evaluasi pemenuhan standar trotoar di central …
TRANSCRIPT
663Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani
EVALUASI PEMENUHAN STANDAR TROTOAR DI CENTRAL BUSINESS DISTRICT(STUDI KASUS KOTA BANDUNG)
EVALUATION COMPLIANCE SIDEWALK STANDARDS AT CENTRAL BUSINESS DISTRICT(CASE STUDY:BANDUNG CITY)
Evy FitrianiBadan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusatemail: [email protected]
ABSTRAKPertumbuhan pejalan kaki meningkat terutama di daerah pusat perekonomian atau perbelanjaanCentral Business District, (CBD). Pejalan kaki menuntut disediakannya prasarana utama dengan jalurpejalan kaki tersendiri dan fasilitas pendukungnya. Pengembangan fasilitas perlu terus dilakukanuntuk mencapai kondisi yang diharapkan oleh pejalan kaki, yaitu situasi aman, nyaman, lancardan ekonomis. Tujuan dari kajian ini adalah memberi rekomendasi Pemanfaatan trotoar di CentralBusiness district di Kota Bandung yang sesuai dengan pedoman yang sudah ada. Berdasarkan analisismetode observasi di lapangan, bahwa pemanfaatan trotoar di ruas jalan Kota Bandung masih dapatdikatakan belum sesuai dengan standar pemanfaatan trotoar pada umumnya, yaitu masihbanyaknya permintaan dari para pengendara motor untuk menjadikan trotoar sebagai lahan parkiryang disebabkan tarif parkir di kawasan bisnis tersebut masih dirasakan cukup mahal dibandingkandengan tarif parkir di trotoar dan masih adanya pedagang yang berjualan di trotoar dengan alasantempat berdagang mereka di trotoar dekat dengan pembeli, sehingga dikhawatirkan jika merekapindah ke tempat lain maka tidak akan ada pembeli.Kata kunci: evaluasi, trotoar, central business district
ABSTRACTThe city pedestrian growth increased especially in the area of the economy or the shopping center CentralBusiness District (CBD). Pedestrians require the provision of major infrastructure with separate pedestrianpaths and facilities. Facility development needs to be done to achieve the expected conditions by pedestrians,namely the situation safe, comfortable, smooth and economical. The purpose of this study is to recommendutilization of sidewalks in the Central Business district in the city that is in accordance with existing guidelines.Based on the analysis of observational methods in the field, that the used sidewalks in the city of Bandung 4 roadscan still be said to be not in accordance with the standards of useof the sidewalk in general, are still many requestfrom the riders to make the sidewalks as parking lots due to parking rates in the business district still felt quiteexpensive compared to rates in the parking lot pavement and the persistence of the merchants who sell on the sidewalk with a reson to trade them on the sidewalk close to the buyers, so feared if they move to another place thenthere will be no buyers.Keywords: evaluation, sidewalk, central business district
Diterima: 10 September 2014, Revisi 1: 30 September 2014, Revisi 2: 14 Oktober 2014, Disetujui: 23 Oktober 2014
Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014664
PENDAHULUANTransportasi yang paling dasar dilakukan olehmanusia adalah berjalan kaki. Kegiatan berjalankaki umumnya terjadi pada perjalanan jarakdekat, hal ini disebabkan karena perkembanganalat transportasi yang dapat memudahkanmobilitas manusia. Pada hakekatnya, aktivitaspejalan kaki bertujuan untuk menempuh jaraksesingkat mungkin antara satu tempat ke tempatyang lain dengan nyaman dan aman darigangguan (kriminalitas/kejahatan, kepadatanlalu-lintas, dan lain-lain). Di kota-kota besar saatini pertumbuhan pejalan kaki semakinmeningkat terutama di daerah pusatperekonomian atau perbelanjaanCentral BusinessDistrict, (CBD). Pejalan kaki menuntutdisediakannya prasarana utama dengan jalurpejalan kaki tersendiri dan fasilitaspendukungnya. Pengembangan fasilitas perluterus dilakukan untuk mencapai kondisi yangdiharapkan oleh pejalan kaki, yaitu situasi aman,nyaman, lancar dan ekonomis. Fasilitas pejalankaki (pedestrian) sering terabaikan oleh pihak-pihak penentu kebijakan yang seharusnyamendapat perhatian, khususnya didaerahperkotaan. Banyak sekali fasilitas untuk pejalankaki berubah fungsi terutama dikota-kota yangpenduduknya sudah cukup padat.PembangunanCentral Business District dewasa inimeningkat pesat. Hal ini merefleksikanpertumbuhan dan perkembangan kebutuhanbarang dan jasa. Kenyataannya, banyak CentralBusiness District yang dibangun tidak sesuaidengan tata guna lahan. Pembangunan yangsesuai pun masih kurang memperhatikanmasalah sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki.Banyak Central Business District tidakmenyediakan fasilitas pejalan kaki. Merekamenggantungkan penyediaan fasilitas pejalankaki pada trotoar dan tepi jalan. Trotoar dan tepijalan di pusat pertokoan diisi oleh para pedagangkaki lima dan kendaraan-kendaraan parkir,akibatnya pejalan kaki berjalan di tepi jalan danmenyelinap di sela-sela kendaraan yang sedangparkir. Kondisi tersebut diatas menimbulkanbeberapa masalah, ketidaknyamanan, hambatan,
bahkan kecelakaan. Oleh karena itu, kebutuhanfasilitas pejalan kaki Central Business Districtsebaiknya dirancang dengan mempertimbangkankeselamatan, kelancaran dan kenyamanan pejalankaki. Tujuan dari kajian ini adalah memberirekomendasi Pemanfaatan trotoar diCentral Busi-ness district di Kota Bandung yang sesuai denganpedoman yang sudah ada.
TINJAUAN PUSTAKAA. Peraturan dan Perundang-undangan
Acuan normatif terkait dengan pedomanpenggunaan trotoar adalah sebagai berikut:1. Undang-Undang No 14 Tahun 1992
tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan;2. Undang-Undang No. 4 Tahun 1997
tentang Penyandang Cacat;3. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung;4. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004
tentang jalan5. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.B. Pedoman Prasarana dan Sarana Ruang
Pejalan Kaki1. Kaidah Prasarana dan Sarana Ruang
Pejalan KakiPrinsip umum perencanaan penyediaanprasarana dan sarana ruang pejalan kakiharus memenuhi kaidah sebagai berikut:a. Prinsip teknis penataan sistem
sirkulasi dan jalur penghubungmengacu pada Peraturan MenteriPekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang pedoman teknis fasilitasdan aksesibilitas pada bangunangedung dan lingkungan;
b. Ruang yang direncanakan harus dapatdiakses oleh seluruh pengguna,termasuk oleh pengguna denganketerbatasan fisik;
c. Lebar jalur pejalan kaki harus sesuaidengan standar prasarana;
665Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani
d. Harus memberikan kondisi aman,nyaman, ramah lingkungan danmudah untuk digunakan, sehinggapejalan kaki tidak harus merasaterancam dengan lalu lintas ataugangguan dari lingkungan sekitarnya;
e. Jalur yang direncanakan mempunyaidaya tarik atau nilai tambah lain diluarfungsi utama;
f. Terciptanya ruang sosial sehinggapejalan kaki dapat beraktifitas secaraaman di ruang publik;
g. Terwujudnya keterpaduan sistem,baik dari aspek penataan lingkunganatau dengan sistem transportasi atauaksesibilitas antar kawasan;
h. Terwujudnya perencanaan yang efektifdan efisien sesuai dengan tingkatkebutuhan dan perkembangankawasan.
2. Tipe Ruang Pejalan Kakia. Ruang Pejalan Kaki di Sisi Jalan (Side-
walk)Ruang pejalan kaki di sisi jalan (side-walk) merupakan bagian dari sistemjalur pejalan kaki dari tepi jalan rayahingga tepi terluar lahan milikbangunan.
b. Ruang Pejalan Kaki di KawasanKomersial/Perkantoran (Arcade)Ruang pejalan kaki yang berdampingandengan bangunan pada salah satu ataukedua sisinya.
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 1. Perspektif Sidewalk
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 2. Tampak Atas dan Potongan Sidewalk
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 3. Pespektif Arcade
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 4. Potongan dan Tampak Atas Arcade
Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014666
Ruang pejalan kaki di pusat kawasan bisnis danpusat kota ini adalah area yang harus dirancanguntuk mengakomodir volume yang lebih besardari para pejalan kaki dibanding di area-area dikawasan pemukiman. Batas jalanan (jalurtransportasi) pada area ini dapat dimanfaatkanuntuk berbagai tujuan yang beragam dan secaraumum terdiri dari berbagai zona, antara lainzona bagian depan gedung, zona bagi pejalankaki, zona bagi tanaman/perabot dan zonauntuk pinggiran jalan. Pembagian zona inidimaksudkan agar ruang pejalan kaki yangmelintasi area ini dapat melintas dengannyaman.3. Pengembangan Zona Pejalan Kaki di pusat
KotaKawasan pusat kota adalah kawasan yangmengakomodir volume pejalan kaki yanglebih besar dibanding kawasan pemukiman.Ruang pejalan kaki di area ini dapatberfungsi untuk berbagai tujuan yangberagam dan terdiri dari berbagai zona yangdapat dimanfaatkan antara lain: zona bagiandepan gedung, zona bagi pejalan kaki, zonabagi tanaman/perabotan jalan, dan zonauntuk pinggiran zalan.a. Zona Bagian Depan Gedung
1) Zona bagian depan gedung adalahantara dinding gedung dan pejalankaki. Pejalan kaki biasanya akan tidakmerasa nyaman bila berjalan kakisecara langsung berdekatan dengandinding gedung atau pagar. Untukitu jarak minimum setidaknya 0,6meter dari jarak sisi gedung atautergantung pada penggunaan areaini.
2) Bagi orang yang memilikiketerbatasan indera penglihatan dansering berjalan di zona ini, dapatmenggunakan suara dari gedungyang berdekatan sebagai orientasiatau bagi tuna netra pengguna tongkatdapat berjalan dengan jarak antara 0,3meter hingga 1,2 meter daribangunan.
3) Bagian depan harus bebas dari halanganatau berbagai objek yang menonjol.Zona bagian depan juga harus dapatdideteksi oleh tuna netra yangmenggunakan tongkat yang panjang.
b. Zona Penggunaan Bagi Pejalan Kaki1) Zona ini adalah area dari koridor sisi
jalan yang secara khusus digunakanuntuk area pejalan kaki. Area ini harusdibebaskan dari seluruh rintangan,berbagai objek yang menonjol danpenghalang vertikal yang berbahayabagi pejalan kaki dan bagi yangmemiliki keterbatasan inderapenglihatan.
2) Zona pejalan kaki ini setidaknyaberukuran 1,8 hingga 3,0 meter ataulebih luas untuk memenuhi tingkatpelayanan yang diinginkan dalamkawasan yang memiliki intensitaspejalan kaki yang tinggi. Kondisi inidibuat untuk memberikan kesempatanbagi para pejalan kaki yang berjalanberdampingan atau bagi pejalan kakiyang berjalan berlawanan arah satusama lain.
3) Zona yang digunakan untuk pejalankaki di jalan lokal dan jalan kolektoradalah 1,2 meter dan jalan arteri danjalan utama 1,8 meter. Ruangtambahan diperlukan untuk tempatpemberhentian dan halte bus denganluas 1,5 meter X 2,4 meter.
4) Zona pejalan kaki tidak boleh kurangdari 1,2 meter yang merupakan lebarminimum yang dibutuhkan untukorang yang membawa seekor anjing,pengguna alat bantu jalan dan pejalankaki.
c. Zona Pinggir JalanZona ini merupakan bagian integral darijalan dan sistem saluran air, dan jugaberfungsi sebagai pembatas antara zonalalu-lintas (jalan-raya) dengan zonatanaman/perabot jalan atau zona pejalankaki.
667Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani
4. Fasilitas Pejalan Kakia. Pengertian Umum
1) Fasilitas Pejalan Kaki adalah seluruhbangunan pelengkap yang disediakanuntuk pejalan kaki guna memberikanpelayanan demi kelancaran,keamanan dan kenyamanan, sertakeselamatan bagi pejalan kaki.
2) Jalur Pejalan Kaki adalah lintasan yangdiperuntukan untuk berjalan kaki,dapat berupa trotoar, penyeberangansebidang (penyeberangan zebra ataupenyeberangan pelikan), danpenyeberangan tak sebidang.
3) Trotoar adalah jalur pejalan kaki yangterletak pada daerah milik jalan yangdiberi lapisan permukaan denganelevasi yang lebih tinggi daripermukaan perkerasan jalan, danpada umumnya sejajar dengan jalurlalu lintas kendaraan.
4) Penyeberangan Zebra adalah (fasilitaspenyeberangan bagi pejalan kakisebidang yang dilengkapi markauntuk memberikan ketegasan/batasdalam melakukan lintasan.
5) Penyeberangan Pelikan adalahfasilitas untuk menyeberang pejalankaki sebidang yang dilengkapaidengan marka dan lampu pengaturlalu lintas.
6) Arus Pejalan Kaki adalah jumlahpejalan kaki yang melewat suatupenapang tertentu, yang biasanyadinyatakan dengan jumlah pejalankaki per satuan waktu (pejalan/menit).
7) Lapak Tunggu adalah fasilitas untukberhenti sementara pejalan kaki dalammelakukan penyeberangan,Penyeberangan dapat berhentisementara sambil menungguk e s e m p a t a n m e l a k u k a npenyeberangan berikutnya. Fasilitastersebut diletakan pada median jalan.
5. Trotoara. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indo-nesia (1996:1073) trotoar adalah tepijalan besar yang sedikit lebih tinggidari pada jalan tersebut, tempat orangberjalan kaki. Sebagai jalur bagipejalan kaki maka salah satu fungsitrotoar menurut Danisworo (1991:2)adalah sebagai jalur untuk melihat-lihat jenis barang dagangan dalametalase yang dijual oleh toko, pejalankaki atau pembeli diharapkan dapatmelihat dengan jelas dan selanjutnyatertarik untuk membeli.Pengertian Trotoar menurut PedomanPerencanaan Jalur Pejalan Kaki PadaJalan Umum adalah Jalur Pejalan Kakiyang terletak pada Daerah Milik Jalanyang diberi lapisan permukaandengan elevasi yang lebih tinggi daripermukaan perkerasan jalan, danpada umumnya sejajar dengan jalurlalu lintas kendaraan.
b. Ketentuan Penempatan Trotoar1) Trotoar hendaknya ditempatkan
pada sisi luar bahu jalan atau sisiluar jalur Daerah manfaat jalan(DAMAJA) trotoar hendaknyadibuat sejajar dengan jalan, akantempat trotoar dapat tidak sejajardengan jalan bila keadaantopografi atau keadaaan setempatyang tidak memungkinkan.
2) Trotoar hendaknya ditempatkanpada sisi dalam saluran drainaseterbuka atau di atas salurandrainase yang telah ditutup.
3) Trotoar pada tempat pemberhentianbus harus ditempatkan secaraberdampingan/sejajar dengan jalurbus.
4) Geometrik Trotoar harus mengikutipedoman teknik tentang spesifikasitrotoar
Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014668
5) tinggi ruang bebas tidak kurangdari 2,2 meter dan kedalamanbebas tidak kurang dari 1 meter,yang diukur dari permukaantrotoar, kebebasan samping tidakkurang dari 0.3 meter.
6) Pemasangan utilitas harusmempertahankan ruang bebastrotoar
c. Pemanfaatan TrotoarPemanfaatan trotoar sebagai ruangpublik salah satunya sebagai ruangpergerakan aktivitas sosial maupunekonomi warga kota. Fungsinya dapatmemberikan ciri khas bagi suatu kotadan pada umumnya memiliki fungsiinteraksi sosial bagi masyarakat dankegiatan ekonomi. Darmawan (2003:1)menjelaskan salah satu fungsi-fungsiruang publik adalah sebagai tempatkegiatan pedagang kaki lima yangmenjajakan makanan, minuman,pakaian, souvenir, dan jasa entertain-ment seperti tukang sulap, tarian kera,ular dan sebagainya terutama dimalamhari. Ruang publik yang menarik akanselalu dikunjungi oleh masyarakat luasdengan berbagai tingkat kehidupansosial, ekonomi dan budaya, tingkatpendidikan, perbedaan umur,motivasi atau tingkat kepentingan yangberlainan. Lebih jauh Darmawan(2003:2) menyebutkan kriteria ruangpublik secara esensial yang dapat jugaditerapkan pada trotoar, sebagaiberikut :1) Tanggap terhadap semua
keinginan pengguna dan dapatmengakomodir kegiatan yang adapada ruang terbuka tersebut (re-sponsive).
2) Dapat menerima kehadiranberbagai lapisan masyarakatdengan bebas tanpa adadiskriminasi (democratic).
3) Dapat member makna atau artibagi masyarakat setempat secara
individual maupun kelompok(meaningful).
Jadi warga kota dapat memanfaatkantrotoar untuk aktivitas baik secaraindividu maupun berkelompok, namunkebebasan dalam memanfaatkan trotoarini yang seringkali menimbulkanpermasalahan,democratictidak diartikansebagai kebebasan yang tanpa aturanuntuk itu diperlukan pengendaliandalam pemanfaatan trotoar tersebut.
C. Central Business DistrictMenurut Teori Konsentris (Burgess, 1925)DPK atau CBD adalah pusat yang letaknyatepat ditengah kota dan berbentuk bundaryang merupakan pusat kehidupan sosial,ekonomi, budaya dan politik, sertamerupakan zona dengan drajat aksesbilitastinggi dalam suatu kota. DPK atau CBDtersebut terbagi atas dua bagia, yaitu:pertama,bagian paling inti atau RBD (Retail BussinessDistrict) dengan kegiatan dominanpertokoan, perkantoran dan jasa; kedua,bagian diluarnya atau WBD (Wholesale Busi-ness District) yang ditempati oleh bangunandengan peruntukan kegiatan ekonomi skalabesar, seperti pasar, pergudangan (ware-house), dan gedung penyimpanan barangsupaya tahan lama (storage buildings).Menurut Teori Sektoral (Hoyt,1939) DPK atauCBD memiliki pengertian yang sama denganyang diungkapkan oleh Teori Konsentris.Menurut Teori Pusat Berganda (Harris danUllman,1945) DPK atau CBD adalah pusatkota letaknya relatif di tengah-tengah sel-sellainnya dan berfungsi sebagai salah satu“growing points”. Zona ini menampungsebagian besar kegiatan kota, berupa pusatfasilitas transportasi dan di dalamnyaterdapat distrik spesialisasi pelayan, seperti“retailing” distrik khusus perbankan, teaterdan lain-lain (Yunus, 2000:49). Namun, adaperbedaan dengan dua teori yangdisebutkan diatas, yaitu bahwa pada TeoriPusat Berganda terdapat banyak DPK atauCBD dan letaknya tidak persis di tengah kotadan tidak selalu berbentuk bundar.
669Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani
Teori lainnya mendasari struktur ruang kotaadalah Teori Ketinggian Bangunan; TeoriKonsektoral; dan Teori Historis. Dikaitandengan perkembangan DPK atau CBD, makaberikut ini adalah penjelasan masing-masingteori mengenai pandangannya terhadap DPKatau CBD:1. Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955).
Teori ini menyatakan bahwa perkembanganstruktur kota dapat dilihat dari variabelketinggian bangunan. DPK atau CBD secaragaris besar merupakan daerah dengan hargalahan yang tinggi, aksesbilitas sangat tinggidan ada kecenderungan membangunstruktur perkotaan secara vertikal. Dalam halini, maka di DPK atau CBD paling sesuaidengan kegiatan perdagangan (retail activi-ties), karena semakin tinggi aksesbilitas suaturuang maka ruang tersebut akan ditempatioleh fungsi yang paling kuat ekonominya.
2. Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, 1980).Teori Konsektoral dilandasi oleh strukturruang kota di Amerika Latin. Dalam teori inidisebutkan bahwa DPK atau CBDmerupakan tempat utama dari perdagangan,hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerahini terjadi proses perubahan yang cepatsehingga mengancam nilai historis daridaerah tersebut. Pada daerah-daerah yangberbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempatyang digunakan untuk kegiatan ekonomi,antara lain pasar lokal, daerah-daerahpertokoan untuk golongan ekonomi lemahdan sebagian lain dipergunakan untuktempat tinggal sementara imigran.
3. Teori Historis (Alonso, 1964). DPK atau CBDdalam teori ini merupakan pusat segalafasilitas kota dan merupakan daerah dengandaya tarik tersendiri dan aksesbilitasnyayang tinggi.
METODOLOGI PENELITIANA. Lokasi dan Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di KotaBandung, dengan mengambil sampel
kawasan Central Business District di daerah Jl.Braga, Jl. Asia Afrika, Jl. Merdeka dan Dago.
B. Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalahsekelompok orang yang menggunakantrotoar pada lokasi penelitian. Sementarasampel yang digunakan dalam penelitian iniadalah sebanyak 30 orang pengguna trotoardi lokasi penelitian seperti para pedagang,tukang parkir dan pejalan kaki.
C. Metode Pengumpulan DataData Primer yang digunakan dalam kajianini adalah data yang diambil langsungmelalui survai dan wawancara kepada parapihak yang menjadi subjek dalam penelitianini yaitu dishub terkait, pedagang kaki lima,pejalan kaki, pengelola Central Business Dis-trict dan pengelola parkir. Data Sekunderyang digunakan dalam kajian ini adalah,literatur mengenai pedoman dan standartrotoar.
D. Metode Pengolahan DataPenelitian ini merupakan penelitian lapangan(field research) untuk menjawab pertanyaan“Apakah Trotoar di kota Bandung sudahmemenuhi standar?”. Pendekatan yangdigunakan untuk mencapai tujuan penelitianini adalah pendekatan dengan metodedeskriptif yang bertujuan untukmendeskriptifkan atau menjelaskan tentangsesuatu hal seperti apa adanya (Mukhtar danWidodo, 2000:28). Pendekatan ini bertujuanuntuk memperoleh deskriptif atau gambarantentang pemenuhan standar trotoar di kotaBandung, yang selain mengevaluasiberdasarkan pedoman yang sudah ada jugamenjaring opini pengguna trotoar di lokasipenelitian, hal ini dilakukan agar pemenuhanstandar trotoar di Kota Bandung yang sesuaipedoman dapat di penuhi.
HASIL DAN PEMBAHASANA. Acuan Normatif Standar Pedoman Trotoar
Standar pedoman perencanaan trotoar baikpada jalan baru maupun pada jalan lama
Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014670
yang mengacu pada: UU No. 22 Tahun 2009tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, UNo. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, PP No. 43Tahun 1993 tentang Prasarana dan LaluLintas Jalan, PP No. 34 tahun 2006 tentangJalan, KM Perhubungan No. 65 Tahun 1993tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan LLAJ,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman TeknisFasilitas Dan Aksesibilitas Pada BangunanGedung Dan Lingkungan dan Pedestrian Fa-cilities Guidebook, WSDOT, 1997.
B. Penempatan Trotoar1) Suatu ruas jalan dianggap perlu
dilengkapi dengan trotoar apabila disepanjang jalan tersebut terdapatpenggunaan lahan yang mempunyaipotensi menimbulkan pejalan kaki.Penggunaan lahan tersebut antara lainperumahan, sekolah, pusat perbelanjaan,pusat perdagangan, pusat perkantoran,pusat hiburan, pusat kegiatan sosial,daerah industri, terminal bus, dan lain-lain.
2) Secara umum trotoar dapat direncanakanpada ruas jalan yang terdapat volumepejalan kaki lebih besar dari 300 orang per12 jam (06.00 – 18.00) dan volume lalulintas lebih besar dari 1000 kendaraan per12 jam (06.00 – 18.00).
3) Trotoar hendaknya ditempatkan padasisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalulintas (bila telah tersedia jalur parkir).Trotoar hendaknya dibuat sejajar denganjalan, akan tetapi trotoar dapat tidaksejajar dengan jalan bila keadaantopografi atau keadaan setempat yangtidak memungkinkan.
4) Trotoar sedapat mungkin ditempatkanpada sisi dalam saluran drainase terbukaatau di atas saluran drainase yang telahditutup dengan plat beton yangmemenuhi syarat.
5) Trotoar pada pemberhentian bus harusditempatkan berdampingan/sejajardengan jalur bus. Trotoar dapat
ditempatkan di depan atau di belakanghalte.
Contoh Penempatan Trotoar
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 5. Trotoar di tepi luar jalur utilitas
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 6. Trotoar di tepi dalam saluran drainase
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar7.Trotoar di daerah bangunan/pertokoan
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 8. Trotoar di depan halte
671Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani
C. Ketentuan Teknis TrotoarDimensi Trotoara. Ruang Bebas Trotoar
1) Tinggi ruang bebas trotoar tidakkurang dari 2,5 meter dan kedalamanbebas trotoar tidak kurang dari 1,0meter yang diukur dari permukaantrotoar.
2) Kebebasan samping trotoar tidakkurang dari 0,3 meter.
3) Perencanaan pemasangan utilitasselain harus mempertahankan ruangbebas trotoar, harus juga memenuhiketentuan-ketentuan dalam petunjukpelaksanaan pemasangan utilitas.
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 9. Trotoar di belakang halte
6 jam paling sibuk dalam 1 hari untuk 2arah. Lebar trotoar (W) dapat dihitungdengan rumus sebagai berikut:W = P/35 + 1,5 Keterangan: P = volume pejalan kaki
(orang/menit/meter)W = lebar trotoar.
Lebar trotoar harus ditambah, bila pada trotoartersebut terdapat perlengkapan jalan sepertipatok rambu lalu lintas, kotak surat, pohonpeneduh atau fasilitas umum lainnya.Penambahan lebar trotoar apabila dilengkapifasilitas dapat dilihat seperti pada tabel 1.
Jenis Fasilitas Lebar Tambahan (cm)Kursi rodaTiang lampu penerangTiang lampu lalu lintasRambu lau lintasKotak suratKeranjang sampahTanaman peneduhPot bunga
100 - 12075 - 100100 -12075 - 100100 - 120
10060 - 120
150
Tabel 1. Penambahan Lebar Trotoar
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
Penggunaan Lahan sekitarnya Lebar Minimum (m)PerumahanPerkantoranIndustriSekolahTerminal/Bus StopPertokoan/PerbelanjaanJembatan/Terowongan
1,52,02,02,02,02,01,0
Tabel 2. Lebar minimum trotoar menurutpenggunaan lahan sekitarnya
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011
Lebar trotoar disarankan tidak kurang dari 2(dua) meter. Pada keadaan tertentu lebar trotoardapat direncanakan sesuai dengan batasan lebarminimum pada tabel 2.
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 10. Ruang bebas Trotoar
b. Lebar TrotoarKebutuhan lebar trotoar dihitungberdasarkan volume pejalan kaki rencana(P). Volume pejalan kaki rencana (P)adalah volume rata-rata per menit padainterval puncak. P dihitung berdasarkansurvai penghitungan pejalan kaki yangdilakukan setiap interval 15 menit selama
c. StrukturUntuk dapat memberikan pelayan yangoptimal kepada pejalan kaki makatrotoar harus diperkeras, diberi pembatas(dapat berupa kerb atau bataspenghalang/barrier) dan diberi elevasilebih tinggi dari permukaan perkerasan
Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014672
jalan. Perkerasan trotoar dapat dibuatdengan blok terkunci, beton, perkerasanaspal, atau plesteran.
pengguna trotoar, dan instansi terkait dilokasi penelitian yaitu di jalan AsiaAfrika, Jalan Braga, Jalan Merdeka danDago di Kota Bandung. Dari hasilpengamatan lapangan dihasilkan kondisieksisting trotoar di kota Bandung, sepertiyang tertuang dalam table 4.1. Untuk datahasil wawancara kepada penggunatrotoar dengan jumlah sampel sebanyak30 orang pengguna trotoar, di jalanMerdeka, Jalan Braga, Jalan Dago danJalan Asia Afrika untuk mengetahui opinimereka tentang pemanfaatan dankelayakan trotoar di jalan-jalan tersebut.Dan wawancara kepada instansi terkaituntuk mengetahui sejauh mana merekamensosialisasikan kepada parapengguna trotoar dalam hal pemanfaatantrotoar yang sesuai standar.1. Kondisi Eksisiting Trotoar di Kota
BandungK o n d i s i t r o t o a r d i k o t a B a n d u n g m a s i h
d a p a t d i k a t a k a n c u k u p s e s u a i d e n g a n
s t a n d a r y a n g t e l a h d i t e t a p k a n
w a l a u p u n m a s i h t e r d a p a t k e k u r a n g a n -
k e k u r a n g a n d a l a m p e n g a d a a n s a r a n a
y a n g a d a , s e p e r t i p r a s a r a n a
p e n e r a n g a n j a l a n d a n r a m b u - r a m b u
y a n g t e r d a p a t d i s e k i t a r t r o t o a r s e p e r t i
y a n g d i s a j i k a n d a l a m t a b e l 3 .
2 . K o n d i s i E k s i s t i n g P e m a n f a a t a n T r o t o a r
a . I d e n t i t a s R e s p o n d e n
1 ) J e n i s K e l a m i n
R e s p o n d e n y a n g d a p a t d i s u r v a i d i
l o k a s i s t u d i s e p e r t i j a l a n M e r d e k a ,
j a l a n B r a g a , J a l a n A s i a A f r i k a d a n J a l a n
D a g o d a l a m p e n e l i t i a n p e n g g u n a
t r o t o a r a d a l a h s e b a n y a k 3 0 o r a n g ,
1 0 0 % b e r j e n i s k e l a m i n l a k i - l a k i . D a p a t
d i l i h a t p a d a g a m b a r 1 5 .
2 ) P e n g g u n a T r o t o a r
R e s p o n d e n p e n g g u n a t r o t o a r d i l o k a s i
s t u d i t e r d i r i d a r i p e j a l a n k a k i
s e b a n y a k 5 0 % , p e d a g a n g 1 7 % d a n
t u k a n g p a r k i r s e b a n y a k 3 3 % . D a p a t
d i l i h a t p a d a g a m b a r 1 6
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 11. Konstruksi Trotoar Blok Terkunci
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 12. Konstruksi Trotoar Beton
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 13.Konstruksi Trotoar Perkerasan Aspal
Sumber: RSNI, STandar Trotoar dan Pedestrian tahun 2011Gambar 14. Konstruksi Trotoar Plesteran
d. Hasil PenelitianData pada penelitian ini diperoleh darihasil pengamatan dan lapangan dansurvai wawancara langsung dengan caramembagikan kuesioner kepada para
673Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani
No NamaJalan
LebarTrotoar
TinggiTrotoar
KeadaanTrotoar
JumlahPedagang
LampuPenerangan
Prasarana YangAda
Rambu-rambuYang Ada
JumlahPejalan
KakiPermenit
1 AsiaAfrika
4 m 15 cm Baik 4 Ada Lampu Jalan,taman kecil, pot
Dilarang berhenti 20 orang
2 Braga 2,5 m 15 cm Cukup 6 Ada Lampu jalan, pot Tidak ada rambu 25 orang
3 Dago 2,9 m 15 cm KurangBaik
8 Jarang Pot Dilarang berhenti,dilarang belok
kanan, di larangparkir
35 orang
4 Merdeka 1,6 m 10 cm KurangBaik4
6 Jarang Taman Kecil, pot Dilarang putarbalik
15 orang
Tabel 3. Kondisi Eksisting Trotoar di Kota Bandung
Sumber: Pengamatan lokasi studi
Sumber: Data Primer, diolahGambar 15. Jenis Kelamin Responden
Sumber: Data Primer, diolahGambar 16. Pengguna Trotoar
3) PendidikanUntuk pendidikan, responden yangterjaring di lokasi studi yangmempunyai pendidikan SLTAsebesar 64% dan yang berpendidikanSLTP sebesar 36%. Dapat dilihat padagambar 17.
Sumber: Data Primer, diolah Gambar 17. Pendidikan Responden
3. Alasan Pemanfaatan Trotoara. Pedagang
Alasan responden yang berprofesi sebagaipedagang dalam hal pemanfaatan trotoaradalah dikarenakan 13% tidak adapekerjaan tetap, 33% sudah lama berjualandi lokasi trotoar dan 54% dekat dengansekolah. Dapat dilihat pada gambar 18
Sumber: Data Primer, diolahGambar 18. Alasan Pemanfaatan Trotoar Menurut
Pedagang
Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014674
lokasi berdagang, 7% menjawab maupindah lokasi dagang dan 93% menjawabtidak mau pindah lokasi dagang. Dapatdilihat pada gambar 21.
2) Tukang ParkirAlasan responden yang berprofesisebagai tukang parkir dalam halpemanfaatan trotoar dikarenakan 27%parkir gedung penuh, 33% permintaanpengendara bermotor dan 40% lebihmudah parkir di jalan. Dapat dilihat padagambar 19.
Sumber: Data Primer, diolahGambar 19. Alasan Pemanfaatan Trotoar Menurut
Tukang Parkir
Sumber: Data Primer, diolahGambar 20. Pengetahuan Terhadap Sanksi dan
Peraturan Pemanfaatan Trotoar
Sumber: Data Primer, diolahGambar 21. Pemindahan Lokasi Dagang
Sumber: Data Primer, diolahGambar 22. Pemindahan Lokasi Parkir
4. Pengetahuan Terhadap Peraturan dan Sanksipemanfaatan TrotoarDalam hal pengetahuan terhadap sanksi danperaturan pemanfaatan trotoar baikpedagang dan tukang parkir berpendapat 7%tidak tahu terhadap sanksi tersebut dan 93%mengetahui sanksi tersebut. Dapat dilihatpada gambar 20.
5. Pemindahan Lokasia. Pedagang
Responden yang berprofesi sebagaipedagang berpendapat dalam hal pindah
b. Tukang ParkirResponden yang berprofesi sebagaitukang parkir berpendapat dalam halpindah lokasi parkir, 47% menjawab tidakmau pindah lokasi parkir dan 53%menjawab mau pindah lokasi parkir.Dapat dilihat pada gambar 22.
6. Pembayaran Uang KeamananDalam hal pembayaran uang keamanan,baik responden yang berprofesi sebagaitukang parkir maupun pedagangmenyatakan bahwa 13% menyatakan bahwamereka tidak membayar, dan 87%responden lainnya menyatakan bahwamereka membayar.
675Evaluasi Pemenuhan Standar Trotoar di Central Business District (Studi Kasus Kota Bandung), Evy Fitriani
2. Analisis Pemanfaatan TrotoarDari data yang didapat, dihasilkan bahwapemanfaatan trotoar di 4 ruas jalan kotaBandung masih dapat dikatakan belumsesuai dengan standar pemanfaatan trotoarpada umumnya. Hal itu dikarenakanbanyaknya permintaan dari para pengendaramotor untuk menjadikan trotoar sebagai lahaparkir, hal ini disebabkan tarif parkir dikawasan bisnis tersebut masih dirasakancukup mahal dibandingkan dengan tarifparkir di trotoar. Untuk pedagang di trotoarmereka beralasan karena tempat berdagangmereka di trotoar dekat dengan pembeli,sehingga dikhawatirkan jika mereka pindahke tempat lain maka tidak akan ada pembeli.Alasan para pengelola parkir dan pedaganguntuk memanfaatkan trotoar sebagai lahanusaha mereka juga dibarengi dengankewajiban mereka untuk membayar iurankepada oknum aparat, walaupun merekamengetahui peraturan yang berlaku tetapimereka sudah merasa nyaman untukberusaha di lahan trotoar tersebut.Melihat kenyataan di atas, maka perludilakukan kerjasama antara instansi terkaitdalam hal ini, Pemkot Bandung, DinasPerhubungan, Dinas PU, dan pengelola CBDuntuk melakukan sosialisasi dengan parapengguna lahan trotoar dan menyediakanlahan yang nyaman, aman, dan tertibsehingga para pedagang dan tukang parkirtersebut mempunyai keinginan untuk pindahlokasi usaha. Selain itu untuk prasaranaseperti lampu penerangan, rambu-rambu,
Sumber: Data Primer, diolahGambar 23. Pembayaran Uang Keamanan
No Nama JalanLebar Eksisting
Trotoar
JumlahPejalan Kaki
Permenit
StandarLebar Trotoar
5.15.3
PW
Sesuai/TidakSesuai
1 Asia Afrika 4 m 15 orang 5,7 m Tidak sesuai
2 Braga 2,5 m 10 orang 4,3 m Tidak sesuai
3 Dago 2,9 m 15 orang 5,7 m Tidak sesuai
4 Merdeka 1,6 m 15 orang 5,7 m Tidak sesuai
Tabel 4. Kesesuaian Lebar Eksisting Trotoar dengan Standar
Sumber: Data Primer, Diolah
Berdasarkan hasil penelitian di lokasi studiterkait dengan kondisi eksisiting trotoar di kotaBandung dan kondisi eksisting pemanfaatantrotoar adalah sebagai berikut:1. Analisis Kondisi eksisting trotoar kota
BandungRumus perencanaan lebar trotoar,:
5.15.3
PW
Ket : W = Lebar TrotoarP = Jumlah orang yang melewati trotoar (Orang/
Menit/Meter)Berdasarkan rumus diatas dapat dihitungapakah lebar trotoar di Kota Bandung sudahsesuai dengan standar. Dapat dilihat padatabel 4.Dari tabel 4 dapat dikatakan bahwa lebar trotoardi 4 ruas jalan di Kota Bandung, masih dikatakanbelum sesuai dengan standar pedomanperencanaan trotoar.
Warta Penelitian Perhubungan, Volume 26, Nomor 11, November 2014676
dan penghijauan harus diperhatikan agarpara pengguna trotoar khususnya pejalankaki dan penyandang cacat menjadi lebihnyaman dan aman dalam memanfaatkantrotoar sebagai sarana mobilisasi mereka.
KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasansebelumnya, maka kesimpulan yang dapatdiambil dari penelitian ini adalah sebagaiberikut:Pemanfaatan trotoar di Kota Bandung belumsepenuhnya memenuhi standar pedoman yangtelah di tetapkan, masih terdapat trotoar yangkondisinya jauh dari layak.Prasarana yang terdapat di trotoar masih belummenunjang kenyamanan pejalan kaki.Masih terdapat oknum-oknum yangmemanfaatkan trotoar untuk bisnis pribadi,seperti memungut bayaran dari para pedagang.
SARANBerdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan,maka saran yang diberikan oleh penulis kepadainstansi terkait dalam hal ini Pemerintah KotaBandung adalah sebagai berikut:Pemerintah Daerah Kota Bandung harus terlebihdahulu menyediakan tempat yang layak untukpara pedagang di trotoar. Melakukan sosialisasikepada para pedagang dan tukang parkirtentang pemanfaatan trotoar.Memberikan sanksi kepada para pedagang yangmelakukan aktivitas di trotoar. Memberikansanksi tegas kepada oknum-oknum aparat yangmemungut bayaran kepada para pedagang dantukang parkir
UCAPAN TERIMA KASIHPada kesempatan ini penulis mengucapkanterima kasih kepada Kepala PuslitbangPerhubungan Darat, sebagai pengarah danBapak Ir. Mutharudin, M.MTr, sebagaiPembimbing, serta kepada semua pihak yangtelah banyak membantu dalam penulisanpenelitian ini.
DAFTAR PUSTAKAAlonso, W.1964. location and Use toward A Gen-
eral theory of Lanf Rent. Harvard UniversityPress. Cambridge, Massachusetts.
Burgess, e.w., 1925. The Growth of the city, in R.E.Park:E.W.Burgess and R.D.McKenzie (eds), theCity, Universitas of chicago Press, Chicago.
Daniswor, Muhammad, 1991.Perancangan Urban,Perancangan Arsitek. Diktat KuliahBandung:Pasca Sarjana ITB
Darmawan, Edy, 2003. Teori dan Kajian RuangPublik Kota. Semarang: Badan Penerbit Uni-versitas Diponegoro
Griffin, E.,& Ford, L, 1980. A model of Latin Ameri-can sity structure, Geographical Review
Harris, C.D. and Ullman, E.L.,1945. The Natursof Cities, in the Ann. Am. Acad. Pol. Sci.7,p.242
Hoyt, Homer, 1939. The Structure and Growth ofResidential Neighborhoods in American Cities.Washington, DC., U.S. Federal Housing Ad-ministration
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.1996. Jakarta: Balai Pustaka 3685
Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentangLalulintas dan Angkutan Jalan;
Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentangpenyandang cacat;
Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung;
Undang-undang No 38 Tahun 2004 tentang jalan;Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang;Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/
PRT/M/2006 tentang pedoman teknis fasilitasdan aksesibilitas pada bangunan gedung danlingkungan;
Washington State Departement of Transportation,Pedestrian Facilities Guidebook. Washington: Otak.
Widodo, erna dan Mukhtar, 2000. KonstruksiKearah Penelitian Deskriptif., Yogyakarta:Avyrouz.
Yunus, Hadi S., 2000. Struktur Tata Ruang Kota,Pustaka Pelajar Offset Yogyakarta
Vergel, 1955. Urban Soctology,109 New York