61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian pada SD Negeri 1 Sukorejo dan SD Negeri 2
Sukorejo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dimulai dari bulan Februari
sampai Maret. Penelitian ini diawali dengan meminta ijin kepada pihak sekolah
SD Negeri 1 Sukorejo dan SD Negeri 2 Sukorejo yang akan dijadikan tempat
penelitian, dengan subjek penelitian siswa kelas 4 dari kedua sekolah. Dalam
meminta ijin peneliti menjelaskan tujuan dan rencana pelaksanaan penelitian
kepada kepala sekolah dan guru kelas 4.
Peneliti menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan efektifitas antara model problem based learning dan
inquiry learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN 1 Sukorejo dan
SDN 2 Sukorejo. Jadi diantara dua model tersebut manakah yang lebih efektif
diterapkan untuk mata pelajaran IPA di kelas 4 SD. Setelah mendapatkan ijin dari
kedua sekolah, peneliti mulai melakukan wawancara kepada guru kelas dan siswa,
serta melakukan pendekatan kepada siswa kelas 4 yang akan menjadi subjek
penelitian dengan tujuan untuk memahami karakter dari masing-masing siswa dari
kedua kelompok, karena berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas dari masing-
masing kelompok yang akan mengimplemantasikan model PBL dan model
inquiry adalah peneliti. Sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer atau
pengamat.
Sedangkan mengenai rencana pelaksanaan penelitian secara garis besar yaitu
dimulai dari pemberian pretest, lalu dilanjutkan dengan penerapan treatment yang
berbeda pada masing-masing kelompok yaitu model PBL pada SDN 1 Sukorejo
dan model inquiry pada SDN 2 Sukorejo. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan
sebanyak dua kali pertemuan dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes hasil
belajar IPA pada masing-masing kelompok. Berikut ini disajikan jadwal kegiatan
pelaksanaan penelitian di SDN 1 Sukorejo dan SDN 2 Sukorejo beserta rencana
kegiatan dalam tabel 20.
62
Tabel 20
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian di SDN 1 Sukorejo dan
SDN 2 Sukorejo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016
No. Hari/tanggal Uraian Kegiatan
1. Selasa,
15-03-2016
Memberikan soal tes uji kesetaraan (pretest) pada
kelompok eksperimen1 (PBL) dan kelompok
eksperimen2 (inquiry).
2. Rabu,
23-03-2016
Pertemuan 1, pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran inquiry pada kelompok
eksperimen2.
3. Kamis,
24-03-2016
Pertemuan 2, pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran inquiry pada kelompok
eksperimen2.
4. Sabtu,
26-03-2016
Pertemuan 3, pemberian soal tes hasil belajar IPA
setelah diterapkan perlakuan model inquiry pada
kelompok eksperimen2.
5. Selasa,
29-03-2016
Pertemuan 1, pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran PBL pada kelompok
eksperimen1.
6. Rabu,
30-03-2016
Pertemuan 2, pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran PBL pada kelompok
eksperimen1.
7. Jum’at,
01-04-2016
Pertemuan 3, pemberian soal tes hasil belajar IPA
setelah diterapkan perlakuan model PBL pada kelompok
eksperimen1.
Berdasarkan tabel 20 jadwal pelaksanaan penelitian diatas dapat dilihat
bahwa rencana pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemberian prestest kepada
kedua kelompok tersebut dengan tujuan untuk uji kesetaraan antara kedua
kelompok dalam penelitian ini yaitu SDN 1 Sukorejo dan SDN 2 Sukorejo,
apakah kedua kelompok dalam penelitian ini memiliki kemampuan awal yang
setara atau tidak. Pemberian pretest dilaksanakan pada hari selasa, 15 Maret 2016,
untuk kelompok eksperimen1 yaitu SDN 1 Sukorejo dilakukan pada pukul 07.00
– 08.10 WIB. Sedangkan untuk kelompok eksperimen2 yaitu SDN 2 Sukorejo
dilakukan pada hari yang sama yaitu pukul 09:00 – 10:10 WIB. Data nilai untuk
tes uji kesetaraan atau pretest diperoleh dari 25 butir soal berbentuk pilihan ganda
dengan menggunakan materi yang sama digunakan dalam penelitian ini, yaitu
materi sumber daya alam. Soal tersebut merupakan 25 butir soal yang sudah di uji
validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas instrumen soal tes hasil
63
belajar IPA dilaksanakan sebelum uji pretest yaitu pada hari Sabtu, 5 Maret 2016.
Soal tes hasil belajar IPA dengan materi sumber daya alam di uji cobakan diluar
subjek penelitian, yaitu di ujikan pada siswa kelas 5 SDN 1 Sukorejo dengan
jumlah 32 anak.
Setelah data pretest diperoleh dan dilakukan analisis data, kemudian
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan treatment yang berbeda pada masing-
masing sekolah. Yaitu penerapan model PBL pada SDN 1 Sukorejo dan
penerapan model inquiry pada SDN 2 Sukorejo. Dalam praktik pelaksanaannya
dilakukan pada kelompok eksperimen2 terlebih dahulu daripada kelompok
eksperimen1. Hal ini dikarenakan pada minggu keempat bulan Maret tepatnya
tanggal 23-26 Maret 2016 siswa kelas 4 dari kelompok eksperimen1 sebagian
besar mengikuti lomba di kecamatan. Jadi peneliti berfikir untuk memanfaatkan
waktu, alangkah lebih baik dapat digunakan untuk pelaksanaan pada kelompok
eksperimen2 terlebih dahulu. Sedangkan pelaksanaan pada kelompok
eksperimen1 disusul pada minggu berikutnya.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dari kedua kelompok tersebut sudah
dibuat oleh peneliti dengan detail sesuai dengan sintaks dari masing-masing
model serta disesuaikan dengan standar proses dalam pembelajaran. Tidak lupa
juga dilengkapi dengan lembar observasi tindakan guru dalam penerapan masing-
masing model dan lembar observasi aktivitas siswa dalam penerapan model pada
masing-masing kelompok. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan pada tiap kelompok. Kemudian pada pertemuan terakhir yaitu
pertemuan ketiga dilakukan tes hasil belajar IPA pada kedua kelompok tersebut
untuk mengetahui hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen1 dan kelompok
eksperimen2 setelah diterapkan model pembelajaran yang berbeda pada masing-
masing kelompok. Berikut ini disajikan lebih rinci uraian pelaksanaan kegiatan
pembelajaran masing-masing pertemuan dari kelompok eksperimen1 dan
kelompok eksperimen2.
64
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelompok Eksperimen1
4.1.1.1 Pertemuan 1
Pertemuan 1 kelompok eksperimen1 siswa kelas 4 SDN 1 Sukorejo
dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2016. Peneliti datang sebelum pukul
07.00 WIB, karena pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada jam pertama yaitu
pukul 07.00 sampai 08.10 WIB. Siswa-siswa sudah tidak kaget lagi dengan
datangnya peneliti yang akan mengajar pada kelas tersebut, selain karena siswa
sudah mengenal peneliti juga karena guru kelas sudah menginformasikan kepada
anak-anak pada hari sebelumnya bahwa pembelajaran hari ini mata pelajaran IPA
akan di sampaikan oleh peneliti. Sebelum memulai pembelajaran peneliti
memberikan salam dan mengajak semua siswa berdoa serta memeriksa kehadiran
siswa, pada petemuan pertama seluruh siswa berangkat semua dengan jumlah 27
siswa. Kemudian peneliti memeriksa kesiapan siswa dilanjutkan dengan membuat
kontrak belajar dan menanyakan kepada siswa mengenai materi pelajaran
sebelumnya. Setelah itu masuk kegiatan apersepsi sekaligus orientasi siswa pada
masalah yaitu melalui kegiatan tanya jawab berkaitan proses hujan serta disajikan
sebuah cerita yang berjudul “Liburan Nobita dan Doraemon”. Peneliti
menggunakan semacam wayang-wayangan bertokoh Nobita dan Doraemon untuk
menarik perhatian siswa. Pertama-tama peneliti menceritakan sendiri cerita
tersebut, lalu pada pertengahan cerita siswa ikut berpartisipasi aktif menceritakan
cerita tersebut didepan kelas. Anak-anak terlihat sangat tertarik dan antusias
mendengarkan cerita. Setelah cerita selesai guru memberikan pertanyaan kepada
siswa berkaitan cerita serta membantu siswa merumuskan permasalahan. Peneliti
menginformasikan materi yang akan dipelajari serta rencana kegiatan dalam
pertemuan kali ini. Indikator dalam pertemuan pertama dikedua kelompok
eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 sama, yaitu: a) mendiskripsikan
pengertian sumber daya alam; b) mengidentifikasi berbagai jenis sumber daya
alam; c) mengelompokkan jenis sumber daya alam yang dapat diperbaruhi; d)
mengelompokkan jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi.
Kegiatan berikutnya kegiatan inti, peneliti menggali pengetahuan siswa
tentang sumber daya alam. Selanjutnya siswa dibuat berkelompok dengan masing-
65
masing kelompok terdiri 4 anak dengan cara yang sudah disiapkan peneliti.
Masing-masing kelompok mendapatkan Lembar Diskusi Siswa (LDS) dan teks
cerita “Liburan Nobita dan Doraemon”. Langkah pertama peneliti mengarahkan
siswa untuk menuliskan kembali rumusan masalah yang telah ditentukan diawal
pembelajaran. Lalu peneliti mengorganisasikan siswa untuk belajar dengan
mengarahkan siswa untuk mencari bukti dan menemukan jawaban permasalahan.
Selama siswa berdiskusi, guru membimbing dan berkeliling kelas untuk
mengamati kegiatan diskusi yang dilakukan siswa. Menurut pengamatan peneliti
siswa bersemangat dalam kegiatan diskusi dan berebut menulis dalam LDS. Siswa
mendiskusikan permasalahan mengelompokkan sumber daya alam yang dapat
diperbaruhi dan tidak diperbaruhi. Setelah semua kelompok sudah menyelesaikan
LDS masuk ke kegiatan inti berikutnya yaitu elaborasi.
Kegiatan elaborasi dalam fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan dari informasi/data. Siswa
membuatnya dalam kolom kesimpulan pada LDS masing-masing kelompok. Lalu
setiap kelompok mempresentasikannya didepan kelas, dan siswa yang sudah
berani maju mendapatkan bintang sebagai bentuk apresiasi bagi siswa. Kegiatan
berikutnya yaitu konfirmasi dalam fase menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini peneliti memberikan analisis, komentar,
sekaligus mengkonfirmasi terhadap hasil presentasi dan jawaban permasalahan
masing-masing kelompok.
Kegiatan akhir yaitu kegiatan penutup, peneliti bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa nampak memberikan respon yang
positif dan memberikan jawaban secara bersaut-sautan. Peneliti mengutarakan
rencana kegiatan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya. Beberapa siswa
menjawab dengan harapan besok ada cerita dengan wayang-wayangan lagi.
Peneliti menutup pembelajaran dengan salam dan menyerahkan kembali siswa
kelas 4 kepada guru kelas.
66
4.1.1.2 Pertemuan 2
Pertemuan 2 kelompok eksperimen1 siswa kelas 4 SDN 1 Sukorejo
dilaksanakan pada hari berikutnya yaitu hari Rabu, 30 Maret 2016. Peneliti datang
sebelum pukul 07.00 WIB, karena pelaksanaan pembelajaran kembali dilakukan
pada jam pertama yaitu pukul 07.00 sampai 08.10 WIB. Sebelum memulai
pembelajaran peneliti memberikan salam dan mengajak semua siswa berdoa serta
memeriksa kehadiran siswa, pada petemuan kedua seluruh siswa berangkat semua
dengan jumlah 27 siswa. Kemudian peneliti memeriksa kesiapan siswa
dilanjutkan dengan membuat kontrak belajar dan menanyakan kepada siswa
mengenai materi pelajaran sebelumnya. Setelah itu masuk kegiatan apersepsi
sekaligus orientasi siswa pada masalah yaitu melalui kegiatan tanya jawab
mengenai manfaat air hujan dan minyak bumi bagi kehidupan manusia, serta
bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk memelihara dan menghemat sumber
daya alam. Dalam kegiatan orientasi siswa pada masalah juga dilanjutkan cerita
“Liburan Nobita dan Doraemon”. Tapi dalam pertemuan kedua ini peneliti lupa
tidak membawa wayang-wayangan tokoh Nobita dan Doraemon. Namun hal
tersebut tidak menyurutkan semangat dan antusias anak-anak. Hal ini terbukti dari
siswa yang berebut ingin membacakan cerita tersebut didepan kelas, lalu guru
mengambil tindakan yaitu memilih siswa yang pada pertemuan pertama belum
maju. Setelah cerita selesai guru memberikan pertanyaan kepada siswa berkaitan
cerita serta membantu siswa merumuskan permasalahan. Peneliti
menginformasikan materi yang akan dipelajari serta rencana kegiatan dalam
pertemuan kali ini. Indikator dalam pertemuan kedua dikedua kelompok
eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 sama, yaitu: a) mengidentifikasi manfaat
sumber daya alam yang dapat diperbaruhi; b) mengidentifikasi manfaat sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaruhi; c) memberikan contoh kegiatan yang
dapat memelihara dan menghemat sumber daya alam yang dapat diperbaruhi; d)
memberikan contoh kegiatan yang dapat memelihara dan menghemat sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaruhi.
Kegiatan berikutnya kegiatan inti, peneliti menggali pengetahuan siswa
tentang manfaat sumber daya alam bagi lingkungan. Selanjutnya siswa kembali
67
berkumpul dengan anggota kelompoknya kemaren. Dalam kegiatan ini anak-anak
cukup tertib karena pembagian kelompok peneliti buat meja depan dengan meja
belakangnya. Masing-masing kelompok mendapatkan Lembar Diskusi Siswa
(LDS) dan lanjutan teks cerita “Liburan Nobita dan Doraemon”. Langkah pertama
peneliti mengarahkan siswa untuk menuliskan kembali rumusan masalah yang
telah ditentukan diawal pembelajaran. Lalu peneliti mengorganisasikan siswa
untuk belajar dengan mengarahkan siswa untuk mencari bukti dan menemukan
jawaban permasalahan melalui kegiatan penyelidikan. Namun dalam kegiatan
penyelidikan yang kedua ini sebagian siswa masih kebingungan dalam
mengerjakan LDS. Akhirnya peneliti memberikan penjelasan ulang dan
memunculkan beberapa pertanyaan untuk memberikan umpan aktivitas
penyelidikan dan diskusi siswa. Selama siswa berdiskusi, guru membimbing dan
berkeliling kelas untuk mengamati kegiatan diskusi yang dilakukan siswa.
Menurut pengamatan peneliti, siswa bersemangat dalam kegiatan diskusi dan
berebut menulis dalam LDS. Siswa mendiskusikan permasalahan manfaat SDA
yang dapat diperbaruhi dan tidak dapat diperbaruhi serta kegiatan yang dapat
memelihara dan menghemat SDA yang dapat diperbaruhi dan tidak dapat
diperbaruhi. Setelah semua kelompok sudah menyelesaikan LDS masuk ke
kegiatan inti berikutnya yaitu elaborasi.
Kegiatan elaborasi dalam fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan dari informasi/data. Siswa
membuatnya dalam kolom kesimpulan pada LDS masing-masing kelompok. Lalu
setiap kelompok mempresentasikannya didepan kelas, dan siswa yang sudah
berani maju medapatkan bintang sebagai apresiasi bagi siswa. Kegiatan
berikutnya yaitu konfirmasi dalam fase menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini peneliti memberikan analisis, komentar,
sekaligus mengkonfirmasi terhadap hasil presentasi masing-masing kelompok.
Kegiatan akhir yaitu kegiatan penutup, peneliti bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa nampak memberikan respon yang
positif dan memberikan jawaban secara bersaut-sautan. Peneliti mengutarakan
rencana kegiatan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya yaitu akan diadakan
68
tes hasil belajar IPA materi sumber daya alam. Peneliti menutup pembelajaran
dengan salam dan menyerahkan kembali siswa kelas 4 kepada guru kelas.
Selama pelaksanaan penerapan pembelajaran model PBL pada kelompok
eksperimen1 di SDN 1 Sukorejo dalam dua kali pertemuan peneliti sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik
dan runtut sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
dibuat. Guru kelas 4 yang bertindak sebagai observer juga memberikan komentar
bahwa pelaksanaan sudah sesuai dengan RPP dan runtut. Guru kelas juga
menambahkan bahwa interaksi antara peneliti dengan siswa juga sudah baik, dan
dalam pembelajaran juga sudah memunculkan interkasi antara siswa dengan siswa
yang bermanfaat. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil observasi tindakan guru
dalam penerapan model PBL dalam tabel 21 berikut.
Tabel 21
Hasil Observasi Tindakan Guru Penerapan Model PBL di
Kelompok Eksperimen1 SDN 1 Sukorejo Tahun Pelajaran 2015/2016
No.
Aspek yang
diamati
Indikator
Pengamatan
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Kegiatan Awal 6 24% 6 24% 6 24%
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi 8 32% 8 32% 7 28%
b. Elaborasi 3 12% 3 12% 3 12%
c. Konfirmasi 5 20% 5 20% 4 16%
3. Kegiatan
Penutup
3 12% 3 12% 3 12%
Jumlah 25 100% 25 100% 23 92%
Berdasarkan hasil observasi tindakan guru dalam penerapan model PBL pada
tabel 21 dapat dilihat bahwa tindakan guru dalam mengimplementasikan model
PBL pada pertemuan 1 semua indikator terlaksana yaitu 25 dengan persentase
sebesar 100%. Sedangkan pada pertemuan 2 tindakan guru dalam
mengimplementasikan model PBL indikator yang terlaksana yaitu 23 dengan
persentase sebesar 92%. Secara umum menurut pengamat yaitu guru kelas
pelaksanaan pembelajaran model PBL sudah berjalan dengan baik dan lancar
karena proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika 80% sintaks terlaksana
69
dengan baik. Berikut ini disajikan hasil observasi aktivitas siswa saat pelaksanaan
pembelajaran pada tabel 22.
Tabel 22
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Penerapan Model PBL di
Kelompok Eksperimen1 SDN 1 Sukorejo Tahun Pelajaran 2015/2016
No. Aspek yang
diamati
Indikator
Pengamatan
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Kegiatan
Awal
6 24% 6 24% 6 24%
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi 8 32% 6 24% 8 28%
b.Elaborasi 3 12% 3 12% 3 12%
c.Konfirmasi 4 16% 3 12% 3 12%
3. Kegiatan
Penutup
4 16% 4 16% 4 16%
Jumlah 25 100% 22 88% 24 96%
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan model PBL pada
tabel 22 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa saat pelaksanaan pembelajaran model
PBL pada pertemuan 1 indikator yang dilakukan siswa berjumlah 22 dengan
persentase 88% dari total keseleuruhan 25 indikator. Sedangkan pada pertemuan
2 indikator yang dilakukan siswa berjumlah 24 dengan persentase 96% dari total
keseluruhan 25 indikator.
4.1.1.3 Pertemuan 3
Pertemuan 3 kelompok eksperimen1 siswa kelas 4 SDN 1 Sukorejo dengan
agenda pemberian soal tes hasil belajar IPA setelah diterapkan treatment
dilaksanakan pada hari Jum’at, 1 April 2016. Peneliti datang pukul 07.00 WIB,
walaupun dalam jadwal pelaksanaannya tes akan diberikan setelah istirahat
pertama yaitu pukul 09.00 sampai 10.10 WIB, karena pada hari tersebut jam
pertama siswa kelas 4 mata pelajaran olahraga. Setelah istirahat bel masuk
berbunyi peneliti segera memasuki ruangan kelas dan memastikan semua anak
sudah berganti seragam dan sudah masuk kelas semua. Setelah semua siswa sudah
masuk peneliti memeriksa kesiapan siswa dan mengecek kehadiran siswa, pada
pertemuan ketiga ini seluruh siswa berangkat. Lalu peneliti memberikan
70
penjelasan tentang tes yang akan dilakukan dalam pertemuan kali ini. Peneliti juga
memberikan aturan-aturan ketika siswa mengerjakan soal tes hasil belajar IPA.
Soal tes hasil belajar berisi 25 butir soal pilihan ganda yang sudah diuji validitas
dan reliabilitasnya. Peneliti membagikan lembar soal dan jawaban dengan bantuan
salah satu siswa. Setelah semua siswa mendapatkan lembar soal dan jawaban,
siswa mulai mengerjakan soal tes hasil belajar IPA materi sumber daya alam pada
lembar jawaban yang telah disediakan. Selama siswa mengerjakan, peneliti
mengawasi siswa dan sesekali berkeliling kelas. Dalam pelaksanaannya siswa
mengerjakan soal lebih cepat dari waktu yang diperkirakan, dalam rencana
pelaksanaan diberi waktu selama 50 menit. Namun dalam praktiknya baru
berjalan 30 menit sebagian besar siswa sudah selesai mengerjakan, tapi masih
juga ada beberapa siswa yang belum selesai. Peneliti memberikan penjelasan bagi
siswa yang sudah selesai harus menghargai temannya yang belum selesai. Setelah
semua siswa sudah selesai mengerjakan seluruh lembar soal dan lembar jawaban
dikumpulkan. Setelah itu peneliti sedikit berbagi cerita kepada siswa dengan
tujuan memberikan penguatan dan motivasi untuk belajar lebih giat. Sekaligus
peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada anak-anak kelas 4 SDN 1
Sukorejo karena sudah membantu pelaksanaaan penelitian. Lalu peneliti
menyerahkan kelas 4 kepada guru kelas.
4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen2
4.1.2.1 Pertemuan 1
Pertemuan 1 kelompok eksperimen2 siswa kelas 4 SDN 2 Sukorejo
dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Maret 2016. Peneliti datang pukul 07.00 WIB,
pelaksanaan pembelajaran dilakukan setelah istirahat pertama yaitu pukul 09.00
sampai 10.10 WIB. Siswa-siswa sudah tidak kaget lagi dengan datangnya peneliti
yang akan mengajar pada kelas tersebut, selain karena siswa suadah mengenal
peneliti juga karena peneliti sudah sering berangkat ke SDN 2 Sukorejo untuk
sekedar membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Namun guru kelas
tetap menginformasikan kepada anak-anak pada hari sebelumnya bahwa
pembelajaran hari ini mata pelajaran IPA akan di sampaikan oleh peneliti.
71
Sebelum memulai pembelajaran peneliti memberikan salam serta memeriksa
kehadiran siswa, pada petemuan pertama seluruh siswa berangkat semua dengan
jumlah 30 siswa. Kemudian peneliti memeriksa kesiapan siswa dilanjutkan
dengan membuat kontrak belajar dan menanyakan kepada siswa mengenai materi
pelajaran sebelumnya. Setelah itu masuk kegiatan apersepsi sekaligus orientasi
yaitu dengan mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu berjudul “Sumber Daya
Alam” dengan nada lagu Potong Bebek Angsa. Dalam kegiatan apersepsi siswa
nampak bersemangat dan antusias dalam menyanyikan lagu terutama yang
perempuan-perempuan, yang laki-laki ada beberapa yang kurang antusias. Setelah
kegiatan apersepsi peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa berkaitan isi dari
syair lagu yang telah dinyanyikan. Melalui kegiatan tanya jawab peneliti
membantu siswa merumuskan masalah dan menuliskannya di papan tulis. Dalam
kegiatan ini beberapa siswa cukup antusias dengan memberikan pendapat
mengenai rumusan masalah. Peneliti menginformasikan materi yang akan
dipelajari serta rencana kegiatan dalam pertemuan kali ini. Indikator dalam
pertemuan pertama kelompok eksperimen2 sama dengan indikator pertemuan
pertama pada kelompok eksperimen1.
Kegiatan berikutnya kegiatan inti, peneliti menggali pengetahuan siswa
tentang sumber daya alam. Selanjutnya peneliti kembali menanyakan rumusan
masalah yang telah ditulis di papan tulis untuk siswa memberikan jawaban
sementara dari permasalahan atau hipotesis. Dalam kegiatan ini siswa nampak
memberikan pendapatnya dalam merumuskan hipotesis. Lalu siswa dibuat
berkelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 anak dengan cara
meja depan satu kelompok dengan meja belakangnya. Masing-masing kelompok
mendapatkan Lembar Penemuan Kelompok (LPK). Langkah pertama peneliti
mengarahkan siswa untuk menuliskan kembali rumusan masalah dan hipotesis
yang telah ditentukan diawal pembelajaran. Lalu peneliti mengarahkan siswa
untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin dari berbagai sumber, dalam
diskusi ini digunakan sumber dari buku paket yang dimiliki siswa serta syair lagu
yang telah dinyanyikan sebelumnya. Siswa berdiskusi menemukan sumber daya
alam yang dapat diperbaruhi dan tidak dapat diperbaruhi. Berdasarkan
72
pengamatan peneliti dalam kegiatan ini siswa laki-laki kurang berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pengumpulan data. Lalu ketika peneliti membimbing kegiatan
pengumpulan data, peneliti juga berkeliling kelas untuk memberikan semangat
dan mengecek hasil penemuan kelompok. Setelah semua data yang dibutuhkan
terkumpul, siswa membuat laporan sederhana dalam kolom kesimpulan. Namun
ketika kegiatan ini sebagian besar siswa masih bingung dan akhirnya peneliti
menjelaskan ulang dan membimbing siswa secara perlahan. Setelah semua
kelompok selesai masuk kegiatan inti berikutnya yaitu elaborasi.
Kegiatan elaborasi dalam fase menguji hipotesis, setiap kelompok
mempresentasikan data yang telah didapatkan. Dalam kegiatan ini peneliti juga
memberikan contoh cara menguji hipotesis, yaitu hipotesis bukan lagi menjadi
jawaban sementara apabila didukung data yang telah anak-anak temukan.
Kegiatan presentasi didepan kelas lebih banyak dilakukan oleh siswa perempuan,
walaupun peneliti sudah memberikan motivasi untuk anak laki-laki namun tetap
saja kurang berhasil. Kegiatan berikutnya yaitu konfirmasi. Dalam kegiatan ini
peneliti memberikan konfirmasi terhadap hasil uji hipotesis dari masing-masing
kelompok.
Kegiatan akhir yaitu kegiatan penutup, peneliti bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa nampak memberikan respon yang
positif dan memberikan jawaban secara bersaut-sautan. Peneliti mengutarakan
rencana kegiatan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya. Peneliti menutup
pembelajaran dengan salam dan menyerahkan kembali siswa kelas 4 kepada guru
kelas.
4.1.2.2 Pertemuan 2
Pertemuan 2 kelompok eksperimen2 siswa kelas 4 SDN 2 Sukorejo
dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Maret 2016. Peneliti datang sebelum pukul
07.00 WIB, karena pelaksanaan pembelajaran II dilakukan pada jam pertama
yaitu pukul 07.00 sampai 08.10 WIB. Sebelum memulai pembelajaran peneliti
memberikan salam dan doa serta memeriksa kehadiran siswa, pada petemuan
kedua terdapat satu anak yang tidak berangkat karena sedang sakit. Lalu peneliti
73
mengajak anak-anak untuk mendoakan temannya yang sedang sakit agar lekas
sembuh. Kemudian peneliti memeriksa kesiapan siswa dilanjutkan dengan
membuat kontrak belajar dan menanyakan kepada siswa mengenai materi
pelajaran sebelumnya. Setelah itu masuk kegiatan apersepsi sekaligus orientasi
yaitu dengan mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu lagi berjudul “Manfaat
Sumber Daya Alam” dengan nada lagu Balonku Ada Lima. Dalam kegiatan
apersepsi siswa nampak bersemangat dan antusias dalam menyanyikan lagu
terutama yang perempuan-perempuan, yang laki-laki ada beberapa yang kurang
antusias. Setelah kegiatan apersepsi peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa
berkaitan isi dari syair lagu yang telah dinyanyikan. Melalui kegiatan tanya jawab
peneliti membantu siswa merumuskan masalah dan menuliskannya di papan tulis.
Dalam kegiatan ini beberapa siswa cukup antusias dengan memberikan pendapat
mengenai rumusan masalah. Peneliti menginformasikan materi yang akan
dipelajari serta rencana kegiatan dalam pertemuan kali ini. Indikator dalam
pertemuan kedua kelompok eksperimen2 sama dengan indikator pertemuan
pertama pada kelompok eksperimen1.
Kegiatan berikutnya kegiatan inti, peneliti menggali pengetahuan siswa
tentang sumber daya alam. Selanjutnya peneliti kembali menanyakan rumusan
masalah yang telah ditulis di papan tulis untuk siswa memberikan jawaban
sementara dari permasalahan atau hipotesis. Dalam kegiatan ini siswa nampak
memberikan pendapatnya dalam merumuskan hipotesis. Selanjutnya siswa
kembali berkumpul dengan anggota kelompoknya kemaren, tapi beberapa anak
laki-laki minta kelompoknya di ganti dari yang kemaren. Lalu karena sebagian
kelompok sudah berkumpul dan daripada membuang waktu akhirnya peneliti
memberikan pengertian. Masing-masing kelompok mendapatkan Lembar
Penemuan Kelompok (LPK). Langkah pertama peneliti mengarahkan siswa untuk
menuliskan kembali rumusan masalah dan hipotesis yang telah ditentukan diawal
pembelajaran. Lalu peneliti mengarahkan siswa untuk mengumpulkan data
sebanyak mungkin dari berbagai sumber, dalam diskusi ini digunakan sumber dari
buku paket yang dimiliki siswa serta syair lagu yang telah dinyanyikan
sebelumnya. Siswa berdiskusi menemukan manfaat SDA yang dapat diperbaruhi
74
dan tidak dapat diperbaruhi serta menentukan cara dan tindakan untuk menghemat
dan memeliha SDA. Selama siswa berdiskusi, guru membimbing dan berkeliling
kelas untuk mengamati kegiatan yang dilakukan siswa. Lalu peneliti memberikan
motivasi nanti kelompok yang paling serius dan bertanggung jawab terhdap
kelompoknya akan mendapatkan rewards dari peneliti. Hal ini terbukti mampu
membuat beberapa kelompok menjadi lebih serius dalam mengerjakan. Setelah
semua data yang dibutuhkan terkumpul, siswa membuat laporan sederhana dalam
kolom kesimpulan. Setelah semua kelompok selesai masuk kegiatan inti
berikutnya yaitu elaborasi.
Kegiatan elaborasi dalam fase menguji hipotesis, setiap kelompok
mempresentasikan data yang telah didapatkan. Dalam kegiatan uji hipotesis di
pertemuan II siswa sudah tidak lagi mengalami kebingungan seperti pertemuan 1.
Kegiatan berikutnya yaitu konfirmasi. Dalam kegiatan ini peneliti memberikan
konfirmasi terhadap hasil uji hipotesis dari masing-masing kelompok.
Kegiatan akhir yaitu kegiatan penutup, peneliti bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa nampak memberikan respon yang
positif dan memberikan jawaban secara bersaut-sautan. Peneliti mengutarakan
rencana kegiatan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya yaitu akan diadakan
tes hasil belajar IPA materi sumber daya alam. Peneliti menutup pembelajaran
dengan salam dan menyerahkan kembali siswa kelas 4 kepada guru kelas.
Selama pelaksanaan penerapan pembelajaran model inquiry pada kelompok
eksperimen2 di SDN 2 Sukorejo dalam dua kali pertemuan peneliti sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik
dan runtut sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
dibuat. Guru kelas 4 yang bertindak sebagai observer juga memberikan komentar
bahwa pelaksanaan pembelajaran sudah baik dan sesuai dengan dengan apa yang
ditulis di RPP. Guru kelas juga menambahkan bahwa memang anak laki-laki agak
sedikit susah untuk diatur, karena mereka sering berkumpul dengan anak-anak
kelas 6. Namun secara keseluruhan pengelolaan kelas masih bisa diatasi. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil observasi tindakan guru dan tindakan siswa
dalam penerapan model inquiry dalam tabel 23 berikut.
75
Tabel 23
Hasil Observasi Tindakan Guru Penerapan Model Inquiry di
Kelompok Eksperimen2 SDN 2 Sukorejo Tahun Pelajaran 2015/2016
No.
Aspek yang
diamati
Indikator
Pengamatan
Pertemuan I Pertemuan II
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Kegiatan
Awal
7 28% 7 28% 7 28%
2. Kegiatan Inti
a.Eksplorasi 7 28% 6 24% 6 24%
b. Elaborasi 2 8% 1 4% 1 4%
c.Konfirmasi 6 24% 5 20% 6 24%
3. Kegiatan
Penutup
3 12% 3 12% 3 12%
Jumlah 25 100% 22 88% 23 92%
Berdasarkan hasil observasi tindakan guru dalam penerapan model inquiry
pada tabel 23 dapat dilihat bahwa tindakan guru dalam implementasikan model
inquiry pada pertemuan 1 indikator yang terlaksana yaitu 22 dengan persentase
88% dar keseluruhan 25 indikator. Sedangkan pada pertemuan 2 tindakan guru
dalam implementasikan model inquiry indikator yang terlaksana yaitu 23 dengan
persentase sebesar 92%. Secara umum menurut observer / guru kelas pelaksanaan
pembelajaran model PBL sudah berjalan dengan baik dan lancar. Berikut ini
disajikan hasil observasi aktivitas siswa saat pelaksanaan pembelajaran pada tabel
24.
Tabel 24
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Penerapan Model Inquiry di
Kelompok Eksperimen2 SDN 2 Sukorejo Tahun Pelajaran 2015/2016
No.
Aspek yang
diamati
Indikator
Pengamatan
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Kegiatan Awal 7 25% 7 25% 6 21,4%
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi 9 32,1% 8 28,6% 7 25%
b. Elaborasi 4 14,3% 4 14,3% 4 14,3%
c. Konfirmasi 4 14,3% 4 14,3% 4 14,3%
3. Kegiatan
Penutup
4 14,3% 3 10,7% 3 10,7%
Jumlah 28 100% 26 92,9% 24 85,7%
76
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan model PBL pada
tabel 24 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa saat pelaksanaan pembelajaran model
inquiry pada pertemuan 1 indikator yang dilakukan siswa berjumlah 26 dengan
persentase 92,9% dari total keseluruhan 25 indikator. Sedangkan pada pertemuan
2 indikator yang dilakukan siswa berjumlah 24 dengan persentase 85,7% dari total
keseluruhan 25 indikator.
4.1.2.3 Pertemuan 3
Pertemuan 3 kelompok eksperimen2 siswa kelas 4 SDN 2 Sukorejo dengan
agenda pemberian soal tes hasil belajar IPA setelah diterapkan treatment
dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Maret 2016. Peneliti datang sebelum pukul
07.00 WIB, karena tes hasil belajar IPA diberikan pada pertemuan pertama yaitu
pukul 07.00 sampai 08.10 WIB. Seperti biasa peneliti memulai dengan salam dan
doa serta memeriksa kesiapan siswa dan mengecek kehadiran siswa, pada
pertemuan ketiga ini seluruh siswa berangkat. Lalu peneliti memberikan
penjelasan tentang tes yang akan dilakukan dalam pertemuan kali ini. Peneliti juga
memberikan aturan-aturan ketika siswa mengerjakan soal tes hasil belajar IPA.
Soal tes hasil belajar berisi 25 butir soal pilihan ganda yang sudah diuji validitas
dan reliabilitasnya. Siswa mengerjakan di lembar jawaban yang sudah disiapkan
guru. Selama siswa mengerjakan, peneliti mengawasi siswa dan sesekali
berkeliling kelas. Setelah semua siswa sudah selesai mengerjakan seluruh lembar
soal dan lembar jawaban dikumpulkan. Setelah itu peneliti sedikit berbagi cerita
kepada siswa dengan tujuan memberikan penguatan dan motivasi untuk belajar
lebih giat. Sekaligus peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada anak-anak
kelas 4 SDN 2 Sukorejo karena sudah membantu pelaksanaaan penelitian. Lalu
peneliti menyerahkan kelas 4 kepada guru kelas.
4.2 Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian berisi data skor hasil belajar siswa setelah diterapkan
treatment (posttest). Kelompok eksperimen1 diterapkan model PBL pada siswa
kelas 4 SDN 1 Sukorejo dan kelompok eksperimen2 diterapkan model inquiry
learning pada siswa kelas 4 SDN 2 Sukorejo. Data yang diperoleh diolah secara
77
deskriptif dengan menggunakan tabel deskriptif frekuensi serta diagram garis
penyebaran data nilai hasil belajar IPA. Tabel distribusi frekuensi dari kelompok
eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 disusun dengan menentukan banyaknya
kelas dan interval kelas terlebih dahulu. Berikut ini rumus dan cara menentukan
banyaknya kelas dan interval kelas menurut Sugiyono (2010:35), dari data skor
hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen1.
a. Banyaknya kelas ( k ) = 1 + 3,3 Log n ( n = jumlah data )
b. Interval kelas =
Berdasarkan rumus tersebut, berikut ini banyaknya kelas dan interval kelas
dari data skor hasil belajar IPA kelompok eksperimen1, dengan lumlah data 27
siswa.
a. Banyaknya kelas ( k ) = 1 + 3,3 Log n ( n = jumlah data )
= 1 + 3,3, Log 27
= 1 + 4,7
= 5,7 dibulatkan menjadi 6
b. Interval kelas =
=
=
= 8
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya kelas ada 6
dengan panjang interval kelas dari masing-masing kelas adalah 8. Berikut ini
disajikan distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen1
dalam tabel 25.
Tabel 25
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA pada
Kelompok Eksperimen1 SDN 1 Sukorejo
No. Interval Frekuensi Persentase
1. 52 – 59 3 11,1%
2. 60 – 67 3 11,1%
3. 68 – 75 3 11,1%
4. 76 – 83 5 18,5%
5. 84 – 91 8 29,7%
6. 92 keatas 5 18,5%
Jumlah 27 100%
78
Berdasarkan tabel 25 terlihat bahwa pada kelompok eksperimen1 nilai hasil
belajar IPA dengan nilai interval 52-59, 60-67, dan 68-75 merupakan interval nilai
yang paling sedikit diperoleh siswa yaitu masing-masing 3 anak atau 11,1% dari
jumlah seluruh siswa. Sedangkan interval nilai 76-83 dan 92 keatas masing-
masing terdapat 5 anak yang mendapatkan nilai dengan interval tersebut, yaitu
18,5% dari keseluruhan siswa. Sedagkan interval nilai 84 – 91 merupakan interval
nilai yang paling banyak didapat siswa dari kelompok eksperimen1 yaitu
sebanyak 8 anak atau 29,7% dari jumlah keseluruhan siswa kelas 4. Berikut ini
disajikan penyebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen1 dalam
bentuk diagram garis.
Gambar 2
Diagram Garis Penyebaran Data Nilai Hasil Belajar IPA (posttest)
Kelompok Eksperimen1 SDN 1 Sukorejo
Data skor hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen2 yang penerapannya
menggunakan model inquiry learning pada siswa kelas 4 SDN 1 Sukorejo juga
ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan diagram batang. Berikut ini
perhitungan banyaknya kelas dan interval kelas dari data skor hasil belajar IPA
pada kelompok eksperimen2 dengan jumlah data 30.
a. Banyaknya kelas ( k ) = 1 + 3,3 Log n ( n = jumlah data )
= 1 + 3,3, Log 30
= 1 + 4,9
= 5,9 dibulatkan menjadi 6
Kelompok Eksperimen1
52 – 59
79
b. Interval kelas =
=
=
= 10
Berdasarkan perhitungan tersebut. Dapat dilihat bahwa banyaknya kelas ada
6 dengan panjang interval kelas dari masing-masing kelas adalah 10. Berikut ini
disajikan distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen2
dalam tabel 26.
Tabel 26
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA pada
Kelompok Eksperimen2 SDN 2 Sukorejo
No. Interval Frekuensi Persentase
1. 32 – 41 2 6,6%
2. 42 – 51 6 20%
3. 52 – 61 6 20%
4. 62 – 71 3 10%
5. 72 – 81 8 26,7%
6. 82 keatas 5 16,7%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 26 terlihat bahwa pada kelompok eksperimen2 nilai hasil
belajar IPA dengan nilai interval 32-41 dan 62-71 merupakan interval nilai yang
paling sedikit diperoleh siswa yaitu masing-masing 2 dan 3 anak atau 6,6% dan
10% dari jumlah seluruh siswa. Sedangkan interval nilai 42-51 dan 52-61 sama-
sama diperoleh oleh 6 siswa atau 20% dari jumlah seluruh siswa. Interval nilai
yang paling banyak diperoleh siswa adalah 72-81 diperoleh oleh 8 anak atau
26,7% dari jumlah seluruh siswa. Sedangkan interval kelas tertinggi yaitu 82
keatas hanya diperoleh oleh 5 anak atau 16,7% dari jumlah seluruh siswa. Berikut
ini disajikan penyebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen2
dalam bentuk diagram garis.
80
Gambar 3
Diagram Garis Penyebaran Data Nilai Hasil Belajar IPA (posttest)
Kelompok Eksperimen2 SDN 2 Sukorejo
4.3 Analisis Data Hasil Penelitian
Data hasil belajar siswa setelah diterapkan treatment atau data posttest yang
telah diperoleh dilakukan analisis. Pertama yaitu analisis deskriptif, karena
analisis deskriptif merupakan analisis mendasar yang mewakili data yang
diperoleh. Analisis deksriptif memberikan gambaran atau deskripsi data dilihat
dari nilai minimal, nilai maksimal, mean, dan standar deviasi. Setelah itu
dilakukan uji homogenitas, normalitas, dan uji t terhadap data hasil belajar IPA
siswa pada kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 setelah diterapkan
treatment. Analisis data dilakukan dengan bantuan program software SPSS 23 for
windows.
4.3.1 Analisis Deskriptif
Berikut ini disajikan hasil analisis deskriptif data atau nilai hasil belajar
siswa dari kelompok eksperimen1 setelah diterapkan treatment model PBL pada
siswa kelas 4 SDN 1 Sukorejo dan dari kelompok eksperimen2 setelah diterapkan
treatment model inquiry learning pada siswa kelas 4 SDN 2 Sukorejo dalam tabel
27.
Kelompok Eksperimen2
32 – 41 42 – 51
81
Tabel 27
Hasil Analisis Deskriptif Nilai Posttest Kelompok Eksperimen1
di SDN 1 Sukorejo dan Kelompok Eksperimen2 di SDN 2 Sukorejo
Tahun Pelajaran 2015/2016
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kelompok_Eksperimen1 27 52 100 78.07 13.144
Kelompok_Eksperimen2 30 32 92 64.53 16.798
Valid N (listwise) 27
Dari tabel 27 dapat dilihat bahwa variabel dari kelompok eksperimen1
dengan jumlah data (N) sebanyak 27 siswa (SDN 1 Sukorejo) dan dari kelompok
eksperimen2 sebanyak 30 siswa (SDN 2 Sukorejo). Kelompok eksperimen1
memperoleh hasil belajar posttest dengan nilai terendah (minimum) 52,00 dan
nilai tertinggi (maximum) 100,00 dengan rata-rata (mean) sebesar 78,07 dan
standar deviasi 13,144. Sedangkan dari kelompok eksperimen2 hasil belajar
pretest dengan nilai terendah (minimum) 32,00 dan nilai tertinggi (maximum)
92,00 dengan rata-rata (mean) sebesar 64,53 dan standar deviasi 16,798.
Setelah data hasil belajar siswa (posttest) dianalis secara deskriptif yang
menggambarkan perolehan data secara umum, selanjutnya data dianalisis dengan
menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan uji independent sample t-test.
Sebelum data dianalisis dengan menggunakan uji independent sample t-test perlu
dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas
dan uji homogenitas. Karena untuk uji independent sample t-test syarat dari data
harus berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama di antara anggota
grup data tersebut. Berikut ini disajikan hasil uji normalitas dan uji homogenitas
dari data posttest hasil belajar IPA siswa.
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar IPA
siswa telah berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS 23 for windows. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tabel 28 berikut.
82
Tabel 28
Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen1
SDN 1 Sukorejo dan Kelompok Eksperimen2 SDN 2 Sukorejo
Tahun Pelajaran 2015/2016 Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Niai Eksperimen1 .155 27 .093 .933 27 .084
Eksperimen2 .119 30 .200* .954 30 .220
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Data berdistribusi normal jika nila signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 0,05).
Namun jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) maka data tidak
berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 28 diatas terlihat bahwa pada kelompok
eksperimen1, SD Negeri 1 Sukorejo jika dibaca dengan Kolmogrov-Smirnov
memiliki nilai signifikansi 0,093 dan berarti ( 0,093 > 0,05 ). Sedangkan jika
dibaca dengan Shapiro-Wilk memilki nilai signifikansi 0,084 dan berarti ( 0,084 >
0,05 ). Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar posttest pada kelompok eksperimen1 yaitu SDN 1 Sukorejo
berdistribusi normal.
Sedangkan pada kelompok eksperimen2, SD Negeri 2 Sukorejo jika dibaca
dengan Kolmogrov-Smirnov memiliki nilai signifikansi 0,200 dan berarti ( 0,200 >
0,05 ). Sedangkan jika dibaca dengan Shapiro-Wilk memilki nilai signifikansi
0,220 dan berarti ( 0,220 > 0,05 ). Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar postest pada kelompok eksperimen2
yaitu SDN 2 Sukorejo berdistribusi normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa data
skor hasil belajar IPA posttest kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.
Normalitas skor hasil belajar IPA (posttest) dari kelompok eksperimen1 dan
kelompok eksperimen2 dapat disajikan secara visual. Berikut ini disajikan grafik
hasil uji normalitas dari data hasil belajar IPA siswa pada gambar 4.
83
Berdasarkan gambar 4 tampak
bahwa bahwa data berdistribusi
normal terlihat dari kurva yang
membentuk lonceng.
4.3.2 Uji Homogenitas
Gambar 4
Grafik Uji Normalitas Hasil Belajar IPA (posttest) Kelompok Eksperimen1
dan Kelompok Eksperimen2
4.3.2 Uji Homogenitas
Uji prasyarat yang kedua yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan
untuk mengetahui apakah suatu data mempunyai varians yang sama atau homogen
diantara anggota grup data tersebut. Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS 23 for windows. Hasil uji homogenitas
dapat dilihat pada tabel 29 berikut.
Tabel 29
Hasil Analisis Uji Homogenitas Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen1
SDN 1 Sukorejo dan Kelompok Eksperimen2 SDN 2 Sukorejo
Tahun Pelajaran 2015/2016
Test of Homogeneity of Variances
Niai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.067 1 55 .085
Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Levene’s Statistic. Kedua data
dikatakan homogen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 0,05). Namun
jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) maka data tidak berasal dari
varian yang sama atau tidak homogen. Berdasarkan tabel 25 diketahui bahwa
Levene Statistic (F) sebesar 3,067 dengan dF1 1 dan dF2 55 dengan nilai
Eksperimen 1 Eksperimen 2
84
signifikansi 0,085. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,085 (
0,085 > 0,05 ). Maka dapat disimpulkan bahwa data hasil IPA pada kelompok
eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 mempunyai varian yang sama atau
homogen.
4.3.3 Uji Independent Sample T-Test
Setelah uji prasyarat dilakukan dan terpenuhi, yaitu kedua data hasil belajar
IPA (posttest) kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 berdistribusi
normal dan homogen maka uji beda dengan Independent Sample T-Test dapat
dilakukan. Uji Independent Sample T-Test dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS 23 for windows. Berikut ini hasil uji Independent Sample
T-Test yang disajikan dalam tabel 30.
Tabel 30
Hasil Analisis Uji Independent Sample T-Test Hasil Belajar IPA Kelompok
Eksperimen1 SDN 1 Sukorejo dan Kelompok Eksperimen2 SDN 2 Sukorejo
Tahun Pelajaran 2015/2016
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Hasil Belajar Post-test
Equal variances assumed
3.362 55 .001 13.541 4.027
Equal variances not assumed
3.406 54.002 .001 13.541 3.976
Berdasarkan tabel hasil uji Independent Sample t Test pada tabel 30 pada
kolom Equal Varianced Assumed diketahui nilai t hitung data skor hasil belajar
IPA kelas 4 pada kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 sebesar
3,362 dengan nilai signifikansi (2-tailed) 0,001.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian diawali uji hipotesis terlebih dahulu dan
dilanjutkan pembahasan hasil penelitian. Uji hipotesis penting untuk dilakukan
karena uji hipotesis menjawab rumusan masalah dalam penelitian serta menguji
hipotesis yang telah ditentukan, apakah Ho diterima dan Ha ditolak atau
sebaliknya. Sedangkan pembahasan hasil penelitian akan diuraikan pembahasan
85
berdasarkan hasil analisis data penelitian dan hasil proses pembelajaran yang telah
dilakukan serta setelah dilakukan uji hipotesis.
4.4.1 Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji Independent Sample T-Test dan hasil atau output dapat
dilihat pada tabel 26 maka tahap selanjutnya yaitu dilakukan uji hipotesis
berdasarkan hasil uji Independent Sample T-Test. Uji hipotesis dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan
efektivitas antara model Problem Based Learning dan Inquiry Learning terhadap
hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 1 Sukorejo dan SD Negeri 2 Sukorejo
Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran
2015/2016. Selain itu juga untuk menguji hipotesis berdasarkan rumusan masalah
dan telah dirumuskan dalam bab 2. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Ho : Tidak ada perbedaan efektivitas antara model Problem Based Learning
dan Inquiry Learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 1
Sukorejo dan SD Negeri 2 Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten
Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
b. Ha : Ada perbedaan efektivitas antara model Problem Based Learning dan
Inquiry Learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 1
Sukorejo dan SD Negeri 2 Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten
Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
Penelitian ini ditetapkan taraf signifikansi sebesar 5% (0,05) yang
merupakan batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis, karena
penelitian ini merupakan penelitian sosial, jadi biasanya taraf signifikansi
kesalahan dalam penelitian sosial sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan hasil
uji hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil atau output uji
Independent Sample T-test, yaitu dengan melihat nilai signifikansi (2 tailed). Jika
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 ( > 0,05 ) maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Namun sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( < 0,05 ) maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
86
Berdasarkan output hasil uji Independent Sample T-Test pada tabel 26
diketahui bahwa nilai signifikansi 2-tailed sebesar 0,001, yang artinya lebih kecil
dari 0,05 ( 0,001 < 0,05 ) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Karena Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada perbedaan efektivitas antara
model Problem Based Learning dan Inquiry Learning terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas 4 SD Negeri 1 Sukorejo dan SD Negeri 2 Sukorejo Kecamatan
Tegowanu Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 diterima.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan efektivitas antara model Problem Based
Learning dan Inquiry Learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD
Negeri 1 Sukorejo dan SD Negeri 2 Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten
Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 yang dibuktikan dengan nilai
signifikansi 2-tailed sebesar 0,001, yang artinya lebih kecil dari 0,05 ( 0,001 <
0,05 ) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model
problem based learning (PBL) yang diterapkan pada kelompok eksperimen1
lebih efektif diterapkan untuk pembelajaran IPA yang dilihat dari hasil belajar
IPA siswa kelas 4 SDN 1 Sukorejo daripada model inquiry learning yang
diterapkan pada kelompok eksperimen2. Karena menurut Trianto (2009:20)
“untuk mengetahui keefektifan mengajar, dengan memberikan tes, sebab hasil tes
dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran”.
Model PBL lebih efektif daripada model inquiry bukan hanya dilihat dari
hasil analisis uji hipotesis, tapi dilihat pula dari hasil analisis deskriptif data hasil
belajar siswa (posttest) dari kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2
yang menunjukkan nilai terendah, nilai tertinggi, dan rata-rata dari nilai yang
diperoleh kedua kelompok. Nilai terendah dari kelompok eksperimen1 yaitu siswa
kelas 4 SDN 1 Sukorejo adalah 52 dan nilai tertinggi 100, sedangkan pada
kelompok eksperimen2 yaitu siswa kelas 4 SDN 2 Sukorejo nilai terendah adalah
32 dan nilai tertinggi 92. Rata-rata hasil belajar dari kedua kelompok tersebut juga
menunjukkan hasil yang berbeda. Rata-rata hasil belajar pada kelompok
eksperimen1 dari tes hasil belajar IPA setelah diterapkan model PBL (posttest)
adalah sebesar 78,07. Sedangkan rata-rata hasil belajar pada kelompok
87
eksperimen2 dari tes hasil belajar IPA setelah diterapkan model inquiry (posttest)
adalah 64,53. Dari hasil tersebut ternyata rata-rata hasil belajar IPA pada
kelompok eksperimen1 lebih baik dibandingkan dengan rata-rata pada kelompok
eksperimen2.
Model PBL lebih efektif dibandingkan model inquiry juga dibuktikan
dengan peningkatan rata-rata nilai hasil belajar IPA siswa sebelum diberi
perlakuan/treatment (pretest) dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil belajar
IPA siswa setelah diberi perlakuan/treatment (posttest). Perbedaan peningkatan
rata-rata nilai hasil belajar juga dilakukan karena instrument soal tes pretest dan
posttest menggunakan materi yang sama yaitu sumber daya alam. Nilai rata-rata
pretest kelompok eksperimen1 adalah 61,85 dan nilai rata-rata posttest kelompok
eksperimen1 sebesar 78,07. Berarti peningkatan nilai sebesar 16,22. Sedangkan
nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen2 adalah 57,23 dan nilai rata-rata
posttest kelompok eksperimen2 sebesar 64,53. Berarti peningkatan nilai sebesar
7,3. Dari hasil tersebut ternyata peningkatan rata-rata hasil belajar IPA dari pretest
ke posttest lebih besar peningkatan kelompok eksperimen1 yang diterapkan model
PBL daripada kelompok eksperimen2 yang diterapkan model inquiry learning.
Hasil penelitian menujukkan terdapat perbedaan efektifitas antara model
Problem Based Learning dan Inquiry Learning terhadap hasil belajar IPA siswa
kelas 4 SD Negeri 1 Sukorejo dan SD Negeri 2 Sukorejo. Hal tersebut sesuai
dengan kajian teori menurut Amir (2009:37) yang menyatakan bahwa perumusan
masalah yang dekat dengan konteks nyata seperti persyaratan PBL, memang
menjadi salah satu keunggulan model ini. Jadi melalui rumusan masalah yang
nyata dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari lebih mampu membuat siswa
memahami apa yang akan dipelajari, sehingga anak bisa mencari dan menemukan
pemecahan masalah melalui kegiatan penyelidikan. Jadi pengetahuan yang anak
temukan dapat lebih bermakna karena anak menemukan sendiri. Hal ini sejalan
dengan kajian teori menurut Warsono dan Hariyanto (2014:152) yang
mengemukakan salah satu kelebihan PBL adalah siswa akan terbiasa menghadapi
masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah. Karena anak
88
merasa tertantang dan penasaran untuk menyelesaikan masalah jadi anak lebih
semangat dalam kegiatan pembelajaran menemukan pemecahan masalah.
Model PBL lebih efektif daripada model inquiry learning juga diperkuat oleh
kajian teori mengenai karakteristik PBL yang dikemukakan oleh Tan (dalam
Amir, 2009) yaitu sebagai berikut: (1) masalah digunakan sebagai awal
pembelajaran; (2) biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia
nyata yang disajikan secara mengambang; (3) masalah membuat pemelajar
tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru; (4)
sangat mengutamakan belajar mandiri; (5) memanfaatkan sumber pengetahuan
yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja; (6) pembelajarannya kolaboratif,
komunikatif, dan kooperatif.
Sedangkan model inquiry learning juga memiliki beberapa kelebihan.
Kelebihan model pembelajaran Inquiri yang utama menurut Hosnan (2013:344)
adalah menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran Inquiri dianggap lebih
bermakna. Namun model inquiry juga memiliki kelemahan yaitu sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan peserta didik serta membutuhkan waktu yang panjang.
Berkaitan kelemahan yang tersebut. Karena kelemahan model inquiry tersebut,
model PBL lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran untuk mata pelajaran IPA
di SD. Karena kekuatan dari model PBL yang sangat mempengaruhi langkah-
langkah pembelajaran terletak pada penyajian masalah. Masalah yang disajikan di
awal pembelajaran harus mampu menarik perhatian siswa untuk dicari
solusi/pemecahan dari masalah tersebut melalui kegiatan penyelidikan.
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian dalam kajian yang
relevan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Ade Febriyanto Wegar dengan
judul penelitian “Efektifitas Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL)
dalam pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD Semester II Desa Depok
Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
perbedaan efektivitas antara pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menggunakan model PBL dengan model pembelajaran konvensional. Selain itu
juga penelitian yang dilakukan oleh Zuhi Utomo dengan judul penelitian
89
“Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan
Model Discovery dalam Pembelajaran Matematika Materi Keliling Persegi dan
Persegi Panjang Kelas 3 SD”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model
problem based learning lebih efektif digunakan dalam pembelajaran matematika
materi keliling persegi dan persegi panjang kelas 3 SD dibanding dengan model
discovery.
Model Problem Based Learning (PBL) memang lebih efektif untuk
diterapkan dalam pembelajaran sehingga memberikan dampak pada hasil belajar.
Model pembelajaran yang dibandingkan dalam penelitian ini yaitu model PBL
dan model inquiry learning, karena kedua model pembelajaran tersebut
berlandaskan teori pembelajaran konstruktivisme. Jadi diharapkan melalui
penerapan kedua model pembelajaran tersebut siswa dapat membangun
pengetahuan baru dalam diri siswa sendiri, karena jika siswa mampu menemukan
dan membangun pengetahuan sendiri pasti akan lebih bermakna dalam diri siswa.
Hal ini sesuai dengan kajian teori menurut Kukla (dalam Wardoyo, 2013:22) yang
menyatakan “all our concepts are constructed”. Berdasarkan pandangan diatas
berarti segala konsep yang manusia miliki merupakan hasil yang telah dibangun
dalam diri individu. Jadi jika siswa diharapkan memahami konsep pembelajaran
dengan kuat dan benar maka siswa harus membangunnya dalam diri mereka
sendiri. Jadi jika siswa benar-benar melalui proses pembelajaran dengan sungguh-
sungguh, pasti anak akan mampu membangun pengetahuan dalam dirinya dengan
kuat, sehingga akan lebih tahan lama dalam ingatan dan lebih bermakna, karena
dibangun sendiri oleh dirinya, daripada hanya sekedar langsung diberi tahu oleh
guru.
Keunggulan model PBL muncul dalam pelaksanaan pembelajaran ketika
pelaksanaan penelitian berlangsung. Dari proses pembelajaran dikelas dengan
model PBL mampu menarik perhatian dan minat siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Terlebih lagi pada kegiatan awal pembelajaran yang juga
merupakan pelaksanaan fase sintaks pertama dari model PBL yaitu orientasi siswa
pada masalah. Dalam kegiatan awal tersebut siswa nampak bersemangat dan
antusias. Selain itu juga karena dalam model PBL permasalahan disajikan sesuai
90
dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat lebih dipahami siswa. Ketika
pelaksanaan kegiatan penyelidikan siswa juga terlihat bersemangat dan antusias,
karena dalam kegiatan penyelidikan anak-anak peneliti buat berkelompok. Jadi
mungkin siswa senang dengan situasi seperti ini yaitu belajar bersama dengan
teman sebaya mereka.
Hal ini berbeda dari kelompok eksperimen2 yang diterapkan model
pembelajaran inquiry. Meskipun dalam kegiatan awal pembelajaran yang juga
pelaksanaan sintaks orientasi dari model inquiry siswa nampak tertarik dan
antusias. Namun ketika masuk kegiatan inti yaitu kegiatan penemuan siswa
mengalami kebingungan mengenai apa yang harus anak-anak lakukan dan apa
yang harus anak-anak temukan. Walaupun peneliti sudah memberikan penjelasan
ulang mengenai hal tersebut, namun tetap saja ada beberapa siswa yang belum
mampu memahaminya. Hal ini sesuai dengan kelemahan inquiry yaitu sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik serta membutuhkan waktu
yang panjang.