hipotiroid
DESCRIPTION
hipotiroidTRANSCRIPT
Hipotiroidisme merupakan suatu penyakit akibat kekurangan produksi hormon
tiroid atau adanya defek pada reseptornya. Kelainan tersebut dapat ditemukan sejak lahir
yang sering dikenal sebagai hipotiroid kongenital, namun bila tampak gejala-gejala setelah
periode fungsi tiroid yang tampaknya normal maka kelainan ini merupakan kelainan yang
“didapat” yang biasanya akibat defek kongenital karena manifestasi defisiensinya
terlambat.
Hipotiroid merupakan penyakit yang ditemukan dengan perbandingan 1 : 5000
dari kelahiran hidup dan biasanya ditemukan 80 – 90 % pada bayi dengan usia < 3 bulan,
lebih sering mengenai perempuan dengan perbandingan antara perempuan dan laki-laki 2 :
1.
Hipotiroid seringkali dikelompokkan berdasarkan organ
Type Origin Description
Primer Kelenjar
tiroid
Bentuk yang paling sering dijumpai adalah Hashimoto’s
Thyroiditis dan terapi radioyodium untuk hipertiroid.
Sekunder Kelenjar
Pituitari
Terjadi bila kelenjar pituitary tidak menghasilkan TSH
Yang cukup untuk merangsang produksi thyroxine dan
Triiodothyronine. Biasanya hal ini disebabkan karena
Kerusakan kelenjar pituitary oleh beberapa hal, seperti
Tumor, radiasi, atau operasi.
Tersier Hipotala
mus
Terjadi bila hipotalamus gagal memproduksi cukup
TRH
BAB III
HIPOTIROID
1
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu
tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid-“end organ”, dengan akibat terjadinya
defisiensi hormon tiroid, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Menurut onsetnya, hipotiroid pada anak dibedakan menjadi 2
1. Hipotiroid kongenital.
2. Hipotiroid dapatan.
I. PATOFISIOLOGI
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
o Hipotalamus membuat “thyrotropin releasing hormone (TRH)” yang
merangsang hipofisis anterior.
o Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (thyroid stimulating hormone =
TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
o Kelenjar tiroid mensintesis hormone tiroid (triiodothyronin = T3 dan
tetraiodothyronin = T4 = thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan
yang meliputi : konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja
daripada hormon-hormon lain.
II. HIPOTIROID KONGENITAL
Penyebab hipotiroid kongenital dapat sporadis/ familial, gondok atau non gondok.
Pada banyak kasus, defisiensi hormon tiroid berat, dan gejala-gejala berkembang pada
umur beberapa minggu awal. Pada kasus lain, tingkat defisiensi yang lebih rendah
terjadi dan manifestasi dapat terlambat selama beberapa bulan atau beberapa tahun.4
Angka kejadian di beberapa negara sangat bervariasi dengan kisaran antara 4000-
6000 kelahiran hidup. Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab retardasi
mental dan kegagalan pertumbuhan yang dapat dihindari bila ditemukan dan diobati
sebelum usia 1 bulan. Oleh karena itu banyak negara maju melakukan screening saat
kelahiran.8
II.1. ETIOLOGI
A. Disgenesis Tiroid
2
Defek perkembangan (disgenesis tiroid) merupakan 90% dari bayi
yang terdeteksi hipotiroidisme. Pada sekitar sepertiga bayi tidak ditemukan
adanya sisa jaringan tiroid (aplasia), sedangkan duapertiga lainnya jaringan
tiroid yang tidak sempurna ditemukan pada lokasi ektopik, dari dasar lidah
(tiroid lidah) sampai posisi normalnya di leher.
Kebanyakan bayi dengan hipotiroidisme kongenital pada saat lahir
tidak bergejala walaupun ada agenesis total kelenjar tiroid. Situasi ini
dianggap berasal dari perpindahan transplasenta sejumlah sedang tiroksin ibu
(T4) yang memberikan kadar janin 25-50% normal pada saat lahir. Kadar T4
serum yang rendah ini dan secara bersamaan kadar TSH meningkat
memungkinkan pendeteksian neonatus dengan hipotiroid.
Jaringan tiroid ektopik (lidah, bawah lidah, subhioid)dapat
memberikan jumlah hormon tiroid yang cukup selama bertahun-tahun atau
dapat gagal pada masa anak-anak. Anak yang terkena biasanya datang karena
tumbuh massa pada dasar lidah atau pada linea mediana leher, biasanya
setinggi hioid. Kadang-kadang disertai dengan kista duktus tiroglossus.
Pengambilan secara bedah jaringan tiroid ektopik dari individu eutiroid dapat
mengakibatkan hipotiroidisme karena tidak memiliki jaringan tiroid yang
lain.
B. Antibodi Penyekat-Reseptor Tirotropin (TRBAb)
TRBAb dahulu disebut penghambat imunoglobulin pengikat tiroid
(TBII). Penyebab hipotiroidisme kongenital sementara yang tidak biasa
adalah antibodi ibu yang lewat secara transplasenta yang menghambat
pengikatan TSH pada reseptornya pada neonatus. Frekuensinya adalah 1
dalam 50.000-100.000 bayi. Harus dicurigai adanya riwayat penyakit tiroid
autoimun ibu termasuk tiroiditis Hashimoto, penyakit Graves, hipotiroidisme
pada terapi penggantian, ng hipotiroidisme kongenital berulang yang bersifat
sementara pada saudara kandung berikutnya. Diagnosis yang benar dalam
kasus ini adalah mencegah pengobatan berkepanjangan yang tidak perlu,
waspada klinis terhadap kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya,
dan menawarkan prognosis yang baik pada orang tua.
C. Sintesis Tiroksin yang Kurang Sempurna
Berbagai defek pada biosintesis hormon tiroid dapat mengakibatkan
hipotiroidisme kongenital, dan bila defeknya tidak sempurna akan terjadi
3
kompensasi dan mulainya hipotiroidisme dapat terlambat selama beberapa
tahun. Defek ini ditentukan secara genetik dan dipindahkan dengan cara
autosom resesif.
D. Radioyodium
Hipotiroidisme telah dilaporkan akibat dari pemberian radioyodium
secara tidak sengaja selama kehamilan untuk pengobatan kanker tiroid atau
hipertiroidism. Pemberian yodium radioaktif pada wanita yang sedang
menyusui juga terkontraindikasi karena dengan mudah dieksresikan dalam
susu.
E. Defisiensi Tirotropin
Defisiensi TSH dan hipotiroidisme dapat terjadi pada keadaan apapun
yang terkait dengan defek perkembangan kelenjar pituitaria atau
hipotalamus. Lebih sering pada keadaan ini, defisiensi TSH akibat defisiensi
hormon pelepas tiroropin (TRH). Mayoritas bayi yang terkena memiliki
defisiensi kelenjar pituitaria multipel dan datang dengan hipoglikemi, ikterus
persisten, dan mikropenis bersama dengan displasia septo-optik, celah bibir
linea mediana, hipoplasia wajah tengah, dan anomali wajah linea mediana
yang lain.
F. Ketidaktanggapan Hormon Tirotropin
Hipotiroidisme kongenital ringan telah dideteksi pada bayi baru lahir
yang selanjutnya terbukti menderita pseudohipoparatiroidisme tipe Ia.
Penyebab molekular resistensi terhadap TSH pada penderita ini adalah
gangguan menyeluruh aktivasi cAMP yang disebabkan oleh defisiensi
genetik subunit α guanin nukleotid pengatur protein. Keadaan
ketidaktanggapan TSH murni yang telah dideteksi, yaitu kadar T4 serum
rendah, kadar TSH serum dengan radioimmunoassay dan bioassay
meningkat, dan tidak ada respon terhadap pemberian TSH eksogen.
G. Ketidaktanggapan Hormon Tiroid
Semakin bertambah jumlah penderita yang ditemukan yang menderita
resistensi terhadap kerja endogen dan eksogen T4 dan T3. Kebanyakan
penderita menderita gondok, dan kadar T4, T3, T4 bebas, dan T3 bebas
meningkat. Ketidaktanggapan ini dapat bervariasi di antara jaringan.
Mungkin ada tanda klinis hipotiroidisme yang tidak terlihat, termasuk
retardasi mental, retardasi pertumbuhan, dan maturasi skeleton terlambat
4
ringan serta satu manifestasi neurologis yaitu peningkatan hubungan
gangguan hiperaktivitas defisit perhatian.
H. Penyebab Lain Hipotiroid (Obat)
Hipotiroidisme kongenital dapat merupakan akibat dari paparan janin
terhadap yodium atau obat antitiroid yang berlebihan. Keadaan ini bersifat
sementara dan tidak boleh keliru dengan bentuk-bentuk hipotiroidisme lain.
Pada neonatus, penggunaan antiseptik mengandung yodium topikal pada
kamar perawatan anak dan oleh ahli bedah juga dapat menyebabkan
hipotiroidisme kongenital sementara, terutama pada bayi dengan BBLR.
Sedangkan pada anak yang lebih besar, sumber yodium biasanya dalam
sediaan paten yang digunakan untuk mengobati asthma.
II.2. MANIFESTASI KLINIS
Hipotiroidisme kongenital lebih sering terjadi pada anak perempuan
dibanding anak laki-laki. Sebelum program skrining neonatus, hipotiroidisme
kongenital jarang dikenali pada bayi yang baru lahir karena tanda-tanda dan
gejala-gejalanya biasanya tidak cukup berkembang. Hipotiroidisme ini dapat
dicurigai dan diagnosis ditegakkan selama umur umur minggu-minggu awal jika
terdapat manifestasi awal tetapi kurang khas dikenali. Bayi dengan tampak tenang
dan mempunyai badan yang relatif gemuk biasanya lambat didiagnosa.4
Riwayat dan gejala pada neonatus dan bayi : 3.
- Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior yang terbuka.
- Suhu rektal < 35,5˚C dalam 0-45 jam pasca lahir.
- Berat badan lahir > 3500 gram; masa kehamilan > 40 minggu.
- Suara besar dan parau, tidak belajar berbicara.
- Hernia umbilikalis.
- Riwayat ikterus lebih dari 3 hari, karotenemia
- Miksedema (kulit kelopak mata, punggung tangan, dan genitalia eksterna)
- Makroglosi.
- Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari).
- Kulit kering, dingin, dan “motling” (berbercak-bercak, terutama tungkai).
- Letargi.
- Gangguan minum dan menghisap
- Bradikardia (< 100/menit).
5
- Penampilan fisik sekilas seperti sindrom Down, namun pada sindrom
Down bayi lebih aktif.
- Hipotonia
- Tidur yang berlebihan, sedikit menangis, tidak selera makan, biasanya
lamban.
- Mata terpisah lebar
- Jembatan hidung sempit
Diagnosis dan pengobatan dini penting untuk mencegah mental yang permanen
pada penderita.
Gejala pada anak besar :7
- Dengan goiter maupun tanpa goiter.
- Gangguan pertumbuhan (kerdil).
- Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas.
- Ganguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi
sebelum umur 3 th.
- Aktivitas berkurang, lambat.
- Kulit kering.
- Miksedema.
- Tekanan darah rendah, metabolisme rendah.
- Intoleransi terhadap dingin.
II.3. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
A. Anamnesis :
o Apakah berasal dari daerah gondok endemik?
o Struma pada ibu. Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?
o Adakah keluarga yang struma?
o Perkembangan anak.
B. Gejala klinis :
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5;
tetapi tidak adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan
kemungkinan hipotiroid kongenital.
6
Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital
Gejala klinis Skore
Hernia umbilicalis 2
Kromosom Y tidak ada (wanita) 1
Pucat, dingin, hipotermi 1
Tipe wajah khas edematus 2
Makroglosi 1
Hipotoni 1
Ikterus lebih dari 3 hari 1
Kulit kasar, kering 1
Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1
Konstipasi 1
Berat badan lahir > 3,5 kg 1
Kehamilan > 40 minggu 1
Total 15
C. Laboratorium :
o Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH dilakukan untuk
memastikan diagnosis, apabila ditemukan kadar T4 rendah disertai
TSH meningkat maka diagnosis sudah dapat ditegakkan.
o Pemeriksaan darah perifer lengkap, air kemih, tinja, kolesterol
serum (biasanya meningkat pada anak > 2 tahun).
o Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu
diperiksa antibodi antitiroid. Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan
defisiensi TBG yaitu bila dengan pengobatan hormon tiroid tidak
ada respon.
7
Name Normal ValueResults in
Hypothyroidism
Results in
Hyperthyroidism
Thyroid Stimulating
Hormone (TSH)
0.3 – 5.0µU/mL or
0.3 – 5.0 mU/L
High Low
Total T4
Immunoassay
5 – 11µg/dL or
64 – 142 nmol/L Low High
Free T4 Index 6.5 – 12.5 Low High
Total T3
Immunoassay
95 – 190 ng/dL or
1.5 – 2.9 nmol/L Normal or Low High
Free T3 Index 20 – 63 Normal or Low High
D. Radiologis :
USG atau CT scan tiroid.
Tiroid scintigrafi, membantu memperjelas penyebab yang
mendasari bayi dengan hipotiroidisme kongenital. Pasien
meminum radioaktif yodium atau technetium dan ditunggu hingga
8
substansi tersebut ada pada kelenjar tiroid. Jika tiroid berfungsi
maka akan terlihat level penyerapan yang sama pada seluruh
kelenjar tiroid. Bila ada aktivitas berlebih akan terlihat daerah
berwarana putih. Sedangkan area yang kurang aktif akan terlihat
lebih gelap.
Umur tulang (bone age), adanya retardasi perkembangan tulang
misalnya disgenesis epifise atau deformitas veterbra.
X-foto tengkorak, menunjukkan adanya fontanella besar dan
sutura yang melebar, tulang antar sutura (wormian) biasanya ada,
terlihatnya sella tursika yang membesar dan bulat, dan mungkin
terlihat adanya erosi dan penipisan.
II.4. DIAGNOSIS BANDING
Mongolisme
Sering disertai hipotiroid kongenital, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan faal tiroid secara rutin. Pada mongolisme terdapat: epikantus (+),
makroglosi (+), miksedema (-), retardasi motorik dan mental serta adanya
kariotyping dan trisomi 21.
Dysmorphogenetic chromosomal syndromes
Infeksi kongenital
Intrauterine drug exposure
Intestinal obstruction
Ikterus fisiologis
Miopatik kongenital
II.5. TATALAKSANA
Hormon tiroid
Obat pilihan adalah Sodium L-Thyroxine, diberikan sedini mungkin.
1. Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel
berikut :
Umur Dosis µg/kg BB/hari
0-3 bulan
3-6 bulan
10-15
8-10
9
6-12 bulan
1-5 tahun
2-12 tahun
> 12 tahun
6-8
5-6
4-5
2-3
Kadar T4 dipertahankan di atas pertengahan nilai normal.
3. Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutic
trial sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu; bila
ada perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan bertahap atau dengan dosis
pemberian + 100 μg/m2/hari. Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon
klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4, dan TSH yang dapat berbeda tergantung dari
etiologi hipotiroid.
4. Penundaan atau keterlambatan pengobatan akan meningkatkan risiko
komplikasi
5. Monitoring pengobatan harus dilakukan setiap bulan pada tahun pertama dan
selanjutnya setiap 2-3 bulan
6. Pemantauan tumbuh kembang yang optimal namun hindari overtreatment
7. Kasus transien hipotiroid kongenital boleh tidak diobati, namun jika penurunan
T4 dan peningkatan TSH menetap harus segera diobati.
II.6. PEMANTAUAN
A. Terapi
Kemungkinan terjadinya hipertiroidisme perlu diwaspadai. Dosis yang
berlebihan dapat mengakibatkan takikardia, kecemasan berlebihan, gangguan
tidur, dan gejala tirotoksikosis yang lain. Pemberian tiroksin berlebihan jangka
lama mengakibatkan kraniosinostosis. Anak yang sedang dalam pengobatan
hipotiroid kongenital harus dievaluasi secara teratur stiap beberapa bulan sampai
paling tidak hingga 3 tahun pertama kehidupan. Menurut American academy of
pediatric, serumT4 atau T4 bebas dan Tes darah TSH harus dilakukan menurut
jadwal:
2-4 minggu setelah pengobatan T4
Setiap 1-2 bulan hingga 6 bulan pertama kehidupan
Setiap 3-4 bulan, mulai 6 bln hingga 3 tahun pertama kehidupan
10
Setiap 6 -12 bulan hingga pertumbuhan normal tercapai
Dua minggu setelah perubahan dosis
Evaluasi lebih sering bila ditemukan hasil yang abnormal
Apabila fase perkembangan otak sudah dilalui, pemantauan dapat dilakukan 3 bulan sampai 6 bulan sekali dengan mengevaluasi
pertumbuhan linear, berat badan, perkembangan motorik dan bahasa serta kemampuan akademis untuk yang sudah bersekolah. Umur tulang
dipantau tiap tahun. Karena levothyroxine identik dengan thyroxine yang dihasilkan badan, efek samping jarang ditemukan. Namun bila dosis
terlalu kecil atau terlalu besar akan terjadi efek samping seperti tertulis di tabel berikut
Gejala dosis kurang atau berlebih dari Levothyroxine
Dosis
kurang
Dosis berlebih
Lemas Gejala kardiovaskuler (detak jantung cepat, berkeringat, varian denyut
nadi yang luas, angina atau congestive heart failure)
Ketumpulan
mental
Agitasi (tremor, nervousness, insomnia, keringat berlebih)
Merasa
kedinginan
Sakit kepala dan nyeri otot
Kram otot Gejala intestinal dan metabolic (pperubahan nafsu makan, diare,
penurunan BB)
Demam dan intoleransi terhadap panas
B. Tumbuh Kembang
Hipotiroid kongenital sangat mengganggu tumbuh kembanganak
apabila tidak terdiagnosis secara dini ataupun bila pengobatan dilakukan
tidak benar. Apabila hipotiroid diobati dini dengan dosis adekuat, proses
pertumbuhan linier pada sebagian besar kasus mengalami kejar tumbuh
yang optimal sehingga mencapai tinggi badan normal. Pengobatan yang
11
dilakukan setelah usia 3 bulan akan mengakibatkan taraf IQ subnormal atau
lebih rendah.
II.7. PROGNOSIS
Dengan adanya program skrining neonatus untuk mendeteksi
hipotiroidisme kongenital, prognosis untuk bayi yang terkena telah baik secara
dramatis. Diagnosis awal dan pengobatan yang cukup sejak umur minggu-minggu
pertama memungkinkan pertumbuhan linier yang normal dan intelegensianya
setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena.
Tanpa pengobatan dini akan terjadi sekuale neurologis berupa
retardasi mental
koordinasi motorik yang lemah
hipotonia muskuler
ataxia
Dengan pengobatan dini retardasi mental dapat dihindari. Lebih dini
pengobatan prognosis akan lebih baik. Bahkan dengan pengobatan komplikasi
disfungsi psikomotor seperti gangguan belajar masih dapat dijumpai.
III. HIPOTIROID DIDAPAT
III.1. ETIOLOGI
A. Tiroiditis Limfositik.
Tiroiditis limfositik merupakan penyebab paling lazim terjadinya
hipotiroidisme didapat. Meskipun secara khas ditemukan pada remaja,
keadaan ini terjadi seawal pada usia 2 tahun. Penyakit ini merupakan suatu
penyakit autoimun yang ditandai secara histologis infiltrasi tiroid dengan
limfosit.
12
Setiap bentuk autoimun tiroiditis secara tipikal dimulai dengan sel T dan B:
Sel T dan B menginfiltrasi kelenjar tiroid dalam jumlah yang setara. Kedua sel ini
berperan dalam respon primer terhadap infeksi. Sel T mengidentifikasi molekul
invasive (cth: virus) dan membantu sel B untuk memproduksi antibodi.
Pada kasus autoimunitas, sel T mengira molekul badan kita sebagai molekul invasive.
Sehingga sel B memproduksi antibodi yang disebut autoantibody.
Antibodi kemudian menyerang protein tiroid yang disebut thyroid peroxidase yang
menyebabkan kehancuran dari sel tiroid.
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa sel T dan B menhancurkan sel tiroid,
antara lain:
Salah satu teori mengatakan selama infeksi sel T menginduksi sel B untuk
mengeluarkan antibodi guna melawan invasi virus. Namun tanpa diduga, sel T juga
menginduksi sel B untuk menghancurkan protein tiroid yang serupa.
Faktor genetic paling berperan pada autoimun tiroiditis. Sebagai contoh, pasien
dengan hashimoto’s tiroiditis memiliki gen yang disebut fas Gen, yang berinteraksi
dengan sel tiroid dan merangsang proses yang disebut apoptosis, yang memulai
terjadinya kehancuran sel.
Pada beberapa wanita, autoimunitas terjadi ketika sedang mengandung. Dalam hal ini
sel fetal terakumulasi di kelenjar tiroid ibu, merangsang respon imun.
Pada hashimoto’s tiroiditis antibodi memblok reseptor pada sel tiroid yang mengikat
TSH. Efek ini lebih menjelaskan perburukan dari kelainan ini, tapi tidak menjelaskan
sebab awal terjadinya kehancuran sel tiroid..
Beberapa penelitian membuktikan intake yodium yang berlebihan berhubungan
dengan terjadinya hashimoto’s tiroiditis
13
B. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi subtotal pada tirotoksikosis atau kanker dapat
menyebabkan hipotiroidisme, sama seperti halnya dengan pengambilan
jaringan tiroid ektopik misalnya tiroid lidah, tiroid subhioid media, atau
jaringan tiroid pada kista duktus tiroglossus merupakan satu-satunya
sumber hormon tiroid, dan pemotongan menyebabkan terjadinya
hipotiroidisme.
C. Sistinosis Nefropati
Anak dengan keadaan seperti ini ditandai dengan penyimpanan sistin
intralisosom dalam jaringan tubuh, mengalami gangguan fungsi tiroid.
Hipotiroidisme dapat jelas, tetapi bentuk yang terkompensasi lebih lazim,
dan penilaian berkala kadar TSH terindikasi. Pada usia 13 tahun,
duapertiga penderita ini memerlukan penggantian tiroksin.
D. Infiltrasi Histiosit
Yaitu terjadi pada anak dengan histiositosis sel Langerhans dapat
menyebabkan hipotiroidisme.
E. Iradiasi
Iradiasi daerah tiroid yang merupakan kejadian pada pengobatan
penyakit Hodgkin atau malignansi lain atau yang diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang sering menyebabkan kerusakan tiroid. Pada
sekitar sepertiga anak tersebut terjadi kenaikkan kadar TSH dalam setahun
setelah terapi, dan 15-20% menjadi hipotiroidisme dalam 5-7 tahun.
F. Obat-obatan
Penelanan obat-obatan yang mengandung yodium yang lama dapat
menyebabkan hipotiroidisme, biasanya disertai dengan gondok.
Amiodaron, obat yang digunakan untuk aritmia jantung 37% beratnya
terdiri dari yodium sehingga menyebabkan hipotiroidisme pada sekitar
20% anak yang diobati. Ini mempengaruhi fungsi tiroid secara langsung
karena kandungan yodiumnya yang tinggi juga karena hambatan 5’-
deiodinase yang mengubah T4 menjadi T3, anak yang mendapat pengobatan
ini harus dilakukan pengukuran T4, T3, dan TSH seri.
G. Subklinis hipotiroid
14
Subklinis hipotoiroid terjadi ketika kadar TSH tinggi
tetapi kadar T3 dan T4 normal. Para ahli masih meragukan bagaimana
subklinis hipotiroid mempengaruhi metabolisme selular karena kadar dari
hormone yang normal. Cochrane collaboration menemukan bahwa tidak
ada kegunaan dari terapi penggantian hormone.
III.2. MANIFESTASI KLINIS
Perlambatan pertumbuhan biasanya merupakan manifestasi klinis pertama,
tetapi tanda ini sering lewat tanpa diketahui. Perubahan miksedematosa kulit,
konstipasi, intoleransi dingin, energi menurun, bertambahnya kebutuhan untuk
tidur berkembang secara diam-diam. Namun, tugas sekolah dan nilai biasanya
tidak terpengaruh bahkan pada anak yang menderita hipotiroid berat sekalipun.
Maturasi tulang terlambat, sering secara mencolok yang merupakan petunjuk
lamanya hipotiroidisme.
Beberapa anak datang dengan nyeri kepala, masalah penglihatan, pubertas
prekoks, atau galaktorrea. Anak-anak ini biasanya mengalami pembesaran
hiperplastik kelenjar pituitaria, seringkali dengan perluasan suprasella, setelah
hipotiroidisme yang lama; keadaan ini dapat keliru dengan tumor kelenjar
pituitaria.
III.3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK dan PENGOBATAN
Pemeriksaan diagnostik dan pengobatan adalah sama seperti yang
diuraikan pada hipotiroidisme kongenital. Pengukuran antibodi antiroglobulin dan
antiperoksidase (dahulu antimikrosom) dapat mengarah pada tiroiditis autoimun
sebagai penyebab. Selama tahun pertama pengobatan, penjelekkan tugas sekolah,
kebiasaan tidur yang buruk, kegelisahan, waktu perhatian yang pendek, dan
masalah-masalah perilaku dapat terjadi, tetapi hal ini sementara.
III.4. KOMPLIKASI
Kondisi Emergensi
Koma myxedema, merupakan komplikasi yang mengancam jiwa bila hipotiroid
tidak diobati. Gejalanya antara lain meliputi penurunan suhu tubuh yang drastis
(hypothermi), delirium, penurunan fungsi paru, perlambatan denyut jantung,
15
konstipasi, retensi urin, kejang, stupor dan akhirrnya koma. Jarang terjadi, tetapi
lebih sering ditemukan pada pasien yang mendapat paparan stresss yang berat,
seperti infeksi, operasi, atau cuaca yang terlalu dingin. Obat-obatan tertentu
( seperti sedative, penghilang nyeri, amiodarone, narkotik dan litium) dapat
meningkatkan resiko.Tingkat mortalitas tinggi (30-60%) terutama pada orang
tua dan penderita hipoternia persisten atau kelainan jantung.
Suppurative Thyroiditis. Biasanya diawali dengan infeksi saluaran nafas atas.
Gejala meliputi demam, nyeri leher, rash, dan kesulitan mengunyah dan
berbicara.
Efek hipotiroid pada anak dan balita
Anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak mendapat pengobatan. Anak ini
memiliki resiko cacat mental termasuk gangguan konsentrasi dan verbal.
Efek hipotiroid selama masa balita. Walaupun sementara, pada kasus yang berat
dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologist dan mental.
Bayi yang dilahirkan dengan hipotiroid congenital. Harus segera mendapat
pengobatan untuk mencegah retardasi mental, pertumbuhan yang terhambat, dan
perkembanagan abnormal lainnya ( sindrom yang disebut kretinisme). Sudah
diperkirakan bahwa anak yang tidak diobati akan mengalami penurunan IQ tiga
hingga lima poin per bulan selama tahun pertama. Tetapi walau bagaimanapun,
bahakn dengan terapi awal, gangguan ringan dalam hal memori, perhatian, dan
perkembangan mental dapat tetap ada hingga dewasa.
Efek yang terjadi bila onset hipotiroid > 2 tahun. Ancaman mental retardasi
berkurang namun pertumbuhan fisik menjadi lebih pelan dan pertumbuhan gigi
jadi terlambat.
16