faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya …repository.poltekkes-kdi.ac.id/105/1/kti ritna...
TRANSCRIPT
i
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYAPENCEGAHAN INFEKSI PADA IBU BERSALIN
DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2017
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan padaProgram Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh :
RITNANIM : P00324014068
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2017
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Ritna
2. Tempat Tangal Lahir : Kolaka, 23 Agustus 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Tolaki / Indonesia
6. Alamat : Jl. Jend. A Nasution Lorong Ambon
Kota Kendari
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 1 Tirawuta Kolaka Timur, Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Tirawuta Kolaka Timur, Tahun Tamat 2011
3. SMA Negeri 1 Tirawuta Kolaka Timur, Tamat Tahun 2014
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2014 sampai sekarang.
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Upaya Pencegahan Infeksi
pada Ibu Bersalin Di RSUD Kota Kendari Tahun 2017”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan
awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes., selaku
Pembimbing I dan Ibu Elyasari, SST., M.Keb., selaku Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung
jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu dr. Hj. Asrida, selaku Direktur RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi
selama pengambilan data awal penelitian ini berlangsung
3. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari.
v
vi
4. Ibu Arsulfa, S.Si.T., M.Keb., selaku Penguji I, Ibu Melania Asi, S.Si.T.,
M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Farming, SST., M.Keb., selaku Penguji
III.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Teristimewa kepada ayahanda Bahrun dan Ibunda tercinta Sitti Juriah
yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih
sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta
saudara-saudaraku, Ritno Febrianto, dan Muh. Zaisar terima kasih atas
pengertiannya selama ini.
7. Sahabatku; Irna, Dhita, Yulinda, dan Fiqra serta teman-temanku Andini,
Igha, Apriani, Wuryani dan Wa Aci. Terima kasih atas kebersamaannya
selama ini.
8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2014.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Juli 2017
Penulis
vi
vii
ABSTRAK
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Upaya Pencegahan Infeksipada Ibu Bersalin Di RSUD Kota Kendari Tahun 2017
Ritna 1, Sultina Sarita 2, Elyasari 2
Latar Belakang: Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angkakematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dankesehatan, baik di rumah sakit atau klinik bersalin, dihadapkan kepada risikoterjadinya infeksi. Kejadian infeksi sebenarnya dapat dicegah dan diminimalkankejadiannya dengan upaya melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalammemberikan pelayanan kesehatan.Tujuan Penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan denganupaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitikdengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Ruang TerataiRSUD Kota Kendari pada bulan Juni-Juli 2017. Populasi adalah semua bidan yangmenolong persalinan di Ruang Bersalin di RSUD Kota Kendari sebanyak 43 orang,dengan sampel sebanyak 43 responden secara total sampling. Variabel independendalam penelitian ini yaitu sikap dan ketersediaan fasilitas, sedangkan variabeldependen dalam penelitian ini yaitu upaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin.Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa sikap bidan dalam upaya pencegahan infeksisebagian besar dalam kategori kurang baik, yakni sebanyak 23 orang (53,5%).Ketersediaan fasilitas dalam upaya pencegahan infeksi sebagian besar dalamkategori tidak lengkap, yakni sebanyak 27 orang (62,8%)Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungansikap bidan dan ketersediaan dengan upaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin diRuang Teratai RSUD Kota Kendari.
Kata Kunci : Upaya Pencegahan InfeksiDaftar Pustaka : 30 (2005-2015)
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 7
E. Keaslian Penelitian ............................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Persalinan ............................................ 10
B. Tinjauan Tentang Pencegahan Infeksi ............................. 16
C. Tinjauan Tentang Tindakan dalam Pencegahan Infeksi .. 21
D. Tinjauan Tentang faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Upaya Pencegahan Infeksi pada Asuhan Persalinan ...... 30
E. Landasan Teori ................................................................ 33
F. Kerangka Konsep Penelitian ........................................... 35
G. Hipotesis Penelitian ........................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian .............................................. 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 36
viii
ix
C Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 37
D Variabel Penelitian ........................................................... 37
E Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .......................... 37
F Sumber Data .................................................................... 40
G Pengolahan Data .............................................................. 40
H Penyajian Data ................................................................. 41
I. Analisis Data ..................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................. 44
B. Pembahasan .................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 58
B. Saran ................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD Kota KendariTahun 2017 .......................................................................................... 47
2. Distribusi Responden Menurut Umur di Ruang TerataiRSUD Kota Kendari ............................................................................. 48
3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Ruang TerataiRSUD Kota Kendari ............................................................................. 48
4. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Kerja di Ruang TerataiRSUD Kota Kendari ............................................................................. 49
5. Distribusi Sikap Bidan di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari .............. 49
6. Distribusi Ketersediaan Fasilitas di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari 50
7. Distribusi Upaya Pencegahan Infeksi di Ruang TerataiRSUD Kota Kendari ............................................................................. 50
8. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Sikap dengan Upaya PencegahanInfeksi di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari ...................................... 51
9. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan UpayaPencegahan Infeksi di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari ................. 52
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 35
2. Desain Penelitian Cross Sectional ................................................. 36
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden
3. Kuesioner Penelitian
4. Master Tabel Penelitian
5. Surat Ijin Penelitian
6. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan
medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau klinik bersalin, dihadapkan
kepada risiko terjadinya infeksi. Kejadian infeksi sebenarnya dapat
dicegah dan diminimalkan kejadiannya dengan upaya melaksanakan
tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan pelayanan kesehatan
(Saifuddin, 2013).
Pencegahan infeksi merupakan hal yang esensial dalam
memberikan asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru
lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat pemeriksaan
antenatal, saat menolong persalinan khususnya dan saat nifas. Tindakan
ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk meminimalkan dan
menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya serta infeksi nosokomial
terhadap ibu bersalin khususnya dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2013).
Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI
(Maternal Mortality Ratio) di USA yaitu 28 per 100.000 kelahiran hidup
(KH), AKI di Nigeria yaitu 560 per 100.000 KH, AKI di India yaitu 190 per
100.000 KH, dan AKI di Malaysia yaitu 29 per 100.000 KH (WHO, 2014).
1
2
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), setiap
harinya pada tahun 2014, sekitar 800 wanita di dunia meninggal
dikarenakan komplikasi kehamilan dan persalinan termasuk perdarahan
yang hebat setelah persalinan, infeksi, hipertensi, dan aborsi yang tidak
aman (WHO, 2014). Di Negara berkembang paling sedikit satu dari
sepuluh kematian ibu disebabkan oleh Infeksi. Luka pasca nifas masih
menjadi kasus umum penyebab infeksi 80-90% (Varney, 2008).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Sementara target AKI di tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Jadi target angka ini masih jauh dari yang harus dicapai.
Pada tahun 2013, Kementerian Kesehatan meluncurkan program
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25% dengan
persalinan yang bersih dan aman sesuai prosedur salah satunya. Program
ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu
dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan
provinsi-provinsi tersebut dikarenakan 52,6% dari jumlah total kejadian
kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga
dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut
diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia
secara signifikan (Kemenkes RI, 2013).
3
Pada Tahun 2014 (per Oktober) AKI di Provinsi Sulawesi Tenggara
sebesar 152 per 100.000 kelahiran hidup, sementara pada tahun 2013
AKI di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 249 per 100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan, berdasarkan laporan dari profil kab/kota AKI yang
dilaporkan di Sulawesi Tenggara tahun 2014 yaitu 106/100.000 kelahiran
hidup (Dinkes Prov. Sultra, 2014).
Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab
utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung
kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
komplikasi puerperium (8%), partus macet (5%), abortus (5%), trauma
obstetric (5%), emboli (3%), dan lain-lain (11%) (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab angka kematian ibu di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh
perdarahan 33%, eklampsia 28%, lainnya 27%, infeksi 6,6%, partus macet
3,3%, dan abortus 2% (Dinkes Prov. Sultra, 2014).
Di Kota Kendari, selama tahun 2016 sebanyak 74 kasus ditemukan
ibu mati melahirkan. Dari 74 kasus kematian ibu yang dilaporkan tersebut,
dua kasus kematian di klinik dokter, 42 kasus meninggal di rumah sakit
dan 17 kasus meninggal di rumah, 5 kasus meninggal di puskesmas dan
8 kasus meninggal dalam perjalanan. Sedangkan kematian ibu melahirkan
tahun 2015 hanya 57 kasus (Dinkes Kota Kendari, 2016).
Saat ini, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam
pelayanan kesehatan adalah ditujukan untuk mencegah dan
4
meminimalkan infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme dan
mengurangi risiko perpindahan penyakit (Hepatitis B dan HIV AIDS) (Azis
dan Musrifatul, 2008).
Infeksi persalinan dapat dicegah apabila tenaga kesehatan dapat
melakukan pencegahan infeksi yang benar yaitu melalui pengetahuan,
keterampilan dan pelatihan klinik yang kemudian diterapkan sehingga
mampu memberikan asuhan persalinan yang aman dan bersih serta
mencegah terjadinya komplikasi pada ibu bersalin. Prinsip-prinsip
tindakan pencegahan infeksi yang sesuai dengan SOP harus diterapkan
dalam proses menolong persalinan karena untuk menghindari penyakit-
penyakit infeksi yang melalui jalan lahir (Depkes RI, 2008).
Prinsip tindakan pencegahan terhadap infeksi yang dapat dilakukan
oleh bidan pada ibu bersalin dengan persalinan normal diantaranya
adalah mencuci tangan, memakai sarung tangan dan penggunaan alat
pelindung diri pada saat prosedur tindakan, melaksanakan teknik aseptik,
memproses alat bekas pakai dengan benar, dan menjaga kebersihan
lingkungan ruang persalinan (Depkes RI, 2014).
Bidan sebagai salah satu petugas kesehatan dan penolong
persalinan yang profesional, dalam memberikan asuhan kebidanan,
sangat berkemungkinan untuk ditulari dan menularkan kuman dari dan
kepada kliennya yang dapat menimbulkan terjadinya infeksi. Oleh karena
itu, prinsip pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi harus tetap
dilaksanakan dan ditingkatkan, sesuai dengan prosedur yang telah
5
ditetapkan untuk mencegah dan mengurangi kejadian morbiditas hingga
mortalitas (Mustika, 2008).
Hasil Penelitian Widoretno (2012), di Kab Lampung Timur dapat
dilihat ada beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku bidan
dalam pencegahan infeksi saat melakukan pertolongan persalinan yang
meliputi faktor sikap dan pengetahuan yang menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan perilaku bidan dalam pencegahan infeksi.
Hasil Penelitian Rahmadona dkk (2014), di Puskesmas Wilayah
kerja Dinkes Kab Badung Prov. Bali menunjukkan bahwa pengetahuan
dan sikap (faktor predisposisi), ketersediaan sarana dan fasilitas (faktor
pemungkin) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan
perilaku penerapan kewaspadaan universal (pencegahan infeksi) pada
persalinan normal.
Berdasarkan survei pendahuluan di RSUD Kota Kendari yang
merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang berstatus B, dimana
jumlah bidan sebanyak 63 orang. Ibu bersalin periode tahun 2015-2016
yang melahirkan secara normal yang ditolong oleh bidan adalah 945
orang ibu bersalin diantaranya terdapat 21 (2,2%) orang ibu bersalin yang
mengalami infeksi pasca persalinan di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara pada tanggal 12
November 2016 kepada 8 orang bidan, dengan sarana prasarana rumah
sakit untuk tindakan pencegahan infeksi juga sudah lengkap. Dari 8 orang
bidan tersebut hanya 3 orang (37,5%) yang melakukan semua tahap atau
prosedur tindakan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan sesuai
6
SOP yang sudah ditetapkan. Ada beberapa tindakan pencegahan infeksi
yang tidak dilakukan oleh 5 orang bidan tersebut yaitu: menggunakan lap
tangan setelah mencuci tangan secara bersamaan/ tidak untuk sekali
pakai, mereka tidak mencuci tangan setelah tiba di tempat bekerja,
terkadang mereka juga tidak mengganti larutan klorin setiap 24 jam sekali
dan mereka tidak menggunakan APD secara lengkap saat melakukan
pertolongan persalinan yaitu tidak memakai penutup kepala, masker
jarang digunakan dikarenakan mereka merasa kurang nyaman, dan
jarang menggunakan sepatu pelindung/ boot/ sepatu khusus di ruang
bersalin.
Pembentukan perilaku yang baik akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar diri (eksternal) bidan
tersebut. Menurut Geller (2005), terdapat dua faktor yaitu faktor internal
(sikap) dan eksternal (ketersediaan fasilitas).
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti telah melakukan
penelitian dengan judul: faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya
pencegahan infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai RSUD Kota
Kendari Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan upaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai
RSUD Kota Kendari tahun 2017?”.
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
upaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai RSUD
Kota Kendari Tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui sikap bidan dalam upaya pencegahan infeksi
pada ibu bersalin di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari Tahun
2017.
b. Untuk mengetahui ketersediaan fasilitas dalam upaya pencegahan
infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari
Tahun 2017.
c. Untuk mengetahui hubungan antara sikap bidan dengan upaya
pencegahan infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai RSUD Kota
Kendari Tahun 2017.
d. Untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan
upaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai
RSUD Kota Kendari Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Instansi Rumah
Sakit untuk evaluasi terhadap penerapan standar praktek pencegahan
infeksi pada ibu bersalin yang dapat digunakan sebagai bahan
8
referensi untuk pengambilan kebijakan menjadi acuan dalam
menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif dan bermutu
dalam upaya penanggulangan pencegahan infeksi pada pertolongan
persalinan yang pada akhirnya akan menurunkan Angka Kematian Ibu.
2. Bagi Bidan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
bidan untuk menerapkan prosedur atau pedoman pencegahan infeksi
pada pertolongan persalinan dalam upaya penanggulangan
pencegahan penyakit infeksi pada ibu bersalin khususnya.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya dan penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan
yang berkaitan dengan penerapan pencegahan infeksi pada ibu
bersalin dengan pertolongan persalinan.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh:
1. Fitria (2012). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Bidan Dalam Pencegahan Infeksi Saat Melakukan Pertolongan
Persalinan di Kab. Lampung Timur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku bidan
dalam pencegahan infeksi saat melakukan pertolongan persalinan
9
yang meliputi faktor sikap dan pengetahuan yang menunjukkan
hubungan yang signifikan dengan perilaku bidan dalam pencegahan
infeksi.
2. Rahmadona dkk (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Perilaku Bidan dalam pencegahan Rsiiko Penularan HIV/AIDS Pada
Pertolongan Persalinan Normal di Kota Tanjung Pinang Tahun 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap (faktor
predisposisi), ketersediaan sarana dan fasilitas (faktor pemungkin)
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan perilaku
penerapan kewaspadaan universal (pencegahan infeksi) pada
persalinan normal.
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah tahun
penelitian, tempat penelitian, variabel yang teliti.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri
(Lailiyana, S., 2011). Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2009).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap (POGI, IDAI, IBI, PPNI, 2008).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi
baik bagi ibu maupun janin (Rukiyah, 2009).
Adapun menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan
sebagai berikut:
a. Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan
lahir ibu tersebut.
10
11
b. Persalinan buatan.
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi section caesaria.
c. Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin (Yanti,
2009).
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya
kekuatan his, hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu:
a. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
b. Progesterone
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan
otot polos relaksasi (Sumarah, 2009).
2. Tahapan Persalinan
Menurut Sumarah (2009), tahapan persalinan sebagai berikut:
a. Kala I Pembukaan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
12
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas
dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Tanda dan gejala kala I
a) Penipisan dan pembukaan serviks
b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(Frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
c) Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
2) Fase laten pada kala I persalinan:
a) Di mulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
3) Fase Aktif pada kala I persalinan:
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
b. Kala II persalinan
Di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
13
multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang
lebih 2-3 menit sekali. Dalam kondisi yang normal pada kala ini
kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka pada saat
his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa adanya
tekanan pada rectum dan seperti akan buang air besar. Kemudian
perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya
anus. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada saat ada his. Jika dasar panggul sudah
berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his dan mengedan
maksimal kepala janin di lahirkan dengan suboksiput di bawah
simfisis dan dahi, muka, dagu melewati perenium. Setelah his
istirahat sebentar maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan
anggota badan bayi.
c. Kala III persalinan
Di mulai setelah segera bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat.
Bebrapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya.
d. Kala IV persalinan
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan
14
yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah :
1) Tingkat kesadaran penderita
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan.
Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc (Sumarah, 2008).
3. Perawatan Persalinan
Menurut Depkes Ri (2012), penatalaksanaan dan perawatan selama
persalinan sebagai berikut:
a. Kala I
1) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
2) Jika ibu tampak gelisah/ketakutan, biarkan ia berganti posisi sesuai
keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan untuk miring serta biarkan
ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya dan ajari
teknik bernafas
3) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang
air besar/kecil
4) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi serta sarankan
ibu berkemih sesering mungkin
b. Kala II
15
1) Bersihkan vulva dan perinium, dari depan ke belakang dengan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT
2) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap
3) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
4) Periksa denyut jantung janin segera setelah kontraksi berakhir
c. Kala III
1) Menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik
2) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10
unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral
d. Kala IV
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
2) Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak
kulit ibu-bayi
3) Timbang dan ukur bayi
4) Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
5) Suntikkan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri antero lateral bayi
6) Pastikan suhu tubh bayi normal
7) Periksa cacat bawaan bayi dan tanda-tanda bahaya pada bayi
8) Berikan suntikan imunisasi hepatitis V di paha kanan antero lateral
9) Pantau kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam
10) Periksa tekanan darah ibu
16
B. Tinjauan Tentang Pencegahan Infeksi
1. Pengertian
Pencegahan infeksi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
risiko penularan infeksi mikroorganisme yang berasal dari tenaga kesehatan.
Tindakan pencegahan infeksi ini tidak terpisah dari komponen lain selama
dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan pencegahan infeksi
dalam asuhan persalinan adalah untuk meminimalkan infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme serta menurunkan risiko penularan penyakit
yang mengancam jiwa seperti Hepatitis dan HIV/AIDS. Sejumlah penelitian
telah menunjukkan bahwa pelaksanaan pencegahan infeksi dapat berhasil
mengurangi risiko pajanan darah dan cairan tubuh (Li li, Chunqin dkk, 2011).
Pencegahan infeksi merupakan tindakan melindungi ibu, bayi baru
lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Pencegahan infeksi juga
adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu
dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong
persalinan dan kelahiran bayi, paska persalinan ibu dan bayi baru lahir, saat
menatalaksana penyulit/komplikasi, kemungkinan tertular penyakit HIV/AIDS,
Hepatitis dan terjadinya infeksi silang antar petugas dengan pasien (Depkes
RI, 2014).
Prinsip pencegahan infeksi ini adalah bahwa: (1) Setiap orang, baik
ibu, bayi baru lahir maupun penolong persalinan harus dianggap dapat
menularkan penyakit, karena infeksi dapat timbul tanpa gejala atau
asimtomatik; (2) Setiap orang dianggap berisiko terkena infeksi; (3) Semua
benda dan peralatan yang telah tersentuh dengan permukaan kulit yang tak
utuh, lecet, selaput mukosa atau darah dianggap telah terkontaminasi
17
sehingga harus diproses dengan benar setelah alat tersebut digunakan; (4)
Jika tidak diketahui apakah alat tersebut terkontaminasi atau tidak maka
semua alat harus dianggap masih terkontaminasi; (5) Risiko infeksi tidak
dapat dihilangkan secara total, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin
untuk mengurangi risiko dengan menerapkan tindakan pencegahan infeksi
dengan benar dan konsisten.
2. Definisi Tindakan-Tindakan dalam Pencegahan Infeksi
Adapun fefinisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi yaitu:
a. Asepsis adalah suatu tindakan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh.
b. Tehnik aseptik adalah suatu tindakan membuat prosedur lebih aman
dengan menurunkan atau menghilangkan seluruh mikroorganisme pada
kulit, jaringan dan instrumen hingga tingkat yang aman.
c. Antisepsis adalah suatu tindakan pencegahan infeksi dengan cara
membunuh/menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
kulit/jaringan tubuh.
d. Dekontaminasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai
benda yang terkontaminasi darah, cairan tubuh.
e. Mencuci dan membilas adalah suatu tindakan untuk menghilangkan
darah, cairan tubuh atau benda asing dari kulit/instrumen.
f. Desinfeksi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme pada benda mati/instrumen.
g. Desinfeksi Tingkat Tinggi/DT adalah suatu tindakan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri.
18
h. Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme termasuk endospora pada benda mati/instrumen
(Hidayat, A dan Sujiatini, 2010 dan Depkes RI, 2014).
3. Tujuan Utama Pencegahan Infeksi
Tujuan utama dari pencegahan infeksi adalah:
a. Mencegah dan meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme.
b. Meminimalkan resiko penyebaran penyakit yang berbahaya yaitu
Hepatitis B dan HIV/ AIDS kepada pasien, petugas kesehatan, termasuk
petugas kebersihan (Pinem, 2009 & Depkes RI, 2014).
c. Melindungi ibu, Bayi Baru Lahir, keluarga, penolong persalinan, dan
tenaga kesehatan lain sehingga mengurangi infeksi karena bakteri, virus
dan jamur (Hidayat, A dan Sujiatini, 2010).
4. Prinsip Dasar dalam Pencegahan Infeksi Pada Persalinan Normal
Adapun prinsip dasar dalam pencegahan infeksi pada ibu dengan
persalinan normal yaitu:
a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap
dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik
(tanpa gejala) dan setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
b. Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dan praktis untuk
mencegah kontaminasi silang.
c. Gunakan pelindung yaitu: (1) Sepasang sarung tangan sebelum
menyentuh apapun yang basah seperti kulit terkelupas, membran
mukosa, darah atau duh tubuh lainnya, serta alat-alat yang telah dipakai
dan bahan yang telah terkontaminasi atau sebelum melakukan tindakan
invasive; dan (2) Pelindung fisik/barier seperti kacamata (goggles),
19
masker, celemek (apron) setiap kali melakukan kegiatan pelayanan yang
diantisipasi dapat terkena percikan atau terkena darah dan cairan tubuh
pasien.
d. Gunakan bahan antiseptik untuk membersihkan kulit maupun membran
mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau
menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptik berbahan
dasar alkohol.
e. Selalu melakukan tindakan menurut langkah yang aman, seperti tidak
membengkokkan jarum dengan tangan, memegang alat medik dan
memprosesnya dengan benar, membuang dan memproses sampah
medik dengan benar.
f. Lakukan pemrosesan terhadap instrumen, sarung tangan dan bahan lain
setelah digunakan dengan cara mendekontaminasi dalam larutan klorin
0,5% dan dicuci bersih, kemudian menggunakan (DTT) atau di sterilisasi
dengan cara-cara yang dianjurkan dengan benar dan sesuai prosedur
yang berlaku
g. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya
telah diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap masih
terkontaminasi. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi
dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-
tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten (Pinem, 2009
dan Saifuddin, 2013).
C. Tinjauan Tentang Tindakan dalam Pencegahan Infeksi
Ada berbagai tindakan/ praktek pencegahan infeksi yang dapat
mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu,
bayi baru lahir dan para penolong persalinan) atau dari peralatan ke orang dapat
20
dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu
(pasien atau petugas kesehatan) (Azis dan Uliyah, 2008 dan Depkes RI, 2014).
Tindakan-tindakan yang termasuk dalam pencegahan infeksi ini adalah:
1. Cuci Tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan
penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir. Cuci tangan harus dilakukan, yaitu:
a. Segera setelah tiba di tempat pelayanan kesehatan
b. Sebelum dan setelah melakukan pemeriksaan atau kontak fisik secara
langsung dengan ibu dan bayi baru lahir
c. Sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril, yang kemungkinan ada kebocoran di sarung tangan
d. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (contohnya:
hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan
sarung tangan
e. Cuci tangan setelah pergi ke kamar kecil/kamar mandi, membersihkan
hidung atau memakai tangan untuk menutupi mulut ketika batuk dan
sebelum pulang kerja, cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir selama 10-15 detik, lalu keringkan dengan handuk pribadi atau
dianginkan, sebagai pengganti cuci tangan dengan air, gunakan larutan
alkohol (100 ml alkohol 60-90% + 2 ml gliserin) jika tidak tersedia air
untuk mencuci tangan (Pinem, 2009 & Depkes RI, 2014).
Untuk membudidayakan kebiasaan mencuci tangan, pengelola tempat
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan asuhan persalinan normal harus
berusaha menyediakan sabun dan air bersih secara terus menerus baik dari
21
kran atau ember, serta penggunaan handuk sekali pakai ganti. Untuk setiap
petugas kesehatan khususnya bidan menggunakan satu handuk/lap bersih
dan kering untuk mengeringkan tangan (Saifuddin, 2013).
Mennurut Pinem (2009), langkah-langkah dalam mencuci tangan
adalah sebagai berikut:
a. Sediakan:
1) Sabun, sebaiknya dalam bentuk cair.
2) Air bersih mengalir. Bila tidak ada keran air, tempatkan air bersih ke
dalam ember tertutup atau tempat air lainnya agar dapat dikucurkan
ketika dipakai untuk mencuci tangan.
3) Handuk bersih yang kering atau lap kertas yang bersih.
4) Kuku dijaga selalu pendek.
b. Lepaskan perhiasan tangan atau lengan dan jam tangan
1) Cincin atau gelang dan jam tangan dapat menyebabkan seluruh
tangan dan lengan tidak tercuci bersih.
2) Simpan benda-benda tersebut agar aman dan mudah ditemukan saat
akan dipakai kembali.
c. Basahi tangan dan lengan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air
bersih yang mengalir. Jangan mencuci tangan dan lengan dengan
memasukkannya ke dalam tempat air, karena air tersebut akan
mengandung kotoran.
d. Cuci tangan dan lengan dengan sabun, yaitu:
1) Taruh sabun di bagian telapak tangan yang telah basah. Buat busa
secukupnya tanpa percikan.
2) Gerakan cuci tangan terdiri dari 7 langkah hygiene cuci tangan yaitu:
gosokan kedua telapak tangan, gosokan telapak tangan kanan di atas
22
punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok kedua telapak tangan
dengan jari saling mengait, gosok kedua ibu jari dengan cara
menggenggam dan memutar, gosok ujung ujung jari bergantian yang
kanan dan yang kiri, gosok pergelangan tangan, proses berlangsung
selama 10-15 detik, kemudian bilas kembali dengan air mengalir
sampai bersih, dan proses berlangsung selama 10-15 detik,
3) Keringkan tangan dengan handuk/kertas/tisu bersih dan kering sekali
pakai.
e. Pastikan tangan yang telah dibersihkan tidak bersentuhan dengan
barang-barang (seperti peralatan dan baju pelindung) yang tidak
didisenfeksi tingkat tinggi atau disterilkan. Jika tangan menyentuh
permukaan yang terkontaminasi, ulangi membersihkan tangan dengan
cara di atas.
2. Memakai Sarung Tangan dan Perlengkapan Pelindung Lainnya
Pemakaian sarung tangan digunakan yaitu:
a. Apabila melakukan tindakan klinik
b. Apabila memegang alat medik dan sarung tangan
c. Apabila membuang sampah medik, dalam melakukan tindakan apapun
yang menyentuh sesuatu yang basah seperti mukosa, kulit tidak utuh
atau cairan tubuh lainnya dari klien atau pasien harus menggunakan
sarung tangan untuk menghindari kontaminasi silang. Dengan kata lain,
gunakan sarung tangan yang berbeda untuk setiap tindakan. Sarung
tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika jumlahnya sangat terbatas
maka sarung tangan steril/ DTT dapat diproses ulang dengan
dekontaminasi, cuci bilas, DTT atau sterilisasi dan jangan diproses lebih
23
dari tiga kali karena mungkin ada robekan/ lubang yang tidak terlihat
(Saifuddin, 2013 dan Depkes RI, 2014).
Ada tiga prosedur penggunaan sarung tangan yaitu:
a. Gunakan sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi digunakan
untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan
jaringan bawah kulit, seperti persalinan, penjahitan luka.
b. Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didesinfeksi tingkat
tinggi yang digunakan untuk menangani darah atau cairan tubuh sebelum
tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir. Misalnya: saat pemeriksaan
dalam dan merawat luka terbuka.
c. Sarung tangan rumah tangga atau tebal terbuat dari lateks atau vinil yang
tebal digunakan untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga
membersihkan darah dan cairan tubuh membersihkan alat kesehatan,
permukaan meja kerja, dll. Setelah dicuci dibilas bersih dan dapat
digunakan kembali (Pinem, 2009 dan Depkes RI, 2014).
Melindungi diri dari darah dan cairan tubuh, yaitu;
a. Gunakan sarung tangan sesuai petunjuk di atas.
b. Berhati-hati dalam mengelola sampah dan alat/benda tajam.
c. Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastik atau bahan tahan air,
serta sepatu bot karet ketika menolong persalinan.
d. Lindungi mata dengan mengenakan kacamata atau perlengkapan lain.
e. Gunakan masker dan topi atau tutup kepala (Depkes RI, 2013).
Jenis perlengkapan alat pelindung adalah:
a. Pelindung wajah (masker dan kacamata)
24
b. Celemek atau apron untuk melindungi atau menangani pasien dengan
perdarahan massif. Celemek yang sudah di DTT digunakan di tempat
pelayanan kesehatan berisiko tinggi seperti ruang bersalin.
c. Sepatu pelindung (Pelindung kaki/boot), dan penutup kepala digunakan
untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit
kepala petugas pada alat-alat/ daerah steril kepada ibu bersalin (Pinem,
2009).
3. Menggunakan Teknik Aseptik
Penerapan teknik aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu,
bayi baru lahir dan juga menoolong persalinan. Teknik aseptik ini meliputi 3
aspek yaitu:
a. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi untuk mencegah
petugas/bidan terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara
menghalangi petugas dari percikan cairan tubuh, darah, atau cedera
selama melaksanakan pertolongan persalinan.
b. Antisepsis yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan
cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh
atau kulit, karena kulit atau mukosa tubuh tidak dapat disterilkan maka
penggunaan antisepsis ini akan sangat mengurangi jumlah
mikroorganisme yang akan mengkontaminasi luka yang terbuka sehingga
dapat menimbulkan infeksi. Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau
jaringan, larutan desinfektan digunakan untuk mendekontaminasi
peralatan. Larutan yang biasa dipakai untuk antisepsis antara lain:
alkohol 60-90%, savlon, klorheksidin glukonat 4%, iodine 3%, sedangkan
untuk larutan desinfektan adalah klorin pemutih 0,5%.
25
c. Menjaga tingkat sterilitas atau DTT. Prinsip menjaga daerah steril harus
digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi desinfeksi
tingkat tinggi yang meliputi penggunaan kain yang digunakan untuk alas
harus kain yang steril, hanya benda-benda yang steril yang ditempatkan
di area ini, benda apapun yang basah, terpotong, atau robek dianggap
sebagai benda yang terkontaminasi, mencegah orang yang
menggunakan sarung tangan untuk menyentuh benda yang ada di
daerah steril ini, dan daerah yang steril/ DTT ini ditempatkan jauh dari
jendela atau pintu.
Ada 3 proses pokok untuk memproses peralatan dalam upaya
pencegahan infeksi yaitu: dekontaminasi, cuci bilas, dan disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) atau sterilisasi. Benda/alat yang steril ditempatkan dalam kain
pembungkus, maka alat dapat disimpan hingga 1 minggu setelah diproses,
bila peralatan steril yang dibungkus dalam kantong plastik bersegel, tetap
kering dan utuh, masih dapat digunakan hingga 1 bulan setelah diproses.
Peralatan yang sudah di DTT, dapat disimpan dalam wadah tertutup seperti
bak instrumen atau partus set dan dapat disimpan dalam kisaran waktu 1
minggu jika peralatan tetap kering dan terhindar dari debu. Jika semua
prosedur penyimpanan sudah melewati tenggang waktu penyimpanan, maka
alat tersebut harus diproses kembali sebelum digunakan (Depkes RI, 2014).
Langkah pertama dalam menangani peralatan, perlengkapan, sarung
tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi adalah dengan cara
dekontaminasi. Sarung tangan dari karet tebal atau sarung tangan rumah
tangga digunakan pada saat menangani peralatan bekas pakai atau kotor.
Alat yang sudah digunakan segera masukkan ke dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit. Prosedur ini akan mematikan virus Hepatitis B dan HIV.
26
Larutan klorin 0,5 % ini hanya dapat digunakan dalam jangka waktu 24 jam,
jika lewat dari batas waktu tersebut daya kerja klorin akan turun, sehingga
perlu diganti setiap 24 jam atau dapat diganti lebih cepat jika larutan klorin
terlihat kotor atau keruh.
Langkah selanjutnya setelah dekontaminasi adalah pencucian dan
pembilasan. Pencucian juga dapat menurunkan endospora bakteri yang
dapat menyebabkan tetanus dan gangren. Jika perlengkapan untuk proses
sterilisasi tidak ada, maka tindakan pencucian alat adalah satu-satunya
proses fisik.
Langkah selanjutnya setelah pencucian dan pembilasan adalah DTT
dan sterilisasi. Sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh
mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan
praktis (Depkes RI, 2014).
4. Menjaga Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan
Sampah yang terkontaminasi diletakkan ke dalam tempat sampah
tahan air dan dibakar, jika tidak memungkinkan untuk dibakar maka dikubur
bersama dengan wadahnya. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
akan mengurangi mikroorganisme yang ada pada bagian permukaan benda-
benda tertentu dan menolong mencegah infeksi.
Adapun yang termasuk dalam menjaga kebersihan dan keamanan
dari sanitasi lingkungan dalam menerapkan pencegahan infeksi yaitu:
a. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
27
b. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
c. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
d. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
e. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
f. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
g. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir (Depkes RI,
2014).
D. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan UpayaPencegahan Infeksi pada Asuhan Persalinan
1. Sikap
Sikap adalah proses pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi, dan
kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan
di sekitarnya. Demikian dapat dikatakan bahwa sikap bersifat menetap
karena sikap memiliki kecenderungan berproses dalam kurun waktu panjang
hasil dari pembelajaran. Sikap juga merupakan respon yang konsisten baik
itu respon positif maupun negatif terhadap suatu objek sebagai hasil dari
proses. Dalam ungkapan yang sederhana, sikap adalah bagaimana kita
28
berpikir, merasa dan bertindak terhadap objek tertentu dalam lingkungan
(Ferrinadewi, 2008).
Menurut Secord dan Backman “sikap adalah keteraturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan
(konasi) seseroang terhadap sutatu aspek di lingkungan sekitarnya”
(Saifuddin, 2013).
Menurut Notoatmojo (2010), sikap mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
a. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap
periksa hamil (antenatal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran
ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang antenatal care di
lingkungannya.
b. Menanggapi (responding) diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaaan atau objek yng dihadapi. Contohnya: seseorang
ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal tersebut ditanya atau diminta
menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.
c. Menghargai (valuing) diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai
positif terhadap objek tulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespons.
d. Bertanggung Jawab (responsible). Sikap yang paling tinggi tingkatnya
adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.
Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatmodjo, 2010).
29
Menurut Ambarwati (2014), Sikap bidan memiliki hubungan yang
sangat signifikan dengan pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada
pertolongan persalinan. Adanya hubungan antara sikap dengan perilaku
pencegahan infeksi di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur,
dimana bidan/ tenaga kesehatan yang memilki sikap positif berpeluang lebih
dari tiga kali untuk berperilaku baik dalam pencegahan infeksi daripada yang
memiliki sikap negatif (Widoretno, 2012).
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan melihat pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap
mungkin beriksi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap
yaitu kalimatnya mendukung atau memihak pada obyek sikap. Cara
pengukuran variabel sikap menggunakan skala likert dengan menggunakan 4
alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS).
2. Ketersediaan Fasilitas
Fasilitas kinerja yang memadai dan pedoman pengolahannya
dibutuhkan dalam lingkungan pekerjaan, karena selain meningkatkan
efisiensi, keserasian juga memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dalam
melakukan pekerjaannya. Maksud dari keselarasan adalah jumlah yang
memadai seimbang dengan jumlah tenaga yang ada, serta kelayakan dari
sarana tersebut.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), ketersediaan sumber
daya merupakan faktor yang memungkinkan motivasi terlaksana, salah
satunya terwujud pada tersedianya fasilitas atas sarana prasarana untuk
berperilaku. Namun demikian, dalam pelaksanaannya sarana dan prasarana
30
tidak mutlak akan mempengaruhi seseorang.
Perilaku standar pencegahan infeksi pada pelayanan ibu bersalin
dapat terlaksana dengan baik ditentukan dengan ketersediaan kelengkapan
sarana prasarana atau fasilitas praktik, karena perilaku standar pencegahan
infeksi tersebut harus sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP)
yang sangat mendukung terlaksananya perilaku pencegahan infeksi yang
lebih baik dan sesuai standar yang telah ditentukan, sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan RINomor 369/Menkes/SK/III/2007 tanggal 7 Maret 2007,
tentang Standar Kompetensi Bidan (Kepmenkes RI, 2007).
E. Landasan Teori
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikatoryang paling penting untuk melakukan penilaian kemampuan suatu negarauntuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidangobstetri. Adapun penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital,prematuritas, trauma persalinan, infeksi, gawat janin dan asfiksianeonatorum. Terjadinya infeksi pasca persalinan yang dilakukan olehbidan disebabkan oleh perilaku bidan dalam penanganan persalinan.
Infeksi persalinan dapat dicegah apabila tenaga kesehatan dapat
melakukan pencegahan infeksi yang benar yaitu melalui pengetahuan,
keterampilan dan pelatihan klinik yang kemudian diterapkan sehingga
mampu memberikan asuhan persalinan yang aman dan bersih serta
mencegah terjadinya komplikasi pada ibu bersalin. Prinsip-prinsip
tindakan pencegahan infeksi yang sesuai dengan SOP harus diterapkan
dalam proses menolong persalinan karena untuk menghindari penyakit-
penyakit infeksi yang melalui jalan lahir (Depkes RI, 2008).
Pembentukan perilaku yang baik akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar diri (eksternal) bidan
31
tersebut. Menurut Geller (2005), terdapat dua faktor yaitu faktor internal
(sikap) dan eksternal (ketersediaan fasilitas).
32
F. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara sikap dan
ketersediaan fasilitas dengan upaya pencegahan infeksi pada Ibu bersalin.
Sikap
Upaya Pencegahan Infeksipada Ibu Bersalin
KetersediaanFasilitas
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
menggunakan metode survei dengan desain penelitian cross sectional
yang bertujuan untuk mengetahui “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan upaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai
RSUD Kota Kendari Tahun 2017”.
Desain penelitian yang digunakan disajikan sebagai berikaut:
Pencegahan InfeksiKurang Baik (-)
Pencegahan InfeksiBaik (+)
Pencegahan InfeksiKurang Baik (-)
Pencegahan InfeksiBaik (+)
Pencegahan InfeksiKurang Baik (-)
Pencegahan InfeksiBaik (+)
Pencegahan InfeksiKurang Baik (-)
Baik
KurangBaik
Lengkap
Sikap
KetersediaanFasilitas
PopulasiBidan
33
34
Gambar 2. Desain Penelitian Cross SectionalB. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Bersalin Teratai RSUD
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 4-20 Juli 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan yang
menolong persalinan di Ruang Bersalin RSUD Kota Kendari sebanyak
43 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua bidan yang menolong
persalinan di ruang bersalin RSUD Kota Kendari. Sampel ditentukan dengan
cara total sampling, dimana seluruh bidan yang menolong persalinan di
ruang bersalin RSUD Kota Kendari ditetapkan sebagai sampel penelitian,
yakni sejumlah 43 responden.
36
Pencegahan InfeksiBaik (+)
TidakLengkap
35
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
sikap dan ketersediaan fasilitas.
2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
upaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin.
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Upaya Pencegahan Infeksi pada Ibu Bersalin
Upaya pencegahan infeksi pada ibu bersalin adalah tindakan
atau kegiatan yang dilakukan responden/bidan sesuai prosedur yang
berkaitan dengan tindakan pencegahan infeksi pada ibu bersalin
dengan persalinan.
Untuk mengukur upaya atau tindakan bidan dalam
pencegahan infeksi pada ibu bersalin dengan persalinan normal
dengan menanyakan pernyataan. Pernyataan item kuesioner tindakan
disusun berdasarkan skala Guttman yaitu skala yang digunakan untuk
jawaban yang bersifat jelas dan konsisten. Jika tindakan dilakukan
diberi skor 1 dan jika tindakan tidak dilakukan diberi skor 0.
Berdasarkan indikator skor pernyataan pengukuran mengenai
upaya atau tindakan bidan yang berkaitan dengan penerapan
pencegahan infeksi pada ibu bersalin sebagai berikut :
Baik : Jika skor jawaban responden melakukan seluruh item
tindakan yaitu 100% dengan jumlah nilai 30.
36
Kurang : Jika skor jawaban responden melakukan seluruh item
tindakan yaitu <100% dengan jumlah nilai < 30.
Skala Pengukuran : Nominal
2. Sikap
Sikap bidan adalah respon/ tanggapan yang ditunjukkan
responden/ bidan dalam penerapan pencegahan infeksi pada ibu
bersalin. Cara pengukuran variabel sikap menggunakan skala likert
dengan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Dimana
pernyataan sikap terdiri dari pernyataan positif nomor (1, 2, 3, 5, 6, 7,
8), dan negatif nomor (4, 9, 10). Skala likert menggunakan nilai untuk
masing-masing pernyataan, bergerak antara 1 sampai 4, nilai
terendah 1 dan nilai tertinggi adalah 4. Bila pernyataan bersifat positif
maka skor yang diberikan jika jawaban Sangat Setuju (4), Setuju (3),
Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1). Sedangkan apabila
pernyataan bersifat negatif maka skor yang diberikan jika jawaban
Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak Setuju (3), dan Sangat Tidak
Setuju (4).
Berdasarkan indikator skor 10 pernyataan pengukuran
mengenai sikap yang diperoleh responden dikategorikan sebagai
berikut:
Baik : Jika skor jawaban repsonden ≥ 82,5 % dari total skor yaitu
jika jumlah nilai 33 – 40
37
Kurang : Jika skor jawaban responden < 82,5% dari total skor yaitu
jika jumlah nilai 10 – 32
Skala Pengukuran : Nominal
3. Ketersediaan Fasilitas
Ketersediaan fasilitas adalah ketersediaan sarana dan prasarana
dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan ketentuan atau SOP
dalam menerapkan tindakan pencegahan infeksi pada ibu bersalin.
Terdapat 10 pernyataan untuk menilai variabel ketersediaan
fasilitas dalam penelitian ini. Jika dari semua pertanyaan tersebut
semua pilihan jawaban adalah cukup memadai maka ketersediaan
fasilitas dikategorikan lengkap. Namun, jika ada satu pilihan jawaban
kurang memadai maka ketersediaan fasilitas dikategorikan kurang
lengkap. Untuk lebih jelasnya pilihan jawaban responden dikategorikan
sebagai berikut:
Lengkap : Jika semua jawaban responden adalah cukup
memadai ketersediaan fasilitasnya
Tidak Lengkap : Jika terdapat jawaban responden kurang memadai
ketersediaan fasilitasnya
Skala Pengukuran : Nominal
F. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer bersumber dari jawaban responden melalui kuisioner. Data
38
sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan
melalui buku registrasi ibu bersalin dan gambaran umum lokasi penelitian.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Proses editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengecek kelengkapan data dari buku register.
2. Penskoran (scoring)
Scoring data adalah memberikan penilaian terhadap item-item
yang perlu diberi penilaian atau skor.
3. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
4. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2008).
39
fh
fhfoX
22 )(
H. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini menggunakan perhitungan statistik secara sederhana
untuk mengetahui presentase satu variabel dengan menggunakan rumus :
kn
fP
Keterangan :
P = Presentase hasil yang dicapai
f = frekuensi variabel yang diteliti
n = jumlah sampel penelitian
k = konstanta (Arikunto, 2010)
2. Analisis Bivariat
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan adalah chi squere,
dengan rumus:
Keterangan
X2 = Statistic chi-square/kuadrat hitung
f0 = Nilai observasi/nilai pengumpulan data
fh = Frekuensi harapan (Alimul, 2007).
40
Batas kemaknaan (α) yang digunakan adalah 0,05; sehingga
pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa yakni:
a. Jika X2 hitung > X2 tabel atau P value < α = 0,05 maka Ho ditolak.
Artinya bahwa ada hubungan antara sikap, motivasi, supervisi dan
ketersediaan fasilitas dengan upaya pencegahan infeksi pada Ibu
bersalin.
b. Jika X2 hitung < X2 tabel atau P value ≥ α = 0,05 maka Ho diterima.
Artinya bahwa tidak ada hubungan antara sikap, motivasi, supervisi
dan ketersediaan fasilitas dengan upaya pencegahan infeksi pada
Ibu bersalin.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari
terletak di Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan
Kendari dengan luas lahan 3.527 m2 dan luas bangunan 1.800 m2,
dimana merupakan bangunan atau gedung peninggalan pemerintah
Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan.
Sejak tanggal 4 Desember 2011, RSUD Kota Kendari
direlokalisasi di tempat baru. Saat ini, RSUD Abunawas terletak di
Kota Kendari, tepatnya di Jl. Brigjen Z.A. Zugianto No. 39 Kelurahan
Kambu, Kecamatan Kambu dengan luas lahan 13.000 m2 dan batas
wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan tanah warga dan sungai.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Z.A. Zugianto by pass.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan masuk rujab wakil walikota.
d. Sebelah barat berbatasan dengan lokasi empang warga.
RSUD Kota Kendari adalah rumah sakit negeri kelas C sejak
tanggal 03 Oktober 2012 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1857/12, yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis terbatas serta menampung pelayanan
41
42
rujukan dari puskesmas. Rumah sakit ini tersedia 107 tempat tidur
inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sulawesi Tenggara
yang tersedia rata-rata 50 tempat tidur inap.
Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana
gedung sebagai berikut:
a. Gedung Anthurium (Kantor)
b. Gedung Bougenville (poliklinik)
c. Gedung (IGD)
d. Gedung Matahari (Radiologi)
e. Gedung Crysant (Kamar Operasi)
f. Gedung Asoka (ICU)
g. Gedung Teratai (Ponek)
h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)
i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)
j. Gedung Melati (Rawat inap bedah)
k. Gedung Anggrek (Rawat inap VIP Kls I dan Kls II)
l. Gedung Instalasi Gizi
m. Gedung Loundry
n. Gedung Laboratorium
o. Gedung Kamar Jenazah
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari mempunyai
visi yaitu “Rumah Sakit Pilihan Masyarakat”. Sedangkan Misi Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari, yaitu:
43
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan
pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh
masyarakat.
b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari
menjadi RS Mitra Keluarga.
c. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana medis
serta non medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang
aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya serta
masyarakat pada umumnya.
Motto RSUD Kota Kendari adalah Senyum, Salam, Sapa,
Santun, Sabar dan Empaty kepada setiap pengguna jasa rumah
sakit. Tugas pokok RSUD Abunawas Kota Kendari, yaitu:
a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan,
yang dilakukan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan.
RSUD Kota Kendari memiliki jumlah tenaga kesehatan dan non
kesehatan sebanyak 451 orang yang terdiri dari status PNS
sebanyak 194 orang dan status Non PNS atau sukarela sebanyak
244 orang. Untuk lebih jelasnya distribusi tenaga kesehatan dan non
kesehatan di RSU Abunawas Kota Kendari disajikan pada tabel
berikut:
44
Tabel 1. Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD KotaKendari Tahun 2017
NO NAMA PNS Non PNS PNS Mou Jumlah
1 Dokter Spesialis 12 4 8 24
2 Dokter Umum 9 5 3 17
3 Dokter Gigi 3 0 1 4
4 S1 Ners 3 18 0 21
5 S1 Perawat 19 7 0 26
6 D3 Perawat 31 100 1 132
7 SPK 11 1 0 12
8 S1 Perawat Gigi 1 0 0 1
9 D3 Perawat Gigi 2 3 0 5
10 SPRG 1 0 0 1
11 D4 Kebidanan 8 0 0 8
12 D3 Kebidanan 20 35 0 55
13 S2 kesmas 7 0 0 7
14 S1 Kesmas 14 10 0 24
15 D3 Kesling 2 0 0 2
16 Apoteker 4 0 0 4
17 S1 Farmasi 3 1 0 4
18 D3 Farmasi 4 3 0 7
19 S1 Gizi 0 3 0 3
20 D3 Gizi 6 2 0 8
21 D3 Analis Kesehatan 4 12 0 16
22 S1 Fisioterapi 1 0 0 1
23 D3 Fisioterapi 1 0 0 1
45
24 D3 Rekam Medik 1 0 0 1
25 S3 Akipuntur 1 0 0 1
26 S3 Okuvasi Terapi 1 0 0 1
27 S3 radiologi 1 1 0 2
28 D3 Teknik Gigi 1 0 0 1
29 S1 Psikologi 2 0 0 2
30 S1 Ekonomi 1 4 0 5
31 D1 Komputer 1 0 0 1
32 D3 Komputer 1 0 0 1
33 S1 Komputer 1 0 0 1
34 S1 Sosial Politik 2 1 0 3
35 S1 Teknologi Pangan 1 0 0 1
36 S2 Hukum 1 0 0 1
37 S2 Manajemen 2 0 0 2
38 S1 Manajemen 0 1 0 1
39 S1 Imformatika 0 1 0 1
40 SMA 9 25 0 34
41 SMP 1 3 0 4
42 SD 1 4 0 5
J U M L A H 194 244 13 451
Sumber: RSUD Kota Kendari, 2017.
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Umur Responden
46
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur di Ruang TerataiRSUD Kota Kendari
Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)21 – 30 33 76,731 – 40 9 20,941 - 50 1 2,4Total 43 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 43 responden
sebagian besar berumur 21 – 30 tahun, yakni sebanyak 33 orang
(76,7%) dan yang paling sedikit umur 41 - 50 tahun sebanyak 1
orang (2,4%).
b. Pendidikan Responden
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di RuangTeratai RSUD Kota Kendari
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)D III 35 81,4D IV 8 18,6Total 43 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 43 responden
sebagian besar memiliki pendidikan terakhir DIII Kebidanan, yakni
sebanyak 35 orang (81,4%) dan D IV sebanyak 8 orang (18,6%).
c. Pengalaman Kerja
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Kerja diRuang Teratai RSUD Kota Kendari
Pengalaman Kerja Frekuensi (n) Persentase (%)≤ 10 Tahun 33 76,7
47
> 10 Tahun 10 23,3Total 43 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 43 responden
sebagian besar memiliki pengalaman kerja ≤ 10 tahun, yakni
sebanyak 33 orang (76,7%), dan > 10 tahun sebanyak 10 orang
(23,3%).
3. Analisis Univariat
a. Sikap
Tabel 5. Distribusi Sikap Bidan di Ruang Teratai RSUD KotaKendari
Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)Baik 20 46,5
Kurang 23 53,5Total 43 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 43 responden
sebagian besar memiliki sikap yang kurang, yakni sebanyak 23
orang (53,5%), dan responden yang memiliki sikap baik sebanyak
20 orang (46,5%).
b. Ketersediaan Fasilitas
Tabel 6. Distribusi Ketersediaan Fasilitas di Ruang Teratai RSUDKota Kendari
Ketersediaan Fasilitas Frekuensi (n) Persentase (%)Lengkap 16 37,2
Tidak Lengkap 27 62,8Total 43 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
48
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 43 responden
sebagian besar menyatakan ketersediaan fasilitas di RSUD Kota
Kendari tidak lengkap, yakni sebanyak 27 orang (62,8%), dan
responden yang menyatakan lengkap sebanyak 16 orang (37,2%).
c. Upaya Pencegahan Infeksi
Tabel 7. Distribusi Upaya Pencegahan Infeksi di Ruang TerataiRSUD Kota Kendari
Upaya PencegahanInfeksi Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 13 30,2Kurang 30 69,8Total 43 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 43 responden
sebagian besar menyatakan upaya pencegahan infeksi di Ruang
Teratai RSUD Kota Kendari dalam kategori kurang, yakni sebanyak
30 orang (69,8%), dan responden yang menyatakan kurang
sebanyak 13 orang (30,2%).
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan Sikap dengan Upaya Pencegahan Infeksi
Tabel 8. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Sikap dengan UpayaPencegahan Infeksi di Ruang Teratai RSUD KotaKendari.
SikapUpaya Pencegahan
Infeksi Jumlah Xhitung(Xtabel)Baik Kurang
n (%) n (%) n (%)Baik 11 25,6 9 20,9 20 46,5 10,874
(3,841)Kurang Baik 2 4,7 21 48,8 23 53,5Total 13 30,2 30 69,8 43 100
Sumber: Data Primer, 2017.
49
Tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 43 responden, 20
responden (46,5%) yang memiliki sikap baik, terdapat 11
responden (25,6%) yang memiliki upaya pencegahan infeksi baik
dan 9 responden (20,9%) yang memiliki upaya pencegahan infeksi
kurang baik. Sedangkan dari 23 responden (53,5%) yang memiliki
sikap kurang, terdapat 2 responden (4,7%) yang memiliki upaya
pencegahan infeksi baik dan 21 responden (48,8%) yang memiliki
upaya pencegahan infeksi kurang baik.
Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa nilai 2hitung >
2tabel (10,874 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti
ada hubungan antara sikap bidan dengan upaya pencegahan
infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari
pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
b. Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Upaya Pencegahan Infeksi
Tabel 9. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Ketersediaan Fasilitasdengan Upaya Pencegahan Infeksi di Ruang TerataiRSUD Kota Kendari.
KetersediaanFasilitas
Upaya PencegahanInfeksi Jumlah Xhitung
(Xtabel)Baik Kurangn (%) n (%) n (%)
Lengkap 10 23,3 6 14,0 16 37,212,578(3,841)
TidakLengkap 3 7,0 24 55,8 27 62,8
Total 13 30,2 30 69,8 43 100Sumber: Data Primer, 2017.
50
Tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 43 responden, 16
responden (37,2%) yang menyatakan ketersediaan fasilitas
lengkap, terdapat 10 responden (23,3%) yang memiliki upaya
pencegahan infeksi baik dan 6 responden (14,0%) yang memiliki
upaya pencegahan infeksi kurang baik. Sedangkan dari 27
responden (53,5%) yang menyatakan ketersediaan fasilitas tidak
lengkap, terdapat 3 responden (7,0%) yang memiliki upaya
pencegahan infeksi baik dan 24 responden (55,8%) yang memiliki
upaya pencegahan infeksi kurang baik.
Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa nilai 2hitung >
2tabel (12,578 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti
ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan upaya
pencegahan infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai RSUD Kota
Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
B. Pembahasan
1. Hubungan Sikap Bidan dengan Upaya Pencegahan Infeksi
Hasil analisis bivariat menunjukkan 11 responden (25,6%) bidan
yang bersikap baik dengan upaya pencegahan infeksi pada ibu
bersalin yang baik, sedangkan diantara bidan yang bersikap kurang
baik lebih besar persentasenya yaitu 21 responden (48,8%) dengan
upaya pencegahan infeksi oleh bidan yang kurang baik. Sikap bidan
terhadap pelaksanaan pencegahan infeksi yang sesuai SOP
51
mempunyai peranan penting dalam terlaksananya tindakan bidan
dalam pencegahan infeksi pada ibu bersalin. Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi-Square menunjukkan nilai 2hitung > 2tabel
(10,874 > 3,841) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan
antara sikap responden dengan tindakan bidan dalam pencegahan
infeksi pada ibu bersalin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fitria Widoretno (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap dengan tindakan bidan dalam pencegahan
infeksi pada saat pertolongan persalinan. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Yuniari (2012) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap
dengan perilaku penerapan pencegahan infeksi pada pertolongan
persalinan normal oleh bidan.
Menurut Secord dan Backman dalam Azis, Alimul, & Uliyah M
(2007) sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseroang
terhadap sutatu aspek di lingkungan sekitarnya. Menurut Gibson
(2007) mengatakan bahwa sikap merupakan faktor penentu perilaku
atau tindakan. Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya
seseorang terhadap obyek. Sikap diperoleh dari pengalaman sendiri
atau dari pengalaman orang lain yang paling dekat.
52
Menurut Azis, Alimul, & Uliyah M (2007) mekanisme mental yang
mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan
ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap manusia
lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan
terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap. Fenomena
sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang
sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-
pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh
harapan-harapan untuk masa yang akan datang .
Dalam penelitian ini sikap responden yang kurang baik
menunjukkan tindakan yang kurang baik juga dalam pencegahan
infeksi pada ibu bersalin dengan persalinan. Sikap kurang baik
tersebut disebabkan karena bidan tersebut memiliki respon atau
tanggapan dan kesadaran dari diri bidan tersebut yang belum sesuai
dengan pengetahuan yang ia miliki khususnya dalam bersikap sesuai
prosedur yang sudah ditetapkan dalam melakukan tindakan
pencegahan infeksi pada ibu bersalin.
Hal ini juga dapat disebabkan kemungkinan oleh masih
banyaknya bidan yang masih memilki pengalaman hanya 2, 3, dan 4
tahun saja. Sikap yang baik akan menghasilkan tindakan yang baik
juga. Semakin banyak pengalaman bidan dan pengetahuan serta
keterampilannya yang sudah baik dilandaskan dari pendidikan yang
lebih tinggi dapat mendukung si bidan tersebut memiliki sikap yang
baik dan akan menghasilkan tindakan yang baik juga.
53
2. Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Upaya PencegahanInfeksi
Hasil analisis bivariat menunjukan 10 responden (23,3%) bidan
yang menyatakan ketersediaan fasilitas lengkap dengan tindakan
bidan yang baik, sedangkan diantara bidan yang menyatakan
ketersediaan fasilitas tidak lengkap lebih besar persentasenya yaitu 24
responden (55,8%) dengan tindakan bidan yang kurang baik.
Ketersediaan fasilitas dalam melakukan persalinan sangat penting
terhadap pelaksanaan pencegahan infeksi. Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai 2hitung > 2tabel (12,578 >
3,841) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan fasilitas dengan upaya pencegahan infeksi pada ibu
bersalin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmadona dkk (2014), di Puskesmas Wilayah kerja Dinkes Kab
Badung Prov. Bali menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap (faktor
predisposisi), ketersediaan sarana dan fasilitas (faktor pemungkin)
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan perilaku
penerapan kewaspadaan universal (pencegahan infeksi) pada
persalinan normal.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwa tidak
semuanya fasilitas yang dipergunakan. Hal ini berhubungan dengan
ketersediaan peralatan dan juga keadaan emergency yang
membutuhkan penanganan segera kepada ibu bersalin. Terkadang
54
bidan melakukan persalinan kepada ibu bersalin yang membutuhkan
penanganan segera, dimana bidan lupa untuk menggunakan alat
pelindung diri. Selain itu, hanya terdapat sebuah kantong plastik
khusus untuk mengumpulkan semua pakaian atau kain yang sudah
terkontaminasi.
Fasilitas kinerja yang memadai dan pedoman pengolahannya
dibutuhkan dalam lingkungan pekerjaan, karena selain meningkatkan
efisiensi, keserasian juga memenuhi kebutuhan petugas kesehatan
dalam melakukan pekerjaannya. Maksud dari keselarasan adalah
jumlah yang memadai seimbang dengan jumlah tenaga yang ada,
serta kelayakan dari sarana tersebut.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), ketersediaan sumber
daya merupakan faktor yang memungkinkan motivasi terlaksana,
salah satunya terwujud pada tersedianya fasilitas atas sarana
prasarana untuk berperilaku. Namun demikian, dalam pelaksanaannya
sarana dan prasarana tidak mutlak akan mempengaruhi seseorang.
Perilaku standar pencegahan infeksi pada pelayanan ibu bersalin
dapat terlaksana dengan baik ditentukan dengan ketersediaan
kelengkapan sarana prasarana atau fasilitas praktik, karena perilaku
standar pencegahan infeksi tersebut harus sesuai dengan Standar
Operational Procedure (SOP) yang sangat mendukung terlaksananya
perilaku pencegahan infeksi yang lebih baik dan sesuai standar yang
telah ditentukan, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RINomor
55
369/Menkes/SK/III/2007 tanggal 7 Maret 2007, tentang Standar
Kompetensi Bidan (Kepmenkes RI, 2007).
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sikap bidan dalam upaya pencegahan infeksi sebagian besar dalam
kategori kurang baik, yakni sebanyak 23 orang (53,5%).
2. Ketersediaan fasilitas dalam upaya pencegahan infeksi sebagian besar
dalam kategori tidak lengkap, yakni sebanyak 27 orang (62,8%)
3. Ada hubungan sikap bidan dengan upaya pencegahan infeksi pada ibu
bersalin di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari, dengan nilai 2hitung >
2tabel (10,874 > 3,841).
4. Ada hubungan ketersediaan fasilitas dengan upaya pencegahan
infeksi pada ibu bersalin di Ruang Teratai RSUD Kota Kendari, dengan
nilai 2hitung > 2tabel (12,578 > 3,841).
B. Saran
1. Agar bidan menambah wawasan atau pengetahuannya dengan
meningkatkan pendidikan baik secara formal yaitu meningkatkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan pendidikan nonformal
seperti mengikuti seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan yang
berkaitan dengan pencegahan infeksi khususnya, karena dengan
56
57
bertambahnya pengetahuan bidan sehingga pengetahuan bidan
menjadi lebih baik dan sikap maupun motivasi dari diri bidan juga lebih
baik.
2. Disarankan bagi Rumah Sakit (Instansi terkait) membuat kebijakan
yang terkait dengan prosedur pencegahan infeksi yang harus selalu
dilaksanakan sesuai SOP dan lebih memotivasi bidan dengan
mengadakan seminar-seminar dan pelatihan khususnya yang
berkaitan dengan prosedur pencegahan infeksi untuk lebih
meningkatkan kompetensi bidan dan memberikan punishment/ sanksi
jika ia tidak melakukan prinsip pencegahan infeksi pada ibu bersalin
yang sesuai SOP.
3. Bagi institusi pendidikan, sebaiknya selalu mengembangkan
pengabdian kepada masyarakat melalui penelitian yang sesuai dengan
kapasitas dan profesi kebidanan sehingga mahasiswa kebidanan
benar-benar mengaplikasikan ilmu dan pengalaman yang diperoleh.
58
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika.
Ambarwati, Lina, 2014. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan denganPraktik Pencegahan Infeksi Pada Persalinan OLeh Bidan Desa diKabupaten Kudus. Tesis. Program Studi Magister Ilmu KeadaanMasyarakat, UNDIP, diakses tanggal 2 November 2016.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azis, Alimul, & Uliyah M, 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Cetakan Keduabelas, Edisi pertama, Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Asuhan Persalinan Normal (Buku Acuan).Jakarta : Departemen Kesehatan.
_________, 2008. Buku Acuan dan Panduan Asuhan Persalinan Normal danInisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR.
_________, 2014. Buku Acuan dan Panduan Asuhan Persalinan Normal danInisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR.
Dinkes Prov. Sultra, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.Kendari: Dinkes Prov. Sultra.
Ferrinadewi, Erna, 2008. Merk dan Psikologi Konsumen. Jakarta: Graha Ilmu.
Geller. E. Scott. 2005. The Psychology of Safety Handbook. New York: BocaRaton London.
Hidayat, Asri dan Sujiyatni, 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Cetakan I,Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:Kemenkes RI.
Lailiyana, S. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: EGC.
Li Li, Chunqin., 2011. HIV-Related Avoidance and Universal Precaution inMedical Settings. Opportunities to Intervena. Health ServicesResearch. 42;2.
59
Mohanis, dkk, 2010. Analisis Kinerja Bidan dalam Melaksanakan PencegahanInfeksi Pada Pertolongan Persalinan di BPS Kota Padang. JurnalKesehatan Masyarakat. Maret 2010, Vol. 3, No.1 Artikel Penelitian.
Mustika, S. 2008. 50 Tahun IBi Bidan Menyongsong Masa Depan. CetakanKeenam. Jakarta: PP IBI.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
__________, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan I, Jakarta: RinekaCipta
Pinem, Saroha, 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Cetakan I, ,Jakarta: Trans Info Media.
POGI, IDAI, IBI, PPNI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta: JNPK-KR.
Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.
Rahmadona, dkk, 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan PerilakuBidan dalam pencegahan Rsiiko Penularan HIV/AIDS PadaPertolongan Persalinan Normal di Kota Tanjung Pinang Tahun 2014.Jurnal Kesehatan Andalas, 2014:3 (3).
Rahmawati, E. N. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Viktori Inti Cipta.
Rukiyah, Ai Yeyeh, 2009. Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).Jakarta: Trans Info Media.
RSUD Kota Kendari, 2015. Rekapitulasi Laporan Rumah Sakit Tahun 2015.Kendari: RSUD Kota Kendari.
Saifuddin AB, dkk, 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya.
60
Varney, Helen dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Vol 1.Jakarta: EGC.
WHO, 2014. World Health Statistics Cause-spesific Mortality and Morbidityhttp://www.who.int/infectionformaternal/pub/progress_report2005/en,diakss tanggal 5 November 2016.
Widoretno, Fitria, 2012. Beberapa Faktor Yang Berhubungan DenganPerilaku Bidan Dalam Pencegahan Infeksi Saat MelakukanPertolongan Persalinan di Kab. Lampung Timur. Skripsi. Jakarta: UIDepok.
Yanti, S. M. 2009. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: PustakaRihama.
61
Lampiran 1.
SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER
Lampiran : 1 (satu) berkasPerihal : Permohonan Pengisian KuesionerKepada Yth.
Saudara ............................
Di –RSUD Kota Kendari
Dengan Hormat,
Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Upaya Pencegahan Infeksi pada IbuBersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017”, maka
saya mohon dengan hormat kepada saudara untuk menjawab beberapa
pertanyaan kuesioner (angket penelitian) yang telah disediakan. Jawaban
saudara diharapkan objektif (diisi apa adanya).
Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu saudara tidak perlu
takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.
Artinya, semua jawaban yang saudara berikan adalah benar dan jawaban
yang diminta adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Oleh karena itu,
data dan identitas saudara akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Kendari, Februari 2017
Ttd
...................................
62
Lampiran 2.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan UpayaPencegahan Infeksi pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum DaerahKota Kendari Tahun 2017”, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...........................................................
Alamat : ...........................................................
Menyatakan Bersedia/Tidak Bersedia*) menjadi responden dalam penelitian
ini.
Kendari, 2017
Hormat Saya,
(............................................)
Responden
*) Coret yang tidak perlu
63
Lampiran 3.
LEMBAR KUESIONER
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Upaya Pencegahan Infeksipada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
Tahun 2017
Identitas Responden
1. Nama Bidan : …………………………
2. Umur : .......... tahun
3. Pendidikan : ........................................
4. Pengalaman Kerja : ........................................
64
Upaya Pencegahan Infeksi Ibu Bersalin
No PernyataanPilihan Jawaban
Dilakukan TidakDilakukan
1. Setelah tiba di tempat bekerja, andamencuci tangan menggunakan sabun danair bersih yang mengalir dengan 7 langkahhygiene cuci tangan
2. Sebelum mencuci tangan, menggunakansabun dan air bersih dengan 7 langkahhigiene cuci tangan anda terlebih dahulumelepaskan perhiasan dari tangan
3. Sebelum melakukan pertolongan persalinan,anda mencuci tangan terlebih dahulumenggunakan sabun dan air bersih dengan7 langkah higiene cuci tangan
4. Setelah melakukan pertolongan persalinananda mencuci tangan kembalimenggunakan sabun dan air bersih dengan7 langkah higiene cuci tangan
5. Sebelum memakai sarung tangan yangsteril / DTT anda mencuci tangan terlebihdahulu dengan 7 langkah higiene cucitangan
6. Setelah melepaskan sarung tangan andamencuci tangan kembali dengan 7 langkahhigiene cuci tangan
7. Setelah menyentuh benda yangterkontaminasi oleh darah, cairan tubuhlainnya dari ibu bersalin walaupun memakaisarung tangan yang steril / DTT, andamencuci tangan dengan 7 langkah higienecuci tangan menggunakan sabun dan airbersih yang mengalir
8. Anda mencuci tangan denganmenggunakan sabun antiseptik sambilmenggosok kedua tangan termasuk sela-selanya, selama 10-15 detik, kemudiandibilas dengan air bersih.
9. Anda menggunakan sarung tangan sekalipakai yang steril/DTT saat menolongpersalinan dan episiotomi pada satu orangibu bersalin kemudian dibuang setelahselesai tindakan
65
No PernyataanPilihan Jawaban
Dilakukan TidakDilakukan
10. Anda menggunakan sarung tangan sekalipakai yang steril/ DTT saat melakukanperiksa dalam (VT), pada satu orang ibubersalin
11. Setelah menolong persalinan, andamembuka sarung tangan dengan keadaanterbalik, kemudian direndam dalam larutanklorin selama 10 menit.
12. Anda menggunakan alat pelindung diriseperti celemek di ruang bersalin saatmelakukan pertolongan persalinan
13. Anda menggunakan alat pelindung diriseperti penutup kepala di ruang bersalinsaat melakukan pertolongan persalinan
14. Anda mengingat rentang waktupenyimpanan alat yang telah di steril/DTTuntuk menjaga kesterilan alat
15. Setiap mau menggunakan cairan antiseptik,terlebih dahulu anda mengkosongkankemudian membersihkan wadah larutanyang digunakan sehari-hari secara rutindengan sabun dan air bersih setiap minggu
16. Saat pengisian ulang larutan antiseptik,anda tempelkan label berisi tanggal danwaktu pembuatan pada wadah.
17. Alat-alat instrumen bekas pakai direndam dilarutan klorin selama 10 menit
18. Anda mengganti larutan klorin jika larutantersebut telah berubah warna atau keruh
19. Alat instrumen bekas pakai disikatsedikitnya 3x dengan air sabun untukmenghilangkan sisa darah dari instrumentdan dibersihkan setelah dipakai
20. Setelah anda membersihkan alat instrumentbekas pakai anda melakukan sterilisasidengan menggunakan alat panas keringdengan suhu 1700°C selama 60 menit
21. Selesai melakukan tindakan pertolonganpersalinan normal pada ibu bersalin, andamembersihkan celemek dengan larutanKlorin .
66
No PernyataanPilihan Jawaban
Dilakukan TidakDilakukan
22. Anda membersihkan lantai, dinding, tiraimenggunakan larutan klorin 0,5 % setelahselesai melakukan pertolongan persalinanpada ibu bersalin
23. Setiap selesai menggunakan tempat tidur,meja dan troli prosedur untuk menolongpersalinan normal pada ibu bersalin, segeraanda seka permukaan dan bagian – bagianperalatan dengan kain yang dibasahi klorin0,5 % dan deterjen
24. Anda melepaskan APD dalam keadaanterbalik setelah digunakan
25. Anda tidak perlu menggunakan APDlengkap jika pasien datang sudah dalamkala II
26. Anda membuang sampah infeksius dan noninfeksius pada tempat yang sama
27. Langsung membuang sarung tangan bekaspersalinan dalam tempat sampah
28. Setelah persalinan, langsung mencucitangan dengan air mengalir
29. Anda langsung mencuci instrumen setelahdigunakan
30. Ketika tempat penampungan sampah bekasbahan-bahan persalinan sudah penuhlangsung dibuang di tempat sampah
SikapBerilah tanda cheklist (√) pada kolom pilihan jawaban sesuai denganpendapat saudaraKet:STS : Sangat Tidak Setuju, TS : Tidak Setuju, S : Setuju, SS : Sangat Setuju
No Pernyataan Pilihan JawabanSTS TS S SS
1. Pencegahan infeksi harus diterapkan dalampertolongan persalinan dan setiap orangdianggap berisiko untuk terkena infeksi
2. Sarung tangan steril / DTT yang masihdalam kondisi baik bisa diproses ulang (didekontaminasi) untuk digunakan kembalihingga 3 kali pakai
67
3. Pada saat menolong persalinan pada ibubersalin, alat pelindung diri (APD) yangwajib dipakai adalah sarung tangan,celemek, masker, penutup kepala, dansepatu pelindung khusus di ruang bersalin.
4. Tidak perlu dilakukan disinfeksi pada kulitibu bersalin dengan larutan Alkohol 70%sebelum melakukan penyuntikan oksitosinpada saat kala III persalinan
5. Menggunakan sarung tangan bukan hanyaketika melakukan tindakan pertolonganpersalinan tetapi juga ketika memegang danmembersihkan instrumen/alat-alat yangterkontaminasi
6. Pencegahan infeksi dapat dilaksanakandengan baik bila ditunjang denganketersediaan alat dan bahan yang cukup
7. Bidan menerapkan prosedur pencegahaninfeksi sesuai dengan yang didapatkan padapelatihan APN berdasarkan SOP padapertolongan persalinan normal di ruangbersalin
8. Menjaga kebersihan dan sanitasi ruangansecara teratur dan seksama akanmengurangi mikroorganisme dan mencegahinfeksi khususnya pada ibu bersalin
9. Bidan boleh tidak mendekontaminasi alat-alat bekas pakai setelah menolongpersalinan
10. Bidan boleh tidak mengganti sarung tanganyang sudah digunakan untuk menolongpersalinan dari satu pasien ke pasienlainnya tanpa mendekontaminasi sarungtangan tersebut terlebih dahulu
68
Ketersediaan FasilitasBerilah tanda cheklist (√) pada kolom pilihan jawaban sesuai denganpendapat saudara
No PernyataanPilihan Jawaban
CukupMemadai
KurangMemadai
1. Tersedia sarung tangan steril di ruanganpersalinan
2. Tersedia wastafel pencuci tangan di ruanganpersalinan
3. Tersedia air pencuci tangan di ruanganpersalinan
4. Tersedia sabun pencuci tangan di ruangpersalinan
5. Terdapat peralatan persalinan dalam keadaanbersih dan steril
6. Tersedia APD sesuai jumlah bidan yangmenangani persalinan
7. Tersedia tempat sampah infeksius dan noninfeksius
8. Tersedia baskom yang berisi larutan klorin danair dtt
9. Tersedia kantung plastik khusus untukmengumpulkan semua pakaian dan kain yangterkontaminasi
10. Tersedia alat sterilisasi
69
70
fh
fhfoX
22 )(
Lampiran 5. Analisis Chi Square
Pengolahan Data Secara Manual
Mencari derajat bebas (db)Db = (k-1)(b-1)
= (2-1)(2-1)= 1
Jadi X2 tabel = 3,841
Rumus Chi kuadrat sebagai berikut :
Uji statistik menggunakan chi kuadrat variabel Sikap:
fo fh fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2 / fh21
2
9
11
30 x 23 = 16,04643
13 x 23 = 6,95343
30 x 20 = 13,95343
13 x 20 = 6,04643
4,954
-4,953
-4,953
4,954
24,542
24,532
24,532
24,542
1,529
3,528
1,758
4,059
Jumlah X2hitung 10,874
Uji statistik menggunakan chi kuadrat variabel Ketersediaan Fasilitas:
fo fh fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2 / fh24
3
6
10
30 x 27 = 18,83743
13 x 27 = 8,16343
30 x 16 = 11,16343
13 x 16 = 4,83743
5,163
-5,163
-5,163
5,163
26,656
26,656
26,656
26,656
1,415
3,265
2,388
5,511
Jumlah X2hitung 12,579
71
Pengolahan Data Menggunakan SPSS
Sikap_Bidan * Upaya_Pencegahan_Infeksi
Crosstab
Upaya_Pencegahan_Infeksi
TotalKurang Baik
Sikap_Bidan Kurang Count 21 2 23
Expected Count 16.0 7.0 23.0
% within Sikap_Bidan 91.3% 8.7% 100.0%
% withinUpaya_Pencegahan_Infeksi
70.0% 15.4% 53.5%
% of Total 48.8% 4.7% 53.5%
Baik Count 9 11 20
Expected Count 14.0 6.0 20.0
% within Sikap_Bidan 45.0% 55.0% 100.0%
% withinUpaya_Pencegahan_Infeksi
30.0% 84.6% 46.5%
% of Total 20.9% 25.6% 46.5%Total Count 30 13 43
Expected Count 30.0 13.0 43.0% within Sikap_Bidan 69.8% 30.2% 100.0%% withinUpaya_Pencegahan_Infeksi
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 69.8% 30.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 10.874a 1 .001
Continuity Correctionb 8.790 1 .003
Likelihood Ratio 11.587 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.622 1 .001
N of Valid Cases 43
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.05.b. Computed only for a 2x2 table
72
Symmetric Measures
ValueAsymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .449 .001
Interval by Interval Pearson's R .503 .125 3.725 .001c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .503 .125 3.725 .001c
N of Valid Cases 43
a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.c. Based on normal approximation.
Ketersediaan_Fasilitas * Upaya_Pencegahan_Infeksi
Crosstab
Upaya_Pencegahan_Infeksi
TotalKurang Baik
Ketersediaan_Fasilitas
TidakLengkap
Count 24 3 27Expected Count 18.8 8.2 27.0
% within Ketersediaan_Fasilitas 88.9% 11.1% 100.0%
% withinUpaya_Pencegahan_Infeksi
80.0% 23.1% 62.8%
% of Total 55.8% 7.0% 62.8%
Lengkap Count 6 10 16
Expected Count 11.2 4.8 16.0
% within Ketersediaan_Fasilitas 37.5% 62.5% 100.0%
% withinUpaya_Pencegahan_Infeksi
20.0% 76.9% 37.2%
% of Total 14.0% 23.3% 37.2%Total Count 30 13 43
Expected Count 30.0 13.0 43.0% within Ketersediaan_Fasilitas 69.8% 30.2% 100.0%% withinUpaya_Pencegahan_Infeksi
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 69.8% 30.2% 100.0%
73
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig.(1-sided)
Pearson Chi-Square 12.578a 1 .000
Continuity Correctionb 10.260 1 .001
Likelihood Ratio 12.696 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 12.286 1 .000
N of Valid Cases 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.84.b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
ValueAsymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig.Nominal by Nominal Contingency Coefficient .476 .000
Interval by Interval Pearson's R .541 .133 4.117 .000c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .541 .133 4.117 .000c
N of Valid Cases 43
a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.c. Based on normal approximation.
74
75
76