hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia di wilayah kerja puskesmas dahlia makassar

63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat 17 . Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun1980 di indonesia jumlah 1

Upload: fadil-atwosn

Post on 22-Jun-2015

359 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Proposal

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu

adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi terutama di bidang medis atau ilmu

kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk

serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih

cepat17.

Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan

diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Secara

demografi, menurut sensus penduduk pada tahun1980 di indonesia

jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang

(11%) berusia 50 tahun keatas, dan kurang lebih 6,3 juta orang (4,3%)

berusia 60 tahun keatas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831 orang

(13,06%) tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan

bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka dipelihara oleh

negara17.

1

Page 2: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

2

Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat

ke 4 di dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa

pada tahun 2000, 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia.

Berdasarkan proyeksi Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005-2010

jumlah penduduk lajut usia akan sama dengan jumlah balita yaitu 8,5%

dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan WHO

penduduk lansia di indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah

mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal

tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar

didunia. Melihat tingkat kesehatan dan kesejahteraan kian membaik

maka angka harapan hidup penduduk indonesia juga kian meningkat17.

Beberapa wilayah indonesia akan mengalami ledakan penduduk

lansia (lanjut usia) pada tahun 2010 hingga 2020. Jumlah lansia

diperkirakan naik mencapai 11,34% dari jumlah penduduk di indonesia.

Mencapai 18,96 juta orang . Dari jumlah tersebut, pada tahun 2009 di

provinsi Sulawesi Selatan jumlah lansia yang tercatat di posyandu lansia

sebanyak 818.676 orang, sedangkan yang hadir di pelayanan posyandu

hanya 321.372 lansia atau 39,26%. 11

Dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala

yang sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara

lain pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak

rumah dengan posyandu yang jauh dan sulit di jangkau, dukungan

Page 3: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

3

keluarga sangat berperan sekali. Keluarga merupakan lingkungan yang

paling dekat dengan lansia17.

Berdasarkan data awal yang diperoleh, lansia yang tinggal di

kecematan mariso kelurahan tamarunang pada tahun 2013, terdapat 275

lansia, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 366 lansia. Untuk jumlah

lansia di posyandu lansia RT 03 RW 05 tahun 2013 sebanyak 105 orang

dengan tingkat kehadiran pada bulan oktober sebanyak 91 orang

(89,5%), bulan nopember sebanyak 63 orang (60%) , bulan desember

sebanyak 84 orang (80%) . Sedangkan untuk tahun 2014 jumlah lansia

diposyandu lansia sebanyak 129 orang, tingkat kehadiranan bulan januari

sebanyak 87 orang (69,6%), bulan pebruari sebanyak 94 orang

(72,8%)17.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, menunjukan

keaktifan lansia yang berubah-ubah maka penting untuk adanya

penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas dapat

dirumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah ada Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia

Makassar?”

Page 4: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

4

C. Tujuan Penelitian

1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan

lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja

Puskesmas Dahlia Makassar.

2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui adanya peran dukungan keluarga dalam kegiatan

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Makassar.

b. Mengetahui adanya keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan dan menjadi rujukan institusi mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan keaktifan lansia di wilayah kerja

Puskesmas Dahlia Makassar.

2. Manfaat bagi Peneliti

Sebagai bahan pengetahuan peneliti untuk mendapatkan

pengalaman dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisis

hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia di wilayah kerja

Puskesmas Dahlia Makassar.

Page 5: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

5

3. Manfaat bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini akan membuka wawasan dan

pengetahuan masyarakat mengenai hubungan dukungan keluarga

dengan keaktifan lansia di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Makassar.

A. Hipotesa Penelitian

1. Hipotesa Nol (H0)

Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia

2. Hipotesa Alternatif (Ha)

Ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia

Page 6: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Lanjut Usia (Lansia) bukan suatu penyakit, namun merupakan

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan.14

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat tahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang di derita.9

Birren dan jenner (1977) mengusulkan untuk membedakan

atara usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial. Usia biologis

adalah usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak

lahirnya, berada dalam keadaan hidup tidak mati. Usia psikologis

adalah usia yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk

mengadakan penyesuain-penyesuaian pada situasi yang

dihadapinya. Sedangkan, usia sosial adalah usia yang menunjuk

pada peran-peran yang diharapkan atau diberikan padanya.14

Page 7: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

7

2. Batasan-batasan Lanjut Usia

Menurut Word Health Organization (WHO) batasan-batasan

Lanjut Usia meliputi :6

a. Usia pertengahan (middle age) = kelompok usia 45 - 59 tahun

b. Lanjut Usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) = antara 76 dan 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun

Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 “Seseorang dapat

dinyatakan sebagai jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan

mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan

menerima nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku UU N0. 13 tahun

1998 BAB I Pasal ayat 2 yang berbunyi ”Lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun”.

Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad guru besar

Universitas Gajah mada pada Fakultas Kedokteran, membagi

periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :6

a. 0-1 tahun = masa bayi

b. 1-6 tahun = masa pra sekolah

c. 6-10 tahun = masa sekolah

d. 10-20 tahun = masa pubertas

e. 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)

Page 8: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

8

f. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (senium)

3. Teori-Teori Proses Menua

Secara umum, teori penuaan menjadi 2 kelompok besar yaitu:14

a. Teori genetik

Teori genetik memfokuskan mekanisme penuaan yang terjadi

pada nucleus sel. Pejelasan teori yang berdasarkan genetik

diantaranya sebagai berikut:

1) Teori hayflick

Menurut haylick dan mooreheade (1961), teori

menyebutkan bahwa penuaan disebabkan oleh berbagai faktor,

antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak

normalnya sel, kemunduran sel dalam organ dan jaringan.

2) Teori kesalahan

Dalam teori ini menyatakan bahwa kesalahan dalam

proses atau mekanisme pembuatan protein akan

mengakibatkan beberapa efek. Penurunan ketepatan sintetis

protein secara spesifik telah dihipotesiskan penyebabnya, yaitu

ketidak tepatan dalam penyiapan pasangan mRNA dan

antikodon tRNA. Namun penelitian terakhir menyebutkan bahwa

tidak semua penuaan sel menghimpun semua molekul

nonspesifik dan penuaan sel itu tidak selamaya di percepat

ketika molekul nonspesifik ditemukan.

Page 9: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

9

3) Teori DNA lewah (kelebihan DNA)

Medvedev (1972), mengemukakan teori yang

berhubungan dengan teori kesalahan ia percaya bahwa usia

bilogis merupakan hasil akumulasi dalam mengfungsikan gen.

Perbedaan usia mahluk hidup mungkin merupakan suatu fungsi

dari tingkat urutan genetik berulang. Jika kesalahan muncul

dalam urutan genetik tidak berulang. Kesempatan untuk

menjaga hasil akhir produksi gen selama hidup akan berkurang.

b. Teori Non genetik

Teori nongenetik memfokuskan lokasi diluar nukleus sel,

seperti organ, jaringan, dan sistem. Teori ini meliputi :14

1) Teori Radikal Bebas

Pada dasarnya radikal bebas adalah ion bermuatan listrik

yang berada diluar orbit dan berisi ion tak berpasangan.

Radikal bebas mampu merusak membran sel, lisosom,

sitoplasma, dan inti melaluai reaksi kimia yang memproduksi

lemak. Kerusakan membran bio molekul merupakan hasil

rangkaian reaksi radikal bebas. Hasil radikal bebas adalah

turunnya penyatuan sel karena turunnya aktivitas enzim,

kesalahan metabolisme asam nuklear, kerusakan funghsi

membran, penumpukan limfosit pada lisosom.

Page 10: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

10

2) Teori Auto Imun

Menurut teori ini, penuaan diakibatkan oleh antibodi yang

dikenal sebagai pembatasan energi bereaksi terhadap sel

normal dan merusaknya. Reaksi terjadi karena tubuh gagal

mengenal sel normal dan memproduksi antibodi yang dimana

antibodi itu bereksi terhadap sel normal.

3) Teori hormonal

Doner Decle percaya bahwa pusat penuaan terjadi di

otak.pernyataan ini didasarkan pada studi hipotirodisme.

Hipotirodisme dapat menjadi fatal apabila tidak di obati dengan

tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan tampak,

seperti penuaan sistem kekebalan. Kulit keriput, uban dan

penurunan proses metabolisme secara perlahan.

4) Teori pembatasan energi

Roy Walford (1986), adalah penganut kuat diaet yang

didasarkan pada pembatasan energi kalori, yang dikenal

sebagai pembatasan energi. Diet nutrisi tinggi yang rendah

kalori berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh agar tidak

cepat tua. Program pembatasan energi bertujuan utuk

mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa

tahun sampai efisiensi metabolisme tercapai untuk hidup sehat

dan panjang usia.

Page 11: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

11

4. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia

Adapun Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

diantaranya:

a. Perubahan-perubahan fisik

1) Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya

b) Lebih besar ukurannya

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler

d) Menurunya proporsi protein di otak, otot ginjal, darah dan

hati

e) Jumlah sel otak menurun

f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel

g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%

2) Sistem Persyarafan

a) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel

saraf otaknya dalam setiap harinya)

b) Cepatnya menurun hubungan persyarafan

c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya

dengan stres

d) Mengecilnya syaraf pancaindra

Page 12: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

12

e) Mengurangnya penglihatan, hilnagnya pendengaran,

mengecilnya syaraf penciuman dan perasa.

3) Sistem endokrin

a) Produksi dari hampir semua hormon menurun

b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

c) Pertumbuhan hormon dada lebih rendah dan hanya didalam

pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH

FSh dan LH

d) Menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya BMR(Basal

Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat

e) Menurunnya produksi aldosteron

f) Menurunya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,

esterogen, dan testeron

b. Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Lingkungan

c. IQ (Intellgentia Quantion)

1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

verbal

Page 13: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

13

2) Berkurangnya kemampuan presepsi dan keterampilan

psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan

karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.6

d. Aspek Psikologi pada Proses Penuaan

Komponen yang berperan di sini adalah kapasitas

penyesuaian diri yang terdiri atas pembelajaran, memori (daya

ingat), perasaan, kecerdasan, dan motivasi.

Selain hal-hal tersebut, dari aspek psikologis dikenal pula isu

yang erat hubungannya dengan lansia, yaitu teori mengenai

timbulnya depresi, gangguan kognitif, stres serta koping. Teori

tersebut yaitu :

1) Teori kebutuhan manusia

Hal yang terkenal adalah hirarki kebutuhan (menurut

Maslow, 1954). Hirarki kebutuhan berturut-turut dari tingkat

rendah ketingkat tinggi terdiri atas kebutuhan fisiologis,

keamanan dan keselamatan, rasa sayang dan memiliki, serta

self esteem dan aktualisasi diri. Di sini brlaku prioritas

pemenuhan kebutuhan menurut tingkatan. Namun orang

senantiasa menginginkan untuk mencapai tingkatan yang lebih

tinggi. Contohnya dari tingkatan ke-5 (tingkatan tertinggi)

adalah mencapai ekonomi, kreativitas, kemandiriran, dan

hubungan antar manusia yang positif.

Page 14: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

14

2) Teori keberlangsungan hidup

Menurut teori ini keberlangsungan hidup seseorang

terbagi dalam beberapa tahap dan orang bergerak melewati

tingkat-tingkat tersebut menurut pola-pola tertentu, dimana

kesuksesan pada tahap yang satu menentukan kesuksesan

pada tahap yang berikutnya. 7

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan

Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologi. Bila

sesorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological aging),

diharapkan mereka dapat tua dalam keadaan sehat. Penuaan ini

sesuai dengan kronologis usia dipengaruhi oleh faktor endogen.

Perubahan ini dimulai dari sel jaringan organ sistem pada tubuh.

Sedangkan faktorlain yang juga berpengaruh pada proses

penuaan adalah faktor eksogen seperti lingkungan, sosial budaya

dan gaya hidup.

Yang termasuk faktor lingkungan antaralain pencemaran

lingkungan akibat kendaraan bermotor, pabrik, bahan kimia,

bising, kondisi lingkungan yang tidak bersih, kebiasaan

menggunakan obat dan jamu pada kontrol, radiasi sinar matahari,

makanan berbaha kimia, infeksi vurus, bakteri dan

mokroorganisme lain.

Page 15: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

15

Faktor endogen meliputi genetik, organik dan imunitas.

Faktor organik yang dapat ditemui adalah penurunan hormon

pertumbuhan, melatonin, perubahan folcel stimulating hormone

dan lutenizing hormone.13

5. Kebutuhan hidup Lansia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga

memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera.

Kebutuhan hidup lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan

bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan

yang sehat dan kondisi rumah yang tentaram dan aman, kebutuhan-

kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam

segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat

di ajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan

pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut

diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.4

B. Tinjauan tentang Dukungan Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa sansekerta: kula dan warga

’’kulawarga’’ yang berarti ”anggota, kelompok, kerabat”. Keluarga

adalah lingkungan dimana beberapa orang masih memiliki hubungan

darah. 4

Page 16: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

16

Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga

yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau

perkawinan. 3

Menurut Bilon dan maglaya (1978), keluarga adalah dua atau

lebih individu yang hidup dalam suatu rumah tangga karena adanya

hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi

satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.3

Menurut Duval dan Logan (1986), menguraikan keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran adopsi yang

bertujuan utuk menciptakan, mempertahankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari

tiap anggota. 2

Menurut johnson’s (1992), keluarga adalah kumpulan dua orang

atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak,

yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal

dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai

kewajiban antara satu orang dengan yang lain. 1

Menurut Spradley dan Allender (1996), satu atau lebih individu

yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan

mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas. 1

Menurut Departemen kesehatan RI (1998), keluarga merupakan

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan

Page 17: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

17

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam dalam keadaan saling ketergantungan. 3

Menurut salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat

dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan

darah hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam

satu rumah tangga, berinteraksi satu samalain dan didalam

peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan

suatu kebudayaan. 1

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah segala bentuk tindakan yang

dilakukan keluarga untuk melakukan sesuatu terhadap penderita.

Dukungan keluarga tidak lepas dari lima fungsi perawatan keluarga

yaitu keluaga mampu mengenal masalah kesehatan, keluarga

mampu mengambil keputusan, keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan, keluarga mampu

memodifikasi lingkungan dalam rangka menigkatkan kesehatan yang

ada dan menagani masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.8

Menurut Friedman (2008) bahwa keluarga berfungsi sebagai

sistem pendukung bagi anggota keluarga. Dukungan dari orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan (suami/istri), kelahiran (anak),

dan adopsi akan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum dilakukan pasien, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

Page 18: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

18

emosional dan sosial. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan

cara:17

a) Dukungan informasi: mencakup pemberian nasehat, usulan,

saran, petuinjuk-petunjuk, dan pemberian informasi.

b) Dukungan penilaian: mencakup bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai

sumber dan falidator identitas anggota keluarga diantaranya

memberikan support, penghargaan, perhatian.

c) Dukungan instrumental: mencakup sebuah sumber pertolongan

praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal

kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita

dari kelelahan.

d) Dukungan emosional: mencakup dukungan yang diwujudkan

dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,

mendengarkan dan didengarkan.

Anggota keluarga memandang bahwa anggota keluarga yang

bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga menyokong rasa

percaya diri dan perasaan dapat menguasai lingkungan, ini dapat

mengembangkan kecenderungannya pada hal-hal positif, sehingga

lansia akan merasa nyaman dan lebih tenang. Dukungan keluarga

Page 19: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

19

khususnya dari suami atau istri bermanfaat untuk perkembangan

menuju kepribadian yang sehat tanpa gangguan.

Keluarga menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan yang dapat mereka

terima, menentukan tentang program pengobatan yang dimainkan.

Piat (1976) telah memperhatikan bahwa peran yang dimainkan

keluaraga dalam pengembangan kebiasaan kesehatan dan

pengajaran terhadap anak-anak mereka. Keluarga juga memberi

dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari

anggota keluarga yang sakit.13

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional anggota

keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor-faktor

penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis.13

3. Struktur Keluarga

Macam-macam struktur keluarga:8

a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

Page 20: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

20

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.

e. Keluarga Kawinan

Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar

bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang

menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami

istri.

Menurut Friedmen (1998) struktur keluarga terdiri atas:3

1) Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila

dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik

selesai, dan ada hirarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi

pengirim yakni mengemukakan pesan secara jelas dan

Page 21: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

21

berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.

Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan

balik dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi

apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus

pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.

Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi,

perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi,dan komunikasi

tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi,

ofensif (bersifat negatif) tejadi miskomunikasi, dan kurang atau

tidak valid.

2) Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang

diharapkan posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur

bisa bersifat formal atau informal.

3) Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.

Hak (legitimate pwer), ditiru (referent power), keahlian (expert

power), hadiah (reward power), paksa (coecricve power), dan

afektif power.

Page 22: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

22

4) Struktur Nilai dan Norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang

mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan

norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan

sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan

masyarakat sekitar keluarga.

4. Ciri-Ciri Struktur Keluarga3

a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan

antara anggota keluarga.

b. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan

tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan

fungsi dan tugasnya masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kehususan, yaitu setiap anggota keluarga

mempunyai peran dan fungsi masing masing.

5. Tugas Perkembanagan Keluarga Dengan Lansia

Tugas perkembanagan keluarga merupakan tanggung jawab

yang harus dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap

perkembangannya. Keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

biologis, imperatif (saling menguatkan), budaya dan aspirasi, serta

nilai-nilai keluarga.5

Page 23: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

23

Menurut Carter dan McGoldrick (1988), tugas perkembangan

keluarga dengan lansia adalah sebagai berikut.5

a. Mempertahankan Pengaturan Hidup yang Memuaskan

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang

sangat penting dalam mendukung kesejahteraan lansia.

Perpindahan tempat tinggal bagi lansia merupakan pengalaman

traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti akan mengubah

kebiasan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh lansia di

lingkungan tempat tinggalnya.

b. Penyesuaian Terhadap Pendapatan yang Menurun

Ketika lansia memasuki pensiun, maka terjadi penurunan

pendapatan secara tajam dan semakin tidak memadai, karena

biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan

berkurang.

Dengan sering munculnya masalah kesehatan, pengeluaran

utuk biaya kesehatan merupakan masalah fungsional yang

utama. Adanya harapan hidup yang meningkat memungkinkan

sansia untuk dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan

yang ada.

Page 24: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

24

c. Mempertahankan Hubungan Perkawinan

Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudkan

kebahagiaan keluarga. Pekawianan mempunyai kontribusi yang

besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari pasangan

lansia.

d. Penyesuaian Diri Terhadap Kehilangan Pasangan

Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas

perkembangan yang paling traumatis. Lansia biasanya telah

menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan

normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa

pasanagan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuaian

dengan mudah.

Hilangnya pasangan menuntut reorganisasi fungsi keluarga

secara total, karena kehilangan pasangan akan mengurangi

sumber-sumber emosional dan ekonomi serta diperlukan

penyesuaian untuk menghadapi perubahan tersebut.

e. Pemeliharaan Ikatan Keluarga Antar Generasi

Ada kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari

hubungan sosial, tetapi keluarga tetap menjadi fokus interaksi

lansia dan sumber utama dukungan sosial. Oleh karena lansia

menarik diri dari aktivitas dunia sekitarnya, maka hubungan

Page 25: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

25

dengan pasangan, dan anak-anak, cucu serta saudaranya

menjadi lebih penting.

f. Meneruskan untuk Terus Memahami Eksistensi Usia Lanjut

Hal ini dipandang penting, bahwa penelaahan kehidupan

memudahkan penyesuaian terhadap situasi-situasi sulit yang

memberikan pandangan terhadap kejadian-kejadian dimasa lalu

lansia sangat peduli terhadap kualitas hidup mereka dan

berharap agar dapat hidup terhormat dengan kemegahan dan

penuh arti.

Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan

dirinya sendiri, keluarga, dan orang-orang disekitaranya pun

perlu memahami bagaimana melakukan perwatan yang tepat

bagi lansia tersebut. Oleh karena selama individu tersebut

memiliki semangat untuk hidup serta melakukan kegiatan-

kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia

meskipun usia telah lanjut.

6. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Ericson, kesiapan lansia untuk beradptasi atau

menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut

dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.

Apabila sesorang pada tahap tumbuh kembang sebelum

melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta

Page 26: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

26

membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya,

maka pada usia lanjut ia akan tetap melakuakan kegiatan yang biasa

ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga,

mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain.

7. Peran Keluarga Dalam Merawat Lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Peranan keluaraga dalam

perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia,

mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi

perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan

memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.

Brown (1989), memandang mutual naturance sebagai suatu

fenomena spiral, karena setiap anggota menerima kasih sayang dan

perhatian dari anggota lain dalam keluarga, sehingga kepastiannya

untuk memberi kepada anggotalain meningkat. Dengan demikian,

akan timbul adanya sikap saling mendukung dan kehangatan

emosional. Konsep kunci disini adalah Mutualitas dan reproksitas.

Friedman, 1988 mengidentufikasi lima fungsi dasar keluarga,

diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,

fungsi ekonomi, dan fungsi perwatan keluarga.

Page 27: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

27

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhankebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi

afektif tampak melalui keluarga yang bahagia dan gembira.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga diantaranya adalah

memelihara saling mengasuh (mutual naturance), keseimbangan

saling menghargai, pertalian dan identifikasi, keterpisahan dan

keterpaduan.

b. Fungsi Sosialisasi (The Socialization Function)

Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan

kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung

seumur hidup, dimana individu secara kontinu mengubah perilaku

mereka sebagai respon yang terpola secara sosial yang mereka

alami. Ini termasuk internalisasi satu set norma-norma dan nilai-

nilai yang cocok bagi rmaja berusia 14 tahun, pergantian berusia

berumur 20 tahun, orangtua yang brusia 24 tahun, kakek atau

nenek yang berusia 50 taun, juga orang telah pensiun dalam usia

65 tahun.

Sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah

komunitas tertentu atau kelompok dimana manusia, berdasarkan

sifat keturunananya, melalui pengalaman-pengalaman diperoleh

selama hidup, mereka memperoleh karakteristik yang terpola

Page 28: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

28

secara sosial. Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan

atau perubahan yang dialami oleh individu sebagai hasil dari

interksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial. Keluarga

merupakan tempat individu melakukan sosialisasi. Pada setiap

tahap perkembangan keluarga dan individu (anggota keluarga)

dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujutkan dalam

sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,

serta perilaku melalui hubungan dan interksi dalam keluarga,

sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan

adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit

terkontrol. Disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan,

atau diluar ikatan perkawinan, sehingga lahirlah keluarga baru

dangen satu orang tua.

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makanan,

pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerluakan sumber

keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang berada di

bawah garis kemiskinan.

Page 29: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

29

e. Fungsi Perawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan

Bagi para profesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan

kesehatan merupakan pertimbangan

8. Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia12

a. Melakukan pembicaraan terarah

b. Mempertahankan kehangatan keluarga, menyediakan waktu untuk

mendengarkan keluh kesahnya.

c. Membantu melaksanakan persiapan makan bagi lansia

d. Membantu dalam hal transportasi

e. Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan

f. Memberikan kasih sayang dan perhatian, menghormati dan

menghargai, jangan menganggap sebagai beban

Partisipasi merupakan keikut sertaan seseorang atau keterlibatan

seseorang (individu atau waraga masyarakat) dalam suatu kegiatan

tertentu. Keikut sertaan atau ketrlibatan yang dimaksud disini bukanlah

bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh

karena itu partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikut sertaan

seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian

dalam kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya. 17

1. Elemen-Elemen Partisipasi masyarakat

Page 30: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

30

Elemen-elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Motivasi

Persyaratan utama masyarakat untuk berpartisipasi adalah

motivasi. Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi

disegala program. Untuk itu maka pendidikan kesehatan sangat

diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.

b) Komunikasi

Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat

menyampaikan pesan, ide, dan informasi masyarakat.

c) Koperasi

Sama dengan instansi-instansi diluar kesehatan masyarakat

dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adalah

Time Work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan

partisipasi.

d) Mobilisasi

Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas

pada tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat

dimulai seawall mungkin sampai ke akhir mungkin, dari identifikasi

masalah, menentukan prioritas, perencanaan program,

pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program.

C. Tinjauan tentang Posyandu Lansia

Page 31: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

31

1. Definisi Posyandu Lansia

Menurt Departemen Kesehatan (2006) Posyandu adalah salah

satu bentuk Upaya Kesehatan Yang Bersumber Daya Masyarakat

(UKMB) yang dikelola diaselenggarakan dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan

memberi kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan

dasar.16

Posyandu adalah suatu wadah alih teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan

oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan

dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan,

yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya

manusia sejak dini. Posyandu adalah forum yang menjembatani ahli

teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang

profesional pada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat.5

Berdasarkan pada keputusan bersama antara mentri dalam

negeri, menteri kesehatan dan BKKBN melalui surat keputusan

bersama: dengan No 23 tahun 1985, 21/Men.Kes/Ins.B./IV 1985,

dan112/HK-011/A1985 tentang penyelenggaraan posyandu, yaitu:

a) Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk

menyelenggarakan posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK.

Page 32: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

32

b) Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan

fungsi posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat

dalam program-program pembangunan masyarakat desa.

c) Meningkatkan peran fungsi LKMD dan PKK dengan

mengutamakan peran kader. 5

Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia

lanjut yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usia lanjut yang

menitik beratkan pada pelayanan prefentif dan promotif tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitaif. Kegiatannya adalah

pemeriksaan kesehatan secara berkala peningkatan, peningkatan

olah raga, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman

agama, dan pengelolaan dana sehat.11

2. Tujuan Pembentukan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia adalah :11

a. Tujuan Umum

1) Meningkatkan derajat kesehatan dan mutunpelayanan

kesehatan usia lanjut dimasyarakat, untuk mencapai masa tua

yang bahagia dan berguna bagi keluarga.

2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta

masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping

meningkatkan komunikasi antar masyarakat usia lanjut.

Page 33: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

33

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan kesadaran pada lansia

2) Membina kesehatan dirinya sendiri

3) Meningkatkan mutu kesehatan lansia

4) Meningkatkan pelayanan lansia

3. Kegiatan Posyandu Lansia

Kegiatan posyandu lansia dalam kesehatan, misalnya

penyuluhan perbaikan dan meningkatkan kesehatan gizi usia lanjut

dalam upaya meningkatkan kesegaran jasmani.11

Dana untuk membiayai kegiatan posyandu dihimpun dari dan

digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah

kabupaten/kota, propinsi dan pemerintah pusat, serta sumbangan swasta

dan donor lainnya, baik domestik maupun internasional. 5

Kegiatan posyandu tersebut telah di bedakan dalam bentuk

upaya pelayanan yaitu :

a. Promotif

Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan

perilaku hidup sehat gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan

kesegaran jasmani.

b. Preventif

Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya

penyakit dengan menggunakan KMS lansia.

Page 34: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

34

c. Kuratif

Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia.

d. Rehabilitatif

Yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada

lansia.

4. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Dalam pelayanan posyandu lansia menggunakan sistem

pelayanan tiga meja antaralain:11

a. Meja I pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat

badan dan tinggi badan.

b. Meja II melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, dan

indeks masa tubuh (IMT).

c. Meja III melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling dan

pelayanan pojok gizi.

D. Tinjauan tentang Keaktifan Lansia

1. Definisi Keaktifan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktif berarti giat

(bekerja, berusaha)15. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik

maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian

yang tidak dapat dipisahkan (sardiman,2001:98). Aktifitas fisik

adalah giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain

maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat

Page 35: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

35

atau hanya pasif. Aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya

bekerja sebanyak-banyaknya.16

Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain

adalah untuk mengotrol kesehatan mereka sendiri. Mereka aktif

dalam kegiatan fisik maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk

menghadiri dan mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia.16

2. Peran Aktif Lansia

Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan

kesehatandengan cara:11

a. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan

b. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan

c. Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala

d. Menjalani pengobatan

e. Meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan

pribadi

E. Tinjauan Klusus tentang Hubungan Dukungan Keluaraga dengan

Keaktifan Lansia dalam Kegiatan Posyandu Lansia

Dukugan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap

positif yang di berikan keluarga pada salah satu anggota keluarga.

Page 36: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

36

Dukungan keluarga sangat diperlukan lansia . Menurut Friedman (1998)

dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan

antaralain dukungan infirmasional, dukungan penilaian, dukungan

instrumental, dukungan emosional17.

Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah

untuk mengotrol kesehatan mereka sendiri. Mereka aktif dalam kegiatan

fisik maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan

mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia.16

Menurut Gottlieb, dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi

verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang yang akarab dengan subyek di lingkungan sosialnya

atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat member keuntungan

emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.18

Dana untuk membiayai kegiatan posyandu dihimpun dari dan

digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah

kabupaten/kota, propinsi dan pemerintah pusat, serta sumbangan swasta

dan donor lainnya, baik domestik maupun internasional. 5

Partisipasi keluarga dalam kegiatan posyandu terbukti memberikan

kontribusi yang besar terhadap peningkatan kesehatan lansia.

Pernyataan ini didukung dengan asumsi bahwa posyandu merupakan

Page 37: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

37

salah satu pendekatan yang tepat untuk meningkatkan status kesehatan

lansia itu sendiri. 17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori yang telah di uraikan pada tinjauan

pustaka serta masalah penelitian dengan menggunakan beberapa

variable sebagai berikut.:

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

Dukungan Keluarga

Keaktifan lansia

diposyandu lansia

Page 38: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

38

: variabel Dependen

: Variabel Indepnden

B. Definisi Operasional

No

Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Kriteria Objektif Skala

1.

Independen

Dukungan

Keluarga

Dukungan keluaga

adalah segala

bentuk tindakan

yang dilakukan

keluarga pada

lansia yang tinggal

serumah dalam

mengikuti kegiatan

posyandu.

Baik : apabila

memperoleh skor

≥10

Kurang : apabila

memperoleh skor

< 10

Ordinal

2.

Dependen

Keaktifan Lansia

Dalam Mengikuti

Kegiatan

Posyandu Lansia

Keaktifan lansia

dalam kegiatan

posyandu lansia

adalah keaktifan

dalam kegiatan

fisik maupun

mental yang dapat

dilihat dari

usahanya untuk

menghadiri dan

Aktif : apabila skor

≥ 5

Kurang aktif :

apabila skor < 5

Ordinal

Page 39: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

39

mengikuti setiap

kegiatan posyandu

lansia.

C. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini digunakan adalah deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectitional, dengan tujuannya untuk melihat hubungan

Dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu lansia. Pengumpulan data baik variable independen maupun

dependen dilakukan secara bersamaan.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014.

2. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Dahlia.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang

diteliti, populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah lansia di

atas 60 tahun di Posyandu Pindu V Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia

RT 03 RW 05 kelurahan tamarunang kecamatan mariso kota

Makassar dengan jumlah lansia umur diatas 60 tahun sebanyak 80

orang.

2. Sampel

Page 40: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

40

Sampel adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti dan di

anggap mewakili seluruh populasi yang berdasarkan penelitian.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah non

probability sampling dengan metode total sampling jumlah responden

sebanyak 80 orang.

F. Instrument penelitian

Alat pengumpulan data dirancang oleh peneliti sesuai dengan

kerangka konsep yang telah dibuat. Instrumen yang digunakan adalah

lembar kuesioner dan observasi.

G. Alat dan Bahan penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner

yang terdiri dari :

1. Kuesioner tentang biodata responden yang terdiri dari nama, umur,

dan pendidikan responden.

2. Kuesioner tentang dukungan keluarga yang terdiri dari 16 item

pertanyaan dengan menggunakan skala liker, dimana setiap

pertanyaan dinilai dengan kriteria.

3. Kuesioner tentang keaktifan yang terdiri dari 20 item pertanyaan

dengan menggunakan skala likert, dimana setiap pertanyaan dinilai

dengan kriteria

H. Pengumpulan Data

1. Data primer

Page 41: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

41

Untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara

memberikan kuesioner dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian.

b. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka peneliti

mengajukan surat persetujuan untuk ditanda tangani pada lembar

persetujuan.

c. Jika responden telah menyatakan bersedia, maka kuesioner

diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih

dahulu tentang cara pengisian kuesioner.

d. Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, selanjutnya

dikumpulkan dan dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak puskesmas setempat, kader

posyandu Lansia dan dari literature.

I. Pengolahan Data

1. Editing

Setelah data terkumpul maka dilakukan editing atau

penyuntingan data, lalu data dikelompokkan sesuai kriteria.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu lewat

memberikan simbol-simbol atau kode dari setiap jawaban responden.

Page 42: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

42

3. Tabulasi

Setelah dilakukan pengkodean kemudian data dimasukkan

kedalam tabel untuk memudahkan penganalisaan data.

4. Analisa Data

Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel, selanjutnya

data dianalisa.

a. Analisa Univariat

Membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase dari

masing-masing variabel.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara

variable tentang dukunga keluarga dengan tingkat kecemasan

pada pasien infeksi saluran kemih, maka data yang diperoleh

dengan observasi dan wawancara dengan menggunakan uji

statistic Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05. Adapun

rumus Chi-Square yang digunakan adalah:

x2=∑ (01−E1)2

E1

Keterangan :

X2=Uji Chi-Square

Page 43: Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar

43

01 = frekuensi observasional

E1 = frekuensi ekspektasi

∑ = jumlah data

J. Etika Penelitisan

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Kepada responden dijelaskan

tentang manfaat dan resiko penelitian yang mungkin muncul. Bila

subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan

tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya

melaporkan data tertentu sebagai hasil