identifikasi jenis lalat pada tempat pembuangan sampah …
TRANSCRIPT
i
IDENTIFIKASI JENIS LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN
SAMPAH DI KAWASAN PASAR RENTENG DAN POTENSINYA
SEBAGAI KAJIAN MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN
OLEH :
AISAH LAILI
NIM : 151.125.071
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2017
ii
IDENTIFIKASI JENIS LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN
SAMPAH DI KAWASAN PASAR RENTENG DAN POTENSINYA
SEBAGAI KAJIAN MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN
Skripsi
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
AISAH LAILI
NIM : 151.125.071
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2017
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi Aisah Laili, NIM. 151.125.071 yang Berjudul ’’Identifikasi Jenis
Lalat Pada Tempat Pembuangan Sampah di Kawasan Pasar Renteng Dan
Potensinya Sebagai Kajian Mata Kuliah Ekologi Hewan’’ telah memenuhi syarat
dan disetujui untuk di munaqasyah-kan. Disetujui pada tanggal 10 Desember
2016
Di Bawah Bimbingan :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Dr. Ir. Edi M. Jayadi, M.P) (Lutvia Krismayanti, M. Kes)
NIP. 196712312003121008 NIP. 198401142009122002
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Munaqasyah
Mataram, 10 Desember 2016
Kepada
Yth. Rektor IAIN Mataram
di_
Mataram
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing dan
pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Aisah Laili, NIM.
151.125.071 yang berjudul “Identifikasi Jenis Lalat Pada Tempat Pembuangan
Sampah di Kawasan Pasar Renteng Dan Potensinya Sebagai Kajian Mata Kuliah
Ekologi Hewan” telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah
skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Dr. Ir. Edi M. Jayadi, M.P) (Lutvia Krismayanti, M. Kes)
NIP. 196712312003121008 NIP. 198401142009122002
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aisah Laili
Nim : 151.125.071
Jurusan : Pendidikan IPA Biologi
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Instansi : IAIN Mataram
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Identifikasi Jenis
Lalat Pada Tempat Pembuangan Sampah di Kawasan Pasar Renteng Dan
Potensinya Sebagai Kajian Mata Kuliah Ekologi Hewan” ini secara keseluruhan
adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.
Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap
dianulir gelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IAIN
Mataram.
Mataram, 10 Desember 2016
Saya yang menyatakan,
Aisah Laili
NIM.151125071
vii
MOTTO :
Artinya :
Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah!
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan
seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat
itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali
dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.1
1 Al-Qur’an, surat al-hajj ayat 73
viii
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Allah SWT. terima kasih karena kepadanya tempatku selalu memohon dan
meminta petunjuk.
2. Kedua orang tuaku tercinta (Serinata dan Raisah) yeng telah banyak
memberikanku dukungan dan motivasi serta telah bersusah payah dan tak
henti-hentinya mendo’akan untuk kesuksesan dan keberhasilanku
sepenuhnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan
hasil karya tulis ini sebagai kado terindah.
3. Saudara-saudaraku tercinta (Sarinawati dan Ramli Ahmad) terima kasih
telah menjadi kakak yang baik untukku dan terima kasih atas motivasi dan
dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Keluarga besarku terima kasih telah mendukungku serta memberikanku
dukungan dan motivasi selama ini.
5. Sahabat-sahabatku tersayang (Desi Aini, Baiq Erni Suharni, Donna
Dorothy Viviana, Rina Dara Utami, Lian Mei Ningsih dan Baiq Mujaitun)
serta teman-teman seperjuangan “Biologi Angkatan 2012” khususnya
teman-teman kelas B yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, kejarlah
semua impian, masa-masa perkuliahan yang sulit maupun indah telah kita
lalui bersama.
6. Keponaanku (Tirtawati dan Baiq Dewi Sri Anjani) dan Adik kosku
(Rabiatun Hadawiyah) terima kasih telah memberikanku masukan dan
inspirasi serta memotivasiku untuk selalu berjuang dalam penyusunan
ix
skripsiku ini, semoga tercatat sebagai amal ibadah. Amin ya
robbalalamin.
7. Almamaterku tercinta IAIN Mataram.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
taufik, rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada tauladan kita
nabi Muhammad SAW. yang membawa cahaya kehidupan, pejuang kebenaran
dan penegak keadilan, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya serta orang-orang
yang mengikuti petunjuknyan sampai akhir zaman.
Penulis menyadari penuh bahwa dalam melaksanakan penyusunan
proposal ini tidak akan diselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Edi M. Jayadi, M.P, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Lutvia
Krismayanti, M.Kes selaku pembimbing II, yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak mengajarkan penulis selama
menimba ilmu di IAIN Mataram, khususnya di Jurusan Pendidikan IPA
Biologi. Semua ekspresi yang ada pada diri kalian telah menjadikan
penulis menjadi orang yang selalu ingin memperluas ilmu dan menanmbah
ilmu pengetahuan.
3. Bapak Dr. H. Mutawalli, M.Ag. selaku Rektor IAIN Mataram.
4. Ibu Dwi Wahyudiati, M.Pd dan bapak Alwan Mahsul, M.Pd selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ipa Biologi IAIN Mataram.
xi
5. Ibu Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Imu Tarbiyah Dan
Keguruan IAIN Mataram.
6. Semua pihak yang telah berperan serta membantu peneliti menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Kepada semua pihak tersebut, semoga tercatat sebagai amal ibadah dan
mendapat ridho balasan dari Allah SWT. amin ya robbalalamin.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun guna memperbaiki kesalahan yang ada. Semoga dengan adanya hasil
karya penulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Mataram, 10 Desember 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN NOTA DINAS ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
ABSTRAK .............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Konteks Penelitian .................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian .................................................. 6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ....................................... 7
E. Telaah Pustaka ........................................................................... 8
F. Kajian Pustaka .......................................................................... 10
G. Metode Penelitian..................................................................... 31
xiii
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ............................................ 44
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 44
B. Jenis-jenis Lalat yang Ada Pada TPS Pasar Renteng............... 49
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 53
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 53
B. Pembahasaan ........................................................................... 58
C. Kajian Mata Kuliah Ekologi Hewan Terhadap Jenis
Lalat yang ada di TPS ............................................................. 62
BAB IV PENUTUP……………………………………………………..64
A. Simpulan……………………………………………………..64
B. Saran…………………………………………………………65
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...65
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………...67
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 : Keadaan Sarana dan Prasarana Pasar Renteng .............................................. 47
2.2 : Data Hasil Penangkapan Jenis dan Jumlah Lalat Menggunakan Perekat ...... 50
2.3 : Hasil Pengamatan Jenis dan Jumlah Lalat Dengan Metode
Secara Langsung ............................................................................................ 50
2.4 : Hasil Pada Tahap Eksplorasi.......................................................................... 51
2.5 : Data Hasil Jenis Lalat di Tempat Pembuangan Sampah di Pasar Renteng .. 51
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Struktur Organisasi Pasar Renteng................................................................... 49
3.1 Lalat Rumah (Musca domestica) ..................................................................... 58
3.2 Lalat Hijau (Crysomya megacephala) ............................................................. 59
3.3 Lalat Daging (Sarcophaga sp) ......................................................................... 60
3.4 Lalat Kecil (Fannia sp) .................................................................................... 60
3.5 Siklus Hidup Lalat............................................................................................ 61
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Dokumentasi Hasil Penelitian .................................................. 67
Lampiran 2 : Data Analisis Hasil Penelitian .......................................................... 78
Lampiran 3 : Foto Kopi Surat Ijin Penelitian dari Akademik ................................ 80
Lampiran 4 : Foto Kopi Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Lombok Tengah ... 81
Lampiran 5 : Kartu Konsultasi Pembimbing I ....................................................... 82
Lampiran 6 : Kartu Konsultasi Pembimbing II ...................................................... 83
xvii
IDENTIFIKASI JENIS LALAT PADA TEMPAT PEMBUANGAN
SAMPAH DI KAWASAN PASAR RENTENG DAN POTENSINYA
SEBAGAI KAJIAN MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN
Oleh
Aisah Laili
Nim : 15.1.12.5.071
ABSTRAK
Serangga merupakan salah satu hewan yang paling sukses di dunia dan
menempati berbagai bentuk habitat, yaitu air, tanah, udara, tetumbuhan, rumah,
manusia, hewan, dan berbagai habitat lainnya. Salah satu jenis serangga yang
seringkali kita temukan adalah lalat. Lalat merupakan salah satu insekta
(serangga) termasuk dalam ordo diptera yang mempunyai sepasang sayap
berbentuk membrane. Lalat banyak terdapat di berbagai habitat, salah satu habitat
lalat yang cukup disukai adalah pada tempat pembuangan sampah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis lalat yang ada pada Tempat
Pembuangan Sampah di Kawasan Pasar Renteng dan untuk mengetahui potensi
penelitian ini yang dapat dijadikan sebagai kajian Mata Kuliah Ekologi Hewan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif eksploratif
dalam penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah dokumentasi,
observasi dan wawancara. Hasil penelitian seperti jenis-jenis lalat yang ada pada
tempat pembuangan sampah (TPS) di kawasan Pasar Renteng antara lain : lalat
rumah (Musca domestica), lalat daging (Sarcophaga sp), lalat hijau (Crysomya
megacephala), dan lalat kecil (Fannia sp).
Kata Kunci : Jenis lalat, tempat pembuangan sampah.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Serangga merupakan salah satu hewan yang paling sukses di dunia
dan menempati berbagai bentuk habitat, yaitu air, tanah, udara,
tetumbuhan, rumah, manusia, hewan, dan berbagai habitat lainnya.
Mereka hidup dengan memakan bahan keras seperti kayu, menghisap
cairan tanaman, mengisap darah manusia dan hewan, atau menyerap
berbagai bentuk makanan lainnya. Serangga dapat hidup berasosiasi
dengan hewan lain dan tanaman yang lain, baik saling menguntungkan
untuk keduanya atau sebagai parasit yang merugikan yang lain.2 Salah satu
jenis serangga yang dapat mengganggu kesehatan manusia adalah
serangga lalat.
Lalat adalah binatang yang mudah kita temukan di sekitar kita.
Dari jenis yang ada, lalat rumah adalah jenis yang paling banyak dijumpai.
Lalat tersebut dapat menyebarkan berbagai jenis penyakit seperti kholera,
diare, desentry, thypus, dan TBC, karena lalat merupakan media berbagai
kuman penyakit (carier patogen) mulai bakteri pathogen bahkan virus
penyebab berbagai penyakit.3
Adapun jenis-jenis dari lalat adalah seperti lalat rumah (Musca
Domestica), lalat hijau (Chrysomya megacephala), lalat buah, lalat
2 Dantje T. sembel, Entomologi Kedokteran (Yogyakarta: ANDI, 2009), h.2-3.
3 Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga, (Malang:UIN Malang Press, 2008), h.51.
2
kandang, lalat tse-tse dan berbagai macam jenis lalat yang lainnya. Dari
jenis yang ada, lalat rumah (Musca Domestica) adalah jenis lalat yang
paling banyak dijumpai.
Lalat di samping sebagai pembawa penyakit juga merupakan
binatang pengganggu. Kerumunan lalat akan menambah beban dalam
kehidupan sehari-hari. Lalat mengganggu orang pada saat bekerja maupun
di waktu senggang untuk beristirahat. Lalat mempunyai pengaruh
psikologis yang tidak hanya berperan sebagai pengganggu, tetapi juga
kehadirannya merupakan salah satu tanda bagi kondisi yang tidak sehat.
Lalat mempunyai kebiasaan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
yaitu hinggap dan mengeluarkan cairan perutnya selama makan dapat
merupakan faktor terkontaminasinya makanan. Jadi, tidak mengherankan
apabila banyak orang sakit karena makanan yang mereka makan
terkontaminasi oleh kuman yang dibawa lalat.
Kehidupan lalat yang dengan mudah dapat kita temukan adalah di
tempat-tempat kotor, seperti tempat yang paling banyak disukai lalat
diantaranya adalah tempat-tempat pembuangan sampah, kotoran-kotoran
yang berasal dari saluran air yang meluap, tumpukan feses yang dibuang
sembarangan, kakus dan tempat-tempat kotor lainnya. Salah satu tempat
yang dapat dijadikan sebagai lokasi untuk melakukan suatu penelitian
tentang berbagai jenis lalat adalah pasar, karena pasar mempunyai banyak
tempat pembuangan sampah yang dapat menimbulkan bau yang tak sedap
3
yang dapat mengundang lalat untuk hinggap, sehingga sangat bagus
dijadikan sebagai tempat untuk melakukan penelitian.
Relung ekologi sesuatu (individu, populasi) hewan adalah status
fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempatinya sehubungan dengan
adaptasi-adaptasi fisiologis, struktural dan pola perilakunya. Hewan-
hewan, seperti sekalian organisme lainnya dapat lulus hidup, tumbuh,
berkembangbiak dan menjaga keberlangsungan hidup populasinya hanya
dalam batas-batas kisaran kondisi faktor-faktor biotik dan ketersediaan
sumber daya tertentu saja. Batas-batas itu yang tiada lain adalah adaptasi-
adaptasi fisiologinya, strukturalnya serta perilakunya.
Konsep relung ekologi penting untuk digunakan sebagai dasar
acuan memahami dan mengatasi masalah kondisi dan sumber daya yang
membatasi atau secara potensial membatasi suatu populasi hewan. Dari
uraian tersebut di atas tampak bahwa aspek relung ekologi yang
menyangkut dimensi sumber daya, khususnya yang bersifat vital untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan seperti makanan dan situs (ruang)
berbiak, dari atau lebih spesies perlu terpisah agar spesies-spesies itu dapat
berkoeksistensi. Pemisahan relung tersebut, yang juga menyangkut aspek
waktu aktif, mungkin saja tidak sempurnna, sehingga masih terjadi
keselingkupan parsial.
Setiap organisme dalam suatu ekosistem menghadapi tantangan
kemampuan untuk bertahan dengan cara berbeda. relung satu organisme
4
adalah penjumlahan sumber-sumber daya lingkungannya yang itu gunakan
untuk menunjang hidup.
Sebuah relung bisa menggambarkan kaitan utilisasi (penggunaan)
ruang atau spasial, konsumsi makanan, kisaran temperature, syarat-syarat
yang sesuai untuk reproduksi (kawin), kelembaban, dan faktor-faktor lain.
Relung tidak sama dengan habitat, tempat dimana satu organisme
tinggal/hidup. Habitat adalah suatu tempat, sedangkan relung adalah suatu
pola hidup.4
Adapun dari hasil observasi di kawasan Pasar Renteng pada
tanggal 2 Maret, bahwa kenyataan yang terjadi di lapangan manajemen
pengelolaan pasar serta sarana dan prasarana pendukung tersebut belum
tercapai dengan baik. Alasan lainnya adalah karena di Pasar Renteng
tersebut banyak sampah yang berserakkan. Itu semua karena para
pedagang membuang bekas-bekas barang penjualannya secara
sembarangan seperti buah, sayur-sayuran, makanan bekas, dan lain-lain.5
Hal inilah yang dapat menjadi salah satu faktor lalat untuk menjadikan
habitat hidupnya di sekitar pasar tersebut, karna beberapa tempat yang
menjadi habitat bagi lalat, khususnya yang berhubungan langsung dengan
kehidupan manusia adalah pada tempat pembuangan sampah yang terdapat
berbagai macam jenis sampah, baik itu sisa-sisa makanan, buah-buahan
4 Sukarsono, Pengantar Ekologi Hewan (Malang: UMM press, 2009), h.74-75. 5 Hasil observasi, tanggal 02 Maret 2016
5
yang sudah membusuk, dan berbagai macam sampah yang ada ditempat
pembuangan sampah tersebut.
Mengidentifikasi jenis-jenis lalat merupakan salah satu ilmu yang
diterapkan pada mata kuliah Ekologi hewan. Ekologi hewan merupakan
salah satu cabang ilmu biologi yang dipelajari dalam bangku perkuliahan,
yang terdiri dari 3 SKS, dimana 2 SKS hanya mempelajari teorinya saja
sedangkan 1 SKS lagi mahasiswa secara langsung terjun ke lapangan
untuk mempraktikkannya, karena pada dasarnya ilmu Ekologi tidak hanya
harus mempelajari teorinya saja, melainkan harus melakukan pengamatan
secara langsung tentang teori yang sudah dipelajari sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menjadikan Pasar
Renteng sebagai salah satu lokasi atau tempat penelitian untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul identifikasi Jenis-jenis Lalat Pada
Tempat Pembuangan Sampah di kawasan pasar Renteng.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Apa saja jenis-jenis lalat yang ada pada Tempat Pembuangan Sampah
di Kawasan Pasar Renteng?
b. Apakah hasil penelitian ini berpotensi untuk dijadikan sebagai kajian
mata kuliah Ekologi Hewan?
6
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui jenis-jenis lalat yang ada pada Tempat
Pembuangan Sampah di Kawasan Pasar Renteng.
b. Untuk mengetahui potensi penelitian ini yang dapat dijadikan
sebagai kajian Mata Kuliah Ekologi Hewan.
2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
1. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat
memperoleh informasi mengenai jenis-jenis lalat yang ada pada
tempat pembuangan sampah di kawasan pasar Renteng sebagai
kajian mata kuliah Ekologi Hewan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat guna menambah
wawasan dan pengetahuan keilmuan dalam pendidikan yang
berkaitan dengan serangga khususnya pada lalat.
b. Manfaat praktis
1. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan kajian dan referensi pada mata
kuliah Ekologi Hewan.
2. Dengan data dari hasil penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan serta pengalaman baru bagi peneliti
untuk dijadikan sebagai studi banding pada penelitian berikut
ke depannya.
7
3. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat merangsang
peneliti selanjutnya untuk mengangkat masalah yang berkaitan
dengan penelitian ini.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian merupakan keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan yang matang tentang hal-hal yang dilakukan
serta yang dapat pula dijadikan sebagai dasar penelitian, baik oleh
penelitian itu sendiri maupun orang lain terhadap penelitian dan
bertujuan memberikan pertanggungjawaban terhadap langkah yang
diambil.
Terkait dengan ruang lingkup penelitian, maka peneliti
memberikan batasan khusus pada penelitian ini dengan tujuan untuk
membatasi peneliti yang akan dibahas guna memperlancar waktu
proses pelaksanaan penelitian.
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah
tempat pembuangan sampah yang ada di sekitar pasar Renteng
kecamatan Praya.
b. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah identifikasi jenis lalat pada
tempat pembuangan sampah sebagai kajian mata kuliah ekologi
hewan.
8
c. Setting Penelitian
Setting penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Pasar
Renteng. Karena peneliti sudah melakukan observasi lokasi
penelitian yakni pasar Renteng yang terdapat di sekelilingya adalah
tempat pembuangan sampah yang berserakkan sehingga banyak
dihinggapi oleh berbagai jenis lalat.
E. Telaah Pustaka
1. Edi Subaidi : Identifikasi Serangga Pada Tempat Pembuangan Sampah
(TPS) di Kawasan Pasar Kebon Roek Ampenan Sebagai Kajian Mata
Kuliah Ekologi Hewan Mahasiswa IAIN Mataram.6
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, maka
penulis menarik kesimpulan tentang penelitian ini sebagai berikut:
Jenis serangga yang terdapat di tempat pembuangan sampah di Pasar
Kebon Roek adalah berupa berbagai macam jenis serangga yang
hinggap di sampah tersebut, seperti lalat, nyamuk, dan lain sebagainya.
Terkait dengan penelitian ini, maka terdapat perbedaan yang
signifikan walaupun diantaranya terdapat persamaan dari segi
identifikasi. Karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti di atas
terkait dengan jenis serangga, tetapi penelitian yang akan peneliti
lakukan lebih terfokus pada penelitian tentang jenis lalat yang terdapat
6 Edi Subaidi, Identifikasi Serangga Pada Tempat Pembuangan Sampah
(TPS) di Kawasan Pasar Kebon Roek Ampenan Sebagai Kajian Mata Kuliah Ekologi
Hewan Mahasiswa IAIN Mataram (Skripsi, IAIN Mataram, 2012)
9
pada tempat pembuangan sampah yang dikaji sesuai dengan kajian
mata kuliah ekologi hewan.
2. Rohani : Identifikasi Hama Lalat Buah pada Lahan Kebun di Daerah
Sedau Lombok Barat dan Pengembangannya dalam Mata Kuliah
Entomologi.7
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, maka
penulis menarik kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut
: jenis lalat buah yang ada padalahan kebun di daerah sedau Lombok
barat.
Selanjutnya terkait dengan penelitian ini, maka terdapat sedikit
perbedaan walaupun diantaranya terdapat persamaan dari segi
identifikasi. Karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti di atas
terkait dengan jenis lalat yang lebih khusus yaitu jenis lalat buah, tetapi
penelitian yang akan peneliti lakukan lebih terfokus pada penelitian
tentang jenis lalat yang terdapat pada tempat pembuangan sampah
yang dikaji sesuai dengan kajian mata kuliah ekologi hewan.
Berdasarkan hasil temuan di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terkait hal tersebut di atas dengan mengambil
sampel pada tempat yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti tertarik
untuk mengambil sampel jenis lalat yang ada pada Pasar Renteng
Kecamatan Praya.
7 Rohani, Identifikasi Hama Lalat Buah pada Lahan Kebun di Daerah
Sedau Lombok Barat dan Pengembangannya dalam Mata Kuliah Entomologi
(Skripsi, IAIN Mataram, 2012)
10
F. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Identifikasi Lalat
a. Pengertian Identifikasi
Identifikasi berarti penentu atau penetapan identifikasi
hidup.8 Menurut sumber yang lainnya mengatakan identifikasi
merupakan proses pengenalan takson biologi dengan cara
membandingkan atau menyamakan dengan contoh yang ada
sebelumnya.9
Dari uraian kedua pendapat tentang definisi pengertian
identifikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi
merupakan suatu cara pengelompokkan jenis-jenis spesies tertentu
dengan cara membandingkan atau menyamakan dengan contoh
yang ada sebelumnya setelah adanya pengklasifikasian.
b. Pengertian lalat
Lalat merupakan binatang pengganggu, dan beberapa
spesies telah terbukti menjadi penular (vektor) penyakit.
Keberadaan lalat di suatu tempat juga merupakan indikasi
kebersihan yang kurang baik. Entjang (1990) menyebutkan bahwa
dari 60.000 - i00.000 spesies lalat, beberapa diantaranya berbahaya
bagi kehidupan manusia karena menularkan penyakit. Spesies
penting dalam kesehatan masyarakat adalah Musca domestica
8 Tim Yayasan Pendidikan Haster, Kamus Besar Biologi (bandung: pionir jaya,
2000), h.132. 9 Tim Penyusun, Kamus Praktis Biologi (PT CG Time. 2009), h.195.
11
(lalat rumah), Stomoxys calcitrans (lalat kandang), Phaenicia sp
(lalat hijau), Sarcophaga sp (lalat daging), dan Fannia (lalat
kecil).10
Beberapa tempat yang menjadi habitat bagi lalat, khususnya
yang berhubungan langsung dengan kehidupan manusia adalah
pada tempat pembuangan sampah sementara ataupun akhir juga
pada tempat-tempat kotor/kumuh, kotoran hewan dan sisa-sisa
makanan. Pada tempat pembuangan akhir (TPA) tidak hanya fauna
lalat yang dapat ditemukan tetapi juga menjadi sumber berbagai
agen infeksi. Dengan demikian adanya populasi lalat-alat tertentu
[pada lokasi tersebut diperkirakan akan terkait dengan kejadian dan
penyebaran penyakit tertentu oleh agen infeksi yang berasal dari
TPA tersebut.
Tubuh lalat berbulu halus dan pada kakinya terdapat bulu-
bulu yang mengandung cairan semacam perekat sehingga berbagai
macam mikroorganisme (Salmonella thypi, Shigella Grup A) dan
telur cacing (Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis,
Trichiuris trichiura) mudah melekat. Mikroorganisme dan telur-
telur cacing yang melekat pada bulu-bulu lalat dapat masuk ke
tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang dihinggapi
10 Sayono, Pengaruh Posisi dan Warna Impregnated Cord Terhadap Jumlah
Lalat yang Terperangkap
12
lalat tersebut dan menyebabkan berbagai penyakit terutama
Gastrointeristis.11
Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh
manusia sehari-hari seperti gula, susu dan makanan lainnya,
kotoran manusia serta darah. Protein diperlukan untuk bertelur.
Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam
bentuk cair atau makanan yang basah, sedangkan makanan yang
kering yang dibasahi atau dicairkan oleh ludahnya terlebih dahulu
barn dihisap.12
c. Morfologi Serangga
Tubuh serangga dilindungi oleh rangka luar (eksoskeleton)
yang berfungsi untuk perlindungan (mencegah kehilangan air) dan
untuk kekuatan (bentuknya silindris). Rangka luar serangga sangat
kuat, tetapi tidak menghalangi pergerakkannya. Kelemahan dari
rangka tersebut adalah berisi masa jaringan, ukuran tubuh serangga
terbatas oleh rangka dan berat rangka lebih dari 10% dari total
berat tubuh.
11 Retno Hestiningsih, “Perbandingan Bakteri Kontaminan Pada Lalat
Chrysomyia megacephala dan Musca domestica Di Tempat Pembuangan Sampah Akhir
Piyungan, Bantul, Yogyakarta” Perbandingan Bakteri Kontaminan pada Lalat, No. 2,
Vol.1 (2004), h.52. 12
Adrian Hidayat dan Iwan Desimal, “Jarak tempat pembuangan sampah
sementara (tps) Mempengaruhl kepadatan lalat pada tempat penjualan Makanan dan
minuman di pasar mandallka- mataram”, Jurnal Sangkareang Mataram, No. 1, Vol. 1
(Maret, 2015), h.42.
13
Dinding tubuh serangga terdiri dari kutikula (lapisan kimia
yang kompleks dan tersusun oleh polisakarida dan kitin), epidermis
(tersusun satu lapis sel) dan selaput dasar (yang berada di bawah
epidermis dan berhubungan dengan bagian dalam tubuh).
Secara anatomi, tubuh serangga terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu:kepala, toraks dan abdomen.
1. Kepala
Kepala terdiri atas 3 sampai 7 ruas. Kepala berfungsi
sebagai alat untuk pengumpulan makanan, penerima
rangsangan dan memproses informasi di otak. Kepala serangga
keras karena mengalami sklerotisasi. Kepala merupakan bagian
anterior dari tubuh serangga yang memperlihatkan adanya
sepasang mata, sepasang sungut dan mulut.13
2. Toraks
Toraks terbagi menjadi tiga segmen dan tiap segmen
mempunyai sepasang kaki, sehingga jumlah kaki serangga
enam (heksapoda). Hal tersebut merupakan alasan mengapa
serangga dimasukkan ke dalam kelas heksapoda, yaitu
kelompok hewan yang mempunyai kaki enam. Toraks terdiri
atas tiga ruas, pada setiap ruas terdapat sepasang tungkai dan
13 Borror dkk, 1996, dikutip oleh Dwi suheriyanto, Ekologi Serangga
(Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.10.
14
jika terdapat sayap terletak pada ruas kedua dan ketiga, masing-
masing sepasang sayap.
Bentuk tungkai bervariasi menurut fungsinya seperti
untuk menggali (jangkrik, Gryllidae), menangkap (walang
sembah, Mantidae), untuk berjalan (semut, Formicidae) dan
sebagainya. Tungkai serangga bersklerotisasi dan terbagi
menjadi enam ruas, yaitu:
a. Koksa, yaitu ruas dasar
b. Trokanter, yaitu ruas sesudah koksa
c. Femur, biasanya ruas pertama yang panjang dari tungkai
d. Tibia, yaitu ruas kedua yang panjang
e. Tarsus, biasanya berupa sederet ruas-ruas kecil di belakang
tibia
f. Pretarsus, terdiri dari kuku-kuku atau serupa seta diujung
tarsus.
Sayap serangga tumbuh dari dinding tubuh yang
terletak dorso-lateral antara nota dan pleura. Pada umumnya
serangga mempunyai dua pasang sayap yang terletak pada ruas
mesotoraks dan metatoraks. Pada sayap terdapat rangka dengan
pola tertentu dan sangat berguna dalam identifikasi. Rangka
15
sayap merupakan struktur yang berongga yang mengandung
syaraf, trakea dan hemolimf.14
3. Abdomen
Pada umumnya abdomen serangga terdiri dari 11 ruas.
Abdomen berfungsi untuk menampung sistem pencernaan,
ekskretori dan reproduksi.15
d. Struktur dalam serangga
1. Sistem pencernaan
Serangga makan hampir semua zat organik yang ada di
alam, sehingga sistem pencernaannya menunjukkan variasi
yang sangat besar. Sistem pencernaan serangga berupa saluran
pencernaan yang memanjang dari mulut sampai ke dubur.
2. Sistem ekskresi
Sistem ekskresi utama serangga terdiri dari buluh-buluh
malphigi. Fungsi dari buluh ini adalah mengambil sisa nitrogen
dan bersama-sama dengan usus belakang mengatur
keseimbangan air dan garam-garam dalam hemolimf. Serangga
dapat juga melakukan ekskresi penyimpanan untuk
mengeluarkan sisa-sisa atau zat-zat beracun dari hemolimf,
yaitu dengan menyimpan zat-zat kimia secara permanen di
dalam sel atau jaringan.
14 Ibid., h.17-18.
15 Ibid., h.19.
16
3. Sistem syaraf
Sistem syaraf pusat serangga terdiri dari otak yang
terletak dalam kepala di atas esophagus, sebuah ganglion sub
esophagus dan satu syaraf ventral yang berjalan ke posterior
dari ganglion subesofagus.16
4. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi serangga terdiri dari alat kelamin luar
dan alat kelamin dalam. Alat kelamin luar serangga berasal dari
embelan ruas abdomen 8 sampai 10. Alat kelamin jantan adalah
organ primer yang berperan dalam kopulasi dan pemindahan
sperma ke betina, sedangkan alat kelamin betina berperan
dalam peletakkan telur pada atau dalam substrat yang sesuai.17
e. Jenis Lalat
1) Lalat rumah (Musca Domestica)
Musca domestica diklasifikasikan kedalam Kingdom
Animalia, Filum Arthopoda, Kelas Insecta, Ordo Diptera,
SubOrdo cyclorrapha, Family Muscidae, Genus Musca,
Species Musca domestica , Menurut Susan sonz ( 1999).
16 Ibid., h.20-22.
17 Ibid., h.23.
17
Contoh Musca domestica yang ditemukan terlihat pada Gambar
1
Gambar. 1.1 Musca Domestica
Ciri Musca domestica yang didapatkan yaitu 7 mm,
berwarna hitam kekuningan dan panjang venasi sayapnya yaitu
6 mm (Gambar 1). Hasil yang ditemukan mengacu pada Sigih
(2006) yaitu lalat ini berukuran sedang, panjang 6-8 mm,
berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang
gelap pada bagian dorsal toraks. Matanya pada yang betina
mempunyai celah yang lebih lebar pada lalat betina, sedangkan
lalat jantan lebih sempit.18
Karena sering dijumpai di rumah, lalat ini diberi nama
lalat rumah. Nama ilmiahnya Musca Domestica. Lalat ini
dikelompokkan dalam ordo Diptera dan family Muscidae.
Meskipun menyukai tempat yang berbau busuk, tetapi lalat ini
juga sering bergerombol mengerumuni makanan.
18 Afri Novita, Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha : Diptera)
Pada Lokasi Penjualan Daging Di Kota Padang (Jurnal Skripsi: Padang,
2013).
18
Lalat rumah berukuran kecil, panjangnya kurang lebih 1
cm tubuhnya penuh dengan bulu-bulu halus, terutama pada
kakinya. Jika hanya dilihat sekilas, bulu-bulu ini tidak
kelihatan. Kepala binatang ini berwarna cokelat gelap dengan
sepasang mata yang cukup besar disbanding ukuran kepalanya.
Punggung binatang ini berhias empat garis hitam. Sayapnya
sepasang, berwarna kelabu, dan tembus cahaya.
Perkembangbiakkan lalat rumah sangat cepat. Lalat
betina dewasa bertelur di tempat lembab yang banyak
mengandung bahan organik, misalnya sampah dan tempat-
tempat lain yang berbau busuk. Sepanjang hidupnya, seekor
lalat betina mampu menghasilkan sekitar 2.000 butir telur.
Telur-telurnya diletakkan secara berkelompok, setiap kelompok
terdri dari 100-150 butir telur.19
Telur lalat rumah akan menetas sehari setelah keluar
dari tubuh lalat betina. Larva lalat ini berupa belatung.
Belatungnya berbentuk bulat panjang dan tidak berkaki dengan
bagian belakang lebih besar dari kepalanya. Kepala belatung
ini dilengkapi dengan semacam gigi untuk menggerek.
Belatung ini sangat rakus dan sangat menyukai makanan
busuk. Dalam waktu lima hari belatung akan berubah menjadi
19 Eko M. Nurcahyo, Memberantas Binatang Pengganggu di Lingkungan
Rumah (Jakarta: Penebar Swadaya, 1996), h.13-14.
19
pupa. Empat hari kemudian pupa berubah menjadi lalat
dewasa. Dua atau tiga hari kemudian lalat ini sudah menjadi
dewasa dan siap berkembang biak. Lalat ini dapat bertahan
hidup selama 1-2 bulan. Karena lalat rumah tubuhnya dipenuhi
dengan bulu dan menyukai tempat-tempat yang kotor maka
lalat ini sangat potensial sebagai penular penyakit yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme. Berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit perut misalnya tifus,
kolera, desentri- sering dipindahkan oleh lalat ini ke makanan
yang dihinggapinya. Akibatnya, manusia yang memakan
makanan tersebut menjadi tertulari penyakit.20
2) Lalat hijau (Chrysomya sp)
Crysomya megacephala termasuk Kingdom Animalia,
Filum Arthopoda, Kelas Insecta, Ordo Diptera, Sub Ordo
cyclorrapha, Family Calliphoridae, Subfamily Chrysomyniae,
Genus Chrysomya, Subfamily Chrysomyniae, Species
Chrysomia megacephala, Yuriatni (2011).
20 Ibid., h.14-15.
20
Contoh Crysomya megacephala yang ditemukan terlihat pada
Gambar 2.
Gambar. 1.2 Crysomya megacephala
Ciri Crysomya megacephala yang didapatkan yaitu
memiliki Panjang tubuh 10 mm, berwarna hijau metalik dan
panjang venasi sayapnya yaitu 8 mm (Gambar 2). Hasil yang
didapatkan mengacu pada Levine (1990) bahwa Crysomya
megacephala panjang tubuh berkisar antara 8-10 mm, dengan
ukuran betina lebih besar dari pada lalat jantan. Tubuh terbagi
atas tiga bagian yaitu kepala, toraks dan abdomen serta
dilengkapi oleh sepasang sayap. Umumnya berwarna hijau
metalik dengan banyak bulu yang menutupi tubuh yang
diselingi bulu kasar.21
Kokoh berukuran sedang sampai besar, panjang 4-18
mm. Warna biasanya metalik, sebagian biru atau hijau.
Beberapa jeniss mempuyai tanda lingkaran hitam pada
21 Afri Novita, Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha : Diptera) Pada
Lokasi Penjualan Daging Di Kota Padang (Jurnal Skripsi: Padang, 2013).
21
abdomen. Habitat lalat ini aktif terutama pada siang hari, sering
terdapat pada vegetasi, bunga-bungaan, kotoran atau sisa-sisa
tumbuhan dan hewan yang membusuk. Dewasa terutama
memakan nectar dan cairan hasil kompos organik yang
mengandung protein penting untuk pematangan telur. Larva
merupakan pemakan bangkai dalam proses penguraian bahan
organic dan kotoran, berperan penting dalam proses daur ulang
dan membersihkan sisa-sisa bahan organik.22
3) Lalat biru (Calliphora sp.)
Gambar. 1.3 Calliphora sp.
Lalat ini termasuk kedalam Kingdom Animalia, Filum
Arthopoda, Kelas Insecta, Ordo Diptera, Sub Ordo cyclorrapha,
Family Calliphoridae, Genus Lucilia, Species Calliphora sp.
Ciri dari Calliphora sp. adalah warna tubuh biru
metalik. Lalat ini berukuran lebih besar dari lalat rumah,
22 Asyiah, Mengenal Berbagai Serangga (Jakarta: PT Panca Anugerah
Sakti, 2007), h.25.
22
panjang tubuh 8-14 mm. Kepala dan dada berwarna abu-abu
yang kusam dan perut berwarna biru metalik cerah dengan
tanda hitam, dada memiliki duri untuk melindungi diri dari lalat
lainnya. Tubuh dan kaki yang ditutupi oleh rambut berwarna
merah dan sayap jelas.
4) Lucillia sp.
Lalat ini dapat diklasifikasikan yaitu Kingdom
Animalia, Filum Arthopoda, Kelas Insecta, Ordo Diptera,
Subrdo cyclorrapha, Family Calliphoridae, Genus Lucilia,
Species Lucilia sp. Contoh Lucilia sp. yang ditemukan terlihat
pada Gambar 4.
Gambar. 1.4 Lucillia sp.
Ciri Lusilia sp. yang didapatkan yaitu memiliki panjang
tubuh 9 mm, Warna tubuh hijau metalik dan panjang venasi
sayapnya 7,5 mm (Gambar 4). Hasil yang didapatkan mengacu
pada pendapat Byrd (2001) bahwa Lucilia sp. dewasa memiliki
panjang tubuh 6 – 8mm, toraks dan abdomen berwarna hijau
23
metalik dan kaki berwarna hitam.. Lalat ini menyukai bangkai
dan kadang – kadang menyukai sampah dan kotoran, Biasanya
lalat ini memasukan larvanya kedalam bangkai, sampah dan
kotoran lainnya.
5) Lalat daging (Sarcophaga sp)
Lalat ini dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom
Animalia, Filum Arthopoda, Kelas Insecta, Ordo Diptera, Sub
Ordo cyclorrapha, Family Sarcophaga, Genus Sarcophagidae,
Species Sarcophaga sp. Contoh Sarcophaga sp. yang
ditemukan terlihat pada Gambar 5.
Gambar. 1.5 Sarcophaga sp
Ciri – cirri Sarcophaga sp. yaitu memiliki panjang
tubuh 6 mm, berwarna abu – abu, torak dan abdomennya
seperti papan catur dan venasi sayapnya 6 mm. Hasil ini
mengacu pada Sigit (2006) bahwa Sarcophaga memiliki
panjang tubuh 6-14 mm, warna tubuh abu – abu, sering kali
dengan bercak – bercak hitam atau dengan garis hitam
memanjang dengan toraks dan abdomennya seperti papan
24
catur, Sedangkan ukurannya ada yang lebih besar seperti Blow
flies dan bottle flies (Famili Callihporidae).23
6) Lalat kuda (Horse Flies) dan lalat kijang (Deer Flies)
Lalat kuda termasuk dalam family Tabanidae, subordo
Brachycera, dan ordo dipteral. Anggota family Tabanidae
seperti lalat kuda (horse flies) dan lalat kijang (deer flies)
tersebar luas di dunia. Cirri-ciri khasnya adalah tanpa bulu
yang keras, tubuh kekar, berukuran agak besar (panjang 6-25
mm), segmen antenna ketiga tanpa stile, mata sangat besar dan
berwarna cemerlang serta menonjol keluar, probosis serangga
betina keluar ke depan beradaptasi untuk menusuk, squama
besar serta sayap yang solid dan berwarna. Lalat kijang,
berukuran agak kecil lebih kecil dan memiliki pita gelap pada
sayap dan mata majemuk yang berwarna seperti pada lalat
kuda.24
7) Lalat Tsetse (Glossina)
Lalat tsetse termasuk ke dalam subordo Cyclorrhapha
yang dahulu masuk dalam family Muscidae, tetapi sekarang
diletakkan dalam satu family Glossidae yang hanya memiliki
satu genus yaitu genus Glossina (Colles & McAlpine, 1991;
Hutchinson, 1999). Nama tsetse dihubungkan dengan bunyi
23 Afri Novita, Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha : Diptera) Pada
Lokasi Penjualan Daging Di Kota Padang (Jurnal Skripsi: Padang, 2013). 24 Dantje T. sembel, Entomologi Kedokteran, h.129.
25
lalat-lalat ini bila mereka terbang. Genus ini memiliki sekitar
30 spesies atau subspecies yang ditemukan di sub-Sahara
Afrika.
Karakteristik utama dari lalat ini ialah adanya sel
berupa kapak (hatchet cell) yang ditemukan pada bagian tengah
sayap. Probosis lalat ini memproyeksi lurus ke depan dari
kepala dan hanya terdiri dari labrum hipofarinks dan labium.
Struktur ini dibungkus oleh palpus yang sama panjang. Family
Glossinidae terbagi dalam tiga sub-genera, yaitu Glossina,
Memorhina, dan Austenia. Subgenus Glossina terdiri atas 7
spesies dan subspesies.25
2. Konsep Tentang Sampah
Sampah atau limbah adalah segala sesuatu yang oleh
pemiliknya dianggap tidak berguna lagi, dan harus dibuang. Sampah
ini, oleh karena dibuang, berarti dilemparkan, atau ditaruh atau berada
di alam, di luar tempat tinggal manusia.
Pada zaman dahulu, dikala manusia masih hidup sederhana,
yakni hidup dari berburu dan menangkap ikan serta hidup mengembara
dari satu tempat ke tempat lain, tidak ada masalah pembuangan
sampah. Tetapi ketika manusia mulai menetap, hidup disuatu tempat
tinggal sambil bercocok tanam, mulailah muncul permasalahan
25 Ibid, h.141-142
26
pembuangan sampah. Pada garis besarnya sampah dibagi menjadi tiga
golongan besar, yakni sampah padat, sampah cair dan sampah gas.26
3. Konsep Ekologi
a. Pengertian ekologi
Ekologi adalah kajian tentang bagaimana tanaman,
binatang, dan organisme lain saling berhubungan satu sama lain
dalam lingkungan atau “rumah” mereka. Kata “ekologi” berasal
dari kata Yunani “oikos” yang berarti “rumah”. Ekologi juga
berarti kajian tentang kelimpahan dan distribusi organism. Seorang
ahli ilmu lingkungan hidup, sebagai contoh, mungkin mencoba
untuk menemukan mengapa satu spesies kodok saat ini sudah
sangat jarang ditemukan atau mengapa pohon-pohon cemara yang
ada menjadi kering pada habitat yang lembab.27
b. Sejarah Ekologi
Ekologi mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur
sepanjang sejarah. Namun sejarah perkembangannya kurang begitu
jelas. Catatan Hipocratus, Aristoteles, dan filosof lainnya
merupakan naskah-naskah kuno yang berisi rujukan tentang
masalah-masalah ekologi. Walaupun pada waktu itu belum
diberikan nama ekologi. Dimulai pada abad ke-16 dan ke-17 yang
26 Ircham Machfoedz ms, Menjaga Kesehatan Rumah Dari Berbagai Penyakit
(Yogyakarta: Fitramaya, 2008), h.69-70. 27 Sukarsono, Pengantar Ekologi Hewan, h.3.
27
timbul dari natural history dan kemudian berkembang menjadi satu
ilmu yang sistematik, analitik dan obyektif mengenai hubungan
organism dan lingkungan yaitu EKOLOGI. Nama tersebut baru
dikemukakan oleh seorang ahli biologi Jerman yang bernama
Earns Haeckel (1834-1919) pada tahun 1860.
Sekitar tahun 1900, ekologi diakui sebagai ilmu dan
berkembang terus dengan cepat. Apalagi disaat dunia sangat peka
dengan masalah lingkungan dalam mengadakan dan memelihara
mutu peradaban manusia. Ekologi merupakan cabang ilmu yang
mendasarinya dan selalu berkaitan dengan kehdupan sehari-hari.28
Karena adanya kebutuhan hidup, manusia selalu memiliki
minat yang sangat kuat pada organisme lain dan lingkungannya.
Sebagai pemburu dan pengumpul, orang-orang prasejarah harus
mempelajari dimana binatang buruan dan tumbuhan yang dapat
dimakan dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak. Para
naturalis mulai dari Aristoteles hingga Darwin membuat proses
pengamatan dan pemerian organism di habitat alamiahnya sebagai
tujuan akhir, alih-alih sebagai sekedar cara untuk bertahan hidup.
Pandangan yang luar biasa masih dapat diperoleh melalui
pendekatan deskriptif ini, dan dengan demikian sejarah alam masih
mendasari ilmu ekologi.
28Zoer’aini Djamal Irwan, Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1996), h.3.
28
Nama ekologi, diusulkan pertama kali pada tahun 1866
oleh ahli biologi Jerman Ernst Haeckel, seorang pengikut
terkemuka Darwinisme. Pada tahun 1870, Hackel menulis,
“Ekologi adalah kajian interaksi yang kompleks yang disebut oleh
Darwin sebagai kajian tentang syarat-syarat dari perjuangan suatu
makhluk hidup untuk bertahan hidup.”
Ekologi dikenal sebagai sebuah ilmu pengetahuan pada
1890-an dan awal 1900-an dikenal sebagai sebuah ilmu tentang
campuran antara samudera dengan air tawar (limnology), dan
antara tumbuhan dengan hewan. Pada akhir tahun 1900-an
kemudian penekanan beralih ke penelitian laboratorium terutama
dalam bidang ilmu faal (fisiologi) dan genetika kemudian
disarankan untuk kembali ke penekanan bidang sejarah alam. Ahli
ekologi hewan Inggris Charles Elton mendefinisikan ekologi
sebagai sejarah alam yang ilmiah.29
c. Pembagian ekologi
Mengenai pembagiannya, kadang-kadang ekologi dibagi
menjadi autekologi dan sinekologi. Autekologi menekankan
pembahasan individu organisme atau spesies, sejarah-sejarah hidup
dan perilaku sebagai cara penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. Sedangkan sinekologi membahas pengkajian
29 Sukarsono., Pengantar Ekologi Hewan, h.4.
29
golongan atau kumpulan organisme-organisme yang berasosiasi
bersama sebagai suatu kesatuan.30
Pembagian ekologi menurut makhluknya sebagai objek
dapat menjadi ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Lebih rinci
lagi, ekologi hewan saja dapat dibedakan lagi menjadi ekologi
serangga, ekologi ikan, ekolgi udang, ekolgi burung akuatik,
ekologi burung parasite dikulit manusia atau hewan, malahan
sekarang ekologi manusia sudah menjadi bahasan penting dalam
berbagai perkuliahan. Ekologi manusia ini dapat dipersempit lagi
menjadi beberapa macam, misalnya ekolgi nelayan, ekologi petani,
ekologi masyarakat primitive, dan sebagainya.
Menurut habitatnya, ekologi dibedakan ke dalam ekologi
perkotaan, ekologi pedesaan, ekologi pantai, ekologi estuary,
ekologi danau, eklogi laut, dan sebagainya. Beberapa istilah di
bawah ini adalah istilah-istilah ekologi yang sekaligus juga
menunjukkan adanya pembagian pembahasan ekologi yang
spesifik di dalamnya:
1. Ekologi komunitas ialah kajian tentang penyebaran hewan dan
tumbuhan di berbagai habitat, komposisi komponen penyusun
komunitas dan suksesinya serta kajian dinamika komunitas
30 Ibid., h.8.
30
tersebut, misalnya kajian tentang pembentukkan tanah,
pendauran zat hara, arus energy, dan produktivitas.
2. Ekologi populasi ialah kajian atas cara pertumbuhan populasi,
struktur populasi dan regulasi populasi.
3. Ekologi evolusioner ialah kajian atas masalah pemisahan
relung ekologi dan terjadinya evolusi spesies.
4. Ekologi geografik, ialah kajian ekologi tentang penyebaran
makhluk, palaeo-ekologi, dan bioma.31
G. METODE PENELITIAN
1. Desain dan Pendekatan Penelitian
Setiap peneliti memerlukan pendekatan atau desain tentang
menunjukkan cara mengumpulkan dan menganalisis data, agar peneliti
dapat melaksanakan secara efektif serta sesuai dengan manfaat dan
tujuan penelitian, sehingga dalam penelitian ini jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian survei yang bersifat deskriptif eksploratif
dalam penelitian kualitatif.
Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan
terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka
waktu tertentu. Pada umumnya survei bertujuan untuk membuat
penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program
di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program tersebut. Jadi, survei bukan semata-
31 Ibid., h.9.
31
mata dilaksanakan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan,
melainkan juga untuk menjelaskan tentang hubungan antara berbagai
variabel yang diteliti, dari objek yang mempunyai unit atau individu
yang cukup banyak.32
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang
sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,
pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan.
Masalah yang layak diteliti dengan menggunakan metode
deskriptif adalah masalah yang dewasa ini sedang dihadapi, khususnya
dibidang pelayanan kesehatan. Masalah-masalah ini baik yang
berkaitan dengan penelaahan terhadap masalah yang mencakup aspek
yang cukup banyak, menelaah suatu kasus tunggal, mengadakan
perbandingan antara suatu hal dengan hal yang lain, ataupun untuk
melihat hubungan antara suatu gejala dengan peristiwa yang mungkin
akan timbul dengan munculnya gejala tersebut.33
Jadi, dalam penelitian ini dapat menggambarkan suatu keadaan
atau fenomena dengan cara mengetahui hal-hal yang berhubungan
32 Soekidjo notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan (Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA, 2002), h. 140. 33
Ibid., h.138.
32
dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, akan dilakukan
dengan metode survei deskriptif, dimana peneliti secara langsung
melakukan pengamatan di lapangan, dengan mencakup tiga kegiatan
utama, yaitu:
1. Pengamatan di lapangan, dilakukan dengan cara mengamati jenis-
jenis lalat yang didapat pada perangkap yang telah digunakan.
2. Pengambilan jenis-jenis lalat yang masuk pada perangkap, lalu
lalat yang didapat diidentifikasi dengan bantuan buku-buku kunci
determinasi serangga dan gambar-gambar yang berkenaan dengan
serangga.
3. Hasil pengumpulan dan identifikasi jenis lalat akan dijadikan
sebagai bahan kajian mata kuliah Ekologi Hewan mahasiswa IPA
Biologi IAIN Mataram.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Oktober 2016
dalam waktu 3 hari. Waktu pengambilan sampel dilakukan pada
pagi dan siang hari pada tempat pembuangan sampah di Pasar
Renteng tersebut. Alasan pengambilan sampel dilaksanakan pada
waktu tersebut memungkinkan mendapatkan jenis lalat yang
berbeda. Tempat pembuangan sampah di Pasar Renteng dijadikan
menjadi satu tempat. Oleh karena itu, peneliti akan
33
mengidentifikasi tempat pembuangan sampah di pasar tersebut
untuk mengetahui jenis-jenis lalat yang ada.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jalan Raya Renteng Praya-
Lombok Tengah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.34
Selain metode yang dipakai dalam suatu penelitian, perlu juga
memiliki teknik pengumpulan data yang relevan. Penggunaaan teknik
serta pengumpulan data yang secara tepat dapat memungkinkan
diperolehnya data yang objektif.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Di dalam melakukan penelitian sangatlah perlu
dilakukannya observasi. Observasi merupakan suatu langkah atau
cara dalam mengumpulkan suatu data. Sebelum melakukan suatu
34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
ALFABETA, 2014), h.224.
34
penelitian, peneliti melakukan tahap observasi untuk
mengumpulkan data dengan cara pengamatan, serta mendapatkan
hasil yang akurat.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
observasi langsung yakni peneliti terjun secara langsung ke
lapangan untuk mengamati, mencatat, dan dianalisis semua jenis
lalat yang ada pada tempat pembuangan sampah di Pasar Renteng.
b. Dokumentasi
Setelah melakukan tahap observasi, maka tahap yang
selanjutnya adalah tahap dokumentasi. Pada tahap ini, peneliti
mengumpulkan data yang sudah didapatkan pada waktu penelitian.
Setelah mendapatkan suatu data tersebut, maka akan dilakukan
pengambilan gambar. Dokumentasi tidak hanya berbentuk gambar
melainkan bisa juga dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti menghimpun data
berupa profil Pasar Renteng yang dapat dilihat dilampiran,
digunakan sebagai lokasi penelitian, guna menghadirkan data yang
valid.
c. Metode Survei
Di dalam penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu
pengambilan sampel lalat secara langsung dengan menggunakan
pembuatan plot, yang menggunakan tiga tahap yaitu tahap
pembuatan perangkap lalat atau perekat lalat, tahap kedua
35
pengamatan secara langsung hanya melihat jenis lalat yang
memang hinggap di sampah, dan tahap terakhir adalah tahap
ekplorasi.
Adapun alat dan bahannya sebagai berikut:
1. Alat.
a. Gelas mineral yang berfungsi sebagai tempat untuk
menampung jenis lalat yang ditemukan di tempat sampah.
b. Kayu yang digunakan untuk membongkar tanah agar tidak
menggunakan tangan.
c. Alat tulis menulis yang digunakan untuk mencatat data
yang diperoleh di lapangan.
d. Kamera sebagai dokumentasi, artinya sebagai alat yang
digunakan untuk mengambil gambar setiap jenis lalat yang
ditemukan di tempat pembuangan sampah.
2. Bahan
a. Perekat lalat sebagai perangkap penangkapan lalat.
b. Kertas label untuk membedakan hasil penangkapan dari
setiap plot.
3. Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap persiapan
(1) Menentukan waktu penelitian
(2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada
saat penelitian.
(3) Menentukan lokasi pengambilan sampel penelitian di
tempat pembuangan sampah yang digambarkan dalam
bentuk plot 1 – plot 4 yang ukuran dari setiap plot sama
yaitu panjang beserta lebarnya sama-sama 1 meter.
36
Keterangan :
panjang masing-masing plot 1 meter.
lebarnya masing-masing 1 meter.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Metode perekat
- Memilih lokasi penelitian.
- Membuat plot sebanyak empat plot yang diberi
jarak berdasarkan luas daerah penelitian.
- Memasangkan perangkap berupa perekat lalat
dengan jumlah yang telah ditentukan.
- Membiarkan perekat tersebut selama 4 jam.
- Mengambil serangga yang telah terperangkap di
dalam perekat kemudian dimasukkan ke dalam
gelas aqua.
- Mengambil pengambilan gambar atau dokumentasi.
Plot 1 Plot 2
Plot 4 Plot 3
37
- Menyimpulkan hasil dan penyusunan laporan
penelitian.
Dari metode di atas, dapat dilakukan teknik
pengumpulan datanya sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil penangkapan jenis dan jumlah lalat
menggunakan perekat lalat
Plot Jenis lalat
A ∑ B ∑ C ∑
I
II
III
IV
2) Metode pengamatan secara langsung
- Peneliti menuju ke lokasi penelitian.
- Mengamati jenis-jenis lalat yang hinggap di masing-
masing plot.
- Melakukan pengambilan gamra atau dokumentasi.
- Menyimpulkan hasil dan penyusunan laporan
penelitian.
Table 1.2 Hasil pengamatan jenis dan jumlah lalat dengan
metode secara langsung
Plot Jenis lalat
A ∑ B ∑ C ∑
I
II
III
IV
38
3) Metode eksplorasi
- Peneliti menuju ke lokasi penelitian.
- Melakukan pembongkaran tanah dengan
menggunakan kayu untuk melihat ada atau tidak
adanya larva dari setiap lalat yang hinggap di
masing-masing plot.
- Memasukkan setiap larva serta tanah dari setiap
pengambilan larva tersebut ke dalam toples kecil
kemudian menutupinya dengan kain kasa.
- Menunggu dari setiap larva sampai menjadi imago.
- Menyimpulkan hasil dan penyusunan laporan
penelitian.
Tabel 1.3 Hasil pada tahap eksplorasi
Plot Jenis lalat
A ∑ B ∑ C ∑
I
II
III
IV
4. Teknik Analisis Data
Data yang sudah terkumpul selama penelitian perlu
dianalisis kembali secara cermat dan teliti sehingga dalam
penelitian tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan yang
objektif. Bila data dan informasi yang sudah diperoleh tersebut
sudah dianalisis dan diinterpretasikan, maka akan diketahui
jenis-jenis lalat yang terdapat pada tempat pembuangan sampah
di Pasar Renteng tersebut. Untuk menghitung keanekaragaman
jenis ikan hias di perairan Gili Kondo dapat dilakukan dengan
39
menggunakan rumus indeks keanekaragaman (Indeks of
Diversity) Shannon Winner berikut:
H’= -∑PiLnPi atau H’ = 𝑛𝑖
𝑁 ln
𝑛𝑖
𝑁
Dengan:
H’ : Indeks diversitas (keanekaragaman) Shannon-Wiener
Pi : Kelimpahan jenis ke-I (ni/N)
Ni : Jumlah individu jenis ke-i
N : Jumlah total individu semua jenis dalam komunitas
Kriteria:
0<H’<2,302 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies
pada suatu stasiun adalah melimpah
2,302≤ H’≤6,907 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman
speseis pada suatu stasiun adalah sedang
melimpah
H’>6,907 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada
suatu stasiun adalah sedikit/rendah.35
Moleong mengemukakan analisis data adalah proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai
usaha untuk memberikan pada tema dan ide itu.36
Analisis induktif artinya suatu analisis data dengan
memperjelas peristiwa-peristiwa atau data-data yang bersifat
khusus kemudian mengumpulkannya dengan bersifat general
35 Melati Febrianita Fachrul, Metode Sampling Biokologi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007)h.51.
36 Moleong L.J, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.38.
40
atau umum. Sedangkan analisis deduktif artinya suatu teknik
analisis peristiwa yang bersifat umum untuk kemudian
mengumpulkannya dengan sifat khusus.
Dapat dipahami bahwa dalam penelitian ini, peneliti
dihadapkan secara langsung pada lingkungan alam subjek,
guna memperoleh data-data deskriptif di lokasi penelitian dan
untuk mempelajari perilaku.
Data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti selama
menjalankan proses penelitian, maka selama itu pula data
tersebut perlu dianalisis dan diinterpretasikan dengan seksama,
sehingga akhirnya peneliti akan mendapatkan suatu kesimpulan
yang objektif dari suatu penelitian.
5. Keabsahan Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang
terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid
adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian. 37
Dalam penelitian ini untuk menjamin validitas data,
peneliti menggunakan teknik:
a. Tringulasi
37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, h.267.
41
Tringulasi adalah teknik pemekrisaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data.
Sugiyono membagi tringulasi menjadi beberapa
macam, yaitu :
1) Tringulasi sumber
Tringulasi sumber untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2) Tringulasi teknik
Tringulasi teknik untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik
berbeda.
3) Tringulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas
data. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang–ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.38
Adapun tringulasi yang dipakai dalam penelitian ini
adalah tringulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data
dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
b. Kecukupan Referensi
Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang yang telah
ditemukan oleh peneliti.39
38 Ibid., h. 274. 39
Ibid., h. 275.
42
Referensi yang dipakai dalam penelitian ini adalah
hasil dari catatan-catatan dan bahan dokumentasi yang
diperoleh pada waktu melakukan penelitian. Dengan
menggunakan referensi ini, peneliti dapat mengecek data
informasi-informasi yang peneliti yang didapatkan di
lapangan. Sebagaimana diketahui sebuah karya ilmiah
dapat dianggap valid, apabila kecukupan referensi atau
dengan kata lain rujukan sangat diperlukan.
43
BAB II
PAPARAN DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak geografis dan sejarah berdirinya pasar Renteng
Pasar Renteng merupakan salah satu pasar tradisional yang
dijadikan sebagai tempat terjadinya transaksi antara penjual dan
pembeli. Pasar renteng beroperasi mulai dari tahun 2003 bertepatan
pada tanggal 14 juni hari sabtu. Pada dasarnya, letak pasar yang
sebenarnya berada di Praya, yang kemudian pindah ke pasar
renteng. Alasannya adalah karena sudah padatnya penduduk yang
berada di Praya.40
Berdasarkan profil pasar juga ditemukan bahwa pada saat
pertama kali beroperasi pasar Renteng masih menjual beberapa
jenis barang seperti barang-barang tradisional Lombok. Pasar
Renteng beroperasi mulai dari pagi hari sampai sore hari, mulai
dari jam 06.00-12.00 siang untuk jenis jualan sayur-sayuran, buah-
buahan, dan daging. Selanjutnya setelah itu, dilanjutkan dengan
penjualan jenis barang seperti baju dan peralatan alat rumah
tangga. Pasar Renteng untuk hari pemasarannya satu kali seminggu
yakni pada hari sabtu yang kemudian dilanjutkan dengan pasar
harian yang menjual berbagai jenis barang yakni menjual dari
berbagai jenis barang kebutuhan sehari-hari. Pasar Umum Renteng
merupakan pasar induk dari semua pasar yang ada di Lombok
40 Hayat, Wawancara, 09 Oktober 2016.
44
Tengah Kabupaten Nusa Tenggara Barat yang luasnya kurang
lebih 4 Ha, yang terbagi ke dalam beberapa lokasi tempat
penjualan sayur mayur, makanan sehari-hari, pakaian dan binatang
ternak.
Batasan-batasan wilayah di Pasar Renteng adalah untuk
sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Gonjak dan Kelurahan
Gerunung, sedangkan untuk sebelah Selatan berbatasan dengan
Kelurahan Leneng dan Kelurahan Renteng, untuk sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Puyung dan sebelah Timur berbatasan
dengan Kelurahan Praya.41
Berdasarkan batasan wilayah di atas, dapat disimpulkan
bahwa Pasar Renteng merupakan salah satu Pasar yang sangat baik
bagi penduduk dalam menjalankan transaksi jual beli barang.
2. Keadaan Penjual di Pasar Renteng
Penjual maupun pembeli merupakan salah satu bagian
terpenting dari Pasar, karena setiap ada pedagang pasti ada
pembeli. Selain itu juga, Pasar merupakan tempat bertemunya
antara penjual dan pembeli atau dengan kata lain tempat terjadinya
transaksi jual beli. Sampai saat ini Pasar Renteng masih tetap
dipergunakan sebagai tempat menjual berbagai jenis barang,
41 Observasi, tanggal 09 Oktober 2016.
45
bahkan barang yang dijual sampai saat ini melebihi banyaknya
jenis barang yang dijual pada zaman dahulu.
Jenis barang yang dijual di Pasar tersebut mulai dari
kebutuhan sandang, pangan maupun papan, pada kebutuhan
sandang seperti kebutuhan sehari-hari mulai dari pakaian.
Selanjutnya, dalam kebutuhan pangan seperti kebutuhan pokok
yakni beras, minyak, biji-bijian, dan berbagai kebutuhan sehari-
hari.
Penjual maupun pembeli di Pasar tersebut, menjalin
kerjasama yang baik dalam proses transaksi jual beli. Artinya
bahwa, antara penjual maupun pembeli selama dalam proses
transaksi jual beli tidak terjadi sebuah konflik yang dapat membuat
kekacauan dalam proses tersebut, sehingga terjalin hubungan yang
baik di lingkungan pasar antara penjual maupun pembeli.
Penjual yang ada di Pasar Renteng tidak hanya berasal dari
Renteng saja, akan tetapi selain itu juga ada yang berasal di luar
kawasan Renteng, seperti dari Sekarbela, Bayan, Kediri, Kuripan,
Lombok Timur, dan dari berbagai macam desa lainnya.
3. Keadaan Sarana Prasarana Pasar Renteng
Untuk mewujudkan pasar tradisional yang bersih, aman,
nyaman dan berkeadilan (BANA) perlu didukung sarana dan
46
prasarana yang mendukung. Setiap tempat terjadinya transaksi jual
beli, hendaknya didukung oleh berbagai komponen yang terkait
dengan proses pelaksanaan seperti sarana dan prasarana yang
merupakana salah satu komponen dari beberapa komponen dalam
jual beli yang membentuk suatu sistem yaitu satu kesatuan yang
utuh. Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Keadaan Sarana dan Prasarana Pasar Renteng42
No Nama sarana Jumlah Kondisi
1 Kantor pemasaran 1 Baik
2 Musholla 3 Baik
3 Kamar mandi atau WC 5 Baik
4 Toko 10 Baik
5 Los 48 Baik
6 Tempat parkir 2 Baik
7 Pelayanan keamanan 1 Baik
8 Kios 8 Baik
9 Fasilitas kebersihan 1 Baik
Berdasarkan Tabel 2.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pasar Renteng semuanya
bisa dikatakan dalam keadaan baik, serta memiliki peranan dan
manfaat yang sangat besar dalam mendukung proses terjadinya
transaksi jual beli yang lebih efektif.
Semua sarana pendukung yang berada di pasar tersebut,
hendaknya disosialisasikan dengan sebaik mungkin sesuai dengan
42 Sumber data: Profil Pasar Renteng Kecamatan Praya Kabupaten Lombok
Tengah, Dokumentasi, dikutip tanggal 09 Oktober 2016.
47
kebutuhan dan situasi kondisi lingkungan maupun keadaan pasar
itu sendiri, artinya bahwa sarana yang ada hendaknya digunakan
dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi masing-masing.
4. Struktur Organisasi Pasar Renteng
Sebagai suatu lembaga atau organisasi, maka struktur
lembaga tersebut harus ada sebagai suatu gambaran terhadap
kondisi dan terlaksana pembagian tugas dan wewenang dalam
lembaga tersebut. Begitu pula dengan Pasar Renteng, dimana
struktur yang mutlak sangat dibutuhkan guna mengefisienkan
kinerja serta pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan
mempermudah proses pengoperasian.
48
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pasar Renteng43
B. Jenis-jenis Lalat yang Ada Pada Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
di Kawasan Pasar Renteng
Berdasarkan fakta di lapangan, setelah melakukan penelitian
tentang Jenis lalat yang terdapat di Tempat Pembuangan Sampah di
Pasar Renteng, ditemukan beberapa jenis lalat yang terdapat di setiap
plot. Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari pada setiap plot
peneliti menemukan 4 jenis lalat, antara lainnya lalat rumah (Musca
43 Sumber data: Papan Struktur Organisasi Pasar Renteng Kecamatan Praya Kabupaten
Lombok Tengah, dikutip Tanggal 09 Oktober 2016.
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Kepala Pasar
Dinas Perpajakan Dinas Pendapatan
Bendahara Sekretaris
Pembeli Penjual
49
domestica), lalat hijau (Crysomya megacephala), lalat daging
(Sarcophaga sp.), dan lalat rumah kecil (Fannia sp.).
Tabel 2.2 Data hasil penangkapan jenis dan jumlah lalat menggunakan
perekat lalat
Plot Jenis ∑ perekat
1
∑ perekat
2
∑ perekat
3
Total
I Musca
domestica
19 16 13 48
Crysomya
megacephala
- 11 6 17
Sarcophaga sp. 5 3 1 9
Fannia sp. 6 7 3 16
II Musca
domestica
92 55 37 184
Crysomya
megacephala
126 58 109 293
Sarcophaga sp. 10 16 7 33
Fannia sp. 15 9 10 34
III Musca
domestica
7 21 15 43
Crysomya
megacephala
12 15 22 49
Sarcophaga sp. 7 12 10 29
Fannia sp. 10 15 12 37
IV Musca
domestica
136 77 77 290
Crysomya
megacephala
39 40 54 133
Sarcophaga sp. 17 27 30 74
Fannia sp. 22 34 49 105
Total keseluruhan jenis (N) 1394
50
Tabel 2.3 Hasil pengamatan jenis dan jumlah lalat dengan metode
secara langsung
Plot Jenis ∑ Lalat
I Musca domestica 88
Crysomya
megacephala
145
Sarcophaga sp 16
Fannia sp 20
II Musca domestica 92
Crysomya
megacephala
126
Sarcophaga sp 17
Fannia sp 25
III Musca domestica 66
Crysomya
megacephala
88
Sarcophaga sp 20
Fannia sp 17
IV Musca domestica 77
Crysomya
megacephala
39
Sarcophaga sp 17
Fannia sp 22
Total keseluruhan jenis (N) 875
Tabel 2.4 Hasil pada Tahap Eksplorasi
Plot Jenis lalat ∑ Lalat
I - -
II Lalat hijau
(Crysomya
megacephala)
4
III - -
IV - -
51
Tabel 2.5 Data hasil jenis lalat di tempat pembuangan sampah di Pasar
Renteng pada plot I-IV
Plot Nama jenis lalat Nama local
I Musca domestica Lalat rumah
Crysomya megacephala Lalat hijau
Sarcophaga sp Lalat daging
Fannia sp Lalat rumah kecil
II Musca domestica Lalat rumah
Crysomya megacephala Lalat hijau
Sarcophaga sp Lalat daging
Fannia sp Lalat rumah kecil
III Musca domestica Lalat rumah
Crysomya megacephala Lalat hijau
Sarcophaga sp Lalat daging
Fannia sp Lalat rumah kecil
IV Musca domestica Lalat rumah
Crysomya megacephala Lalat hijau
Sarcophaga sp Lalat daging
Fannia sp Lalat rumah kecil
C. Hasil Analisis Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis
Nilai indeks keanekaragaman jenis lalat pada setiap plot
bervariasi. Hal tersebut dikarenakan pembuatan plot pada pembuangan
sampah yang berbeda-beda tetapi pada tempat yang sama. Pada
metode yang menggunakan perekat sebagai perangkap lalat ditemukan
4 jenis lalat dan jumlah keseluruhannya sebanyak 1394 dengan indeks
keanekaragaman
-14,316. Sedangkan pada metode yang menggunakan pengamatan
secara langsung terdapat 4 jenis lalat dalam jumlah keseluruhannya
875 dengan indeks keanekaragaman -3,044.
52
Tabel 2.6 Indeks Keanekaragaman Jenis Lalat dengan Data hasil
penangkapan jenis dan jumlah lalat menggunakan perekat
lalat
Plot Jenis Ni Pi lnPi Pi.lnPi H’
I Musca
domestica
49 0,034 -3,381 -0,114
Crysomya
megacephala
17 0,012 -4,422 -0,053
Sarcophaga sp. 9 6,456 1,865 -12,04
Fannia sp. 16 0,011 -4,509 -0,049
II Musca
domestica
184 0,131 -2,032 -0,266
Crysomya
megacephala
293 0,210 -1,560 -0,327
Sarcophaga sp. 33 0,023 -3,772 -0,086
Fannia sp. 34 0,024 -3729 -0,089
III Musca
domestica
43 0,030 -3,506 -0,105
Crysomya
megacephala
49 0,035 -3,352 -0,117
Sarcophaga sp. 29 0,020 -3,912 -0,078
Fannia sp. 37 0,026 -3,649 -0,094
IV Musca
domestica
290 0,208 -1,570 -0,326
Crysomya
megacephala
133 0,095 -2,353 -0,223
Sarcophaga sp. 74 0,053 -2,937 -0,155
Fannia sp. 105 0,075 -2,590 -0,194
Total keseluruhan jenis (N) -14,316
Tabel 2.6 Indeks Keanekaragaman Jenis Lalat dengan Hasil
pengamatan jenis dan jumlah lalat dengan metode secara
langsung
Plot Jenis Ni Pi lnPi Pi.lnPi H’
I Musca
domestica
88 0,100 -2,302 -0,230
Crysomya
megacephala
145 0,165 -1,801 -0,297
Sarcophaga sp. 16 0,018 -4,017 -0,072
Fannia sp. 20 0,022 -3,816 -0,083
II Musca
domestica
92 0,105 -2,253 -0,236
53
Crysomya
megacephala
126 0,144 -1,937 -0,852
Sarcophaga sp. 17 0,019 -3,963 -0,075
Fannia sp. 25 0,028 -3,575 -0,100
III Musca
domestica
66 0,075 -2,590 -0,194
Crysomya
megacephala
88 0,100 -2,302 -0,230
Sarcophaga sp. 20 0,022 -3,816 -0,083
Fannia sp. 17 0,019 -3,963 -0,075
IV Musca
domestica
77 0,088 -2,430 -0,213
Crysomya
megacephala
39 0,044 -3,123 -0,137
Sarcophaga sp. 17 0,019 -3,963 -0,075
Fannia sp. 22 0,025 -3,688 -0,092
Total keseluruhan jenis (N) -3,044
54
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan di tempat pembuangan sampah
pasar Renteng, terdapat beberapa jenis lalat.
1. Lalat rumah (Musca domestica)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun ciri-
ciri yang didapatkan tubuh berwarna abu-abu dengan ukuran tubuh
medium atau sedang dan memiliki panjang tubuh 6-7 mm, bagian
dorsalnya terlihat empat garis memanjang berwarna gelap.
Abdomennya berwarna coklat kehitaman, tiga pasang kakinya ditutupi
oleh rambult lebat, mempunyai sepasang sayap yang tipis dan tembus
cahaya, warnanya kelabu pucat dan berpangkal kuning.
Gambar 3.1 Lalat rumah (Musca domestica)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Cyclorrapha
Family : Muscidae
Genus : Musca
55
Species : Musca domestica44
2. Lalat hijau (Crysomya megacephala)
Selanjutnya, jenis lalat yang didapatkan adalah lalat hijau
dengan bahasa ilmiahnya Crysomya megacephala. Jenis lalat ini
memiliki ukuran tubuh 8-10 mm, dengan warna tubuh hijau metalik
dan ada juga yang berwarna biru metalik.
Gambar 3.2 Crysomya megacephala
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Cyclorrapha
Family : Calliphoridae
Subfamily : Chrysomyniae
Genus : Chrysomya
Species : Chrysomia megacephala
44 Afri Novita, Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha : Diptera) Pada Lokasi
Penjualan Daging Di Kota Padang (Jurnal Skripsi: Padang, 2013).
56
D. Lalat daging (Sarcophaga sp.)
Ciri-ciri dari jenis lalat ini memiliki warna tubuh abu-abu
dengan bercak-bercak hitam memanjang dengan toraks dan
abdomennya, memiliki ukuran tubuh medium, panjang tubuhnya 6-14
mm.
Gambar 3.3 Sarcophaga sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Cyclorrapha
Family : Sarcophaga
Genus : Sarcophagidae
Species : Sarcophaga sp.45
E. Lalat kecil (Fannia sp.)
Jenis lalat yang ditemukan memiliki ciri-ciri yang sama seperti
lalat rumah, akan tetapi ukuran tubuh dari lalat ini lebih kecil dari lalat
rumah.
45
Afri Novita, Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha : Diptera) Pada Lokasi Penjualan
Daging Di Kota Padang (Jurnal Skripsi: Padang, 2013).
57
Gambar 3.4 Fannia sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Cyclorrapha
Family : Muscidae
Genus : Fannia
Species : Fannia sp.
Berdasarkan jenis lalat yang ditemukan di lokasi penelitian, dari
setiap plot jenis lalat yang paling dominan adalah lalat rumah (Musca
domestica) dan lalat hijau (Crysomya megacephala). Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pada plot I terdapat jenis lalat yang hinggap (lalat rumah (Musca
domestica), lalat hijau (Crysomya megacephala), lalat daging
(Sarcophaga sp.), dan lalat kecil (Fannia sp.), akan tetapi tidak
sebanyak di plot yang lain, hal ini disebabkan pada lokasi plot I ini
terdapat sedikit sampah dan sampah yang ada diplot ini masih hanya
sampah biasa saja, artinya bahwa sampah yang hanya memang tidak
terlalu dapat mengundang lalat untuk hinggap.
58
2. Pada plot II (lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Crysomya
megacephala), lalat daging (Sarcophaga sp.), dan lalat kecil (Fannia
sp.) tersedia makanan yang cukup bagi lalat itu sendiri, sehingga
memungkinkan dapat menyebabkan meningkatnya jumlah jenis lalat.
3. Pada plot III (lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Crysomya
megacephala), lalat daging (Sarcophaga sp.), dan lalat kecil (Fannia
sp.), plot ini hampir sama dengan plot I sehingga terdapat beberapa
jenis lalat tetapi dalam jumlah yang sedikit.
4. Selanjutnya untuk plot yang terakhir plot IV (lalat rumah (Musca
domestica), lalat hijau (Crysomya megacephala), lalat daging
(Sarcophaga sp.), dan lalat kecil (Fannia sp.), plot ini tidak jauh beda
dengan plot II, dikarenakan makanan yang ada diplot ini sangat cukup
untuk mengundang lalat.
Berdasarkan paparan beberapa faktor di atas, dapat
disimpulkan bahwa diantara plot I sampai plot IV, plot yang paling
banyak ditemukan lalat adalah pada plot II dan plot IV dan jenis lalat
yang paling dominan didapatkan pada masing-masing plot adalah
adalah lalat rumah (Musca domestica) dan lalat hijau (Crysomya
megacephala).
59
Metamorfosis Lalat
Telur
Larva
Pupa
60
Gambar 3.5 Siklus Hidup Lalat
B. Pembahasan
Lingkungan yang kotor dan bau adalah tempat yang sangat disukai
oleh lalat, biasanya tempat tersebut adalah tempat yang banyak
berhubungan dengan aktivitas manusia. Sasaran yang tepat diukur
kepadatan lalat yaitu pasar, karena di pasar merupakan tempat
berkumpulnya manusia yang melakukan aktivitas jual beli, karena di
tempat tersebut merupakan sumber awal seseorang mendapatkan berbagai
jenis bahan makanan seperti ikan, daging, sayur dan buah. Dari aktivitas
tersebut akan mudah menghasilkan sampah dan menjadikan lingkungan
sekitar pasar menjadi kotor dan bau. Dalam penelitian ini, pasar yang telah
disurvei adalah pasar Renteng, karena pasar Renteng merupakan pasar
terbesar di kabupaten Lombok tengah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada 4 jenis lalat
yang terdapat di tempat pembuangan sampah. Keempat jenis lalat tersebut,
adalah lalat rumah (Musca Domestica), lalat hijau (Crysomya
megacephala), lalat daging (Sarcophaga sp.), dan lalat kecil (Fannia sp.).
Meskipun demikian keberadaan keempat jenis lalat tersebut berbeda pada
Lalat dewasa
61
4 plot yang diamati. Lalat yang paling banyak ditemukan adalah lalat
rumah (Musca Domestica) dan lalat hijau (Crysomya megacephala).
Kebiasaan lalat untuk menempatkan telurnya pada tempat yang
banyak mengandung zat-zat organik, seperti tempat sampah, membuat
kesulitan dalam pemberantasannya. Lalat lebih menyukai makanan yang
bersuhu lebih tinggi dari suhu udara sekitarnya dan sangat membutuhkan
air. Tanpa air lalat tidak dapat hidup lebih dari 46 jam.46
Aktivitas lalat dipengaruhi oleh sinar (memiliki sifat fototrafik),
temperatur, kelembaban, air, makanan, dan tempat perindukan. Pada
malam hari tidak aktif, kecuali bila ada sinar buatan. Lalat rumah
berkembang biak pada zat organik seperti sampah, kotoran manusia dan
hewan, sisa makanan, dan zat yang membusuk lainnya.47
Lalat hijau
adalah serangga yang dapat hidup dan berkembang biak pada zat organik
yang membusuk, kotoran dan feses.48
Keberadaan jumlah jenis lalat pada keempat plot, yang paling
banyak ditemukan adalah pada plot II dan plot IV, sedangkan pada plot I
dan III lebih sedikit lalat yang hinggap. Faktor yang menyebabkan
banyaknya lalat yang hinggap di plot II dan IV yaitu, karena ketersediaan
46 Marylin Junias & Eliaser Balelay, “Hubungan Antara Pembuangan Sampah Dengan
Kejadian Diare Pada Penduduk di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang”
MKM, No. 02. Vol. 03 (Desember, 2008), h. 96-97. 47
Sayono, Pengaruh Posisi dan Warna Impregnated Cord Terhadap Jumlah Lalat yang
Terperangkap
48
Ade Trisna & Nuraini, “Pengaruh Pemakaian Campuran Biomassa Lalat Hijau (Lucilia
Illustris) dengan Faeses dan Dedak dalam Ransum Terhadap Performa Broiler” Jurnal Agribisnis
Peternakan, No.1. Vol. 2 (April, 2006), h. 16.
62
jenis makanan yang lebih di plot tersebut, baik sampah dalam bentuk
sayur-sayuran maupun dalam bentuk daging, sehingga akan lebih banyak
mengundang lalat pada setiap plot, serta bau yang menyengat dari sampah
tersebut. Selain itu, jarak antara lokasi tempat pembuatan plot dengan
jarak tempat pedagang berdekatan. Sehingga hal tersebutlah yang
membuat banyaknya lalat yang terdapat di plot II dan IV. Sedangkan
faktor yang menyebabkan sedikitnya lalat yang hinggap di plot I dan III
karena sedikitnya ketersediaan makanan, selain itu juga hanya terdapat
jenis sampah biasa seperti sampah dedaunan dan sampah kering.
Jadi, dapat dikatakan bahwa sebagian besar jenis lalat yang
seringkali ditemukan adalah lalat rumah dalam bahasa ilmiahnya Musca
domestica dan lalat hijau atau Crysomya megacephala, akan tetapi selain
itu masih banyak jenis lalat yang memang ada selain dua jenis lalat
tersebut.
Beberapa tempat yang menjadi habitat bagi lalat, khususnya yang
berhubungan langsung dengan kehidupan manusia adalah pada tempat
pembuangan sampah sementara ataupun akhir, juga pada tempat-tempat
kotor/kumuh, kotoran hewan dan sisa-sisa makanan. Tempat pembuangan
akhir (TPA) atau tempat pembuangan sementara (TPS) di samping
merupakan tempat ditemukannya fauna lalat, juga merupakan sumber
berbagai agen infeksi. Dengan demikian adanya populasi lalat di TPA atau
63
TPS diperkirakan akan terkait dengan kejadian dan penyebaran penyakit
oleh agen infeksi yang berasal dari tempat tersebut.49
Sampah adalah bahan atau benda padat yang terjadi akibat aktifitas
manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara
saniter, kecuali yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 1985).
Dan menurut Apriadji (1992) sampah/waste adalah zat atau benda yang
sudah tidak terpakai lagi baik dari bahan buangan rumah tangga maupun
dari pabrik sebagai sisa proses industri. Definisi Sampah dalam Dinas
Kebersihan Kota Kupang, 2005 adalah limbah yang bersifat padat atau
setengah padat yang terdiri dari zat organik, berasal dari kegiatan manusia
yang tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan.50
Ditinjau dari jenis sampah yang dihasilkan yaitu sampah organik di
mana sampah organik ini pada umumnya merupakan sampah yang berasal
dari sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain yang sifatnya mudah
membusuk, menimbulkan bau yang menyengat dan dapat mengundang
vector penyakit seperti lalat, Tempat tersebut tentunya dijadikan sebagai
tempat yang sangat cocok untuk perkembangbiakannya.51
49Retno Hestiningsih, dkk, “Potensi Lalat Sinantropik Sebagai Vektor Mekanis
Gastrointestinal Disease (Kajian Deskriptif Pada Aspek Mikrobiologi)” (November, 2003), h. 1-2. 50 Marylin Junias & Eliaser Balelay, “Hubungan Antara Pembuangan Sampah Dengan
Kejadian Diare Pada Penduduk di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota
Kupang” MKM, No. 02, Vol. 03 (Desember, 2008), h. 94. 51
Adrian Hidayat dan Iwan Desimal, “Jarak tempat pembuangan sampah sementara (tps)
Mempengaruhl kepadatan lalat pada tempat penjualan Makanan dan minuman di pasar mandallka-
mataram”, Jurnal Sangkareang Mataram, No. 1, Vol. 1 (Maret, 2015), h. 40.
64
Metamorfosis lalat melalui beberapa tahap. Dalam kehidupan lalat
dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan
dewasa. Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih
kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari fase larva ini berpindah tempat
dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan
tubuhnya, setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat
tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Fase ini
berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30-350C,
kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450-900
meter, siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari.52
C. Kajian Mata Kuliah Ekologi Hewan Terhadap Jenis Lalat yang ada di
Tempat Pembuangan Sampah di Kawasan Pasar Renteng
Ekologi adalah kajian tentang bagaimana tanaman, binatang, dan
organisme lain saling berhubungan satu sama lain dalam lingkungan atau
“rumah” mereka. Kata “ekologi” berasal dari kata Yunani “oikos”, yang
berarti “rumah”. Ekologi juga berarti kajian tentang kelimpahan dan
distribusi organisme.53
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ekologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku makhluk hidup serta timbal balik antara
makhluk hidup sesamanya dan dengan komponen disekitarnya.
52 Komariah, dkk, “Pengendalian Vektor”, Jurnal Kesehatan Bina Husada, No. 1, Vol. 6
(Maret, 2010), h. 40. 53
Sukarsono , Pengantar Ekologi Hewan (Malang: UMM press, 2009), h.3.
65
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan ekologi yang tidak
bisa lepas dari pembahasan mengenai lingkungan, antara lain:
1. Spesies : kelompok organisme yang sejenis.
2. Populasi : sekumpulan individu yang memiliki jenis yang sama.
3. Komunitas : kumpulan dari beberapa populasi yang menduduki suatu
habitat.
4. Ekosistem : kumpulan dari beberapa komunitas.
66
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab III dapat
ditarik kesimpulan :
1. Ada empat jenis lalat yang ditemukan di Tempat Pembuangan Sampah
di Kawasan Pasar Renteng. Keempat jenis lalat tersebut adalah lalat
rumah (Musca domestica), lalat hijau (Crysomya megacephala), lalat
daging (Sarcophaga sp.), dan lalat kecil (Fannia sp.).
2. Dapat digunakan sebagai Kajian mata kuliah ekologi terhadap jenis
lalat yang ada pada tempat pembuangan sampah di kawasan pasar
Renteng lebih tegasnya synekologi adalah kajian mengenai komunitas
dan autekologi adalah kajian mengenai spesies termasuk ke golongan
ekologi komunitas yaitu kajian tentang persebaran hewan atau
serangga di berbagai habitat yang masing-masing memiliki peranan
tersendiri, komposisi, komponen penyusun komunitas dan suksesinya
serta kajian dinamika komunitas karena ekologi hewan merupakan
cabang ilmu pengetahuan biologi yang mempelajari tingkah laku
hewan di alam, dengan melakukan pengamatansecara langsung dan
berkesinambungan guna mengetahui interaksi yang terjadi di dalamnya
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
67
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, melalui kesempatan ini peneliti dapat
memberikan saran yang bersifat membangun :
1. Pengurus Pasar
Diharapkan kepada pengurus pasar untuk menjalankan aturan
yang telah ditetapkan disekeliling pasar sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh pengurus pasar seperti dinas kebersihan agar para
pengguna pasar tidak membuang sampah secara sembarangan, karena
tempat sampah dikawasan pasar Renteng sudah disiapkan oleh
pemerintah.
2. Pedagang
Untuk para pedagang yang berada di pasar agar tidak
membuang sampah secara sembarangan, karena dengan terciptanya
keadaan bersih akan membuat proses jual beli menjadi nyaman.
3. Mahasiswa
Diharapkan kepada para mahasiswa lainnya untuk melanjutkan
penelitian yang sama dengan memperluas pembahasan serta
melanjutkan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kepadatan
lalat dan memperluas lokasi penelitian untuk membandingkan jenis
lalat yang terdapat disetiap pembuangan sampah di Pasar tersebut.
68
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Hidayat dan Iwan Desimal. (Jarak tempat pembuangan sampah sementara
(tps) Mempengaruhi kepadatan lalat pada tempat penjualan Makanan dan
minuman di pasar mandalika- mataram). Jurnal Sangkareang Mataram,
1(1), 42. 2015.
Asyiah. Mengenal Berbagai Serangga. Jakarta: PT Panca Anugerah Sakti. 2007.
Djamal Irwan, Zoer’aini. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara. 1996.
Hestiningsih, Retno. (Perbandingan Bakteri Kontaminan Pada Lalat Chrysomyia
megacephala dan Musca domestica Di Tempat Pembuangan Sampah
Akhir Piyungan, Bantul, Yogyakarta). Perbandingan Bakteri Kontaminan
pada Lalat, 1(2), 52. 2004.
Machfoedz ms, Ircham. Menjaga Kesehatan Rumah Dari Berbagai Penyakit,
Yogyakarta: Fitramaya. 2008.
M. Nurcahyo, Eko. Memberantas Binatang Pengganggu di Lingkungan Rumah.
Jakarta: Penebar Swadaya. 1996.
Moleong L.J. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta. 1998.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA. 2002.
Novita, Afri. Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha : Diptera) Pada Lokasi
Penjualan Daging Di Kota Padang, Padang: Jurnal Skripsi. 2013.
Rohani. Identifikasi Hama Lalat Buah pada Lahan Kebun di Daerah Sedau
Lombok Barat dan Pengembangannya dalam Mata Kuliah Entomologi.
Mataram: IAIN Mataram. 2012.
Sayono, Pengaruh Posisi dan Warna Impregnated Cord Terhadap Jumlah Lalat
yang Terperangkap
Sembel, Dantje T. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: ANDI. 2009.
Subaidi, Edi. Identifikasi Serangga Pada Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di
Kawasan Pasar Kebon Roek Ampenan Sebagai Kajian Mata Kuliah
Ekologi Hewan Mahasiswa IAIN Mataram. Mataram: IAIN Mataram.
2012.
Suheriyanto, Dwi. Ekologi Serangga, Malang: UIN Malang Press. 2008.
Sukarsono. Pengantar Ekologi Hewan. Malang: UMM Press. 2009.
Tim Yayasan Pendidikan Haster. Kamus Besar Biologi. Bandung: pionir jaya.
2000.
Tim Penyusun. Kamus Praktis Biologi. PT CG Time. 2009.
69
Endang Puji Astuti dan Firda Yanuar Pradani. (Pertumbuhan dan Reproduksi
Lalat Musca domestica pada Berbagai Media Perkembangbiakan).
Aspirator. 2(1), 11. 2010.
Hestiningsih, Retno dkk. (Potensi Lalat Sinantropik Sebagai Vektor Mekanis
Gastrointestinal Disease Kajian Deskriptif Pada Aspek Mikrobiologi). 1-2.
2003.
Marylin Junias & Eliaser Balelay. (Hubungan Antara Pembuangan Sampah
Dengan Kejadian Diare Pada Penduduk di Kelurahan Oesapa Kecamatan
Kelapa Lima Kota Kupang). MKM, 03(02), 94. 2008.
Komariah, dkk. (Pengendalian Vektor). Jurnal Kesehatan Bina Husada. 6(1), 40.
2010.
70
71
72
73
74
75
76
79
80