epidemiologi klinik_diagnosis

27
DIAGNOSIS Gabriela Insani Yonesty, S.Si.

Upload: gabriela-insani-y

Post on 09-Aug-2015

162 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

DIAGNOSIS Gabriela Insani Yonesty, S.Si.

Page 2: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Beberapa metode untuk membuat diagnonis suatu penyakit

1. Riwayat penyakit (Anamnesis)

2. Physical Examination (Pemeriksaan Fisik)

Both exercises are known as Clinical Examination (Pemeriksaan Klinis)

3. Diagnostic Test (Uji diagnostik)

UJI DIAGNOSTIK

Page 3: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

UJI DIAGNOSTIK

Dengan menggunakan anamnesis dan pemeriksaan fisik,

rata-rata 73% kasus berhasil didiagnosis dengan tepat.

Pemeriksaan klinis jauh lebih baik dibanding sekedar hasil

laboratorium.

Page 4: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Penetapan Diagnosis Persen Persen

1 Anamnesis 56% 73%

2 Pemeriksaan klinik 17%

3 Uji diagnostik 27%

Sandler G. 1980. The importance of the history in the

medical clinic and the cost unnecessary tests.

American Heart Journal 100 (Part 1) : 928. dalam

Murti, Bhisma.

Page 5: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Perbedaan dalam diagnosis – pretest probability

Setelah melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik, diagnosis dapat

dibuat namun tidak sepenuhnya

memiliki kepastian karena

diperlukan juga beberapa daftar

kemungkinan diagnosis yang

berbeda.

Pemeriksaan ketepatan diagnosa

sebelum menetapkan uji diagnostik ::

pretest probability

Page 6: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Urutan Angka Kemungkinan Penyakit

Kemungkinan penyakit Angka kemungkinan

Tidak ada penyakit sama sekali 0

Kemungkinan penyakit 0.25

Penyakit 50 : 50 0.50

Kemungkinan penyakit 0.75

Kepastian penyakit 1

Page 7: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Penggunaan uji diagnostik akan memperbaiki diagnosis awal

Beberapa klinisi kurang memahami

bagaimana hasil uji diagnostik

merubah kecenderungan ketepatan

diagnosis.

Informasi dari hasil uji diagnostik dapat

digunakan untuk memperkuat

kemungkinan diagnosis. Perbaikan

diagnosis awal setelah dilakukan uji

diagnostik :: posttest probability.

Page 8: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Seleksi Uji Diaknostik

Setelah didapatkan perhitungan uji diagnostik sebesar 27% untuk mendiagnosa suatu penyakit, diperlukan seleksi pada uji diagnostik tersebut dengan mendayagunakan uji klinik.

Uji klinik mendukung uji diagnostik untuk menghasilkan diagnosis penyakit secara akurat, karna akan memberikan informasi tambahan kepada klinisi untuk mereduksi ketidakpastian dalam membuat suatu diagnosis

Ukuran ketepatan dalam uji diagnostik..?

Page 9: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Tabel Uji Diagnostik Sederhana

Page 10: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Karakteristik Uji Diagnostik

Sensitifitas :: proporsi pasien yg menderita penyakit, menunjukkan

hasil uji diagnostik yg positif untuk penyakit tsb.

a / (a+c)

Spesifisitas :: proporsi pasien yang tidak menderita penyakit,

menunjukkan hasil uji diagnostik yg negatif untuk

penyakit tsb.

d / (b+d)

Positive Predictive Value :: proporsi pasien yg menunjukkan hasil

(PPV) uji positif untuk penyakit tersebut.

a / (a+b)

Negative Predictive Value :: proporsi pasien yg menunjukkan

hasil (NPV) uji negatif untuk penyakit

tersebut.

d / (c+d)

Page 11: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Uji Diagnostik Terbaik

Uji diagnostik yang sensitif akan menghasilkan

data pasien yang menderita penyakit >> positif.

Uji diagnostik yang spesifik akan menghasilkan

data pasien yang

tidak menderita penyakit >> negatif.

Penggunaan uji diagnostik yang sensitif dan

spesifik akan menghasilkan data yang akurat.

Uji yg sensitif bertujuan untuk

menemukan penyakit,

sedangkan uji yg spesifik bertujuan untuk

memastikan suatu diagnosis yang telah

diduga dengan data

lain.

Page 12: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Kurva ROC

(Receiver Operating Characteristic)

Kurva ROC menunjukkan hubungan antara uji sensitifitas

dan spesifisitas.

Digunakan untuk menerangkan ketepatan uji dalam berbagai

tingkatan titik potong (sebagai nomogram) dalam membaca

spesifisitas yang sesuai dengan sensitifitas yang ada.

Ketepatan keseluruhan dari uji bisa diterangkan dalam daerah di

bawah kurva ROC.

>> Bertambah besar luas daerahnya, maka hasil

uji tersebut semakin baik

Page 13: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Kurva ROC dalam melihat ketepatan pemeriksaan kadar gula darah

setelah 2 jam post prandial penderita DM.

Page 14: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Nilai Prediktif/Predictive Value (PV)

:: Ukuran seberapa baik uji diagnostik yang telah

digunakan dalam memprediksi suatu penyakit

Nilai PPV yang tinggi menunjukkan tingginya

probabilitas individu dengan uji yang positif untuk

dinyatakan menderita penyakit.

Nilai NPV yang tinggi menunjukkan tingginya

probabilitas individu dengan uji yang negatif

untuk dinyatakan tidak menderita penyakit.

Page 15: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Hubungan antara PV, Sensitifitas,

Spesifisitas dan Prevalensi

Nilai prediktif dari suatu uji diagnostik terdapat pada sensitifitas dan spesifisitasnya.

Semakin sensitif dan spesifik suatu uji diagnostik, nilai prediktif akan semakin tinggi, berarti pengelompokkan pasien yang positif akan menunjukkan terkena penyakit, atau pengelompokkan pasien yang negatif akan menunjukkan tidak terkena penyakit.

Page 16: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Hubungan antara PV, Sensitifitas,

Spesifisitas dan Prevalensi

Nilai prediktif juga bergantung pada

prevalensi penyakit tersebut pada suatu

populasi.

Semakin tinggi prevalensi suatu penyakit,

akan didapatkan nilai prediktif yang

tinggi, dan sebaliknya. Hal tersebut tetap

tergatung pada uji diagnostik dengan

spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi

Page 17: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Rasio Kecenderungan (LR)

:: Probabilitas dari hasil uji dengan adanya penyakit, dibagi dgn

probabilitas hasil uji pada orang2 yang tidak sakit

Menunjukkan besar-kecilnya kecenderungan hasil uji

pada orang sakit dibanding pada orang tidak sakit.

LR (+) = kecenderungan uji positif pada orang yg sakit a/(a+c)

kecenderungan uji positif pada orang yg tdk sakit b/(b+d)

LR (+) = sensitifitas LR (-) = 1-sensitifitas

1-spesifisitas spesifisitas

Page 18: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Efek Rasio Kecenderungan pada Posttes Probability

Rasio Kecenderungan Posttest Probability suatu penyakit

0 Tidak ada penyakit

0.1 Rendah

1 Tanpa perubahan

10 Tinggi

+∞ Penyakit serius

Page 19: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Odd

:: perbandingan dua probabilitas

:: p/(1-p)

Odd & Probabilitas

Odd :: p/(1-p)

Probabilitas :: odds/(1+odds)

Page 20: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Penggunaan rasio kecenderungan

Pretest probability Posttes probability

Pretest Odd x Rasio kecenderungan = Posttest Odd

Pretest Odd mengandung informasi yang sama seperti pretest

probability.

Rasio kecenderungan = sensitifitas/spesifisitas

Posttes Odd = posttes probability

Page 21: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Hubungan Probabilitas dan Odd

Ketika probabilitas tidak terlalu rendah (≥0.10), Odd lebih baik

digunakan dibanding probabilitas, juga Odd tidak bisa digunakan

untuk mensubstitusi probabilitas.

Tapi ketika probabilitas rendah (<0.10), Odd dapat mengarah

pada probabilitas, sehingga keduanya dapat saling bersubstitusi.

Ketika nilai probabilitas = 0.5, maka nilai Odd =

1.

Probabilitas terbatas berkisar nilai 0 hingga 1,

sedangkan kisaran Odd adalah 0 hingga +∞.

Page 22: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Kekurangan dari uji diagnostik :: tidak sempurna

sensitivitas & spesifisitas < 100%

rasio kecenderungan tk. menengah

Biasanya klinisi cenderung menaikkan / menurunkan

probabilitas penyakit

atau

dilakukan tes berikutnya >> tes ganda

Tes Ganda (Multiple Test)

Page 23: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Tes ganda bisa digunakan dgn 2 cara ::

1. Tes Seri 2. Tes Paralel

Page 24: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Analisis Keputusan

Membuat suatu pohon keputusan

Page 25: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

menentukan probabilitas pada kesimpulan

peluang

menentukan kegunaan sesuai dg hasil

menghitung harapan kegunaan untuk

alternatif tindakan

tentukan pilihan dengan kegunaan

tertinggi yg diharapkan

analisis kepekaan

Analisis Keputusan

Page 26: Epidemiologi Klinik_Diagnosis
Page 27: Epidemiologi Klinik_Diagnosis

Referensi :

Fletcher, Robert H., et al. 1991. Sari Epidemiologi Klinik.

Yogyakarta : UGM Press.

Murti, Bhisma. How to Use Information From a Diagnostic Test

to Refine The Probability of Disease. The Clinical

Epidemiology/Evidence Based Medicine Series. Universitas

Sebelas Maret.