formulasi suspensi

Upload: rizkaflestari

Post on 05-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

farmasi

TRANSCRIPT

PRA-FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI

Dosen Pembimbing : Fadli. S.farm.,AptDisusun Oleh:1. Anadiana Silvasari2. Fitri Safira3. Larasati4. Novi Wardhani5. Rizka Febriani Lestari6. Tia Rezeki Utami7. Wiranti Febrina

Tingkat/Kelas : I- AAKADEMI 2013/2014 FARMASI YARSI PONTIANAKTAHUN AJARAN 2013/2014KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Pra-Formulasi Suspensi", yang mmenurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari hal-hal apa saja yang menyangkut formulasi sediaan suspensi..

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Pontianak, 14 Mei 2014Penulis

DAFTAR ISI

TAHUN AJARAN 2013/2014KATA PENGANTAR1KATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3BAB I4PENDAHULUAN4I.Latar Belakang4BAB II5PEMBAHASAN5II.Pengertian5Formula Umum5Macam-macam suspensi :5Syarat suspensi6Suspending Agent6Penggolongan Suspending agent :6Bahan pembasah6FORMULASI SUSPENSI8Uraian Bahan8Perhitungan Dosis :10Penimbangan :10Cara Kerja :10EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI11DAFTAR PUSTAKA12

BAB IPENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah dibasahi oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut zat pembasah agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk.

Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill), pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.

BAB IIPEMBAHASAN

II. PengertianSuspensi atau suspension menurut farmakope edisi IV adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut, yang terdispersi dalam fase cair. suspensi oral merupakan sediaan suspensi yang ditujukan untuk penggunaan secara oral.Suspensi menurut farmakope III adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.Suspensi menurut USP XXVII, suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu cairan pembawa cair atau flavouring agent yang cocok untuk pemakaian oral. suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair, untuk pemakaian kulit. Suspensi otic adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro untuk pemakaian diluar telinga.Menurut formularium nasional, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersi sempurna dalam cairan pembawa.

Formula Umumsuspensi umumnya mengandung :zat aktifbahan pensuspensi (suspending agent)bahan pembasah (wetting agent/humektan)antioksidan bila perlupemanis dan anticakingpewarna dan flavourpewangi dan floculating agent pengawet

Macam-macam suspensi :suspensi oralsuspensi topikalsuspensi tetes telingasuspensi optalmik

Syarat suspensiMenurut FI IV 1995 supensi harus : tidak boleh dipakai melali intra vena dan intratekal suspensi digunakan secara tertentu misal untuk mata, harus menggunakan pengawet suspensi harus dikocol sebelum digunakan suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapatMenurut FI III 1979 suspensi harus : zat terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap jika dikocok harus terdispersi kembali dapat menggunakan zat tambahan untuk menjamin stabilitas sediaan suspensi kekentalan sediaan tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan dituang karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran suspensoid tetap konstan dalam waktu penyimpanan yang cukup lama.

Suspending AgentSuspending agent berfungsi untuk memperlama pengendapan, mencegah penurunan partikel, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.

Penggolongan Suspending agent :1. golongan polisakarida : gom akasia, tragakan, Na-alginat, starch, karagen, gum2. turunan selulosa : metil selulosa, CMC-Na, avicel, hidroksi etil selulosa3. golongan clay : bentonit, veegum4. polimer sintetik : golongan carbomer

Bahan pembasahBahan pembasah (wetting agent) / humektan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan, memperkecil sudut kontak, meningkatkan dispersi bahan yang hidrofob.

Sistem pembentukan suspensi Sistem flokulasiDalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.

Sistem deflokulasiDalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sulit tersuspensi kembali.Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :

Deflokulasi

a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.b. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.c. Sedimen terbentuk lambat. d. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.e. Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dancairanatasberkabut.

Flokulasi

a.Partikel merupakan agregat yang bebas.b. Sedimen terjadi cepatc.Sedimen terbentuk cepatd. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semulae. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

FORMULASI SUSPENSI

R/ Sulfadiazin3 CMC1 % Glycerin20 % Propylen Glycol15 % Sukrosa67 % Ethyl Vanillin 0,01 % Aqua dest ad100 ml Mf. Suspensi S t dd I C Pro : Ranita

Uraian Bahan 1. SulfadiazinPemerian : Serbuk; putin, putih kekuningan atau putih agak merah jambu; hamper tidak berbau; tidak berasa.Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (955)P dan dalam aseton P; mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.Khasiat : AntibakteriDosis Maksimum : Sekali 2 g, sehari 8 g. (FI Ed.III : 579)

2. CMCKegunaan : Suspending AgentKonsentrasi : 1% atau 2% dari jumlah sediaan (IMO : 110)

3. GlycerinPemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. HigroskopikKelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%)P; praktis tidak larut dalam kloroformP, dalam eterP dan dalam minyak lemak. (FI Ed.III : 271)Kegunaan: Humektan 30% dari jumlah sediaan (HOPE :283)

4. Propylen Glycol Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis; higroskopik.Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak. (FI Ed. III : 534)Kegunaan : Sebagai Pengawet/Preservative Konsentrasi : Preservative 15-30% (HOPE :592)

5. SukrosaKegunaan : Sweetening agent 67% (HOPE : 704)

6. Ethyl VanillinKonsentrasi : 0,01%Kegunaan : Sebagai pewarna dan pengaroma sediaan farmasi (HOPE : 261)

7. Aqua dest Kegunaan : Sebagai pelarut dan zat tambahan

Perhitungan Dosis :Banyak sediaan = 100 ml =6,67 = 6 x pakai 151. Sulfadiazin ( 2/8 g) =3 g = 3000 mgDp : 1 x p = 3000 mg : 6 = 500 mg 1 Hp = 500 mg x 3 = 1500 mg = 1,5 gDM : 1 x p = 2 g 1 Hp = 8 g

Penimbangan : 1. Sulfadiazin = 3 g2. CMC = x 100 = 1 g Air Kurpus = 10 x 1 = 10 g = 10 ml3. Glycerin = x 100 = 20 g4. Propylen Glykol = x 100 = 15 g5. Sukrosa = x 100 = 67 gr6. Ethyl vanillin = x 100 = 0,01 g = 10 mg7. Aqua dest ad 100 ml

Cara Kerja : 1. Timbang masing-masing bahan2. Kalibrasi botol dengan volume 100 ml3. Larutkan Sukrosa dengan air qs di atas penangas air, guna mempercepat kelarutan sukrosa. Sisihkan.4. Basahi Sulfadiazin dengan Gliserin di dalam gelas beaker, aduk ad homogeny. Sisihkan.5. Larutkan/kembangkan CMC dengan air kurpus di dalam lumpang dengan cara taburkan CMC di atas air kurpus yang tersedia di dalam lumpang, aduk ad homogeny.Tambahkan Propylen glycol, aduk ad homogeny.Tambahkan bahan no.4, gerus ad homogeny.Tambahkan Sukrosa yang sudah dilarutkan, aduk ad homogeny.Tambahkan Ethyl vanillin, aduk ad homogeny.6. Masukan sediaan kedalam botol. Cukupkan sediaan dengan aqua dest sampai batas kalibrasi.7. Kemas dan beri etiket putih.

EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI

1. Uji OrganoleptisUji Organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau, rasa dan tekstur dari suspense sebelum dan sesudah kondisi dipercepat. Adanya perubahan warna, bau, rasa dan tekstur suspense pada kondisi sebelum dan sesudah dipercepat menunjukan ketidak stabilan suspensi.

2. Penentuan pHPenentuan pH dilakukan dengan kertas pH universal. Adanya perubahan pH pada formula suspense menunjukan ketidak stabilan sediaan.

3. Penentuan ViskositasKesuksesan penentuan sifat-sifat reologi suatu system tertentu sebagian besar tergantung dari pemilihan metode instrumental yang benar (Voight,1994). Penentuan viskositas dapat menggunakan alat viscometer Brookfield menggunakan spindle no.2 dengan kecepatan 6 rpm.

4. Pengamatan Volume SedimentasiEndapan yang terbentuk harus dengan mudah terdispersi kembali dengan pengocokan merupakan prosedur evaluasi dasar yang paling umum (Lachman,1994).

DAFTAR PUSTAKA

Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : YogyakartaLahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III.Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Ed.III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Ansel. CH, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed,IV, UI Press., Jakarta.Parrot, L . E., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental, Burgers Publishing Company.Raymond. CR, 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients Ed.VI, London, UK.