fakultas psikologi universitas kristen satya...

34
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGENAI PERILAKU AGRESI ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 4 AMBON OLEH LIDIA KASTANYA 80 2012 020 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: doquynh

Post on 12-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGENAI PERILAKU AGRESI

ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA DI SMP

NEGERI 4 AMBON

OLEH

LIDIA KASTANYA

80 2012 020

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
Page 3: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
Page 4: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Lidia Kastanya

NIM : 80 2012 020

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak

bebas royalty non-eksklusif (non-exclusicve royalty freeright) atas karya ilmiah saya yang

berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGENAI PERILAKU AGRESI ORANG TUA

DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 4 AMBON

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan/

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 31 Mei 2016

Yang menyatakan,

Lidia Kastanya

Mengetahui,

Pembimbing Utama

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Page 5: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lidia Kastanya

NIM : 80 2012 020

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGENAI PERILAKU AGRESI ORANG TUA

DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 4 AMBON

Yang dibimbing oleh:

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA..

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalima atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-oleh sebagai karya sendiri

tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 31 Mei 2016

Yang memberi pernyataan

Lidia Kastanya

Page 6: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MNGENAI PERILAKU AGRESI ORANG TUA

DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 4 AMBON

Oleh

Lidia Kastanya

802012020

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal: 31 Mei 2016

Oleh:

Pembimbing Utama

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. H. Soetjiningsih, MS Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGENAI PERILAKU AGRESI

ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMJA DI SMP

NEGERI 4 AMBON

Lidia Kastanya

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

i

Abstrak

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui

signifikansi hubungan antara persepsi mengenai perilaku agresi orang tua dengan perilaku

agresi pada remaja pada siswa SMP Negeri 4 Ambon. Sebanyak 113 orang diambil sebagai

sampel yang dilakukan dengan teknik insidental sampling. Metode penelitian yang dipakai

dalam pengumpulan data dengan metode skala, yaitu skala persepsi mengenai perilaku agresi

orang tua dan aggression questionnaire. Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik

korelasi product moment. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,789 dengan

p< 0,05 yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi mengenai perilaku

agresi orang tua dengan perilaku agresi pada remaja. Hal ini bermakna bahwa persepsi remaja

yang tinggi akan diikuti dengan perilaku agresi yang tinggi.

Kata kunci : Persepsi mengenai perilaku agresi orang tua, agresi remaja

Page 9: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

ii

Abstract

This research is a correlational study which aimed to determine the significance of the

correlation between a perception of behavior aggressive parents with aggressive behavior in

teenagers on SMP Negeri 4 Ambon. There are 113 students were taken as samples using

insidental sampling technique. Research methods using scale of perception and aggression

questionnaire. Data analysis tecnique used was product moment of correlation tecnique.

Analysis of data obtained from the data coefficient of correlation was (r) 0,789 with p<0,05,

which means there is a significant positive relationship between a perception of behavior

aggressive parents with aggressive behavior in teenangers. This mean that the higher

perception teenangers who will followed by aggressive.

Keywords : Perception regarding aggressive behavior of parents, teenagers

aggressive

Page 10: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

1

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentangan kehidupan manusia,

dimana individu meninggalkan masa anak-anaknya dan mulai memasuki masa dewasa.

Istilah adolenscene, seperti yang dijelaskan oleh Piaget memiliki arti yang lebih luas,

mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut ahli teori psikologi

perkembangan, tahapan perkembangan remaja dibagi menjadi tiga tahapan dengan kisaran

umur antara 10 sampai 21 tahun. Menurut Hurlock (dalam Santrock, 2002) tahapan masa

pubertas mengarah pada kematangan fisik dan seksual dan terdiri atas masa remaja awal (pre

adolescence) pada umur 10 atau 12 tahun sampai 13 atau 14 tahun, masa remaja tengah pada

umur 13 atau 14 tahun sampai umur 17 tahun, dan remaja akhir pada umur 17 tahun sampai

21 tahun. Jika pada masa kanak-kanak keluarga dan sekolah menjadi pusat lingkungan sosial

bagi perkembangan individu, maka pada masa remaja lingkungan sosialnya menjadi semakin

luas, dengan pergaulan inilah remaja menyesuaikan diri dan memperoleh nilai-nilai baru,

teman baru, dan pola persahabatan yang baru (Susilo, 1992).

Dalam proses penyesuaian inilah akan banyak masalah yang dihadapi oleh remaja.

Apabila remaja tidak mampu memenuhi tuntutan sosial yang ada, seringkali berpengaruh

kepada emosi remaja tersebut. Menurut Hurlock (dalam Santrock, 2002) beberapa kondisi

yang membuat remaja sulit untuk mengatur keadaan emosinya adalah lebih banyak

dipengaruhi oleh kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa kini. Hal inilah yang dapat

membuat remaja melakukan perilaku agresi untuk melindungi diri atau menghindari

perlakuan orang terhadap dirinya. Remaja yang melakukan perilaku agresi seringkali

mengalami bias dalam atribusi, terutama dalam mempersepsikan situasi-situasi sosial, dan hal

ini mendorong mereka untuk berperilaku agresi ketika menghadapi konflik yang tidak

menyenangkan.

Page 11: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

2

Perilaku agresif menurut Krahe (2005) merupakan segala bentuk perilaku yang

dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk

menghindari perlakukan itu. Agresi menurut Myers (dalam Sarwono, 2010) adalah tindakan

yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Sama halnya

dengan yang dikemukakan oleh Buss (dalam Ramirez dkk, 2003) memberikan rangsangan

berbahaya kepada orang lain disebut dengan agresi. Perilaku agresi menurut Ramirez dkk

(2003) disebabkan oleh 2 hal yaitu nature dan nurture, dimana nature terdiri dari (a) Teori

psikoanalisis dimana seseorang melakukan agresi karena dasar atau dorongan (drive) dari

dirinya sendiri, (b) Teori etiologi agresi terjadi karena spontanitas, naluri bawaan dan drive

yang bersifat instingtif yang hanya dapat dipahami melalui analisis filogenetik, (c)

sosiobiologi interaksi agresi adalah salah satu cara meningkatkan keberhasilan reproduksi

dalam suatu lingkungan yang memiliki sumber daya yang terbatas. Selanjutnya, untuk

nurture terdiri dari (a) frustasi-agresi merupakan pelampiasan dari rasa frustasi individu, (b)

Social learning, Seorang individu dapat mempelajari agresi melalui peniruan atau

pengamatan dari satu model agresi dan (c) Teori kognitif, perilaku agresi dipelajari dan mulai

terbentuk pada masa awal kehidupan individu (6-8 tahun).

Manifestasi dari perilaku agresi remaja dapat dilihat akhir-akhir ini dengan berbagai

macam kasus kenakalan remaja. Keagresifan remaja merupakan kesalahan dalam

penyesuaian diri disuatu lingkungan. Remaja sangat rentan berperilaku agresi karena mereka

dalam proses mencari jati diri, mereka belum bisa mengendalikan luapan emosi sebagai

reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap

orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata verbal dan

perilaku non verbal (Fitriani, 2013)

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren kenakalan dan kriminalitas remaja

di Indonesia mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikis meningkat.

Page 12: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

3

Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 3145 remaja usia ≤ 18 tahun menjadi 2 pelaku

tindak kriminal, tahun 2008 dan 2009 meningkat menjadi 3280 hingga 4123 remaja

(BPS, 2010). Dari sejumlah kasus yang dilaporkan, tercatat 197.423 jumlah pelaku laki-laki

maupun perempuan menurut Kemenpora (2009). Dalam penelitian longitudinal terhadap

remaja, Elliott (dalam Tremblay, 2000) menemukan bahwa terdapat peningkatan tindakan

kekerasan pada anak laki-laki maupun perempuan pada usia 12 tahun sampai 17 tahun. Hal

ini menunjukan bahwa tahap perkembangan remaja tergolong rentan berperilaku agresi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK SMP Negeri 4 Ambon (pada

tanggal 30 Agustus 2015), yang mengatakan bahwa siswa dari kelas VII sampai kelas IX,

masih ada yang dipanggil ke ruang BK karena melanggar peraturan sekolah, mengalami

teguran dari wali kelas, atau menerima surat panggilan karena perilaku-perilaku yang

menyakiti orang lain dalam menghadapi masalah, baik masalah dengan guru, teman maupun

orang lain yang berada diluar lingkungan sekolah tersebut. Ada beberapa murid yang masih

terlibat tawuran dengan murid sekolah lain, hal ini biasanya terjadi setiap tahunnya, dan tak

jarang sekolah yang dianggap musuh adalah sekolah yang dari tahun ke tahun memang

mengalami konflik yang sama dengan mereka. Cepat terprovokasi oleh isu yang belum tentu

kebenarannya, merasa kalah dalam hal penampilan, ingin menunjukan kekuatan kepada orang

lain, merasa berkuasa, atau masalah pasangan, merasa kurang diperhatikan, tertekan, dan efek

dari tayangan kekerasan di media masa adalah beberapa alasan yang menyebabkan remaja

melakukan perilaku agresif. Perilaku agresi ini menyebabkan sakit fisik maupun sakit hati

dari korban yang mengalami perlakuan baik secara fisik maupun secara mental. Perilaku

agresi merupakan penggunaan hak sendiri dengan cara melanggar hak orang lain, sehingga

apabila perilaku agresi ini tidak dikontrol dengan baik oleh orang-orang yang berada dalam

lingkungan remaja itu sendiri, maka akan lebih memberikan efek yang buruk, bahkan

kematian dapat dialami seseorang akibat perilaku tersebut (Taganing, 2008).

Page 13: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

4

Menurut Bush dan Perry (1992) mengklasifikasikan perilaku agresi dalam empat

macam, yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Agresi fisik dan agresi

verbal mewakili komponen motorik dalam agresivitas, sedangkan kemarahan dan

permusuhan mewakili komponen afektif dan kognitif dalam agresivitas :

a. Agresi fisik (Physical Agression) ialah bentuk agresif yang dilakukan dengan

menyerang secara fisik dengan tujuan untuk melukai atau membahayakan seseorang.

Perilaku agresif ini ditandai dengan terjadinya kontak fisik antara agresor dan

korbannya

b. Agresi verbal (Verbal Agression) ialah agresivitas dengan kata-kata. Agresi verbal

dapat berupa umpatan, sindiran, fitnah, dan sarkasme.

c. Kemarahan (Anger) ialah suatu bentuk indirect agression atau agresi tidak langsung

berupa perasaan benci kepada orang lain maupun sesuatu hal atau karena seseorang

tidak dapat mencapai tujuannya.

d. Permusuhan (Hostility), merupakan komponen kognitif dalam agresivitas yang terdiri

atas perasaan ingin menyakiti dan ketidakadilan.

Didalam perilaku agresi ini keempat hal ini saling berhubungan antara satu dengan

yang lainnya, terdapat pula keterkaitan antara aspek afektif, kognitif, dan arousal yang

bereaksi dan berproses terhadap stimulus yang ada dan memunculkan perasaan negatif.

Perilaku agresi bukan hanya dipicu oleh kejadian di lingkungan luar individu, namun juga

dimunculkan dari bagaimana kejadian tersebut diterima dan diproses secara kognitif atau

yang disebut atribusi diungkapkan oleh Berkowitz (1989). Dalam mencapai suatu

kematangan emosional pada remaja, bukanlah proses yang mudah, namun membutuhkan

kemauan keras dari remaja tersebut serta, kondisi sosial dan emosional lingkungan terutama

lingkungan terkecil yaitu keluarga sangat mempengaruhi individu.

Page 14: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

5

Lingkungan keluarga menjadi sangat penting bagi individu, karena dilingkungan

inilah hubungan yang baik antara orang tua, atau antara orang tua terhadap anak, rasa saling

percaya, saling menghargai serta tanggung jawab ditunjukan dalam lingkungan ini. Apabila

keluarga memiliki lingkungan yang positif, anak diharapkan juga dapat mencapai

kematangan emosionalnya dengan baik. Namun, akan menjadi sebaliknya apabila kondisi

seperti itu tidak ada dalam keluarga, tindak kekerasan yang dilakukan dari suami kepada istri

atau sebaliknya, memukul jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan, dibentak dengan

intonasi yang tinggi, cepat termakan omongan orang lain, kemudian hal-hal yang negatif

seperti ini dipertontonkan dan diberlakukan kepada anak, akan membentuk persepsi anak

tersebut bahwa kekerasan adalah wujud untuk merespon suatu hal yang salah (Satiadarma,

2001). Hal ini terjadi karena melihat apa yang dilakukan orang tua dan dipersepsikan oleh

anak tersebut.

Menurut penelitian dari Vissing, dkk (1991) didapatkan data dari 3346 keluarga yang

menjadi sampel bahwa agresi anak, kenakalan dan masalah dalam berhubungan dengan orang

lain disebabkan karena anak-anak tersebut pernah mengalami kekerasan psikologis dalam

keluarga. Padahal, keluarga adalah yang akan dijadikan anak tersebut sebagai contoh

dikemudian harinya, karena anak mempersepsikan perilaku dan apa yang diperhatikannya

dalam keluarga untuk kembali diwujudkan dalam tindakan dan perilakunya, inilah proses

internal yang terjadi, yang sering disebut persepsi.

Persepsi menurut Solso, Otto, & Maclin (2008) adalah sesuatu yang melibatkan

kognisi tingkat tinggi dalam hal penginterpretasian, yang kita tangkap dengan indera.

Persepsi menurut Walgito (2003) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

proses penginderaan terhadap suatu stimulus yang kemudian diorganisasikan dan

diinterpretasikan oleh individu, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang

diindera tersebut. Seseorang memilikli perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman-

Page 15: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

6

pengalaman yang tidak sama yang menyebabkan persepsi orang terhadap stimulus atau objek

yang sama dapat berbeda-beda. Baron & Byrne (1983) menambahkan persepsi adalah proses

yang dialami seseorang untuk mengetahui dan memahami orang-orang lain. Persepsi inilah

yang akan dimiliki oleh anak, anak tumbuh dengan hubungan yang dimulai dengan orang-

orang terdekatnya yaitu orang tua, sehingga persepsi anak adalah penginterpretasian yang

dibentuk anak dari hasil tangkap indera, melalui penglihatan, pendengaran, perasa,

penciuman dan peraba yang dia temui pertama kalinya dari orang tuanya.

Anak-anak yang menjadi saksi peristiwa kekerasan dalam lingkup keluarga dapat

mengalami gangguan fisik, mental dan emosional menurut Bair dkk (dalam Margareta dkk,

2013 ). Ekspos kekerasan dalam keluarga pada anak dapat menimbulkan berbagai persoalan

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek seperti: ancaman

terhadap keselamatan hidup anak, merusak struktur keluarga, munculnya berbagai gangguan

mental. Sedangkan dalam jangka panjang memunculkan potensi anak terlibat dalam perilaku

kekerasan dan pelecehan di masa depan, baik sebagai pelaku maupun korbannya. Kekerasan

dalam keluarga adalah suatu peristiwa traumatis karena kekerasan dilakukan oleh orang-

orang yang terdekat bagi anak, keluarga yang semestinya memberikan rasa aman, justru

menampilkan dan memberikan kekerasan yang menciptakan rasa takut serta kemarahan

menurut Margareta, dkk (2013). Hal inilah yang membuat anak menginterpretasikan apa

yang ditemuinya dalam keluarga dalam bentuk persepsi, berdasarkan apa yang ditangkapnya

dengan alat indera.

Belajar Sosial (social learning) menjelaskan bahwa perilaku agresi terjadi karena

belajar sosial atau transmisi antar generasi anak-anak yang mengalami kekerasan, yaitu anak-

anak mempelajari penyimpangan norma-norma dan perilaku yang dapat direplikasi di dalam

hubungan saat dewasa menurut Bandura (1976). Marriott & Chebib (2014) menjelaskan

bagaimana efek belajar sosial terjadi sangat cepat bergantung pada genetika ataupun

Page 16: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

7

lingkungan dimana individu bertumbuh dan beradaptasi. Jika sejak anak-anak sudah

menyaksikan kekerasan, dalam masa remaja mereka akan mengembangkan persepsi yang

salah tentang kekerasan; bahwa kekerasan adalah salah satu cara yang tepat untuk

menyelesaikan masalah. Pembelajaran tentang orang tua inilah yang ditangkap oleh remaja

melalui alat indera kemudian dipersepsikan, dan terwujud dalam perilaku dimasa depan

(Bodenhausen dan Hugenbregh, 2009). Dalam kultur di mana tindak kekerasan adalah jarang,

orang menjadi sangat sensitif dengan setiap bentuk kekerasan dan agresi dan menolaknya.

Sebaliknya, di komunitas di mana kekerasan merupakan cara menyelesaikan masalah yang

umum, seperti zona konflik etnis, orang mungkin menjadikan pola perilaku kekerasan

tersebut sebagai norma Buckey, (dalam Erick & David, 2012).

Masalah yang ditemukan sekarang adalah remaja cendrung akan melakukan

pengulangan atas perilaku agresi yang sama jika lingkungan atau faktor eksternalnya

mendukung individu tersebut untuk melakukukan perilaku tersebut, menurut Lopez dkk

(2008). Pemikiran orang tua bahwa dengan memberi pukulan itu adalah perilaku yang

mengajarkan anak menjadi individu yang patuh, penurut dengan tujuan yang baik, tanpa

mereka sadari hal tersebut malah memberi dampak sebaliknya. Perilaku yang dilakukan oleh

orang tua kepada orang lain, dengan memukul, meneriaki dengan kata-kata kasar atau

sebagainya, menjadi hal yang biasa kepada remaja, kemudian orang tua akan mendorong

anak mereka untuk mengerti bahwa hal tersebut adalah untuk “membela diri”. Sementara itu,

dari pengalaman orang tua contoh tersebut tidak menjadi masalah bagi mereka, sehingga

orang tua berusaha untuk membuat anak mereka menyadari apa yang mereka lakukan adalah

suatu hal yang memang seharusnya dilakukan. Dengan cara seperti inilah yang akan

mempengaruhi cara didik orang tua terhadap anak tersebut, karena bila orang tua memberi

pukulan dengan pengertian “membela diri”, “demi kebaikan kamu”, anak ketika bertumbuh

akan mengulangi dan menerapkan hal yang sama di kemudian hari pada orang lain, karena

Page 17: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

8

dia merasa yang dilakukan oleh orang tuanya adalah yang terbaik baginya, sehingga dia akan

melakukan hal yang dia anggap terbaik juga kepada orang lain, karena skema atau persepsi

yang dibentuknya sesuai dengan apa yang dirasakan dan dialaminya.

Valois, dkk (2002) dalam hasil penelitiannya tentang faktor resiko yang berhubungan

dengan kekerasan dan perilaku agresi dan Mackowicz (2014) tentang kekerasan pada siswa di

sekolah menengah pertama menemukan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang

beresiko terkait dengan perilaku agresi remaja, terutama untuk remaja yang berada pada

sekolah menengah pertama dan sekolah menengah keatas. Lopez dkk (2008), dari hasil

penelitiannya tentang Agresi remaja pengaruh: gender, keluarga dan lingkungan sekolah

menemukan apabila lingkungan keluarga yang positif akan memberikan faktor perlindungan

yang kuat juga untuk anak perempuan maupun laki-laki dalam menghadapi masalah. Dilain

sisi, ada juga penelitian yang memiliki hasil berbeda dalam menilah perilaku agresi remaja

yaitu, Adachi & Willoughby (2011) dalam penelitiannya tentang efek dari game kompetisi

dan kekerasannpada perilaku agresi remaja, dan yang lebih memberikan efek kepada perilaku

agresi adalah game kompetisi. Penelitian lainnya yang serupa dengan Adachi dan

Willioughby adalah Anderson dkk (2010) tentang videogame kekerasan yang berpengaruh

pada perilaku agresi, empati dan sikap prososial. Berdasarkan fenomena serta hasil penelitian

yang telah ada, tentang perilaku agresif, maka penulis tertarik untuk melihat persepsi remaja

terhadap perilaku agresi orang tua dengan remaja terhadap perilaku agresif di SMP Negeri 4

Ambon.

Hipotesis

Adakah hubungan positif yang signifikan antara persepsi mengenai perilaku agresi orang tua

dengan perilaku agresi pada remaja di SMP Negeri 4 Ambon.

Page 18: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

9

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Perilaku agresi remaja

Variabel Bebas : Persepsi mengenai perilaku agresi orang tua

Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian correlational, yaitu penelitian yang bersifat

menghubungkan (Sugiyono, 2012) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian

ini menggunakan instrumen berbentuk skala.

Populasi dan Sampel Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data

mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan siswa SMP Negeri 4 Ambon yang berjumblah 1095 siswa. Adapun

karakteristiknya adalah: (1) masih memiliki orang tua lengkap (ayah dan ibu), (2) tinggal

bersama kedua orang tua ayah dan Ibu.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik Insidental Sampling,

yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012).

Saat penelitian, yang dilakukan peneliti disekolah tersebut, beberapa kelas yang dijadikan

sampel ditentukan langsung oleh pihak sekolah, sehingga saat pengisian angket pihak sekolah

yang menemani untuk menunjukan kelas berapa saja yang bisa dimintai data atau dijadikan

sampel. Maka dari 32 kelas yang ada di SMP Negeri 4 Ambon, peneliti mengambil sampel

sebanyak 4 kelas yaitu kelas VII-1 yang berjumlah 30 siswa, dengan 26 siswa sesuai

Page 19: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

10

kateristik, dan 4 lainnya tidak, kelas VII-2 yang berjumlah 31 siswa sesuai karakteristik, kelas

VIII-1 yang berjumlah 28 siswa, dengan 27 siswa sesuai karakteristik dan 1 lainnya tidak,

dan kelas VIII-4 yang berjumlah 33 siswa, dengan 29 sesuai karakteristik dan 4 lainnya tidak.

Pemilihan kelas ditentukan langsung oleh pihak sekolah, sehingga jumlahnya adalah 113

siswa yang berpartisipasi. Pengisian Angket dilakukan 2 kali, hari pertama siswa mengisi

skala agresi, keesokan harinya mereka mengisi skala persepsi tentang orang tua.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah Aggression

Questionnaire dari Buzz dan Perry dan Skala persepsi mengenai perilaku agresi orang tua

(seterusnya akan disingkat PAOT) yang telah dimodifikasi oleh penulis.

1. Skala Aggression Questionnaire

Skala yang digunakan adalah Aggression Questionnaire dari Buzz dan Perry

(1992) yang terdiri dari 29 item dengan menggunakan aspek-aspek anger (7 item),

verbal aggression (5 item), physical aggression (9 item), dan hostily (8 item). Dalam

penelitian ini item telah dialih bahasakan menjadi Bahasa Indonesia dan diubah

menjadi skala Likert dengan tetap mempertahankan dimensi indikator yang diukur.

Dalam pengisian alat ukur Aggression responden diminta untuk memilih dari lima

pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak dapat menentukan

dengan pasti (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Butir

pernyataan dalam skala ini bersifat favourable untuk 27 item dan 2 item lainnya

unfavorable. Rentang skor setiap butr pernyataan dari 1 sampai 5. Jika Butir

pernyataan SS diberi skor 5, jawaban S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor

2, dan STS diberi skor 1.

Page 20: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

11

Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala

Aggression Questionnaire sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 29 item,

diperoleh item yang gugur sebanyak 5 item dengan koefisien korelasi item totalnya

bergerak antara 0,326-0,573 dengan penentuan-penentuan item yang mempunyai nilai

diskriminasi yang baik, menggunakan ketentuan Anzwar (2012) yang menyatakan

bahwa item skala pengukuran dapat dikatakan baik apabila r ≥ 0,30.

Teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik koefisien

Alpha Cronbach. Hasil koefisien Alpha pada skala Aggression Questionnaire sebesar

0,876. Hal ini berarti skala Aggression Questionnaire reliabel.

Tabel 1. Reliabilitas Skala Aggression Questionnaire

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.876 24

2. Skala Persepsi Mengenai Perilaku Agresi Orang Tua (PAOT)

Skala yang digunakan adalah skala Aggression Questionnaire dari Buzz dan Perry

(1992) ini dimodifikasi oleh penulis berdasarkan aspek-aspek persepsi menurut Baron &

Byrne (1983), yaitu: aspek konatif yang diwakilkan dengan physical aggression dan

verbal aggression, afektif yang diwakili oleh aspek anger, dan aspek kognitif diwakili

aspek hostility.

Skala PAOT ini terdiri dari 29 butir pernyataan dan memiliki lima pilihan

jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak dapat menentukan dengan pasti (N),

Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Butir pernyataan dalam skala ini

bersifat favourable untuk 27 item dan 2 item lainnya unfavorable. Rentang skor setiap

Page 21: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

12

butr pernyataan dari 1 sampai 5. Jika Butir pernyataan SS diberi skor 5, jawaban S diberi

skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1.

Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala paot

sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 29 item, diperoleh item yang gugur

sebanyak 4 item. Maka terdapat 25 item yang dapat digunakan untuk dianalisa dalam

penelitian ini totalnya bergerak antara 0,326-0,623.

Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan

teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala

persepsi sebesar 0,898. Hal ini berarti skala perselingkuhan reliabel.

Tabel 2. Reliabilitas Skala Persepsi Mengenai Perilaku Agresi Orang Tua

(PAOT)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.898 25

Teknik Analisis Data

Metode Analisis data adalah metode untuk mengolah data, menganalisis data, dan

menguji kebenarannya, kemudian dapat disimpulkan dari penelitian tersebut (Hadi, 2004).

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan metode statistik,

karena data yang diperoleh berwujud angka-angka sehingga metode statistik dapat

memberikan hasil yang objektif. Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara

kedua variabel penelitian ini adalah korelasi product moment dari Pearson. Dalam penelitian

ini, analisis data akan dilakukan dengan bantuan progtam khusus komputer yaitu SPSS seri

16.0 for windows.

Page 22: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

13

HASIL PENELITIAN

Uji Deskriptif Statistika

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar deviasi

sebagai hasil pengukuran skala aggression questionnaire dan skala persepsi mengenai

perilaku agresi orang tua (PAOT).

Tabel 3. Deskriptif Statistika

Descriptive Statistics

N Min Max Sum Mean

Std.

Deviation

Agresi 113 44 105 9162 81.08 14.556

PAOT 113 44 111 8656 76.60 15.306

Valid N

(listwise) 113

Berdasarkan tabel 3, tampak skor empirik yang diperoleh pada skala aggression

questionnaire paling rendah adalah 44 dan skor paling tinggi adalah 105, rata-ratanya adalah

81,08 dengan standar deviasi 14,556. Begitu juga dengan skala PAOT paling rendah adalah

44 dan skor paling tinggi 111, rata-ratanya adalah 76,60 dengan standar deviasi 15,306.

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel perilaku agresi dan

paot digunakan 5 (lima) kategori, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, dan Sangat

Rendah. Jumblah pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima). Maka skor maksimum

yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumblah soal, yaitu: 5 x 24

item = 120 untuk variabel agresi, 5 x 25 = 125 untuk variabel PAOT, dan skor minimum

yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumblah soal 1 x 24 item = 24

untuk variabel agresi, dan 1 x 25 item = 25 untuk variabel PAOT.

Page 23: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

14

Tabel 4. Kategorisasi Pengukuran Skala Persepsi Mengenai Perilaku Agresi Orang Tua

(PAOT) dan Aggression Questionnaire

Skala No Interval Kategorisasi Mean N Presentase

Aggression

Questionnaire

1 100,8 ≤ x ≤ 120 Sangat Tinggi 5 4,42%

2 81,6 ≤ x ≤ 100,8 Tinggi 46 40,71%

3 62,4 ≤ x ≤ 81,6 Sedang 81,08 48 42,47%

4 43,2 ≤ x ≤ 62,4 Rendah 14 12,39%

5 24 ≤ x ≤ 43,2 Sangat Rendah 0 0 %

Jumlah 113 100 %

SD = 14,556 Min = 44 Max = 105

Persepsi

Mengenai

Perilaku Agresi

Orang tua

1 101 ≤ x ≤ 125 Sangat Tinggi 7 6,19%

2 77 ≤ x ≤ 101 Tinggi 49 43,36%

3 53 ≤ x ≤ 77 Sedang 76.60 49 43,36%

4 29 ≤ x ≤ 53 Rendah 8 7,08%

5 5 ≤ x ≤ 29 Sangat Rendah 0 0 %

Jumlah 113 100 %

SD = 15,306 Min = 44 Max = 111

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan sebagian besar subjek (42,47%) mempunyai

perilaku agresi dalam kategori sedang dan sebagaian besar subjek (43,36%) memiliki

persepsi mengenai perilaku agresi orang tua (PAOT) dalam kategori sedang yang nilainya

sama juga dengan kategori tinggi.

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji lineritas.

Page 24: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

15

a. Uji Normalitas

Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah memenuhi

asumsi analisis sebagai syarat untuk melakukan analisis dengan teknik korelasi

Pearson Product Moment. Pengujian uji normalitas dilakukan dengan melihat hasil

uji Kolmogrov-Smirov.

Uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5. Uj Normalitas

Pada skala agresi diperoleh hasil skor sebesar 0,929 dengan probabilitas (p) atau

signifikansi sebesar 0,354 (p>0,05). Sedangkan pada skor paot memiliki nilai K-S-Z

sebesar 0,508 dengan probabilitass (p) atau signifikansi sebesar 0,959 (p>0,05).

Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Perilaku

Agresi

Persepsi

mengenai

perlaku agresi

orang tua

(PAOT)

N 113 113

Normal Parametersa Mean 81.08 76.60

Std. Deviation 14.556 15.306

Most Extreme Differences Absolute .087 .048

Positive .051 .048

Negative -.087 -.042

Kolmogorov-Smirnov Z .929 .508

Asymp. Sig. (2-tailed) .354 .959

Page 25: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

16

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

apakah variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk

perhitungannya, uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows yang

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Perilaku Agresi

Remaja *

PAOT

Between

Groups

(Combined) 19435.050 49 396.634 5.818 .000

Linearity 14777.900 1 14777.900

216.75

4 .000

Deviation from

Linearity 4657.150 48 97.024 1.423 .094

Within Groups 4295.233 63 68.178

Total 23730.283 112

Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda Sebesar 1,423 dengan signifikansi = 0,094

(p<0,05) yang menunjukan hubungan antara persepsi mengenai perilaku agresi orang tua

dengan perilaku agresi remaja adalah linear.

c. Uji Korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji

normalitas dan uji liniearitas. Dari perhitungan uji korelasi antara variabel bebas dan

variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 26: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

17

Tabel 7. Hasil Uji Korelasi

Berdasarkan hasil koefisien korelasi antara persepsi mengenai perilaku agresi orang

tua dengan perilaku agresi remaja, sebesar 0,789 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05). Hal

ini menunjukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi mengenai

perilaku agresi orang tua dengan perilaku agresi pada remaja di SMP Negeri 4 Ambon.

Correlations

Agresi Persepsi_

Agresi Pearson Correlation 1 .789**

Sig. (1-tailed) .000

N 113 113

Persepsi tentang

orang tua

Pearson Correlation .789**

1

Sig. (1-tailed) .000

N 113 113

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Page 27: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

18

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara persepsi mengenai perilaku agresi

orang tua dengan perilaku agresi pada siswa di SMP Negeri 4 Ambon, diperoleh hasil r =

0,789 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang

positif yang signifikan antara persepsi mengenai perilaku agresi orang tua terhadap perilaku

agresi remaja, yang berarti semakin tinggi persepsi remaja tentang agresi orang tua, semakin

tinggi pula perilaku agresi. Sebaliknya, bila persepsi mengenai perilaku agresi orang tua

rendah, maka perilaku agresi pada remaja juga akan rendah.

Dalam perkembangan masa perkembangan remaja, yang dikemukan oleh Monty

(2001), bahwa perilaku agresi pada remaja dipengaruhi oleh pembentukan persepsi yang

dimulai dari keluarga. Margaretha dkk (2013) mengungkapkan efek jangka panjang dari

anak-anak yang menjadi saksi dalam peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh keluarganya,

adalah potensi untuk melakukan hal yang sama lagi dimasa depan. Padahal keluarga

merupakan lingkungan terdekat yang berada pada masa perkembangan remaja, dimana

keluarga diharapkan dapat memberikan rasa aman, namun sebaliknya malah hal-hal negatif

lah yang ditunjukan oleh orang tua dalam berperilaku. Ramirez (2003) juga menambahkan

bahwa kebanyakan anak yang diasuh oleh orang tua biologis yang memiliki hubungan genetis

dengannya, maka pengaruh-pengaruh sifat bawaan (nature) dan (nurture) dalam

perkembangan individu biasanya berjalan seiring, salah satunya social learning. Social

learning sendiri diperoleh oleh remaja dari hasil observasinya dengan lingkungan dimana

individu tersebut tinggal, yaitu keluarga menurut Bandura (1976). Marriott & Chebib (2014)

menjelaskan bagaimana efek belajar sosial terjadi sangat cepat bergantung pada genetika

ataupun lingkungan dimana individu bertumbuh dan beradaptasi

Page 28: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

19

Jika dikaitkan dengan persepsi, berarti individu membentuk pola pemikiran dan

perilaku yang sama dengan apa yang ditemukannya dalam lingkungan tempat remaja

bertumbuh pertama kali, yaitu keluarga. Perilaku agresi yang dipersepsikan remaja inilah

yang direkamnya dari keluarga, maka tak jarang remaja akan berperilaku sama seperti apa

yang dilihat dari orang tuanya (Nike, 2013). Pembelajaran tentang orang tua inilah yang

ditangkap oleh remaja melalui alat indera kemudian dipersepsikan, dan terwujud dalam

perilaku dimasa depan (Bodenhausen dan Hugenbregh, 2009). Saat remaja mempersepsikan

perilaku agresi orang tua, beberapa aspek dari persepsi juga dikategorikan bersama. Menurut

Baron & Byrne (1983), yaitu: aspek konatif dari persepsi yang diwakilkan dengan physical

aggression dan verbal aggression, afektif yang diwakili oleh aspek anger, dan aspek kognitif

diwakili aspek hostility.

Dari hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini diperoleh rata-rata data bahwa

persepsi sebesar 76,60 yang berada pada kategori sedang dan tinggi dengan 43,36%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di SMP Negeri 4 Ambon, mempersepsikan orang

tua mereka berperilaku agresi yang sedang dan pada presentasi yang sama juga remja

mempersepsikan perilaku agresi orang tua mereka tinggi. Dalam kultur di mana tindak

kekerasan adalah jarang, orang menjadi sangat sensitif dengan setiap bentuk kekerasan dan

agresi dan menolaknya. Sebaliknya, di komunitas di mana kekerasan merupakan cara

menyelesaikan masalah yang umum, seperti zona konflik etnis, orang mungkin menjadikan

pola perilaku kekerasan tersebut sebagai norma (Buckey, dalam Erick & David, 2012). Hal

inilah yang menyebabkan perkembangan budaya tentang agresi menjadi hal yang biasa untuk

diterapkan, perilaku agresi terbentuk karena konsep lingkungan yang mudah mengalami

konflik baik dari sosial, ekonomi maupun agama, sehingga dapat memicu konflik antara

warga daerah atau pendatang (Hadiwitanto & Sterkens, 2010).

Page 29: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

20

Sementara, untuk perilaku agresi pada remaja SMP Negeri 4 Ambon memiliki rata-

rata sebesar 81,08 yang berada pada kategori sedang dengan presentase 42,47%. Hal tersebut

menunjukan bahwa hampir sebagian besar remaja di SMP Negeri 4 Ambon telah melakukan

perilaku agresi baik secara fisik, verbal, amarah ataupun secara permusuhan. Dorongan

kekerasan dapat berkembang menjadi pola respon, karena perilaku agresi diperoleh lewat

observasi tindakan agresi orang lain (Bandura, 1976). Orang tua yang tinggal di area

kekerasan cendrung mendorong anaknya untuk agresif dan merespon kekerasan dengan

tindakan pembalasan (Erick & David, 2012). Dan remaja dalam proses pertumbuhan akan

mengikuti apa yang ditemukannya pertama kali, baik secara konsep berpikir dari sisi sosial,

politik dan ekonomi yang diterapkan bahkan telah menjadi budaya dimana individu

bertumbuh secara turun menurun (Hadiwitanto & Sterkens, 2010).

Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat sumbangan efektif yang diberikan persepsi

terhadap kecenderungan perilaku agresi, persepsi berkontribusi sebesar 62% dan sebanyak

38% dipengaruhi oleh faktor lain diluar persepsi mengenai keluarga yang dapat berpengaruh

terhadap perilaku agresi remaja, seperti faktor dari dalam diri sendiri yaitu dorongan untuk

menyerang, lingkungan sekolah, hubungan pertemanan dengan orang lain, hingga masyarakat

atau lingkungan tempat individu tinggal (Vaoliz dkk, 2002).

Page 30: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

21

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi mengenai perilaku agresi orang

tua (PAOT) dengan perilaku agresi pada remaja di SMP Negeri 4 Ambon. Makin

tinggi persepsi tentang perilaku agresi orang tua, maka kecenderungan perilaku agresi

juga pada tingkat yang tinggi.

2. Besarnya sumbangan efektif persepsi sebesar 62%. Hal ini menunjukan bahwa

persepsi merupakan salah satu faktor besar pengaruhnya terhadap perilaku agresi

remaja.

3. Sebagian besar subjek (43,63%) memiliki tingkat persepsi mengenai orang tua pada

kategori sedang dan sebagian besar subjek (42,47%) memiliki tingkat kecenderungan

perilaku agresi pada kategori sedang.

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan

hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi Orang tua

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi remaja mengenai perilaku agresi

orang tua merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku

agresi, diharapkan melalui penelitian ini bagi orang tua agar jangan melakukan

perilaku agresi di depan anak-anak, kemudian juga untuk dapat mengekspresikan

penolakan dengan alasan yang tepat ataupun memberi teguran dengan cara yang lebih

Page 31: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

22

tenang, misalnya duduk bersama menanyakan permasalahan, atau memberi nasihat,

apabila anak melakukan kesalahan.

2. Bagi Remaja

Bagi remaja, jika menghadapi permasalahan sebelum mengambil tindakan lebih baik

bertanya terlebih dahulu kepada orang tua, atau orang dewasa lainnya yang dapat

dipercaya. Mencari sumber permasalahan atau informasi kebenarannya, agar tidak

cepat terprovokasi oleh isu.

3. Bagi sekolah dan guru

Di sekolah, diadakan penyuluhan atau pendekatan lebih lanjut kepada orang tua yang

memberlakukan perilaku agresi dalam keluarga, sehingga orang tua dapat mengerti

bagaimana mendisiplinkan anak dengan lebih baik tanpa kekerasan.

4. Bagi penelitian selanjutnya

- Dapat mengaitkan perilaku agresi dengan faktor yang lainnya seperti pola asuh

atau dilihat dari jenis kelamin mana yang memiliki agresi yang tinggi.

- Dapat juga didukung dengan, penelitian namun melihat kepada keluarga yang

utuh (memiliki ayah dan ibu) dengan keluarga yang sudah berpisah (tinggal

dengan salah satu ayah atau ibu).

Page 32: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

23

DAFTAR PUSTAKA

Adachi., C. J. & Willoughby, T. (2011). The effect of video game competition and violence

on aggressive behavior: which characteristic has the greatest influence. (1) 4, 259–274 .

Canada : Brock University.

Anderson, A. C., Nobuko, I., Bushman, J. B., & Rothstein, R. H (2010). Violent video game

effects in eastern and western countries: a meta-analytic review. Psychological bulletin.

136 (2), 259–274. American psychological association.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistika (2012). Profil Kriminalitas Remaja 2010. Diakses pada 6 september

2015 melalui https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/3514.

Bandura, A. (1976). Social learning theory. New York City : General Learning Pers

Berkowitz, L. (1989). Frustration-aggression hypothesis: examination and reformulation.

Psychological Bulletin American Psychological Association 106 (1), 59-76.

Baron, A. R. & Byrne, D. (1991). Social psychology. London : Allyn and Bacon

Bodenhausen, G. V., & Hugenberg, K. (2009). Attention, perception, and social cognition.

Faculty of northwestern. Pdf. USA : Northwestern University

Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The aggression questionnaire. Journal of Personality and

Social Psychology, 63, 452-45.

Erick., B. S & David, A. L. (2012). Psikologi lintas kultural : Pemikiran Kritis dan Terapan

Modern. Jakarta: Kencana.

Fitriani, N. R. (2013). Hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku agresi verbal guru

dengan motivasi belajar siswa pada Madrasah Ibtidaiyah Ma’Arif Bringin srumbung

magelang. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi research. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Hadiwitanto, H.& Sterkens, C. (2010). Belajar dari kekerasan bernuansa agama di Ambon.

Jurnal Penagama Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 29 (1), 57-78.

Kementerian Pemuda dan Olaraga (2009). Penyajian data dan informasi kementerian pemuda

dan olaraga 2009. Diakses pada 23 februari 2016 melalui

http://www.kemenpora.go.id/pdf/PENYAJIAN%20DATA%20INFORMASI%20KE

MENTERIAN%20PEMUDA%20DAN%20OLAHRAGA%20TAHUN%202009.pdf

Krahe, B. (2005). Perilaku agresif buku panduan psikologi sosial. Yogyakarta: Penerbit

Pustaka Pelajar.

Lopez, E. E., Pereza, M. S., Ochoab, M. G., & Ruiza, M. D. (2008). Adolescent aggression:

Effects of gender and family and school environments. Journal of Adolescent The

Association for Professionals in Services for Adolescents. 31, 433–450.

Page 33: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

24

McArthur, Z. L., & Baron, M. R. (1983). Toward an ecological theory of social perception.

Physchological Review of American Psychological Association, 90 (3), 215-238.

Maćkowicz, J. (2014). Junior high school student as victim of violence at school. Batı

Anadolu Eğitim Bilimleri Dergisi (BAED), Dokuz Eylül Üniversitesi Eğitim Bilimleri

Enstitüsü, İzmir-Türkiye. ISSN 1308 - 8971. Rusia : Bati Anadolu

Margareta., Nuringtyas, R., & Rachim, R. (2013). Trauma kekerasan masa kanak dan

kekerasan dalam relasi intim. Jurnal Makara Seri Sosial dan Humaniora Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 17(1): 33-42.

Marriott, C., & Chebib, J. (2014). The effect of social learning on individual learning and

evolution. Proceedings of the Fourteenth International Conference on the Synthesis

and Simulation of Living Systems, ALIFE '14, At New York, New York. doi:

10.7551/978-0-262-32621-6-ch118.

Nike, K. H. (2013).Hubungan antara persepsi pola asuh otoriter ibu dengan perilaku agresi

pada siswa sd. Skripsi. Fakultas Psikologi Universtas Muhamadiyah Surakarta

Ramirez, M. J. (2003). Human Aggression: A Multifaceted Phenomenon. Diakses pada 23

februari 2016 melalui http://eprints.ucm.es/10003/1/Human_Aggression_Book.pdf

Santrock, J.W. (2002). Life-span development: perkembangan masa hidup. Edisi kelima.

Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi sosial: individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta:

Balai Pustaka.

Satiadarma, M. P. (2001). Persepsi orang tua membentuk perilaku anak: dampak pygmalion

di dalam keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Susilo, Budi. (1992). Psikologi perkembangan perspektif sepanjang hayat. Salatiga

Solso, R. L., Maclin, O., & Maclin K. (2008). Psikologi kognitif. Jakarta: Erlangga.

Taganing, N. M. (2008), Hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja.

Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Tremblay, E. R. (2000). The development of aggressive behaviour during childhood: What

have we learned in the past century?. Journal of Behavioral Development, 20, 129-

141. Canada : University of Montreal

Valois, F. R., MacDonals, M. J., Bretous, L., Fischer, A. M., & Drane, W. J. (2002). Risk

factors and behaviors associated violence and aggression. Journal of Medicine

National Institutes of Health, 26 (6), 454-464. USA : National Library of Medicine

National Institutes of Health

Page 34: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10134/2/T1_802012020_Full... · PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

25

Vissing, M. Y., Straus, A. M., Gelles, J. R., & Harrop, W. J. (1991). Verbal aggression by

parents and psychological problems of children. Journal of Child Abuse and Ngelect,

15, 223-238. Durham : University of New Hampshire

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial : Suatu pengantar. Yogyakarta: Andi