hubungan involusi dengan menyusui

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Involusi uteri II.1.1. Pengertian Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, invousi peurperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur yang lain hanya dianggap sebagai perubahan peurperium. Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus. II.1.2. Proses involusi uteri Pada akhir kala III persalin, uterus berada di garis tengah setinggi umbilikus dengan berat 1000gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa kehamilan. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel sel otot dan hipertropi otot. Pada masa post partum penurunan kadar hormon hormon ini 2

Upload: pandu-mahesa

Post on 10-Nov-2015

357 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

referat obyn

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Involusi uteriII.1.1. PengertianInvolusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, invousi peurperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur yang lain hanya dianggap sebagai perubahan peurperium. Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus.

II.1.2. Proses involusi uteriPada akhir kala III persalin, uterus berada di garis tengah setinggi umbilikus dengan berat 1000gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa kehamilan. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel sel otot dan hipertropi otot. Pada masa post partum penurunan kadar hormon hormon ini menyebabkan autolisis. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : AutolisisAutolsis merupakan proses penghancuran diri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri hingga tertinggal jaringan fibroelastik. Atrofi jaringanJaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah beasr, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. Efek oksitosin ( kontraksi )Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat besar/ hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjagai dan mempertahankan kontraksi uterus pada masi ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskular segera setelah bayi lahir. Pemberian ASI setelah bayi lahir akan merangangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.

Faktor faktor yang mempengaruhi involusi uterus yaitu :1. Senam nifas2. Mobilisasi dini post partum3. Menyusui dini4. Gizi ibu5. Faktor psikologis6. Faktor usia7. Faktor paritas

Tabel 1. Perubahan normal pada uterus selama post partum

Gambar 1. Tinggi fundus uteri masa nifas

Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terhambat, bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum hemorrhage. Ciri ciri subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus, uterus teraba lunak dan kontraksinya buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvis yang persisten, perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar, lochea rubra banyak, persisten dan berbau busuk.

II.2 Anatomi dan Fisiologi LaktasiII.2.1 Anatomi PayudaraKelenjar Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gram.

Ada tiga bagian payudara, yaitu:1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar1. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah1. Papilla, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada setiap payudara.Dari alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemungkinan beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (dukutus lakti ferus). Dibawah areola saluran yang besar melebar, disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya semua memusat ke dalam papilla yang bermuara ke luar. Di dalam dnding alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau dot ke dalam bayi. Kadang dapat terjadi bayi tidak bisa menyusui dengan baik.Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangat penting untuk refleks menyusui. Bila puting dihisap, terjadilah rangsangan saraf yang diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan pengeluaran ASI.Tunas/cikal payudara telah ada sejak lahir pada kedua jenis kelamin, namun menetap hingga awal pubertas, saat pertumbuhan dirangsang oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada wanita. Sistem duktus berploriferasi dan payudara menjadi matang. Kematangan ini berlangsung terus dengan adanya stimulasi dari awal siklus menstruasi hingga usia 25 tahun. Ketika pertumbuhan telah stabil, proliferasi lebih lanjut tidak terjadi hingga adanya kehamilan.

II.2.2 Fisiologi LaktasiLaktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari air susu diproduksi hingga proses bayi menghisap dan menelan air susu. Estrogen dan progesterone ada dalam jumlah besar selama kehamilan. Kadar estrogen yang tinggi menginhibisi pengikatan prolaktin dalam jaringan payudara sehingga air susu tidak diproduksi. Setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesterone menurun tajam dan prolaktin merangsang alveoli mammae untuk memproduksi air susu. Pada proses laktasi terdapat dua refleks yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex).Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hiposfisis, sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi; refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

1. Refleks prolaktinSeperti telah dijelaskan di muka, dalam kelenjar puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluatkan hormone prolaktin. Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI tingkat alveoli. Dengan demikian mudah dipahami bahwa semakin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI.

1. Refleks aliran (let down reflex)Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai kelenjar hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu penyusuan, tetapi juga berakibat mudah terkena infeksi.Oksitosin juga memacu kontraksi otot uterus sehingga involusi uterus makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk kembalinya uterus ke bentuk semula.

Gambar 2. Skema Fisiologi Laktasi

Faktor faktor yang mempengaruhi menyusui diantaranya :Kondisi ibu baik fisik setelah melahirkan oleh karena faktir kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis suplai ASI dan penurunan refleks secara psikologis. Ketenangan jiwa dan pikiran akan meningkatkan produksi ASI yang baik. Faktor anatomis payudara, bila jumlah lobus lactiferus berkurang maka produksi Asi pun berkurang karena pengaruh dari sel acini yang berkurang.Faktor fisiologi dipengaruhi hormon prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi ASI.II.3 Efektivitas Menyusui Terhadap Involusi UterusInisiasi menyusui dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus karena saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus sehingga mengurangi perdarahan.Fundus uterus terletak di dekat umbilikus saat 24 jam setelah melahirkan. Setelah 1 minggu terdapat di pertengahan umbilikus dengan simfisis pubis dan tidak teraba setelah 2 minggu postpartum serta mencapai ukuran seperti ukuran sebelum hamil setelah 6-8minggu postpartum. Setelah melahirkan berat uterus sekitar 1000 gram dan 6-8minggu 60 gram. Hal tersebut di pengaruhi oleh paritas, cara persalinan (uterus post SC lebih besar) dan waktu menyusui.Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan di indonesia mengenai efektivitas menyusui terutama IMD pada involusi uterus yang dilakukan di klinik Alisa Ponorogo jawa timur, RSIA Aura Syifa Kediri dan puskesmas sidorejo kota Salatiga sehingga dapat disimpulkan bahwa involusi uterus pada ibu yang menyusui bayi nya lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak menyusui. Serta dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa menyusui dini setelah persalinan plasenta lebih sedikit kehilangan darah daripada menyusui 2 jam atau lebih setelah persalinan.9