draft laporan akhir r02_watsan
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
1/36
7‐19
Mandalika Resort
Adapun bentuk tipikal halte bus ditempatkan di daerah yang bukan tempat naik/turunnya penumpang, agar
didapatkan tingkat kenyamanan penumpang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 7.21
Tipikal
Halte
Bus
di
Kawasan
Sumber: Hasil Analisa, 2015
7.2. Drainase
Berdasarkan kondisi eksisting, lokasi wilayah kerja Mandalika Resort hanya dipengaruhi stasiun hujan Rembitan.
Faktor koreksi, adjusted rainfall factor (ARF = 0.963) dipakai untuk mentransformasikan hujan stasiun (hujan titik)
menjadi hujan kawasan Mandalika Resort (terdapat DAS Balak dan DAS Ngolang). Berdasarkan nilai ARF dan hujan
rerata tahunan di Stasiun Rembitan, maka hujan rata‐rata tahunan di Mandalika Resort adalah 1163 mm.
Tabel 7‐15 Nilai ARF Untuk Berbagai Luas DAS
Luas DAS (km2) 10 30 100 200
ARF 1.00 0.980 0.935 0.890
Sumber: Hasil Analisa, 2015
S. Ngolang 1 S. Ngolang 2
S. Balak
KPML
Ke
Awang
Sungai
Batas DAS
Jalan raya
Batas wilayah KPML
Garis
pantai
Legenda:
Stasiun Hujan
Rembitan DAS
Ngolang
1
:
15.8
km2
DAS
Ngolang
2
:
14.6
km2
DAS Balak : 25.8 km2
Total : 56.2 km2
Gambar 7.22 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Mandalika
Sumber: Hasil Analisa, 2015
Halte Bus
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
2/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
3/36
7‐21
Mandalika Resort
Gambar 7.23 Diagram Alir Konsep Drainase Kawasan
B. Opsi Teknologi
Aliran drainase yang melewati saluran samping jalan (side ditch) selain akan diserap oleh tanah juga
akan ditampung dalam kolam penampungan yang diharapkan dapat digunakan untuk kebutuhan
irigasi. Kolam penampungan harus dibuat sebaik mungkin dengan meminimalisir kehilangan air
akibat kebocoran, resapan dan uapan (evaporasi). Salah satu cara untuk menjaga ketersediaan air
pada kolam yaitu dengan pemasangan lapisan kedap air (Geomembran Impermiable Liner ) pada
sekeliling permukaan
kolam
penampungan
kemudian
yang
ditutupi
dengan
tanaman
di
sekitarnya.
Gambar 7.24 Aplikasi Geomembran Pada Retention Pond
Gambar 7.25 Aplikasi Geomembran Pada Retention Pond ‐ Golf course
Untuk menjaga kualitas luapan air (overflow ) yang berasal dari penampungan pada lagoon menuju
laut
diperlukan
pemasangan
pemisah
mekanis
(separator )
yang
mampu
mencegah
air
hujan
yang
bercampur dengan tanah dan partikel‐partikel kecil lainnya dapat mengalir langsung menuju laut,
sehingga pada ketinggian tertentu dari separator tersebut air hujan yang ditampung dapat
diendapkan terlebih dahulu. Salah satu jenis separator yang bisa diaplikasikan pada kolam
penampungan dan lagoon adalah rubber dam yang dapat menjaga tampungan air sampai elevasi
tertentu serta dapat memisahkan tercampurnya air laut pada kondisi pasang dengan air hasil
penampungan pada retention pond .
Gambar
7.26
Aplikasi Rubber
Dam
pada
Kolam
Penampungan
C. Proyeksi Kebutuhan lahan
Jenis dan tipe saluran yang bisa digunakan pada sistem jaringan drainase kawasan ini yang dapat
meresapkan dan mengumpulkan air hasil limpasan permukaan. Pada koridor jalan dengan lebar
ROW yang cukup besar, saluran terbuka dengan resapan dan sub drain dipilih sedangkan pada ROW
yang terbatas saluran tertutup ditempatkan di bawah pedestrian atau ruang terbuka hijau
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
4/36
7‐22
Draft laporan Akhir
Gambar 7.27 Tipikal Saluran Terbuka Dengan Resapan
Gambar 7.28 Tipikal Saluran Tertutup Dengan Resapan
D. Culvert
Jaringan drainase dari luar dan dalam kawasan yang melitasi jaringan jalan akan dialirkan melalui
gorong‐gorong (culvert). Komposisi gorong‐gorong terdiri dari : kanal utama (kotak/pipa), tembok
kepala (headwall), dinding sayap (headwall) serta apron (lantai dasar) yang dibuat pada tempat
masuk untuk
mencegah
terjadinya
erosi
dan
dapat
berfungsi
sebagai
dinding
penyekat
lumpur.
Penempatan Gorong‐gorong dan penentuan jumlahnya memperhatikan fungsi dan medan
setempat. Agar dapat berfungsi dengan baik, maka gorong‐gorong ditempatkan pada :
Lokasi jalan yang memotong aliran air.
Daerah cekung, tempat air dapat menggenang.
Tempat kemiringan jalan yang tajam tempat air dapat merusak lereng dan badan jalan.
Pada jaringan drainase kawasan ini diambil jenis gorong‐gorong tipe bulat dengan pertimbangan
antara lain : pelaksanaan dapat menggunakan metode cor di tempat (cast in situ) dan dapat
diaplikasikan pada jalan dengan tebal timbunan yang tipis.
Gambar 7.29 Tipikal Box Culvert 2 Cell
Gambar 7.30 Tipikal Box Culvert 1 Cell
Air hujan yang jatuh pada permukaan lahan dan mengalir melalui saluran drainase dan sungai
kemudian dikumpulkan pada beberapa jenis kolam penampung sebelum dialirkan ke laut, yaitu :
Lagoon
Aliran drainase yang berasal dari dalam kawasan serta yang berasal dari daerah aliran sungai (DAS)
baik dari Sungai Ngolang‐2 dan Sungai Balak akan dikumpulkan dalam kolam penampungan
(Lagoon). Pada sisi barat, retention pond berada pada aliran Sungai Ngolang‐2 yang bermuara pada
Lagoon sebelum mengalir ke laut. Dengan adanya kolam ini limpasan air hujan akan diendapkan
sehingga pencemaran laut yang diakibatkan oleh aliran yang berasal dari dalam kawasan dan luar
akan seminimal mungkin.
Mangrove
Berada bersebelahan dengan lagoon sisi barat, mangrove juga menampung aliran yang berasal dari
daerah aliran sungai Balak. Sebagaimana fungsinya hutan bakau atau mangrove adalah untuk
melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk
tsunami. Juga salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang
Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau.
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
5/36
7‐23
Mandalika Resort
Gambar 7.31 Tipikal Kolam Penampungan
Gambar 7.32 Tipikal Lagoon
Gambar 7.33 Tipikal Penampang Melintang Mangrove
Gambar 7.34 Tipikal Normalisasi Sungai
Kolam Endapan (Sedimentation Pond)
Sedimentation Pond berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material padatan yang bercampur
dengan air limpasan yang baik yang berasal dari luar kawasan maupun dari dalam kawasan, juga sebagai
tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan menuju saluran drainase selanjutnya.
Sedangan kapasitas tampungan air maksimum pada beberapa jenis kolam penampungan dengan rata‐
rata kedalaman kolam +/‐ 2 meter.
Tabel 7‐20 Kapasitas Tampungan Air
Kolam Penampungan Kapasitas Maximum (m3) Luasan Kolam
Penampungan (m2)
Lagoon (Sisi Barat) 244800 122400
Lagoon (Sisi Timur) 321200 160600
Mangrove 765400 382700
Sumber: Hasil Analisa, 2015
Gambar 7.35 Penempatan Rubber Dam Pada Lagoon
RUBBER DAM
PERMANENT DAM
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
6/36
7‐24
Draft laporan Akhir
Tabel 7‐21 Dimensi dan Kapasitas Culvert
Kode
Culvert
Dimensi Kemiringan
Rata‐Rata (%)
Kapasitas Max
(m3/det) Cell Lebar Tinggi
B1 1 10.00 2.70 0.3 78.96
B2
1
10.00
2.00
0.3
47.88
B3 1 4.00 2.00 0.3 19.15
C1 1 3.00 1.00 0.3 4.52
C2 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C3 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C4 1 1.50 1.50 0.3 4.45
C5 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C6 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C7 1 2.00 2.00 0.3 9.58
C8 1 3.30 2.00 0.3 15.8
C9 1 1.50 1.50 0.3 4.45
C10 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C11 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C12 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C13 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C14
1
1.50
1.50
0.3
4.45
C15 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C16 2 2.00 2.25 0.3 26.72
C17 2 2.00 2.25 0.3 26.72
C18 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C19 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C20 1 1.50 1.50 0.3 4.45
C21 1 1.50 1.50 0.3 4.45
C22
1
1.00
1.00
0.3
1.51
C23 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C24 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C25 1 2.00 2.00 0.3 9.58
C26 1 3.00 1.70 0.3 10.96
C27 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C28 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C29 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C30 1 1.50 1.50 0.3 4.45
Kode
Culvert
Dimensi Kemiringan
Rata‐Rata (%)
Kapasitas Max
(m3/det) Cell Lebar Tinggi
C31 1 2.00 2.00 0.3 9.58
C32 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C33 2 2.00
2.00
0.3
21.95
C34 1 2.00 2.00 0.3 9.58
C35 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C36 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C37 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C38 1 1.00 1.00 0.3 1.51
C39 1 1.00 1.00 0.3 1.51
Sumber: Hasil Analisa, 2015
Untuk menjaga ketersediaan pasokan air irigasi, pemanfaatan air limpasan hujan pada saluran
drainase akan ditampung pada tanki bawah tanah (underground tank) yang dipasang di sepanjang
saluran pada jalan utama (main road ). Tanki dengan kapasitas isi 4‐5 m3 dengan material beton
bertulang diletakan di bawah saluran drainase, pintu bak control disediakan pada tiap tanki guna
memudahan proses penyedotan serta pembersihan tanki dari sedimentasi.
Gambar 7.36 Tipikal Tata Letak Tanki Penyimpan Air Hujan
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
7/36
7‐25
Mandalika Resort
Gambar 7.37 Peta Arah Aliran Drainase dan Lokasi Penempatan Sedimentation Pond
Lagoon
Sedimentation
Pond Lagoon
Mangrove
SISI BARAT SISI TIMUR
Rubber Dam
SP = Sedimentation Pond
Note
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
8/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
9/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
10/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
11/36
7‐29
Mandalika Resort
Gambar 7.42
Rencana
Pengembangan
PDAM
Lombok
Tengah
Sumber: Studi Air Bersih Lombok
Tingkat konsumsi air pelanggan PDAM Kabupaten Lombok Tengah pada saat ini, berdasarkan volume air yang
terjual, terbilang cukup tinggi, yaitu sebesar 135 liter/orang/hari, dan pemakaian air pada pelanggan berkisar
antara 19 – 22 m3 per bulan. Kehilangan airnya mencapai angka sebesar 35,23 %.
Gambar 7.43 Sistem Pelayanan IPA Penunjak
Sumber: PDAM
Lombok
tengah
Gambar 7.44 Sistem istribusi Air Bersih Pujut Sumber: PDAM Lombok Tengah
7.4.2. Rencana Jaringan Distribusi Air Bersih
Kebutuhan air bersih kawasan dihitung berdasarkan standard kebutuhan air minum untuk setiap jenis kegiatan
dan peruntukan
di
dalam
Kawasan
Mandalika
Resort.
Standar
kebutuhan
air
bersih
didasarkan
pada
standar
yang
berlaku secara nasional maupun internasional dan mengikuti trend dari kegiatan sejenis di berbagai tempat
didunia yang didasarkan pada studi yang dilakukan baik melalui literatur maupun tinjauan pada kawasan wisata
sejenis di berbagai tempat didunia yang seperti diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 7‐25 Standar Kebutuhan Air Bersih Kawasan
Jenis Kegiatan Standar Kebutuhan Referensi
Satuan Besaran
Residensial l/orang/day 120 SNI 03‐7065‐2005
Hotel & Resort l/bed/day 250 SNI 03‐7065‐2005
Komersial l/m2/day
5
SNI
03‐
7065‐
2005Perkantoran l/orang/day 50 SNI 03‐7065‐2005
Golf l/m2/day 3.5 Morroco Tourism Area
Pusat Infrastruktur l/orang/day 100 SNI 03‐7065‐2005
Perkebunan l/m2/day 3.5 Morroco Tourism Area
Solar Cell l/m2/day 3.5 Morroco Tourism Area
Mixed Use l/orang/day 150 SNI 03‐7065‐2005
Perluasan Desa l/bed/day 150 SNI 03‐7065‐2005
Pertahanan Sipil l/orang/day 50 SNI 03‐7065‐2005
Sumber: Standar
Regulasi
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
12/36
7‐30
Draft laporan Akhir
Berdasarkan standar dan struktur ruang yang telah dibuat, maka jumlah kebutuhan total air bersih (ultimate
demand) rata‐rata untuk Kawasan Mandalika Resort adalah sebesar 248,2 l/d, Kebutuhan tersebut merupakan
kebutuhan nett total dari kawasan (kolom 3), maka kebutuhan pasokan dari sumber, dengan memperhitungkan
kebocoran dan perawatan sistem distribusi, sebesar 10%, kebutuhan air bersih untuk setiap distrik diuraikan pada
tabel berikut ini (kolom 4) dengan total sebesar 273,0 l/d rincian perhitungan pada Tabel berikut ini.
Tabel 7‐26
Standar
Kebutuhan
Air
Bersih
Kawasan
Per
District
Distrik Kebutuhan
m3/hari l/dt l/dt
The Cultural Village Renewal 2.754,691 31,883 35,071
The Gateway 240,019 2,778 3,056
The Lagoon 1.086,652 12,577 13,835
The Cultural Village 278,035 3,218 3,539
The Family District 521,683 6,038 6,642
The Hill Top 1 729,302 8,441 9,284
The Golf District 3.200,428 37,042 40,746
The Heart 2 2.785,449 32,239 35,463
The Hill Top 2 274,320 3,175 3,493
The Heart 1 3.288,816 38,065 41,872
The Lux‐E 2.364,681 27,369 30,106
Conservation District 1.045,094 12,096 13,306
Theme Park District 274,320 3,175 3,493
Marina Resident 938,736 10,865 11,952
The Mangrove 418,781 4,847 5,332
The Buffer District 1.241,913 14,374 15,811
TOTAL
21.442,920
248,182
273,000Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2015
7.4.3. Identifikasi Potensi Sumber Air Baku
Dari beberapa pilihan sumber air baku yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai alternatif sumber air baku
bagi kawasan Mandalika Resort, dikaji secara cermat dan berhati‐hati, mengingat unit air baku ini perannya
sangat strategis dan menentukan dalam factor ketersediaan dan kesinambungan pasokan air ke dalam wilayah
pelayanan yang direncanakan.
Gambar 7.45 Peta Hidrologi di Pulau Lombok
Gambar 7.46 Peta Air Tanah di Pulau Lombok Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB, 2014
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
13/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
14/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
15/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
16/36
7‐34
Draft laporan Akhir
Air baku yang digunakan sama banyak dengan air hasil olahan
Tidak memerlukan tenaga listrik yang tinggi untuk pompa
Kandungan bakteri, jika ada dapat dihil angkan pada proses desinfektan
Sesuai dengan kualitas air bakunya, maka kelebihan tingkat kesadahan yang harus dihilangkan dengan
mempergunakan sistem Softener, yang memiliki karakteristik sebagai berikut;
Tabel 7‐31 Spesifikasi Softener
Parameter Sistem 1 Sistem 2
Kapasitas 187.56 m3/jam 260.20 m3/jam
Tekanan Kerja 2 bars
Kapasitas penyisihan unsur kimia 99%,
Kebutuhan Tenaga Listrk 55 kVA 60 kVA
Kebutuhan Lahan* 150 m2 150 m2
* Tdk
termasuk
reservoir
Sumber : Analisis Konsultan, 2015
Sistem desinfeksi yang secara umum banyak digunakan dalam pengolahan air bersih diantaranya adalah sebagai
berikut:
• Gas chlor (Chlorine Gas)
• Gas ozon (Ozone Gas)
Gambar 7.51 Sistem Disinfeksi Gas Chior Sumber: www.okamura‐industry.co.jp
Gambar 7.52 Sistem Disinfeksi Gas Ozon Sumber: www.ozonesolutions.com
Masing‐masing sistem memiliki keuntungan dan kerugian seperti diuraikan berikut ini;
Tabel 7‐32 Ion Exchange VS Reverse Osmosis
Keuntungan Kerugian
Gas Ozone
Ozon memiliki kemampuan lebih dari
3000 kali lebih cepat untuk
memurnikan air .
Tidak seperti klorin, ozon tidak
meninggalkan sisa bahan berbahaya
seperti chloroform
Karena sifatnya yang mudah berubah
menjadi
oksigen,
Ozon
tidak
akan
menyebabkan efek kimia jangka
panjang terhadap lingkungan
Ozon adalah yang terkuat, tercepat,
disinfektan yang tersedia secara
komersial dan oksidan untuk
pengolahan air.
Reaksi oksidasi ozon berlangsung
beberapa ribu kali lebih cepat
dibandingkan dengan klorin untuk
penghancuran bakteri, virus, ragi,
jamur, kista, jamur, dan sebagian besar
kontaminan
organik
dan
anorganik
lainnya .
Biaya operasi 23,5% lebih tinggi dibanding
sistem chlor
Investasi lebih mahal
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
17/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
18/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
19/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
20/36
7‐38
Draft laporan Akhir
Gambar 7.55 Peta Distribusi Pipa Air Bersih Di Mandalika Resort Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2015
Legend
7 39
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
21/36
7‐39
Mandalika Resort
Gambar 7.56 Peta Daerah Pelayan Air Bersih Di Mandalika Resort Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2015
Legend
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
22/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
23/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
24/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
25/36
7‐44
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
26/36
Draft laporan Akhir
Gambar 7.60 Peta Jaringan Pipa Air Limbah Buangan Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2015
Legend
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
27/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
28/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
29/36
7‐48
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
30/36
Draft laporan Akhir
Gambar 7.64 Komposisi Timbulan Sampah
Gambar 7.65 Komposisi Timbulan Sampah Sampah Mandalika Berdasarkan Tata Guna Lahan
7.4.6
Kondisi Sistem Pengelolaan Sampah Existing dan Rencana
A. Kondisi Tempat Pembuangan Akhir Eksisting
Kabupaten Lombok Tengah memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang dibangun tahun
1999/2000 dan saat ini masih beroperasi. Lokasi TPA eksisting adalah di Desa Lajut, Kecamatan Praya Tengah.
Adapun kondisi TPA Lajut adalah sebagai berikut:
• Kondisi TPA penuh dan dekat dengan permukiman penduduk
• Sistem operasi: open dumping
• Tidak ada pengolahan lindi
• Lapisan dasar tidak direncanakan
• Ketinggian sampah > 3 meter di atas jalan
Gambar
7.66
Peta
Lokasi
TPA
Eksisting
di
Kecamatan
Pujut
kabupaten
Lombok
Tengah
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
31/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
32/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
33/36
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
34/36
7‐53
Pada kondisi dimana sistem pengelolaan air limbah belum bisa maksimal memenuhi kebutuhan air untuk 7 5 2 Rencana Jaringan Irigasi di Mandalika Resort
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
35/36
Mandalika Resort
Pada kondisi dimana sistem pengelolaan air limbah belum bisa maksimal memenuhi kebutuhan air untuk
penyiraman taman dan jalur hijau, sebagai ‘solusi antara’ yang bersifat sementara, dapat dipergunakan air
bersih yang berasal dari PDAM atau sumur gali di distrik A, dan diangkut dengan menggunakan truk ‐truk
tangki air.
7.5.1
Kebutuhan Air Irigasi
Perhitungan Kebutuhan air
Luas area hijau, sesuai struktur ruang yang direncanakan, sebagian merupakan daerah hijau yang tidak
memerlukan penyiraman rutin sehingga tidak memerlukan air irigasi. Berdasarkan perencanaan ruangnya,
luasan yang memerlukan penyiraman secara rutin sebanyak 50% dari luas daerah hijau yang direncanakan
dan berdasarkan standar kebutuhan air irigasi diatas, maka kebutuhan air irigasi:
Tabel 7‐45 Tabel Kebutuhan Air Irigasi Kawasan
Sistem 1
(Barat)
Sistem 2
(Timur)
Luas
Area
(Ha)
75
140
Kebutuhan Air (l/detik) 5 8 Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2015
Seperti diuraikan diatas, air irigasi adalah air untuk keperluan penyiraman lansekap ditambah untuk
keperluan fire hydrant . Kebutuhan fire hydrant adalah 20 l/d.
Dengan asumsi penggunaan air untuk pemadam kebakaran selama tiga jam, maka kebutuhan air fire hydrant
adalah 250 m3/hari. Efesiensi penyaluran disumsikan sebesar 5%, sehingga kebutuhan total air irigasi untuk
masing‐masing daerah Barat (sistem 1) dan daerah Timur (sistem 2) adalah sebagai berikut :
Sistem 1 : 25 l/d
Sistem 2 : 28 l/dt
Gambar 7.72 Peta Pembagian Area Distribusi Air Irigasi
Sumber: Hasil
Analisa
Konsultan,
2015
7.5.2
Rencana Jaringan Irigasi di Mandalika Resort
Konsep Jaringan
Air irigasi dialirkan dari bak penampung air hasil pengolahan air limbah dari masing‐masing daerah
pelayanan, ke perpipaan air irigasi dengan menggunakan pompa. Sistem pengaliran air irigasi menggunakan
perpipaan dengan sistem jaringan melingkar untuk mendapatkan tekanan yang konstan pada saat terjadinya
penyiraman bersamaan dibeberapa daerah.
Diameter minimum pipa utama irigasi, menyesuaikan dengan keperluan pilar hydrant , yaitu 100 mm. Daerah
landscape yang berlokasi cukup jauh dari pipa utama akan dilayani dengan pipa artikulasi dengan dimensi
pipa minimal 50 mm, seperti duraikan pada gambar berikut ini.
Sistem 1 (Barat)
Sistem 2 (Timur)
7‐54
-
8/17/2019 Draft Laporan Akhir R02_Watsan
36/36
Draft laporan Akhir
Gambar 7.73 Peta Jaringan Distribusi Air Irigasi
Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2015
= jaringan air irigasi primer
= jaringan air irigasi sekunder
= jaringan air irigasi tersier
= infrastructure center
= area Mandalika Resort
= koneksi pipa di lots
= koneksi pipa di infra center
Legend