case stroke dini (repaired)
DESCRIPTION
wwwwTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. T
2. Umur : 10 tahun
3. Jenis kelamin : Perumpuan
4. Nama orangtua : Ny. A
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Agama : Islam
7. Suku bangsa : Batak
8. Tanggal masuk : 20 Mei 2013
B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 09.00 WIB.
1. Keluhan utama : Kebas pada tubuh bagian kiri sejak 1 hari smrs
2. Keluhan tambahan : Mulut sebelah kiri terasa kaku
3. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan kebas pada tubuh bagian kiri sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Kebas tersebut terjadi saat 1 hari sebelumnya pasien
mengkonsumsi sate kambing. Pasien tiba-tiba merasakan nyeri kepala, kemudian
3 jam setelahnya tangan, kaki dan wajah bagian kirinya terasa kebas dan lemah
namun anggota gerak tubuhnya masih dapat digerakkan.
Pasien mengeluh terkadang nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan dari daerah
belakang kepala hingga daerah depan sisi kanan dan kiri kepala. Pasien mengeluh
nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk dan pasien menyangkal merasakan pusing
seperti berputar.
Pasien menyangkal adanya mual, muntah dan bicara menjadi susah/ pelo. Pasien
menyangkal mengalami trauma kepala, demam ataupun kejang. Pasien juga
menyangkal adanya penglihatan kabur/ganda, gangguan pendengaran, sesak nafas
1
dan sulit menelan. Pasien menyangkal terjadi penurunan berat badan yang drastis.
Pasien juga menyangkal mengalami gangguan buang air kecil dan besar.
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Pasien tidak teratur
meminum obat. Pasien menyangkal memiliki penyakit diabetes, sakit jantung, dan
trauma kepala.
5. Riwayat penyakit keluarga: Ayah pasien mempunyai riwayat hipertensi.
6. Riwayat kebiasaan : Pasien merokok sejak 20 tahun dan minum alkohol.
C. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 01 April 2013)
1. Status generalis
a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Gizi : baik
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 37,2oC
d. Limfanodi : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
e. Jantung : iktus cordis teraba di pertengahan axillaris anterior
kiri sela iga 5, bunyi jantung I-II regular, murmur
(-), gallop (-)
f. Paru : bunyi nafas vesikular, ronki -/-, wheezing -/-
g. Hepar : tidak teraba pembesaran hepar
h. Lien : tidak teraba pembesaran lien
i. Ekstremitas : akral hangat, capillary refill time kurang dari 2
detik, edema (-).
2. Status psikiatris
a. Tingkah laku : wajar
b. Perasaan hati : baik
c. Orientasi : baik
2
d. Jalan fikiran : baik
e. Daya ingat : baik
3. Status neurologis
a. Kesadaran : compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
b. Sikap tubuh : berbaring terlentang
c. Cara berjalan : tidak dapat dinilai
d. Gerakan abnormal : tidak ada
e. Kepala :
Bentuk : normocephal
Simetris : simetris
Pulsasi a.temporalis : teraba
Nyeri tekan : tidak ada
f. Leher :
Sikap : normal
Gerakan : bebas
Vertebrae : dalam batas normal
Nyeri tekan : tidak ada
Pulsasi a. carotis : teraba
4. Gejala rangsang meningeal:
(kanan/kiri)
a. Kaku kuduk : -/-
b. Laseque : -/-
c. Kernig : -/-
d. Brudzinsky I : -/-
e. Brudzinsky II : -/-
5. Syaraf kranialis:
a. Nervus I (N. olfactorius)
Daya penghidu: normosmia/ normosmia
b. Nervus II (N. opticus)
Ketajaman penglihatan: baik/ baik
3
Pengenalan warna : baik/ baik
Lapang pandang : tidak dilakukan
Funduskopi : tidak dilakukan
c. Nervus III (N. occulomotorius/ trochlearis/ abdusens)
Ptosis : -/-
Strabismus : -/-
Nistagmus : -/-
Eksoftalmus : -/-
Enoptalmus : -/-
Gerakan bola mata:
- Lateral : +/+
- Medial : +/+
- Atas lateral : +/+
- Atas medial : +/+
- Bawah lateral : +/+
- Bawah medial : +/+
- Atas : +/+
- Bawah : +/+
- Gaze : -/-
Pupil:
- Ukuran pupil : 3 mm/ 3mm
- Bentuk pupil : bulat/ bulat
- Isokor/ anisokor : isokor
- Posisi : di tengah/ di tengah
- Refleks cahaya langsung : +/+
- Refleks cahaya tidak langsung : +/+
- Refleks akomodasi/ konvergensi : +/+
d. Nervus V (N. trigeminus)
Menggigit : baik
Membuka mulut : simetris
Sensibilitas atas : +/+
4
Sensibilitas tengah : +/-
Sensibilitas bawah : +/-
Refleks masseter : baik
Refleks zigomatikus : tidak dilakukan
Refleks kornea : +/+
Refleks bersin : tidak dilakukan
e. Nervus VII (N. fasialis)
Pasif
- Kerutan kulit dahi : simetris
- Kedipan mata : simetris
- Lipatan nasolabial : asimetris, lebih datar ke sebelah kiri
- Sudut mulut : asimetris, lebih jatuh ke sebelah kiri
Aktif
- Mengerutkan dahi : simetris
- Mengerutkan alis : simetris
- Menutup mata : simetris
- Meringis : asimetris, sebelah kiri tertinggal
- Menggembungkan pipi : simetris
- Gerakan bersiul : -
- Daya pengecapan lidah 2/3 depan: tidak dilakukan
- Hiperlakrimasi : tidak ada
- Lidah kering : tidak ada
f. Nervus VIII (N. acusticus)
Suara gesekan jari tangan : +/+
Mendengarkan detik jam arloji : +/+
Tes rinne : tidak dilakukan
Tes weber : tidak dilakukan
Tes swabach : tidak dilakukan
g. Nervus IX (N. glossopharyngeus)
Arkus faring : simetris
Posisi uvula : di tengah
5
Daya pengecap lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan
Refleks muntah : tidak dilakukan
h. Nervus X (N. vagus)
Denyut nadi : teraba, reguler
Arkus faring : simetris
Bersuara : baik
Menelan : baik
i. Nervus XI (N. assesorius)
Memalingkan kepala : baik
Sikap bahu : simetris
Mengangkat bahu : simetris
j. Nervus XII (N. hipoglosus)
Menjulurkan lidah : baik
Kekuatan lidah : baik
Atrofi lidah : tidak ada
Artikulasi : cukup
Tremor lidah : tidak ada
6. Motorik:
a. Gerakan : Bebas Bebas
Bebas Bebas
b. Kekuatan : 5555 5555
5555 5555
c. Tonus otot : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
d. Trofi : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
7. Refleks fisiologis:
a. Refleks tendon:
6
Refleks biseps : +/+
Refleks triseps : +/+
Refleks patella : +/+
Refleks archilles : +/+
b. Refleks periosteum: tidak dilakukan
c. Refleks permukaan:
Dinding perut : tidak dilakukan
Cremaster : tidak dilakukan
Spincter ani : tidak dilakukan
8. Refleks Patologis:
a. Hoffman trimmer : -/-
b. Babinski : -/-
c. Chaddock : -/-
d. Oppenheim : -/-
e. Gordon : -/-
f. Schaefer : -/-
g. Rosolimo : -/-
h. Mendel bechterew: -/-
i. Klonus paha : -/-
j. Klonus kaki : -/-
9. Sensibilitas:
a. Eksteroseptif:
Nyeri : +/-
Suhu : tidak dilakukan
Taktil : +/-
b. Propioseptif:
Posisi : tidak dilakukan
Vibrasi : tidak dilakukan
Tekanan dalam : tidak dilakukan
10. Koordinasi dan keseimbangan:
7
a. Tes Romberg : tidak dilakukan
b. Tes tandem : tidak dilakukan
c. Tes fukuda : tidak dilakukan
d. Disdiadokinesis : tidak dilakukan
e. Rebound phenomen : tidak dilakukan
f. Dismetri : tidak dilakukan
g. Tes telunjuk hidung : +/ +
h. Tes telunjuk telunjuk : tidak dilakukan
i. Tes tumit lutut : tidak dilakukan
11. Fungsi otonom:
a. Miksi
Inkontinensia : tidak ada
Retensi urin : tidak ada
Anuria : tidak ada
b. Defekasi
Inkontinensia : tidak ada
Retensi : tidak ada
12. Fungsi luhur:
a. Fungsi bahasa : baik
b. Fungsi orientasi : baik
c. Fungsi memori : baik
d. Fungsi emosi : sulit dinilai
e. Fungsi kognisi : baik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Jenis
pemeriksaan
Tanggal Nilai rujukan
8
30-03-2013
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
16,6 g/ dl
47%
54,1 juta/uL*
8700/uL
250000/uL
94 fl
30 pg
35 g/dL
12-16 g/dL
37-47 %
4,3-6,0 juta/uL
4800-10800/uL
150000-400000/uL
80-96 fl
27-32 pg
32-36 g/dL
Kimia
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Klorida
Glukosa sewaktu
20,7 mg/dL
1,15 mg/dL
139 mEq/L
3,6 mEq/L
106 mEq/L
101 mg/dL
20-50 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
135-145 mg/dL
3,5-5,3 mEq/L
97-107 mEq/L
<140 mg/dL
2. CT scan kepala, tanggal 01 April 2013
Kesan:
Tampak lesi hipoekoik kecil pada thalamus kiri kanan
Ventrikel lateralis kiri kanan, sulci corticalis tidak melebar
Diferensiasi grey white matter baik, tak tampak midline shift
Cerebellum dan batang otak tak tampak kelainan Extraaxial tak tampak
perdarahan atau koleksi cairan patologis
Kedua orbita simetris, retrobulbar tidak tampak massa
Sinus paranasalis dan mastoid air cell kanan kiri cerah
Tulang-tulang intak, tak tampak fraktur, subgaleal tak tampak kelainan
Kesimpulan : Tampak infark lacunar pada thalamus kiri kanan
9
E. RESUME
Pasien datang dengan keluhan kebas pada tubuh bagian kiri sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien tiba-tiba merasakan nyeri kepala, kemudian 3 jam
setelahnya tangan, kaki dan wajah bagian kirinya terasa kebas dan lemah namun
anggota gerak tubuhnya masih dapat digerakkan. Pasien mengkonsumsi rokok.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan paresis N.VII sinistra tipe sentral dan
hemihipestesia sinistra.
Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan
CT scan didapatkan lesi hipoekoik kecil pada thalamus kiri kanan
F. DIAGNOSIS
1. Diagnosis klinis: paresis N. VII sinistra tipe sentral dan hemihipestesia
sinistra.
2. Diagnosis topis: infark lacunar pada thalamus dextra sinistra
3. Diagnosis etiologis: aterosklerotik
4. Diagnosis patologis: Stroke infark
10
G. PENATALAKSANAAN
1. IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit
2. Captopril 2x12,5 mg secara oral
3. Amlodipin 1x10 mg secara oral
4. Antiplat 2x1
5. Atofar 1x1
6. Neurobion 1x1
7. Diet rendah garam
H. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanasionam : dubia ad bonam
4. Ad Cosmeticum : dubia ad bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
11
A. ANAMNESIS
1. Pasien merupakan laki-laki berusia 43 tahun.
↓
Pasien merupakan laki-laki, dimana umumnya laki-laki lebih sering terserang
stroke dibandingkan perumpuan dimana termasuk merupakan faktor risiko
terjadinya stroke.1 Semakin tua usia maka resiko terkena strokenya pun semakin
tinggi, tetapi golongan usia produktif juga dapat terkena stroke akibat gaya hidup
yang dilakukannya.2
2. Pasien mengeluh kebas pada tangan, kaki, dan wajah sebelah kiri secara
tiba-tiba.
↓
Pasein mengalami hemihipestesi sinistra, dimana hali ini merupakan manifestasi
klinis dari serangan stroke. Sesuai dengan definisi stroke menurut WHO dimana
terjadi gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal (seperti paresis, sulit bicara, buta) maupun global
(gangguan kesadaran) yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.3
hemihipestesi pada psien terjadi oleh karena adanya kelainan pada thalamus
dimana jaras spinothalamikus yang berfungsi sebagai persarafan sensoris berjalan
pada area tersebut.
3. Pasien juga mengeluh nyeri kepala
↓
Keluhan yang dialami pasien merupakan manifestasi klinis oleh karena hipoksia
jaringan otak yang menyebabkan edema dan menekan struktur nyeri disekitarnya.
Dimana pada stroke terdapat 2 klasifikasi berdasarkan tipenya yaitu stroke non
hemoragik (infark otak) dan stroke hemoragik.1,3
Tabel perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan
anamnesis.3
12
Gejala Stroke hemoragik Stroke non
hemoragik
Onset atau awitan Mendadak Mendadak
Saat onset Sedang aktif Istirahat
Peringatan - +
Nyeri kepala +++ ±
Kejang + -
Muntah + -
Penurunan
kesadaran
+++ ±
Berdasarkan tabel diatas, pasien mengarah ke stroke non hemoragik karena pada
pasien didapatkan gejala onset mendadak, terjadi saat sedang istirahat dan terdapat
nyeri kepala.
4. Pasien menyangkal adanya demam, kejang, penglihatan kabur/ganda,
gangguan pendengaran, sesak nafas dan sulit menelan.
↓
Demam dan kejang disangkal. Hal dapat digunakan untuk menghilangkan
diagnosis banding terhadap adanya penyakit infeksi pada otak seperti meningitis
dan ensefalitis yang dapat memberikan gejala yang hampir serupa. 3
Penglihatan kabur/ganda disangkal, gangguan pendengaran disangkal, jadi
kemungkinan tidak ada kelumpuhan pada saraf III, IV, VI, VIII, IX dan X.
Namun tetap sebaiknya dilakukan pemeriksaan untuk saraf tersebut sebagai
pembuktian.3,5
5. Pasien mempunyai kebiasaan merokok
↓
Menandakan faktor risiko stroke yang disebabkan oleh rokok pada pasien .
Merokok merupakan salah satu faktor resiko stroke karena rokok mendorong
terbentuknya aterosklerosis yang selanjutnya dapat memprofokasi terjadinya
thrombosis arteri. Merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke empat kali
lipat.3
13
6. Pasien juga menyangkal mengalami gangguan buang air kecil dan besar.
↓
Menandakan tidak ada gangguan otonom pada pasien.
7. Pasien mempunyai riwayat penyakit dahulu hipertensi tidak terkontrol
sejak 5 tahun dan tidak teratur minum obat hipertensi.
↓
Dari hal ini dapat dilihat bahwa pasien memiliki faktor risiko terhadap penyakit
stroke yaitu hipertensi yang tidak terkontrol. Dimana hipertensi berperan penting
untuk terjadinya infark dan pendarahan otak yang terjadi pada pembuluh darah
kecil. Hipertensi mempercepat arterosklerosis sehingga mudah terjadi oklusi atau
emboli pada/dari pembuluh darah besar. Hipertensi secara langsung dapat
menyebabkan arteriosklerosis obstruktif, lalu terjadi infark lakunar dan
mikroaneurisma.3,6
8. Riwayat penyakit keluarga ayah pasien mempunyai riwayat hipertensi.
↓
Riwayat keluarga seperti kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke
secara langsung, tetapi gen sangat berperan besar pada beberapa faktor risiko
stroke seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh
darah.3,6
Dari anamnesis didapatkan kesimpulan bahwa tanda-tanda klinis tersebut
mengarah pada terjadinya stroke karena terjadi secara tiba-tiba, terdapat
gangguan sirkulasi darah otak (ditandai nyeri kepala), adanya faktor risiko
stroke seperti hipertensi, merokok serta riwayat keluarga hipertensi. Untuk
lebih memastikan diagnosis maka dilakukan pemeriksaan fisik dan status
neurologis pada pasien.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg
↓
14
Tabel Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII.7
Grade Tekanan Darah Sistolik Diastolik
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi grade I 140-159 90-99
Hipertensi grade II 160-179 100-109
Hipertensi grade III 180-209 100-119
Hipertensi grade IV >210
Pasien ini berdasarkan klasifikasi menurut JNC VII termasuk golongan hipertensi
grade II.
2. Pada pemeriksaan N.VII, saat pemeriksaan pasif didapatkan lipatan
nasolabial asimetris, lebih datar ke sebelah kiri dan sudut mulut asimetris,
lebih jatuh ke sebelah kiri. Pada pemeriksaan aktif didapatkan saat
pemeriksaan meringis asimetris, sebelah kiri tertinggal dan saat
menggembungkan pipi asimetris, kanan lebih menggembung.
↓
Menandakan terdapat paresis N. VII sinistra tipe sentral.
↓
Persarafan nervus kranialis umumnya mendapat persarafan bilateral dari hemisfer
kanan maupun kiri kecuali nervus VII dan nervus XII. Nervus VII jika terjadi lesi
LMN maka semua dari otot ipsilateral akan menjadi lemah sedangkan apabila
yang terkena adalah lesi UMN (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik)
maka hanya setengah dari bagian bawah wajah yang terkena dan kontralateral dari
lesi. Hal ini dikarenakan sebagian dari nukleus nervus VII pada bagian atas
mendapat persarafan dari kortikobulbar bilateral (UMN).4
15
Tabel perbedaan karakteristik UMN dan LMN.3
No. Kelumpuhan tipe UMN Kelumpuhan tipe LMN
1. Spastis (kaku) Flaksid (lemas)
2. Refleks patologis (+) Refleks patologis (-)
3. Refleks fisiologis meningkat Refleks fisiologis menurun
4. Atrofi otot (-) Atrofi otot (+)
3. Pemeriksaan sensibilitas: Pasien tidak dapat merasakan rangsangan nyeri
dan taktil pada sisi kiri.
↓
Pasien mengalami hemihipestesia sinistra karena terdapat gangguan sensoris pada
wajah dan tubuh bagian ipsilateral. Terjadinya hemihipestesia dapat disebabkan
oleh korteks sensorik primer tidak menerima impuls sensorik dari belahan tubuh
kontralateral. Di dalam klinis, hemihipestesia merupakan gejala utama atau gejala
pengiring penyakit peredaran darah serebral (CVD = cerebrovascular disease).4
16
Bila gangguan di sensibilitas di wajah merupakan bagian dari hemihipestesia,
maka lesi berada pada hubungan supranuklear, dari thalamus ke korteks sensori
post sentralis.5
Dari hasil pemeriksaan fisik dan neurologis didapatkan adanya defisit
neurologis yang makin memperkuat diagnosis stroke. Untuk lebih
memastikan stroke hemoragik atau iskemik dapat dilakukan skoring dengan
menggunakan Algoritma Stroke Gajah Mada atau Siriraj Stroke Score
(SSS).
1. Algoritma Stroke Gajah Mada.3
↓ dengan atau tanpa
↓
Ya
↓ tidak
Ya
17
Penderita stroke akut
Ketiganya atau dua dari ketiganya ada
Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), refleks babinski (-)
- Penurunan kesadaran
- Nyeri kepala
- Refleks babinski
Stroke pendarahan intraserebral
Stroke infark
2. Siriraj Stroke Score (SSS).3
No. Gejala/ tanda Penilaian Indeks Skor
1. Kesadaran (0) Komposmentis
(1) Mengantuk
(2) Semi koma/
koma
X 2,5 +
2. Muntah (0) Tidak
(1) Ya
X 2 +
3. Nyeri kepala (0) Tidak
(1) Ya
X 2 +
4. Tekanan darah Diastolik X 10% +
5. Ateroma
a. DM
b. Angina
pectoris
Klaudikasio
intermiten
(0) Tidak
(1) Ya
X (-3) -
6. Konstanta -12 -12
HASIL SSS
- Kesadaran : 0 x 2,5 = 0
- Muntah : 0 x 2 = 0
- Nyeri kepala : 0x2 = 0
- Tekanan darah : 100x10% = 10
- Ateroma : 0x (-3) = 0 +
Total : 10
Konstanta : -12
Hasil SSS : 10 - (-12) = -2
: didapatkan SSS <-1 = stroke infark
18
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan kepala, tanggal 07 Agustus 2011
Kesan:
Tampak lesi hipoekoik kecil pada thalamus kiri kanan
↓
Dari pemeriksaan fisik yang ditemukan yaitu hemiparesis dupleks, paresis N. VII
sinistra tipe sentral, defisit sensoris N.V2-3 sinistra tipe sentral, dan hemihipestesia
sinistra, kemungkinan kelainan berarti di thalamus dextra sinistra. Hal ini sesuai
dengan hasil ct-scan yaitu tampak lesi hipoekoik kecil pada thalamus kiri kanan.
D. DIAGNOSIS
5. Diagnosis klinis: Parese N. VII sinistra tipe dan hemihipestesia sinistra.
Diagnosis topis: infark lacunar pada thalamus dextra sinistra
Diagnosis etiologis: aterosklerotik
Diagnosis patologis : stroke infark
E. PENATALAKSANAAN
1. IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit
Pada pasien diberikan infuse ringer laktat untuk mensabilisasi hemodinamik
dengan tujuan menjaga euvolemia. Pada pasien stroke, diberikan cairan kristaloid
atau koloid intravena. Cairan hipotonik atau yang mengandung glukosa
hendaknya dihindari pada pasien dengan stroke kecuali pada keadaan
hipoglikemia.
2. Captopril 2x25 mg oral
Captopril digunakan untuk penyakit hipertensi, infark miokardium, gagal jantung
kongestif, diabetik nefropati.14
Pemberian captopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan
angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron
sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan
ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung
19
sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Dosis capropril adalah 25-50 mg, 2-3x
sehari per oral.14, 17
3. Amlodipin 1x10 mg secara oral
Amlodipin adalah antagonis kalsium (calcium antagonist = CA) dari kelas
dihidropiridin (DHP) dengan masa kerja yang panjang yang menghambat influks
ion calcium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot jantung
sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung.
Amlodipine menghambat impuls ion calcium secara selektif, di mana sebagian
besarmempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.
Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsungsebagai vasodilator
arteri perifer dan dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta
penurunan tekanan darah. Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan
darah yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah perlahan-lahan,
sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi akut. sehingga dapat diberikan
sekali sehari untuk pengobatan hipertensi dan anginapectoris. Dosis awal 5 mg
sekali sehari dan dapat ditingkatkan sampai dosismaksimum 10 mg sehari.
4. Antiplat 2x1 secara oral
Komposisi Cilostazol, indikasi mengobati gejala iskemik termasuk ulserasi, nyeri
dan sensasi dingin pada ekstremitas, pada oklusi arterial kronik. Pencegahan
infark serebral berulang (tidak termasuk emboli serebral kardiogenik). Dosis 100
mg 2 kali/hari. Sediaan 50 mg/tab.
5. Atofar 1x1
Komposisi Atorvastatin, indikasi Terapi tambahan untuk menurunkan kadar
kolesterol total, LDL, apolipoprotein B, dan trigliserida yang meningkat pada
pasien dengan hiperkolesterolemia primer, hiperlipidemia kombinasi atau
campuran, hiperkolesterolemia familial heterozigot dan homozigot dimana respon
terhadap diet dan terapi non farmakologi lain tidak adekuat. Mencegah komplikasi
KV. Dosis lazim : 10 mg 1 kali/hari kisaran dosis : 10-80 mg 1 kali/hari. Untuk
hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia kombinasi atau campuran : 10
mg/hari selama 2 minggu dan hingga 4 minggu untuk respon maksimal. Untuk
20
hiperkolesterolemia familial homozigot : 80 mg. Untuk hiperkolesterolemia
familial heterozigot Anak 10-17 tahun : 10 mg/hari. Maksimal 20 mg/hari.
Penyesuaian dosis sebaiknya diklakukan dengan selang waktu (interval) >= 4
minggu.
6. Neurobion 1x1
Indikasi untuk pencegahan dan pengobatan penyakit karena kekurangan vitamin
B1, B6,dan B12 seperti beri-beri, neuritis perifer, neuralgia. Cara Kerja thiamine
penting untuk metabolisma kabohidrat, dalam tubuh dikonversi menjadi bentuk
aktifnya thiamine pirofosfat yang merupakan koenzim pada reaksi dekarboksilasi
asam a-keto. Pyridoxol HCI di dalam tubuh di ubah menjadi pyridoxol fosfat,
yang merupakan koenzim reaksi karbksilasi dan transaminasi, berfungsi terutama
dalam metabolisme protein dan asam amino.vitamin B12 diperlukan dalam
sintesis asam nukleat, dan mielin, dangan demikian mempengaruhi pematangan
sel dan memelihara keutuhan jaringan saraf.
F. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
Karena pada pemeriksaan tanda vital, keadaan umum, dan kesadaran pasien sudah
dalam keadaan stabil.
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanangsionam : dubia ad bonam
.
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a. Stroke Lakunar
Stroke lakunar timbul bila pembuluh darah kecil yang mengalami
lipohialinosis menjadi tersumbat dan timbul infark kecil dengan ukuran
penampang 0.5 — 15 mm. Pada pemeriksaan patologis terdapat : destruksi mural,
penebalan fokal pembuluh darah, makrofag lemak atau sel busa (foam cell),
penutupan trombotik, ekstravasasi hemoragik dan penumpukan fibrinoid. Semua
ini dapat menyebabkan infark lakunar (etat lacunaire). Infark lakunar dengan
lipohialinosis ini disebabkan oleh hipertensi menahun dan tak ada hubungan
dengan penyakit pembuluh darah arteri ekstrakranial, emboli otak atau diabetes.
Infark ini setelah mengalami perbaikan akan meninggalkan lubang kecil
yang disebut lacune ("danau"), sering ditemukan di ganglia basalis (putamen,
nukleus kaudatus), talamus, pons dan krus posterior kapsula interna, dan jarang-
jarang di substansia alba serebral, krus anterior kapsula interna dan serebelum.
Oleh karena infarknya kecil prognosisnya baik, dan dengan pengobatan hipertensi
yang baik kambuhnya serangan dapat dihindarkan.
22
Penampang infark lakunar bervariasi antara 0.5-15 mm (paling lazim 2-4
mm). Paling sering terdapat di nukleus lentikularis, terutama putamen, diikuti oleh
pons, talamus dan nukleus kaudatus, jarang pada substansia putih otak. Lakun ini
tak terdapat di kortek, jarang di serebelum dan tak pernah ada di medula
oblongata dan sumsum tulang. Lakun ini sering berhubungan dengan perdarahan
dan infark : perdarahan terdapat pada 35% dan infark 26%. Infark lakunar terdapat
pada 10-20 persen dari semua stroke
Awalnya, lipohyalinosis dianggap patologi yang dominan pada stroke
lakunar, namun saat ini microatheroma dianggap sebagai mekanisme yang paling
umum untuk terjadinya oklusi arteri (atau stenosis). Kadang-kadang, ateroma di
blok induk arteri lubang dari arteri menembus (ateroma luminal), atau ateroma
melibatkan asal dari arteri menembus (ateroma junctional).
Gejala stroke lakunar muncul jika terjadi pada lakun yang besar yang
mengalami okulsi, okulsi pembuluh darah disebabkan oleh atheroma yang
berukuran kecil seperti manik-manik. Ukuran atheroma tersebut antara 400 hingga
900 u. Okulsi pada cabang pembuluh darah arteri basilar sering terjadi karena
pada permukaan arteri cabang tertutup oleh plak atherom yang melekat pada
dinding arteri basilar. Pada penelitian patologis arteri yang menuju ke daerah
infark lacunar diperkirakan normal, dengan kesimpulan, kita asumsikan bahwa
partikel emboli yang melaluinya yaitu partikel kecil dari trombus yang berasal
dari jantung atau arteri besar. emboli menyebabkan obstruksi dan umumnya
emboli kecil karena mengalami lisis.
Gejala-gejala fokal neurologik pada stroke ini akan membaik perlahan-
lahan dalam beberapa jam sampai beberapa hari; kadang-kadang didahului oleh
satu atau beberapa serangan TIA, umumnya pada 48 jam sebelumnya. Infark
lakunar tidak ada hubungannya dengan timbulnya infark pada stroke
tromboembolik. Infark lakunar dapat bermanifestasi dalam 4 macam sindroma5:
1) Pure motor hemiparesis (infark di kapsula interim dan pons).
2) Pure sensory stroke (talamus).
3) Homolateral ataxia and aural paresis (kaps. Interna dan korona radiata).
23
4) Dysarthria and clumsy hand (pons).
b. Frekuensi
Di Amerika Serikat serta negara-negara Barat lainnya, stroke lakunar
terdapat sekitar 15-25% dari semua stroke iskemik. Berdasarkan studi di
Amerika Serikat yang berbasis pada masyarakat, tingkat insiden stroke lacunar
tahunan adalah 13,4 dan 19,5 kasus per 100.000 penduduk. Di Eropa berdasarkan
2 penelitian berbasis masyarakat Eropa menemukan tingkat insiden yang lebih
tinggi tiap tahunnya yaitu 31,7 dan 53,0 kasus per 100.000 penduduk. Perbedaan
tingkat insiden mungkin karena sebagian definisi yang berbeda yang digunakan
dalam studi.
c. Mortalitas dan Morbiditas
Stroke lakunar memiliki prognosis yang jauh lebih baik dibandingkan
dengan stroke nonlacunar. Tingkat kelangsungan hidup awal (kurang dari 30 hari)
tingkat survival untuk pasien yang memiliki stroke lakunar adalah sekitar 96-97%.
Hal ini sebanding dengan kelangsungan hidup awal yaitu 85% untuk pasien yang
telah menderita stroke nonlakunar. Pada akhir (pada 1 tahun) tingkat survival
untuk pasien stroke lakunar adalah 87%, dan 65-70% untuk stroke nonlacunar.
sekitar 70-80% pasien dengan stroke lacunar secara fungsional independen pada 1
tahun, dibandingkan dengan stroke nonlacunar yaitu 50% pertahun. Beberapa
studi telah menemukan frekuensi yang lebih tinggi stroke lacunar di Afrika
Amerika, Meksiko Amerika, dan Hong Kong Cina. Beberapa studi telah
menunjukkan insiden yang lebih tinggi stroke lacunar pada pria. Insiden stroke
meningkat lacunar dengan usia. Usia rata-rata stroke lacunar pertama adalah
sekitar 65 tahun.
d. Gambaran Klinis
Gejala pada stroke lakunar dapat terjadi tiba-tiba atau mungkin
berkembang dengan baik (misalnya, sindrom peringatan capsular) berfluktuasi
atau secara progresif. Masing-masing dari sindrom lacunar klasik memiliki gejala
24
komplek yang relatif spesifik. Kadang-kadang, infark kortikal dan perdarahan
intracranial dapat meniru sebuah sindrom lacunar. gejala kortikal (misalnya,
aphasia serta gangguan lapang pandang tidak ada pada stroke lakunar. Berikut
adalah gambaran klinis pada sindroma lakunar:
Pure motor stroke / hemiparesis
Merupakan sindrom lacunar paling umum (33-50%). Gejala sindroma ini
berupa hemiparesis atau hemiplegia yang biasanya mempengaruhi wajah,
lengan, dan kaki. Meskipun, wajah atau kaki dapat sangat sedikit terlibat
pada sindroma ini. kadang-kadang hanya lengan atau kaki kelemahan yang
didapatkan.
Transient gejala sensori .
Dysarthria dan disfagia juga dapat hadir.
stroke lakunar biasanya di tungkai posterior kapsul internal atau basis
Pontis.
Ataxic hemiparesis
Merupakan sindroma lacunar kedua yang paling sering terjadi, sindroma
ini terdiri dari kelemahan dan kekakuan pada satu sisi tubuh.
Sindrom lacunar ini sering mempengaruhi bagian kaki dibandingkan
dengan lengan, maka, diketahui juga sebagai ataksia homolateral dan
paresis crural. Timbulnya gejala ini selama beberapa jam atau hari.
Daerah yang paling sering infark adalah pada limb posterior kapsul
internal, basis Pontis, dan korona radiata.
25
Dysarthria / Kekakuan Tangan
Walaupun sekarang dianggap sebagai varian dari ataxic hemiparesis,
gangguan ini biasanya masih diklasifikasikan sebagai sindrom lacunar
terpisah.
Gejala utama adalah dysarthria dan kekakuan (yaitu, kelemahan) dari
tangan, yang sering paling menonjol pada saat pasien menulis.
Pure sensorik stroke
Sindrom lacunar ini terdiri dari gejala mati rasa yang bersifat persistent
atau transient dan atau kesemutan pada satu sisi tubuh (misalnya, wajah,
lengan, kaki, batang).
Kadang-kadang, pasien mengeluhkan rasa sakit, terbakar, atau sensasi
tidak menyenangkan lainnya. infark biasanya di talamus.
Mixed sensorimotor stroke
sindrom lacunar ini memiliki gejala hemiparesis atau hemiplegia dicatat
dengan penurunan sensori ipsilateral.
infark biasanya terjadi pada talamus dan berdekatan dengan kapsula
internal posterior (tampaknya, baik di wilayah karotis dan vertebrobasilar).
e. Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan manifestasi klinis yang berbeda-beda di
masing-masing sindrom lacunar.
Pure motor stroke / hemiparesis: Hemiparesis atau hemiplegia, di dapatkan juga
hipereflexia dan tanda Babinski , tapi tidak ada keterlibatan sistem lain yang
diamati.
Hemiparesis Ataxic: Sebuah kombinasi dari tanda-tanda piramidal (misalnya,
hemiparesis, hyperreflexia, tanda Babinski) dan ataksia cerebellar pada sisi yang
26
sama dari tubuh sering melibatkan kaki lebih parah dari pada bagian tubuh
lainnya. Nystagmus mungkin hadir.
Dysarthria-kaku: terlihat kelemahan wajah dengan tanda berbicara kaku
(dysarthric) . Pada tonjolanbagian lidah, lidah akan menyimpang ke sisi wajah
yang lemah. Sebuah hemiparesis ipsilateral ringan biasanya didapatkan, tetapi
lengan ataxic. Ipsilateral hyperreflexia dan tandai Babinski dapat diamati.
Pure stroke sensorik: didapatkan kehilangan respon sensori unilateral. Meskipun
pasien mungkin mengeluh kelemahan, kelemahan tidak ditemukan pada
pemeriksaan.
Mixed sensorimotor stroke: Sebuah kombinasi dari tanda-tanda piramidal
(misalnya, hemiparesis, hyperreflexia, Babinski tanda), didapatkan kehilangan
respon sensori dan tidak adanya tanda-tanda kortikal.
27
Penyebab infark lacunar adalah oklusi yang menembus arteri kecil. oklusi
ini mungkin disebabkan microatheroma dan lipohyalinosis, yang berhubungan
dengan hipertensi, merokok, dan diabetes, atau untuk microembolism dari jantung
atau arteri karotis.
Pada penelitian mengenai hipertensi telah menemukan bahwa hampir
semua pasien dengan lacunes memiliki hipertensi, penelitian yang lebih baru telah
ditemukan pasien stroke lakunar dengan hipertensi sebesar 44-75% pasien. Pada
hipertensi kronik, sesuatu yang menembus arteri , biasanya tidak dipengaruhi oleh
aterosklerosis, akan tetapi keungkinan disebabkan oleh mikroatheroma dan
lipohyalinosis. Diabetes mellitus juga diakui sebagai faktor risiko untuk
perkembangan penyakit pembuluh kecil di seluruh tubuh, termasuk arteri
28
penetrasi. Merokok merupakan faktor risiko yang berakibat menyebabkan
timbulnya lacunes.
Emboli baik yang berasal dari jantung atau arteri secara tradisional
dianggap sebagai mekanisme penyebab terjadinya stroke lacunar, jika penyebab
potensial adalah emboli tidak jarang mendapatkan terapi di clinicoradiologically.
Metode pengobatan clinicoradiologically ini hanya dibahas secara sepintas yaitu:
Peran antikoagulan atau endarterektomi pada pasien dengan lacunes belum
didefinisikan sepenuhnya. Meskipun penelitian baru menunjukkan bahwa manfaat
dari Endarterektomi pada pasien dengan lacunes lebih kecil dibandingkan pada
pasien dengan stroke nonlacunar, prosedur ini unggul terhadap terapi medis.
Atrial fibrilasi dan ipsilateral stenosis carotis menandakan keterkaitan yang kuat
dengan stroke nonlacunar. Faktor resiko yang meningkatkan stroke lakunar adalah
konsumsi alkohol, peningkatan kolesterol dan adanya riwayat stroke.
f. Pemeriksaan
Pemeriksaan laboatorium yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan glukosa serum: untuk menyingkirkan hipoglikemia
Prothrombin Time / Rasio Normalisasi internasional (PT / INR) dan
Active Partial Protrombine Time (APTT): Jika Antikoagulan APTT
atau PT memanjang (> 15 detik) atau INR lebih besar dari 1,7 merupakan
kontraindikasi trombolisis.
CBC Count: Trombositopenia adalah kontraindikasi untuk trombolisis.
Imaging Studi:
Computed Tomography (CT scan) kepala: CT scan sering menunjukan hasil
yang negatif pada tahap akut, namun, CT scan merupakan prosedur pencitraan
pilihan untuk menyingkirkan suatu perdarahan intraserebral. Ini mungkin
menunjukkan stroke kortikal besar, sebuah lacune tua, atau lesi ruang-menempati
(space-occupying lession).
29
Magnetic Resonance Imaging (MRI ) kepala: MRI lebih sensitif dibandingkan
CT scan untuk mengidentifikasi lacunes akut dan tua (terutama di fossa posterior).
MRI dapat membantu untuk mengidentifikasi perdarahan akut, tetapi ada waktu
yang lebih lama dari akuisisi dengan CT scan. Magnetic resonance angiography
(MRA) juga harus dilakukan, karena kadang-kadang lacunes disebabkan oleh
penyakit pembuluh besar. Jika rincian anatomi lebih lanjut diperlukan, MRI difusi
berbobot dapat diindikasikan.
Pemerikasaan penunjang lainya:
Elektrokardiogram (EKG), Holtr monitor study, USG karotis Doppler, dan
echocardiogram mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab emboli
potensial untuk lacune tersebut. Cerebral angiography diperlukan jika stenosis
berat ditemukan yaitu oklusi lebih dari 70%. karotid stenosis dapat diidentifikasi
pada tes non-invasif (carotid ultrasound atau MRA).
Pemeriksaan histologis :
Lacunes tidak diperiksa secara histologi kecuali di nekropsi. Histologi
pada hal ini, lacunes tidak berbeda dari infark otak lainnya. Sel yang mengalami
nekrosis awalnya menjadi pyknotic, kemudian plasma dan membran sel rusak. sel
polymorphonuclear (PMN) muncul diikuti oleh makrofag, dan jaringan nekrotik
akan dihapus oleh fagositosis. Sebuah rongga yang dikelilingi oleh zona gliosis
adalah hasil akhir. pemeriksaan hati-hati dapat mengungkapkan patologi yang
mendasari ter bentiknya lacune.
Figure 1. Pontine lacunar infarction
30
Microatheroma menyebabkan oklusi atau stenosis dari arteri yang
penetrasi kearah mendalam, ini merupakan hal umum pada patologi pembuluh
darah kecil, dan sering juga melibatkan arteri di paruh pertama perjalanannya.
Histologi pada microatheroma, microatheroma identik dengan ateroma pada
pembuluh darah yang besar serta penumpukan lipid dan proliferasi fibroblast pada
subintima pembuluh darah, sel-sel otot polos, dan makrofag lemak-sarat.
Lipohyalinosis terlihat pada arteri yang lebih kecil (<200 mikrometer
diameter) dan terjadi paling sering pada pasien dengan hipertensi. Di bawah ini:
Gambar pembentukan ateroma dan nekrosis fibrinoid dengan lipid dan
deposisi fibrinoid eosinofilik di media.
g. Manajemen
Program Rehabilitas:
Terapi Fisik
Program terapi fisik dimulai dengan latihan pasif, dimana diawali dengan
pergerakan sendi utama dari ekstremitas atau dikenal dengan Range of motion
(ROM). Segera setelah pasien stabil dan dapat mentoleransi lterapi aktif, maka
penderita dilatih untuk duduk (awalnya di tempat tidur dan kemudian di kursi),
belajar berdiri, dan merawat diri sendiri baik dengan bantuan orang lain ataupun
dengan diri sendiri. Terapis fisik dapat menggunakan splints dan kawat untuk
mendukung persendian dan anggota badan, untuk mengobati dan mencegah
31
komplikasi (misalnya, sindrom bahu-tangan, spastisitas), dan untuk membantu
pasien dalam berjalan.
Terapi Pekerjaan
Ketika pasien stroke lakunar stabil, dapat dinilai kemampuannya untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Activities of Daily Living), seperti
berpakaian dan membuka pakaiannya, mandi, perawatan pribadi, toilet,
menyiapkan makanan, dan makan. Terapis pekerjaan dapat memberikan
kemungkinkan pasien untuk lebih mandiri. Jika pasien kembali ke rumah, pasien
dapat mengidentifikasi potensi masalah dan modifikasi yang diperlukan
(misalnya, pegangan tangan, pindah tempat tidur, ke kamar, keluar rumah),
sehingga memberikan keyakinan pada pasien dan keluarga bahwa pasien mampu.
Terapi Bicara
Seorang terapis bicara dan bahasa dapat membantu pasien dengan
masalah bahasa dan gangguan menelan. Penangan awal pasien dengan gangguan
menelan dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan kekurangan gizi dari asupan
yang tidak memadai, serta mencegah aspirasi dan pneumonia. Penenganan
tambahan menggunakan Cinefluoroscopy dengan menelan barium mungkin
diperlukan. Didalam Pengobatan mungkin memerlukan perubahan dalam
konsistensi makanan, perubahan posisi teknik menelan , atau penempatan tabung
pengisi. Pasien dengan stroke lacunes mungkin dysarthric (tapi tidak dysphasic),
yang memerlukan perawatan untuk meningkatkan komunikasi fungsional.
Rekreasi Terapi
Terapi Rekreasi meningkatkan fungsi, kemandirian, dan kepercayaan diri
pasien setelah stroke melalui partisipasi dalam kegiatan individu dan kelompok
rekreasi yang mereka nikmati sebelumnya stroke mereka dan melalui partisipasi
dalam yang baru. Terapis rekreasi harus menilai kondisi kesehatan pasien dan
kemampuan fisik, serta kepentingan pasien dan hobi. Kemudian, terapis harus
membantu pasien menetapkan tujuan realistis dan membuat modifikasi yang
32
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. terapi rekreasi tidak hanya
memungkinkan pasien stroke untuk melatih kemampuan motorik tetapi juga
memungkinkan pasien untuk tetap sosial aktif. terapi rekreasi termasuk kegiatan
rekreasi, seperti pergi untuk memancing, berjalan, dan berkebun, serta keterlibatan
dalam kegiatan keluarga dan masyarakat, seperti bermain kartu dan pergi ke
restoran atau tempat ibadah.
h. Pengobatan
Obat-obatan yang digunakan dalam pengelolaan stroke tipe lacunes ini
tidak spesifik. Berikut adalah obat-obat yang digunakan dalam penanganan stroke:
1. Obat Kategori Fibrinolytics
Digunakan untuk meningkatkan pemulihan pada pasien stroke. National
Institute of Neurological Disorders dan Stroke (NINDS) melakukan penelitian
tentang rekombinan tipe plasminogen aktivator tipe (rt-PA) menunjukkan
peningkatan absolut 11-13% dalam jumlah pasien stroke iskemik dengan hasil
yang menguntungkan pada 3 bulan dengan aktivator jaringan plasminogen (TPA).
Nama Obat: Alteplase (Activase)
TPA digunakan dalam pengelolaan infark miokard akut (AMI), stroke
iskemik akut, dan pulmonary embolism (PE). Penggunaan secara IV- fibrinolitik
telah terbukti memiliki khasiat klinis. post hoc Analisis menunjukkan bahwa
semua subtipe stroke dari perawatan TPA memiliki manfaat. Dosis Dewasa 0,9
mg / kg (tidak lebih dari 90 mg), 10% diberikan sebagai bolus IV dan sisanya
diinfuskan selama 1 jam IV Dosis Pediatrik Tidak ditetapkan.
Kontraindikasi Pedoman menurut American Heart Association (AHA) :
1) Selain 3 jam onset stroke (atau saat terakhir juga)
2) CT scan bukti infark utama baru-baru ini
3) Seiring antikoagulasi (dengan aPTT memanjang atau PT lebih besar dari 15 s
atau INR lebih besar dari 1.7)
33
4) Jumlah trombosit <100.000 / mm3
Pasien dengan riwayat hipersensitivtas,cedera kepala atau stroke utama
dalam terakhir 3 mo; operasi besar di 14 terakhir d; pretreatment BP sistolik> 185
mm Hg atau diastolik BP> 110 mm Hg; berkembang cepat tanda-tanda; defisit
ringan, perdarahan intraserebral sebelumnya; darah <glukosa 50 mg / dL atau>
400 mg / dL; kejang pada onset stroke, perdarahan gastrointestinal atau kencing di
21 terakhir d; infark miokard
Interaksi
Obat yang mengubah fungsi trombosit, (aspirin, Ticlopidine, dan
clopidogrel) dan antikoagulan dapat meningkatkan resiko perdarahan dengan
terapi alteplase (lihat bagian Kontraindikasi); AHA merekomendasikan
pemotongan agen antiplatelet dan antikoagulan selama 24 jam setelah pemberian
alteplase karena risiko perdarahan intraserebral (ICH).
Kehamilan
Keselamatan untuk digunakan selama kehamilan belum ditetapkan.
Kewaspadaan
Monitor untuk perdarahan, terutama di lokasi pungsi arteri, dengan
coadministration dari antagonis vitamin K; mengendalikan dan memantau tekanan
darah sering selama dan setelah pemberian alteplase (ketika mengelola stroke
iskemik akut), jangan menggunakan> 0,9 mg / kg untuk mengelola stroke iskemik
akut; dosis> 0,9 mg / kg dapat menyebabkan ICH
2. Obat Katagori Agen antiplatelet
Agent ini digunakan sebagai pencegahan stroke sekunder, jika dimulai
dalam 48 jam onset stroke, memberikan suatu manfaat kelangsungan hidup
meskipun hanya sedikit.
Nama Obat: Aspirin (Anacin, Ascriptin, Bayer Aspirin)
34
Alternatif selain aspirin yaitu Ticlopidine dan clopidogrel. Obat-obatan
dan kombinasi aspirin dan dipyridamole mungkin sedikit lebih unggul aspirin
saja.
Dosis Dewasa 30-1300 mg/hari, di AS, dosis biasanya adalah 325 mg/hari.
Dosis Pediatrik;Tidak ditetapkan
Kontraindikasi
Pasien yang memiliki hipersensitivitas, kerusakan hati,
hypoprothrombinemia, kekurangan vitamin K, kelainan perdarahan, asma,
memiliki riwayat aspirin dengan sindroma Reye, jangan gunakan pada anak-anak
(usia <16 tahun) dengan flu.
Interaksi
Efek dapat menurunkan dengan antasid dan alkalinizers; kortikosteroid
menurunkan kadar salisilat serum; efek hypoprothrombinemic aditif dan
peningkatan waktu perdarahan mungkin terjadi dengan coadministration dari
antikoagulan; mungkin antagonis efek uricosuric dari probenesid dan peningkatan
toksisitas fenitoin dan asam valproat, dosis yang lebih besar dari 2 g/hari dapat
mempotensiasi efek penurunan sulfonilurea
Kehamilan
Tidak aman penggunaan obat ini pada pasien hamil
Kewaspadaan
Perhatian khusus pada pasien dengan penyakit ulkus peptikum, gangguan
perdarahan, trombositopenia, penyakit ginjal, penyakit hati yang berat, penderita
asma dengan polip hidung, dapat menyebabkan penurunan sementara dalam
fungsi ginjal dan memperburuk penyakit ginjal kronis; menghindari penggunaan
pada pasien dengan anemia berat, dengan sejarah cacat pembekuan darah, atau
antikoagulan mengambil
35
3. Obat Katagori: Antikoagulan Untuk profilaksis trombosis vena dalam dan
emboli paru.
Nama obat: Clopidogrel (Plavix)
Selektif menghambat adenosin difosfat (ADP) mengikat reseptor dan
aktivasi platelet ADP-dimediasi dari glikoprotein (GP) kompleks IIb IIIa,
sehingga menghambat agregasi platelet. Diindikasikan untuk mengurangi kejadian
atherothrombosis pda pasien post stroke. Dosis Dewasa 75 mg/hari
Interaksi
Coadministration dengan naproxen terkait dengan kehilangan darah pada
sistem GI; clopidogrel memperpanjang waktu perdarahan; keselamatan
coadministration dengan warfarin tidak ditetapkan
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas; perdarahan patologis aktif, seperti ulkus
peptikum, atau perdarahan intrakranial Pencegahan Kehamilan: risiko janin tidak
temukan dalam studi pada manusia tetapi telah ditunjukkan dalam beberapa studi
pada hewan
Kewaspadaan
Perhatian pada pasien dengan risiko peningkatan perdarahan dari trauma,
operasi, atau kondisi patologis lainnya; hati-hati pada pasien dengan lesi dengan
kecenderungan untuk berdarah (seperti ulkus)
4. Obat Katagori: Antikoagulan Agent ini digunapan sebagai profilaksis DVT
dan emboli paru.
Nama Obat: Heparin (Hep-Lock)
Dapat digunakan bersamaan dengan stoking kompresi atau stoking
pneumatik. menambah aktifitas dari antithrombin III dan mencegah konversi
fibrinogen menjadi fibrin. Tidak melisiskan tetapi bisa menghambat
36
thrombogenesis lebih lanjut. Mencegah reaccumulation gumpalan setelah
fibrinolisis spontan. Dosis Dewasa 5000 U SC Dosis Pediatrik Tidak ditetapkan.
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas, endokarditis bakteri subakut, perdarahan
aktif, dan sejarah-heparin induced trombositopenia
Interaksi
Digoxin, nikotin, tetrasiklin, dan antihistamin dapat mengurangi efek;
NSAID, aspirin, dekstran, dipyridamole, dan hydroxychloroquine dapat
meningkatkan toksisitas
Kehamilan
Keselamatan untuk digunakan selama kehamilan belum ditetapkan.
Kewaspadaan Pada neonatus, heparin bebas pengawet dianjurkan untuk
menghindari kemungkinan toksisitas (sindrom terengah-engah) oleh alkohol
benzil, yang digunakan sebagai pengawet, hati-hati pada hipotensi parah dan syok.
5. Obat Katagori: Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor)
– sebagai pencegahan stroke sekunder.
Nama Obat: Ramipril
Melalui Heart Outcomes Prevention Evaluation (HOPE) studi
menunjukkan manfaat ramipril pada pasien dengan penyakit pembuluh darah dan
penderita diabetes dengan faktor risiko vaskular. Akan tetapi perlu dilakukan
penelitian yang lebih untuk mengetahui apakah ini merupakan efek yang sangat
bermanfaat. Dosis Dewasa Dosis awal: 2,5 mg/hari; titrasi sampai 10 mg PO qd
Dosis Pediatrik : Tidak ditetapkan.
Kontraindikasi
Pasien dengan riwayat hipersensitivitas, riwayat angioedema
37
Interaksi
Ramipril dapat meningkatkan digoxin, lithium, dan kadar allopurinol;
probenesid dapat meningkatkan tingkat ramipril; coadministration dengan
diuretik, meningkatkan efek hipotensi, efek hipotensif dari ramipril dapat
ditingkatkan bila diberikan bersamaan dengan diuretik dan NSAID
Kehamilan
tidak aman pada kehamilan
Kewaspadaan
Penurunan ginjal, gagal jantung kongestif berat, pasien hipertensi dengan
stenosis arteri ginjal, dan stenosis aorta
i. Follow UP
Pada Rawat Inap:
Jika pasien dengan fungsi yang telah baik dan dapat kembali dengan aman
ke rumah dan akan mendapat rehabilitasi intensif dengan menghimbau untuk
aktif ke rehabilitasi.
Pada Rawat Jalan:
Pasien dengan rawat jalan akan diterapi fisik, pekerjaan, serta latihan
terapi bicara mungkin dianjurkan. Medical follow-up diperlukan untuk menilai
neurologis dan peningkatan fungsional, untuk memantau dan untuk mengobati
faktor risiko, dan untuk memantau kepatuhan minum obat. Transfer:
Transfer mungkin diperlukan untuk evaluasi diagnostik dan pengobatan lebih
lanjut, termasuk rehabilitasi.
38
j. Komplikasi
Stroke berulang, Aspirasi pneumonia, Deep vein thrombosis dan
pulmonary embolism,Infeksi saluran kencing,Depresi ,Sindrom bahu-
tangan ,Ulkus dekubitus.
k. Prognosis
Tingkat kelangsungan hidup dan tingkat perbaikan fungsional untuk
pasien yang memiliki stroke berkelanjutan lacunar lebih baik daripada subtipe lain
stroke (lihat Mortalitas / Morbiditas). Risiko stroke lakunar berulang tidak lebih
tinggi (dan mungkin lebih rendah) dibandingkan dengan subtipe lain stroke, tidak
lebih dari 10% pada 1 tahun.
l. Edukasi Pasien
Pasien dan keluarga harus mengetahui gejala stroke umum.
Menginformasikan mereka tentang gejala awal dri stroke, karena TPA (yang
mungkin ditunjukkan) dapat diberikan hanya dalam waktu 3 jam onset stroke.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, A.W, Setiyohadi, B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
IV. Departemen Ilmu penyakit Dalam Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.
2. Faktor Resiko Stroke.
http://medicastore.com/stroke/Ketahui_Faktor_Resiko_Stroke.php. Diunduh
tanggal 06 September 2011, jam 21.00 WIB.
3. Pengenalan dan penatalaksanaan Kasus-kasus Neurologi Buku Kedua.
Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Jakarta. 2007.
4. Mardjono, M. Sidharta, P. Neurologi klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta. 2006.
5. Lumbantobing, S.M. Neurologi klinis Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010.
6. http://www.medikaholistik.com/medika.html?
xmodule=document_detail&xid=210. Diunduh tanggal 04 September 2011,
jam 18.30 WIB.
7. Asuhan Keperawatan Hipertensi.
http://hanif-solo.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-hipertensi.html.
Diunduh tanggal 04 September 2011, jam 18.35 WIB.
8. Elektrolit dan peranannya dalam tubuh. http://www.peutuah.com/elektrolit-
peranannya-dalam-tubuh/. Diunduh tanggal 05 September 2011, jam 22.30
WIB.
9. Makna Hasil Laboratorium. http://www.farmasiku.com/index.php?
target=pages&page_id=Makna_Hasil_Laboratorium. Diunduh tanggal 05
September 2011, jam 21.15 WIB.
10. Trigliserida. http://id.wikipedia.org/wiki/Trigliserida. Diunduh tanggal 05
September 2011, jam 19.05 WIB.
11.http://www.medikaholistik.com/medika.html?
xmodule=document_detail&xid=210. Diunduh tanggal 05 September 2011,
jam 23.30 WIB.
40
12.SGOT.http://www.brooksidepress.org/Products/OperationalMedicine/
DATA/operationalmed/Lab/SGOT.htm. Diunduh tanggal 05 September 2011,
jam 00.30 WIB.
13. Laboratorium Kesehatan. http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/sgot-
serum-glutamic-oxaloacetic.html. Diunduh tanggal 05 September 2011, jam
00.30 WIB.
14. Farmakologi Universitas Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2002.
15.Citicoline. http://en.wikipedia.org/wiki/Citicoline. Diunduh tanggal 04
September 2011.
16. Farmasiku.http://www.farmasiku.com/index.php?
target=products&product_id=31385. Diunduh tanggal 04 September 2011.
17. Captopril. http://www.medicinenet.com/captopril/article.htm. Diunduh
tanggal 04 September 2011.
41