dona-demam dan bintik kemerahan di wajah pada anak perempuan 2 tahun
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
Demam dan Bintik Kemerahan di Wajah pada Anak
Dona Yuliyanti
10.2011.442
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat
Pendahuluan
Campak atau measles atau rubeolla adalah suatu penyakit menular yang ditandai
dengan tiga stadium : (1) stadium inkubasi, yang berlangsung kurang lebih 10-12 hari disertai
dengan sedikit tanda-tanda atau gejala-gejala; (2) stadium prodromal yang disertai suatu
enantema (bercak koplik) pada mukosa pipi dan faring, demam ringan hingga sedang,
kongjungtivitis ringan, coryza dan batuk yang bertambah berat; (3) stadium akhir, yang
disertai ruam-ruam kulit berbentuk makulopapuler muncul berurutan mulai dari leher dan
muka, badan, lengan serta tungkai diiringi dengan demam tinggi.1 Dahulu, selama berabad-
abad, campak (measles atau rubeola) merupakan penyakit menular masa kanak-kanak yang
paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di negara yang memberikan vaksin secara
luas, tetapi ketimpangan antara negara maju dan negara lain yang kurang perawatan
kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta
kematian setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di negara
berkembang di seluruh dunia.2
Anamnesis
Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan sering
serta merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dengan anamnesis
yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien. Anamnesis yang baik
harus lengkap, rinci (detail), dan akurat sehingga dokter bukan saja dapat mengenali organ
atau sistem apa yang terserang penyakit, tetapi juga kelainan yang terjadi dan penyebabnya.
Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal yang
1
diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis. Ada beberapa point penting yang
perlu ditanyakan pada saat anamnesis, antara lain:3
1. Identitas pasien
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama
orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan,
pekerjaan,suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan
bahwa pasien yang dihadapi adalah benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas
ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi dan sebagainya.
2. Keluhan Utama ( Presenting Symptom)
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien, yang membawa pasien
tersebut pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama,
harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien merasakan hal tersebut.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai pasien datang
berobat.
4. Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.
5. Riwayat kesehatan
Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan
tinggi badan), riwayat makanan dan imunisasi.
6. Riwayat keluarga
Pada seorang pasien, terutama anak, sebagian besar data yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis. Berdasarkan anamnesis sering dapat
ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-faktor yang mungkin menjadi
latar belakang penyakit, yang semuanya berguna dalam menentukan sikap untuk
penatalaksanaan selanjutnya. Anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat
menentukan dalam pemeriksaan klinis.4
Sebagian besar informasi yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa penyakit pada
anak diperoleh dengan melakukan anamnesis, terutama untuk mengetahui riwayat perjalanan
penyakit. Riwayat perjalanan penyakit perlu disusun cerita yang kronologis mengenai
keadaan kesehatan pasien yang bersangkutan sebelum ia mendapat keluhan sampai ia dibawa
2
berobat. Untuk memperoleh informasi mengenai riwayat penyakit pasien, diperlukan
beberapa pertanyaan untuk mengetahui secara lebih mendetail tentang keadaan sakit dari
anak yang bersangkutan. Informasi yang perlu digali lebih dalam adalah sebagai berikut :
a) Riwayat Imunisasi
Imunisasi campak sangat dibutuhkan bagi usia dini karena untuk kekebalan tubuh
sebagai antisipasi pada penyakit-penyakit di usia dewasa, sebagai anamnesis status
imunisasi pasien baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster) harus
secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B.
Bila mungkin dilengkapi dengan tanggal imunisasi dan tempat imunisasi diberikan,
hal-hal tersebut disamping diperlukan sebagai status perlindungan pediatri yang
diperoleh mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu.
b) Gejala Batuk
Keluhan batuk juga sering dikemukakan orang tua pasien. Perlu diketahui berapa
lama batuk berlangsung, juga apakah batuk sering berulang atau kambuh. Sifat-sifat
batuk juga diteliti, apakah batuk bersifat spasmodik, kering atau produktif/banyak
dahak. Apabila batuk berdahak, perlu dirinci tentang spesifikasi dahaknya, seperti
kekentalan, warna, bau, serta ada nya darah pada dahak.
c) Sesak Nafas
Keluhan batuk biasanya juga disertai dengan sesak nafas. Normal atau tidaknya
pernafasan juga penting untuk ditanyakan. Apakah saat bernafas terdapat bunyi
sengau (wheezing), dan juga terdapat kesulitan bernafas. Apakah sesak nafas itu
timbul berulang-ulang atau baru pertama kali serta ditanyakan apakah sesak nafas
timbul malam hari dan saat bangun tidur.
d) Ruam atau bercak
Ruam atau bercak-bercak merah yang muncul selama perjalanan penyakit juga perlu
diketahui bagaimana timbulnya, terutama berkaitan dengan waktu munculnya, apakah
bercak itu muncul sebelum atau sesudah demam. Perlu juga diketahui apakah bercak
yang timbul tersebut muncul pada kulit secara bersamaan, atau timbul secara bertahap
dari satu daerah ke daerah tubuh lainnya.
e) Demam
Demam adalah salah satu keluhan yang paling sering dikemukakan, yang terdapat
pada berbagai penyakit baik infeksi dan non infeksi. Pada tiap keluhan demam, perlu
ditanyakan sudah berapa lama demam berlangsung. Karakteristik demam juga perlu
ditanyakan, apakah timbulnya mendadak, remiten, intermiten, kontinyu. Waktu
3
munculnya demam juga perlu ditanyakan, serta gejala-gejala lain yang menyertai
timbulnya demam.
Dalam anamnesis perlu ditanyakan lebih lanjut apakah bercak-bercak kemerahan pada
kulit pasien memiliki banyak kemungkinan, antara lain eksantema, yakni kelainan pada kulit
yang timbul serentak dalam waktu singkat dan tidak berlangsung lama, serta didahului oleh
demam. Papula menjadi kemungkinan berikutnya, dengan bentuk padat dan berwarna
kemerahan, yang dapat diperiksa dengan metode palpasi. Eritema adalah lesi berwarna
kemerahan yang disebabkan melebarnya pembuluh kapiler yang reversibel.5
Pada penyakit campak, terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai
menaiknya suhu badan. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-
40,5 °C. Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu
turun mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi
bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Ketika ruam
mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam
menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul. Ruam kulit menjadi
kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.6,7
Pemeriksaan
o Pemeriksaan Fisik4,5
Tanda fisik yang didapat pada pemeriksaan fisik adalah bintik-bintik merah. Tanda
fisik yang pertama muncul adalah bintik-bintik kemerahan pada wajah.
Bercak atau bintik merah yang ditemukan pada kulit dapat berupa :
Makula : kelainan kulit berbatas tegas dan merupakan perubahan warna semata,
perubahan warna tersebut dapat berupa hipopigmentasi (warna lesi lebih muda
dari warna kulit) atau hiperpigmentasi (warna lesi lebih tua dari warna kulit).
Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah
kapiler yang reversible, sebagai contoh adalah lesi bekas gigitan nyamuk.
Eksantema : kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat dan
tidak berlangsung lama, umumnya disertai demam, dapat berupa :
o Eksantema skarlatiniformis : erupsi yang difus dapat generalisata atau
lokalisata, berbentuk eritema numuler.
o Eksantema morbiliformis : erupsi berbentuk eritema yang lentikuler.
4
o Roseola : eksantema yang lentikuler berwarna merah tembaga pada sifilis
dan frambusia.
Telangiektasis : pelebaran kapiler yang menetap pada kulit, ireversible.
o Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat
apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara
tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum
dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah
pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false
negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan
IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat
dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat
ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine,
nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama
sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.7
Diagnosis
Diagnosis klinis campak memerlukan sejarah sekurang-kurangnya tiga hari demam
serta diikuti dengan salah satu dari tiga “C” (batuk, coryza, konjungtivitis). Pengamatan
bintik-bintik koplik’s juga diagnostik campak. Atau, laboratorium diagnosis campak dapat
dilakukan dengan konfirmasi positif campak IgM antibodi atau isolasi campak virus RNA
dari pernapasan spesimen. Pada anak-anak, di mana phlebotomy tidak pantas, air liur dapat
dikumpulkan untuk campak salivary tertentu IgA tes. Kontak positif dengan pasien lain yang
diketahui memiliki campak menambahkan bukti epidemiologi yang kuat untuk diagnosis.
Kontak dengan orang yang terinfeksi dengan cara apapun, termasuk semen melalui seks, air
liur, atau lendir dapat menyebabkan infeksi.
Work Diagnosis → Measles (Campak)
Campak merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dan secara khas
terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium prodromal, erupsi, dan konvalesens.8
5
Penyakit ini umumnya menyerang anak dan sangat mudah menular. Seseorang yang
menderita campak dapat menularkan pada 90% orang yang belum mendapat imunisasi
apabila kontak dengannya. Manusia merupakan satu-satunya reservoir untuk campak. Oleh
karena itu penyakit ini sebenarnya dapat dieradikasi, sebagaimana smallpox.
Campak (measles) disebut juga rubeola (nama ilmiah). Nama lainnya yaitu : hard
measles, red measles, seven-day measles, eight-day measles, nine-day measles, 10-day
measles, dan morbili. Penyakit ini sering salah diartikan dengan rubella, yang merupakan
nama ilmiah dari campak German, yang disebabkan oleh virus yang berbeda.
Manifestasi Klinis :
1. Inkubasi
Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.
2. Prodromal
Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang
terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40-40,60C pada hari ke- 4 atau
5, yaitu pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, pilek,
farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis.
Bercak koplik → berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema
hampir selalu didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak koplik ini muncul
pada 1-2 hari sebelum muncul rash (hari ke-3 – 4) dan menghilang setelah 1-2 hari
munculnya rash. Cenderung terjadi berhadapan dengan molar bawah, terutama
molar 3, tetapi dapat menyebar secara tidak teratur pada mukosa bukal yang lain.
3. Erupsi (Rash)
Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam
ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga
kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian
atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar
ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling
rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Bertahan selama 5-6 hari.
Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C.Penderita
saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun
mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah
parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula
disertai muntah dan anoreksia. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala
saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil.
6
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Terjadi pembesaran kelenjar
getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat pula terjadi
sedikit splenomegali.
Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari
muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika
ruam muncul. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi)
yang akan menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang
patognomonik untuk morbili. 1,6,7
Differential Diagnosis → Varicella zoster (cacar air)
Zoster disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV). VZV merupakan virus yang
memiliki selubung ikosahedral, dan berantai ganda (DNA) yang merupakan anggota dari
keluarga virus herpes. manusia adalah hospes utama di alam. Genom virus mengkode lebih
daripada 70 protein termasuk protein yang merupakan sasaran imunitas dan timidin kinase
(yang membuat virus sensitif terhadap hambatan).1,9
Varisela dirularkan dari orang ke orang melalui percikan (droplet), kontak langsung,
ataupun lewat udara (saluran pernapasan). Setelah masuk, virus akan mengalami masa
inkubasi selama 10-21 hari. Pada saat tersebut terjadi penyebaran virus di dalam tubuh dapat
disebut sebagai fase viremia primer. Fase viremia primer adalah fase dimana virus melakukan
replikasi dan terbawa oleh darah ke organ-organ seperti hati, lien, paru-paru,dll. VZV juga
diangkut kembali ke tempat-tempat mukosa saluran pernafasan selama masa akhir inkubasi,
hal ini yang memungkinkan penyebaran bahkan sebelum lesia merah (ruam) muncul, sekitar
2 hari. Setelah masa inkubasi berakhir, diikuti oleh fase viremia sekunder, menghasilkan
infeksi kulit dengan ruam berbentuk vesikular yang khas. Lesi merah atau ruam ini nantinya
akan secara cepat berubah dari makula menjadi papula dan kemudian membentuk vesikel.
Vesikel segera mengering dan membentuk krusta. Krusta akan mengelupas tanpa
meninggalkan jaringan parut. Ketika lesi telah menjadi krusta, VZV masih dapat ditularkan.
Setelah infeksi primer selesai (masa penyembuhan), VZV menjadi laten di sel akar ganglia
dorsal. Nantinya akan dapat direaktivasi. Reaktivasinya menyebabkan ruam vesikuler
terlokalisasi yang biasanya melibatkan dermatom dari satu saraf sensoris. Penyakit hasil
reaktivasi VZV ini disebut herpes zoster (cacar ular).1,9-11
Sekitar 90-95% individu mendapat VZV pada masa anak-anak di daerah beriklim
sedang, sedangkan untuk alasan yang tidak jelas, varisela di daerah tropik pada anak-anak
sekita 70-80%. Sebagian besar anak-anak yang terkena virus ini adalah pada kisaran usia 5-
7
10 tahun. Dan paling banyak terjadi pada akhir musim dingin sampai musim semi. Herpes
zoster merupakan hasil dari reaktivasi virus laten secara endogen. Hanya 5% dari kasus zoster
yang terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun. Kejadian keseluruhan herpes zoster adalah
215 kasus per 100.000 orang setiap tahun. 75% kasus terjadi setelah usia 45 tahun.
Kemungkinan untuk timbul reaktivasi VZV ini juga meningkat pada mereka yang menderita
infeksi virus imunodefisiensi ataupun yang menjalani terapi imunosupresi untuk
keganasan/penyakit lain.1,9-11
Walaupun masa inkubasi varisela berkisar dari 10-21 hari, penyakit biasanya mulai
dari 14-16 hari sesudah pemajanan. Gejala-gejala prodromal lazim ada, terutama anak yang
lebih tua. Demam, malaise, anoreksia, nyeri kepala, dan kadang-kadang nyeri abdomen
ringan terjadi 24-48 jam sebelum ruam muncul. Kenaikan suhu biasanya sedang, berkisar
37,7oC - 38,8oC. Demam dan gejala sistemik lain menetap selama 2-4 hari pertama setelah
ruam. Lesi yang muncul bersifat sentripetal, berawal dari tubuh, kemudian kulit kepala,
wajah, dan terkadang di ekstremitas. Ruam awal terdiri atas makula eritematosa yang sangat
gatal, membentuk vesikel berisi cairan jernih kemudian mengeruh, mengering dan
penyembuhan. Diperkirakan total ada 100 sampai 500 lesi dengan segala bentuk lesi yang
hadir pada waktu yang sama.1
Etiologi Measles (Campak)
Campak adalah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbillivirus. Hanya
satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah
ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap
aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera
rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus
dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.
Infektivitas
Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes-tetes semprotan selama masa
prodomal (stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum
diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah
pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan seawal hari ke 7. Tindakan
8
pencegahan isolasi terutama di rumah sakit atau institusi lain, harus dipertahankan dari hari
ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul.
Epidemiologi Measles (Campak)
Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Dahulu, epidemi cenderung
terjadi secara ireguler, tampak pada musim semi di kota-kota besar dengan interval 2 sampai
4 tahun ketika kelompok anak yang rentan terpajan. Campak sangat menular, sekitar 90%
kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit. Campak jarang subklinis. Sebelum
penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10 tahun; kebanyakan orang
dewasa imun. Sekarang di Amerika Serikat, campak terjadi paling sering pada anak umur
sekolah yang belum diimunisasi dan pada remaja dan orang dewasa muda yang telah
diimunisasi. Epidemi telah terjadi di sekolah menengah atas dan universitas dimana tingkat
imunisasi tinggi. Epidemi ini diduga terutama karena kegagalan vaksin. Walaupun ada
kebangkitan kembali campak di Amerika Serikat dari tahun 1989-1991; jumlah kasus campak
yang dilaporkan turun menjadi rendah pada tahun 1993, mungkin akibat vaksinasi yang luas.
Mereka yang lebih tua dari 30 tahun sebenarnya semua imun. Karena campak masih
merupakan penyakit lazim di banyak negara, orang-orang yang infektif masuk negara ini
mungkin menginfeksi masyarakat Amerika Serikat, dan wisatawan Amerika yang ke luar
negeri beresiko terpajan disana.
Banyak kesamaan antara tanda-tanda biologis campak dan cacar memberi kesan
kemungkinan bahwa campak dapat diberantas. Tanda-tanda ini adalah (1) ruam khas, (2)
tidak ada reservoir binatang, (3) tidak ada vektor, (4) kejadian musiman dengan masa bebas
penyakit, (5) virus laten tidak dapat ditularkan, (6) satu serotip, dan (7) vaksin efektif.
Prevalensi imunisasi bayi lebih dari 90% terbukti menghasilkan zone bebas penyakit. Pada
tahun 1980, tiga perempat dari semua kabupaten di Amerika Serikat tidak melaporkan suatu
kasus campak, tetapi pada tahun 1988 jumlah kasus campak semakin bertambah dan penyakit
lebih menyebar.
Bayi mendapat imunitas transplasenta dari ibu yang telah menderita campak atau
imunisasi campak. Imunitas ini biasanya sempurna selama umur 4-6 bulan pertama dan
menghilang pada frekuensi yang bervariasi. Walaupun kadar antibodi ibu secara umum tidak
dapat dideteksi pada bayi dengan uji yang biasa dilakukan sesudah umur 9 bulan, beberapa
proteksi menetap, yang mengganggu pemberian imunisasi sebelum umur 15 bulan.
Kebanyakan wanita usia subur di Amerika Serikat sekarang mempunyai imunitas campak
dengan cara imunisasi bukannya karena sakit. Beberapa penelitian sekarang memberi kesan
9
bahwa bayi dari ibu dengan imunitas karena vaksin campak kehilangan antibodi pasifnya
pada umur yang lebih muda daripada bayi dari ibu yang rentan terhadap campak tidak
mempunyai imunitas campak dan dapat ketularan penyakit ini bersama ibu sebelum atau
sesudah melahirkan.1
Patologi
Lesi essensial campak terdapat di kulit, membrana mukosa nasofaring, bronkus, dan
saluran cerna, dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan ploriferasi sel mononuklear dan
beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya ada hiperplasia jaringan
limfoid, terutama apendiks, dimana sel raksasa multinukleus berdiameter sampai 100 µm (sel
raksasa retikuloendotelial Warthin-Finkeldey) dapat ditemukan. Di kulit, reaksi terutama
menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat
serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang
menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana
mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dari virus campak mengambil bentuk
pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder.
Penatalaksanaan
Sedatif, antipiretik untuk demam tinggi, tirah baring dan masukan cairan yang cukup
dapat terindikasi. Pelembaban ruangan mungkin perlu pada laringitis atau batuk yang
mengiritasi secara berlebihan, dan paling baik mempertahankan ruangan hangat daripada
dingin. Penderita harus dilindungi dari terpajan pada cahaya yang kuat selama masa
fotofobia. Komplikasi otitis media dan pneumonia memerlukan terapi antimikroba yang
tepat.
Pada komplikasi seperti ensefalitis, panensefalitis, sklerotikans subakut, pneumonia
sel raksasa, dan koagulasi intravaskuler tersebar, setiap kasus harus dinilai secara individual.
Perawatan pendukung yang baik sangat penting. Gamma globulin, gamma globulin
hipermun, dan steroid bernilai terbatas. Senyawa antivirus yang tersedia sekarang tidak
efektif. Pengobatan dengan vitamin A oral (400.000 IU) mengurangi morbiditas dan
mortalitas anak dengan campak berat di negara yang sedang berkembang.1
Makula
10
Makula adalah lesi kulit yang tidak menimbul. Makula yang timbul cepat disebut
sebagai eksantema, yang merupakan tanda pelbagai jenis penyakit seperti campak, rubeola,
skarlatina, roseola infantum, demam tifoid. Eksantema juga terdapat pada beberapa penyakit
virus dan riketsia lain, yang terbanyak didapatkan di indonesia ialah eksantema pada campak,
yang timbul pada stadium erupsi. Warna merah ini biasanya timbul dari belakang telinga,
wajah, leher, kemudian merata ke dada tubuh, dan akhirnya ekstremitas. Lesi ini menyembuh
dengan urutan yang sama dan meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang khas yang
biasanya baru hilang sempurna setelah 2-3 minggu.
Terdapatnya makula yang semula berwarna merah tetapi kemudian menghitam dan
timbul selalu pada tempat yang sama, misalnya pada bibir atau anggota gerak menunjukkan
kemungkinan terdapatnya kelainan yang disebut sebagai erupsi obat fikstum.
Komplikasi
Komplikasi utama campak adalah otitis media, pneumonia dan ensefalitis. Noma pipi
dapat terjadi pada keadaan yang jarang. Gangren muncul dimana-mana tampak merupakan
akibat purpura fulminan atau koagulasi intravaskuler tersebar.
Pneumonia dapat disebabkan oleh virus campak sendiri; lesi adalah interstisial.
Pneumonia campak pada penderita dengan infeksi HIV sering mematikan dan tidak selalu
disertai dengan ruam. Namun bronkopneumonia lebih sering; bronkopneumoni karena invasi
bakteri sekunder, terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan Haemophilus
influenzae. Laringitis, trakeitis, dan bronkitis lazim ada dan mungkin karena virus saja.
Salah satu kemungkinan bahaya campak adalah eksaserbasi proses tuberkulosis yang
ada sebelumnya. Mungkin juga ada kehilangan hipersensitivitas sementara terhadap
tuberkulin. Miokarditis adalah komplikasi serius yang jarang; perubahan elektrokardiografi
sementara dikatakan relatif sering.
Komplikasi neurologis lebih sering pada campak daripada eksantem lain apapun.
Insiden ensefalomielitis diperkirakan 1-2/1.000 kasus campak yang dilaporkan. Tidak ada
korelasi antara keparahan campak dan keparahan keterlibatan neurologis atau antara
keparahan proses ensefalitis inisial dan prognosis.
Prognosis
11
Prognosis pada penyakit campak dapat berupa dubia ad bonam jika keadaan
umumnya baik (anak yang sehat dan kondisi gizinya cukup) atau dubia ad malam jika
keadaannya buruk atau terjadi komplikasi. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak
yaitu infeksi bakteri (pneumonia atau infeksi telinga tengah), trombositopenia (penurunan
jumlah trombosit) sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan, atau
ensefalitis (infeksi otak). Pada kasus ini, prognosis campak yang di derita oleh anak
perempuan 2 tahun adalah dubia ad bonam karena ia tidak mengalami komplikasi dari
penyakit ini dan seseorang yang sudah pernah terkena campak tidak akan terkena lagi.
Pencegahan
Imunisasi aktif
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 tahun tetapi mungkin
diberikan lebih awal pada daerah dimana peyakit terjadi. Karena angka serokonversi
pasca imunisasi tidak 100% dan mungkin ada beberapa makin lama imunitasnya
berkurang, imunisasi kedua terhadap terhadap campak biasanya diberikan sebagai
campak-parotitis-rubella (measles-mumps-rubella [MMR]), terindikasi. Dosis ini
dapat diberikan ketika anak masuk sekolah atau nanti pada saat masuk sekolah
menengah. Remaja yang memasuki perguruan tinggi harus juga mendapat imunisasi
campak yang kedua.
Respon terhadap vaksin campak hidup tidak dapat diramalkan jika diberi
imunoglobulin dalam 3 bulan sebelum imunisasi. Anergi terhadap tuberkulin dapat
berkembang dan menetap selama 1 bulan atau lebih lama sesudah pemberian vaksin
campak hidup dilemahkan. Anak dengan infeksi tuberkulosis aktif harus mendapat
pengobatan antituberkulosis bila vaksin campak hidup diberikan. Uji tubekulin
sebelum atau bersama dengan imunisasi aktif terhadap campak lebih disukai.
Penggunaan vaksin campak hidup tidak dianjurkan untuk wanita hamil atau
untuk anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati. Vaksin hidup merupakan
kontraindikasi pada anak dengan leukemia dan pada mereka yang sedang mendapat
obat-obat imunosupresif karena risiko infeksi progresif menetap seperti pneumonia
sel raksasa. Sesudah pemajanan dari anak yang rentan terhadap campak ini,
imunoglobulin campak (manusia) harus diberikan secara intramuskuler dalam dosis
0,25 mL/kg sesegera mungkin. Dosis yang lebih besar dapat dianjurkan pada anak
dengan leukemia akut, walaupun pada mereka yang dalam remisi. Anak dengan
infeksi HIV harus mendapat vaksin campak karena mortalitas campak tinggi pada
12
kelompok ini dan mereka mentoleransi vaksin dengan baik. Walaupun ada riwayat
telah mendapat imunisasi campak, anak ini harus mendapat gamma globulin sesudah
pemajanan dengan campak dengan dosis 0,5 mL/kg (maksimum 15 mL). Dosis ini
adalah dua kali dosis yang biasa dianjurkan. Vaksin campak dapat diberikan pasca
pemaparan terhadap penyakit. Reaksi tidak bertambah, dan campak dapat tercegah.
Penggunaan vaksin virus tidak aktif (mati) tidak dianjurkan.1
Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesen,
globulin plasenta, atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk
pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan
imunoglobulin serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara
intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, untuk anak dengan sakit kronis, dan untuk
kontak di bangsal rumah sakit dan lembaga-lembaga anak. Pelemahan mungkin
disempurnakan dengan penggunaan gamma globulin dengan dosis 0,05 mL/kg.
Gamma globulin adalah sekitar 25 kali lebih kuat dalam titer antibodi dari pada
kumpulan serum dewasa, dan ia mencegah risiko hepatitis. Perlemahan bervariasi,
danpola klinis yang dimodifikasi dapat bervariasi dari mereka yang dengan sedikit
atau tidak ada gejala sampai mereka yang dengan sedikit atau tidak ada modifikasi.
Ensefalitis dapat menyertai campak yang dimodifikasi dengan gamma globulin.
Sesudah hari ke 7-8 inkubasi, jumlah antibodi yang diberikan harus ditambah
pada setiap tingkat proteksi. Jika injeksi ditunda sampai hari ke 9, 10 atau 11, sedikit
demam mungkin telah mulai dan hanya dapat diharapkan sedikit modifikasi dari
penyakit.
Kesimpulan
Pada kasus ini, diketahui bahwa anak berusia dua tahun menderita penyakit campak.
Gejala pada campak diantaranya demam, batuk, pilek, dan biasanya muncul ruam erythema
maculopapular. Campak dapat dicegah dengan imunisasi dengan vaksin MMR. Vaksinasi
dosis pertama dapat dilakukan pada bayi usia 12 bulan dan dosis kedua pada usia 4 tahun.
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak sebab campak bersifat self limiting disease
(dapat semuh dengan sendirinya) sehingga tidak ada rehabilitasi pada penderita. Pengobatan
13
dapat dilakukan bagi penderita jika disertai dengan komplikasi misalnya konjungtivitis
dengan vitamin A, demam dengan memberikan parasetamol dengan dosis yang sesuai.
Daftar Pustaka
1. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2000.h. 1068-71,1095-
97.
2. Rudolph’s. Buku Ajar Pediatri. Edisi 20, Vol. 2. Jakarta: EGC; 2006.
3. Setiyohadi,B. Anamnesis dan pemeriksaan Fisik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006, h.20-25.
4. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, dkk.
Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009.
5. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia. 2010.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi. Ilmu
Kesehatan Anak 2. Jakarta: Badan Penerbit fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
1985.
7. SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unair. Pedoman Diagnosis & Terapi.
Surabaya : Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. 2006.
8. Herry Garna, Alex C, azhali MS, dkk. Morbili (Campak, Rubeola, Measles) Diagnosis
dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. 2005.
9. Marcdante K, Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB. Nelson essentials of pediatric. 6th
ed. Amsterdam : Elsevier Health Science, 2010
10. Kane KS, Lio PA, Stratigos AJ, Johnson RA. Color atlas & synopsis of pediatric
dermatology. US : McGraw Hill, 2009.p.428,446-8.
11. Schachner LA, Hansen RC. Pediatric dermatology. Amsterdam : Elsebier Health Science,
2011
14