data kekerasan jurnalis sepanjang 2015

23
7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015 http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 1/23 1. Manado, 14 Januari 2015 Korban : Marvil Rumerung Pelaku : Polwan Jenis : Pemukulan Kasus kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini korbannya dialami Marvil Rumerung (23),wartawanmedia cetakdiManado  Dia dipukul polisi wanita (polwan) hingga bibirnya pecah. "Kejadiannya di Jembatan Miangas, tadi siang, bertepatan saat prosespencarian korbanhanyut diSungaiMiangas. Saat itu, saya baru saja  parkir motor," katanya korban, kepada Sindonews, Rabu (14/1/2015). Ditambahkan, baru sajaturundarimotordanhendakmengeluarkankameradaritas,adaseorangtemannyayangmenelepon.Saattelepon  diangkat, seorang polwan datang menghampiri, dan menegurnya. "Saya lagi menerima telepon, dan polwan itu juga datang menegur untuk jangan parkir. Saat itu saya hanya bilang samadia, tunggudulu  komandan, tidak lama. Saya cuma mau ambil foto sebentar," terangnya. Merasa imbauannya tidak didengar, polwan yang menjabat sebagai Kanit Lantas Polsek Wenang ini langsungmenarik lengankorban,da  menghadiai korban pukulan di bagian perut. "Lalu saya dipukul lagi di bagian mulut, hingga bibir bagian atas saya pecah dan berdarah. Usai kejadian, saya langsung menyambang  Propam Polda Sulut dan melaporkan kejadian itu," ungkapnya. Terpisah, Kapolresta Manado Kombes Pol Sunarto mengatakan, dirinya baru mengetahui kejadian tersebut. "Saya baru mengetahui jika ada seorang wartawan dipukuli oleh salah satu anggota kami. Jika memang kejadian itu benar, kami minta  maaf, dan hal ini silahkan dilaporkan," ungkap kapolres. 2. Aceh, 15 Januari 2015 Korban : Muhammad Hannafiah (Waspada) Pelaku : Tak Dikenal Jenis : Teror Usaha teror dengan cara membakar rumah milik Muhammad Hanafiah, Kamis 15 Januari 2015 sekitar pukul 03.00 WIB dinihari dengan  cara menyiram bensin dan menyulut api ke kursi sofa yang berada di teras rumah. Namun api tidak sempat melebar karena tetangga cepat melihat dan membangunkan Muhammad Hanafiah dan kemudian api dapa  dipadamkan. "Ini upaya-upaya pembungkaman terhadap kebebasan pers," ujar Imran. AJI Kota Langsa juga mengapresiasi Kepolisian Aceh Tamiang dalam upaya pengungkapan kasus tersebut. "Kami berharap polisi dapa  segera menangkap pelaku," sebut Imran. Selain itu, Imran meminta semua pihak menghormati kerja-kerja jurnalis serta menyelesaikan sengketa pers sesuai prosedur dalam  Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers. "Meminta jurnalis menghindari tindakan diluarkode etikyangtelah digariskan,tetapberusahamenjalankanfungsinyasecaraprofesiona  sesuai dengan undang-undang pers," 3. Banten, 15 Januari 2015 Korban : Wisnu Bangun (Harian Suara Karya) Pelaku : Ari, Anggota DPRD Jenis : Pemukulan Wartawan Suara Karya Wisnu Bangun(62) mengalamipercobaanpenganiayaandi dalam GedungDPRDKabupatenSerang,olehAriyan  diketahuimerupakantemandariFahmiHakim,anggotaDPRDKabupatenSerangdarifraksiGolkar.Dalamkejadiandidalamruanggedung  dewan, Ari mencoba menyerang Wisnu dengan memukul dan menendang secara membabi buta hingga pakaian yang dikenakankorba  rusak. Berdasarkan Informasiyang di himpun, KeributanitubermulasejakAridanWisnubertemudiareaparkirmobilGedungDPRDKabupaten  Serang. Wisnu yang melihat lahan parkir penuh berusaha mundur untuk memutar kendaraan dan mencari tempat parkir lainnya.

Upload: bicara-indonesia

Post on 05-Mar-2016

119 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengumpulkan sebanyak 43 kasus kekerasan kepada jurnalis sepanjang tahun 2015. Tahun ini juga dinobatkan AJI sebagai tahun gugurnya pers dan berkuasanya polisi.

TRANSCRIPT

Page 1: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 1/23

1. Manado, 14 Januari 2015 

Korban : Marvil Rumerung

Pelaku : Polwan

Jenis : Pemukulan 

Kasus kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini korbannya dialami Marvil Rumerung (23), wartawanmedia cetakdi Manado 

Dia dipukul polisi wanita (polwan) hingga bibirnya pecah.

"Kejadiannya di Jembatan Miangas, tadi siang, bertepatan saat prosespencarian korbanhanyut di SungaiMiangas. Saat itu, saya baru saja 

parkir motor," katanya korban, kepada Sindonews, Rabu (14/1/2015).

Ditambahkan, baru saja turun dari motor danhendak mengeluarkankamera dari tas, adaseorang temannya yang menelepon. Saat telepon diangkat, seorang polwan datang menghampiri, dan menegurnya.

"Saya lagi menerima telepon, dan polwan itu juga datang menegur untuk jangan parkir. Saat itu saya hanya bilang samadia, tunggudulu 

komandan, tidak lama. Saya cuma mau ambil foto sebentar," terangnya.

Merasa imbauannya tidak didengar, polwan yang menjabat sebagai Kanit Lantas Polsek Wenang ini langsung menarik lengankorban, da 

menghadiai korban pukulan di bagian perut.

"Lalu saya dipukul lagi di bagian mulut, hingga bibir bagian atas saya pecah dan berdarah. Usai kejadian, saya langsung menyambang 

Propam Polda Sulut dan melaporkan kejadian itu," ungkapnya.

Terpisah, Kapolresta Manado Kombes Pol Sunarto mengatakan, dirinya baru mengetahui kejadian tersebut.

"Saya baru mengetahui jika ada seorang wartawan dipukuli oleh salah satu anggota kami. Jika memang kejadian itu benar, kami minta 

maaf, dan hal ini silahkan dilaporkan," ungkap kapolres. 

2. Aceh, 15 Januari 2015 

Korban : Muhammad Hannafiah (Waspada)

Pelaku : Tak Dikenal

Jenis : Teror

Usaha teror dengan cara membakar rumah milik Muhammad Hanafiah, Kamis 15 Januari 2015 sekitar pukul 03.00 WIB dinihari dengan 

cara menyiram bensin dan menyulut api ke kursi sofa yang berada di teras rumah.

Namun api tidak sempat melebar karena tetangga cepat melihat dan membangunkan Muhammad Hanafiah dan kemudian api dapa 

dipadamkan. "Ini upaya-upaya pembungkaman terhadap kebebasan pers," ujar Imran.

AJI Kota Langsa juga mengapresiasi Kepolisian Aceh Tamiang dalam upaya pengungkapan kasus tersebut. "Kami berharap polisi dapa 

segera menangkap pelaku," sebut Imran.

Selain itu, Imran meminta semua pihak menghormati kerja-kerja jurnalis serta menyelesaikan sengketa pers sesuai prosedur dalam 

Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers.

"Meminta jurnalis menghindari tindakan di luarkode etikyangtelah digariskan, tetapberusahamenjalankan fungsinyasecara profesiona 

sesuai dengan undang-undang pers," 

3. Banten, 15 Januari 2015 

Korban : Wisnu Bangun (Harian Suara Karya)Pelaku : Ari, Anggota DPRD

Jenis : Pemukulan 

Wartawan Suara Karya Wisnu Bangun (62) mengalami percobaan penganiayaan di dalam GedungDPRD KabupatenSerang, oleh Ariyan 

diketahui merupakanteman dari Fahmi Hakim,anggotaDPRD Kabupaten Serangdari fraksiGolkar.Dalam kejadiandi dalamruang gedung 

dewan, Ari mencoba menyerang Wisnu dengan memukul dan menendang secara membabi buta hingga pakaian yang dikenakankorba 

rusak.

Berdasarkan Informasi yang di himpun, Keributan itu bermula sejak Aridan Wisnu bertemu di area parkirmobil GedungDPRD Kabupaten 

Serang. Wisnu yang melihat lahan parkir penuh berusaha mundur untuk memutar kendaraan dan mencari tempat parkir lainnya.

Page 2: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 2/23

Pada saat mundur itulah, mobil milik Ari masuk dan tepat berada di belakang mobil Wisnu. Kemudian Wisnu meminta Ari agar mundu 

karena mobilnya terhalang. Menanggapi Wisnu yang memintanya mundur, Ari malah memaki wisnu dengan nada keras. "Ngapain l 

nyuruh-nyuruh gua? Memang gua hidup dari lu," kata Wisnu menirukan Ari, Rabu (14/1).

Setelah itu, Teman Ari turun dari mobil dan meminta maaf kepada Wisnu sekaligus membujuk Ari untuk mundur. Wisnu pikir persoalan 

sudah selesai karena kedua mobil juga sudah dapat tempat parkir.

Ternyata, saat Wisnu berbincang dengan Fahmi Hakim di dalam gedung DPRD Banten, Ari yang diketahui merupakan anak dari mantan 

ketua DPRD Kabupaten Serang Edi Mulyadi menghampiri dan langsung menarik lengan kemeja Wisnu hingga robek. Ari pun berusah 

memukul dan menendang Wisnu dengan membabi buta.

"Untung saja kedua temannya memegangi Ari hingga saya tidak terkena pukulan dan tendangannya. Tapi kemeja saya robek lenga 

kanannya," kata Wisnu.

Mendapat perlakuan tidak menyenangkan dan upaya penganiayaan seperti itu, Wisnu kemudian mendatangi Mapolres Serang untu 

melaporkan peristiwa yang dialaminya tersebut.

Fahmi Hakim anggota DPRD Kabupaten Serang dari fraksi Golkar yang menyaksikan kejadian tersebut menbenarkan tindakan yan 

dilakukan pelaku. "Iya benar, saya pas lihat juga langsung misahin," kata Fahmi saat di hubungi melalui telepon selulernya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Serang, AKP Arrizal Samelino ketika dikonfirmasi membenarkan kedatangan Wisnu Bangun yan 

berniat melaporkan dugaan perbuatan tidak menyenangkan yang diduga dilakukan oleh Ar. "Namun dari keterangan korban, diketahu 

perbuatan itu belum mengarah kepada tindak pidana. Laporan itu, tentunya akan keterima dan akan kita dalami dengan memeriks 

saksi-saksi," ujar Kasat saat dihubungi melalui telepon.

4. Langsa, 20 Januari 2015 

Korban : Muhammad Hanifah (Harian Waspada)

Pelaku : Tak Dikenal

Jenis : Pemukulan 

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Langsa mengutuk aksi teror dengan membakar rumah Muhammad Hanafiah jurnalis haria 

Waspada wilayah tugas Aceh Tamiang oleh OTK. Aksi teror ini dinilai sebagai bentuk pembungkaman kebebasan pers di Indonesia.

Oleh karena itu, polisi diharapkan segera menangkap pelaku dan menuntaskan kasus tersebut. Ini penting segera diusut demi tegakny 

hukum serta terjaminnya kebebasan pers. Kalau pun ada sengketa pers, diharapkan bisa melaporkan ke dewan pers sesuai denga 

regulasi yang ada.

"Kita mengutuk segala bentuk kekerasan atau teror terhadap jurnalis dan Media di Aceh. Kita berharap pihak kepolisian Aceh Tamiang 

untuk mengusut tuntas pelaku maupun motif atas percobaan pembakaran terhadap rumah wartawan waspada itu," kata Ketua AJIKot 

Langsa, Imran MA, Selasa (20/1).

Katanya, upaya pembakaran rumah pribadi M. Hanafiah ini yang berada di Dusun Tanjung, Kampung Bukit Tempurung, KecamatanKot 

Kuala Simpang yang dilakukan orangtakdikenal adalahbentuk teror.Kasusini bukansaja berdampakkepada pribadi jurnalis,namunjuga 

berdampak pada psikologis keluarga.

Sebagaimana diketahui usaha teror dengan cara membakar rumahmilikMuhammadHanafiah,Kamis 15 Januari 2015 sekitar pukul 03.00 

WIB dini hari dengan cara menyiram bensin dan menyulut api ke kursi sofa yang berada di teras rumah.

Namun api tidak sempat melebar karena tetangga cepat melihat dan membangunkan Muhammad Hanafiah dan kemudian api dapa 

dipadamkan. "Ini upaya-upaya pembungkaman terhadap kebebasan pers," ujar Imran.

AJI Kota Langsa juga mengapresiasi Kepolisian Aceh Tamiang dalam upaya pengungkapan kasus tersebut. "Kami berharap polisi dapa 

segera menangkap pelaku," sebut Imran.

Selain itu, Imran meminta semua pihak menghormati kerja-kerja jurnalis serta menyelesaikan sengketa pers sesuai prosedur dalam 

Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers.

"Meminta jurnalis menghindari tindakan di luarkode etikyangtelah digariskan, tetapberusahamenjalankan fungsinyasecara profesiona 

sesuai dengan undang-undang pers," pintanya.

5. Lampung, 26 Januari 2015 

Page 3: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 3/23

Korban : Beni Faisal, Tabloid Fokus

Pelaku : Tidak DIkenal

Jenis : Pembunuhan

Pemimpin Redaksi tabloid Fokus Lampung, Beni Faisal tewas ditembak orang tak dikenal, Minggu (25/1) kemarin. Saat kejadian Ben 

ditembak di depan rumahnya di Jalan Pulau Raya 3 Nomor 38, Perumahan Way Kandis, Tanjung Seneng, Bandar Lampung.

"Korban mengalami luka tembak di rusuk kiri (di bawah ketiak) sampai tembus tembus ke punggung," ujar KabidHumasPoldaLampung 

AKBP Sulistyaningsih kepada merdeka.com, Senin (26/1).

Beni ditembak sekitar pukul 20.00 WIB. Hingga kini polisi masih melakukan penyelidikan terkait penembakan ini. "masih dalam 

pengembangan. Nanti kalau ada informasi kita sampaikan lagi," terangnya.

Polisi belum bisa memastikan apakah penembakan kepada Beni ini terkait dengan pemberitaan atau tidak. Polisi sudah memeriks 

saksi-saksi terkait kasus penembakan ini.

6. Batang, 28 Januari 2015 

Korban : Sejumlah Wartawan

Pelaku : Yoyok Riyo Sudibyo (Bupati)

Jenis : Pelarangan Liputan

Di zaman kebebasan pers dan informasi saat ini, ternyata masih ada sekelas bupati yang berupaya untuk menghalang-halangi kinerja 

wartawan melakukan fungsi kerjanya sebagai kontrol sosial.

Bupati Kabupaten Batang, Jawa Tengah Yoyok Riyo Sudibyo melarang wartawan meliput berita ribuan nelayan melakukan aksi demo Nelayan protes terhadap kebijakan menteri berupa Peraturan Menteri Kelautan (Permen) no 2 Tahun 2015 pelarangan nelayan denga 

menggunakan cantrang untuk dicabut.

Yoyok Riyo Sudibyo, telah melakukan penghinaan terhadap wartawan saat unjuk rasa nelayan di depan Kantor Pemerintah Kabupate 

(Pemkab) Batang, Jawa Tengah.

Kejadian itu terjadi saat sejumlah awak media melakukan liputan aksi unjuk rasa ribuan nelayan di depan kantor Bupati.

"Kalau ada wartawan yang buat berita demo ini berarti wartawan itu 'goblok' ujar Yoyok di hadapan ribuanmassaaksi Rabu (28/1)siang 

hingga sore hari itu.

Ucapan yang dilontarkan Bupati serentak langsung disambut oleh massa nelayan dengan teriakan kecewa. "Huuuuuuu," teriak nelaya 

secara serentak.

Mendengar umpatan tersebut, puluhan wartawan yang sedang melakukan peliputan langsung meminta klarifikasi. Puluhan wartawa 

langsung mendatangi kantor Bupati, guna klarifikasi tentang pernyataan Bupati Batang yang hobi bermusik dan punya group ban 

tersebut.

Puluhan wartawan yang tergabung dalam Wartawan Laskar Pantura, Jawa Tengah mendesak Bupati Yoga untuk meminta maaf ata 

ucapan di hadapan massa nelayan.

Selain itu mereka juga akan melakukan aksi boikot terhadap segala kegiatan liputan di lingkungan Pemkab Batang.

Anggota Laskar Pantura Dani Wisnu mengatakan bupati harus menjelaskan maksud ucapan tersebut.   "Sebagai awak media kita haru 

memberitakan dengan sesuai fakta yang terjadi di lapangan. Sangat tidak pantas Bupati mengumpat seperti itu maksudnya apa" tegasn

Sejumlah wartawan rencananya akan melakukan aksi boikot peliputan di kabupaten batang sebagai tanda protes, atas umpatan yan 

dilakukan oleh sang bupati. Sementara saat ditemui oleh sejumlah wartawan Yoyok meminta maaf, dirinya berjanji akan merubah gaya 

bahasa.

"Saya minta maaf, saya berjanji akan merubah gaya bahasa saya," ujarnya. Jawaban tersebut belum memuaskan para awak media yang 

bertemu dengan Bupati. Sehingga ke depan puluhan wartawan di Pantura tersebut akan melakukan boikot terhadap segalapeliputand 

Pemkab Batang, Jawa Tengah.

7. Manokwari, 29 Januari 2015  

Korban : Risaldi, Harian Pagi Cahaya Papua

Page 4: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 4/23

Pelaku : Massa

Jenis : Penganiayaan

Risaldi Wartawan Harian PagiCahaya PapuaManokwari dianiayamassa saatwawancarasalah seorang wargaTKP terkait aksipemalanga 

 jalan raya itu.

Handphone milik korban yang digunakan untuk merekam wawancara dirampas, dibanting dan disita oleh massa yang melakukan aks 

blokade jalan tersebut.

Tidak hanya handphone di rampas, Risaldi wartawan Harian Pagi Cahaya Papua itu juga sempat dipukul dan ditendang oleh massa.

Korban selamat setelah ditolong oleh Ketua RT setempat dari amukan massa.

Wakil Pimpinan Umum Harian Pagi Cahaya Papua Manokwari Patrik Burumbun mengatakan, kasus penganiayaan dan perampasa 

handphone Risaldi wartawan Harian Pagi Cahaya Papua tersebut sudah dilaporkan ke Polres Manokwari guna proses hukum.

Kekerasan terhadap wartawan sering kali terjadi ketika meliput peristiwa. Upaya wartawan sebagai kontrol sosial kerap dihalang-halan

Seperti yang terjadi di Kabupaten Manokwari, Papua Barat,dua wartawandianiaya sekelompok massa yang melakukanaksi blokade jala 

raya akibat kecelakaan maut yang menewaskan salah seorang warga setempat, Kamis (29/1).

"Kami sudah melaporkan kasus penganiayaan dan perampasan handphone wartawan kami kepada Polres Manokwari dengan harapa 

pihak kepolisian mencari dan proses hukum pelaku penganiayaan itu," ujar Patrik, seperti dilansir Antara.

Dia mengatakan kasus ini dilaporkan guna di proses hukum agar menjadi contoh bagi masyarakat yang lain di daerah ini bahwa 

menganiaya wartawan ada sanksi hukumnya.

Selain Risaldi wartawan Harian Pagi Cahaya Papua salah seorang kameraman Tasindo TV Manokwari bernama Nadap juga dianiaya saa 

lintas di TKP blokade jalan hingga korban mengalami luka serius dan sempat di rawat di RSUD setempat.

8. Bogor, 30 Januari 2015 

Korban : Juanda, Trans 7

Pelaku : SQ, Dokter

Jenis : Perampasan Alat

Seorang dokter berinisial VQ yang menjabat Kepala Unit Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciaw 

Kabupaten Bogor,nekat merampas kamera milik kontributor televisi Trans7.

Perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan dokter tersebut terjadi Jumat (30/1) sekitar pukul 08.00 WIB. Saat itu Juanda wartawa 

Trans7 hendak meliput korban luka-luka kecelakaan tabrakan beruntun di Jalan Raya Bogor-Sukabumi yang dirawat di ruang IGD RSUD 

Ciawi.

Saat berusaha mengambil gambar, tiba-tiba dr VQ melarang hingga terjadi perampasan kamera milik wartawan Trans7 yan 

sehari-harinya meliput wilayah Bogor untuk mengambil gambar beberapa pasien korban kecelakaan truk kontainer maut.

"Saya juga bingung, kenapa tiba-tiba dirampas,padahal sebelumnya saya sudahberusaha minta izin ke Kepala HumasRSUD Ciawi melalu 

telepon genggam tapi ketiga nomornya gak aktif. Akhirnya saya minta izin ke satpam dan diizinkan, makanya saya berani mengambi 

gambar di area RSUD," jelasnya.

Juanda menyesalkan tindakan arogan itu dilakukan saat dia mengambil gambar yang memang area publik, dalam hal ini bukan di dalam 

ruang IGD. "Saya ngambil gambarnya di luar pintu IGD, kalau tidak percaya pihak RSUD nya adakok bukti perampasan danpengambilan 

gambarnya," ujarnya.

Sebelum terjadi perampasan, dia sempat adu mulut perihal izin meliput di RSUD dengan dokter tersebut. Bahkan, keributan sempa 

terjadi di depan pintu IGD, sehingga satpam yang sedang berjaga berusaha melerainya.

"Yang sempat saya tidak terima lagi, oknum dokter itu juga mengancam akan menghapus gambar hasil peliputan yang ada di dalam 

kamera. Tapi dia (oknum dokter) langsung pergi ke atas ke ruang Bagian Tata Usaha dan saya langsung mengikuti," tambahnya.

Saat di ruang Bagian TU RSUD Ciawi, akhirnya keributan itu berhasil diredam dan pihak rumah sakit baru mau mengembalikan 

mengembalikan kamera yang dirampas oleh dokter tersebut. "Yang mengembalikan kameranya bukan oknum dokter itu, tapi Kepal 

Bagian TU RSUD Ciawi," ungkapnya.

Page 5: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 5/23

Sementara itu, Direktur Utama RSUD Ciawi Drg.Hesti Iswandari Soedarsono saat dikonfirmasi mengakui bahwa dokter yang bekerja d 

institusinya telah melakukan perbuatan tidak terpuji.

"Ya kami minta maaf atas kejadian yang dipicu karena miss komunikasi atau kesalahpahaman, secara institusi kami bersedia meminta 

maaf, dan akan jadi pembelajaran agar peristiwa serupa tidak terulang," ujarnya, singkat.

Sementara itu, Anggota Dewan Penasihat Forum Wartawan Harian Bogor (FWHB) Soewidia Henaldi menyatakan pertemuan yan 

dilakukan antara wartawan dengan jajaran direksi RSUD Ciawi beberapa jam setelah kejadian bukan merupakan jalan terakh 

penyelesaian masalah perampasan kamera.

"Yang kita persoalkan kenapa dari pihak RSUD terkesan melindungi dan menyembunyikan pelaku perampasan kamera teman kita. Kit 

akanlakukansomasi terhadapRSUDCiawi danPemkab Bogortelah melecehkan danmenghalang-halangiprofesi dankerjawartawanyang 

 jelas-jelas dilindungi Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers," tegas wartawan Wartakota yang bertugas di Bogor itu

9. Bekasi, 19 Februari 2015 

Korban : Randy Yosetiawan Priogo

Pelaku : Tak Dikenal

Jenis : Pengeroyokan

Seorang wartawan media lokal harian di Bekasi menjadi korban pengeroyokan oleh sejumlah orang tak dikenal, Kamis (19/2) kemari 

petang. Korban mengalami luka memar di pipi, pelipis, serta punggung.

Menurut keterangan korban, Randy Yosetiawan Priogo (27), peristiwa itu bermula ketika dia diundang oleh Ketua DPC PAN Kecamata 

Bekasi Utara, Iryansyah untuk klarifikasi pemberitaan di media tempatnya berkarya.

Korban dan Iryansyah lalu bertemu di sebuah rumah makan di Jalan Serma Marzuki, Kecamatan Bekasi Selatan. Iryansyahditemanioleh 

Ketua DPD PAN Kota Bekasi, Faturahman. Setelah bertemu dan berbincang, tiba-tiba korban diserang oleh dua orang tak dikenal.

Korban menduga pengeroyokan itu berkaitan dengan pemberitaan edisi 18 Februari 2018, berjudul 'DPC Bekasi Utara Sebut Pimpina 

DPD Masa Bodo'.

"Padahal saya nulis sudah sesuai fakta dan sudah konfirmasi, tapi malah langsung dipukul," katanya.

Atas kejadian itu, korban mengadukan ke Polresta Bekasi Kota atas tuduhan pengeroyokanolehorangtakdikenal dengannomorlaporan 

polisi dengan nomor LP/278/K/II/2015/SPKT/Resta Bekasi Kota.

"Saya dipaksa menyerahkan KTP dan dicatat sama mereka alamat rumah saya. Dia bilang hati-hati karena sudah dicatat alama 

rumahnya," katanya.

10. Ternate, 23 Maret 2015 

Korban : Ibeng, Berita Satu

Pelaku : Polisi

Jenis : Pemukulan

Kontributor Beritasatu TV menjadi korban kekerasan oknum polisisaat menjalankan tugasnya di kota Ternate, MalukuUtara, akhir peka 

lalu.

Menurut kronologi yang berhasil dihimpun, peristiwa tersebut terjadi ketika kameramenHijrah Ibrahim alias Ibeng bersama para jurnali 

dari media lain tengah meliput reka ulang kasus pembunuhan di Kelurahan Gamalama, sekitar pukul 16.00 WIT, Sabtu (21/3).

Saat itu para awak media minta izin untuk diperbolehkan mengambil gambar di tempat kejadian peristiwa (TKP) namun tidakdiberikan 

dan malah terjadi aksi dorong oleh sejumlah anggota Sabhara yang berjaga.

Korbanterusdidorongpaksakeluar karenatidakdiizinkanmeliput di dalam,dan ketikaitu tanpa sengaja menyenggol wajahanggota polis 

bernama Briptu Arman. Insiden kecil itu rupanya memicu kemarahan para anggota polisi yang lain dan korban dikeroyok.

Ibeng hanya bersikap pasif dan tidak melawan sama sekali ketika ditendang dan dipukul oleh para oknum polisi tersebut hingga 

mengalami luka di wajah.

Malam harinya, korban ditemani sejumlah wartawan lain di Maluku Utara melaporkan kasus tersebut ke Polda Maluku Utara, denga 

nomor laporan: STPL/08/III/2015/SPKT.

Page 6: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 6/23

 

Kejadian ini memicu protes dari sejumlah pihak, termasuk Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) di Ternate. Ketua AJI Ternate, Mahmud Ici 

mendesak Kapolda Malut untuk mencopot jabatan Kapolres Ternate dan Wakapolres Ternate karena dianggap tidak menghormati kerj 

 jurnalistik.

11. Ambon, 24 Maret 2015 

Korban : Saleh Tuhuteru

Pelaku : Ipda SU, Polisi

Jenis : Ancaman Pembunuhan

Seorang oknum anggota Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease yang diketahuiberinisial SU,Selasa (24/3/2015), mendatangi kanto 

redaksi harian surat kabar Info Baru di kawasan Galunggung, Kecamatan Sirimau, Ambon, sambil mengamuk dan mengancam aka membunuh salah seorang wartawan koran tersebut.

Kedatangan Ipda SU ke ruang redaksi koran harian lokal di Ambon itu pun membuat sejumlah wartawan yang berada di sanapanikdan 

ketakutan. Kuat dugaan, kedatangan oknum anggota polisi itu terkait pemberitaan koran tersebut pada edisi Selasa (24/3/2015).

Salah seorang wartawan koran tersebut, Saleh Tuhuteru, menuturkan dia sempat menanyakan kepada oknum anggota polisi tersebu 

perihal kedatangannya ke ruang redaksi, namun pertanyaan itu malah dijawab dengan nada ancaman. Polisi tersebut, menurut Saleh 

mengancam akan membunuh wartawan dan merusak fasilitas serta membakar kantor itu.

”Mana wartawan yang tulis berita tadi, saya akan bunuh dia, kalau perlu saya juga akan bakar kantor ini,” kata Saleh meniru ancaman 

yang dilontarkan Ipda US.

Saat itu, Saleh lalu meminta sang polisi pergi dan keluar dari dalam kantor redaksi. Namun oknum polisi tersebut malah bergeming."Saya tidak akan keluar dari sini. Panggil pemredmu sekarang ke sini,” kata Saleh kembali menirukan ucapan Ipda US.

Aksi Ipda US terekam langsung melalui CCTV yang adadi kantorredaksi media cetaktersebut.Dalamrekamanitu, Ipda USdatangdengan 

mengenakan baju kaos berwarna biru, celana jins biru muda dan topi berwarna hitam.

Sementara itu, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Info Baru,Mansur, kepadawartawanmengatakanpihaknyaakanmelaporkankejadian it 

ke Polda Maluku dan Mabes Polri. Menurut Mansur, tindakan oknum polisi tersebut tidak bisa diterima karena sudah mengekan 

kebebasan pers dan mengancam keselamatan wartawan.

"Apalagi ancaman itu dilakukan di kantor redaksi, seharusnya jika dia oknumpolisidia harus pahamdenganundang-undang, bukanmain 

ancam dan intimidasi," tegas Mansur.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Ambon Abdul Karim Angkotasan meminta agar kasus ini dapat diproses sesuai hukum yan 

berlaku. Dia juga menolak intimidasi terhadap wartawan.

"AJI menolak segala bentuk intimidasi terhadap wartawan dengan cara apapun," tegas Abdul Karim.

Hingga kini, Kompas.com masih berusaha mengonfirmasi insiden tersebut ke kepolisian setempat.

12. Jogjakarta, 8 April 2015 

Korban : Sejumlah Wartawan

Pelaku : Panitia Penyelenggara

Jenis : Pelarangan Liputan 

Acara Bandung Conference And Beyond 2015 di Balai Senat UGM yang dihadiri Menteri LuarNegeriRI, RetnoMarsudi 

mendapatprote dari para wartawan. Hal ini karena para wartawan yang hendak mewawancarai Menteri Retno justru dikunci di dalamBalaiSenatketika 

menteri wanita itu keluar dari balai senat.

Kejadian tersebut bermula ketika para wartawan yang sudah berada sejak pukul 08.00 WIB berada di Balai Senat UGM untuk meliput 

acara Bandung Conference And Beyond 2015 yang dihadiri Menteri Retno. Tak berapa lama setelah acara berlangsung, Menteri Retno 

meninggalkan ruangan.

Para wartawan pun serentak bergegas keluar ruangan. Namun saat sampai di pintu, para wartawan tidak bisa keluar karena ruangan 

sengaja dikunci oleh panitia. Menurut salah seorang wartawan, Harminanto, saat itu mereka sempat berusaha mendobrak pintu da 

berteriak minta dibukakan pintu.

Page 7: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 7/23

"Saya dan wartawan lain mau keluar wawancara Menlu tapi pintu di kunci dari luar oleh panitia. Kami hanya ingin wawancara, kenapa 

harus di kunci, kenapa panitianya seperti ini," katanya, Rabu (8/4).

Setelah Menteri Retno pergi, barulah pintu dibuka oleh panitia. Para wartawan pun mendatangi panitia dan memprotes panitia yan 

menghalangi kerja wartawan.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi Rektor UGM Dwikorita Karnawati mengaku tidaktahu dengankejadiantersebut. Menurutnya Mente 

Retno terburu-buru mengejar pesawat karena harus segera pulang ke Jakarta.

"Tadi Menlu tergesa-gesa mengejar pesawat. Saya tidak tahu kalau wartawan dikunci di dalam Balai Senat. Saya minta maaf dan akan 

kami selesaikan nanti dengan panitia," tandasnya.

13. Jakarta, 27 April 2015 

Korban : 4 Jurnalis yang meliput

Pelaku : Puluhan petugas keamanan

Jenis : Pemukulan 

Kekerasan terhadap wartawan di tanah air terjadi. Kali ini 4 wartawan yang sedang meliput tak tanggung-tanggung dikeroyok ole 

puluhan Satpam Apartemen Cempaka Mas – Jakarta, Senin (27/4-2015) siang. Padahal peristiwa kekerasan terhadap wartawan d 

Indonesia yang sering terjadi, pernah dikecam jurnalis internasional dan merupakan peristiwa memalukan di negara yang katany 

menghormati hak asasi dan demokrasi ini.

Keempat korban kekerasan puluhan Satpam brutal yang dikomandoi komandan mereka itu, adalah Rani (RCTI), Kurniawa 

(Beritasatu.com), Samarta (SCTV), dan Muhammad Rizki (MetroTV).

Peristiwanya bermula ketika para wartawan sedang meliput aksi demo puluhan penghuni apartemen elit itu kepada pihak pengelola 

Penghuni menyoal pemadaman listrik yangdilakukansewenang-wenang, dibilangtidakbayar rekening listrik – padahal menurut penghun 

mereka sudah bayar.

Empat wartawan tak dapat menghindar jadi bulan-bulanan dipukuli puluhan Satpam bringas dan bahkan merusak kamera wartawan.

“Seharusnya kalau kehadiran kita tak dikendaki untuk meliput demo di apartemen itu, Satpam bisa memberitahu baik-baik. Kita past 

ngerti, tapi jangan pukul seperti ini. Mereka yang nggak mau ngerti dan langsung saja main tangan,” tutur Rani sambil memperlihatkan 

luka lebam di wajahnya.

“Kita hanya ingin meliput demo tarif listrik para penghuni di lantai lima apartemen itu, tapi mereka main tangan, bahkan komandan 

Satpam menyuruh anak buahnya menyerang kami. Bahkan ketika kita mundur keluar, terus dipukuli atas komando KomandanSatpam, 

ujar Rani.

Rani dan Kurniawan mengalami luka berat, Samarta dan Muhammad Rizki luka ringan. Para jurnalis yang bekerja di bawah payun 

Undang-undang Pers itu sudah melapor ke Polres Jakarta Pusat, minta peristiwanya diusut tuntas.

Korban menyesalkan keberutalan para petugas keamanan apartemen Cempaka Mas tersebut apalagi keberingasan atas komando san 

komandan. Bukan mustahil pula atas provokasi pengelola apartemen Cempaka Mas yang tak ingin kebobrokan administrasi merek 

diketahui 

14. Garut, 27 April 2015 

Korban : Sejumlah wartawan

Pelaku : Security pabrik sepatu nike PT. Changsin Reksa Jaya

Jenis : Pengusiran dan pelarangan liputan

sejumlah wartawan yang hendak meliput agenda Menteri Perindustrian (Menperin) di pabrik sepatu Nike,PT ChangshinReksaJaya, usa 

kunjungannya di sentra industri kulit Sukaregang, Garut diusir paksa petugas keamanan pabrik. Bahkan beberapa orang diantarany 

mendapat perlakuan yang tidka mengenakan dari pihak keamanan pabrik.

"Kami datang ke Polres Garut untuk melaporkan adanya pelarangan peliputan dan perbuatan tidak menyenangkan. Saat kami bertuga 

untuk meliput kegiatan Menteri Perdagangan Saleh Husin ketika berkunjung ke PT Changshin di Kecamatan Leles, pihak keamana 

melarang masuk dan meneriaki kami sebagai penyusup," kata Ii Solihin, kontributor MNC Media di Garut beberapa waktu lalu.

Page 8: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 8/23

Ii menuturkan, mobil Toyota Corona yang dikemudikannya berada dalam satu rombongan iring-iringan menteri. Namun sesaat setela 

memasuki kompleks pabrik sepatu Nike itu, mobil yang dikendarainya dicegat dan diperintahkan pihak keamanan untuk mundurke lua 

gerbang pabrik.

"Kami diminta untuk berhenti dan keluar dari pabrik. Padahal jelas-jelas dari humas kementrian untuk ikut bersama dalam iring-iringan 

rombongan agar bisa melakukan peliputan," sebutnya.

Aep Hendy, wartawan media cetak membenarkan adanya insiden itu. Dia menilai wartawan berhak melaksanakan tugas jurnalistiknya.

15. Jayapura, 30 April 2015 

Korban : Yohanes Kuayo

Pelaku : PolisiJenis : Penangkapan

Kronologi Penangkapan Wartawan MAJALAH SELANGKAH (www.majalahselangkah.com) Atas Nama Yohanes Kuayo Oleh Satgas Pold 

Papua dan Tim Khusus Polres Nabire Saat Melakukan Tugas Jurnalistik di RSUD Nabire, Kamis 30 April 2015

Kamis, 30 April 2015, Pukul11: 00 WIT,wartawan(koresponden) majalahselangkah.com wilayahNabire danDogiyai,Yohanes Kuayo perg 

ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire untuk melakukan peliputan tentang Panglima Tentara Pembebasan Nasional-Organisa 

Papua Merdeka (TPN-OPM)Devisi II Pemka IV Pembela KeadilanWilayah Paniai, LeonardusMagaiYogi dandua temannya yang tertemba 

dalam kontak tembak dengan Tim Satgas Polda Papua dan Tim Khusus Polres Nabire di Kampung Sanoba Atas Distrik Nabire, Kamis 

(30/04/2015), pukul 10:40 waktu setempat.

Ketika tiba di sana (UGD RSUD), beberapa wartawan lain, Rein Windesi dari Metro TV dan Firdaus, seorang wartawan TV lainnya sudah 

berada di sana. Yohanes meminta keterangan kepada komandan Timsus tetapi ditolak dengan alasan masih belum bisa berika keterangan kepada siapa pun. Setelah itu, Yohanes masuk ke UGD untuk mengambil data tetapi belum boleh masuk ke sana.

Setelah sekitar 30 menit kemudian, Yohanes melihat banyak orang masuk keluar dii UGD. Ia juga masuk ke UGD untuk meminta 

keterangan soal para korban penembakan ini. Di dalam, ia masih belum berhasil mendapatkan data. Ia haus dan keluar UGM untuk 

membeli minum. Pada saat itu, situasi di depan UGD RSUD Nabire dijaga super ketat.

Yohanes tidak sempatmembeli minum dankembalisegera keUGD karenaia merasaada yang mengikutinyadari belakang.Setelahmasuk 

ke UGD, Yohanes menemui dokter di bagian rekam medik. Ia duduk di kursi tempat rekam medik dan meminta data tetapi dokter 

mengatakan meminta data kepada dokter yang menangani korban. Saat terjadi komunikasi inilah Yohanes Kuayo ditangkap beberap 

polisi dan dinaikan di atas mobil polisi.

Saat ia ditangkap (pukul 12: 00), Yohanes sempat sampaikan bahwa ia adalah wartawan dan sedang melakukan peliputan jurnalistik 

Tetapi, polisi tidak merespon. Hanphone milik Yohanes diambil polisi. Sementara tas yang berisi surat tugas, laptop, flashdisk, dan buku 

diambil polisi lainnya. Tanpa bicara banyak, Yohanes dibawa ke kantor Tim Khusus Polres Nabire.

Sekitar Pukul 12:30 WIT, Pemimpin redaksi Majalah Selangkah, Yeremias Degei menemui komandan Tim Khusus Polres Nabire. Merek 

menyampaikan bahwa Yohanes Kuayo adalah wartawan dan sedang melakukan peliputan jurnalistik.

Saat ditemui, Yohanes Kuayo dalam kondisi diborgol. Setelah pihak Majalah Selangkah meminta untuk melepaskan borgol tersebu 

barulah borgol dilepaskan dari tangan Yohanes.

Komandan Tim Khusus Polres Nabire mengatakan, Yohanes Kuayo ditangkap karena berada di areal sterill dengan mengenalan paka 

bertuliskan “Free West Papua”. Lalu, kami sampaikan, pakaian, noken, topi yang ada tulisan “Free West Papua”itu di mana-manasudah 

beredar banyak. Bahkan ada pakaian yang bergambar bintang kejora.

16. Bantul, 5 Mei 2015 

Korban : Ayodya Putri

Pelaku : Paspampres

Jenis : Pelarangan Liputan 

Kejadian ini dialami jurnalis media nasional suara.com Wita Ayodya Putri. Bermula saat korban meliput kegiatan peluncuran program 

listrik nasional 35.000 megawatt (MW) di Pantai Goa Cemara, Desa Gadingsari, Sanden, Bantul yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo.

Selain meliput peluncuran program listrik 35.000 MW, oleh medianya, korban juga ditugaskan mewawancarai Joko Widodotentang ak 

bakar diri seorang buruh di Jakarta saat momentum hari buruh internasional (Mayday)1 Meilalu. Wawancaralangsung denganpreside 

hanya memungkinkan dengan doorstop, menyetop presiden untuk wawancara sebelum meninggalkan lokasi.

Page 9: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 9/23

 

Pada saat wawancara doorstop tengah berlangsung, posisi korban berada di bagian belakang kerumunan para awak media yang tenga 

mewawancarai presiden isu lainnya. Paspampres kemudian memberikan akses agar korban bisa lebih dekat dengan presiden sehingg 

dapat leluasa wawancara.

Korban baru sempat berkata "Pak" (belum direspon presiden), tiba-tiba dari belakang (belakangsebelah samping kanankorban) seoran 

laki-laki sontak mengatakan, "Mau tanya apa?". Korban menjawab, "Mau tanya soal kasus buruh di Jakarta kemarin". Laki-laki it 

menjawab ; "Ngapain kok tanya-tanya soal buruh, tanya aja soal program ini," bentak laki-laki itu.

Tidak hanya berkata kasar, lelaki itu juga menjewer kupingkorban sebanyakduakali danberkata;"Awasya kalautanya-tanya soal buruh 

tanya aja soal program ini". Tidak berhenti disitu saja, lelaki itu juga memegang pinggang korban dan berkata, "Awas ya tak cubit kalau 

sampai tanya soal buruh". Pinggang korban dipegang hingga wawancara doorstop selesai.

Saat itu korban hanya bisa diam, bingung dan merasa tertekan serta terintimidasi dengan perlakuan lelaki berkemeja putih tersebut 

Korban merasashocksaatdijewer di depanumum,padahal korbanmerasa tidakmelakukankesalahan. Korbanjuga menggunakan ID card 

pers dan membawa buku bloknote bertulis Aliansi Jurnalis Independen saat liputan tersebut, sehingga membuktikan bahwa korba 

seorang wartawan. Korban merasa dilecehkan dan diintimidasi dengan sikap pelaku tersebut.

Akibat sikap pelaku, korban merasa dihalang-halangi saat melakukan tugas peliputan, karena tangannya berada di pinggang korban da 

siap untuk mencubit korban. Saat itu korban hanya bisa diam mengikuti perintah pelaku karena sebelumnya korbansudahdijewer yang 

menurut korban hal tersebut lumayan sakit dan memalukan korban di depan umum. Korban merasa tidak terima namun saat itu tidak 

dapat berbuat banyak karena korban diancam.

Malam harinya saat korban sudah merasa lebih tenang dan sudah menyelesaikan kewajiban liputannya, akhirnya korban bertanya pad 

temannya, salah satu wartawan yang bertugas di istana negarauntukmencaritahusiapa laki-lakiataupelaku yang melakukanpelecehan dan intimidasi pada korban.

Korban menyebutkan ciri-ciri pelaku, berbadan sedikit pendek, agak gemuk dan berkulit gelap. Teman korban lalu mengirimkan sebua 

foto apakah pelaku adalah orang yang dimaksud.Ternyatabenar adanya, korbanmengakuiorangdi foto ituadalah lelakiyangsama yang 

telah menghalangi peliputannya. Pelaku ternyata adalah Kepala Biro Pers Istana, Albiner Sitompul. 

17. Jayapura, 11 Mei 2015 

Korban : Viktor Palembangan / Cenderawasih Pos

Pelaku : Numfor Thomas E Ondi (Bupati Biak)

Jenis : Pemukulan

Bupati Biak Numfor Thomas E Ondi diduga memukul Viktor Palembangan, wartawan surat kabar Cenderawasih Pos, di komplek 

Perumahan SKB Rigge, Biak, Sabtu (9/5) sekitar pukul 15.00 WIT. Pemukulan terjadi karena Thomas kesal dengan salah satu beritayang 

ditulis korban yang dimuat pada 8 Mei 2015.

Penjelasan Viktor kepada pihak Cenderawasih Pos, Bupati Biak Numfor kesal karena berita tentang musibah kebakaran di Pasar Inpre 

Biak pada 7 Mei 2015. Thomas menilai berita itu tidak memuat upaya pemda Biak membantu ratusan korban dalam musibah itu. 

18. Semarang, 25 Mei 2015 

Korban : Seluruh Wartawan

Pelaku : Fahri Sundah (anggota BEM Unissula)

Jenis : Pelecehan

Kasus pelecehan yang dilakukan oleh Fahri Sundah, seorang anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sultan Agun 

(Unissula) Kota Semarang, Jawa Tengah terhadap wartawan saat demo Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) akhirnya diselesaika dengan jalan damai.

Jajaran Universitas Sultan Agung(Unissula) mendatangi Kantor PersatuanWartawanIndonesia(PWI)Jateng di Jalan Tri LombaJuang, Kot 

Semarang, Jawa Tengah, Senin (25/5) untuk meminta maaf.

19. Makassar, 8 Juni 2015 

Korban : Muhammad Nur Bone (MNC TV)

Pelaku : Tidak dikenal

Jenis : Penembakan

Page 10: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 10/23

Jurnalis MNC Media Muhammad Nur Bone terkena anak panah saat akan meliput, Senin (8/6/2015) dini hari. Hingga kini,aparatPolsek 

Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan, masih mencari pelakunya.

Ditemui di kantornya, Senin (8/6/2015), Kapolsek Bontoala Kompol Basri Jafar mengatakan, pihaknya akan mengusut tuntas dan baka 

mendapatkan pelaku pemanahan tersebut. Untuk kepentingan itu, pihaknya meminta bantuan Polrestabes Makassar.

Basri Jafar menambahkan, pihaknya belum mendapatkan ciri-ciripelaku lantaranMuhammadNurBonebelumdapat dimintaiketeranga 

akibat luka yang diderita di bagian dagu sebelah kirinya.

Sementara itu, Kanitreskrim Polsek Bontoala AKP Suradi mengaku dirinya mendapatkan laporan dari korbanMuhammad Nurpada puku 

00.15.

Menurutnya, korban yang ditemani teman seprofesinya langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar guna divisum.

20. Padang, 19 Juni 2015 

Korban : Dua wartawan (Yudefrizal)

Pelaku : Yel (Supir pengantar beras)

Jenis : Pengusiran

Dua wartawan yang usai melakukan tugas wawancara dengan Yones Esva, wakil pimpinan di Bulog Pasaman Yones Esva, tiba-tiba

ditantang salah seorang bagian sopir pengantar beras ke masyarakat bernama Yel.

Menurut Yudefrizal salah seorang wartawan, keributan itu saat hendak mengambil foto, tiba-tiba datang sebuah mobil Avanza warna

hitam. Tak lama kemudian, pengendara yang diketahui bernama si Yel turun dan langsung marah-marah tidak beralasan.

“Manga ang kamari, kalua ang dari siko. Bulog ndak paralu diberitaan do. Kalua ang dari siko ndak, kalau ndak pai den tinju ang baduo

(mengapa kamu kesini, keluar kamu dari sini. Bulog tidak perlu diberitakan, keluar kamu dari sini, kalau tidak pergi saya tinju kalia

berdua," ujar Yunefrizal menirukan kalimat Yel, Minggu (21/6/2015)

Dikatakan, pengancaman yang dialaminya bersama Willian rekannya sesama wartawan yang bertugas di Kabupaten Pasaman terjadi

Jumat 19 Juni 2015 sekitar pukul 11.00 WIB.

Kemudian kata Yunenfrizal. "Tidak boleh memberitakan tentang Bulog. Pergi kalian dari sini. Kalau tidak suka, bawa awak media lain ke

sini. Kapan perlu wartawan ‘paliang bagak, bia batenju wak, (kalau perlu wartawan paling hebat, biar kita bertinju)," kata Yunefrizal

mempraktikkan kembali gertakan orang yang melarangnya liputan.

Mendapat hal itu, kedua wartawan terpaksa balik arah. Bahkan Yones yang katanya wakil pimpinan di Bulog juga terdiam tidak bisa

berbuat apa-apa.

"Kami melakukan peliputan sesuai kode etik jurnalistik. Tidak ada unsur memeras atau semacamnya. Atas tindakan ini kami bakal

melaporkannya ke polisi," lanjut Yunenfrizal.

Sementara Wiliam Abib mengatakan ketika dia marah-marah sama wartawan itu Yel oknum tersebut juga buka-buka baju. Ditubuhnya

ada tato. "Karena melihat kondisi itu akhirnya kamu pulang saja," tuturnya.

Tak terima kejadian itu akhirnya kedua wartawan yang mendapat pengancaman itu melapor kepada SPKT Polres Pasaman, Sabtu 20 Ju

2015 bersama teman-teman wartawan lainnya.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang mengecam perilaku petugas Bulog Kabupaten Pasaman yang mengancam wartawan yang seda

melakukan tugas liputan.

Menurut Ketua AJI Padang Yuafriza, kelakuan pelaku jelas tindakan merupakan menghalangi kemerdekaan pers dalam mendapatkan

informasi seperti yang dijamin pada UU RI Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pasal 4 ayat 1, 2 dan 3. Dalam mengerjakan tugas,

wartawan mendapat perlindungan hukum (Pasal 8).

Tindakan menghalangi kegiatan jurnalis harus dipidana seperti tercantum dalam pasal 18 ayat 1: Setiap orang yang secara melawan

hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (

dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 500 juta.

"Kita meminta Kepala Bulog Kabupaten Pasaman segera meminta maaf kepada wartawan dan media tempat si wartawan bekerja,"

ujarnya.

Kemudian lanjut Yuafriza Kepala Bulog Kabupaten Pasaman memberikan sanksi kepada petugas yang tidak menghargai profesi jurnalis

Page 11: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 11/23

 

"Semua pihak diminta menjalankan ketentuan tentang UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik," ujarnya.

Tak hanya itu saja AJI Padang meminta Kapolres Kabupaten Pasaman segera menindak pelaku pengancaman sesuai dengan Pasal 18 ay

1 UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers.

21. Purwokerto, 19 Juni 2015 

Korban : Abdul Arief (Tribun Jateng)

Pelaku : Sejumlah mahasiswa dan pemilik kos

Jenis : Intimidasi

Kasus tersebut bermula dari peliputan razia sejumlah rumahindekos termasuk 'Pondok Ngudi Ilmi'dan'Wisma Ronggojati' yang disinyal 

sering menjadi tempat mesum dan kegiatan negatif lainnya oleh aparat Satuan Polisi Pamong Praja. Sejumlah rumah kos di Kelurahan Grendeng diperiksa. Beberapa mahasiswa juga sempat dibawa ke kantor Satpol PP.

Sebagai bagian dari tugas jurnalistik, para jurnalis, termasuk Abdul Arif merekam proses razia tersebut termasuk mengambil foto saa 

petugas membawa para mahasiswake mobil SatpolPP. Ternyata,ada mahasiswakeberatan karenafoto dirinya danpacarnya saat dibaw 

ke dalam mobil Satpol PP dimuat di laman Tribunjateng.com.

Mereka minta foto itu dicabut karena merasa tidak bersalah. Sayangnya lagi, pemilik kos tempat hunian mahasiswa tersebut ikut-iku 

mengancam serta mengintimidasi Arif. Dia bahkan dengan nada tinggi dan membentak, sempat meminta Arif memasang permintaa 

maaf di semua media cetak lokal selama beberapa hari.

Gregorius menegaskan, desakan pemilikkos yangnotabenemerupakankaum terpelajartersebutsangat disayangkan.Hal ini menandaka 

mereka tidak memahami proseskerjadalampers.Dalam peristiwaini,Arif bahkansempat diminta menghadapke rumah pemilik kosyang 

diliput itu. Oleh karena merasa terintimidasi, Arif akhirnya memilih berdiskusi di Polsek Purwokerto Utara untuk berbicara denga mahasiswa serta pemilik kos yang menolak menyebutkan nama saat diajak berkenalan itu.

Terkait proses peliputan tersebut, Gregorius menjamin, Arif sudah menjalankan proses jurnalistik secara baik dan benar. "Dia hadir d 

lapangan dan apa yang dia laporkan termasuk hasil foto itu merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Laporan itu juga diperkuat 

konfirmasi dari petugas Satpol PP dan aparat kelurahan setempat," jelasnya.

22. Mataram, 3 Juli 2015 

Korban : Sadim (wartawan media lokal NTB)

Pelaku : Dedy (Satpam Universitas Mataram)

Jenis : Pemukulan

Sadim (27), wartawan media lokal Nusa Tenggara Barat, dipukuli oleh satpam Universitas Mataram (Unram) bernama Dedy, Jumat (3/7 

malam. Akibat pemukulan itu, korban mengalami luka sobek di bagian bibir atas sebelah kiri.

"Satpam itu memukul saya tepat di bagian rahang kiri menggunakan tangankanannya,"kata Sadimusai memberikan keterangan kepad 

penyidik Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Mataram, Sabtu (4/7).

Pemukulan itu terjadi berawal saat Sadim hendak mengambil kendaraannya di Fakultas Teknik Unram, sekitar pukul 21.00 WITA.

"Awalnya saya mau mengejar liputan peristiwa kebakaran di Cakranegara, jadinya saya ambil kendaraan dulu di kampus," ucapnya.

Sadim yang baru selesai menghadiri acara buka puasa bersama dengan Kepala Kepolisian Daerah NTB Brigjen PolUmarSeptono beserta 

 jajarannya di Lesehan Ijo Gading itu, masuk ke Unram melalui gerbang portal sebelah utara.

Kemudian, saat korban masuk ke Unram diantar oleh seorang rekannya bernama Aan(27). AlumniUnram tersebut melihat adabatubata 

yang tingginya sekitar 30 centimeter sengaja disusun berjajar, menutupi polisi tidur yang rusak.

"Saya melihat ada bekas runtuhan tembok yang sengaja disusun berjajar, menutupi polisi tidur yang rusak," katanya.

Sehubungan hal itu, ketika akan melewatinya, korban kemudian menegur sekelompok Satpam penjaga.

"Saya bilang, pak itu batu jangan disimpan di sana, bisa bahaya, nanti kalau ada pengendara lewat dan tidak melihatnya, bisa jatuh," 

ucapnya.

Setelah mendengar teguran itu, sembari berlalu melewati portal, salah seorang satpam penjaga kemudian berteriak dan mengeluarka 

ucapan kotor, seraya tidak terima dengan ucapan korban.

"Woi ba***g, balik kamu," ucapnya meniru perkataan Dedy.

Page 12: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 12/23

Karena tidak terima mendengar perkataan tersebut, Sadim kembali memutar arah kendaraan yang dikemudikannya dan mendekati

sekelompok satpam penjaga.

"Saat saya datangi mereka, yang berteriak itu langsung mendekati saya," ujarnya, seperti dilansir Antara.

Sadim yang masih di atas kendaraannyaitu kemudianbertanya kepadasatpam tersebut."Sayabilang,kenapa bapakngomong seperti itu 

salah saya bicara?" katanya.

Dengan wajah garangnya, Dedy langsung mencekik leher korban yang sedang berada di atas kendaraannya itu.

"Saya dicekik, sembari dia mengatakan, mau apa kamu, tidak terima?" katanya meniru perkataan pelaku.

Dedy dengan gaya arogannya berkata seperti itu, membuat korban membalas ucapannya. "Jelas saya tidak terima pak, itu kan bahaya 

kalau ada yang jatuh bagaimana?" ujarnya.

Tanpa membalas ucapan korban, pelaku langsung melayangkan pukulan ke wajah korban yang sedang berada di atas kendaraan.

“Langsung dia main pukul, dan saya ditarik, kendaraan saya jatuh," katanya.

Berawal dari kejadian itu, satpam penjaga lainnya langsung mengepung kedua alumni Unram tersebut. "Saya ditarik, diancam, danmau 

dipukul lagi, teman saya juga begitu," ucap Sadim.

Saat korban mengatakan akan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib. Sekelompok satpam penjaga itu semaki 

bertingkah garang.

"Mereka semakin arogan, kami dijegal oleh teman-temannya," kata Sadim.

Kemudian, karena dalam keadaan terdesak, korban pun mengeluarkan kartu media persnya dan mengacungkan ke arah pelaku. "Saa 

mereka melihat kartu pers saya, aksinya mulai mereda, dan saya langsung mengajak rekan saya untuk pergi melaporkannya ke polisi, 

ucap Sadim.

Sehubungan hal itu, Sadim langsung mendatangi SPKT Polres Mataram dan melaporkan aksi satpam penjaga di Unram tersebut.

"Sudah saya lapor dan langsung divisum di RS Bhayangkara Mataram," katanya.

Laporan Sadim telah diterima dan kini menjadi catatan tindak kriminal di Satreskrim Polres Mataram sesuai dengan surat laporanny 

bernomor: LP/K/503/VII/2015/NTB/Polres Mataram, tertanggal 3 Juli 2015.

Lebih lanjut, tim penyidik Polres Mataram telah memeriksa Sadim, hal itu tertuang dalam berita acara pemeriksaan (BAP) yan 

dilaksanakan pada Jumat (3/7) malam.

“Sudah dibuatkan BAP, rencananya oknum satpam itu dipanggil Senin (6/7), untuk diperiksa lebih lanjut," kata Sadim.

23. Jakarta, 7 Juli 2015 

Korban : Seluruh jurnalis yang meliput

Pelaku : Massa pendukungg Bupati Empat Lawang

Jenis : Pemukulan dan Pengerusakan Alat

Puluhan massa pendukung Bupati Empat Lawang, Budi Antoni Aljufri memukuli wartawan yang melakukan liputan di Gedung KPK,

Kuningan. Insident tersebut bermula saat Budi dan istrinya, Suzana Budi Antoni di tahan usai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka

Seperti dilansir dari metrotvnews, Massa yang berjumlah sekitar 30 orang tersebut datang ke KPK sejak senin sore. Mereka sengaja

menunggu Budi dan istrinya yang sedang diperiksa penyidik KPK. Setelah Bupati Kabupaten Empat lawing tersebut keluar, massa

pendukung merangsek menuju tangga gedung KPK.

Ketika Budi dan istrinya keluar dengan menggunakan seragam tahanan KPK berwarna Orange, awak media yang berada didepan pintu

keluar atau tepatnya di tangga gedung anti rasuah tersebut hendak wawancara dan mengabadikan foto Budi dan istrinya yang menuju

mobil, massa tersebut langsung mendorong para wartawan dan terjadi lah insiden pemukulan.

Akibat kejadian tersebut kamera seorang fotografer yang hendak mengambil gambarpun rusak. Kini salah seorang dari massa penduku

Bupati Empat Lawang tersebut diamankan petugas keamanan KPK dan diinterogasi terkait insiden pemukulan yang dilakukan terhadap

beberapa wartawan. 

Page 13: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 13/23

24. Kupang, 13 Juli 2015 

Korban : Efron Suna (Reporter AFB TV Kupang)

Pelaku : Hulu (Inhu) Bupati

Jenis : Pemukulan

Reporter AFB TV Kupang, Efron Suna, melaporkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh seorang PNS Biro Hukum Sekretariat Daera 

Provinsi NTT, MJ. Efron mengaku ditampar MJ ketika sedang melaksanakan tugas peliputan.

"Saya ditampar oleh PNS itu sore tadi ketika akan melakukan liputan di kantor Gubernur NTT," kata Efron di Kupang, Senin (13/7) mala

Wartawan AFB TV ini menjelaskan, selain menampar atau memukul dirinya, secara kasar MJ juga melakukan tindakan tidak terpu 

menarik kerah baju, mengambil kartu pers dan merampas handycam korban.

Dia menjelaskan pada awalnya dirinya bersama salah seorang rekan kerjanya hendak bertemu dan mewawancarai Wakil Gubernur NT 

Benny Litelnoni, namun yang bersangkutan masih ada urusan. Wakil gubernur pun menolak.

Karena gagal bertemu dengan wakil gubernur, dia bersama rekannya itu pulang. Ketika pulang itu tiba-tiba dari arah depanMJlangsung 

menarik kartu pers rekan Efron yang berjalan mendahuluinya.

"Pada awalnya saya tidak menghiraukan hal tersebut, karena memang setahu saya teman saya dan pelaku sering bercanda dan saling 

mengenal. Tetapi ketika saya tanya apa yang dilakukan oleh orang tersebut (MJ), teman saya menjawab kartu persnya dirampas dan 

dibawa pergi tanpa alasan," tuturnya seperti dikutip Antara.

Mendengar cerita rekannya tersebut Efron merasa kesal karena kartu pers yang digunakan sebagai identitas saat melakukan liputa 

dirampas tanpa alasan yang jelas.

Efron mengatakan, ketika sedang berbicara soal perampasan kartu pers rekannya itu, tiba-tiba MJ muncul dan langsung memegang da 

menarik baju Efron lalu menamparnya.

"Karena tak terima, saya kemudian bertengkar dengandia sambilberusahamenelepon teman-teman jurnalis.Akantetapitelepon selule 

saya dirampas. Begitu pun saat saya mau ambil gambar terkait keributantersebut, lagi-lagiMJ merampas kamerasambil terus mengikut 

saya hingga tempat parkir," cerita Efron.

Akibat tamparan atau pukulan itu, kata Efron, bagian wajahnya sempat mengalami cedera dan dikompres dengan aires. Efronberharap 

agar kepolisian mengusut tindakan kekerasan terhadap dirinya itu.

Sementara itu dihubungi secara terpisah, Wakil Kepala Kepolisian Resor Kupang Kota, Komisaris Dede Rochmana mengatakan pihakny 

sedang mengecek laporan dari wartawan tersebut.

"Laporannya belum masuk ke Polres Kupang kota. Sebentar saya cek ke Kapolsek Maulafa dulu ya," kata Dede.

Sementara itu, MJ sejauh ini belum berhasil dihubungi terkait dugaan melakukan penamparan terhadap Efron tersebut.

25. Tomohon, 24 Juli 2015 

Korban : Piter Lokon

Pelaku : Polisi (Polres Kota Tomohon)

Jenis : Penangkapan Jurnalis Independen

Kemudian dalam gedung yang mana sedang bercerita antara Pejabat Kantor sinode kemudia kepala Intelkam Polres Tomohon datan 

mendekati lalu bertanya dengantujuan apadatang Kesini, Jawab Lokon,saya datangmau liput beritakegiatanhari ini, lalu ditanya ID Card 

pa tidak ada Sehingga langsung ditangkap dan dibawah Ke Polsek di Ruang Intelkam Polsek Tomohon Tengah Untuk di Interogasi.

Sesudah itu kembali bawah ke Polres Kota Tomohon di Ruang Intelkam dan “Intelijen Sistem Informasi Sidiksasi (ISIS)” lalu kemudian 

dilanjutkan kembali menginterogasi dari awal Jam13.00Sampai jam16.40 Wita. Setelah Selesai Disuruh Buat surat Pernyataan dantand 

tangan bahwa saya tidak akan meliput berita, tetapi saya Menolak karena saya Jurnalis Bukan Baru, Karenasayasudahdari Tahun 2014 

dan Kami mahasiswa sangat butuh informasi agar Orang Tua kami di Papua bisa ada respon mengenai Keluhana Mahasiswadisini tetap 

tak ada informasi di publik sehingga mereka tak tahu apa isi hati mahasiswa Papua ingin disamapaikan kepada Orang Tua Mereka.

Karena Beberapa Waktu lalu media di sulut terjadinya masalah kemarin itumediaSulut dibungkam, semua beritanyasangat Memihak dan 

kejadian sebenarnya ada tatetapi di Bungkam Makan Itu saya Tolak untuk buat pernyataan dan Menanda tangani.

Dibawa ini Saat Interogasi ditangkap karena ada beberapa alasan. Diantaranya:

Page 14: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 14/23

 

1. Karena Berbeda Ras yang hadir saat Kegiatan di Kantor Sinode sehingga ditanggap dengan Mencurikan bahwa Mata-Mata.

2. Karena tidak senangnya Meliput Berita Kepada Publik Mengenai Penangkapan Hiskia Meage tangga 21 Juni 201 Lalu.

3. Tidak senangnya wawancara dari Media Tabloidjubi.com Melalui Telpon seluler atas penangkapan Hiskia oleh Polres Kota Tomoho 

Beberapa Bulan Lalu.

Maka Kami Dari Kami Jurnalis Independen Menyampaikan Bahwa Keamanan Negara Republik Indonesia Agar tidak ada dikriminasi da 

Menutup Ruang demokrasi kepada jurnalist untuk meliput berita. Karena Kami Mempunyai dan Tahu Etika dalam Memeberitakan ata 

Meliput Berita.

Dimohon untuk memeberikan Ruang Demokrasi Kepada Kami Jurnalist Indenpendent untuk meliput berita Rakyat Indonesiadan Khusu 

Papua. Kami Bukan Pengacau, Kami BukanMata-mata, Kami bukan Membuat Keributan. Terima KasihKami Tahu Mana yang layakdilupu 

mana yang tak layak untuk di publikasikan berita. 

26. Pekanbaru, 30 Juli 2015 

Korban : Zulkifli Panjaitan (Harian terbit pekanbaru)

Pelaku : Hulu (Inhu) Bupati

Jenis : Pemukulan

Zulkifli Panjaitan (54), wartawan senior salah dari satu media cetak harian terbitan Pekanbaru, mengaku ditampar sebanyak 3 kali oleh 

bupati Indragiri Hulu (Inhu) Yopi Arianto, Kamis (30/7). Hal itu diduga karena pemberitaan soal dugaan kasus moral asusila. Tak terima 

rekannya dilecehkan, kawan-kawan seprofesi Zulkifli melakukan aksi unjuk rasa di kabupaten Kampar, Riau, guna memprotes arogan 

Yopi.

Belasan wartawan yang bertugas di Kampar pun menggelar aksi damai di BundaranBalai BupatiKampar,Jalan Prof M Yamin,Bangkinang Kota, Jumat (31/07). Aksi tersebut merupakanbentuk solidaritas kepada Zulkifli Panjaitan,yang merupakananggota PersatuanWartawa 

Indonesia (PWI) Inhu.

Aksi ini digelar olehsejumlahorganisasikewartawananyangberkedudukandi kabupatenKampar,antara lainseperti PersatuanWartawa 

Indonesia (PWI), Gabungan Wartawan Indonesia (GWI), Forum Wartawan Kampar (FWK) dan Komisi Nasional Wartawan Indones 

(Komnas-WI).

Menurut mereka, kekerasan terhadap Zulkifli telah menambah daftar panjang kekerasan terhadap jurnalis, saat menjalankan tuga 

mereka sebagai pewarta berita . "Kami mengecam kekerasan yang dilakukan Bupati Yopie," ujar Kimek, salah seorang wartawan dalam 

orasinya.

Sebab, lanjut Kimek, kekerasan terhadap wartawan dinilai telah menginjak-injak martabat profesi mereka. Para demonstran ta 

menginginkan kekerasan terhadap wartawan terulang lagi. Kekerasan terhadap insan pers, menurut mereka, merupakan bentu 

pelecehan berat terhadap profesi kewartawanan.

"Seharusnya pelaku kekerasan terhadap wartawan itu malu. Berarti mereka sama sekali tidak paham Undang-undang Pers. Ini pejabat 

Bupati Yopi) pula yang diduga menjadi pelakunya," ketus Kimek.

Kimek menjelaskan, jika saja pelaku memahami Undang-undang Pers, maka pelakupastimengerti mekanismeyangtelah jelas aturanny 

tersebut. "Bukan dengan melakukan kekerasan seperti preman," ketus Kimek.

Dengan kejadian ini, para pengunjuk rasa mendesak agar UU Pers ditegakkan. Mereka mengingatkan agar pejabat atau public figur siap 

dikritik, apabila melakukan kesalahan dalam menjalankan tugasnya. Dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan tanpa pengawalan persone 

kepolisian berseragam itu, aksi berlangsung singkat. Peserta aksi membentangkan kain putih bertuliskan "Yopi Arogan. Stop kekerasa 

pada pers" sembari menggelar orasinya.

27. Pontianak, 8 Agustus 2015 

Korban : RS (Wartawan stasiun televisi)

Pelaku : UA (Seorang oknum wartawan)

Jenis : Ancaman 

RS, kontributor sebuah stasiun televisi di Pontianak,Kalimantan  Barat, mengaku diancam seorang oknum wartawan. Ancaman tersebu 

didapat RS saat meliput razia tempat hiburan malam(THM)yang dilakukanolehBadanNarkotikaNasional (BNN)danPoldaKalbar,Juma 

(7/8/2015) dini hari.

Page 15: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 15/23

Dari pengakuan RS, dirinya mendapat ancaman dari seorang tamu di THM yang terjaring razia yang mengaku sebagai wartawan.Oknum 

wartawan berinisial UA tersebut, kata RS, mengaku sebagai seorang wartawan mingguan sebuah surat kabar lokal di Pontianak.

"Setiap ruangan karaoke di THM diperiksa satu per satu, kemudian di salah satu kolong tangga, petugas BNNP melihat ada kakiseorang 

perempuan. Setelah dicek, rupanya itu adalah kaki wanita pemandu karaoke yang tengah bersembunyi bersama dua tamunya" ujar R 

menceritakan suasana liputan saat kejadian kepada Kompas.com, Jumat.

Setelah diamankan, lanjutRS, kedua tamu tersebutdi antaranyamerupakan oknumwartawandanseorang karyawanbagianiklan di salah 

satu media cetak lokal Pontianak. Dari penuturan RS, saat itu dia sedang merekam video dengan kamera handycam bersama seorang 

wartawan cetak lainnya. Namun, tiba-tiba ia mendapat teguran keras dari seorang tamu yang sedang diperiksa petugas.

Awalnya, lanjut RS, dia bersembunyi di bawah tangga karena tidak mau di tes urine oleh petugas BNNP. Namun, saat diperiksa, dia 

langsung mengeluarkan sebentuk lencana yang di dalamnya terdapat kartu pengenal wartawan.

"UA malah marah dan mengaku sebagai pelindung hukum wartawan se-Kalbar. Terus dia mengancam dan menunjuk-nunjuk muk 

wartawan lainnya. Padahal, tamu lainnya juga kami ambil gambarnya, namun tidak pula ada yang marah," kata RS dengan nada kesal.

Darihasil dari tes urine, oknumwartawantersebutdinyatakan positif mengandung narkoba.Petugas jugamenemukanbuktipesan singka 

dari kedua oknum ini yang menyebutkan sedang memesan satu paket yang diduga narkoba dari seseorang.

"Dia ancam saya begini, 'Kamu jangan ambil-ambil gambarsaya,nantisayalaporin kekantor. Saya ingatmuka kamu, saat di luar saya cari 

kamu nanti'," ucap RS menirukan ancaman oknum wartawan tersebut.

Merasa terancam, RS pun melaporkan ancaman tersebut kepada pimpinan di kantornya. Tak hanya sampai di situ, dirinya juga akan 

melaporkan ancaman ini kepada Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Kalbar.

"Saya akan melaporkan ancaman ini ke AJI. Mungkin teman-teman AJI bisa mengambil tindakan atau memberi petunjuk. Saya tida 

berharap lebih, setidaknya ada kebijakan dari AJI untuk melindungi kawan-kawan pers yang sedang bertugas meliput di lapangan, 

pungkasnya.

28. Tangerang, 8 Agustus 2015 

Korban : Anggi Muda

Pelaku : Asep Hidayat

Jenis : Pemukulan (dengan senjata tajam)

Pelaku begal, Asep Hidayat, dihadiahi timah panas dari petugas Polsek Panongan lantaran menyerang seorang wartawan, Anggi Muda.

Kejadian ini bermula saat petugas PolsekPanongantengah melakukanpatroli rutindi wilayahnya,Sabtu(8/8) malamdanmendapati Asep 

sedang, beraksi menggasak sepeda motor Suzuki Satria milik Agung Setiawan. Polisi lantas mengejar Asep hingga sempat terjadi aks 

kejar-kejaran.

Anggi yang kebetulan ada di situ ikut dalam aksi pengejaran itu.

Saat tiba di Jalan Padat Karya, Panongan, Tangerang, pelaku menabrak pagar dan terjatuh. Namun bukannya menyerah, dia justr 

menyerang Anggi dengan sebilah pisau hingga mengakibatkan wartawan media online itu terluka di bagian lengan.

Melihat pelaku sudah melakukan tindak kekerasan, petugas akhirnya melepaskan tembakan ke arah kaki pelaku hingga akhirny 

tersungkur. Selanjutnya, pelaku berikut barang bukti sepeda motor rampasan diamankan ke Polsek Panongan. Sementara Anggy Mud 

dilarikan ke klinik terdekat guna mendapatkan penanganan medis.

Saat dikonfirmasi, Kapolsek Panongan Kompol Kosasih membenarkan peristiwa itu. Saat ini pelaku sudah ditahan pihaknya dan masi 

dimintai keterangan.

“Pada malam itu tersangka sedang beraksi kemudian ketahuan oleh petugas dan sempat terjadi kejar-kejaran. Pelaku malah meluka 

wartawan yang sedang meliput,” jelas Kompol Kosasih, Minggu (9/8).

29. Medan, 9 Agustus 2015 

Korban : Donna Ester Hutagalung

Pelaku : Tidak dikenal

Jenis : Perampasan

Page 16: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 16/23

Wartawati Harian Sinar Indonesia Baru (SIB), Donna Ester Hutagalung (39) dirampok di Jalan Kapiten Pattimura, Medan. Perampo 

menendang sepeda motornya dan merampas tas berisi uang tunai ratusan ribu rupiah, kartu ATM, STNK, SIM dan smartphone.

Perampokan ini terjadi saat Donna baru pulang mengantar temannya ke Stasiun Besar Kereta Api Medan mengendarai sepeda moto 

Supra X warna hitam BK 4961 UO. "Temanku itu mau ke Kualanamu, naik kereta api bandara," kata Donna saat ditemui di Rumah Sakit 

Boloni, Jalan Monginsidi, Medan, Minggu (8/9).

Usai mengantar temannya ke Stasiun Besar Kereta Api Medan, Donna mengaku langsung bergegas menuju ke rumahnya di Jalan Piano 

Padang Bulan, Medan. Dia melintasi Jalan Imam Bonjol, Jalan Sudirman, lalu membelok ke Jalan Kapiten Pattimura. Di Jalan Kapten 

Pattimura, tepat di depan SPBU, tiba-tiba sepeda motor Donna ditendang. Dia terjatuh dan terluka.

"Pelaku kemudian merampas tas saya. Mereka dua orang, naik sepeda motor Satria FU," ucapnya.

Donna yang teluka di sekujur badan kemudian dibantu seorang personel TNI, yang kebetulan tengah menjaga keamanan SPBU tak jauh 

dari lokasi kejadian. Dia lalu dilarikan ke Rumah Sakit Boloni.

Hingga petang ini Donna belum melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada pihak kepolisian. Dia masih mendapatkan perawata 

medis. "Setelah sembuh baru saya lapor," ucapnya.

Perampokan seperti dialami Donna sudah sering terjadi di Kota Medan. Di antara korban bahkan sampai kehilangan nyawa.

30. Jambi, 13 Agustus 2015 

Korban : Yusnaini Rani

Pelaku : Polisi

Jenis : Intimidasi

Jurnalis Jambi mendesak Kapolda Jambi menindak tegas anggota Polresta Jambi yang melakukan aksi penghalangan dan intimidas 

seorang wartawan saat meliput penangkapan pelaku narkoba. Mereka juga menggelar aksi solidaritas di Mapolda Jambi.

Koordinator aksi Siti Masnidar dalam orasinya menuntut agar selain menindak tegas pelakujuga meminta agar kepolisian meminta maa 

secara terbuka kepada seluruh wartawan Jambi dan khususnya wartawan harian Jambi Independent, Rani yang menjadi korban.

Kemudian, mereka minta kepada kepolisian agar kejadian ini tidak terulang lagi di kemudian hari.

"Jangan sampai karena ulah segelintir oknum polisi membuat keharmonisan hubungan jurnalis dan kepolisian yang selama ini suda 

terjalin baik menjadi terganggu," kata Siti Masnidar, Kamis (13/8).

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Almansyah, yang menjadi perwakilan Kapolda mengatakan, pihaknya tela 

berkoordinasi dengan Jambi Independent dan meminta maaf atas kasus itu.

Polda Jambi sangat menyesalkan kasus perampasan HP milik wartawati Jambi Independent dan menghapus gambar kasus penangkapa 

narkoba tersebut.

"Untuk oknum yang bersangkutan saat ini sudah kita periksa di Propram Polda Jambi untuk diproses sesuai hukum," kata Almansyah.

Ke depan, harapnya hubungan antara polisi dan jurnalis bisa lebih baik. Dia berjanji tetap menangani kasus ini dan memproses anggota 

yang menghalangi tugas jurnalis tersebut.

31. Jakarta, 28 Agustus 2015 

Korban : Kantor Berita Detikcom

Pelaku : Massa dipimpin oleh Bursah Zarnubi

Jenis : Pengeroyokan

Tindakan massa yang dipimpin oleh Bursah Zarnubi itu merupakan bentuk intimidasi terhadap jurnalis dan mengancam kebebasan

pers.Kejadian ini bermula ketika kelompok massa anti-Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, berdemonstrasi di rum

dinas Gubernur DKI Jakarta, Jalan Senopati, Jakarta Pusat, Jumat siang. Mereka meminta Ahok menghentikan penggusuran rumah

penduduk di pinggir Kali Ciliwung.

Detik.com memberitakan bahwa banyak sampah berserakan setelah unjuk rasa di depan rumah Dinas Gubernur. Kelompok massa itu t

terima atas pemberitaan itu, karena dianggap tidak akurat. Lalu dengan jumlah massa 50 orang, mereka datang menggeruduk kantor

redaksi Detik.com. Sekitar 10 orang berupaya masuk ke ruang redaksi Detik.com dengan berteriak-teriak mencari-cari reporter yang

menulis berita tersebut. Beberapa orang dari mereka membawa plastik sampah hitam untuk ditunjukkan ke redaksi bahwa mereka

membersihkan sendiri sampah usai unjuk rasa.

Page 17: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 17/23

 

Atas tindakan massa ini, AJI Jakarta menyatakan tindakan menggeruduk dan mengintimidasi kantor media tidak dibenarkan dengan

alasan apapun. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, ketidakpuasan terhadap sebuah berita, harus diselesaikan

lewat mekanisme hak jawab dan hak koreksi, yakni memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan yang dianggap

merugikan. Bila tetap tidak terima, bisa mengadukan media ke Dewan Pers.

Pasal 5 UU Pers mewajibkan media yang memberitakan tersebut wajib memuat hak jawab tersebut secara proporsional. Pasal 8 denga

 jelas dinyatakan bahwa dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum. Selain itu, UU Pers menyatakan, un

menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Pers

menurut Pasal 6, berperan melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umu

Adapun setiap orang yang secara sengaja melawan hukum melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi tugas p

terancam dipidana penjara maksimal dua tahun atau denda Rp 500 juta.

Meski masalah pemberitaan Detik.com dianggap telah selesai dengan dilakukannya audiensi antara perwakilan massa dengan pimpina

Detik.com dan pemuatan ralat, AJI Jakarta tetap mengecam penggerudukan ini. Peristiwa ini adalah preseden buruk bagi kebebasan pe

di tanah air dan menambah daftar panjang intimidasi terhadap pers.

32. Bone, 13 September 2015 

Korban : Lukman / Radar Bone

Pelaku : Polisi

Jenis : Ancaman

Aksi kekerasan yang dilakukan Rivai terjadi Minggu dinihari lalu, 13 September 2015. Rivai dan sejumlah anggota kepolisian dan TN 

bersuka ria di sebuah tempat hiburan malam di Bone, Venom.

Rivai yang dalam keadaan mabuk tiba-tiba mengamuk. Tanpa sebab yang jelas dia berteriak-teriak meminta Disc Jockey (DJ) di tempa 

hiburan malam itu turun dari atas panggung. Namun, tidak digubris.

Mendapat informasi tentang peristiwa itu, enam wartawan yang biasa bertugas di Bone mendatangi Venom guna melakukanpeliputan 

Wartawan koran Radar Bone, Lukman, mencoba memotret suasana. Namun, dihadang oleh Rivai dan aparat polisi lainnya.

Lukman sempat mendengar suara botol pecah, sebelum keluar dari Venon, karena terus didorong oleh Rivai dan teman-temannya.

“Meski saya sudah berada di halaman Venom,Rivaimasih mengejar saya sambilmengancam,bisa mengerahkan orang untuk membunu 

saya,” ujar Lukman, yang kemudian melaporkan peristiwa itu ke Polres Bone.

Wartawan lain yang mencoba melerai juga mendapat ancaman serupa. Mereka diusir dan dilarang meliput di dalam ruang Venom 

maupun di sekitar halaman tempat hiburan malam itu. Rivai sesumbar mengatakan dirinya tidak takut pada wartawan. Bahkan, kala 

wartawan merasa keberatan atas sikapnya, dipersilahkan melaporkan ke atasannyaKepala PolresBone.“Silahkan ke Kapolres,saya tida 

takut.”

Hingga kemarin,Rivai masihmenjalani pemeriksaan olehpenyidikSatuan Profesi danPengamanan (Propam).Namun, wartawantidak bis 

memperoleh hasil pemeriksaan terhadap polisi arogan itu. Lukman juga menjalani pemeriksaan hampir tiga jam.

Adapun Kepala Bolres Bone, Ajun Komisaris Besar Juliar Nugroho, mengaku sedang berada di Makassar, bertemu dengan sejumla 

wartawan senior. “Gak usah digede-gedein lagi, ya," ucapnya. SikapJuliarberbeda dengansebelumnya,yangmengatakan Rivai tidaksaj 

dijatuhi sanksi disiplin dan kode etik, tapi juga diperoses secara pidana. 

33. Batam, 22 September 2015 Korban : Rahmat Purba BCN TV

Pelaku : Janiwan Simamora, security RSUD

Jenis : Pengusiran

Sekuriti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah mengusir wartawan lokal Batam saat ingin meliput di Instalasi Gawat

Darurat (IGD), Selasa (22/9/2015) siang. Pewarta langsung kesal dengan tindakan pihak sekuriti dan manajemen rumah sakit tersebut.

Kejadiannya bermula saat pewarta ingin meliput korban bernama Ratno (32) yang dibacok seseorang di Kaveling Melati, Kelurahan

Seipelunggut, Kecamatan Sagulung.

Selanjutnya Ratno dilarikan ke rumah sakit tersebut dan pewarta tertarik ingin meliputnya, namun sekuriti yang bertugas di IGD bernam

Janiwan Simamora langsung melarang.

Page 18: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 18/23

 

Awalnya dia menyampaikan supaya minta izin kepada Humas RSUD Embung Fatimah. Tidak hanya itu, dia juga menyarankan agar mint

izin ke Polsek Sagulung supaya dapat masuk.

"Izin sama Humas dulu, atau ke polisi biar bisa masuk ke IGD," kata Janiwan kepada wartawan. Namun Janiwan tetap melarang meski

Humas RSUD Embung Fatimah Nuraini berada di lokasi.

"Kalau mau masuk ada Undang-Undangnya, sekarang tak boleh masuk sebelum ada izin. Sekarang jangan berdiri di depan pintu IGD,"

katanya.

Salah seorang wartawan TV lokal BCN TV, Rahmat Purba mengaku kesal dengan aksi sekuriti bersangkutan. Karena saat dia mengambil

visual, Rahmat malah didorong Janiwan keluar dari dalam IGD.

Saking kesalnya, Rahmat menyampaikan kalau rumah sakit ini bukan miliknya, tapi milik umum. "Macam rumah sakitnya aja ini. Rumah

sakit ini milik pemerintah dan rakyat," ujar Rahmat dengan kesal.

Sementara itu, Humas RSUD Embung Fatimah Nuraini mengatakan, bukan maksud untuk melarang wartawan ingin meliput ke dalam IG

Namun waktu sekarang belum tepat karena ruang IGD baru pindah beberapa hari.

Saat ini ruangannya masih dalam penataan."Bukan tak boleh, ruangan kan baru dipakai beberapa hari. Tunggu saja dulu, nanti bisa kok

kata Nuraini di depan IGD.

34. Cianjur, 29 September 2015 

Korban : Eky Rizki, Cianjur Ekspres

Pelaku : Petugas Keamanan PT QL AgrofoodJenis : Pelarangan Liputan

Puluhan awak media di Cianjur menggelar aksi protes atas perbuatan tidak menyenangkan yang diduga dilakukan oleh oknum keamana

PT QL Agrofood, Rabu (30/9/2015). Para wartawan dari berbagai media ini menyesalkan tindakan semena-mena yang dilakukan oknum

itu.

Demo ini diawali dengan penyampaian orasi yang diikuti aksi teatrikal para pewarta. Salah seorang wartawan berbaring di depan gerba

pabrik. Aksi ini sebagai bentuk masih adanya kekerasaan terhadap pekerja media.

Eky Rizky (23), jurnalis dari Cianjur Ekspres mendapat perlakuan tidak menyenangkan saat hendak meliput peninjauan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (PDRD) Cianjur beserta Badan Lingkungan Hidup Cianjur dan masyarakat di PT QL Agrofood, Selasa (29/9/20

Peninjauan ini dilakukan karena perusahaan peternakan ayam potong ini diduga mencemari lingkungan. PT QL Agrofood dianggap

membuang limbah cair langsung ke sungai serta menimbulkan bau kotoran ayam ke pemukiman warga.

Ketika itu Eky tidak diperkenankan meliput, padahal peninjauan perusahaan itu menyangkut masyarakat umum. Tidak hanya melarang

Eky mendapat perlakuan kekerasan hingga penghinaan. Dua pukulan bersarang pada tubuh Eky di bagian punggung dan leher bagian

belakang.

Eky hampir saja menjadi bulan-bulanan dan bahkan kamera miliknya pun nyaris dirusak oknum pengamanan yang berjumlah puluhan.

Beruntung, Eky diselamatkan pihak kepolisian dan diamankan ke pos polisi terdekat.

"Saya datang agak telat. Sedangkan anggota dewan dan orang dinas serta semuanya sudah ada di dalam. Tapi ketika saya masuk, tidak

diperbolehkan, padahal saya sudah mengatakan bahwa saya dari Cianjur Ekspress. Satpam itu tidak peduli, malahan langsung mendoro

saya hingga terjatuh. Malah ada satpam yang mengancam saya,” tutur dia.

Aksi puluhan wartawan yang memrotes perlakuan pihak perusahaan ini nyaris berlangsung ricuh. Beberapa karyawan perusahaan sem

melakukan provokasi sehingga tensi meningkat. Namun situasi memanas langsung diredam pihak kepolisian yang dibantu TNI.

Muhamad Ihsan, perwakilan wartawan, menyesalkan perlakuan yang dilakukan oknum perusahaan. Menurut dia, wartawan bertugas

sesuai undang-undang untuk menyampaikan informasi demi kepentingan publik. Namun dalam pekerjaannya malah diperlakukan tidak

menyenangkan.

Dia mendesak agar pihak perusahaan meminta maaf atas kejadian tersebut. Lebih dari itu, Ihsan menuntut agar tidak ada lagi kekerasa

terhadap wartawan. "Aksi ini tidak ditunggangi kepentingan apapun atau unsur politik manapun. Kami di sini murni sebagai wujud

solidaritas atas kekerasan yang dilakukan terhadap kawan kami," kata dia.

Page 19: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 19/23

Sementara itu, Humas PT QL Agrofood Dede Supyanudin menyesalkan apa yang telah dilakukan karyawannya. Atas nama perusahaan,

menyatakan meminta maaf atas perlakuan tidak menyenangkan pihaknya.

"Ini merupakan kekonyolan dari ptugas kami. Untuk itu kami memohon sejuta permintaan maaf atas kejadian ini. Kepada karyawan da

keamanan, ini mohon dijadikan pelajaran. Yang namanya kegiatan atau aksi, jurnalis bukan musuh atau lawan. Kami mohon maaf atas

kekonyolan yang dilakukan satpam PT QL Agrofood," kata dia.

Sebanyak empat petugas keamanan yang diketahui melakukan hal tidak menyenangkan kepada wartawan dipanggil. Mereka meminta

maaf atas tindakan yang dilakukan.

35. Jayapura, 8 Oktober 2015 

Korban : Beberapa Wartawan Pelaku : Polisi

Jenis : Perampasan Alat

Aksi kekerasan kepada awak media massa di Papua kembali terjadi. Tepatnya pada Kamis (8/10) pekan lalu, beberapa jurnalis mengala

perlakuan kasar dari polisi saat meliput aksi unjuk rasa.

Pada hari itu, Solidaritas Korban Pelanggaran (SKP) Hak Asasi Manusia Papua menggelar aksi unjuk rasa damai, dengan tujuan ke kanto

Perwakilan Komnas HAM Papua, dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) di pusat Kota Jayapura.

Sebelum ke tempat tujuan, para aktivis SKP HAM terdiri dari gabungan kelompok mahasiswa, frater/biarawan, dan organisasi

kepemudaan berkumpul di kawan Merpati Abepura. Tepatnya di seberang jalan Gereja Katolik Gembala Baik. Mereka berorasi dan

membagikan selebaran terkait insiden kekerasan terjadi di Paniai pada 8 Desember 2014.

Abeth You, wartawan Majalah Selangkah dan Tabloidjubi.com diundang meliput aksi damai para aktivis Papua itu. Namun, saat

menjalankan tugas jurnalistiknya, hasil reportasenya dirampas oleh polisi.

"Setelah foto-foto para aktivis, tak berapa lama kemudian datang satu truk Dalmas dari Kepolisian Resor Jayapura Kota membubarkan

masa pendemo. Ada oknum polisi yang bertindak kasar kepada pendemo, dan ada oknum polisi yang mendatangi saya merampas kam

dan menghapus foto-foto," kata Abeth, seperti dilansir dari Antara, Senin (12/10).

Berusaha membela diri, Abeth telah menjelaskan kepada polisi itu kalau dia adalah seorang wartawan. Namun polisi itu tidak menggub

meskipun Abeth sudah memperlihatkan kartu pers.

"Bahkan pimpinan aksi demo damai sudah jelaskan bahwa saya adalah wartawan tapi, tidak dimaklumi juga. Pimpinan polisi saat itu jug

tidak bergeming atau melerai bawahannya yang bertindak kasar dan tidak paham kerja pers," ujar Abeth You.

Sementara itu, lain lagi dengan yang dialami Abdel Gamel Naser. Wartawan Harian Cenderawasih Pos mengakui ada polisi sengaja

melarang dia dan jurnalis lain meliput aksi demo damai itu.

"Saya sendiri sempat didekati beberapa polisi bersenjata, namun mereka mundur setelah melihat ID pers. Hanya sebelum mundur mer

tunjuk saya agar tidak memotret sembarang. Dari jauh saya lihat kontributor Suara Papua dan Majalah Selangkah, Julian Howay, dikeja

anggota preman (polisi)," kata Gamel.

Tidak jauh dari lokasi itu, lanjut Gamel, wartawan Suarapapua.com, Oktovianus Pogau, dan Abeth You terlihat adu mulut dengan

Wakapolres Jayapura Kota.

"Katanya, Wakapolres sempat berbicara dengan Kapolda Papua via telepon seluler milik Oktovianus Pogau, terkait aksi demo dan tinda

kasar oknum polisi," ujar Gamel.

36. Tual, 20 November 2015 

Korban : Sandy Salamun (MNC TV)

Pelaku : 3 Pejabat PNS Pemda Maluku Tenggara

Jenis : Penyerangan/Pemukulan

Aksi premanisme terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini menyasar Kontributor MNC TV Group Sandy Salamun, di depan kantor

Pengadilan Negeri Tual, pada Jumat 20 November 2015.

Saat itu, Sandy Salamun sedang meliput sidang sengketa tanah antara masyarakat Desa Banda Ely yang berujung ricuh. Tetapi oknom

oknum PNS Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Maluku Tenggara menyerangnya.

Page 20: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 20/23

 

"Ketika saya mendengar keributan di depan PN Tual yang tak lain keluarga saya sendiri, maka saya menuju ke pengadilan," katanya,

kepada Sindonews, Minggu (22/11/2015).

Ditambahkan dia, saat tiba di pengadilan ada keributan di luar pagar PN Tual. Keributan itu dilakukan oleh sepupunya sendiri. Dia lalu

menghampirinya dan meminta agar jangan membuat ribut di depan pengadilan.

"Tiba-tiba muncul tiga orang pelaku yang juga PNS pada lingkup Pemda Maluku Tenggara melakukan penyerangan terhadap diri saya

dengan mengatakan, 'pukul dia'" katanya.

PNS yang menyerangnya adalah Abdul Mutalib Rumra pegawai Dinas Pendidikan dan Olahraga, Alfi Ramadhan staf ruangan Wakil Bupa

dan Mohamad Arsad Rumra pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan.

"Mereka membuka pintu pagar dan menyerang saya. Namun dihalau oleh petugas kepolisian. Tetapi kedua pelaku atas nama Abdul

Mutalib dan Alfi Ramadhan mau keroyok saya. Lagi-lagi mereka dihadang dan dipukul polisi hingga jatuh," ungkapnya.

Usai kejadian, malam hari ketiga PNS itu mendatangi rumah kediaman Salamun dan mengancam. Mereka juga berniat memukul Salam

di rumahnya. Namun dihalau oleh adik-adik Salamun sehingga tidak berani masuk ke dalam rumah.

"Saya berharap Bupati Maluku Tenggara Ir Andreas Rentanubun untuk menindak tegas oknum PNS yang melakukan tindakan premanis

terhadap saya, karena ini telah menyalahi amat Peraturan Pemerintah tentang Disiplin PNS," pungkasnya.

37. Sukabumi, 21 November 2015 

Korban : Seluruh wartawan yang meliput

Pelaku : Panitia penyelenggaraJenis : Pelarangan Liputan

Pada seminar jurnalistik yang dilaksanakan SMANSA Jurnalistik Club (SJC) juga dihadiri Wakil Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi, Ketua

KPU Kota Sukabumi Hamzah dan Ketua KPU Kabupaten Sukabumi Dede Haryadi, serta Kabag Ops Polres Sukabumi Kota AKP Sulaeman

Salim.

Larangan pada wartawan itu sejak sebelum acara dimulai. Seorang panitia sempat menghalangi di pintu masuk dan menanyakan izin

masuk.

Seorang panitia yang akhirnya diketahui bernama Femmy Andiani beralasan seminar tidak mengundang wartawan. Penyelenggaraan

seminar itu sendiri disebutnya dilaksanakan para wartawan, namun tidak menjelaskan rinci wartawan dari mana.

"Sudah ada izinnya enggak, karena kami tidak mengundang wartawan. Karena kami juga di sini wartawan," kata Femmy Andiani kepad

INILAH, Sabtu (21/11/2015).

Salah seorang panitia lainnya mengungkapkan bila acara seminar jurnalistik nasional ini telah mengundang tiga media. Di antaranya me

cetak lokal Sukabumi dan dua media televisi swasta nasional yang fokus pemberitaan.

Selain jurnalis foto dan televisi, dua staf Humas dan Protokol Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi juga mendapatkan larangan. Kedua

yang biasa mendokumentasikan kegiatan kepala daerah Kota Sukabumi dilarang mengambil gambar.

"Saya kan ke sini mau mendokumentasikan kegiatan Pak Wakil Wali Kota. Baru sekarang saya dilarang seperti ini," aku Agus Rustiawan

staf Humas dan Protokol Setda Pemkot Sukabumi kepada INILAH, Sabtu (21/11/2015).

Ketua KPU Husni Kamil Manik menyatakan tidak pernah melarang wartawan meliput seminar dirinya.

''Ini kegiatan inisiatif SMA 1, mereka punya bulan berprestasi, salah satu kegiatannya adalah seminar membahas jurnalistik. Engga ada

larangan. Masa membahas jurnalistik wartawan dilarang,'' kata Husni kepada para wartawan usai menjadi pembicara dalam seminar

tersebut.

Sementara Pembina SJC, Budi Edya Permana mengakui tidak pernah ada larangan bagi wartawan yang akan meliput seminar jurnalistik

Hanya saja untuk pemotretan atau pengambilan gambar telah diatur sesuai prosedur agar tertib.

''Saya tidak menginstruksikan wartawan dilarang masuk. Mungkin anak-anak yang menanggapinya berlebihan. Kami mohon maaf,seka 

lagi mohon maaf,'' aku Budi kepada INILAH.

Page 21: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 21/23

38. Medan, 29 November 2015 

Korban : 3 wartawan media online (Nicolas, Fahrizal dan Arifin)

Pelaku : Orang Tak dikenal

Jenis : Penembakan

Tiga wartawan media online di tembak orang tak dikenal, Minggu (29/11/2015) pagi di kawasan Jalan Zainul Arifin Medan. Ketiga kuli t

itu yakni, Nicolas Saragih, Fahrizal dan Arief tengah melakukan liputan kasus pencurian sepeda motor (curanmor).

Saat ketiganya masuk ke kawasan yang dikenal sebagai basis peredaran narkoba tersebut, warga sekitar meneriaki mereka sebagai ma

Puluhan warga kemudian berhamburan keluar dan memukuli ketiga korban meski sudah mengaku sebagai wartawan.

Namun warga kampung kubur yang dikenal anti dengan awak media tetap memukuli mereka.

Saat aksi pemukulan terjadi, tiba-tiba datang dua orang pria yang tidak dikenal menembak ketiga nya di bagian pelipis mata dagu dan

leher.

Sebagian warga langsung memboyong ketiga korban ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan untuk mendapat perawatan medis.

"Saat kami dikeroyok, dua orang tersebut datang dan langsung menembak kami. Beruntung ada sebagian warga yang menolong kami d

membawa ke rumah sakit," ujar Nicolas.

Hingga kini, ketiga korban masih menjalani perawatan medis dan berharap polisi bisa meringkus para pelaku penembakan.

39. Papua, 1 Desember 2015 

Korban : Topilus, B (majalahselangkah.com)Pelaku : Polisi

Jenis : Pelarangan liputan

Saya jelaskan bahwa saya wartawan. Saya tunjukkan kartu identitas/kartu pers. Tampaknya mereka tidak puas. Dengan suara keras

mereka tanya, dimana kantor Majalah Selangkah, siapa pimpinan Majalah Selangkah, dan meminta surat perintah peliputan. Saya kata

saya wartawan, kerja 24 jam untuk kebutuhan informasi publik. Saya juga ingatkan mereka tidak berhak melarang saya mengambil

gambar, dan itu diatur dalam undang-undang tentang pers.

Mereka protes minta tidak diambil gambar. Mereka lalu mendesak saya menghapus gambar-gambar yang telah saya ambil.

Sekitar 5 anggota yang lain yang berada di pojok selatan dan barat juga datang ke kami. Lalu mereka mengepung saya, mengambil kam

saya secara paksa, dan meminta KTP. Karena belum bawa KTP, saya katakan KTP ada di dompet, di rumah. Aparat gabungan terus desa

saya ambil KTP, sementara saya bertanya apakah kartu identitas wartawan yang saya kenakan belum cukup lengkap menjelaskan dan

meyakinkan mereka bahwa saya benar-benar wartawan dan berhak meliput peristiwa ini tanpa intimidasi dan larangan.

Karena terus didesak, saya telpon Yermias Degei, pimpinan redaksi (Pimred) Majalah Selangkah. Saya berikan HP kepada aparat agar

dapat penjelasan langsung dari Pimred soal keberadaan saya. Aparat menolak bicara dengan Pimred dan ngotot saya harus menjelaska

sementara saya merasa telah menjelaskan siapa saya.

Lalu seorang anggota mulai menendang dari belakang, mendorong saya untuk keluar. Saya mulai berjalan keluar. Polisi yang

mengeluarkan kata-kata yang bernada mengejek tadi datang lalu bilang, saya telah tidak sopan, bicara dengan kasar dengan anak

buahnya.

Lalu saya dipaksa keluar dari Taman Makam Pahlawan. Saya minta kamera yang tadi diambil paksa. Setelah kamera dikembalikan, saya

diantar seorang anggota hingga keluar dari pagar. Di luar taman, mama-mama dan beberapa pemuda di luar pagar sambut saya dan takenapa saya ditahan tadi dan diperlakukan seperti itu.

40. Jakarta, 1 Desember 2015 

Korban : 3 Wartawan Asing

Pelaku : Polisi

Jenis : Intimidasi

Aparat kepolisian gabungan dari Polres Metro Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap tiga

 jurnalis asing saat meliput aksi ratusan mahasiswa Papua.

Page 22: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 22/23

Ketiga jurnalis asing itu adalah Step Vaessen dari Al Jazeera, Chris Burmitt dari Bloomberg dan Archicco dari ABC Australia. Step dan Ch

mendapat intimidasi berupa pemaksaan penghapusan foro hasil liputan mereka. Sementara Archicco mengalami pemukulan. Aksi

kekerasan dari aparat polisi itu terjadi saat polisi berupaya melakukan pembubaran massa aksi dari mahasiswa.

41. Makassar, 3 Desember 2015 

Korban : Aziz, Jamardin Udin

Pelaku : Polisi

Jenis : Pemukulan 

Dua wartawan media Sulawesi Selatan Sulsel dipukul oknum polisi berinisial AS saat meliput kampanye salah satu calon Bupati Soppeng

Rabu (3/12/2015).

Kedua wartawan itu adalah Aziz dari harian Tribun Timur dan Jamardin Nurdin, wartawan Koran Sindo Makassar.

Azis mengatakan dia dan Jumardin dipukuli oknum polisi itu saat tengah mengambil gambar suasana kampanye calon Bupati Soppeng

Luthfi Halide di atas trotoar di dekat lokasi kampanye.

"Tiba-tiba oknum polisi tersebut datang dan menyuruhnya turun ke Lapangan Gasis yang menjadi lokasi kampanye kandidat. Dia lalu

mendorong saya untuk turun katanya tidak boleh ambil gambar di situ," katanya.

Azis lalu memperlihatkan tanda pengenalnya sebagai wartawan harian Tribun Timur kepada oknum polisi itu. Namun, oknum polisi itu

malah naik pitam dan menantang.

"Setelah saya kasih lihatkan identitas saya dan bilang saya ini dari Tribun Timur, lalu oknum polisi ini bilang kenapa memang kalau

wartawan," kata Aziz.

Oknum polisi yang marah itu kemudian mendorong Azis dan melayangkan pukulan sebanyak dua kali yang mengenai punggung wartaw

itu.

"Kemudian saya dipukul polisi tersebut pada punggung sebanyak dua kali," papar Azis.

Bukan hanya memukul, bahkan oknum polisi tersebut mengancam membunuh Azis jika membesar-besarkan kejadian itu seraya

memperagakan adegan menggorok leher menggunakan tangannya.

"Oknum polisi itu lalu dengan nada tinggi menantang melaporkan kejadian itu. Dia bilang, silakan. Oknum polisi itu kemudian menganc

akan membunuh saya baik dengan kata-kata maupun dengan menunjukkan gaya menggorok leher," ujar Azis.

Kapolres Soppeng, AKBP Dodied Prasetyo Aji membenarkan peristiwa pemukulan terhadap dua wartawan itu.

Setelah kejadian tersebut, Dodiet langsung memerintahkan Satuan Provost agar memproses oknum polisi yang memukul wartawan di

lokasi kampanye.

"Memang anggota saya itu bertugas pengamanan dengan menggunakan pakaian preman. Sebelum pemukulan itu terjadi, keduanya

terlibat adu mulut. Jadi saya sudah bilang ke Azis, tidak usah melapor ke Polda Sulselbar. Biar disini dilapor, kita akan tetap

memprosesnya," kata Dodied. 

42. Pekanbaru, 5 Desember 2015 

Korban : Zuhdy Febryanto

Pelaku : Polisi

Jenis : Pemukulan 

Kejadian berawal saat para wartawan sedang meliput kongres HMI di Gelanggang Remaja. Saat itu terlihat polisi menangkap seseorandiduga mahasiswa HMI ingin masuk arena kongres berlangsung. Polisi kemudian memukuli orang tersebut. Kejadian itu kemudian dilip

dan diambil foto dan videonya oleh sejumlah wartawan memang sedang berada di lokasi.

Melihat aksi brutal mereka difoto dan direkam, polisi marah dan meminta agar wartawan menghapus foto diambil. Namun, permintaa

itu ditolak rekan-rekan wartawan dan menegaskan akan tetap meliput aktivitas di gelanggang remaja. Para polisi dari Sabhara Polresta

Pekanbaru langsung emosi dan mengejar wartawan.

Korban Zuhdy Febryanto saat itu berada dekat gerbang langsung dikerubuti para polisi, kemudian memukuli dengan tongkat dan

pentungan polisi di seluruh bagian tubuh, termasuk kepala, serta menginjak-injak tubuh korban.

Page 23: Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

7/21/2019 Data Kekerasan Jurnalis Sepanjang 2015

http://slidepdf.com/reader/full/data-kekerasan-jurnalis-sepanjang-2015 23/23

Padahal, ketika itu korban dan kawan-kawan wartawan sudah memperlihatkan ID Card berupa kartu pers kepada gerombolan Sabhara

yang bertugas di gerbang pintu masuk Gelanggang Remaja. Melihat korban terkapar, teman-teman wartawan lain langsung mencoba

membantu menyelamatkan korban yang sudah terkapar dengan kondisi kepala mengucurkan darah. Korban langsung dilarikan ke

Rumah Sakit Syafira.

Jika tidak ditarik dan dilarikan oleh kawan-kawan wartawan, kondisi Zuhdy lebih semakin parah akibat dikeroyok puluhan Sabhara

tersebut.

Dengan kondisi bocor di bagian kepala, korban langsung dilarikan ke RS Syafira, Pekanbaru dan mendapat jahitan serta dilakukan CT Sc

diduga telah terjadi geger otak yang menimpa korban, Zuhdy Febryanto. Korban kini sedang dirawat di RS Syafira dan harus mendapat

 jahitan sebanyak dua serta rawat inap.

43. Jakarta, 14 Desember 2015 

Korban : Putra Nababan

Pelaku : Setya Novanto (Ketua DPR RI)

Jenis : Tuduhan

Pemimpin Redaksi Metro TV   Putra Nababan belum mengetahui bahwa dirinya dilaporkan oleh Ketua DPR RI Setya Novanto ke Bareskri

Mabes Polri atas tuduhan pencemaran nama baik.

Meski demikian, Putra tidak mempersoalkan laporan itu.

"Saya belum terima informasi apapun terkait laporan itu. Tapi itu hak dia (Novanto). Setiap warga negara kan memiliki hak melaporkan

apa yang tidak diinginkannya," ujar Putra saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/12/2015).

Namun, Putra menegaskan bahwa apa yang dilakukan Metro TV adalah bagian dari kerja pers yang tentunya sejalan dengan

undang-undang dan kode etik jurnalistik.

Jika ada pihak yang mempersoalkan pemberitaan, seharusnya menggunakan hak jawab, bukan melapor ke aparat penegak hukum.

"Apa yang Metro TV lakukan adalah murni tugas jurnalistik. Jika ada pihak yang merasa membutuhkan keseimbangan pemberitaan, ya

seharusnya menggunakan hak jawab," ujar Putra.

Jika ada persoalan dalam pemberitaan lalu dilaporkan ke penegak hukum, Putra mengatakan bahwa hal itu mengancam kebebasan pe

dan dapat berakibat kriminalisasi.

Setya Novanto lewat pengacaranya Razman Nasution, melaporkan Putra Nababan selaku Pemred Metro TV   ke Bareskrim Polri, Senin so

Novanto melaporkan Putra atas tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah. Pencemaran nama baik dan fitnah Novanto, kata Razman,

terlihat pada pemberitaan Metro TV  , beberapa waktu terakhir.

Di sela-sela pemberitaan persidangan kode etik Novanto di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD),  

Metro TV  mengait-ngaitkan Novant

dengan pembelian pesawat amphibi dari Jepang.

"Di situ tiba-tiba dikaitkan Pak Novanto loby untuk membeli pesawat amphibi. Ini kok jadi melebar ke mana-mana. Pak Novanto itu sud

pastikan dia tidak ada loby. Saya lihat Metro TV ini memang sengaja mencemarkan Pak Novanto," ujar Razman.