SKRIPSI
MAHIRU ULLAMASYITOH
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
CEFOTAXIME PADA PASIEN DEMAM TIFOID
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
ii
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK CEFOTAXIME
PADA PASIEN DEMAM TIFOID
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program
Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2015
Oleh :
MAHIRU ULLAMASYITOH
201110410311127
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt
NIP UMM. 11406090449 NIP. 1195809111986011001
iii
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK CEFOTAXIME
PADA PASIEN DEMAM TIFOID
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
Pada tanggal 19 Agustus 2015
Oleh :
MAHIRU ULLAMASYITOH
201110410311127
Tim Penguji
Penguji I Penguji II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp. FRS Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt
NIP UMM. 11406090449 NIP. 1195809111986011001
Penguji III Penguji IV
Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS Ika Ratna Hidayati, S.Farm., Apt., M.Sc
NIP UMM. 11407040450 NIP UMM. 11209070480
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STUDI
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK CEFOTAXIME PADA PASIEN DEMAM
TIFOID (Penelitian Dilakukan di RSUD Sidoarjo)” ini dapat diselesaikan
dengan baik oleh penulis, untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Farmasi pada
Fakultas Ilmu Kesehatan, Progam Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah
Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep., Sp. Kom., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm,. Apt,. M.Sc. selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang. Terima kasih atas segala ilmu gdan
motivasi yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.
3. Bapak dr.Atok Irawan , Sp. P selaku Direktur RSUD Sidoarjo, Kepala Bidang
Rekam Medik beserta staf pegawai RSUD Sidoarjo yang banyak membantu
dalam proses pengambilan data skripsi.
4. Ibu Hidajah Rachmawati,S.Si.,Apt.,Sp.FRS sebagai Pembimbing I dan
Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt sebagai Pembimbing II yang dengan
tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu
maupun dorongan moral, memberi arahan-arahan terbaik kepada saya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Ibu Ika Ratna Hidayati, S.Farm., Apt., M.Sc dan ibu Dra. Lilik Yusetyani,
Apt.,Sp.FRS sebagai Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan
kritik yang membangun terhadap skripsi yang telah penulis selesaikan.
6. Ibu Dian Ermawati, M.Farm., Apt. sebagai Dosen Wali yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan nasehat selama mengikuti pendidikan di
Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
v
7. Dosen Program Studi Farmasi beserta seluruh staf pengajar Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah telah memberi
banyak ilmu kepada penulis.
8. Kedua orang tua tercinta, yang selalu memberikan semangat, dukungan,
kritik, serta mendo’akan anaknya siang dan malam dimanapun berada tanpa
diminta, agar anaknya sukses dunia dan akhirat.
9. Kakanda tercinta Lailiiyatus Syafah, S.Farm., Apt. sebagai orang yang telah
mendukung, memotivasi, tempat curhat tentang masalah kuliah serta bantuan
pendanaan kuliah penulis, dan juga kakanda M. Artabah Muchlisin, S.Farm.
yang telah dengan sabar mengajarkan penulis materi-materi kuliah,
menghibur dengan segala macam kejahilannya dan membantu dalam
menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman skripsi klinis Sulis, Lily, Dilla, Roura, Arin, Andin dan Khilmi.
Terimakasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat serta kerja
samanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Teman-teman Program Studi Farmasi UMM 2011 khususnya keluarga
Farmasi C 2011 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.
Terimakasih sudah menjadi keluarga terdekat selama saya menuntut ilmu,
melewati suka dan duka bersama.
12. Untuk orang-orang terdekat, sahabat serta saudara Rena, Shovi, Ira, Lala,
Ummu, Lidya terimakasih atas semangat, dukungan, dan bantuannya.
13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini.
Terimakasih banyak atas bantuan dan doanya.
Penulis sangat menyadari atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Oleh karena itu, harapan penulis semoga skripsi ini dapat membawa manfaat
bagi setiap orang yang membacanya dan membawa kontribusi yang berarti bagi
pengembangan ilmu pengetahuab di masa depan.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Malang, 19 Agustus 2015
Mahiru Ullamasyitoh
vi
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK CEFOTAXIME PADA
PASIEN DEMAM TIFOID
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang terjadi pada
sistem retikuloendotelial, kelenjar limfe saluran cerna, dan kandung empedu,
disebabkan terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi. Bakteri gram negatif
Salmonella typhi, termasuk golongan Enterobacteriaceae. Bakteri ini terutama
berada dalam air dan makanan yang tercemar. Keluhan dan gejala pasien pada
minggu pertama dapat berupa demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare
dan konstipasi. Pada pasien demam tifoid dapat ditemukan bibir kering, dan pecah-
pecah, permukaan lidah kotor, berwarna putih dan kekuningan disertai gangguan
pada saluran pencernaan berupa diare dan konstipasi. Diagnosis dini demam tifoid
sangat diperlukan agar pengobatan yang tepat dapat segera diberikan, sehingga
komplikasi dapat dihindari.
Penatalaksanaan pada demam tifoid yang masih sering digunakan adalah
istirahat, perawatan, diet, terapi penunjang, serta pemberian antibiotik. Antibiotik
yang dapat diberikan dalam terapi demam tifoid adalah cefotaxime. Cefotaxime
adalah satu-satunya sefalosporin generasi ketiga yang dimetabolisme menjadi
bentuk biologis aktif. Cefotaxime memiliki aktivitas antimikroba yang cukup baik,
penetrasi yang baik ke dalam jaringan ekstravaskular. Cefotaxime mendistribusikan
secara luas, dengan tingkat terapeutik dalam empedu, sekresi bronkial, cairan asites,
cairan serebrospinal, dan aqueous humor mata.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik
cefotaxime pada pasien demam tifoid di RSUD Sidoarjo, dan untuk mengetahui
pola penggunaan antibiotik cefotaxime meliputi kesesuaian dosis, cara penggunaan
dan aturan pemakaian.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan rancangan penelitian
dilakukan secara deskriptif retrospektif dengan mengolah data rekam medis
kesehatan (RMK) pada pasien demam tifoid yang dirawat selama periode 1 Juni
2014 sampai dengan 28 Februari 2015.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien demam tifoid lebih dominan
terjadi pada perempuan (62%) dibandingkan dengan laki-laki (38%). Pasien yang
menderita demam tifoid lebih banyak terjadi pada pasien dengan usia 1-15 tahun
yaitu 33%. Gastritis akut adalah komplikasi yang paling banyak terjadi pada pasien
yaitu 32%. Terapi selain antibiotik cefotaxime sebanyak 26% yaitu antasida. Lama
penggunaan cefotaxime yaitu satu hari (33%). 76% pasien demam tifoid
mendapatkan perawatan selama 4-6 hari. Dan pada keadaan KRS pasien lebih
banyak dalam keadaan sembuh (57%).
Penggunaan antibiotik cefotaxime lebih banyak diberikan dalam bentuk
tunggal (96%) (3x1gram) IV dari pada bentuk kombinasi antibiotik yang hanya
ditemukan pada 1 pasien (4%), yaitu kombinasi cefotaxime (3x1gram) IV dengan
kloksasilin (3x1gram) IV dan 13 pasien mendapat lebih dari satu antibiotik, yaitu
paling banyak cefotaxime (3x1 gram) IV switch dengan ceftriaxone (2x1gram) IV
(36%).
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGUJIAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
RINGKASAN .................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DARTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Pengertian Demam Tifoid . ……………………………………………4
2.2 Epidemiologi Demam Tifoid …………………………………………4
2.3 Etiologi Demam Tifoid . ………………………………………………5
2.4 Patogenesis Demam Tifoid ................................................................ 7
2.5 Patofisiologi Demam Tifoid ............................................................... 8
2.6 Manifestasi Klinis Demam Tifoid .... …………………………………9
2.7 Diagnosis Demam Tifoid ................................................................. 11
2.7.1 Pemeriksaan Fisik dan Klinis................................................ 11
2.7.2 Pemeriksaan Laboratorium ................................................... 13
2.7.2.1. Gambaran Darah Tepi .............................................. 13
2.7.2.2. Serologi Widal ......................................................... 13
2.8 Faktor Resiko Demam Tifoid ........................................................... 14
viii
2.8.1 Air tercemar ......................................................................... 14
2.8.2 Kesehatan dan Kebersihan Makanan .................................... 15
2.8.3 Sanitasi................................................................................. 15
2.8.4 Kurangnya Edukasi Kesehatan ………………………………16
2.9 Komplikasi .. …………………………………………………………16
2.9.1 Tifoid toksik (tifoid enselopati) .. ……………………………16
2.9.2 Syok septik . …………………………………………………17
2.9.3 Perdarahan dan perforasi intestinal ………………………….17
2.9.4 Peritonitis ............................................................................. 18
2.9.5 Hepatitis tifosa ……………………………………………….18
2.9.6 Pankreatitis tifosa ................................................................. 18
2.9.7 Pneumonia ......................... …………………………………18
2.9.8 Komplikasi
lain .................. ………………………………………………18
2.10 Penatalaksanaan Demam Tifoid ..... ………………………………19
2.10.1 Non Farmakologi ...... ……………………………………….19
2.10.1.1. Tirah Baring .......................................................... 19
2.10.1.2. Cairan .................................................................... 20
2.10.1.3 Diet ........................................................................ 20
2.10.2 Farmakologi ........................................................................ 20
2.10.2.1. Antipiretik ............................................................. 20
2.10.2.2. Antiemetik ............................................................. 21
2.10.2.3. Antibiotik .............................................................. 21
2.10.2.3.1 Kloramfenikol ........................................ 24
2.10.2.3.2 Penisilin ................................................. 24
2.10.2.3.3 Kotrimoksazol ........................................ 25
2.10.2.3.4 Sefalosporin ........................................... 26
2.10.2.3.5 Kuinolon ................................................ 28
2.11 Tinjauan Tentang Antibiotika Cefotaxime ....................................... 29
2.11.1. Definisi Antibiotika Cefotaxime ........................................... 29
2.11.2. Mekanisme Kerja Antibiotika Cefotaxime ............................ 30
2.11.3. Indikasi Antibiotika Cefotaxime ........................................... 31
ix
2.11.4. Efek Samping Antibiotika Cefotaxime ................................. 31
2.11.5. Interaksi Obat Pada Antibiotika Cefotaxime ......................... 31
2.11.6. Farmakokinetika Antibiotika Cefotaxime ............................. 31
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL .......................................................... 32
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ………………………………………..32
3.2 Bagan Alir Kerangka
Konseptual................................. ……………………………………33
3.3 Kerangka Operasional . ………………………………………………34
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 35
4.1 Rancangan Penelitian ………………………………………………..35
4.2 Populasi dan Sampel . ………………………………………………..35
4.2.1 Populasi ………………………………………………………..35
4.2.2 Sampel ..……………………………………………………….35
4.2.3 Kriteria Data Inklusi . ………………………………………….35
4.2.4 Kriteria Data Eksklusi …………………………………………35
4.3 Bahan Penelitian ........................ ……………………………………35
4.4 Instrumen Penelitian …………………………………………………35
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian .………………………………………36
4.6 Definisi Operasional …………………………………………………36
4.7 Metode Pengumpulan Data . …………………………………………36
4.8 Analisis Data ..……………………………………………………….37
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 38
5.1 Data Demografi pasien .................................................................... 38
5.1.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 39
5.1.2 Demografi berdasarkan Usia ................................................... 39
5.1.3 Status Pasien ........................................................................... 39
5.2 Komplikasi Pada Pasien Demam Tifoid .......................................... 39
5.3 Penggunaan Cefotaxime Pada Pasien Demam Tifoid ....................... 40
5.3.1 Pola Penggunaan Cefotaxime Pada Pasien Demam Tifoid ..... 40
5.3.2 Terapi Antibiotika Cefotaxime Tunggal ................................. 40
5.3.3 Terapi Antibiotika Cefotaxime Kombinasi .............................. 40
5.3.4 Terapi Antibiotika Cefotaxime switch ..................................... 41
x
5.2 Terapi Selain Antibiotik Cefotaxime yang diberikan Pada Pasien
Demam Tifoid ................................................................................. 42
5.3 Lama Penggunaan Antibiotik Cefotaxime ........................................ 43
5.4 Lama Perawatan di Rumah Sakit ..................................................... 43
5.5 Kondisi Keluar Rumah Sakit............................................................ 43
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 44
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 59
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Gejala demam tifoid ................................................................................. 12
II.2 Antibiotik demam tifoid............................................................................ 22
II.3 Beberapa contoh antibiotik cefotaxime di Indonesia ................................. 30
V.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Demam Tifoid di RSUD
Sidoarjo ................................................................................................ 39
V.2 Usia Pasien Demam Tifoid di RSUD Sidoarjo ...................................... 39
V.3 Status Pasien Demam Tifoiddi RSUD Sidoarjo .................................... 39
V.4 Komplikasi pada pasien demam tifoid .................................................. 39
V.5 Profil Penggunaan Antibiotik Cefotaxime Pada Demam Tifoid di RSUD
Sidoarjo ................................................................................................ 40
V.6 Pola Penggunaan Antibiotika Cefotaxime Tunggal Pada Pasien Demam
Tifoid di RSUD Sidoarjo ...................................................................... 40
V.7 Pola Penggunaan Antibiotika Cefotaxime Kombinasi Dengan Antibiotika
Lain Pada Pasien Demam Tifoid di RSUD Sidoarjo .............................. 41
V.8 Pola Penggunaan Antibiotika Cefotaxime switch Pada Pasien Demam
Tifoid di RSUD Sidoarjo ...................................................................... 41
V.9 Terapi Selain Antibiotika Cefotaxime Pada Pasien Demam Tifoid di RSUD
Sidoarjo ................................................................................................ 42
V.10 Lama Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid di RSUD
Sidoarjo ................................................................................................ 43
V.11 Lama Perawatan di Rumah Sakit ........................................................... 43
V.12 Kondisi Keluar Rumah Sakit ................................................................. 43
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Bakteri Salmonella typhi ............................................................................. 6
2.2. Komplikasi demam tifoid .......................................................................... 19
2.3. Struktur dasar cefotaxime ......................................................................... 30
3.1. Kerangka konseptual ................................................................................. 33
3.2. Kerangka operasional................................................................................ 34
5.1 Skema Eksklusi dan Inklusi Penelitian Pada Pasien Demam Tifoid ........... 38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. 59
2. Surat Pernyataan Bebas Plagiasi .................................................................. 60
3. Surat Keterangan Kelayakan Etik ................................................................ 61
4. Daftar Nilai Normal Data Laboratorium ...................................................... 63
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Hb : Hemoglobin
IgG : Imunoglobulin G
IgM : Imunoglobulin M
IM : Intra Muskular
IV : Intra Vena
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
KemenKes : Kementerian Kesehatan
KepMenKes : Keputusan Menteri Kesehatan
KRS : Keluar Rumah Sakit
MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin
MCV : Mean Corpuscular Volume
MDR : Multidrug Resistent
MDRST : Multidrug Resistent Salmonella Thypi
MRS : Masuk Rumah Sakit
OMP : Outer Membrane Protein
RBC : Red Blood Cell
RisKesDas : Riset Kesehatan Dasar
RMK : Rekam Medik Kesehatan
RR : Respiratory Rate
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
TD : Tekanan Darah
xv
WBC : White Blood Cell
WHO : Word Health Organization
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, A.W. 2006. Penggunaan antibiotik pada terapi demam tifoid anak di
RSAB Harapan Kita. Sari pediatric, 8, 174-180.
Ahmed, E., et al. 2011. British National Formulary 61. BMJ Group and RPS
Publishing
Anonim 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid In: M. K. Indonesia.
Jakarta.
Anonim 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. In: D. K. R. Indonesia. Jakarta.
Anonim 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. In: K. K. R. Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Arydiana, F., & Sudra, R. I. 2015. Tinjauan Karakteristik Pasien Typhoid Fever Di
RSUD Kabupaten Karanganyar Tahun 2013. Rekam Medis, 9.
Butler, T. 2011. Treatment of typhoid fever in the 21st century: promises and
shortcomings. Clinical Microbiology and Infection, 17, 959-963.
Chiu, C. H., Su, L. H., & Chu, C. (2004). Salmonella enterica serotype
Choleraesuis: epidemiology, pathogenesis, clinical disease, and treatment.
Clinical Microbiology Reviews, 17(2), 311-322.
Cita, Y. P. 2011. Bakteri Salmonella Typhi Dan Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 6.
Darmawati, S. 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella typhi. Jurnal
Kesehatan, 2.
Harish, R., & Sharma, D. B., 1994. Cefotaxime in multi drug resistant typhoid fever.
Indian pediatrics, 31(2), 193-196.
Herawati, M.H. and Ghani, L. 2009. Hubungan faktor Determinan dengan Kejadian
Tifoid di Indonesia Tahun 2007. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 19.
Izhar, T. 1999. Novalgin in pain and fever. Journal-Pakistan Medical
Association, 49, 226-227.
Judith A. Aberg, MD. 2007. Drug Information Handbook A Comprehensive
Resouce For All Clinicians and Heathcare Professionals. Lexi-Comp
Inc.
xvii
Kalra, S., Naithani, N., Mehta, S. and Swamy, A. 2003. Current trends in the
management of typhoid fever. Medical Journal Armed Forces India, 59,
130-135.
Khan, A.M., Yousaf, M.N. and Mahmood, T. 2004. Current trends in the
management of typhoid fever. Gomal Journal of Medical Sciences, 2.
Kurniawati, M., Ikawati, Z., & Raharjo, B. 2012. The Evalution Of Metamizole Use
In Some Places Of Pharmacy Service In Cilacap County. Journal of
Management and Pharmacy Practice, 2(1), 50-55.
Lestari, W., et all. 2011. Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sistem
ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di Bangsal Penyakit Dalam RSUP
DR.M.Djamil Padang. Fakultas Farmasi Pascasarjana, Universitas
Andalas, Padang
Limpitikul, W., Henpraserttae, N., Saksawad, R. and Laoprasopwattana, K. 2014.
Typhoid Outbreak in Songkhla, Thailand 2009–2011: Clinical Outcomes,
Susceptibility Patterns, and Reliability of Serology Tests. PloS one, 9,
e111768.
Mariana, Y., Setabudy, R., Istiantoro, Y.H., Gan, V.H.S., Kunardi, l., Nafrialdi and
Gan, S. 1995. Antimikroba. Farmakologi dan Terapi. 4 ed. jakarta: fkui.
Martin, S. and Jung, R. 2005. Gastrointestinal Infections and Enterotoxigenic
Poisonings. In: J. T. DiPiro, R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G.
Wells & B. P. L. Michael Posey (eds.) Pharmacotherapy 6ed. Amerika:
McGraw-Hill.
Mayers, D. (2009). Antimicrobial Drug Resistance: Clinical and Epidemiological
Aspects (Vol. 2). Springer Science & Business Media.
Muliawan, S. Y., Moehario, L. H., & Sudarmono, P. 2000. Validitas pemeriksaan
uji aglutinin O dan H S. typhi dalam menegakkan diagnosis dini demam
tifoid. J. Kedokteran Trisakti, 19, 82-6.
Musnelina, L., Afdhal, A.F., Gani, A. and Andayani, P. 2004. Pola Pemberian
Antibiotika Pada Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit
Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. Makara kesehatan, 8, 27-31.
Neal, M.J. 2006. Obat Antibakteri, Jakarta, Erlangga.
Nelwan, R. 2012. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid, Jakarta, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM.
xviii
Ochiai, R. L., Acosta, C. J., Danovaro-Holliday, M., Baiqing, D., Bhattacharya, S.
K., Agtini, M. D., & Clemens, J. D. (2008). A study of typhoid fever in five
Asian countries: disease burden and implications for controls. Bulletin of
the World Health Organization, 86(4), 260-268.
Parry, C.M. 2006. Epidemiological and clinical aspects of human typhoid fever.
Salmonella infections: clinical, immunological and molecular aspects.
Pegues, D.A. and Miller, S.I. 2010. Salmonellosis. In: M. Dan L. Longo & M.
Anthony S. Fauci (eds.) Gastroenterology and Hepatology. 17 ed. china:
The McGraw-Hill.
Poeloengan, M., Komala, I. and Noor, S.M. 2014. Bahaya Salmonella terhadap
kesehatan. JITV, 19.
Pujiarto, P.S. 2011. Fever in Children. Journal of the Indonesian Medical
Association, 58.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat – Obat Penting, Antibiotik, Edisi V,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Rampengan, H. N. 2013. Antibiotik terapi demam tifoid tanpa komplikasi pada
anak. Sari Pediatri, 14(5), 271-276.
Rahman, B., Wasfy, M., Maksoud, M., Hanna, N., Dueger, E. and House, B. 2014.
Multi‐drug resistance and reduced susceptibility to ciprofloxacin among
Salmonella enterica serovar Typhi isolates from the Middle East and Central
Asia. New microbes and new infections, 2, 88-92.
Rismarini, Z. A., & Merdjani, A. 2001. Perbandingan Efektifitas Klinis antara
kloramfenikol dan Tiamfenikol dalam Pengobatan Demam Tifoid pada
Anak.
Santillan, R.M., Garcia, G.R., Benavente, I. and Garcia, E. Efficacy of Cefixime in
the Therapy of Typhoid Fever. Proceedings-Western Pharmacplogy
Society, 2000. [Western Pharmacology Society]; 1998, 65-66.
Santoso, H. 2009. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Kasus Demam
Tifoid Yang Dirawat Pada Bangsal Penyakit Dalam Di RSUP DR. Kariadi
Semarang Tahun 2008. Medical faculty.
Saraswati, N.A., Junaidi, A. and Ulfa, M. 2012. Karakteristik Tersangka Demam
Tifoid Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Periode Tahun 2010.
xix
Scholar, E. M., & Pratt, W. B., 2000. The antimicrobial drugs. Oxford University
Press.
Shetty, N., Tang, J. W., & Andrews, J. 2009. Infectious Disease: Pathogenesis,
Prevention and Case Studies. John Wiley & Sons. 133.
Sidabutar, S. and Satari, H.I. 2010. Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid pada
Anak: Kloramfenikol atau Seftriakson? Sari Pediatri, 11, 434-9.
Siwi, S.U., 2012. Analisis Penggunaan Antibiotik Pada Terapi Demam Tifoid
Pasien Rawat Inap Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Pada Tahun
2010 Dan 2011 Dengan Metode ATC/DDD.
Soekardjo, B., Hardjono, S., Sondakh, R.,_. Hubungan Struktur-Aktivitas Obat
Antibiotika. Dalam: Soekardjo, B., Siswandono., 2008. Kimia Medisinal,
Edisi ke-2. Surabaya: Pusat penerbitan dan Percetakan Unair, pp 112
Sopyan, I., Maulana, R. S., Rahayu, D., 2011. Validasi Metode Analisis Senyawa
Cefotaxime Dengan Standar Internal Cefadroxil Secara Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi. Sumedang: Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran
Southwick, F. S. 2008. Infectious Disease: A Clinical Short Course. McGraw-Hill
Osborne Media.
Sulistiati, P. T. 2013. Potensial Interaksi Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di
Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta Tahun 2011
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Suryatini and Dasril Daud. 2001. Perawatan Singkat Demam Tifoid Pada Anak.
Sari Pediatri, 3, 77-82.
Sweetman, S.C., et alI. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-
sixth edition. Pharmaceutical press 1291.
Tatro, D. S., 2003. A to Z Drug Facts. Facts & Comparisons, Electronic version
Tjipto, B.W., Kristiana, L. and Ristrini, R. 2009. Kajian Faktor Pengaruh Terhadap
Penyakit Demam Tifoid Pada Balita Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 12.
Wahyudin, E., & Saruddin, B. 2011. Pola Penggunaan Antibiotik pada
Gastroenteritis Berdampak Diare Akut Pasien ANak Rawat Inap di Badan
Layanan Umum Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Selama
Tahun 2009. MAJALAH FARMASI DAN FARMAKOLOGI, 15.
xx
Wardhani, Prihatini and Probohoesodo, M.Y. 2006. Kemampuan Uji Tabung Widal
Menggunakan Antigen Import dan Antigen Lokal. Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory, 12, 81-87.
WHO, W.H.O. 2003. Background document: the diagnosis, treatment and
prevention of typhoid fever.