g. ijen, jawa timur - esdm

30
G. IJEN, JAWA TIMUR KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gunung Kawah Ijen Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif : : 8°03' 30 Lintang Selatan dan 114°14' 30“ Bujur Timur. Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jawa Timur Ketinggian : Tepi kawah 2386 m dpl dan Danau Kawah 2145 m dpl Kota Terdekat : 33 km dari Banyuwangi Tipe Gunungapi : Strato Pos Pengamatan : Kampung Pangsungsari, Licin, Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Geografi 08°08’ 48.72” Lintang Selatan dan 114°15' 25.56” Bujur Timur. PENDAHULUAN Untuk mencapai Kawah Ijen dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dari utara dan dari selatan. a. Lewat jalan utara Dari Situbondo menuju Sempol (Bondowoso) lewat Wonosari kemudian dilanjutkan ke Paltuding yang dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat. Jarak Situbondo sampai Paltuding adalah 93 km dan kondisi jalan sampai Paltuding boleh dikatakan sangat bagus sehingga dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam.

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

G. IJEN, JAWA TIMUR

KETERANGAN UMUM

Nama Lain : Gunung Kawah Ijen

Lokasi

a. Geografi Puncak

b. Administratif

:

:

8°03' 30 Lintang Selatan dan 114°14' 30“ Bujur Timur.

Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jawa Timur

Ketinggian : Tepi kawah 2386 m dpl dan Danau Kawah 2145 m dpl

Kota Terdekat : 33 km dari Banyuwangi

Tipe Gunungapi : Strato

Pos Pengamatan : Kampung Pangsungsari, Licin, Kecamatan Glagah

Kabupaten Banyuwangi. Geografi 08°08’ 48.72” Lintang

Selatan dan 114°15' 25.56” Bujur Timur.

PENDAHULUAN

Untuk mencapai Kawah Ijen dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dari utara dan

dari selatan.

a. Lewat jalan utara

Dari Situbondo menuju Sempol (Bondowoso) lewat Wonosari kemudian dilanjutkan ke

Paltuding yang dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat.

Jarak Situbondo sampai Paltuding adalah 93 km dan kondisi jalan sampai Paltuding

boleh dikatakan sangat bagus sehingga dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam.

Page 2: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

b. Lewat jalan selatan

Dari Banyuwangi menuju Licin yang berjarak sekitar 15 km, yang dapat dilewati dengan

kendaraan bermotor roda dua atau empat selama sekitar 30 menit. Dari Licin menuju

Paltuding yang berjarak sekitar 18 km perjalanan dapat diteruskan dengan kendaraan

bermotor terutama jenis jeep double gardan karena sekitar 6 km sebelum sampai di

Paltuding melewati jalan yang dinamakan tanjakan erek-erek yang berupa belokan

berbentuk S dan sekaligus menanjak, perjalanan memerlukan waktu sekitar satu jam,

karena jalanan sering rusak oleh air hujan maupun dilewati truk pengangkut Belerang

setiap hari.

Dari Paltuding ke kawah yang berjarak 3 km ditempuh dengan berjalan kaki melewati

pondok Pengairan/pondok Irigasi sekitar 90 menit. Lewat utara dengan kendaraan roda

empat atau dua.

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi

G. Ijen memiliki sumberdaya gunungapi bervariasi dan sangat potensial yang meliputi :

a. Sublimat belerang.

Sublimat belerang merupakan produk G. Ijen yang sudah dapat dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan dalam industri kimia. Belerang dihasilkan dari hasil sublimasi gas-

gas belerang yang terdapat dalam asap solfatara yang bersuhu sekitar 200 °C.

Kapasitas belerang rata-rata sekitar 8 ton/hari . Lapangan solfatara terletak di sebelah

tenggara danau Kawah Ijen.

b. Sumber mataair panas

Sumber mataair panas bertipe asam sulfat khlorida dengan suhu 70 °C dan pH sekitar

2, 6 terdapat didekat lapangan solfatara Ijen. Sedangkan air panas netral bertipe

bikarbonat dengan suhu sekitar 45 ° terdapat di dalam kaldera Ijen sebelah utara yaitu

di Blawan, Kabupaten Bondowoso.

c. Air Danau Kawah Ijen

Danau Kawah Ijen merupakan reaktor multi komponen yang didalamnya terjadi

berbagai proses baik fisika maupun kimia antara lain pelepasan gas magmatik,

pelarutan batuan, pengendapan, pembentukan material baru dan pelarutan kembali zat-

zat yang sudah terbentuk sehingga menghasilkan air danau yang sangat asam dan

mengandung bahan terlarut dengan konsentrasi sangat tinggi. Air danau kawah Ijen

dapat dibuat gipsum dengan cara menambahkan kapur tohor kedalamnya. Dari hasil

penelitian yang pernah dilakukan di BPPTK tiap 1 liter air kawah Ijen yang direksikan

dengan kapur tohor secara stokiometri menghasilkan 100 gram gipsum.

Page 3: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

d. Lapangan Gipsum/anhidrit

Pembentukan gipsum/anhidrit terjadi di bawah dam Kawah Ijen yaitu di hulu Kali

Banyupait. Air danau kawah yang mengandung sulfat dengan konsentrasi tinggi

merembes dan atau melewati batuan sehingga terbentuk gipsum. Batuan disini

berfungsi sebagai sumber kalsium. Dengan adanya proses penguapan/pemanasan di

permukaan gipsum yang terjadi dapat kehilangan airnya sehingga membentuk anhidrit.

e. Batuan vulkanik terutama batu apung

Batu apung banyak ditemukan disekitar danau kawah Ijen terutama di hulu Kali

Banyupait.

f. Objek Wisata dan studi vulkanologi

G. Ijen selain menarik dijadikan sebagai objek wisata juga sangat menarik untuk studi

geologi dan geokimia.

Wisata

G. Ijen merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur yang selalu

ramai dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Alam pegunungan

yang indah dan sejuk sering mereka nikmati mulai dengan cara berkemah di Paltuding.

Dengan ditemuinya ayam hutan disepanjang jalan aspal menunjukkan bahwa. keasrian

gunung dan hutan masih terawat dengan baik.

Di Puncak G. Ijen terdapat danau kawah dengan airnya yang berwarna hijau toska

dan ber-pH sangat asam. Di sebelah tenggara danau terdapat lapangan solfatara yang

merupakan dinding danau Kawah Ijen dan di bagian barat terdapat Dam Kawah Ijen yang

merupakan hulu dari Kali Banyupait.

Lapangan solfatara G. Kawah Ijen yang selalu melepaskan gas vulkanik dengan

konsentrasi sulfur yang tinggi dan bau gas yang kadang menyengat dan mengiritasi

saluran pernafasan ini merupakan objek wisata yang tak pernah terlewatkan untuk

didatangi, bahkan tempat ini disiang hari tak pernah sepi karena selalu terdapat

penambang belerang yang mengambil dan mengangkut/memikul sublimat belerang

sampai di Paltuding.

Dam Kawah Ijen merupakan bagian dari objek wisata menarik tetapi tidak selalu

dikunjungi oleh wisatawan dikarenakan antara lain pencapaiannya yang sulit disebabkan

jalan menuju kesana sering rusak karena terjadi longsor. Dam Kawah Ijen adalah

bangunan beton yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda dan dimaksudkan untuk

mengatur level air danau agar tidak menyebabkan banjir air asam. Tetapi bendungan ini

Page 4: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

sekarang tidak berfungsi karena air tidak pernah mencapai pintu air disebabkan terjadinya

rembesan/bocoran air danau di bawah dam.

Terjadinya rembesan yang terus menerus ini mengakibatkan terjadi proses

pembentukan gypsum dari hasil reaksi sulfat yang terkandung dalam air danau dengan

senyawa Kalsium baik dari air tersebut maupun dengan Kalsium dari batuan yang dilewati

dan proses penguapan yang juga mempercepat pembentukannya. Lapangan Gipsum

dapat menjadi salah satu objek wisata yang menarik bila dikelola secara professional.

SEJARAH LETUSAN

Erupsi yang tercatat dalam sejarah adalah sebagai berikut :

1796 : Merupakan letusan pertama yang tercatat, dan dianggap merupakan letusan freatik.

1817 : 16 Januari Penduduk sekitar Banyuwangi mendengar suara gemuruh dahsyat seperti

dentuman meriam, disertai dengan gempa bumi. Pada tanggal 15 Januari terjadi banjir Lumpur

menuju Banyuwangi, (Junghuhn,1853, p.1022), sedangkan Taverne (1926, p. 102) menduga

kemungkinan waktu letusan 1817, sebagian besar air danau dialirkan oleh K. Banyupait.

1917 : Taverne (1926, p. 102) Menulis bahwa waktu itu air danau kelihatan mendidih bercampur

lumpur dan uap kadang-kadang letusan terjadi di danau kawah, lumpur dilemparkan keatas

sampai 8 – 10 m diatas muka air. Hal yang sama terulang lagi pada 7 – 14 Maret. Neuman Van

Padang (1951, p 158), menganggapnya letusan pada danau kawah, dan letusan freatik pada

25 Februari dan 13 Maret.

1936 : Neuman van Padang (1936, p. 10 dan 1951, p. 158), menganggap pada 5 – 25 November

terjadi letusan freatik dan letusan pada danau kawah, menghasilkan lahar seperti dalam 1796

dan 1817. Korban manusia tidak ada.

1952 : Pada 22 April pukul 6.30, terjadi letusan asap setinggi 1 km dan suara guguran terdengar dari

Sempol. Di dalam kawah terjadi letusan Lumpur setinggi 7 m, hampir sama dengan peristiwa

letusan 1936. Korban tidak ada. (Hadikusumo, 1950 – 1957, p. 184).

1962 : Pada tanggal 13 April, dibagian tengah permukaan Danau Kawah Ijen terjadi bualan gas di dua

tempat yang masing-masing berdiameter sekitar 10 m. dan tanggal 18 April jam 07.42 terjadi

bualan air di bagian utara danau kawah berdiameter sekitar 6 m, kemudian bualan air tersebut

membesar menjadi 15 – 20 m. Pada jam 12.15 bualan air ini menyemburkan air setinggi sekitar

10 m. Warna air danau yang semula hijau muda berubah menjadi hijau keputihan.

1976 : 30 Oktober, jam 09.44 tampak bualan air pada dua tempat dekat Silenong selama 30 menit.

1991 : 15, 21 dan 22 Maret, terjadi bualan air berdiameter sekitar 5 m disertai perubahan warna air

kawah dari hijau muda menjadi coklat. Menurut para penambang belerang terjadi semburan

gas setinggi 25 – 50 m dengan kecepatan tinggi. Bualan ini tercacat oleh seismograf dalam

bentuk gempa tremor terus menerus dari 16 – 25 Maret 1991.

1993 : Tanggal 3 jam 08.45 terjadi letusanfreatik ditengah danau disertai tekanan kuat dan bunyi yang

keras dengan semburan setinggi 75 m, Warna air dari hijau keputihan berubah menjadi

kecoklatan dan permukaan danau menjadi gelap. Tanggal 4 Juli, jam 08.35 terjadi letusan

freatik ditandai dengan menyemburkan air setinggi sekitar 35 m. Tanggal 7 Juli jam 02.15

terjadi letusan freatik disertai suara yang cukup keras dan terdengar sampai sejauh 1 km. Pada

1 Agustus jam 16.35, terjadi letusan freatik disertai dua suara letusan yang terdengar sampai

sampai 1 km. Letusan ini didahului oleh gempa terasa disekitar puncak. Gumpalan asap

berwarna putih tebal dengan tekanan kuat terlihat mencapai tinggi sekitar 500 m.

1999 : Tanggal 28 Juni sampai tanggal 28 Juli terjadi kenaikan aktivitas di danau kawah yang ditandai

dengan kenaikan suhu air danau kawah mencapai 46 °C (3 Juli) dan pada waktu yang

Page 5: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

bersamaan suhu solfatara 1 ,4 dan 5 masing-masing 198°C, 176 dan 168 °C .Pada tanggal 8

Juli terjadi penurunan suhu air danau kawah pada lokasi yang sama menjadi 40 °C sedangkan

suhu solfatara mengalami peningkatan masing-masing menjadi 210, 221 dan 207 °C

2000 : Tanggal 6 Juni 2000 terjadi peningkatan aktivitas yang ditandai dengan adanya kenaikan suhu

danau Kawah Ijen sampai mencapai 55 °C dan terjadi letusan freatik.

Dari data seismik tercatat adanya peningkatan jumlah gempa, terjadi juga gempa vulkanik dan

tremor yang kemudian jumlahnya meningkat pada akhir bulan Juli. Tinggi asap diatas kawah

yang semula 25 m, pada akhir pertengahan September naik menjadi 50 m diatas

kawah.Seminggu kemudian aktivitas menurun antara lain ditandai dengan tinggi asap yang

kembali menjadi 25 m dan air danau kawah turun menjadi kurang dari 40 °C.

2001 : Tanggal 8 januari terjadi peningkatan aktivitas vulkanik ditandai dengan adanya bualan air

danau seperti mendidih, bau gas solfatara sangat tajam, terdengar suara blaser yang nyaring

dan asap putih tebal dengan tekanan yang kuat (arah asap tegak lurus) dan pada lokasi

penambangan belerang terjadi kebakaran belerang, menurut pegawai solfatara telah terjadi

letusan di air danau kawah kemungkinan letusan freatik. Pada tanggal 14 Januari suhu

permukaan air danau kawah di Dam mencapai 48 °C.

2004 : Terjadi peningkatan peningkatan aktivitas vulkanik. suhu air danau mencapai 51oC, suhu

fumarola mencapai 240 oC. pH 0,4.

Dari data seismik tercatat adanya peningkatan jumlah gempa vulkanik dan tercatat juga gempa

tremor yang menerus. Peningkatan aktivitas ini tidak diikuti dengan letusan.

2005 : Pada bulan Agustus terjadi tembusan solfatara berintensitas kuat disertai sublimasi belerang di

tepi dasar kawah sebelah selatan-tenggara.

Karakter Letusan

Letusan yang pernah terjadi adalah freatik dan magmatik. Letusan freatik lebih

sering terjadi karena Gunungapi Ijen berdanau kawah sehingga adanya kontak langsung

atau tidak langsung antara air dengan magma membentuk uap yang bertekanan tinggi

yang menyebabkan terjadinya letusan.

Dari sejarah kegiatannya, sejak tahun 1991 letusan freatik terjadi setiap satu

sampai 3 tahun sekali. Sedangkan tahun 1917 sampai 1991 periode letusan tercatat 6

sampai 16 tahun sekali. Letusan besar yang menelan korban manusia adalah pada tahun

1817.

GEOLOGI

G. Ijen terletak di bagian ujung timur Pulau Jawa mulai dari selat Bali sampai

daerah Bondowoso meliputi luas 500 km2, terdiri dari endapan vulkanik antara lain abu

gunungapi, lapili, bom gunungapi dan leleran lava. Letusan yang menghancurkan puncak

gunungapi di pegunungan Ijen adalah G. Raung dan G. Ijen.

Page 6: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Peta Geologi Gunungapi Ijen (Syarifudin M. Z., 1978)

Morfologi

Daerah Ijen dan sekitarnya terdiri dari dataran tinggi, bukit-bukit gunungapi dalam

kaldera, lereng dan dataran yang merupakan daerah pengendapan. Kemmerling (1921,

hal 15) membagi morfologi Ijen menjadi lima satuan yaitu :

a. Runtuhan gunungapi Ijen tua, G. Kendeng dan G. Ringgih (2000 m).

b. Kelompok gunungapi sebelah timur, termasuk G. Merapi, Kawah Ijen, G. Papak,

Widodaren dan Pawenan.

c. Kelompok gunungapi sebelah selatan termasuk G. Rante, Cilik (1600 m).

d. Kelompok gunungapi sebelah barat termasuk Gunung Jampit, merupakan bendungan

jebol dari Gunungapi Raung dan Suket.

e. Dataran tinggi Ijen dengan kelompok gunungapi parasit yang terdiri dari kumpulan

gunungapi yang terletak ditengah-tengah. Dataran tinggi Ijen dan gunungapi kecil

seperti Gunung Kukusan, Deleman, Pendil dengan kawahnya sedalam 100 m; Gunung

Kenteng, Panduan, Anyar dan Gunung Lingker.

G. Ijen dibagi menjadi tiga satuan morfologi Reksowirogo (1971), yaitu ;

1. Tanah Tinggi Ijen

Tanah tinggi Ijen terdiri dari puncak-puncak gunung, dataran dan bukit-bukit. Di dalam

daerah ini terdapat gunungapi yang masih aktif maupun yang sudah padam (tidak ada

lagi kegiatan volkanik). Gunungapi yang masih aktif diantaranya Kawah Ijen dan

Gunung Raung, sedangkan gunungapi padam disantaranya Gunung Blau, Pawenan,

Page 7: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Papak, Widodaren, Lempuyangan, Rante, Lebu agung, Kukusan, Delaman, Pedot,

Cilik, Pendil, Jampit, Genteng, Anyar, Lingker, Melaten dan Merapi.

Dataran di tanah tinggi

Batas-batas dataran tersebut adalah disebelah utara Gunung Pendil, Blawan, Blau dan

Gunung Rante disebelah barat laut. Dataran ini sebagian besar terdiri dari perkebunan

kopi Blawan, Jampit dan Kali Sat.

Bukit-bukit di Tanah Tinggi

Terdiri dari puncak-puncak tinggi dab hulu sungai. Puncak tinggi hampir semuanya

gunungapi parasit yang terjadi setelah terbentuknya kaldera Ijen yang meliputi Kawah

Ijen, Gunung Ranti, Pawenan, Merapi, Ringgih, Widodaren, Kukusan dan Papak.

Sungai yang berhulu langsung di tepi kawah Ijen adalah sungai Banyupait dan Bendo.

2. Daerah sekitar Lereng

Merupakan daerah pengikisan yang letaknya sebelah utara gunung antara ketinggian

1550 m sampai 150 m, sebelah timur dari ketinggian 800 m sampai dengan 100 m dan

sebelah selatan dari ketinggian 1400 m sampai 300 m.

3. Daerah dataran

Merupakan daerah pengendapan yang terdiri dari pesawahan, perkampungan, tegalan,

perkebunan, kota dan sungai.

Batuan G. Ijen

Erupsi G. Ijen mengeluarkan gas, material piroklastik yang terdiri dari pasir, abu

dan bom gunungapi yang semuanya bersifat batuapungan. Jenis batuan gunungapi Ijen

menurut Brouwer (dalam Kemmerling,1921) terdiri dari andesit augit hipersten.

Struktur Geologi

Kawah Ijen dan G. Merapi merupakan dua gunungapi kembar (Taverne, 1926,

hal.99), sedangkan Neuman Van Padang (1951, hal. 157) menulis bahwa Kawah Ijen

dibentuk oleh gunungapi kembar dengan G. Merapi yang telah padam, yang terdapat di

tepi timur dari pinggir kaldera besar Ijen. Kawah Ijen berbentuk elips karena perpindahan

pipa kepundan. Dinding kawah yang terendah terletak di sebelah barat dan merupakan

hulu Kali Banyupait. Sekarang kawah berukuran 1160 m x 1160 m pada ketinggian antara

2386 dan 2148 m diatas muka laut.

Danau kawah Ijen berukuran 910 m x 600 m pada ketinggian 2148 dan kedalaman 200 m.

Volume air danau sekitar 30 juta m3 (Takano,dkk, 1996).

Page 8: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Komplek Solfatara

Komplek solfatara G. Ijen terdapat di sebelah tenggara dan merupakan bagian dari

dinding danau itu sendiri. Batuan yang terdapat di areal solfatara sudah teraltrasi secara

intensif yang didominasi warna putih sampai kuning. Suhu gas solfatara yang diukur

dengan thermokopel pada bulan Agustus 2001 mencapai 200 – 202 °C.

Di komplek solfatara G. Ijen yang semula terdapat lima lubang solfatara besar, yaitu

solfatara I, II, III IV dan IV (Penomoran Vulkanologi). Sekarang, Agustus 2001, jumlah

solfatara bertambah menjadi delapan buah. Pegawai solfatara PT Candi Ngrimbi memberi

nama solfatara menjadi solfatara Kodim, Tahar, Goblog, Tugu dan Taham serta untuk satu

solfatara baru diberi nama Sarinem dan yang dua belum diberi nama

GEOFISIKA

Seismik

Metoda seismik digunakan sebagai ujung tombak pemantauan aktivitas kawah Ijen.

Semula digunakan seismograf elektromagnetik satu komponen yang hanya dapat

menganalisa jenis gempa. Alat ini ditempatkan di pos Pengamatan lama yaitu di Paltuding.

Pada tahun 1985 peralatan seismik tersebut rusak karena transducer terkena petir.

Pada tahun 1985 Direktorat Vulkanologi bekerja sama dengan USGS (United

States Geological Survey). memasang RTS (Radio Tele Seismografh) PS-2 yang

ditempatkan di puncak Kawah Ijen. Sistem telemetri dan seismometer dipasang pada

terowongan di puncak Kawah Ijen, terletak di tepi selatan bibir kawah pada ketinggian

2380 m. Radio receiver dan seismograf PS-2 ditempatkan di Pos Ijen (Licin). Jarak

transmitter dengan receiver sekitar 12 km. Sistim penangkap gempa jarak jauh (RTS) di

Kawah Ijen dapat mencatat gempa G. Ijen dan gempa tektonik jauh.

Gaya Berat

Berdasarkan interpretasi data gaya berat, Untung dkk (1978), menyusun peta

struktur Pulau Jawa antara lain disebutkan bahwa arah umum anomali Pulau Jawa adalah

barat timur, dimana di daerah Jawa Barat membelok kearah barat laut sementara di Jawa

bagian tengah dan timur membelok ke arah tenggara.

Pada zona kendeng di Jawa timur mempunyai anomali negatif lebih besar dari 60

mgal dan busur anomali negatif ini masih dapat dilacak sampai selat Madura.

Berdasarkan peta anomali Bouguer yang disusun oleh Untung (1974), Sukardi dkk

(1976 dalam Untung, 1978), menggambarkan sesar-sesar di Jawa yaitu sesar-sesar

berarah barat laut tenggara yang kurang lebih mengarah ke Sumatera, Sesar-sesar timur

Page 9: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

laut- barat daya terdapat di Jawa bagian timur dan Kalimantar Timur. Sistem sesar yang

berarah timur - barat juga ditemukan di daerah Jawa Timur.

Penyelidikan gaya berat G. Ijen telah dilakukan pada tahun 1992 oleh Yohana,

T.dkk, menyimpulkan bahwa pada daerah amblasan terjadi perubahan nilai residual

secara tiba-tiba Pada daerah kaldera tua nilai residualnya rendah.

Geomagnet

Penyelidikan geomagnit yang telah dilakukan oleh Palgunadi dkk, (1992) bertujuan

untuk melihat struktur Kaldera Ijen, dimana struktur dan variasi batuan yang ada akan

menimbulkan suatu anomali. Di dalam peta magnit total, G. Ijen terletak diantara 45.000 -

46.000 gamma dengan sudut inklinasi sebesar kurang lebih 35 o – 20 o dan sudut deklinasi

04o. Dari hasil penyelidikan didapatkan bahwa kawah Ijen mempunyai harga negatif

sedangkan harga yang relatif tinggi mendominasi bagian barat laut dan tenggara. Secara

kualitatif dapat diperkirakan bahwa bagian barat daya terdapat suatu body magnetik, di

bagian tengah(Kawah Ijen) terdapat suatu intrusi dan di Kreter G.Ijen dan sekitarnya

terdapat suatu pengaruh panas sedangkan ke arah tenggara kembali terdapat suatu body

magnetik serta kemungkinan adanya struktur patahan.

Potensial Diri

Hasil perngukuran potensial diri (Mulyana,dkk 2005) menunjukan:

1. Perolehan pengukuran anomali positif (33,55 – 55,65 mV) dan anomali negatif (-33,65

– (-50,70)mV ) dari sejumlah titik sangat dimungkinkan karena lokasi pengukuran

ditempatkan pada morfologi hasil bentukan endapan piroklastik bersifat urai dan

sebagian longsor sehingga potensial diri terekam tidak stabil.

2. Perolehan pengukuran anomali negatif sebesar (-126,4mV) dari sejumlah titik sangat

dimungkinkan karena lokasi pengukuran ditempatkan pada morfologi hasil bentukan

endapan piroklastik bersifat urai yang terkena pengaruh sesar normal berarah

timurlaut-baratdaya.

3. Perolehan pengukuran potensial diri yang relatif stabil terdapat mulai dari titik -200

(1150mdpl) hingga titik -282 (730dpl, lokasi PGA Panggungsari).

DEFORMASI

Pemantauan deformasi G. Ijen secara temporer dengan metoda GPS telah

dilaksanakan sejak Juni 2002. Pengukuran GPS dilaksanakan di delapan titik pemantau

yang lokasi dan distribusinya ditunjukkan pada Gambar dibawah. Tiga titik GPS, yaitu

Page 10: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

IJ01, IJ02 dan IJ03, terletak di bibir kawah aktif. Titik DAM terletak di pinggir danau kawah

di dekat hulu sungai Banyupahit. Titik PDBR terletak di jalan menuju kawah, tepatnya di

Pondok Bundar (PDBR), titik PLTA di kawasan pembangkit listrik Sungai Banyupait

(PLTA), titik POSL terletak di tebing kawah sebelah Utara. Titik PALT terletak di kawasan

Paltuding yang merupakan pos kehutanan dan pos permulaan di pinggir jalan raya untuk

mendaki ke kawah Ijen. Sebagai titik referensi digunakan titik POS di halaman Pos

Pengamatan G. Ijen.

DAM

IJ03 PLTA

PALT

IJ01

IJ02

PDBR

POS

0 km 2

UTARA

Survei-1 : Juni 2002Survei-2 : April 2004Survei-3 : Juni 2004Survei-4 : Agt. 2005

POSL

DAM

IJ03 PLTA

PALT

IJ01

IJ02

PDBR

POS

0 km 2

UTARA

0 km 20 km 2

UTARA

Survei-1 : Juni 2002Survei-2 : April 2004Survei-3 : Juni 2004Survei-4 : Agt. 2005

POSL

Lokasi dan distribusi titik-titik pengamatan GPS di Gunung Ijen.

Gunungapi IjenPergeseran Horisontal (cm)Juni 2004 – Agustus 2005

5.0 cm

PALT

IJ01

IJ03

PDBR

DAM

PLTA

Gunungapi IjenPergeseran Horisontal (cm)Juni 2004 – Agustus 2005

5.0 cm

PALT

IJ01

IJ03

PDBR

DAM

PLTA

Gunungapi IjenPergeseran Horisontal (cm)Juni 2004 – Agustus 2005

5.0 cm

PALT

IJ01

IJ03

PDBR

DAM

PLTA

Vektor pergeseran horisontal pada periode (Juni 2004 – Agustus 2005).

Page 11: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

PALT

PLTA

PDBR

DAM

IJ01

IJ03Kawah

Danau

Kawah

+0.0

+2.3

+0.0

-7.8

-5.0

-1.0

-0.6

-0.9

+0.2

-6.2

Perubahan tinggi (cm)-4

-2

0

2

4

IJ01

IJ03

PALT PDBR PLTA

DAM

Perubahan jarakhorisontal (cm)

PALT

PLTA

PDBR

DAM

IJ01

IJ03Kawah

Danau

Kawah

+0.0

+2.3

+0.0

-7.8

-5.0

-1.0

-0.6

-0.9

+0.2

-6.2

Perubahan tinggi (cm)-4

-2

0

2

4

IJ01

IJ03

PALT PDBR PLTA

DAM

Perubahan tinggi (cm)-4

-2

0

2

4

IJ01

IJ03

PALT PDBR PLTA

DAM

Perubahan jarakhorisontal (cm)

Perubahan tinggi dan jarak horisontal pada periode (Juni 2004 – Agustus 2005)

Selain pemantauan deformasi dengan metoda GPS, pengamatan deformasi G.Ijen

dilakukan juga dengan metode tiltmeter. Alat ini dipasang satu lokasi dengan stasiun

seismometer permanen, yang terletak di pinggir kawah di daerah puncak.

Sep 1 Sep 15 Sep 29 Oct 13 Oct 27 Nov 10

70

75

80

85

90Tangensial

Mic

roR

ad

ian

Waktu (tanggal)

Sep 1 Sep 15 Sep 29 Oct 13 Oct 27 Nov 10

10

20

30Radial

Mic

roR

ad

ian

Sep 1 Sep 15 Sep 29 Oct 13 Oct 27 Nov 10

6

8

10

12

2008

Suhu

Su

hu

(C

)

Rekaman tiltmeter Gunungapi Ijen dari September – November 2008

Page 12: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Pada tiltmeter terdapat dua sumbu Y (radial), sumbu X (tangensial) dan satu sensor

suhu. Pemasangan sumbu Y diarahkan ke kawah aktif (puncak) sedangkan sumbu X

dipasang tegaklurus dengan sumbu Y (tangensial) untuk mendeteksi adanya perubahan

(inflasi atau deflasi) yang disebabkan oleh aktivitas G. Ijen.

Data tilt ini dikirim secara telemetri ke pos PGA G. Ijen dengan menggunakan

gelombang radio. Gambar berikut memperlihatkan perubahan tilt sejak September –

November 2008. Grafik sumbu Y (radial) dan sumbu (X) menunjukkan kenaikan gradasi

sejak pertengahan September 2008. Sementara itu, suhu yang tercatat pada tiltmeter

menunjukkan adanya fluktuasi pada kisaran 7 – 10 oC. Pada akhir Oktober, terjadi

ungkitan yang signifikan pada arah radial (sumbu Y).

GEOKIMIA

Pada saat ini aktivitas vulkanik G. Ijen yang tampak di permukaan adalah berupa

komplek solfatara dengan suhu mencapai 200°C, air danau kawah yang sangat asam dan

mataair panas Sibenteng yang muncul dekat solfatara sebagai bagian dari manifestasi

panasbumi. Geokimia G. Ijen meliputi : gas , air dan batuan.

Kimia Batuan

Lava-lava yang diambil dari dalam kaldera G.Ijen bervariasi dari basalt, basaltik

andesit sampai andesit. Berwarna abu-abu hitam sampai abu-abu terang, bertekstur

hipokristalin porfiritik. Fenokris berkisar antara 32 – 60 % dari volume batuan. Fenokris

umumnya terdiri dari plagioklas, olivin klinopiroksin, orto piroksin dan oksida besi. Olivin

terdapat melimpah dalam basalt dan makin berkurang dalam basaltik andesit. Biotit hanya

terdapat dalam andesit gunung Gelaman sebagai fenokris. Hampir seluruh kristal-kristal

dalam keadaan segar, hanya sebagian kecil nampak ada altrasi berupa kloritisasi,

kaolinitisasi dan senoentisasi. Plagioklas merupakan fenokris utama pada lava-lava

gunungapi Ijen, komposisi berkisar antara andesit – labradorit (An34 – An40).

Kandungan Silika berkisar antara 48,21 – 62,32 % berat. Hampir semua major

elemen mempunyai hubungan negatif dengan SO2, kecuali K2O, Na2O dan P2O5.

Kandungan trace elemen seperti Rb, Ba, Zr relatif meningkat dengan bertambahnya SiO2,

sedangkan kandungan V dan Ni relatif menurun. Rendahnya harga-harga trace elemen

(Ni, Sr, Cr) mencirikan magma G. Ijen berasal dari magma turunan.

Page 13: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Batuan Lain

Sebagian batuan beku ada yang sudah terubah menjadi batuan ubahan/ altrasi.

Proses altrasi yang paling intensif terjadi di areal solfatara karena adanya pengaruh gas

solfatara bersuhu tinggi. Di G. Ijen juga dijumpai batu apung dan belerang mrica sering

terdapat di permukaan air danau Kawah Ijen. Komposisi kimia batuan tersebut disajikan pada

tabel dibawah ini.

Tabel Komposisi kimia batuan beku dan lainnya Gunungapi Ijen (dalam satuan % berat).

Unsur Batuan Beku M.A.P. Sibanteng

Batuan Altrasi M.A.P. Sibanteng

Belerang Mrica D. Kawah ujen

Batu apung

SiO2 55,26 0,00 15,54 66,41

Al2O3 15,44 39,09 1,67 12,15

Fe2O3 8,41 0,03 0,37 3,23

CaO 8,57 0,13 0,40 1,87

MgO 2,51 0,05 0,09 0,89

Na2O 4,25 5,02 0,19 1,94

K2O 2,89 1,96 0,21 2,52

MnO 0,14 0,00 0,00 0,07

TiO2 0,90 0,00 0,32 0,56

P2O5 0,00 0,00 0,00 0,14

H2O 0,77 2,24 4,88 1,24

HD 1,44 51,13 76,30 4,73

Waktu sampling : Juni 2001

Pembentukan Gipsum

Pembentukan gypsum di hulu K. Banyupait (bawah Dam K. Ijen terjadi mulai dari

jarak 25 m dari dam sampai pada jarak sekitar 2 km dari dam.. Komposisi kimia gypsum

(dalam satuan % berat) dari sekitar 12 contoh sangat bervariasi seperti di bawah ini :

Unsur Gipsum

SiO2 0.- 9,09

Al2O3 0,18 – 13,19

Fe2O3 0,03 – 0,64

CaO 40 – 54,03

MgO 0,00 – 1,86

Na2O 0,03 – 0,95

K2O 0,01 – 0,27

MnO 0,00 – 0,07

TiO2 0,00 – 0,10

P2O5 0,03 – 0,07

H2O 3,47 – 12,71

HD 11,66 – 60,04

SO3 30,26 – 45,15

Kedalaman Danau Kawah Ijen

Topografi puncak danau kawah Ijen. Garis A-B dan CD menunjukan lintasan

pengambilan data menggunakan echo shonder. Tanda P menunjukan lokasi di banyupait

tempat keluarnya sulfur dan mata air panas.

Page 14: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Topografi Puncak Gunungapi Ijen

Rekaman Echo-sounding hasil pengukuran pada garis A_B.

Peta Kedalaman Kawan Ijen pada Agustus, 1996. Kedalaman maksimum adalah 180m

Page 15: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Penampang melintang dari kawah Ijen dari barat ke timur.(diambil dari tahun 1922, 1925, 1938 dan 1996).

Kimia Air

Geokimia air di G. Ijen dapat meliputi air danau kawah dan hulu Kali Banyupait,

mataair panas serta mataair dingin.

Hasil pemeriksaan air panas/air dingin di sekitar Gunungapi Ijen tahun 2006-2008.

LOKASI Warna Bau Rasa pH Suhu air (oC)

Suhu Udara (

oC)

2006 2008 2006 2008 2006 2008

AS. Banyupait Hijau

kekuningan Bau gas Rasa Kesat 0.43 1.62 21.7 21.6 22 22

AP. Kapuran Jernih Tdk berbau Tdk berasa 6.23 6.11 46.8 48.3 24 22

AD. Kalisat Agak Keruh

Tdk berbau Tdk berasa 8.08 7.82 20.9 20.9 21.6 21.6

AP. Hombo Blawan

Jernih Tdk berbau Tdk berasa 6.20 6.19 48.6 48.5 23.6 23.6

Kalisengon Agak Keruh

Tdk berbau Tdk berasa 7.83 7.54 22.9 22.5 22.6 22.5

AP. Terjun Hombo

Jernih Tdk berbau Tdk berasa 6.47 6.54 44.4 44.4 23.8 23.8

Kali Blawan Agak Keruh

Tdk berbau Tdk berasa 2.89 4.79 21.7 21.7 22.6 22.6

AD. Blawan Jernih Tdk berbau Tdk berasa 7.20 7.20 21.5 21.5 22.4 22

ADK. IJEN Hijau

kekuningan Bau gas Rasa Kesat 0.12 0.40 45.8 30.0 21 20.5

ADK. DAM Hijau

kekuningan Bau gas Rasa Kesat 0.14 0.99 43.5 28.5 21 20.5

Kimia Gas

Analisis di laboratorium terdiri dari gas tidak terlarut dan gas terlarut. Gas terlarut

dianalisis dengan metode konvensional, volumetri dan gravimetri, yaitu: H2, O2+Ar, N2 ,CH4

Page 16: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

, CO, CO2, H2S, NH3, HCl, dan SO2, serta gas tidak terlarut dianalisis dengan

menggunakan alat Kromatografi Gas., yaitu : H2, O2+Ar, N2 ,CH4 dan CO.

Hasil Analisis Kimia Gas pada Solfatara Gunungapi Ijen,Tahun 2008

Unsur Solfatara Kawah Ijen % mol (2006)

Solfatara Kawah Ijen % mol (2008)

H2 0.005 0.005 O2 + Ar 0.15 -

N2 1.90 2.37

CO2 41.53 42.37

SO2 9.18 13.95

H2S 1.03 3.30

HCl 0.37 -

HF 0.02 -

H2O 46.63 40.65

Grafik Variasi Komposisi Gas G. Ijen dari Tahun 2005-2008

0

10

20

30

40

50

60

2005 2006 2008

Tahun

Ko

mp

osis

i (%

mo

l)

H2

O2 + Ar

N2

CO2

SO2

H2S

HCl

HF

H2O

Komposisi gas Gunungapi Ijen dari tahun 2005 – 2008.

MITIGASI BAHAYA GUNUNGAPI

Sistem pemantauan kegiatan vulkanik G. Ijen dilakukan dengan cara visual dan

instrumental.

Visual

Pengamatan visual dilakukan dari Pos PGA yang meliputi pengamatan terhadap

suhu udara, curah hujan, arah angin, bau gas belerang, serta tinggi dan warna hembusan

asap kawah. Pengamatan secara visual kawah puncak dilakukan secara rutin setiap

minggu oleh pengamat G. Ijen yang meliputi pengamatan terhadap warna air danau

kawah, suhu udara, suhu air permukaan danau, warna, tinggi dan tekanan uap air danau

Page 17: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

kawah serta bau gas solfatara. G. Ijen mempunyai danau kawah dengan derajat

keasaman air sangat rendah (pH < 1) dan bersuhu antara 20º sampai 50º C.

Danau Kawah Ijen, dilihat dari bibir kawah sebelah timur

Pada kondisi normal air danau berwarna hijau muda bersuhu kurang dari 40º C,

uap air tipis dan kadang-kadang terdapat gelembung-gelembung kecil terutama dekat

solfatara serta di beberapa tempat di permukaan terdapat belerang merica. Asap solfatara

berwarna putih tipis kekuningan, hembusan gas cukup kuat kadang-kadang bau gas

tercium tajam. Kenaikan suhu air danau kawah yang mendadak secara signifikan sampai

10º C dapat menunjukkan adanya kenaikan aktivitas vulkanik, terutama bila kenaikan

tersebut terjadi pada musim hujan.

Temperatur dan pH air Danau Kawah Ijen (Januari 2004–Maret 2007)

Seismik

Pemantauan kegempaan G. Ijen yang dilakukan secara menerus menggunakan

seismograf Analog PS-2 sIstem pancar radio. Peralatan seismometer (penangkap gempa)

Temperature dan pH Air Danau Kawah Ijen

20

25

30

35

40

45

50

55

Jan-0

4

Feb-0

4

Mar-

04

Apr-

04

May-0

4

Jun-0

4

Jul-04

Aug-0

4

Sep-0

4

Oct-

04

Nov-0

4

Dec-0

4

Jan-0

5

Feb-0

5

Mar-

05

Apr-

05

May-0

5

Jun-0

5

Jul-05

Aug-0

5

Sep-0

5

Oct-

05

Nov-0

5

Dec-0

5

Jan-0

6

Feb-0

6

Mar-

06

Apr-

06

May-0

6

Jun-0

6

Jul-06

Aug-0

6

Sep-0

6

Oct-

06

Nov-0

6

Dec-0

6

Jan-0

7

Feb-0

7

Mar-

07

Apr-

07

May-0

7

Jun-0

7

Waktu

Tem

pera

ture

(oC

)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

pH

Temperatur (oC)

pH

Page 18: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

dipasang di bagian selatan pinggir danau kawah (08° 03’ 44,06’' LS dan 114° 14’ 22,31’'

BT, ketinggian 2427.95 m dpl), untuk alat perekam gempa ditempatkan di Pos

Pengamatan G. Ijen yang berada di Kampung Pangsungsari, Desa Licin, Kecamatan

Glagah Kabupaten Banyuwangi, (08° 08’ 08,60'’ LS dan 114° 15’ 25,45’' BT, ketinggian

730 m dpl.

Sistem pemantauan kegempaan secara telemetri

Jenis gempa yang terekam di Gunung Ijen adalah gempa-gempa tektonik (jauh dan

lokal), vulkanik (dalam dan dangkal), hembusan dan tremor.

Analisis spektral gempa Vulkanik Dalam (VA) dan Vulkanik Dangkal (VB)

menunjukkan secara umum kandungan frekuensi Vulkanik Dalam berkisar 3.5 Hz dan

untuk Vulkanik Dangkal berkisar 2,3 hingga 2,9 Hz (Iyan Mulyana, 2005).

Seismometer L4-C

1 Komponen

Transmitter (164,5 Hz)

VCO (2040)

Power Supply +/- 4 V

Baterry

Solar panel

Receiver

Rekorder PS-2

UNIT LAPANGAN

Page 19: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Seismogram Gempa Vulkanik Dalam (VA) di Gunungapi Ijen yang terekam bulan Mei 2006 dan Spektralnya

Contoh Rekaman Digital Gempa Vulkanik Tipe B dan Spectralnya yang terekam di STA.IJ01 Tanggal 25 Nov’05 Pukul 13:02:29 WIB

Contoh Rekaman Digital Gempa Vulkanik Tipe B dan Spectralnya yang terekam di STA.IJ02 Tanggal 25 Nov’05 Pukul 13:02:29 WIB

Page 20: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Contoh Rekaman Digital Gempa Vulkanik Tipe B dan Spectralnya yang terekam di STA.IJ03 Tanggal 25 Nov’ 05 Pukul 13:02:29 WIB

Pada kondisi normal jumlah gempa vulkanik A (dalam) maupun B (dangkal)

masing-masing kurang dari 5 kejadian dalam sehari. Aktivitas vulkanik Gunungapi Ijen

dianggap meningkat bila jumlah gempa vulkanik baik dangkal maupun dalam masing-

masing lebih dari 10 kejadian sehari, terutama bila diikuti oleh munculnya gempa tremor

yang tercatat secara menerus.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

Bahaya Erupsi Kawah Ijen

Aliran Piroklastika

Pelamparan aliran piroklastika Kawah Ijen memiliki potensi kuat untuk melanda

Banyupahit, celah antara kerucut Blau dan Pawenan, celah antara Pawenan dan gunung

Merapi, dan Kali Bendo sebagai lembah antara gunung Rante dan tubuh gunung Merapi.

Jatuhan Piroklastika

Prakiraan bahaya jatuhan piroklastika dapat dikelompokkan menjadi hujan abu dan

lontaran batu pijar. Kedua produk erupsi gunungapi ini terbentuk melalui mekanisme dan

waktu yang sama. Pergerakan dan sebaran abu vulkanik sangat dipengaruhi oleh arah

dan kecepatan angin, sedangkan lontaran batu (pijar) tidak dipengaruhi angin sehubungan

berat batuannya. Erupsi gunungapi Komplek Ijen pada masa prasejarah kehidupan

manusia sering kali menghasilkan lontaran batu dan hujan abu lebat. Identifikasi

singkapan lontaran batu yang berasal dari erupsi prasejarah banyak dijumpai di lereng

barat dan kawasan puncak.

Page 21: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Aliran Lava

Aliran lava Komplek Ijen terbentuk selama prasejarah dengan jarak pelamparan

berkisar antara 5 km – hampir 17 km dari sumber erupsi. Kawah Ijen menghasilkan aliran

lava dengan jangkauan antara 4 – 15 km. Aliran lava prasejarah Kawah Ijen berkomposisi

basaltis. Sehubungan dengan viskositasnya yang encer, pelamparan aliran lava dapat

mencapai jarak beberapa kilometer dari sumber erupsinya. Meskipun demikian,

pengalirannya dikontrol oleh kondisi morfologi.

Prakiraan ancaman bahaya aliran lava dari Kawah Ijen pada erupsi yang akan

datang didasarkan atas perpaduan data deterministik dan simulasi dengan parameter

aliran lava basaltis yang diadopsi dari beberapa sumber pustaka dan kondisi morfologi di

Komplek Ijen. Prakiraan bahaya aliran lava mengarah ke utara melalui Kali Banyupahit

dan Kali Senon dan berhenti mendekati celah kaldera di sekitar Blawan. Jarak

pelamparan aliran lava ini mendekati 13 km. Sementara itu, kecenderungan aliran lava ke

arah selatan melalui Kali Bendo dapat mencapai kira – kira mendekati 9 km dari sumber

erupsi.

Lahar Letusan

Lahar letusan merupakan lahar yang terbentuk sebagai akibat letusan pada

gunungapi berdanau kawah. Volume air danau dengan jarak pelemparan lahar letusan

memiliki hubungan yang sangat signifikan. Semakin besar volume air cenderung semakin

jauh jarak pelamparan lahar letusan, dan sebaliknya. Sedikitnya terjadi 3 kali

pembentukan lahar letusan di Kawah Ijen, yaitu tahun 1817, 1936, 1952 (Kusumadinata,

1979). Lahar letusan menyebar ke beberapa arah uatara dan selatan melalui Kali

Banyupait dan kali Bendo. Sebagian informasi menyebutkan lahar letusan ke arah selatan

mendekati Banyuwangi pada tahun 1817 (Junghuhn,1853, dalam Kusumadinata, 1979).

Lahar

Lahar hujan di gunungapi Komplek Ijen kemungkinan terjadi setelah terjadi erupsi

berdasarkan data deterministik geologi pada masa lampau. Material potensi lahar yang

berasal dari endapan aliran piroklastika dan abu letusan memiliki potensi untuk menjadi

lahar melalui Kali Banyupait dan Kali Sengon. Sementara itu, material potensi lahar yang

berasal dari abu letusan memiliki potensi untuk menjadi lahar melalui sungai – sungai

yang berpola radial yang berhulu di kawasan puncak.

Page 22: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Bahaya Gunungapi Lainnya

Ancaman bahaya yang berasal dari Kawah Ijen selain meterial hasil erupsi

gunungapi adalah air danau kawah dengan derajat keasaman yang sangat tinggi (pH 0.2).

Kondisi keasaman air danau (hyper-acid water) disebabkan adanya interaksi antara air

dan gas magma (Sumarti, 1998). Fumarola dengan kandungan SO2, HCl, HF, dan lain

sebagianya menghasilkan kandungan sulfat klorida dan fluorida yang sangat pekat pada

air danau kawah.

Tingkat kerawanan bencana G. Ijen dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, dinyatakan

dalam urutan angka dari tingkat kerawanan terendah ke tingkat kerawanan tertinggi yaitu:

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III), Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), dan

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I).

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III)

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) G. Ijen ada dua pengertian, yaitu: 1) dalam

kondisi aktif normal, dan 2) dalam kondisi meletus.

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) Dalam Kondisi Aktif Normal

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) dalam kondisi normal dibuat dengan tujuan

untuk mengingatkan dan melindungi masyarakat, bahwa dalam status normal, daerah

kawah merupakan kawasan yang berbahaya karena kemungkinan dapat terkena gas

racun. Di samping itu KRB-III dimaksudkan untuk mengantisipasi agar daerah kawah

seyogyanya tidak dikembangkan atau dibudidayakan untuk tujuan komersial yang

berbentuk bangunan permanen, karena apabila terjadi letusan dapat membahayakan jiwa

manusia yang menghuninya.

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) ditampilkan dalam warna merah tua yang

sebarannya terkonsentrasi di sekitar kawah G. Ijen.

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) Dalam Kondisi Letusan

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) G.Ijen terdiri atas dua bagian, yaitu

kawasan yang akan selalu terlanda :

1. Aliran massa (awan panas dan surge, aliran lava, dan lahar letusan), dan gas racun.

2. Material lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan jatuhan piroklastik/hujan abu

lebat.

Page 23: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II)

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II) adalah kawasan yang berpotensi terlanda

awan panas, lahar letusan, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan

ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, base surge,

aliran lava dan aliran lahar (letusan).

b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu

(pijar), dan hujan abu lebat.

Penarikan batas Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II) didasarkan pada morfologi

gunungapi tersebut terutama di daerah sekitar puncak dan lereng, dan sejarah kegiatan

gunungapi pada masa lalu.

Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa datang

lebih besar dari letusan terakhir atau terjadi percampuran (magma mixing), sehingga

terjadi letusan hebat yang merubah morfologi gunungapi secara drastis. Kawasan Rawan

Bencana-II (KRB-II) mencakup daerah seluas 80 km2.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Awan Panas

Data geologi dan sejarah kegiatan masa lalu menunjukkan bahwa produk letusan G.

Ijen banyak didominasi oleh awan panas, bahkan hingga kegiatan magmatik terakhir

masih menghasilkan aliran piroklastik (awan panas) dan menutup total lereng barat,

baratdaya, baratlaut dan selatan-tenggara.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Base Surge

Adanya daerah alterasi dan bekas kawah yang terisi air/berupa danau di daerah

puncak memungkinkan terjadinya erupsi freatik yang dapat menyebabkan terjadinya base

surge. Sebagaimana awan panas ataupun lava, sebaran base surge juga sering

mengikuti daerah rendah atau mengikuti lembah/hulu sungai di bagian lereng atas.

Kesamaan pola sebaran antara potensi bahaya awan panas dan base surge dan erupsi

freatik/preato-magmatis yang biasanya tidak sekuat erupsi magmatis, sehingga sebaran

base surge tidak akan lebih jauh dari awan panas.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Lava

Aliran lava di Gunungapi Ijen, terdapat hanya di sekitar daerah puncak dan di

bagian lereng berupa produk erupsi samping. Berdasarkan keadaan morfologi daerah

Page 24: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

puncak dan kawah G. Ijen saat ini (2005), apabila pada letusan akan datang terjadi aliran

lava maka sebarannya diperkirakan hanya terbatas di sekitar daerah puncak.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Lahar Letusan

Dengan adanya air yang saat ini mengisi Kawah Ijen, maka apabila terjadi letusan

akan menghasilkan lahar letusan. Namun demikian jauhnya sebaran lahar letusan dari

pusat erupsi sangat tergantung kepada besar/kecilnya volume air danau kawah pada saat

terjadi letusan. Berdasarkan perhitungan Sumailani (1984) bahwa, luas danau kawah Ijen

adalah 67,00 ha. Adanya kontrol struktur sesar yang melalui daerah puncak (kawah)

kemungkinan dapat mempengaruhi volume air danau saat terjadi peningkatan kegiatan.

Tekanan magma ke atas mungkin dapat mempengaruhi bidang sesar dan meloloskan air

(meningkatkan) porositas permukaan dasar danau, sehingga volume air menjadi

berkurang. Naiknya magma ke permukaan akan bersentuhan dengan massa air dan

mengakibatkan letusan freatik serta penguapan cepat sehingga volume air akan semakin

mengecil, akibatnya air yang dilontarkan bersama material letusan hanya tinggal sedikit.

Dengan demikian jarak yang ditempuh lahar letusan semakin pendek atau bahkan hanya

tersebar di sekitar puncak saja.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Bahan Lontaran dan Hujan Abu Lebat

Bahan lontaran adalah semua jenis bahan letusan yang dilontarkan ke semua arah

pada saat terjadi letusan berupa bom vulkanik (kerak roti) berasal dari magma dan juga

pecahan batuan tua (fragmen litik). Material lontaran ini tidak terpengaruh oleh arah

tiupan angin saat letusan terjadi, karena berukuran besar-besar. Berdasarkan letusan

terdahulu, jarak lontaran dapat mencapai 4 km untuk ukuran bom vulkanik, dan untuk

fragmen batuan ukuran 4 cm dapat mencapai jarak 6 km dari pusat letusan.

Hujan abu lebat adalah material letusan berukuran kecil (pasir hingga abu) yang

dilontarkan ke atas lalu jatuh bebas, sedangkan yang berbutir halus biasanya jatuh sesuai

dengan arah tiupan angin saat letusan. Sebaran hujan abu lebat biasanya sangat tebal di

dekat sumber erupsi dan semakin jauh semakin menipis.

Kawasan Rawan Bencana I (KRB-I)

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda

lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas. Selama letusan

membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu dan

lontaran batu (pijar). Kawasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

Page 25: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar/banjir, dan

kemungkinan penyimpangan dan perluasan awan panas. Kawasan ini terletak di

sepanjang sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di

daerah puncak.

b. Kawasan Rawan Bencana terhadap jatuhan piroklastik/lontaran berupa hujan abu

tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran

batu (pijar).

Apabila terjadi erupsi/kegiatan gunungapi dan atau hujan lebat masyarakat dalam

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) perlu meningkatkan kewaspadaan, dengan

memperhatikan perkembangan kegiatan gunungapi yang dinyatakan oleh Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sambil menunggu perintah dari Pemerintah

Daerah setempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Luas Kawasan Rawan

Bencana-I (KRB-I) (warna kuning) ini mencapai 60 km2.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Massa

Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan

perluasan/ penyimpangan awan panas.

Lahar kemungkinan besar terjadi di sebagian besar sungai yang berhulu di Kawah Ijen, Di

sebelah timur: Kali Binau (Rogojampi), Kali Jambu, Kali Banyuwangi, Kali Sukawidi (Kec.

Banyuwangi), Kali Klatak (Kec. Ketapang). Di sebelah utara: Kali Banyupait, Kali

Banyuputih (Assembagus), dan Kali Bajulmati (Kec. Banyuputih). Perluasan lahar dan

atau perluasan/penyimpangan awan panas kemungkinan dapat melanda kawasan-

kawasan sungai tersebut, tergantung dari besar kecilnya letusan.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Bahan Lontaran

Berdasarkan letusan G. Ijen menunjukkan bahwa, bom vulkanik dan material

lontaran batu (pijar) lain berukuran lebih besar dari 4 cm dapat mencapai jarak 4 km dari

kawah pusat, sedangkan bahan lontaran berdiameter lebih kecil 4 cm mencapai jarak 6

km dari kawah pusat (Katili & Sudradjat, 1984). Sementara jatuhan abu letusan dapat

mencapai puluhan km dari pusat letusan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka batas

sebaran material lontaran ditentukan dengan radius 5 km dari pusat letusan, dan untuk

butiran lebih halus berupa pasir dan abu diperkirakan hingga 8 km dari pusat letusan.

Berdasarkan data satelit meteorologi, bahwa sebaran abu letusan terakhir Gunungapi Ijen

menuju arah barat dari pusat letusan dalam waktu 4 jam 22 menit, sementara kecepatan

angin pada saat itu adalah 20 km/jam. Ketebalan abu mencapai 1 cm.

Page 26: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Apabila terjadi letusan kembali di kawah pusat G. Ijen, maka skala letusannya bisa

lebih kecil, menengah atau lebih besar dari skala letusan di masa silam. Besar/kecilnya

skala letusan pada waktu mendatang, akan sangat bergantung kepada besar/kecilnya

akumulasi energi yang dikumpulkan selama G. Ijen beristirahat. Untuk mengantisipasi hal

tersebut maka sebaran bahan lontaran (berbutir antara 2-6 cm) dibatasi pada radius 5 km

dari pusat letusan, sedangkan untuk butir lebih halus (lebih kecil dari 2 cm) diperkirakan

dapat mencapai jarak hingga 7 km dari pusat erupsi. Radius sebaran bahan lontaran

bisa saja lebih besar lagi manakala skala erupsi G. Ijen lebih besar dari skala letusan

sebelumnya.

Usaha Penanggulangan Bencana

Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi bencana letusan G. Ijen

yang dilakukan sebelum terjadinya letusan. Usaha ini terutama untuk mengetahui lebih

dini tentang kenaikan kegiatan Gunungapi Ijen, sehingga penduduk yang

berada/bermukim tetap di Kawasan Rawan Bencana-I dan II (KRB-I dan KRB-II) dapat

segera dievakuasi. Evakuasi dini penduduk sebelum terjadi letusan, dimaksudkan agar

korban jiwa akibat letusan langsung (karena terlanda/tertimpa produk letusan primer) atau

akibat tidak langsung (karena terlanda produk sekunder) dapat ditekan semaksimal

mungkin bahkan ditiadakan.

Secara umum usaha untuk menekan jumlah korban jiwa manusia dan kerusakan

bangunan vital serta lahan pertanian/perkebunan akibat letusan G. Ijen, diantaranya

dengan cara :

1. Mengurangi volume air danau kawah.

2. Melakukan penyuluhan/sosialisasi Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ijen.

3. Memberikan panduan usaha penyelamatan diri dan atau penanggulangan bencana

yang mungkin dihadapi sehubungan dengan letusan G. Ijen.

4. Menghindari membuat bangunan vital dan tidak mengembangan unit pemukiman di

Kawasan Rawan Bencana (KRB-I, KRB-II, dan KRB-III).

6. Kemiringan atap bangunan harus curam agar tidak terjadi penumpukan material

letusan yang dapat menyebabkan robohnya bagian atap bangunan.

Page 27: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Ijen

Page 28: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

DAFTAR PUSTAKA

Abidin H.Z., dkk., 2007, Karasteristik Deformasi Gunungapi Ijen dalam Periode 2002-2005 Hasil Estimasi metode Survey GPS.

Brosur “Cagar Alam/Taman Wisata, Kawah Ijen” Balai Taman Nasional Alas

Purwo, Banyuwangi. Kaswanda, O., Wikartadipura, S. Djuhara, A.,Martono, A. dan Sumpena, AD.,

1993, Peta daerah bahaya Gunungapi Ijen, Jawa Timur. Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Kusumadinata, K., Hadian R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L., D., 1979, “Data

Dasar Gunungapi Indonesia”, Direktorat Vulkanologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, RI.

Mawardi,R dan Irianto, 1993, “Laporan Petrokimia Batuan Kaldera Ijen, Jawa

Timur”, Proyek Penyelidikan Gunungapi dan Panasbumi, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Mulyadi E. Dan Wahyudin D. 1998, G. Ijen, Sejarah kegiatan, potensi bahaya

dan wisata gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Mulyana A.R., dkk 2005 Inventarisasi/Pemetaan Kawasan Rawan Bencana

Gunungapi Ijen Jawa Timur, PVMBG. Palgunadi dkk, 1992, “Penyelidikan struktur Gunung Ijen dengan menggunakan

Metode Magnit”, Laporan Proyek Penyelidikan Gunungapi dan Panasbumi, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Purwanto, H. B dkk, 1999 – 2001, Catatan Pengamatan aktivitas Gunung Kawah

Ijen, Jawa Timur. Rau H., Kutty T.R.N. and Guedes De Carvalho J.R.F., 1973, "Thermodynamics

of Sulfur Vapor” J. Chem. Thermodynamiccs 5.833 – 844. Simatupang, Y. S. Dkk, 1984, Geodinamika Gunungapi Komplek Gunungapi

Kendeng (Ijen) – Raung, Jawa Timur, Laporan proyek Pengembangan Laboratorium Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung

Sitorus, K., 1990, ” Volcanic Stratigraphy and Geochemistry of Ijen Caldera

complex, East-Java, Unpublished, Master Thesis, Victoria University of Welington, New Zealand.

Page 29: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Sumarti, S., 1998, “Volcanogenic Pollutants in Hyperacid River Discharge from Ijen Crater Lake, East Java, Indonesia”, Thesis of Doctorandus-Degree in Geochemistry, Faculty of Earth Sciences, Utrecht University.

Sundoro, H., 1990, “A Study of The Stratigraphy , Volcanology and Geochemistry

of Pyroclastic Rocks from The Ijen Caldera Complex East Java Indonesia”, M.Sc. Thesis in Geology, Victoria University of Welington, New Zealand.

Sutaningsih N.E. , Marina S., Hartiyatun S dan Sukarnen, 2001, “Pengolahan Air

Kawah Ijen menjadi gipsum dan Aluminium Hidroksida”, Prosiding Seminar Nasional Kejuangan Teknik Kimia UPN “Veteran, Yogyakarta, ISBN 979-9637-0-1

Sutaningsih N.E. dkk, 2000, “Penyelidikan Geokimia di Gunung Ijen dan sekitarnya”, Proyek peningkatan Penyelidikan Kegunungapian Yogyakarta, BPPTK, Direktorat Vulkanologi, Yogyakarta.

Sutaningsih, N. E. dkk , 2000, “Penyelidikan Geokimia Air Kawah Ijen di Kali

Banyupait, Gunung Ijen, Jawa Timur”, Laporan Proyek, BPPTK, Direktorat Vulkanologi, Yogyakarta.

Sutaningsih, N. E. dkk , 2000, “Penyelidikan Geokimia Di Gunung Ijen dan

Sekitarnya”, Laporan Proyek, BPPTK, Direktorat Vulkanologi Yogyakarta. Sutaningsih, N. E. dkk , 2001, “Penyelidikan Pengaruh Unsur Vulkanik G. Ijen,

(Penyelidikan Kimia Gas dan Survey Kependudukan Awal DI Gunung Ijen)”, Laporan Proyek, BPPTK, Direktorat Vulkanologi, Yogyakarta.

Sutaningsih, N. E. dkk , 2001, “Penyelidikan Pengaruh Unsur Vulkanik G. Ijen,

(Penyelidikan Kimia Gas dan Survey Kependudukan Awal DI Gunung Ijen)”, Laporan Proyek, BPPTK, Yogyakarta.

Sutaningsih, N. E. dkk , 2001, Penyelidikan Geokimia di Gunung Ijen dan

Sekitarnya ( Pemetaan Geokimia air di Belawan), Laporan Proyek BPPTK, Direktorat Vulkanologi, Yogyakarta.

Sutawidjaya, I.S. dan Supartono, H, 1987, “Laporan Pengamatan dan

Pemasangan RTS di Gunung Ijen", Proyek PPGPV, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Syarifudin M. Z., 1978, Pemetaan Geologi Teliti Dataran Tinggi Ijen Jawa Timur,

Laporan Proyek Penyelidikan Pengawasan Gunungapi, Bagian Proyek Penelitian dan Pemetaan Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Page 30: G. IJEN, JAWA TIMUR - ESDM

Takkano, B, dkk, 2000, “Bathimetric and Geochemical study on Kawah Ijen Crater lake, in Java, Indonesia”, Abstract and address, General Assembly 2000, IAVCEI, Bali, Volcanological Survey of Indonesia.

Wikartadipura, S., 1971, “Laporan Pemeriksaan Daerah bahaya/waspada

sementara Kawah Ijen pada lereng utara – timur, Dinas Vulkanologi, Bandung.

Yohana, T. dkk, 1992, Penyelidikan gaya berat Gunung Ijen, Laporan proyek

Penyelidikan Gunungapi dan panasbumi, Direktorat Vulkanologi, Bandung.