Edisi 2/2012
Puncak Mahameru (Gunung Semeru)Aridy (A-266)
Catatan Perjalanan
IPTEK
Tips
Pendakian Gunung Slamet
Semeru Death Zone - Blank 75
Mendaki Gunung Tanpa Merusak AlamAlas kaki Sebagai Modal Pendaki
Pelatihan Dasar Survival Anggota AMC 2012
Peranan Pecinta Alam dalam Mitigasi BencanaPelatihan Geologi Praktis
Event
Mitigasi Bencana
Mitigation And Hazard Response Of Semeru Disaster
1
Kolom Redaksi
SEKRETARIAT AMC :Jalan Malabar No. 3 Malang Jawa Timur
Telp : (0341) 9560969Email : [email protected]
Penanggung JawabWarto UtomoEmail : [email protected] 3410 8899
Koordinator RedaksiAridy Prasetya Email : [email protected] 4603 1010
Editor 1Riky Hendrawan BP. Email : [email protected] 0314 4479
Editor 3Joko WiyonoEmail : [email protected] 4972 0695
Editor 2Sapto WibowoEmail : [email protected] 3688 8034
Bidang PublikasiSuwondoEmail : [email protected] 3483 7233
Ilalang AMC
Salam Lestari,
Menutup bulan Desember 2012 ini, dengan bangga kami menerbitkan Buletin “Ilalang Edisi 2 2012”. Banyak harapan tentunya dari hadirnya Buletin ini, semoga dapat memberikan manfaat, menguatkan komunikasi, dan sebagai sarana sharing informasi dari seluruh anggota AMC. Dari tiap edisi kami selalu berusaha melakukan perbaikan demi kesempurnaan Buletin Ilalang AMC ini.
Dalam Ilalang Edisi 2 2012 ini, kami menyajikan beberapa cerita dari kegiatan AMC dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Antara lain adalah catatan perjalanan dari Gunung Slamet, cerita dari proses rekrutmen anggota AMC 2012, dan Mitigasi Bencana. Selain itu ada juga informasi tentang Death Zone Semeru (Blank 75) dan Tips tentang pemilihan sepatu untuk mendaki.
Tidak lupa kami selalu mengharapkan peran aktif dari seluruh anggota AMC berkontribusi dalam hal kritik, saran ataupun artikel yang dapat dimuat dalam Ilalang AMC. Artikel ini dapat berisi tentang catatan perjalanan/petualangan yang telah dilakukan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Tips ataupun Profil Anggota.
Terima kasih atas perhatiannya, mewakili Redaksi Ilalang, kami ucapkan selamat membaca dan menikmati Ilalang Edisi 2 2012 ini.
Kolom Ketua Umum
Pendakian Gunung Slamet
EventPelatihan Dasar Survival AMC 2012
Mitigasi BencanaPeranan Pecinta Alam dalam Mitigasi BencanaPelatihan Geologi Praktis dan Mitigasi Bencana
IPTEKMitigation and Hazard Response of Semeru DisasterSemeru Death Zone - Blank 75
TipsMendaki Gunung Tanpa Merusak AlamAlas Kaki sebagai Modal Pendaki
Galeri
Catatan Perjalanan
Daftar Isi3
4
10
1314
1620
2223
26
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Redaksi
TIM REDAKSI
Adventurers and Mountain ClimbersDIES NATALIS
ke-43
Selamat dan Sukses
AMC
Gunung tabor, 22-23 Desember 2012
Salam Lestari, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang senantiasa melimpahkan nikmat serta hidayahNya kepada kita semua. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, dua tahun kepengurusan yang saya pimpin. Suka duka susah senang kita lalui bersama dalam 2 tahun ini. Semoga disisa kepengurusan ini dapat memberikan yang terbaik bagi kita semua.
Di tahun 2012 ini, beberapa agenda yang terlaksana ini antara lain, bidang rekrut dan pelatihan (rekrut dan diklat dasar survival, pelatihan SRT, pelatihan navigasi lanjutan), bidang ekspedisi keprestasian dan petualangan (ekspedisi Gunung Ijen, Ciremai, Slamet, Semeru, Arjuno, Lindri Land Rock 2012, Trekking Ranu Kumbolo, Survei Muara Teweh Kalsel), bidang pengabdian masyarakat (Pelatihan Mitigasi Bencana, dan Aplikasi Sederhana Software Mitigasi, Presentasi Poster di PIT HAGI Palembang, Presentasi MAPEAGI Fak. Teknik Universitas Diponegoro, Pelatihan Geologi dan Mitigasi Bencana untuk Pecinta Alam dan Akademik), kesekretariatan (pengembangan informasi dan komunikasi baik dari buletin ilalang maupun blog/website, melakukan inventarisasi peralatan radio, halal bihalal 1433 H, Dies Natalis ke-43 AMC), dan mungkin masih ada beberapa kegiatan yang sifatnya spontanitas yang tidak ter-record oleh pengurus.
Hal yang menjadikan pekerjaan rumah bagi pengurus ditambah lagi tidak berjalannya sistem iuran anggota, target beberapa gunung diluar Jawa, penerbitan buku AMC dll. Besar harapan agar kedepannya agenda yang telah ditargetkan dapat terealisasi dan lebih banyak melibatkan peran dari anggota.
Terdapat 7 anggota baru AMC yang baru mendapatkan nomor anggota, ketujuh anggota baru ini sebagian adalah hasil rekrutmen tahun-tahun sebelumnya. Kami mengucapkan selamat bergabung kepada anggota baru, yaitu:
1. Panji Aziz Priambodo A-2772. Nella Fahma Setyani A-2783. Intan Dewi Meutia Sari A-2794. Sapto Hadi Wibowo A-2805. Mochammad Adnan kashougi A-2816. M. Zainullah A-2827. M. Tajul Arifin A-283
Semoga dengan bertambahnya amunisi baru yang mampu menambah semangat untuk belajar berorganisasi, berpetualang, dan bekerja keras untuk peduli kepada masyarakat dan lingkungan.
Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasi dari seluruh anggota AMC yang memberikan dukungan setiap kegiatan yang pengurus gagas, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung.
Terakhir, kami mengucapkan ulang tahun kepada AMC yang ke-43, semoga menjadikan momentum kedepannya harapan-harapan yg selama ini belum bisa terwujud bisa segera direalisasi, seluruh anggota AMC lebih aktif dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan AMC, dan supaya menjadikan AMC selangkah lebih maju. Selamat Ulang Tahun AMC!!!
Salam AMC,
Warto Utomo A-230
Kolom Ketua Umum
3AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Ketua Umum
Kolom Ketua UmumCatatan Perjalanan
4
Gunung slamet adalah salah satu gunung berapi yang
terdapat di Jawa Tengah. Secara administratif gunung ini
berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas,
Purbalingga, Tegal dan Pemalang. Gunung ini merupakan
gunung tertinggi di Propinsi Jawa Tengah dengan ketinggian
3428 mdpl.
Tanggal 6-7 April 2012 tim dari AMC melakukan
pendakian ke puncak Gunung Slamet. Tim ini terdiri dari Aridy,
Wondo, Sapto dan seorang teman dari GMPA ITM (Rio). Jalur
yang kita lalui menuju puncak Gunung Slamet adalah via
Pemandian Air Panas Guci di Tegal.
Perjalanan berawal pada tangal 5 April 2012 dari
Terminal Pulogadung dengan menggunakan Bus antar kota.
Kondisi terminal sangat padat dan sulit mencari bus yang
menuju Kota Kuningan karena sedang long weekend. Setelah
sekitar satu jam menunggu, akhirnya kita mendapatkan
sebuah bus yang mengarah ke Kuningan. Pukul 20.00 WIB kita
berangkat menuju Kuningan dan melewati kota Cirebon.
Perjalanan terasa lebih lama karena sering sekali
jalanan macet. Ini memang risiko yang kita harus kita terima
mengingat kita berangkat saat puncaknya orang-orang
berlibur. Akhirnya pukul 04.00 WIB, kita sampai di pertigaan
Yomani. Karena kondisi masih gelap, kita putuskan untuk
istirahat sejenak di masjid sambil menunggu sholat subuh.
Setelah pagi tiba, kita mulai mempersiapkan perlengkapan
dan melengkapi logistik untuk pendakian. Logistik ini dapat
kita beli di minimarket yang ada didekat masjid dan jaraknya
tidak sampai 100 m.
Ada yang berbeda dengan logistik kita saat pendakian
Gunung Slamet ini. Jika dibanding saat pendakian Gunung
Ceremai sebelumnya. Terutama untuk air, kita membawa
masing-masing 5 botol air mineral ukuran 1,5 liter.
Pertimbangan utamanya adalah dari beberapa informasi yang
kita dapatkan kalau di Gunung Slamet sulit untuk mencari
sumber air. Selain itu, mengantisipasi perjalanan yang panjang
dan sampai 3 hari maka kebutuhan air harus benar-benar
cukup. Dan hasilnya adalah saat pertama mengangkat tas
carrier, beratnya memang terasa luar biasa. Namun untuk
mengantisipasi kekurangan air saat perjalanan maka hal itu
adalah wajib dilakukan.
Pukul 08.00 WIB perlengkapan semua sudah siap dan kita mulai bergerak menuju tempat angkutan umum yang menuju Pemandian Air Panas Guci. Untuk sampai disana kita harus menggunakan dua kali angkutan umum. Pertama adalah angkutan umum antar kecamatan dan kedua berpindah menggunakan mobil bak terbuka yang biasanya digunakan untuk mengangkut sayur. Sambil menunggu angkutan umum yang masih mencari penumpang, kita sarapan di warung untuk mengisi tenaga. Sampai akhirnya pukul 09.30 WIB, angkutan mulai berangkat dan melewati jalanan yang semakin menanjak dan berkelok-kelok. Selisih satu jam kemudian kita sampai di suatu simpang jalan dari sebuah desa yang cukup ramai, disana kita berganti mobil angkutan bak terbuka bersama sayur-mayur dan beberapa orang yang akan pergi ke Pemandian Air Panas Guci. Sepanjang perjalanan kita sangat kagum dengan pemandangan pegunungan yang sangat indah dan asri. Dengan hawa yang sejuk perjalanan terasa sangat istimewa.
Sampai akhirnya pukul 11.00 WIB kita sampai di Pemandian Air Panas Guci. Mengingat saat itu adalah hari jumat maka kita akan berangkat naik setelah sholat jumat di masjid. Jarak tempat kita turun dari mobil dan Masjid cukup jauh karena berada di luar area wisata Pemandian Air Panas Guci. Setelah sampai di Masjid kita istirahat sebentar sambil menunggu sholat jumat.
Setelah sholat jumat sekitar pukul 13.00 WIB kita mulai bersiap untuk melakukan perjalanan. Tidak lupa kita makan siang dari sebuah warung di dekat masjid, dan sekalian membeli beberapa lontong buat logistik utama saat
Pendakian Gunung Slamet
Aridy Prasetya (A-266)
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Via Jalur Guci
5
Kolom Ketua UmumCatatan Perjalanan
Gerbang Masuk Pemandian Air panas Guci
pendakian. Setelah semua logistik dan perlengkapan di-
packing ulang pukul 13.15 WIB kita start perjalanan.
Awalnya kita menuju tempat pendaftaran pendaki.
Untuk di Gunung Slamet ini registrasi diorganisir oleh
komunitas pecinta alam bernama Galas. Para anggota Galas
ini dapat ditemui di panggung hiburan yang berada di kawasan
wisata Guci. Dengan membayar Rp. 10.000,- per orang dan
menyerahkan surat jalan organisasi kita dapat melanjutkan
perjalanan.
Pukul 14.20 WIB kita mulai sampai di pintu rimba, ini
merupakan tanda bahwa kita sudah keluar dari kawasan
wisata Guci dan memasuki area hutan yang di dominasi
tumbuhan Pinus. Awal perjalanan ini terasa lebih berat karena
jalan setapak yang tersusun dari batu-batu yang tidak rata
penataannya. Lebar jalan ini cukup untuk satu mobil yaitu
sekitar 3 meter. Namun semakin lama jalan hanya tinggal jalan
setapak yang hanya cukup buat kaki manusia. Topografi masih
relatif landai dan sedikit tanjakan. Vegetasi masih di dominasi
oleh pohon pinus dan tumbuhan semak perdu yang berada di
kanan-kiri jalan setapak.
Pos 1
Pukul 15.50 WIB sampai di Pos 1, Kondisi di Pos ini
mendukung untuk dijadikan camp ground karena areanya
relatif landai dan cukup sampai 3 tenda. Sekitar 15 menit kita
beristirahat untuk melemaskan otot kaki. Setelah itu kita
langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos 2. Perjalanan
menuju Pos 2 masih didominasi vegetasi pohon Pinus dan
beberapa tumbuhan Palm (Licuala Spinosa). Bedanya dengan
jalur sebelumnya adalah mulai tumbuhnya lumut di beberapa
bagian batang pohon. Tumbuhan juga terlihat semakin lebat
dan jalan setapak di beberapa bagian tertutup semak.
Diantara jalur dari Pos 1 menuju Pos 2 terdapat juga area yang
dapat digunakan sebagai shelter, di area ini cukup untuk
menampung sebuah tenda. Selain itu di arah utara dari jalur
pendakian terdapat tebing tinggi yang merupakan
punggungan yang mengarah ke puncak Gunung Slamet.
Hari sudah semakin gelap dan kabut mulai turun.
Dengan jalanan yang semakin menanjak fisik badan kita
menjadi semakin cepat terkuras karena logistik masih penuh
di dalam tas carrier masing-masing. Saat berhenti untuk
beristirahat, kita coba berdiskusi supaya barang bawaan kita di
tas carrier terasa lebih ringan. Setelah berdiskusi dan hitung-
hitungan persediaan logistik, akhirnya kita putuskan untuk
melakukan sistem tanam air minum. Dari 5 botol air yang kita
bawa, masing-masing menanam 2 botol. Jadi dari 4 orang ada
8 botol yang kita tanam. Supaya aman, kita mencari area
semak yang lebat dan tidak lupa di-marking dengan GPS
supaya tidak lupa posisinya saat kita ambil saat turun. Dengan
persediaan 3 botol yang masing-masing kita bawa
melanjutkan perjalanan, otomatis target besok pagi harus
sampai puncak Gunung Slamet dan turun pada hari itu juga.
Kondisi Jalan setelah Pintu Rimba
Pos 1 (Gunung Slamet) Via Guci
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
6
Kolom Ketua UmumCatatan PerjalananBahkan di beberapa jalur pendakian kita tidak perlu
menggunakan senter secara penuh karena dibantu cahaya
bulan tersebut. Kemiringan jalan terasa semakin terjal, dan
kaki pun harus sering istirahat saat terasa capek. Untungnya
barang bawaan sudah banyak yang ditinggal di Pos 3, jadi lebih
terasa ringan di perjalanan.
Pos 4 – Pondok Kematus
Pukul 04.50 WIB akhirnya kita sampai juga di Pos 4.
Tekanan udara sudah mulai terasa berbeda dan suhu terasa
dingin, oleh karena kita harus tetap waspada supaya tidak
mengalami hipotermia. Kita berhenti untuk istirahat sambil
membuat minuman panas dan melemaskan otot.
Kondisi vegetasi pepohonan di sekitar Pos Pondok
Kematus ini sudah mulai berkurang lebatnya. Jika dilihat dari
topografi tanahnya, area pos ini bisa dijadikan untuk camp
ground buat 2 tenda. Namun harus hati-hati juga memasang
tenda karena permukaan tanahnya agak miring. Sekitar 30
menit kita beristirahat, dan pukul 05.20 WIB perjalanan
dilanjutkan kembali menuju Pos 5. Perjalanan masih terus
menanjak, dan di beberapa bagian kita harus jalan sambil
menunduk dan merangkak karena akar pohon menghalangi
jalan.
Pos 5 – Pondok Edelweis
Tidak lama berjalan, pukul 05.45 WIB kita sampai di Pos
5. Tidak tahu kenapa pos ini dinamakan Pondok Edelweis. Jika
dilihat di sekitar area Pos ini tidak terlihat satupun bunga
Edelweis, sehingga sedikit aneh. Namun mungkin saja
beberapa tahun lalu Bunga Edelweis tersebut pernah tumbuh
di sekitar Pos 5 ini, sehingga pos ini dinamakan Pos Pondok
Edelweis. Di Pos ini terdapat sebuah gubuk yang dapat
digunakan untuk istirahat dan berteduh. Selain itu di Pos 5 ini
cukup digunakan sampai 5 tenda.
Tanpa beristirahat kita langsung melanjutkan
perjalanan menuju pos terakhir, karena hari sudah terang kita
mencoba kebut perjalanan. Dengan track yang masih sama
dengan sebelumnya, yaitu tanjakan tanah yang cukup terjal
kita tetap berusaha berjalan terus. Dan berselang sekitar satu
jam kita sampai juga di pos terakhir Gunung Slamet via jalur
Guci.
Pos 2 – Pondok Cemara
Pukul 18.30 WIB akhirnya tim sampai di Pos 2, kondisi
sudah gelap saat di pos ini. Terdapat pohon tumbang yang
menandai dan areanya hanya cukup satu tenda untuk
camping. Seperti namanya, disekitar pos ini di dominasi oleh
Pohon Cemara (Casuarinaceae). Tanpa istirahat lama, kita
melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 3. Pepohonan di
jalur pendakian terlihat semakin lebat dan banyak ditumbuhi
lumut. Dengan penerangan headlamp dan senter kita terus
berjalan menembus pekatnya hutan.
Pos 3 – Pondok Pasang
Setelah berjalan 1,5 jam akhirnya pukul 20.00 WIB
sampai di Pos 3. Kondisi tim saat itu sudah lelah dan lemas,
sehingga terlalu berisiko jika malam hari melanjutkan
perjalanan menuju Pos 4. Semua perlengkapan di dalam tas
carrier dikeluarkan dan kita membagi tugas menjadi dua yaitu
dua orang mendirikan tenda dan dua orang lainnya memasak.
Setelah setengah jam memasak, kita makan malam
untuk mengembalikan energi yang terkuras sebelumnya.
Sambil makan kita juga berdiskusi untuk rencana perjalanan
besok untuk summit attack. Jika dari informasi yang
sebelumnya kita dapat, masih ada 3 pos lagi yang harus kita
lewati sebelum ke Puncak Gunung Slamet. Itupun jalurnya
cenderung lebih terjal dibanding sebelumnya. Dari kondisi
tersebut, akhirnya kita merencanakan untuk melanjutkan
perjalanan pada pukul 02.00 WIB dini hari. Tidak lama setelah
berdiskusi kita langsung tidur untuk memulihkan tenaga.
Pukul 01.45 WIB, kita dibangunkan oleh alarm pertanda
untuk bersiap-siap summit attack. Untuk mengurangi beban
kita hanya membawa logistik dan peralatan memasak untuk
persiapan sarapan sampai makan siang, sedangkan tenda
masih kita tinggal di pos 3.
Pukul 02.15 kita melanjutkan perjalanan lagi menuju
puncak Gunung Slamet. Penerangan saat itu hanya
menggunakan headlamp dan senter. Namun saat kepala
melihat r imbunnya hutan, ada celah-celah yang
memancarkan cahaya terang. Sumber cahaya itu ternyata dari
Bulan Purnama yang cahayanya tidak tertutup awan.
Pos 3 (Pondok Pasang) Pos 5 (Pondok Edelweis)
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
7
Kolom Ketua UmumCatatan PerjalananKuatir adanya gas belerang dari kawah yang bisa saja
muncul jika kita terlambat ke puncak, akhirnya diputuskan
teman kita yang bernama Sapto tinggal di tempat istirahat
untuk memulihkan tenaga. Sedangkan kita bertiga
melanjutkan perjalanan ke puncak. Barang bawaan pun yang
awalnya kita bawa naik akhirnya ditinggal bersama Sapto.
Terlihat juga beberapa pendaki sudah mulai turun saat kita
berjalan menuju puncak.
Matahari saat itu sudah mulai terik namun hawa dingin
juga masih tetap terasa di badan. Perjalanan terasa semakin
berat karena saat berjalan di pasir anginnya mulai kencang,
dan efeknya debu mulai beterbangan. Kita terus berjalan
sedikit demi sedikit karena melangkah di pasir memang lebih
berat.
Puncak Gunung Slamet
Setelah berjalan sekitar 2,5 jam di jalur batu dan pasir
akhirnya pukul 09.45 WIB kita sampai di puncak Gunung
Slamet. Kita sangat bersyukur dapat sampai di puncak. Saat
melihat pemandangan alam dari puncak, terlihat bentangan
alam yang ditutupi hamparan awan putih. Sungguh indah dan
membuat hati ini terasa damai berada di titik tertinggi Jawa
Tengah ini. Kawah Gunung Slamet ini juga masih terlihat aktif,
hal itu dapat dibuktikan dari bau belerang yang masih
menyengat dan asap masih keluar dari kawah.
Pos 6 - Pondok Cantigi (Pelawangan)
Pukul 07.15 WIB kita sampai di Pos Pondok Cantigi.
Dapat dikatakan juga pos ini merupakan Pos Pelawangan
karena lokasinya berada pada batas vegetasi. Di pos ini
merupakan area yang cukup luas untuk camp ground.
Lokasinya berupa blok-blok terasering yang cukup untuk
beberapa tenda. Dari pos ini juga sudah terlihat puncak dari
Gunung Slamet yang jalurnya sudah tidak terlihat lagi adanya
tumbuhan yang hidup.
Saat di Pos 6 ini kita hanya berhenti sebentar untuk
mengatur nafas yang sudah tidak teratur, sambil menyapa
pendaki yang sedang camp di pos ini. Setelah nafas dan tenaga
kembali normal kita melanjutkan perjalanan kembali menuju
puncak. Berjalan beberapa langkah dari Pos 6 ini kita mulai
melewati batas vegetasi dan masuk pada area berbatu. Kita
harus lebih berhati-hati karena berjalan di bebatuan. Batu
yang licin sangat memungkinkan buat terpeleset dan bahkan
bisa sampai cedera.
Setelah berjalan setengah jalan dari batas vegetasi
tadi, kondisi salah satu anggota tim mulai drop. Jalur batu yang
mulai bercampur pasir memang membuat cepat lelah. Apalagi
di beberapa bagian jalur ada bagian yang terjal juga. Awalnya
kita beristirahat dulu di tengah perjalanan, dan sedikit
berdiskusi tentang kondisi rekan kita yang mulai drop.
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Puncak Gunung Slamet
8
Kolom Ketua UmumCatatan PerjalananSampai pada Pos 4, kita beristirahat untuk mengatur nafas.
Di dekat pos ini juga terdapat sumber air berupa genangan
yang bisa di manfaatkan oleh pendaki. Setelah kita marking
lokasi sumber airnya, kita lanjutkan perjalanan menuju Pos 3.
Pukul 15.20 WIB kita sampai di Pos 3. Bergegas kita
melakukan packing barang dan membereskan tenda. Sekitar
30 menit kita menyiapkan semuanya, mulai dari sweeping
sampah yang harus dibawa turun sampai check list barang
bawaan lagi supaya tidak ada yang tertinggal. Setelah
semuanya siap, kita berjalan turun lagi.
Secara keseluruhan perjalanan berjalan lancar dan pukul
18.05 WIB akhirnya kita sampai di area Pemandian Air panas
Guci. Awalnya kita berencana mencari camp ground untuk
mendirikan tenda, namun saat mampir di sebuah warung,
pemiliknya menawarkan menginap di warung saja.
Mendengar niat baik itu kita sangat senang dan menerimanya.
Walaupun harus tidur di lantai dan tanpa listrik kita tetap
nyaman menginap di warung tersebut. Paling tidak kamar
mandi mudah diakses dan kita tidak harus repot-repot lagi
membuka tenda.
Pada pagi hari kita sudah mulai berkemas untuk kembali ke
Jakarta. Setelah pemilik warung datang kita mengucapkan
terima kasih dan berpamitan untuk pulang. Dengan
menumpang mobil pick-up angkutan sayur kita turun menuju
Pertigaan Yomani lagi. Dari perigaan ini ada bus yang menuju
Jakarta langsung. Karena waktu itu memang sedang long
weekend jalanan menuju Jakarta macet parah, dan baru pada
sore hari Pukul 17.00 WIB sampai di Jakarta lagi.
Setengah jam kemudian, kita langsung berjalan turun
menuju Pos 6. Dan tentunya kita juga harus kembali ke shelter
tempat teman kita beristirahat. Sambil berjalan turun dari
arah puncak, terlihat teman kita yang awalnya beristirahat
bersama tas-tas yang ditinggal, berjalan naik ke arah puncak.
Setelah bertemu di tengah jalan ternyata dia ingin sampai di
puncak juga. Setelah berdiskusi, dari tiga orang yang turun
akhirnya kita membagi tugas. Satu bertugas menunggu Sapto
di dekat puncak dan yang satunya berada di jalur bawahnya
supaya komunikasi tetap bisa dilakukan. Sedangkan saya
sendiri langsung turun menuju dan bertugas memasak untuk
menyiapkan makanan dan minuman.
Tidak lama saya menunggu di shelter, akhirnya setelah
setengah jam kemudian mereka datang juga. Kita langsung
makan untuk mengisi energi di badan. Saat itu matahari
sangat terik karena waktu menunjukkan sekitar pukul 11.00
WIB. Selesai makan kita langsung membereskan peralatan
dan logistik untuk secepatnya turun.
Pukul 12.10 WIB kita sampai di Pos 6 lagi. Suasana di pos ini
sudah sepi ditinggalkan pendaki lain yang sudah mulai turun.
Setelah berhenti sejenak kita melanjutkan perjalanan
kembali. Target perjalanan adalah pada hari itu juga kita harus
sampai di area Pemandian Guci lagi. Mengingat cadangan air
juga semakin menipis untuk turun. Paling tidak minimal
sampai di tempat penyimpananan air di dekat Pos 2.
Perjalanan kita lakukan dengan sedikit cepat untuk mengejar
waktu. Sesekali jika ada jalur yang cukup aman kita berlari
kecil.
Jalur Batu Menuju Puncak Ceremai
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Anggota Tim Pendakian Gunung Slametdari kiri : Aridy, Rio, Sapto & Wondo
9
Kolom Ketua UmumCatatan Perjalanan
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
10
Kolom Ketua UmumEvent
AMC (Adventurers and Mountain Climbers) adalah
organisasi penggiat dan pembina kegiatan alam terbuka yang
berdiri pada tahun 1969 dan berasal dari Malang. Pada tanggal
28-30 Juni 2012 lalu, AMC mengadakan pendidikan latihan
atau yang lebih dikenal dengan “Pelatihan Dasar Survival
(PDS)”. PDS AMC ini ada dua jenis, yang pertama diklat ruang
(pada tanggal 28 Juni bertempat di Sekret AMC (Jl.Malabar -
Malang). Calon anggota diberikan materi dasar untuk survival.
Sedangkan yang kedua diklat lapangan tanggal 29 Juni di
Gunung Panderman-Batu, disana calon anggota belajar
survival di alam bebas.
Tanggal 28 Juni 2012
Diklat ruang AMC yang diawali dengan pembukaan acara.
Calon anggota yang mayoritas merupakan mahasiswa Fisika
Universitas Brawijaya berkumpul di Himpunan Mahasiswa
Fisika Universitas Brawijaya pada pukul 07.00 WIB. Setelah
beberapa calon anggota berkumpul, diberikan pengarahan
oleh Ivan dan Chemot. Setelah itu berangkat menuju
sekretariat AMC yang berlokasi di Jalan Malabar Malang. Dari
sepuluh calon anggota yang mendaftar, tiga diantaranya tidak
bisa hadir dalam pelaksanaan karena alasan pribadi masing-
masing. Tujuh calon anggota yang menghadiri diklat ruang
yaitu Hafidz Pramudyo A, M. Zainullah, M. Adnan Kasoghie, M.
Tajul Arifin, Rendra, Ramona dan Nuraida Syarah.
Setelah pembukaan, dilakukanlah check-list alat. Calon
anggota yang perlengkapannya kurang dari daftar alat yang
telah ditentukan maka diberikan sanksi. Selanjutnya materi
diberikan oleh anggota AMC, materi yang diberikan
merupakan pengetahuan dasar untuk navigasi di alam bebas,
diantaranya Peta dan Kompas. Pada materi ini calon anggota
diberikan informasi mengenai Peta dan Kompas baik secara
literatur maupun praktik. Pada saat praktik, calon anggota
diajarkan bagaimana cara menembak kompas serta
menentukan posisi ketika berada disuatu tempat yang tidak
diketahui.
Shelter, pada materi ini calon anggota diberikan
pengetahuan mengenai tempat berteduh sementara. Shelter
atau bivak terbagi menjadi dua macam yaitu bivak alam dan
buatan. Bivak alam biasanya memanfaatkan goa atau apapun
yang bisa digunakan untuk berteduh sementara, sedangkan
bivak buatan biasanya memanfaatkan barang-barang bawaan
seperti ponco atau flysheet yang bisa ditopang oleh ranting
atau tali.
Leave no trace, ini merupakan materi tentang beretika
dialam terbuka. Sebagai seorang penggiat alam sebaiknya hal
ini wajib diperhatikan. Ketika berkegiatan dialam bebas
sebaiknya tidak meninggalkan jejak berupa sampah, sampah
yang ada harus dibawa hingga pulang kembali. Jangan sekali-
kali mengambil barang yang ditemukan dalam perjalanan.
Survival kit, merupakan tas yang berisi peralatan dasar
apabila seseorang mengalami kondisi darurat. Survival kit
antara lain berisi obat-obatan umum (perban, obat luka,
plester, minyak kayu putih, bandana), jarum serta benang, alat
pancing, korek api, senter berikut baterai cadangannya,
heliograf, pisau lipat, kantong kresek & cokelat.
Cara mencari air, merupakan materi yang penting apabila
seseorang berada dialam bebas. Cara mendapatkan air ketika
seseorang berada dalam kondisi darurat kehabisan air atau
untuk menambah pasokan air sebagai cadangan yaitu salah
satu contohnya dengan menampung menggunakan ponco
ketika hujan, embun, dll.
Api unggun dan cara membuat api, pada materi ini
diberikan cara membuat api dan penggunaan api unggun.
Pada umumnya api unggun tidak dianjurkan untuk dibuat
kacuali pada acara penting. Sedangkan untuk membuat api
bisanya menggunakan korek namun apabila keadaan darurat
bisa menggunakan batu yang digesek-gesekkan sampai
mengeluarkan bunga api.
Pelatihan Dasar Survival Anggota AMC 2012
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Oleh : Nuraida Syarah, Panji & Cemot
11
Kolom Ketua UmumEventSejarah AMC dan Hymne AMC disampaikan oleh pendiri
AMC. Bagaimana AMC berdiri hingga sekarang dan
menyanyikan serta menghafal Hymne AMC. Selesai
pemberian materi, calon anggota diberikan kesempatan
istirahat.
Tanggal 29 Juni 2012
Pagi yang indah yang diawali dengan melaksanakan sholat
subuh bersama. Kemudian olahraga bersama yang dipandu
oleh Chemot, Dwiky dan Diah. Selesai olahraga, calon anggota
diberikan kesempatan untuk memasak sarapan dan bersih
dir i . Cek alat di laksanakan lagi untuk persiapan
keberangkatan. Peralatan yang kurang dicatat dan dilengkapi
dengan inventaris AMC. Untuk kebutuhan pribadi diberikan
waktu untuk berbelanja.
Kelompok dibagi menjadi dua yaitu kelompok A yang
terdiri dari Hafidz, Iyen, Syarah dan Arif sedangkan kelompok
B terdiri dari Oghie, Tajul, Rendra dan Mona. Arif yang juga
calon anggota datang ketika pengecekan alat sehingga tidak
mengikuti diklat ruang, sedangkan oghie datang ketika materi
diklat ruang hampir selesai. Jadi keduanya harus mengikuti
diklat ruang lagi di rekrutmen selanjutnya.
Selesai sholat jumat, semua kembali bersiap. Barang-
barang disiapkan dan dimasukkan ke mobil yang siap
mengantar kami. Selesai doa bersama, semua calon anggota
beserta panitia berangkat. Kurang lebih satu jam perjalanan
hingga kami tiba di pintu masuk. Dari pintu masuk hingga
camp pertama kami di Latar Ombo kami harus berjalan kaki.
Saat istirahat pertama calon anggota dipersilahkan masak
berkelompok. Setelahnya untuk mengejar waktu tiba di camp
sebelum gelap calon anggota berjalan menurut kelompoknya.
Dalam perjalanan, calon anggota harus membuat jalur
perjalanan dengan menggunakan kompas dan peta yang
sudah diberikan. Dikarenakan peta yang digunakan tidak
terlalu jelas maka kami hanya mencatat sudut dan langkah
yang kami tempuh. Ketika hampir tiba di camp kabut turun dan
kami tidak bisa melanjutkan menggunakan kompas karena
objek sudah tidak terlihat jelas. Akhirnya kami mengikuti jalur
yang sudah ditandai oleh panitia hingga mencapai camp.
Hari sudah gelap ketika calon anggota tiba di Latar Ombo,
sehingga untuk memasang tenda perlu berhati-hati. Selesai
mendirikan tenda, calon anggota laki-laki membuat bivak.
Setelah mempersiapkan tempat beristirahat, calon anggota
dan semua panitia berkumpul untuk sharing pengalaman dan
berkenalan. Setelah semua tenda dan bivak selesai didirikan,
semua calon anggota makan malam dan kemudian istirahat.
Tanggal 30 Juni 2012
Nampak indahnya pemandangan sunrise menjadi
pelengkap sarapan pagi itu. Pukul 09.00 WIB calon anggota
diberangkatkan menuju puncak Gunung Panderman untuk
mengibarkan bendera merah putih dan AMC. Kali ini, calon
anggota benar-benar menggunakan peta yang diberikan
dengan terlebih dahulu diberikan pengarahan. Pertama-tama
diperkirakan posisi dan ditandai di peta. Lalu kompas
ditembakkan ke puncak Gunung Panderman dan dicatat
sudutnya. Setelah itu kompas kembali ditembakkan ke puncak
Gunung Arjuno dan dicatat sudutnya. Garis ditarik sesuai besar
sudutnya pada peta. Kemudian akan didapatkan besar sudut,
itulah sudut yang harus kita lalui untuk mencapai puncak. Dari
panitia yang mendampingi calon anggota ke puncak antara
lain Dyah, Cemot, Dwiki, Panji, Ebot, Aziz, dan Rofi'i.
Sedangkan panitia lainnya Pak Alan, Pak kentang, Mas Parno,
Suli dan Agung tetap berjaga di Latar Ombo.
Kelompok B terlebih dulu berjalan kemudian menyusul
kelompok A, mengikuti jalur yang ada. Tiba di pos Watu Gede
setelah kurang lebih 45 menit perjalanan, kami beristirahat
sebentar dan kembali menentukan titik kami berada.
Perjalanan kembali dimulai dan didahului oleh kelompok B.
Calon anggota sampai di puncak Gunung Panderman
kurang lebih setelah 45 menit perjalanan. Setelah beristirahat
sebentar kami berkumpul untuk menyanyikan lagu Syukur,
Indonesia Raya dan Hymne AMC. Berikutnya kami berfoto
dengan bendera merah putih dan AMC. Tidak lama di puncak
calon anggota langsung turun. Lama perjalanan dari puncak
hingga mencapai pos Watu Gede membutuhkan waktu kurang
lebih 20 menit karena track yang berdebu dan beberapa kali
berhenti. Di pos Watu Gede kami beristirahat cukup lama
kurang lebih 15 menit. Setelah cukup beristirahat, calon
anggota melanjutkan perjalanan dan tiba di camp setelah 10
menit perjalanan. Tiba di camp calon anggota dikumpulkan
kembali untuk mengikuti evaluasi perjalanan dan semuanya
mendapatkan sanksi. Selesai evaluasi perjalanan kami
mengikuti ujian tulis dan praktek yang mengulas materi
selama diklat ruang yang didampingi oleh Pak Alan dan Suli.
Sekitar pukul 14.00 WIB semua ujian telah selesai
dilaksanakan. Calon anggota dan panitia melakukan packing
dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan pulang. Sebelum
pulang kami melaksanakan apel sebagai tanda selesainya
Pelatihan Dasar Survival AMC ini, apel berjalan dengan
khidmat. Setelah itu dilakukan apel kedua sebagai pengesahan
calon anggota sudah lolos tahap 1. Untuk menjadi anggota
AMC calon anggota harus melalui 2 perjalanan lagi untuk
benar-benar sah menjadi anggota AMC yaitu Ekspedisi
Welirang-Arjuna dan tes akhir.
Dari keseluruhan materi dan praktek di lapangan yang kami
jalani dalam Pelatihan Dasar Survival ini, semuanya sangat
bermanfaat. Ini merupakan pengalaman baru dan awal dari
perjalanan untuk selalu aktif dalam kegiatan alam terbuka.
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
12
Kolom Ketua UmumEvent
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Foto Bersama Calon Anggota AMC di Puncak Panderman
Upacara Pengesahan Calon Anggota yang Telah Mengikuti Pelatihan Dasar Survival AMC 2012
Sanksi untuk Pelanggar PeraturanTidak Peduli laki-laki ataupun Perempuan
Kolom Ketua UmumMitigasi Bencana
13
Dasar dan Landasan
Sesuai dengan acuan visi dan misi yang tertuang dalam AD/ART AMC dimana menjelaskan bahwa AMC pecinta alam yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdasarkan beberapa kegiatan yang pernah dilakukan oleh AMC kurun waktu 2006-2009 antara lain : PSBL, merupakan kegiatan untuk mitigasi banjir dan tanah longsor, SUSPANSELA (Susur Pantai Selatan) I Jatim, merupakan kegiatan mitigasi gempa dan tsunami dan Ekspedisi dan Survei Mata Air Panas merupakan kegiatan pendataan energi alternatif masa depan.
Me-review, mengkaji dan mempelajari beberapa mitigasi yang telah terlaksana, maka, AMC melakukan : Mitigasi Bencana Gunung Semeru Jawa Timur (kurun 2010 – sekarang). Yang menjadi alasan adalah :
1. Lebih mudah dilaksanakan oleh PA pada umumnya dan AMC pada khususnya.
2. Biaya kecil dibandingkan dengan biaya mitigasi yang sudah-sudah.
3. Efektif, efisien dan mengena ke masyarakat.
Tujuan akhirnya adalah membentuk masyarakat yang sadar dan tanggap bencana.
Poster di PIT HAGI - Palembang
PIT HAGI (Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) merupakan pertemuan tahunan yang dilakukan oleh pakar Geofisika Indonesia, yang berisi tentang konferensi, presentasi paper dan poster, yang dilaksanakan di Palembang pada tanggal 10-13 September 2012.
AMC ikut ambil bagian dalam poster ilmiah yang mengangkat tema Peranan Pecinta Alam dalam Mitigasi Bencana berbasis Komunitas.
PERANAN PECINTA ALAM DALAM MITIGASI BENCANATomo (A-230)
Undangan dari MAPALA Universitas Diponegoro
Pada waktu yang hampir bersamaan, AMC juga mendapat undangan untuk mengisi Kuliah Umum yang diadakah oleh MAGEAGI (MAPALA Geologi) Fakultas Teknik UNDIP Semarang dengan tema “Peran Pecinta Alam dalam Mitigasi Bencana”.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu 6 Oktober 2012 pukul 08:00 – 12:00 WIB. AMC diwakili oleh Tomo (Ketua Umum) dan Riky (Sekretaris). Total peserta yang hadir dalam acara ini adalah 52 orang.
Pemaparan materi dari AMC tentang pentingnya mitigasi bencana yang dilakukan oleh Pencinta Alam mendapat antusiasme yang bagus dari peserta. Banyak yang baru memahami secara mendalam bahwa Pecinta Alam tidak hanya melakukan kegiatan outdoor saja, akan tetapi dapat berkontribusi juga untuk masyarakat. Tentunya melalui keahlian yang umum dimiliki oleh para Pecinta Alam seperti navigasi, mountaineering dan pendokumentasian.
Diskusi dengan salah satu visitor Poster AMC tentang Mitigasi Bencana
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Dokumentasi Kuliah Umum Peranan Pecinta Alam dalam Mitigasi Bencana
Universitas Diponegoro - Semarang
Kolom Ketua UmumMitigasi Bencana
14
Dasar, Kenapa dan Mengapa ada kegiatan PGMB?Suatu anugerah yang tidak terkira, bumi yang kita pijak
mempunyai keanekaraganan hayati yang hidup berdampingan dan saling mengisi kehidupan. Alam yang indah menyimpan potensi kekayaannya untuk kehidupan, dan potensi bencana. Potensi bencana itu antara lain, gunung meletus, tanah longsor, banjir bandang, dll adalah beberapa contoh dari bencana alam yang dipicu oleh alam dan aktivitas manusia. Setiap daerah mempunyai nilai ambang batas tertentu tingkat kebencanaannya. Peristiwa tersebut akan terjadi berulang - ulang dengan tingkatan yang berbeda-beda tanpa dapat diketahui secara pasti dan tidak dapat diprediksi. Namun demikian, dengan sikap kesiapsiagaan yang serius, upaya antisipasi yang menyeluruh secara tepat dengan menempatkan komunitas masyarakat daerah rawan bencana sebagai subyek mitigasi bencana melalui sinergi dengan berbagai pihak, diharapkan kerentanan terhadap ancaman bencana yang melekat pada komunitas masyarakat daerah rawan bencana dapat direduksi semaksimal mungkin sehingga risiko-risiko bencana yang terjadi dapat diminimalkan.
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Bumi, dengan segala aspeknya berikut juga isinya. Ilmu tersebut mencakup dan mempelajari tentang gerakan tanah, air tanah, mekanisme banjir bandang dan longsor, kegunungapian, batuan-batuan dan prosesnya serta semuanya yang berhubungan dangan alam yang kita ini. Pengetahuan dasar geologi dan mitigasi bencana menjadi penting didalam kehidupan dewasa ini. Dengan pengetahuan tersebut kita akan lebih mengenali alam dan potensi bahayanya. Kenalilah bahaya dan bencana itu dengan mempelajari, mencintai dan merawat alam beserta isinya.
Atas dasar hal hal yang diuraikan diatas kami atas nama panitia gabungan dari AMC (Adventurers & Mountain Climbers), Geofisika Universitas Brawijaya dan MSR (Malang Selatan Rescue) menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Geologi dan Mitigasi Bencana untuk Pecinta Alam dan Akademisi untuk membina Pecinta Alam, akademisi, SAR dan masyararakat dengan pembekalan ilmu dasar geologi dan mitigasi bencana. Semoga dari Pelatihan Geologi dan Mitigasi Bencana untuk Pecinta Alam dan Akademisi ini dapat membuat Pecinta Alam, akademisi, SAR dan masyarakat lebih peduli lagi akan pentingnya Mitigasi di daerah rawan bencana.
TujuanTujuan dari kegiatan Pelatihan Geologi dan Mitigasi
Bencana untuk Pecinta Alam dan Akademisi untuk menambah wawasan bagi para penggiat aktivitas di alam bebas (para Pecinta Alam dan Pendaki Gunung), akademisi, SAR dan masyarakat tentang aspek geologi yang berkaitan dengan kebencanaan di Jawa Timur pada umumnya dan Malang pada khususnya dan pengenalan mitigasinya.
PELATIHAN GEOLOGI PRAKTIS DAN MITIGASI BENCANA
Tomo (A-230)
Tempat, tanggal, pemateri dan pesertaKegiatan ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Sabtu – Minggu / 15 – 16 Desember 2012T e m p a t : Lapangan Desa Tamansari Kecamatan
Ampel Gading Kabupaten MalangPemateri :
1. Adhi S. (MSR) dengan tema SAR dan Tanggap Darurat Bencana
2. Dr. Ir. Amein Widodo (Institut Teknologi Sepuluh November) dengan tema Gerakan Tanah, Longsor, Banjir, Air Tanah
3. Andi Krisyunianto – GDA/Geologist dengan tema Pengenalan Geologi Gunungapi
4. Purnama Ary S. (Geologist GDA Consulting) dengan tema Manajemen Resiko Bencana Berbasis Komunitas
5. Sukir Maryanto, PhD. (Volkanologi Universitas Brawijaya) dengan tema Kegunungapian di Jawa Timur (aspek sains dan kebencanaan)
6. Warto Utomo (Adventurers & Mountain Climbers – Malang) dengan tema Peranan Pecinta Alam dalam Mitigasi Bencana
Kegiatan ini dihadiri oleh 77 orang, meliputi 72 orang peserta dan panitia terdiri dari 6 organisasi pecinta alam, mahasiswa Geofisika Universitas Brawijaya, MSR dan AMC serta undangan dari desa setempat, dan 5 pemateri.
Ucapan TerimaksihUcapan terimakasih kami sampaikan kepada semua
panitia gabungan (AMC, Geofisika UB dan Malang Selatan Rescue), kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa Tamansari Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang, kepada seluruh peserta kegiatan, juga kepada Bapak Andang Bachtiar (Yayang A-073) melalui PT. Geosain Delta Andalan, PT. Exploration Think Tank Indonesia, dan PT. Paleopetro yang telah membantu dalam kegiatan ini.
Semoga kedepannya masih bisa terlaksana kegiatan serupa dengan melibatkan lebih banyak anggota AMC didalamnya.
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Kolom Ketua UmumMitigasi Bencana
15AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Mendirikan Tenda Komando
Lokasi 2: Foto bersama di lokasi 2, tampak belakang singkapan
batuan dari endapan material vulkanik
Lokasi 3: Penjelasan tentang mekanisme gerakan tanah, tanah longsor,
banjir bandang, dan air tanah. Intinya apa yang bisa kita lakukan selaku
penggemar kegiatan alam bebas, yaitu mulai dari diri sendiri untuk
membiasakan membuang sampah pada tempatnya, dan mensosialisasikan
ke masyarakat luas sebagai contoh kecil untuk mencegah banjir.
Lokasi 2: Penjelasan tentang material gunungapi (piroklastik dan epiklastik),
sedimen gunungapi, aspek kebencanaan.
Bung Tomo sedang menyampaikan materi tentang
peranan pecinta alam dalam mitigasi bencana
Lokasi 1: Menjelaskan tentang morfologi Gunung Semeru,
aspek kebencanaan (penjelasan daerah rawan bencana Semeru),
dan apa yang bisa dilakukan oleh Pecinta Alam/Akademisi
untuk ambil bagian dalam mitigasi.
Kolom Ketua UmumIPTEK
16
Abtract Outdoor activist organization is originally active in the
nature, by conducting activities such as climbing, caving, mountaineering etc. In many ways, the organization also has played a big role to preserve nature. Outdoor activist are expected to give real contributions to the country, such as providing map, organizing disaster information and mitigation before and after disaster. The objective of the organization is coordinating outdoor activist, to carry out mitigation effectively and efficiently, explain eruption to the villagers, to awake the villagers that we live amongst disaster potentials.
The activities are carried out by coordinating outdoor activist, geologists, geophysicists, and university. The study area is about 8 – 10 kilometers radius from Jonggring Seloko crater of Semeru Mount. Total two villages were mapped ei; Mulyoasri and Tamansari villages.
The scope of the activity were trekking along road in the study area. During the trekking, the members of the team carried out data acquisition through visual observation, interviewing the villagers, taking pictures, collecting data of the eruption history, observing infrastructures, population, and livestock the villagers. The result of mitigation will be socialization to villagers, and government. And this event will continue in other villages which are around Semeru Mount. It is expected, that by conducting such activities, outdoor activist can promote movement of disaster awareness.
Location Map of the Study Area
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
MITIGATION AND HAZARD RESPONSE OF SEMERU DISASTERAndang Bachtiar,Warto Utomo, & Aulia Kharisma
SariKegiatan rutin yang dilakukan pecinta alam adalah semua
yang berhubungan dengan alam, yang meliputi panjat, susur gua, pendakian dll. Pecinta alam diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kehidupan dan bangsa, menyediakan peta pendakian dan jelajah, mengkoordinir segala informasi bencana dan mitigasi sebelum dan setelah bencana. Tujuannya adalah untuk mengajak pecinta alam yang lain untuk melaksanakan kegiatan mitigasi secara efektif dan efisien, menjelaskan bahaya letusan gunung berapi ke masyarakat, untuk menyadarkan penduduk desa bahwa kita hidup di daerah yang berpotensi bencana.
Kegiatan ini dilakukan dengan berkoordinasi dengan pecinta alam, ahli geologi, ahli geofisika dan universitas. Daerah telitian adalah pemukiman yang berada disekitar radius 8-10 kilometer dari kawah Jonggring Seloko Gunung Semeru. Dua desa telitian ini yaitu Desa Tamansantrian dan Tamansari.
Cakupan dari kegiatan ini adalah trekking disepanjang jalan di daerah telitian. Selama trekking tim melakukan pengambilan data melalui pengamatan visual, wawancara dengan penduduk, mengambil gambar / foto, mengumpulkan informasi sejarah letusan, mengamati infrastruktur, jumlah penduduk, kepemilikan ternak penduduk. Hasil dari kegiatan ini akan disosialisasikan ke desa-desa tersebut dan pemerintah
Semeru Situation Viewed from the Tamansari Village, Red Polygon Shows Lava of Semeru Activity
17
MethodThe aims of the study are:
1. To be a pioneer in organizing efforts of natural disasters mitigation
2. To log collecting infrastructure, access, public faclities, and population data
3. To be a reference for the community and government regarding Semeru mitigation
4. To promote movement of disaster awareness
The methods used in this research consist of three things: acquisition, analysis, and data synthesis. The acquisition includes visual observation, interviews, and marking with GPS tracking, and pictures taking. Analysis and synthesis of data include sorting information on the interview, such as public facilities, access, GPS data, and captured images. Data are grouped into demographic aspects, accessibility, and mitigation aspects. Last but not least, all data is to be published to the community.
Aspects of Population and AccessThe village is home to 7669 people, mostly live as farmers
and ranch workers. Table 1 presented rural population based on age level.
The overall condition of the road has a width of 2.5 meters which is composed of asphalt, but some are still in the form of stone roads without asphalt. The quality range of the roads in the village is good to bad/damaged. Damage of some roads are due to the trucks activity in the Semeru Mount. The road access can be reached by car (2 WD and 4 WD), motorcycles, and trucks. Because of the minimal width and the damages of several roads, intersections of 4-wheel vehicles are impracticable.
Result and Discussion
Mitigation aspectIt needs to be point out that the study area is on the slopes
of Semeru Mount. The existence of volcanic activity gives fortune on some residents in the form of sand mining. The river is a mining site which is a product of the cold lava Semeru that occurs every year. On the other hand, along with the increasing activity of Semeru at any time, disaster will emerge.
Availability of public facilities is an absolute requirement for when dangerous/hazardous things happen along with Semeru volcanic activity. Public facilities include availability of public health facilities, sanitation and water supply, muster point, and the service of society. Places such as football field and fields in schools, village offices, and place of worships are examples of adequate areas for alternative muster points.
Number of village in the study area based on age
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
a) The situation of the road connecting the villages Tamansari and Mulyoasri, b) Rocky road connecting two villages, c) The situation of the bridge, road were eroded due to erosion of the river
IPTEK
18
In addition to access and public facilities aspects, medical personnel aspect becomes of great importance. In the study area, medical personnel are very minimal. Table 2 shows the availability of medical personnel in the study area.
Activity of Semeru Mount in the Tamansari Village tends to be safe. According to information from village officials, the effect of Semeru Mount activity in the form of volcanic ashes after the 2006 eruption tends to decline. Eruptions that usually occur every morning observed from Tamansari Village also decline.
These data have not yet reached perfection required. However, at least it is able to provide maximum benefit to society in the form of information of area with disasters vulnerabilty around the foot of southern Semeru Mount, especially the Tamansari and Mulyoasri Villages. Such information will provide additional insight to the local society so that they will be aware of and effectively responsive to the potential of disaster in these areas.
Socialization and Mitigation Disaster Training To deliver what has been gained from this research,
socialization and disaster training has been conducted. Natural disaster mitigation seminar presented several experts, local governments, and academics. Participants included ESDM Jatim, Tagana Malang, Batu and Lumajang, BMKG Tretes, Resque Malang, and Malang outdoor adventurers.
Mitigation training aimed at educating the younger generation of the disaster awareness movement. Participants including Malang outdoor adventurers and student.
Conclusion1. After carrying out mapping of disaster prone regions in South
Semeru through this study, we were able to socialize and implement mitigation to the community, academic, and government experts.
2. Outdoor adventurers can promote and carry out disaster awareness movement.
Recommendation1. Periodically data recollecting to ensure better validation and
accuration.2. Detailed data collecting on areas indicating lava flows, lava,
and hot clouds trajectory.3. Continuous public announcement or socialization by
involving i.e.: Masyarakat Peduli Bencana, Kesbanglinmas, experts, police officers, rescuers, Indonesian Red Cross, and outdoor adventurers on disasters to establish society with natural disaster awareness.
ReferenceBadan Koordinasi Penanggungan Bencana, 2007, Letusan
Gunungapi, http://www. bakornaspb.go.id/new/id
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
a) b) are an alternative for muster point places. Football field and, elementary school yard
a) Briefing by Mr. Andang Bachtiar before field acquisition, b) Mitigation training,c) Socialization involving the local society, academics, and local government.
IPTEK
19AMC - Ilalang Edisi 2/2012
a) b) are an alternative for muster point places. Football field and, elementary school yard
Map
of
the
dis
aste
r p
ron
e ar
eas
of
the
Tam
ansa
ri a
nd
Mu
lyo
asri
vill
ages
, th
e st
ud
y ar
ea is
loca
ted
in t
he
rad
ius
of
8-1
0 k
m f
rom
th
e cr
ater
an
d it
was
a d
isas
ter
reg
ion
al II
(pu
rple
co
lor)
, th
e ar
row
s in
dic
ated
th
e d
irec
tio
n t
ow
ard
th
e si
mu
lati
on
to
th
e m
ust
er p
oin
ts (m
od
ifie
d B
NP
B 2
00
7).
IPTEK
Kolom Ketua UmumIPTEK
20AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Semeru Death Zone - Blank 75Djoko Haryono (A-008)
Blank 75 adalah sebutan dari kawasan berbahaya (Death
Zone/Jalur Tengkorak) pada pendakian Gunung Semeru.
Dimana jalur tersebut dapat menyebabkan pendaki tersesat,
mengalami kecelakaan, terperosok ke jurang, tanah yang
diinjaknya longsor, dis-orientasi tanpa tahu arah mana terbaik
untuk ditempuh, kehabisan air, kehabisan bekal atau
kepayahan dsb. Sebetulnya ada jalur lain yang juga berbahaya
yaitu jalur pendakian dari arah Selatan Semeru. Dimana jalur
tersebut merupakan jalur aliran lahar dan lahar dingin Semeru.
Namun karena Jalur Selatan sangat jarang didaki maka fokus
sebutan berbahaya dipakai pada area Blank 75. Berikut ini
adalah sedikit informasi tentang Blank 75.
1. Blank 75 sebenarnya tidak menunjukkan pada 1 titik
koordinat tertentu, melainkan istilah Blank 75 itu
dipakai untuk menyebut suatu area berbahaya yang
cukup luas atau panjang, yang memiliki jurang-jurang
dengan berbagai kontur / ketinggian yang semuanya
berbahaya. Bagian jurang atau tebing, ketinggiannya
mencapai sekitar 75 meter sehingga muncul istilah
Blank 75. Bukan hanya dititik itu saja melainkan di
titik-titik lain sekitar Blank 75.
2. Blank 75 sebenarnya bukan jalur pendakian
melainkan jalur aliran lahar.
3. Blank 75 itu areanya berada pada jalur antara
Arcopodo atau Cemoro Tunggal kearah Desa
Pasrujambe, Kabupaten Lumajang.
4. Cemoro Tunggal lokasinya disekitar koordinat 49L
711603 mE 9104263 mS
5. Desa Pasrujambe lokasinya disekitar koordinat 49L
720174 mE 9105136 mS
CARA YANG AMAN MENURUNI GUNUNG SEMERU
Blank 75 merupakan seluruh area saat kita pulang yaitu
antara lereng pasir Mahameru (Cemoro Tumbang/Cemoro
Tunggal, Arcopodo dan sekitarnya) sampai ke Kalimati atau
area vegetasi, semuanya harus diwaspadai karena penuh
dengan jalur jebakan yang membuat pendaki rawan
mengalami dis-orientasi. Ini dikarenakan selama kita turun,
track-nya berbelak-belok, terkadang kita tidak sadar bahwa
kita sudah mengambil arah yang salah karena ada banyak
persimpangan. Dari Arcopodo kembali ke Kalimati itu sangat
membutuhkan kecermatan.
Hanya mereka yang sudah hafal dikepalanya (sudah cukup
sering melewati jalur tersebut) atau punya sense mengenai
saat yang tepat harus mulai berbelok ke kiri arah Kalimati.
Kalau terlewat, mereka akhirnya akan terbawa pelan- pelan
semakin tersesat terlalu kekanan yang cenderung ke arah
Lumajang.
Untuk Tim AMC yang sudah sering latihan Kompas & Peta.
Hal tersebut dapat diterapkan waktu berangkat setelah
melewati Ranu Kumbolo, ketika kita berada ditempat terbuka
(padang rumput/oro-oro) dimana kita masih bisa melihat
puncak dengan sangat jelas, disekitar Kalimati (sebelum mulai
memasuki area pepohonan), kemudian ukur bearing/azimuth
cemoro tunggal atau lereng pasir sedikit diatasnya. Kemudian
waktu pulang memakai patokan kompas menggunakan sudut
wayback /kebalikannya. Dilokasi petualangan manapun, jika
sudut berangkatnya lebih dari 180 derajat maka wayback-nya
tinggal dikurangi 180 derajat. Kalau sudut berangkatnya
kurang dari 180 derajat maka pulangnya tinggal ditambahi 180
derajat. Akan makin akurat lagi jika kita mengambil sampling
arah kompas berangkat/naik tersebut (antara Kalimati -
Cemoro Tumbang atau sedikit diatasnya) beberapa kali dan
dicatat. Kemudian wayback-nya tinggal dibalik dengan cara
yang sama berselisih 180 derajat.
Ilustrasi area Blank 75 yang dilihat dari google map(google.com)
Kolom Ketua UmumIPTEK
21AMC - Ilalang Edisi 2/2012
TEKNIK MENCARI PENDAKI YANG TERSESAT BERJALAN
KEARAH BLANK 75.
(Kearah hutan Tawon Songo, Desa Pasrujambe, Kecamatan
Pasrujambe, Kabupaten Lumajang)
Teknik SAR yang paling layak untuk dipakai mencari
pendaki yang hilang dikawasan ini yaitu dengan teknik
menjemput survivor, dimana lebih cepat, efisien dan lebih
menghemat tenaga. Bukan dengan teknik mengikuti route
yang telah dilalui pendaki tersebut teknik mengejar survivor.
Jadi diusahakan untuk tidak memberatkan tim SAR yang start
dari arah Ranupane (kecuali kalau tujuannya mencari disekitar
Kalimati dsb). Tim SAR start dari Desa Pasrujambe, Lumajang,
dengan menggunakan route ini, maka akan lebih dekat,
menghemat waktu dan energi tim SAR mencapai kawasan
Blank 75.
Jika menggunakan GPS, yaitu dengan meng-ON kan
TRACK pada GPS (Mulai Kalimati atau Ranupane sampai
kepuncak). Pulangnya mengikuti track baliknya (TRACK BACK)
dari puncak sampai Kalimati/Ranupane. Hati-Hati jika
meggunakan eTrex karena dibawah canopy pepohonan yang
lebat, kurang sensitif. Dan perlu reorientasi ditempat-tempat
dimana signal satelit cukup bagus. Jika menggunakan 76 CSx
sudah tidak diragukan lagi mengenai keakuratan dan
kesensitifan dalam mengeplot sebuah titik-titik koordinatnya.
Meskipun menggunakan GPS, jangan lupa tetap
menggunakan kompas dan peta.
PINTU MASUK UNTUK TERSESAT DI BLANK 75
1. Plotkan dipeta kita Titik ke 1 dari pintu Masuk kearah
Blank 75, pada koordinat 49L 712918 mE 9105142 mS.
2. Kemudian Titik ke 2 pada koordinat 49L 713621 mE
9103777 mS.
3. Tarik garis yang menghubungkan kedua kordinat
tersebut. Garis inilah yang disebut sebagai garis pintu
masuk ke arah Blank 75. Jangan sampai kita pergi
kearah memotong garis ini, sebab kalau kita
melewati garis tersebut maka kita sedang tersesat
memasuki area Blank 75 !!!
Area Blank 75 di Gunung Semeru yang ditandai dengan garis-garis merah yang membentuk persegi panjang
Salah satu titik yang berada di Area Blank 75(Djoko Haryono)
22
Semakin hari peminat untuk mendaki gunung sepertinya
semakin meningkat. Keinginan untuk melihat keindahan alam
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memang menjadi primadona di
negara ini. Seperti yang kita tahu banyak sekali gunung-
gunung yang ada di seluruh kepulauan indonesia. Dan
mayoritas semuanya menawarkan berbagai keindahan alam
yang mempesona.
Namun jika para pendaki tidak terlalu memahami tentang
bagaimana menjaga alam, efeknya akan berdampak negatif
pada kondisi gunung yang disinggahi. Untuk itu penting sekali
untuk memahami dan mempraktekkan bagaimana
meminimalkan dampak pada alam saat mendaki gunung.
Apalagi kita wajib menjaga alam ini supaya generasi
berikutnya masih bisa menikmati keindahan alam yang masih
terjaga. Berikut ini beberapa langkah-langkahnya :
Saat Pendakian
# Hindari melakukan pendakian dalam jumlah kelompok
yang besar, karena dampak negatif yang ditimbulkan
pada lokasi pegunungan yang dikunjungi akan sangat
besar dibanding dengan kelompok kecil.
# Hindari mendaki gunung-gunung yang populer selama
musim ramai pendakian (long weekend).
# Berjalanlah pada jalur yang ditetapkan, dan hindari
potong kompas atau membuat jalur baru. Efeknya
adalah jalur baru tersebut akan membingungkan
pendaki lain saat mendaki.
# Hindari menginjak tumbuhan yang tumbuh di pinggir
jalan setapak. Berjalanlah di jalur jalan setapaknya
(diatas tanah, batu, kerikil ataupun pasir).
Lokasi Camp
# Tenda sebaiknya didirikan pada tempat yang telah
ditentukan. Hindari membuka lahan baru apalagi
sampai menebang pohon dan semak belukar.
# Lokasi tenda yang ideal adalah yang ditemukan bukan
yang dibuat.
Memasak
# Gunakan kompor untuk memasak makanan.
Penggunaan kompor ini akan menghindarkan dampak
kebakaran pada lingkungan. Selain itu dengan
memakai kompor masak juga lebih cepat dibanding
kayu bakar (api unggun).
# Packing bahan makanan dengan wadah yang dapat
dipakai ulang. Contoh : di-packing dengan plastik
kresek. Setelah kosong plastik tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai tempat sampah, sehingga
sampah tidak tercecer di area camp ground.
Api Unggun
# Jika diperbolehkan membuat api unggun di suatu area
camp ground, buatlah diatas tanah dan hindari diatas
rumput.
# Buatlah api unggun yang secukupnya saja, hindari api
unggun yang besar. Kayu-kayu dan ranting yang
digunakan juga ambil yang ditemukan ditanah. Jangan
menebang pohon yang masih hidup untuk di jadikan
kayu bakar.
# Setelah selesai pastikan api unggun benar-benar mati
sebelum ditinggal tidur atau beraktifitas lainnya.
Pastikan juga kondisi area api unggun kembali seperti
semula, jangan meninggalkan sampah ataupun kayu-
kayu yang masih belum terbakar mengotori area camp
ground.
Kebersihan dan Sanitasi
# Tenda sebaiknya didirikan minimal sekitar 60 meter
dari danau, sungai atau sumber air. Ini untuk
menghindari pencemaran air, baik secara sengaja
ataupun tidak sengaja pada sumber-sumber air
tersebut.
# Jika ingin buang air besar, galilah lubang terlebih dahulu
sekitar 6-8 inchi. Jarak antara tempat buang air besar
dengan sumber air setidaknya 200 meter atau lebih.
Setelah selesai timbun kembali lubang dengan benar
dan padat supaya tidak dibongkar oleh binatang.
# Selalu periksa kembali sampah ataupun barang-barang
bawaan sebelum meninggalkan area camp ground.
Jangan sampai meninggalkan sampah sedikit apapun.
Pastikan kondisi camp ground kembali seperti semula
sebelum anda mendirikan tenda.
Berikut beberapa cara-cara yang dapat dilakukan untuk
lebih menghargai dan menjaga kelestarian alam. Semoga
bermanfaat, “Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak,
jangan mengambil apapun kecuali gambar dan jangan
membunuh apapun kecuali waktu”.
Mendaki Gunung Tanpa Merusak AlamAridy Prasetya (A-266)
Istanbul (Turki)
Ditulis dari Prinsip Leave No Trace (Mountmag)
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Tips
DILARANG!!
23
Kaki mempunyai sistem yang sangat kompleks pada
jaringan tubuh, dikarenakan dapat menjadi fleksibel dan di lain
sisi dapat menjadi keras. Kaki mempunyai beberapa bagian
seperti sendi maupun otot. Secara umum Sendi merupakan
tempat pertemuan antara dua buah tulang. Terdapat
bermacam macam sendi apabila dilihat dari cara bergeraknya
yakni sendi geser, sendi peluru dan sendi engsel. Selain sendi
terdapat juga otot yang hampir menopang seluruh pergerakan
tulang. Beberapa bagian tubuh dapat digerakkan melalui
kontraksi (mengerut) dan relaksasi (melemas). Sebagai
seorang pendaki maupun penggiat pada olahraga alam bebas,
kaki merupakan salah satu modal utama untuk melakukan hal
tersebut. Berjalan sejauh beberapa kilometer dalam hitungan
menit, jam bahkan hari dengan membawa beban, tentunya
perlu dilakukan perhatian khusus pada sektor bagian tubuh
bawah yang satu ini.
Tulisan ini akan menyinggung secara praktis kiat memilih
sepatu, material apa yang digunakan dan yang terakhir
mengenai model maupun mereknya. Mindset yang pertama
yang perlu dibangun yakni selain sepatu boot sementara tidak
ada model sepatu yang lain yang dapat melindungi kaki secara
optimum.
Tujuan utama sepatu adalah melindungi kaki anda dari
cedera dan memar. Caranya dengan membuat traksi yang
bagus pada lintasan yang licin, curam maupun basah.
Perlindungan yang diberikan sepatu, dimulai dari tapak atau
sol itu sendiri. Bagian ini haruslah mempunyai ketebalan yang
cukup untuk menahan permukaan batu/keras yang kita injak
namun juga harus cukup fleksibel pada saat kaki kita bergerak.
Tapak sepatu haruslah dirancang tahan terhadap permukaan
yang dingin, sedingin salju, panas sepanas gurun pasir maupun
pada saat menginjak batu yang terjemur sinar matahari dalam
waktu lama. Menjaga kaki untuk tetap kering bukanlah tujuan
utama sepatu. Bahan kulit umumnya tahan air, namun boot
dengan lapisan membran yang breathable layak
dipertimbangkan. Sepatu berbahan plastik biasanya tahan air,
namun kadang kala hal tersebut membuat kaki terasa gerah
dan berkeringat, kecuali pada kondisi salju.
Beberapa waktu yang lalu sepatu boot dengan kulit luar
dalam, besi pada beberapa sudut permukaannya termasuk
kategori heavy footwear, untuk ukuran sepatu 41, keduanya
berbobot kurang lebih 2 kg. Untuk jarak dekat yang hanya
belasan sampai ratusan meter hal tersebut tidak menjadi
masalah, namun untuk perjalanan yang cukup jauh, sampai
belasan kilometer, sepatu jenis tersebut tidak supportive dan
tidak bertahan lama. Namun pada tahun 1980 an, sejak
ditemukannya sintetik, sepatu lari (running shoes) merevolusi
sepatu hiking.
Menggunakan sepatu dengan bobot yang ringan dapat
mengurangi tingkat kelelahan kita. Secara kasar dapat
dihitung bahwa setiap satu pon pada kaki sama dengan 5 pon
pada punggung anda. Apabila perhitungan tersebut benar
maka menggunakan 2 sampai 4 pon sepatu boot sama dengan
memindahkan 10 pon dari punggung anda. Menggunakan
boot dengan berat kisaran tersebut membuat kaki terasa
pegal setelah berjalan beberapa kilometer dan akhirnya
membuat pejalan memutuskan untuk berhenti.
Sepatu mempunyai bermacam-macam model dan
konstruksi, serta dibuatnya dengan berbagai jenis material.
Berdasarkan kegunaannya terdapat beberapa jenis :
Running and Trail Shoes
Sepatu jenis ini didesain untuk lari dan olahraga outdoor
namun dengan bobot yang ideal untuk digunakan. Umumnya
sepatu jenis ini menggunakan kulit sintetik pada bagian
atasnya dengan lubang untuk sirkulasi udara.
Alas Kaki Sebagai Modal PendakiRiky Hendrawan (A-243)
Istanbul (Turki)
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Tips
Ilustrasi Kaki saat bergerak, dimana terdapat perbedaan ukuran
sepatu dengan bobot yang cukup ringan, tidak memberatkan kaki kita menggunakan dalam jangka waktu lama.
24
Sepatu jenis ini tidak cukup menghangatkan kaki,
sehingga tidak direkomendasikan untuk salju maupun cuaca
yang sangat dingin. Namun untuk kondisi cuaca yang cukup
bagus/hangat, sepatu jenis ini merupakan pilihan yang tepat.
Apalagi didukung dengan tapak yang cukup bagus. Umumnya
sepatu jenis ini mempunyai bobot sekitar 20 – 25 untuk setiap
pasangnya. Untuk memilih sepatu jenis ini, pilihlah
berdasarkan merek yang mempunyai reputasi yang bagus ;
eiger, northface, timberland dan lain lain.
Lightweight Boots
Ini merupakan salah satu kategori sepatu yang cukup
populer dan mempunyai nama yang cukup banyak, seperti
trekking, trail, off trail, long distance hiking dan lain sebagainya.
Sepertinya pihak produsen sepatu berharap bahwa anda
tertarik pada salah satu nama untuk sepatu tersebut, hingga
memutuskan untuk membelinya.
Umumnya sepatu ini berbobot 2 – 3 pon, dengan bagian yang
dapat dipasang crampon untuk penggunaan di salju. Dengan
bahan perpaduan kulit sintetik dengan kulit asli. Keuntungan
sepatu jenis ini adalah nyaman dan cukup ringan. Walaupun
tidak selalu tahan air, dikarenakan materialnya yang cukup
tipis.
Medium – Weight Boots
Sepatu jenis ini mempunyai bobot antara 3 sampai 4 pon,
cocok untuk digunakan di gunung maupun pada saat musim
dingin. Termasuk perpaduan antara ketahanan dan model
yang nyaman. Walaupun beberapa menggunakan satu jenis
kulit untuk kontruksinya, namun beberapa pabrikan mulai
menggunakan kombinasi antara bahan fabric dengan kulit.
Heavyweight Boots
Umumnya sepatu dengan kategori ini mempunyai berat
lebih dari 4 pon. Sangat berat untuk digunakan. Namun
apabila medan yang dilalui harus menggunakan crampon
dengan cukup lama dan harus berjalan dengan menendang di
salju, sepatu jenis ini sangat cocok untuk digunakan.
Jangan lupa, untuk sepatu yang akan digunakan mendaki
pilihlah satu nomor diatas yang anda gunakan sehari hari.
Biasakan untuk menggunakan sepatu baru anda, kurang lebih
1-2 bulan sebelum digunakan mendaki, hal tersebut agar
bagian dalam sepatu membentuk kontur sesuai dengan
bentuk telapak kaki anda. Semakin sering sepatu tersebut
digunakan, umumnya akan semakin terasa nyaman.
Referensi :
- Petunjuk Praktis Pertolongan Pertama, 1997. Gaya Favorit Press
- Townsend, C, 2005. The Backpacker Handbook - third edition, Ragged
Mountain Press
Istanbul (Turki)
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Tips
Contoh sepatu Running
25
Rasa-rasanya bagi pendaki gunung tidak akan asing dengan nama gunung Kinabalu puncak tertinggi di Pulau Kalimantan yang anggun dan gagah menjulang. Posisi Gunung Kinabalu terletak di Sabah, Malaysia, memiliki ketinggian 4,095 mdpl. Gunung Kinabalu terdiri atas 4 kawasan yaitu hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung ini merupakan lambang kebesaran penduduk yang tinggal di Sabah. Penduduk Sabah menganggap Gunung Kinabalu dapat memberikan semangat juang dan persatuan mereka. Gunung Kinabalu banyak menyimpan cerita dan kisah-kisah misteri. Menurut kepercayaan masyarakat Kadazan Sabah, Gunung Kinabalu merupakan tempat bersemedinya jiwa mereka setelah meninggal dunia. Terlepas dari benar atau tidak cerita tersebut, Kinabalu adalah anugerah pesona alam yang eksotis di dekat katulistiwa.
Sejarah pembentukan Gunung Kinabalu terbentuk dari tumbukan litosfera Laut China Selatan dan litosfera yang membentuk pulau kalimantan. Litosfera adalah bagian paling atas permukaan kerak bumi. Dalam tumbukan itu, litosfera Laut Cina Selatan semakin tenggelam ke bawah permukaan bumi dan memberi tekanan kepada litosfera yang membentuk kalimantan. Tekanan itu mendorong bongkahan Gunung Kinabalu yang terletak di bawah permukaan bumi naik ke atas permukaan bumi. Dorongan itu menyebabkan Gunung Kinabalu bertambah tingginya 5 mm/tahun dan hal ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Tinggi Gunung Kinabalu dulu diduga lebih tinggi dari tinggi yang sekarang yaitu antara lima kilometer (Jaman es). Tetapi kikisan yang terjadi selama jutaan tahun, menyebabkan tinggi Gunung Kinabalu hanya tinggal 4,094 meter kini. (Wikipedia).
Akses ke Kinabalu kini lebih mudah dengan dibukanya jalur penerbangan di Sabah. Musim pendakian Gunung Kinabalu pada bulan April sampai Agustus. Prosedur Perijinan untuk mendaki dapat dilakukan di Kantor Kinabalu Park (1.563 mdpl). Biasanya rute pendakian yang digunakan pendaki yaitu: Timpohon Gate (1866 m dpl), Timpohon Gate adalah tempat dimana seluruh pendaki memulai pendakian dan terhitung 0 KM dari 8.72 KM jarak yang akan ditempuh untuk sampai kepuncak. Pos berikutnya adalah laban rata (3262 mdpl) kemudian Gunting lagadan hut (3323 mdpl), Panar Laban Hut (3314 mdpl), dan Sayat Sayat Hut (3668 mdpl) kemudian puncak tertinggi Kinabalu (4095 mdpl).
Semoga tahun depan Bendera AMC segera berkibar di puncak tertinggi Borneo ini
Puncak Borneo Menunggu...KINABALU!!Suwondo (A-234)
Istanbul (Turki)
Puncak Gunung Kinabalu - Malaysia(cuti-cutimalaysia.com)
AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Info
Galeri
26AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Sunrise di Ranu Kumbolo Aridy Prasetya|
Perkampungan Tenda di Ranukumbolo Aridy Prasetya|
Galeri
27AMC - Ilalang Edisi 2/2012
Memandang Jauh dari Gunung Ceremai Aridy Prasetya|
Menembus Awan Gunung Slamet Aridy Prasetya|