Penebang-
an hutan juga dilakukan untuk kepentingan yang lain, misalnya untuk
mengubah menjadi ladang pertanian atau perkebunan. Akibat dari
gangguan-gangguan hutan tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan fungsi hutan. Perubahan-perubahan tersebut lebih menekan-
kan kearah fungsi ekonomi dengan mengabaikan fungsi sosial atau fungsi
ekologis.
Konsep pengelolaan hutan secara bijaksana, harus mengemba-
likan fungsi hutan secara menyeluruh (fungsi ekologis, fungsi sosial dan
fungsi ekonomi) dengan lebih menekankan kepada peran pemerintah,
peran masyarakat dan peran swasta. Langkah- langkah yang sinergi dari
ke tiga komponen (pemerintah, masyarakat dan swasta) akan mewujud-
kan fungsi hutan secara menyeluruh yang menciptakan pengamanan dan
pelestarian hutan.
Model pengelolaan hutan dalam jangka menengah dan jangka
panjang dilakukan dengan membuat Master Plan Pengelolaan Hutan,
yang proses penyusunannya melibatkan semua unsur terkait (Pemerintah
daerah, masyarakat dan perhutani). Master plan pengelolaan hutan
penyusunannya didasarkan pada sistem Social Forestry, dengan harapan
dapat mewujudkan: pengamanan hutan secara berkesinambungan,
menjaga pelestarian hutan dan peran hutan sebagai penyeimbang
lingkungan.
B. Kerusakan Hutan Kerusakan yang terjadi terhadap salah satu ekosistem dapat
menimbulkan dampak lanjutan bagi aliran antar ekosistem maupun
ekosistem lain di sekitarnya. Kerusakan hutan dipicu oleh kebutuhan
manusia yang semakin banyak dan berkembang, sehingga terjadi hal-hal
yang dapat merusak hutan Indonesia Pengelolaan hutan sangat penting
demi pengawetan maupun pelestariannya karena banyaknya fungsi hutan
seperti berikut ini:
Bab 9 Hutan 53
1. Mencegah erosi; dengan adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh
ke permukaan tanah, dan dapat diserap oleh akar tanaman.
2. Sumber ekonomi; melalui penyediaan kayu, getah, bunga, hewan, dan
sebagainya.
3. Sumber plasma nutfah; keanekaragaman hewan dan tumbuhan di
hutan memungkinkan diperolehnya keanekaragaman gen.
4. Menjaga keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau.
Dengan terbentuknya humus di hutan, tanah menjadi gembur. Tanah
yang gembur mampu menahan air hujan sehingga meresap ke dalam
tanah, resapan air akan ditahan oleh akar-akar pohon. Dengan
demikian, di musim hujan air tidak berlebihan, sedangkan di musim
kemarau, danau, sungai, sumur dan sebagainya tidak kekurangan air.
Dalam mengeksploitasi sumber daya tumbuhan, khususnya hutan,
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena
(tebang habis).
2. Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan
sistem tebang pilih (penebangan selektif). Artinya, pohon yang
ditebang adalah pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang
telah ditentukan.
3. Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga tidak merusak pohon-pohon muda di sekitarnya.
4. Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan
yang sudah terlanjur rusak.
5. Melaksanakan aforestasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan
hutan untuk mengganti daerah hutan yang digunakan untuk keperluan
lain.
6. Mencegah kebakaran hutan.
Bab 9 Hutan 54
Gambar 9.1 Kerusakan Hutan: a. Penggundulan Hutan; b. Penebangan Liar
(Sumber: racheedus.files.wordpress.com/2009/03/hutan)
Di bawah ini adalah teknik dan cara yang dapat digunakan untuk
menjaga hutan kita tetap terjaga dari tangan-tangan perusak jahat.
Perambahan hutan tanpa perencanaan dan etika untuk mencari keun-
tungan sebesar-besarnya sangatlah berbahaya karena dapat merusak
alam dan habitat serta komunitas hewan yang ada di dalamnya.
1) Mencegah cara ladang berpindah/perladangan berpindah-pindah
Terkadang para petani tidak mau pusing mengenai kesuburan
tanah. Mereka akan mencari lahan pertanian baru ketika tanah yang
ditanami sudah tidak subur lagi tanpa adanya tanggung jawab membiar-
kan ladang terbengkalai dan tandus. Sebaiknya lahan pertanian dibuat
menetap dengan menggunakan pupuk untuk menyuburkan tanah yang
sudah tidak produktif lagi.
2) Waspadalah & hati-hati terhadap api
Hindari membakar sampah, membuang puntung rokok, membuat
api unggun, membakar semak, membuang obor, dan lain sebagainya
yang dapat menyebabkan kebakaran hutan. Jika menyalakan api di dekat
atau di dalam hutan harus diawasi dan dipantau agar tidak terjadi hal-hal
yang lebih buruk. Kebakaran hutan dapat mengganggu kesehatan
manusia dan hewan di sekitar lokasi kebakaran dan juga tempat yang
jauh sekalipun jika asap terbawa angin kencang.
3) Reboisasi lahan gundul dan metode tebang pilih
Kombinasi kedua teknik adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh
para pelilik sertifikan HPH atau Hak Pengelolaan Hutan. Para perusahaan
Bab 9 Hutan 55
penebang pohon harus memilih-milih pohon mana yang sudah cukup
umur dan ukuran untuk ditebang. Setelah meneang satu pohon sebaiknya
diikuti dengan penanaman kembali beberapa bibit pohon untuk menggan-
tikan pohon yang ditebang tersebut. Lahan yang telah gundul dan rusak
karena berbagai hal juga diusahakan dilaksanakan reboisasi untuk
mengembalikan pepohonan dan tanaman yang telah hilang.
4) Menempatkan penjaga hutan/polisi kehutanan/jagawana
Dengan menempatkan satuan pengaman hutan yang jujur dan
menggunakan teknologi dan persenjataan lengkap diharapkan mempu
menekan maraknya aksi pengrusakan hutan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab. Bagi para pelaku kejahatan hutan diberikan
sangsi yang tegas dan dihukum seberat-beratnya. Hutan adalah aset/
harta suatu bangsa yang sangat berharga yang harus dipertahankan
keberadaannya demi anak cucu di masa yang akan datang.
Gambar 9.2 Masyarakat yang Mempunyai Kepedulian terhadap Kelestarian Hutan
Mangrove, Bergotong Royong Melakukan Reboisasi agar Terhindar dari Aabrasi dan Polusi yang Semakin Meningkat.
Pemerintah Indonesia melalui keputusan bersama Departemen
Kehutanan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan sejak tahun
2001 telah mengeluarkan larangan ekspor kayu bulat (log) dan bahan
baku serpih. Selain itu, Pemerintah juga telah berkomitmen untuk melaku-
kan pemberantasan illegal logging dan juga melakukan rehabilitasi hutan
melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) yang
Bab 9 Hutan 56
diharapkan di tahun 2008 akan dihutankan kembali areal seluas tiga juta
hektar.
C. Upaya yang Dilakukan Pemerintah Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan
mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang
dilakukan pemerintah antara lain:
1. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur
tentang Tata Guna Tanah.
2. Menerbitkan UU No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
4. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian
Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
a) Menanggulangi kasus pencemaran.
b) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
c) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
5. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
Berangkat dari kompleksnya faktor penyebab kerusakan hutan di
Indonesia dibutuhkan solusi yang cepat dan tepat, untuk menyatukan visi
dan misi seluruh stakeholders dalam menjaga eksistensi hutan di negara
ini. Jeda penebangan hutan atau Moratorium Logging adalah suatu
metode pembekuan atau penghentian sementara seluruh aktifitas pene-
bangan kayu skala besar (skala industri) untuk sementara waktu tertentu
sampai sebuah kondisi yang diinginkan tercapai. Lama atau masa diberla-
kukannya moratorium biasanya ditentukan oleh berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut (Hardiman dalam Hutan
Hancur, Moratorium Manjur).
Bab 9 Hutan 57
Sebagai langkah awal dalam pencegahan kerusakan hutan
nasional, metode ini dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak. Bentuknya
dapat berupa reformasi hutan yang dilaksanakan oleh semua pihak sebgai
bentuk partisipasi pemerintah, privat, dan masyarakat dalam melindungi
hutan dari kerusakan. Moratorium Logging dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak, berikut adalah gambaran manfaat yang dapat diterima
oleh stakeholders bila jeda penebangan hutan dilaksanakan saat ini:
• Pemerintah mendapatkan manfaat berupa jangka waktu dalam
melakukan restrukturisasi dan renasionalisasi industri olahan kayu
nasional, mengkoreksi over kapasitas yang dihasilkan oleh indsutri
kayu, serta mengatur hak-hak pemberdayaan sumber daya hutan,
dan melakukan pengawasan illegal logging bersama sector private
dan masyarakat.
• Private/investor mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya
harga kayu di pasaran, sumber daya (kayu) kembali terjamin
keberadaannya, serta meningkatkan efisiensi pemakaian bahan
kayu dan membangun hutan-hutan tanamannya sendiri.
• Masyarakat mendapatkan keuntungan dengan kembali hijaunya
hutan disekeliling lingkungan tinggal mereka, serta dapat terhindar
dari potensi bencana akibat kerusakan hutan.
D. Rangkuman Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kerusakan hutan dipicu oleh
kebutuhan manusia yang semakin banyak dan berkembang, sehingga
terjadi hal-hal yang dapat merusak hutan Indonesia. Pengelolaan hutan
sangat penting demi pengawetan maupun pelestariannya karena
banyaknya fungsi hutan. Ada beberapa teknik dan cara yang dapat
digunakan untuk menjaga hutan kita tetap terjaga dari tangan-tangan
perusak jahat. Perambahan hutan tanpa perencanaan dan etika untuk
mencari keuntungan sebesar-besarnya sangatlah berbahaya karena
Bab 9 Hutan 58
dapat merusak alam dan habitat serta komunitas hewan yang ada di
dalamnya.
E. Kasus/Permasalahan Salah satu penyebab kerusakan hutan di Indonesia adalah Illegal
logging (penebangan kayu liar tanpa reboisasi). Lemahnya penegakan
hukum di Indonesia merupakan salah satu faktor utama yang turut
memperparah kerusakan hutan Indonesia. Selama ini penegakan hukum
yang sudah dilakukan lebih menjangkau para pelaku di lapangan saja.
Biasanya mereka adalah pihak yang bekerja sebagai buruh upahan yang
untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Sementara para pelaku yang
sebenranya masih leluasa berkeliaran. Kejahatan seperti kadang melibat-
kan aparat yang berwenang seperti polisi hutan dan dinas kehutanan.
Bagaimana pendapat kalian terhadap permasalahan ini?
Bab 10 Bencana Alam 59
BAB X BENCANA ALAM
A. Pengantar
Bencana alam adalah salah satu bagian peristiwa alam yang
mengakibatkan kerugian besar pada kehidupan manusia. Bencana alam
pada dasarnya disebabkan oleh peristiwa fisik misalnya letusan gunung
berapi, gempa bumi, tanah longsor, badai dan aktivitas manusia.
Beberapa contoh peristiwa bencana alam yang disebabkan manusia
Standar Kompetensi: Memahami bencana alam, penyebab terjadinya bencana alam.
Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi kegiatan manusia/masyarakat di daerahnya masing-masing yang dapat menimbulkan bencana alam.
Indikator: Siswa dapat mengidentifikasi upaya-upaya untuk mencegah/ membatasi kerusakan hutan melalui kearifan lokal.
Bab 10 Bencana Alam 60
adalah banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, penggundulan hutan, dan
lain sebagainya. Peristiwa longsor sebenarnya dipicu oleh factor alam dan
faktor manusia. Apabila material yang longsor didominasi oleh tanah maka
penggundulan huta dan pemotongan bukit menjadi faktor pemicunya.
B. Kejadian Bencana Lokal
Lumpur lapindo yang terjadi di Sidoarjo Jawa Timur merupakan
salah satu bencana alam yang disebabkan manusia. Kejadian bencana
Lumpur Lapindo dipicu oleh aktivitas manusia. Kecerobohan pihak
pengusaha tertentu dalam memanfaatkan sumberdaya alam rupanya
menjadi pemicu terjadinya bencana tersebut. Meskipun kepastian penye-
bab terjadinya masih mejadi perdebatan, sebagian berpendapat kejadian
lumpur lapindo merupakan bencana alam murni. Dampak bencana lumpur
lapindo mengenai beberapa hal meliputi aspek sosial, ekonomi,
keamanan, menghambat kelancaran transportasi, dan sebagainya. Seba-
gai gambaran kejadian Lumpur lapindo dapat dilihat pada Gambar 10.1
Gambar 10.1 Sebagian Sudut Tempat Terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo (Sumber: http://www.flickr.com/photos/jrki/242355444/)
Bab 10 Bencana Alam 61
Kejadian bencana alam akibat aktivitas manusia diantaranya banjir.
Faishol Taselan wartawan Media memberitakan bahwa beberapa wilayah
Jawa Timur dilanda banjir. Tampak dari udara kawasan perindustrian di
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, terendam air karena hujan deras diser-
tai pasang air laut, kemarin. Peristiwa banjir bandang ini menewaskan
satu orang, menggenangi sekitar 25 kecamatan, dan ribuan orang
mengungsi, serta memutus jalur transportasi Surabaya-Probolinggo. Banjir
di Pasuruan melanda lima wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Grati,
Wanongan, Bangil, Pasuruan Kota, dan Kecamatan Kedung Paron.
Sedangkan di Kabupaten Mojokerto, yang dilanda banjir adalah
wilayah Kecamatan Sooko, Gondang, Jati Rejo, Trowulan, Jati Anyar, dan
Kecamatan Bangsal. Pantaun Media dari udara bersama tim Sampoerna
Rescue terlihat separuh Kota Pasuruan digenangi air. Jalur lalu lintas dari
Surabaya ke Probolinggo terputus, karena ketinggian air mencapai sekitar
satu meter. Kendaraan yang telanjur masuk kota terpaksa berhenti di
tengah kota, sedangkan yang belum masuk kota dialihkan ke jalur
Pandaan untuk menghindari kemacetan. Banjir mulai merendam wilayah
tersebut sekitar pukul 03.00 dini hari, setelah hujan deras bersamaan
dengan pasangnya air laut. Dalam hitungan jam, air langsung mengenangi
rumah penduduk di lima kecamatan hingga mencapai ketinggian sekitar
satu meter. Warga kemudian berbondong-bondong keluar rumah untuk
menyelamatkan harta benda mereka. Bahkan, sedikitnya 1.300 jiwa
diungsikan ke jalan dan lapangan yang luput dari bencana itu. Air juga
menggenangi beberapa sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar
diliburkan. Sebuah perusahaan, PT Ciel Samsung, juga terpaksa melibur-
kan karyawannya karena pabrik terendam banjir. Banjir di Kabupaten
Mojokerto juga menenggelamkan sebagian wilayah itu. Banjir yang
mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter terjadi akibat jebolnya tanggul
Sungai Brangkal setelah wilayah tersebut sejak malam diguyur hujan
deras.
Hujan deras di Kota Malang sejak Selasa (3/2) malam juga
menyebabkan banjir, sehingga ratusan warga yang tinggal di sepanjang
Bab 10 Bencana Alam 62
tepi Sungai Brantas terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam.
Akibat bencana ini sedikitnya 200 rumah rusak berat. (http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004020500314013).
Pada tanggal 5 Januari 2010 pukul 13.30 WIB terjadi angin puting
beliung di 3 desa (Desa Cermee, Desa Bercak dan Desa Bercak Asri),
Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Akibat
kejadian tersebut sebanyak 18 unit rumah rusak berat dan 227 unit rumah
rusak ringan. Korban meninggal dunia sebanyak 1 orang, sedangkan
korban luka ringan sebanyak 11 orang. Tidak ada sarana kesehatan yang
rusak maupun terjadinya pengungsian.
(www.ppk-depkes.org/.../berita/berita.../1697-angin-puting-beliung-di-kabupaten-bondowoso-provinsi-jawa-timur.html)
Gambar 10.2 Salah Satu Dampak Akibat Bencana Puting Beliung (Sumber: http://www.beritajatim.com/fotoberita.php?newsid=3210)
Tanah longsor juga merupakan salah satu bentuk bencana alam
akibat perilaku manusia. Pada tanggal 16 September 2009 pukul 06.00
WIB telah terjadi tanah longsor di Desa Taman Ayu Kecamatan Pronojiwo,
Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur. Kejadian tersebut tidak
menimbulkan adanya korban meninggal dunia, luka berat maupun hilang.
Korban luka ringan sebanyak 3 orang. (www.beritajatim.com/.../Tanah_Longsor_di_Pacitan,_Lsitrik_3_Kecamatan_Padam -)
Bab 10 Bencana Alam 63
Di Pacitan pada bulan Nopember 2009 juga dilaporkan terjadi
tanah longsor. Akibat tanah longsor tersebut satu tiang listrik di Desa Jati
Gunung, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan roboh dan memimpa
satu rumah warga dan mengakibatkan pemadaman aliran listrik di tiga
kecamatan (beritajatim.com).
Gambar 10.3 Lokasi yang Menunjukkan Tanah Longsor
(Sumber: http://www.cakrabuananews.com/foto_berita/27kelok-9.jpg)
C. Kegiatan Manusia Penyebab Terjadinya Bencana
Beberapa kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya
bencana alam banjir dan tanah longsor teridentifikasi sebagai berikut:
1. Menyalahgunakan peruntukan kawasan. Sebagai gambaran nyata
bahwa banyak lahan tangkapan air yang kini mengalami pembukaan,
sehingga banyak perluasan lahan terbuka. Apabila kita menuju ke
Cangar Taman Hutan Soerjo Batu maka pemandangan sepanjang
jalan terlihat lahan di bukit sekitar kawasan tersebut sudah beralih
fungsi menjadi lahan pertanian.
2. Kebiasaan membuang sampah di daerah sungai atau selokan oleh
masyarakat. Keberadaan tumpukan sampah di pinggir dan di badan
sungai akan mengambat laju air yang mengalir ke selokan dan sungai.
Bab 10 Bencana Alam 64
3. Ketidaksesuaian antara kapasitas tampungan sungai dengan limpasan
air yang masuk ke sungai menjadi faktor penyebab banjir.
4. Keleluasaan pemberian ijin bangunan pada kawasan konservatif,
daerah sepadan sungai dan menyalahi tata ruang wilayah atau kota.
5. Pembukaan hutan menjadi kawasan hunian. Banyak vila atau
bungalow yang dibangun di kawasan lereng yang sangat miring
sampai dekat puncak bukit. Kawasan hutan semakin berkurang, jika
hal ini dibiarkan maka terjadinya tanah longsor semakin sering.
Akibatnya sungai semakin dangkal karena kemasukan lumpur atau
tanah longsor dan terjadi banjir.
Beberapa pemecahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya bencana alam banjir dan tanah longsor adalah
sebagai berikut: 1. mengurangi dilakukannya eksploitasi hutan,
2. tindakan yang tegas terhadap pembukaan area untuk kegiatan apapun
di kawasan konservasi atau hutan lindung,
3. melakukan penghijauan yang intensif pada kawasan hutan maupun di
luar kawasan hutan yang teridentifikasi sebagai lahan kritis,
4. mengambil tindakan dan sangsi yang tegas terhadap perusahaan yang
mengabaikan reklamasi dan revegetasi,
5. memperketat pemberian ijin bangunan yang akan didirikan di atas
lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang wilayah dan ruang kota,
6. harus ada sanksi tegas bagi masyarakat yang membuang sampah di
sungai-sungai,
7. melakukan kampanye besar-besaran pelestarian lingkungan, seperti:
a) Penyebaran leaflet himbauan untuk tidak membakar hutan dan
lahan, serta pelestarian hutan tropis,
b) Penyebaran VCD dampak kerusakan lingkungan terhadap manusia
dan lingkungannya.
Bab 10 Bencana Alam 65
D. Rangkuman
Bencana alam adalah salah satu bagian peristiwa alam yang
mengakibatkan kerugian besar pada kehidupan manusia. Bencana alam
dapat disebabkan adanya aktivitas alam dan manusia. Bencana alam
banjir dan tanah longsor pada dasarnya diakibatkan oleh manusia yang
tidak memperdulikan kelestarian alam dan lingkungan. Penyebab bencana
alam banjir dan tanah longsor adalah sebagai berikut menyalahgunakan
peruntukan kawasan, kebiasaan membuang sampah di daerah sungai
atau selokan, ketidaksesuaian antara kapasitas tampungan sungai
dengan limpasan air yang masuk ke sungai, kemudahan memperoleh ijin
bangunan pada kawasan konservatif, daerah sepadan sungai dan
menyalahi tata ruang wilayah atau kota, dan pembukaan hutan menjadi
kawasan hunian.
E. Kasus/Permasalahan
Masih dapat diingat bahwa pada awal desember 2002 terjadi
bencana banjir lumpur yang melanda Taman Wisata Pemandian Pacet
Mojokerto. Kurang lebih yang menjadi korban tewas sebanyak 29 orang.
Banjir lumpur yang datangnya tiba-tiba akan menerjang benda apa saja
yang dilalui dengan kekuatan amat dahsyat, sehingga sering memakan
banyak korban baik harta benda maupun jiwa manusia. Berdasarkan
kasus tersebut coba jelaskan mengapa bencana itu dapat terjadi dan
kemukakan upaya pencegahannya!
Daftar Pustaka 66
DAFTAR PUSTAKA
Amarullah A. 2010. Sampah Ancam Kualitas Air di Jatim, (Online), (http://jatim.vivanews.com/news/read/121100-sampah_ancam_kualitas_air_di_jatim, diakses 1 November 2009)
Anonimous. 2008. Krisis Air bersih di Indonesia, (Online), (http://mandaazzahra.wordpress.com/2008/06/10/krisis-air-bersih-di-indonesia/, diakses 25 Oktober 2009)
Anonimous. 2009. Banyak Sinetron tidak Mendidik, (Online), (http://www.mediaindonesia.com/read/2009/12/18/112259/63/10/Banyak-Sinetron-tidak-mendidik, diakses 17 Oktober 2009)
Anonimous. 1992. Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 1992: 20 tahun Setelah Stockholm. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 122 hal.
Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur. 2009. Kondisi DAS Brantas hulu. (Online), (http://www.blhjatim.net/index.php?option=com_content&view=article&id=49:-kondisi-das-brantas-hulu&catid=14:berita&Itemid=31, diakses 20 November 2009)
Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim. 2009. Mangrove Mampu Kurangi Dampak Abrasi Laut Dan Pemanasan Global. (Online), (http://www.jatimprov.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5558&Itemid=1, diakses 1 November 2009)
Hadianto, M. A. 2007. Kemiskinan Dalam (Kekayaan) Sumber Daya Alam Indonesia, (Online), (http://ppsdms.org/kemiskinan-dalam-kekayaan-sumber-daya-alam-indonesia.htm, diakses 2 Desember 2009)
Kasim, M. 2009. Lingkungan Ekosistem Pesisir. (Online), (http://maruf.wordpress.com/, diakses 2 Desember 2009)
Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan, 365 hal.
Soeriaatmadja, R. E. 1989. Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB. 133 hal.
Soleiman, N. 2004. Pengelolaan Sampah Di Jakarta Dengan Konsep 4R, (Online), (http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/nuraini_soleiman.htm, diakses 2 Desember 2009).
Daftar Pustaka 67
Suripto, B. A. 1998. Prinsip-Prinsip dan Pengelolaan Sumber Daya Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 168 hal.
Winarno, R, Susilo, H, syamsuri, I, Soebagio, Astima, K. 1997. Lingkungan Hidup Kita. Malang: PKPKLH Lembaga Penelitian IKIP Malang, 302 hal.
http://matoa.org/wp-content/uploads/2008/11/tas-dari-sampah-plastik1.jpg
http://gambang.files.wordpress.com/2008/02/sampah.jpg
http://1.bp.blogspot.com/_CHMlH-/siklus+hidrologi
www.imred.org/files/penanaman.jpg
vikakura.files.wordpress.com/2009/10/sungai
http://geothermal.marin.org/GEOpresentation/images/img121.jpg
http://iselantang.files.wordpress.com/2007/10/potensi41.jpg
http://i97.photobucket.com/albums/l212/munawir/pinisi2.jpg
http://thebibliothek.files.wordpress.com/2009/10/pitstone-windmill-600px1.jpg
www.lablink.or.id/Env/Hutan/Forest1.jpg
racheedus.files.wordpress.com/2009/03/hutan
http://www.flickr.com/photos/jrki/242355444
http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004020500314013
www.ppk-depkes.org/.../berita/berita.../1697-angin-puting-beliung-di-kabupaten-bondowoso-provinsi-jawa-timur.html
http://www.beritajatim.com/fotoberita.php?newsid=3210
www.beritajatim.com/.../Tanah_Longsor_di_Pacitan,_Lsitrik_3_Kecamatan_Padam