gangguan kesadaran

24
REFRAT JIWA GANGGUAN KESADARAN Disusun Oleh : Inneke Rachmawaty Syam 2011-11-071

Upload: inneke-rachmawaty-syam

Post on 10-Apr-2016

39 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: GANGGUAN KESADARAN

REFRAT JIWA

GANGGUAN KESADARAN

Disusun Oleh :

Inneke Rachmawaty Syam 2011-11-071

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIV. PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA2013

Page 2: GANGGUAN KESADARAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR  BELAKANG

Neurologi adalah ilmu kedokteran yang mempelajari kelainan, gangguan fungsi,

penyakit, dan kondisi lain pada sistim saraf manusia. Oleh sebab itu dipelajari pula

hal-hal yang secara alami dianggap fungsi sistim saraf normal. Misalnya: kepandaian

berbahasa, gangguan belajar, pikun dan lain-lainnya. Dalam rangka menegakkan

diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi:

fungsi cerebral, fungsi nervus cranialis, fungsi sensorik, fungsi motorik dan reflek.

Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang

dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang

sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau

perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di

otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah

dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan

kelistrikan.

Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang

(bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat

meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi

yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental

dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki.

Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk melihat,

mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan pemeriksaan

Page 3: GANGGUAN KESADARAN

anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan diagnosis, dan

pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

1.1  TUJUAN PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini terdapat 2 (dua) tujuan utama penulisan yaitu;

1.1.1        Tujuan Umum

untuk memberikan informasi mengenai cara pemeriksaan tingkat kesadaran dan status

mental pada pasien penderita gangguan kejiwaan.

1.1.2        Tujuan Khusus

Secara khusus bagi :

·         Mahasiswa keperawatan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar

mengenai pemeriksaan tingkat kesadaran dan status mental.

·         Institusi keperawatan bertujuan untuk mendambah literatur atau referensi

mengenai pemeriksaan tingkat kesadaran dan status mental.

1.3 MANFAAT PENULISAN

penulisan ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia kesehatan pada umumnya

terlebih mengenai pemeriksaan tingkat kesadaran dan status mental bagi pasien yang

menderita gangguan kejiwaan.

BAB II

Page 4: GANGGUAN KESADARAN

PEMBAHASAN

2.1 TINGKAT KESADARAN

Kesadaran mempunyai arti yang luas,kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan

yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen. Keseluruhan dari

impuls aferen dapat disebut input susunan saraf pusat dan keseluruhan dari impuls

eferen dapat disebut output susunan saraf pusat.

Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai kewaspadaan, yaitu aksi dan reaksi

terhadap apa yang diserap (dilihat, didengar, dihidu, dikecap. Dan sterusnya ) bersifat

sesuai dan tepat. Keadaan ketika aksi sama sekali tidak dibalas dengan reaksi dikenal

sebagai koma. Kesadaran yang terganggu dapat menonjolkan kedua seginya, yaitu

unsure tingkat dan unsure kualitasnya.Suatu ilustrasi perbedaan tingkat dan kualitas

kesadaran ketika seorang klien yang sakit tidak dapat mengenal lagi orang-orang yang

biasanya bergaul akrab dengan dia. Orang awam menamakan keadaan itu “ tidak

sadar” atau pikiran kacau. Apa yang dimaksud dengan istilah itu adalah kualitas

kesaradarannya terganggu. Dalam hal ini, klien tidak menunjukkan gangguan tingkat

kesaradan, oleh karena apabila perawat memberi stimuli klien akan memberikan

respons dengan perubahan ekspresi nyeri atau klien akan menarik bagian yang

diberikan stimuli untuk menghindarinya.

Kualitas kesadaran yang menurun tidak senantiasa menurunkan juga tingkat

kesadaran. Tetapi tingkat kesadaran yang menurun senantiasa menggangu kualitas

kesadaran. Oleh karena itu fungsi mental yang ditandai oleh berbagai macam kualitas

kesadaran sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran.

Pengertian kualitas dan tingkat kesadaran dapat diartikan bahwa jumlah (kuantitas)

input susunan saraf pusat menentukan tingkat kesadaran. Cara pengolahan input itu

yang melahirkan pola-pola output susunan saraf pusat menentukan kualitas kesadaran.

Page 5: GANGGUAN KESADARAN

Input susunan saraf pusat dapat dibedakan menjadi input yang bersifat spesifik dan

yang bersifat nonspesifik.Pengertian spesifik itu merujuk kepada perjalanan impuls

aferen yang khas dan kesadaran yang dilahirkan oleh impuls aferen itu yang khas itu

juga. Hal ini berlaku bagi semua lintasan yang menghubungkan suatu titik pada tubuh

dengan suatu titik di daerah korteks perseptif primer. Oleh karena itu penghantaran

impuls spesifik itu dikenal sebagai penghantaran impuls aferen dari titik ke titik.

Setibanya impuls aferens spesifik ditingkat korteks terciptalah suatu kesadaran akan

suatu modalitas perasaan, yaitu perasaan nyeri di kaki atau di wajah atau suatu

penglihatan penciuman atau pendengaran tertentu.

Pengertian input yang bersifat nonspesifik itu adalah sebagian dari impuls aferen

spesifik yang disalurkan melalui lintasan aferen nonspesifik. Lintasan ini terdiri atas

serangkaian neuron-neuron di substansia medulla spinalis dan batang otak yang

menyalurkan impuls aferen ke thalamus yaitu ke inti intralaminaris.Impuls aferen

spesifik sebagian disalurkan melalui kolateralnya ke rangkaian neuron-neuron

substansia metikularis dan impuls aferen itu selanjutnya bersifat nonspesifik oleh

karena cara penyalurannya ke thalamus berlangsung secara multisinaptik, unilateral,

dan bilateral dan setibanya di nucleus intralaminaris akan membangkitkan inti

tersebut untuk memancar impuls yang menggiatkan seluruh korteks secara divus dan

bilateral. Lintasan aferen yang nonspesifik itu lebih dikenal sebagai diffuse

ascending reticular system.

Dengan adanya dua lintasan aferen itu, maka terbentuk penghantaran aferen yang

pada prinsipnya berbeda. Lintasan spesifik (jaras spino-talamik, lemniskus medialis,

jaras genikolo-kalkarina dsb) menghantarkan impuls dari satu alat reseptor ke satu

titik pada korteks perseptif primer. Sebaliknya, lintasan aferen nonspesifik

menghantarkan setiap impuls dari titik manapun dari tubuh ke titik-titik dibagian

Page 6: GANGGUAN KESADARAN

seluruh korteks serebri.

Neuron-neuron diseluruh korteks serebri yang dibangkitkan oleh impuls aferen

nonspesifik disebut Neuron Pengemban Kewaspadaan, oleh karena bergantung

pada jumlah neuron-neuron tersebut yang aktif, maka derajat kesadaran bisa tinggi

atau rendah. Aktivasi neuron-neuron tersebut dilakukan oleh neuron-neuron yang

menyusun inti talamik yang disebut Nukleus Intralaminaris. Apabila terjadi

gangguan sehingga kesadaran menurun sampai tingkat yang terendah, maka koma

yang dihadapi dapat terjadi karena neuron pengemban kewaspadaan sama sekali tidak

berfungsi disebut Koma Kortikal Bihemisferik atau oleh karena neuron pembangkit

kewaspadaan tidak berdaya untuk mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaan

disebut Koma Diensefalik yang dapat bersifat Supratentorial atau Infratentorial.

Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan penting

yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap

lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi system persarafan.

Beberapa system digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan

dan keterjagaan. Istilah-istilah seperti letargi, stupor, dan semikomatosa adalah istilah

yang umum digunakan dalam berbagai area.

2.1.1 PENGUJIAN TINGKAT KESADARAN

a. Secara kualitatif

1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,

sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,

Page 7: GANGGUAN KESADARAN

berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang

lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah

dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon

terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga

tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )

1. Menilai respon membuka mata (E)

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)

(1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi

tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak

dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M)

Page 8: GANGGUAN KESADARAN

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang

nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat

diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi

saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari

mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…

V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu

E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :

(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium

(GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3)).

2.1.2 PENYEBAB PENURUNAN TINGKAT KESADARAN

Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran

dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia), kekurangan

aliran darah (seperti pada keadaan syok), penyakit metabolic seperti diabetes mellitus

(koma ketoasidosis), pada keadaan hipo atau hipernatremia, dehidrasi, asidosis,

alkalosis, pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan, hipertermia, hipotermia,

Page 9: GANGGUAN KESADARAN

peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak), infeksi

(encephalitis) & epilepsi.

2.2 STATUS MENTAL

Status mental merupakan keadaan kejiwaan yang dimiliki seseorang.

Secara ringkas prosedur pengkajian status mental klien dapat dilakukan meliputi:

1. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya dengan melihat cara berpakaian

klien, kerapihan, dan kebersihan diri.

2. Observasi postur, sikap, gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan aktifitas

motorik semua ini sering memberikan informasi penting tentang klien.

3. Penilaian gaya bicara klien dan tingkat kesadaran juga diobservasi.

4. Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal ?

5. Apakah klien sadar dan berespons atau mengantuk dan stupor ?

Untuk melihat lebih jauh penilaian status mental bagi perawat terdapat pada table

Page 10: GANGGUAN KESADARAN

PENILAIAN RESPONSPerhatian Rentang perhatian ke depan dan ke belakangDaya ingat - Jangka pendek: mengingat kembali tiga item setelah 5 menit

- Jangka panjang : mengingat nama depan ibunya, mengingat kembali menu makanan pagi, kejadian pada hari sebelumnya.

Perasaan (efektif) - Amati suasana hati yang tercermin pada tubuh, ekspresi tubuh- Deskripsi verbal efektif- Verbal kongruen, indicator tubuh tentang suasana hati.

Bahasa - Isi dan kualitas ucapan spontan- Menyebutkan benda-benda yang umum, bagian-bagian dari suatu benda- Pengulangan kalimat- Kemampuan untuk membaca dan menjelaskan pesan-pesan singkat pada surat kabar, majalah.- Kemampuan menulis secara spontan, di-dikte.

Pikiran - Informasi dasar (misalnya presiden terbaru, 3 presiden terdahulu)- Pengetahuan tentang kejadian-kejadian baru.- Orientasi terhadap orang tempat dan waktu.- Menghitung : menambahkan dua angka, mengurangi 100 dengan 7.

Persepsi - Menyalin gambar : persegi, tanda silang, kubus, tiga dimensi.- Menggambar bentuk jam membuat peta ruangan.- Menunjuk ke sisi kanan dan kiri tubuh.- Memperagakan : mengenakan jaket, meniup peluit, menggunakan sikat gigi.

2.2.1 Pemeriksaan status mental

Pemeriksaan status mental terdiri dari hal-hal berikut ini :

·         Bicara

·         Orientasi

·         Pengetahuan kejadian mutakhir

·         Pertimbangan

·         Abstraksi

·         Kosakata

·         Respon emosional

·         Daya ingat

·         Berhitung

Page 11: GANGGUAN KESADARAN

·         Pengenalan benda

·         Praktis (integrasi aktivitas motorik)

2.2.2 Pemeriksaan kemampuan berbicara

Jika pasien bangun dan waspada, anda sudah dapat mengamati cara berbicaranya.

Pasien sekarang diminta untuk mengulangi ungkapan singkat. Apakah ada disatria

disfoni,disfasia, atau afasia? Disatria adalah kesukaran artikulasi.  Biasanya disatria

disebabkan oleh lesi pada lidah dan palatum. Disfoni adalah kesulitan dalam fonasi.

Akibatnya perubahan volume dan nada suara. Lesi palatum dan pita suara seringkali

menjadi penyebabnya. Disfasia adalah kesukaran memahami atau berbicara sebagai

akibat gangguan fungis serebral. Pasien yang kehilangan kemampuan berbicaranya

sama sekali menderita afasia. Berbagai daerah di otak menyebabkan afasia yang

berbeda-beda. Afasia tidak lancar, motorik, ekspresif ada jika pasien mengetahui apa

yang ingin dikatakannya, tetapi menderita gangguan motorik dan tidak dapat

mengucapkannya dengan tepat. Ia memahami tulisan dan perintah verbal tetapi tidak

dapat mengulanginya. Suatu lesi di lobus frontal sering menjadi penyebabnya. Afasia

sensorik, reseptif, lancar, ada jika pasien mengucapkan kata-kata secara spontan tetapi

memakai kata-kata secara tidak tepat. Pasien mengalami kesukaran dalam memahami

perintah tertulis dan verbal serta tidak dapat mengulanginya. Keadaan sering

disebabkan oleh lesi temporoparietal.

2.2.3 Pengenalan status mental secara formal

Selama wawancara, pemeriksa telah memperoleh banyak informasi mengenai status

Page 12: GANGGUAN KESADARAN

mental pasien. Pewawancara mungkin sudah dapat menilai daya ingat jangka panjang

pasien, afek dan pertimbangannya. Pemeriksaan status mental secara formal, sebagai

bagian pemeriksaan neurologik, diperkenalkan oleh pemeriksa.

2.2.4 Pemeriksaan Orientasi

Orientasi pasien terhadap orang, tempat dan waktu harus ditentukan. Orientasi

menunjukkan kesadaran orang bersangkutan dalam hubungannya dengan orang lain,

tempat dan waktu. Disorientasi terjadi dalam kaitannya dengan gangguan daya ingat

dan rentang perhatian.

2.2.5 Pemeriksaan pengetahuan mengenai kejadian mutakhir

Pemeriksaan pengetahuaan mengenai kejadian mutakhir dapat diperiksa dengan

menanyakan kepada pasien, nama empat presiden terakhir amerika serikat.

Menanyakan kepada pasien nama walikota atau gubernur. Kemampuan menyebutkan

peristiwa mutakhir memerlukan orientasi yang utuh, daya ingat mutakhir yang utuh,

dan kemampuan berpikir secara abstrak.

2.2.6 Pemeriksaan daya pertimbangan

Pemeriksaan daya pertimbangan dilakukan dengan meminta pasien untuk menafsirkan

suatu masalah sederhana.

2.2.7 Penilaian daya abstraksi

Abstraksi adalah suatu fungsi luhur serebral yang memerlukan pemahaman dan

Page 13: GANGGUAN KESADARAN

pertimbangan. Peribahasa lazim dipakai untuk menguji penalaran abstraksi. Pasien

dengan kelainan penalaran abstrak mungkin menafsirkan peribahasa dengan memakai

tafsiran konkrit. Respon konkrit lazim dijumpai pada pasien dengan retardasi mental

atau dengan kegagalan otak. Pasien skizofrenia sering menjawab dengan penafsiran

konkrit, tetapi penilaian yang aneh juga lazim dijumpai. Cara lain untuk memeriksa

penalaran abstrak adalah dengan menanyakan kepada pasien bagaimana sepasang

benda serupa atau tidak serupa.

2.2.8 Pemeriksaan kosakata

Kosakata seringkali sangat sulit untuk diperiksa. Kesulitan ini berdasarkan atas

banyak faktor, yang mencakup pendidikan pasien, latar belakang, pekerjaan,

lingkungan dan fungsi serebral. Tetapi kosakata merupakan parameter penting dalam

menilai kemampuan intelektual. Pasien retardasi mental mempunyai kosakata yang

terbatas, sedangkan pasien dengan kegagalan otak mental mempunyai kosakata yang

terpelihara dengan baik. Pasien harus diminta untuk mendefinisikan kata-kata atau

memakainya dalam kalimat. Kata apa saja dapat dipakai, tetapi harus dipakai dengan

tingkat kesukaran yang makin bertambah.

2.2.9 Pemeriksaan respon emosional

Meskipun respon emosional sudah diamati secara tidak formal, penting untuk

ditanyakan secara spesifik apakah pasien memperhatikan adanya perubahan suasana

hati secara tiba-tiba. Afek didefinisikan sebagai respon emosional terhadap suatu

peristiwa. Responnya mungkin tepat, abnormal, atau mendatar. Respon yag tepat

terhadap kematian orang yang dicintai mungkin menangis. Respon yang tidak tepat

mungkin tertawa. Respon mendatar memperlihatkan sedikit respon emosional. Pasien

Page 14: GANGGUAN KESADARAN

dengan kerusakan serebral bilateral kehilangan kendali akan emosinya.

2.2.10 Pemeriksaan daya ingat

Untuk memeriksa daya ingat, pasien harus diminta untuk mengingat kejadian yang

baru saja terjadi dan dominan. Autotopagnosia adalah istilah yang dipakai untuk

melukiskan ketidak mampuan untuk mengenali tubuh pasien sendiri, seperti tangan

atau tungkainya.

2.2.11 Pemeriksaan integritas aktifitas motorik

Praksis adalah kemampuan untuk melakukan suatu aktifitas motorik apraksia adalah

ketidakmampuan pasien untuk melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya

gangguan dalam kekuatan, sensasi, atau koordinasi motorik. Dispraksia adalah

berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktifitas. Pasien mendengar dan

memahami perintah, tetapi ia tidak dapat mengintegrasikan aktifitas motorik yang

akan melakukan gerakan itu. Mintalah kepada pasien untuk menuangkan air dari

tempat air minum kedalam gelas minumannya. Gangguan ini sering disebabakan oleh

lesi jauh di dalam lobus frontal.jenis apraksia lainnya disebut apraksia konstruksi pada

penyakit ini, pasien tidak mampu menyusun atau menggambar desain sederhana.

Pasien dengan apraksia konstruksi sering menderita lesi dipars posterior lobus

pariental.

2.2.12 Pemeriksaan Olfaksi

Pasien diminta untuk menutup matanya dan satu lubang hidung ketika pemeriksa

Page 15: GANGGUAN KESADARAN

mendekat zat penguji kelubang hidung lainnya.pasien diminta untuk menghirup zat

penguji itu. Zat penguji itu harus mudah mengguap dan tidak mengiritasi,seperti

cenggkeh,vanila bean,kopi yang baru digiling,atau lavender.

2.2.13 Pemeriksaan kemampuan berhitung.

Kemampuan berhitung tergantung kepada integritas bemisfer serebral yang dominan

dan juga intelegensia pasien.

2.2.14 Pemeriksaan kemampuan mengenal benda

Pengenalan benda disebut genosia. Agnosia adalah kegagalan mengenali suatu

rangsangan sensorik meskipun ada sensasi primer yang

normal,contohnya:memperlihtakan benda yang sudah dikenal secara luas seperti uang

logam,pena,kacamata dll. Dan mintalah kepadanya untuk mnyebutkan nama-nama

benda itu. Jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenal benda

itu dikatakan bahwa ia mangalami agnosia visual.

Agnosia taktil adalah ketidakmampuan seorang pasien mengenal sebuah benda

dengan palpasi tanpa ada gangguan sensorik. Semua terjadi pada lesi lubus pariental

yang tidak.

BAB III

PENUTUP

Page 16: GANGGUAN KESADARAN

3.1 KESIMPULAN

            Kualitas kesadaran yang menurun tidak senantiasa menurunkan juga tingkat

kesadaran. Tetapi tingkat kesadaran yang menurun senantiasa menggangu kualitas

kesadaran. Oleh karena itu fungsi mental yang ditandai oleh berbagai macam kualitas

kesadaran sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran.

            Status mental merupakan keadaan kejiwaan yang dimiliki seseorang.

Pemeriksaan status mental seseorang harus dinilai dari berbagai aspek yang

ditentukan, tidak bisa hanya melihat dari satu penilaian saja.

3.2 SARAN

- bagi perawat dalam melakukan pemeriksaan harus menggunakan ketelitian

- Serta dalam pemeriksaan status mental perawat harus menggunakan prosedur

pengkajian yang telah biasa diterapkan kepada pasien yang mengalami gangguan

mental.